Anda di halaman 1dari 46

Pengertian Perbedaan Difusi dan Osmosis

Difusi adalah proses bergeraknya molekul dari daerah dengan konsentrasi lebih tinggi ke daerah
dengan konsentrasi lebih rendah yang terjadi secara spontan. Difusi jauh lebih sederhana
dibandingkan dengan osmosis. Terdapat perpindahan energi kinetik terjadi pada molekul-
molekul karena tabrakan antar molekul satu sama lain, karena molekul-molekul bergerak secara
acak. Energi kinetik ini menyebabkan gerakan konstan antar molekul-molekul, karena itu
molekul-molekul ini disebut terdifusi satu sama lain. Dengan demikian, proses ini bergantung
pada energi kinetik yang membuat molekul-molekul bergerak secara konstan sampai kondisi
kesetimbangan tercapai.

Contoh difusi: Parfum secara perlahan memenuhi seluruh ruangan karena molekul gas pada
parfum mulai berdifusi dengan sekelilingnya dan menyebar ke seluruh ruangan.

Osmosis adalah perpindahan molekul pelarut/air dari wilayah dengan konsentrasi tinggi ke
wilayah dengan konsentrasi rendah melewati membran semi-permeable sampai kondisi
kesetimbangan telah tercapai. Larutan yang memiliki konsentrasi molekul terlarut lebih tinggi
disebut hipertonik. Larutan dengan konsentrasi molekul terlarut lebih rendah disebut hipotonik.
Larutan dengan konsentrasi molekul yang sama disebut isotonik. Osmosis terjadi ketika molekul
pelarut berpindah dari larutan hipotonik ke larutan hipertonik.

Dari fenomena ini dibuat istilah tekanan osmotik, yakni tekanan yang perlu diberikan pada suatu
larutan untuk mencegah masuknya air melalui membran semi-permeable. Selain itu terdapat
istilah lain yakni gradien osmotik, yakni perbedaan konsentrasi antar dua larutan yang terpisah
oleh membran semi-permeable.

Contoh osmosis: Ketika buah anggur direndam dalam air, molekul-molekul air akan masuk ke
dalam melewati membran sel semi-permeable, karena itulah buah anggur jadi menggembung.

Perbandingan Difusi dan Osmosis

Osmosis terjadi ketika terdapat membran semi-permeable, membran ini tidak dibutuhkan
untuk terjadinya difusi.
Pada osmosis yang berpindah adalah molekul-molekul pelarut, biasanya air. Sedangkan
pada difusi yang berpindah adalah molekul-molekul terlarut.
Pada proses difusi, molekul-molekul terlarut bergerak dari konsentrasi tinggi ke
konsentrasi rendah, sedangkan pada osmosis molekul-molekul pelarut mengalir secara
kebalikannya.
Difusi biasa terjadi pada molekul-molekul gas, meski difusi juga dapat terjadi pada
molekul padat-cair atau cair-gas.
Osmosis hanya terjadi di antara dua larutan.
Osmosis terjadi relatif lebih lambat dibandingkan dengan difusi.
Difusi dapat menyebar sampai jarak yang jauh, sedangkan osmosis terbatas pad a jarak
yang lebih dekat.
Keduanya termasuk transpor pasif sehingga tidak membutuhkan energi eksternal agar
kedua proses ini dapat terjadi.
Keduanya dapat terjadi karena adanya perbedaan konsentrasi.

ilustrasi difusi oleh BruceBlaus

Difusi dan Osmosis

Difusi adalah peristiwa mengalirnya/berpindahnya suatu zat dalam pelarut dari bagian
berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah. Perbedaan konsentrasi yang ada
pada dua larutan disebut gradien konsentrasi. Difusi akan terus terjadi hingga seluruh partikel
tersebar luas secara merata atau mencapai keadaan kesetimbangan dimana perpindahan molekul
tetap terjadi walaupun tidak ada perbedaan konsentrasi. Contoh yang sederhana adalah
pemberian gula pada cairan teh tawar. Lambat laun cairan menjadi manis. Contoh lain
adalah uap air dari cerek yang berdifusi dalam udara.Difusi yang paling sering terjadi adalah
difusi molekuler. Difusi ini terjadi jika terbentuk perpindahan dari sebuah lapisan (layer)
molekul yang diam dari solid atau fluida.

Ada beberapa faktor yang memengaruhi kecepatan difusi, yaitu:

Ukuran partikel. Semakin kecil ukuran partikel, semakin cepat partikel itu akan bergerak,
sehingga kecepatan difusi semakin tinggi.
Ketebalan membran. Semakin tebal membran, semakin lambat kecepatan difusi.
Luas suatu area. Semakin besar luas area, semakin cepat kecepatan difusinya.
Jarak. Semakin besar jarak antara dua konsentrasi, semakin lambat kecepatan difusinya.
Suhu. Semakin tinggi suhu, partikel mendapatkan energi untuk bergerak dengan lebih cepat.
Maka, semakin cepat pula kecepatan difusinya.

Difusi dan biologi

Dalam mengambil zat-zat nutrisi yang penting dan mengeluarkan zat-zat yang tidak diperlukan,
sel melakukan berbagai jenis aktivitas, dan salah satunya adalah difusi. Ada dua jenis difusi yang
dilakukan, yaitu difusi biasa dan difusi khusus.

Difusi biasa terjadi ketika sel ingin mengambil nutrisi atau molekul yang hydrophobic atau tidak
berpolar / berkutub. Molekul dapat langsung berdifusi ke dalam membran plasma yang terbuat
dari phospholipids. Difusi seperti ini tidak memerlukan energi atau ATP [Adenosine Tri-
Phosphate].

Difusi khusus terjadi ketika sel ingin mengambil nutrisi atau molekul yang hydrophilic atau
berpolar dan ion. Difusi seperti ini memerlukan protein khusus yang memberikan jalur kepada
partikel-partikel tersebut ataupun membantu dalam perpindahan partikel. Hal ini dilakukan
karena partikel-partikel tersebut tidak dapat melewati membran plasma dengan mudah. Protein-
protein yang turut campur dalam difusi khusus ini biasanya berfungsi untuk spesifik partikel.

Osmosis

Osmosis adalah perpindahan air melalui membran permeabel selektif dari bagian yang lebih
encer ke bagian yang lebih pekat. Membran semipermeabel harus dapat ditembus oleh pelarut,
tapi tidak oleh zat terlarut, yang mengakibatkan gradien tekanan sepanjang membran. Osmosis
merupakan suatu fenomena alami, tapi dapat dihambat secara buatan dengan meningkatkan
tekanan pada bagian dengan konsentrasi pekat menjadi melebihi bagian dengan konsentrasi yang
lebih encer. Gaya per unit luas yang dibutuhkan untuk mencegah mengalirnya pelarut melalui
membran permeabel selektif dan masuk ke larutan dengan konsentrasi yang lebih pekat
sebanding dengan tekanan turgor. Tekanan osmotik merupakan sifat koligatif, yang berarti
bahwa sifat ini bergantung pada konsentrasi zat terlarut, dan bukan pada sifat zat terlarut itu
sendiri.
Osmosis adalah suatu topik yang penting dalam biologi karena fenomena ini dapat menjelaskan
mengapa air dapat ditransportasikan ke dalam dan ke luar sel.

Osmosis

Shot of a computer simulation of the process of osmosis

Effect of different solutions on blood cells

Plant cell under different environments

Osmosis merupakan difusi air melintasi membran semipermeabel dari daerahdimana air lebih
banyak ke daerah dengan air yang lebih sedikit . Osmosis sangatditentukan oleh potensial kimia
air atau potensial air , yang menggambarkankemampuan molekul air untuk dapat melakukan
difusi. Sejumlah besar volume air akan memiliki kelebihan energi bebas daripada volume yang
sedikit, di bawahkondisi yang sama. Energi bebas zuatu zat per unit jumlah, terutama per berat
grammolekul (energi bebas mol-1) disebut potensial kimia. Potensial kimia zat terlarutkurang
lebih sebanding dengan konsentrasi zat terlarutnya. Zat terlarut yang berdifusicenderung untuk
bergerak dari daerah yang berpotensi kimia lebih tinggi menujudaerah yang berpotensial kimia
lebih kecil (Ismail, 2006).Osmosis adalah difusi melalui membran semipermeabel. Masuknya
larutan kedalam sel-sel endodermis merupakan contoh proses osmosis. Dalam tubuh
organismemultiseluler, air bergera dari satu sel ke sel lainnya dengan leluasa. Selain air,molekul-
molekul yang berukuran kecil seperti O2 dan CO2 juga mudah melewatimembran sel. Molekul-
molekul tersebut akan berdifusi dari daerah dengankonsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah.
Proses Osmosis akan berhenti jikakonsentrasi zat di kedua sisi membran tersebut telah mencapai
keseimbangan(Anonim, 2009).Struktur dinding sel dan membran sel berbeda. Membran
memungkinkanmolekul air melintas lebih cepat daripada unsur terlarut; dinding sel primer
biasanyasangat permeable terhadap keduanya. Memang membran sel tumbuhanmemungkinkan
berlangsungnya osmosis, tapi dinding sel yang tegar itulah yangmenimbulkan tekanan. Sel
hewan tidak mempunyai dinding, sehingga bila timbultekanan didalamnya, sel tersebut sering
pecah, seperti yang terjadi saat sel darahmerah dimasukkan dalam air. Sel yang turgid banyak
berperan dalam menegakkantumbuhan yang tidak berkayu (Salisbury, 1995).Prinsip osmosis:
transfer molekul solvent dari lokasi hypotonic (potensirendah) solution menuju hypertonic
solution, melewati membran. Jika lokasihypertonic solution kita beri tekanan tertentu, osmosis
dapat berhenti, atau malah berbalik arah (reversed osmosis).Besarnya tekanan yang dibutuhkan
untuk menghentikan osmosis disebut sebagai osmotic press.Jika dijelaskan sebagai
konseptermodinamika, osmosis dapat dianalogikan sebagai proses perubahan
entrropi.Komponen solvent murni memiliki entropi rendah, sedangkan komponen berkandunagn
solut tinggi memiliki entropi yg tinggi juga. Mengikuti Hukum TermoII: setiap perubahan yang
terjadi selalu menuju kondisi entropi maksimum, makasolvent akan mengalir menuju tempat yg
mengandung solut lebih banyak, sehinggatotal entropi akhir yang diperoleh akan
maksimum.Solvent akan kehilangan entropi,dan solut akan menyerap entropi. Orang miskin
akan semakin miskin, sedang yangkaya akan semakin kaya. Saat kesetimbangan tercapai,
entropi akan maksimum, ataugradien (perubahan entropi terhadap waktu) = 0. Ingat: pada titik
ekstrim, dS/dt = 0(Wibosono, 2009)

Proses Difusi dan Osmosis Didalam Sel

l) Mekanisme difusi

Difusi merupakan proses perpindahan atau pergerakan molekul zat atau gas dari konsentrasi tinggi ke
konsentrasi rendah. Difusi melalui membran dapat berlangsung melalui tiga mekanisme, yaitu difusi
sederhana (simple difusion),d ifusi melalui saluran yang terbentuk oleh protein transmembran (simple
difusion by chanel formed), dan difusi difasilitasi (fasiliated difusion).

Difusi sederhana melalui membrane berlangsung karena molekul -molekul yang berpindah atau
bergerak melalui membran bersifat larut dalam lemak (lipid) sehingga dapat menembus lipid bilayer
pada membran secara langsung. Membran sel permeabel terhadap molekul larut lemak seperti hormon
steroid, vitamin A, D, E, dan K serta bahan-bahan organik yang larut dalam lemak, Selain itu, memmbran
sel juga sangat permeabel terhadap molekul anorganik seperti O,CO2, HO, dan H2O. Beberapa molekul
kecil khusus yang terlarut dalam serta ion-ion tertentu, dapat menembus membran melalui saluran atau
chanel. Saluran ini terbentuk dari protein transmembran, semacam pori dengan diameter tertentu yang
memungkinkan molekul dengan diameter lebih kecil dari diameter pori tersebut dapat melaluinya.
Sementara itu, molekul molekul berukuran besar seperti asam amino, glukosa, dan beberapa garam
garam mineral , tidak dapat menembus membrane secara langsung, tetapi memerlukan protein
pembawa atau transporter untuk dapat menembus membrane.

Proses masuknya molekul besar yang melibatkan transforter dinamakan difusi difasilitasi.
2) Mekanisme Difusi dan Difasilitasi

Difusi difasiltasi (facilitated diffusion) adalah pelaluan zat melalui rnembran plasrna yang melibatkan
protein pembawa atau protein transforter. Protein transporter tergolong protein transmembran yang
memliki tempat perlekatan terhadap ion atau molekul vang akan ditransfer ke dalam sel. Setiap molekul
atau ion memiliki protein transforter yang khusus, misalnya untuk pelaluan suatu molekul glukosa
diperlukan protein transforter yang khusus untuk mentransfer glukosa ke dalam sel.

Protein transporter untuk grukosa banyak ditemukan pada sel-sel rangka, otot jantung, sel-sel lemak
dan sel-sel hati, karena sel sel tersebut selalu membutuhkan glukosa untuk diubah menjadi energy.

3) Mekanisme osmosis

Osmosis adalah proses perpindahan atau pergerakan molekul zat pelarut, dari larutan yang konsentrasi
zat pelarutnya tinggi menuju larutan yang konsentrasi zat pelarutya rendah melalui selaput atau
membran selektif permeabel atau semi permeabel. Jika di dalam suatu bejana yang dipisahkan oleh
selaput semipermiabel, jika dalam suatu bejana yang dipisahkan oleh selaput semipermiabel
ditempatkan dua Iarutan glukosa yang terdiri atas air sebagai pelarut dan glukosa sebagai zat terlarut
dengan konsentrasi yang berbeda dan dipisahkan oleh selaput selektif permeabel, maka air dari larutan
yang berkonsentrasi rendah akan bergerak atau berpindah menuju larutan glukosa yang konsentrainya
tinggi melalui selaput permeabel. jadi, pergerakan air berlangsung dari larutan yang konsentrasi airnya
tinggi menuju kelarutan yang konsentrasi airnya rendah melalui selaput selektif permiabel. Larutan vang
konsentrasi zat terlarutnya lebih tinggi dibandingkan dengan larutan di dalam sel dikatakan .sebagai
larutan hipertonis. sedangkan larutan yang konsentrasinya sama dengan larutan di dalam sel disebut
larutan isotonis. Jika larutan yang terdapat di luar sel, konsentrasi zat terlarutnya lebih rendah daripada
di dalam sel dikatakan sebagai larutan hipotonis.

Apakah yang terjadi jika sel tumbuhan atau hewan, misalnya sel darah merah ditempatkan dalam suatu
tabung yang berisi larutan dengan sifat larutan yang berbeda-beda? Pada larutan isotonis, sel tumbuhan
dan sel darah merah akan tetap normal bentuknya. Pada larutan hipotonis, sel tumbuhan akan
mengembang dari ukuran normalnya dan mengalami peningkatan tekanan turgor sehingga sel menjadi
keras. Berbeda dengan sel tumbuhan, jika sel hewan/sel darah merah dimasukkan dalam larutan
hipotonis, sel darah merah akan mengembang dan kemudian pecah /lisis, hal irri karena sei hewan tidak
memiliki dinding sel. Pada larutan hipertonis, sel tumbuhan akan kehilangan tekanan turgor dan
mengalami plasmolisis (lepasnya membran sel dari dinding sel), sedangkan sel hewan/sel darah merah
dalam larutan hipertonis menyebabkan sel hewan/sel darah merah
mengalami krenasi sehingga sel menjadi keriput karena kehilangan air.

Pengertian Difusi, Osmosis, Transpor Aktif, Endositosis, dan Eksositosis

Berikut ini adalah materi biologi tentang transpor molekul melalui membran.

1. Transpor Pasif

a. Difusi
Difusi merupakan perpindahan zat dari larutan yang memiliki konsentrasi tinggi ke larutan yang
konsentrasinya rendah. Hasil proses difusi yaitu konsentrasi yang sama antara larutan, yang
disebut isotonis.

Kecepatan suatu zat dalam proses difusi melalui membran sel dipengaruhi oleh gradien
konsentrasi, daya larut dalam lemak, muatan, dan ukuran.

b. Difusi terfasilitasi
Difusi terfasilitasi merupakan proses transpor yang melibatkan difusi dari molekul polar dan ion
melalui membran yang dibantu oleh protein transpor. Difusi terfasilitas termasuk transpor pasif
karena hanya meningkatkan kecepatan difsui dan tidak mengubah arah gradien konsentrasi.

c. Osmosis
Osmosis termasuk proses difusi. Osmosis merupakan difusi air melewati selaput yang bersifat
semipermeabel. Air akan mengalir dari tempat yang memiliki konsentrasi larutan rendah ke
tempat yang memiliki konsentrasi larutan tinggi. Apabila berada di lingkungan yang memiliki
konsentrasi larutan lebih tinggi, maka sel akan mengerut. Hal ini karena air akan keluar dari sel
secara osmosis. Apabila sel berada di lingkungan dengan konsentrasi rendah, sel akan banyak
menyerap air karena air bergerak secara osmosis ke dalam sel.

Apabila sel tumbuhan berada dalam lingkungan hipertonis (konsentrasi tinggi), dapat terjadi
plasmolisis, yang merupakan peristiwa lepasnya sel dari dinding sel. Sedangkan apabila sel
tumbuhan berada dalam lingkungan hipotonis (konsentrasi rendah), maka akan terjadi tekanan
turgor.

2. Transpor Aktif
Transpor aktif merupakan proses transpor molekul yang membutuhkan energi dari dalam sel
untuk melawan gradien konsentrasi. Energi yang dibutuhkan dalam transpor aktif berupa
adenosin trifosfat (ATP).
Transpor aktif primer dan sekunder
Transpor aktif primer memerlukan energi berbentuk ATP, sedangkan transpor aktif sekunder
membutuhan transpor yang bergantung pada potensial membran. Transpor aktif primer
contohnya pada keberadaan ion Na dan Ka di dalam membran. Sedangkan transpor aktif
sekunder contohnya pada glukosa dan asam amino dengan molekul transpornya berupa protein
transpor khusus.

3. Endositosis dan Eksositosis

a. Endositosis
Endositosis adalah proses masuknya zat dari luar sel ke dalam sel. Endositosis ada dua jenis
bentuk, yaitu fagositosis dan pinositosis. Fagositosis merupakan proses masuknya zat padat atau
sel lainnya ke dalam sel. Sedangkan pinositosis merupakan proses masuknya zat yang berupa
cairan ke dalam sel.

b. Eksositosis
Eksositosis merupakan proses keluarnya zat zat dari dalam sel.

referensi: BIOLOGI. Oleh: Renni Diastuti

Share on: Twitter Facebook Google +

Related Posts

Ruang Lingkup Biologi: Struktur Organisasi Kehidupan

Ilmu pengetahuan berkembang semakin pesat. Hal ini karena sifat manusia yang tak
pernah puas dan selalu ingin tahu. Berbagai alat canggih telah...

Latihan Soal Biologi Kelas X SMA Bab Ruang Lingkup Biologi

Berikut ini kumpulan latihan soal untuk kelas SMA kelas X bab Ruang Lingkup Biologi
atau Mengenal Biologi Sebagai Ilmu berjumlah 20 soal...

Soal Tanya Jawab Biologi SMA Bab Mengenal Biologi Sebagai Ilmu

Dalam post kali ini www.terpelajar.com menyajikan kumpulan soal biologi kelas X SMA
semester 1 dilengkapi dengan jawabannya bab Mengenal Biologi Sebagai Ilmu. Bagi...

Organel-organel Sel beserta Fungsinya

Apabila kita mengamati suatu sel dengan menggunakan mikroskop cahaya, kita tidak
dapat mengamati seluruh isi sel secara jelas dan lengkap. Agar lebih...

Perbedaan Sel Hewan dan Sel Tumbuhan


Sel hewan dan sel tumbuhan sama-sama termasuk sel eukariotik. Namun, pada keduanya
terdapat perbedaan. Beberapa organel yang terdapat pada sel hewan tidak...

Home SMP dan SMA Biologi Pengertian dan Contoh Peristiwa Difusi dan Osmosis

Pengertian dan Contoh Peristiwa Difusi dan Osmosis

Pada kesempatan kali ini, kami akan membahas mengenai pengertian dan contoh peristiwa
difusi dan osmosis. Tahukah anda apa yang disebut dengan difusi dan osmosis? Difusi dan
osmosis merupakan suatu bentuk transport pasif dalam istilah biologi. Apa maksudnya?
Maksudnya adalah dua bentuk ini mengalami gerakan-gerakan molekul yang ada di dalamnya
tanpa menggunakan energi, sehingga pergerakan molekul tersebut disebabkan karena adanya
perbedaan konsentrasi antara zat yang terlarut dengan zat pelarut di dalamnya. Difusi adalah
suatu peristiwa perpindahan/transformasi suatu zat/molekul ketika bercampur yaitu dari bagian
larutan yang berkonsentrasi tinggi ke bagian larutan yang berkonsentrasi rendah.

Dalam proses difusi, terdapat faktor yang mempengaruhi kecepatan difusi. Pertama, ukuran
partikel. Semakin kecil ukuran partikelnya, semakin cepat pula ia bergerak, maka kecepatan
difusi juga akan semakin tinggi. Kedua, luas area. Semakin besar luas area yang dimiliki, maka
akan semakin cepat pula difusinya. Ketiga, ketebalan membran. Semakin tebalnya membran,
maka akan memperlambat proses difusi. Keempat, jarak. Semakin jauh jarak antara dua
konsentrasi tersebut yaitu zat terlarut dengan zat pelarutnya, maka akan semakin lambat
difusinya. Kelima, suhu. Semakin tinggi suhu, dimana partikel akan mendapatkan energi untuk
berpindah lebih cepat, maka akan semakin cepa pula proses difusinya. Kemudian, apa saja
contoh peristiwa difusi dan osmosis?

Contoh peristiwa difusi dan osmosis, akan dimulai pada difusi terlebih dahulu. Contoh peristiwa
difusi dalam kehidupan sehari-hari yaitu ketika anda memasukkan gula pasir ke dalam air panas
di dalam gelas. Maka yang akan terjadi adalah partikel gula (zat terlarut) tersebut akan bergerak
sedikit demi sedikit ke arah air (zat pelarut) hingga menyebar. Oleh sebab itu, lambat laun air
yang dimasukkan gula pasir lama-lama akan berubah rasa menjadi manis. Contoh lainnya dari
peristiwa difusi dapat anda temukan pada tubuh vertebrata. Molekul oksigen yang ada pada
alveolus paru-paru (berkonsentrasi tinggi) akan berpindah menuju sel darah merah
(berkonsentrasi rendah). Transformasi ini akan terjadi hingga konsentrasi antara alveolus dan sel
darah merah telah seimbang.

Kemudian, kita akan membahas mengenai osmosis. Osmosis merupakan suatu peristiwa
perpindahan molekul air dari bagian yang berkonsentrasi rendah ke bagian yang berkonsentrasi
tinggi melalui membran sel. Molekul yang dimaksud dalam osmosis adalah selalu berbentuk
larutan (air).
Contoh dari peristiwa osmosis yaitu ketika anda meletakkan air dengan volume yang sama pada
wadah A dan wadah B. Kemudian anda meletakkan gula dengan takaran yang berbeda pada
kedua wadah tersebut, yaitu 10 sendok pada wadah A dan 5 sendok pada wadah B. Kedua wadah
itu dipisahkan oleh membran sel. Maka yang akan terjadi adalah larutan pada wadah B akan
berpindah ke wadah A karena konsentrasi gula yang ada pada wadah B lebih rendah
dibandingkan pada wadah A.
1. Tikus

Gejala serangan:

1. Tikus menyerang berbagai tumbuhan.

2. Menyerang di pesemaian, masa vegetatif, masa generatif, masa panen, tempat

penyimpanan.

3. Bagian tumbuhan yang disarang tidak hanya biji-bijian tetapi juga batang tumbuhan

muda.

4. Tikus membuat lubang-lubang pada pematang sawah dan sering berlindung di semak-

semak.

Pengendaliannya:

1. Membongkar dan menutup lubang tempat bersembunyi para tikus dan menangkap

tikusnya.

2. Menggunakan musuh alami tikus, yaitu ular.

3. Menanam tanaman secara bersamaan agar dapat menuai dalam waktu yang

bersamaan pula sehingga tidak ada kesempatan bigi tikus untuk mendapatkan makanan

setelah tanaman dipanen.


4. Menggunakan rodentisida (pembasmi tikus) atau dengan memasang umpan beracun,

yaitu irisan ubi jalar atau singkong yang telah direndam sebelumnya dengan fosforus.

Peracunan ini sebaiknya dilakukna sebelum tanaman padi berbunga dan berbiji. Selain itu

penggunaan racun harus hati-hati karena juga berbahaya bagi hewan ternak dan manusia.

2. Wereng

Gejala serangan:

1. Menyebabkan daun dan batang tumbuhan berlubang-lubang.

2. Daun dan batang kemudian kering, dan pada akhirnya mati.

Pengendaliannya:

1. Pengaturan pola tanam, yaitu dengan melakukan penanaman secara serentak maupun

dengan pergiliran tanaman. Pergiliran tanaman dilakukan untuk memutus siklus hidup

wereng dengan cara menanam tanaman palawija atau tanah dibiarkan selama 1 s/d 2

bulan.

2. b. Pengandalian hayati, yaitu dengan menggunakan musuh alami wereng, misalnya

laba-laba predator Lycosa Pseudoannulata, kepik Microvelia douglasi dan Cyrtorhinuss


lividipenis, kumbang Paederuss fuscipes, Ophinea nigrofasciata, dan Synarmonia

octomaculata.

3. Pengandalian kimia, yaitu dengan menggunakan insektisida, dilakukan apabila cara lain

tidak mungkin untuk dilakukan. Penggunaan insektisida diusahakan sedemikan rupa

sehingga efektif, efisien, dan aman bagi lingkungan.

3. Walang Sangit

Gejala serangan:

1. Menghisap butir-butir padi yang masih cair.

2. Biji yang sudah diisap akan menjadi hampa, agak hampa, atau liat.

3. Kulit biji iu akan berwarna kehitam-hitaman.

4. Walang sangit muda (nimfa) lebih aktif dibandingkan dewasanya (imago), tetapi hewan

dewasa dapat merusak lebih hebat karenya hidupnya lebih lama.

5. Walang sangit dewasa juga dapat memakan biji biji yang sudah mengeras, yaitu

dengan mengeluarkan enzim yang dapat mencerna karbohidrat.

6. Faktor faktor yang mendukung yang mendukung populasi walang sangit antara lain

sebagai berikut:

- Sawah sangat dekat dengat perhutanan.


- Populasi gulma di sekitar sawah cukup tinggi.

- Penanaman tidak serentak

Pengendaliannya:

1. Menanam tanaman secara serentak.

2. Membersihkan sawah dari segala macam rumput yang tumbuh di sekitar sawah agar

tidak menjadi tempat berkembang biak bagi walang sangit.

3. Menangkap walang sangit pada pagi hari dengan menggunakan jala penangkap.

4. Penangkapan menggunakan unmpan bangkai kodok, ketam sawah, atau dengan alga.

5. Melakukan pengendalian hayati dengan cara melepaskan predator alami beruba laba-

laba dan menanam jamur yang dapat menginfeksi walang sangit.

6. Melakukan pengendalian kimia, yaitu dengan menggunakan insektisida.

4. Ulat

Gejala serangan:

1. Aktif memakan dedaunan bahkan pangkal batang, terutama pada malam hari.

2. Daun yang dimakan oleh ulat hanya tersisa rangka atau tulang daunya saja.

Pengendaliannya:
1. Membuang telur-telur kupu-kupu yang melekat pada bagian bawah daun.

2. Menggenangi tempat persemaian dengan air dalam jumlah banyak sehingga ulat akan

bergerak ke atas sehingga mudah untuk dikumpulkan dan dibasmi.

3. Apabila kedua cara diatas tidak berhasil, maka dapat dilakukan penyemprotan dengan

menggunakan pertisida.

5. Tungau

Gejala serangan:

1. Tungau (kutu kecil) bisaanya terdapat di sebuah bawah daun untuk mengisap daun

tersebut.

2. Pada daun yang terserang kutu akan timbul bercak-bercak kecil kemudian daun akan

menjadi kuning lalu gugur.

Pengendaliannya:

1. Hama ini dapat diatasi dengan cara mengumpulkan daun-daun yang terserang hama

pada suatu tempat dan dibakar.

6. Lalat bibit (Atherigona exigua, A. Oryzae)


Gejala serangan:

1. Lalat bibit meletakkan telur pada pelepah daun padi pada senja hari.

2. Telur menetas setelah dua hari dan larva merusak titik tumbuh. Pupa berwarna kuning

kecoklatan terletak di dalam tanah. Setelah keluar dari pupa selama 1 minggu menjadi

imago yang siap kimpoi.

3. Hama ini menyerang terutama pada kondisi kelembaban udara tinggi.

Pengendaliannya:

1. Pengendaliannya diutamakan pada penanaman varitas yang tahan.

7. Anjing tanah atau orong-orong (Gryllotalpa hirsuta atau Gryllotalpa African


Gejala serangan:

1. Hidup dibawah tanah yang lembab dengan membuat terowongan.

2. Memakan hewan-hewan kecil (predator), tetapi tingkat kerusakan tanaman lebih besar

dari pada manfaatnya sebagai predator.

3. Nimfa muda memakan humus dan akar tanaman, imago betina sayapnya berkembang

setengah, yang jantan dapat mengerik di senja hari.

Pengendaliannya:

1. Pengendaliannya diarahkan pada pengolahan tanah yang baik agar terowongan rusak.

8. Uret (Exopholis hypoleuca, Leucopholis rorida, Phyllophaga helleri)

Gejala serangan:

1. Uret yang merusak tanaman padi terdiri dari spesies Exopholis hypoleuca, Leucopholis

rorida, Phyllophaga helleri

2. Perkembangan hidup ketiga uret tersebut sama yaitu dari telur larva (uret) pupa

imago (kumbang).

3. Kumbang hanya makan sedikit daun-daunan dan tidak begitu merusak dibanding
uretnya.

Pengendaliannya:

1. Pengendalian diarahkan pada sistem bercocok tanam yang baik agar vigor tanaman

baik.

9. Ganjur (Orseolia oryzae)

Gejala serangan:

1. Hama ganjur sejenis lalat ordo Diptera. Ngengat betina hanya kimpoi satu kali seumur

hidupnya, bertelur antara 100-250 telur. Telur berwarna coklat kemerahan dan menetas

setelah 3 hari.

2. Larva makan jaringan tanaman diantara lipatan daun padi, pertumbuhan daun padi jadi

tidak normal.

3. Pucuk tanaman menjadi kering dan mudah dicabut. Masa larva selama 6 12 hari.

Siklus hidup keseluruhan 19 26 hari.

Pengendaliannya:

1. Pengendalian diarahkan pada penanaman varietas yang resisten, penggenangan areal


pertanaman sesudah panen agar pupanya mati.

10. Pengorok daun atau hama putih (Nymphola depunctalis) dan hama putih palsu

(Cnaphalocrosis medinalis)

Gejala serangan:

1. Pengorok daun atau hama putih (Nymphola depunctalis) menyerang daun padi sejak

dipesemaian hingga dilapang.

2. Daun padi yang telah dikorok menjadi putih, tinggal kerangka daunnya saja.

3. Larva bersifat semi aquatik, memanfaatkan air sebagai sumber oksigen.

4. Larva membuat gulungan/kantung dari daun padi kemudian menjatuhkan diri ke air.

Larva berwarna hijau, perkembangan sampai menjadi pupa 14 s/d 20 hari. Stadia pupa 4

s/d 7 hari.

Pengendaliannya:

1. Meniadakan genangan air pada pesemaian sehingga larva tidak dapat memanfaatkan

air sebagai sumber oksigen.

2.Lalat Tabanidae dan semut Solenopsis gemitata merupakan musuh alami.

11. Penggerek jagung (Ostrinia furnacalis)


Gejala serangan:

1. Menyebabkan batang jagung retak dan patah.

2. Kupu sebagai induk dari hama Ostrinia furnacalis muncul di pertanaman pada malam

hari, antara pk. 20.00 sampai pk. 22.00 dan meletakkan telurnya pada jam-jam tersebut.

Kupu betina meletakkan telur sebanyak 300-500 butir pada daun ketiga. Telur berwarna

putih kekuningan diletakkan di bawah permukaan daun secara berkelompok. Biasanya

ditutupi oleh bulu-bulu.

3. Setelah 4-5 hari telur menetas, ulat akan masuk ke dalam batang setelah berumur 7-10

hari melalui pucuknya dan sering merusak malai yang belum keluar. Selanjutnya ulat

menggerek ke dalam batang dan kebanyakan pada ruas batangnya, dan setelah habis

digereknya pula ruas yang disebelah bawah. Umur ulat 18-41 hari

4. Gejala serangan ulat yang masih muda, tanda daun kelihatan garis-garis putih bekas

gigitan.

5. Serangan berikutnya tampak adanya lubang gerekan pada batang yang disertai adanya

tepung gerek berwarna coklat. Apabila batang jagung patah, tanaman akan mati.

6. Tanaman inang selain jagung adalah cantel, Panicum viride, bayam dan gulma Blumea

lacera.

Pengendaliannya:
1. Dengan cara pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan merupakan inangnya.

2. Tanaman yang terserang dipotong dan ditimbun dalam tanah atau diberikan pada

hewan ternak.

3. Menghilangkan tanaman inang yang lain yang tumbuh diantara dua waktu tanam.

4. Membersihkan rumput-rumputan

5. Cara kimiawi, pengendalian dilakukan sebelum ulat masuk ke dalam batang. Beberapa

jenis insektisida yang dinyatakan efektif adalah: Azodrin 15 WSC, Nogos 50 EC, Hostation

40 EC, Karvos 20 EC.

12. Kutu daun persik (Myzus persicae)

Gejala serangan:

1. Kutu daun persik memiliki alat tusuk isap, biasanya kutu ini ditemukan dipucuk dan

daun muda tanaman cabai.

2. Mengisap cairan daun, pucuk, tangkai bunga dan bagian tanaman yang lain sehingga

daun jadi keriting dan kecil warnanya brlang kekuningan, layu dan akhirnya mati.

3. Melalui angin kutu ini menyebar ke areal kebun.

4. Efek dari kutu ini menyebabkan tanaman kerdil, pertumbuhan terhambat, daun

mengecil.
5. Kutu ini mengeluarkan cairan manis yang dapat menutupi permukaan daun akan

ditumbuhi cendawan hitam jelaga sehingga menghambat proses fotosintesis. Kutu ini juga

ikut andil dalam penyebaran virus.

Pengendaliannya:

1. Pengendalian dengan cara menanam tanaman perangkap (trap crop) di sekeliling

kebun cabai seperti jagung.

2. Pengendalian dengan kimia seperti Curacron 500 EC, Pegasus 500 SC, Decis 2,5 EC,

Hostation 40 EC, Orthene 75 SP.

13. Thrips/kemreki (Thrips parvispinus)

Gejala serangan:

1. Daun yang cairannya diisap menjadi keriput dan melengkung ke atas.

2. Thrips sering bersarang di bunga, ia juga menjadi perantara penyebaran virus.

sebaiknya dihindari penanaman cabai dalam skala luas dapa satu hamparan.

Pengendaliannya:

1. Dengan pergiliran tanaman adalah langkah awal memutus perkembangan Thrips.


2. Memasang perangkap kertas kuning IATP (Insect Adhesive Trap Paper), dengan cara

digulung dan digantung setinggi 15 Cm dari pucuk tanaman.

3. Pengendalian dengan insektisida secara bijaksana. Yang dapat dilih antara lain Agrimec

18 EC, Dicarzol 25 SP, Mesurol 50 WP, Confidor 200 SL, Pegasus 500 SC, Regent 50

SC, Curacron 500 EC, Decis 2,5 EC, Hostathion 40EC, Mesurol 50 WP. Dosis

penyemprotan disesuaikan dengan label kemasan.

14. Ulat grayak (Spodoptera litura)

Gejala serangan:

1. Daun bolong-bolong pertanda serangan ulat grayak. Kalau dibiarkan tanaman bisa

gundul atau tinggal tulang daun saja.

2. Ia juga memakan buah hingga berlubang akibatnya cabe tidak laku dijual.

Pengendaliannya:

1. Dengan cara mengumpulkan telur dan ulat-ulat langsung membunuhnya.

2. Menjaga kebersihan kebun dari gulma dan sisa tanaman yang menjadi tempat

persembunyian hama dan pergiliran tanaman.


3. Pasang perangkap ngengat UGRATAS, dengan cara dimasukkan kedalam botol bekas

air mineral liter yang diberi lubang kecil sebagai sarana masuknya kupu jantan. Karena

UGRATAS adalah zat perangsang sexual pada serangga jantan dewasa dan sangat

efektif untuk dijadikan perangkap.

4. Jika terpaksa atasi serangan ulat grayak dengan Decis 2,5 EC, Curacron 500 EC,

Orthene 75 Sp, Match 50 EC, Hostathion 40 EC, Penyemprotan kimia dengan cara

bergantian agar tidak terjadi kekebalan pada hama.

15. Lalat buah (Dacus ferrugineus Coquillet atau Dacus dorsalis Hend)

Gejala serangan:

1. Lalat ini menusuk pangkal buah cabe yang terlihat ada bintik hitam kecil bekas tusukan

lalat buah untuk memasukkan telur.

2. Buah yang terserang akan menjadi bercak-bercak bulat, kemudian membusuk, dan

berlobang.

3. Setelah telur menetas jadi larva (belatung) dan hidup di dalam buah sampai buah rontok

dan membusuk larva akan keluar ke tanah dan seminggu kemudian berubah menjadi lalat

muda.
Pengendaliannya:

1. Lakukan pergiliran tanaman untuk memutus rantai perkembangan lalat.

2. Kumpulkan semua buah cabai yang terserang dan musnahkan.

3. Kendalikan dengan perangkap metil eugenol yang sangat efektif dengan cara

memasukkan metil eugenol dalam kapas ke botol bekas air mineral yang telah diolesi

minyak goreng, atau diberi air. Gantungkan perangkap di pingir kebun.

4. Pengendalian secara kimia dapat dilakukan dengan penyemprotan Buldok, Lannate,

Tamaron, Curacron 500 EC.

16. Belalang

Gejala serangan:

1. Gejala penyerangan hama belalang ini sama dengan ulat, yaitu daun menjadi rombeng.

Pengendaliannya:

1. Hama ini dapat ditanggulangi dengan penangkapan secara manual.

2. Tangkap belalang yang belum bersayap atau saat masih pagi dan berembun biasanya

belalang tidak dapat terbang dengan sayap basah.


17. Kutu perisai

Gejala serangan:

1. Hama ini menyerang bagian daun.

2. Kutu ini biasanya terdapat koloni dengan membentuk barisan di bagian tulang daun.

Pengendaliannya

1. Dapat diatasi menggunakan insektisida sistemik dengan bahan aktif acephate.

18. Spider mite


Gejala serangan:

1. Spider mite mengisap cairan pada tanaman.

2. Serangan hama ini mengakibatkan daun berwarna kuning, kemudian muncul bercak-

bercak pada bagian yang diisap cairannya.

3. Serangan Spider mite secara besar bisa mengakibatkan daun habis dan tanaman mati.

Spider mite lebih kebal terhadap insektisida.

Pengendaliannya:

1. Disarankan menggunakan akarisida

19. Fungus gnats


Gejala serangan:

1. Adalah serangga yang berbentuk seperti nyamuk berwarna hitam.

2. Larvanya yang berbentuk seperti cacing hidup di dalam media tanam dan sering makan

akar halus tanaman.

3. Fungus gnats dewasa merusak seludang bunga, dengan gejala serangan munculnya

bintik-bintik hitam pada seludang bunga.

Pengendaliannya:

1. Pada fase masih menjadi larva, maka penanganannya dilakukan dengan menaburkan

Nematisida seperti Furadan G ke media tanam.

2. Sedangkan pada fase dewasa, dilakukan penyemprotan insektisida.

20. Cacing liang (Radhopolus Similis)


Gejala serangan:

1. Menghisap cairan pada akar tanaman.

2. Tanaman yang terserang hama ini adalah tanaman menjadi lambat tumbuh dan kerdil

serta menghasilkan bunga yang kecil.

Pengendaliannya:

1. Untuk mengatasinya digunakan Nematisida seperti Furadan G yang ditaburkan pada

media tanam sesuai aturan yang tertera dalam kemasan.

2. Aplikasi pestisida pada tanaman hias sebaiknya digunakan secara bijak, mengingat

dampak negatif yang bisa ditimbulkan. Karena umumnya tanaman hias diletakkan

berdekatan dengan manusia, disamping juga pertimbangan akan adanya kemungkinan

serangga menjadi semakin kebal dengan insektisida yang digunakan.

HAMA, GULMA, DAN PENYAKIT TANAMAN

A. Hama

Hama adalah hewan yang mengganggu atau merusak tanaman sehingga pertumbuhan dan
perkembangannya terganggu. Hama dapat merusak tanaman secara langsung maupun tidak
langsung. Gangguan atau serangan hama dapat terjadi sejak benih, pembibitan, pemanenan,
hingga di gudang penyimpanan. Gangguan dan serangan itu dapat menghambat pertumbuhan
dan perkembangan tanaman. Hama yang menyerang tanaman ada beraneka ragam, misalnya
wereng, gangsir, tikus, ulat tanah, lalat buah, walang sangit, dan kutu. Selain itu, tanaman juga
dapat terserang berbagai macam penyakit. Penyakit tanaman dapat disebabkan oleh virus,
bakteri, jamur, dan alga.

Contoh hewan yang termasuk hama antara lain sebagai berikut.

1. Wereng

Wereng adalah sejenis kepik yang menyerang tumbuhan dan menyebabkan daun dan batang
menjadi berlubang-lubang. Jika serangannya parah maka daun akan menguning, kering, dan
akhirnya mati. Wereng dapat dikendalikan secara kimiawi, misalnya dengan penyemprotan
menggunakan insektisida. Menyemprot dengan pestisida harus menggunakan baju lengan
panjang, sarung tangan, penutup muka (masker), topi, sepatu, dan diupayakan tidak melawan
arah angin.

2. Gangsir

Gangsir merupakan binatang yang sering menyerang tanaman yang masih muda, misalnya
tanaman yang baru dipindah dari persemaian. Gigitan gangsir menyebabkan tanaman mati
karena batangnya putus atau patah. Potongan pangkal batang itu biasanya tidak dimakan tapi
hanya diputus.
Serangan gangsir biasanya terjadi pada malam hari. Gangsir membuat liang di dalam tanah
sampai kedalaman 90 cm dengan ciri khas ada onggokan tanah di permukaan liang. Pencegahan
yang dapat dilakukan antara lain dengan tidak menanam bibit yang terlalu muda karena disukai
gangsir. Adapun pengendalian terhadap gangsir dapat dilakukan dengan menyiram larutan
insektisida pada liang gangsir kemudian ditutup dengan tanah.

3. Tikus

Tikus merupakan hama tanaman yang sangat merugikan petani karena hal-hal sebagai berikut.
a. Menyerang tanaman pada masa persemaian, pertumbuhan, pembungaan, panen, hingga masa
penyimpanan.
b. Sulit dikendalikan karena memiliki daya adaptasi yang baik.
c. Memiliki kemampuan berkembang biak yang tinggi dan penyebarannya cepat. Tikus betina
dapat melahirkan 4 sampai dengan 12 anak dalam satu siklus reproduksi.
d. Memakan bagian tanaman seperti biji-bijian, umbi tanaman, dan buah. Selain itu, tikus juga
merusak batang tanaman. Tanda-tanda serangan tikus antara lain adanya kerusakan tanaman, ada
jejak dan kotoran tikus, adanya bekas potongan-potongan pada tanaman yang dirusak tikus, serta
adanya liang tikus. Pengendalian tikus dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut.

a. Pemberian racun tikus yang bersifat akut. Racun ini jika termakan oleh tikus dapat membunuh
tikus hanya dalam beberapa jam.
b. Gropyokan, yaitu memburu dan membunuh tikus secara beramai-ramai dalam sebuah desa
atau wilayah kelompok tani.
c. Emposan, yaitu dengan membakar campuran belerang dan jerami diarahkan ke dalam liang
tikus. Sebelumnya
lubang-lubang yang ada ditutup agar tidak ada tikus yang lari keluar melalui lubang lain.
d. Pengendalian biologis dilakukan dengan melepaskan musuh alami, misalnya burung hantu,
kucing, dan ular
sawah.
e. Penanaman padi secara serentak, yaitu agar serangan tikus tidak memusat pada salah satu
wilayah persemaian.

4. Lalat buah
Lalat buah biasanya menyerang tanaman pada waktu musim hujan. Lalat betina menusuk buah-
buahan dengan alat peletak telur untuk memasukkan telurnya ke dalam daging buah. Telur akan
menetas dan menjadi belatung yang memakan buah
tersebut sehingga buah akan busuk dan rusak. Pengendalian lalat buah dapat dilakukan dengan
cara sebagai berikut.
a. Sanitasi lingkungan dengan membersihkan semua buah yang rontok.
b. Pemasangan perangkap berupa sex pheromon.
c. Penyemprotan insektisida secara berselang-seling. Penyemprotan dilakukan pada pagi hari
ketika masih ada embun.
5. Walang sangit

Walang sangit merupakan serangga hama tanaman padi. Setiap kali bertelur, serangga betina
dapat menghasilkan 100200 butir telur. Telur-telur tersebut diletakkan pada daun bendera
tanaman padi. Telur yang telah menetas akan menjadi nimfa yang berwarna hijau dan berangsur-
angsur menjadi coklat. Nimfa dan imago menyerang buah padi yang sedang matang susu dengan
cara menghisap cairan buah sehingga menyebabkan buah menjadi hampa. Pengendalian terhadap
wereng coklat dapat dilakukan dengan cara menanam secara serentak, sanitasi tanaman yang
terserang, atau dengan penyemprotan insektisida dengan dosis yang sesuai.

6. Artona

Hama ini temasuk lepidoptera (kupu yang merusak tanaman ketika stadia larva). Artona menjadi
hama bagi tanaman kelapa. Ulat yang baru menetas menyerang dengan menimbulkan gejala
serangan titik-titik pada daun. Setelah agak besar, ulat menimbulkan gejala serangan garis-garis
pada daun. Selanjutnya, ulat yang cukup besar memakan daun kelapa berikut tulang daunnya
sehingga daun kelapa hanya tinggal lidinya saja. Pengendalian terhadap artona dilakukan dengan
memangkas daun kelapa yang sudah terserang agar ulat dan kepompongnya ikut terbuang.
Pengendalian hayati dengan melepas parasit Apanteles artonae. Pada areal pertanaman yang luas
dapat dilakukan
penyemprotan dengan larutan insektisida yang bersifat sistemik atau racun perut.

Upaya pengendalian dan pemberantasan hama tanaman secara garis besar dapat dilakukan
melalui dua macam cara, yaitu secara kimiawi dan secara biologi.
1. Pengendalian secara kimiawi
Pengendalian hama secara kimiawi merupakan upaya pengendalian pertumbuhan hama tanaman
menggunakan pestisida, yaitu zat kimia pembasmi hama tanaman. Pestisida terdiri atas
insektisida, larvasida, fungisida, dan algasida

a. Insektisida digunakan untuk memberantas serangga (insekta).


b. Larvasida digunakan untuk memberantas larva (ulat).
c. Fungisida digunakan untuk memberantas jamur (fungi).
d. Algasida digunakan untuk memberantas ganggang (algae).

Penggunaan pestisida harus dilakukan secara cermat dan hati-hati mengikuti aturan pakai. Hal ini
karena pestisida terbuat dari zat kimia yang berbahaya. Dampak penggunaan pestisida antara lain
sebagai berikut.

a. Dapat membunuh hewan lain yang sebenarnya bermanfaat bagi manusia.


b. Apabila masuk ke dalam bahan makanan dapat bersifat racun sehingga membahayakan
kesehatan manusia.
c. Dapat merusak keseimbangan ekosistem.

Ada juga pengendalian hama secara kimiawi dengan menggunakan sistem fumigasi. Fumigasi
adalah cara pengendalian hama dengan menggunakan gas beracun Methyl Bromide (CH3Br).
Dengan dosis yang sesuai, fumigasi dapat membunuh rayap, tikus, kumbang, ngengat, dan
lainlain. Fumigasi memiliki tingkat penetrasi yang tinggi dan dapat membunuh
semua tingkat perkembangan hama tanpa mengotori bahan atau tanaman= yang difumigasi.
Namun, karena bahan yang digunakan adalah senyawa beracun maka penggunaan lebih lanjut
masih dipelajari lebih lanjut supaya
tidak terjadi dampak yang merugikan.
2. Secara biologi
Pemberantasan hama secara biologi merupakan upaya pengendalian hama tanaman dengan
menggunakan agen pemangsa alami (predator). Contoh berbagai hewan pemangsa hama
tanaman antara lain lebah penyengat, semut rangrang, dan burung hantu.
a. Ulat kupu artona diberantas dengan hewan semacam lebah penyengat.
b. Kutu loncat diberantas dengan semut rangrang.
c. Tikus diberantas dengan burung hantu.

B. Gulma
Gulma adalah tanaman pengganggu tanaman budi daya. Berbeda dengan hama dan penyakit
tanaman, pengaruh yang
diakibatkan oleh gulma tidak terlihat secara langsung dan berjalan lambat. Namun, secara
keseluruhan kerugian yang
ditimbulkan sangat besar. Gulma mampu berkompetisi kuat dengan tanaman budi daya untuk
memenuhi kebutuhan unsur
hara, air, sinar matahari, udara, dan ruang tumbuh. Contoh tumbuhan yang termasuk gulma,
yaitu rumput teki, tanaman
paku-pakuan, dan enceng gondok. Beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya kerugian
akibat persaingan antara tanaman budi daya dengan gulma antara lain sebagai berikut
1. Pertumbuhan tanaman terhambat sehingga waktu mulai berproduksi lebih lama.
2. Penurunan kuantitas dan kualitas hasil produksi.
3. Gulma dapat menjadi sarang hama dan penyakit.
4. Pengendalian gulma membutuhkan biaya yang mahal.
Cara pengendalian gulma dilakukan melalui dua cara, yaitu:
1. Cara tradisional dengan mencabuti gulma secara langsung.
2. Cara modern dengan menyemprot menggunakan herbisida

C. Penyakit Tanaman
Selain hama dan gulma, ada lagi yang dapat menurunkan kualitas tanaman, yaitu penyakit
tanaman. Penyakit tanaman dapat menyebabkan terganggunya daya tahan tubuh tanaman
terhadap pengaruh luar. Secara umum, penyakit tanaman disebabkan oleh virus, bakteri, dan
jamur. Berbagai contoh penyakit tanaman antara lain sebagai berikut.
a. CVPD (Citrus Vein Phloem Degeneration)
CVPD adalah penyakit yang merusak pembuluh tapis batang tanaman jeruk. Penyakit CVPD
disebabkan oleh virus.
b. TMV (Tobacco Mozaic Virus)
TMV adalah virus mosaik yang menyerang tanaman tembakau. Daun tanaman tembakau yang
terserang virus mosaik menjadi berwarna belang hijau muda sampai hijau tua. Ukuran daun
menjadi relatif lebih kecil dibandingkan dengan ukuran daun normal. Apabila tanaman muda
terserang virus ini, pertumbuhan tanaman terhambat dan akhirnya kerdil.
c. Penyakit bulai
Penyakit ini biasanya menyerang tanaman jagung. Penyebabnya adalah jamur dengan
penyebaran menggunakan spora yang diterbangkan oleh angin.
d. Penyakit virus belang
Penyakit ini biasanya menyerang tanaman kedelai. Penyebabnya adalah virus dengan penyebaran
melalui perantaraan angin.
e. Penyakit kerdil rumput
Penyakit ini biasanya menyerang tanaman padi. Penyebabnya virus dengan penyebaran melalui
perantaraan hama wereng.
Pengendalian penyakit ini dilakukan dengan jalan mengendalikan hewan perantaranya, yaitu
wereng. Cara pengendalian tersebut antara lain sebagai berikut.
1) Menanam padi yang tahan terhadap hama wereng (VUTW).
2) Memutuskan daur perkembangbiakan wereng dengan jalan mengupayakan rotasi tanaman,
yaitu menanam dua jenis
tanaman di satu lahan secara bergantian.
3) Menanam padi secara serentak dalam areal yang luas dengan jenis padi yang ditanam sama.
Hal ini dilakukan agar pemanenan dapat dilakukan serentak dalam satu waktu. Dengan
demikianterdapat tenggang waktu, yaitu tidak terdapatnya tanaman padi sama sekali sehingga
hama wereng tidak memperoleh makanan dan akhirnya mati.
4) Membunuh wereng secara langsung menggunakan insektisida dengan dosis yang tepat. Dosis
yang tepat sangat penting supaya hama wereng dapat diberantas tanpa mengganggu
keseimbangan ekosistem
Macam-Macam Hama dan Penyakit Pada Tanaman Serta
Cara Pengendaliannya

Posted by sugiartoagribisnis pada 20 Januari 2011

1. Tikus

Gejala serangan :

1. Tikus menyerang berbagai tumbuhan.


2. Menyerang di pesemaian, masa vegetatif, masa generatif, masa panen, tempat penyimpanan.
3. Bagian tumbuhan yang disarang tidak hanya biji bijian tetapi juga batang tumbuhan muda.
4. Tikus membuat lubang lubang pada pematang sawah dan sering berlindung di semak semak.

Pengendaliannya :

1. Membongkar dan menutup lubang tempat bersembunyi para tikus dan menangkap tikusnya.
2. Menggunakan musuh alami tikus, yaitu ular.
3. Menanam tanaman secara bersamaan agar dapat menuai dalam waktu yang bersamaan pula
sehingga tidak ada kesempatan bigi tikus untuk mendapatkan makanan setelah tanaman
dipanen.
4. Menggunakan rodentisida (pembasmi tikus) atau dengan memasang umpan beracun, yaitu
irisan ubi jalar atau singkong yang telah direndam sebelumnya dengan fosforus. Peracunan ini
sebaiknya dilakukna sebelum tanaman padi berbunga dan berbiji. Selain itu penggunaan racun
harus hati hati karena juga berbahaya bagi hewan ternak dan manusia.

2. Wereng

Gejala serangan :

1. Menyebabkan daun dan batang tumbuhan berlubang lubang.


2. Daun dan batang kemudian kering, dan pada akhirnya mati.

Pengendaliannya :

1. Pengaturan pola tanam, yaitu dengan melakukan penanaman secara serentak maupun dengan
pergiliran tanaman. Pergiliran tanaman dilakukan untuk memutus siklus hidup wereng dengan
cara menanam tanaman palawija atau tanah dibiarkan selama 1 2 bulan.
2. b. Pengandalian hayati, yaitu dengan menggunakan musuh alami wereng, misalnya laba laba
predator Lycosa Pseudoannulata, kepik Microvelia douglasi dan Cyrtorhinuss lividipenis,
kumbang Paederuss fuscipes, Ophinea nigrofasciata, dan Synarmonia octomaculata.
3. Pengandalian kimia, yaitu dengan menggunakan insektisida, dilakukan apabila cara lain tidak
mungkin untuk dilakukan. Penggunaan insektisida diusahakan sedemikan rupa sehingga efektif,
efisien, dan aman bagi lingkungan.

3. Walang Sangit
Gejala serangan :

1. Menghisap butir butir padi yang masih cair.


2. Biji yang sudah diisap akan menjadi hampa, agak hampa, atau liat.
3. Kulit biji iu akan berwarna kehitam hitaman.
4. Walang sangit muda (nimfa) lebih aktif dibandingkan dewasanya (imago), tetapi hewan dewasa
dapat merusak lebih hebat karenya hidupnya lebih lama.
5. Walang sangit dewasa juga dapat memakan biji biji yang sudah mengeras, yaitu dengan
mengeluarkan enzim yang dapat mencerna karbohidrat.
6. Faktor faktor yang mendukung yang mendukung populasi walang sangit antara lain sebagai
berikut.

Sawah sangat dekat dengat perhutanan.


Populasi gulma di sekitar sawah cukup tinggi.
Penanaman tidak serentak

Pengendaliannya :

1. Menanam tanaman secara serentak.


2. Membersihkan sawah dari segala macam rumput yang tumbuh di sekitar sawah agar tidak
menjadi tempat berkembang biak bagi walang sangit.
3. Menangkap walang sangit pada pagi hari dengan menggunakan jala penangkap.
4. Penangkapan menggunakan unmpan bangkai kodok, ketam sawah, atau dengan alga.
5. Melakukan pengendalian hayati dengan cara melepaskan predator alami beruba laba laba dan
menanam jamur yang dapat menginfeksi walang sangit.
6. Melakukan pengendalian kimia, yaitu dengan menggunakan insektisida.

4. Ulat

Gejala serangan :

1. Aktif memakan dedaunan bahkan pangkal batang, terutama pada malam hari.
2. Daun yang dimakan oleh ulat hanya tersisa rangka atau tulang daunya saja.

Pengendaliannya :

1. Membuang telur telur kupu kupu yang melekat pada bagian bawah daun.
2. Menggenangi tempat persemaian dengan air dalam jumlah banyak sehingga ulat akan bergerak
ke atas sehingga mudah untuk dikumpulkan dan dibasmi.
3. Apabila kedua cara diatas tidak berhasil, maka dapat dilakukan penyemprotan dengan
menggunakan pertisida.

5. Tungau

Gejala serangan :

1. Tungau (kutu kecil) bisaanya terdapat di sebuah bawah daun untuk mengisap daun tersebut.
2. Pada daun yang terserang kutu akan timbul bercak bercak kecil kemudian daun akan menjadi
kuning lalu gugur.

Pengendaliannya :

1. Hama ini dapat diatasi dengan cara mengumpulkan daun daun yang terserang hama pada
suatu tempat dan dibakar.

6. Lalat bibit (Atherigona exigua, A. Oryzae)

Gejala serangan :

1. Lalat bibit meletakkan telur pada pelepah daun padi pada senja hari.
2. Telur menetas setelah dua hari dan larva merusak titik tumbuh. Pupa berwarna kuning
kecoklatan terletak di dalam tanah. Setelah keluar dari pupa selama 1 minggu menjadi imago
yang siap kawin.
3. Hama ini menyerang terutama pada kondisi kelembaban udara tinggi.

Pengendaliannya :

1. Pengendaliannya diutamakan pada penanaman varitas yang tahan.

7. Anjing tanah atau orong-orong (Gryllotalpa hirsuta atau Gryllotalpa African

Gejala serangan :

1. Hidup dibawah tanah yang lembab dengan membuat terowongan.


2. Memakan hewan-hewan kecil (predator), tetapi tingkat kerusakan tanaman lebih besar dari
pada manfaatnya sebagai predator.
3. Nimfa muda memakan humus dan akar tanaman, imago betina sayapnya berkembang setengah,
yang jantan dapat mengerik di senja hari.

Pengendaliannya :

1. Pengendaliannya diarahkan pada pengolahan tanah yang baik agar terowongan rusak.

8. Uret (Exopholis hypoleuca, Leucopholis rorida, Phyllophaga helleri)

Gejala serangan :

1. Uret yang merusak tanaman padi terdiri dari spesies Exopholis hypoleuca, Leucopholis rorida,
Phyllophaga helleri
2. Perkembangan hidup ketiga uret tersebut sama yaitu dari telur larva (uret) pupa imago
(kumbang).
3. Kumbang hanya makan sedikit daun-daunan dan tidak begitu merusak dibanding uretnya.

Pengendaliannya :
1. Pengendalian diarahkan pada sistem bercocok tanam yang baik agar vigor tanaman baik.

9. Ganjur (Orseolia oryzae)

Gejala serangan :

1. Hama ganjur sejenis lalat ordo Diptera. Ngengat betina hanya kawin satu kali seumur hidupnya,
bertelur antara 100-250 telur. Telur berwarna coklat kemerahan dan menetas setelah 3 hari.
2. Larva makan jaringan tanaman diantara lipatan daun padi, pertumbuhan daun padi jadi tidak
normal.
3. Pucuk tanaman menjadi kering dan mudah dicabut. Masa larva selama 6 12 hari. Siklus hidup
keseluruhan 19 26 hari.

Pengendaliannya :

1. Pengendalian diarahkan pada penanaman varietas yang resisten, penggenangan areal


pertanaman sesudah panen agar pupanya mati.

10. Pengorok daun atau hama putih (Nymphola depunctalis) dan hama putih palsu
(Cnaphalocrosis medinalis)

Gejala serangan :

1. Pengorok daun atau hama putih (Nymphola depunctalis) menyerang daun padi sejak
dipesemaian hingga dilapang.
2. Daun padi yang telah dikorok menjadi putih, tinggal kerangka daunnya saja.
3. Larva bersifat semi aquatik, memanfaatkan air sebagai sumber oksigen.
4. Larva membuat gulungan/kantung dari daun padi kemudian menjatuhkan diri ke air. Larva
berwarna hijau, perkembangan sampai menjadi pupa 14 20 hari. Stadia pupa 4 7 hari.

Pengendaliannya :

1. Meniadakan genangan air pada pesemaian sehingga larva tidak dapat memanfaatkan air sebagai
sumber oksigen.
2. Lalat Tabanidae dan semut Solenopsis gemitata merupakan musuh alami.

11. Penggerek jagung (Ostrinia furnacalis)

Gejala serangan :

1. Menyebabkan batang jagung retak dan patah.


2. Kupu sebagai induk dari hama Ostrinia furnacalis muncul di pertanaman pada malam hari,
antara pk. 20.00 sampai pk. 22.00 dan meletakkan telurnya pada jam-jam tersebut. Kupu betina
meletakkan telur sebanyak 300-500 butir pada daun ketiga. Telut berwarna putih kekuningan
diletakkan di bawah permukaan daun secara berkelompok. Biasanya ditutupi oleh bulu-bulu.
3. Setelah 4-5 hari telur menetas, ulat akan masuk ke dalam batang setelah berumur 7-10 hari
melalui pucuknya dan sering merusak malai yang belum keluar. Selanjutnya ulat menggerek ke
dalam batang dan kebanyakan pada ruas batangnya, dan setelah habis digereknya pula ruas
yang disebelah bawah. Umur ulat 18-41 hari
4. Gejala serangan ulat yang masih muda, tanda daun kelihatan garis-garis putih bekas gigitan.
5. Serangan berikutnya tampak adanya lubang gerekan pada batang yang disertai adanya tepung
gerek berwarna coklat. Apabila batang jagung patah, tanaman akan mati.
6. Tanaman inang selain jagung adalah cantel, Panicum viride, bayam dan gulma Blumea lacera.

Pengendaliannya :

1. Dengan cara pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan merupakan inangnya.
2. Tanaman yang terserang dipotong dan ditimbun dalam tanah atau diberikan pada hewan
ternak.
3. Menghilangkan tanaman inang yang lain yang tumbuh diantara dua waktu tanam.
4. Membersihkan rumput-rumputan
5. Cara kimiawi, pengendalian dilakukan sebelum ulat masuk ke dalam batang. Beberapa jenis
insektisida yang dinyatakan efektif adalah: Azodrin 15 WSC, Nogos 50 EC, Hostation 40 EC,
Karvos 20 EC

12. Kutu daun persik (Myzus persicae)

Gejala serangan :

1. Kutu daun persik memiliki alat tusuk isap, biasanya kutu ini ditemukan dipucuk dan daun muda
tanaman cabai.
2. Mengisap cairan daun, pucuk, tangkai bunga dan bagian tanaman yang lain sehingga daun jadi
keriting dan kecil warnanya brlang kekuningan, layu dan akhirnya mati.
3. Melalui angin kutu ini menyebar ke areal kebun.
4. Efek dari kutu ini menyebabkan tanaman kerdil, pertumbuhan terhambat, daun mengecil.
5. Kutu ini mengeluarkan cairan manis yang dapat menutupi permukaan daun akan ditumbuhi
cendawan hitam jelaga sehingga menghambat proses fotosintesis. Kutu ini juga ikut andil dalam
penyebaran virus.

Pengendaliannya :

1. Pengendalian dengan cara menanam tanaman perangkap (trap crop) di sekeliling kebun cabai
seperti jagung.
2. Pengendalian dengan kimia seperti Curacron 500 EC, Pegasus 500 SC, Decis 2,5 EC, Hostation 40
EC, Orthene 75 SP.

13. Thrips/kemreki (Thrips parvispinus)

Gejala serangan :

1. Daun yang cairannya diisap menjadi keriput dan melengkung ke atas.


2. Thrips sering bersarang di bunga, ia juga menjadi perantara penyebaran virus. sebaiknya
dihindari penanaman cabai dalam skala luas dapa satu hamparan.
Pengendaliannya :

1. Dengan pergiliran tanaman adalah langkah awal memutus perkembangan Thrips.


2. Memasang perangkap kertas kuning IATP (Insect Adhesive Trap Paper), dengan cara digulung
dan digantung setinggi 15 Cm dari pucuk tanaman.
3. Pengendalian dengan insektisida secara bijaksana. Yang dapat dilih antara lain Agrimec 18 EC,
Dicarzol 25 SP, Mesurol 50 WP, Confidor 200 SL, Pegasus 500 SC, Regent 50 SC, Curacron 500 EC,
Decis 2,5 EC, Hostathion 40EC, Mesurol 50 WP. Dosis penyemprotan disesuaikan dengan label
kemasan.

14. Ulat grayak (Spodoptera litura)

Gejala serangan :

1. Daun bolong-bolong pertanda serangan ulat grayak. Kalau dibiarkan tanaman bisa gundul atau
tinggal tulang daun saja.
2. Ia juga memakan buah hingga berlubang akibatnya cabe tidak laku dijual.

Pengendaliannya :

1. Dengan cara mengumpulkan telur dan ulat-ulat langsung membunuhnya.


2. Menjaga kebersihan kebun dari gulma dan sisa tanaman yang menjadi tempat persembunyian
hama dan pergiliran tanaman.
3. Pasang perangkap ngengat UGRATAS, dengan cara dimasukkan kedalam botol bekas air mineral
liter yang diberi lubang kecil sebagai sarana masuknya kupu jantan. Karena UGRATAS adalah
zat perangsang sexual pada serangga jantan dewasa dan sangat efektif untuk dijadikan
perangkap.
4. Jika terpaksa atasi serangan ulat grayak dengan Decis 2,5 EC, Curacron 500 EC, Orthene 75 Sp,
Match 50 EC, Hostathion 40 EC, Penyemprotan kimia dengan cara bergantian agar tidak terjadi
kekebalan pada hama.

15. Lalat buah (Dacus ferrugineus Coquillet atau Dacus dorsalis Hend)

Gejala serangan :

1. Lalat ini menusuk pangkal buah cabe yang terlihat ada bintik hitam kecil bekas tusukan lalat
buah untuk memasukkan telur.
2. Buah yang terserang akan menjadi bercak-bercak bulat, kemudian membusuk, dan berlobang.
3. Setelah telur menetas jadi larva (belatung) dan hidup di dalam buah sampai buah rontok dan
membusuk larva akan keluar ke tanah dan seminggu kemudian berubah menjadi lalat muda.

Pengendaliannya :

1. Lakukan pergiliran tanaman untuk memutus rantai perkembangan lalat.


2. Kumpulkan semua buah cabai yang terserang dan musnahkan.
3. Kendalikan dengan perangkap metil eugenol yang sangat efektif dengan cara memasukkan metil
eugenol dalam kapas ke botol bekas air mineral yang telah diolesi minyak goreng, atau diberi air.
Gantungkan perangkap di pingir kebun.
4. Pengendalian secara kimia dapat dilakukan dengan penyemprotan Buldok, Lannate, Tamaron,
Curacron 500 EC.

16. Belalang

Gejala serangan :

1. Gejala penyerangan hama belalang ini sama dengan ulat, yaitu daun menjadi rombeng.

Pengendaliannya :

1. Hama ini dapat ditanggulangi dengan penangkapan secara manual.


2. Tangkap belalang yang belum bersayap atau saat masih pagi dan berembun biasanya belalang
tidak dapat terbang dengan sayap basah.

17. Kutu perisai

Gejala serangan :

1. Hama ini menyerang bagian daun.


2. Kutu ini biasanya terdapat koloni dengan membentuk barisan di bagian tulang daun.

Pengendaliannya :

1. Dapat diatasi menggunakan insektisida sistemik dengan bahan aktif acephate.

18. Spider mite

Gejala serangan :

1. Spider mite mengisap cairan pada tanaman.


2. Serangan hama ini mengakibatkan daun berwarna kuning, kemudian muncul bercak-bercak
pada bagian yang diisap cairannya.
3. Serangan Spider mite secara besar bisa mengakibatkan daun habis dan tanaman mati. Spider
mite lebih kebal terhadap insektisida.

Pengendaliannya :

1. Disarankan menggunakan akarisida.

19. Fungus gnats

Gejala serangan :
1. Adalah serangga yang berbentuk seperti nyamuk berwarna hitam.
2. Larvanya yang berbentuk seperti cacing hidup di dalam media tanam dan sering makan akar
halus tanaman.
3. Fungus gnats dewasa merusak seludang bunga, dengan gejala serangan munculnya bintik-bintik
hitam pada seludang bunga.

Pengendaliannya :

1. Pada fase masih menjadi larva, maka penanganannya dilakukan dengan menaburkan
Nematisida seperti Furadan G ke media tanam.
2. Sedangkan pada fase dewasa, dilakukan penyemprotan insektisida.

20. Cacing liang (Radhopolus Similis)

Gejala serangan :

1. Menghisap cairan pada akar tanaman.


2. Tanaman yang terserang hama ini adalah tanaman menjadi lambat tumbuh dan kerdil serta
menghasilkan bunga yang kecil.

Pengendaliannya :

1. Untuk mengatasinya digunakan Nematisida seperti Furadan G yang ditaburkan pada media
tanam sesuai aturan yang tertera dalam kemasan.
2. Aplikasi pestisida pada tanaman hias sebaiknya digunakan secara bijak, mengingat dampak
negatif yang bisa ditimbulkan. Karena umumnya tanaman hias diletakkan berdekatan dengan
manusia, disamping juga pertimbangan akan adanya kemungkinan serangga menjadi semakin
kebal dengan insektisida yang digunakan.

21. Penyakit Rebah Kecambah (Phytium spp, Sclerotium sp dan Rhizoctonia sp.)

Gejala serangan :

1. Penyakit ini menyerang pada tembakau.


2. Pada umumnya menyerang di pembibitan, dengan gejala serangan pangkal bibit berlekuk
seperti terjepit, busuk, berwarna coklat dan akhirnya bibit roboh.
3. Penyakit biasanya menyerang didaerah dengan suhu 240C, kelembaban di atas 85 % drainase
buruk curah hujan tinggi dan pH tanah 5,2 8,5.

Pengendaliannya :

1. Penyakit ini dapat diatasi dengan pengaturan jarak tanam pembibitan.


2. Disinfeksi tanah sebelum penaburan benih atau penyemprotan pembibitan.
3. Pencelupan bibit sebelum tanam dengan fungisida netalaksil 3 g/liter air Mankozep (2 3 g/liter
air), Benomil 2 3 g/liter air dan Propanokrab Hidroklorida 1 2 ml/l air.

22. Penyakit Lanas (disebabkan cendawan Phytophthora nicotianae var Breda de Haan)
Gejala serangan :

1. Penyakit ini menyerang pada tembakau.


2. Tanaman yang daunnya masih hijau mendadak terkulai layu dan akhirnya mati, pangkal batang
dekat permukaan tanah busuk berwarna coklat dan apabila dibelah empulur tanaman bersekat-
sekat.
3. Daunnya terkulai kemudian menguning tanaman layu dan akhirnya mati.
4. Bergejala nekrosis berwarna gelap terang (konsentris) dan setelah prosesing warnanya lebih
coklat dibanding daun normal.

Pengendaliannya :

1. Melakukan sanitasi pengolahan tanah yang matang, memperbaiki drainase, penggunaan pupuk
kandang yang telah masak.
2. Rotasi tanaman minimal 2 tahun dan menggunakan varietas tahan seperti Coker 48, Coker 206
NC85, DB 102, Speight G-28, Ky 317, Ky 340, Oxford 1, dan Vesta 33.
3. Dengan penyemprotan fungisida pada pangkal batang dengan menggunakan fungisida
Mankozeb 2 3 g/liter air, Benomil 2 -3 g/liter air, Propanokarb Hidroklorida 1 2 ml air dan
bubur bordo 1 2 %.

23. Virus Penyakit Kerupuk (Tabacco Leaf Corl Virus = TLCV).

Gejala serangan :

1. Penyakit ini menyerang pada tembakau.


2. Daun terlihat agak berkerut, tepi daun melengkung ke atas, tulang daun bengkok, daun
menebal, atau sampai daun berkerut dan sangat kasar.

Pengendaliannya :

1. Memberantas vektor lalat putih (Bemisia tabaci) dengan insektisida dimetoat atau
imedakloprid.

24. Kutu Daun Tembakau (Myzus persicae)

Gejala serangan :

1. Kutu ini merusak tanaman tembakau.


2. Menghisap cairan daun tanaman, menyerang di pembibitan dan pertanaman, sehingga
pertumbuhan tanaman terhambat.
3. Kutu ini menghasilkan embun madu yang menyebabkan daun menjadi lengket dan ditumbuhi
cendawan berwarna hitam.
4. Kutu daun secara fisik mempengaruhi warna, aroma dan tekstur dan selanjutnya akan
mengurangi mutu dan harga.
5. Secara Khemis kutu daun mengurangi kandungan alkoloid, gula, rasio gula alkoloid dan
maningkatkan total nitrogen daun.
6. Kutu daun dapat menyebabkan kerugian sampai 50 %, kutu daun dapat menyebabkan kerugian
22 28 % pada tembakau flue-cured.

Pengendaliannya :

1. Mengurangi pemupukan N dan melakukan penyemprotan insektisida yaitu apabila lebih besar
dari 10 % tanaman dijumpai koloni kutu tembakau (setiap koloni sekitar 50 ekor kutu).
2. Pestisida yang digunakan yaitu jenis imidaklorid.

25. Penggerek buah kakao (Conopomorpha cramerella)

Gejala serangan :

1. Buah kakao yang diserang berukuran panjang 8 cm, dengan gejala masak awal, yaitu belang
kuning hijau atau kuning jingga dan terdapat lubang gerekan bekas keluar larva.
2. Pada saat buah dibelah biji-biji saling melekat dan berwarna kehitaman, biji tidak berkembang
dan ukurannya menjadi lebih kecil. Selain itu buah jika digoyang tidak berbunyi.

Pengendaliannya :

1. Karantina; yaitu dengan mencegah masuknya bahan tanaman kakao dari daerah terserang PBK
2. Pemangkasan bentuk dengan membatasi tinggi tajuk tanaman maksimum 4m sehingga
memudahkan saat pengendalian dan panen
3. Mengatur cara panen, yaitu dengan melakukan panen sesering mungkin (7 hari sekali) lalu buah
dimasukkan dalam karung sedangkan kulit buah dan sisa-sisa panen dibenam
4. Menyelubungan buah (kondomisasi), caranya dengan mengguna-kan kantong plastik dan cara
ini dapat menekan serangan 95-100 %. Selain itu sistem ini dapat juga mencegah serangan hama
helopeltis dan tikus
5. Cara kimiawi: dengan Deltametrin (Decis 2,5 EC), Sihalotrin (Matador 25 EC), Buldok 25 EC
dengan volume semprot 250 l/ha dan frekuensi 10 hari sekali.

26. Kepik penghisap buah (Helopeltis spp)

Gejala serangan :

1. Buah kakao yang terserang tampak bercak-bercak cekung berwarna coklat kehitaman dengan
ukuran bercak relatif kecil (2-3 mm) dan letaknya cenderung di ujung buah.
2. Serangan pada buah muda menyebabkan buah kering dan mati, tetapi jika buah tumbuh terus,
permukaan kulit buah retak dan terjadi perubahan bentuk.
3. Bila serangan pada pucuk atau ranting menyebabkan daun layu, gugur kemudian ranting layu
mengering dan meranggas.

Pengendaliannya :

1. Pengendalian yang efektif dan efisien sampai saat ini dengan insektisida pada areal yang
terbatas yaitu bila serangan helopeltis <15 % sedangkan bila serangan >15% penyemprot-an
dilakukan secara menyeluruh.
2. Dikendalikan secara biologis, menggunakan semut hitam. Sarang semut dibuat dari daun kakao
kering atau daun kelapa diletakkan di atas jorket dan diolesi gula.

27. Penyakit busuk buah (Phytophthora palmivora)

Gejala serangan :

1. Buah kakao yang terserang berbercak coklat kehitaman, biasanya dimulai dari ujung atau
pangkal buah.
2. Disebarkan melalui sporangium yang terbawa atau terpercik air hujan, dan biasanya penyakit ini
berkembang dengan cepat pada kebun yang mempunyai curah hujan tinggi dengan kondisi
lembab.

Pengendaliannya :

1. Sanitasi kebun, dengan memetik semua buah busuk lalu membenamnya dalam tanah sedalam
30 cm.
2. Kultur teknis, yaitu dengan pengaturan pohon pelindung dan lakukan pemangkasan pada
tanaman-nya sehingga kelembaban di dalam kebun akan turun.
3. Cara kimia, yaitu menyemprot buah dengan fungisida seperti :Sandoz, cupravit Cobox, dll.
Penyemprotan dilakukan dengan frekuensi 2 minggu sekali; (4) penggunaan klon tahan
hama/penyakit seperti: klon DRC 16, Sca 6,ICS 6 dan hibrida DR1.

28. Antraknosa (Penyebab jamur C. capsici)

Gejala serangan :

1. Menyerang pada tanaman cabe


2. Adanya bercak yang agak mengkilap, sedikit terbenam dan berair.
3. Lamakelamaan busuk tersebut akan melebar membentuk lingkaran konsentris.
4. Dalam waktu yang tidak lama maka buah akan berubah menjadi coklat kehitaman dan
membusuk.
5. Ledakan penyakit ini sangat cepat pada musim hujan.
6. Penyebarannya tidak hanya melalui sentuhan antara tanaman saja melainkan juga bisa karena
percikan air, angin, maupun melalui vektor.

Pengendaliannya :

1. Dengan kultur teknis yang baik.


2. Dapat juga dilakukan pembersihan atau pembuangan bagian tanaman yang sudah terserang
agar tidak menyebar.
3. Selain dengan cara budidaya yang baik, saat pemilihan benih harus kita lakukan secara selektif .
4. Disarankan agar menanam benih cabe yang memiliki ketahanan terhadap penyakit pathek.
5. Secara kimia, pengendalian penyakit ini dapat disemprot dengan fungisida bersifat sistemik yang
berbahan aktif triadianefon dicampur dengan fungisida kontak berbahan aktif tembaga
hidroksida seperti Kocide 54WDG, atau yang berbahan aktif Mankozeb seperti Victory 80WP.

Anda mungkin juga menyukai