Mkl-Arpani1 Peran Hakim
Mkl-Arpani1 Peran Hakim
A. Pendahuluan
1945 pasal 24 dan 25. Dalam penjelasan UUD 1945 dicantumkan, bahwa negara
Republik Indonesia adalah negara hukum dan konsekwensi dari padanya ialah
artinya terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah dan berhubung dengan itu
1
1. Undang-Undang RI,Nomor 48 Tahun 2009, Tentang Kekuasaan Kehakiman Pasal 1, Jakarta 2009
perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak ada atau kurang jelas,
memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat.
b. Dalam kasus dimana hukumnya tidak atau belum jelas maka hakim akan
Agar supaya putusan hakim diambil secara adil dan obyektif berdasarkan
hukum, kebenaran dan keadilan, maka selain pemeriksaan harus dilakukan dalam
2. Ibid,Pasal 10.
2
3 Ibid, Pasal 5.
hakim wajib menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum yang hidup
dalam masyarakat. Namun tentu saja menggali dan menemukan nilai-nilai hukum
yang baik dan benar yang sesuai dengan Pancasila dan According to the law of
civilizied nations. 4
kolonial atau produk zaman orde lama, maka hakim dapat menafsirkan agar dapat
diterapkan yang sesuai dengan situasi dan kondisi masa kini. Dalam hal ini hakim
harus menggali nilai-nilai hukum yang hidup dalam masyarakat. Demikian pula
khususnya dalam hal berlakunya hukum adat atau hukum tidak tertulis, maka
5. Ibid hal. 15
3
Dengan mempertimbangkan nilai-nilai hukum yang baik dalam masyarakat
sendiri, maka hakim berarti telah memutus perkara berdasarkan hukum dan rasa
nilai-nilai hukum yang hidup dalam masyarakat tidak sesuai dengan Pancasila,
Bukankah putusan hakim yang baik harus dapat memenuhi dua persyaratan,
kebutuhan teoritis disini ialah bahwa menitikberatkan kepada fakta hukum beserta
segi ilmu hukum bahkan tidak jarang dengan putusannya yang membentuk
yang ada dan sejauh mungkin dapat diterima oleh pihak-pihak yang bersengketa,
4
maupun masyarakat pada umumnya karena dirasakan adil, benar dan berdasarkan
hukum. 6
Karena itulah tugas hakim menjadi lebih berat karena ia akan menentukan
isi dan wajah hukum serta keadilan dalam masyarakat kita, ia merupakan
penyambung rasa dan penyambung lidah, penggali nilai-nilai hukum dan rasa
menghadapi suatu keadaan, bahwa hukum tertulis tersebut ternyata tidak selalu
yang sudah ada, dalam memutus suatu perkara hakim harus mempunyai inisiatif
sendiri dalam menemukan hukum, karena hakim tidak boleh menolak perkara
dengan alasan hukum tidak ada, tidak lengkap atau hukum samar-samar.
transformasi sekarang ini ? Untuk itulah hakim harus melengkapi diri dengan ilmu
hukum, teori hukum, filsafat hukum dan sosiologi hukum. Hakim tidak boleh
membaca hukum itu hanya secara normatif (yang terlihat) saja. Dia dituntut untuk
dapat melihat hukum itu secara lebih dalam, lebih luas dan lebih jauh kedepan.
6 Ibid. hal 17
5
Dia harus mampu melihat hal-hal yang melatarbelakangi suatu ketentuan tertulis,
pemikiran apa yang ada disana dan bagaimana rasa keadilan dan kebenaran
yang sudah ada tidak dapat secara pas untuk menjawab dan menyelesaikan
luas, tidak terhitung jumlah dan jenisnya, sehingga tidak mungkin tercakup dalam
menggunakan hukum tertulis terlebih dahulu, akan tetapi apabila hukum tertulis
tersebut ternyata tidak cukup atau tidak pas, maka keduanya barulah hakim
lainnya.
7 Sudikno Mertokusumo dan A. Pitlo ; Bab-Bab Tentang Penemuan Hukum, Jakarta, PT. Citra Aditya Bhakti, 1993. hal 10
8. Sudikno Mertokusumo, Penemuan Hukum SebuahPengantar, Cet. II Yogyakarta; Liberty Yogyakarta, 2001 hal 37
6
Sumber-sumber hukum tersebut adalah yurispundensi, doktrin, traktat, kebiasaan
yang berkaitan dengan dunia peradilan atau yang mengatur kekuasaan kehakiman
seorang hakim wajib mengadili, mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum dan
Ketentuan ini dimaksudkan agar putusan hakim sesuai dengan hukum dan rasa
dan penciptaan hukum, agar putusan yang diambilnya dapat sesuai dengan hukum
dan rasa keadilan masyarakat. Ketentuan ini berlaku bagi semua hakim dalam
semua
7
lingkungan peradilan dan dalam ruang lingkup hakim tingkat pertama, tingkat
hukum bahkan kalau mungkin terobosan hukum dalam upaya mewujudkan dan
fakta, tetapi hanya menilai apakah yudekfacti benar atau salah dalam menegakkan
hukum, yakni ketika memasuki tahapan kualifikasi dan tahap konstitusi. Kecuali
maka dalam hal ini Hakim Agung selaku hakim kasasi bertindak tidak semata-
mata sebagai Judex Jurist tetapi juga bertindak sebagai Judex Facti.
tidak mudah untuk diubah dengan cepat mengikuti perubahan masyarakat. Disisi
yang lain dalam kehidupan modern dan kompleks serta dinamis seperti sekarang
8
ini, masalah-masalah hukum yang dihadapi masyarakat semakin banyak dan
menuntut hakim untuk menggali nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat, yang
secara filosofis bearti menuntut hakim untuk melakukan penemuan hukum dan
penciptaan hukum. Hanya saja, apakah dengan dalih kebebasan hakim atau
dengan dalih hakim harus memutus atas alasan keyakinannya, lalu hakim boleh
jawabnya tentu saja tidak, karena hal itu akan menimbulkan kekacauan dan
ketidakpastian hukum. Penemuan dan penciptaan hukum oleh hakim dalam proses
undangan yang berkaitan dengan dunia peradilan, dalam hal ini UUD tahun 1945,
bagi seluruh rakyat Indonesia. Prinsip ini diambil dari alinea keempat
9
Pembukaan UUD 1945 yang berisi lima dasar negara yang disebut
Esa. Asas atau prinsip ini terdapat dalam pasal 2 ayat (1) UU No. 48 tahun
dalam setiap putusan Pengadilan, jika tidak maka putusan tersebut tidak
Prinsip ini tertuang dalam pasal 24 ayat (1) UUD tahun 1945 jo. Pasal 1
dan UU. No. 48 tahun 2009. Dalam pasal 24 ayat (1) UUD 1945 dan pasal
kehakiman bebas dari segala campur tangan pihak kekuasaan extra judisial
kecuali dalam hal-hal yang diatur dalam UUD tahun 1945, sedangkan
Prinsip ini tertuang dalam pasal 10 ayat (1) yang menyatakan bahwa
memutus suatu perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak
10
ada atau kurang jelas, melainkan wajib untuk memeriksa dan
mengadilinya.
5. Hakim wajib menggali, mengikuti dan memahami nilai hukum dan rasa
penjajahan sebagai hukum positif maka di negeri ini dikenal sistem hukum adat
dan sistem hukum Islam, maka pengertian nilai hukum yang hidup dalam
ketentuan diatas haruslah diartikan, nilai-nilai hukum adat dan nilai-nilai hukum
Islam
Menurut Prof. Abdul Wahab Khallaf : Urf atau adat ialah segala sesuatu
yang sudah saling dikenal diantara manusia yang telah menjadi kebiasaan atau
Selanjutnya ia memberikan contoh urf shahih itu adat kebiasaan yang baik
diantaranya ialah saling pengertian tentang apa-apa yang diberikan oleh pihak
pelamar kepada yang dilamar berupa pakaian atau perhiasan yang termasuk
11
C. Kesimpulan
ketertiban, akan tetapi harus dapat memenuhi kepastian hukum dan rasa
nilai yang hidup di masyarakat, maka menurut Yahya Harahap, SH. Hakim
menerapkan hukum yang telah ada dan menemukan hukum baru yang
keadilan.
12
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Jakarta 2009.
Khllaf, Abdul Wahab, Prof ; Ilmu Ushulul Fiqh (Kaidah-Kaidah Hukum Islam)
13