Amos Lukas
Pusat Audit Teknologi - BPPT
e-mail : amoslukas2010@gmail.com
Diterima: 16 April 2012; Direvisi: 18 Oktober 07 November 2012; Disetujui: 21 November 2012
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini untuk mendapatkan formulasi obat kumur gambir terbaik berdasarkan
manfaat sebagai antibakteri dan hasil uji organoleptik. Rancangan percobaan yang digunakan
adalah rancangan acak lengkap dengan dua faktor dan tiga taraf, yaitu perbandingan
konsentrasi sorbitol (A) dengan tiga taraf yaitu 15% (A1), 20% (A2), dan 25% (A3), dan jenis
minyak atsiri yang ditambahkan (B) dengan tiga taraf yaitu peppermint (B1), peppermint +
cengkeh (B2), dan cengkeh (B3). Parameter penentuan formulasi obat kumur gambir terbaik
berdasarkan sifat fisikokimia yang meliputi pH dan viskositas serta hasil uji organoleptik yang
meliputi warna, viskositas, aroma, rasa, sensasi di mulut, dan penampakan umum. Sebagai
kontrol digunakan obat kumur komersial dengan produk sejenis yang bermerek. Hasil
penelitian pengendapan dengan lama waktu larutan dasar gambir selama 5 hari (H-5) dengan
aktivitas antibakteri sebesar 52,42%. Formulasi obat kumur gambir memiliki nilai pH sebesar
5,71-5,98, sedangkan pH kontrol sebesar 6,01. Viskositas formulasi obat kumur gambir
sebesar 1,27-1,82 cP, sedangkan viskositas kontrol sebesar 1,07 cP. Formulasi obat kumur
gambir dan kontrol memiliki total mikroba yang sama, yaitu 0 koloni/ml. Hasil analisis sidik
ragam menunjukkan bahwa variasi konsentrasi sorbitol dan jenis minyak yang digunakan
berpengaruh nyata terhadap viskositas, namun tidak berpengaruh nyata terhadap nilai pH.
Hasil pembobotan berdasarkan pada hasil analisa uji pH, uji viskositas, total mikroba, dan
organoleptik, menunjukkan bahwa formulasi obat kumur gambir terbaik adalah formulasi A3B1
(sorbitol 25%, peppermint).
Kata Kunci : Formulasi, gambier, minyak cengkeh, obat kumur gambir, peppermint
Abstract
The objective of this research is to get the best formula for gambier mouthwash based on
antibacterial benefits and organoleptic test results. Experimental design used was complete
randomized design with two factors and three levels, namely the ratio of the concentration of
sorbitol (A) at three levels, namely 15% (A1), 20% (A2), and 25% (A3), and type of essential oils
added (B) with three levels, namely peppermint (B1), peppermint + cloves (B2), and cloves (B3).
Parameters used to determine best gambier mouthwash formulation are based on
physicochemical properties such as pH and viscosity as well as organoleptic test results that
consist of color, consistency, aroma, taste, sensation in the mouth, and general appearance. A
commercial mouthwash named Mustika Ratu Clove was used as a control. The results with
long deposition solution gambier basis for 5 days (H-5) with the antibacterial activity of 52.42%.
Gambier mouthwash formulations having a pH value of 5.71-5.98, while the pH control at 6:01.
Viscosity gambier mouthwash formulations of 1.27-1.82 cP, while the 1.07 cP viscosity control.
Gambier mouthwash formulations and has total control of the same microbe, namely 0 colonies
/ ml. Results of varied analysis showed that the variation in concentrations of sorbitol and the
type of oil used gave significant effect to viscosity, but did not significantly affect the pH value.
Weighting results based on the analysis pH test, viscosity test, total microbial and organoleptic,
indicating that the best formula for gambier mouthwash is A3B1 (25% sorbitol, peppermint).
67
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 23 No. 2 Tahun 2012 Hal. 6776
68
Amos Lukas Formulasi Obat Kumur Gambir
69
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 23 No. 2 Tahun 2012 Hal. 6776
Gambir 1
Gum Arab 0.3 1. pH Formulasi Obat Kumur Gambir
Sorbitol 25
(70%) 15 20 Kebanyakan bakteri mempunyai
Minyak
Atsiri
0.15 0.15 0.15 pH optimum, yaitu sekitar pH 6,5-7,5
(Peppermint) (Peppermint + Clove) (Clove)
Air
sampai 100 ml
(Fardiaz, 1993). Oleh karena itu, nilai pH
Destilasi
dari formulasi harus berada di luar range
nilai pH optimum pertumbuhan bakteri..
D. Visualisasi dan Karakteristik Fisik Hasil analisis nilai pH menunjukkan
Formulasi Obat Kumur Gambir bahwa nilai pH dari formulasi berkisar
Visualisasi dan karakteristik fisik antara 5,71-5,98, dimana nilai pH
yang diamati terhadap sembilan tertinggi didapat pada formulasi
formulasi obat kumur gambir (Gambar 1) perlakuan A1B3 (Sorbitol 15%, Cengkeh),
meliputi warna, aroma dan rasa. sedangkan nilai pH terendah didapat
Secara umum visualisasi terhadap pada formulasi perlakuan A1B1 (Sorbitol
warna formulasi yang dihasilkan tidak 15%, Peppermint).
berbeda jauh karena konsentrasi gambir Analisis sidik ragam terhadap nilai
pH formulasi menunjukkan bahwa variasi
70
Amos Lukas Formulasi Obat Kumur Gambir
konsentrasi sorbitol dan jenis minyak Sedangkan pada variasi jenis minyak
yang ditambahkan pada formulasi tidak yang ditambahkan, variasi penambahan
berpengaruh nyata terhadap nilai pH minyak peppermint (B1) berbeda nyata
formulasi yang dihasilkan. dengan variasi penambahan minyak
cengkeh (B3) dan minyak peppermint +
2. Viskositas Formulasi Obat Kumur cengkeh (B2). Namun tidak ada
Gambir perbedaan nyata antara variasi
Viskositas suatu formulasi sangat penambahan minyak cengkeh (B3)
mempengaruhi terhadap tingkat dengan minyak peppermint + cengkeh
kekentalan produk tersebut saat (B2).
digunakan berkumur di dalam mulut.
Semakin dekat tingkat viskositas suatu E. Total Mikroba Formulasi Obat
produk formulasi dengan tingkat Kumur Gambir
viskositas air, maka semakin mudah dan Hasil analisis total mikroba dengan
nyaman produk tersebut digunakan metode hitungan cawan menunjukkan
untuk berkumur. Tingkat viskositas air hasil yang positif sebagai obat kumur
murni adalah 1002 Pa.s atau sekitar antibakteri dari masing-masing perlakuan
1 cP. formulasi, dimana jumlah koloni pada
Hasil analisis viskositas masing-masing cawan berkisar antara 0-
menunjukkan bahwa nilai viskositas dari 13.5 koloni/ml, sedangkan pengenceran
formulasi berkisar antara 1,27-1,82 cP, yang digunakan adalah 100. Hal ini
dimana nilai viskositas tertinggi didapat menunjukkan bahwa total mikroba
pada formulasi perlakuan A3B3 (Sorbitol formulasi tidak memenuhi SPC
25%, Cengkeh), sedangkan nilai (Standard Plate Count), sehingga total
viskositas terendah didapat pada mikrobanya dianggap 0. Hasil pengujian
formulasi A1B1 (Sorbitol 15%, total mikroba formulasi pada Tabel 5.
Peppermint).
Hasil analisis viskositas diketahui Tabel 5. Total mikroba formulasi obat kumur
bahwa nilai viskositas formulasi gambir
mendekati nilai viskositas pada obat Perlakuan Formulasi Total mikroba (koloni/ml)
kumur komersial. Hal ini disebabkan A1B1 0 (13.5 x 100)
A1B2 0 (0.5 x 100)
karena penggunaan bahan dasar gambir A1B3 0 (1.5 x 100)
yang terdiri atas partikel-partikel halus A2B1 0 (1.0 x 100)
terlarut, sehingga meningkatkan nilai A2B2 0 (7.0 x 100)
viskositas pada formulasi yang A2B3 0 (1.0 x 100)
dihasilkan. Diketahui bahwa semakin A3B1 0 (0.0 x 100)
A3B2 0 (0.5 x 100)
besar penggunaan sorbitol pada A3B3 0 (1.0 x 100)
formulasi, maka semakin tinggi pula nilai Kontrol 0 (0.5 x 100)
viskositas yang diperoleh.
Analisis sidik ragam terhadap nilai Tanin yang terkandung dalam
viskositas formulasi menunjukkan bahwa gambir memiliki khasiat sebagai algisida,
variasi konsentrasi sorbitol dan jenis juga antibakteri dan antijamur
minyak yang ditambahkan pada (Lemmens, 1999). Selain itu, formulasi
formulasi berpengaruh nyata. Hal ini penambahan minyak peppermint dan
ditunjukkan dengan nilai signifikan minyak cengkeh juga turut meningkatkan
sampel p < 0,05. Analisa dengan uji daya antibakteri pada formulasi obat
lanjut Duncan menunjukkan bahwa kumur yang dihasilkan.
variasi konsentrasi sorbitol 15% (A1)
berbeda nyata dengan variasi F. Uji Organoleptik
konsentrasi sorbitol 20% (A2) dan 25% Uji organoleptik yang digunakan
(A3). Begitupun dengan variasi adalah uji hedonik (kesukaan) pada
konsentrasi sorbitol 20% (A2) yang sembilan formulasi yang berbeda. Dalam
berbeda nyata dengan variasi uji hedonik, panelis diminta tanggapan
konsentrasi sorbitol 25% (A3). pribadinya tentang kesukaan atau
71
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 23 No. 2 Tahun 2012 Hal. 6776
72
Amos Lukas Formulasi Obat Kumur Gambir
formulasi yang paling tinggi adalah pada terhadap yang paling tinggi adalah pada
A2B1 (Sorbitol 20%, Peppermint) dengan formulasi A3B1 (Sorbitol 25%,
jumlah 70,6% pada skala penilaian 5-7. Peppermint) dengan jumlah 58,8% pada
skala penilaian 5-7. Tingkat kesukaan
panelis terhadap rasa yang paling
rendah adalah pada formulasi A1B3
(Sorbitol 15%, Cengkeh) dan A2B3
(Sorbitol 20%, Cengkeh) dengan jumlah
5,9% pada skala penilaian 5-7.
Semakn tinggi konsentrasi sorbitol
yang digunakan maka rasa formulasi
semakin disukai. Hal ini disebabkan
Gambar 4. Histogram uji hedonik terhada karena rasa manis pada sorbitol dapat
aroma formulasi obat kumur mengimbangi rasa gambir yang kelat
gambir (astringent). Penggunaan peppermint
lebih disukai panelis dibandingkan
Tingkat kesukaan panelis terhadap formulasi penambahan minyak atsiri
aroma formulasi yang paling rendah lainnya, karena peppermint memiliki
adalah A1B3 (Sorbitol 15%, Cengkeh) aroma dan rasa yang segar dan sedikit
dan A3B3 (Sorbitol 25%, Cengkeh) pedas di mulut.
dengan jumlah 8,8% pada skala
penilaian 5-7. K. Sensasi di Mulut
Panelis memberikan respon
J. Rasa terhadap efek sensasi di mulut dengan
Panelis memberikan respon rata-rata tertinggi pada formulasi A3B1
terhadap rasa formulasi dengan rata-rata (Sorbitol 25%, Peppermint) yaitu sebesar
tertinggi pada A3B1 (Sorbitol 25%, 4.41 (antara netral dan agak suka),
Peppermint) yaitu sebesar 4,44 (antara sedangkan nilai rata-rata terendah pada
netral dan agak suka), sedangkan nilai formulasi A1B3 (Sorbitol 15%, Cengkeh)
rata-rata terendah pada formulasi A1B3 yaitu sebesar 2,50 (antara tidak suka dan
(Sorbitol 15%, Cengkeh) yaitu sebesar agak tidak suka).
2,18 (antara tidak suka dan agak tidak
suka).
73
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 23 No. 2 Tahun 2012 Hal. 6776
74
Amos Lukas Formulasi Obat Kumur Gambir
penghambatan, yakni sebesar 52,42%. Casemiro LA, Martins CH, Carvalho TC,
Formulasi obat kumur gambir memiliki Panzeri H, Lavrador TC, Panzeri H,
nilai pH sekitar 5,71-5,98, sedangkan et al. (2008). Effectiveness of new
nilai pH kontrol (Mustika Ratu Cengkeh) toothbrush design versus a
sebesar 6,01. Hal ini menunjukkan conventional tongue scraper in
bahwa pH formulasi berada di luar range improving breath odor and
nilai pH optimum pertumbuhan bakteri. reducing tongue microbiota. J Appl
Nilai viskositas formulasi obat kumur Oral Sci. 16 (4). Available from
gambir berkisar antara 1,27-1,82 cP, http://www.scielo.br/scielo.php?pid
sedangkan nilai viskositas kontrol =S16787757200800040000&script
sebesar 1,07 cP. Pada uji total mikroba, =sci_arttext.html. Accessed 27
formulasi obat kumur gambir dan kontrol November 2010
memiliki total mikroba yang sama, yaitu 0 Dwidjoseputro .D. (2012). Dasar-dasar
koloni/ml. Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.
Dari pemilihan formulasi obat Fardiaz, S. (1993). Analisis Mikrobiologi
kumur gambir terbaik yang dilakukan Pangan. Jakarta: Raja Grafindo
dengan cara pembobotan yang Persada.
didasarkan pada hasil analisa uji pH, uji Fardiaz, S. (1992). Mikrobiologi Pangan.
viskositas, total mikroba, dan Jakarta: Gramedia.
organoleptik, didapatkan bahwa Heyne, K. (1987). Tumbuhan Berguna
formulasi obat kumur gambir terbaik Indonesia Jilid III. Jakarta: Badan
adalah formulasi A3B1 (sorbitol 25%, Litbang Kehutanan.
peppermint), dengan total nilai bobot Hembing, W.K. (1998). Tanaman
sebesar 6,94. Berkhasiat Obat di Indonesia Jilid
ke-4. Jakarta: Pustaka Kartini.
DAFTAR PUSTAKA Kidd, E.A.M. dan S.J. Bechal. (1992).
Dasar-Dasar Karies: Penyakit dan
Amos. (2004). Teknologi Pengolahan Penanggulangannya. Terjemahan
Gambir. Jakarta : BPPT Press. Narlan Sumawinata & Safrida
Amos. (2009). Gambir Sebagai Anti Faruk. Jakarta: EGC.
Bakteri Dalam Formulasi Obat Lemmens, R.H.M.J. dan N. Wulijarni-
Kumur. Jurnal Sains dan Teknologi Soetjipto. (1999). Sumber Daya
Indonesia. 11(3): 188-192. Nabati Asia Tenggara, No. 3,
Amos. (2010). Kandungan Katekin Tumbuh-Tumbuhan Penghasil
Gambir sentra Produksi di Pewarna dan Tanin. PT Balai
Indonesia. Jurnal Standardisasi. Pustaka. Jakarta bekerja sama
12(3): 149-155. dengan Prosea Indonesia, Bogor.
Amtha, R. (1997). Kelainan Mukosa Martindale. (1996). The Extra
th
Akibat Penggunaan Obat Kumur. Pharmacopoeia 31 Edition.
Majalah Ilmiah Kedokteran Gigi. London: The Pharmaceutical
35: Tahun ke-2. Press.
Andrea 'O. Barel, Marc Paye and Roeslan, B.O. (1996). Karakteristik
Howard I. Maibach. (2001). Streptococcus mutans Penyebab
Cosmetic Science and Techology. Karies Gigi. Majalah Ilmiah
New York: Marcel Dekker.Inc. Kedokteran Gigi FKG Usakti.
Anggraeni, D., V. Susanti, F. Gultom, 10:112-113.
dan Hedijanti. (2000). Penentuan Sarastani, D. (2008). Penuntun
Konsentrasi Optimal dan Waktu Praktikum Analisis Organoleptik.
Efektif Larutan Sumba Kue Cair Direktorat Pogram Diploma. Bogor:
Secara In Vitro Sebagai Bahan IPB.
Pendeteksi Plak. Jurnal Kesehatan Sri Sumarsih. (2003). Diktat Kuliah
Gigi Universitas Indonesia 7(2): 27- Mikrobiologi Dasar. Yogyakarta
33. Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas
Pertanian UPN "Veteran".
75
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 23 No. 2 Tahun 2012 Hal. 6776
76