Anda di halaman 1dari 6

Pedoman Pelayanan Pujian dan Penyembahan

Pujian dan penyembahan merupakan salah satu unsur yang penting di dalam
Persekutuan Doa Kharismatik, di mana seluruh umat yang hadir bersama-sama dengan
pemimpin persekutuan (MC), tim pujian (Singers), dan pemusik melambungkan pujian dan
penyembahan kepada Allah. Pujian dan penyembahan itu dilakukan secara bersama-
sama, karena seluruh umat yang hadir hendaknya secara aktif turut mengambil bagian
dalam pujian dan penyembahan itu, bukan hanya menonton atau mendengar. Oleh karena
itu yang selalu perlu diperhatikan dalam pelayanan pujian dan penyembahan, tentu yang
pertama adalah keterbukaan terhadap bimbingan Roh Kudus, dan yang tak kalah
pentingnya adalah berusaha mengajak seluruh umat untuk memuji dan menyembah Tuhan,
supaya seluruh umat yang hadir tidak hanya diam, atau seperti menonton show atau konser
musik.
Seperti yang dikatakan oleh St.Theresia Avila, seorang rubiah Karmelites yang sekaligus
seorang pujangga Gereja, ia menyatakan bahwa Allah layak dicintai demi diriNya sendiri.
Demikian juga dalam pujian dan penyembahan hendaknya dilakukan dengan motivasi untuk
memuji dan memuliakan Allah demi diriNya sendiri, karena Allah layak dicintai demi diriNya
sendiri. Semakin murni intensi kita dalam memuji dan menyembah Allah, maka pujian dan
penyembahan itu akan semakin berkenan di hadapan Allah. Walaupun harus kita sadari,
seperti yang diungkapkan dalam salah satu prefasi misa, bahwa pujian kita tidak menambah
kemuliaan Allah, tetapi berguna untuk keselamatan kita.

Pengertian pujian dan penyembahan

Pujian
ialah lagu yang diarahkan kepada Allah yang dinyanyikan dalam suasana dan irama
yang gembira dan menyenangkan, saat menyanyikan umumnya diselingi dengan tepuk
tangan, dapat juga diselingi tari-tarian, dsb.

Penyembahan
ialah lagu yang dapat mengangkat hati kepada Allah, membawa masuk ke dalam
suasana syahdu.

Mengapa dalam Persekutuan Doa harus diawali pujian dan penyembahan :

1. Manusia secara kodrat sulit untuk langsung masuk ke dalam hadirat Allah, apalagi
ditambah dengan beban-beban dan masalah-masalah yang mungkin juga dibawa dalam
persekutuan, sehingga dengan memuji dan menyembah segala bebannya terlepas.
2. Ada kuasa dalam pujian dan penyembahan, seperti saat Yosua menyerbu Yerikho, pada
hari ketujuh setelah pasukannya mengelilingi kota Yerikho sebanyak tujuh kali, maka
tembok kota Yerikho runtuh (Yos 6:2-20). Demikian juga dengan memuji dan
menyembah, maka sesungguhnya Allah hadir dan bertahta di atas pujian dan
penyembahan kita dan Allah hadir disertai juga dengan kuasaNya.

Pelayan-pelayan pujian penyembahan :

1. MC/ Song Leader (Pemimpin Pujian)/ Worship Leader/ Prayer Leader (Pemimpin Doa)
2. Singers (Tim Pujian)
3. Tim musik.

Ketiga jenis pelayan ini adalah satu tim, sehingga harus satu roh, tidak boleh saling
menonjolkan diri, tim harus saling merendahkan diri, saling mengalah, agar suatu kesatuan
di dalam pelayanan benar-benar nyata.
Tugas tim pelayan pujian penyembahan :

1. Menghantar umat untuk mengalami hadirat Allah melalui pujian penyembahan.


Oleh karena itu tim perlu melibatkan Allah sejak awal, mulai dari persiapan,
pemilihan lagu-lagu, latihan dan saat pelayanan, maka tim itu sebelum pelayanan
harus berkumpul lebih dahulu untuk berdoa.
2. Mempersiapkan hati umat yang hadir untuk mendengarkan Sabda Allah, baik melalui
manifestasi Roh Kudus maupun firman.
3. Melayani Allah di dalam diri umat yang hadir.

Yang perlu diperhatikan dalam Pemilihan dan Penyusunan lagu-lagu :

1. Sebelum memilih dan menyusun lagu-lagu, berdoalah mohon bimbingan Roh Kudus,
haruslah selalu disadari bahwa yang memimpin pujian dan penyembahan adalah Roh
Kudus sendiri. Oleh karena itu tim perlu membiarkan Roh Kudus yang berkarya, baik
mulai persiapan sampai pelaksanaannya. Bimbingan Roh Kudus ini sangat penting, agar
pujian penyembahan senantiasa hidup dan tidak monoton.
2. Tim harus selalu berorientasi pada umat yang hadir dengan tujuan membawa umat
bernyanyi, bukan untuk konser atau show, harus diperhatikan mayoritas umat yang
hadir. Jangan memilih banyak lagu-lagu baru yang tidak bisa dinyanyikan umat dan umat
hanya menonton, tetapi untuk lagu baru cukup pilihlah 1 2 lagu saja.
3. Pada pemulaan dapat dipilih lagu untuk mengundang kehadiran Roh Kudus, agar Roh
Kudus sendiri yang memimpin seluruh persekutuan, atau lagu syukur. Tetapi ini tidak
mutlak, karena dapat langsung masuk ke dalam puji-pujian.
4. Dalam penyusunan lagu pujian pada permulaan dapat dipilih lagu yang bersifat
persaudaraan, kemudian disusun lagu pujian yang makin lama makin gembira, makin
memuncak.
Dapat juga diselingi lagu pujian yang disertai dengan tari-tarian, untuk menciptakan
suasana gembira dan agar segala ketegangan, tekanan atau beban-beban dapat
terlepas. Yang perlu diperhatikan adalah mayoritas umat yang hadir, jika mayoritas
muda-mudi tentu dapat dipilih lagu-lagu yang lebih energik. Yang penting penyusunan
pujian hendaknya makin lama makin naik.
5. Kemudian lihat situasi (tidak mutlak), sebelum masuk penyembahan dapat diselingi
pujian serempak, atau kesaksian yang membangkitkan iman atau persembahan.
6. Masuk ke dalam lagu-lagu penyembahan. Penyusunan lagu-lagu penyembahan, bisa
pada permulaan diberi lagu yang sesuai dengan tema renungan yang akan dibawakan
(tidak mutlak), diselingi doa atau pengendapan atau saat hening (diiringi instrumen)
untuk memberikan kesempatan kepada umat berdoa secara pribadi di dalam hati
masing-masing.
7. Kemudian umat dihantar masuk ke dalam penyembahan yang lebih dalam, karena itu
perlu dipilih lagu penyembahan yang dapat mengangkat hati. Ada baiknya bila lagu itu
langsung menyapa pribadi Allah, Allah tidak lagi disebut Dia, tetapi Engkau atau
sapaan langsung kepada Bapa / Yesus / Roh Kudus. Kemudian hendaknya lagu itu
dapat dengan mudah menghantar ke dalam senandung roh.
8. Setelah itu masuk ke dalam penyembahan dengan bersenandung dalam roh.
Senandung roh adalah bahasa roh yang dinyanyikan bersama-sama dan
membentuk suatu harmoni, maka ada baiknya bila selama senandung roh tidak dipakai
bahasa yang dikenal, baik itu nyanyian (misalnya : Alleluya, Kami memujiMu Tuhan,
dsb) atau ucapan atau ajakan-ajakan, biarkan senandung dalam roh itu mengalir.
Bahkan manifestasi nubuat atau sabda pengetahuan, jangan diucapkan waktu
bersenandung dalam roh, karena umat tidak akan mendengar dan mungkin justru akan
mengganggu, di samping itu bila senandung dalam roh itu sungguh-sungguh masuk dan
harmonis, dapat membuat umat mengalami kehadiran Allah.
9. Setelah senandung roh, selain kita perlu terbuka terhadap manifestasi-manifestasi Roh
Kudus, entah itu dalam bentuk nubuat, sabda pengetahuan, membacakan kutipan Kitab
Suci yang diilhamkan, berkata-kata dan menafsirkan bahasa roh, bermazmur,
pengajaran singkat yang diilhamkan, dsb.
10. Selain itu perlu sekali membawa umat masuk ke dalam keheningan, dapat diawali
dengan sedikit pengendapan untuk menghantar umat masuk ke dalam keheningan.
Saat-saat hening ini untuk memberi kesempatan kepada umat untuk berdoa secara
pribadi ataupun mendengarkan Tuhan yang berbicara.
Dalam hal ini memang perlu dibedakan hening yang kosong dan hening yang berisi.
Hening yang berisi membawa umat mengalami kehadiran Allah, maka pemimpin pujian
dan penyembahan juga harus peka dan berani untuk hening, jangan terus bicara atau
terburu-buru mengangkat lagu berikut. Sedangkan bila hening yang kosong dipaksakan,
tentunya umat akan bereaksi, biasanya akan banyak yang gelisah, batuk-batuk, dsb.
11. Setelah itu lihat situasi, kita bisa mengangkat lagu penyembahan atau lagu yang
berhubungan dengan pesan yang dinyatakan Allah melalui manifestasi-manifestasi Roh
Kudus atau lagu-lagu pendek yang diulang beberapa kali untuk membawa masuk ke
suasana yang lebih dalam, misal : lagu-lagu Taize, Mari Masuk, Briku Hati, Jiwaku
Terbuka, dsb. Kemudian dapat diangkat kembali senandung dalam Roh.
12. Bila ada renungan/kotbah/pengajaran, maka sebelumnya dapat dipilih lagu pengantar
Firman. Dalam suatu persekutuan doa, renungan/kotbah/pengajaran ini tidak mutlak
harus ada, mungkin suatu ketika diganti dengan sharing/kesaksian, atau lebih ke arah
pujian dan penyembahan yang benar-benar diurapi, sehingga berlangsung dalam
seluruh acara persekutuan itu, atau setelah pujian dan penyembahan masuk ke dalam
pelayanan doa-doa penyembuhan, atau masuk ke dalam pertobatan, dsb. Jadi di sini
perlu kepekaan akan bimbingan Roh Kudus.
13. Pada akhir persekutuan dapat ditutup dengan lagu syukur atau lagu yang bersifat
penghormatan kepada Maria.

Pujian dan Penyembahan yang sesuai dengan semangat KTM

Pembaharuan Kharismatik Katolik haruslah dibedakan antara segi teologis dan


sosiologis. Dari segi teologis PKK ini membawa banyak orang ke dalam pengalaman akan
Roh Kudus melalui pencurahan Roh Kudus, sehingga orang mulai memasuki hidup di dalam
Roh, yaitu suatu kehidupan yang dibimbing oleh Roh Kudus sendiri. Sedangkan dari segi
sosiologis, yaitu apa yang tampak secara lahiriah, misalnya nyanyian, tepuk tangan, tarian,
dsb. Oleh karena itu penekanan pada segi teologis dalam PKK ini harus selalu menjadi tolak
ukur, juga dalam pujian dan penyembahan.
Suatu kenyataan dalam Gereja kita bahwa tidaklah mudah bagi kebanyakan orang
Katolik untuk menerima sesuatu yang baru, apalagi yang berasal dari gereja lain
(Pantekosta), ditambah lagi dengan image/gambaran yang negatif tentang kharismatik.
Dan masih banyak, baik dari para imam, para religius maupun umat yang alergi dengan
kata Kharismatik. Di satu pihak kita juga merindukan agar mereka juga boleh mengalami
pengalaman yang sama seperti yang kita alami, untuk itu sebagai orang kharismatik kita
juga harus tenggang rasa, kita harus bisa membedakan mana yang pokok/hakiki dan mana
tidak, demikian juga dengan cara-cara dalam memuji dan menyembah. Jangan sampai
karena terlalu menekankan segi sosiologis (apa yang tampak secara lahiriah), menghalangi
orang lain untuk mengalami kasih Allah sendiri.
Berbicara tentang cara-cara dalam pujian dan penyembahan, orang dapat
menginterprestasikan macam-macam, tergantung usia, kebiasaan dalam kelompok,
ekspresi, cara pandang setiap orang, dsb. Adanya cara pandang yang berbeda, kebiasaan
yang berbeda dalam memuji dan menyembah, adanya perbedaan-perbedaan itu justru
merupakan suatu kekayaan yang memberi warna tersendiri dalam pujian dan penyembahan
di dalam pembaharuan kharismatik Katolik. Cara memuji dan menyembah muda-mudi tentu
berbeda dengan orang tua, tetapi ada juga orang tua yang lebih senang gaya puji-pujian
seperti anak muda, jadi semuanya itu relatif. Oleh karena keragaman umat yang hadir,
pelayanan pujian dan penyembahan tidak mungkin dapat memuaskan seluruh umat yang
hadir, yang satu mungkin lebih senang yang seperti ini, yang lain mungkin lebih senang
yang seperti itu. Yang penting kita perlu melihat keadaan dan kebutuhan umat yang
hadir secara umum dan harus selalu diingat pelayanan ini pertama-tama adalah untuk
memuji dan menyembah Allah, Allahlah yang harus menjadi pusat dan tujuan seluruh
pujian dan penyembahan itu.
Harus diakui juga bahwa gerakan Kharismatik dimulai dari Gereja-Gereja denominasi
Protestan, mereka lebih mendahului kita, sehingga kita di dalam Pembaharuan Kharismatik
Katolik, banyak menerima dari mereka, termasuk dalam cara memuji dan menyembah, lagu-
lagu, dsb. Tetapi yang menjadi pertanyaannya, bagaimana kekhasan di dalam Gereja
Katolik dapat memberi warna pada pujian dan penyembahan di dalam Pembaharuan
Kharismatik Katolik? Tentunya harus memiliki kekhasan tersendiri, karena bila semuanya
sama dengan pujian dan penyembahan dalam Gereja denominasi Protestan, hal itu sama
saja dengan foto copy dan kurang kreatif. Ada hal-hal dari mereka yang bisa diterima, tetapi
ada hal-hal yang harus disaring atau disesuaikan.
Sekarang masalahnya apa yang menjadi kekhasan dalam Gereja Katolik yang dapat
memberikan warna tersendiri di dalam pujian penyembahan Pembaharuan Kharismatik
Katolik? Hal-hal yang khas dalam Gereja Katolik yang perlu menjadi bagian dalam pujian
dan penyembahan, antara lain : tanda salib, ada penghormatan kepada Maria, ada saat-
saat hening, memakai istilah-istilah yang umum di antara orang Katolik, dsb.

Hal-hal umum yang sering dijumpai dalam pujian dan penyembahan yang dinilai
kurang sesuai dengan semangat KTM :

1. Banyak dijumpai doa-doa dalam persekutuan doa ditutup dengan kata Dalam nama
Yesus, kami telah berdoa dan mengucap syukur. Amin atau Kami alaskan doa kami
dalam nama Yesus. Amin, maka sebaiknya setiap doa-doa dalam pujian dan
penyembahan ditutup dengan kata Demi Yesus Kristus, Tuhan dan Pengantara kami.
Amin atau Dengan perantaraan Yesus Kristus, Tuhan kami. Amin atau Sebab
Engkaulah Tuhan dan pengantara kami. Amin, dsb.
2. Komentar-komentar MC dalam pujian penyembahan juga perlu diperhatikan, terlalu
banyak memakai kata Amin untuk menarik respon umat, kurang tepat, karena kata
Amin yang seharusnya menyatakan ungkapan suatu kepercayaan atau keyakinan atau
kepastian, akhirnya menjadi biasa saja dan mekanis, karena terlalu sering diucapkan. Di
samping itu komentar-komentar seperti ini kurang diterima umat, sebagai contoh
anekdot yang sungguh terjadi dalam suatu pertemuan, ketika MC mulai memakai kata
ada amin, saudara!, salah seorang bapak yang hadir langsung bergurau dengan
mencari-cari temannya yang mempunyai nama Amin. Demikian juga dengan komentar
ataupun doa yang sering mengucapkan kata Alleluya, juga kurang tepat, karena sering
hanya diucapkan secara mekanis atau karena kebiasaan saja.
3. MC dalam memberikan komentar selalu mengajak umat untuk memberi kemuliaan
kepada Tuhan dengan bertepuk tangan, bahkan mengajak umat bertepuk tangan
selama 1 menit di atas kepala, dsb. Kebiasaan ini biasa dipakai dalam gereja-gereja lain,
mungkin ini kurang tepat bagi kita.
4. MC memberi komentar dengan berteriak-teriak atau membentak-bentak. Yang perlu di
sini adalah komentar dengan suara yang jelas dan lantang, tidak perlu berteriak. Tugas
MC adalah memberi dorongan kepada umat untuk mau memuji dan menyembah, karena
itu perlu dihindari kata-kata kasar, paksaan, memojokkan atau menghakimi, misalnya :
mukanya kok cemberut, lonjong seperti pepaya, dsb.
5. Ada komentar-komentar MC yang terlalu panjang disertai pengajaran dan kesaksian, ini
kurang tepat, kecuali bila memang suatu ketika didorong oleh Roh Kudus untuk itu,
tetapi kalau terus-terusan, maka tidak tepat dan tidak pada tempatnya. Di samping itu
bila ada kesaksian singkat, maka kesaksian itu harus jujur dan benar, sebagai contoh
ada seorang MC yang tiap-tiap memimpin acara selalu mulai dengan kesaksian bahwa
sebelum ia bertugas selalu lebih dulu sakit dan disembuhkan Tuhan, kemudian dia
dievaluasi dan akhirnya kebiasaan ini berhenti.
6. Dalam doa-doa, ada MC yang selalu menengking/mengusir setan, bahkan dengan
ungkapan-ungkapan yang tidak wajar, misalnya Dalam nama Yesus saya perintahkan
agar iblis dan roh-roh jahat dalam radius 500 km untuk pergi dari tempat ini, dsb. Ini
kurang tepat dan termasuk ekses yang melihat setan di mana-mana, padahal dalam
persekutuan kita harus lebih memperhatikan Tuhan yang jauh lebih berkuasa dari setan.
Hal ini lebih tidak tepat bila persekutuan itu dilakukan di dalam Gereja, di mana Yesus
sendiri hadir dalam Sakramen Mahakudus yang disimpan di dalam tabernakel, kemudian
MC-nya melakukan doa pengusiran, ini sangat tidak tepat.
7. Ada hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tugas MC adalah norma-norma kesopanan,
misalnya akhir-akhir ini dalam kelompok dari Gereja lain dalam memimpin pujian, ada
kebiasaan berdoa untuk pengusiran sebelum memulai PD dan ini dilakukan dengan
menuding-nuding. Rupanya ada seorang MC yang membawa praktek ini dalam PD
Katolik, dan sambil terus doa pengusiran, ia menuding ke arah umat, kemudian ada
umat yang tersinggung, karena dituding seperti itu, seolah-olah dia itu setannya.
8. Cara berdoa hendaknya asli dan jujur, tidak perlu dibuat-buat untuk menarik perhatian
umat. Contoh-contoh :
Berdoa dengan suara seperti orang menangis, padahal tidak menangis. Hal ini
berbeda kalau saat berdoa tiba-tiba mengalami keharuan dan menangis, sehingga
doanya sambil terisak-isak. Kalau ini tidak apa-apa, asalkan asli.
Kemudian juga ada ekpresi doa dengan tertawa atau senyum yang dibuat-buat, ini
tentu juga tidak asli.
Berdoa diselingi ckckshshOh, Tuhan!, seperti bunyi cecak dan mendesah-
desah seperti orang kepedasan, cara berdoa seperti ini kurang baik, karena kita
perlu berdoa secara asli, tidak perlu dibuat-buat.
Berdoa terlalu mesra seperti merayu kekasihnya. Kalau ini keluar dari lubuk hati
yang terdalam dan mungkin suatu ketika didorong untuk berdoa seperti itu, hal ini
masih dalam batas kewajaran. Tetapi kalau terus-menerus, kurang baik.
Ada kecenderungan orang berdoa dengan kata-kata yang terus-menerus diulang-
ulang dengan suara yang dibuat-buat, tanpa menyadari bahwa Dia memanggil Allah
sendiri, misalnya : kata Ya, Bapa diulang-ulang hampir dalam tiap kalimat doa,
demikian juga dengan sapaan kepada Tuhan., Yesus., dsb. Begitu sering
diulang, tanpa penghayatan dan membuat umat merasa jemu.
Berdoa yang terlalu panjang dan bertele-tele dengan irama tertentu. Doa ini begitu
cepat dan panjang, seolah-olah secara mekanis keluar dari mulutnya, padahal dalam
doa kita perlu menyadari kehadiran Allah dan dengan siapa kita berbicara.
9. Demikian juga dalam mengekspresikan lagu hendaknya wajar dan asli, tidak perlu
dibuat-buat. Contoh-contoh :
Ada lagu-lagu dengan ungkapan sujud, berlutut, tiba-tiba MC langsung berlutut
dengan ekspresi yang dibuat-buat, ini kurang tepat, karena kita perlu
mengungkapkan yang asli.
Mimik muka saat menyanyi seperti orang yang sedih dan menderita. Hal ini kurang
tepat, yang diperlukan ialah ekspresi wajah yang positif.
10. Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh pemusik :
Musik untuk mengiringi lagu jangan terlalu profan, di sini pemusik harus dapat
membedakan dan peka, mana musik yang cocok untuk musik rohani dan mana yang
tidak.
Harus diingat bahwa fungsi musik adalah sebagai pengiring, bukan untuk
mendominasi, sehingga suara MC dan singers tidak tenggelam. Bagaimanapun
pengaturan volume suara musik dan vocal yang baik dan harmonis, dapat membawa
suasana dan menghantar umat masuk ke dalam hadirat Allah.
Saat senandung Roh, hendaknya dipilih rhytm musik yang mengalun lembut dan
mengalir.
Saat pengendapan, maka volume musik harus dikecilkan dan lebih bercorak
meditatif.
Demikianlah pedoman pelayanan pujian dan penyembahan ini disusun, semoga oleh
pertolongan Roh Kudus kita boleh semakin menyatukan ciri khas pelayanan kita untuk
memuji dan menyembah Tuhan.

Anda mungkin juga menyukai