Abstrak
Reaksi hipersensitivitas tipe lambat atau reaksi alergi tipe IV dapat menyebabkan
berbagai manifestasi oral yang berbeda. Reaksi yang terjadi dapat terlokalisasi atau
terlihat menyebar pada mukosa oral dan biasanya timbul 24-72 jam setelah paparan
antigen. Antigen yang menyebabkan reaksi tipe ini biasanya berasal dari luar (eksternal)
seperti alergen kontak (terutama logam) dan obat-obatan. Manifestasi oral yang paling
sering terlihat adalah cheilitis, gingivitis, stomatitis, dermatitis perioral, burning mouth
syndrome, reaksi likenoid dan granulomatosis orofasial. Bagian yang paling penting
dari diagnosis adalah penggunaan uji tempel (patch test) yang mengindikasikan reaksi
alergi kontak terhadap suatu alergen. Hasil uji tempel menunjukkan bahwa beberapa
alergen yang paling sering ditemukan diantaranya adalah emas, nikel, merkuri,
paladium, kobalt, akrilat, dll. Uji tempel diperlukan untuk membuktikan
hipersensitivitas kontak meskipun hubungan antara manifestasi klinis spesifik dan hasil
uji tempel yang positif tidak selalu ditemukan. Maka, hipersensitivitas alergi terhadap
komponen-komponen yang digunakan dalam kedokteran gigi perlu dipertimbangkan
pada pasien dengan gejala-gejala pada rongga mulut.
Fixed drug reaction (eruptio fixa) merupakan reaksi alergi tetap atau terlokalisasi,
spesifik pada reaksi alergi terhadap obat. Reaksi ini terjadi pada mukosa oral dalam
bentuk erosi lokalis berbatas jelas dengan pseudomembran tebal. Reaksi ini biasanya
soliter atau paling banyak mencakup dua regio pada bagian mukosa oral yang berbeda.
Lesi lokalis dapat ditemukan pada mukosa palatum keras, dorsum lidah, atau pada
labia3. Lesi selalu timbul pada tempat yang sama setelah kontak berulang dengan
antigen.
Stomatitis (cheilitis) venenata merupakan reaksi alergi kontak yang disebabkan oleh
substansi kimiawi dan kosmetik berbeda yang menyebabkan inflamasi pada labia dan
seluruh mukosa oral. Stomatitis ini bermanifestasi sebagai inflamasi dengan edema
yang terlihat jelas, diikuti dengan erosi kecil berdiameter 0.5 mm dan biasanya timbul
banyak. Dengan iritasi lokal kronis pada labia, chelitis eksfoliatif dengan eksudat dapat
diharapkan3.
Stomatitis alergi kontak jarang terjadi, tetapi kasus alergi kontak terhadap bahan-
bahan yang berbeda di mulut dapat terjadi4-6. Disini kami mempertimbangkan nikel
sulfat, produk berbasis merkuri, emas, dan lain-lain. Terkadang, reaksi terhadap kobalt
klorida ditemukan yang biasanya sering muncul pada anak-anak. Logam sering
digunakan sebagai protesa gigi, tetapi manifestasi oral dari alergi kontak terhadap
logam jarang ditemukan4.
Ketika reaksinya disebabkan oleh bahan prostetik, maka disebut stomatitis alergi
prostetik. Jenis ini muncul sebagai bentuk dari alergi kontak dengan akrilik, furnish gigi
tiruan, gigi tiruan kerangka logam, dan pasta kobalt-kromium untuk fiksasi gigi tiruan.
Oleh karena itu, perubahan patologis terjadi di lokasi dimana basis gigi tiruan berkontak
dengan jaringan sekitar, tidak hanya pada bagian mukosa yang tertutup basis. Lesi
stomatitis ditemukan dalam bentuk eritema, edema, vesikel, bula, erosi, dan ulserasi3.
Reaksi alergi pada mukosa oral dapat muncul sebagai konsekuensi dari kontak
komposit, minyak ethereal, silikon, dan bahan cetak poliester. Lesi mukosa oral
terlokalisasi di daerah yang terjadi kontak dengan penyebab alergi, dan menjadi
polimorfik3.
Diagnosis dari bentuk yang sudah disebutkan sebagai reaksi alergi tipe lambat
dapat dikonfirmasi melalui uji laboratorium, dengan uji imunitas sel dan tes
hipersensitivitas alergen, biasanya dengan melakukan tes epikutaneus atau uji tempel5,6.
Terapi yang umum diberikan adalah obat kortikosteroid lokal, atau jika diperlukan
pemberian kortikosteroid sistemik3.
Stomatitis Granulomatosa dan Cheilitis merupakan penyakit langka, dimana
patogenesisnya adalah reaksi alergi tipe IV yang melibatkan jaringan ikat mukosa oral.
Awalnya, terdapat manifestasi sebagai edema akut pada bibir. Biasanya terjadi pada
bibir bawah, atau edema unilateral. Diawali dengan bibir yang membengkak kemudian
menjadi keras dan berfibrosa, dengan butiran tidak merata yang dapat dirasakan dengan
palpasi. Warna bibir yang ungu kemerahan, dengan tanda dan bekas pengelupasan.
Ketika lesi ditemukan pada bibir, maka disebut penyakit Miescher3. Apabila lesi
inflamasi granulomatosa ditemukan pada regio lain di rongga mulut, maka disebut
sindrom Melkerson Rosenthal.
Selain inflamasi granulomatosa pada tempat-tempat di mukosa oral, fissured
tongue juga dapat terjadi, juga hyperplastic parodontitis profunda dan facial nerve
paresis yang bersifat sementara3.
Diagnosis dari masalah ini membutuhkan pemeriksaan internis karena
kemungkinan adanya keterlibatan pada organ lainnya. Juga, karena kemiripan gambaran
klinis, sarcoidosis harus dijadikan pengecualian. Terapi yang diberikan meliputi
pemberian kortikosteroid sistemik dan intralesi untuk mengurangi edema dan inflamasi
granulomatosa3.
Geographic Tongue atau benign migratory glossitis adalah kelainan yang tidak
diketahui penyebab dan patogenesisnya, meskipun genetik sering disebut sebagai faktor
penyebabnya. Penyakit ini merupakan trauma yang sering terjadi pada anak. Biasanya
bersifat asimptomatik, namun kadang sering juga dikeluhkan adanya sensasi terbakar.
Pada beberapa kasus geographic tongue berhubungan dengan psoriasis dan atopi
(biasanya disebabkan karena kecenderungan reaksi alergi dengan jumlah IgE yang
besar), yang harus dijadikan sebagai pertimbangan dalam menentukan diagnosis4.
Sindrom Reiter merupakan episode artritis, uretritis dan konjungtivitis sebagai reaksi
imun terhadap infeksi yang ditemukan di salah satu area pada anggota badan pasien
(Shigella, Salmonella, gonococci, Mycoplasma, Chlamydia, Yerssinia, dan
Campylobacter)3.
Stomatitis dapat terjadi pada 50% pasien. Lesi oral diawali dengan terjadinya
eksulserasi makula merah pada mukosa mukal, bibir, lidah, dan gingiva, dikelilingi tepi
putih tidak merata3. Penyakit ini biasanya terjadi pada pasien dengan imunodefisiensi,
pasien dengan jumlah leukosit rendah (misalnya pada pasien HIV). Perawatannya dapat
dengan aplikasi kortikosteroid dan antiseptik lokal oral, obat NSAID, dan
imunosupresan (methotrexate atau azathioprine)3.
Tes Alergi
Ketika dicurigai adanya alergi, dilakukan anamnesa riwayat medis dan pemeriksaan
klinis, setelah itu dermatologis menentukan perlunya dilakukan tes alergi. Tes alergi
biasanya dilakukan pada kulit, dimana dengan jumlah yang sangat sedikit dari solusi
alergen murni diaplikasikan ke kulit dan terjadi reaksi alergi lokal pada kulit yang dapat
diobservasi dan diukur.
Uji kulit dapat dilakukan dengan berbagai metode, tergantung dari tipe alergi
yang dicurigai. Metode tusuk (prick test) dan uji gores pada kulit (scratch test)
digunakan untuk membuktikan dan mengkonfirmasi adanya hipersensitivitas tipe awal,
dimana dengan dilakukannya uji kontak dengan kulit (uji tempel atau epikutan) dapat
membuktikan adanya reaksi alergi tipe IV atau reaksi alergi tipe lambat.
Sumber terjemah:
Bakula A, Lugovic-Mihic L, et al. Contact Allergy in the Mouth: Diversity of Clinical
Presentations and Diagnosis of Common Allergens Relevant to Dental Practice. Aeta
Clin Croat 2011;50:553-557