Anda di halaman 1dari 28

MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA

RENCANA AKSI 1

Nama

Shoumy Aulia Pratiwi


201900824574

PPG Dalam Jabatan Kategori 2

UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN


YOGYAKARTA
IDENTITAS PERANGKAT AJAR

Nama Shoumy Aulia Pratiwi, S.Pd. Mata Pelajaran PPKn

Asal SMA Negeri 2 Kotabumi Jumlah Siswa 30 siswa


Sekolah

Profil Pelajar Pancasila


Alokasi yang Berkaitan Bernalar Kritis
Waktu 2 JP x 40 menit

Moda Pembelajaran Tatap Muka


Jenjang/Kelas XI

Fase E Elemen Mata Undang-undang Dasar


Pelajaran Nergara Republik Indonesia
1945

Setelah mempelajari materi tentang Klasifikasi Lembaga Peradilan yang ada di


Tujuan
Indonesia melalui model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL), diharapkan
Pembelajaran
pembelajaran lebih menarik dan efektif serta peserta didik mampu :
1. Menganalisis makna hukum dan peradilan
2. Menguraikan dasar hukum lembaga peradilan
3. Mengidentifikasi permasalahan yang melanggar hukum dan peradilan di
Indonesia.
4. Bekerjasama dalam mencari upaya penyelesaian permasalahan tentang hukum
dan peradilan di Indonesia
5. Mempresentasikan hasil proyek berupa Mind Mapping

Kata Kunci Hukum dan peradilan di Indonesia


DESKRIPSI UMUM KEGIATAN

Pengaturan Siswa Berkelompok 7 orang

Model/Metode 1. Project Based Learning (PjBL)


2. Ceramah
3. Diskusi
4. Presentasi

Konsep Pelanggaran Hukum di Indonesia

Keterampilan Mengkaji Wacana/Literasi


(sesuaikan
dengan Kolaborasi
keterampilan Merancang Kesepakatan dalam Kelompok
yang akan
dibentuk apa?)

Sikap (sesuaikan Responsif,


dengan sikap apa
saja yang akan Disiplin,
dibentuk dalam Tanggung Jawab
proses
pembelajaran)

Pertanyaan 1. Apa yang kalian ketahui tentang hukum?


Esensial
2. Perilaku atau perbuatan apa saja yang dikatakan melanggar
hukum?
MATERI AJAR
MENCERMATI SISTEM PERADILAN DI INDONESIA

1. PEGERTIAN HUKUM

Hukum adalah sebuah peraturan yang berisi norma maupun sanksi yang dibuat oleh manusia yang
bertujuan mengatur kehidupan manusia, tingkahlaku manusia demi menjaga ketertiban dan keadilan
di masyarakat dan mencegah terjadinya kekacauan, keributan dan perpecahan.

Hukum bertugas menjamin sebuah kepastian hukum bagi seluruh lapisan warga masyarakat dan
setiap masyarakat berhak mendapat pembelaan didepan hukum. Definisi hukum yang lain adalah
sebuat peraturan/ ketetapan/ketentuan baik yang tertulis maupun tidak tertulis yang berfungsi
mengatur kehidupan masyarakat serta memberikan sanksi bagi pelanggarnya.

2. UNSUR-UNSUR HUKUM

Apabila dilihat dari beberapa perumusan tentang berbagai pengertian hukum, diambil kesimpulan
bahwa hukum itu meliputi unsur-unsur :
1) Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat
2) Peraturan itu diadakan oleh badan resmi yang berwajib
3) Bersifat memaksa dan mengikat
4) Sanksi terhadap pelanggar peraturan tersebut adalah sanksi tegas

3. MAKNA LEMBAGA PERADILAN

Menurut Kamus Bahasa Indonesia, lembaga yaitu badan atau organisasi yang tugasnya mengadakan
penelitian atas pengembangan ilmu.Sedangkan kata “peradilan” berasal dari akar kata “adil”, dengan
awalan “per” dan dengan imbuhan “an”. Kata “peradilan” sebagai terjemahan dari “qadha”, yang
berarti “memutuskan”, “melaksanakan”, “menyelesaikan”. Lembaga Peradilan adalah alat
perlengkapan negara yang bertugas dalam mempertahankan tetap tegaknya hukum. Lembaga
peradilan dibentuk untuk membantu rakyat dalam mencari keadilan sesuai dengan ketentuan hukum
yang berlaku di Indonesia.

Lembaga peradilan ini dipegang sepenuhnya oleh kekuasaan kehakiman, di mana di Indonesia
kekuasaan kehakiman dilakukan oleh Mahkamah Agung. di bawah Mahkamah Agung ada beberapa
badan peradilan lain yang berada di lingkungan peradilan umum, agama, militer, tata usaha negara,
dan Mahkamah Konstitusi.

Di Indonesia, perwujudan kekuasaan kehakiman ini diatur sepenuhnya dalam Undang-Undang RI


nomor 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, yang merupakan penyempurnaan dari
Undang-Undang RI Nomor 14 tahun 1970 tentang pokok -pokok kekuasaan kehakiman. Kekuasaan
kehakiman di Indonesia dilakukan oleh Mahkamah Agung, badan peradilan yang berada di bawah
Mahkamah Agung meliputi badan peradilan yang berada di lingkungan Peradilan Umum, Peradilan
Agama, Peradilan Militer dan Peradilan Tata Usaha Negara, serta oleh sebuah Mahkamah Konstitusi.
Peradilan menunjukan pada proses mengadili perkara sesuai dengan kategori perkara yang
diselesaikan. Sedangkan pengadilan menunjukkan pada tempat untuk mengadili perkara atau tempat
untuk melaksanakan proses peradilan guna menegakkan hukum. Lembaga Peradilan memiliki fungsi
sebagai berikut :

1. Melakukan controlling terhadap berbagai penyelenggaraan peradilan yang terjadi di setiap


ruang lingkup peradilan dalam melaksanakan suatu kekuasaan kehakiman.
2. Melakukan kontrol dari jalannya peradilan di dalam wilayah hukum dan juga menjaga supaya
peradilan itu diselesaikan dengan semestinya.
3. Menjadi tempat menyelesaikan permasalahan dengan keadilan.
4. Penentu siapa salah dan siapa yang benar dalam suatu pertikaian.
2. Landasan hukum Lembaga Peradilan

Adapun yang menjadi dasar hukum terbentuknya lembaga-lembaga peradilan nasional adalah:

1. Pancasila terutama sila kelima, yaitu “Keadilan Sosial Bagi Seluruh rakyat Indonesia”
2. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bab IX pasal 24 ayat (2) dan
(3), yaitu: (2) Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan
peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan
agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh
sebuah Mahkamah Konstitusi
3. Badan-badan lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman diatur dalam
undang-undang.
4. Undang-Undang RI Nomor 3 tahun 1997 tentang Pengadilan Anak
5. Undang-Undang RI Nomor 31 tahun 1997 tentang Peradilan Militer
6. Undang-Undang RI Nomor 26 tahun 2000 tentang Pengadilan HAM
7. Undang-Undang RI Nomor 14 tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak
8. Undang-Undang RI Nomor 24 tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi
9. Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 14
Tahun 1985 Tentang Mahkamah Agung
10. Undang-Undang RI Nomor 8 tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 2
Tahun 1986 Tentang Peradilan Umum
11. Undang-Undang RI Nomor 9 tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara
12. Undang-Undang RI Nomor 3 tahun 2006 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama
13. Undang-Undang RI Nomor 3 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas UndangUndang
Nomor 14 Tahun 1985 Tentang Mahkamah Agung
14. Undang-Undang RI Nomor 46 Tahun 2009 tentang Pengadilan Tindak Pidana Korupsi

3. Klasifikasi Lembaga Peradilan Indonesia

Pada bagian sebelumnya kalian telah menelaah hakikat lembaga peradilan. Nah, pada bagian
ini kalian akan diajak untuk menelusuri klasifikasi lembaga peradilan yang berdiri di
Indonesia. Dalam pasal 18 Undang-Undang RI Nomor 48 tahun 2009 tentang kekuasaan
kehakiman disebutkan bahwa “Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah
Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum,
lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha
negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi”. Dari ketentuan di atas, sesungguhnya badan
peradilan nasional dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1) Peradilan Umum, yang meliputi:


a. Pengadilan Negeri berkedudukan di ibu kota kabupaten atau kota :
Susunan Pengadilan Negeri terdiri dari Pimpinan, Hakirn Anggota, Panitera,
Sekretaris, dan Jurusita. Untuk dapat diangkat menjadi Hakim Pengadilan
Negeri, seorang calon harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
- warga negara Indonesia;
- bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
- Setia kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;
- bukan bekas anggota organisasi terlarang Partai Komunis Indonesia,
termasuk organisasi massanya atau bukan seseorang yang terlibat
lanpung ataupun tak langsung dalam "Gerakan Kontra Revolusi
G30.S./PKI" atau organisasi terlarang lainnya;
- pegawai negeri;
- sarjana hukum;
- berumur serendah-rendahnya 25 (dua puluh lima) tahun;
- berwibawa, jujur, adil, dan berkelakuan tidak tercela.
- Untuk dapat diangkat menjadi Ketua dan Wakil Ketua Pengadilan Negeri
diperlukan pengalunan sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun sebagai
Hakim Pengadilan Negeri.

Pengadilan Negeri bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan


menyelesaikan perkara pidana dan perkara perdata di tingkat pertama.
Fungsi pengadilan negeri yaitu:

- Fungsi pembinaan Fungsi ini berarti Pengadilan Negeri memberi


pengarahan, bimbingan serta petunjuk kepada pejabat struktural serta
fungsional yang berada di bawah jajarannya.
- Fungsi pengawasan Fungsi ini berarti Pengadilan Negeri melakukan
pengawasan atas pelaksanaan tugas dan tingkah laku Hakim, Panitera,
Sekretaris, Panitera Pengganti serta Jurusita di bawah jajarannya.
- Fungsi nasihat Fungsi ini berarti Pengadilan Negeri memberi
pertimbangan serta nasihat mengenai hukum kepada instansi
pemerintah di daerah hukumnya, jika diminta.
- Fungsi administratif Fungsi ini berarti Pengadilan Negeri melaksanakan
administrasi peradilan, baik teknis maupun persidangan, administrasi
umum (perencanaan teknologi informasi atau pelaporan, kepegawaian
serta keuangan.

b. Pengadilan Tinggi berkedudukan di ibu kota provinsi


Susunan Pengadilan Tinggi terdiri dari Pimpinan, Hakim Anggota, Panitera,
dan Sekretaris. Untuk dapat diangkat menjadi Hakim Pengadilan Tinggi,
seorang calon harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
- warga negara Indonesia;
- bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
- Setia kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;
- bukan bekas anggota organisasi terlarang Partai Komunis Indonesia,
termasuk organisasi massanya atau bukan seseorang yang terlibat
lanpung ataupun tak langsung dalam "Gerakan Kontra Revolusi
G30.S./PKI" atau organisasi terlarang lainnya;
- pegawai negeri;
- sarjana hukum;
- berwibawa, jujur, adil, dan berkelakuan tidak tercela. syarat-syarat
- berumur serendah-rendahnya 40 (empat puluh) tahun;
- berpengalaman sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun sebagai Ketua atau
Wakil Ketua Pengadilan Negeri atau 15 (lima belas) tahun sebagai Hakim
Pengadilan Negeri.

Untuk dapat diangkat menjadi Ketua Pengadilan Tinggi diperlukan


pengalaman sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun sebagai Hakim
Pengadilan Tinggi atau sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun bagi Hakim
Pengadilan Tinggi yang pernah menjabat Ketua Pengadilan Negeri. Untuk
dapat diangkat menjadi Wakil Ketua Pengadilan Tinggi diperlukan
pengalaman sekurang-kurangnya 8 (delapan) tahun sebagai Hakim
Pengadilan Tinggi atau sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun bagi Hakim
Pengadilan Tinggi yang pernah menjabat Ketua Pengadilan Negeri.

Pengadilan Tinggi bertugas dan berwenang mengadili perkara pidana dan


perkara perdata di tingkat banding. Pengadilan Tinggi juga bertugas dan
berwenang mengadili di tingkat pertama dan terakhir sengketa kewenangan
mengadili antar Pengadilan Negeri di daerah hukumnya. Fungsi pengadilan
tinggi yaitu:
- Fungsi Mengadili atau Judicial Power Fungsi mengadili pengadilan tinggi
adalah memeriksa dan mengadili perkara-perkara yang menjadi
kewenangan pengadilan tinggi dalam tingkat banding. Pengadilan tinggi
juga dapat mengadili di tingkat pertama dan terakhir dalam "sengketa
kewenangan mengadili antara pengadilan negeri di daerah hukumnya".
- Fungsi Pembinaan Fungsi pembinaan pengadilan tinggi adalah
memberikan pengarahan, bimbingan, dan petunjuk kepada jajaran
pengadilan negeri yang berada di wilayah hukumnya. Bimbingan dan
petunjuk yang diberikan oleh pengadilan tinggi menyangkut teknik
yustisial, administrasi peradilan, administrasi umum, perlengkapan,
keuangan, kepegawaian, dan pembangunan.
- Fungsi Pengawasan Fungsi pengawasan pengadilan tinggi adalah
mengadakan pengawasan atas pelaksanaan tugas dan tingkah laku
hakim, panitera atau sekretaris, panitera pengganti, jurusita atau jurusita
pengganti di daerah hukumnya. Selain itu, pengadilan tinggi juga
melakukan pengawasan dalam hal fungsi peradilan di tingkat pengadilan
negeri agar sistem peradilan dapat diselenggarakan dengan saksama
dan sewajarnya. Pengawasan juga dilaksanakan terhadap pelaksanaan
administrasi umum kesekretariatan dan pembangunan.

2) Pengadilan Agama
Dasar hukum peradilan agama dalam Undang Undang Dasar 1945 adalah diatur oleh
Pasal 24 yang pada ayat (1) menjelaskan bahwa kekuasaan kehakiman merupakan
kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan
hukum dan keadilan. Undang Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama
sebagaimana diubah terakhir kalinya dengan Undang Undang Nomor 50 Tahun 2009,
yang dalam Pasal 2 menegaskan bahwa peradilan agama merupakan salah satu
pelaksana kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan yang beragama Islam
mengenai perkara perdata tertentu yang diatur dalam undang undang. Selanjutnya
dalam 2 Pasal 2 ayat (1) menerangkan bahwa kekuasaan kehakiman di lingkungan
peradilan agama dilaksanakan oleh pengadilan agama dan pengadilan tinggi agama.

Peradilan Agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan


perkara- antara orang-orang yang beragama Islam di bidang: perkawinan, waris,
wasiat, hibah, wakaf, zakat, infaq, shadaqah dan ekonomi syariah sebagaimana
diatur dalam pasal 49 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama.

Fungsi peradilan agama antara lain Fungsi mengadili (judicial power), Fungsi
pembinaan Fungsi pengawasan, Fungsi nasehat, Fungsi administrative dan fungsi
lainnya melakukan koordinasi dalam pelaksanaan tugas hisab dan rukyat dengan
instansi lain yang terkait, seperti DEPAG, MUI, Ormas Islam dan lain-lain, serta
pelayanan penyuluhan hukum, pelayanan riset/penelitian dan sebagainya serta
memberi akses yang seluas-luasnya bagi masyarakat dalam era keterbukaan dan
Transparansi Informasi Peradilan, sepanjang diatur dalam Keputusan Ketua
Mahkamah Agung RI Nomor KMA/144/SK/VIII/2007 tentang Keterbukaan Informasi
di Pengadilan.

Jenis – jenis perkara yang menjadi kewenangan pengadilan agama


Berdasarkan Undang – Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Peradilan Agama:
- Perkawinan
- Waris
- Wasiat
- Hibah
- Wakaf
- Zakat
- Infaq
- Sodaqoh
- Ekonomi Syariah

3) Pengadilan Militer
Pengadilan Militer dan Pengadilan Militer Tinggi bersidang untuk memeriksa dan
memutuskan perkara pidana pada tingkat pertama dengan 1 (satu) orang Hakim
Ketua dan 2 (dua) orang Hakim Anggota yang dihadiri 1 (satu) orang Oditur
Militer/Oditur Militer Tinggi dan dibantu 1 (satu) orang Panitera. Hakim Ketua dalam
persidangan Pengadilan Militer paling rendah berpangkat Mayor, sedang Hakim
Anggota dan Oditur Militer paling rendah berpangkat Kapten. Pengadilan Militer
paling rendah berpangkat Pembantu Letnan Dua paling tinggi berpangkat Kapten.

Untuk dapat diangkat menjadi Hakim Militer, seorang Prajurit harus memenuhi
syarat: bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
- setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;
- tidak terlibat partai atau organisasi terlarang;
- paling rendah berpangkat Kapten dan berijazah Sarjana Hukum;
- berpengalaman di bidang peradilan dan/atau hukum; dan berwibawa,
jujur, adil, dan berkelakuan tidak tercela.

Pengadilan Militer memeriksa dan memutuskan pada tingkat pertama perkara pidana
yang Terdakwanya adalah:
- Prajurit yang berpangkat Kapten ke bawah;
- mereka sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 angka 1 huruf b dan huruf
c yang Terdakwanya"termasuk tingkat kepangkatan" Kapten ke bawah;
dan
- mereka yang berdasarkan Pasal 9 angka 1 huruf d harus diadili oleh
Pengadilan Militer.

4) Pengadilan Tata Usaha Negara


Untuk dapat diangkat sebagai hakim pengadilan tata usaha negara, seseorang harus
memenuhi syarat sebagai berikut:
- warga negara Indonesia;
- bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
- setia kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;
- sarjana hukum;
- lulus pendidikan hakim;
- berwibawa, jujur, adil, dan berkelakuan tidak tercela;
- berusia paling rendah 25 (dua puluh lima) tahun dan paling tinggi 40 (empat
puluh) tahun;
- mampu secara rohani dan jasmani untuk menjalankan tugas dan kewajiban; dan
- tidak pernah dijatuhi pidana penjara karena melakukan kejahatan berdasarkan
putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

Untuk dapat diangkat menjadi ketua atau wakil ketua pengadilan tata usaha negara
hakim harus berpengalaman paling singkat 7 (tujuh) tahun sebagai hakim
pengadilan tata usaha negara. Pengangkatan hakim pengadilan tata usaha negara
dilakukan melalui proses seleksi yang transparan, akuntabel, dan partisipatif. Proses
seleksi pengangkatan hakim pengadilan tata usaha negara dilakukan bersama oleh
Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial. Hakim pengadilan diangkat oleh Presiden
atas usul Ketua Mahkamah Agung. Hakim pengadilan diberhentikan oleh Presiden
atas usul Ketua Mahkamah Agung dan/atau Komisi Yudisial melalui Ketua
Mahkamah Agung. Usul pemberhentian hakim yang dilakukan oleh Komisi Yudisial
sebagaimana dimaksud pada ayat hanya dapat dilakukan apabila hakim yang
bersangkutan melanggar Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim. Ketua dan wakil
ketua pengadilan diangkat dan diberhentikan oleh Ketua Mahkamah Agung.
Pengadilan Tata Usaha Negara bertugas dan berwenang memeriksa, memutus dan
menyelesaikan Sengketa Tata Usana Negara di tingkat pertama.
ALAT, BAHAN, SARANA, DAN PRASARANA

ALAT DAN BAHAN YANG HARUS DIPERSIAPKAN :


Alat dan Bahan 1. Menyiapkan gambar-gambar yang berkaitan
dengan peraturan atau hukum yang ada di
Indonesia
2. Laptop dan printer untuk mencetak gambar
3. Karton atau sterofoam, spidol, kertas
origami, dll.
4. Menyiapkan rubrik penilaian Pengetahuan
dan observasi sikap.
5. Menyiapkan rubrik penilaian keterampilan
berkomunikasi

Sarana dan Prasarana 1. LCD, Laptop, jaringan internet


2. Video pembelajaran yang berkaitan materi
hukum dan peradilan Indonesia
URUTAN KEGIATAN BELAJAR

1 Kegiatan pendahuluan Alokasi Waktu

- Guru melakukan pembukaan dengan salam pembuka, 10 m


memanjatkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berdoa
untuk memulai pembelajaran, mengecek kehadiran siswa
- Guru menyampaikan garis besar cakupan materi dan kegiatan
yang akan dilakukan
- Mengajukan pertanyaan yang ada keterkaitannya dengan
pelajaran yang akan dilakukan.
- Memberitahukan tentang kompetensi inti, kompetensi dasar,
indikator, pada pertemuan yang berlangsung
- Pembagian kelompok belajar

2 Kegiatan inti 60 m
- Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan
pembelajaran
- Guru Membagikan gambar berkaitan materi yaitu lembaga
peradilan Indonesia kepada peserta didik dan menayangkan
gambar lewat proyektor di depan kelas.
- Guru memberi petunjuk dan memberikan kesempatan kepada
setiap kelompok untuk memperhatikan atau menganalisa gambar.
- Melalui diskusi kelompok yang beranggotakan 7 orang siswa, hasil
diskusi dari analisis gambar mengenai lembaga peradilan yang ada
di Indonesia dicatat pada kertas.
- Setiap kelompok diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil
diskusinya.

3 Kegiatan Penutup 10 m

- Guru Bersama peserta didik menyimpulkan pembelajaran


tentang klasifikasi lembaga peradilan di Indonesia
- Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
- Menutup pelajaran dengan berdo’a dan salam

Refleksi Guru

1. Apakah kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan baik?


2. Apa yang harus diperbaiki dari kegiatan pembelajaran?
KRITERIA UNTUK MENGUKUR KETERCAPAIAN TUJUAN PEMBELAJARAN

Bagaimana menilai ketercapaian tujuan ☐ Asesmen Individu


pembelajaran ☐ Asesmen Kelompok

☒ Keduanya

Jenis Asesmen ☒ Performa

☒ Tertulis
RUBRIK PENILAIAN

Asesmen dilakukan melalui performa presentasi, kolaborasi, dan


penyajian.

Asesmen Pengetahuan

No Rumusan soal
1 Jelaskan makna hukum!

2 Lembaga yang termaksud dalam peradilan umum yaitu pengadilan negeri dan pengadilan
tinggi. Jelaskan susunan, tugas dan wewenang, fungsi dari pengadilan tersebut!

3 Jelaskan perilaku atau perbuatan apa saja yang dikatakan melanggar hukum!

4 Jelaskan mengapa di sebuah Negara dapat terjadi pelanggaran hukum!

5 Jelaskan upaya atau cara yang bisa digunakan untuk meminimalisir pelanggaran hukum!

No Kunci Jawaban Kriteria Skor Bentuk Nilai = jumlah


benar x 5
1. Hukum adalah sebuah 1. Poin 4 jika dapat menjelasakan Essay 20
peraturan yang berisi norma dengan tepat
maupun sanksi yang dibuat 2. Poin 2 jika hanya menjelaskan
Sebagian
oleh manusia yang bertujuan
mengatur kehidupan
manusia, tingkahlaku
manusia demi menjaga
ketertiban dan keadilan di
masyarakat dan mencegah
terjadinya kekacauan,
keributan dan perpecahan.

2 Pengadilan Negeri bertugas 1. Poin 4 jika dapat menjelasakan Essay 20


dan berwenang memeriksa, keduanya dengan tepat
memutus, dan 2. Poin 3 jika hanya menjelaskan
menyelesaikan perkara salah satu dengan tepat
pidana dan perkara perdata 3. Poin 2 jika hanya menjelaskan
di tingkat pertama. Sebagian

Fungsi pengadilan negeri


yaitu:

- Fungsi pembinaan
Fungsi ini berarti
Pengadilan Negeri
memberi pengarahan,
bimbingan serta
petunjuk kepada
pejabat struktural serta
fungsional yang berada
di bawah jajarannya.
- Fungsi pengawasan
Fungsi ini berarti
Pengadilan Negeri
melakukan pengawasan
atas pelaksanaan tugas
dan tingkah laku Hakim,
Panitera, Sekretaris,
Panitera Pengganti
serta Jurusita di bawah
jajarannya.
- Fungsi nasihat Fungsi
ini berarti Pengadilan
Negeri memberi
pertimbangan serta
nasihat mengenai
hukum kepada instansi
pemerintah di daerah
hukumnya, jika diminta.
- Fungsi administratif
Fungsi ini berarti
Pengadilan Negeri
melaksanakan
administrasi peradilan,
baik teknis maupun
persidangan,
administrasi umum
(perencanaan teknologi
informasi atau
pelaporan, kepegawaian
serta keuangan.

Pengadilan Tinggi yang


pernah menjabat Ketua
Pengadilan Negeri.

Pengadilan Tinggi bertugas


dan berwenang mengadili
perkara pidana dan perkara
perdata di tingkat banding.
Pengadilan Tinggi juga
bertugas dan berwenang
mengadili di tingkat pertama
dan terakhir sengketa
kewenangan mengadili antar
Pengadilan Negeri di daerah
hukumnya. Fungsi
pengadilan tinggi yaitu:
- Fungsi Mengadili atau
Judicial Power Fungsi
mengadili pengadilan
tinggi adalah memeriksa
dan mengadili perkara-
perkara yang menjadi
kewenangan pengadilan
tinggi dalam tingkat
banding.
- Fungsi Pembinaan Fungsi
pembinaan pengadilan
tinggi adalah memberikan
pengarahan, bimbingan,
dan petunjuk kepada
jajaran pengadilan negeri
yang berada di wilayah
hukumnya.
- Fungsi Pengawasan
Fungsi pengawasan
pengadilan tinggi adalah
mengadakan pengawasan
atas pelaksanaan tugas
dan tingkah laku hakim,
panitera atau sekretaris,
panitera pengganti,
jurusita atau jurusita
pengganti di daerah
hukumnya.
3 - Melakukan tindak pidana : 1. Poin 4 jika dapat menjelasakan Essay 20
Membunuh, merampok, keduanya dengan tepat
menganiaya, menipu, 2. Poin 3 jika hanya menjelaskan
pemalsuan, dll. salah satu dengan tepat
- Melakukan tindakan 3. Poin 2 jika hanya menjelaskan
perdata : Sebagian
Pencemaran nama baik,
merusak martabat
Baik secara sengaja maupun
tidak sengaja
4 Terkait alasan pelanggaran 1. Poin 4 jika dapat menjelaskan Essay 20
hukum, umumnya terjadi secara tepat
karena hal berikut:
- Lemahnya penegakan 2. Poin 2 jika hanya menjelaskan
hukum sebagian
- Pelanggaran dianggap hal
biasa
- Rendahnya kepatuhan
hukum dalam masyarakat
5 Upaya pemerintah dalam 1. Poin 4 jika dapat menjelaskan Essay 20
menyelesaikan pelanggaran secara tepat
hak dan kewajiban di
Indonesia : 2. Poin 2 jika hanya menjelaskan
- Penegakan supremasi sebagian
hukum dan demokrasi
- Mengoptimalkan peran
lembaga hukum dan
peradilan
- Meningkatkan kualitas
pelayanan, pengawasan
dan profesionalisme dari
aparat hukum
- Meningkatkan kerjasama
antara aparat hukum dan
masyarakat
- Menyebarluaskan prinsip
kesadaran bernegara
Asesmen Keterampilan

Penilaian keterampilan dilakukan guru dengan melihat kemampuan peserta didik dalam presentasi,
kemampuan bertanya, kemampuan menjawab pertanyaan atau mempertahankan argumentasi
kelompok, kemampuan dalam memberikan masukan/saran, serta mengapresiasi pada saat
menyampaikan hasil telaah. Lembar penilaian penyajian dan laporan hasil telaah dapat menggunakan
format di bawah ini, dengan ketentuan aspek penilaian dan rubriknya dapat disesuaikan dengan situasi
dan kondisi serta keperluan guru.

No Nama Peserta Kemampuan Kemampuan Memberi Apresiasi


didik Bertanya Berargumentasi masukan/saran
1
2
3
4
5
6

Keterangan : Diisi dengan tanda ceklist (√)

Kategori Penilaian : 4 = sangat baik, 3 = baik, 2 = cukup, 1 = kurang

Nilai = Skor Perolehan × 50


2

Pedoman Penskoran (Rubrik)

No Aspek penskoran
1 Kemampuan Bertanya Skor 4 apabila selalu bertanya.
Skor 3 apabila sering bertanya.
Skor 2 apabila kadang-kadang
bertanya. Skor 1 apabila tidak
pernah bertanya.
2 Kemampuan Menjawab/ Argumentasi Skor 4 apabila materi/jawaban
benar, rasional, dan jelas. Skor
3 apabila materi/jawaban benar,
rasional, dan tidak jelas. Skor 2
apabila materi/jawaban benar,
tidak rasional, dan tidak jelas.
Skor 1 apabila materi/jawaban
tidak benar, tidak rasional, dan
tidak jelas.
3 Kemampuan Memberi Masukan Skor 4 apabila selalu memberi
masukan. Skor 3 apabila
sering memberi masukan. Skor
2 apabila kadang-kadang
memberi masukan. Skor 1
apabila tidak pernah memberi
masukan.
4 Mengapresiasi Skor 4 apabila selalu
memberikan pujian. Skor 3
apabila sering memberikan
pujian. Skor 2 apabila kadang-
kadang memberi pujian. Skor 1
apabila tidak pernah memberi
pujian.
Asesmen sikap

Pedoman Pengamatan Sikap

Kelas : .......................................
Hari, Tanggal : .......................................
Pertemuan Ke- : .......................................
Materi Pokok : .......................................

Nama Aspek Perilaku yang Dinilai Jumlah Kode


No Skor Sikap
Siswa responsif disiplin tanggungjawab Skor Nilai
1 Adel 75 80 80 235 78.33 A
2 …
Catatan :
1. Aspek perilaku dinilai dengan kriteria:
100 = Sangat Baik
75 = Baik
25 = Cukup
25 = Kuran
2. Skor sikap = jumlah skor dibagi jumlah sikap yang dinilai = 235 : 3 = 78.33
3. Kode nilai / predikat :
75,01 – 100,00 = Sangat Baik (SB)
50,01 – 75,00 = Baik (B)
25,01 – 50,00 = Cukup (C)
00,00 – 25,00 = Kurang (K)
4. Format di atas dapat diubah sesuai dengan aspek perilaku yang ingin dinilai

Pertanyaan Refleksi untuk Siswa

Isilah dengan cara mencentang (V) sesuai dengan yang dirasakan

No Pertanyaan Ya Tidak
1 Melanggar hukum dan yakin tidak akan
terjerat hukum karena orang tua mu pejabat
2 Memberi uang kepada temanmu agar mau
mengerjakan PR
3 Memalsukan tanda tangan orang tua
4 Tidak membayar uang SPP yang telah
diberikan orang tua
5 Menyogok teman agar mau berbohong untuk
menutupi kesalahan
DAFTAR PUSTAKA

Yusnawan Lubis, Mohamad Sodeli dkk(2017) Pendidikan Kewarganegaraan untuk


SMA/MA/Jakarta:Kemendikbud

Hali Mulyono ( 2019). Modul Belajar Pendidikan Pancasila & Kewarganegaraan untuk SMA/MA. Bogor:
Marwah Indo Media

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1986 Tentang Peradilan Umum.


https://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/686.pdf.

Tugas Pokok dan Fungsi Pengadilan (2020). https://www.pa-negara.go.id/profil-pengadilan/tugas-dan-


fungsi

Pengadilan Agama (2021). https://badilag.mahkamahagung.go.id/seputar-peradilan-agama/berita-


daerah/apa-sih-peradilan-agama

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1997 Tentang Peradilan Militer.


https://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/573.pdf

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara.
https://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/UU_2009_51.pdf
LEMBAR KERJA SISWA

Lakukanlah langkah-langkah dalam membuat Analisis dan target pencapaian:

1. Membaca berbagai wacana tentang sistem hukum peradilan di Indonesia


2. buatlah dalam naratif tentang klasifikasi Lembaga peradilan yang ada di Indonesia
3. Gunakan bahasa yang baik
4. Dalam memberikan analisis dan opini harus memperhatikan etika penyampaian opini
dengan landasan yang kuat, hindarkan dari masalah yang menyangkut SARAP (Suku,
Agama, Ras, Antar Golongan, Politik, Pornoaksi, Pornografi, Perundungan, dan Promosi)
5. Penilaian bersifat Individu, namun diskusi dilakukan secara berkelompok.

BAHAN BACAAN SISWA

Berikut rujukan yang dapat dijadikan bahan pembelajaran:

Yusnawan Lubis, Mohamad Sodeli dkk(2017) Pendidikan Kewarganegaraan untuk


SMA/MA/Jakarta:Kemendikbud
Hali Mulyono ( 2019). Modul Belajar Pendidikan Pancasila & Kewarganegaraan untuk SMA/MA. Bogor:
Marwah Indo Media

BAHAN BACAAN GURU


Yusnawan Lubis, Mohamad Sodeli dkk(2017) Pendidikan Kewarganegaraan untuk
SMA/MA/Jakarta:Kemendikbud

Hali Mulyono ( 2019). Modul Belajar Pendidikan Pancasila & Kewarganegaraan untuk SMA/MA. Bogor:
Marwah Indo Media

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1986 Tentang Peradilan Umum.


https://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/686.pdf.

Tugas Pokok dan Fungsi Pengadilan (2020). https://www.pa-negara.go.id/profil-pengadilan/tugas-dan-


fungsi

Pengadilan Agama (2021). https://badilag.mahkamahagung.go.id/seputar-peradilan-agama/berita-


daerah/apa-sih-peradilan-agama

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1997 Tentang Peradilan Militer.


https://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/573.pdf

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara.
https://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/UU_2009_51.pdf
LEMBAR KERJA
PESERTA DIDIK (LKPD)

“SISTEM HUKUM DAN PERADILAN DI INDONESIA”

NAMA : …………………………………..
KELAS / SEMESTER : XI/ I
NIS : …………………………………..
SEKOLAH : …………………………………..

LKPD KELAS XI/I KD 3.3 Page 1


1. Petunjuk belajar :

LKPD ini merupakan bentuk lembar kerja peserta didik berupa teori atau praktik. LKPD
ini adalah lembar kerja sebagai bentuk umpan balik untuk peserta didik yang diberikan
oleh guru.

2. Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari materi tentang Klasifikasi Lembaga Peradilan yang ada di Indonesia
dengan model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL), diharapkan pembelajaran lebih
menarik dan efektif dan peserta didik mampu :
• Menjelaskan makna hukum dan peradilan
• Menguraikan dasar hukum lembaga peradilan
• Mengidentifikasi permasalahan yang melanggar hukum dan peradilan di Indonesia.
• Bekerjasama dalam mencari upaya penyelesaian permasalahan tentang hukum dan peradilan di
Indonesia

Sumber/Media/Alat :
• Media :
- LCD
- Komputer / Laptop
- Karton atau sterofoam, spidol, kertas origami, dll.

• Sumber :
- Buku Guru dan Buku Siswa Edisi Revisi SMA Kelas XI, “Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan “, Kementerian Pendidikan danKebudayaan, Jakarta:
2017
- Website Website terkait (Dan sebagainya)

LKPD KELAS XI/I KD 3.3 Page 2


3. Materi

MENCERMATI SISTEM PERADILAN DI INDONESIA

1. PEGERTIAN HUKUM
Hukum adalah sebuah peraturan yang berisi norma maupun sanksi yang dibuat oleh manusia yang
bertujuan mengatur kehidupan manusia, tingkahlaku manusia demi menjaga ketertiban dan keadilan di
masyarakat dan mencegah terjadinya kekacauan, keributan dan perpecahan.

Hukum bertugas menjamin sebuah kepastian hukum bagi seluruh lapisan warga masyarakat dan setiap
masyarakat berhak mendapat pembelaan didepan hukum. Definisi hukum yang lain adalah sebuat
peraturan/ ketetapan/ketentuan baik yang tertulis maupun tidak tertulis yang berfungsi mengatur
kehidupan masyarakat serta memberikan sanksi bagi pelanggarnya.

2. UNSUR-UNSUR HUKUM
Apabila dilihat dari beberapa perumusan tentang berbagai pengertian hukum, diambil kesimpulan
bahwa hukum itu meliputi unsur-unsur :
5) Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat
6) Peraturan itu diadakan oleh badan resmi yang berwajib
7) Bersifat memaksa dan mengikat
8) Sanksi terhadap pelanggar peraturan tersebut adalah sanksi tegas

3. MAKNA LEMBAGA PERADILAN


Menurut Kamus Bahasa Indonesia, lembaga yaitu badan atau organisasi yang tugasnya mengadakan
penelitian atas pengembangan ilmu.Sedangkan kata “peradilan” berasal dari akar kata “adil”, dengan
awalan “per” dan dengan imbuhan “an”. Kata “peradilan” sebagai terjemahan dari “qadha”, yang berarti
“memutuskan”, “melaksanakan”, “menyelesaikan”. Lembaga Peradilan adalah alat perlengkapan negara
yang bertugas dalam mempertahankan tetap tegaknya hukum. Lembaga peradilan dibentuk untuk
membantu rakyat dalam mencari keadilan sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku di Indonesia.

Lembaga peradilan ini dipegang sepenuhnya oleh kekuasaan kehakiman, di mana di Indonesia
kekuasaan kehakiman dilakukan oleh Mahkamah Agung. di bawah Mahkamah Agung ada beberapa
badan peradilan lain yang berada di lingkungan peradilan umum, agama, militer, tata usaha negara, dan
Mahkamah Konstitusi.

Di Indonesia, perwujudan kekuasaan kehakiman ini diatur sepenuhnya dalam Undang-Undang RI nomor
48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, yang merupakan penyempurnaan dari UndangUndang RI
Nomor 14 tahun 1970 tentang pokok -pokok kekuasaan kehakiman. Kekuasaan kehakiman di Indonesia
dilakukan oleh Mahkamah Agung, badan peradilan yang berada di bawah Mahkamah Agung meliputi
badan peradilan yang berada di lingkungan Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer dan
Peradilan Tata Usaha Negara, serta oleh sebuah Mahkamah Konstitusi. Peradilan menunjukan pada
proses mengadili perkara sesuai dengan kategori perkara yang diselesaikan. Sedangkan pengadilan
menunjukkan pada tempat untuk mengadili perkara atau tempat untuk melaksanakan proses peradilan
guna menegakkan hukum. Lembaga Peradilan memiliki fungsi sebagai berikut :

LKPD KELAS XI/I KD 3.3 Page 3


1. Melakukan controlling terhadap berbagai penyelenggaraan peradilan yang terjadi di setiap ruang
lingkup peradilan dalam melaksanakan suatu kekuasaan kehakiman.

2. Melakukan kontrol dari jalannya peradilan di dalam wilayah hukum dan juga menjaga supaya
peradilan itu diselesaikan dengan semestinya.

3. Menjadi tempat menyelesaikan permasalahan dengan keadilan.

4. Penentu siapa salah dan siapa yang benar dalam suatu pertikaian.

3. Landasan hukum Lembaga Peradilan

Adapun yang menjadi dasar hukum terbentuknya lembaga-lembaga peradilan nasional adalah:

1. Pancasila terutama sila kelima, yaitu “Keadilan Sosial Bagi Seluruh rakyat Indonesia”
2. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bab IX pasal 24 ayat (2) dan (3),
yaitu: (2) Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan
yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama,
lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah
Konstitusi
3. Badan-badan lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman diatur dalam undang-
undang.
4. Undang-Undang RI Nomor 3 tahun 1997 tentang Pengadilan Anak
5. Undang-Undang RI Nomor 31 tahun 1997 tentang Peradilan Militer
6. Undang-Undang RI Nomor 26 tahun 2000 tentang Pengadilan HAM
7. Undang-Undang RI Nomor 14 tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak
8. Undang-Undang RI Nomor 24 tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi
9. Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 14
Tahun 1985 Tentang Mahkamah Agung
10. Undang-Undang RI Nomor 8 tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun
1986 Tentang Peradilan Umum
11. Undang-Undang RI Nomor 9 tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara
12. Undang-Undang RI Nomor 3 tahun 2006 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1989 Tentang Peradilan Agama
13. Undang-Undang RI Nomor 3 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas UndangUndang Nomor 14
Tahun 1985 Tentang Mahkamah Agung
14. Undang-Undang RI Nomor 46 Tahun 2009 tentang Pengadilan Tindak Pidana Korupsi

4. Klasifikasi Lembaga Peradilan Indonesia

Pada bagian sebelumnya kalian telah menelaah hakikat lembaga peradilan. Nah, pada bagian ini
kalian akan diajak untuk menelusuri klasifikasi lembaga peradilan yang berdiri di Indonesia. Dalam
pasal 18 Undang-Undang RI Nomor 48 tahun 2009 tentang kekuasaan kehakiman disebutkan
bahwa “Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang
berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan
peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi”.
Dari ketentuan di atas, sesungguhnya badan peradilan nasional dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:

LKPD KELAS XI/I KD 3.3 Page 4


Pengadilan Negeri berkedudukan di ibu kota kabupaten atau kota :
Susunan Pengadilan Negeri terdiri dari
Pimpinan, Hakirn Anggota, Panitera, Sekretaris,
dan Jurusita. Untuk dapat diangkat menjadi
Hakim Pengadilan Negeri, seorang calon harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
- warga negara Indonesia;
- bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
- Setia kepada Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945;
- bukan bekas anggota organisasi terlarang
Partai Komunis Indonesia, termasuk
organisasi massanya atau bukan seseorang
Pengadilan Negeri bertugas dan berwenang yang memeriksa, memutus,
terlibat lanpung dan menyelesaikan
ataupun tak langsung perkara
pidana dan perkara perdata di tingkat pertama.dalam "Gerakan Kontra Revolusi G30.S./PKI"
atau organisasi terlarang lainnya;
Fungsi pengadilan negeri yaitu: - pegawai negeri;
- sarjana hukum;
- berumur
- Fungsi pembinaan Fungsi ini berarti Pengadilan serendah-rendahnya
Negeri memberi pengarahan,25 (duabimbingan
puluh serta
lima) tahun;
petunjuk kepada pejabat struktural serta fungsional yang berada di bawah jajarannya.
- berwibawa,
- Fungsi pengawasan Fungsi ini berarti Pengadilan jujur, adil, dan
Negeri melakukan berkelakuan
pengawasan atastidak
pelaksanaan
tercela. Panitera Pengganti serta Jurusita di bawah
tugas dan tingkah laku Hakim, Panitera, Sekretaris,
jajarannya Untuk dapat diangkat menjadi Ketua dan Wakil
Ketua
- Fungsi nasihat Fungsi ini berarti Pengadilan Pengadilan
Negeri memberiNegeri diperlukan
pertimbangan pengalunan
serta nasihat mengenai
hukum kepada instansi pemerintah di daerah sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun sebagai
hukumnya, jika diminta.
Hakim Pengadilan
- Fungsi administratif Fungsi ini berarti Pengadilan Negeri
Negeri melaksanakan administrasi peradilan, baik
teknis maupun persidangan, administrasi umum (perencanaan teknologi informasi atau pelaporan,
kepegawaian serta keuangan.

Pengadilan Tinggi berkedudukan di ibu kota provinsi

Susunan Pengadilan Tinggi terdiri dari


Pimpinan, Hakim Anggota, Panitera, dan
Sekretaris. Untuk dapat diangkat menjadi
Hakim Pengadilan Tinggi, seorang calon
harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut :
- warga negara Indonesia;
- bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa;
- Setia kepada Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945;
- bukan bekas anggota organisasi
terlarang Partai Komunis Indonesia,
termasuk organisasi massanya atau
bukan seseorang yang terlibat
lanpung ataupun tak langsung dalam
"Gerakan Kontra Revolusi G30.S./PKI"
atau organisasi terlarang lainnya;

- pegawai negeri;
- sarjana hukum;
- berwibawa, jujur, adil, dan berkelakuan tidak tercela. syarat-syarat
- berumur serendah-rendahnya 40 (empat puluh) tahun;
- berpengalaman sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun sebagai Ketua atau Wakil Ketua
Pengadilan Negeri atau 15 (lima belas) tahun sebagai Hakim Pengadilan Negeri.
LKPD KELAS XI/I KD 3.3 Page 5
Untuk dapat diangkat menjadi Ketua Pengadilan Tinggi diperlukan pengalaman sekurang-
kurangnya 10 (sepuluh) tahun sebagai Hakim Pengadilan Tinggi atau sekurang-kurangnya 5
(lima) tahun bagi Hakim Pengadilan Tinggi yang pernah menjabat Ketua Pengadilan Negeri.
Untuk dapat diangkat menjadi Wakil Ketua Pengadilan Tinggi diperlukan pengalaman sekurang-
kurangnya 8 (delapan) tahun sebagai Hakim Pengadilan Tinggi atau sekurang-kurangnya 3
(tiga) tahun bagi Hakim Pengadilan Tinggi yang pernah menjabat Ketua Pengadilan Negeri.

Pengadilan Tinggi bertugas dan berwenang mengadili perkara pidana dan perkara perdata di
tingkat banding. Pengadilan Tinggi juga bertugas dan berwenang mengadili di tingkat pertama
dan terakhir sengketa kewenangan mengadili antar Pengadilan Negeri di daerah hukumnya.
Fungsi pengadilan tinggi yaitu:
- Fungsi Mengadili atau Judicial Power Fungsi mengadili pengadilan tinggi adalah memeriksa
dan mengadili perkara-perkara yang menjadi kewenangan pengadilan tinggi dalam tingkat
banding.
- Fungsi Pembinaan Fungsi pembinaan pengadilan tinggi adalah memberikan pengarahan,
bimbingan, dan petunjuk kepada jajaran pengadilan negeri yang berada di wilayah
hukumnya.
- Fungsi Pengawasan Fungsi pengawasan pengadilan tinggi adalah mengadakan
pengawasan atas pelaksanaan tugas dan tingkah laku hakim, panitera atau sekretaris,
panitera pengganti, jurusita atau jurusita pengganti di daerah hukumnya.

Pengadilan Agama yang berkedudukan di ibu kota kabupaten atau kota

Dasar hukum peradilan agama dalam Undang


Undang Dasar 1945 adalah diatur oleh Pasal 24
yang pada ayat (1) menjelaskan bahwa kekuasaan
kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka
untuk menyelenggarakan peradilan guna
menegakkan hukum dan keadilan. Undang Undang
Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama
sebagaimana diubah terakhir kalinya dengan
Undang Undang Nomor 50 Tahun 2009, yang
dalam Pasal 2 menegaskan bahwa peradilan
agama merupakan salah satu pelaksana kekuasaan
kehakiman bagi rakyat pencari keadilan yang
beragama Islam mengenai perkara perdata
tertentu yang diatur dalam undang undang.
Selanjutnya dalam 2 Pasal 2 ayat (1) menerangkan
bahwa kekuasaan kehakiman di lingkungan
peradilan agama dilaksanakan oleh pengadilan
agama dan pengadilan tinggi agama.

Peradilan Agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara-
antara orang-orang yang beragama Islam di bidang: perkawinan, waris, wasiat, hibah, wakaf,
zakat, infaq, shadaqah dan ekonomi syariah sebagaimana diatur dalam pasal 49 Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang
Peradilan Agama.

Fungsi peradilan agama antara lain Fungsi mengadili (judicial power), Fungsi pembinaan Fungsi
pengawasan, Fungsi nasehat, Fungsi administrative dan fungsi lainnya melakukan koordinasi
dalam pelaksanaan tugas hisab dan rukyat dengan instansi lain yang terkait, seperti DEPAG, MUI,
Ormas Islam dan lain-lain, serta pelayanan penyuluhan hukum, pelayanan riset/penelitian dan
sebagainya serta memberi akses yang seluas-luasnya bagi masyarakat dalam era keterbukaan
dan Transparansi Informasi Peradilan, sepanjang diatur dalam Keputusan Ketua Mahkamah
Agung RI Nomor KMA/144/SK/VIII/2007 tentang Keterbukaan Informasi di Pengadilan.
Jenis – jenis perkara yang menjadi kewenangan pengadilan agama
Berdasarkan Undang – Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Peradilan Agama:
- Perkawinan
LKPD KELAS XI/I KD 3.3 Page 6
- Waris
- Wasiat
- Hibah
- Wakaf
- Zakat
- Infaq
- Sodaqoh
- Ekonomi Syariah

b. Pengadilan Militer

Pengadilan Militer dan Pengadilan


Militer Tinggi bersidang untuk
memeriksa dan memutuskan perkara
pidana pada tingkat pertama dengan 1
(satu) orang Hakim Ketua dan 2 (dua)
orang Hakim Anggota yang dihadiri 1
(satu) orang Oditur Militer/Oditur
Militer Tinggi dan dibantu 1 (satu)
orang Panitera. Hakim Ketua dalam
persidangan Pengadilan Militer paling
rendah berpangkat Mayor, sedang
Hakim Anggota dan Oditur Militer
paling rendah berpangkat Kapten.
Pengadilan Militer paling rendah
berpangkat Pembantu Letnan Dua
paling tinggi berpangkat Kapten.
Untuk dapat diangkat menjadi Hakim Militer, seorang Prajurit harus memenuhi syarat: bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa;
- setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;
- tidak terlibat partai atau organisasi terlarang;
- paling rendah berpangkat Kapten dan berijazah Sarjana Hukum;
- berpengalaman di bidang peradilan dan/atau hukum; dan berwibawa, jujur, adil, dan
berkelakuan tidak tercela.

Pengadilan Militer memeriksa dan memutuskan pada tingkat pertama perkara pidana yang
Terdakwanya adalah:
- Prajurit yang berpangkat Kapten ke bawah;
- mereka sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 angka 1 huruf b dan huruf c
yangTerdakwanya"termasuk tingkat kepangkatan" Kapten ke bawah; dan
- mereka yang berdasarkan Pasal 9 angka 1 huruf d harus diadili oleh Pengadilan Militer.

LKPD KELAS XI/I KD 3.3 Page 7


LKPD KELAS XI/I KD 3.3 Page 8
TUGAS PROJECT

Amatilah Gambar-gambar di bawah ini:

Dari Gambar-gambari di atas, silahkan kalian diskusikan dengan kelompokmu mengenai


permasalahan yang terpilih, kemudian lakukan identifikasi, cari informasi mengenai:

- Apa tanggapan kamu tentang permasalahan tersebut?


- Apa yang menyebabkan terjadinya hal tersebut?
- Jelaskan mengapa dalam kehidupan masyarakat masih terjadi peristiwa tersebut?
bersama!
- Apa dampak yang timbul dari permasalahan tersebut?

LKPD KELAS XI/I KD 3.3 Page 5


- Jelaskan bagaimana cara mengatasi agar permasalahan tersebut tidak terulang?
Diskusikan secara bersama-sama, kemudian tuangkan dalam bentuk Mind Mapping
kelompok lalu setiap kelompok akan menampilkan hasil project yang sudah
dilakukan.

LKPD KELAS XI/I KD 3.3

Anda mungkin juga menyukai