Anda di halaman 1dari 6

Laporan kasus

SEORANG PENDERITA HEPATITIS KRONIK B DAN C

DENGAN M UTASI PADA GEN P53KODON 249

PADA JARINGAN HATI

IW ayan EkaSaput
ra,St
ephanusGunawan,Zai
nulMut
taqi
n,Soewi
gnj
oSoemohar
jo.

Bagi
an I
lmuPenyaki
t Dal
am FK Unud/
RSUD M at
aram

ABSTRACT

CHRONI
C HEPATI
TIS B AND C CASE W I
TH M UTATI
ON OF GENE P53 CODONE 249I
N THE LI
VER TI
SSUE

RoleofgeneP53 asat
u morsuppressorgenei
n gener
ati
ng pri
mar
yli
v ercanceri
sver
yimport
antpri
mar
ilyi
n cel
l

growt
hregulat
ion andapoptosi
s.Byusi
ngAS-
PCR met
h od,t
h egenemutat
ion can ber
ecogni
zed.Ithasbeen r
eport
edachroni
c

hepat
iti
sB andC casewi
thexper
ienci
ngmutat
ion ofgeneP53 Codone249i
n l
ivert
issueofa33 year
soldmal
ewi
thant
i HCV

posi
tive,HBsAgposi
tive,on t
h el
iverbiopsyi
ndicat
edofchroni
chepat
iti
swi
thoutci
rrhoti
cfeat
u r
esandmal
ignancysi
g ns.On

AS-
PCR exami
nat
ion f
o und mutat
ion on gene P53 codone 249.Thisf
inding wasexpect
edt
obean ear
ly war
ning si
g n f
o r

occurr
enceofpri
mar
yli
v ercancer
, sot
h at
, ear
lyi
nter
v ent
ion couldbeper
formed.

Keyword:GeneP53,Chroni
cHepat
iti
s

Peran darigen p53 yang merupakan t


umor
PENDAHULUAN

s
upres
sor gen dal
amt
erj
adi
nyaKHPs
a ngatpent
ingbai
k

2
dar
i pengat
u r
an per
tumbuhan seldan prosesapoptosi
s.
Menurutpenel
iti
an sekit
ar90-95% dariKHP

I
nfeksivi
rushepat
iti
sB dan C menghambatgent
ers
e but
(
k ankerhat
ipri
mer) disebabkan olehi
nfeksivir
u s

dans
e r
ingt
erj
adimut
asipadagent
ers
e but
.Khususpada
hepat
iti
sB dan C.Di
per
k i
rakan adas
e ki
tar450j
uta

KHPs
e r
ingt
erj
adimut
asipadakodon 249gen p53,hal
penduduks
e bagaikroni
kkar
ierhepat
iti
sB dan 200j
uta

1,
2 i
nididugasebagaisal
ahsat
upemi
cut
erj
adinyaKHP.
sebagaikar
ierhepat
iti
sC.

Pr
o s
e st
erj
adi
nyaKHPpadai
nfeksivi
rushepat
iti
s

3 Adanyamut
asigenp53banyakdi
dapat
kanpadaj
ari
ngan
Badat
igat
ingkatyai
tu:I
nis
iasi
,Pr
o mosi
,dan Pr
o gresi
.

hat
iyang mengal
amikeganasan.Dul
udengan met
oda
Padat
ahapi
nis
iasiter
jadiint
egrasiant
aragenom vi
rus

SSCP (
single-
strandedconf
ormat
ional polymorphis
m)
hepat
iti
sB kedal
am genom hepat
o si
t. Padat
ahap

mut
asigen p53 hanyadi
dapat
kan padaj
ari
ngan ganas
promosimulaiter
jadiekspansiklonaldar
i sel
-selyang

dan t
idakbisadidet
eksipadaj
ari
ngan yang bel
u m
t
elaht
erangsang dal
am t
ahapi
nisi
asi
. Padat
ahap

mengal
amikeganasan.Namun dengan met
o deyang
progresisel
-selyang t
elah mengal
amit
ransf
o r
masi

l
e bi
h can ggi
h sepert
i AS-PCR (allele-spe cif
ic
keganasan akan mengal
amirepl
ikasil
ebi
hlanj
ut.Pada

po l y m e r a se cha i n re a ction) beberapa peneli


ti
pender
itadengan hepat
iti
sB kej
adi
an KHPbi
sal
angs-

mel
aporkant
erdet
eksi
nyamut
asigenp53padaj
ari
ngan
ung t
erj
adit
anpa mel
aluiprosessi
rosi
s,t
etapiunt
u k
5-7
3,
4 hat
i yangbel
um mengal
amikeganasan.
hepat
iti
sC sel
alumel
aluiprosessi
rosi
s.

J Peny Dalam, Volume 8 Nomor 2 Mei 2007


142
Dengan metode AS-PCR terbuka kemungkinan seperti air teh. Penderita tidak pernah menderita penyakit

untuk melakukan deteksi dini dari keganasan hati den- yang sama sebelumnya. Penderita mempunyai kebiasaan

gan cara mendeteksi adanya mutasi gen p53 pada minum-minuman beralkohol, kebiasaan memakai

penderita-penderita sirosis hati dan penderita hepatitis narkoba dengan jarum suntik serta narkoba jenis yang

kronis. sehingga terbuka kemungkinan untuk melakukan diminum. Tetapi sejak penderita sakit, penderita sudah

intervensi lebih dini terhadap kejadian KHP seperti berhenti minum-minuman keras dan memakai narkoba.

misalnya pemberian obat anti virus lebih awal. Pada pemeriksaan fisik didapatkan penderita den-

Saat ini telah tersedia banyak obat-obatan yang gan kesadaran kompos mentis, keadaan umum baik, pada

digunakan pada pasien hepatitis kronik B dan C, lengan penderita tampak tatto, status gizi penderita baik,

misalnya dengan interferon (IFN) alfa dan PEG IFN alfa, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80 x/menit regular,

analog nukleosida (lamivudin, ribavirin), dan analog isi cukup, respirasi 18x/mnt, dengan temperatur aksila

0
nukleotida (adefovir, entekavir) sehingga makin banyak 36,2 C. pada pemeriksaan mata pada konjungtiva palpe-

dilakukan pengobatan anti viral untuk penderita- bra tidak ada anemi, sklera tidak icterus, tidak ada odema

1,8-11
penderita hepatitis kronik B dan C. Pengobatan ini palpebra. Pada pemeriksaan THT tidak ditemukan

terbukti bisa menghambat progresifitas penyakit serta kelainan. Pemeriksaan dada tampak simetris, suara nafas

menurunkan viral load pada sebagian besar pasien. vesikuler, ronchi tidak ada, wheezing tidak ada. Suara

Berikut ini adalah suatu kasus dengan hepatitis jantung S1 dan S2 tunggal, murmur tidak ada.

kronik B dengan HBsAg (+) dan hepatitis C dengan Pemeriksaan abdomen tidak tampak distensi, bising usus

HCV-RNA (+) yang pada pemeriksaan AS-PCR terdapat normal, hepar dan lien tidak teraba. Pemeriksaan

mutasi pada gen p53 pada kodon 249 dimana pada ekstremitas hangat dan tidak ditemukan edema.

biopsy dari liver belum ada tanda-tanda keganasan atau Dari pemeriksaan laboratorium tanggal 23

chirrosis. Nopember 2005 didapatkan SGOT 165 U/l, SGPT 119

U/l, bilirubin total 0,84 mg/dl, bilirubin direk 0,13 mg/

KASUS dl, glukosa puasa 85 mg/dl, kolesterol total 179 mg/dl,

kolesterol LDL 140 mg/dl, kolesterol HDL 34 mg/dl,

Seorang laki-laki 33 tahun ras Cina pekerjaan TG 107 mg/dl, asam urat 8,4 mg/dl.

wiraswasta datang ke Internis dengan keluhan kepala Pada tanggal 26 Nopember 2005 diperiksa

terasa berat sejak 1 bulan. Kepala terasa berat ini teru- HBsAg (+), anti HCV (+), serum kreatinin 0,9 mg/dl,

tama dirasakan setiap pagi hari dan mulai berkurang pada ureum 29 mg/dl. Dari pemeriksaan darah lengkap

3
siang dan malam hari. Tetapi akhir-akhir ini kepala ter- didapatkan WBC 12,3 /ul, HGB 14,9 g/dl, PLT 182 x10

asa berat dirasakan hampir setiap hari. Penderita juga /ul. USG abdomen didapatkan hasil liver ukuran

mengeluh lemah pada badan yang juga dirasakan sejak membesar, permukaan rata tepi tajam, echoparenchyme

1 bulan. Terasa pegal-pegal pada seluruh badan kadang meningkat difuse, tidak tampak nodul, liver kidney con-

disertai flu, dan badan sumer-sumer. Kadang-kadang trast (+), lain-lain kesan normal. Kesan USG adalah fatty

penderita juga mengeluh mual-mual tapi tidak sampai liver. Dari pemeriksaan imunoserologi tanggal 28

muntah. Terasa tidak enak di bagian ulu hati seperti ter- Nopember 2005 didapatkan anti HCV reaktif, anti HBc

asa penuh berisi makanan. Penderita juga mengeluh IgM non reaktif, HBeAg reaktif, anti HBe non reaktif.

perut kanan atas terasa sebah, tidak pernah mengeluh Pada tanggal 30 Nopember 2005 pemeriksaan

mata kuning, tidak pernah mengeluh kencing warna protrombin time 11,7 detik, INR 0,7. HCV-RNA (+)

Seorang Penderita Hepatitis Kronik B dan C dengan Mutasi pada Gen P53 Kodon 249 pada Jaringan Hati
143
IWayan Eka Saputra, Stephanus Gunawan, Zainul Muttaqin, Soewignj
o Soemoharj
o
3
1,61 x 10 IU/ml, pada tanggal 2 Desember dilakukan hasil dari biopsi liver didapatkan kesan hepatitis kronik

Biopsi hati pemeriksaan mikroskopis didapatkan dan belum ada tanda sirosis dan keganasan. Pada

jaringan hepar dengan portal triads, sel hepar dengan pemeriksaan AS-PCR dilaporkan terjadi mutasi pada gen

balloning degeneration dan focal necrosis, lobolus hepar p53 di kodon 249. Dengan adanya mutasi pada gen p53

sebagian besar masih baik, pada daerah portal sudah ada ini pada jaringan hati yang belum mengalami keganasan

moderate piece meal necrosis dan moderate portal apakah bisa sebagai petunjuk bahwa ada suatu proses

infiltrate of inflamatory cells (grade 3), sudah ada hepatocarsinogenik yang nantinya penderita ini akan

fibrosis periportal dan belum ada portal to portal fibrosis mengarah ke KHP. Pengobatan pun telah dilakukan den-

(stage 1). Sirosis tidak ada, tidak ada tanda-tanda gan pemberian antiviral dan imunomodulator seperti

keganasan. Kesimpulan diagnosis PA adalah kronik PEG interferon alfa 80 mg/minggu, ribavirin 6 tablet/

hepatitis (B dan C) with moderate piece-meal necrosis hari, 3TC 100 mg/hari. Dalam masa pengobatan satu

dan moderate portal infiltrate (inflamatori grade 3) with setengah bulan terjadi konversi anti HCV dari (+)

fibrotic portal tracts (


stage 1). menjadi (-) atau tidak terdeteksi.

Pada jaringan biopsi hepar telah dilakukan AS- Secara umum pengobatan hepatitis kronik B dan

3,9,12
PCR dengan hasil adanya mutasi pada gen p53 pada C dengan antiviral bertujuan untuk.

kodon 249. a. Menghentikan replikasi virus

Penderita diterapi dengan PEG INF alfa 80 mg/ b. HBsAg dan HCV RNA yang negatif

minggu, ribavirin 6 tablet/hari, 3TC 100 mg/hr. Terapi c. Keluhan yang menghilang

ini diberikan selama 6 bulan. Selama masa pengobatan d. Proses peradangan hati yang membaik

penderita tidak menunjukkan intoleransi terhadap obat- e. Tingkat penularan yang kurang

obatan anti virus tersebut. f. Mencegah terjadinya sirosis dan KHP

Berdasarkan evaluasi ulangan dalam 1 bulan te- g. Masa harapan hidup yang meningkat

rapi dilakukan pemeriksaan pada tangal 11 Januari 2006 Pada saat ini dikenal 2 kelompok terapi untuk

dengan HCV-RNA virus tidak terdeteksi. Pada tanggal hepatitis virus kronik yaitu: kelompok imunomodulasi

6 Juli 2006 dilakukan pemeriksaan HBsAg (+), HBeAg dan kelompok terapi antiviral.

(+), SGOT 25 U/L, SGPT 32 U/L. Untuk kelompok imunomodulasi salah satunya

HCV-RNA kualitatif (-), tapi HBsAg masih (+) yang sering dipakai adalah IFN. IFN adalah kelompok

dengan SGPT dan SGOT masih dalam batas normal protein intra seluler yang normal ada dalam tubuh dan

sehinga pada tanggal 6 Juli 2006 3TC di hentikan diproduksi oleh berbagai macam sel. Beberapa kasiat

pemberiannya. Pada evaluasi ulangan tanggal 7 Agustus IFN adalah khasiat antiviral, imunomodulator, anti

2006 didapatkan kadar SGPT 91,9 U/L, SGOT 51,3 U/ proliferatif dan anti fibrotik. IFN tidak memiliki khasiat

L. Pemeriksaan USG abdomen kesan tidak jauh berbeda antiviral langsung tetapi merangsang terbentuknya

dengan USG sebelumnya yaitu fatty liver. berbagai macam protein efektor yang mempunyai kasiat

8-10
antiviral.

PEMBAHASAN Untuk kelompok terapi antiviral yang sering

Pada kasus ini didapatkan penderita dengan digunakan adalah golongan lamuvudin (3TC = 3

8-
infeksi kronik hepatitis B dan C. Pada pemeriksaan la- thiacytidine) yang merupakan suatu analog nukleosida.

11
boratorium dengan anti HCV yang (+), dengan HBsAg

yang (+), USG didapatkan kesan fatty liver. Berdasarkan Pengobatan dengan antiviral pada kasus ini telah

J Peny Dalam, Volume 8 Nomor 2 Mei 2007


144
sesuai dengan beberapa rekomendasi terapi antiviral adalah protein E6 oleh HPV tipe 16 pada kanker serviks

pada virus hepatitis B dan C. dan protein X oleh virus hepatitis B pada karsinoma hati.

Terapi untuk hepatitis kronik B dari pasien ini den- Namun sampai sekarang belum jelas benar

gan antiviral hanya diberikan bila penderita peranan mutasi gen p53 dalam proses karsinogenik. Hal

menunjukkan HBeAg yang positif dan kadar VHB yang ini antara lain disebakan karena dengan metode deteksi

5
tinggi (diatas 10 kopi/ml). Disamping itu obat-obatan gen p53 yang lazim dipakai seperti SSCP hanya dapat

antiviral juga diberikan bila ALT > 2 kali harga normal mendeteksi mutasi tersebut pada jaringan yang sudah

12,13
tertinggi. Pada kasus ini didapatkan dengan HBeAg mengalami kanker.

5
(+), HBsAg (+), ALT > 2X normal. Peng et al. pada tahun 1999 melaporkan bahwa

Pertimbangan terapi anti viral pada pasien dengan metode AS-PCR, mutasi gen p53 dapat dideteksi

hepatitis C hanya diberikan kalau penderita HCV RNA pada jaringan yang belum mengalami KHP terutama

5
(+) serta peningkatan ALT diatas 2 kali harga normal. pada kasus-kasus hepatitis kronik dan sirosis. Deteksi

Pasien anti HCV (+) belum tentu HCV RNA nya juga awal dari mutasi gen p53 pada kasus hepatitis kronik B

positif. Anti HCV yang positif dengan HCV RNA yang dan C mungkin akan mengubah protokol pemberian obat

negatif menunjukkan adanya infeksi hepatitis C dimasa anti virus yaitu dengan mempertimbangkan parameter

12-14
lalu (post infection). Pada kasus ini didapatkan baru berupa status p53 disamping parameter biokimia

dengan Anti HCV (+), HCV RNA (+), ALT > 2X nor- dan virologik. Sementara itu dengan mempelajari

mal. hubungan antara mutasi dan ekspresi gen p53 dengan

Adanya infeksi gabungan virus hepatitis B dan C parameter-parameter virologik dan biokimia mungkin

1
meningkatkan risiko kejadian sirosis hati dan KHP. akan dapat menjelaskan proses munculnya KHP pada

5-7
Risiko kejadian KHP pada penderita hepatitis kronik B penderita hepatitis kronik B dan C.

sendiri 25 35 kali lebih tinggi dibanding akibat Pada kasus ini secara histopatologi belum terjadi

keradangan non virus. Tapi dengan adanya gabungan shirrossis dan KHP tapi sudah ada mutasi pada gen p53

infeksi ini kejadiannya bisa mencapai 130 kali lebih di kodon 249. Apakah hal ini bisa sebagai peramal akan

tinggi.
1,2 mengarah ke kejadian KHP sehingga perlu dilakukan

intervensi lebih dini.


Banyak penelitian yang menunjukan bahwa pada

KHP sangat berkaitan dengan viral load. Semakin


50-60% penderita KHP menunjukkan adanya mutasi gen
tinggi viral load kejadian KHP akan semakin meningkat.
p53 terutama dalam bentuk mutasi dari AGGAGT
Maka viral load ini harus diturunkan dengan terapi
pada kodon 249 gen tersebut. Gen p53 mengkode pro-
antiviral yang efektif
tein p53 yang mempunyai 3 fungsi utama dalam sel yaitu
Pemberian kombinasi terapi antiviral pada
reparasi DNA, apoptosis, dan penghambat pertumbuhan
hepatitis B yaitu pemberian IFN dan lamivudin tidak
sel. Ketidak mampuan melaksanakan fungsi tersebut
memberikan manfaat berlebih dibandingkan dengan te-
akan berakibat kacaunya pertumbuhan sel yang
rapi tunggal interferon saja. Tapi dengan adanya infeksi
5-7
selanjutnya menjelma menjadi sel kanker. Terdapat 2
gabungan dengan hepatitis C pemberian terapi

mekanisme tidak berfungsinya p53 yaitu pada level ge- kombinasi beberapa anti viral bisa dipertimbangkan.

netik terjadi mutasi titik dalam sekuens gen p53 dan pada Tujuan terapi antiviral pada kasus ini adalah untuk

level protein terjadi inaktivasi fungsi p53 oleh mengurangi viral load secara cepat pada pasien yang

onkoprotein. Beberapa protein onkogen yang dihasilkan sudah mengalami mutasi pada gen p53 di kodon 249

9,10,12,14
oleh virus dan diketahui mempengaruhi fungsi p53 dengan harapan kejadian KHP bisa di cegah.

Seorang Penderita Hepatitis Kronik B dan C dengan Mutasi pada Gen P53 Kodon 249 pada Jaringan Hati
145
I Wayan Eka Saputra, Stephanus Gunawan, Zainul Muttaqin, Soewignjo Soemoharjo
RINGKASAN 4. Wanless IR, Nakashima E, Sherman M. Regresion

of human cirrhosis: morfologic features and the

Telah dilaporkan seorang laki-laki 33 tahun den- genesis of incomplete septal cirrhosis. Arch Pathol

gan hepatitis kronik B HBsAg (+) serta HBeAg (+) dan Lab Med 2000;
124(11):15999-607.

hepatitis C dengan HCV RNA (+). Ya n g pada


5. Peng XM, Yao CL, Chen XJ. Codon 249 muta-
pemeriksaan Patologi Anatomi didapatkan gambaran
tions of p53 gene in non-neoplasticliver tissues.
berupa kronik hepatitis B dan C dengan moderate piece-
World J of Gastroenterology 1999;5(4):324-6.
meal necrosis dan moderate portal infiltrate grade 3

6. Park YM, Yoo YD, Paik SY, Kim BS, Tabor E.


dengan fibrotic portal tract stage 1 sesuai kriteria

Mutation of tumor suppression gene p53 in hepa-


Metavir tetapi belum ada tanda-tanda sirosis atau

tocellular carcinomas from Korea. Experimental


keganasan.

and Molecular Medicine 1996;


28(4): 173-9.
Pada kasus ini dari sediaan beku biopsy hepar den-

gan metode AS-PCR telah tejadi mutasi pada gen p53 7. Lee H, Kim HT, Yun Y. Liver-spesific enhancer

di kodon 249. Penderita telah mendapatkan terapi PEG II is the target for the p53-mediated inhibition of

IFN, lamivudin dan ribavirin hepatitis B viral gene expression. J Biol Chem.

Dengan dijumpai adanya infeksi gabungan 1998;


31(273): 19786-91.

hepatitis kronik B dan C, HBsAg (+), HBeAg (+), anti


8. Poernomo BS. Interferon treatment for chronic
HCV (+), HCV RNA (+), adanya mutasi pada gen p53
hepatitis B focus: pegylated interferon alfa 2 a
ini diharapkan bisa sebagai diagnosa dini dari
for treatment strategy and aiming sustained re-
kemungkinan akan terjadinya KHP. Karena viral load
mission. Denpasar: SUDEMA 2;2006.p.58.
yang tinggi merupakan faktor risiko tinggi untuk terjadi

9. Abdurachman SA. Hepatitis virus kronik. Buku


KHP. Sehingga pencegahan bisa dilakukan lebih dini

Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Edisi ketiga.


seperti pemberian anti virus yang efektip lebih awal
Jakarta: Balai Penerbit FKUI;1996p. 262-70.
dengan harapan bisa mengurangi viral load dalam

jaringan hati. 10. Hernomo K. Long-term treatment of chronic HVB

with antiviral drug. Surabaya: Pusat Gastro

Hepatologi Surabaya Fakultas Kedokteran Uni-


DAFTAR RUJUKAN

versitas Airlangga, RSUD Dr Sutomo Surabaya

SUDEMA 2;2006.p.53-6.
1. Wands, Jack R. Prevention of hepatocellular car-

cinoma. The N Eng J Med 2004;


7(351):1567-0. 11. Chung RT, Podolsky DK. In: Braunwald E,

Hauster SL, Fauci AS, Longo DL, Jameson JL,


2. Tao C, John ML. Evaluation of quantitative PCR
editors. Cirrosis and its complications. Harrisons
and branched-chain DNA in sera from hepatocel-
th
principles of internal medicine 16 ed. New York:
lular carcinoma and liver transplant patients. J
Mc Graw Hill Co;2005.p.1858-69.
Clin Microbiol. 2000;
38(5):1977-80.

12. Dienstag JL, Isselbacher KJ. In: Braunwald E,

3. Soewignjo S, Gunawan S. Hepatitis virus B dan


Hauster SL, Fauci AS, Longo DL, Jameson JL,

karsinoma hepatoseluler. Hepatitis virus B. Jak-


editors. Chronic hepatitis. Harrisons principles

arta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;1999.p.86- of internal medicine. 16


th
ed. New York: Mc Graw

7. Hill Co;2005.p.1844-55.

J Peny Dalam, Volume 8 Nomor 2 Mei 2007


146
13. Soewignjo S. Kesalahan unum (common mistake) A2 5 GGGTC AGCGG CAAGC AGAGG 14175-

dalam pengobatan anti viral pada hepatitis kronik 14156

B dan C. Denpasar: SUDEMA2; 2006.p.101-5. Produk amplifikasi kemudian dianalisa pada 2% gel

agarose dan diamati dengan pengecatan ethidium


14. Hu K. A practical approach to management of
bromide dan penyinaran UV.
chronic hepatitis B. Int J M 2005;4:30-50.

TATA CARA PERLAKUAN JARINGAN BIOPSI HATI


DENGAN METODE AS-PCR

Karakteristik kasus
Bahan berupa biopsi hati beku yang merupakan biopsi
hati dari pasien pengidap virus hepatitis kronik B dan C
yang dilakukan di Klinik Biomedika Mataram.

Ekstraksi DNA
DNA jaringan hati diekstrak dengan menggunakan Biopsi Hati dengan histokimia

larutan TriZol (Invitrogen). Untuk jaringan dalam blok


paraffin terlebih dahulu dilakukan deparafinisasi
menggunakan xylol dan ethanol, kemudian diperlakukan
dengan proteinase K (Peng, 1999).

PCR alela spesifik


Prosedur AS-PCR merupakan modifikasi dari teknik
semi nested PCR sebagaimana dilakukan oleh Peng
(1999). Mula-mula dilakukan PCR menggunakan
primer S1 dan A1. Kemudian produk dari PCR I tersebut
direamplifikasi menggunakan nested primer S2 dan A2
atau S3 dan A2. Adapun urutan susunan primer dan
posisinya adalah sebagai berikut

S1 5 GGCGA CAGAG CGAGA TTCCA


13890-13909
A1 5 GATTC TCTTC CTCTG TGCGC
14534-14515
S2 5 TGGGC GGCAT GAAACGGAGT
14055-14074
S3 5 TGGGC GGCAT GAAACGGAGG

14055-14074

Seorang Penderita Hepatitis Kronik B dan C dengan Mutasi pada Gen P53 Kodon 249 pada Jaringan Hati
147
I Wayan Eka Saputra, Stephanus Gunawan, Zainul Muttaqin, Soewignjo Soemoharjo

Anda mungkin juga menyukai