DIAN OKTAVENI
E24051752
DIAN OKTAVENI. Lignin Terlarut Asam dan Delignifikasi pada Tahap Awal
Proses Pulping Alkali. Skripsi. Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan,
Institut Pertanian Bogor. Di bawah bimbingan Ir. Deded Sarip Nawawi, M.Sc.
Dalam proses pulping, kemudahan suatu kayu untuk diproses menjadi pulp
sangat bergantung pada jumlah lignin yang terdapat dalam bahan baku dan
reaktifitasnya. Kadar lignin secara kuantitatif merupakan faktor yang banyak
berpengaruh terhadap konsumsi bahan kimia selama proses pulping, sementara itu
tingkat reaktifitas lignin dapat diduga melalui pendekatan terhadap karakteristik
molekul kimia lignin. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang kuat antara rasio siringil-guaiasil dengan pembentukan lignin
terlarut asam. Berdasarkan hal tersebut, muncul dugaan bahwa lignin terlarut
asam sangat dimungkinkan bisa menjadi parameter penduga laju delignifikasi
serta menduga kemudahan kayu tersebut untuk diproses pulping. Penelitian ini
bertujuan untuk mengukur kadar lignin terlarut asam enam jenis kayu daun lebar
(tiga jenis kayu Eukaliptus dan tiga jenis kayu Akasia) dan hubungannya dengan
kelarutan lignin dan polisakarida kayu selama delignifikasi pada tahap awal
proses pulping alkali.
Penentuan kadar lignin terlarut asam dilakukan bersamaan dengan
penentuan kadar lignin klason. Serbuk yang digunakan untuk penentuan kadar
lignin diperoleh dari hasil ekstraksi dengan larutan etanol-benzene (1:2) dan hasil
perlakuan pemasakan alkali dengan waktu pemasakan berbeda, yaitu 30 menit, 60
menit dan 90 menit. Residu tersebut kemudian dihidrolisis dalam larutan asam
sulfat 72% selama 3 jam dan dilanjutkan pada konsentrasi asam sulfat 3% pada
suhu 121 oC selama 30 menit dengan menggunakan autoclave. Filtrat hasil
pengujian lignin klason digunakan untuk penentuan lignin terlarut asam.
Pengujian lignin terlarut asam dilakukan dengan menggunakan alat
spectrophotometer pada panjang gelombang 205 nm dengan koefisien adsorpsi
110 L/g.cm, sementara laju delignifikasi dihitung berdasarkan perubahan kadar
lignin klason.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan menurunnya
kadar lignin klason dan kandungan polisakarida setelah diberi perlakuan alkali
dan meningkatnya konsumsi permanganat seiring meningkatnya waktu
pemasakan. Lignin terlarut asam juga mempunyai korelasi yang erat dengan laju
delignifikasi. Hubungan ini mengarah pada dugaan bahwa lignin terlarut asam
dapat menjadi parameter penduga kemudahan suatu jenis kayu untuk
didelignifikasi selama proses pulping dan akan memberikan informasi yang
mendukung bagi industri pulp dan kertas terkait optimalisasi proses pulping.
Kata kunci: Lignin Terlarut Asam, Delignifikasi, Lignin Klason, Pulping Alkali
LIGNIN TERLARUT ASAM DAN DELIGNIFIKASI
PADA TAHAP AWAL PROSES PULPING ALKALI
DIAN OKTAVENI
E24051752
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Lignin Terlarut Asam
dan Delignifikasi pada Tahap Awal Proses Pulping Alkali adalah benar-benar
hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah
digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dian Oktaveni
NRP E24051752
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Skripsi : Lignin Terlarut Asam dan Delignifikasi pada Tahap Awal Proses
Pulping Alkali
Nama : Dian Oktaveni
NRP : E24051752
Menyetujui:
Dosen Pembimbing,
Mengetahui:
Dekan Fakultas Kehutanan IPB,
Tanggal Lulus:
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan menyusun karya ilmiah yang
berjudul Lignin Terlarut Asam dan Delignifikasi pada Tahap Awal Proses
Pulping Alkali dengan baik. Pembuatan karya ilmiah ini ditujukan sebagai syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan Institut
Pertanian Bogor.
Mengingat penelitian mengenai hubungan antara lignin terlarut asam dan
delignifikasi masih sangat jarang dilakukan, maka penulis berharap hasil
penelitian ini dapat memberikan informasi tambahan yang kiranya dapat
mendukung penelitian-penelitian selanjutnya, khususnya penelitian yang
berhubungan dengan komponen kimia kayu.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Deded Sarip Nawawi,
M.Sc selaku pembimbing. Selain itu penulis mengucapkan terima kasih kepada
Ayah, Ibu, Kakak-kakak, sahabat, dan teman-teman tercinta serta semua pihak
yang telah membantu kelancaran penyelesaian karya ilmiah ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam pembuatan karya
ilmiah ini. Karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna sehingga penulis sangat
mengharapkan adanya saran dan kritik yang membangun dari para pembaca.
Semoga karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Amin.
Penulis
RIWAYAT HIDUP
Halaman
DAFTAR ISI.................................................................................................viii
DAFTAR TABEL...........................................................................................x
DAFTAR GAMBAR......................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................1
1.2 Tujuan...........................................................................................2
1.3 Manfaat Penelitian......................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lignin...........................................................................................3
2.2 Delignifikasi.................................................................................4
2.3 Lignin Terlarut Asam...................................................................4
2.4 Karakteristik Kayu Eucalyptus spp..............................................6
2.5 Karakteristik Kayu Acacia spp....................................................7
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat....................................................................9
3.2 Alat dan Bahan...........................................................................9
3.3 Desain Penelitian......................................................................9
3.4 Metode Penelitian...................................................................10
3.4.1 Persiapan Contoh Uji.......................................................10
3.4.2 Ekstraksi Ethanol-Benzene..........................................11
3.4.3 Perlakuan Pemasakan Alkali.........................................11
3.4.4 Penentuan kadar lignin klason (Dence 1992)................11
3.4.5 Lignin Terlarut Asam (Acid-Soluble Lignin).................12
3.4.6 Penentuan Kadar Holoselulosa.......................................12
3.4.7 Penentuan Kadar -selulosa...........................................13
3.4.8 Pengujian Konsumsi Permanganat.................................14
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kelarutan Lignin (Delignifikasi)............................................15
4.2 Hubungan Lignin Terlarut Asam dengan Kelarutan Lignin....20
4.3 Kelarutan Polisakarida...............................................................23
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan................................................................................27
5.2 Saran........................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................28
LAMPIRAN....................................................................................................31
DAFTAR TABEL
No. Halaman
No. Halaman
No. Halaman
1.2 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur kadar lignin terlarut
asam enam jenis kayu daun lebar (tiga jenis kayu Eukaliptus dan tiga jenis kayu
Akasia) dan hubungannya dengan kelarutan lignin dan polisakarida kayu selama
delignifikasi pada tahap awal proses pulping alkali.
2.1 Lignin
Lignin terbentuk dari gugus aromatik yang saling dihubungkan dengan
rantai alifatik, yang terdiri dari 2-3 karbon. Lignin merupakan komponen kimia
kayu yang sangat tidak diharapkan kehadirannya dalam produk pulp karena dapat
menurunkan ketahanan fisik pulp dan menyebabkan warna pulp gelap sehingga
meningkatkan konsumsi bahan kimia dalam proses pemutihan (Casey 1980). Dari
segi morfologi, lignin merupakan senyawa amorf yang terdapat dalam lamela
tengah majemuk maupun dalam dinding sekunder. Selama perkembangan sel,
lignin dikategorikan sebagai komponen terakhir dalam dinding sel yang dapat
menembus di antara fibril-fibril sehingga dapat memperkuat dinding sel (Fengel
dan Wegener 1995).
Lignin terdapat di antara sel-sel dan dalam dinding sel serta berfungsi
sebagai perekat untuk mengikat sel-sel agar tetap bersama. Keberadaan lignin
dalam dinding sel sangat erat hubungannya dengan selulosa yang berfungsi untuk
memberikan ketegaran pada sel, berpengaruh dalam memperkecil perubahan
dimensi sehubungan dengan perubahan air kayu dan mengurangi degradasi
terhadap selulosa. Konsentrasi lignin tertinggi terdapat dalam lamella tengah dan
akan semakin mengecil pada lapisan dinding sekunder (Haygreen dan Bowyer
1989; Sjostrom 1995).
Menurut Achmadi (1990), berdasarkan unsur strukturalnya, lignin dapat
dibagi ke dalam beberapa kelompok yaitu Lignin guaiasil dan Lignin guaiasil-
siringil. Lignin guaiasil terdapat pada kayu daun jarum (23-32%), dengan prazat
koniferil alkohol sedangkan lignin guaiasil-siringil terdapat pada kayu daun lebar
(20-28%, pada kayu tropis >30%), dengan prazat koniferil alcohol dan sinapil
alkohol dengan nisbah 4:1 sampai 1:2.
Penyusun utama lignin kayu daun lebar (Hardwood) adalah unit-unit
trans-conyferil alcohol dan trans-sinapyl alcohol. Struktur bangun lignin adalah
ikatan bersama dari rantai/ikatan eter (C-O-C) dan ikatan karbon (C-C). Ikatan
antar unit tersebut pada lignin hardwood dan softwood membentuk struktur -O-4
(Gullichsen dan Paulapuro 2004).
2.2 Delignifikasi
Delignifikasi merupakan proses pelarutan lignin dalam proses pulping.
Gullichsen (2000) mengatakan bahwa prinsip proses delignifikasi terkait erat
dengan struktur kayu, metode pulping yang digunakan serta komponen bahan
kimia. Dalam proses pulping alkali, terdapat tiga tahap proses delignifikasi, yaitu
delignifikasi awal (initial delignification), delignifikasi curah (bulk
delignification) dan delignifikasi sisa (residual delignification). Lignin yang
terlarut atau terdegradasi pada tahap awal delignifikasi sangat sedikit
dibandingkan pada tahap delignifikasi curah. Lignin yang terlarut pada tahap awal
delignifikasi berkisar 15%-25% dari total kandungan lignin sedangkan pada tahap
delignifikasi curah, lignin yang terlarut bisa mencapai hingga 90% (Gullichsen
dan Paulapuro 2000).
Suhu, tekanan dan konsentrasi larutan pemasak selama proses pulping
merupakan faktor-faktor yang akan mempengaruhi kecepatan reaksi pelarutan
lignin, selulosa dan hemiselulosa. Selulosa tidak akan rusak saat proses pelarutan
lignin jika konsentrasi larutan pemasak yang digunakan rendah dan suhu yang
yang digunakan sesuai. Pemakaian suhu di atas 180 oC menyebabkan degradasi
selulosa lebih tinggi, dimana pada suhu ini lignin telah habis terlarut dan sisa
bahan pemasak akan mendegradasi selulosa (Casey 1980).
Sampel Kayu
(40-60 mesh)
Perlakuan NaOH
pada suhu 120 oC,
selama 30, 60, 90
menit
Ekstraksi
Ethanol/Benzene Residu Filtrat (Black
Liquor)
BKTA - BKTE
% kelarutan = x 100%
BKTA
BKTA = berat kering serbuk sebelum ekstraksi
BKTE = berat kering serbuk setelah ekstraksi
B
% Lignin = x 100%
A
A = berat serbuk awal (g)
B = berat lignin (g)
Hal yang tidak dapat dihindari selama proses pulping ialah terjadinya
degradasi dan pelarutan polisakarida kayu. Di dalam kayu, lignin selalu
berasosiasi dengan polisakarida sehingga selama reaksi delignifikasi dapat
menyebabkan terjadinya reaksi samping terhadap polisakarida. Oleh karena itu
seringkali terjadi tingkat delignifikasi yang tinggi disertai oleh degradasi
polisakarida kayu yang tinggi pula.
Casey (1980) menyatakan bahwa polisakarida bereaksi dengan alkali
dalam beberapa cara, diantaranya larut dalam lindi hitam sebagai polisakarida,
terdegradasi menjadi produk dengan berat molekul rendah yang larut atau tetap
dalam serat, baik dalam bentuk asli maupun produk terdegradasi yang tidak larut
tetapi mempunyai derajat polimerisasi yang rendah. Khususnya pada tahap awal
delignifikasi, kemungkinan yang terjadi adalah ekstraksi dan pelarutan fraksi
polisakarida berbobot molekul rendah, serta terjadinya reaksi pemutusan polimer
melalui reaksi pengelupasan ujung reaktif aldehida.
Berdasarkan perubahan kadar alpha selulosa pada Gambar 12 dan 13 yang
relatif kecil, maka dapat dipastikan fraksi polisakarida kayu yang terlarut selama
perlakuan alkali ini terutama ialah hemiselulosa. Kelarutan alpha selulosa yang
relatif kecil ini kemungkinan berkaitan dengan sifat kimianya yang berupa
polimer linier dengan derajat kristalin yang tinggi, sehingga relatif tahan terhadap
pelarut alkali. Sementara itu hemiselulosa yang merupakan polimer pendek
dengan percabangan memiliki sifat yang lebih mudah terdegradasi dan terlarut
(Sjostrom 1995).
Peningkatan waktu pemasakan akan meningkatkan konsumsi alkali yang
kemudian akan berimbas pada menurunnya komposisi kimia polisakarida yang
tersisa di dalam kayu seperti hemiseluloa (Barnett dan George 2003). Proporsi
hemiselulosa tinggi pada lamela tengah dan dinding primer, dimana pada dinding
tersebut kandungan selulosa paling rendah. Hemiselulosa juga diduga
berkontribusi dalam pembentukan lignin terlarut asam selama perlakuan asam
sulfat 72%. Yasuda et al. (2001) dan Matsushita et al. (2004) menyatakan bahwa
hemiselulosa mungkin berperan penting dalam pembentukan lignin terlarut asam.
Ikatan antara lignin dengan hemiselulosa ini dinamakan lignin carbohydrate
complex (LCC) atau lignin hemicelulloses complex (LHC).
5.1 Kesimpulan
1. Kadar lignin klason dan lignin terlarut asam kayu menurun setelah diberi
perlakuan pemasakan alkali.
2. Terdapat korelasi positif antara lignin terlarut asam dengan delignifikasi
pada tahap awal pemasakan alkali
3. Lignin terlarut asam dapat dijadikan parameter penduga laju delignifikasi.
5.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai korelasi antara lignin
terlarut asam dengan delignifikasi pada jenis kayu yang lebih beragam dan
jumlah sampel yang lebih banyak sehingga bisa diperoleh korelasi yang
lebih akurat.
2. Pengujian korelasi antara lignin terlarut asam dan delignifikasi perlu
dilakukan dengan waktu pemasakan alkali yang lebih lama dan atau pada
tahap delignifikasi berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina D. 2009. Kadar Lignin Terlarut Asam dan Tipe Monomer Penyusun
Lignin pada Kayu Akasia [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut
Pertanian Bogor.
`
Akiyama T, H Goto, DS Nawawi, W Syafii, Y Matsumoto, G Meshitsuka. 2005.
Erythro/threo ratio of -O-4-structure as an important structural
characteristic of lignin. Part 4. Variation in the erythro/threo ratio in
softwood and hardwood lignins and its relation to syringyl/guaiacyl ratio.
Holzforschung 59:276-281.
Barnett JR dan J George. 2003. Wood Quality and Its Biological Basic. United
Kingdom: CRC Press.
Browning BL. 1967. Methods of Wood Chemistry. Vol. I and II. New York:
Willey Interscience Publisher.
Casey JP. 1980. Pulp and Paper Chemistry and Chemical Technology. 3rd edition
Vol. I A. New York: Willey Interscience Publisher.
Dence CW. 1992. The Determination of Lignin. In; Lin SY, Dence CW (Eds).
Method in Lignin Chemistry. Spinger-Verlag. Berlin Pp.33-61.
Kha LD. 2008. The role of acacia hybrids in the reforestation program in
Vietnam. Forest Science Institute of Vietnam. http://www.acacia-
world.net/html/vietnam.html [11 Desember 2008].
Mahmudi A. 2008. Keragaman Lignin Terlarut Asam (Acid Soluble Lignin) Pada
Empat Jenis Kayu Cepat Tumbuh [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan,
Institut Pertanian Bogor.
Musha Y dan DAI Goring. 1974. Klason and acid-soluble lignin content of
hardwoods. Wood Sci. 7:133-134.
_____. 2008. Eucalyptus urophylla, a tree species reference and selection guide.
http://www.worldagroforestryentre.org/sea/products/AFDbases/AF/asp./se
pciesInfo.asp.?sp.ID=821 [23 Desember 2008]
Purba F. 1990. Sifat Fisik Pulp Acacia Mangium Willd Hasil Proses Soda Aq.
Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Swan B. 1956. Isolation of acid soluble lignin from the klason lignin
determination. Svensk Papperstindning arg 68:791-795.
Syafii W dan DS Nawawi. 2008. Ratio Stereoisomer Erythro dan Threo Struktur
-O-4 dan Hubungan dengan Cincin Aromatik Penyusun Makromolekul
Lignin. Laporan Penelitian Fundamental. Bogor: Lembaga Penelitian dan
Pengabdian kepada Masyarakat IPB.