Anda di halaman 1dari 6

CIRCUMSISI TEKNIK DORSUMSISI

(Teknis Melakukan Sunat)


1
September 19, 2010
by yuda handaya

TEKNIK KONVENSIONAL DORSUMSISI ( Dorsal Slit Operation )

Teknik Dorsumsisi adalah teknik sirkumsisi dengan cara memotong preputium pada bagian
dorsal pada jam 12 sejajar sumbu panjang penis ke arah proksimal, kemudian dilakukan
pemotongan sirkuler kekiri dan kekanan sejajar sulcus coronarius.

Keuntungan :

1. Kelebihan kulit mukosa bisa diatur


2. Resiko menyayat/memotong penis lebih kecil
3. Mudah mengatur panjang pendek pemotongan mukopsa
4. Tidak melukai glan dan frenulum
5. Pendarahan bisa cepat diatasi
6. Baik untuk penderita fimosis/paraphimosis.
7. Baik untuk pemula.(tehnik yang paling aman)

Kerugian :

1. Pendarahan relative lebih banyak.


2. Teknik sulit dan lebih rumit
3. Insisi sering tidak rata, tidak simetris.
4. Waktu lebih lama.

Indikasi medis sirkumsisi antara lain :

Phimosis atau paraphimosis


Infeksi glans penis (balanitis) rekurens
Adanya smegma
Kondiloma akuminata

Kontraindikasi

Sirkumsisi tidak boleh dilakukan pada :

Hipospadia, karena kulit preputium akan dipergunakan dalam membuat uretra


Epispadia
Chorde
Webbed penis, yaitu adanya jaringan antara penis dan skrotum

Bila menemui penderita dengan kelainan seperti tersebut diatas, konsulkan kepada ahli bedah.
Tentu saja bila ada infeksi pada kulit penis dan sekitarnya lebih baik disembuhkan dulu, dan bila
keadaan umum kurang baik harus diperbaiki.

Persiapan

Setelah fisik dan mental dipersiapkan, informed consent didapat dari penderita atau keluarganya,
disiapkan alat-alat :

1. Sarung tangan steril 2 pasang


2. Kasa steril
3. Disinfektan, seperti povidone iodine
4. Klem untuk disinfeksi
5. Doek lubang steril
6. Spuit 2.5 atau 5 cc steril
7. Lidokain untuk anestesi infiltrasi
8. 2 atau 3 klem lurus
9. 2 atau klem arteri kecil
10. Sonde
11. Gunting jaringan
12. Gunting benang
13. Benang bedah yang cepat diserap, misalnya plain catgut 3/0 secukupnya
14. Jarum jahit cutting lengkungan , atau lebih baik bila ada dengan jarum jahit a-traumatic
cutting
15. Needle holder
16. Pinset

Prosedur

1. Disinfeksi penis dan sekitarnya dengan cairan disinfeksi


2. Persempit lapangan tindakan dengan doek lubang steril
3. Lakukan anestesi infiltrasi subkutan dimulai dari pangkal penis melingkar. Bila perlu
tambahkan juga pada daerah preputium yang akan dipotong dan daerah ventral
4. Tunggu 3 5 menit dan yakinkan anestesi lokal sudah bekerja dengan mencubitkan
pinset
5. Bila didapati phimosis, lakukan dilatasi dengan klem pada lubang preputium, lepaskan
perlengketannya dengan glans memakai sonde atau klem sampai seluruh glans bebas.
Bila ada smegma, dibersihkan.
6. Jepit kulit preputium sebelah kanan dan kiri garis median bagian dorsal dengan 2 klem
lurus. Klem ketiga dipasang pada garis tengah ventral. (Prepusium dijepit klem pada jam
11, 1 dan jam 6 ditarik ke distal)
7. Gunting
preputium dorsal tepat digaris tengah (diantara dua klem) kira-kira sampai 1 sentimeter
dari sulkus koronarius (dorsumsisi),buat tali kendali. kulit Preputium dijepit dengan klem
bengkok dan frenulum dijepit dengan kocher

1. Pindahkan
klem (dari jam 1 dan 11 ) ke ujung distal sayatan (jam 12 dan 12)
Insisi meingkar kekiri dan kekanan dengan arah serong menuju frenulum di distal penis
(pada frenulum insisi dibuat agak meruncing (huruf V), buat tali kendali )

1. Cari perdarahan dan klem, ikat dengan benang plain catgut yang disiapkan.
2. Setelah diyakini tidak ada perdarahan (biasanya perdarahan yang banyak ada di
frenulum) siap untuk dijahit.Penjahitan dimulai dari dorsal (jam 12), dengan patokan
klem yang terpasang dan jahitan kedua pada bagian ventral (jam 6). Tergantung
banyaknya jahitan yang diperlukan, selanjutnya jahitan dibuat melingkar pada jam 3,6,
9,12 dan seterusnya
1. Luka ditutup dengan kasa atau penutup luka lain, dan diplester. Lubang uretra harus
bebas dan sedapat mungkin tidak terkena urin.

HEMOSTASIS

Perawatan perdarahan di lakukan dengan mencari sumber perdarahan dengan menghapus daerah
luka dengan menggunakan kasa, bila di dapatkan sumber perdarahan segera di jepit dengan
klem/pean arteri kecil. Tarik klem, ligasi dengan mengikat jaringan sumber perdarahan dengan
catgut. Potong ikatan sependek mungkin. Cari seluruh sumber perdarahan lain dan lakukan hal
yang serupa.

Jika mempergunakan flashcutter, cukup menyentuh pendarahan dengan probe bipolar, seketika
langsung terhenti.

WOUND SUTURE

Jahitan Frenulum
Frenulum biasanya dijahit dengan matras horizontal atau boleh dengan matras 8 (cross) ataupun
matras horizontal. Setelah dijahit sisakan benang untuk digunakan sebagai kendali.

Jahitan Dorsal
Jahitan pada dorsal penis mengunakan jahitan simpul. Sisakan benang untuk dibuat tali kendali.
(Gambar 18 Simpul pada jam 12)

Jahitan bagian kulit mukosa yang lain


Dengan menggunakan kendali untuk mengarahkan posisi penis jahit sekeliling luka dengan
jahitan simpul (jam 12). Jahitan simpul bisa dilakukan pada jam 3 dan 9 atau jam 2,4, 8 dan 10.
Tidak diianjurkan Mengikatnya terlalu erat. Tidak dianjurkan menggunakan jahitan jelujur
(Continuous Suture). Bila telah dijahit semua maka lihat apakah ada bagian yang renggang yang
memerlukan jahitan.

WOUND CARE
Setelah selesai di jahit olesi tepi luka dengan betadine, bila perlu beri dan olesi dengan salep
antibiotik.Perawatan luka bisa dilakukan dengan metode tertutup atau terbuka.

Metode terbuka (Open Care )


Perawatan ini bisa dilakukan bila ada jaminan penderita mampu menjaga kebersihan luka.
Setelah diolesi betadine dan salep antibiotika biarkan secara terbuka (dianjurkan urologi).

Metode tertutup (Close Care)

Setelah diberi betadine dan salep antibiotika, berikan sufratule secara melingkar. Tutup denga
kasa steril, ujung kain kasa dipilin sebagai tempat fiksasi supra pubic dengan menggunakan
plester (Balutan Suspensorium) atau biarkan berbentuk cincin (Balutan Ring).

POST OPERATION CARE

Medikamentosa :

1. Analgetika : Antalgin 500mg PO 3dd1,Asam Mefenamat 500mg PO 3dd1

2. Antibiotika : Amoksisilin 500mg PO 3dd1,Eritromisin 500mg 3dd1

3. Roboransia : Vitamin B Complex,Vitamin C

Edukasi

1. Luka dalam 3 hari jangan kena air.


2. Hati hati dengan perdarahan post circumsisi, bila ada segera kontrol
3. Perbanyak istirahat
4. Bila selesai kencing hapus sisa air kencing dengan tisue atau kasa
5. Perbanyak dengan makan dan minum yang bergizi

6. Setelah 3-5 hari post circumsisi buka perban di rumah segera kontrol.

Komplikasi

1. Penderita alergi terhadap obat anestesi lokal. Lebih sering pada prokain dan jarang
didapati pada lidokain. Seharusnya disiapkan pula obat untuk mengatasi shock
anaphilaktik
2. Perdarahan. Terutama pada frenulum, karenanya untuk mencegah perdarahan, jahitan
pada frenulum diyakinkan cukup adekwat. Perdarahan juga dapat terjadi pada pada
penderita dengan kelainan pembekuan darah.
3. Infeksi. Bila asepsis-antisepsis kurang diperhatikan, atau terkena urin.
4. Pengangkatan kulit preputium kurang adekwat, sehingga glans masih tertutup kulit.
5. Pengangkatan kulit terlalu banyak, yang dapat menyebabkan kesulitan dalam menjahit,
tegang dan mempengaruhi penis sewaktu ereksi nantinya
6. Glans ikut terpotong atau amputasi glans. Dengan dorsumsisi lebih dahulu, hampir tidak
pernah terjadi. Glans terpotong paling banyak didapati pada teknik guoletin, karena tanpa
membuka preputium terlebih dahulu

Anda mungkin juga menyukai