Anda di halaman 1dari 10

Amos Lukas Formulasi Obat Kumur Gambir

FORMULASI OBAT KUMUR GAMBIR DENGAN TAMBAHAN


PEPPERMINT DAN MINYAK CENGKEH

FORMULATION MOUTHWASH GAMBIR WITH EXTRA PEPPERMINT AND OIL CLOVE

Amos Lukas
Pusat Audit Teknologi - BPPT
e-mail : amoslukas2010@gmail.com
Diterima: 16 April 2012; Direvisi: 18 Oktober 07 November 2012; Disetujui: 21 November 2012

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini untuk mendapatkan formulasi obat kumur gambir terbaik berdasarkan
manfaat sebagai antibakteri dan hasil uji organoleptik. Rancangan percobaan yang digunakan
adalah rancangan acak lengkap dengan dua faktor dan tiga taraf, yaitu perbandingan
konsentrasi sorbitol (A) dengan tiga taraf yaitu 15% (A1), 20% (A2), dan 25% (A3), dan jenis
minyak atsiri yang ditambahkan (B) dengan tiga taraf yaitu peppermint (B1), peppermint +
cengkeh (B2), dan cengkeh (B3). Parameter penentuan formulasi obat kumur gambir terbaik
berdasarkan sifat fisikokimia yang meliputi pH dan viskositas serta hasil uji organoleptik yang
meliputi warna, viskositas, aroma, rasa, sensasi di mulut, dan penampakan umum. Sebagai
kontrol digunakan obat kumur komersial dengan produk sejenis yang bermerek. Hasil
penelitian pengendapan dengan lama waktu larutan dasar gambir selama 5 hari (H-5) dengan
aktivitas antibakteri sebesar 52,42%. Formulasi obat kumur gambir memiliki nilai pH sebesar
5,71-5,98, sedangkan pH kontrol sebesar 6,01. Viskositas formulasi obat kumur gambir
sebesar 1,27-1,82 cP, sedangkan viskositas kontrol sebesar 1,07 cP. Formulasi obat kumur
gambir dan kontrol memiliki total mikroba yang sama, yaitu 0 koloni/ml. Hasil analisis sidik
ragam menunjukkan bahwa variasi konsentrasi sorbitol dan jenis minyak yang digunakan
berpengaruh nyata terhadap viskositas, namun tidak berpengaruh nyata terhadap nilai pH.
Hasil pembobotan berdasarkan pada hasil analisa uji pH, uji viskositas, total mikroba, dan
organoleptik, menunjukkan bahwa formulasi obat kumur gambir terbaik adalah formulasi A3B1
(sorbitol 25%, peppermint).

Kata Kunci : Formulasi, gambier, minyak cengkeh, obat kumur gambir, peppermint

Abstract

The objective of this research is to get the best formula for gambier mouthwash based on
antibacterial benefits and organoleptic test results. Experimental design used was complete
randomized design with two factors and three levels, namely the ratio of the concentration of
sorbitol (A) at three levels, namely 15% (A1), 20% (A2), and 25% (A3), and type of essential oils
added (B) with three levels, namely peppermint (B1), peppermint + cloves (B2), and cloves (B3).
Parameters used to determine best gambier mouthwash formulation are based on
physicochemical properties such as pH and viscosity as well as organoleptic test results that
consist of color, consistency, aroma, taste, sensation in the mouth, and general appearance. A
commercial mouthwash named Mustika Ratu Clove was used as a control. The results with
long deposition solution gambier basis for 5 days (H-5) with the antibacterial activity of 52.42%.
Gambier mouthwash formulations having a pH value of 5.71-5.98, while the pH control at 6:01.
Viscosity gambier mouthwash formulations of 1.27-1.82 cP, while the 1.07 cP viscosity control.
Gambier mouthwash formulations and has total control of the same microbe, namely 0 colonies
/ ml. Results of varied analysis showed that the variation in concentrations of sorbitol and the
type of oil used gave significant effect to viscosity, but did not significantly affect the pH value.
Weighting results based on the analysis pH test, viscosity test, total microbial and organoleptic,
indicating that the best formula for gambier mouthwash is A3B1 (25% sorbitol, peppermint).

Keyword : Clove oil, formulation, gambier, mouthwash peppermint

67
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 23 No. 2 Tahun 2012 Hal. 6776

PENDAHULUAN pemisahan setelah mengalami


penyimpanan yang cukup lama.
Kesehatan mulut merupakan suatu Penelitian bertujuan
hal yang penting bagi manusia. Pada mengembangkan formulasi obat kumur
orang sehat, bau mulut yang terjadi pada berbahan gambir, peppermint dan
umumnya semata-mata berasal dari minyak cengkeh sehingga dapat dan
dalam mulut yaitu disebabkan aman kalau tertelan atau terminum
pembusukan sisa makanan oleh bakteri .
yang ada di dalam rongga mulut. BAHAN DAN METODE
Berbagai penyakit di dalam mulut seperti
gingivitis, periodentitis dan karies gigi A. Bahan dan Alat
sering menjadi penyebab adanya bau Bahan digunakan adalah gambir
mulut yang kurang sedap pada orang katekin rendah (dibawah 35%), sorbitol
sehat (Amtha, 1997). 70%, peppermint oil, minyak cengkeh
Penyakit karies gigi dan jaringan (clove oil), gum arab, aquades, media
pendukung gigi (periodontal) umumnya NA, media NB, media PCA, dan biakan
disebabkan oleh plak gigi. Plak gigi bakteri Streptococcus mutans.
adalah lengketan yang berisi bakteri dan Alat terdiri dari mortar, erlenmeyer,
produk-produknya yang terbentuk pada gelas piala, sudip, termometer, pipet
permukaan gigi (Kidd dan Bechal, 1992). volumetrik, gelas arloji, kertas saring
Bakteri Streptococcus yang ditemukan Whattman no. 42, pompa vakum, neraca
dalam jumlah besar pada plak penderita analitik, dan botol gelas. Untuk pengujian
karies adalah Streptococcus mutans aktivitas antibakteri dan total mikroba
(Roeslan, 1996). digunakan tabung reaksi, tabung ulir,
Salah satu cara untuk mengatasi jarum ose, pipet mohr 1 ml, cawan petri,
bau mulut kurang sedap yang otoklaf, dan penghitung koloni (colony
disebabkan oleh berbagai penyakit di counter). Pengukuran pH dilakukan
dalam mulut adalah dengan dengan menggunakan pH meter dan
menggunakan obat kumur yang dapat untuk pengukuran viskositas digunakan
mematikan atau menghambat bakteri Ubbelohde viscometer. Sedangkan untuk
pembentuk plak gigi. Obat kumur pengukuran tingkat kejernihan
menurut Farmakope Indonesia III adalah (kekeruhan) digunakan FTU
sediaan larutan, yang diencerkan, untuk Turbidimeter.
digunakan sebagai pencegahan atau
pengobatan infeksi tenggorokan. B. Metode
Efek terapeutik dari bahan alam 1. Pembuatan dan Pengendapan
bersifat konstruktif, efek samping yang Larutan Dasar Gambir
ditimbulkan sangat kecil sehingga bahan Gambir dihaluskan dengan mortar
alam relatif lebih aman daripada bahan di saring pada 150 mesh. Selanjutnya 1
kimiawi (Hembing, 1998). gram gambir dilarutkan dalam 100 ml air
Gambir memiliki daya astringensi, panas, didinginkan pada suhu ruang.
antibakteri, dan sifat-sifat farmakologis Pengendapan dilakukan selama
dan toksis yang lainnya. D-katekin murni rentang waktu 7 hari. Tiap H-hari, mulai
dan bermutu farmasi, yang juga dikenal H-1 sampai H-7 diambil sampel larutan
dengan nama Cyanidanol-3, merupakan dasar gambir bagian atas (larutan tanpa
bahan baku untuk pembuatan obat- sisa endapan) sebanyak 10 ml untuk
obatan anti-hepatitis, anti-diare dan obat diukur tingkat kejernihannya.
kumur (Amos, 2008). Menurut Heyne
(1987) gambir pada mulanya terasa agak 2. Pengujian Aktivitas Antibakteri
pahit di mulut tetapi kemudian terasa Dalam Larutan Dasar Gambir
enak dan agak manis yang berkhasiat Pengujian aktivitas antibakteri
menyehatkan gigi dan gusi. mengunakan metode difusi. Cawan
Amos (2009), obat kumur yang diinkubasi selama 48 jam pada suhu
terbentuk mengalami pengendapan dan 37 oC dan dihitung jumlah koloni

68
Amos Lukas Formulasi Obat Kumur Gambir

Streptococcus mutans yang tumbuh pengendapan selama H-hari (hari ke)


pada media NA. berdasarkan nilai kekeruhannya yang
tertinggi.
3. Formulasi obat kumur gambir
Pembuatan obat kumur gambir Tabel 1. Hasil pengujian tingkat kekeruhan
dilakukan dengan mencampurkan larutan H-Pengendapan Tingkat Kekeruhan
gambir, larutan sorbitol, peppermint oil, H-1 6250 FTU
minyak cengkeh, gum arab dan air. H-2 5900 FTU
Gambir yang digunakan dengan H-3 6350 FTU
konsentrasi yang dicampurkan pada obat H-4 6400 FTU
kumur sebesar 1% (b/v) (Amos, 2009). H-5 6900 FTU
H-6 6150 FTU
4. Pengujian Stabilitas Obat Kumur H-7 6500 FTU
Gambir
Pengujian stabilitas obat kumur Dari hasil pengujian tingkat
gambir yang dilakukan meliputi kekeruhan pada tabel 1, dapat dilihat
kejernihan, warna, rasa, pengukuran bahwa rata-rata tingkat kekeruhan pada
viskositas, pengukuran pH dan pengujian larutan dasar gambir berkatekin rendah
mikrobiologis (total mikroba). dengan konsentrasi 1% (b/v) sebesar
5900-6900 FTU Turbidity. Sedangkan
a. Pengukuran pH tingkat kekeruhan tertinggi didapat pada
Setiap sampel obat kumur diukur H-5 artinya setelah larutan dasar gambir
nilai pH-nya, menggunakan pH meter. mengalami pengendapan selama 5 hari.
Sisa pembentukan endapan pada
b. Pengukuran Viskositas larutan dasar gambir tidak dapat
Viskositas sampel obat kumur dihindari karena gambir terdiri dari 33%
diukur dengan menggunakan Ubbelohde bahan tidak larut air (Amos, 2010).
viscometer. Mengkonversi nilai viskositas
yang telah ditetapkan dengan konstanta B. Aktivitas Antibakteri Larutan Dasar
pada tabung Ubbelohde. Gambir
Larutan dasar gambir ini harus
c. Pengujian Total Mikroba memiliki aktivitas antibakteri. Bakteri
Total mikroba ditetapkan dengan mulut yang umum ditemukan dalam
SPC (Standard Plate Count). Cara mulut dan berperan penting dalam
penghitungan koloni dalam Standard pembentukan plak gigi adalah jenis
Plate Count (SPC). Streptococcus mutans (Roeslan, 1996).
Amos (2009) telah dibuktikan
d. Uji Organoleptik bahwa gambir berkatekin rendah
Uji organoleptik menggunakan 30 memiliki aktivitas antibakteri yang
panelis agak terlatih. Skala hedonik yang dihitung berdasarkan kemampuan
digunakan adalah 1-7, dimana angka gambir dalam menghambat pertumbuhan
1 = sangat tidak suka, 2 = tidak suka, bakteri Streptococcus mutans yakni
3 = agak tidak suka, 4 = netral, 5 = agak sebesar 41,77%.
suka, 6 = suka, 7 = sangat suka. Data
yang diperoleh, ditabulasikan dan Tabel 2. Hasil pengujian aktivitas antibakteri
dianalisis. larutan dasar gambir H-5
Rata-rata
U No Nt %P
%P
HASIL DAN PEMBAHASAN 1 4.6 x 10 7
2.8 x 107
39.13
LD
52.42
H-5 2 7.0 x 107 2.4 x 107 65.71
A. Pengendapan Larutan Dasar Keterangan :
Gambir LD = larutan dasar gambir
P = Penghambatan
Penentuan larutan dasar gambir U = Ulangan

terbaik didasarkan pada tingkat


kelarutannya setelah mengalami

69
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 23 No. 2 Tahun 2012 Hal. 6776

Hasil pengujian aktivitas antibakteri yang digunakan adalah sama, yaitu 1%


larutan dasar gambir H-5 pada Tabel 2, (b/v).
dapat dilihat bahwa rata-rata persen
penghambatan larutan dasar gambir
sebesar 52,42%. Hal ini menunjukkan
bahwa gambir terbukti berfungsi sebagai
antibakteri. Berdasarkan aktivitasnya zat
antibakteri dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu yang memiliki aktvitas bakteriostatik
(menghambat pertumbuhan bakteri) dan
yang memiliki aktivitas bakterisidal Gambar 1. Visualisasi dan karakteristik fisik
(membunuh bakteri) (Pelczar dan Chan, yang diamati terhadap sembilan
1988). Aktivitas antibakteri pada obat formulasi obat kumur gambir
kumur gambir bersifat bakteriostatik
Katekin dapat menghambat Sedangkan pada aroma dan rasa
pertumbuhan beberapa jenis bakteri dan memiliki ciri yang berbeda antara
berperan juga sebagai antikarsinogenik, formulasi yang dihasilkan karena adanya
sedangkan tanin pada gambir memiliki variasi konsentrasi sorbitol dan variasi
khasiat sebagai algisida, juga antibakteri jenis minyak atsiri yang ditambahkan.
dan antijamur (Lemmens, 1999). Hasil visualisasi dan karakteristik fisik
formulasi dapat dilihat pada Tabel 4.
C. Pembuatan Obat Kumur Gambir
Formulasi pembuatan obat kumur Tabel 4. Visualisasi dan karakteristik fisik
gambir didasarkan pada formulasi obat formulasi obat kumur gambir
kumur menurut Syamsuni (2006) dengan Perlakuan
Formulasi
Warna Aroma Rasa
modifikasi yakni perbandingan tiga A1B1
Coklat
Mint, segar
Cukup manis, mint
kemerahan segar
macam konsentrasi Sorbitol, 15%, 20%, Coklat Khas cengkeh
Cukup manis, sedikit
A1B2 pedas (panas)
dan 25%, dengan perbandingan tiga kemerahan dengan sedikit mint
bercampur rasa mint
Coklat Cukup manis, pedas
macam komposisi minyak atsiri yang A1B3
kemerahan
Khas cengkeh
panas khas cengkeh
Coklat
digunakan, yakni peppermint oil, A2B1
kemerahan
Mint, segar Manis, mint segar
Manis, sedikit pedas
peppermint dan clove oil, serta clove oil A2B2
Coklat
kemerahan
Khas cengkeh
dengan sedikit mint
(panas) bercampur rasa
mint
(minyak cengkeh). Komposisi formulasi A2B3
Coklat
Khas cengkeh
Manis, pedas panas
kemerahan khas cengkeh
pada Tabel 3. A3B1
Coklat
Mint, segar Manis, mint segar
kemerahan
Manis, sedikit pedas
Coklat Khas cengkeh
A3B2 (panas) bercampur rasa
Tabel 3. Komposisi formulasi obat kumur kemerahan dengan sedikit mint
mint
Coklat Manis, pedas panas
gambir A3B3
kemerahan
Khas cengkeh
khas cengkeh
Keterangan
A1 = Sorbitol 15% B1 = Peppermint
A2 = Sorbitol 20 B2 = Peppermint + Cengkeh
Komposisi Konsentrasi (%) A3 = Sorbitol 25% B3 = Cengkeh

Gambir 1
Gum Arab 0.3 1. pH Formulasi Obat Kumur Gambir
Sorbitol 25
(70%) 15 20 Kebanyakan bakteri mempunyai
Minyak
Atsiri
0.15 0.15 0.15 pH optimum, yaitu sekitar pH 6,5-7,5
(Peppermint) (Peppermint + Clove) (Clove)
Air
sampai 100 ml
(Fardiaz, 1993). Oleh karena itu, nilai pH
Destilasi
dari formulasi harus berada di luar range
nilai pH optimum pertumbuhan bakteri..
D. Visualisasi dan Karakteristik Fisik Hasil analisis nilai pH menunjukkan
Formulasi Obat Kumur Gambir bahwa nilai pH dari formulasi berkisar
Visualisasi dan karakteristik fisik antara 5,71-5,98, dimana nilai pH
yang diamati terhadap sembilan tertinggi didapat pada formulasi
formulasi obat kumur gambir (Gambar 1) perlakuan A1B3 (Sorbitol 15%, Cengkeh),
meliputi warna, aroma dan rasa. sedangkan nilai pH terendah didapat
Secara umum visualisasi terhadap pada formulasi perlakuan A1B1 (Sorbitol
warna formulasi yang dihasilkan tidak 15%, Peppermint).
berbeda jauh karena konsentrasi gambir Analisis sidik ragam terhadap nilai
pH formulasi menunjukkan bahwa variasi

70
Amos Lukas Formulasi Obat Kumur Gambir

konsentrasi sorbitol dan jenis minyak Sedangkan pada variasi jenis minyak
yang ditambahkan pada formulasi tidak yang ditambahkan, variasi penambahan
berpengaruh nyata terhadap nilai pH minyak peppermint (B1) berbeda nyata
formulasi yang dihasilkan. dengan variasi penambahan minyak
cengkeh (B3) dan minyak peppermint +
2. Viskositas Formulasi Obat Kumur cengkeh (B2). Namun tidak ada
Gambir perbedaan nyata antara variasi
Viskositas suatu formulasi sangat penambahan minyak cengkeh (B3)
mempengaruhi terhadap tingkat dengan minyak peppermint + cengkeh
kekentalan produk tersebut saat (B2).
digunakan berkumur di dalam mulut.
Semakin dekat tingkat viskositas suatu E. Total Mikroba Formulasi Obat
produk formulasi dengan tingkat Kumur Gambir
viskositas air, maka semakin mudah dan Hasil analisis total mikroba dengan
nyaman produk tersebut digunakan metode hitungan cawan menunjukkan
untuk berkumur. Tingkat viskositas air hasil yang positif sebagai obat kumur
murni adalah 1002 Pa.s atau sekitar antibakteri dari masing-masing perlakuan
1 cP. formulasi, dimana jumlah koloni pada
Hasil analisis viskositas masing-masing cawan berkisar antara 0-
menunjukkan bahwa nilai viskositas dari 13.5 koloni/ml, sedangkan pengenceran
formulasi berkisar antara 1,27-1,82 cP, yang digunakan adalah 100. Hal ini
dimana nilai viskositas tertinggi didapat menunjukkan bahwa total mikroba
pada formulasi perlakuan A3B3 (Sorbitol formulasi tidak memenuhi SPC
25%, Cengkeh), sedangkan nilai (Standard Plate Count), sehingga total
viskositas terendah didapat pada mikrobanya dianggap 0. Hasil pengujian
formulasi A1B1 (Sorbitol 15%, total mikroba formulasi pada Tabel 5.
Peppermint).
Hasil analisis viskositas diketahui Tabel 5. Total mikroba formulasi obat kumur
bahwa nilai viskositas formulasi gambir
mendekati nilai viskositas pada obat Perlakuan Formulasi Total mikroba (koloni/ml)
kumur komersial. Hal ini disebabkan A1B1 0 (13.5 x 100)
A1B2 0 (0.5 x 100)
karena penggunaan bahan dasar gambir A1B3 0 (1.5 x 100)
yang terdiri atas partikel-partikel halus A2B1 0 (1.0 x 100)
terlarut, sehingga meningkatkan nilai A2B2 0 (7.0 x 100)
viskositas pada formulasi yang A2B3 0 (1.0 x 100)
dihasilkan. Diketahui bahwa semakin A3B1 0 (0.0 x 100)
A3B2 0 (0.5 x 100)
besar penggunaan sorbitol pada A3B3 0 (1.0 x 100)
formulasi, maka semakin tinggi pula nilai Kontrol 0 (0.5 x 100)
viskositas yang diperoleh.
Analisis sidik ragam terhadap nilai Tanin yang terkandung dalam
viskositas formulasi menunjukkan bahwa gambir memiliki khasiat sebagai algisida,
variasi konsentrasi sorbitol dan jenis juga antibakteri dan antijamur
minyak yang ditambahkan pada (Lemmens, 1999). Selain itu, formulasi
formulasi berpengaruh nyata. Hal ini penambahan minyak peppermint dan
ditunjukkan dengan nilai signifikan minyak cengkeh juga turut meningkatkan
sampel p < 0,05. Analisa dengan uji daya antibakteri pada formulasi obat
lanjut Duncan menunjukkan bahwa kumur yang dihasilkan.
variasi konsentrasi sorbitol 15% (A1)
berbeda nyata dengan variasi F. Uji Organoleptik
konsentrasi sorbitol 20% (A2) dan 25% Uji organoleptik yang digunakan
(A3). Begitupun dengan variasi adalah uji hedonik (kesukaan) pada
konsentrasi sorbitol 20% (A2) yang sembilan formulasi yang berbeda. Dalam
berbeda nyata dengan variasi uji hedonik, panelis diminta tanggapan
konsentrasi sorbitol 25% (A3). pribadinya tentang kesukaan atau
71
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 23 No. 2 Tahun 2012 Hal. 6776

ketidaksukaannya terhadap komoditi 25%, Peppermint) yaitu sebesar 4,21


bentuk skala hedonik (Sarastani, 2008). (antara netral dan agak suka),
Tujuan uji penerimaan adalah untuk sedangkan nilai rata-rata terendah pada
mengetahui apakah suatu komoditi atau A3B3 (Sorbitol 25%, Cengkeh) yaitu
sifat sensorik tertentu dapat diterima oleh sebesar 3,71 (antara agak tidak suka
masyarakat (Sarastani, 2008). dan netral). Berdasarkan uji Friedman
terhadap kekentalan menunjukkan
G. Warna bahwa faktor penambahan konsentrasi
Panelis memberikan respon sorbitol dan jenis minyak yang
terhadap warna formulasi dengan rata- ditambahkan tidak berpengaruh nyata
rata tertinggi pada formulasi A2B1 pada kesukaan panelis terhadap
(Sorbitol 20%, Peppermint) yaitu sebesar kekentalan formulasi yang dihasilkan
3,41 (antara agak tidak suka dan netral),
sedangkan nilai rata-rata terendah pada
formulasi A3B3 (Sorbitol 25%, Cengkeh)
yaitu sebesar 2,97 (antara tidak suka dan
agak tidak suka).
Berdasarkan uji Friedman terhadap
warna menunjukkan bahwa faktor
penambahan konsentrasi sorbitol dan
jenis minyak yang ditambahkan tidak Gambar 3. Histogram uji hedonik terhadap
berpengaruh nyata pada kesukaan kekentalan formulasi obat kumur
panelis terhadap warna formulasi yang gambir
dihasilkan. Hal ini disebabkan karena
warna dasar gambir yang coklat Dari histogram uji hedonik
kemerahan masih mendominasi warna diketahui bahwa tingkat kesukaan
keseluruhan formulasi. panelis terhadap kekentalan formulasi
yang paling tinggi adalah pada A2B2
(Sorbitol 20%, Peppermint + Cengkeh)
dengan jumlah 41,2% pada skala
penilaian 5-7. Tingkat kesukaan panelis
terhadap kekentalan formulasi yang
paling rendah adalah pada A3B3 (Sorbitol
25%, Cengkeh) dengan jumlah 20,5%
pada skala penilaian 5-7.
Gambar 2. Histogram uji hedonik terhadap
warna formulasi obat kumur I. Aroma
gambir Panelis memberikan respon
terhadap aroma formulasi dengan rata-
Dari histogram uji hedonik rata tertinggi pada A2B1 (Sorbitol 20%,
diketahui bahwa tingkat kesukaan Peppermint) yaitu sebesar 4,74 (antara
panelis terhadap warna formulasi yang netral dan agak suka), sedangkan nilai
paling tinggi adalah pada A2B1 (Sorbitol rata-rata terendah pada A3B3 (Sorbitol
20%, Peppermint) dengan jumlah 20,6% 25%, Cengkeh) yaitu sebesar 2,56
pada skala penilaian 5-7 dan yang paling (antara tidak suka dan agak tidak suka).
rendah adalah pada A1B1 (Sorbitol 15%, Berdasarkan uji Friedman terhadap
Peppermint) dan A3B3 (Sorbitol 25%, aroma menunjukkan bahwa faktor
Cengkeh) dengan jumlah 11,8% pada penambahan konsentrasi sorbitol dan
skala penilaian 5-7. jenis minyak yang ditambahkan
berpengaruh nyata pada kesukaan
H. Kekentalan panelis.
Panelis memberikan respon Histogram uji hedonik terhadap
terhadap kekentalan formulasi dengan aroma gambir diketahui bahwa tingkat
rata-rata tertinggi pada A3B1 (Sorbitol kesukaan panelis terhadap aroma

72
Amos Lukas Formulasi Obat Kumur Gambir

formulasi yang paling tinggi adalah pada terhadap yang paling tinggi adalah pada
A2B1 (Sorbitol 20%, Peppermint) dengan formulasi A3B1 (Sorbitol 25%,
jumlah 70,6% pada skala penilaian 5-7. Peppermint) dengan jumlah 58,8% pada
skala penilaian 5-7. Tingkat kesukaan
panelis terhadap rasa yang paling
rendah adalah pada formulasi A1B3
(Sorbitol 15%, Cengkeh) dan A2B3
(Sorbitol 20%, Cengkeh) dengan jumlah
5,9% pada skala penilaian 5-7.
Semakn tinggi konsentrasi sorbitol
yang digunakan maka rasa formulasi
semakin disukai. Hal ini disebabkan
Gambar 4. Histogram uji hedonik terhada karena rasa manis pada sorbitol dapat
aroma formulasi obat kumur mengimbangi rasa gambir yang kelat
gambir (astringent). Penggunaan peppermint
lebih disukai panelis dibandingkan
Tingkat kesukaan panelis terhadap formulasi penambahan minyak atsiri
aroma formulasi yang paling rendah lainnya, karena peppermint memiliki
adalah A1B3 (Sorbitol 15%, Cengkeh) aroma dan rasa yang segar dan sedikit
dan A3B3 (Sorbitol 25%, Cengkeh) pedas di mulut.
dengan jumlah 8,8% pada skala
penilaian 5-7. K. Sensasi di Mulut
Panelis memberikan respon
J. Rasa terhadap efek sensasi di mulut dengan
Panelis memberikan respon rata-rata tertinggi pada formulasi A3B1
terhadap rasa formulasi dengan rata-rata (Sorbitol 25%, Peppermint) yaitu sebesar
tertinggi pada A3B1 (Sorbitol 25%, 4.41 (antara netral dan agak suka),
Peppermint) yaitu sebesar 4,44 (antara sedangkan nilai rata-rata terendah pada
netral dan agak suka), sedangkan nilai formulasi A1B3 (Sorbitol 15%, Cengkeh)
rata-rata terendah pada formulasi A1B3 yaitu sebesar 2,50 (antara tidak suka dan
(Sorbitol 15%, Cengkeh) yaitu sebesar agak tidak suka).
2,18 (antara tidak suka dan agak tidak
suka).

Gambar 6. Histogram uji hedonik terhadap


sensasi di mulut formulasi obat
kumur gambir
Gambar 5. Histogram uji hedonik terhadap
rasa formulasi obat kumur gambir
Berdasarkan uji Friedman terhadap
Berdasarkan uji Friedman terhadap efek sensasi di mulut menunjukkan
rasa menunjukkan bahwa faktor bahwa faktor penambahan konsentrasi
penambahan konsentrasi sorbitol dan sorbitol dan jenis minyak yang
jenis minyak yang ditambahkan ditambahkan berpengaruh nyata pada
berpengaruh nyata pada kesukaan kesukaan panelis terhadap sensasi di
panelis terhadap rasa formulasi yang mulut (after taste) formulasi yang
dihasilkan. dihasilkan. Dari histogram uji hedonik
Dari histogram uji hedonik terhadap sensasi di mulut formulasi obat
terhadap rasa tingkat kesukaan panelis kumur gambir dapat diketahui bahwa

73
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 23 No. 2 Tahun 2012 Hal. 6776

tingkat kesukaan panelis terhadap efek


sensasi di mulut formulasi yang paling
tinggi adalah A3B1 (Sorbitol 25%,
Peppermint) dengan jumlah 53,0% pada
skala penilaian 5-7. Tingkat kesukaan
panelis terhadap efek sensasi di mulut
formulasi yang paling rendah adalah
A1B3 (Sorbitol 15%, Cengkeh) dan A3B3
(Sorbitol 25%, Cengkeh) dengan jumlah
11,8% pada skala penilaian 5-7. Gambar 7. Histogram Uji Hedonik terhadap
Secara umum panelis lebih Penampakan (Penilaian) Umum
menyukai efek sensasi di mulut yang Formulasi Obat Kumur Gambir
menyegarkan namun lembut (soft), yang
terdapat pada formulasi dengan M. Pemilihan Formulasi Obat Kumur
penambahan minyak peppermint. Gambir Terbaik
Sedangkan pada formulasi dengan Pemilihan formulasi terbaik
penambahan minyak cengkeh kurang dilakukan dengan cara pembobotan yang
disukai karena memberikan efek sensasi didasarkan pada hasil analisa uji pH, uji
di mulut (after taste) yang terlalu pedas viskositas, total mikroba, dan
dibandingkan minyak peppermint. organoleptik. Untuk menentukan
perlakuan terbaik, diberikan skala
L. Penampakan (Penilaian) Umum penilaian 1 sampai 5 berdasarkan nilai
Panelis memberikan respon kepentingan dari tiap-tiap parameter.
terhadap penampakan (penilaian) umum Nilai kepentingan tiap-tiap parameter
formulasi dengan rata-rata tertinggi pada ditentukan berdasarkan pertimbangan-
A2B1 (Sorbitol 20%, Peppermint) yaitu pertimbangan yang dapat dilihat pada
sebesar 4,15 (antara netral dan agak Tabel 6.
suka), sedangkan nilai rata-rata terendah
pada A3B3 (Sorbitol 25%, Cengkeh) yaitu Tabel 6. Penilaian kepentingan tiap-tiap
sebesar 2,76 (antara tidak suka dan parameter formulasi obat kumur
agak tidak suka). gambir
Berdasarkan uji Friedman terhadap Parameter Dasar Pertimbangan Nilai
Analisis Kepentingan Kepentingan
penampakan (penilaian) umum pH Harus berada di luar range pH 4
menunjukkan bahwa faktor penambahan optimum pertumbuhan bakteri

konsentrasi sorbitol dan jenis minyak Viskositas Untuk dikumur, sehingga 3


viskositas diharapkan mendekati
yang ditambahkan berpengaruh nyata viskositas air
pada kesukaan panelis terhadap Total mikroba Menunjukkan efektivitas sebagai 5
penampakan (penilaian) umum formulasi obat kumur antibakteri

yang dihasilkan. Warna Daya tarik awal kepada


konsumen
4

Histogram uji hedonik terhadap Kekentalan Kenyamanan saat digunakan 3


penampakan (penilaian) umum diketahui berkumur
bahwa tingkat kesukaan panelis Aroma Salah satu kriteria penting 4
penentuan oleh konsumen
terhadap penampakan (penilaian) umum
Rasa Salah satu kriteria penting 4
formulasi yang paling tinggi adalah pada penentuan oleh konsumen
formulasi A1B1 (Sorbitol 15%, Sensasi di Efek after taste yang dirasakan 4
Peppermint) dan A3B1 (Sorbitol 25%, mulut
Peppermint) dengan jumlah 41,2% pada Penampakan
umum
Pengamatan secara
keseluruhan
3

skala penilaian 5-7. Tingkat kesukaan


panelis terhadap penampakan KESIMPULAN
(penilaian) umum formulasi yang paling
rendah adalah pada formulasi A3B3 Larutan dasar gambir hasil
(Sorbitol 25%, Cengkeh) dengan jumlah endapan selama 5 hari (H-5) terbukti
2,9% pada skala penilaian 5-7. memiliki aktivitas antibakteri yang
dihitung berdasarkan persen

74
Amos Lukas Formulasi Obat Kumur Gambir

penghambatan, yakni sebesar 52,42%. Casemiro LA, Martins CH, Carvalho TC,
Formulasi obat kumur gambir memiliki Panzeri H, Lavrador TC, Panzeri H,
nilai pH sekitar 5,71-5,98, sedangkan et al. (2008). Effectiveness of new
nilai pH kontrol (Mustika Ratu Cengkeh) toothbrush design versus a
sebesar 6,01. Hal ini menunjukkan conventional tongue scraper in
bahwa pH formulasi berada di luar range improving breath odor and
nilai pH optimum pertumbuhan bakteri. reducing tongue microbiota. J Appl
Nilai viskositas formulasi obat kumur Oral Sci. 16 (4). Available from
gambir berkisar antara 1,27-1,82 cP, http://www.scielo.br/scielo.php?pid
sedangkan nilai viskositas kontrol =S16787757200800040000&script
sebesar 1,07 cP. Pada uji total mikroba, =sci_arttext.html. Accessed 27
formulasi obat kumur gambir dan kontrol November 2010
memiliki total mikroba yang sama, yaitu 0 Dwidjoseputro .D. (2012). Dasar-dasar
koloni/ml. Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.
Dari pemilihan formulasi obat Fardiaz, S. (1993). Analisis Mikrobiologi
kumur gambir terbaik yang dilakukan Pangan. Jakarta: Raja Grafindo
dengan cara pembobotan yang Persada.
didasarkan pada hasil analisa uji pH, uji Fardiaz, S. (1992). Mikrobiologi Pangan.
viskositas, total mikroba, dan Jakarta: Gramedia.
organoleptik, didapatkan bahwa Heyne, K. (1987). Tumbuhan Berguna
formulasi obat kumur gambir terbaik Indonesia Jilid III. Jakarta: Badan
adalah formulasi A3B1 (sorbitol 25%, Litbang Kehutanan.
peppermint), dengan total nilai bobot Hembing, W.K. (1998). Tanaman
sebesar 6,94. Berkhasiat Obat di Indonesia Jilid
ke-4. Jakarta: Pustaka Kartini.
DAFTAR PUSTAKA Kidd, E.A.M. dan S.J. Bechal. (1992).
Dasar-Dasar Karies: Penyakit dan
Amos. (2004). Teknologi Pengolahan Penanggulangannya. Terjemahan
Gambir. Jakarta : BPPT Press. Narlan Sumawinata & Safrida
Amos. (2009). Gambir Sebagai Anti Faruk. Jakarta: EGC.
Bakteri Dalam Formulasi Obat Lemmens, R.H.M.J. dan N. Wulijarni-
Kumur. Jurnal Sains dan Teknologi Soetjipto. (1999). Sumber Daya
Indonesia. 11(3): 188-192. Nabati Asia Tenggara, No. 3,
Amos. (2010). Kandungan Katekin Tumbuh-Tumbuhan Penghasil
Gambir sentra Produksi di Pewarna dan Tanin. PT Balai
Indonesia. Jurnal Standardisasi. Pustaka. Jakarta bekerja sama
12(3): 149-155. dengan Prosea Indonesia, Bogor.
Amtha, R. (1997). Kelainan Mukosa Martindale. (1996). The Extra
th
Akibat Penggunaan Obat Kumur. Pharmacopoeia 31 Edition.
Majalah Ilmiah Kedokteran Gigi. London: The Pharmaceutical
35: Tahun ke-2. Press.
Andrea 'O. Barel, Marc Paye and Roeslan, B.O. (1996). Karakteristik
Howard I. Maibach. (2001). Streptococcus mutans Penyebab
Cosmetic Science and Techology. Karies Gigi. Majalah Ilmiah
New York: Marcel Dekker.Inc. Kedokteran Gigi FKG Usakti.
Anggraeni, D., V. Susanti, F. Gultom, 10:112-113.
dan Hedijanti. (2000). Penentuan Sarastani, D. (2008). Penuntun
Konsentrasi Optimal dan Waktu Praktikum Analisis Organoleptik.
Efektif Larutan Sumba Kue Cair Direktorat Pogram Diploma. Bogor:
Secara In Vitro Sebagai Bahan IPB.
Pendeteksi Plak. Jurnal Kesehatan Sri Sumarsih. (2003). Diktat Kuliah
Gigi Universitas Indonesia 7(2): 27- Mikrobiologi Dasar. Yogyakarta
33. Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas
Pertanian UPN "Veteran".

75
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 23 No. 2 Tahun 2012 Hal. 6776

Syamsuni, Haji. (2006). Farmasetika


Dasar dan Hitungan Farmasi.
Jakarta: Buku Kedokteran, EGC.
Quirynen M, Avontroodt P, Soers C,
Zhao H, Pauwels M, van
Steenberghe D. (2004). Impact of
tongue cleansers on microbial load
and taste. J Clin Periodontol. 31:
506-10.

76

Anda mungkin juga menyukai