RENCANA AKSI 1
Nama
1. PEGERTIAN HUKUM
Hukum adalah sebuah peraturan yang berisi norma maupun sanksi yang dibuat oleh manusia yang
bertujuan mengatur kehidupan manusia, tingkahlaku manusia demi menjaga ketertiban dan keadilan
di masyarakat dan mencegah terjadinya kekacauan, keributan dan perpecahan.
Hukum bertugas menjamin sebuah kepastian hukum bagi seluruh lapisan warga masyarakat dan
setiap masyarakat berhak mendapat pembelaan didepan hukum. Definisi hukum yang lain adalah
sebuat peraturan/ ketetapan/ketentuan baik yang tertulis maupun tidak tertulis yang berfungsi
mengatur kehidupan masyarakat serta memberikan sanksi bagi pelanggarnya.
2. UNSUR-UNSUR HUKUM
Apabila dilihat dari beberapa perumusan tentang berbagai pengertian hukum, diambil kesimpulan
bahwa hukum itu meliputi unsur-unsur :
1) Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat
2) Peraturan itu diadakan oleh badan resmi yang berwajib
3) Bersifat memaksa dan mengikat
4) Sanksi terhadap pelanggar peraturan tersebut adalah sanksi tegas
Menurut Kamus Bahasa Indonesia, lembaga yaitu badan atau organisasi yang tugasnya mengadakan
penelitian atas pengembangan ilmu.Sedangkan kata “peradilan” berasal dari akar kata “adil”, dengan
awalan “per” dan dengan imbuhan “an”. Kata “peradilan” sebagai terjemahan dari “qadha”, yang
berarti “memutuskan”, “melaksanakan”, “menyelesaikan”. Lembaga Peradilan adalah alat
perlengkapan negara yang bertugas dalam mempertahankan tetap tegaknya hukum. Lembaga
peradilan dibentuk untuk membantu rakyat dalam mencari keadilan sesuai dengan ketentuan hukum
yang berlaku di Indonesia.
Lembaga peradilan ini dipegang sepenuhnya oleh kekuasaan kehakiman, di mana di Indonesia
kekuasaan kehakiman dilakukan oleh Mahkamah Agung. di bawah Mahkamah Agung ada beberapa
badan peradilan lain yang berada di lingkungan peradilan umum, agama, militer, tata usaha negara,
dan Mahkamah Konstitusi.
Adapun yang menjadi dasar hukum terbentuknya lembaga-lembaga peradilan nasional adalah:
1. Pancasila terutama sila kelima, yaitu “Keadilan Sosial Bagi Seluruh rakyat Indonesia”
2. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bab IX pasal 24 ayat (2) dan
(3), yaitu: (2) Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan
peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan
agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh
sebuah Mahkamah Konstitusi
3. Badan-badan lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman diatur dalam
undang-undang.
4. Undang-Undang RI Nomor 3 tahun 1997 tentang Pengadilan Anak
5. Undang-Undang RI Nomor 31 tahun 1997 tentang Peradilan Militer
6. Undang-Undang RI Nomor 26 tahun 2000 tentang Pengadilan HAM
7. Undang-Undang RI Nomor 14 tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak
8. Undang-Undang RI Nomor 24 tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi
9. Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 14
Tahun 1985 Tentang Mahkamah Agung
10. Undang-Undang RI Nomor 8 tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 2
Tahun 1986 Tentang Peradilan Umum
11. Undang-Undang RI Nomor 9 tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara
12. Undang-Undang RI Nomor 3 tahun 2006 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama
13. Undang-Undang RI Nomor 3 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas UndangUndang
Nomor 14 Tahun 1985 Tentang Mahkamah Agung
14. Undang-Undang RI Nomor 46 Tahun 2009 tentang Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
Pada bagian sebelumnya kalian telah menelaah hakikat lembaga peradilan. Nah, pada bagian
ini kalian akan diajak untuk menelusuri klasifikasi lembaga peradilan yang berdiri di
Indonesia. Dalam pasal 18 Undang-Undang RI Nomor 48 tahun 2009 tentang kekuasaan
kehakiman disebutkan bahwa “Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah
Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum,
lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha
negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi”. Dari ketentuan di atas, sesungguhnya badan
peradilan nasional dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
2) Pengadilan Agama
Dasar hukum peradilan agama dalam Undang Undang Dasar 1945 adalah diatur oleh
Pasal 24 yang pada ayat (1) menjelaskan bahwa kekuasaan kehakiman merupakan
kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan
hukum dan keadilan. Undang Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama
sebagaimana diubah terakhir kalinya dengan Undang Undang Nomor 50 Tahun 2009,
yang dalam Pasal 2 menegaskan bahwa peradilan agama merupakan salah satu
pelaksana kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan yang beragama Islam
mengenai perkara perdata tertentu yang diatur dalam undang undang. Selanjutnya
dalam 2 Pasal 2 ayat (1) menerangkan bahwa kekuasaan kehakiman di lingkungan
peradilan agama dilaksanakan oleh pengadilan agama dan pengadilan tinggi agama.
Fungsi peradilan agama antara lain Fungsi mengadili (judicial power), Fungsi
pembinaan Fungsi pengawasan, Fungsi nasehat, Fungsi administrative dan fungsi
lainnya melakukan koordinasi dalam pelaksanaan tugas hisab dan rukyat dengan
instansi lain yang terkait, seperti DEPAG, MUI, Ormas Islam dan lain-lain, serta
pelayanan penyuluhan hukum, pelayanan riset/penelitian dan sebagainya serta
memberi akses yang seluas-luasnya bagi masyarakat dalam era keterbukaan dan
Transparansi Informasi Peradilan, sepanjang diatur dalam Keputusan Ketua
Mahkamah Agung RI Nomor KMA/144/SK/VIII/2007 tentang Keterbukaan Informasi
di Pengadilan.
3) Pengadilan Militer
Pengadilan Militer dan Pengadilan Militer Tinggi bersidang untuk memeriksa dan
memutuskan perkara pidana pada tingkat pertama dengan 1 (satu) orang Hakim
Ketua dan 2 (dua) orang Hakim Anggota yang dihadiri 1 (satu) orang Oditur
Militer/Oditur Militer Tinggi dan dibantu 1 (satu) orang Panitera. Hakim Ketua dalam
persidangan Pengadilan Militer paling rendah berpangkat Mayor, sedang Hakim
Anggota dan Oditur Militer paling rendah berpangkat Kapten. Pengadilan Militer
paling rendah berpangkat Pembantu Letnan Dua paling tinggi berpangkat Kapten.
Untuk dapat diangkat menjadi Hakim Militer, seorang Prajurit harus memenuhi
syarat: bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
- setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;
- tidak terlibat partai atau organisasi terlarang;
- paling rendah berpangkat Kapten dan berijazah Sarjana Hukum;
- berpengalaman di bidang peradilan dan/atau hukum; dan berwibawa,
jujur, adil, dan berkelakuan tidak tercela.
Pengadilan Militer memeriksa dan memutuskan pada tingkat pertama perkara pidana
yang Terdakwanya adalah:
- Prajurit yang berpangkat Kapten ke bawah;
- mereka sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 angka 1 huruf b dan huruf
c yang Terdakwanya"termasuk tingkat kepangkatan" Kapten ke bawah;
dan
- mereka yang berdasarkan Pasal 9 angka 1 huruf d harus diadili oleh
Pengadilan Militer.
Untuk dapat diangkat menjadi ketua atau wakil ketua pengadilan tata usaha negara
hakim harus berpengalaman paling singkat 7 (tujuh) tahun sebagai hakim
pengadilan tata usaha negara. Pengangkatan hakim pengadilan tata usaha negara
dilakukan melalui proses seleksi yang transparan, akuntabel, dan partisipatif. Proses
seleksi pengangkatan hakim pengadilan tata usaha negara dilakukan bersama oleh
Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial. Hakim pengadilan diangkat oleh Presiden
atas usul Ketua Mahkamah Agung. Hakim pengadilan diberhentikan oleh Presiden
atas usul Ketua Mahkamah Agung dan/atau Komisi Yudisial melalui Ketua
Mahkamah Agung. Usul pemberhentian hakim yang dilakukan oleh Komisi Yudisial
sebagaimana dimaksud pada ayat hanya dapat dilakukan apabila hakim yang
bersangkutan melanggar Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim. Ketua dan wakil
ketua pengadilan diangkat dan diberhentikan oleh Ketua Mahkamah Agung.
Pengadilan Tata Usaha Negara bertugas dan berwenang memeriksa, memutus dan
menyelesaikan Sengketa Tata Usana Negara di tingkat pertama.
ALAT, BAHAN, SARANA, DAN PRASARANA
2 Kegiatan inti 60 m
- Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan
pembelajaran
- Guru Membagikan gambar berkaitan materi yaitu lembaga
peradilan Indonesia kepada peserta didik dan menayangkan
gambar lewat proyektor di depan kelas.
- Guru memberi petunjuk dan memberikan kesempatan kepada
setiap kelompok untuk memperhatikan atau menganalisa gambar.
- Melalui diskusi kelompok yang beranggotakan 7 orang siswa, hasil
diskusi dari analisis gambar mengenai lembaga peradilan yang ada
di Indonesia dicatat pada kertas.
- Setiap kelompok diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil
diskusinya.
3 Kegiatan Penutup 10 m
Refleksi Guru
☒ Keduanya
☒ Tertulis
RUBRIK PENILAIAN
Asesmen Pengetahuan
No Rumusan soal
1 Jelaskan makna hukum!
2 Lembaga yang termaksud dalam peradilan umum yaitu pengadilan negeri dan pengadilan
tinggi. Jelaskan susunan, tugas dan wewenang, fungsi dari pengadilan tersebut!
3 Jelaskan perilaku atau perbuatan apa saja yang dikatakan melanggar hukum!
5 Jelaskan upaya atau cara yang bisa digunakan untuk meminimalisir pelanggaran hukum!
- Fungsi pembinaan
Fungsi ini berarti
Pengadilan Negeri
memberi pengarahan,
bimbingan serta
petunjuk kepada
pejabat struktural serta
fungsional yang berada
di bawah jajarannya.
- Fungsi pengawasan
Fungsi ini berarti
Pengadilan Negeri
melakukan pengawasan
atas pelaksanaan tugas
dan tingkah laku Hakim,
Panitera, Sekretaris,
Panitera Pengganti
serta Jurusita di bawah
jajarannya.
- Fungsi nasihat Fungsi
ini berarti Pengadilan
Negeri memberi
pertimbangan serta
nasihat mengenai
hukum kepada instansi
pemerintah di daerah
hukumnya, jika diminta.
- Fungsi administratif
Fungsi ini berarti
Pengadilan Negeri
melaksanakan
administrasi peradilan,
baik teknis maupun
persidangan,
administrasi umum
(perencanaan teknologi
informasi atau
pelaporan, kepegawaian
serta keuangan.
Penilaian keterampilan dilakukan guru dengan melihat kemampuan peserta didik dalam presentasi,
kemampuan bertanya, kemampuan menjawab pertanyaan atau mempertahankan argumentasi
kelompok, kemampuan dalam memberikan masukan/saran, serta mengapresiasi pada saat
menyampaikan hasil telaah. Lembar penilaian penyajian dan laporan hasil telaah dapat menggunakan
format di bawah ini, dengan ketentuan aspek penilaian dan rubriknya dapat disesuaikan dengan situasi
dan kondisi serta keperluan guru.
No Aspek penskoran
1 Kemampuan Bertanya Skor 4 apabila selalu bertanya.
Skor 3 apabila sering bertanya.
Skor 2 apabila kadang-kadang
bertanya. Skor 1 apabila tidak
pernah bertanya.
2 Kemampuan Menjawab/ Argumentasi Skor 4 apabila materi/jawaban
benar, rasional, dan jelas. Skor
3 apabila materi/jawaban benar,
rasional, dan tidak jelas. Skor 2
apabila materi/jawaban benar,
tidak rasional, dan tidak jelas.
Skor 1 apabila materi/jawaban
tidak benar, tidak rasional, dan
tidak jelas.
3 Kemampuan Memberi Masukan Skor 4 apabila selalu memberi
masukan. Skor 3 apabila
sering memberi masukan. Skor
2 apabila kadang-kadang
memberi masukan. Skor 1
apabila tidak pernah memberi
masukan.
4 Mengapresiasi Skor 4 apabila selalu
memberikan pujian. Skor 3
apabila sering memberikan
pujian. Skor 2 apabila kadang-
kadang memberi pujian. Skor 1
apabila tidak pernah memberi
pujian.
Asesmen sikap
Kelas : .......................................
Hari, Tanggal : .......................................
Pertemuan Ke- : .......................................
Materi Pokok : .......................................
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Melanggar hukum dan yakin tidak akan
terjerat hukum karena orang tua mu pejabat
2 Memberi uang kepada temanmu agar mau
mengerjakan PR
3 Memalsukan tanda tangan orang tua
4 Tidak membayar uang SPP yang telah
diberikan orang tua
5 Menyogok teman agar mau berbohong untuk
menutupi kesalahan
DAFTAR PUSTAKA
Hali Mulyono ( 2019). Modul Belajar Pendidikan Pancasila & Kewarganegaraan untuk SMA/MA. Bogor:
Marwah Indo Media
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara.
https://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/UU_2009_51.pdf
LEMBAR KERJA SISWA
Hali Mulyono ( 2019). Modul Belajar Pendidikan Pancasila & Kewarganegaraan untuk SMA/MA. Bogor:
Marwah Indo Media
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara.
https://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/UU_2009_51.pdf
LEMBAR KERJA
PESERTA DIDIK (LKPD)
NAMA : …………………………………..
KELAS / SEMESTER : XI/ I
NIS : …………………………………..
SEKOLAH : …………………………………..
LKPD ini merupakan bentuk lembar kerja peserta didik berupa teori atau praktik. LKPD
ini adalah lembar kerja sebagai bentuk umpan balik untuk peserta didik yang diberikan
oleh guru.
2. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi tentang Klasifikasi Lembaga Peradilan yang ada di Indonesia
dengan model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL), diharapkan pembelajaran lebih
menarik dan efektif dan peserta didik mampu :
• Menjelaskan makna hukum dan peradilan
• Menguraikan dasar hukum lembaga peradilan
• Mengidentifikasi permasalahan yang melanggar hukum dan peradilan di Indonesia.
• Bekerjasama dalam mencari upaya penyelesaian permasalahan tentang hukum dan peradilan di
Indonesia
Sumber/Media/Alat :
• Media :
- LCD
- Komputer / Laptop
- Karton atau sterofoam, spidol, kertas origami, dll.
• Sumber :
- Buku Guru dan Buku Siswa Edisi Revisi SMA Kelas XI, “Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan “, Kementerian Pendidikan danKebudayaan, Jakarta:
2017
- Website Website terkait (Dan sebagainya)
1. PEGERTIAN HUKUM
Hukum adalah sebuah peraturan yang berisi norma maupun sanksi yang dibuat oleh manusia yang
bertujuan mengatur kehidupan manusia, tingkahlaku manusia demi menjaga ketertiban dan keadilan di
masyarakat dan mencegah terjadinya kekacauan, keributan dan perpecahan.
Hukum bertugas menjamin sebuah kepastian hukum bagi seluruh lapisan warga masyarakat dan setiap
masyarakat berhak mendapat pembelaan didepan hukum. Definisi hukum yang lain adalah sebuat
peraturan/ ketetapan/ketentuan baik yang tertulis maupun tidak tertulis yang berfungsi mengatur
kehidupan masyarakat serta memberikan sanksi bagi pelanggarnya.
2. UNSUR-UNSUR HUKUM
Apabila dilihat dari beberapa perumusan tentang berbagai pengertian hukum, diambil kesimpulan
bahwa hukum itu meliputi unsur-unsur :
5) Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat
6) Peraturan itu diadakan oleh badan resmi yang berwajib
7) Bersifat memaksa dan mengikat
8) Sanksi terhadap pelanggar peraturan tersebut adalah sanksi tegas
Lembaga peradilan ini dipegang sepenuhnya oleh kekuasaan kehakiman, di mana di Indonesia
kekuasaan kehakiman dilakukan oleh Mahkamah Agung. di bawah Mahkamah Agung ada beberapa
badan peradilan lain yang berada di lingkungan peradilan umum, agama, militer, tata usaha negara, dan
Mahkamah Konstitusi.
Di Indonesia, perwujudan kekuasaan kehakiman ini diatur sepenuhnya dalam Undang-Undang RI nomor
48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, yang merupakan penyempurnaan dari UndangUndang RI
Nomor 14 tahun 1970 tentang pokok -pokok kekuasaan kehakiman. Kekuasaan kehakiman di Indonesia
dilakukan oleh Mahkamah Agung, badan peradilan yang berada di bawah Mahkamah Agung meliputi
badan peradilan yang berada di lingkungan Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer dan
Peradilan Tata Usaha Negara, serta oleh sebuah Mahkamah Konstitusi. Peradilan menunjukan pada
proses mengadili perkara sesuai dengan kategori perkara yang diselesaikan. Sedangkan pengadilan
menunjukkan pada tempat untuk mengadili perkara atau tempat untuk melaksanakan proses peradilan
guna menegakkan hukum. Lembaga Peradilan memiliki fungsi sebagai berikut :
2. Melakukan kontrol dari jalannya peradilan di dalam wilayah hukum dan juga menjaga supaya
peradilan itu diselesaikan dengan semestinya.
4. Penentu siapa salah dan siapa yang benar dalam suatu pertikaian.
Adapun yang menjadi dasar hukum terbentuknya lembaga-lembaga peradilan nasional adalah:
1. Pancasila terutama sila kelima, yaitu “Keadilan Sosial Bagi Seluruh rakyat Indonesia”
2. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bab IX pasal 24 ayat (2) dan (3),
yaitu: (2) Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan
yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama,
lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah
Konstitusi
3. Badan-badan lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman diatur dalam undang-
undang.
4. Undang-Undang RI Nomor 3 tahun 1997 tentang Pengadilan Anak
5. Undang-Undang RI Nomor 31 tahun 1997 tentang Peradilan Militer
6. Undang-Undang RI Nomor 26 tahun 2000 tentang Pengadilan HAM
7. Undang-Undang RI Nomor 14 tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak
8. Undang-Undang RI Nomor 24 tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi
9. Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 14
Tahun 1985 Tentang Mahkamah Agung
10. Undang-Undang RI Nomor 8 tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun
1986 Tentang Peradilan Umum
11. Undang-Undang RI Nomor 9 tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara
12. Undang-Undang RI Nomor 3 tahun 2006 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1989 Tentang Peradilan Agama
13. Undang-Undang RI Nomor 3 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas UndangUndang Nomor 14
Tahun 1985 Tentang Mahkamah Agung
14. Undang-Undang RI Nomor 46 Tahun 2009 tentang Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
Pada bagian sebelumnya kalian telah menelaah hakikat lembaga peradilan. Nah, pada bagian ini
kalian akan diajak untuk menelusuri klasifikasi lembaga peradilan yang berdiri di Indonesia. Dalam
pasal 18 Undang-Undang RI Nomor 48 tahun 2009 tentang kekuasaan kehakiman disebutkan
bahwa “Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang
berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan
peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi”.
Dari ketentuan di atas, sesungguhnya badan peradilan nasional dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
- pegawai negeri;
- sarjana hukum;
- berwibawa, jujur, adil, dan berkelakuan tidak tercela. syarat-syarat
- berumur serendah-rendahnya 40 (empat puluh) tahun;
- berpengalaman sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun sebagai Ketua atau Wakil Ketua
Pengadilan Negeri atau 15 (lima belas) tahun sebagai Hakim Pengadilan Negeri.
LKPD KELAS XI/I KD 3.3 Page 5
Untuk dapat diangkat menjadi Ketua Pengadilan Tinggi diperlukan pengalaman sekurang-
kurangnya 10 (sepuluh) tahun sebagai Hakim Pengadilan Tinggi atau sekurang-kurangnya 5
(lima) tahun bagi Hakim Pengadilan Tinggi yang pernah menjabat Ketua Pengadilan Negeri.
Untuk dapat diangkat menjadi Wakil Ketua Pengadilan Tinggi diperlukan pengalaman sekurang-
kurangnya 8 (delapan) tahun sebagai Hakim Pengadilan Tinggi atau sekurang-kurangnya 3
(tiga) tahun bagi Hakim Pengadilan Tinggi yang pernah menjabat Ketua Pengadilan Negeri.
Pengadilan Tinggi bertugas dan berwenang mengadili perkara pidana dan perkara perdata di
tingkat banding. Pengadilan Tinggi juga bertugas dan berwenang mengadili di tingkat pertama
dan terakhir sengketa kewenangan mengadili antar Pengadilan Negeri di daerah hukumnya.
Fungsi pengadilan tinggi yaitu:
- Fungsi Mengadili atau Judicial Power Fungsi mengadili pengadilan tinggi adalah memeriksa
dan mengadili perkara-perkara yang menjadi kewenangan pengadilan tinggi dalam tingkat
banding.
- Fungsi Pembinaan Fungsi pembinaan pengadilan tinggi adalah memberikan pengarahan,
bimbingan, dan petunjuk kepada jajaran pengadilan negeri yang berada di wilayah
hukumnya.
- Fungsi Pengawasan Fungsi pengawasan pengadilan tinggi adalah mengadakan
pengawasan atas pelaksanaan tugas dan tingkah laku hakim, panitera atau sekretaris,
panitera pengganti, jurusita atau jurusita pengganti di daerah hukumnya.
Peradilan Agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara-
antara orang-orang yang beragama Islam di bidang: perkawinan, waris, wasiat, hibah, wakaf,
zakat, infaq, shadaqah dan ekonomi syariah sebagaimana diatur dalam pasal 49 Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang
Peradilan Agama.
Fungsi peradilan agama antara lain Fungsi mengadili (judicial power), Fungsi pembinaan Fungsi
pengawasan, Fungsi nasehat, Fungsi administrative dan fungsi lainnya melakukan koordinasi
dalam pelaksanaan tugas hisab dan rukyat dengan instansi lain yang terkait, seperti DEPAG, MUI,
Ormas Islam dan lain-lain, serta pelayanan penyuluhan hukum, pelayanan riset/penelitian dan
sebagainya serta memberi akses yang seluas-luasnya bagi masyarakat dalam era keterbukaan
dan Transparansi Informasi Peradilan, sepanjang diatur dalam Keputusan Ketua Mahkamah
Agung RI Nomor KMA/144/SK/VIII/2007 tentang Keterbukaan Informasi di Pengadilan.
Jenis – jenis perkara yang menjadi kewenangan pengadilan agama
Berdasarkan Undang – Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Peradilan Agama:
- Perkawinan
LKPD KELAS XI/I KD 3.3 Page 6
- Waris
- Wasiat
- Hibah
- Wakaf
- Zakat
- Infaq
- Sodaqoh
- Ekonomi Syariah
b. Pengadilan Militer
Pengadilan Militer memeriksa dan memutuskan pada tingkat pertama perkara pidana yang
Terdakwanya adalah:
- Prajurit yang berpangkat Kapten ke bawah;
- mereka sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 angka 1 huruf b dan huruf c
yangTerdakwanya"termasuk tingkat kepangkatan" Kapten ke bawah; dan
- mereka yang berdasarkan Pasal 9 angka 1 huruf d harus diadili oleh Pengadilan Militer.