N DENGAN MASALAH
PRE OP LIMFADENITIS DALAM SISTEM ENDOKRINN
DI RUANG CEMPAKA RSUD WONOSARI
GUNUNG KIDUL
Disusun Oleh :
NI MADE MITA WISTARIANI
24.15. 0705
KELOMPOK 1C
HALAMAN PENGESAHAN
Telah disahkan Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada Tn.N
Dengan Masalah Pre Op Limfadenitis Dalam Sistem Endokrinn Di Ruang : Cempaka
RSUD Wonosari Gunung Kidul guna memenuhi tugas individu Stase Keperawatan
Medikal Bedah Program Pendidikan Profesi Ners STIKes Surya Global Yogyakarta tahun
2016.
Yogyakarta,
Maret 2016
Mahasiswa
Mengetahui
Pembimbing Akademik
Pembimbing Klinik
(Suroyo, AMK)
LAPORAN PENDAHULUAN
LIMFADENITIS
1. DEFINISI
Limfadenitis adalah peradangan pada satu atau beberapa kelenjar getah bening.
Peradangan tersebut akan menimbulkan hiperplasia kelenjar getah bening hingga terasa
membesar secara klinik. Kemunculan penyakit iniditandai dengan gejala munculnya
benjolan pada saluran getah bening misalnya ketiak, leher dan sebagainya. Kelenjar getah
bening yang terinfeksi akan membesar dan biasanya teraba lunk dan nyeri. Kadang-kadang
kulit diatasnya tampak merah dan teraba hangat (Baratawidjaja,2012)
2. ETIOLOGI
Limfadenitis bisa disebabkan oleh infeksi dari berbagai organisme yaitu
bakteri,virus, protozoa, riketsia atau jamur. Streptokokus dan bakteri staphylococcal adalah
penyebab paling umum dari limfadenitis, meskipun virus, protozoa, rickettsiae, jamur, dan
basil TB juga dapat menginfeksi kelenjar getah bening. Ciri khasnya, infeksi tersebut
menyebar menuju kelenjar getah bening dari infeksi kulit, telinga, hidung, atau mata atau
dari beberapa infeksi seperti infectious mononucleosis, infeksi cytomegalovirus, infeksi
streptococcal, tuberculosis, atau sifilis. Infeksi tersebut bisa mempengaruhi kelenjar getah
bening atau hanya pada salah satu daerah pada tubuh(Baratawidjaja,2012).
3. PATOFISIOLOGI
Kelenjar getah bening (KGB) adalah bagian dari sistem pertahanan tubuh. Tubuh
kita memiliki kurang lebih sekitar 600 kelenjar getah bening, namun hanya di daerah sub
mandibular, ketiak atau lipat paha yang teraba normal pada orang sehat. Terbungkus kapsul
fibrosa yang berisi kumpulan sel-sel pembentuk pertahanan tubuh dan merupakan tempat
penyaringan antigen (protein asing) dari pembuluh-pembuluh getah bening yang
melewatinya. Pembuluh-pembuluh limfe akan mengalir ke kelenjar getah bening sehingga
dari lokasi kelenjar getah bening akan diketahui aliran pembuluh limfe yang melewatinya.
Oleh karena dilewati oleh aliran pembuluh getah bening yang dapat membawa antigen dan
memiliki sel pertahanan tubuh maka apabila ada antigen yang menginfeksi maka kelenjar
getah bening dapat menghasilkan sel-sel pertahanan tubuh yang lebih banyak untuk
mengatasi antigen tersebut sehingga kelenjar getah bening membesar(Baratawidjaja,2012).
Multiplikasi sel-sel di dalam node, termasuk limfosit, sel plasma, monosit, histiosit
2.
Infiltrasi sel dari luar nodus seperti sel ganas atau neutrofil
3.
4. PATOGENESIS
Kelenjar getah bening
Kelenjar getah bening (KGB) adalah agregat nodular jaringan limfoid yang terletak
sepanjang jalur limfe di seluruh tubuh. Sel dendritik membawa antigen mikroba dari epitel
dan mengantarkannya ke kelenjar getah bening yang akhirnya dikonsentrasikan di KGB.
Dalam KGB ditemukan peningkatan limfosit berupa nodus tempat proliferasi limfosit
sebagai respons terhadap antigen (Gleadle,2007)
limfoid
yang
teroganisasi,
tempat
limfosit
diaktifkan
antigen
HEV mengekspresikan sejumlah besar molekul adhesi. Seperti sel endotel vascular
lainnya, HEV mengekspresikan CAM family selektin (selektin E dan P), family musin
(GlyCAM-1 dan CD34) dan superfamily immunoglobulin (ICAM-1, ICAM-2. ICAM-3,
VCAM-1 dan MAdCAM-1) beberapa molekul adhesi disebut adresin vascular, oleh karena
berperan dalam mengarahkan ekstravasasi berbagai populasi limfosit dalam resirkulasi ke
organ limfoid khusus(R.Sjamsuhidajat, dkk. 2010).
2. Homing atau trafficking
Pada keadaan normal terjadi lintas arus limfosit aktif terus menerus melalui
kelenjar getah bening, tetapi bila ada antigen masuk, arus limfosit dalam kelenjar getah
bening akan berhenti sementara. Sel yang antigen spesifik akan ditahan dalam kelenjar
getah bening. Dalam menghadapi antigen tersebut, kelenjar dapat membengkak seperti
yang sering ditemukan pada infeksi. Hal tersebut merupakan hal yang esensial untuk
respons imun yang efektif terhadap antigen asing(R.Sjamsuhidajat, dkk. 2010).
Limfosit cenderung berimigrasi ke tempat-tempat yang selektif. Homing mukosa
adalah kembalinya sel limfoid reaktif imunologis ke asalnya di folikel mukosa. Hal tersebut
terjadi melalui ikatan antara molekul adhesi dan kemokin, reseptor yang mengarahkan
berbagai populasi limfosit ke jaringan limfoid khusus atau inflamasi yang disebut dengan
reseptor homing. L-selektin atau CD62L adalah molekul pada permukaan limfosit yang
berperan pada homing limfosit. Adresin mukosa adalah salah satu adresin yang mengikat
integrin pada sel T yang memilih homing di saluran cerna. Reseptor pada permukaan
limfosit tersebut akan memberikan arah dan tujuan kembali ke plak peyer. Limfosit yang
awalnya disensitasi oleh antigen di plak peyer akan diaktifkan dan memproduksi sel
memori
yang
akan
berimigrasi
kembali
ke
tempat
yang
semula
faringitis kronis akan ditemukan pembesaran kelenjar getah bening leher (limfadenitis).
Pembesaran di sini ditandai oleh tanda radang yang sangat minimal dan tidak nyeri.
Pembesaran kronis yang spesifik dan masih banyak di Indonesia adalah akibat tuberkulosa.
Limfadenitis tuberkulosa ini ditandai oleh pembesaran kelenjar getah bening, padat/keras,
multiple dan dapat berhubungan satu sama lain.
Limfadenitis tuberculosa pada kelenjar getah bening dapat menjadi besar
dan berhubungan sehingga leher penderita itu bias disebut seperti bull neck. Pada keadaan
seperti ini kadang-kadang sulit dibedakan dengan limfoma malignum. Limfadenitis
tuberkulosa diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan histopatologi, terutama yang tidak
disertai oleh tuberkulosa paru.
6. KLASIFIKASI
Sebagian besar kasus merupakan respon jinak terhadap infeksi lokal atau sistemik.
Sebagian besar anak dengan limfadenitis menunjukkan kecil, teraba serviks, ketiak, dan
kelenjar getah bening inguinal. Kurang umum adalah pembesaran suboksipital atau
postaurikular node. Supraklavikula, epitrochlear, dan poplitea kelenjar getah bening teraba
jarang terjadi, seperti yang diperbesar node mediastinum dan perut(Baratawidjaja,2012).
Limfadenitis dapat mempengaruhi node tunggal atau sekelompok node (adenopati
daerah) dan dapat unilateral atau bilateral. Onset dan perjalanan limfadenitis mungkin akut,
subakut, atau kronis(repository.usu.ac.id). Jenis lymphadenitis:
a. Lymphadenitis disebabkan oleh virus:
Infectious mononucleosis lymphadenitis
Cytomegalovirus (CMV) lymphadenitis
Herpes simplex virus lymphadenitis
Varicella-herpes zoster lymphadenitis
Vaccinia lymphadenitis
Measles lymphadenitis
Human immunodeficiency virus (HIV) lymphadnitis, with and without salivary
gland invovlvement
Human immunodeficiency
virus
(HIV)
lymphadnitis
of
salivary
invovlvement
b. Lymphadenitis disebabkan oleh bakteri:
Non-specific acterial lymphadenitis (common, non-specific species)
Cat-scratch lymphadenitis (Afipia felis)
Bacillary angiomatosis of lymph nodes (Bartonella henselae and B. quintana)
Lymphogranuloma venereum lymphadenitis (Chlamydia trachomatis)
Syphilitic lymphadenitis (Trapenosoma pallidum)
Lymphadenitis of Whipple disease
gland
perkijuan seluruh kelenjar, sehingga kelenjar itu melunak seperti abses tetapi tidak nyeri.
Apabila abses ini pecah ke kulit, lukanya sulit sembuh oleh karena keluar secara terus
menerus sehingga seperti fistula. Fistula merupakan penyakit yang erat hubungannya
dengan immune system / daya tahan tubuh setiap individual.
8. PEMERIKSAAN FISIK
Pada pemeriksaan fisik limfadenitis harus dicatat ada tidaknya nyeri tekan,
kemerahan, hangat pada perabaan, dapat bebas digerakkan atau tidak dapat digerakkan,
Apakah ada fluktuasi, konsistensi apakah keras atau kenyal. Pasien tampak sakit ringan
atau berat , demam, dan pada kulit adakah lesi misalnya selulitis, abses, melanoma.
Periksa dimana kelenjer getah bening yang membesar : Misalnya di bagian bawah
Regio Supra Clavicula Dekstra, KGB di servikal, aksilaris, inguinal, dll.
Ukuran: Normal bila diameter 0,5 cm (pada lipat paha >1,5cm dikatakan abnormal).
Konsistensi: Keras seperti batu mengarahkan kepada keganasan, padat seperti karet
mengarahkan kepada limfoma; lunak mengarahkan kepada proses infeksi; fluktuatif
mengarahkan telah terjadinya abses/pernanahan.
mononukleosis. Pada pembesaran KGB oleh infeksi virus, KGB umumnya bilateral (dua
sisi-kiri/kiri dan kanan), lunak dan dapat digerakkan. Bila ada infeksi oleh bakteri, kelenjar
biasanya nyeri pada penekanan, baik satu sisi atau dua sisi dan dapat fluktuatif dan dapat
digerakkan. Adanya kemerahan dan suhu lebih panas dari sekitarnya mengarahkan infeksi
bakteri dan adanya fluktuatif menandakan terjadinya abses.
Bila limfadenitis disebabkan keganasan, tanda-tanda peradangan tidak ada, KGB
keras dan tidak dapat digerakkan (terikat dengan jaringan di bawahnya). Pada infeksi oleh
mikobakterium pembesaran kelenjar berjalan mingguan-bulanan, walaupun dapat
mendadak, KGB menjadi fluktuatif dan kulit diatasnya menjadi tipis, dan dapat pecah.
Adanya tenggorokan yang merah, bercak-bercak putih pada tonsil, bintik-bintik
merah pada langit-langit mengarahkan infeksi oleh bakteri streptokokus. Pembengkakan
pada jaringan lunak leher (bull neck) mengarahkan kepada infeksi oleh bakteri difteri.
Faringitis, ruam-ruam dan pembesaran limpa mengarahkan kepada infeksi epstein barr
virus. Adanya radang pada selaput mata dan bercak koplik mengarahkan kepada campak.
9. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Laboratorium pada limfadenitis :
Lekositosis biasanya tanpa perubahan. Pada akhirnya, kultur darah menjadi positif,
umumnya spesies stafilokokus atau streptokokus. Pemeriksaan kultur dan sensitivitas pada
eksudat luka atau pus dapat membantu pengobatan infeksi.
Pemeriksaan Mikrobiologi
Pemeriksaan mikrobiologi yang meliputi pemeriksaan mikroskopis dan kultur.
Spesimen untuk mikrobiologi dapat diperoleh dari sinus atau biopsi aspirasi. Dengan
pemeriksaan ini kita dapat memastikan adanya mikroorganisme pada spesimen.
Kultur (contoh dikirim ke laboratorium dan diletakkan pada kultur medium yang
membiarkan mikroorganisme untuk berkembang) kemungkinan diperlukan untuk
memastikan diagnosa dan untuk mengidentifikasikan organisme penyebab infeksi.
Ultrasonografi (USG)
USG merupakan salah satu teknik yang dapat dipakai untuk mengetahui ukuran,
bentuk, dan gambaran mikronodular. USG juga dapat dilakukan untuk membedakan
penyebab pembesaran kelenjar (infeksi, metastatik, lymphoma, atau reaktif hiperplasia).
Biopsi
Biopsi adalah pengambilan sejumlah kecil jaringan dari tubuh manusia
untuk pemeriksaan patologis mikroskopik. Biopsi Aspirasi Jarum Halus (Fine Needle
Aspiration Biopsy/ FNAB), adalah prosedur biopsi yang menggunakan jarum sangat tipis
yang melekat pada jarum suntik untuk menarik (aspirasi) sejumlah kecil jaringan dari lesi
abnormal. Sampel jaringan ini kemudian dilihat di bawah mikroskop.
Biopsi kebanyakan dlakukan untuk mengetahui adanya kanker. Bagian apapun dari
tubuh, seperti kulit, organ tubuh maupun benjolan dapat diperiksa.
Indikasi Fine Needle Aspiration Biopsy :
Pasien yang menjalani FNAB umumnya dideteksi memiliki massa jaringan lunak
di bawah permukaan kulit atau mukosa selama pemeriksaan klinis. Massa leher dapat
dideteksi dengan teknik ini. Karena massa yang dalam sulit dibiopsi, FNAB dapat sangat
membantu..
Kegagalan untuk mengecil setelah 4-6 minggu dapat menjadi indikasi untuk
dilaksanakan biopsi KGB.
Biopsi dilakukan terutama bila terdapat tanda dan gejala yang mengarahkan
kepada keganasan.
KGB yang menetap atau bertambah besar walau dengan pengobatan yang adekuat
mengindikasikan diagnosis yang belum tepat.
CT Scan
CT Scan adalah mesin x-ray yang menggunakan komputer untuk mengambil
gambar tubuh untuk mengetahui apa yang mungkin menyebabkan limfadenitis. CT scan
dapat digunakan untuk membantu pelaksanaan biopsi aspirasi kelenjar limfe intratoraks dan
intraabdominal. CT Scan dapat mendeteksi pembesaran KGB servikalis dengan diameter 5
mm atau lebih.
10.
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan yang spesifik pada Limfadenitis Tidak ada. Limfadenitis dapat
terjadi setelah terjadinya infeksi melalui kulit atau infeksi lainnya yang disebabkan oleh
bakteri seperti streptococcus atau staphylococcus. Terkadang juga dapat disebabkan oleh
infeksi seperti tuberculosis atau cat scratch disease (Bartonella). Oleh karena itu, untuk
mengatasi Limfadenitis adalah dengan mengeliminasi penyebab utama infeksi yang
menyebabkan Limfadenitis(Baratawidjaja,2012).
Limfadenitis biasanya ditangani dengan mengistirahatkan ekstremitas yang
bersangkutan dan pemberitan antibiotic, penderita limdafenitis mungkin mengalami
pernanahan sehingga memerlukan insisi dan penyaliran. Limfadenitis spesifik, misalnya
oleh jamur atau tuberculosis, biasanya memerlukan biopsi atau biakan untuk menetapkan
diagnosis.
Pengobatan sesuai gejala harus dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi.
Pengobatan gejala harus dimulai segera seperti pemberian:
-
Hindari pemberian aspirin pada anak karena dapat meningkatkan risiko sindrom
Reye pada anak. Kasus limfadenitis mesenterika ringan, tanpa komplikasi dan disebabkan
oleh virus biasanya hilang dalam beberapa hari atau minggu Partridge E.(2012).
Tata laksana pembesaran kelenjar getah bening leher didasarkan kepada
penyebabnya. Banyak kasus dari pembesaran kelenjar getah bening leher sembuh dengan
sendirinya dan tidak membutuhkan pengobatan apa pun selain dari observasi. Kegagalan
untuk mengecil setelah 4-6 minggu dapat menjadi indikasi untuk dilaksanakan biopsy
kelenjar getah bening. Biopsy dilakukan bila terdapat tanda dan gejala yang mengarahkan
kepada keganasan, kelenjar getah bening yang menetap atau bertambah besar dengan
pengobatan yang tepat, atau diagnosis belum dapat ditegakkan Partridge E.(2012).. Secara
umum pengobatan Limfadenitis yaitu :
a. Pengobatan
dilakukan
dengan tuberkulositik.bila
terjadi abses,perlu
dilakukan aspirasi dan bila tidak berhasil, sebaiknya dilakukan insisi serta
pengangkatan dinding abses dan kelenjar getah bening yang bersangkutan.
b. Pembesaran kelenjar getah bening biasanya disebabkan oleh virus dan
sembuh sendiri, walaupun pembesaran kelenjar getah bening dapat
berlangsung mingguan. Pengobatan pada infeksi kelenjar getah bening oleh
bakteri (limfadenitis) adalah anti-biotic oral 10 hari dengan pemantauan
dalam 2 hari pertama flucloxacillin dosis : 25 mg/kgBB 4 kali sehari. Bila
ada
reaksi
alergi
terhadap
antibiotic
golongan
penicillin
dapat
11.
Pengkajian
Gejala pada Limfadenitis secara fisik dapat timbul benjolan yang kenyal, terasa
nyeri, mudah digerakkan (pada leher, ketiak atau pangkal paha). Pembesaran kelenjar tadi
dapat dimulai dengan gejala penurunan berat badan, demam, keringat malam. Hal ini dapat
segera dicurigai sebagai Limfadenitis. Namun tidak semua benjolan yang terjadi di sistem
limfatik merupakan Limfadenitis. Bisa saja benjolan tersebut hasil perlawanan kelenjar
limfe dengan sejenis virus atau mungkin tuberculosis limfa.
Pada pengkajian data yang dapat ditemukan pada pasien limfadenitis antara lain
Data subjektif
a. Demam berkepanjangan dengan suhu lebih dari 38C
b.
c.
d.
e.
f.
Tanda :
Dispnea, takikardia
Batuk kering non-produktif
Tanda distres pernapasan, contoh peningkatan frekwensi pernapasan dan kedaalaman
penggunaan otot bantu, stridor, sianosis.
Parau/paralisis laringeal (tekanan dari pembesaran nodus pada saraf laringeal).
Keamanan
Gejala :
Riwayat sering/adanya infeksi (abnormalitasimunitas seluler pwencetus untuk infeksi
virus herpes sistemik, TB, toksoplasmosis atau infeksi bakterial)
Riwayat monokleus (resiko tinggi penyakit Hodgkin pada pasien yang titer tinggi virus
Epstein-Barr).
Riwayat ulkus/perforasi perdarahan gaster.
Pola sabit adalah peningkatan suhu malam hari terakhir sampai beberapa minggu
(demam pel Ebstein) diikuti oleh periode demam, keringat malam tanpa menggigil.
Kemerahan/pruritus umum
Tanda :
Demam menetap tak dapat dijelaskan dan lebih tinggi dari 38oC tanpa gejala infeksi.
Nodus limfe simetris, tak nyeri,membengkak/membesar (nodus servikal paling umum
terkena, lebih pada sisi kiri daripada kanan, kemudian nodus aksila dan mediastinal)
Nodus dapat terasa kenyal dan keras, diskret dan dapat digerakkan.
Pembesaran tosil
Pruritus umum.
Sebagian area kehilangan pigmentasi melanin (vitiligo)
Seksualitas
Gejala :
Masalah tentang fertilitas/ kehamilan (sementara penyakit tidak mempengaruhi, tetapi
pengobatan mempengaruhi)
Penurunan libido.
Penyuluhan/pembelajaran
Gejala :
Faktor resiko keluargaa (lebih tinggi insiden diantara keluarga pasien
Hodgkin dari pada populasi umum)
Pekerjaan terpajan pada herbisida (pekerja kayu/kimia)
Diagnosa Teori
1.
2.
3.
4.
5. Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif b.d pembesaran nodus medinal /
edema jalan nafas.
DAFTAR PUSTAKA
M. Tierney, Jr., MD , Lawrence, McPhee, MD, Strphen, Papadakis, MD, Maxine. Buku 2
Penyakit Dalam Diagnosis & Terapi Kedokteran. Penerbit Salemba Medika ,
Jakarta.
Partridge E.(2012).Lymphadenitis. from http://emedicine.medscape.com/article/960858overview Accessed on March 2nd, 2016.
R.Sjamsuhidajat, dkk. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah-Edisi 3. Jakarta: EGC.Hal.465
Tierney, Lawrence M., et al. Diagnosis dan Terapi Kedokteran Penyakit Dalam Buku 2.
Jakarta: Salemba Medika. 2003.