MIKROBIOLOGI
Disusun Oleh :
Kelompok 4
Disusun Oleh :
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-
Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul DIARE tepat pada waktunya. Terima
kasih penulis ucapkan kepada sumber-sumber yang telah membantu saya dalam
menyelesaikan makalah ini. Mungkin makalah ini belum sepenuhnya sempurna oleh karna itu
saran beserta kritik tentang makalah ini sangat saya harapkan agar nantinya saya dapat lebih
memperbaiki makalah ini.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas praktikum mikrobiologi. Semoga
makalah ini memenuhi kriteria penilaian dan bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang
Menurut WHO (1980), diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali
sehari. Dimana pada dunia ke-3, diare adalah penyebab kematian paling umum kematian
balita, membunuh lebih dari 1,5 Juta orang pertahun. Diare kondisinya dapat merupakan
gejala dari luka, penyakit, alergi (Fructose, Lactose), penyakit dan makana atau kelebihan
Vitamin C dan biasanya disertai sakit perut dan seringkali enek dan muntah. Dimana menurut
WHO (1980) diare terbagi dua berdasarkan mula dan lamanya, yaitu diare akut dan diare
kronik.
Diare seringkali dianggap penyakit yang biasa dan sering dianggap sepele
penanganannya. Pada kenyataanya diare dapat menyebabkan gangguan sistem ataupun
komplikasi yang sangat membahayakan bagi penderita. Beberapa di antaranya adalah
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, shock hipovolemia, gangguan berbagai organ
tubuh, dan bila tidak tertangani dengan baik dapat menyebabkan kematian. Dengan demikian
menjadi penting bagi perawat untuk mengetahui lebih lanjut tentang diare, dampak negative
yang ditibulkan, serta upaya penanganan dan pencegahan komplikasinya
B. Batasan Masalah
Karena adanya keterbatasan waktu, tenaga, dan teori pendukung, dan supaya
penulisan dapat dilakukan secara baik dan mendalam, maka masalah yang akan diangkat
hanya pokok bahasan yang mendalam saja.
C. Tujuan Penulisan
1. Agar masyarakat dapat memahami apa itu penyakit diare dan mengetahuai apa bahaya
dari pada penyakit diare.
2. Agar masyarakat dapat memahami penyebab timbulnya penyakit diare dan bagaimana
cara pencegahan dari pada penyakit diare.
3. Agar kita juga dapat mengetahui tentang macam-macam dan tanda-tanda penyakit
diare.
4. Untuk mengajak masyarakat, agar labih memperhatikan dan menyadari tentang
perlunya kebersihan lingkungan.
D. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah metode
perpustakaan.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.2. DIARE
Menurut WHO (1980), diare adalah buang air besar encer lebih dari 3 x sehari.
Menurut Haroen N, S. Suraatmaja, dan P.O Asdil (1998), diare adalah defekasi encer lebih
dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah atau lendir dalam tinja. Menurut C.L Betz, dan L.A
Sowden (1996) diare merupakan suatu keadaan terjadinya inflamasi mukosa lambung atau
usus. Menurut Suradi, dan Rita (2001), diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana
terjadinya kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi
buang air besar satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau cair.
Enteritis adalah infeksi yang disebabkan virus maupun bakteri pada traktus intestinal
(misalnya kholera, disentri amuba). Diare psikogenik adalah diare yang menyertai masa
ketegangan saraf / stress.
2.2.2 Patofisiologi
Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotravirus, Adenovirus
enteris, Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Escherihia Coli,
Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme
patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau Cytotoksin
dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada gastroenteritis akut.
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah adanya peningkatan bising usus
dan sekresi isi usus sebagai upaya tubuh untuk mengeluarkan agen iritasi atau agen infeksi.
Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air
dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare dan absorpsi air serta elektrolit terganggu.
Sebagai homeostasis tubuh, sebagai akibat dari masuknya agen pengiritasi pada kolon, maka
ada upaya untuk segera mengeluarkan agen tersebut. Sehingga kolon memproduksi mukus
dan HCO3 yang berlebihan yang berefek pada gangguan mutilitas usus yang mengakibatkan
hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan
elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa, gangguan gizi, dan gangguan
sirkulasi darah.
2.2.4 Penatalaksanaan
a. Banyak minum
b. Rehidrasi perinfus
c. Antibiotika yang sesuai
d. Diit tinggi protein dan rendah residu
e. Obat anti kolinergik untuk menghilangkan kejang abdomen
f. Tintura opium dan paregorik untuk mengatasi diare (atau obat lain)
g. Transfusi bila terjadi perdarahan
h. Pembedahan bila terjadi perforasi
i. Observasi keseimbangan cairan
j. Cegah komplikasi
BAB III
PEMBAHASAN
DIARE
A. Pengertian Diare
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah yang lebih banyak dari
biasanya (normal 100-200 ml perjam tinja), dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair
(setengah padat), dapat pula disertai frekuensi defekasi yang meningkat. Pengertian lain diare
adalah sebuah penyakit dimana penderita mengalami buang air besar yang sering dan masih
memiliki kandungan air berlebihan.
d. Penatalaksanaan
Pada orang dewasa, penata laksanaan diare akut akibat infeksi terdiri dari :
1. Rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan
Empat hal penting yang perlu diperhatikan adalah :
1) Jenis cairan
2) Jumlah cairan
3) Jalan masuk atau cara pemberian cairan
4) Jadwal pemberian cairan.
2. Identifikasi penyebab diare akut karena infeksi
3. Terapi simtomatik
4. Terapi defenitif
2) Diare kronik
Diare kronik ditetapkan berdasarkan kesepakatan, yaitu diare yang berlangsung
lebih dari tiga minggu. Ketentuan ini berlaku bagi orang dewasa, sedangkan pada bayi
dan anak ditetapkan batas waktu dua minggu.
a. Etiologi
Diare kronik memiliki penyebab yang bervariasi dan tidak seluruhnya diketahui.
b. Patofisiologi
Proses terjadinya diare dipengaruhi dua hal pokok, yaitu konsistensi feses dan motilitas
usus, umumnya terjadi akibat pengaruh keduanya. Gangguan proses mekanik dan
ensimatik, disertai gangguan mukosa, akan mempengaruhi pertukaran air dan elektrolit,
sehingga mempengaruhi konsistensi feses yang terbentuk.
J. Yang Harus Diperhatikan Dalam Pemberian Makanan dan Minuman pada Penderita
Selama dan Sesudah Diare :
1. Penderita diare dangan dipuaskan
2. Bagi yang masih menetek, pemberian ASI diteruskan.
3. Berikan segera cairan Rumah tangga seperti ait kelapa, air sayur, air buah bila
penderita mulai menimbulkan gejala Diare.
4. Makanan pendamping ASI yang lunak seperti bubur
5. Teruskan pemberian makanan. Makanan sebaiknya nudah dicerna dan tidak
merangsang
6. Sesudah diare pemberian makanan diteruskan dan perlu ditambah.
B. Saran-saran
Dengan melihat pembahasan dan mengetahui dampak dari pada diare tersebut, maka
kita harus dapat menyadari betapa pentingnya kebersihan dalam diri dan lingkunyan. Oleh
karena itu, kita berharap dengan adanya kesadaran, semua masyarakat mau bergotong royong
untuk membersihkan dan memelihara lingkunyam dengan baik. Mudah-mudahan harapan
kita semua untuk hidup bersih dapat diwujudkan bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Noer HMS, Waspdji S, Rachman AM, dkk. Buku aja Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Bagian
Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1996.
Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat. Buku Kader Usaha Perbaikan Gizi Keluarga.
Edisi XVII. Jakarta: Kerjasama Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial.
http://www.lagalus.com/2011/11/diare.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Diare
http://www.anneahira.com/pencegahan-penyakit/diare.htm