Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

N DENGAN MASALAH
PRE OP LIMFADENITIS DALAM SISTEM ENDOKRINN
DI RUANG CEMPAKA RSUD WONOSARI
GUNUNG KIDUL

Disusun Guna Memenuhi Persyaratan Tugas Kelompok Keperawatan Medikal Bedah


Profesi Ners XVI Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Surya Global

Disusun Oleh :
NI MADE MITA WISTARIANI
24.15. 0705
KELOMPOK 1C

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XVI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURYA GLOBAL
YOGYAKARTA
2016

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


SURYA GLOBAL YOGYAKARTA
PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XVI

HALAMAN PENGESAHAN
Telah disahkan Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada Tn.N
Dengan Masalah Pre Op Limfadenitis Dalam Sistem Endokrinn Di Ruang : Cempaka
RSUD Wonosari Gunung Kidul guna memenuhi tugas individu Stase Keperawatan
Medikal Bedah Program Pendidikan Profesi Ners STIKes Surya Global Yogyakarta tahun
2016.

Yogyakarta,

Maret 2016

Mahasiswa

(Ni Made Mita Wsitariani)

Mengetahui

Pembimbing Akademik

(Muskhab Eko Riyadi, S.Kep.,Ns., M.Kep)

Pembimbing Klinik

(Suroyo, AMK)

LAPORAN PENDAHULUAN
LIMFADENITIS

1. DEFINISI
Limfadenitis adalah peradangan pada satu atau beberapa kelenjar getah bening.
Peradangan tersebut akan menimbulkan hiperplasia kelenjar getah bening hingga terasa
membesar secara klinik. Kemunculan penyakit iniditandai dengan gejala munculnya
benjolan pada saluran getah bening misalnya ketiak, leher dan sebagainya. Kelenjar getah
bening yang terinfeksi akan membesar dan biasanya teraba lunk dan nyeri. Kadang-kadang
kulit diatasnya tampak merah dan teraba hangat (Baratawidjaja,2012)
2. ETIOLOGI
Limfadenitis bisa disebabkan oleh infeksi dari berbagai organisme yaitu
bakteri,virus, protozoa, riketsia atau jamur. Streptokokus dan bakteri staphylococcal adalah
penyebab paling umum dari limfadenitis, meskipun virus, protozoa, rickettsiae, jamur, dan
basil TB juga dapat menginfeksi kelenjar getah bening. Ciri khasnya, infeksi tersebut
menyebar menuju kelenjar getah bening dari infeksi kulit, telinga, hidung, atau mata atau
dari beberapa infeksi seperti infectious mononucleosis, infeksi cytomegalovirus, infeksi
streptococcal, tuberculosis, atau sifilis. Infeksi tersebut bisa mempengaruhi kelenjar getah
bening atau hanya pada salah satu daerah pada tubuh(Baratawidjaja,2012).

3. PATOFISIOLOGI
Kelenjar getah bening (KGB) adalah bagian dari sistem pertahanan tubuh. Tubuh
kita memiliki kurang lebih sekitar 600 kelenjar getah bening, namun hanya di daerah sub
mandibular, ketiak atau lipat paha yang teraba normal pada orang sehat. Terbungkus kapsul
fibrosa yang berisi kumpulan sel-sel pembentuk pertahanan tubuh dan merupakan tempat
penyaringan antigen (protein asing) dari pembuluh-pembuluh getah bening yang
melewatinya. Pembuluh-pembuluh limfe akan mengalir ke kelenjar getah bening sehingga
dari lokasi kelenjar getah bening akan diketahui aliran pembuluh limfe yang melewatinya.
Oleh karena dilewati oleh aliran pembuluh getah bening yang dapat membawa antigen dan
memiliki sel pertahanan tubuh maka apabila ada antigen yang menginfeksi maka kelenjar
getah bening dapat menghasilkan sel-sel pertahanan tubuh yang lebih banyak untuk
mengatasi antigen tersebut sehingga kelenjar getah bening membesar(Baratawidjaja,2012).

Pembesaran kelenjar getah bening dapat berasal dari penambahan sel-sel


pertahanan tubuh yang berasal dari kelenjar getah bening itu sendiri seperti limfosit, sel
plasma, monosit dan histiosit atau karena datangnya sel-sel peradangan (neutrofil) untuk
mengatasi infeksi di kelenjar getah bening (limfadenitis), infiltrasi sel-sel ganas atau
timbunan dari penyakit metabolite macrophage (gaucher disease). Dengan mengetahui
lokasi pembesaran kelenjar getah bening maka kita dapat mengarahkan kepada lokasi
kemungkinan terjadinya infeksi atau penyebab pembesaran kelenjar getah bening.
Benjolan, bisa berupa tumor baik jinak atau ganas, bisa juga berupa pembesaran kelenjar
getah bening. Kelenjar ini ada banyak sekali di tubuh kita, antara lain di ujudaerah leher,
ketiak, dalam rongga dada dan perut, di sepanjang tulang belakang kiri dan kanan sampai
mata kaki. Kelenjar getah bening berfungsi sebagai penyaring bila ada infeksi lokal yang
disebabkan bakteri atau virus. Jadi, fungsinya justru sebagai benteng pertahanan
tubuh(R.Sjamsuhidajat, dkk. 2010).
Jika tidak terjadi infeksi, kemungkinan adalah tumor. Apalagi bila pembesaran
kelenjar didaerah-daerah tersebut di atas, pertumbuhannya cepat dan mudah membesar.
Bila sudah sebesar biji nangka, misalnya, bila ditekan tidak sakit, maka perlu diwaspadai.
Jalan terbaik, adalah dilakukan biopsy di kelenjar tersebut. Diperiksa jenis sel-nya untuk
memastikan apakah sekedar infeksi atau keganasan. Jika tumor dan ternyata ganas,
pembesaran kelenjar akan cepat terjadi. Dalam sebulan, misalnya sudah membesar dan tak
terasa sakit saat ditekan. Beda dengan yang disebabkan infeksi, umumnya tidak bertambah
besar dan jika daerah di sekitar benjolan ditekan,terasa sakit(Baratawidjaja,2012).
Peningkatan ukuran kelenjar getah bening disebabkan
1.

Multiplikasi sel-sel di dalam node, termasuk limfosit, sel plasma, monosit, histiosit

2.

Infiltrasi sel dari luar nodus seperti sel ganas atau neutrofil

3.

Pengeringan infeksi (misalnya abses) ke kelenjar getah bening lokal.

4. PATOGENESIS
Kelenjar getah bening
Kelenjar getah bening (KGB) adalah agregat nodular jaringan limfoid yang terletak
sepanjang jalur limfe di seluruh tubuh. Sel dendritik membawa antigen mikroba dari epitel
dan mengantarkannya ke kelenjar getah bening yang akhirnya dikonsentrasikan di KGB.
Dalam KGB ditemukan peningkatan limfosit berupa nodus tempat proliferasi limfosit
sebagai respons terhadap antigen (Gleadle,2007)

System limfatik-resirkulasi limfosit


Sirkulasi darah ada dibawah tekanan dan komponennya (plasma) masuk dinding
kapiler yang tipis ke jaringan sekitar. Cairan ini disebut cairan interstisial yang membasahi
semua jaringan dan sel. Bila cairan ini tidak dikembalikan ke sirkulasi dapat terjadi edema,
pembengkakan progresif yang dapat mengancam nyawa. Hal itu tidak terjadi oleh karena
cairan dikembalikan ke darah melalui dinding venul. Jadi system tersebut menampung
cairan yang dari pembuluh darah dan masuk ke dalam jaringan dan mengembalikannya ke
pembuluh darah antigen (Gleadle,2007).
Sel limfosit, SD, makrofag dan sel lainnya juga dapat masuk melalui dinding tipis
sel endotel yang longgar dari pembuluh limfe primer dan masuk ke dalam arus limfe.
Antigen asing yang masuk ke dalam jaringan akan ditangkap oleh sel system imun dan
dibawa ke berbagai jaringan limfoid regional yang teroganisasi seperti KGB. Jadi system
limfatik juga berperan sebagai alat transport limfosit dan antigen dari jaringan ikat ke
jaringan

limfoid

yang

teroganisasi,

tempat

limfosit

diaktifkan

antigen

(R.Sjamsuhidajat, dkk. 2010).


Keuntungan dari resirkulasi limfosit ialah bahwa sewaktu terjadi infeksi nonspesifik, banyak limfosit akan terpajan dengan antigen/kuman. Keuntungan lain dari
resirkulasi limfosit ialah bahwa bila ada organ limfoid misalnya limfa yang deficit limfosit
karena infeksi, radiasi atau trauma. Limfosit dari jaringan limfoid lainnya melalui sirkulasi
akan dapat dikerahkan kedalam organ limfoid tersebut dengan mudah antigen
(Gleadle,2007).
Sel T naf (Sel matang yang belum terpajan dengan antigen dan belum
berdiferensiasi) cenderung meninggalkan sirkulasi darah dan menuju kelenjar getah bening
dalam daerah sel T. SD/APC dari berbagai bagian tubuh yang membawa antigen juga
berimigrasi dan masuk ke dalam kelenjar getah bening dan mempresentasikan antigen ke
sel T. sel T yang diaktifkan SD/APC tersebut keluar dari kelenjar limfoid dan melalui aliran
darah bergerak ke tempat infeksi dan bekerja sebagai sel efektor. Tidak seperti leukosit,
limfosit terus menerus di resirkulasikan melalui darah dan limfe ke berbagai organ limfoid
antigen (Gleadle,2007).
1. HEV-tempat ekstravasasi limfosit
Beberapa tempat di endotel vascular dalam venul poskapilar berbagai organ
limfoid terdiri atas sel khusus, gemuk dan tinggi yang disebut HEV. Sel-selnya berlainan
sekali dengan sel endotel yang gepeng yang membatasi kapiler lainnya. Setiap organ
limfoid sekunder, kecuali limpa mengandung HEV.1

HEV mengekspresikan sejumlah besar molekul adhesi. Seperti sel endotel vascular
lainnya, HEV mengekspresikan CAM family selektin (selektin E dan P), family musin
(GlyCAM-1 dan CD34) dan superfamily immunoglobulin (ICAM-1, ICAM-2. ICAM-3,
VCAM-1 dan MAdCAM-1) beberapa molekul adhesi disebut adresin vascular, oleh karena
berperan dalam mengarahkan ekstravasasi berbagai populasi limfosit dalam resirkulasi ke
organ limfoid khusus(R.Sjamsuhidajat, dkk. 2010).
2. Homing atau trafficking
Pada keadaan normal terjadi lintas arus limfosit aktif terus menerus melalui
kelenjar getah bening, tetapi bila ada antigen masuk, arus limfosit dalam kelenjar getah
bening akan berhenti sementara. Sel yang antigen spesifik akan ditahan dalam kelenjar
getah bening. Dalam menghadapi antigen tersebut, kelenjar dapat membengkak seperti
yang sering ditemukan pada infeksi. Hal tersebut merupakan hal yang esensial untuk
respons imun yang efektif terhadap antigen asing(R.Sjamsuhidajat, dkk. 2010).
Limfosit cenderung berimigrasi ke tempat-tempat yang selektif. Homing mukosa
adalah kembalinya sel limfoid reaktif imunologis ke asalnya di folikel mukosa. Hal tersebut
terjadi melalui ikatan antara molekul adhesi dan kemokin, reseptor yang mengarahkan
berbagai populasi limfosit ke jaringan limfoid khusus atau inflamasi yang disebut dengan
reseptor homing. L-selektin atau CD62L adalah molekul pada permukaan limfosit yang
berperan pada homing limfosit. Adresin mukosa adalah salah satu adresin yang mengikat
integrin pada sel T yang memilih homing di saluran cerna. Reseptor pada permukaan
limfosit tersebut akan memberikan arah dan tujuan kembali ke plak peyer. Limfosit yang
awalnya disensitasi oleh antigen di plak peyer akan diaktifkan dan memproduksi sel
memori

yang

akan

berimigrasi

kembali

ke

tempat

yang

semula

mensensitasinya(R.Sjamsuhidajat, dkk. 2010).


5. MANIFESTASI KLINIS
Kelenjar getah bening yang terserang biasanya akan membesar dan jika diraba
terasa lunak dan nyeri, selain itu gejala klinis yang timbul adalah demam, nyeri tekan, dan
tanda radang. Kulit di atasnya terlihat merah dan terasa hangat, pembengkakan ini akan
menyerupai daging tumbuh atau biasa disebut dengan tumor. Dan untuk memastikan
apakah gejala-gejala tersebut merujuk pada penyakit limfadenitis maka perlu adanya
pengangkatan jaringan untuk pemeriksaan di bawah mikroskop.
Limfadenitis pada taraf parah disebut limfadenitis kronis. Limfadenitis ini terjadi
ketika penderita mengalami infeksi kronis, misal pada kondisi ketika seseorang dengan

faringitis kronis akan ditemukan pembesaran kelenjar getah bening leher (limfadenitis).
Pembesaran di sini ditandai oleh tanda radang yang sangat minimal dan tidak nyeri.
Pembesaran kronis yang spesifik dan masih banyak di Indonesia adalah akibat tuberkulosa.
Limfadenitis tuberkulosa ini ditandai oleh pembesaran kelenjar getah bening, padat/keras,
multiple dan dapat berhubungan satu sama lain.
Limfadenitis tuberculosa pada kelenjar getah bening dapat menjadi besar
dan berhubungan sehingga leher penderita itu bias disebut seperti bull neck. Pada keadaan
seperti ini kadang-kadang sulit dibedakan dengan limfoma malignum. Limfadenitis
tuberkulosa diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan histopatologi, terutama yang tidak
disertai oleh tuberkulosa paru.

6. KLASIFIKASI
Sebagian besar kasus merupakan respon jinak terhadap infeksi lokal atau sistemik.
Sebagian besar anak dengan limfadenitis menunjukkan kecil, teraba serviks, ketiak, dan
kelenjar getah bening inguinal. Kurang umum adalah pembesaran suboksipital atau
postaurikular node. Supraklavikula, epitrochlear, dan poplitea kelenjar getah bening teraba
jarang terjadi, seperti yang diperbesar node mediastinum dan perut(Baratawidjaja,2012).
Limfadenitis dapat mempengaruhi node tunggal atau sekelompok node (adenopati
daerah) dan dapat unilateral atau bilateral. Onset dan perjalanan limfadenitis mungkin akut,
subakut, atau kronis(repository.usu.ac.id). Jenis lymphadenitis:
a. Lymphadenitis disebabkan oleh virus:
Infectious mononucleosis lymphadenitis
Cytomegalovirus (CMV) lymphadenitis
Herpes simplex virus lymphadenitis
Varicella-herpes zoster lymphadenitis
Vaccinia lymphadenitis
Measles lymphadenitis
Human immunodeficiency virus (HIV) lymphadnitis, with and without salivary
gland invovlvement
Human immunodeficiency

virus

(HIV)

lymphadnitis

of

salivary

invovlvement
b. Lymphadenitis disebabkan oleh bakteri:
Non-specific acterial lymphadenitis (common, non-specific species)
Cat-scratch lymphadenitis (Afipia felis)
Bacillary angiomatosis of lymph nodes (Bartonella henselae and B. quintana)
Lymphogranuloma venereum lymphadenitis (Chlamydia trachomatis)
Syphilitic lymphadenitis (Trapenosoma pallidum)
Lymphadenitis of Whipple disease

gland

c. Lymphadenitis disebabkan oleh mycobacteria:


Mycobacterium tuberculosis lymphadenitis (TB)
Atypical mycobacterial lymphadenitis
Mycobacterium avium-intracellulare lymphadenitis
Mycobacterium leprae lymphadenitis
Miscellaneous mycobacterial lymphadenitis
d. Lymphadenitis disebabkan oleh jamur
Cryptococcus lymphadenitis
Histoplasma lymphadenitis
Coccidioidomycosis lymphadenitis
Pneumocystis lymphadenitis
e. Lymphadenitis disebabkan oleh protozoa
Toxoplasma lymphadenitis
Leishmania lymphadenitis
Filaria lymphadenitis
f. Others
Malaioplakia (most common in the mesenteric lymph nodes)
7. KOMPLIKASI
Pembentukan abses
Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat suatu infeksi
bakteri. Jika bakteri menyusup ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi infeksi.
Sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan sel-sel yang
terinfeksi. Sel-sel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh dalam melawan infeksi,
bergerak ke dalam rongga tersebut dan setelah menelan bakteri, sel darah putih akan mati.
Sel darah putih yang mati inilah yang membentuk nanah,yang mengisi rongga tersebut.
Akibat penimbunan nanah ini, maka jaringan di sekitarnya akan terdorong. Jaringan pada
akhirnya tumbuh di sekeliling abses dan menjadi dinding pembatas abses; hal ini
merupakan mekanisme tubuh untuk mencegah penyebaran infeksi lebih lanjut. Jika suatu
abses pecah di dalam, maka infeksi bisa menyebar di dalam tubuh maupun dibawah
permukaan kulit, tergantung kepada lokasi abses.1

Sepsis (septikemia atau keracunan darah)


Sepsis adalah kondisi medis yang berpotensi berbahaya atau mengancam nyawa,
yang ditemukan berhubungan dengan infeksi yang diketahui atau dicurigai.
Fistula (terlihat dalam limfadenitis yang disebabkan oleh TBC)
Limfadenitis tuberkulosa ini ditandai oleh pembesaran kelenjar getah bening,
padat/keras, multiple dan dapat berkonglomerasi satu sama lain. Dapat pula sudah terjadi

perkijuan seluruh kelenjar, sehingga kelenjar itu melunak seperti abses tetapi tidak nyeri.
Apabila abses ini pecah ke kulit, lukanya sulit sembuh oleh karena keluar secara terus
menerus sehingga seperti fistula. Fistula merupakan penyakit yang erat hubungannya
dengan immune system / daya tahan tubuh setiap individual.
8. PEMERIKSAAN FISIK
Pada pemeriksaan fisik limfadenitis harus dicatat ada tidaknya nyeri tekan,
kemerahan, hangat pada perabaan, dapat bebas digerakkan atau tidak dapat digerakkan,
Apakah ada fluktuasi, konsistensi apakah keras atau kenyal. Pasien tampak sakit ringan
atau berat , demam, dan pada kulit adakah lesi misalnya selulitis, abses, melanoma.
Periksa dimana kelenjer getah bening yang membesar : Misalnya di bagian bawah
Regio Supra Clavicula Dekstra, KGB di servikal, aksilaris, inguinal, dll.

Ukuran: Normal bila diameter 0,5 cm (pada lipat paha >1,5cm dikatakan abnormal).

Nyeri tekan: Umumnya diakibatkan peradangan atau proses perdarahan.

Konsistensi: Keras seperti batu mengarahkan kepada keganasan, padat seperti karet
mengarahkan kepada limfoma; lunak mengarahkan kepada proses infeksi; fluktuatif
mengarahkan telah terjadinya abses/pernanahan.

Penempelan: Beberapa Kelenjar Getah Bening yang menempel dan bergerak


bersamaan bila digerakkan. Dapat akibat tuberkulosis, sarkoidosis keganasan.
Pembesaran KGB leher bagian posterior terdapat pada infeksi rubela dan

mononukleosis. Pada pembesaran KGB oleh infeksi virus, KGB umumnya bilateral (dua
sisi-kiri/kiri dan kanan), lunak dan dapat digerakkan. Bila ada infeksi oleh bakteri, kelenjar
biasanya nyeri pada penekanan, baik satu sisi atau dua sisi dan dapat fluktuatif dan dapat
digerakkan. Adanya kemerahan dan suhu lebih panas dari sekitarnya mengarahkan infeksi
bakteri dan adanya fluktuatif menandakan terjadinya abses.
Bila limfadenitis disebabkan keganasan, tanda-tanda peradangan tidak ada, KGB
keras dan tidak dapat digerakkan (terikat dengan jaringan di bawahnya). Pada infeksi oleh
mikobakterium pembesaran kelenjar berjalan mingguan-bulanan, walaupun dapat
mendadak, KGB menjadi fluktuatif dan kulit diatasnya menjadi tipis, dan dapat pecah.
Adanya tenggorokan yang merah, bercak-bercak putih pada tonsil, bintik-bintik
merah pada langit-langit mengarahkan infeksi oleh bakteri streptokokus. Pembengkakan
pada jaringan lunak leher (bull neck) mengarahkan kepada infeksi oleh bakteri difteri.

Faringitis, ruam-ruam dan pembesaran limpa mengarahkan kepada infeksi epstein barr
virus. Adanya radang pada selaput mata dan bercak koplik mengarahkan kepada campak.
9. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Laboratorium pada limfadenitis :
Lekositosis biasanya tanpa perubahan. Pada akhirnya, kultur darah menjadi positif,
umumnya spesies stafilokokus atau streptokokus. Pemeriksaan kultur dan sensitivitas pada
eksudat luka atau pus dapat membantu pengobatan infeksi.
Pemeriksaan Mikrobiologi
Pemeriksaan mikrobiologi yang meliputi pemeriksaan mikroskopis dan kultur.
Spesimen untuk mikrobiologi dapat diperoleh dari sinus atau biopsi aspirasi. Dengan
pemeriksaan ini kita dapat memastikan adanya mikroorganisme pada spesimen.
Kultur (contoh dikirim ke laboratorium dan diletakkan pada kultur medium yang
membiarkan mikroorganisme untuk berkembang) kemungkinan diperlukan untuk
memastikan diagnosa dan untuk mengidentifikasikan organisme penyebab infeksi.
Ultrasonografi (USG)
USG merupakan salah satu teknik yang dapat dipakai untuk mengetahui ukuran,
bentuk, dan gambaran mikronodular. USG juga dapat dilakukan untuk membedakan
penyebab pembesaran kelenjar (infeksi, metastatik, lymphoma, atau reaktif hiperplasia).
Biopsi
Biopsi adalah pengambilan sejumlah kecil jaringan dari tubuh manusia
untuk pemeriksaan patologis mikroskopik. Biopsi Aspirasi Jarum Halus (Fine Needle
Aspiration Biopsy/ FNAB), adalah prosedur biopsi yang menggunakan jarum sangat tipis
yang melekat pada jarum suntik untuk menarik (aspirasi) sejumlah kecil jaringan dari lesi
abnormal. Sampel jaringan ini kemudian dilihat di bawah mikroskop.
Biopsi kebanyakan dlakukan untuk mengetahui adanya kanker. Bagian apapun dari
tubuh, seperti kulit, organ tubuh maupun benjolan dapat diperiksa.
Indikasi Fine Needle Aspiration Biopsy :
Pasien yang menjalani FNAB umumnya dideteksi memiliki massa jaringan lunak
di bawah permukaan kulit atau mukosa selama pemeriksaan klinis. Massa leher dapat
dideteksi dengan teknik ini. Karena massa yang dalam sulit dibiopsi, FNAB dapat sangat
membantu..
Kegagalan untuk mengecil setelah 4-6 minggu dapat menjadi indikasi untuk
dilaksanakan biopsi KGB.

Biopsi dilakukan terutama bila terdapat tanda dan gejala yang mengarahkan
kepada keganasan.
KGB yang menetap atau bertambah besar walau dengan pengobatan yang adekuat
mengindikasikan diagnosis yang belum tepat.
CT Scan
CT Scan adalah mesin x-ray yang menggunakan komputer untuk mengambil
gambar tubuh untuk mengetahui apa yang mungkin menyebabkan limfadenitis. CT scan
dapat digunakan untuk membantu pelaksanaan biopsi aspirasi kelenjar limfe intratoraks dan
intraabdominal. CT Scan dapat mendeteksi pembesaran KGB servikalis dengan diameter 5
mm atau lebih.

10.

PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan yang spesifik pada Limfadenitis Tidak ada. Limfadenitis dapat

terjadi setelah terjadinya infeksi melalui kulit atau infeksi lainnya yang disebabkan oleh
bakteri seperti streptococcus atau staphylococcus. Terkadang juga dapat disebabkan oleh
infeksi seperti tuberculosis atau cat scratch disease (Bartonella). Oleh karena itu, untuk
mengatasi Limfadenitis adalah dengan mengeliminasi penyebab utama infeksi yang
menyebabkan Limfadenitis(Baratawidjaja,2012).
Limfadenitis biasanya ditangani dengan mengistirahatkan ekstremitas yang
bersangkutan dan pemberitan antibiotic, penderita limdafenitis mungkin mengalami
pernanahan sehingga memerlukan insisi dan penyaliran. Limfadenitis spesifik, misalnya
oleh jamur atau tuberculosis, biasanya memerlukan biopsi atau biakan untuk menetapkan
diagnosis.
Pengobatan sesuai gejala harus dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi.
Pengobatan gejala harus dimulai segera seperti pemberian:
-

Analgesik (penghilang rasa sakit) untuk mengontrol nyeri


Antipiretik dapat diberikan untuk menurunkan demam
Antibiotik untuk mengobati setiap infeksi sedang sampai berat
Obat anti inflamasi untuk mengurangi peradangan
Kompres dingin untuk mengurangi peradangan dan nyeri
Operasi mungkin diperlukan untuk mengeringkan abses.

Hindari pemberian aspirin pada anak karena dapat meningkatkan risiko sindrom
Reye pada anak. Kasus limfadenitis mesenterika ringan, tanpa komplikasi dan disebabkan
oleh virus biasanya hilang dalam beberapa hari atau minggu Partridge E.(2012).
Tata laksana pembesaran kelenjar getah bening leher didasarkan kepada
penyebabnya. Banyak kasus dari pembesaran kelenjar getah bening leher sembuh dengan
sendirinya dan tidak membutuhkan pengobatan apa pun selain dari observasi. Kegagalan

untuk mengecil setelah 4-6 minggu dapat menjadi indikasi untuk dilaksanakan biopsy
kelenjar getah bening. Biopsy dilakukan bila terdapat tanda dan gejala yang mengarahkan
kepada keganasan, kelenjar getah bening yang menetap atau bertambah besar dengan
pengobatan yang tepat, atau diagnosis belum dapat ditegakkan Partridge E.(2012).. Secara
umum pengobatan Limfadenitis yaitu :
a. Pengobatan

dilakukan

dengan tuberkulositik.bila

terjadi abses,perlu

dilakukan aspirasi dan bila tidak berhasil, sebaiknya dilakukan insisi serta
pengangkatan dinding abses dan kelenjar getah bening yang bersangkutan.
b. Pembesaran kelenjar getah bening biasanya disebabkan oleh virus dan
sembuh sendiri, walaupun pembesaran kelenjar getah bening dapat
berlangsung mingguan. Pengobatan pada infeksi kelenjar getah bening oleh
bakteri (limfadenitis) adalah anti-biotic oral 10 hari dengan pemantauan
dalam 2 hari pertama flucloxacillin dosis : 25 mg/kgBB 4 kali sehari. Bila
ada

reaksi

alergi

terhadap

antibiotic

golongan

penicillin

dapat

diberikancephalexin dengan dosis : 25 mg/kgBB(dosis maksimal 500 mg) 3


kali sehari atau erythromycin 15 mg/kgBB (dosis maksimal : 500 mg) 3
kali sehari.
c. Bila penyebab limfadenopati adalah mycobacterium tuberculosis maka
diberikan obat anti tuberculosis selama 9-12 bulan. Perhimpunan Dokter
Paru Indonesia (PDPI) mengklasifikasikan limfadenitis TB kedalam TB di luar
paru dengan paduan obat 2RHZE/10RH. British Thoracic Society Research
Committee and Compbell (BTSRCC) merekomendasikan pengobatan
selama 9 bulan dalam regimen 2RHE/7RH.

11.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian
Gejala pada Limfadenitis secara fisik dapat timbul benjolan yang kenyal, terasa
nyeri, mudah digerakkan (pada leher, ketiak atau pangkal paha). Pembesaran kelenjar tadi
dapat dimulai dengan gejala penurunan berat badan, demam, keringat malam. Hal ini dapat
segera dicurigai sebagai Limfadenitis. Namun tidak semua benjolan yang terjadi di sistem
limfatik merupakan Limfadenitis. Bisa saja benjolan tersebut hasil perlawanan kelenjar
limfe dengan sejenis virus atau mungkin tuberculosis limfa.
Pada pengkajian data yang dapat ditemukan pada pasien limfadenitis antara lain
Data subjektif
a. Demam berkepanjangan dengan suhu lebih dari 38C

b.
c.
d.
e.
f.

Sering keringat malam.


Cepat merasa lelah
Badan Lemah
Mengeluh nyeri pada benjolan
Nafsu makan berkurang
Data Obyektif
g. Timbul benjolan yang kenyal,mudah digerakkan pada leher,ketiak atau
pangkal paha.
h. Wajah pucat
i. Kebutuhan dasar
Aktivitas/istirahat
Gejala :
Kelelahan, kelemahan atau malaise umum.
Kehilangan produktifitasdan penurunan toleransi latihan
Kebutuhan tidaur dan istirahat lebih bantak
Tanda :
Penurunan kekuatan, bahu merosot, jalan lamban dan tanda lain yang menunjukkan
kelelahan
Sirkulasi
Gejala :
Palpitasi, angina/nyeri dada
Tanda :
Takikardia, disritmia.
Sianosis wajah dan leher (obstruksi drainase vena karena pembesaran nodus limfa
adalah kejadian yang jarang)
Ikterus sklera dan ikterik umum sehubungan dengan kerusakan hati dan obtruksi duktus
empedu dan pembesaran nodus limfa(mungkin tanda lanjut)
Pucat (anemia), diaforesis, keringat malam.
Integritas ego
Gejala :
Faktor stress, misalnya sekolah, pekerjaan, keluarga
Takut/ansietas sehubungan dengan diagnosis dan kemungkinan takut mati
Takut sehubungan dengan tes diagnostik dan modalitas pengobatan (kemoterapi dan
terapi radiasi)
Masalah finansial : biaya rumah sakit, pengobatan mahal, takut kehilangan pekerjaan
sehubungan dengan kehilangan waktu kerja.
Status hubungan : takut dan ansietas sehubungan menjadi orang yang tergantung pada
keluarga.
Tanda :
Berbagai perilaku, misalnya marah, menarik diri, pasif
Eliminasi
Gejala :

Perubahan karakteristik urine dan atau feses.


Riwayat Obstruksi usus, contoh intususepsi, atau sindrom malabsorbsi (infiltrasi dari
nodus limfa retroperitoneal)
Tanda :
Nyeri tekan pada kuadran kanan atas dan pembesaran pada palpasi (hepatomegali)
Nyeri tekan pada kudran kiri atas dan pembesaran pada palpasi (splenomegali)
Penurunan haluaran urine urine gelap/pekat, anuria (obstruksi uretal/ gagal ginjal).
Disfungsi usus dan kandung kemih (kompresi batang spinal terjadi lebih lanjut)
Makanan/cairan
Gejala :
Anoreksia/kehilangna nafsu makan
Disfagia (tekanan pada easofagus)
Adanya penurunan berat badan yang tak dapat dijelaskan sama dengan 10% atau lebih
dari berat badan dalam 6 bulan sebelumnya dengan tanpa upaya diet.
Tanda :
Pembengkakan pada wajah, leher, rahang atau tangan kanan (sekunder terhadap
kompresi venakava superior oleh pembesaran nodus limfa)
Ekstremitas : edema ekstremitas bawah sehubungan dengan obtruksi vena kava inferior
dari pembesaran nodus limfa intraabdominal (non-Hodgkin)
Asites (obstruksi vena kava inferior sehubungan dengan pembesaran nodus limfa
intraabdominal)
Neurosensori
Gejala :
Nyeri saraf (neuralgia) menunjukkan kompresi akar saraf oleh pembesaran nodus limfa
pada brakial, lumbar, dan pada pleksus sakral
Kelemahan otot, parestesia.
Tanda :
Status mental : letargi, menarik diri, kurang minatumum terhadap sekitar.
Paraplegia (kompresi batang spinaldari tubuh vetrebal, keterlibatan diskus pada
kompresiegenerasi, atau kompresi suplai darah terhadap batang spinal.
Nyeri/kenyamanan
Gejala :
Nyeri tekan/nyeri pada nodus limfa yang terkena misalnya, pada sekitar mediastinum,
nyeri dada, nyeri punggung (kompresi vertebra), nyeri tulang umum (keterlibatan tulang
limfomatus).
Nyeri segera pada area yang terkena setelah minum alkohol.
Tanda
Fokus pada diri sendiri, perilaku berhati-hati.
Pernapasan
Gejala :
Dispnea pada kerja atau istirahat; nyeri dada.

Tanda :
Dispnea, takikardia
Batuk kering non-produktif
Tanda distres pernapasan, contoh peningkatan frekwensi pernapasan dan kedaalaman
penggunaan otot bantu, stridor, sianosis.
Parau/paralisis laringeal (tekanan dari pembesaran nodus pada saraf laringeal).
Keamanan
Gejala :
Riwayat sering/adanya infeksi (abnormalitasimunitas seluler pwencetus untuk infeksi
virus herpes sistemik, TB, toksoplasmosis atau infeksi bakterial)
Riwayat monokleus (resiko tinggi penyakit Hodgkin pada pasien yang titer tinggi virus
Epstein-Barr).
Riwayat ulkus/perforasi perdarahan gaster.
Pola sabit adalah peningkatan suhu malam hari terakhir sampai beberapa minggu
(demam pel Ebstein) diikuti oleh periode demam, keringat malam tanpa menggigil.
Kemerahan/pruritus umum
Tanda :
Demam menetap tak dapat dijelaskan dan lebih tinggi dari 38oC tanpa gejala infeksi.
Nodus limfe simetris, tak nyeri,membengkak/membesar (nodus servikal paling umum
terkena, lebih pada sisi kiri daripada kanan, kemudian nodus aksila dan mediastinal)
Nodus dapat terasa kenyal dan keras, diskret dan dapat digerakkan.
Pembesaran tosil
Pruritus umum.
Sebagian area kehilangan pigmentasi melanin (vitiligo)
Seksualitas
Gejala :
Masalah tentang fertilitas/ kehamilan (sementara penyakit tidak mempengaruhi, tetapi
pengobatan mempengaruhi)
Penurunan libido.
Penyuluhan/pembelajaran
Gejala :
Faktor resiko keluargaa (lebih tinggi insiden diantara keluarga pasien
Hodgkin dari pada populasi umum)
Pekerjaan terpajan pada herbisida (pekerja kayu/kimia)
Diagnosa Teori
1.
2.
3.
4.

Nyeri b.d agen cedera biologi


Hyperthermia b.d tidak efektifnya termoregulasi sekunder terhadap inflamasi
Ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, muntah
Kurang pengetahuan b.d kurang terpajan informasi

5. Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif b.d pembesaran nodus medinal /
edema jalan nafas.

DAFTAR PUSTAKA

Baratawidjaja. G. K, Rengganis Iris. 2012. Imunologi Dasar, Jakarta, Balai Penerbit


FKUI
Gleadle, Jonathan. At a Glance Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik (2007). Penerbit
Erlangga, Jakarta, Hal: 86
Limfadenitis. Available at:http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16862/4/Chapter
%20II.pdf.Accessed on March 2nd, 2016.

M. Tierney, Jr., MD , Lawrence, McPhee, MD, Strphen, Papadakis, MD, Maxine. Buku 2
Penyakit Dalam Diagnosis & Terapi Kedokteran. Penerbit Salemba Medika ,
Jakarta.
Partridge E.(2012).Lymphadenitis. from http://emedicine.medscape.com/article/960858overview Accessed on March 2nd, 2016.
R.Sjamsuhidajat, dkk. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah-Edisi 3. Jakarta: EGC.Hal.465
Tierney, Lawrence M., et al. Diagnosis dan Terapi Kedokteran Penyakit Dalam Buku 2.
Jakarta: Salemba Medika. 2003.

Anda mungkin juga menyukai