DISUSUN OLEH :
ALDO PRADANA KUSUMA 1513010018
PUTRA DIANDA PRATAMA 1513010021
KELAS C / AKUNTANSI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN
JAWA TIMUR
SURABAYA
2017
PEMBAHASAN
1) ERA GLOBALISASi.
Sejak selesainya perang dingin pada decade 1990-an, tata ekonomi dunia mulai berubah dari
semula ada dua kubu ekonomi, yaitu ekonomi komunitas dan ekonomi kapasitas.
Karakteristik ekonomi komunitas tampak pada : Tidak danya Bunga Efek, 2. Egiatan ekonomi
dimiliki serta digerakkan oleh negara, dan 3. Tidak ada kegiatan ekonomi yang dimiliki swasta.
Untuk mengurangi dampak negative dari sistem ekonomi pasar yang akan beroperasi secra
global, beberpa negara membentuk asosiasi bersama yang akan saling mengatasi kekurangan
negara masing-masing disekitar kawasan. Beberapa negara membentuk suatu kelompok kerja
sama ekonomi dan membuat kesepakatan yang harus ditaati bersama, misalnya: AFTA (Asian
Free Trade Area), yaitu kerja sama ekonomi negara-negara Asia Tenggara, NAFTA (North
American Free Trade Agreement), yaitu kerja sama ekonomi negara-negara Amerika Utara,
EEC (European Economic Cooperation), yaitu Kerja sama ekonomi negara-negara Asia
Pasifik.
Munculnya beberapa kelompok asosiasi ekonomi regional ini bertujuan untuk
menyesuaikan kekuatan ekonomi negara masing-masing secara bertahap yang berlaku dalam
kelompok kecil yang terbatas, sebelum menghadapi liberalisasi yang berlaku bagi semua negar
di dunia ini. Jauh sebelum leberalitas kegiatan ekonomi dunia deberlakukan, banyak negara
sudah memasuki tahapan awal dalam organisasi WTO (World Trade Organizational), yaitu
organisasi perdagangan duniaa yang akan diberlakukan pada tahun 2020.
Pertumbuhan ekonomi digerakkan oleh konsep demand side, yaitu teori yang
dikembangkan John Maynard Keynes, yang menyatakan bahwa pemerintah harus menciptakan
permintaan (demand) agar pabrik-pabrik dapat berproduksi (supply).
a) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi investor Internasional
Setiap negara yang ingin mencapai kemajuan seperti yang telah dialami oleh negara maju
harus memahami cara-cara yang telah ditempuh oleh negara maju. Setiap negara
berkembang akan saling berlomba mendapatkan investor internasional untuk mencapai
kemajuan yang diidamkan. Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan oleh investor
internasional untuk melakukan investasi di suatu negara, yaitu pra-kondisi, adalah sebagai
berikut:
1. Stabilitas politik, dengan tolak ukur
- Pergantian pemimpin negara tanpa gejolak berdarah.
- Perganting pemimpin negara sesuai masa jabatan.
- Tidak terjadi konflik antara pemerintaah dan lembaga wakil rakyat.
- Pemilihan umum berjalan dengan aman
- Tidak sering terjadi demonstrasi oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM),
organisasi buruh atau mahasiswa terhadap pemerintah atau lembaga wakil rakyat
2. Konsistensi penegakan hukum,
Investor internasional sebelum masuk ke suatu negara akan terlebih dahulu mencari
informasi melalui lembaga riset investasi internasional untuk mengetahui tentang
pelaksanaan hukum di negara yang akan dituju. Lembaga-lembaga seperti Political and
Economic Risk Consultancy (PERC) di Hongkong atau Standard & Poor atau Moodys
di Amerika Serikat, adalah lembaga yang memberikan informasi tentang situasi hukum
di suatu negara. Beberapa indicator berikut ini mencerminkan penegakan hukum yang
tidak konsisten :
- Sering terjadi demontrasi oleh LSM berlatar belakang hukum.
- Pergantian rezim pemerintah dibarengi dengan pergantian undang-undang.
- Pemerintah baru membatalkan perjanjian yang dibuat olehh pemerintah
sebelumnya.
- Membatalkan perjanjian internasional secara sepihak Karena tekanan public.
- Vonis hukum berkekuatan tetap selalu melalui tahapan yang panjang dan
peninjauan kembali tanpa batas waktu sehingga menjadi berkekuatan tidak tetap
atau tidak ada kepastian hukum.
- Revisi undang-undang dilakukan dalam tempo yang sangat singkat.
Penegakan hukum yang tidak kkonsisten dapat dengan mudah diketahui oleh
masyarakat investor secara luas melalui jaringan media komunikasi televise atau
internet di seluruh negara.
Kebangkitan pasar modal di Indonesia digerakkan oleh (a) deregulasi pasar modal, (b)
Peran kreditor asing, (c) Swastanisasi Bursa Efek Jakarta, dan (d) pembukaan Bursa Efek
Surabaya