Anda di halaman 1dari 26

UJI POTENSI INHIBITOR ALFA-GLUKOSIDASE DAN

HIPOGLIKEMIK EKSTRAK BIJI MAHONI (Swietenia


mahagoni Jacq.) SEBAGAI KANDIDAT OBAT
ANTIDIABETES

VENNY FEBRIYANY

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Uji Potensi Inhibitor
lfa-Glukosidase dan Hipoglikemik Ekstrak Biji Mahoni (Swietenia mahagoni
Jacq.) sebagai Kandidat Obat Antidiabetes adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2014

Venny Febriyany
NIM B04100192
ABSTRAK
VENNY FEBRIYANY. Uji Potensi Inhibitor lfa-Glukosidase dan Hipoglikemik
Ekstrak Biji Mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.) sebagai Kandidat Obat
Antidiabetes. Dibimbing oleh TUTIK WRESDIYATI dan SITI SADIAH.

Swietenia mahagoni Jacq. dikenal dengan nama mahoni adalah tanaman


obat yang banyak digunakan untuk mengobati berbagai penyakit, termasuk
diabetes. Tujuan penelitian ini adalah menguji potensi inhibitor alfa-glukosidase
dan hipoglikemik ekstrak biji mahoni sebagai kandidat obat antidiabetes. Biji
mahoni diekstraksi dengan metode maserasi dan refluks menggunakan pelarut
etanol dan air sehingga diperoleh empat jenis ekstrak yaitu ekstrak maserasi air,
ekstrak maserasi etanol, ekstrak refluks air dan ekstrak refluks etanol. Pengujian
aktivitas inhibisi alfa-glukosidase dilakukan secara in vitro dengan metode ELISA
reader. Pada konsentrasi 100 ppm, ekstrak dengan pelarut etanol memiliki persen
inhibisi yang lebih tinggi dan berbeda nyata dengan ekstrak dengan pelarut air
(P<0.05). Dari ke empat jenis eksktrak, dipilih ekstrak maserasi etanol karena
memiliki aktivitas inhibisi terbaik yaitu 18.147 % dan selanjutnya diuji daya
hipoglikemiknya secara in vivo menggunakan tikus Sprague Dawley jantan.
Kondisi hiperglikemik pada tikus didapatkan dengan pemberian sukrosa 90%
sebanyak 1 ml/ekor. Dosis ekstrak biji mahoni yang digunakan yaitu 100, 200,
300, 400 dan 500 mg/kg BB. Hasil uji hipoglikemik menunjukkan bahwa semua
dosis dapat menurunkan kadar glukosa darah tikus percobaan pada level normal.
Dosis 100 mg/kg BB ekstrak telah mempunyai efek hipoglikemik.

Kata kunci: alfa-glukosidase, biji mahoni, diabetes mellitus, hipoglikemik.


ABSTRACT

VENNY FEBRIYANY. Potential Test lfa-glucosidase inhibitors and


Hypoglycemic Seed Extract Mahogany (Swietenia mahagoni Jacq.) as
Antidiabetic Drug Candidates. Supervised by TUTIK WRESDIYATI and SITI
SA'DIAH.

Swietenia mahagoni Jacq. is known as a medicinal plant which is widely


used to treat a various of diseases, including diabetes. The purpose of this study
was to evaluate alpha-glucosidase inhibitors and hypoglycemic potencies of
mahogany seed extract as an antidiabetic drug candidates. Mahogany seeds were
extracted by maceration method and reflux using ethanol and water, thus resulted
four types extracts namely water maceration extract, ethanol maceration extract,
water reflux extract and ethanol reflux extracts. Analysis of the activity of alpha-
glucosidase inhibition performed in vitro with ELISA reader method. At a
concentration of 100 ppm, the ethanol extract by maceration has the highest
percent inhibition (18.147%) and significantly different from other extracts
(P<0.05). Ethanol maceration extract was selected and analyzed for hypoglicemic
effect in vivo using Sprague Dawley male rats. Hyperglycemic condition in rats
was obtained using oral administration of 90% sucrose with volume 1 ml/rat. The
dose of ethanol Swietenia mahagoni extract were 100, 200, 300, 400 and 500
mg/kg BW. The results showed that all doses could decreased blood glucose
levels of rats in normal level. Extract Dose of 100 mg/kg BW was already showed
hypoglicemic effect.

Keywords: alpha-glucosidase, mahogany seed, diabetes mellitus, hypoglycemic.


UJI POTENSI INHIBITOR ALFA-GLUKOSIDASE DAN
HIPOGLIKEMIK EKSTRAK BIJI MAHONI (Swietenia
mahagoni Jacq.) SEBAGAI KANDIDAT OBAT
ANTIDIABETES

VENNY FEBRIYANY

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan
pada
Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini. Judul yang dipilih dalam
penelitian ini adalah Uji Potensi Inhibitor Alfa-Glukosidase dan Hipoglikemik
Ekstrak Biji Mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.) sebagai Kandidat Obat
Antidiabetes. Penyusunan skripsi ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar sebagai sarjana kedokteran hewan pada Fakultas Kedokteran
Hewan, Institut Pertanian Bogor.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu Prof. Dr. drh. Tutik
Wresdiyati, PAVet dan Ibu Siti Sadiah, M.Si, Apt selaku dosen pembimbing
skripsi yang selalu memberikan motivasi serta masukan dalam penulisan skripsi.
Terima kasih juga sebesar-sebesarnya kepada kedua orang tua Bapak Muliadi,
Mama Mimi Suryami, kakak (Yosi dan Cika), adik (Sela, Ine, Dinda, Faiz dan
Faisal) atas dukungan, doa, motivasi dan semangat yang selalu diberikan kepada
penulis. Terima kasih juga kepada Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi yang
telah mendanai penelitian ini melalui Skim Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi
Penelitian Dasar untuk Bagian dengan nomor kontrak 281/IT3.41.2/L2/SPK/2013
atas nama Prof. Dr. drh. Tutik Wresdiyati, PAVet. Terima kasih kepada Bapak
Prof. Dr. Drh. Mohamad Agus Setiadi selaku dosen pembimbing akademik yang
selalu memberikan saran dan semangat kepada penulis. Terima kasih kepada
Yayasan Karya Salemba Empat yang selalu memberikan dukungan moril dan
materil kepada penulis. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada
Fachri Ashari yang selalu memberikan semangat, saran, motivasi dan doa kepada
penulis, teman-teman seperjuangan angkatan 47 di IPB khususnya di Fakultas
Kedokteran Hewan (Meli, Aul, Ija, Fitria, dll) dan teman-teman di Asrama Putri
Darmaga (Intan, Jeje, Qiqin, Helda, Amel, Nadia, dll) atas semangat yang terus
diberikan kepada penulis.
Penulis mengetahui bahwa karya ini belum sempurna, sehingga bimbingan
dan arahan yang membangun sangat diharapkan demi hasil penelitian yang lebih
baik. Penulis ucapkan terima kasih kepada pihak yang mendukung dan
memberikan arahan kepada penulis. Semoga penulis dapat menghasilkan skripsi
yang bermanfaat khususnya bagi penulis, umumnya bagi pembaca.

Bogor, September 2014

Venny Febriyany
DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 3
TINJAUAN PUSTAKA 3
METODE 6
Bahan 6
Alat 6
Hewan Percobaan 6
Prosedur Penelitian 7
Analisis Data 8
HASIL DAN PEMBAHASAN 8
Uji Daya Hambat Enzim Alfa-Glukosidase 8
Uji Aktivitas Hipoglikemik 10
SIMPULAN DAN SARAN 12
Simpulan 12
Saran 13
DAFTAR PUSTAKA 13
LAMPIRAN 16
RIWAYAT HIDUP 17
DAFTAR TABEL
1 Daya hambat ekstrak biji mahoni terhadap enzim alfa-glukosidase (%)
pada konsentrasi 100 ppm 9

DAFTAR GAMBAR
1 Kadar glukosa darah tikus pada uji aktivitas hipoglikemik ekstrak biji
mahoni maserasi etanol pada tikus percobaan 10

DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil statistik uji daya hambat enzim alfa-glukosidase pada konsentrasi
100 ppm 15
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perkembangan zaman yang semakin modern banyak membawa dampak


positif maupun negatif dalam masalah kesehatan. Saat ini gaya hidup terutama
pola makan sangat mempengaruhi kesehatan seseorang. Pola makan yang tidak
sehat meliputi diet tinggi karbohidrat dengan indeks glikemik tinggi dan tinggi
lemak, konsumsi makanan dengan kandungan serat yang rendah menjadi salah
satu penyebab penyakit yang terus meningkat jumlah penderitanya setiap tahun
yaitu diabetes mellitus (DM). DM atau lebih dikenal dengan penyakit kencing
manis merupakan penyakit kelainan metabolik yang ditandai dengan kenaikan
kadar gula darah (Munim et al. 2011).
Menurut American Diabetes Association (2012), DM dibagi menjadi 2 tipe,
yaitu DM tipe 1 dan DM tipe 2. DM tipe 1 (disebut juga insulin dependent
diabetes melitus atau IDDM) disebabkan oleh kerusakan sel beta pankreas, yang
dapat berasal dari reaksi autoimun, infeksi virus, dan mungkin faktor genetik. DM
tipe 2 (disebut juga non insulin dependent diabetes melitus atau NIDDM)
disebabkan oleh resistensi reseptor insulin di sel target insulin yang menyebabkan
hormon insulin tidak dapat menjalankan fungsinya secara normal (Kahn 2003).
Kedua mekanisme ini menyebabkan glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel
terutama pada organ yang menggunakan insulin untuk glukosa transporternya
(hati dan otot) yang menyebabkan peningkatan kadar gula darah.
Pada tahun 2000, di negara berkembang seperti Indonesia terdapat 8.4 juta
penderita DM, sehingga Indonesia masuk dalam 5 besar negara dengan penderita
DM terbanyak dan menempati urutan keempat setelah India, China, dan Amerika
Serikat. Pada tahun 2030, jumlah penderita DM diperkirakan akan meningkat
menjadi 21.3 juta orang, maka diperlukan upaya agar jumlah penderita tidak
semakin bertambah (Wild et al. 2004). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
pada tahun 2007 menunjukkan bahwa proporsi penyebab kematian akibat DM
pada kelompok usia 4554 tahun di daerah perkotaan menduduki ranking kedua
yaitu 14.7%.
Pet animal atau hewan kesayangan saat ini banyak dipelihara terutama
kucing, hal ini mendorong keinginan para pemilik untuk selalu menjaga dan
memelihara kesehatan hewannya. Salah satu langkah yang dilakukan adalah
pemeriksaan kesehatan rutin. Penyakit yang biasa diderita oleh hewan kesayangan
salah satunya adalah DM. Tidak hanya pada manusia, jumlah kasus DM pada
kucing juga meningkat. Menurut Prahl et al (2007), dari hasil catatan medis
veteriner, kucing DM meningkat 124 ekor per 10 000 antara tahun 19701990,
sedangkan pada penelitian Sallander et al. (2012) selama tahun 2000-2004
berdasarkan hasil dari catatan rumah sakit Swedia adalah 21 per 10 000 kucing.
Faktor risiko DM pada kucing ialah bertambahnya umur, jenis kelamin (jantan
lebih berpotensi), dan kelebihan bobot badan.
2

Jumlah penderita DM pada manusia maupun hewan yang semakin


meningkat, mendorong upaya pengembangan obat antidiabetes, salah satunya
yang berasal dari tanaman atau dikenal dengan istilah obat herbal. Menurut Katno
dan Pramono (2003), obat herbal diyakini memiliki efek samping yang relatif
lebih rendah serta mudah didapat sehingga biaya yang dikeluarkan relatif lebih
murah. Saat ini, beberapa ratus tanaman telah dilaporkan memiliki efek
menguntungkan untuk pengobatan DM, karena tanaman tradisional memiliki efek
samping minimal atau tidak ada. Salah satu tanaman obat yang secara empirik
digunakan masyarakat Indonesia dalam pengobatan DM adalah biji mahoni
(Swietenia mahagoni Jacq.). Tanaman mahoni banyak ditanam di pinggir jalan,
lingkungan rumah, dan halaman perkantoran sebagai tanaman peneduh. Tanaman
ini dapat tumbuh liar di hutan maupun di antara semak belukar. Pada tahun 70-an,
mahoni banyak dicari orang sebagai obat. Orang-orang mengkonsumsi biji
mahoni dengan melepaskan kulit cangkangnya yang pipih kemudian menelan
bijinya (Rasyad et al. 2012).
Penelitian mengenai obat tradisional sebagai antidiabetes perlu dilakukan
untuk mengetahui manfaatnya serta dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Salah satu penelitian antidiabetes ialah menghambat aktivitas dari enzim alfa-
glukosidase. Enzim alfa-glukosidase terletak pada dinding usus halus dan
berfungsi untuk menghidrolisis oligosakarida pada usus halus. Inhibisi kerja
enzim ini secara efektif dapat mengurangi pencernaan karbohidrat kompleks dan
absorbsinya, sehingga dapat mengurangi peningkatan kadar glukosa pada pasien
DM. Senyawa inhibitor alfa-glukosidase juga menghambat enzim alfa-amilase
pankreas yang bekerja menghidrolisis polisakarida di dalam lumen usus halus.
Dalam upaya untuk membuat produk antidiabetes dari biji mahoni,
dibutuhkan informasi lebih banyak mengenai khasiat biji mahoni ini, oleh karena
itu penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi efektivitas biji mahoni sebagai
inhibitor enzim alfa-glukosidase (secara in vitro) dan daya hipoglikemik pada
tikus percobaan (in vivo).

Perumusan Masalah

1. Apakah jenis pelarut dan metode ekstraksi komponen aktif antidiabetes pada
biji mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.) mempengaruhi potensi inhibitor alfa-
glukosidase secara in vitro?
2. Apakah ekstrak biji mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.) memiliki potensi
hipoglikemik secara in vivo ?

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan menguji potensi inhibitor alfa-glukosidase secara in


vitro dan daya hipoglikemik secara in vivo terhadap ekstrak biji mahoni
(Swietenia mahagoni Jacq.) sebagai kandidat obat antidiabetes.
3

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan


baru tentang potensi ekstrak biji mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.) sebagai salah
satu kandidat obat antidiabetes.

TINJAUAN PUSTAKA

Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus (DM) menurut American Diabetes Association (2012)


merupakan suatu kelainan metabolik kronis serius yang memiliki dampak
signifikan terhadap kesehatan seseorang atau suatu kondisi konsentrasi glukosa
dalam darah secara kronis lebih tinggi daripada nilai normal (hiperglikemia)
akibat tubuh kekurangan insulin atau fungsi reseptor insulin tidak efektif. DM
merupakan penyakit degeneratif, yaitu penyakit akibat fungsi atau struktur dari
jaringan atau organ tubuh secara progresif menurun karena usia ataupun gaya
hidup.
WHO (2013) telah mendefenisikan bahwa diabetes dibagi menjadi 2 jenis
yaitu : DM tipe 1 dan DM tipe 2. DM tipe 1 biasanya terdiagnosa sejak usia
kanak-kanak. Tubuh penderita hanya menghasilkan insulin dalam jumlah sedikit
atau bahkan sama sekali tidak menghasilkan insulin. Penderita harus mendapat
suntikan insulin setiap harinya untuk bertahan hidup. DM tipe 2 lebih umum
ditemui daripada DM tipe 1 dan mencapai 90% atau lebih dari seluruh kasus
diabetes. Biasanya terjadi di usia dewasa. Pada DM tipe 2, pankreas menghasilkan
insulin dalam jumlah yang normal, tetapi seringkali disebabkan reseptor insulin
pada membran sel tidak merespon dengan baik terhadap insulin tersebut.
Kebanyakan orang tidak menyadari telah menderita DM tipe 2, walaupun
keadaannya sudah menjadi sangat serius. DM tipe 2 sudah menjadi umum dialami
di dunia maupun di Indonesia, dan jumlah penderitanya terus bertambah akibat
gaya hidup yang tidak sehat, kegemukan dan malas berolahraga.

Mahoni (Swietenia mahagoni)

Mahoni (Swietenia mahagoni) ialah tumbuhan tropis yang termasuk dalam


salah satu tanaman obat. Mahoni (Swietenia mahagoni) terbagi atas dua jenis
yaitu mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.) yang berdaun kecil dan Mahoni
(Swietenia macrophylla King.) yang berdaun besar.
Biji mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.) mengandung alkaloid, saponin,
flavonoid, terpenoid, antraquinonens, cardiac glycoside, dan minyak volatil
(Bhurat et al. 2011). Biji mahoni memiliki efek farmakologis, yaitu sebagai
antipiretik, antijamur, antihipertensi, antidiabetes, obat kurang nafsu makan,
rematik, demam, masuk angin, dan eksim (Sahgal et al. 2010)
4

Klasifikasi Swietenia mahagoni Jacq. (ITIS 2011) ;


Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Rosidae
Ordo : Sapindales
Family : Meliaceae
Genus : Swietenia Jacq.
Spesies : Swietenia mahagoni Jacq.

Ekstraksi

Ekstraksi adalah proses penarikan kandungan kimia yang dapat larut dari
suatu serbuk simplisia, sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut.
Terdapat beberapa metode ekstraksi dengan pelarut cair, antara lain cara dingin
dan cara panas (Depkes RI 2000). Ekstraksi pada penelitian ini menggunakan cara
dingin yaitu maserasi dan cara panas yaitu refluks.
Maserasi adalah proses ekstraksi dengan menggunakan pelarut selama
waktu tertentu dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan. Maserasi
dilakukan pada suhu ruang ( 25 oC). Remaserasi berarti dilakukannya
pengulangan dalam penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat
pertama dan seterusnya. Refluks adalah salah satu metode dalam ilmu kimia untuk
mensintesis suatu senyawa, baik organik maupun anorganik. Umumnya refluks
digunakan untuk mensistesis senyawa-senyawa yang mudah menguap (volatile).
Pada kondisi ini jika dilakukan pemanasan biasa maka pelarut akan menguap
sebelum reaksi berjalan sampai selesai. Prinsip dari metode refluks adalah pelarut
volatile yang digunakan akan menguap pada suhu tinggi, tetapi akan didinginkan
dengan kondensor sehingga pelarut yang tadinya dalam bentuk uap akan
mengembun pada kondensor dan turun lagi ke dalam wadah reaksi sehingga
pelarut akan tetap ada selama reaksi berlangsung. Aliran gas N2 diberikan agar
tidak ada uap air atau gas oksigen yang masuk terutama pada senyawa
organologam untuk sintesis senyawa anorganik karena sifatnya reaktif (Depkes RI
2000).

Enzim Alfa-Glukosidase

Enzim alfa-glukosidase atau dengan nama lain alfa-D-glukosida


glukohidrolase merupakan enzim yang berperan dalam sel usus halus mamalia.
Enzim tersebut merupakan enzim kunci pada proses akhir pemecahan karbohidrat.
Enzim alfa-glukosidase mengkatalisis hidrolisis terminal residu glukosa non
pereduksi yang berikatan alfa-1.4 pada berbagai substrat dan dihasilkan alfa-D-
glukosa. Alfa-glukosidase menghidrolisis ikatan alfa-glikosidik pada
oligosakarida dan alfa-D-glikosida (Gao et al. 2007).
Fungsi alfa-glukosidase dalam sistem pencernaan di usus sebagai katalis
tahap terakhir dalam proses pemecahan karbohidrat. Pada kondisi diabetes, kerja
enzim alfa-glukosidase dalam proses penyerapan makanan di usus harus
5

dihambat. Pemecahan karbohidrat menjadi glukosa mengakibatkan kadar glukosa


dalam darah penderita diabetes akan semakin tinggi. Oleh karena itu, kerja enzim
ini dalam usus harus dihambat, baik dengan menggunakan obat alami maupun
obat komersil (Murray et al. 2009). Dihambatnya kerja enzim alfa-glukosidase
dapat mengembalikan kadar glukosa dalam darah pada batas normal (Bsenberg
dan Zyl 2008). Penghambatan enzim alfa-glukosidase dapat menggunakan
glucobay, miglitol, dan voglibosa yang diketahui mampu mengurangi
hiperglikemia setelah makan melalui penghambatan kerja enzim pencerna
karbohidrat dan menunda absorpsi glukosa (Hsieh et al. 2010). Pengunaan obat
ini biasa digunakan untuk penyakit DM tipe 2.
Aktivitas daya hambat terhadap enzim alfa-glukosidase dipelajari secara
pseudosubstrat dengan mengetahui kemampuan sampel untuk menghambat reaksi
hidrolisis glukosa pada substrat p-nitrofenil--D-glukopiranosida (p-NPG).
Setelah mengalami hidrolisis substrat akan terhidrolisis menjadi -D-glukosa dan
p-nitrofenol yang berwarna kuning. Warna kuning yang dihasilkan oleh p-
nitrofenol menjadi indikator kemampuan inhibitor untuk menghambat reaksi yang
terjadi. Semakin besar kemampuan inhibitor untuk menghambat maka produk
yang dihasilkan semakin sedikit atau warna larutan setelah inkubasi lebih cerah
dibandingkan dengan larutan tanpa inhibitor (Sugiwati et al. 2009).

Uji Daya Hipoglikemik

Kriteria diagnosis DM pada manusia menurut American Diabetes


Association (2012), adalah kadar glukosa darah sewaktu 200 mg/dl atau kadar
glukosa puasa 126 mg/dl. Pada kucing kadar glukosa darah plasma yang normal
adalah 120 mg/dl (Sallander et al. 2012). Pada tikus kadar glukosa darah normal
antara 90-142 mg/dl (Kim et al. 2006), sedangkan menurut Fahri et al. (2005)
kadar glukosa darah pada tikus galur Sprague Dawley jenis kelamin jantan adalah
105.2 14.2 mg/dl. Diagnosa DM biasanya dibuat dengan mengukur kadar
glukosa puasa (FPG = Fasting Plasma Glucose), kadang-kadang bersama dengan
kadar glukosa setelah makan. Standar untuk glukosa darah puasa (FPG)
meningkat pada semua penderita diabetes kecuali pada penderita diabetes dengan
derajat yang sangat ringan.
Umumnya uji toleransi glukosa menggunakan glukosa dan sukrosa. Uji
toleransi glukosa yang menggunakan glukosa disebut dengan Oral Glucose
Tolerant Test (OGTT). OGTT adalah metode yang dilakuan untuk menunjukkan
kemampuan tubuh mentoleransi sejumlah glukosa dalam jangka waktu yang lama.
Pemberian glukosa 1 g/kg BB secara oral dapat meningkatkan kadar glukosa
darah, tetapi dalam keadaan normal tidak melebihi 10-170 mg/100 ml. Puncak
kadar glukosa darah adalah pada 30 menit atau 60 menit dan kembali normal
setelah 2-3 jam (Depkes RI 2000). Pada penelitian ini, digunakan sukrosa untuk
membuat kondisi hiperglikemia pada tikus percobaan (Widyastuti dan Suarsana
2011).
Prinsip toleransi glukosa adalah hewan uji yang telah dipuasakan selama
16 jam, kemudian diambil darahnya melalui vena ekor sebanyak 0.5 ml sebagai
kadar glukosa awal lalu diberikan bahan uji obat antidiabetes dan larutan glukosa
peroral. Pengambilan darah vena ekor diulangi setelah interval waktu yang
ditentukan (Depkes RI 2000).
6

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Unit Pengelolaan Hewan Laboratorium (UPHL);


Laboratorium Histologi, Departemen Anatomi, Farmakologi, dan Fisiologi,
Fakultas Kedokteran Hewan; Laboratorium PAU, Fakultas Teknologi Pertanian;
dan Pusat Studi Biofarmaka Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan
dari bulan Mei 2013 sampai Februari 2014.

Alat

Alat yang digunakan dalam proses penelitian ini yaitu vacum rotary
evaporator, alat refluks, ELISA reader, neraca analitik, pH meter, sonikator,
vortex, micro plate, multichannel pipette, gelas ukur, gelas piala, labu erlenmeyer,
sudip, timbangan digital, tabung reaksi, rak tabung, cawan petri, timbangan,
kandang, spuit, glucometer, stopwatch, sonde lambung, mortar, stamper, sarung
tangan, masker dan lap.

Bahan

Bahan yang digunakan dalam proses penelitian ini yaitu biji mahoni, enzim
alfa-glukosidase, substrat p-nitrofenil--D-glukopiranosida (pNG), etanol 96%,
aluminium foil, larutan buffer pH 7, glucobay, dimetilsulfoksida (DMSO),
Na2CO3, akuades, alkohol 70%, sukrosa 90%, pakan standar .

Hewan Percobaan

Hewan percobaan yang digunakan adalah tikus putih jantan galur Sprague
Dawley, umur 6 minggu dengan berat 150-200 gram sebanyak 25 ekor. Ciri-ciri
tikus galur Sprague Dawley adalah memiliki ukuran kepala yang kecil dan
berbentuk lebih runcing, serta ekor yang melebihi panjang tubuh (Septian 2011).

Prosedur Penelitian

Ekstraksi Biji Mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.)


Biji mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.) diperoleh dari Pusat Penelitian dan
Pengembangan (Puslitbang) Kehutanan, Ciomas, Kabupaten Bogor yang
bersumber dari daerah Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Biji mahoni terlebih dahulu
dikupas kulitnya kemudian diserbukkan dan selanjutnya diekstraksi. Ekstraksi biji
mahoni dilakukan dengan metode maserasi dan refluks, serta menggunakan
pelarut akuades dan etanol 96% sehingga akan diperoleh empat jenis ekstrak,
yaitu ekstrak maserasi air (AM), ekstrak maserasi etanol (EM), ekstrak refluks air
(AR) dan ekstrak refluks etanol (ER).
Metode maserasi dimulai dengan merendam serbuk biji mahoni pada larutan
etanol 96% atau air panas dengan perbandingan 1 : 5 selama 24 jam dan ditutup
dengan aluminium foil. Setelah 24 jam, ekstrak disaring hingga diperoleh filtrat.
Pada metode refluks, biji mahoni dan etanol 96% atau air dimasukkan dalam alat
7

refluks dengan perbandingan 1 : 5 selama 6 jam. Setelah 6 jam, ekstrak didiamkan


selama 12 jam kemudian disaring dan dipress hingga terpisah ampas dan filtrat.
Selanjutnya masing-masing filrat hasil maserasi dan refluks diuapkan
menggunakan alat vacum rotary evaporator pada suhu 50 oC selama 24 jam
hingga diperoleh ekstrak kering. Empat jenis ekstrak kemudian akan diuji
aktivitas daya hambat enzim alfa-glukosidasenya secara in vitro. Ekstrak terbaik
yang mempunyai daya hambat terbaik terhadap enzim alfa-glukosidase diuji lebih
lanjut dengan uji hipoglikemik. Dosis ekstrak yang digunakan pada uji
hipoglikemik adalah 100, 200, 300, 400, 500 mg/kg BB.

Uji Daya Hambat Aktivitas Enzim Alfa-Glukosidase secara in vitro (Sancheti


et al. 2009)
Campuran pereaksi yang digunakan dalam uji ini mengandung 50 L fosfat
buffer 0.1 M (pH 7.0), 25 L p-nitrofenil -D-glukopiranosida 0.55 mM, 10 L
sampel uji konsentrasi 100 ppm dan 25 L larutan enzim alfa-glukosidase (1
mg/mL). Campuran reaksi kemudian diinkubasi pada suhu 37 oC selama 30
menit. Reaksi dihentikan dengan penambahan 100 L Na2CO3 0.2 M. Hidrolisis
enzimatik substrat dimonitor oleh jumlah p-nitropenol yang dilepaskan di dalam
campuran reaksi pada 410 nm menggunakan ELISA reader. Kontrol positif yang
digunakan ialah glucobay. Blanko dipersiapkan untuk mengoreksi absorbansi.
Blanko adalah larutan uji yang terdiri dari sediaan enzim tanpa ekstrak . Uji ini
dilakukan dengan dua kali ulangan. Aktivitas penghambatan enzim alfa-
glukosidase ditentukan dari nilai perhitungan persen (%) inhibisi dengan rumus
sebagai berikut.

% inhibisi = 100 %

Ket :
B = selisih absorbansi blanko dengan absorbansi kontrol blanko
S = selisih absorbansi sampel dengan absorbansi kontrol sampel

Ekstrak yang mempunyai daya hambat terhadap enzim alfa-glukosidase


terbaik, dipilih untuk uji hipoglikemik.

Uji Aktivitas Hipoglikemik


Hewan coba yang digunakan pada uji aktivitas hipoglikemik adalah tikus
jantan galur Sprague Dawley umur 6 minggu dengan bobot badan 150-200 g.
Tikus diadaptasikan selama 1 minggu sebelum diberikan perlakuan dengan tujuan
agar tikus dapat beradaptasi dengan lingkungan kandang baru. Selama proses
adaptasi dilakukan pemberian pakan standar dan penimbangan rutin. Setelah
diadaptasikan, tikus dibagi ke dalam 8 kelompok yang terdiri atas 3 kelompok
kontrol dan 5 kelompok perlakuan ekstrak biji mahoni. Kelompok kontrol terbagi
menjadi kelompok kontrol negatif, kontrol positif dan glucobay. Kelompok
perlakuan adalah kelompok tikus dengan pencekokan ekstrak biji mahoni terbaik
dosis 100, 200, 300, 400 dan 500 mg/kg BB. Jumlah tikus pada masing-masing
kelompok terdiri dari 3 ekor.
Tikus dipuasakan terlebih dahulu selama 10 jam sebelum diberi perlakuan.
Setelah dipuasakan, pada kelompok kontrol positif dan kontrol negatif dicekok
8

aquadest sebanyak 1 ml, kelompok glucobay dicekok glucobay dosis 4.5 mg/kg
BB, kelompok perlakuan dicekok ekstrak terbaik dengan dosis 100, 200, 300, 400,
500 mg/kg BB. Selanjutnya didiamkan selama 10 menit, kemudian semua
kelompok dicekok sukrosa 90% sebanyak 1 ml, kecuali kelompok kontrol negatif.
Selanjutnya pada masing-masing kelompok tikus, diambil darah melalui
pembuluh darah di ekor dan diukur kadar glukosa darah menggunakan glucometer
pada menit ke 0, 30, 60, 90, dan 120.

Analisis Data
Pengolahan data daya hambat ekstrak biji mahoni terhadap enzim alfa-
glukosidase (%) (Tabel 1) menggunakan Statistical Program Social Science
(SPSS) for Windows dengan uji One Way ANOVA (Analysis of Variance).
Apabila diperoleh signifikansi P<0.05, maka dilanjutkan dengan uji Duncan
(Duncan Multiple Range Test).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji Daya Hambat Enzim Alfa-Glukosidase

Uji aktivitas daya hambat enzim alfa-glukosidase bertujuan untuk


mengetahui aktivitas hipoglikemik dari setiap ekstrak yang digunakan secara in
vitro. Uji ini dilakukan untuk mencari ekstrak yang terbaik dan selanjutnya diuji
aktivitas hipoglikemiknya secara in vivo. Enzim alfa-glukosidase merupakan
enzim yang normal ada didinding usus halus mamalia yang dikeluarkan oleh
pankreas. Enzim-enzim alfa-glukosidase berfungsi untuk menghidrolisis
oligosakarida pada dinding usus halus. Pada kondisi diabetes mellitus (DM),
kadar glukosa dalam darah penderita melebihi normal. Penghambatan kerja enzim
ini dapat mengurangi pencernaan karbohidrat kompleks dan absorbsinya,
sehingga dapat mengurangi peningkatan kadar glukosa darah pada pasien DM
(Murray et al. 2009).
Enzim alfa-glukosidase pada uji ini menghidrolisis glukosa pada substrat
p-nitrofenil--D-glukopiranosida menjadi -D-glukosa dan p-nitrofenol yang
berwarna kuning. Aktivitas penghambatan enzim alfa-glukosidase diukur
berdasarkan p-nitrofenol yang dihasilkan (Basuki et al. 2002). Semakin banyak p-
nitrofenol yang dihasilkan maka warna yang ditimbulkan akan semakin kuning
tua. Ekstrak biji mahoni yang memiliki persen inhibisi yang tinggi akan
menghambat enzim alfa-glukosidase, sehingga p-nitrofenol yang dihasilkan
semakin sedikit, ditandai dengan perubahan warna menjadi kuning muda. Pada
kondisi diabetes mellitus (DM), kadar glukosa dalam darah penderita melebihi
normal sehingga enzim ini perlu dihambat daya kerjanya (Murray et al. 2009).
Ekstrak yang digunakan pada uji daya hambat enzim alfa-glukosidase
adalah ekstrak maserasi air (AM), ekstrak maserasi etanol (EM), ekstrak refluks
air (AR) dan ekstrak refluks etanol (ER). Dari hasil pengujian didapatkan persen
inhibisi masing-masing ekstrak biji mahoni seperti tersaji pada Tabel 1.
9

Tabel 1 Daya hambat ekstrak biji mahoni terhadap enzim alfa-glukosidase (%)
(pada konsentrasi ekstrak 100 ppm)
Sampel Rata-rata persen inhibisi (%) SD
Ekstrak Maserasi Air (AM) 4.376 0.192a
Ekstrak Reflux Air (AR) 5.309 0.514a
Ekstrak Maserasi Etanol (EM) 18.647 3.864b
Ekstrak Refluks Etanol (ER) 14.313 3.522b
Keterangan : Huruf yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (P<0.05).

Tabel 1 menunjukkan bahwa pada konsentrasi ekstrak yang sama yaitu 100
ppm, persen inhibisi ekstrak biji mahoni yang dihasilkan dengan pelarut etanol
berbeda nyata dengan ekstrak yang menggunakan pelarut air (P<0.05). Persen
inhibisi ekstrak dengan pelarut etanol lebih tinggi secara nyata dibanding persen
inhibisi ekstrak dengan pelarut air (P<0.05). Persen inhibisi ekstrak biji mahoni
menggunakan pelarut etanol yang diekstraksi dengan metode maserasi dan refluks
tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (P>0.05).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelarut etanol lebih baik dari
pelarut air dalam hal menarik metabolit sekunder yang berperan dalam aktivitas
inhibisi enzim alfa-glukosidase. Hal ini sesuai dengan penelitian Pasaribu (2011)
yang menyatakan bahwa perbedaan pelarut dapat mempengaruhi hasil dari persen
inhibisi. Pelarut etanol memiliki kemampuan yang baik untuk hampir semua
senyawa kimia yang memiliki berat molekul kecil seperti golongan metabolit
sekunder. Keunggulan dari pelarut etanol ialah memiliki dua gugus yang berbeda
kepolarannya yaitu gugus hidroksil yang bersifat polar dan gugus alkil yang
bersifat non polar. Keberadaan dua gugus ini diharapkan senyawa-senyawa
dengan tingkat kepolaran yang berbeda akan terekstrak ke dalam etanol. Sifat-sifat
fisika etanol utamanya dipengaruhi oleh keberadaan gugus hidroksil dan
pendeknya rantai karbon etanol. Gugus hidroksil pada etanol dapat berpartisipasi
ke dalam ikatan hidrogen, sehingga membuatnya cair dan lebih sulit menguap dari
pada senyawa organik lainnya dengan massa molekul yang sama (Suarsa et al.
2011). Pelarut air merupakan pelarut polar yang dapat melarutkan senyawa-
senyawa polar sehingga komponen metabolit sekunder yang non polar tidak
tertarik oleh pelarut air. Pada penelitian ini, diduga bahwa senyawa aktif yang
berperan dalam menghambat enzim alfa-glukosidase adalah senyawa non polar
yang tidak tahan panas.
Hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa terdapat senyawa metabolit
sekunder flavonoid dalam ekstrak biji mahoni. Kandungan flavonoid yang
tertinggi dari keempat jenis ekstrak adalah pada ekstrak maserasi etanol
(Wresdiyati et al 2013). Flavonoid merupakan senyawa fenol yang banyak
dimiliki oleh tanaman dan berfungsi sebagai inhibitor enzim alfa-glukosidase.
Inhibitor enzim alfa-glukosidase ialah agen potensial yang digunakan untuk terapi
DM karena secara relevan enzim ini mempengaruhi proses biologis (Pereira et al.
2011). Fungsi dari flavonoid adalah untuk menghambat aktivitas enzim alfa-
glikosidase sehingga menunda penyerapan glukosa (Havsteen 2002), sehingga
pada penelitian ini kandungan yang diduga paling berperan dalam aktivitas
inhibisi enzim alfa-glukosidase dan berpotensi menurunkan kadar glukosa darah
adalah flavonoid. Ekstrak yang memiliki persen inhibisi tinggi dan mengandung
10

flavonoid terbanyak yaitu ekstrak maserasi etanol selanjutnya digunakan untuk uji
aktivitas hipoglikemik secara in vivo pada tikus percobaan.

Uji Aktivitas Hipoglikemik

Uji aktivitas hipoglikemik bertujuan untuk mengetahui kemampuan tubuh


mentoleransi sejumlah glukosa atau sukrosa dalam jangka waktu yang lama. Pada
uji hipoglikemik dipilih ekstrak maserasi etanol (EM) sebagai ekstrak terbaik.
Pada penelitian ini hewan coba tidak dibuat DM sehingga metabolisme
karbohidrat seluruh hewan coba dianggap normal tanpa adanya defisiensi insulin.
Peubah yang diamati pada pengujian ini adalah penurunan kadar glukosa darah
tikus yang diukur setiap 30 menit selama 120 menit setelah pemberian perlakuan.
Hasil uji aktivitas hipoglikemik dapat dilihat pada Gambar 1.

180
Kontrol negatif (Placebo)
170
160 Kontrol positif (Hiperglikemia)
kadar glukosa darah (mg/dl)

150
dosis 100 mg/kg BB
140
130 dosis 200 mg/kg BB

120 dosis 300 mg/kg BB


110
dosis 400 mg/kg BB
100
90 dosis 500 mg/kg BB
80
0 30 60 90 120 Glucobay (Acarbosa)
Waktu (menit)

Gambar 1 Respons kadar glukosa darah pada uji aktivitas hipoglikemik ekstrak
biji mahoni maserasi etanol pada tikus percobaan.

Gambar 1 menunjukkan bahwa pada menit ke-0 kadar glukosa darah pada
semua tikus kelompok percobaan berada pada rentang normal 90-142 mg/dl (Kim
et al. 2006). Kadar glukosa darah tampak meningkat setelah 30 menit pemberian
sukrosa 90% pada kelompok kontrol positif, kelompok glucobay dan kelompok
perlakuan ekstrak biji mahoni. Peningkatan kadar glukosa darah yang terjadi
disebabkan oleh peningkatan absorpsi glukosa pada usus halus sebagai akibat dari
hasil hidrolisis sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa oleh enzim alfa-glukosidase
(enzim sukrase) yang dikeluarkan oleh pankreas (Murray et al. 2009).
Peningkatan kadar glukosa darah pada tikus kelompok perlakuan ekstrak biji
mahoni dan kelompok glucobay masih dalam kisaran normal, sedangkan
11

peningkatan kadar glukosa darah pada kelompok kontrol positif berada di atas
batas normal (hiperglikemia) yaitu 150.3 mg/dl.
Pada menit ke-60 kadar glukosa darah pada tikus kelompok perlakuan
ekstrak biji mahoni dan kelompok glucobay masih berada pada level normal,
sedangkan pada kelompok kontrol positif kadar glukosa darah terus meningkat
hingga 171 mg/dl. Penurunan kadar glukosa darah pada tikus kelompok perlakuan
ekstrak biji mahoni disebabkan adanya daya hipoglikemik dari ekstrak biji
mahoni. Menurut Sahgal et al. (2010) biji mahoni mempunyai efek farmakologis
salah satunya sebagai antihiperglikemia. Daya hipoglikemik yang dimiliki oleh
komponen bioaktif ekstrak biji mahoni mempunyai aktivitas dalam menghambat
enzim alfa-glukosidase, sehingga mampu mempertahankan kadar glukosa darah
agar tetap berada pada kisaran normal. Hal ini dibuktikan pada uji inhibitor alfa-
glukosidase secara in vitro yang menunjukkan bahwa ekstrak etanol biji mahoni
mempunyai aktivitas dalam menghambat enzim alfa-glukosidase. Mekanisme
kerja ekstrak biji mahoni sebagai inhibitor enzim alfa-glukosidase diduga sama
dengan mekanisme penghambatan oleh obat glucobay yang menghambat secara
kompetitif enzim alfa-glukosidase didalam lumen usus halus. Mekanisme kerja
dari ekstrak biji mahoni diduga dengan menghambat hidrolisis sukrosa menjadi
glukosa dan fruktosa sehingga glukosa akan dilepas dan diserap lebih lambat di
membran brush border usus halus. Mekanisme ini mengakibatkan kenaikan kadar
glukosa darah dapat ditekan dan tidak terjadi kenaikan kadar glukosa darah secara
tiba-tiba (Bsenberg dan Zyl 2008).
Pada menit ke-90 hingga menit ke-120 tampak bahwa kadar glukosa darah
semua tikus kelompok percobaan kembali seperti kadar glukosa darah awal.
Selain karena pengaruh pemberian ekstrak biji mahoni, hal ini juga disebabkan
karena tubuh tikus melakukan homeostasis. Homeostasis adalah menjaga agar
kadar glukosa darah tetap dalam kisaran normal. Mekanisme tubuh melakukan
homeostasis adalah dengan pelepasan hormon insulin oleh pankreas. Hormon
insulin berperan penting dalam mempertahankan kadar glukosa darah dengan
stimulasi glikogenesis (Suarsana et al. 2010).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tikus kelompok kontrol positif
mengalami hiperglikemia pada menit ke-30 dan menit ke-60 yang ditandai dengan
peningkatan kadar glukosa darah di atas batas normal. Tikus kelompok kontrol
negatif kadar glukosa darahnya cenderung tidak mengalami perubahan dari menit
ke-0 hingga menit ke-120, kadar glukosa darah tetap dalam level normal. Tikus
kelompok perlakuan yang diberi ekstrak biji mahoni dosis 100, 200, 300, 400, dan
500 mg/kg BB kadar glukosa darahnya menunjukkan pola yang sama dengan
tikus kelompok glucobay. Kadar glukosa darah tikus kelompok perlakuan ekstrak
biji mahoni dan kelompok glucobay berada pada kisaran normal mulai dari awal
pengamatan pada menit ke-0 hingga akhir pengamatan menit ke-120, sehingga
diduga bahwa ekstrak biji mahoni mempunyai daya hipoglikemik yang hampir
sama dengan glucobay. Glucobay merupakan obat antidiabetes yang telah
dipatenkan. Pemberian ekstrak biji mahoni dosis 100, 200, 300, 400 dan 500
mg/kg BB menunjukkan bahwa semua dosis mampu mempertahankan kadar
glukosa darah tikus percobaan. Ekstrak biji mahoni dosis 100 mg/kg BB sudah
terlihat mempunyai efek dalam hal mempertahankan kadar glukosa darah.
Pada penelitian ini glucobay digunakan sebagai pembanding. Glucobay
merupakan inhibitor enzim alfa-glukosidase yang digunakan secara komersial.
12

Glucobay adalah nama dagang yang dipasarkan di Indonesia. Senyawa ini


digunakan untuk terapi pasien diabetes tipe 2 (NIDDM). Glucobay berkerja
secara perlahan pada pemecahan karbohidrat menjadi glukosa di dalam darah
(NLM-NIH 2010). Penggunaan glucobay mempunyai efek samping seperti
kembung, diare, dan perut menjadi tidak nyaman.
Hasil dari analisis fitokimia menunjukkan ada senyawa saponin yang
teridentifikasi pada ekstrak ini (Wresdiyati et al. 2013). Saponin adalah senyawa
yang berfungsi sebagai antihiperglikemik. Mekanisme kerja dari saponin yaitu
mencegah pengosongan lambung dan mencegah peningkatan uptake glukosa pada
membran brush border di intestinal. Saponin juga bekerja untuk mencegah
penyerapan glukosa dengan cara mencegah transport glukosa menuju brush
border intestinal di usus halus yang merupakan tempat penyerapan glukosa
(Yoshikawa dan Matsuda 2006). Menurut Smith dan Adanlawo (2012), saponin
memiliki aktivitas hipoglikemik melalui stimulasi, sekresi dan pelepasan insulin,
regenerasi sel beta pulau langerhans dan aktivasi enzim yang bertanggung jawab
untuk penggunaan glukosa. Pada penelitian ini penurunan kadar glukosa darah
pada tikus yang diberi ekstrak etanol biji mahoni diduga disebabkan oleh adanya
senyawa saponin dan flavonoid dari ekstrak tersebut yang menghambat aktivitas
enzim alfa-glukosidase di usus halus. Telah dilaporkan bahwa saponin dapat
menghambat aktivitas enzim alfa-glukosidase secara in vitro (Havsteen 2002;
Pereira et al. 2011) dan flavonoid mempunyai daya hipoglikemik secara in vivo
(Yoshikawa dan Matsuda 2006; Smith dan Adanlawo 2012).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Hasil uji aktivitas daya hambat enzim alfa-glukosidase menunjukkan bahwa


ekstrak biji mahoni dengan metode ekstraksi maserasi menggunakan pelarut
etanol 96% memiliki persen inhibisi yang paling baik yaitu 18.647 % dibanding
sampel ekstrak biji mahoni refluks etanol, refluks air, maserasi air, dengan nilai
berturut-turut yaitu 14.313 %, 5.309 %, dan 4.376 %. Hasil uji hipoglikemik
menunjukkan bahwa semua dosis perlakuan yang diberikan berpengaruh terhadap
penurunan kadar glukosa darah. Pada dosis 100 mg/kg BB sudah terlihat bahwa
ekstrak biji mahoni mempunyai efek hipoglikemik pada tikus percobaan.

Saran

Perlu penelitian lanjutan untuk mengetahui potensi ekstrak biji mahoni pada
tikus model diabetes.
13

DAFTAR PUSTAKA

[ADA] American Diabetes Association (US). 2012. Diagnosis and classification


of diabetes mellitus. Diabetes Care. 35(1):64-71
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) 2007: Studi Kematian Menurut Kelompok Umur.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. [Internet]. [diunduh 2014 Juli
8].Tersedia pada : http://fisio poltekesolo. ac.id/fisioterapi/images/stories/
laporan Nasional.pdf.
Basuki T, Indah DD, Nina A, Kardono LBS. 2002. Evaluasi Aktivitas Daya
Hambat Enzim -Glukosidase dari Ekstrak Kulit Batang, Daun, Bunga dan
Buah Kemuning [Murraya Paniculata (L.) Jack.]. Prosiding Seminar
Nasional Tumbuhan Obat Indonesia XXI; 2002 Maret 27-28; Fakultas
Farmasi Universitas Surabaya; Surabaya, Indonesia. Surabaya (ID): Hlm
314-318
Bhurat MR, Bavaskar SR, Agrawal AD, Bagad YM. 2011. A
Phytopharmacological Swietenia mahagoni Linn. Asian J. Pharm. Res.
1(1):1-4.
Bsenberg LH, Zyl DGV. 2008. The mecanism of action of oral antidiabetic drug:
a review of recent literature. The Journal of Endocrinology, Metabolism and
Diabetes of South Africa. 13(3): 80-88
[DEPKES RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia (ID). 2000. Parameter
Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta (ID): Direktorat Jenderal
Pengawasan Obat Tradisional Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan
Makanan. hlm 5, 7-12.
Fahri C, Sutarno, Listyawati S. 2005. Blood glucose and total cholesterol content
of hyperglycemic white male rat (Rattus norvegicus L.) after orally intakes
of methanol meniran (Phyllanthus niruri L.) root extract. Biofarmasi.
3(1):1-6
Gao H, Huang Y, Xu PY, Kawabata J. 2007. Inhibitory effect on -glucosidase
by the fruits of Terminalia chebula retz. Food Chemistry. 105(2):628-634.
Doi: 10.1016/j.foodchem.2007.04.023
Havsteen BH. 2002. The biochemistry and medical significance of the flavonoids.
Pharmacol Ther. 96(2-3):67-202.
Hsieh PC, Huang HJ, Ho YL, Lin YH, Huang SS, Chiang YC, Tseng MC, Chang
YS. 2010. Activities of antioxidants,-glucosidase inhibitors and aldose
reductase inhibitors of the aqueous extracts of four Flemingia species in
Taiwan. Botanical Studies. 51(3):293-302
[ITIS] Integrated Taxonomic Information System. 2011. Swietenia mahagoni (L.)
Jacq [Internet]. [diunduh 2014 Juli 8]. Tersedia pada:
http://www.itis.gov/servlet/singleRpt/SingleRpt?search_topic=TNS&search
_value=29026
Kahn SE. 2003. The relative contributions of insulin resistance and beta-cell
dysfunction to the pathophysiology of type 2 diabetes. Diabetologia. 46:3-
19. Doi: 10.1007/s00125-002-1009-0
Katno, Pramono S. 2003. Tingkat Manfaat dan Keamanan Tanaman Obat dan
Obat Tradisional. Yogyakarta (ID): Penerbit UGM.
14

Kim JS, Ju JB, Choi CW, Kim SC. 2006. Hypoglicemic and antihyperlipidemic
effect of four korean medicinal plants in alloxan induced diabetic rats. Am J
Biochem and Biotech. 2:154-160.
Munim A, Azizahwati, Firmani AF. 2011. Pengaruh pemberian infusa daun sirih
merah (Piper cf. fragile Benth) secara topikal terhadap penyembuhan luka
pada tikus putih diabet. Jurnal Bahan Alam Indonesia. 7(5):234-238.
Murray RK, Daryl KG, Victor WR. 2009. Biokimia Harper Edisi 27. Nanda
Wulandari, penerjemah; Jakarta (ID): EGC. Terjemahan dari Harpers
Ilustrated of Biochemistry, 27th ed.
[NLM-NIH] National Library of Medicine National Institutes of Health (US).
2010. Acarbose. [internet]. [diunduh pada 2014 Mei 15].Tersedia pada
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/druginfo/meds/a696015.html
Pasaribu, G. 2011. Inhibition activity of alpha glucosidase from several stem bark
of raru. Jurnal Penelitian Hasil Hutan. 29(1):10-19
Pereira DF, Cazarolli LH, Lavado C, Mengatto V, Fiqueiredo MS, Guedes A,
Pizzolatti MG, Silva FR. 2011. Effects of flavonoids on -glucosidase
activity: potential targets for glucose homeostasis. Nutrition. 27(11):1161-
1167. doi: 10.1016/j.nut.2011.01.008.
Prahl A, Guptill L, Glickman NW, Tetrick M, Glickman LT. 2007. Time trends
and risk factors for diabetes mellitus in cats presented to veterinary teaching
hospitals. J Feline Med Sur. 9(5):351-358.
Rasyad AA, Mahendra P, Hamdani Y. 2012. Uji Nefrotoksik dari Ekstrak Etanol
Biji Mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.) terhadap Tikus Putih Jantan Galur
Wistar. JPS Mipa Unsri. 15(2C):79-82.
Sahgal G, Ramanathan S, Sasidharan S, Mordhi MN, Ismail S, Mansor SM. 2010.
Brine shrimp letalithy and acute oral toxycity studies on Swietenia
mahagoni (Linn.) Jacq.seed methanolic extract. Pharmacognosy Res.
2(4):215-220. doi:10.4103/0974-8490.69107.
Sallander M, Eliasson J, Hedhammar A. 2012. Prevalence and risk factors for the
development of diabetes mellitus in swedish cats. Acta Veterinaria
Scandinavica. 54:61.
Sancheti S, Sancheti S, Seo SY. 2009. Chaenomeles Sinensis: a potent -and -
glucosidase inhibitor. Am J. Pharm & Toxicol. 4(1):8-11.
Septian A. 2011. Pengembangan Metode Analisis Hormon Progesteron Pada
Tikus (Rattus Norvegicus, Berkenhout1976) Betina Menggunakan
Teknologi Fourier Transform Infrared (FTIR). [Skripsi]. Depok:
Universitas Indonesia.
Smith A, Adanlawo. 2012. Hypoglycaemic effect of saponin from the root of
garcinia kola (Bitter Kola) on alloxan-induced diabetic rats. Journal of Drug
Delivery & Therapeutics. 2(6):9-12.
Suarsa IW, Suarya P, Kurniawati I. 2011. Optimasi jenis pelarut dalam ekstraksi
zat warna alam dari batang pisang kepok (Musa paradiasiaca l. Cv kepok)
dan batang pisang susu (Musa paradiasiaca L. cv susu). Jurnal Kimia.
5(1):72-80.
Suarsana IN, Priosoeryanto BP, Wresdiyati T, Bintang M. 2010. Sintesis glikogen
hati dan otot pada tikus diabetes yang diberi ekstrak tempe. Jurnal
Veteriner. 11(3):190-195.
15

Sugiwati S, Setiasih S, Afifah E. 2009. Antihyperglycemic activity of the


Mahkota Dewa [Phaleria Macrocarpa (Scheff.) Boerl.] leaf extracts as an
alpha-glucosidase inhibitor. Makara, Kesehatan. 13(2):74-78.
[WHO] World Health Organization (US). 2013. Diabetic. [Internet]. [diunduh
2014 Mei 14]. Tersedia pada: http://www.who.int/mediacentre/factsheets
/fs312/en/.
Widyastuti S, Suarsana IN. 2011. Ekstrak air tapak dara menurunkan kadar gula
darah dan meningkatkan jumlah sel beta pankreas kelinci hiperglikemia.
Jurnal Veteriner. 12(1):7-12.
Wild S, Roglic G, Green A, Sicree R, King H. 2004. Global prevalence of
diabetes estimates for the year 2000 and projection for 2030. Diabetes Care.
27(5):1047-1053.
Wresdiyati T, Winarto A, Sadiah S. 2013. Identifikasi dan Optimasi Biji Mahoni
(Swietenia mahagoni) sebagai Antidiabetes pada Hewan Kesayangan (Pet
Animal). Laporan hasil penelitian LPPM IPB.
Yoshikawa M, Matsuda H. 2006. Traditional Medicines for Modern Times
Antidiabetic Plants: Saponin. Boca Raton,Fl (US): CRC Press. p 273-288.
16

LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil statistik uji daya hambat enzim alfa-glukosidase pada konsentrasi 100 ppm

Descriptives
Persen inhibisi
N Mean Std. Std. 95% Confidence Interval Minimum Maximum
Deviation Error for Mean
Lower Upper
Bound Bound
1 2 4,3760 ,19233 ,13600 2,6480 6,1040 4,24 4,51
2 2 5,3085 ,51407 ,36350 ,6898 9,9272 4,95 5,67
3 2 18,6470 3,86363 2,73200 -16,0664 53,3604 15,92 21,38
4 2 14,3125 3,52210 2,49050 -17,3323 45,9573 11,82 16,80
Total 8 10,6610 6,74171 2,38355 5,0248 16,2972 4,24 21,38

ANOVA
Persen inhibisi
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 290,520 3 96,840 14,017 ,014
Within Groups 27,634 4 6,909
Total 318,154 7

Persen inhibisi
a
Duncan
Kelompok N Subset for alpha = 0.05
a b
1 2 4,3760
2 2 5,3085
4 2 14,3125
3 2 18,6470
Sig. ,741 ,174
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 2,000.

Keterangan :
1 = Ekstrak Maserasi Air (AM)
2 = Ekstrak Refluks Air (AR)
3 = Ekstrak Maerasi Etanol (EM)
4 = Ekstrak Refluks Etanol (ER)
17

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Rappang pada tanggal, 13 Februari 1993 dari Bapak


Muliadi M Nur dan Ibu Mimi Suryami. Penulis adalah anak ketiga dari delapan
bersaudara. Tahun 2010 penulis lulus dari SMK N 1 Watang Pulu, Kab.SIDRAP
Sulawesi Selatan dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB
melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN)
sebagai penerima Beasiswa Karya Salemba Empat Foundation mulai tahun 2011
dengan jurusan Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan IPB.
Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah magang di Stasiun Karantina
Pertanian Kelas I Parepare,Sulawesi Selatan. Penulis pernah menjadi asisten
praktikum Anatomi Veteriner 1 (2012/2013) dan Histologi Veteriner II di FKH
IPB (2013/2014). Penulis juga aktif sebagai anggota BEM FKH IPB (2012/2013),
Anggota Himpunan Minat dan Profesi Ornithologi dan Unggas FKH IPB
(2012/2013), Pengajar di Rumah Sahabat Paguyuban KSE IPB 2011-2014,
Kepengurusan dalam Asrama Putri Darmaga (Asrama Pasca Tingkat Persiapan
Bersama IPB) tahun 2012-2014. Bulan Juni 2013 penulis melaksanakan kegiatan
Pengabdian Masyarakat di Bondowoso, Jawa Timur. Bulan juni 2014 penulis
didanai dalam Program Wirausaha Mahasiswa IPB. Penulis juga pernah menjadi
ketua dalam Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Pengabdian Masyarakat
(PKM-M) yang didanai DIKTI 2014.
Penulis melakukan penelitian sebagai syarat untuk mendapatkan gelar
sebagai Sarjana Kedokteran Hewan. Judul penelitian adalah Uji Potensi Inhibitor
Alfa-Glukosidase dan Hipoglikemik Ekstrak Biji Mahoni (Swietenia mahagoni
Jacq.) sebagai Kandidat Obat Antidiabetes. Penelitian ini didanai oleh Direktorat
Jendral Pendidikan Tinggi melalui Skim Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi
Penelitian Dasar untuk Bagian dengan nomor kontrak 281/IT3.41.2/L2/SPK/2013
atas nama Prof. Dr. Drh. Tutik Wresdiyati PAVet.

Anda mungkin juga menyukai