AUDIT BAB 12 Fix
AUDIT BAB 12 Fix
SAMPLING AUDIT
KELOMPOK 9 :
UNIVERSITAS UDAYANA
2016/2017
1.1 SAMPEL REPRESENTATIF
Sampel representatif adalah sampel yang karakteristiknya sama dengan yang dimiliki
populasi, dimana unsur yang dijadikan sampel populasi serupa dengan unsur yang tidak
dijadikan sampel. Cara untuk mengetahui apakah suatu sampel bersifat representatif adalah
dengan melakukan audit lebih lanjut atas populasi secara keseluruhan. Auditor dapat
meningkatkan kemungkinan sampel representatif dengan menggunakannya ketika merancang
proses sampling, pemilihan sampel, dan evaluasi sampel. Hasil sampel dapat menjadi non-
representatif akibat kesalahan non-sampling atau kesalahan sampling. Risiko dari dua jenis
kesalahan yang terjadi tersebut disebut sebagai risiko non-sampling dan risiko sampling.
Risiko non-sampling adalah risiko bahwa pengujian audit tidak menemukan
pengecualian yang ada dalam sampel. Prosedur audit yang tidak efektif untuk mendeteksi
pengecualian yang diragukan adalah dengan memeriksa sampel dokumen pengiriman dan
menentukan apakah masing-masing telah dilampirkan ke faktur penjualan, dan bukan
memeriksa sampel salinan faktur penjualan untuk menentukan apakah dokumen pengiriman
telah dilampirkan. Cara untuk mengendalikan risiko non-sampling yaitu dengan merancang
prosedur audit dengan cermat, instruksi yang tepat, pengawasan dan melakukan review.
Risiko sampling adalah risiko bahwa auditor mencapai kesimpulan yang salah karena
sampel populasi yang tidak representatif. Auditor memiliki dua cara untuk mengendalikan
risiko sampling:
1. Menyesuaikan ukuran sampel.
2. Menggunakan metode pemilihan unsur sampel yang tepat dari populasi.
Tujuan pengujian ini dalam siklus penjualan dan pengumpulan piutang adalah untuk
menguji efektivitas pengendalian intern untuk penjualan dan penerimaan kas dan menentukan
apakah transaksi penjualan dan penerimaan kas berisi kesalahan penyajian rupiah.
PERUMUSAN POPULASI
Auditor bisa merumuskan populasi untuk mengikutsertakan setiap unsur yang
diinginkan, tetapi ketika mereka menarik sampel, unsur tersebut harus terpilih dari
keseluruhan populasi sebagaimana yang telah dirumuskan. Auditor hanya bisa melakukan
generalisasi tentang populasi yang telah disampel. Auditor harus dengan cermat merumuskan
populasi di muka, konsisten dengan tujuan pengauditan audit.
MEMILIH SAMPEL
Setelah auditor menentukan ukuran sampel awal untuk penerapan sampling audit,
auditor harus memilih unsur-unsur dalam populasi yang akan diikutsertakan dalam sampel.
Auditor dapat melakukan pemilihan sampel dengan metoda probabilistik atau non-
probabilistik. Untuk memperkecil kemungkinan klien mengubah unsur sampel, auditor tidak
memberi tahu klien terlalu jauh sebelumnya mengenai unsur sampel yang akan dipilih.
Auditor juga harus mengontrol sampel setelah klien menyerahkan dokumen.
MENGANALISIS PENYIMPANGAN
Sebagai tambahan atas penentuan SER untuk setiap atribut dan mengevaluasi apakah
penyimpangan sesungguhnya kemungkinan lebih besar dari tingkat penyimpangan bisa
ditoleransi, auditor harus menganalisis penyimpangan individual untuk menentukan titik
lemah dalam pengendalian interen yang memungkinkan terjadinya penyimpangan.
Penyimpangan bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti misalnya kecerobohan pegawai,
salah mengartikan instruksi, atau kesalahan yang disengaja dalam melaksanakan prosedur.
1. Menetapkan tujuan pengujian audit. Sama, baik untuk sampling atribut maupun
sampling nonstatistik.
2. Memastikan apakah sampling audit bisa diterapkan. Sama, baik untuk sampling atribut
maupun sampling nonstatistik.
3. Merumuskan atribut dan kondisi penyimpangan. Sama, baik untuk sampling atribut
maupun sampling nonstatistik.
4. Merumuskan populasi. Sama', baik untuk sampling atribut maupun sampling
nonstatistik.
5. Merumuskan unit sampling. Sama, baik untuk sampling atribut maupun sampling
nonstatistik.
6. Merumuskan tingkat penyimpangan bisa ditoleransi. Sama, baik untuk sampling atribut
maupun sampling nonstatistik.
7. Menetapkan risiko bisa diterima untuk penetapan risiko pengendalian terlalu rendah.
Konsep untuk perumusan risiko sama, baik untuk sampling statistik maupun
nonstatistik, tetapi metoda untuk mengkuantifikasi biasanya berbeda.
8. Menaksir tingkat penyimpangan populasi. Sama, baik untuk sampling atribut maupun
sampling nonstatistik.
9. Menentukan ukuran sampel awal. Ada empat faktor yang menentukan ukuran sampel
awal, baik untuk sampling statistik maupun nonstatistik, yaitu: ukuran populasi, TER,
ARACR, dan ERER. Dalam sampling atribut, auditor menentukan ukuran sampel
menggunakan program komputer atau tabel yang dikembangkan dari formula statistik.
Penggunaan Tabel
Apabila auditor akan menggunakan tabel untuk menentukan ukuran sampel awal, harus
diikuti empat tahap berikut ini:
Menilai hasil
12. Generalisasi dari sampel ke populasi. Untuk sampling atribut, auditor menghitung batas
presisi atas CUER pada ARACR dengan menggunakan program komputer khusus.
Menggunakan Tabel
Penggunaan tabel untuk menghitung CUER terdiri dari empat tahapan, yakni:
a. Memilih tabel yang sesuai dengan ARACR yang ditetapkan auditor. ARACR ini
harus sama dengan ARACR yang digunakan untuk menentukan ukuran sampel awal.
b. Menentukan lokasi jumlah penyimpangan sesungguhnya yang ditemukan dalam
pengujian audit pada bagian atas tabel.
c. Menentukan lokasi ukuran sampel sesungguhnya pada kolom ( paling kiri.
d. Baca kolom jumlah penyimpangan sesungguhnya yang sesuai ke bawah sampai
memotong baris ukuran sampel yang sesuai maka yang tercantum nada titik
pemotongan adalah CUER.
Jusup, Al. Haryono (2014). Pengauditan. Berbasis ISA. Yogyakarta: Bagian Penerbitan STIE
YKPN