METODE PENUGASAN
( Manajemen Operasional )
BAB I
PENDAHULUAN
Assignment problem adalah suatu masalah mengenai pengaturan pada individu (objek)
untuk melaksanakan tugas (kegiatan), sehingga dengan demikian biaya yang dikeluarkan untuk
pelaksanaan penugasan tersebut dapat diminimalkan. Salah satu dalam menyelesaikan persoalan
ini adalah dengan menggunakan algoritma Hungarian. Algoritma Hungarian adalah salah satu
algoritma yang digunakan untuk menyelesaikan persoalan masalah assignment. Versi awalnya,
yang dikenal dengan metode Hungarian, ditemukan dan dipublikasikan oleh Harold Kuhn pada
tahun 1955. Algoritma ini kemudian diperbaiki oleh James Munkres pada tahun 1957. Oleh
karena itu, algoritma ini kemudian dikenal juga dengan nama algoritma Kuhn-Munkres.
Algoritma yang dikembangkan oleh Kuhn ini didasarkan pada hasil kerja dua orang
matematikawan asal Hungaria lainnya, yaitu Denes Konig dan Jeno Egervary. Keberhasilan
Kuhn menggabungkan dua buah penemuan matematis dari Jeno Egervary menjadi satu bagian
merupakan hal utama yang menginspirasikan lahirnya Algoritma Hungarian. Dengan
menggunakan algoritma ini, solusi optimum sudah pasti akan ditemukan. Namun untuk hal ini
kasusnya dibatasi, yaitu bila ingin menemukan solusi terbaik dengan nilai minimum (least cost
search).
Masalah penugasan adalah sejumlah tugas kepada sejumlah penerima tugas dalam basis
satu-satu, artinya seorang pekerja harus menjalankan satu pekerjaaan. Tujuan untuk memecahkan
persoalan, penempatan sumber- sumber yang ada pada kegiatan-kegiatan yang dituju, sehingga
kerugiannya agak minimal dan keuntungannya maksimal.
Persoalan penugasan (Assigment problem) merupakan salah satu persoalan transportasi
dan dapat dinyatakan sebagai berikut : Dengan tersedianya fasilitas untuk melaksanakan
jenis pekerjaan (jobs) dimana masing-masing fasilitas (mesin, orang, dan tenaga),
persoalannya ialah bagaiamana menentukan jenis pekerjaan yang mana, agar jumlah
pengorbanan (uang, waktu dan tenaga) minimum . Persoalan penugasan luas penggunaannya
dalam bidang manajemen khususnya keputusan untuk menentukan jenis pekerjaan apa yang
harus di kerjakan.
Salah satu teknik pemecahan masalah-masalah penugasan yang tersedia adalah
metoda Hungarian, yang mula-mula di kembangkan oleh seorang ahli matematika
berkebangsaan Huangaria bernama D. Konig dalam tahun 1916.
Model-model penugasan bertujuan untuk mengalokasikan sumber daya untuk
sejumlah sama pekerjaan pada biaya total minimum.Penugasan di buat atas dasar bahwa
setiap sumber daya harus di tugaskan hanya untuk satu pekerjaan. Untuk suatu masalah
penugasan n x n, jumlah penugasan yang mungkin di lakukan sama dengan n ! (n factorial)
karena perpasangan satu-satu.
Contoh :
Bagian produksi perusahaan mempunyai 3 (tiga) jenis pekerjaan yang berbeda untuk
diselesaikan oleh 3 (tiga) karyawan. Ketiga karyawan tersebut mempunyai tingkat keterampilan,
pengalaman kerja, latar belakang pendidikan dan latihan yang bebeda pula. Karena sifat
pekerjaan dan kemampuan karyawan yang berbeda, maka biaya penyelesaian pekrjaan berbeda-
beda.
b. Merubah matriks biaya menjadi matriks kesempatan (peluang) dengan cara, yaitu :
Dimulai dengan merubah matriks biaya menjadi matriks Opportunity Cost, yaitu dengan
memilih elemen terkecil pada setiap baris dari matriks biaya mula-mula untuk mengurangi
seluruh elemen (bilangan) pada setiap baris. Sebagai contoh :
Elemen terkecil baris A1 adalah 20, yang berarti bahwa karyawan A1 adalah paling
efisien dengan melakukan pekerjaan D1 adalah nol (20 - 20 = 0). Di lain pihak, bila kita akan
memadukan A1 dan D2, akan menyangkut Opportunity cost sebesar Rp 7.000,- (yaitu 27 20 =
7 ). Begitu juga, oppurtinity cost penugasan A1 untuk pekerjaan D3 sebesar Rp 10.000,- (yaitu
30 20 = 10). Dengan cara yang sama, kita dapat menentukan opportunity cost untuk baris A2
dan A3, sehingga paling sedikit akan diperoleh satu bilangan yang bernilai nol pada setiap baris.
Matriks dengan bilangan-bilangan telah dikurangi bilangan terkecil pada setiap baris, di
sebut reduce cost matriks
Tabel 1.2 Reduced cost matriks
PEKERJAAN
KARYAWAN
D1 D2 D3
A1 0 7 10
A2 0 8 6
A3 2 4 0
c. Tes Optimalisasi
Skedul penugasan optimal hanya dapat tercapai bila ada 3 (tiga) independent zeros
dalam matriks, artinya tidak ada dua bilangan nol yang berbeda dalam baris atau kolom yang
sama tanpa memperhatikan jumlah nol dalam total opportunity cost matriks. Dengan kata lain,
setiap karyawan harus di tugaskan hanya untuk satu pekerjaan total opportunity cost nol, atau
setiap pekerjaan harus diselesaikan hanya oleh satu karyawan. Pedoman praktis untuk melakukan
tes optimalisasi adalah denagn menarik sejumlah minimum garis horizontal ?vertikal untuk
meliput seluruh bilangan bernilai nol dalam total opportunity cost matriks. Bila jumlah garis
sama dengan jumlah baris atau kolom, penugasan optimal telah tercapai. Bila tidak sama maka
matriks harus di revisi.
Aplikasi tes ini pada tabel total opportunity cost matrix menunujukan bahwa penugasan
optimal belum tercapai pada tahap ini. Untuk meliput seluruh bilangan nol dalam total
opportunity cost matrix hanya memerlukan duagaris (baris A3 dan kolom D1)
Sedangkan jumlah baris atau kolom adalah 3. Bila kita mempunyai satu
nol tambahan, misal dalam sel A2 D2, kita dapat mencapai penugasan optimal (dengan
total opportunity cost nol) pada tahap ini, karena diperlukan tiga garis untuk meliput
seluruh bilangan nol yang ada.
Sekali lagi, karena hanya ada dua garis yang meliputi seluruh bilangan nol
dibandingkan tiga baris atau kolom, maka langkah berikutnya perlu dilakukan untuk
merevisi matriks.
d. Apabila belum optimal, maka memilih elemen yang nilainya terkecil dari matrik
pengurangan tadi yang tidak di lalui oleh garis vertical maupun horizontal (Merevisi total
opportunity cost matrix)
Kemudian kita ulaingi lagi langkah kedua untuk melakukan tes optimalisasi
Aplikasi tes langkah kedua pada revised total opportunity cost matriks
menunjukan bahwa jumlah garis minimum yang di perlukan untuk meliput seluruh
bilangan nol adalah 3. Karena jumlah baris atau kolom matriks ini juga 3, penugasan
optimal dapat dibuat.
Matriks penugasan optimal, seperti di tunjukan pada Tabel Test
Optimality, telah tercapai, maka kita dapat membuat penugasan optimal kepada masing-
masing karyawan. Karena sel A3 D3 merupakan satu-satunya sel yang mempunyai
bilangna nol dalam kolom D3, kita melakukan penugasan pertama kepada karyawan A3
untuk pekerjaan D3, dan kita hilangkan baris A3 dan kolom D3 dalam penugasan
selanjutnya. Dari sel-sel tersisa dalam matriks, kita mengetahui bahwa sel A1 D2
merupakan satu-satunya sel yang mempunyai bilangan nol dalam kolom D2. Oleh karena
itu, kita melakukan penugasan kedua kepada karyawan A1 untuk pekerjaan D2, dan
hilangkan bris A1 dan kolom D2. Peugasan ketiga diberikan kepada A2 untuk pekerjaan
D1, karena sel A2 D1 merupakan satu-satunya yang masih mempunyai bilangan nol di
antara sel-sel tersisa dalam matriks. Jadi, kita mempunyai skedul penugasan optimal dan
biaya minimum sebagai berikut :
2. Biaya Maksimum
Tabel 2.4 Resived Total Opportunity Matrix dan Test for Optimality
KARYAWAN PEKERJAAN
D1 D2 D3 D4
A1 2 0 0 5
A2 0 4 3 0
A3 0 1 0 2
A4 2 0 5 0
Pada table tersebut menunjukan matriks baru yang memungkinkan penugasan optimal
dapat dibuat. Adapun skedul penugasan optimal dan kontribusi laba total untuk dua alternative
penyelesaiannya adalah :
3.1 Kesimpulan
1) Dalam menentukan table biaya kesempatan (Opportunity cost Table) caranya sebagai berikut :
a) Pada setiap kolom, pilih nilai terkecil. Semua nilai pada kolom yang
bersangkutan kurangi dengan nilai tersebut.
b) Berdasarkan hasil dari a) pada setiap baris, pilih nilai terkecil semua nilai pada
baris yang bersangkutan kurangi dengan nilai tersebut. Diperoleh table jumlah
biaya kesempatan (Opportunity cost Table)
2) Cara pemecahan optimal dapat dibuat dengan prosedurnya ialah dengan jalan menarik garis
lurus (Vertikal/Horizontal) melalui table jumlah biaya kesempatan sedemikian rupa sehingga
jumlah garis yang ditarik yang diperlukan untuk mencakup semua cell dengan nilai nol,
minimum. Suatu pemecahan optimal dapat dibuat apabila banyaknya garis sama dengan
baris/kolom. Apabila ternyata banyaknya garis yang ditarik lebih kecil dari banyaknya
baris/kolom, pemecahan optimal belum dipeoleh. Ini merupakan suatu pengujian optimalitas
(Optimality Test). Perlu dilakukan perbaikan atau revisi.
http://untoro14.blogspot.co.id/2016/02/metode-penugasan-manajemen-operasional.html