Anda di halaman 1dari 203

PETUNJUK TEKNIS

PENYUSUNAN PROFIL KESEHATAN


KABUPATEN/KOTA
2013
(edisi revisi 2014)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


KATA PENGANTAR

Salah satu sarana yang dapat digunakan untuk melaporkan pemantauan dan evaluasi
terhadap pencapaian hasil pembangunan kesehatan, termasuk kinerja dari penyelenggaraan
pelayanan minimal di bidang kesehatan di kabupaten/kota adalah Profil Kesehatan
Kabupaten/Kota. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa profil kesehatan kabupaten/kota ini
pada intinya berisi berbagai data/informasi yang menggambarkan situasi dan kondisi kesehatan
masyarakat di kabupaten/kota.
Oleh karena kedudukannya yang sangat strategis, penyusunan Profil Kesehatan
Kabupaten/Kota perlu dicermati dan sedapat mungkin menggunakan petunjuk teknis sebagai
acuan sehingga dapat dikompilasi menjadi Profil Kesehatan Provinsi dan selanjutnya menjadi
Profil Kesehatan Indonesia serta dapat dikomparasikan antara satu daerah dengan daerah lain.
Hal tersebut merupakan salah satu tujuan diterbitkannya buku Petunjuk Teknis Penyusunan
Profil Kesehatan Kabupaten/Kota ini.
Buku ini merupakan revisi dari Petunjuk Teknis Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun
2013. Selain tetap menyajikan data kesehatan yang terpilah menurut jenis kelamin, format
petunjuk teknis ini juga memperbarui indikator-indikator yang berkembang di bidang
kesehatan, termasuk perubahan definisi indikator.
Penerapan petunjuk teknis ini dilakukan secara bertahap sesuai kesiapan daerah dan
diharapkan mulai diberlakukan pada penyusunan profil kesehatan kabupaten/kota tahun 2014
(data tahun 2014).
Petunjuk teknis ini dapat diunduh di website www.kemkes.go.id sehingga memudahkan
para pengelola data dalam penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota. Dengan tersedianya
data kesehatan dalam bentuk Profil Kesehatan diharapkan dapat bermanfaat bagi
kabupaten/kota untuk mengadakan evaluasi program pembangunan kesehatan di wilayahnya.
Kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan petunjuk teknis ini,
kami ucapkan terima kasih.

Jakarta, Desember 2014


Kepala Pusat Data dan Informasi

ttd

drg. Oscar Primadi, MPH


NIP. 196110201988031013

i Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota


Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI iii

DAFTAR TABEL iv

BAB I : PENDAHULUAN 1

BAB II : TUJUAN DAN RUANG LINGKUP


A. TUJUAN 3
B. RUANG LINGKUP 3
1. Jenis Data 3
2. Sumber Data 4
3. Periode Data dan Jadwal Penyusunan 4

BAB III : MEKANISME KERJA PENGELOLAAN DATA


A. Pengumpulan Data 6
B. Pengolahan Data 7
C. Analisis Data 7
D. Penyajian Data 8

BAB IV : SISTEMATIKA DAN DISTRIBUSI


A. Sistematika Penyajian 12
B. Distribusi Profil Kesehatan 13

BAB V : INDIKATOR KESEHATAN PADA PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA


A. Gambaran Umum 14
B. Derajat Kesehatan 14
C. Upaya Kesehatan 15
D. Sumber Daya Kesehatan 16

LAMPIRAN

***

iii Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota


DAFTAR TABEL

Tabel 1 LUAS WILAYAH, JUMLAH DESA/KELURAHAN, JUMLAH PENDUDUK, JUMLAH


RUMAH TANGGA DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KECAMATAN

Tabel 2 JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN DAN KELOMPOK UMUR

Tabel 3 PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS YANG MELEK HURUF DAN


IJAZAH TERTINGGI YANG DIPEROLEH MENURUT JENIS KELAMIN

Tabel 4 JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 5 JUMLAH KEMATIAN NEONATAL, BAYI, DAN BALITA MENURUT JENIS KELAMIN,
KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 6 JUMLAH KEMATIAN IBU MENURUT KELOMPOK UMUR, KECAMATAN, DAN


PUSKESMAS

Tabel 7 KASUS BARU TB BTA+, SELURUH KASUS TB, KASUS TB PADA ANAK, DAN CASE
NOTIFICATION RATE (CNR) PER 100.000 PENDUDUK MENURUT JENIS
KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 8 JUMLAH KASUS DAN ANGKA PENEMUAN KASUS TB PARU BTA+ MENURUT
JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 9 ANGKA KESEMBUHAN DAN PENGOBATAN LENGKAP TB PARU BTA+ SERTA


KEBERHASILAN PENGOBATAN MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN
PUSKESMAS

Tabel 10 PENEMUAN KASUS PNEUMONIA BALITA MENURUT JENIS KELAMIN,


KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 11 JUMLAH KASUS HIV, AIDS, DAN SYPHILIS MENURUT JENIS KELAMIN

Tabel 12 PERSENTASE DONOR DARAH DISKRINING TERHADAP HIV MENURUT JENIS


KELAMIN

Tabel 13 KASUS DIARE YANG DITANGANI MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN
PUSKESMAS

Tabel 14 JUMLAH KASUS BARU KUSTA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN
PUSKESMAS

Tabel 15 KASUS BARU KUSTA 0-14 TAHUN DAN CACAT TINGKAT 2 MENURUT JENIS
KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota iv


Tabel 16 JUMLAH KASUS DAN ANGKA PREVALENSI PENYAKIT KUSTA MENURUT
TIPE/JENIS, JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 17 PERSENTASE PENDERITA KUSTA SELESAI BEROBAT (RELEASE FROM


TREATMENT/RFT) MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 18 JUMLAH KASUS AFP (NON POLIO) MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS

Tabel 19 JUMLAH KASUS PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI (PD3I)
MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 20 JUMLAH KASUS PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI (PD3I)
MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS - Lanjutan

Tabel 21 JUMLAH KASUS DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) MENURUT JENIS KELAMIN,
KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 22 KESAKITAN DAN KEMATIAN AKIBAT MALARIA MENURUT JENIS KELAMIN,


KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 23 PENDERITA FILARIASIS DITANGANI MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN,


DAN
PUSKESMAS

Tabel 24 PENGUKURAN TEKANAN DARAH PENDUDUK 18 TAHUN MENURUT JENIS


KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 25 PEMERIKSAAN OBESITAS MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN


PUSKESMAS

Tabel 26 CAKUPAN DETEKSI DINI KANKER LEHER RAHIM DENGAN METODE IVA DAN
KANKER PAYUDARA DENGAN PEMERIKSAAN KLINIS (CBE) MENURUT
KECAMATAN DAN PUSKESMAS

Tabel 27 JUMLAH PENDERITA DAN KEMATIAN PADA KLB MENURUT JENIS KEJADIAN
LUAR BIASA (KLB)

Tabel 28 KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) DI DESA/KELURAHAN YANG DITANGANI < 24 JAM

Tabel 29 CAKUPAN KUNJUNGAN IBU HAMIL, PERSALINAN DITOLONG TENAGA


KESEHATAN, DAN PELAYANAN KESEHATAN IBU NIFAS MENURUT KECAMATAN
DAN PUSKESMAS

Tabel 30 PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI TT PADA IBU HAMIL MENURUT KECAMATAN


DAN PUSKESMAS

Tabel 31 PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI TT PADA WANITA USIA SUBUR MENURUT


KECAMATAN DAN PUSKESMAS

Tabel 32 JUMLAH IBU HAMIL YANG MENDAPATKAN TABLET FE1 DAN FE3 MENURUT
KECAMATAN DAN PUSKESMAS

v Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota


Tabel 33 JUMLAH DAN PERSENTASE PENANGANAN KOMPLIKASI KEBIDANAN DAN
KOMPLIKASI NEONATAL MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN
PUSKESMAS

Tabel 34 PROPORSI PESERTA KB AKTIF MENURUT JENIS KONTRASEPSI, KECAMATAN


DAN PUSKESMAS

Tabel 35 PROPORSI PESERTA KB BARU MENURUT JENIS KONTRASEPSI, KECAMATAN,


DAN PUSKESMAS

Tabel 36 JUMLAH PESERTA KB BARU DAN KB AKTIF MENURUT KECAMATAN DAN


PUSKESMAS

Tabel 37 BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) MENURUT JENIS KELAMIN,
KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 38 CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATAL MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN,


DAN PUSKESMAS

Tabel 39 JUMLAH BAYI YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF MENURUT JENIS KELAMIN,
KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 40 CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN BAYI MENURUT JENIS KELAMIN,


KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 41 CAKUPAN DESA/KELURAHAN UCI MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS

Tabel 42 CAKUPAN IMUNISASI HEPATITIS B < 7 HARI DAN BCG PADA BAYI MENURUT
JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 43 CAKUPAN IMUNISASI DPT-HB3/DPT-HB-Hib3, POLIO, CAMPAK, DAN IMUNISASI


DASAR LENGKAP PADA BAYI MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN
PUSKESMAS

Tabel 44 CAKUPAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA BAYI DAN ANAK BALITA MENURUT
JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 45 JUMLAH ANAK 0 23 BULAN DITIMBANG MENURUT JENIS KELAMIN,


KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 46 CAKUPAN PELAYANAN ANAK BALITA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN,


DAN PUSKESMAS

Tabel 47 JUMLAH BALITA DITIMBANG MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN


PUSKESMAS

Tabel 48 CAKUPAN KASUS BALITA GIZI BURUK YANG MENDAPAT PERAWATAN MENURUT
JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 49 CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN (PENJARINGAN) SISWA SD DAN SETINGKAT


MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota vi


Tabel 50 PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT MENURUT KECAMATAN, DAN
PUSKESMAS

Tabel 51 PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA ANAK SD DAN SETINGKAT
MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 52 CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN USIA LANJUT MENURUT JENIS KELAMIN,


KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 53 CAKUPAN JAMINAN KESEHATAN MENURUT JENIS JAMINAN DAN JENIS


KELAMIN

Tabel 54 JUMLAH KUNJUNGAN RAWAT JALAN, RAWAT INAP, DAN KUNJUNGAN


GANGGUAN JIWA DI SARANA PELAYANAN KESEHATAN

Tabel 55 ANGKA KEMATIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT

Tabel 56 INDIKATOR KINERJA PELAYANAN DI RUMAH SAKIT

Tabel 57 PERSENTASE RUMAH TANGGA BERPERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (BER-
PHBS) MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS

Tabel 58 PERSENTASE RUMAH SEHAT MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS

Tabel 59 PENDUDUK DENGAN AKSES BERKELANJUTAN TERHADAP AIR MINUM


BERKUALITAS (LAYAK) MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS

Tabel 60 PERSENTASE KUALITAS AIR MINUM DI PENYELENGGARA AIR MINUM YANG


MEMENUHI SYARAT KESEHATAN

Tabel 61 PENDUDUK DENGAN AKSES TERHADAP FASILITAS SANITASI YANG LAYAK


(JAMBAN SEHAT) MENURUT JENIS JAMBAN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 62 DESA YANG MELAKSANAKAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

Tabel 63 PERSENTASE TEMPAT-TEMPAT UMUM MEMENUHI SYARAT KESEHATAN


MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS

Tabel 64 TEMPAT PENGELOLAAN MAKAN (TPM) MENURUT STATUS HIGIENE SANITASI

Tabel 65 TEMPAT PENGELOLAAN MAKANAN DIBINA DAN DIUJI PETIK

Tabel 66 PERSENTASE KETERSEDIAAN OBAT DAN VAKSIN

Tabel 67 JUMLAH SARANA KESEHATAN MENURUT KEPEMILIKAN

Tabel 68 PERSENTASE SARANA KESEHATAN (RUMAH SAKIT) DENGAN KEMAMPUAN


PELAYANAN GAWAT DARURAT (GADAR ) LEVEL I

Tabel 69 JUMLAH POSYANDU MENURUT STRATA, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

vii Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota


Tabel 70 JUMLAH UPAYA KESEHATAN BERSUMBERDAYA MASYARAKAT (UKBM)
MENURUT KECAMATAN

Tabel 71 JUMLAH DESA SIAGA MENURUT KECAMATAN

Tabel 72 JUMLAH TENAGA MEDIS DI FASILITAS KESEHATAN

Tabel 73 JUMLAH TENAGA KEPERAWATAN DI FASILITAS KESEHATAN

Tabel 74 JUMLAH TENAGA KEFARMASIAN DI FASILITAS KESEHATAN

Tabel 75 JUMLAH TENAGA KESEHATAN MASYARAKAT DAN KESEHATAN LINGKUNGAN DI


FASILITAS KESEHATAN

Tabel 76 JUMLAH TENAGA GIZI DI FASILITAS KESEHATAN

Tabel 77 JUMLAH TENAGA KETERAPIAN FISIK DI FASILITAS KESEHATAN

Tabel 78 JUMLAH TENAGA KETEKNISIAN MEDIS DI FASILITAS KESEHATAN

Tabel 79 JUMLAH TENAGA KESEHATAN LAIN DI FASILITAS KESEHATAN

Tabel 80 JUMLAH TENAGA NON KESEHATAN DI FASILITAS KESEHATAN

Tabel 81 ANGGARAN KESEHATAN KABUPATEN/KOTA

***

Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota viii


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Untuk mengukur keberhasilan pembangunan kesehatan sesuai dengan Visi Kementerian


Kesehatan Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan dan dengan Misinya 1)
Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan masyarakat,
termasuk swasta dan masyarakat madani; 2) Melindungi kesehatan masyarakat dengan
menjamin tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu, dan
berkeadilan; 3) Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan; 4)
Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik diperlukan suatu indikator.
Dalam perjalanannya, indikator kesehatan tersebut bersifat dinamis mengikuti situasi
dan kondisi yang ada. Beberapa indikator mengalami perubahan, baik indikatornya itu
sendiri maupun definisinya.
Perjalananan sosialisasi dan advokasi yang mendorong pelaksanaan pengarusutamaan
gender dalam pembangunan yang diterjemahkan dalam kebijakan, program dan
kegiatan pembangunan sangat dinamis. Mulai dari upaya pengintegrasian
pengarusutamaan gender dalam dokumen perencanaan sampai gender budget
statement (Pernyataan Anggaran Responsif Gender). Upaya-upaya tersebut utamanya
dalam rangka mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender.
Pengarusutamaan gender (PUG) adalah salah satu strategi pembangunan yang
dilakukan untuk mencapai kesetaraan gender melalui pengintegrasian permasalahan,
aspirasi, kebutuhan, dan permasalahan perempuan dan laki-laki harus dimasukan ke
dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dari seluruh kebijakan,
program, proyek dan kegiatan di berbagai bidang kehidupan dan pembangunan. Data
terpilah menurut jenis kelamin atau yang sering disebut data gender sangat penting
artinya dalam setiap penyusunan perencanaan kebijakan/program/kegiatan
pembangunan. Data ini dapat disebut sebagai dasar utama dalam mengidentifikasi isu-
isu gender yang masih terjadi di masyarakat.

1 Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota


B. LANDASAN HUKUM

1. Undang-undang RI Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan;


2. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor: 1144/Menkes/PER/VIII/2010
tanggal 19 Agustus 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Kesehatan;
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: HK.03.01.160/I/2010 tentang
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2010-2014;
4. Keputusan Menteri Kesehatan RI NO. 837/MENKES/VII/2007 tentang
Pengembangan SIKNAS Online Sistem Informasi Kesehatan Nasional.
5. Instruksi Presiden RI Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan
Gender dalam Pembangunan Nasional.
6. Instruksi Presiden RI Nomor 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan
yang Berkeadilan.
7. Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI
Nomor 06 Tahun 2009 tentang penyelenggaraan data gender dan anak.
8. Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 119/PMK.02/2009 tentang Petunjuk
Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Tahun 2010.
9. Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 104/PMK.02/2010 tentang Petunjuk
Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Tahun 2011.
10. Kesepakatan bersama (Nomor 07 /MEN.PP&PA/5 /2010 Nomor 593
/MENKES/SKB/V/2010) antara Menteri PP dan PA dengan Menteri Kesehatan
tentang pelaksanaan pengarusutamaan gender di bidang kesehatan.
11. Keputusan Menkes RI Nomor 878/Menkes/SK/XI/2006 tentang Tim
Pengarusutamaan Gender Bidang Kesehatan (PUG-BK).
12. Keputusan Menkes RI 423/2008 tentang Pusat Pelatihan Gender Bidang
Kesehatan (PPG-BK).
13. Keputusan Menkeu RI Nomor 119 Tahun 2009, yang mensyaratkan agar
dalam penyusunan rencana dan anggaran menggunakan analisis gender.
14. Surat Edaran Nomor 615/Menkes/E/IV/2004, tentang pelaksanaan PUG-BK.

Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota 2


BAB II
TUJUAN DAN RUANG LINGKUP

A. TUJUAN

Tujuan umum Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota ini yaitu
sebagai acuan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk menyusun Profil Kesehatan
Kabupaten/Kota.
Sedangkan tujuan khusus yang ingin dicapai yaitu:
1. Tersedianya acuan mekanisme kerja pengumpulan dan pengolahan untuk
penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota.
2. Tersedianya acuan untuk analisis dan penyajian data Profil Kesehatan
Kabupaten/Kota.
3. Tersedianya acuan tabel-tabel yang diperlukan untuk Penyusunan Profil Kesehatan
Kabupaten/Kota.
4. Tersedianya acuan penjadwalan kegiatan penyusunan Profil Kesehatan
Kabupaten/Kota.

Petunjuk teknis ini merupakan revisi Petunjuk Teknis Profil Kesehatan Kabupaten/Kota
Tahun 2013. Terdapat beberapa perubahan, yaitu penambahan/
pengurangan/penyempurnaan variabel/indikator dan penambahan/pengurangan/
penyempurnaan pengertian/definisi operasional. Perubahan tersebut merupakan
masukan dari program teknis baik di Kementerian Pusat maupun di daerah.
Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota ini membahas tentang
cara pengumpulan, pengolahan dan analisis serta penyajian, mekanisme, penjadwalan,
format data serta cara pengisiannya, dan memuat keterkaitan indikator antar tabel
sehingga diharapkan isi dan bentuk Profil Kesehatan Kabupaten/Kota menjadi selaras
dengan Profil Kesehatan Provinsi dan Profil Kesehatan Indonesia, sehingga dapat
dikompilasi dan dikomparasikan. Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kabupaten/Kota
edisi ini, selain dalam bentuk hard copy (buku) juga dilengkapi dengan soft copy (yang
berisi link data antar tabel dan formula indikator) sehingga memudahkan pengelola data
di kabupaten/kota dalam penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota.

B. RUANG LINGKUP

1. Jenis Data/Informasi

Indikator yang tercantum dalam petunjuk teknis ini menyajikan data indikator kesehatan
dan indikator lain yang terkait kesehatan yang meliputi: (1) Indikator Derajat Kesehatan
yang terdiri atas indikator-indikator untuk mortalitas, morbiditas, dan gizi; (2) Indikator
Upaya Kesehatan yang terdiri atas pelayanan kesehatan, perilaku hidup sehat, dan

3 Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota


keadaan lingkungan; serta (3) Indikator Sumber Daya Kesehatan terdiri atas sarana
kesehatan, tenaga kesehatan, dan pembiayaan kesehatan; dan (4) Indikator lain yang
terkait dengan kesehatan.
Data yang dikumpulkan untuk penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota adalah:
a. Data Umum meliputi data geografi, kependudukan dan sosial ekonomi.
b. Data Derajat Kesehatan yang meliputi data kematian, data kesakitan, dan data gizi.
c. Data Upaya Kesehatan yang terdiri atas pelayanan kesehatan dasar, pelayanan
kesehatan rujukan, perilaku hidup sehat, dan upaya kesehatan lingkungan.
d. Data Sumber Daya Kesehatan, antara lain tenaga kesehatan, sarana kesehatan,
UKBM, pembiayaan kesehatan, obat dan perbekalan kesehatan.
e. Data terkait lainnya.
Sebagian besar data tersebut diupayakan untuk dapat tersedia secara terpilah menurut
jenis kelamin, laki-laki dan perempuan.

2. Sumber Data

Data untuk penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota diperoleh dari:


a. Catatan kegiatan Puskesmas baik untuk kegiatan dalam gedung maupun luar
gedung.
b. Catatan kegiatan Rumah Sakit yang berada di wilayah kabupaten/kota tersebut.
c. Catatan kegiatan yang dilaksanakan langsung oleh Dinas Kesehatan termasuk
Unit Pelaksana Teknis Kesehatan di wilayah kabupaten/kota.
d. Dokumen Kantor Statistik Kabupaten/Kota, Kantor BKKBN Kabupaten/Kota,
Bappeda Kabupaten/Kota, Dinas Pendidikan, dan Kantor Pengolahan Data
Elektronik Kabupaten/Kota, dan institusi terkait lainnya.
e. Dokumen Hasil Survei Kabupaten/Kota, Survei Provinsi atau Survei Nasional.

3. Periode Data dan Jadwal Penyusunan

Periode data yang disajikan dalam Profil Kesehatan Kabupaten/Kota adalah periode
Januari sampai dengan Desember tahun profil. Dengan demikian Profil Kesehatan
Kabupaten/Kota X Tahun 2013 berisi data/informasi tahun 2013.
Periode penyusunan profil kesehatan kabupaten/kota dibagi dalam dua tahap yaitu
tahap pertama berupa tabel lampiran (draf awal diselesaikan pada bulan Maret) dan
tahap kedua berupa narasi dan tabel (finalisasi diselesaikan pada bulan April).
Mengingat Profil Kesehatan Kabupaten/Kota merupakan sarana menyusun rencana
tahunan kesehatan kabupaten/kota tahun berikutnya dan untuk memantau,
mengevaluasi pencapaian pembangunan kesehatan di kabupaten/kota maka
diharapkan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota telah selesai disusun pada Bulan April. Hal
itu berarti bahwa Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2013 diharapkan telah selesai
disusun pada Bulan April tahun 2014.

Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota 4


Jadwal Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota

NO KEGIATAN JAN FEB MAR APR MEI

1 Pengumpulan data dari Puskesmas, Rumah


Sakit dan Instansi terkait

2 Kompilasi/konfirmasi dan data entry serta


pemutakhiran data

3 Pengolahan, analisis dan penulisan serta


pembahasan draft awal

4 Finalisasi, Penggandaan/ Pencetakan

5 Distribusi ke Bupati, DPRD, Kantor-kantor


Dinas Kab/Kota, RS, Puskesmas, Dinkes
Provinsi, Kementerian Kesehatan

5 Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota


BAB III
MEKANISME KERJA PENGELOLAAN DATA

A. PENGUMPULAN DATA

Data untuk penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota ini dapat dikumpulkan dengan
dua macam cara, yaitu secara pasif dan secara aktif. Secara pasif artinya petugas
pengelola data di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menunggu laporan yang berasal dari
Puskesmas, dari seksi-seksi di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang merupakan
laporan hasil kegiatan Program/Proyek dan dari Rumah Sakit serta UPT di wilayah kerja
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tersebut. Sedangkan pengumpulan data secara aktif
berarti petugas pengelola data di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota berupaya aktif
mengumpulkan data ke Puskesmas, ke Rumah Sakit, ke Instansi Dinas Kabupaten/Kota
terkait.

Tingkat keberhasilan pengumpulan data secara aktif jauh lebih besar dibandingkan
dengan pengumpulan data secara pasif. Oleh karena itu diharapkan di Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota perlu memiliki tenaga pengelola data yang mempunyai kecakapan
dalam teknik-teknik pengumpulan data. Hal tersebut menjadi penting mengingat data/
informasi yang dihasilkan akan akurat apabila data yang dikumpulkan juga akurat.

Sedangkan ditinjau dari metode pengumpulan data, terdapat dua metode yaitu: (a)
metode rutin, dan (b) metode non-rutin. Pengumpulan data metode rutin dilakukan
secara berkala. Data ini dikumpulkan dari catatan kegiatan harian atau rekam medik
pasien baik yang berkunjung ke Puskesmas, Rumah Sakit, sarana pelayanan kesehatan
lain (klinik, dokter praktek, dll) serta catatan kegiatan pelayanan kesehatan di luar
gedung Puskesmas. Pengumpulan data metode rutin umumnya dilakukan oleh petugas
kesehatan, namun demikian juga dapat dilakukan oleh kader kesehatan yang melakukan
pencatatan kegiatan di Posyandu atau upaya kesehatan berbasis masyarakat lainnya.
Dengan demikian pengumpulan data secara rutin dapat dilakukan dengan periode waktu
mingguan, bulanan, triwulan, semester atau tahunan.

Pengumpulan data metode non rutin adalah pengumpulan data sewaktu, yang dilakukan
melalui survei, dengan lingkup kabupaten/kota, provinsi atau nasional yang periodenya
bisa tahunan, tiga tahunan atau lebih. Masing-masing metode ini mempunyai kelebihan
dan kekurangan. Survei misalnya, membutuhkan biaya yang besar dan tidak diulang
dalam periode yang pendek sehingga sulit untuk menggambarkan tren tahunan.
Sebaliknya catatan kegiatan rutin mampu menggambarkan tren dengan periode pendek
misalnya bulanan, namun karena kualitas datanya sangat tergantung pelaksanaan
pencatatan di masing-masing unit kerja maka gambaran tren tidak terpola dengan
benar. Idealnya data rutin merupakan backbone (tulang punggung) sumber data. Di
negara maju misalnya, vital registration merupakan catatan yang sangat diandalkan
untuk menghitung angka kelahiran, angka kematian dan angka harapan hidup,

Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota 6


sedangkan medical record diandalkan untuk menghitung angka kesakitan. Dengan
demikian di masa mendatang upaya mengembangkan vital registration dan medical
record harus lebih keras. Sehingga upaya mencari angka kematian dan angka kesakitan
yang pengumpulannya melalui survei frekuensinya perlu dikurangi. Upaya ini hendaknya
merupakan upaya substitusi.

B. PENGOLAHAN DATA
Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah. Pengolahan data meliputi empat proses
yaitu editing data, entri data, cleaning data, dan validasi data.

B.1. Editing Data


Editing data yaitu memeriksa kelengkapan data di semua variabel yang akan dimasukan
dalam format tabel profil.

B.2. Entri Data


Data dientri ke dalam format tabel profil yang telah disediakan, sebagaimana tercantum
pada lampiran Petunjuk Teknis ini.

B.3. Cleaning Data


Cleaning data yaitu proses pengecekan data untuk memeriksa konsistensi dan memberi
perlakuan pada data yang kurang lengkap. Pengecekan konsistensi meliputi
pemeriksaan terhadap data yang out of range, tidak konsisten secara logika, ada nilai-
nilai ekstrim, data dengan nilai-nilai yang tidak terdefinisi. Sedangkan perlakuan pada
data yang kurang lengkap yaitu memberi nilai dari suatu variabel yang tidak diketahui
dikarenakan tidak ada pelaporannya. Jika telah dibersihkan maka data siap untuk
dianalisis.

C. ANALISIS DATA
Analisis dilakukan untuk pemantauan dan evaluasi. Pemantauan dilakukan dengan
membandingkan antara data dengan rencana kerja. Sedangkan evaluasi
membandingkan data dengan tujuan program.

Terdapat empat jenis analisis data Profil Kesehatan Kabupaten/Kota, yaitu:


1. Analisis Deskriptif, menggambarkan/menjelaskan data yang terdapat dalam tabel
sesuai karakteristik data yang ditampilkan, termasuk nilai rata-rata, nilai minimal dan
maksimal, serta nilai kuartil. Misalnya nilai rata-rata cakupan imunisasi bayi, kisaran
nilai maksimal dan minimal cakupan imunisasi bayi.
2. Analisis Komparatif, menjelaskan data dengan membandingkan karakteristik data
wilayah yang satu dengan wilayah lainnya atau membandingkan dengan
target/standar tertentu, antar jenis kelamin, antar kelompok umur, antar sumber
data. Secara khusus, dengan tersedianya data kesehatan yang terpilah menurut
jenis kelamin, dapat dikomparasikan derajat kesehatan, upaya kesehatan, dan
sumber daya kesehatan antara laki-laki dan perempuan. Misalnya perbandingan
prevalensi gizi buruk pada balita laki-laki dan perempuan.
3. Analisis Kecenderungan, menjelaskan data dengan membandingkan data antar
waktu dalam periode yang relatif panjang. Misalnya kecenderungan jumlah penderita

7 Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota


DBD selama lima tahun terakhir atau perkembangan jumlah kasus AIDS selama satu
dekade.
4. Analisis Hubungan, menjelaskan hubungan/keterkaitan antara variabel yang satu
dengan variabel lainnya yang secara teoritis memiliki hubungan, misalnya cakupan
K4 pada ibu hamil dengan cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
atau cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dengan kunjungan
neonatal serta ibu nifas. Analisis yang dapat dilakukan pada data agregat yaitu
koefisien korelasi persamaan regresi linier sederhana. Pada persamaan tersebut
akan didapatkan kekuatan hubungan antar 2 variabel.

Untuk mendapatkan hasil analisis data yang baik diperlukan pengetahuan tentang
kesehatan. Oleh karena itu, penyusun Profil Kesehatan tidak cukup hanya para ahli
statistik atau informasi kesehatan, melainkan juga ahli-ahli bidang kesehatan seperti
epidemiolog. Akan lebih baik apabila melibatkan para profesional yang ada di
kabupaten/kota tersebut seperti dokter, sarjana kesehatan masyarakat, apoteker, bidan,
perawat, ahli gizi, ahli kesehatan lingkungan, dan lainnya dalam pelaksanaan analisis
data.

D. PENYAJIAN DATA
Kegiatan analisis data tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pengemasan informasi.
Penyajian dimaksudkan untuk mempermudah membaca simpulan sekelompok data.
Data/informasi tersebut sebaiknya disajikan secara efektif.
Terdapat berbagai macam bentuk sajian informasi, antara lain dalam bentuk teks, tabel,
grafik, peta atau kombinasinya. Masing-masing bentuk tersebut mempunyai kelebihan
dan kekurangannya yang akan disesuaikan dengan jenis informasi yang disajikan.
Berikut ini adalah contoh-contoh sajian dalam bentuk grafik.
Grafik Batang, yaitu sajian distribusi frekuensi yang digambarkan dalam bentuk
bar (batang) untuk membandingkan satu nilai atau lebih dari beberapa kategori
GAMBAR 1
PREVALENSI GIZI BURUK PADA BALITA DI KABUPATEN X
TAHUN 2013

Sumber: ..

Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota 8


Grafik Garis, yaitu grafik yang berbentuk garis untuk menggambarkan
trends/perkembangan suatu nilai dari waktu ke waktu.
GAMBAR 2
ANGKA PREVALENSI DAN ANGKA PENEMUAN KASUS BARU KUSTA (NCDR)
KABUPATEN XYZ TAHUN 2007-2012

sumber: ..

Pie (Lingkaran), yaitu grafik berbentuk lingkaran yang terbagi ke dalam beberapa
bagian untuk membandingkan suatu nilai (proporsi) dari beberapa kategori.

GAMBAR 3
PROPORSI PESERTA KB AKTIF MENURUT METODE KONTRASEPSI
DI KABUPATEN Y TAHUN 2013

Sumber : .

Scatter Diagram, yaitu grafik yang berupa kumpulan titik-titik yang berserak yang
menyajikan sepasang pengamatan (data) dari suatu hal/keadaan (yang diletakkan
pada sumbu horisontal dan sumbu vertikal) untuk memperlihatkan ada/tidaknya
hubungan antara keduanya (lihat gambar berikut).

9 Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota


GAMBAR 4
HUBUNGAN ANTARA CAKUPAN KN1 DENGAN CAKUPAN PERSALINAN
DITOLONG OLEH TENAGA KESEHATAN
DI KABUPATEN X TAHUN 2013
120

100
y = 0,945x + 7,288
R = 0,758
Cakupan KN1 (%)

80
Kepri

60

40
Papua

20

0
0 20 40 60 80 100 120
Cakupan Salinakes (%)

Sumber : ..

Pictogram, yaitu grafik yang berupa gambar bentuk-bentuk nyata seperti gambar
orang, gambar tempat tidur, dan lain-lain (lihat gambar berikut).
GAMBAR 5
JUMLAH PUSKESMAS DI PROVINSI Z TAHUN
2013

Kabupaten/kota

Kabupaten A 21 Puskesmas

Kabupaten B
27 Puskesmas

Kabupaten C 18 Puskesmas

Kota D 25 Puskesmas

Jumlah Puskesmas
Sumber : .

Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota 10


Peta, yaitu grafik yang diwujudkan dalam bentuk peta suatu daerah di mana
bagian-bagiannya menunjukkan distribusi frekuensi. Peta ini terutama digunakan
untuk menunjukkan distribusi sesuatu dikaitkan dengan geografi (lihat gambar
berikut).
GAMBAR 6
PERSENTASE PENDUDUK MISKIN
PROVINSI MALUKU UTARA, TAHUN 2013

Sumber : ..

11 Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota


BAB IV
SISTEMATIKA DAN DISTRIBUSI

A. SISTEMATIKA PENYAJIAN
Sistematika penyajian Profil Kesehatan Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut:

Bab-1 : Pendahuluan
Bab ini berisi penjelasan tentang maksud dan tujuan profil kesehatan serta sistematika
dari penyajian.

Bab-2 : Gambaran Umum dan Perilaku Penduduk


Bab ini menyajikan tentang gambaran umum kabupaten/kota. Selain uraian tentang
letak geografis, administratif dan informasi umum lainnya, bab ini juga mengulas faktor-
faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan meliputi kependudukan, ekonomi,
pendidikan, sosial budaya, perilaku, dan lingkungan.

Bab-3 : Situasi Derajat Kesehatan


Bab ini berisi uraian tentang indikator mengenai angka kematian, angka kesakitan, dan
angka status gizi masyarakat.

Bab-4 : Situasi Upaya Kesehatan


Bab ini menguraikan tentang pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan
dan penunjang, pemberantasan penyakit menular, pembinaan kesehatan lingkungan
dan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, pelayanan kefarmasian dan alat
kesehatan, pelayanan kesehatan dalam situasi bencana. Upaya pelayanan kesehatan
yang diuraikan dalam bab ini juga mengakomodir indikator kinerja Standar Pelayanan
Minimal (SPM) Bidang Kesehatan serta upaya pelayanan kesehatan lainnya yang
diselenggarakan oleh kabupaten/kota.

Bab-5 : Situasi Sumber Daya Kesehatan


Bab ini menguraikan tentang sarana kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan
kesehatan dan sumber daya kesehatan lainnya.

Bab-6 : Kesimpulan
Bab ini diisi dengan sajian tentang hal-hal penting yang perlu disimak dan ditelaah lebih
lanjut dari Profil Kesehatan Kabupaten/Kota di tahun yang bersangkutan. Selain
keberhasilan-keberhasilan yang perlu dicatat, bab ini juga mengemukakan hal-hal yang
dianggap masih kurang dalam rangka penyelenggaraan pembangunan kesehatan.

Lampiran
Pada lampiran ini berisi tabel resume/angka pencapaian kabupaten/kota dan 81 tabel
data kesehatan dan yang terkait kesehatan yang responsif gender.
Profil Kesehatan dapat disajikan dalam bentuk tercetak (berupa buku) atau dalam
bentuk lain (softcopy, tampilan di situs internet, dan lain-lain).

Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota 12


B. DISTRIBUSI PROFIL KESEHATAN
Distribusi Profil Kesehatan Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut:
Bupati/Walikota/Gubernur
DPRD Kabupaten/Kota
Instansi tingkat Kabupaten/Kota termasuk Bappeda
Puskesmas, dan UPT Kesehatan lainnya
Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta
Dinas Kesehatan Provinsi
Kementerian Kesehatan c.q Pusat Data dan Informasi
LSM Kesehatan di Kabupaten/Kota

***

13 Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota


BAB V
INDIKATOR KESEHATAN PADA
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA

Profil Kesehatan Kabupaten/Kota merupakan salah satu sarana untuk


menggambarkan situasi dan kondisi kesehatan masyarakat di satu wilayah dan
merupakan salah satu sarana untuk mengevaluasi hasil penyelenggaraan pembangunan
kesehatan. Untuk itu diperlukan adanya indikator-indikator kesehatan dan indikator
lainnya yang terkait.
Adapun indikator-indikator tersebut dikelompokkan menjadi:

A. GAMBARAN UMUM
1. Luas Wilayah.
2. Jumlah Desa/Kelurahan.
3. Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur.
4. Jumlah Rumah Tangga/Kepala Keluarga.
5. Kepadatan Penduduk.
6. Rasio Beban Tanggungan.
7. Rasio Jenis Kelamin.
8. Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang Melek Huruf.
9. Persentase Penduduk Laki-laki dan Perempuan berusia 10 Tahun ke Atas Ijazah
Tertinggi.

B. DERAJAT KESEHATAN

B.1. ANGKA KEMATIAN


11. Angka Kematian Neonatal per 1.000 Kelahiran Hidup
12. Angka Kematian Bayi per 1.000 Kelahiran Hidup
13. Angka Kematian Balita per 1.000 Kelahiran Hidup
14. Angka Kematian Ibu per 100.000 Kelahiran Hidup

B.2. ANGKA KESAKITAN


15. CNR kasus baru BTA+
16. CNR seluruh kasus TB
17. Proporsi kasus TB anak 0-14 tahun
18. Angka Keberhasilan Pengobatan Penderita TB Paru BTA+
19. Persentase Balita dengan Pneumonia Ditangani.
20. Jumlah Kasus HIV
21. Jumlah Kasus AIDS
22. Jumlah Kasus Syphilis
23. Persentase Infeksi Menular Seksual Diobati.
21. Darah Donor Diskrining terhadap HIV.
22. Kasus Diare Ditemukan dan Ditangani.
23. Angka Penemuan Kasus Baru Kusta per 100.000 penduduk
24. Persentase Kasus Baru Kusta Anak Usia 0-14 Tahun

Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota 14


25. Persentase Cacat Tingkat 2 Penderita Kusta
26. Angka cacat tingkat 2 Penderita Kusta per 100.000 Penduduk
27. Angka Prevalensi Kusta per 10.000 Penduduk
28. Persentase Penderita Kusta Selesai Berobat
29. Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit Acute Flaccid Paralysis
(AFP) per-100.000 Penduduk<15 tahun
30. Jumlah Kasus Penyakit Menular yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I)
31. Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) per-100.000 Penduduk
32. Angka Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD)
33. Angka Kesakitan Malaria per-1.000 Penduduk
34. Angka Kematian Malaria
35. Kasus Penyakit Filariasis Ditangani
36. Persentase hipertensi/tekanan darah
37. Persentase obesitas
38. Persentase IVA positif pada perempuan 30-50 tahun
39. Persentase tumor/benjolan pada perempuan 30-50 tahun
40. Cakupan Desa/Kelurahan terkena KLB ditangani < 24 jam

C. UPAYA KESEHATAN

C.1. PELAYANAN KESEHATAN


41.Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K-1
42. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K-4
43. Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan
44. Cakupan Pelayanan Nifas
45. Cakupan Pemberian Vitamin A pada Ibu Nifas
46. Persentase Cakupan Imunisasi TT pada Ibu Hamil dan WUS
47. Persentase Ibu Hamil yang Mendapatkan Tablet Fe
48. Cakupan Komplikasi Kebidanan yang Ditangani
49. Cakupan Neonatus dengan Komplikasi yang Ditangani
50. Persentase Peserta KB Aktif menurut Jenis Kontrasepsi
51. Persentase Peserta KB Baru menurut Jenis Kontrasepsi
52. Persentase Berat Badan Bayi Lahir Rendah
53. Cakupan Kunjungan Neonatus
54. Persentase Bayi yang Mendapat ASI Eksklusif
55. Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi
56. Cakupan Desa /kelurahan Universal Child Immunization (UCI)
57. Persentase Cakupan Imunisasi Bayi.
58. Cakupan Pemberian Vitamin A pada Bayi dan Anak Balita
59. Cakupan Baduta Ditimbang
60. Cakupan Pelayanan Anak Balita
61. Cakupan Balita Ditimbang
62. Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan
63. Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat
64. Rasio Tumpatan/Pencabutan Gigi Tetap
65. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut pada Anak SD dan Setingkat.
66. Cakupan Pelayanan Kesehatan Usila
67. Cakupan Pelayanan Gawat Darurat Level 1 yang Harus Diberikan Pelayanan
Kesehatan (RS) di Kab/Kota

15 Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota


C.2. AKSES DAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN:
68. Cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
69. Jumlah Kunjungan Rawat Jalan, Rawat Inap di Sarana Pelayanan Kesehatan
70. Jumlah Kunjungan Gangguan Jiwa di Sarana Pelayanan Kesehatan
71. Angka Kematian Pasien di Rumah Sakit
72. Indikator Kinerja Pelayanan di Rumah Sakit

C.3. PERILAKU HIDUP MASYARAKAT:


74. Persentase Rumah Tangga Ber-PHBS

C.4. KEADAAN LINGKUNGAN


75. Persentase Rumah Sehat
76. Persentase Penduduk yang Memiliki Akses Air Minum yang Layak
77. Persentase Penyelenggara Air Minum Memenuhi Syarat Kesehatan
78. Persentase Penduduk yang Memiliki Akses Sanitasi yang Layak
79. Persentase Desa STBM
80. Persentase Tempat-tempat Umum Memenuhi Syarat
81. Persentase Tempat Pengelolaan Makanan Memenuhi Syarat, Dibina, dan Diuji Petik
82. Ketersediaan Obat menurut Jenis Obat.

D. SUMBERDAYA KESEHATAN

D.1. SARANA KESEHATAN


83. Jumlah Rumah Sakit Umum dan Khusus
84. Jumlah Puskesmas dan Jaringannya
85. Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan menurut Kepemilikan/Pengelola.
86. Persentase RS dengan Kemampuan Pelayanan Gawat Darurat Level 1
87. Posyandu menurut Strata.
88. Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM).

D.2. TENAGA KESEHATAN


89. Jumlah dan Rasio Tenaga Medis (dokter umum, spesialis, dokter gigi) di Sarana
Kesehatan.
90. Jumlah dan Rasio Bidan dan Perawat di Sarana Kesehatan.
91. Jumlah dan Rasio Tenaga Kefarmasian di Sarana Kesehatan.
92. Jumlah dan Rasio Tenaga Gizi di Sarana Kesehatan.
93. Jumlah dan Rasio Tenaga Kesehatan Masyarakat di Sarana Kesehatan.
94. Jumlah dan Tenaga Teknisi Medis dan Fisioterapis di Sarana Kesehatan.

D.3. PEMBIAYAAN KESEHATAN


95. Persentase Anggaran Kesehatan terhadap APBD Kabupaten/Kota.
96. Anggaran Kesehatan per Kapita

Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota 16


Keterkaitan indikator antar tabel, yaitu :

Jumlah Penduduk berdasarkan Kecamatan : Tabel 1 dan 2


Jumlah Penduduk berdasarkan Puskesmas : Tabel 7, 13, 59, 61
Jumlah Lahir Hidup : Tabel 4 dan 6
Jumlah Bayi : Tabel 33, 38, 40, 43 dan 44
Jumlah Anak Balita : Tabel 44 dan 46
Jumlah Penderita Kusta : Tabel 14 dan 15
Jumlah Ibu Hamil : Tabel 29, 30, 32, dan 33
Jumlah Peserta KB Aktif : Tabel 34 dan 36
Jumlah Peserta KB Baru : Tabel 35 dan 36
Jumlah Desa/Kelurahan : Tabel 41, 62, 70, dan 71
Jumlah Pasien Keluar : Tabel 55 dan 56

Pada Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota dalam bentuk soft
copy (CD) dilengkapi dengan rumus-rumus sehingga petugas cukup mengisikan data
maka secara otomatis akan tampil jumlah kabupaten/kota, persentase dari indikator
yang ditampilkan dan link data antar tabel satu dengan yang lainnya. Adapun langkah-
langkah pengoperasiannya adalah sebagai berikut:

1. JUDUL
Pada Tabel 1, tulis nama kabupaten/kota dan tahun pembuatan profil kesehatan
pada kolom di samping KABUPATEN/KOTA dan TAHUN maka untuk tabel-tabel
selanjutnya akan tertulis seperti di Tabel 1.

Gambar 5.1
PENULISAN NAMA KABUPATEN/KOTA DAN TAHUN PEMBUATAN PROFIL

17 Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota


2. NAMA KECAMATAN
Pada Tabel 1, tulis nama kecamatan yang terdapat di kabupaten/kota, maka untuk
tabel selanjutnya yang ada nama kecamatan akan tertulis seperti pada Tabel 1
(untuk tabel yang hanya memiliki kolom kecamatan saja, tanpa kolom puskesmas).
Tersedia 20 baris nama kecamatan, bila lebih 20 maka dapat meng-insert baris
sesuai dengan jumlah kecamatan yang ada pada Tabel 1. Untuk tabel selanjutnya
setelah meng-insert baris selanjutnya copy nama kecamatan di atasnya untuk
tambahan nama kecamatan tambahan maka akan tampil seperti Tabel 1. Sedangkan
untuk mengurangi baris sesuai dengan kebutuhan, baris terakhir (Jumlah Kab/Kota)
jangan dihapus. Seperti contoh Gambar 5.2 di bawah, bila di Kabupaten hanya
terdapat 10 Kecamatan maka baris ke 11 dan 20 dapat dihapus.

Gambar 5.2
PENULISAN NO.URUT DAN NAMA KECAMATAN

3. JUMLAH PENDUDUK DAN LAIN-LAIN (KETERKAITAN INDIKATOR ANTAR


TABEL DI ATAS)
Jumlah penduduk sasaran program, seperti jumlah penduduk, jumlah balita, jumlah
ibu hamil, dan jumlah wanita usia subur akan otomatis terisi sama dengan tabel
rujukan. Jadi, pengelola data tidak perlu mengisi berulang kali pada kolom/nilai yang
sama pada tabel yang berbeda.

4 NAMA PUSKESMAS

Pada tabel 4, tulis nomor urut, nama kecamatan dan puskesmas yang ada pada
kabupaten pada kabupaten maka tabel selanjutnya yang memiliki kolom kecamatan
dan puskesmas akan mengikuti.

Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota 18


Gambar 5.3
PENULISAN NAMA KECAMATAN DAN PUSKESMAS

***

HHGHGHGHG NGGHGHG HHGHGH CGFHFHFH FGFHFH DCGFGFGFGF

4. NAMA PUSKESMASPada Tabel 6, tulis nomor urut, nama kecamatan dan


puskHGHGHGHGHGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGG
HHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH NNNNNNNNNNNNNNNNNNNN
HHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH
HHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH
Hesmas yang ada pada kabupaten maka tabel selanjutnya yang memiliki kolom
kecamatan dan puskesmas akan
mengikuti.jjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj
jjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj NAMA PUSKESMASPada Tabel
6, tulis nomor urut, nama kecamatan dan puskesmas yang ada pada kabupaten maka
tabel selanjutnya yang memiliki kolom kecamatan dan puskesmas akan
mengikuti.jjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj
jjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj
5. NAMA PUSKESMASPada Tabel 6, tulis nomor urut, nama kecamatan dan
puskesmas yang ada pada kabupaten maka tabel selanjutnya yang memiliki kolom
kecamatan dan puskesmas akan mengikuti
6. NAMA PUSKESMASPada Tabel 6, tulis nomor urut, nama kecamatan

19 Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota


RESUME PROFIL KESEHATAN
KABUPATEN/KOTA
TAHUN

ANGKA/NILAI
NO INDIKATOR No. Lampiran
L P L+P Satuan
A. GAMBARAN UMUM
1 Luas Wilayah Km2 Tabel 1
2 Jumlah Desa/Kelurahan Desa/Kel Tabel 1
3 Jumlah Penduduk Jiwa Tabel 2
4 Rata-rata jiwa/rumah tangga Jiwa Tabel 1
5 Kepadatan Penduduk /Km2 Jiwa/Km2 Tabel 1
6 Rasio Beban Tanggungan per 100 penduduk produktif Tabel 2
7 Rasio Jenis Kelamin Tabel 2
8 Penduduk 10 tahun ke atas melek huruf % Tabel 3
9 Penduduk 10 tahun yang memiliki ijazah tertinggi
a. SMP/ MTs % Tabel 3
b. SMA/ SMK/ MA % Tabel 3
c. Sekolah menengah kejuruan % Tabel 3
d. Diploma I/Diploma II % Tabel 3
e. Akademi/Diploma III % Tabel 3
f. Universitas/Diploma IV % Tabel 3
g. S2/S3 (Master/Doktor) % Tabel 3

B. DERAJAT KESEHATAN
B.1 Angka Kematian
10 Jumlah Lahir Hidup Tabel 4
11 Angka Lahir Mati (dilaporkan) per 1.000 Kelahiran Hidup Tabel 4
12 Jumlah Kematian Neonatal neonatal Tabel 5
13 Angka Kematian Neonatal (dilaporkan) per 1.000 Kelahiran Hidup Tabel 5
14 Jumlah Bayi Mati bayi Tabel 5
15 Angka Kematian Bayi (dilaporkan) per 1.000 Kelahiran Hidup Tabel 5
16 Jumlah Balita Mati Balita Tabel 5
17 Angka Kematian Balita (dilaporkan) per 1.000 Kelahiran Hidup Tabel 5
18 Kematian Ibu
Jumlah Kematian Ibu Ibu Tabel 6
Angka Kematian Ibu (dilaporkan) per 100.000 Kelahiran Hidup Tabel 6
ANGKA/NILAI
NO INDIKATOR No. Lampiran
L P L+P Satuan
B.2 Angka Kesakitan
19 Tuberkulosis
Jumlah kasus baru TB BTA+ Kasus Tabel 7
Proporsi kasus baru TB BTA+ % Tabel 7
CNR kasus baru BTA+ per 100.000 penduduk Tabel 7
Jumlah seluruh kasus TB Kasus Tabel 7
CNR seluruh kasus TB per 100.000 penduduk Tabel 7
Kasus TB anak 0-14 tahun % Tabel 7
Persentase BTA+ terhadap suspek % Tabel 8
Angka kesembuhan BTA+ % Tabel 9
Angka pengobatan lengkap BTA+ % Tabel 9
Angka keberhasilan pengobatan (Success Rate) BTA+ % Tabel 9
Angka kematian selama pengobatan per 100.000 penduduk Tabel 9
20 Pneumonia Balita ditemukan dan ditangani % Tabel 10
21 Jumlah Kasus HIV Kasus Tabel 11
22 Jumlah Kasus AIDS Kasus Tabel 11
23 Jumlah Kematian karena AIDS Jiwa Tabel 11
24 Jumlah Kasus Syphilis Kasus Tabel 11
25 Donor darah diskrining positif HIV % Tabel 12
26 Persentase Diare ditemukan dan ditangani % Tabel 13
27 Kusta
Jumlah Kasus Baru Kusta (PB+MB) Kasus Tabel 14
Angka penemuan kasus baru kusta (NCDR) per 100.000 penduduk Tabel 14
Persentase Kasus Baru Kusta 0-14 Tahun % Tabel 15
Persentase Cacat Tingkat 2 Penderita Kusta % Tabel 15
Angka Cacat Tingkat 2 Penderita Kusta per 100.000 penduduk Tabel 15
Angka Prevalensi Kusta per 10.000 Penduduk Tabel 16
Penderita Kusta PB Selesai Berobat (RFT PB) % Tabel 17
Penderita Kusta MB Selesai Berobat (RFT MB) % Tabel 17
28 Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
AFP Rate (non polio) < 15 th per 100.000 penduduk <15 tahun Tabel 18
Jumlah Kasus Difteri Kasus Tabel 19
Case Fatality Rate Difteri % Tabel 19
Jumlah Kasus Pertusis Kasus Tabel 19
Jumlah Kasus Tetanus (non neonatorum) Kasus Tabel 19
Case Fatality Rate Tetanus (non neonatorum) % Tabel 19
Jumlah Kasus Tetanus Neonatorum Kasus Tabel 19
Case Fatality Rate Tetanus Neonatorum % Tabel 19
ANGKA/NILAI
NO INDIKATOR No. Lampiran
L P L+P Satuan
Jumlah Kasus Campak Kasus Tabel 20
Case Fatality Rate Campak % Tabel 20
Jumlah Kasus Polio Kasus Tabel 20
Jumlah Kasus Hepatitis B Kasus Tabel 20
29 Incidence Rate DBD per 100.000 penduduk Tabel 21
30 Case Fatality Rate DBD % Tabel 21
31 Angka Kesakitan Malaria (Annual Parasit Incidence ) per 1.000 penduduk berisiko Tabel 22
32 Case Fatality Rate Malaria % Tabel 22
33 Angka Kesakitan Filariasis per 100.000 penduduk Tabel 23
34 Persentase Hipertensi/tekanan darah tinggi % Tabel 24
35 Persentase obesitas % Tabel 25
36 Persentase IVA positif pada perempuan usia 30-50 tahun % Tabel 26
37 % tumor/benjolan payudara pada perempuan 30-50 tahun % Tabel 26
38 Desa/Kelurahan terkena KLB ditangani < 24 jam % Tabel 28

C. UPAYA KESEHATAN
C.1 Pelayanan Kesehatan
39 Kunjungan Ibu Hamil (K1) % Tabel 29
40 Kunjungan Ibu Hamil (K4) % Tabel 29
41 Persalinan ditolong Tenaga Kesehatan % Tabel 29
42 Pelayanan Ibu Nifas % Tabel 29
43 Ibu Nifas Mendapat Vitamin A % Tabel 29
44 Ibu hamil dengan imunisasi TT2+ % Tabel 30
45 Ibu Hamil Mendapat Tablet Fe3 % Tabel 32
46 Penanganan komplikasi kebidanan % Tabel 33
47 Penanganan komplikasi Neonatal % Tabel 33
48 Peserta KB Baru % Tabel 36
49 Peserta KB Aktif % Tabel 36
50 Bayi baru lahir ditimbang % Tabel 37
51 Berat Badan Bayi Lahir Rendah (BBLR) % Tabel 37
52 Kunjungan Neonatus 1 (KN 1) % Tabel 38
53 Kunjungan Neonatus 3 kali (KN Lengkap) % Tabel 38
54 Bayi yang diberi ASI Eksklusif % Tabel 39
55 Pelayanan kesehatan bayi % Tabel 40
56 Desa/Kelurahan UCI % Tabel 41
57 Cakupan Imunisasi Campak Bayi % Tabel 43
58 Imunisasi dasar lengkap pada bayi % Tabel 43
59 Bayi Mendapat Vitamin A % Tabel 44
ANGKA/NILAI
NO INDIKATOR No. Lampiran
L P L+P Satuan
60 Anak Balita Mendapat Vitamin A % Tabel 44
61 Baduta ditimbang % Tabel 45
62 Baduta berat badan di bawah garis merah (BGM) % Tabel 45
63 Pelayanan kesehatan anak balita % Tabel 46
64 Balita ditimbang (D/S) % Tabel 47
65 Balita berat badan di bawah garis merah (BGM) % Tabel 47
66 Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan % Tabel 48
67 Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat %
Tabel 49
68 Rasio Tumpatan/Pencabutan Gigi Tetap Tabel 50
69 SD/MI yang melakukan sikat gigi massal sekolah Tabel 51
70 SD/MI yang mendapat pelayanan gigi sekolah Tabel 51
71 Murid SD/MI Diperiksa (UKGS) % Tabel 51
72 Murid SD/MI Mendapat Perawatan (UKGS) % Tabel 51
73 Siswa SD dan setingkat mendapat perawatan gigi dan
mulut % Tabel 51
74 Pelayanan Kesehatan Usila (60 tahun +) % Tabel 52

C.2 Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan


Persentase

75 Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan % Tabel 53


76 Cakupan Kunjungan Rawat Jalan % Tabel 54
77 Cakupan Kunjungan Rawat Inap % Tabel 54
78 Angka kematian kasar/Gross Death Rate (GDR) di RS per 100.000 pasien keluar Tabel 55
79 Angka kematian murni/Nett Death Rate (NDR) di RS per 100.000 pasien keluar Tabel 55
80 Bed Occupation Rate (BOR) di RS % Tabel 56
81 Bed Turn Over (BTO) di RS Kali Tabel 56
82 Turn of Interval (TOI) di RS Hari Tabel 56
83 Average Length of Stay (ALOS) di RS Hari Tabel 56

C.3 Perilaku Hidup Masyarakat


84 Rumah Tangga ber-PHBS % Tabel 57
ANGKA/NILAI
NO INDIKATOR No. Lampiran
L P L+P Satuan
C.4 Keadaan Lingkungan
85 Persentase rumah sehat % Tabel 58
86 Penduduk yang memiliki akses air minum yang layak % Tabel 59
87 Penyelenggara air minum memenuhi syarat kesehatan % Tabel 60
88 Penduduk yg memiliki akses sanitasi layak (jamban sehat) % Tabel 61
89 Desa STBM % Tabel 62
90 Tempat-tempat umum memenuhi syarat % Tabel 63
TPM memenuhi syarat higiene sanitasi % Tabel 64
TPM tidak memenuhi syarat dibina % Tabel 65
TPM memenuhi syarat diuji petik % Tabel 65

D. SUMBERDAYA KESEHATAN
D.1 Sarana Kesehatan
91 Jumlah Rumah Sakit Umum RS Tabel 67
92 Jumlah Rumah Sakit Khusus RS Tabel 67
93 Jumlah Puskesmas Rawat Inap Tabel 67
94 Jumlah Puskesmas non-Rawat Inap Tabel 67
Jumlah Puskesmas Keliling Tabel 67
Jumlah Puskesmas pembantu Tabel 67
95 Jumlah Apotek Tabel 67
96 RS dengan kemampuan pelayanan gadar level 1 % Tabel 68
97 Jumlah Posyandu Posyandu Tabel 69
98 Posyandu Aktif % Tabel 69
99 Rasio posyandu per 100 balita per 100 balita Tabel 69
100 UKBM
Poskesdes Poskesdes Tabel 70
Polindes Polindes Tabel 70
Posbindu Posbindu Tabel 70
101 Jumlah Desa Siaga Desa Tabel 71
102 Persentase Desa Siaga % Tabel 71

D.2 Tenaga Kesehatan


103 Jumlah Dokter Spesialis Orang Tabel 72
104 Jumlah Dokter Umum Orang Tabel 72
105 Rasio Dokter (spesialis+umum) per 100.000 penduduk Tabel 72
106 Jumlah Dokter Gigi + Dokter Gigi Spesialis Orang Tabel 72
ANGKA/NILAI
NO INDIKATOR No. Lampiran
L P L+P Satuan
107 Rasio Dokter Gigi (termasuk Dokter Gigi Spesialis) per 100.000 penduduk
108 Jumlah Bidan Orang Tabel 73
109 Rasio Bidan per 100.000 penduduk per 100.000 penduduk Tabel 73
110 Jumlah Perawat Orang Tabel 73
111 Rasio Perawat per 100.000 penduduk per 100.000 penduduk Tabel 73
112 Jumlah Perawat Gigi Orang Tabel 73
113 Jumlah Tenaga Kefarmasian Orang Tabel 74
114 Jumlah Tenaga Kesehatan kesehatan Orang Tabel 75
115 Jumlah Tenaga Sanitasi Orang Tabel 76
116 Jumlah Tenaga Gizi Orang Tabel 77

D.3 Pembiayaan Kesehatan


117 Total Anggaran Kesehatan Rp Tabel 81
118 APBD Kesehatan terhadap APBD Kab/Kota % Tabel 81
119 Anggaran Kesehatan Perkapita Rp Tabel 81
TABEL 1

LUAS WILAYAH, JUMLAH DESA/KELURAHAN, JUMLAH PENDUDUK, JUMLAH RUMAH TANGGA,


DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KECAMATAN
KABUPATEN/KOTA
TAHUN

LUAS JUMLAH JUMLAH RATA-RATA KEPADATAN


JUMLAH
NO KECAMATAN WILAYAH DESA + RUMAH JIWA/RUMAH PENDUDUK
DESA KELURAHAN PENDUDUK
(km 2) KELURAHAN TANGGA TANGGA per km 2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

JUMLAH (KAB/KOTA)

Sumber: - Kantor Statistik Kabupaten/Kota


- sumber lain... (sebutkan)
TABEL 1

DEFINISI OPERASIONAL

Desa : Kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan istiadat setempat yang diakui dalam
sistem pemerintahan nasional dan berada di bawah kabupaten
Kelurahan : Suatu wilayah kerja lurah sebagai perangkat daerah kabupaten/kota dalam wilayah kerja
kecamatan
Rumah Tangga : Seorang atau sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik, dan
biasanya tinggal bersama serta makan dari satu dapur

Kepadatan Penduduk : Jumlah penduduk di satu wilayah per-km2

FORMULA

Jumlah penduduk di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu


Rata-rata Jiwa/
Rumah Tangga Jumlah rumah tangga di wilayah dan pada kurun waktu yang sama

Kepadatan Jumlah penduduk di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu



Penduduk/km2 Luas wilayah (km 2 )pada kurun waktu yang sama
TABEL 2

JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN DAN KELOMPOK UMUR


KABUPATEN/KOTA
TAHUN

JUMLAH PENDUDUK
NO KELOMPOK UMUR (TAHUN)
LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI+PEREMPUAN RASIO JENIS KELAMIN
1 2 3 4 5 6

1 0-4
2 5-9
3 10 - 14
4 15 - 19
5 20 - 24
6 25 - 29
7 30 - 34
8 35 - 39
9 40 - 44
10 45 - 49
11 50 - 54
12 55 - 59
13 60 - 64
14 65 - 69
15 70 - 74
16 75+

JUMLAH
ANGKA BEBAN TANGGUNGAN (DEPENDENCY RATIO)

Sumber: - Kantor Statistik Kabupaten/kota


- Sumber lain... (sebutkan)
TABEL 2

DEFINISI OPERASIONAL

Jumlah Penduduk Jumlah penduduk pada kelompok umur 0-4 tahun yaitu jumlah penduduk sebelum mencapai usia
menurut kelompok umur : genap 5 tahun. Kelompok umur ini sering disebut balita (bawah lima tahun). Penyebutan satuan
(interval 5 tahunan) dan tahun pada umur penduduk dilakukan dengan pembulatan ke bawah. Contoh, seseorang dengan
jenis kelamin umur 4 tahun 10 bulan 25 hari dinyatakan dalam umur 4 tahun. Demikian juga untuk kelompok
umur selanjutnya.
Rasio Beban Tanggungan : Perbandingan antara banyaknya orang yang belum produktif (usia kurang dari 15 tahun) dan tidak
produktif lagi (usia 65 tahun ke atas) dengan banyaknya orang yang termasuk usia produktif (15-64
tahun)

Rasio Jenis Kelamin : Perbandingan banyaknya penduduk laki-laki dengan banyaknya penduduk perempuan pada suatu
daerah dan waktu tertentu

FORMULA

Jumlah penduduk usia 15 tahun dan 65 tahun


Rasio Beban Tanggungan di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu
x 100
Jumlah penduduk usia 15 - 64 tahun di wilayah dan kurun waktu yang sama

Jumlah penduduk laki - laki di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu
Rasio Jenis Kelamin x 100
Jumlah penduduk perempuan di wilayah dan pada kurun waktu yang sama
TABEL 3

PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS YANG MELEK HURUF


DAN IJAZAH TERTINGGI YANG DIPEROLEH MENURUT JENIS KELAMIN
KABUPATEN/KOTA
TAHUN

JUMLAH PERSENTASE
NO VARIABEL LAKI-LAKI+ LAKI-LAKI+
LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI PEREMPUAN
PEREMPUAN PEREMPUAN
1 2 3 4 5 6 7 8
1 PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS
PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS YANG
2
MELEK HURUF
PERSENTASE PENDIDIKAN TERTINGGI YANG
3
DITAMATKAN:
a. TIDAK MEMILIKI IJAZAH SD
b. SD/MI
c. SMP/ MTs
d. SMA/ MA
e. SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
f. DIPLOMA I/DIPLOMA II
g. AKADEMI/DIPLOMA III
h. UNIVERSITAS/DIPLOMA IV
i. S2/S3 (MASTER/DOKTOR)

Sumber: (sebutkan)
TABEL 3

DEFINISI OPERASIONAL

Melek huruf : Penduduk berusia 10 tahun ke atas yang mampu membaca dan menulis huruf latin atau huruf
lainnya

Tidak mempunyai ijazah : Tidak memiliki ijazah suatu jenjang pendidikan atau pernah bersekolah di Sekolah Dasar atau
SD yang sederajat (antara lain Sekolah Luar Biasa tingkat dasar, Madrasah Ibtidaiyah, Sekolah Dasar
Pamong, Sekolah Dasar Kecil, paket A1-A100, Paket A Setara SD) tetapi tidak/belum tamat.
Tamat sekolah : Menyelesaikan pelajaran pada kelas atau tingkat terakhir suatu jenjang sekolah, baik negeri
maupun swasta, dan telah mendapatkan tanda tamat/ijazah. Orang yang belum mengikuti
pelajaran pada kelas tertinggi tetapi telah mengikuti ujian dan lulus dianggap tamat sekolah

FORMULA

Jumlah penduduk usia 10 tahun ke atas yang melek huruf


Persentase penduduk di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu
x 100%
yang melek huruf Jumlah penduduk usia 10 tahun ke atas di wilayah dan pada kurun waktu yang sama
TABEL 4

JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN DAN PUSKESMAS


KABUPATEN/KOTA
TAHUN

JUMLAH KELAHIRAN
NAMA LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI + PEREMPUAN
NO KECAMATAN
PUSKESMAS
HIDUP MATI HIDUP + MATI HIDUP MATI HIDUP + MATI HIDUP MATI HIDUP + MATI
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
JUMLAH (KAB/KOTA) 0 0
ANGKA LAHIR MATI PER 1.000 KELAHIRAN (DILAPORKAN)

Sumber: . (sebutkan)

Keterangan : Angka Lahir Mati (dilaporkan) tersebut di atas belum tentu menggambarkan Angka Lahir Mati yang sebenarnya di populasi
TABEL 4

DEFINISI OPERASIONAL

Lahir Hidup : Suatu kelahiran seorang bayi tanpa memperhitungkan lamanya di dalam kandungan, dimana bayi
menunjukkan tanda-tanda kehidupan, misal: bernafas, ada denyut jantung atau gerakan otot

Lahir Mati : Kelahiran seorang bayi dari kandungan yang berumur paling sedikit 22 minggu tanpa menunjukkan
tanda-tanda kehidupan

Angka Lahir Mati : Jumlah lahir mati terhadap 1.000 kelahiran (hidup+mati)

FORMULA

Angka Lahir Mati per Jumlah lahir mati di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu
x 1.000
1.000 Kelahiran Jumlah kelahiran (hidup mati) di wilayah dan pada kurun waktu yang sama
TABEL 5

JUMLAH KEMATIAN NEONATAL, BAYI, DAN BALITA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA
TAHUN

JUMLAH KEMATIAN

NO KECAMATAN PUSKESMAS LAKI - LAKI PEREMPUAN LAKI - LAKI + PEREMPUAN


a ANAK a ANAK ANAK
NEONATAL BAYI BALITA NEONATAL BAYI BALITA NEONATAL BAYIa BALITA
BALITA BALITA BALITA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

JUMLAH (KAB/KOTA)
ANGKA KEMATIAN (DILAPORKAN)

Sumber: . (sebutkan)

Keterangan : - Angka Kematian (dilaporkan) tersebut di atas belum tentu menggambarkan AKN/AKB/AKABA yang sebenarnya di populasi
TABEL 5

DEFINISI OPERASIONAL

Kematian Neonatal : Kematian yang terjadi pada bayi usia sampai dengan 28 hari
Kematian Bayi : Kematian yang terjadi pada bayi usia 0-11 bulan (termasuk neonatal)
Kematian Anak Balita : Kematian yang terjadi pada anak usia 12-59 bulan
Kematian Balita : Kematian yang terjadi pada bayi/anak usia 0 - 59 bulan (bayi + anak balita)

FORMULA
Jumlah bayi usia sampai 28 hari yg meninggal
Angka Kematian Neonatal
di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu
per 1.000 Kelahiran Hidup x 1.000
Jumlah kelahiran hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama

Jumlah bayi usia 0 - 11 bulan yg meninggal


Angka Kematian Bayi per
di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu
1.000 Kelahiran Hidup x 1.000
Jumlah kelahiran hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama

Angka Kematian Anak Jumlah anak usia 12 - 59 bulan yg meninggal


Balita per 1.000 Kelahiran di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu
Hidup x 1.000
Jumlah kelahiran hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama

Jumlah balita usia sampai 59 bulan (bayi anak balita) yg meninggal


Angka Kematian Balita di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu
per 1.000 Kelahiran Hidup x 1.000
Jumlah kelahiran hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama
TABEL 6
JUMLAH KEMATIAN IBU MENURUT KELOMPOK UMUR, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA
TAHUN

KEMATIAN IBU
JUMLAH LAHIR JUMLAH KEMATIAN IBU HAMIL JUMLAH KEMATIAN IBU BERSALIN JUMLAH KEMATIAN IBU NIFAS JUMLAH KEMATIAN IBU
NO KECAMATAN PUSKESMAS
HIDUP < 20 20-34 < 20 20-34 < 20 20-34 < 20 20-34
35 tahun JUMLAH 35 tahun JUMLAH 35 tahun JUMLAH 35 tahun JUMLAH
tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

JUMLAH (KAB/KOTA)
ANGKA KEMATIAN IBU (DILAPORKAN)

Sumber: . (sebutkan)
Keterangan:
- Jumlah kematian ibu = jumlah kematian ibu hamil + jumlah kematian ibu bersalin + jumlah kematian ibu nifas
- Angka Kematian Ibu (dilaporkan) tersebut di atas belum bisa menggambarkan AKI yang sebenarnya di populasi
TABEL 6

DEFINISI OPERASIONAL

Kematian Ibu : Kematian perempuan pada saat hamil atau kematian dalam kurun waktu 42 hari sejak
terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya kehamilan, yakni kematian yang disebabkan
karena kehamilannya atau penanganannya, tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti
kecelakaan dan terjatuh.

FORMULA

Angka Kematian Ibu Jumlah ibu yang meninggal karena hamil, bersalin, dan nifas
per 100.000 Kelahiran di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu
Hidup x 100.000
Jumlah kelahiran hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama
TABEL 7

KASUS BARU TB BTA+, SELURUH KASUS TB, KASUS TB PADA ANAK, DAN CASE NOTIFICATION RATE (CNR) PER 100.000 PENDUDUK
MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA
TAHUN

JUMLAH SELURUH
JUMLAH KASUS BARU TB BTA+ KASUS TB ANAK
JUMLAH PENDUDUK KASUS TB
NO KECAMATAN PUSKESMAS 0-14 TAHUN
L P L P
L+P L+P
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

JUMLAH (KAB/KOTA)

CNR KASUS BARU TB BTA+ PER 100.000 PENDUDUK

CNR SELURUH KASUS TB PER 100.000 PENDUDUK

Sumber: .. (sebutkan)
Keterangan:
Jumlah pasien adalah seluruh pasien yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk pasien yang ditemukan di BBKPM/BPKPM/BP4, RS, Lembaga Pemasyarakatan,
rumah tahanan, dokter praktek swasta, klinik dll
Catatan : Jumlah kolom 6 = jumlah kolom 7 pada Tabel 1, yaitu sebesar: 0
TABEL 7

DEFINISI OPERASIONAL

Kasus Baru BTA+ : Pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan
(4 minggu). TB BTA + yaitu penemuan pasien TB melalui pemeriksaan dahak sewaktu- pagi- sewaktu
(SPS) dengan hasil pemeriksaan mikroskopis :
a. Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif
b. Terdapat 1 spesimen dahak SPS dengan hasil BTA positif dan foto toraks dada menunjukan
gambaran tuberkulosis
c. Terdapat 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS pada
pemeriksaan sebelumnya dengan hasil BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah pemberian
antibiotika non OAT.
Seluruh kasus TB : Kasus TB (semua tipe) yang ditemukan dan diobati
Kasus TB anak : Kasus TB pada anak usia 0-14 tahun
Angka Notifikasi kasus : Angka yang menunjukkan jumlah pasien TB yang ditemukan dan tercatat diantara 100.000 penduduk pada
TB /Case Notification satu periode di suatu wilayah tertentu
Rate (CNR)

FORMULA
Jumlah kasus baru TB BTA
CNR Kasus Baru BTA+ x 100.000
Jumlah penduduk yang ada dalam wilayah dan kurun waktu yang sama

Jumlah pasien TB (semua tipe) yang ditemukan dan diobati (TB 07)
CNR Seluruh Kasus TB x 100.000
Jumlah penduduk yang ada dalam wilayah dan kurun waktu yang sama

Jumlah kasus TB pada anak


Proporsi TB anak x 100%
Jumlah pasien TB (semua tipe) yang ditemukan dan diobati
TABEL 8

JUMLAH KASUS DAN ANGKA PENEMUAN KASUS TB PARU BTA+ MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA
TAHUN

TB PARU
SUSPEK % BTA (+)
NO KECAMATAN PUSKESMAS BTA (+)
TERHADAP SUSPEK
L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

JUMLAH (KAB/KOTA)

Sumber: .. (sebutkan)
Keterangan:
Jumlah pasien adalah seluruh pasien yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk pasien yang ditemukan di BBKPM/BPKPM/BP4, RS, Lembaga Pemasyarakatan,
rumah tahanan, dokter praktek swasta, klinik dll
TABEL 8

DEFINISI OPERASIONAL
Suspek TB : Orang yang memiliki gejala utama yaitu batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih. Batuk dapat
diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk berdarah, sesak nafas, badan
lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan
fisik, demam meriang lebih dari satu bulan.
TB Paru BTA + : Penemuan pasien TB melalui pemeriksaan dahak sewaktu- pagi- sewaktu (SPS) yang hasil
pemeriksaan mikroskopis :
a. Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif
b. Terdapat 1 spesimen dahak SPS dengan hasil BTA positif dan foto toraks dada menunjukan
gambaran tuberkulosis
c. Terdapat 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS pada
pemeriksaan sebelumnya dengan hasil BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah
pemberian antibiotika non OAT.

FORMULA

Persentase BTA+ terhadap Jumlah TB Paru BTA yang ditemukan dan diobati di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu
suspek x 100%
Jumlah suspek TB di wilayah dan pada kurun waktu yang sama
TABEL 9

ANGKA KESEMBUHAN DAN PENGOBATAN LENGKAP TB PARU BTA+ SERTA KEBERHASILAN PENGOBATAN MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA
TAHUN

ANGKA PENGOBATAN LENGKAP


ANGKA KESEMBUHAN (CURE RATE) ANGKA KEBERHASILAN
(COMPLETE RATE) JUMLAH KEMATIAN
BTA (+) DIOBATI PENGOBATAN
NO KECAMATAN PUSKESMAS SELAMA PENGOBATAN
L P L+P L P L+P (SUCCESS RATE/SR)

L P L + P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % L P L+P L P L+P


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

JUMLAH (KAB/KOTA)
ANGKA KEMATIAN SELAMA PENGOBATAN PER 100.000 PENDUDUK

Sumber: .. (sebutkan)
Keterangan:
Jumlah pasien adalah seluruh pasien yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk pasien yang ditemukan di BBKPM/BPKPM/BP4, RS, Lembaga Pemasyarakatan,
rumah tahanan, dokter praktek swasta, klinik dll
TABEL 9

DEFINISI OPERASIONAL

BTA (+) diobati : Pasien baru Tuberkulosis BTA positif yang mendapatkan pengobatan dengan Obat Anti Tuberkulosis
Kesembuhan : Pasien yang telah menyelesaikan pengobatan secara lengkap dan hasil pemeriksaan apusan dahak ulang
(follow-up) dengan hasil negatif pada akhir pengobatan dan pada satu pemeriksaan sebelumnya.
Pengobatan Lengkap : Pasien yang telah menyelesaikan pengobatan secara lengkap tetapi tidak ada hasil pemeriksaan apusan
dahak ulang pada akhir pengobatan dan pada satu pemeriksaan sebelumnya.
Keberhasilan pengobatan : Jumlah pasien yang sembuh dan pengobatan lengkap
(complete rate)
Pasien TB Meninggal : Banyaknya kematian pasien TB selama masa pengobatan oleh sebab apapun
FORMULA

Angka Kesembuhan Jumlah pasien TB Paru BTA yang sembuh di suatu wilayah selama periode tertentu
Pasien TB Paru BTA+ x 100%
Jumlah pasien TB Paru BTA yang diobati di wilayah dan
(cure rate)
pada kurun waktu yang sama
Angka Pengobatan Jumlah pasien TB Paru BTA mendapat pengobatan lengkap di suatu wilayah selama 1 tahun
Lengkap x 100%
Jumlah pasien TB Paru BTA yang diobati di wilayah dan
(complete rate)
pada kurun waktu yang sama
Angka Keberhasilan Jumlah Pasien Baru TB BTA Positif (sembuh pengobatan lengkap)
Pengobatan x 100%
Jumlah Pasien Baru TB BTA Positif yang diobati
(Success Rate/SR)
Jumlah kematian pasien TB selama masa pengobatan oleh sebab apapun
di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu
Kematian TB x 100.000
Jumlah penduduk yang ada dalam wilayah dan kurun waktu yang sama
TABEL 10

PENEMUAN KASUS PNEUMONIA BALITA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA
TAHUN

PNEUMONIA PADA BALITA


JUMLAH BALITA JUMLAH PERKIRAAN PENDERITA DITEMUKAN DAN DITANGANI
NO KECAMATAN PUSKESMAS
PENDERITA L P L+P
L P L+P L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

JUMLAH (KAB/KOTA)

Sumber: .. (sebutkan)
Keterangan:
Jumlah kasus adalah seluruh kasus yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di RS
TABEL 10

DEFINISI OPERASIONAL

Penemuan penderita : Balita dengan pneumonia yang ditemukan dan diberikan tatalaksana sesuai standar di sarana
Pneumonia balita kesehatan di satu wilayah dalam waktu satu tahun
Pneumonia pada balita : Penemuan dan tatalaksana penderita pneumonia yang mendapat antibiotik sesuai standar atau
ditangani pneumonia berat dirujuk ke RS di satu wilayah pada kurun waktu tertentu

Perkiraan Pneumonia : Jumlah perkiraan penderita pneumonia balita di satu wilayah kerja pada kurun waktu yang sama.
pada balita Jumlah perkiraan penderita Pneumonia Balita yaitu 10% dari jumlah balita pada wilayah dan
kurun waktu yang sama

FORMULA

Penemuan penderita Jumlah penderita Pneumonia yang ditangani dalam kurun waktu tertentu
pneumonia 100%
Jumlah perkiraan penderita Pneumonia di satu wilayah dalam kurun waktu tertentu
TABEL 11

JUMLAH KASUS HIV, AIDS, DAN SYPHILIS MENURUT JENIS KELAMIN


KABUPATEN/KOTA
TAHUN

HIV AIDS JUMLAH KEMATIAN AKIBAT AIDS SYPHILIS


NO KELOMPOK UMUR PROPORSI PROPORSI PROPORSI
L P L+P KELOMPOK L P L+P KELOMPOK L P L+P L P L+P KELOMPOK
UMUR UMUR UMUR
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

1 4 TAHUN

2 5 - 14 TAHUN

3 15 - 19 TAHUN

4 20 - 24 TAHUN

5 25 - 49 TAHUN

6 50 TAHUN

JUMLAH (KAB/KOTA)

PROPORSI JENIS KELAMIN

Sumber: .. (sebutkan)
Ket: Jumlah kasus adalah seluruh kasus baru yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di RS
TABEL 11

DEFINISI OPERASIONAL

HIV : (Human Immunodeficiency Virus) seseorang yang hasil pemeriksaannya HIV positif dengan
pemeriksaan 3 test.
AIDS : (Acquired Immune Deficiency Syndrome) dewasa bila terdapat 2 gejala mayor dan 1 gejala minor
dan tidak ada sebab-sebab immunosupresi yang diketahui seperti kanker, malnutrisi berat atau
etiologi lainnya. Kasus pada anak bila terdapat paling sedikit 2 gejala mayor dan minor dan tidak
ada sebab-sebab immunosupresi yang diketahui seperti kanker, malnutrisi berat atau etiologi
lainnya.
Syphilis : Kasus IMS (Infeksi Menular Seksual) yang hasil pemeriksaan laboratoriumnya VDRL (Venereal
Disease Research Laboratory) dan TPHA (Treponema Pallidum Haemagglutination) positif.

FORMULA

Proporsi Jumlah kasus (HIV/AIDS/Syphilis) per kelompok umur


(HIV/AIDS/Syphilis) 100%
Jumlah kasus (HIV/AIDS/Syphilis) seluruh kelompok umur
per kelompok umur
TABEL 12

PERSENTASE DONOR DARAH DISKRINING TERHADAP HIV MENURUT JENIS KELAMIN


KABUPATEN/KOTA
TAHUN

DONOR DARAH
SAMPEL DARAH DIPERIKSA/DISKRINING
NO UNIT TRANSFUSI DARAH POSITIF HIV
JUMLAH PENDONOR TERHADAP HIV
L P L+P L P L+P
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

JUMLAH

Sumber: .. (sebutkan)
TABEL 12

DEFINISI OPERASIONAL

Darah donor diskrining : Darah donor diskrining dengan menggunakan reagen yang sensitivity > 90 % di satu wilayah kerja pada
terhadap HIV/AIDS kurun waktu tertentu.

FORMULA

Darah Donor Positif Darah donor diskrining positif HIV


HIV 100%
Jumlah seluruh darah donor yang diskrining
TABEL 13

KASUS DIARE YANG DITANGANI MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA
TAHUN

DIARE
JUMLAH PENDUDUK JUMLAH TARGET DIARE DITANGANI
NO KECAMATAN PUSKESMAS PENEMUAN L P L+P
L P L+P L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

JUMLAH (KAB/KOTA)
ANGKA KESAKITAN DIARE PER 1.000 PENDUDUK 214

Sumber: .. (sebutkan)
TABEL 13

DEFINISI OPERASIONAL

Penderita diare yang : Jumlah penderita yang datang dan dilayani di sarana kesehatan dan kader di suatu wilayah tertentu
ditangani dalam waktu satu tahun
Perkiraan jumlah penderita diare yang datang ke sarana kesehatan dan kader adalah 10% dari angka kesakitan x jumlah penduduk
disatu wilayah kerja dalam waktu satu tahun. Angka kesakitan nasional hasil Survei Morbiditas Diare tahun 2012 yaitu sebesar
214/1.000 penduduk. Jika terdapat angka kesakitan kabupaten/kota terkini, maka angka kesakitan tersebut dapat digunakan.

FORMULA
Jumlah penderita diare yang datang dan dilayani di sarana kesehatan dan kader
Penderita diare ditangani di suatu wilayah tertentu dalam waktu satu tahun
100%
Jumlah target penemuan penderita diare pada satu wilayah tertentu dalam waktu yg sama
(10% dari angka kesakitan diare x jumlah penduduk)
TABEL 14

KASUS BARU KUSTA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS


KABUPATEN/KOTA
TAHUN

KASUS BARU
NO KECAMATAN PUSKESMAS Pausi Basiler (PB)/ Kusta kering Multi Basiler (MB)/ Kusta Basah PB + MB
L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

JUMLAH (KAB/KOTA)
PROPORSI JENIS KELAMIN
ANGKA PENEMUAN KASUS BARU (NCDR/NEW CASE DETECTION RATE ) PER 100.000 PENDUDUK

Sumber: .. (sebutkan)
TABEL 14

DEFINISI OPERASIONAL

Penderita kusta : Seseorang yang mempunyai satu dari tanda utama kusta, yaitu :
Kelainan kulit/lesi dapat berbentuk bercak putih atau kemerahan yang mati rasa
Penebalan saraf tepi yang disertai dengan gangguan fungsi saraf. Gangguan fungsi saraf
bisa berupa gangguan fungsi sensoris, gangguan fungsi motoris, gangguan fungsi otonom
Adanya basil tahan asam (BTA) di dalam kerokan jaringan kulit (slit skin smear)

Penderita tipe PB : Penderita kusta yang mempunyai tanda utama seperti berikut :
Jumlah bercak kusta 1-5
Jumlah penebalan saraf tepi disertai gangguan fungsi hanya 1 saraf
Hasil pemeriksaan kerokan jaringan kulit negatif
Penderita MB : penderita kusta yang mempunyai tanda utama seperti berikut :
Jumlah bercak kusta >5
Jumlah penebalan saraf tepi disertai gangguan fungsi lebih dari 1 saraf
Hasil pemeriksaan kerokan jaringan kulit positif
NCDR : Kasus kusta baru yang ditemukan pada periode tertentu per 100.000 penduduk
(New Case Detection
Rate)

FORMULA

NCDR Jumlah kasus kusta yang baru ditemukan pada kurun waktu tertentu di suatu wilayah
(New Case Detection 100.000
Jumlah penduduk di wilayah dan kurun waktu yang sama
Rate)
TABEL 15

KASUS BARU KUSTA 0-14 TAHUN DAN CACAT TINGKAT 2 MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA
TAHUN

KASUS BARU
PENDERITA KUSTA
NO KECAMATAN PUSKESMAS PENDERITA CACAT TINGKAT 2
0-14 TAHUN
KUSTA
JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

JUMLAH (KAB/KOTA)
ANGKA CACAT TINGKAT 2 PER 100.000 PENDUDUK

Sumber: .. (sebutkan)
TABEL 15

DEFINISI OPERASIONAL

Cacat tingkat 2 : Cacat pada tangan dan kaki terdapat kelainan anatomis
Cacat pada mata lagoptalmus dan visus sangat terganggu
Angka cacat tingkat 2 : Jumlah kasus baru dengan cacat tingkat 2 uang ditemukan pada periode satu tahun per 100.000
penduduk
FORMULA

Jumlah penderita kusta (PB MB) yang berusia 0 - 14 tahun


% penderita kusta pada wilayah dan waktu tertentu
100%
0-14 tahun Jumlah seluruh penderita kusta (PB MB) baru yang ditemukan
pada wilayah dan kurun waktu yang sama

Jumlah penderita kusta dengan cacat tingkat 2 pada wilayah dan waktu tertentu
% cacat tingkat 2 100%
Jumlah seluruh penderita kusta (PB MB) baru yang ditemukan
pada wilayah dan kurun waktu yang sama

Angka kesakitan cacat Jumlah penderita kusta dengan cacat tingkat 2 pada wilayah dan waktu tertentu
tingkat 2 per 100.000 100%
Jumlah penduduk pada wilayah dan kurun waktu yang sama
penduduk
TABEL 16

JUMLAH KASUS DAN ANGKA PREVALENSI PENYAKIT KUSTA MENURUT TIPE/JENIS, JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA
TAHUN

KASUS TERCATAT
NO KECAMATAN PUSKESMAS Pausi Basiler/Kusta kering Multi Basiler/Kusta Basah JUMLAH
L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

JUMLAH (KAB/KOTA)
ANGKA PREVALENSI PER 10.000 PENDUDUK

Sumber: .. (sebutkan)
TABEL 16

DEFINISI OPERASIONAL

Angka prevalensi : Kasus kusta terdaftar (kasus baru dan kasus lama) per 10.000 penduduk pada wilayah dan
Per 10.000 penduduk kurun waktu tertentu

FORMULA

Angka prevalensi Jumlah kasus kusta terdaftar (baru lama) pada wilayah dan kurun waktu tertentu
10.000
Per 10.000 penduduk Jumlah penduduk pada wilayah dan kurun waktu yang sama
TABEL 17

PERSENTASE PENDERITA KUSTA SELESAI BEROBAT (RELEASE FROM TREATMENT/RFT) MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA
TAHUN

KUSTA (PB) KUSTA (MB)


RFT PB RFT MB
NO KECAMATAN PUSKESMAS PENDERITA PBa PENDERITA MBa
L P L+P L P L+P
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

JUMLAH (KAB/KOTA)

Sumber: .. (sebutkan)
TABEL 17

DEFINISI OPERASIONAL

RFT PB : Jumlah kasus baru PB dari periode kohort satu tahun yang sama yang menyelesaikan
(Release From Treatment) pengobatan tepat waktu (6 dosis dalam 6-9 bulan)

RFT MB : Jumlah kasus baru MB dari periode kohort satu tahun yang sama yang menyelesaikan
pengobatan tepat waktu (12 dosis dalam 12-18 bulan)

FORMULA

Jumlah kasus baru PB yang menyelesaikan pengobatan 6 dosis dalam 6 - 9 bulan


RFT rate PB 100%
Jumlah seluruh kasus baru PB yang mulai MDT pada periode kohort yang sama

Jumlah kasus baru MB yang menyelesaikan pengobatan 12 dosis dalam 12 - 18 bulan


100%
RFT rate MB Jumlah seluruh kasus baru MB yang mulai MDT pada periode kohort yang sama
TABEL 18

JUMLAH KASUS AFP (NON POLIO) MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS


KABUPATEN/KOTA
TAHUN

JUMLAH PENDUDUK JUMLAH KASUS AFP


NO KECAMATAN PUSKESMAS
<15 TAHUN (NON POLIO)
1 2 3 4 5
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

JUMLAH (KAB/KOTA)
AFP RATE (NON POLIO) PER 100.000 PENDUDUK USIA < 15 TAHUN

Sumber: .. (sebutkan)
Keterangan:
Jumlah kasus adalah seluruh kasus yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di RS

Catatan : Jumlah penduduk < 15 tahun kolom 4 = jumlah penduduk < 15 tahun pada tabel 2, yaitu: 0
TABEL 18

DEFINISI OPERASIONAL
Acute Flacid Paralysis : Kelumpuhan pada anak berusia < 15 tahun yang bersifat layuh (flaccid) terjadi secara akut,
(AFP) mendadak dan bukan disebabkan ruda paksa.
AFP rate per 100.000 : Jumlah kasus AFP Non Polio yang ditemukan diantara 100.000 penduduk berusia < 15 tahun di
penduduk usia < 15 thn satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

FORMULA
Jumlah kasus AFP Non Polio pada penduduk 15 tahun
Acute Flacid Paralysis di satu wilayah kerja pada satu kurun waktu tertentu
(AFP) rate per 100.000 x 100.000
Jumlah penduduk usia 15 tahun di wilayah kerja pada kurun waktu yang sama
penduduk usia < 15 tahun
TABEL 19

JUMLAH KASUS PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI (PD3I) MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA
TAHUN

JUMLAH KASUS PD3I


DIFTERI TETANUS (NON NEONATORUM) TETANUS NEONATORUM
NO KECAMATAN PUSKESMAS PERTUSIS
JUMLAH KASUS JUMLAH KASUS JUMLAH KASUS
MENINGGAL MENINGGAL MENINGGAL
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

JUMLAH (KAB/KOTA)
CASE FATALITY RATE (%)

Sumber: .. (sebutkan)
TABEL 19

DEFINISI OPERASIONAL
Penyakit Difteri : Infeksi akut yang disebabkan bakteri Corynebacterium diphteriae ditandai dengan pembentukan
membran di tenggorokan dan aliran udara lainnya yang menyebabkan sulit bernapas

Penyakit Pertusis : Penyakit membran mukosa pernapasan dengan gejala demam ringan, bersin, hidung berair, dan batuk
kering

Penyakit Tetanus : Penyakit infeksi akut dan sering fatal yang mengenai sistem saraf yang disebabkan infeksi bakteri dari
luka terbuka. Ditandai dengan kontraksi otot tetanik dan hiperrefleksi, yang mengakibatkan trismus
(rahang terkunci), spasme glotis, spasme otot umum, opistotonus, spasme respiratoris, serangan kejang
dan paralisis

Penyakit : Suatu bentuk tetanus infeksius yang berat dan terjadi selama beberapa hari pertama setelah lahir.
T. Neonatorum Disebabkan oleh faktor-faktor seperti tindakan perawatan sisa tali pusat yang tidak higienis, atau pada
sirkumsisi bayi laki-laki dan kekurangan imunisasi maternal

FORMULA
Case Fatality Rate Jumlah penderita (difteri/t etanus/t. neonatorum) yang meninggal
(difteri/tetanus/ pada wilayah dan periode tertentu
t.neonartum) 100%
Jumlah penderita (difteri/t etanus/t. neonatorum)
pada wilayah dan periode yang sama
TABEL 20

JUMLAH KASUS PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI (PD3I) MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA
TAHUN

JUMLAH KASUS PD3I

NO KECAMATAN PUSKESMAS CAMPAK


POLIO HEPATITIS B
JUMLAH KASUS
MENINGGAL
L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

JUMLAH (KAB/KOTA)
CASE FATALITY RATE (%)

Sumber: .. (sebutkan)
TABEL 20

DEFINISI OPERASIONAL

Penyakit Campak : Penyakit akut yang disebabkan Morbili virus ditandai dengan munculnya bintik merah (ruam), terjadi
pertama kali saat anak-anak

Penyakit Polio : Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus. Dapat menyerang semua umur, tetapi biasanya menyerang
anak-anak usia kurang dari 3 tahun yang menyebabkan kelumpuhan sehingga penderita tidak dapat
menggerakkan salah satu bagian tubuhnya

Penyakit Hepatitis B : Penyakit yang disebabkan oleh virus Hepatitis B

FORMULA

Case Fatality Rate campak Jumlah penderita campak yang meninggal pada wilayah dan periode tertentu
100%
Jumlah penderita campak pada wilayah dan periode yang sama
TABEL 21

JUMLAH KASUS DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA
TAHUN

DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)


NO KECAMATAN PUSKESMAS JUMLAH KASUS MENINGGAL CFR (%)
L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

JUMLAH (KAB/KOTA)
INCIDENCE RATE PER 100.000 PENDUDUK

Sumber: .. (sebutkan)
Ket: Jumlah kasus adalah seluruh kasus yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di RS
TABEL 21

DEFINISI OPERASIONAL

Penderita DBD : Penderita demam tinggi mendadak berlangsung 2-7 hari, disertai manifestasi perdarahan (antara lain
uji tourniqet positiv, petekie, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis dan/atau melena,
dsb) ditambah trombositopenia (trombosit 100.000 /mm) dan hemokonsentrasi (peningkatan
hematokrit 20%).

FORMULA

Angka Kesakitan DBD Jumlah penderita DBD


(Incidence Rate) 100.000
Jumlah penduduk pada tempat dan waktu yang sama

Jumlah kematian yang disebabkan DBD


Case Fatality Rate di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tahun tertentu
100%
DBD Jumlah penderita penyakit DBD yang ditemukan
di suatu wilayah kerja pada kurun waktu yang sama
TABEL 22

KESAKITAN DAN KEMATIAN AKIBAT MALARIA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA
TAHUN

MALARIA
SEDIAAN DARAH DIPERIKSA
NO KECAMATAN PUSKESMAS SUSPEK MENINGGAL CFR
POSITIF
L P L+P
L P L+P L % P % L+P % L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

JUMLAH (KAB/KOTA)

JUMLAH PENDUDUK BERISIKO

ANGKA KESAKITAN (ANNUAL PARASITE INCIDENCE ) PER 1.000 PENDUDUK BERISIKO

Sumber: .. (sebutkan)
TABEL 22

DEFINISI OPERASIONAL

Suspek : Kasus dengan gejala klinis malaria (demam tinggi disertai menggigil) Tanpa Pemeriksaan
Sediaan Darah

Malaria positif : Kasus dengan gejala klinis malaria (demam tinggi disertai menggigil) dengan pemeriksaan
sediaan darah di laboratorium

FORMULA

Jumlah sediaan darah diperiksa di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
% Sediaan darah 100
diperiksa Jumlah suspek pada wilayah dan kurun waktu yang sama

Jumlah penderita positif malaria (dengan pemeriksaan sediaan darah)


di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
Angka Kesakitan (API) 1.000
Jumlah penduduk berisiko pada wilayah kurun waktu yang sama

Jumlah kasus meninggal karena malaria di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
Case Fatality Rate (CFR) 100%
Jumlah kasus positif malaria pada wilayah dan kurun waktu yang sama
TABEL 23

PENDERITA FILARIASIS DITANGANI MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS


KABUPATEN/KOTA
TAHUN

PENDERITA FILARIASIS
NO KECAMATAN PUSKESMAS KASUS BARU DITEMUKAN JUMLAH SELURUH KASUS
L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

JUMLAH (KAB/KOTA)
ANGKA KESAKITAN PER 100.000 PENDUDUK (KAB/KOTA)

Sumber: .. (sebutkan)
Ket: Jumlah kasus adalah seluruh kasus yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di RS
TABEL 23

DEFINISI OPERASIONAL

Kasus baru filariasis : Kasus filariasis yang baru ditemukan

Jumlah seluruh kasus : Kasus filariasis baik kasus baru maupun kasus lama

FORMULA

Angka Kesakitan Jumlah kasus filariasis (baru dan lama) di wilayah dan pada periode tertentu
Filariasis 100.000
Jumlah penduduk pada periode waktu yang sama
TABEL 24

PENGUKURAN TEKANAN DARAH PENDUDUK 18 TAHUN MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA
TAHUN

DILAKUKAN PENGUKURAN TEKANAN DARAH HIPERTENSI/TEKANAN DARAH TINGGI


JUMLAH PENDUDUK 18 TAHUN LAKI-LAKI + LAKI-LAKI +
NO KECAMATAN PUSKESMAS LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI PEREMPUAN
PEREMPUAN PEREMPUAN
LAKI-LAKI +
LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
PEREMPUAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

JUMLAH (KAB/KOTA)

Sumber: .. (sebutkan)
TABEL 24

DEFINISI OPERASIONAL

Pengukuran tekanan : Penduduk yang berusia > 18 tahun yang dilakukan pengukuran tekanan darah minimal satu
darah tahun sekali di suatu wilayah. Pengukuran dapat dilakukan di dalam unit pelayanan
kesehatan primer, pemerintah maupun swasta, di dalam maupun di luar gedung.
Hipertensi/tekanan darah: Peningkatan tekanan darah yaitu keadaaan dimana tekanan darah sistolik lebih besar atau
tinggi sama dengan 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik lebih besar atau sama dengan 90
mmHg (Joint National Committee on Prevention Detection, Evaluation and Treatment of
High Blood Pressure VII/JNC-VII, 2003).
Tekanan darah tinggi merupakan hasil pengukuran tekanan darah terakhir atau hasil pengukuran minimal 1 kali setahun

FORMULA

Cakupan pengukuran Jumlah penduduk usia 18 tahun yang melakukan pengukuran tekanan darah
tekanan darah di suatu wilayah dan pada periode tertentu
100%
Jumlah penduduk usia 18 tahun di suatu wilayah dan periode waktu yang sama

Jumlah penduduk usia 18 tahun dengan hipertensi (tekanan darah tinggi)


Persentase hipertensi/ di suatu wilayah dan pada periode tertentu
tekanan darah tinggi 100%
Jumlah penduduk usia 18 tahun yang melakukan pengukuran tekanan darah
di suatu wilayah dan periode waktu yang sama
TABEL 25

PEMERIKSAAN OBESITAS MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS


KABUPATEN/KOTA
TAHUN

JUMLAH PENGUNJUNG PUSKESMAS DILAKUKAN PEMERIKSAAN OBESITAS OBESITAS


DAN JARINGANNYA BERUSIA 15
NO KECAMATAN PUSKESMAS TAHUN LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI + PEREMPUAN LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI + PEREMPUAN
LAKI-LAKI +
LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
PEREMPUAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

JUMLAH (KAB/KOTA)

Sumber: .. (sebutkan)
TABEL 25

DEFINISI OPERASIONAL

Pemeriksaan obesitas : Persentase pengunjung puskesmas dan jaringannya berusia > 15 tahun yang dilakukan
pemeriksaan obesitas dalam kurun waktu satu tahun
Obesitas : Terjadinya penimbunan lemak yang berlebihan pada tubuh yang dapat menimbulkan risiko bagi
kesehatan. Dikatakan obesitas apabila hasil pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT) > 25
Rumus IMT = berat badan (kg)/ tinggi badan (m)2
Obesitas diukur tiap pasien usia 15 tahun datang ke FPKTP atau posbindu satu kali dalam satu tahun. Pada yang
bermasalah berat badan/obese dapat dilakukan evaluasi tiap bulan atau minimal 3 bulan sekali
Dilaporkan satu tahun sekali, hasil yang dilaporkan adalah pengukuran terakhir
FORMULA

Jumlah pengunjung usia 15 tahun yang dilakukan pemeriksaan obesitas


di puskesmas dan jaringanny a dalam kurun waktu satu tahun
Persentase 100%
pemeriksaan obesitas Jumlah pengunjung usia 15 tahun yang datang ke puskesmas dan jaringanny a
dalam kurun waktu satu tahun yang sama

Jumlah pengunjung puskesmas dan jaringanny a berusia 15 tahun yang menderita obese
dalam kurun waktu satu tahun
100%
Persentase Obese Jumlah pengunjung usia 15 tahun yang dilakukan pemeriksaan obesitas
di puskesmas dan jaringanny a dalam kurun waktu satu tahun yang sama
TABEL 26

CAKUPAN DETEKSI DINI KANKER LEHER RAHIM DENGAN METODE IVA DAN KANKER PAYUDARA DENGAN PEMERIKSAAN KLINIS (CBE)
MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA
TAHUN

PEMERIKSAAN LEHER RAHIM


PEREMPUAN IVA POSITIF TUMOR/BENJOLAN
NO KECAMATAN PUSKESMAS DAN PAYUDARA
USIA 30-50 TAHUN
JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

JUMLAH (KAB/KOTA)

Sumber: .. (sebutkan)
Ket: IVA: Inspeksi Visual dengan Asam asetat
CBE: Clinical Breast Examination
TABEL 26

DEFINISI OPERASIONAL
IVA : Pemeriksaan dengan cara mengamati dengan menggunakan spekulum, melihat leher rahim
(Inspeksi Visual dengan yang telah dipulas dengan asam asetat atau asam cuka (3-5%). Pada lesi prakanker akan
Asam asetat) menampilkan warna bercak putih yang disebut acetowhite epithelium. Deteksi dini yang
dimaksud dapat dilakukan di puskesmas dan jaringannya, di dalam maupun di luar gedung.
IVA positif : Ditemukan bercak putih (lesi pra kanker) dengan pemeriksaan aplikasi asam asetat
Clinical Breast : Pemeriksaan payudara secara manual oleh tenaga kesehatan terlatih. Deteksi dini yang
Examination (CBE) dimaksud dapat dilakukan di puskesmas dan jaringannya, di dalam maupun di luar gedung.
Tumor/benjolan : Benjolan tidak normal pada payudara pada pemeriksaan klinis payudara oleh petugas
kesehatan terlatih
FORMULA
Cakupan pemeriksaan Jumlah perempuan usia 30 - 50 tahun yang dilakukan deteksi dini kanker leher rahim (IVA)
leher rahim (IVA) dan dan kanker payudara (CBE) di suatu wilayah pada periode tertentu
100%
payudara (CBE) Jumlah perempuan usia 30 - 50 tahun pada wilayah dan periode waktu yang sama
Jumlah perempuan usia 30 - 50 tahun dengan IVA positif
Persentase IVA positif di suatu wilayah pada periode tertentu
100%
Jumlah perempuan usia 30 - 50 tahun yang dilakukan deteksi dini kanker leher rahim (IVA)
dan kanker payudara (CBE) pada wilayah dan periode waktu yang sama
Jumlah perempuan usia 30 - 50 tahun yang ditemukan tumor/benjolan pada payudara
Persentase
di suatu wilayah pada periode tertentu
tumor/benjolan 100%
Jumlah perempuan usia 30 - 50 tahun yang dilakukan deteksi dini kanker leher rahim (IVA)
dan kanker payudara (CBE) pada wilayah dan periode waktu yang sama
TABEL 27

JUMLAH PENDERITA DAN KEMATIAN PADA KLB MENURUT JENIS KEJADIAN LUAR BIASA (KLB)
KABUPATEN/KOTA
TAHUN

YANG TERSERANG JUMLAH PENDUDUK


WAKTU KEJADIAN (TANGGAL) JUMLAH PENDERITA KELOMPOK UMUR PENDERITA JUMLAH KEMATIAN ATTACK RATE (%) CFR (%)
JENIS KEJADIAN TERANCAM
NO JUMLAH JUMLAH
LUAR BIASA
KEC DESA/KEL DIKETAHU DITANGG AKHIR L P L+P
0-7 8-28 1-11 1-4 5-9 10-14 15-19 20-44 45-54 55-59 60-69 70+
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
I U-LANGI HARI HARI BLN THN THN THN THN THN THN THN THN THN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34

Sumber: (sebutkan)
TABEL 27

DEFINISI OPERASIONAL

Penduduk Terancam : Penduduk yang tinggal di daerah (kelurahan/desa) yang terkena kejadian luar biasa

Attack Rate : Angka pengukuran yang dipakai untuk menghitung insidens kasus baru selama kejadian KLB terhadap
penduduk yang terancam.

CFR : Persentase penderita yang meninggal karena suatu penyakit terhadap seluruh kasus penyakit yang sama
(Case Fatality Rate)

FORMULA

Jumlah penderita baru akibat penyakit dalam periode waktu tertentu


100%
Attack Rate Jumlah penduduk terancam dalam periode waktu yang sama

Jumlah kematian akibat suatu penyakit dalam periode waktu tertentu


100%
CFR Jumlah kasus penyakit (yang sama) yang terdiagno sa dalam periode waktu yang sama
TABEL 28

KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) DI DESA/KELURAHAN YANG DITANGANI < 24 JAM


KABUPATEN/KOTA
TAHUN

KLB DI DESA/KELURAHAN
NO KECAMATAN PUSKESMAS
JUMLAH DITANGANI <24 JAM %
1 2 3 4 5 6
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

JUMLAH (KAB/KOTA)

Sumber: .. (sebutkan)
TABEL 28

DEFINISI OPERASIONAL

Kejadian Luar Biasa : Timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan dan atau kematian yang bermakna secara
epidemiologis pada suatu desa/kelurahan dalam waktu tertentu.
Desa/ kelurahan KLB : Jumlah KLB di desa/kelurahan dimana terjadi peningkatan kesakitan atau kematian penyakit potensial
KLB, penyakit karantina atau keracunan makanan
Ditanggulangi < 24 jam : Penanggulangan KLB kurang dari 24 jam sejak laporan W1 diterima sampai penyelidikan dilakukan
dengan catatan selain formulir W1 dapat juga berupa faximili atau telepon
Penyelidikan KLB : rangkaian kegiatan berdasarkan cara-cara epidemiologi untuk memastikan adanya suatu KLB,
mengetahui gambaran penyebaran KLB dan mengetahui sumber dan cara-cara penanggulangannnya
Penanggulangan KLB : Upaya untuk menemukan penderita atau tersangka penderita, penatalaksanaan penderita, pencegahan
peningkatan, perluasan dan menghentikan suatu KLB
Desa/kelurahan : Desa/Kelurahan yang mengalami KLB dan ditanggulangi < 24 jam oleh kabupaten/kota terhadap
Mengalami KLB yang Kejadian Luar Biasa (KLB) pada periode/kurun waktu tertentu.
ditangani < 24 jam

FORMULA

Persentase Kejadian Jumlah KLB di desa/kelur ahan yang ditanggula ngi 24 jam
Luar Biasa (KLB) di pada periode waktu tertentu
desa/kelurahan yang x 100%
Jumlah KLB yang terjadi pada wilayah desa/kelur ahan
ditanggulangi <24 jam
pada periode waktu yang sama
TABEL 29

CAKUPAN KUNJUNGAN IBU HAMIL, PERSALINAN DITOLONG TENAGA KESEHATAN, DAN PELAYANAN KESEHATAN IBU NIFAS
MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA
TAHUN

IBU HAMIL IBU BERSALIN/NIFAS


PERSALINAN MENDAPAT IBU NIFAS
NO KECAMATAN PUSKESMAS K1 K4
JUMLAH JUMLAH DITOLONG NAKES YANKES NIFAS MENDAPAT VIT A
JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

JUMLAH (KAB/KOTA)

Sumber: . (sebutkan)
TABEL 29

DEFINISI OPERASIONAL
Cakupan kunjungan ibu : Cakupan ibu hamil yang pertama kali mendapat pelayanan antenatal oleh tenaga kesehatan pada masa kehamilan di satu
hamil K-1 wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Cakupan kunjungan ibu : Ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar paling sedikit empat kali, dengan distribusi pemberian
hamil K-4 pelayanan yang dianjurkan adalah minimal satu kali pada trimester pertama, satu kali pada trimester kedua dan dua kali
pada trimester ketiga umur kehamilan.
Cakupan pertolongan Cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi
persalinan oleh tenaga kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
kesehatan
Pelayanan nifas sesuai : Pelayanan kepada ibu nifas sesuai standar sedikitnya 3 kali, kunjungan nifas ke-1 pada 6 jam setelah persalinan s.d 3
standar hari; kunjungan nifas ke-2 hari ke 4 s/d hari ke 28 setelah persalinan, kunjungan nifas ke-3 hari ke 29 s/d hari ke 42
setelah persalinan.
Jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja dalam kurun waktu yang sama = Perkiraan ibu hamil di wilayah kerja yang sama dapat dihitung
dengan formula: 1,1 x CBR Kabupaten/Kota x Jumlah penduduk di wilayah kerja.

Jumlah sasaran ibu bersalin/ibu nifas di satu wilayah kerja dalam kurun waktu yang sama = Perkiraan ibu bersalin/ibu nifas di wilayah kerja
yang sama dapat dihitung dengan formula: 1,05 x CBR Kabupaten/Kota x Jumlah penduduk di wilayah kerja.
Data CBR kab/kota diperoleh dari BPS setempat

FORMULA
Jumlah Ibu hamil yang memperoleh pelayanan antenatal K1/K4
Cakupan kunjungan Ibu Hamil sesuai standar di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
K-1/K-4 100%
Jumlah seluruh ibu hamil di satu wilayah kerja dalam kurun waktu yang sama

Jumlah ibu bersalin yang ditolong oleh tenaga kesehatan


Persentase cakupan pertolongan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
persalinan oleh tenaga kesehatan 100%
Jumlah ibu bersalin di satu wilayah kerja pada kurun waktu yang sama
Jumlah ibu nifas yang telah memperoleh 3 kali pelayanan nifas sesuai standar
oleh tenaga kesehatan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
Cakupan pelayanan ibu nifas 100%
Jumlah seluruh ibu nifas di satu wilayah kerja dalam kurun waktu yg sama
TABEL 30

PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI TT PADA IBU HAMIL MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA
TAHUN

IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA IBU HAMIL


JUMLAH IBU
NO KECAMATAN PUSKESMAS TT-1 TT-2 TT-3 TT-4 TT-5 TT2+
HAMIL
JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

JUMLAH (KAB/KOTA)

Sumber: .. (sebutkan)
TABEL 30

DEFINISI OPERASIONAL

Imunisasi TT Ibu : Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil sebanyak 5 dosis dengan interval tertentu (yang dimulai saat dan
Hamil atau sebelum kehamilan) yang berguna bagi kekebalan seumur hidup

Pemberian TT2 : interval minimal 4 minggu setelah TT1 dengan masa perlindungan 3 tahun

Pemberian TT3 : interval minimal 6 bulan setelah TT2 dengan masa perlindungan 5 tahun

Pemberian TT4 : interval minimal 1 tahun setelah TT3 dengan masa perlindungan 10 tahun

Pemberian TT5 : interval minimal 1 tahun setelah TT4 dengan masa perlindungan 25 tahun

Pemberian TT2+ : Ibu hamil yang telah mempunyai status T2 sampai dengan T5.
Catatan: - setiap ibu hamil yang akan diimunisasi TT harus dilakukan screening terlebih dahulu dengan melihat interval minimal
- setiap orang tercatat 1 kali setiap kategori TT
contoh: seorang ibu yang memiliki status T4 artinya ibu tadi sudah melalui 4 kali TT

FORMULA

Cakupan ibu hamil Jumlah ibu hamil mendapat imunisasi (TT1/TT2/TT3/TT4/TT5)


mendapat Imunisasi pada wilayah dan kurun waktu tertentu
(TT1/TT2/TT3/TT4/TT5) 100%
Jumlah ibu hamil pada wilayah dan kurun waktu yang sama

Cakupan ibu hamil Jumlah ibu hamil mendapat imunisasi (TT2 sampai dengan TT5)
mendapat Imunisasi pada wilayah dan kurun waktu tertentu
TT2+ 100%
Jumlah ibu hamil pada wilayah dan kurun waktu yang sama
TABEL 31

PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI TT PADA WANITA USIA SUBUR MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA
TAHUN

IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA WUS


JUMLAH WUS
NO KECAMATAN PUSKESMAS TT-1 TT-2 TT-3 TT-4 TT-5
(15-39 TAHUN)
JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

JUMLAH (KAB/KOTA)

Sumber: .. (sebutkan)
TABEL 31

DEFINISI OPERASIONAL

Imunisasi TT WUS : Pemberian imunisasi TT pada wanita usia subur (hamil dan tidak hamil usia 15-39 tahun) sebanyak 5
dosis dengan interval tertentu (yang dimulai saat dan atau sebelum kehamilan) yang berguna bagi
kekebalan seumur hidup
Pemberian TT2 : interval minimal 4 minggu setelah TT1 dengan masa perlindungan 3 tahun
Pemberian TT3 : interval minimal 6 bulan setelah TT2 dengan masa perlindungan 5 tahun
Pemberian TT4 : interval minimal 1 tahun setelah TT3 dengan masa perlindungan 10 tahun
Pemberian TT5 : interval minimal 1 tahun setelah TT4 dengan masa perlindungan 25 tahun
Catatan: - setiap WUS yang akan diimunisasi TT harus dilakukan screening terlebih dahulu dengan melihat interval minimal
- setiap orang tercatat 1 kali setiap kategori TT
contoh: seorang ibu yang memiliki status T4 artinya ibu tadi sudah melalui 4 kali TT

FORMULA
Cakupan WUS Jumlah WUS mendapat imunisasi (TT1/TT2/TT3/TT4/TT5)
mendapat Imunisasi pada wilayah dan kurun waktu tertentu
(TT1/TT2/TT3/TT4/TT5) 100%
Jumlah WUS usia 15 - 39 tahun pada wilayah dan kurun waktu yang sama
TABEL 32

JUMLAH IBU HAMIL YANG MENDAPATKAN TABLET FE1 DAN FE3 MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA
TAHUN

JUMLAH FE1 (30 TABLET) FE3 (90 TABLET)


NO KECAMATAN PUSKESMAS
IBU HAMIL JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8

JUMLAH (KAB/KOTA)

Sumber: (sebutkan)
TABEL 32

DEFINISI OPERASIONAL

Pemberian Fe1 : Ibu hamil yang mendapat minimal 30 tablet Fe (suplemen zat besi) selama periode kehamilannya di satu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Pemberian Fe3 : Ibu hamil yang mendapat minimal 90 tablet Fe (suplemen zat besi) selama periode kehamilannya di satu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

FORMULA

Cakupan Ibu Jumlah ibu hamil mendapat minimal 30/90 tablet Fe selama periode kehamilann ya
Hamil mendapat pada wilayah dan kurun waktu tertentu
100%
(30/90 tablet) Jumlah ibu hamil pada wilayah dan kurun waktu yang sama
TABEL 33

JUMLAH DAN PERSENTASE PENANGANAN KOMPLIKASI KEBIDANAN DAN KOMPLIKASI NEONATAL


MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA
TAHUN

PERKIRAAN PENANGANAN
PERKIRAAN NEONATAL PENANGANAN KOMPLIKASI NEONATAL
BUMIL KOMPLIKASI JUMLAH BAYI
JUMLAH KOMPLIKASI
NO KECAMATAN PUSKESMAS DENGAN KEBIDANAN L P L+P
IBU HAMIL
KOMPLIKASI
KEBIDANAN S % L P L+P L P L+P S % S % S %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

JUMLAH (KAB/KOTA)

Sumber: (sebutkan)
TABEL 33

DEFINISI OPERASIONAL
Komplikasi kebidanan : Kesakitan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas yang dapat mengancam jiwa ibu dan/atau bayi
Penanganan komplikasi : Ibu hamil, bersalin dan nifas dengan komplikasi yang mendapatkan pelayanan sesuai standar pada tingkat pelayanan
kebidanan dasar dan rujukan (Polindes, Puskesmas, Puskesmas PONED, Rumah Bersalin, RSIA/RSB, RSU, RSU PONEK)
Penanganan definitif : Penanganan/pemberian tindakan terakhir untuk menyelesaikan permasalahan setiap kasus komplikasi kebidanan
Komplikasi neonatal : Neonatal dengan penyakit dan kelainan yang dapat menyebabkan kesakitan, kecacatan, dan kematian. Neonatus dengan
komplikasi seperti asfiksia, ikterus, hipotermia, tetanus neonatorum, infeksi/sepsis, trauma lahir, BBLR (berat badan
lahir rendah < 2500 gr ), sindroma gangguan pernafasan, kelainan kongenital
Penangangan : neonatal dengan komplikasi disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai dengan standar oleh
komplikasi neonatal tenaga kesehatan terlatih di seluruh sarana pelayanan kesehatan

Perhitungan jumlah ibu dengan komplikasi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu yang sama : dihitung berdasarkan angka
estimasi 20% dari Total Ibu Hamil di satu wilayah pada kurun waktu yang sama

Total sasaran ibu hamil dihitung melalui estimasi dengan rumus : 1,10 x Crude Birth Rate x Jumlah Penduduk (pada tahun yang sama).
Angka CBR dan jumlah penduduk kab/kota didapat dari data BPS masing masing kab/kota/provinsi pada kurun waktu tertentu. 1,1
adalah konstanta untuk menghitung ibu hamil.
Perhitungan sasaran neonatal dengan komplikasi : dihitung berdasarkan 15% dari jumlah bayi
FORMULA
Jumlah komplikasi kebidanan yang mendapat penanganan definitif
Cakupan komplikasi
disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
kebidanan yang 100%
ditangani Jumlah ibu dengan komplikasi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu yang sama

Cakupan neonatal Jumlah neonatal dengan komplikasi yang ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan terlatih
dengan komplikasi pada wilayah dan kurun waktu tertentu
yang ditangani 100%
15 % dari jumlah sasaran bayi pada wilayah dan kurun waktu yang sama
TABEL 34

PROPORSI PESERTA KB AKTIF MENURUT JENIS KONTRASEPSI, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS


KABUPATEN/KOTA
TAHUN

PESERTA KB AKTIF
MKJP NON MKJP MKJP
NO KECAMATAN PUSKESMAS % MKJP +
IM KON SUNTI OBAT LAIN + NON
IUD % MOP % MOW % % JUMLAH % % % PIL % % % JUMLAH % NON MKJP
PLAN DOM K VAGINA NYA MKJP
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27

JUMLAH (KAB/KOTA)

Sumber: .. (sebutkan)
Keterangan: MKJP = Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
TABEL 34

DEFINISI OPERASIONAL

Pasangan Usia Subur : Pasangan suami istri yang istrinya berumur antara 15-49 tahun, dalam hal ini termasuk pasangan yang istrinya
(PUS) lebih dari 49 tahun tetapi masih mendapat menstruasi

Peserta Aktif KB : Peserta KB baru dan lama yang masih aktif memakai kontrasepsi terus-menerus untuk menunda, menjarangkan
kehamilan atau yang mengakhiri kesuburan

MKJP : Metode kontrasepsi jangka panjang yang meliputi IUD, MOP/MOW, dan implan

Non MKJP : Metode kontasepsi bukan jangka panjang yang meliputi kondom, suntik, pil, dan obat vagina

MOW : Medis Operatif Wanita atau tubektomi

MOP : Medis Operatif Pria atau vasektomi

FORMULA

Jumlah Peserta KB aktif di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
Cakupan Peserta Aktif x 100%
KB Jumlah Pasangan U sia Subur diwilayah kerja
dan kurun waktu yang sama
TABEL 35

PROPORSI PESERTA KB BARU MENURUT JENIS KONTRASEPSI, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS


KABUPATEN/KOTA
TAHUN

PESERTA KB BARU
MKJP NON MKJP MKJP + % MKJP
NO KECAMATAN PUSKESMAS
OBAT LAIN NON + NON
IUD % MOP % MOW % IMPLAN % JUMLAH % KONDOM % SUNTIK % PIL % % % JUMLAH % MKJP MKJP
VAGINA NYA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27

JUMLAH (KAB/KOTA)

Sumber: .. (sebutkan)
Keterangan: MKJP = Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
TABEL 35

DEFINISI OPERASIONAL

Peserta KB Baru : Pasangan usia subur yang baru pertama kali menggunakan salah satu cara/alat kontrasepsi dan/atau
pasangan usia subur yang menggunakan kembali salah cara/alat kontrasepsi, termasuk pasca
keguguran, sesudah melahirkan, atau pasca istirahat

FORMULA

Jumlah peserta KB baru di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu


Cakupan Peserta KB x 100%
Baru Jumlah Pasangan U sia Subur yang ada di wilayah dan pada kurun waktu yang sama
TABEL 36

JUMLAH PESERTA KB BARU DAN KB AKTIF MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS


KABUPATEN/KOTA
TAHUN

PESERTA KB BARU PESERTA KB AKTIF


NO KECAMATAN PUSKESMAS JUMLAH PUS
JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8

JUMLAH (KAB/KOTA)

Sumber: .. (sebutkan)
TABEL 36

DEFINISI OPERASIONAL

Peserta KB Baru : Pasangan usia subur yang baru pertama kali menggunakan salah satu cara/alat kontrasepsi dan/atau
pasangan usia subur yang menggunakan kembali salah cara/alat kontrasepsi, termasuk pasca
keguguran, sesudah melahirkan, atau pasca istirahat
Peserta Aktif KB : Akseptor yang sedang memakai kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan atau yang mengakhiri
kesuburan, dan masih terlindungi oleh efek kontrasepsinya

FORMULA
Jumlah peserta KB baru di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu
x 100%
Cakupan Peserta Baru Jumlah Pasangan U sia Subur yang ada di wilayah dan pada kurun waktu yang sama
KB
Jumlah Peserta KB aktif di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
x 100%
Cakupan Peserta Aktif Jumlah Pasangan U sia Subur diwilayah kerja
KB dan kurun waktu yang sama
TABEL 37

BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA
TAHUN

BAYI BARU LAHIR DITIMBANG BBLR


JUMLAH LAHIR HIDUP
NO KECAMATAN PUSKESMAS L P L+P L P L+P
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

JUMLAH (KAB/KOTA)

Sumber: . (sebutkan)
TABEL 37

DEFINISI OPERASIONAL

Bayi lahir ditimbang : Jumlah bayi lahir hidup yang ditimbang segera setelah lahir

BBLR : Bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram

FORMULA

Jumlah bayi baru lahir ditimbang di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
Persentase bayi baru 100%
lahir ditimbang Jumlah bayi lahir hidup disatu wilayah kerja dalam kurun waktu yg sama

Jumlah bayi dengan berat lahir rendah disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
Persentase BBLR 100%
Jumlah bayi lahir hidup yang ditimbang disatu wilayah kerja dalam kurun waktu yg sama
TABEL 38

CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATAL MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS


KABUPATEN/KOTA
TAHUN

KUNJUNGAN NEONATAL 1 KALI (KN1) KUNJUNGAN NEONATAL 3 KALI (KN LENGKAP)


JUMLAH BAYI
NO KECAMATAN PUSKESMAS L P L+P L P L+P
L P L +P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

JUMLAH (KAB/KOTA)

Sumber: . (sebutkan)
TABEL 38

DEFINISI OPERASIONAL

KN1 : Pelayanan kunjungan neonatal pertama pada 6-48 jam setelah lahir sesuai standar di satu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu
KN Lengkap : Pelayanan kunjungan neonatal lengkap, minimal 3 kali yaitu 1 kali pada usia 6 - 48 jam, 1 kali pada 3 - 7
hari, dan 1 kali pada 8 - 28 hari sesuai standar di satu wilayah kerja.

FORMULA

Jumlah bayi baru lahir (umur 6 jam - 48 jam) yang memperoleh pelayanan kesehatan sesuai standar
Cakupan KN1 di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
100%
Jumlah sasaran bayi di satu wilayah kerja pada kurun waktu yang sama.

Jumlah bayi yang memperoleh pelayanan kunjungan neonatal sesuai dengan standar,
Cakupan KN lengkap minimal 3 kali yaitu1 kali pada usia 6 - 48 jam, 1 kali pada 3 - 7 hari, dan 1 kali pada 8 - 28 hari
di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
100%
Seluruh seluruh bayi di satu wilayah kerja pada kurun waktu yang sama.
TABEL 39

JUMLAH BAYI YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA
TAHUN

JUMLAH BAYI YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF


JUMLAH BAYI USIA 0-6 BULAN
NO KECAMATAN PUSKESMAS
L P L+P
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

JUMLAH (KAB/KOTA)

Sumber: (sebutkan)
TABEL 39

DEFINISI OPERASIONAL

Bayi umur 0-6 bulan : Jumlah seluruh bayi umur 0 hari sampai 5 bulan 29 hari yang tercatat pada register pencatatan
pemberian ASI di suatu wilayah
Bayi mendapat ASI : bayi umur 0-6 bulan yang diberi ASI saja tanpa makanan atau cairan lain kecuali obat, vitamin dan
eksklusif mineral berdasarkan recall 24 jam
Catatan:
Pelaporan pemberian ASI dilakukan pada Februari dan Agustus, maka perhitungan Persentase bayi 0-6 bulan yang mendapat ASI
eksklusif dihitung dengan mengakumulasi pembilang (bayi 0-6 bulan yang mendapat ASI ekslusif) dan penyebut (jumlah bayi 0-6
bulan yang tercatat dalam register pencatatan pemberian ASI) berdasarkan laporan bulan Februari dan Agustus.

FORMULA

Jumlah bayi 0 - 6 bulan yang mendapat ASI eksklusif


Persentase bayi 0-6
di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
bulan yang mendapat 100%
ASI eksklusif Jumlah bayi 0 - 6 bulan yang tercatat dalam register pencatatan pemberian ASI
TABEL 40

CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN BAYI MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA
TAHUN

PELAYANAN KESEHATAN BAYI


JUMLAH BAYI
NO KECAMATAN PUSKESMAS L P L+P
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

JUMLAH (KAB/KOTA)

Sumber: . (sebutkan)
TABEL 40

DEFINISI OPERASIONAL
Pelayanan Kesehatan: Pelayanan kesehatan pada bayi minimal 4 kali yaitu satu kali pada umur 29 hari-2 bulan, 1 kali pada umur 3-5 bulan,
Bayi 1 kali pada umur 6-8 bulan, dan 1 kali pada umur 9-11 bulan. Pelayanan Kesehatan tersebut meliputi pemberian
imunisasi dasar (BCG, DPT/HB1-3, Polio 1-4, Campak), pemantauan pertumbuhan, Stimulasi Deteksi Intervensi
Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK), pemberian vitamin A pada bayi umur 6-11 bulan, penyuluhan pemberian ASI
eksklusif dan Makanan Pendamping ASI (MP ASI).

Waktu Pelaksanaan
No Jenis Pelayanan 29 hari - 2 Keterangan
3-5 bulan 6-8 bulan 9-11 bulan
bulan
1 Pemberian imunisasi dasar
a. BCG Umur 1 bln
b. DPT/HB 1-3 Umur 2, 3 da 4 bulan
c. Polio 1-4 Umur 1, 2, 3 dan 4 bulan
d. Campak Umur 9 bulan
2 Pemantauan pertumbuhan Tiap kunjungan

3 Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tiap kunjungan


Tumbuh Kembang (SDIDTK)

4 Pemberian Vitamin A diberikan 1 kali umur


6-11 bulan
5 Penyuluhan
ASI eksklusif
MP ASI

FORMULA
Jumlah bayi (umur 29 hari - 11 bulan) yang memperoleh pelayanan kesehatan sesuai standar minimal 4 kali
Cakupan disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
pelayanan 100%
kesehatan Jumlah seluruh bayi disatu wilayah kerja dalam kurun waktu yg sama
bayi
TABEL 41

CAKUPAN DESA/KELURAHAN UNIVERSAL CHILD IMMUNIZATION (UCI) MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA
TAHUN

JUMLAH DESA/KELURAHAN % DESA/KELURAHAN


NO KECAMATAN PUSKESMAS
DESA/KELURAHAN UCI UCI

1 2 3 4 5 6

JUMLAH (KAB/KOTA)

Sumber: .. (sebutkan)
TABEL 41

DEFINISI OPERASIONAL

Desa/kelurahan : Desa/kelurahan dimana 80% dari jumlah bayi yang ada di desa tersebut sudah mendapat
Universal Child imunisasi dasar lengkap dalam waktu satu tahun
Immunization (UCI)

FORMULA

Cakupan Desa /kelurahan Jumlah desa/kelur ahan UCI di satu wilayah pada kurun waktu tertentu
Universal Child x 100%
Jumlah desa/kelur ahan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu yang sama
Immunization (UCI)
TABEL 42

CAKUPAN IMUNISASI HEPATITIS B < 7 HARI DAN BCG PADA BAYI MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA
TAHUN

BAYI DIIMUNISASI
JUMLAH LAHIR HIDUP Hb < 7 hari BCG
NO KECAMATAN PUSKESMAS
L P L+P L P L+P
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

JUMLAH (KAB/KOTA)

Sumber: .. (sebutkan)
TABEL 42

DEFINISI OPERASIONAL

Imunisasi dasar pada bayi : Imunisasi Hepatitis B diberikan pada bayi usia 0-7 hari
Imunisasi BCG diberikan pada bayi usia 0-11 bulan
Imunisasi Polio diberikan pada bayi usia 0-11 bulan dengan interval minimal 1 bulan
Imunisasi DPT-HB/DPT-HB-Hib diberikan pada bayi usia 2-11 bulan dengan interval minimal 1
bulan
Imunisasi Campak diberikan pada bayi usia 9-11 bulan
TABEL 43

CAKUPAN IMUNISASI DPT-HB/DPT-HB-Hib, POLIO, CAMPAK, DAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA
TAHUN

BAYI DIIMUNISASI
JUMLAH BAYI a
DPT-HB3/DPT-HB-Hib3 POLIO 4 CAMPAK IMUNISASI DASAR LENGKAP
NO KECAMATAN PUSKESMAS (SURVIVING INFANT)
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

JUMLAH (KAB/KOTA)

Sumber: .. (sebutkan)
Keterangan: a = khusus provinsi yang menerapkan 3 dosis polio maka diisi dengan polio 3
TABEL 43

DEFINISI OPERASIONAL

Imunisasi dasar pada bayi : Imunisasi Hepatitis B diberikan pada bayi usia 0-7 hari
Imunisasi BCG diberikan pada bayi usia 0-11 bulan
Imunisasi Polio diberikan pada bayi usia 0-11 bulan dengan interval minimal 1 bulan
Imunisasi DPT-HB/DPT-HB-Hib diberikan pada bayi usia 2-11 bulan dengan interval minimal 1
bulan
Imunisasi Campak diberikan pada bayi usia 9-11 bulan

Imunisasi dasar lengkap : Bayi yang telah mendapatkan imunisasi dasar lengkap meliputi satu dosis imunisasi Hepatitis B, satu
dosis imunisasi BCG, tiga dosis imunisasi DPT-HB/DPT-HB-Hib, empat dosis imunisasi polio, dan
satu dosis imunisasi campak.

FORMULA

Jumlah bayi yang mendapat imunisasi dasar lengkap


Cakupan imunisasi di satu wilayah tertentu selama satu periode
dasar lengkap x 100%
Jumlah bayi yang ada di wilayah dan pada periode yang sama
TABEL 44

CAKUPAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA BAYI DAN ANAK BALITA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA
TAHUN

BAYI 6-11 BULAN ANAK BALITA (12-59 BULAN) BALITA (6-59 BULAN)
MENDAPAT VIT A MENDAPAT VIT A MENDAPAT VIT A
NO KECAMATAN PUSKESMAS JUMLAH BAYI JUMLAH JUMLAH
L P L+P L P L+P L P L+P
L P L+P S % S % S % L P L+P S % S % S % L P L+P S % S % S %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

JUMLAH (KAB/KOTA)

Sumber: (sebutkan)
Keterangan: Pelaporan pemberian vitamin A dilakukan pada Februari dan Agustus, maka perhitungan bayi 6-11 bulan yang mendapat vitamin A dalam setahun
dihitung dengan mengakumulasi bayi 6-11 bulan yang mendapat vitamin A di bulan Februari dan yang mendapat vitamin A di bulan Agustus
TABEL 44

DEFINISI OPERASIONAL

Cakupan Bayi mendapat : Cakupan bayi 6-11 bln mendapat kapsul vitamin A dosis 100 A 1 kali per tahun di suatu wilayah kerja
kapsul vitamin A pada kurun waktu tertentu

Cakupan anak balita : Cakupan anak balita umur 12-59 bln mendapat kapsul vitamin A dosis tinggi 200A 2 kali per tahun di
mendapat kapsul vit. A suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Pemberian vitamin A dilaksanakan pada bulan Februari
2 kali/tahun dan Agustus.
Catatan:
Pelaporan pemberian vitamin A dilakukan pada Februari dan Agustus, maka perhitungan bayi 6-11 bulan yang mendapat vitamin A
dalam setahun dihitung dengan mengakumulasi bayi 6-11 bulan yang mendapat vitamin A di bulan Februari dan yang mendapat
vitamin A di bulan Agustus.

FORMULA

Jumlah bayi 6 - 11 bulan yang mendapat vitamin A 100A


Cakupan bayi mendapat di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
vit. A 100%
Jumlah seluruh bayi pada wilayah dan kurun waktu yang sama

Jumlah anak balita 12 - 59 bulan mendapat kapsul vitamin A dosis tinggi 2 kali dalam setahun
Cakupan anak balita di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
mendapat kapsul vit.A 2 100%
Jumlah anak balita 12 - 59 bulan yang ada di satu wilayah kerja
kali per tahun
pada kurun waktu yang sama
TABEL 45

JUMLAH ANAK 0-23 BULAN DITIMBANG MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA
TAHUN

ANAK 0-23 BULAN (BADUTA)


JUMLAH BADUTA DITIMBANG BGM
NO KECAMATAN PUSKESMAS
DILAPORKAN (S) JUMLAH (D) % (D/S) L P L+P
L P L+P L P L+P L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

JUMLAH (KAB/KOTA)

Sumber: . (sebutkan)
TABEL 45

DEFINISI OPERASIONAL

Baduta yang ada (S) : Anak usia 0-23 bulan yang berasal dari seluruh posyandu yang melapor disuatu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu

Baduta ditimbang (D) : Baduta yang ditimbang berat badannya di sarana pelayanan kesehatan termasuk di posyandu dan
tempat penimbangan lainnya

Bawah Garis Merah : Baduta yang hasil penimbangan berat badannya berada di bawah garis merah pada kartu menuju sehat
(BGM) (KMS)

FORMULA
Jumlah baduta yang ditimbang diseluruh posyandu yang melapor
di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
% Baduta 100%
ditimbang (D/S) Jumlah baduta yang ada diseluruh posyandu yang melapor
di satu wilayah kerja pada kurun waktu yang sama

Jumlah baduta dengan hasil penimbanga n berat badan BGM


% Baduta Bawah di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
Garis Merah 100%
(BGM) Jumlah baduta yang ada diseluruh posyandu yang melapor
di satu wilayah kerja pada kurun waktu yang sama
TABEL 46

CAKUPAN PELAYANAN ANAK BALITA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA
TAHUN

ANAK BALITA (12-59 BULAN)


MENDAPAT PELAYANAN KESEHATAN (MINIMAL 8 KALI)
NO KECAMATAN PUSKESMAS JUMLAH
L P L+P
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

JUMLAH (KAB/KOTA)

Sumber: . (sebutkan)
TABEL 46

DEFINISI OPERASIONAL
Pelayanan kesehatan : Pelayanan kesehatan bagi anak umur 12 - 59 bulan yang memperoleh pelayanan sesuai standar, meliputi
anak balita pemantauan pertumbuhan minimal 8 x setahun, pemantauan perkembangan minimal 2 x setahun,
pemberian vitamin A 2 x setahun

FORMULA

Jumlah anak balita (12 - 59 bulan) yang memperoleh pelayanan kesehatan sesuai standar
Cakupan pelayanan di satu wilayah pada kurun waktu tertentu
anak balita 100%
Seluruh sasaran anak balita di wilayah kerja dan pada kurun waktu yang sama
TABEL 47

JUMLAH BALITA DITIMBANG MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS


KABUPATEN/KOTA
TAHUN

BALITA
JUMLAH BALITA DITIMBANG BGM
NO KECAMATAN PUSKESMAS
DILAPORKAN (S) JUMLAH (D) % (D/S) L P L+P
L P L+P L P L+P L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

JUMLAH (KAB/KOTA)

Sumber: . (sebutkan)
TABEL 47

DEFINISI OPERASIONAL

Balita yang ada (S) : Jumlah anak usia 0-59 bulan yang berasal dari seluruh posyandu yang melapor disuatu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu

Balita ditimbang (D) : Balita yang ditimbang berat badannya di sarana pelayanan kesehatan termasuk di posyandu dan
tempat penimbangan lainnya

Bawah Garis Merah : Balita yang hasil penimbangan berat badannya berada di bawah garis merah pada kartu menuju sehat
(BGM) (KMS)

FORMULA
Jumlah balita yang ditimbang diseluruh posyandu yang melapor
di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
% Balita 100%
ditimbang (D/S) Jumlah balita yang ada diseluruh posyandu yang melapor
di satu wilayah kerja pada kurun waktu yang sama

Jumlah balita dengan hasil penimbanga n berat badan BGM


% Balita Bawah di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
100%
Garis Merah Jumlah balita yang ada diseluruh posyandu yang melapor
(BGM) di satu wilayah kerja pada kurun waktu yang sama
TABEL 48

CAKUPAN KASUS BALITA GIZI BURUK YANG MENDAPAT PERAWATAN MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA
TAHUN

KASUS BALITA GIZI BURUK


MENDAPAT PERAWATAN
NO KECAMATAN PUSKESMAS JUMLAH DITEMUKAN
L P L+P
L P L+P S % S % S %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

JUMLAH (KAB/KOTA)

Sumber: (sebutkan)
TABEL 48

DEFINISI OPERASIONAL

Kasus balita : Balita dengan status gizi berdasarkan indeks berat badan (BB) menurut panjang badan (BB/PB) atau berat
gizi buruk badan (BB) menurut tinggi badan (BB/TB) dengan Z-score <-3 SD (sangat kurus) dan/atau terdapat
tanda-tanda klinis gizi buruk lainnya (marasmus, kwashiorkor, dan marasmus-kwasiorkor).

Kasus balita gizi : Balita gizi buruk (sangat kurus) yang dirawat inap maupun rawat jalan (sesuai tata laksana gizi buruk) di
buruk mendapat fasilitas pelayanan kesehatan dan masyarakat
perawatan
FORMULA

Jumlah kasus balita gizi buruk yang mendapat perawatan


Balita Gizi Buruk di satu wilayah pada kurun waktu tertentu
Mendapat Perawatan 100%
Jumlah kasus balita gizi buruk yang ditemukan di satu wilayah dan pada kurun waktu yang sama
TABEL 49

CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN (PENJARINGAN) SISWA SD & SETINGKAT MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA
TAHUN

MURID KELAS 1 SD DAN SETINGKAT


SD DAN SETINGKAT
MENDAPAT PELAYANAN KESEHATAN (PENJARINGAN)
JUMLAH
NO KECAMATAN PUSKESMAS L P L+P MENDAPAT
PELAYANAN
JUMLAH %
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % KESEHATAN
(PENJARINGAN)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

JUMLAH (KAB/KOTA)
CAKUPAN PENJARINGAN KESEHATAN SISWA SD & SETINGKAT

Sumber: . (sebutkan)
TABEL 49

DEFINISI OPERASIONAL

Pelayanan kesehatan : Pemeriksaan kesehatan umum, kesehatan gigi dan mulut siswa SD dan setingkat melalui penjaringan
(penjaringan) siswa SD kesehatan terhadap murid kelas 1 SD dan Madrasah Ibtidaiyah yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan
dan setingkat bersama tenaga kesehatan terlatih (guru dan dokter kecil) di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

Tenaga Kesehatan : Tenaga medis, tenaga keperawatan atau petugas Puskesmas lainnya yang telah dilatih sebagai tenaga
pelaksana UKS/UKGS
Guru UKS/UKGS : Guru kelas atau guru yang ditunjuk sebagai pembina UKS/UKGS di sekolah dan telah dilatih tentang
UKS/UKGS
Dokter kecil : Kader kesehatan sekolah yang biasanya berasal dari murid kelas 4 dan 5 SD dan setingkat yang telah
mendapatkan pelatihan dokter kecil

FORMULA

Jumlah murid kelas 1 SD dan setingkat yang diperiksa kesehatannya melalui penjaringa n kesehatan
Cakupan
oleh tenaga kesehatan atau tenaga terlatih di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
pemeriksaan 100%
kesehatan siswa SD Jumlah murid kelas 1 SD dan setingkat di satu wilayah kerja pada
dan setingkat kurun waktu yang sama
Jumlah SD dan setingkat yang muridnya (kelas 1) diperiksa kesehatannya melalui penjaringa n kesehatan
Cakupan
oleh tenaga kesehatan atau tenaga terlatih di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
penjaringan SD dan 100%
setingkat Jumlah SD dan setingkat di satu wilayah kerja pada kurun waktu yang sama
TABEL 50

PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS


KABUPATEN/KOTA
TAHUN

PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT


NO KECAMATAN PUSKESMAS PENCABUTAN GIGI RASIO TUMPATAN/
TUMPATAN GIGI TETAP
TETAP PENCABUTAN
1 2 3 4 5 6

JUMLAH (KAB/ KOTA)

Sumber: (sebutkan)
TABEL 50

DEFINISI OPERASIONAL

Gigi tetap : Gigi yang tumbuh sebagai akibat menggantikan gigi susu yang telah tanggal
Tumpatan : Bentuk perawatan terhadap gigi berlubang berupa penambalan/aplikasi bahan tambal setelah jaringan
gigi yang rusak dibersihkan
Pencabutan : Pengangkatan gigi tetap dari jaringan mulut sebagai bentuk perawatan gigi berlubang yang sudah tidak
dapat ditumpat/ditambal

FORMULA

Rasio Tumpatan/ Jumlah gigi tetap yang ditambal/d itumpat pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu
Pencabutan Gigi Tetap
Jumlah gigi tetap yang dicabut pada wilayah dan kurun waktu yang sama
TABEL 51

PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA ANAK SD DAN SETINGKAT MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA
TAHUN

UPAYA KESEHATAN GIGI SEKOLAH

JUMLAH JUMLAH JUMLAH MURID


MURID SD/MI DIPERIKSA PERLU PERAWATAN MENDAPAT PERAWATAN
NO KECAMATAN PUSKESMAS JUMLAH SD/MI DGN SD/MI SD/MI
% %
SD/MI SIKAT GIGI MENDAPAT
MASSAL YAN. GIGI
L P L+P L % P % L+P % L P L+P L % P % L+P %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26

JUMLAH (KAB/ KOTA)

Sumber: (sebutkan)
TABEL 51

DEFINISI OPERASIONAL

Pemeriksaan Gigi : Pelayanan kesehatan gigi dan mulut dalam bentuk upaya promotif, preventif, dan kuratif sederhana
dan Mulut seperti pencabutan gigi sulung, pengobatan, dan penambalan sementara gigi sulung dan/atau gigi tetap,
yang dilakukan baik di sekolah maupun dirujuk ke puskesmas minimal 2 kali dalam setahun
UKGS : Usaha Kesehatan Gigi Sekolah

Murid SD Diperiksa : Murid SD yang diperiksa keadaan giginya


(UKGS)
Catatan: Karena pemeriksaan gigi dilaksanakan 2 kali setahun, maka jumlah murid SD yang diperiksa giginya diambil jumlah
terkecil

FORMULA

Jumlah murid SD yang diperiksa (UKGS) di suatu wilayah dan kurun waktu tertentu
% Murid SD diperiksa 100%
Jumlah seluruh murid SD di wilayah dan kurun waktu yang sama
(UKGS)

Jumlah murid SD yang mendapat perawatan


% Murid SD dari hasil pemeriksaan UKGS
100%
Mendapat Perawatan Jumlah murid SD yang memerlukan perawatan
TABEL 52

CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN USIA LANJUT MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA
TAHUN

USILA (60TAHUN+)
NO KECAMATAN PUSKESMAS
JUMLAH MENDAPAT PELAYANAN KESEHATAN
L P L+P L % P % L+P %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

JUMLAH (KAB/KOTA)

Sumber: . (sebutkan)
TABEL 52

DEFINISI OPERASIONAL

Pelayanan kesehatan : Pelayanan kesehatan sesuai standar yang ada pada pedoman usia lanjut (60 tahun ke atas) di fasilitas
usia lanjut pelayanan kesehatan pada satu wilayah kerja dan kurun waktu tertentu

FORMULA

Cakupan pelayanan Jumlah usila memperoleh yankes di fasyankes pada wilayah dan kurun waktu tertentu
kesehatan usia lanjut 100%
Jumlah seluruh usila di wilayah dan kurun waktu yang sama
TABEL 53

CAKUPAN JAMINAN KESEHATAN PENDUDUK MENURUT JENIS JAMINAN DAN JENIS KELAMIN
KABUPATEN/KOTA
TAHUN

PESERTA JAMINAN KESEHATAN


NO JENIS JAMINAN KESEHATAN JUMLAH %
L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8

1 Jaminan Kesehatan Nasional

1.1 Penerima Bantuan Iuran (PBI) APBN

1.2 PBI APBD

1.3 Pekerja penerima upah (PPU)

1.4 Pekerja bukan penerima upah (PBPU)/mandiri

1.5 Bukan pekerja (BP)

2 Jamkesda

3 Asuransi Swasta

4 Asuransi Perusahaan

JUMLAH (KAB/KOTA)

Sumber: .. (sebutkan)
TABEL 53

DEFINISI OPERASIONAL

Jaminan Pemeliharaan : Upaya pembiayaan kesehatan baik keanggotaannya secara sukarela maupun wajib yang iurannya dibayarkan oleh pemerintah
Kesehatan dan diselenggarakan dengan kendali biaya dan kendali mutu
Jaminan Kesehatan : Jaminan berupa perlindungan kesehatan yang bersifat nasional agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan
Nasional (JKN) dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar
iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan.
Penerima Bantuan Iuran : Peserta JKN yang di biayai dari APBN dan pengelolanya oleh BPJS Kesehatan
(PBI) APBN
Penerima Bantuan Iuran : Program Jaminan Kesehatan yang iurannya dibayarkan oleh pemerintah dengan maksud membantu masyarakat miskin yang
(PBI) APBD digunakan berobat ke fasilitas kesehatan pemerintah tanpa dipungut biaya

Pekerja Penerima Upah : Peserta JKN yang di biayai oleh Pemerintah Pusat dan peserta itu sendiri, PPU terdiri dari PNS, TNI/ POLRI, Eks JPK
(PPU) Jamsostek dan badan usaha baru
Pekerja Bukan Penerima: Peserta JKN yang iurannya di biayai oleh peserta itu sendiri, pesertanya terdiri dari masyarakat yang mampu membayar
Upah (PBPU)/Mandiri
Bukan Pekerja (BP) : Peserta JKN yang di biayai oleh Pemerintah dan pemberi kerja, pesertanya terdiri dari penerima pensiun pemerintah, veteran,
penerima pensiun pejabat negara, perintis kemerdekaan, penerima pensiun swasta dan bukan pekerja lainnya

Jamkesda : Upaya pembiayaan kesehatan oleh pemerintah daerah yang tidak terbiayai melalui PBI APBN dan pengelolanya masih
dikelola sendiri yang keanggotaannya secara wajib yang iurannya dibayarkan oleh pemerintah daerah dan diselenggarakan
dengan kendali biaya dan kendali mutu
Asuransi Swasta : Upaya pembiayaan kesehatan yang keanggotaannya secara sukarela yang iurannya dibayarkan oleh masyarakat itu sendiri

Asuransi Perusahaan : Upaya pembiayaan kesehatan yang keanggotaannya secara sukarela yang iurannya dibayarkan oleh masyarakat itu sendiri
dan Perusahan tempat dia bekerja

FORMULA

Jumlah penduduk yang menjadi peserta jaminan pemeliharaan kesehatan


di satu wilayah pada kurun waktu tertentu
Cakupan JPK 100%
Jumlah seluruh penduduk di wilayah dan pada kurun waktu yang sama
TABEL 54

JUMLAH KUNJUNGAN RAWAT JALAN, RAWAT INAP, DAN KUNJUNGAN GANGGUAN JIWA DI SARANA PELAYANAN KESEHATAN
KABUPATEN/KOTA
TAHUN

JUMLAH KUNJUNGAN KUNJUNGAN GANGGUAN JIWA


NO SARANA PELAYANAN KESEHATAN RAWAT JALAN RAWAT INAP JUMLAH
L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 Puskesmas ..

SUB JUMLAH I
1 RS .
2 RS .
3 RS .
4 RS .

SUB JUMLAH II
1 Sarana Yankes lainnya (sebutkan)
2 Sarana Yankes lainnya (sebutkan)
3 Sarana Yankes lainnya (sebutkan)
4 Sarana Yankes lainnya (sebutkan)

SUB JUMLAH III


JUMLAH (KAB/KOTA)
JUMLAH PENDUDUK KAB/KOTA
CAKUPAN KUNJUNGAN (%)

Sumber: (sebutkan)
Catatan: Puskesmas non rawat inap hanya melayani kunjungan rawat jalan
TABEL 54

DEFINISI OPERASIONAL

Kunjungan Rawat : Pelayanan keperawatan kesehatan perorangan yang meliputi observasi, diagnosa, pengobatan,
Jalan rehabilitasi medik tanpa tinggal di ruang rawat inap pada sarana kesehatan
Cakupan Rawat Jalan : Cakupan kunjungan rawat jalan baru di sarana kesehatan pemerintah dan swasta di satu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu.
Kunjungan pasien baru: Kunjungan pertama seseorang di sarana kesehatan pada kurun waktu tertentu

Cakupan Rawat Inap : Cakupan kunjungan rawat inap baru di sarana pelayanan kesehatan swasta dan pemerintah di satu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
Sarana kesehatan : Tempat pelayanan kesehatan meliputi antara lain; rumah sakit pemerintah dan swasta, puskesmas, balai
pengobatan pemerintah dan swasta, praktek bersama dan perorangan
Kunjungan Gangguan : Kunjungan pasien yang mengalami gangguan kejiwaan, yang meliputi gangguan pada perasaan, proses
Jiwa pikir dan perilaku, yang menimbulkan penderitaan pada individu dan atau hambatan dalam
melaksanakan peran sosialnya

FORMULA

Jumlah kunjungan pasien baru rawat jalan


Persentase Rawat di sarana kesehatan dalam kurun waktu tertentu
Jalan 100%
Jumlah penduduk di satu wilayah dalam kurun waktu yang sama

Jumlah kunjungan rawat inap baru di sarana pelayanan kesehatan,


Persentase Rawat Inap di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
100%
Jumlah penduduk di satu wilayah kerja pada kurun waktu yang sama
TABEL 55

ANGKA KEMATIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT


KABUPATEN/KOTA
TAHUN

PASIEN KELUAR PASIEN KELUAR MATI


NAMA RUMAH JUMLAH PASIEN KELUAR MATI GDR NDR
NO (HIDUP + MATI) 48 JAM DIRAWAT
SAKITa TEMPAT TIDUR
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

KABUPATEN/KOTA

Sumber: (sebutkan)
Keterangan: a termasuk rumah sakit swasta
TABEL 55

DEFINISI OPERASIONAL

Gross Death Rate : angka kematian umum untuk tiap-tiap 1.000 pasien keluar
(GDR)

Net Death Rate : angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk tiap-tiap 1.000 pasien keluar
(NDR)

FORMULA

GDR Jumlah pasien mati seluruhnya


Gross Death Rate x 1.000
Jumlah pasien keluar (hidup mati)

NDR Jumlah pasien mati 48 jam setelah dirawat


x 1.000
Net Death Rate Jumlah pasien keluar (hidup mati)
TABEL 56

INDIKATOR KINERJA PELAYANAN DI RUMAH SAKIT


KABUPATEN/KOTA
TAHUN

NAMA RUMAH JUMLAH PASIEN KELUAR JUMLAH HARI JUMLAH LAMA


NO BOR (%) BTO (KALI) TOI (HARI) ALOS (HARI)
SAKITa TEMPAT TIDUR (HIDUP + MATI) PERAWATAN DIRAWAT

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

KABUPATEN/KOTA

Sumber: (sebutkan)
Keterangan: a termasuk rumah sakit swasta
TABEL 56

DEFINISI OPERASIONAL

Jumlah hari perawatan : total hari rawat dari semua pasien yang dirawat selama satu tahun
Jumlah lama dirawat : total lama dirawat dari pasien yang sudah keluar rumah sakit (hidup maupun mati), selama satu
tahun
BOR : Persentase pemakaian tempat tidur pada satu-satuan waktu tertentu
(Bed Occupancy Rate)
BTO : Frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu
(Bed Turn Over) satuan waktu (biasanya dalam periode 1 tahun). Indikator ini memberikan tingkat efisiensi pada
pemakaian tempat tidur.
TOI : Rata-rata hari tempat tidur tidak ditempati dari saat terisi ke saat terisi berikutnya
(Turn Over Interval)
ALOS : Rata-rata lama rawat (dalam satuan hari) seorang pasien
(Average Length of Stay)

FORMULA

BOR Jumlah hari perawatan


x 100%
Bed Occupancy Rate Jumlah tempat tidur x jumlah hari dalam setahun
BTO Jumlah pasien keluar (hidup mati)

Bed Turn Over Jumlah tempat tidur
TOI (Jumlah tempat tidur x jumlah hari dalam setahun) - Jumlah hari perawatan

Turn Over Interval Jumlah pasien keluar (hidup mati)
ALOS Jumlah lama dirawat
Average Length of
Jumlah pasien keluar (hidup mati)
Stay
TABEL 57

PERSENTASE RUMAH TANGGA BERPERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (BER-PHBS) MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA
TAHUN

RUMAH TANGGA
NO KECAMATAN PUSKESMAS JUMLAH JUMLAH
JUMLAH % DIPANTAU % BER- PHBS
DIPANTAU BER- PHBS
1 2 3 4 5 6 7 8

JUMLAH (KAB/KOTA)

Sumber
TABEL 57

DEFINISI OPERASIONAL

Rumah Tangga ber : Rumah tangga yang seluruh anggotanya berperilaku hidup bersih dan sehat, yang meliputi 10 indikator, yaitu pertolongan
PHBS (Perilaku Hidup persalinan oleh tenaga kesehatan, bayi diberi ASI eksklusif, balita ditimbang setiap bulan, menggunakan air bersih, mencuci tangan
Bersih dan Sehat) dengan air bersih dan sabun, menggunakan jamban sehat, memberantas jentik di rumah sekali seminggu, makan sayur dan buah
setiap hari, melakukan aktivitas fisik setiap hari, dan tidak merokok di dalam rumah.
Apabila dalam Rumah Tangga tersebut tidak ada ibu yang melahirkan, tidak ada bayi dan tidak ada balita, maka pengertian Rumah
Tangga ber-PHBS adalah rumah tangga yang memenuhi 7 indikator.
Persalinan ditolong oleh : Ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan (dokter kandungan
tenaga kesehatan dan kebidanan, dokter umum, dan bidan).
Memberi Bayi ASI Eksklusif : Bayi usia 0-6 bulan yang mendapat ASI saja sejak lahir sampai usia 6 bulan.
Menimbang balita setiap : Balita ditimbang setiap bulan dan tercatat dalam Kartu Menuju Sehat (KMS) atau Buku KIA.
bulan
Menggunakan air bersih : Rumah tangga yang menggunakan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari yang berasal dari air dalam kemasan, air ledeng, air
pompa, sumur terlindung, mata air terlindung dan penampungan air hujan dan memenuhi syarat air bersih yaitu tidak berasa, tidak
berbau dan tidak berwarna. Sumber air pompa, sumur dan mata air terlindung berjarak minimal 10 meter dari sumber pencemar
seperti tempat penampung kotoran atau limbah.
Mencuci tangan dengan : Penduduk 5 tahun keatas mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan sabun sebelum makan dan sesudah buang air besar,
air bersih dan sabun sebelum memegang bayi, setelah menceboki anak dan sebelum menyiapkan makanan menggunakan air bersih mengalir dan
menggunakan sabun.
Menggunakan jamban : Rumah tangga yang memiliki dan menggunakan jamban leher angsa dengan tangki septik atau lubang penampung kotoran sebagai
sehat pembuangan akhir dan terpelihara kebersihannya. Untuk daerah yang sulit air dapat menggunakan jamban cemplung atau jamban
plengsengan.
Memberantas jentik di : Rumah tangga melakukan pemberantasan sarang nyamuk di dalam rumah atau di luar rumah seminggu sekali dengan cara 3M
rumah sekali seminggu plus/larvanisasi/ikanisasi atau cara lain yang dianjurkandalam seminggu agar bebas dari jentik.
Makan Sayur dan Buah : Anggota rumah tangga umur 10 tahun ke atas yang mengonsumsi minimal 2 porsi sayur dan 3 porsi buah atau sebaliknya setiap
setiap hari hari.
Melakukan aktivitas fisik : Penduduk/anggota keluarga umur 10 tahun ke atas yang melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit setiap hari.
setiap hari
Tidak Merokok di dalam : Penduduk/anggota rumah tangga umur 10 tahun ke atas tidak merokok di dalam rumah ketika bersama anggota keluarga lainnya.
rumah

FORMULA

Persentase Rumah Jumlah rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat di suatu wilayah pada periode waktu tertentu
Tangga ber PHBS x 100%
Jumlah rumah tangga yang dipantau/disurvei di wilayah dan pada kurun waktu yang sama
TABEL 58

PERSENTASE RUMAH SEHAT MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS


KABUPATEN/KOTA
TAHUN

TAHUN LALU TAHUN PELAPORAN


RUMAH MEMENUHI SYARAT JUMLAH RUMAH DIBINA MEMENUHI RUMAH MEMENUHI SYARAT
JUMLAH RUMAH DIBINA
(RUMAH SEHAT) RUMAH YANG SYARAT (RUMAH SEHAT)
NO KECAMATAN PUSKESMAS SELURUH
BELUM
RUMAH
JUMLAH % MEMENUHI JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
SYARAT
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

JUMLAH (KAB/KOTA)

Sumber: .. (sebutkan)
TABEL 58

DEFINISI OPERASIONAL

Rumah : bangunan yg berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga
Rumah Sehat : rumah yang memenuhi kriteria minimal: akses air minum, akses jamban sehat, lantai, ventilasi, dan
pencahayaan yang dihitung kumulatif dari tahun sebelumnya

Rumah yang dibina : Rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan, yang dibina untuk menjadi rumah sehat melalui
pemantauan dan evaluasi

FORMULA

Jumlah rumah dibina yang memenuhi syarat kesehatan


Persentase rumah di suatu wilayah tertentu pada kurun waktu tertentu
dibina yang sehat x 100%
Jumlah rumah yang dibina di wilayah dan pada kurun waktu yang sama

Persentase Rumah Jumlah rumah sehat di suatu wilayah tertentu pada kurun waktu tertentu
Sehat x 100%
Jumlah seluruh rumah di wilayah dan pada kurun waktu yang sama
TABEL 59

PENDUDUK DENGAN AKSES BERKELANJUTAN TERHADAP AIR MINUM BERKUALITAS (LAYAK) MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA
TAHUN

BUKAN JARINGAN PERPIPAAN


PENDUDUK
DENGAN AKSES
PERPIPAAN (PDAM,BPSPAM) BERKELANJUTAN
SUMUR GALI TERLINDUNG SUMUR GALI DENGAN POMPA SUMUR BOR DENGAN POMPA TERMINAL AIR MATA AIR TERLINDUNG PENAMPUNGAN AIR HUJAN TERHADAP AIR
MINUM LAYAK

NO KECAMATAN PUSKESMAS PENDUDUK


MEMENUHI MEMENUHI MEMENUHI MEMENUHI MEMENUHI MEMENUHI MEMENUHI

JUMLAH SARANA

JUMLAH SARANA

JUMLAH SARANA

JUMLAH SARANA

JUMLAH SARANA

JUMLAH SARANA

JUMLAH SARANA
SYARAT SYARAT SYARAT SYARAT SYARAT SYARAT SYARAT

PENGGUNA

PENGGUNA

PENGGUNA

PENGGUNA

PENGGUNA

PENGGUNA

PENGGUNA
PENDUDUK

PENDUDUK

PENDUDUK

PENDUDUK

PENDUDUK

PENDUDUK

PENDUDUK
JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH
PENGGUNA

PENGGUNA

PENGGUNA

PENGGUNA

PENGGUNA

PENGGUNA

PENGGUNA
PENDUDUK

PENDUDUK

PENDUDUK

PENDUDUK

PENDUDUK

PENDUDUK

PENDUDUK
SARANA

SARANA

SARANA

SARANA

SARANA

SARANA

SARANA
JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34

JUMLAH (KAB/KOTA)

Sumber: (sebutkan)
TABEL 59

DEFINISI OPERASIONAL

Air minum yang : Air minum yang terlindung meliputi air ledeng (keran), keran umum, hydrant umum, terminal air, penampungan air hujan
berkualitas (layak) (PAH) atau mata air dan sumur terlindung, sumur bor atau sumur pompa, yang jaraknya minimal 10 meter dari pembuangan
kotoran, penampungan limbah, dan pembuangan sampah. Tidak termasuk air kemasan, air dari penjual keliling, air yang
dijual melalui tanki, air sumur dan mata air tidak terlindung.
Sumur gali terlindung : Sarana untuk menyadap dan menampung air tanah dengan cara menggali tanah berbentuk sumur agar mendapatkan air yang
sehat dan murah serta dapat dimanfaatkan oleh perorangan (rumah tangga) maupun kelompok sebagai sumber air minum
yang menggunakan dinding dari cincin beton atau pasangan batu bata sebagai pengamanan dindingnya dan juga berfungsi
sebagai penyaring dan dilengkapi dengan bibir sumur, tiang penyangga, lantai sumur dan saluran untuk mengalirkan air
bekas mandi dan cuci
Sumur gali dengan pompa : Sumur gali yang dilengkapi dengan mesin pompa
Sumur bor dengan pompa : Sumur yang metode pembuatannya menggunakan alat (pantek, automatik, full automatik) yang dilengkapi dengan pompa
Terminal air : Sarana pelayanan air minum yang digunakan secara komunal, berupa bak penampung air yang ditempatkan di atas
permukaan tanah atau pondasi dan pengisian air dilakukan dengan sistem curah dari mobil tangki air atau kapal tangki air
Mata air terlindung : Suatu titik di mana air tanah mengalir keluar dari permukaan tanah, atau permukaan muka air tanah (akuifer) bertemu
dengan permukaan tanah yang terlindung dari sumber pencemaran
Penampungan air bersih : Wadah untuk menampung air hujan sebagai air baku di daerah yang sumber airnya sangat sedikit yang dapat digunakan
(PAH) untuk keperluan minum dan personal higiene. Penggunaan PAH bersifat individu atau skala komunal dan dilengkapi
saringan
Perpipaan : Suatu sistem tentang pemasangan, rangkaian dan aksesoris pipa yang diperlukan untuk jalur distribusi yang digunakan
(PDAM, BPSPAM) untuk mengalirkan air dari instalasi pengolahan air minum/bersih atau sumber ke pemukiman masyarakat

FORMULA

Persentase penduduk Jumlah penduduk yang memiliki akses berkelanju tan terhadap sumber air minum berkualitas (layak)
yang memiliki akses di suatu wilayah pada periode tertentu
berkelanjutan terhadap air x 100%
minum berkualitas Jumlah penduduk di wilayah dan pada periode yang sama
(layak)
TABEL 60

PERSENTASE KUALITAS AIR MINUM DI PENYELENGGARA AIR MINUM YANG MEMENUHI SYARAT KESEHATAN
KABUPATEN/KOTA
TAHUN

JUMLAH MEMENUHI SYARAT


JUMLAH SAMPEL (FISIK, BAKTERIOLOGI, DAN KIMIA)
NO KECAMATAN PUSKESMAS PENYELENGGARA
DIPERIKSA
AIR MINUM
JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7

JUMLAH (KAB/KOTA)

Sumber: (sebutkan)
TABEL 60

DEFINISI OPERASIONAL

Kualitas air minum yang : kualitas air minum yang memenuhi syarat secara fisik, kimia, mikrobiologi
memenuhi syarat
Penyelenggara air minum : Badan usaha milik negara (BUMN)/ badan usaha milik daerah (BUMD), koperasi, badan usaha
swasta, usaha perorangan, kelompok masyarakat dan/atau individual yang melakukan
penyelenggaraan penyediaan air minum, tidak termasuk air kemasan, depot air minum isi ulang,
penjual air keliling, dan pengelola tangki air.

FORMULA

Persentase kualitas air Jumlah sampel air minum pada penyelenggara air minum yang diuji kualitas air minum
minum yang memenuhi dan memenuhi syarat parameter mikrobiolo gi, fisik, kimia di wilayah dan periode waktu tertentu
syarat mikrobiologi, x 100%
Jumlah seluruh sampel air minum pada penyelenggara air minum yang diuji parameter
fisik, dan kimia
mikrobiolo gik, fisik, kimia di wilayah dan pada periode waktu yang sama
TABEL 61

PENDUDUK DENGAN AKSES TERHADAP FASILITAS SANITASI YANG LAYAK (JAMBAN SEHAT) MENURUT JENIS JAMBAN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA
TAHUN

JENIS SARANA JAMBAN PENDUDUK


KOMUNAL LEHER ANGSA PLENGSENGAN CEMPLUNG DENGAN AKSES
SANITASI LAYAK

PENDUDUK
MEMENUHI SYARAT MEMENUHI SYARAT MEMENUHI SYARAT MEMENUHI SYARAT

JUMLAH SARANA

JUMLAH SARANA

JUMLAH SARANA

JUMLAH SARANA
(JAMBAN SEHAT)

JUMLAH

PENGGUNA

PENGGUNA

PENGGUNA

PENGGUNA
PENDUDUK

PENDUDUK

PENDUDUK

PENDUDUK
% PENDUDUK

% PENDUDUK

% PENDUDUK

% PENDUDUK
NO KECAMATAN PUSKESMAS

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH
PENGGUNA

PENGGUNA

PENGGUNA

PENGGUNA

PENGGUNA

PENGGUNA

PENGGUNA

PENGGUNA
PENDUDUK

PENDUDUK

PENDUDUK

PENDUDUK
SARANA

SARANA

SARANA

SARANA
JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH
JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH
JUMLAH %

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26

JUMLAH (KAB/KOTA)

Sumber: (sebutkan)
TABEL 61

DEFINISI OPERASIONAL

Jamban komunal : suatu bangunan yang digunakan untuk membuang dan mengumpulkan kotoran manusia dalam suatu
tempat tertentu/bersama, sehingga kotoran tersebut dalam suatu tempat tertentu tidak menjadi penyebab
penyakit dan mengotori lingkungan pemukiman
Jamban leher angsa : jamban leher lubang closet berbentuk lengkungan, dengan demikian air akan terisi gunanya sebagai
sumbat sehingga dapat mencegah bau busuk serta masuknya binatang-binatang kecil
Jamban plengsengan : jamban/kakus yang di bawah dudukannya terdapat saluran rata yang dimiringkan ke pembuangan
kotoran
Jamban cemplung : jamban/kakus yang di bawah dudukannya tidak ada saluran, sehingga tinja langsung ke tempat
pembuangan/penampungan akhir
Fasilitas sanitasi yang : Fasilitas sanitasi yang memenuhi syarat kesehatan antara lain dilengkapi dengan leher angsa, tanki
layak (Jamban Sehat) septik/Sistem Pengolahan Air Limbah (SPAL), yang digunakan sendiri atau bersama

FORMULA

Persentase penduduk Jumlah penduduk dengan akses terhadap fasilitas sanitasi yang layak
dengan akses terhadap
(jamban sehat) di suatu wilayah pada periode tertentu
fasilitas sanitasi yang x 100%
layak (jamban sehat) Jumlah penduduk di wilayah dan pada periode yang sama
TABEL 62

DESA YANG MELAKSANAKAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT


KABUPATEN/KOTA
TAHUN

SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM)


JUMLAH DESA/ DESA MELAKSANAKAN DESA STOP BABS
NO KECAMATAN PUSKESMAS DESA STBM
KELURAHAN STBM (SBS)
JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

JUMLAH (KAB/KOTA)

Sumber: (sebutkan)
TABEL 62

DEFINISI OPERASIONAL

Desa : Kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem
perundangan nasional dan berada di daerah kabupaten/kota
STBM : Pendekatan untuk mengubah perilaku higiene dan sanitasi meliputi 5 pilar yaitu tidak buang air besar
Sanitasi Total Berbasis (BAB) sembarangan, mencuci tangan pakai sabun, mengelola air minum dan makanan yang aman,
Masyarakat mengelola sampah dengan benar, mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman melalui
pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan
Desa melaksanakan : Desa yang sudah melakukan pemicuan minimal 1 dusun, mempunyai tim kerja masyarakat/Natural
STBM Leader, dan telah mempunyai rencana tindak lanjut untuk menuju Sanitasi Total
Desa STBM : Desa yang telah mencapai 100 % penduduk melaksanakan 5 pilar STBM
Desa Stop BABS : Desa yang peduduknya 100 % mengakses jamban sehat
(SBS)

FORMULA

Jumlah desa STBM di suatu wilayah pada periode tertentu


x 100%
Persentase desa STBM Jumlah desa di wilayah dan pada periode yang sama

Persentase desa stop Jumlah desa stop BABS (SBS) di suatu wilayah pada periode tertentu
x 100%
BABS (SBS) Jumlah desa di wilayah dan pada periode yang sama
TABEL 63

PERSENTASE TEMPAT-TEMPAT UMUM MEMENUHI SYARAT KESEHATAN MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA
TAHUN

TEMPAT-TEMPAT UMUM
YANG ADA MEMENUHI SYARAT KESEHATAN

SARANA PENDIDIKAN SARANA KESEHATAN HOTEL


SARANA TEMPAT-TEMPAT
SARANA PENDIDIKAN HOTEL
KESEHATAN UMUM

JUMLAH TTU
RUMAH SAKIT
NO KECAMATAN PUSKESMAS SD SLTP SLTA PUSKESMAS BINTANG NON BINTANG
UMUM

SAKIT UMUM
PUSKESMAS

BINTANG

BINTANG

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH
RUMAH
SLTP

SLTA

NON
SD

%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27

JUMLAH (KAB/KOTA)

Sumber: .. (sebutkan)
TABEL 63

DEFINISI OPERASIONAL

Tempat-tempat umum : Tempat atau sarana yang diselenggarakan pemerintah/swasta atau perorangan yang digunakan untuk
(TTU) kegiatan bagi masyarakat yang meliputi: sarana kesehatan (rumah sakit, puskesmas), sarana sekolah
(SD/MI, SLTP/MTs, SLTA/MA), dan hotel (bintang dan non bintang).
TTU sehat : TTU yang memenuhi standar berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku

FORMULA

Jumlah tempat - tempat umum sehat


Persentase tempat- di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu
tempat umum sehat x 100%
Jumlah seluruh TTU yang ada di wilayah dan pada kurun waktu yang sama
TABEL 64

TEMPAT PENGELOLAAN MAKANAN (TPM) MENURUT STATUS HIGIENE SANITASI


KABUPATEN/KOTA
TAHUN

TPM MEMENUHI SYARAT HIGIENE SANITASI TPM TIDAK MEMENUHI SYARAT HIGIENE SANITASI
JUMLAH RUMAH DEPOT AIR RUMAH DEPOT AIR
NO KECAMATAN PUSKESMAS MAKANAN MAKANAN
TPM JASA BOGA MAKAN/ MINUM TOTAL % JASA BOGA MAKAN/ MINUM TOTAL %
JAJANAN JAJANAN
RESTORAN (DAM) RESTORAN (DAM)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

JUMLAH (KAB/KOTA)

Sumber: .. (sebutkan)
TABEL 64

DEFINISI OPERASIONAL

Tempat Pengelolaan : Usaha pengelolaan makanan yang meliputi jasa boga atau katering, rumah makan dan restoran, depot air minum,
Makanan (TPM) kantin, dan makanan jajanan
Jumlah TPM : TPM yang terdaftar yang tercatat diwilayah kerja puskesmas atau kantor kesehatan pelabuhan dan didukung dengan
aspek legal hukum baik yang memenuhi persyaratan maupun yang tidak memenuhi persyaratan higiene sanitasi
Jasa boga/katering : usaha atau kegiatan pengelolaan makanan yang disajikan di luar tempat usaha atas dasar pesanan yang dilaksanakan
oleh badan hukum atau perorangan
Rumah makan : Setiap usaha komersial yang ruang lingkup kegiatannya menyediakan makanan dan minuman untuk umum di tempat
usahanya
Restoran : Salah satu jenis usaha jasa pangan yang bertempat di sebagian atau seluruh bangunannya yang permanen dilengkapi
dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan, penyimpanan, penyajian dan penjualan makanan dan
minuman bagi masyarakat umum ditempat usahanya
Depot air minum : Usaha industri yang melakukan proses pengolahan air baku menjadi air minum dan menjual langsung kepada
konsumen
Kantin : Salah satu jenis usaha jasa makanan yang lokasinya berada di lingkungan institusi dan sebagaian besar konsumennya
adalah masyarakat di institusi tersebut, seperti kantin sekolah, kantin yang berada di kantor dll
Makanan jajanan : Usaha makanan dan minuman yang diolah oleh pengrajin makanan di tempat penjualan dan/atau disajikan sebagai
makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain yang disajikan jasaboga, rumah makan/restoran, dan hotel
TPM memenuhi : TPM yang memenuhi persyaratan higiene sanitasi dengan bukti dikeluarkannya sertifikan laik higiene sanitasi
syarat higiene sanitasi

FORMULA

Jumlah TPM memenuhi/t idak memenuhi syarat higiene sanitasi


Persentase TPM di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu
memenuhi/tidak x 100%
memenuhi syarat Jumlah seluruh TPM yang ada di wilayah dan pada kurun waktu yang sama
higiene sanitasi
1
NO
TABEL 65

JUMLAH (KAB/KOTA)
KECAMATAN

Sumber: .. (sebutkan)
PUSKESMAS

JUMLAH TPM TIDAK


4

MEMENUHI SYARAT
5

JASA BOGA

RUMAH MAKAN/
6

RESTORAN

DEPOT AIR
7

MINUM (DAM)

MAKANAN
8
JUMLAH TPM DIBINA

JAJANAN
TAHUN
KABUPATEN/KOTA

TOTAL

PERSENTASE
10

TPM DIBINA

JUMLAH TPM
MEMENUHI SYARAT
11

HIGIENE SANITASI
TEMPAT PENGELOLAAN MAKANAN DIBINA DAN DIUJI PETIK

12

JASA BOGA

RUMAH MAKAN/
13

RESTORAN

DEPOT AIR
14

MINUM (DAM)

MAKANAN
15

JAJANAN
JUMLAH TPM DIUJI PETIK

16

TOTAL

PERSENTASE
17

TPM DIUJI PETIK


TABEL 65

DEFINISI OPERASIONAL

TPM dibina : TPM yang tidak memenuhi persyaratan higiene sanitasi yang di bina di suatu daerah dalam kurun waktu
tertentu
TPM diuji petik : TPM yang memenuhi persyaratan higiene sanitasi yang diuji petik di suatu daerah dalam kurun waktu
tertentu

FORMULA

Jumlah TPM yang tidak memenuhi syarat


Persentase TPM dibina di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu
dibina x 100%
Jumlah TPM yang tidak memenuhi syarat higiene sanitasi di wilayah dan pada kurun waktu yang sama

Persentase TPM Jumlah TPM diuji petik di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu
diuji petik x 100%
Jumlah TPM yang memenuhi syarat higiene sanitasi di wilayah dan pada kurun waktu yang sama
TABEL 66

PERSENTASE KETERSEDIAAN OBAT DAN VAKSIN


KABUPATEN/KOTA
TAHUN

PERSENTASE
SATUAN TOTAL JUMLAH
NO NAMA OBAT KEBUTUHAN SISA STOK KETERSEDIAAN
TERKECIL PENGGUNAAN OBAT/VAKSIN
OBAT/VAKSIN
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Alopurinol tablet 100 mg tablet
2 Aminofilin tablet 200 mg tablet
3 Aminofilin injeksi 24 mg/ml tablet
4 Amitripilin tablet salut 25 mg (HCL) tablet
5 Amoksisilin kapsul 250 mg kapsul
6 Amoksisilin kaplet 500 mg kaplet
7 Amoksisilin sirup kering 125 mg/ 5 mg botol
8 Metampiron tablet 500 mg tablet
9 Metampiron injeksi 250 mg ampul
10 Antasida DOEN I tablet kunyah, kombinasi :Aluminium tablet
Hidroksida 200 mg + Magnesium Hidroksida 200 mg
11 Anti Bakteri DOEN saleb kombinasi : Basitrasin 500 IU/g + tube
polimiksin 10.000 IU/g
12 Antihemoroid DOEN kombinasi : Bismut Subgalat 150 mg + supp
Heksaklorofen 250 mg
13 Antifungi DOEN Kombinasi : Asam Benzoat 6% + Asam pot
Salisilat 3%
14 Antimigren : Ergotamin tartrat 1 mg + Kofein 50 mg tablet
15 Antiparkinson DOEN tablet kombinasi : Karbidopa 25 mg + tablet
Levodopa 250 mg
16 Aqua Pro Injeksi Steril, bebas pirogen vial
17 Asam Askorbat (vitamin C) tablet 50 mg tablet
18 Asam Asetisalisilat tablet 100 mg (Asetosal) tablet
19 Asam Asetisalisilat tablet 500 mg (Asetosal) tablet
20 Atropin sulfat tablet 0,5 mg tablet
21 Atropin tetes mata 0,5% botol
22 Atropin injeksi l.m/lv/s.k. 0,25 mg/mL - 1 mL (sulfat) ampul
23 Betametason krim 0,1 % krim
24 Deksametason Injeksi I.v. 5 mg/ml ampul
25 Deksametason tablet 0,5 mg tablet
26 Dekstran 70-larutan infus 6% steril botol
27 Dekstrometorfan sirup 10 mg/5 ml (HBr) botol
28 Dekstrometorfan tablet 15 mg (HBr) tablet
29 Diazepam Injeksi 5mg/ml ampul
30 Diazepam tablet 2 mg tablet
31 Diazepam tablet 5 mg tablet
32 Difenhidramin Injeksi I.M. 10 mg/ml (HCL) ampul
33 Diagoksin tablet 0,25 mg tablet
34 Efedrin tablet 25 mg (HCL) tablet
35 Ekstrks belladona tablet 10 mg tablet
36 Epinefrin (Adrenalin) injeksi 0,1% (sebagai HCL) ampul
37 Etakridin larutan 0,1% botol
38 Fenitoin Natriun Injeksi 50 mg/ml ampul
39 Fenobarbital Injeksi I.m/I.v 50 mg/ml ampul
40 Fenobarbital tablet 30 mg tablet
41 Fenoksimetil Penisilin tablet 250 mg tablet
42 Fenoksimetil Penisilin tablet 500 mg tablet
43 Fenol Gliserol tetes telinga 10% botol
44 Fitomenadion (Vit. K1) injeksi 10 mg/ml ampul
45 Fitomenadion (Vit. K1) tablet salut gula 10 mg tablet
46 Furosemid tablet 40 mg tablet
47 Gameksan lotion 1 % botol
48 Garam Oralit I serbuk Kombinasi : Natrium 0,70 g, Kalium sach
klorida 0,30 g, Tribatrium Sitrt dihidrat 0,58 g
49 Gentian Violet Larutan 1 % botol
50 Glibenklamida tablet 5 mg tablet
51 Gliseril Gualakolat tablet 100 mg tablet
52 Gliserin botol
53 Glukosa larutan infus 5% botol
54 Glukosa larutan infus 10% botol
55 Glukosa larutan infus 40% steril (produk lokal) ampul
56 Griseofulvin tablet 125 mg, micronized tablet
57 Haloperidol tablet 0,5 mg tablet
58 Haloperidol tablet 1,5 mg tablet
59 Haloperidol tablet 5 mg tablet
60 Hidroklorotiazida tablet 25 mg tablet
61 Hidrkortison krim 2,5% tube
62 Ibuprofen tablet 200 mg tablet
63 Ibuprofen tablet 400 mg tablet
64 Isosorbid Dinitrat Tablet Sublingual 5 mg tablet
65 Kalsium Laktat (Kalk) tablet 500 mg tablet
66 Kaptopril tablet 12,5 mg tablet
67 Kaptopril tablet 25 mg tablet
68 Karbamazepim tablet 200 mg tablet
69 Ketamin Injeksi 10 mg/ml vial
TABEL 66

DEFINISI OPERASIONAL

Kebutuhan : Jumlah kebutuhan item obat yang didapat dengan menghitung jumlah pemakaian rata-rata per bulan jenis
obat tertentu pada tahun sebelumnya dikali 18
Total penggunaan : Total penggunaan obat dan vaksin yang didapat dengan jumlah penggunaan kumulatif setiap periode
pelaporan total stok obat dan vaksin yang dihitung pada akhir bulan per periode pelaporan
Sisa stok : total stok obat dan vaksin yang dihitung pada akhir bulan per periode pelaporan

Catatan: 18 yang dimaksud di atas adalah 18 bulan, yaitu stok obat yang dianggap aman ketika dapat memenuhi kebutuhan selama
18 bulan.

FORMULA

Persentase
Jumlah obat/vaksin sesuai satuannya di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu
ketersediaan obat/ x100%
vaksin Jumlah kebutuhan di wilayah yang sama
PERSENTASE KETERSEDIAAN OBAT DAN VAKSIN
KABUPATEN/KOTA
TAHUN

PERSENTASE
SATUAN TOTAL JUMLAH
NO NAMA OBAT KEBUTUHAN SISA STOK KETERSEDIAAN
TERKECIL PENGGUNAAN OBAT/VAKSIN
OBAT/VAKSIN
1 2 3 4 5 6 7 8
70 Klofazimin kapsul 100 mg microzine kapsul
71 Kloramfenikol kapsul 250 mg kapsul
72 Kloramfenikol tetes telinga 3 % botol
73 Kloraniramina mealeat (CTM) tablet 4 mg tablet
74 Klorpromazin injeksi i.m 5 mg/ml-2ml (HCL) ampul
75 Klorpromazin injeksi i.m 25 mg/ml (HCL) ampul
76 Klorpromazin tablet salut 25 mg (HCL) tablet
77 Klorpromazin HCl tablet salut 100 mg (HCL) tablet
78 Anti Malaria DOEN Kombinasi Pirimetamin 25 mg + tablet
Sulfadoxin 500 mg
79 Kotrimosazol Suspensi Kombinasi :Sulfametoksazol 200 mg botol
+ Trimetoprim 40 mg/ 5 ml
80 Kotrimosazol DOEN I (dewasa) Kombinasi : tablet
Sulfametoksazol 400 mg, Trimetoprim 80 mg
81 Kotrimosazol DOEN II (pediatrik) Kombinasi : tablet
Sulfametoksazol 100 mg, Trimetoprim 20 mg
82 Kuinin (kina) tablet 200 mg tablet
83 Kuinin Dihidrokklorida injeksi 25%-2 ml ampul
84 Lidokain injeksi 2% (HCL) + Epinefrin 1 : 80.000-2 ml vial
85 Magnesium Sulfat inj (IV) 20%-25 ml vial
86 Magnesium Sulfat inj (IV) 40%-25 ml vial
87 Magnesium Sulfat serbuk 30 gram sach
88 Mebendazol sirup 100 mg / 5 ml botol
89 Mebendazol tablet 100 mg tablet
90 Metilergometrin Maleat (Metilergometrin) tablet salut 0,125 tablet
mg
91 Metilergometrin Maleat injeksi 0,200 mg -1 ml ampul
92 Metronidazol tablet 250 mg tablet
93 Natrium Bikarbonat tablet 500 mg tablet
94 Natrium Fluoresein tetes mata 2 % botol
95 Natrium Klorida larutan infus 0,9 % botol
96 Natrium Thiosulfat injeksi I.v. 25 % ampul
97 Nistatin tablet salut 500.000 IU/g tablet
98 Nistatin Vaginal tablet salut 100.000 IU/g tablet
99 Obat Batuk hitam ( O.B.H.) botol
100 Oksitetrasiklin HCL salep mata 1 % tube
101 Oksitetrasiklin injeksi I.m. 50 mg/ml-10 ml vial
102 Oksitosin injeksi 10 UI/ml-1 ml ampul
103 Paracetamol sirup 120 mg / 5 ml botol
104 Paracetamol tablet 100 mg tablet
105 Paracetamol tablet 500 mg tablet
106 Pilokarpin tetes mata 2 % (HCL/Nitrat) botol
107 Pirantel tab. Score (base) 125 mg tablet
108 Piridoksin (Vitamin B6) tablet 10 mg (HCL) tablet
109 Povidon Iodida larutan 10 % botol
110 Povidon Iodida larutan 10 % botol
111 Prednison tablet 5 mg tablet
112 Primakuin tablet 15 mg tablet
113 Propillitiourasil tablet 100 mg tablet
114 Propanol tablet 40 mg (HCL) tablet
115 Reserpin tablet 0,10 mg tablet
116 Reserpin tablet 0,25 mg tablet
117 Ringer Laktat larutan infus botol
118 Salep 2-4, kombinasi: Asam Salisilat 2% + Belerang endap tube
4%
119 Salisil bedak 2% kotak
120 Serum Anti Bisa Ular Polivalen injeksi 5 ml (ABU I) vial
121 Serum Anti Bisa Ular Polivalen injeksi 50 ml (ABU II) vial
122 Serum Anti Difteri Injeksi 20.000 IU/vial (A.D.S.) vial
123 Serum Anti Tetanus Injeksi 1.500 IU/ampul (A.T.S.) ampul
124 Serum Anti Tetanus Injeksi 20.000 IU/vial (A.T.S.) vial
125 Sianokobalamin (Vitamin B12) injeksi 500 mcg ampul
126 Sulfasetamida Natrium tetes mata 15 % botol
127 Tetrakain HCL tetes mata 0,5% botol
128 Tetrasiklin kapsul 250 mg kapsul
129 Tetrasiklin kapsul 500 mg kapsul
130 Tiamin (vitamin B1) injeksi 100 mg/ml ampul
131 Tiamin (vitamin B1) tablet 50 mg (HCL/Nitrat) tablet
132 Tiopental Natrium serbuk injeksi 1000 mg/amp ampul
133 Triheksifenidil tablet 2 mg tablet
134 Vaksin Rabies Vero vial
135 Vitamin B Kompleks tablet tablet
VAKSIN
136 BCG vial
137 T T vial
138 D T vial
139 CAMPAK 10 Dosis vial
140 POLIO 10 Dosis vial
141 DPT-HB vial
142 HEPATITIS B 0,5 ml ADS vial
143 POLIO 20 Dosis vial
144 CAMPAK 20 Dosis vial

Sumber: .. (sebutkan)
TABEL 67

JUMLAH SARANA KESEHATAN MENURUT KEPEMILIKAN


KABUPATEN/KOTA
TAHUN

PEMILIKAN/PENGELOLA
NO FASILITAS KESEHATAN
KEMENKES PEM.PROV PEM.KAB/KOTA TNI/POLRI BUMN SWASTA JUMLAH
1 2 3 4 5 6 7 8 9
RUMAH SAKIT
1 RUMAH SAKIT UMUM
2 RUMAH SAKIT KHUSUS
PUSKESMAS DAN JARINGANNYA
1 PUSKESMAS RAWAT INAP
- JUMLAH TEMPAT TIDUR
2 PUSKESMAS NON RAWAT INAP
3 PUSKESMAS KELILING
4 PUSKESMAS PEMBANTU
SARANA PELAYANAN LAIN
1 RUMAH BERSALIN
2 BALAI PENGOBATAN/KLINIK
3 PRAKTIK DOKTER BERSAMA
4 PRAKTIK DOKTER PERORANGAN
5 PRAKTIK PENGOBATAN TRADISIONAL
6 BANK DARAH RUMAH SAKIT
7 UNIT TRANSFUSI DARAH
SARANA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI KEFARMASIAN
1 INDUSTRI FARMASI
2 INDUSTRI OBAT TRADISIONAL
3 USAHA KECIL OBAT TRADISIONAL
4 PRODUKSI ALAT KESEHATAN
5 PEDAGANG BESAR FARMASI
6 APOTEK
7 TOKO OBAT
8 PENYALUR ALAT KESEHATAN

Sumber: ................ (sebutkan)


TABEL 67

DEFINISI OPERASIONAL

Rumah Sakit : Institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Rumah sakit umum : Rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit.
Rumah sakit khusus : Rumah sakit yang memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan
disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya.
Puskesmas (Pusat : Suatu kesatuan organisasi fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga
Kesehatan Masyarakat) membina peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu
kepada masyarakat di wilayah kerjanya.
Puskesmas keliling : Unit pelayanan kesehatan keliling yang dilengkapi dengan kendaraan bermotor, peralatan kesehatan, peralatan
komunikasi serta sejumlah tenaga yang berasal dari puskesmas.
Puskesmas pembantu : Unit pelayanan kesehatan yang sederhana dan berfungsi menunjang dan membantu memperluas jangkauan
(Pustu) puskesmas dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan puskesmas dalam ruang lingkup wilayah
yang lebih kecil serta jenis dan kompetensi pelayanan yang disesuaikan dengan kemampuan tenaga dan sarana
yang tersedia.
Industri Farmasi : Badan Usaha yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan
obat. (Permenkes 1799/MENKES/PER/XII/2010 tentang Industri Farmasi)
IOT : (Industri Obat Tradisional) Industri yang dapat membuat semua bentuk sediaan obat tradisional
UKOT : (Usaha Kecil Obat Tradisional) Usaha yang dapat membuat semua bentuk sediaan obat tradisional kecuali bentuk
sediaan tablet dan efervesen
Produksi Alat : Perusahaan yang telah mendapat sertifikat dari Menteri Kesehatan untuk melakukan produksi alat kesehatan
Kesehatan
Pedagang Besar : perusahaan yang berbentuk badan hukum, yang memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan,
Farmasi penyaluran obat dan/atau bahan obat dalam jumlah besar sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan. (Permenkes 1148/MENKES/PER/VI/2011 tentang Pedagang Besar Farmasi)
Penyalur Alat : Perusahaan berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran alat
Kesehatan kesehatan dalam jumlah besar sesuai ketentuan perundang-undangan
TABEL 68

PERSENTASE SARANA KESEHATAN (RUMAH SAKIT) DENGAN KEMAMPUAN PELAYANAN GAWAT DARURAT (GADAR ) LEVEL I
KABUPATEN/KOTA
TAHUN

MEMPUNYAI KEMAMPUAN YAN. GADAR LEVEL I


NO SARANA KESEHATAN JUMLAH SARANA
JUMLAH %
1 2 3 4 5

1 RUMAH SAKIT UMUM

2 RUMAH SAKIT KHUSUS

JUMLAH (KAB/KOTA)

Sumber: (sebutkan)
TABEL 68

DEFINISI OPERASIONAL

Sarana Kesehatan : Gawat darurat level 1 adalah tempat pelayanan gawat darurat yang memiliki Dokter Umum on site
Dengan Kemampuan (berada di tempat) 24 jam dengan kualifikasi GELS dan/atau ATLS + ACLS, serta memiliki alat
Pelayanan Gawat trasportasi dan komunikasi.
Darurat Level 1
GELS : General Emergency Life Support

ATLS : Advance Trauma Life Support

ACLS : Advance Cardiac Life Support

FORMULA

% Sarana kesehatan Jumlah RS/sarana pelayanan kesehatan


dengan kemampuan yang mampu memberikan pelayanan gawat darurat level 1
pelayanan gawat 100%
darurat level 1 Jumlah Rumah Sakit/sara na pelayanan kesehatan di Kab/Kota
TABEL 69

JUMLAH POSYANDU MENURUT STRATA, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS


KABUPATEN/KOTA
TAHUN

STRATA POSYANDU
POSYANDU AKTIF
NO KECAMATAN PUSKESMAS PRATAMA MADYA PURNAMA MANDIRI
JUMLAH
JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

JUMLAH (KAB/KOTA)
RASIO POSYANDU PER 100 BALITA

Sumber: . (sebutkan)
TABEL 69

DEFINISI OPERASIONAL

Posyandu : Salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan
diselenggarakan dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat guna memberdayakan masyarakat dan
memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk
mempercepat penurunan angka kematian ibu, bayi, dan balita.
Posyandu Pratama : Posyandu yang belum mantap, ditandai oleh kegiatan Posyandu belum terlaksana secara rutin setiap bulan
dan jumlah kader kurang dari 5 orang.
Posyandu Madya : Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata kader
sebanyak 5 orang atau lebih, tetapi cakupan kelima kegiatan utamanya masih rendah, yaitu kurang dari
50%.
Posyandu Purnama: Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata kader
sebanyak 5 orang atau lebih, cakupan kelima kegiatannya lebih dari 50%, mampu menyelenggarakan
program tambahan, serta telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh
masyarakat yang kepesertaannya masih kurang dari 50% KK di wilayah kerja Posyandu.
Posyandu Mandiri : Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata kader
sebanyak 5 orang atau lebih, cakupan kelima kegiatannya lebih dari 50%, mampu menyelenggarakan
program tambahan, serta telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh
masyarakat yang kepesertaannya lebih dari 50% KK di wilayah kerja Posyandu.

FORMULA

Jumlah Posyandu (Purnama Mandiri) di suatu


Persentase Posyandu wilayah pada kurun waktu tertentu
aktif x 100%
Jumlah seluruh posyandu yang ada di wilayah
dan pada kurun waktu yang sama
TABEL 70

JUMLAH UPAYA KESEHATAN BERSUMBERDAYA MASYARAKAT (UKBM) MENURUT KECAMATAN


KABUPATEN/KOTA
TAHUN

NO KECAMATAN PUSKESMAS DESA/ UPAYA KESEHATAN BERSUMBERDAYA MASYARAKAT (UKBM)


KELURAHAN POSKESDES POLINDES POSBINDU
1 2 3 4 5 6 7

JUMLAH (KAB/KOTA)

Sumber: . (sebutkan)
TABEL 70

DEFINISI OPERASIONAL

Poskesdes : Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat yang memberikan pelayanan kesehatan dasar buka setiap
(Pos kesehatan desa) hari dan dapat diakses dengan mudah oleh penduduk di wilayah tersebut. Poskesdes dikelola oleh 1 orang
bidang dan minimal 2 orang kader.
Polindes : Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat yang menyediakan tempat pertolongan persalinan dan
(Pondok bersalin desa) pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk KB di desa.
Posbindu : kegiatan yang diselenggarakan secara integrasi oleh kelompok aktif masyarakat dalam upaya preventif
(Pos pembinaan dan promotif (monitoring dan peningkatan pengetahuan pencegahan dan pengendalian faktor resiko)
terpadu) Penyakit Tidak Menular
TABEL 71

JUMLAH DESA SIAGA MENURUT KECAMATAN


KABUPATEN/KOTA
TAHUN

DESA/KELURAHAN SIAGA
JUMLAH
NO KECAMATAN PUSKESMAS DESA/
PRATAMA MADYA PURNAMA MANDIRI JUMLAH %
KELURAHAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

JUMLAH (KAB/KOTA)

Sumber: . (sebutkan)
TABEL 71

DEFINISI OPERASIONAL

Desa Siaga Aktif : Desa dan kelurahan yang penduduknya dapat mengakses pelayanan kesehatan dasar dan mengembangkan Upaya
Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM).
Desa Siaga Aktif : Desa dan kelurahan Siaga yang telah memiliki forum desa/kelurahan tetapi belum berjalan, memiliki 2 orang Kader
Pratama Pemberdayaan Masyarakat/kader teknis, memiliki kemudahan akses pelayanan kesehatan dasar, memiliki Posyandu yang
aktif, memiliki dukungan dana untuk kegiatan kesehatan dari pemerintah desa/kelurahan, ada peran aktif masyarakat, dan
melakukan pembinaan PHBS kurang dari 20% rumah tangga yang ada.
Desa Siaga Aktif : Desa dan kelurahan Siaga yang telah memiliki forum desa/kelurahan tetapi belum rutin setiap triwulan, memiliki 3 - 5
Madya orang Kader Pemberdayaan Masyarakat/kader teknis, memiliki kemudahan akses pelayanan kesehatan dasar, memiliki
Posyandu dan 2 UKBM lain yang aktif, memiliki dukungan dana untuk kegiatan kesehatan dari pemerintah desa/kelurahan
dan masyarakat/dunia usaha, ada peran aktif masyarakat dan peran minimal 1 ormas, memiliki Peraturan Kepala
Desa/Kelurahan tentang Desa Siaga Aktif meskipun belum direalisasikan, serta melakukan pembinaan PHBS minimal
kurang dari 20% rumah tangga yang ada.
Desa Siaga Aktif : Desa dan kelurahan Siaga yang telah memiliki forum desa/kelurahan berjalan setiap triwulan, memiliki 6 - 8 orang Kader
Purnama Pemberdayaan Masyarakat/kader teknis, memiliki kemudahan akses pelayanan kesehatan dasar, memiliki Posyandu dan 3
UKBM lain yang aktif, memiliki dukungan dana untuk kegiatan kesehatan dari pemerintah desa/kelurahan, masyarakat
dan dunia usaha, ada peran aktif masyarakat dan peran minimal 2 ormas, memiliki Peraturan Kepala Desa/Kelurahan
tentang Desa Siaga Aktif dan suda direalisasikan,serta melakukan pembinaan PHBS minimal kurang dari 40% rumah
tangga yang ada.
Desa Siaga Aktif : Desa dan kelurahan Siaga yang telah memiliki forum desa/kelurahan berjalan setiap bulan, memiliki 9 orang atau lebih
Mandiri Kader Pemberdayaan Masyarakat/kader teknis, memiliki kemudahan akses pelayanan kesehatan dasar, memiliki Posyandu
dan 4 UKBM lain yang aktif, memiliki dukungan dana untuk kegiatan kesehatan dari pemerintah desa/kelurahan,
masyarakat dan dunia usaha, ada peran aktif masyarakat dan peran lebih dari 2 ormas, memiliki Peraturan Kepala
Desa/Kelurahan tentang Desa Siaga Aktif dan suda direalisasikan,serta melakukan pembinaan PHBS minimal kurang dari
70% rumah tangga yang ada.

FORMULA
Cakupan Desa Jumlah desa/kelur ahan siaga aktif
Siaga Aktif x 100%
Jumlah desa/kelur ahan
TABEL 72

JUMLAH TENAGA MEDIS DI FASILITAS KESEHATAN


KABUPATEN/KOTA
TAHUN

DOKTER
NO UNIT KERJA DR SPESIALIS a DOKTER UMUM TOTAL DOKTER GIGI
GIGI SPESIALIS
TOTAL
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 Puskesmas

SUB JUMLAH I (PUSKESMAS)


1 RS
dst. (mencakup RS Pemerintah
dan swasta dan termasuk
pula Rumah Bersalin)
SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT)
SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN
KLINIK DI INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT
KLINIK DI DINAS KESEHATAN KAB/KOTA
JUMLAH (KAB/KOTA)
RASIO TERHADAP 100.000 PENDUDUK

Sumber: (sebutkan)
a
Keterangan : termasuk S3
TABEL 72

DEFINISI OPERASIONAL

Rasio Dokter per 100.000 penduduk adalah dokter yang memberikan pelayanan kesehatan di Puskesmas, Rumah Sakit, dan sarana
pelayanan kesehatan lain di suatu wilayah per 100.000 penduduk
Rasio Dokter Spesialis per 100.000 penduduk adalah dokter spesialis yang memberikan pelayanan kesehatan di Puskesmas, Rumah
Sakit, dan sarana pelayanan kesehatan lain di suatu wilayah per 100.000 penduduk

Rasio Dokter Gigi per 100.000 penduduk adalah dokter gigi yang memberikan pelayanan kesehatan di Puskesmas, Rumah Sakit, dan
sarana pelayanan kesehatan lain di suatu wilayah per 100.000 penduduk

Rasio Dokter Gigi Spesialis per 100.000 penduduk adalah dokter gigi spesialis yang memberikan pelayanan kesehatan di Puskesmas,
Rumah Sakit, dan sarana pelayanan kesehatan lain di suatu wilayah per 100.000 penduduk

FORMULA

Jumlah dokter yang memberikan pelayanan kesehatan di Puskesmas, Rumah Sakit,


Rasio Dokter per dan sarana pelayanan kesehatan lain di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu
100.000 Penduduk x 100.000
Jumlah penduduk di wilayah dan pada tahun yang sama

Jumlah dokter spesialis yang memberikan pelayanan kesehatan di Puskesmas, Rumah Sakit,
Rasio Dokter Spesialis dan sarana pelayanan kesehatan lain di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu
per 100.000 Penduduk x 100.000
Jumlah penduduk di wilayah dan pada tahun yang sama

Jumlah dokter gigi yang memberikan pelayanan kesehatan di Puskesmas, Rumah Sakit,
Rasio Dokter Gigi per
dan sarana pelayanan kesehatan lain di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu
100.000 Penduduk x 100.000
Jumlah penduduk di wilayah dan pada tahun yang sama

Rasio Dokter Gigi Jumlah dokter gigi spesialis yang memberikan pelayanan kesehatan di Puskesmas, Rumah Sakit,
Spesialis per 100.000 dan sarana pelayanan kesehatan lain di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu
x 100.000
Penduduk Jumlah penduduk di wilayah dan pada tahun yang sama
TABEL 73

JUMLAH TENAGA KEPERAWATAN DI FASILITAS KESEHATAN


KABUPATEN/KOTA
TAHUN

PERAWATa PERAWAT GIGI


NO UNIT KERJA BIDAN
L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Puskesmas

SUB JUMLAH I (PUSKESMAS)


1 RS
dst. (mencakup RS Pemerintah
dan swasta dan termasuk
pula Rumah Bersalin)
SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT)
SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN
KLINIK DI INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT
KLINIK DI DINAS KESEHATAN KAB/KOTA
JUMLAH (KAB/KOTA)
RASIO TERHADAP 100.000 PENDUDUK

Sumber: (sebutkan)
Keterangan : a termasuk perawat anastesi dan perawat spesialis
TABEL 73

DEFINISI OPERASIONAL

Rasio Bidan per 100.000 penduduk adalah bidan yang memberikan pelayanan kesehatan di Puskesmas, Rumah Sakit, dan
sarana pelayanan kesehatan lain di suatu wilayah per 100.000 penduduk
Rasio Perawat per 100.000 penduduk adalah perawat yang memberikan pelayanan kesehatan di Puskesmas, Rumah Sakit, dan
sarana pelayanan kesehatan lain di suatu wilayah per 100.000 penduduk
Yang termasuk dalam tenaga perawat yaitu perawat, perawat anestesi, perawat spesialis
Rasio Perawat Gigi per 100.000 penduduk adalah perawat gigi yang memberikan pelayanan kesehatan di Puskesmas, Rumah
Sakit, dan sarana pelayanan kesehatan lain di suatu wilayah per 100.000 penduduk

FORMULA

Jumlah bidan yang memberikan pelayanan kesehatan


Rasio Bidan per di Puskesmas, Rumah Sakit, dan sarana pelayanan kesehatan lain
100.000 Penduduk di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu
x 100.000
Jumlah penduduk di wilayah dan pada tahun yang sama

Jumlah perawat yang memberikan pelayanan kesehatan


Rasio Perawat per di Puskesmas, Rumah Sakit, dan sarana pelayanan kesehatan lain
100.000 Penduduk di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu
x 100.000
Jumlah penduduk di wilayah dan pada tahun yang sama
Jumlah perawat gigi yang memberikan pelayanan kesehatan
Rasio Perawat Gigi di Puskesmas, Rumah Sakit, dan sarana pelayanan kesehatan lain
per 100.000 di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu
Penduduk x 100.000
Jumlah penduduk di wilayah dan pada tahun yang sama
TABEL 74

JUMLAH TENAGA KEFARMASIAN DI FASILITAS KESEHATAN


KABUPATEN/KOTA
TAHUN

TENAGA KEFARMASIAN
TENAGA TEKNIS
NO UNIT KERJA APOTEKER TOTAL
KEFARMASIANa
L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 Puskesmas

SUB JUMLAH I (PUSKESMAS)


1 RS
dst. (mencakup RS Pemerintah
dan swasta dan termasuk
pula Rumah Bersalin)
SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT)
SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN
KLINIK DI INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT
KLINIK DI DINAS KESEHATAN KAB/KOTA
JUMLAH (KAB/KOTA)
RASIO TERHADAP 100.000 PENDUDUK

Sumber: (sebutkan)
Keterangan : a termasuk analis farmasi, asisten apoteker, sarjana farmasi
TABEL 74

DEFINISI OPERASIONAL

Yang termasuk dalam tenaga teknis kefarmasian: analis farmasi, asisten apoteker, sarjana farmasi

Rasio Apoteker per 100.000 penduduk adalah apoteker yang memberikan pelayanan kesehatan di Puskesmas, Rumah
Sakit, dan sarana pelayanan kesehatan lain di suatu wilayah per 100.000 penduduk
Rasio Tenaga Kefarmasian per 100.000 penduduk adalah tenaga kefarmasian yang memberikan pelayanan kesehatan di
Puskesmas, Rumah Sakit, dan sarana pelayanan kesehatan lain di suatu wilayah per 100.000 penduduk

FORMULA

Jumlah apoteker yang memberikan pelayanan kesehatan


Rasio Apoteker per di Puskesmas, Rumah Sakit, dan sarana pelayanan kesehatan lain
100.000 Penduduk
di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu
x 100.000
Jumlah penduduk di wilayah dan pada tahun yang sama

Jumlah tenaga kefarmasia n yang memberikan pelayanan kesehatan


Rasio Tenaga di Puskesmas, Rumah Sakit, dan sarana pelayanan kesehatan lain
Kefarmasian per
di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu
100.000 Penduduk x 100.000
Jumlah penduduk di wilayah dan pada tahun yang sama
TABEL 75

JUMLAH TENAGA KESEHATAN MASYARAKAT DAN KESEHATAN LINGKUNGAN DI FASILITAS KESEHATAN


KABUPATEN/KOTA
TAHUN

KESEHATAN MASYARAKATa KESEHATAN LINGKUNGANb


NO UNIT KERJA
L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Puskesmas

SUB JUMLAH I (PUSKESMAS)


1 RS
dst. (mencakup RS Pemerintah
dan swasta dan termasuk
pula Rumah Bersalin)
SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT)
SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN
KLINIK DI INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT
KLINIK DI DINAS KESEHATAN KAB/KOTA
JUMLAH (KAB/KOTA)
RASIO TERHADAP 100.000 PENDUDUK

Sumber: (sebutkan)
Keterangan :
a
termasuk tenaga promosi kesehatan dan ilmu perilaku, pembimbing kesehatan kerja, tenaga biostatistik dan kependudukan,
tenaga kesehatan reproduksi dan keluarga, tenaga administrasi dan kebijakan kesehatan, epidemiolog kesehatan
b
termasuk tenaga sanitasi lingkungan, entomolog kesehatan, mikrobiolog kesehatan
TABEL 75

DEFINISI OPERASIONAL

Rasio Tenaga Kesehatan Masyarakat per 100.000 penduduk adalah tenaga kesehatan yang bertugas di bidang
kesehatan masyarakat di Puskesmas, Rumah Sakit, dan sarana pelayanan kesehatan lain di suatu wilayah per 100.000
penduduk
Yang termasuk tenaga kesehatan masyarakat: tenaga promosi kesehatan dan ilmu perilaku, pembimbing kesehatan
kerja, tenaga biostatistik dan kependudukan, tenaga kesehatan reproduksi dan keluarga, tenaga administrasi dan
kebijakan kesehatan, epidemiolog kesehatan
Rasio Tenaga Kesehatan Lingkungan per 100.000 penduduk adalah tenaga kesehatan yang bertugas di bidang
kesehatan lingkungan di Puskesmas, Rumah Sakit, dan sarana pelayanan kesehatan lain di suatu wilayah per 100.000
penduduk
Yang termasuk dalam tenaga kesehatan lingkungan : tenaga sanitasi lingkungan, entomolog kesehatan, mikrobiolog
kesehatan

FORMULA

Rasio Tenaga Jumlah tenaga kesehatan yang bertugas di bidang kesehatan masyarakat
Kesehatan di Puskesmas, Rumah Sakit, dan sarana pelayanan kesehatan lain
Masyarakat per
di suatu wilayah pada kurun waktu tertentudi suatu wilayah
100.000 Penduduk x 100.000
Jumlah penduduk di wilayah dan pada tahun yang sama

Jumlah tenaga kesehatan yang bertugas di bidang kesehatan lingkungan


Rasio Tenaga
di Puskesmas, Rumah Sakit, dan sarana pelayanan kesehatan lain
Kesehatan
Lingkungan per di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu
x 100.000
100.000 Penduduk Jumlah penduduk di wilayah dan pada tahun yang sama
TABEL 76

JUMLAH TENAGA GIZI DI FASILITAS KESEHATAN


KABUPATEN/KOTA
TAHUN

NUTRISIONIS DIETISIEN TOTAL


NO UNIT KERJA
L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 Puskesmas

SUB JUMLAH I (PUSKESMAS)


1 RS
dst. (mencakup RS Pemerintah
dan swasta dan termasuk
pula Rumah Bersalin)
SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT)
SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN
KLINIK DI INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT
KLINIK DI DINAS KESEHATAN KAB/KOTA
JUMLAH (KAB/KOTA)
RASIO TERHADAP 100.000 PENDUDUK

Sumber: (sebutkan)
TABEL 76

DEFINISI OPERASIONAL

Yang termasuk dalam tenaga gizi: nutrisionis dan dietisien


Nutrisionis: tenaga kesehatan lulusan SPAG, diploma III, diploma IV dan strata 1 bidang gizi

Dietisien: tenaga kesehatan lulusan diploma IV dan strata 1 bidang gizi yang telah mengikuti program intenship gizi

Rasio Tenaga Gizi per 100.000 penduduk adalah tenaga gizi yang memberikan pelayanan kesehatan di Puskesmas, Rumah
Sakit, dan sarana pelayanan kesehatan lain di suatu wilayah per 100.000 penduduk

FORMULA
Jumlah tenaga gizi yang memberikan pelayanan kesehatan di Puskesmas, Rumah Sakit,
Rasio Tenaga Gizi dan sarana pelayanan kesehatan lain di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu di suatu wilayah
x 100.000
per100.000 penduduk Jumlah penduduk di wilayah dan pada tahun yang sama
TABEL 77

JUMLAH TENAGA KETERAPIAN FISIK DI FASILITAS KESEHATAN


KABUPATEN/KOTA
TAHUN

TENAGA KETERAPIAN FISIK


TOTAL
NO UNIT KERJA FISIOTERAPIS OKUPASI TERAPIS TERAPIS WICARA AKUPUNKTUR
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
1 Puskesmas

SUB JUMLAH I (PUSKESMAS)


1 RS
dst. (mencakup RS Pemerintah
dan swasta dan termasuk
pula Rumah Bersalin)
SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT)
SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN
KLINIK DI INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT
KLINIK DI DINAS KESEHATAN KAB/KOTA
JUMLAH (KAB/KOTA)
RASIO TERHADAP 100.000 PENDUDUK

Sumber: (sebutkan)
TABEL 77

DEFINISI OPERASIONAL

Yang termasuk dalam tenaga keterapian fisik meliputi : fisioterapis, okupasi terapis, terapis wicara dan akupunktur

Fisioterapis : Tenaga kesehatan lulusan pendidikan formal fisioterapi dan kepadanya diberikan wewenang tertulis untuk
melakukan tindakan fisioterapi atas dasar keilmuan dan kompetensi yang dimilikinya sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Okupasi terapis : Tenaga kesehatan yang menangani pasien atau klien dengan gangguan fisik dan atau mental yang bersifat
sementara atau menetap.
Terapis wicara : Tenaga kesehatan lulusan pendidikan terapi wicara baik di dalam maupun di luar negeri sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Terapi wicara merupakan tindakan untuk membantu
seseorang yang mengalami ganguan bahasa bicara dan menelan.
Akupunktur : Tenaga kesehatan lulusan Diploma III Akupunktur yang telah diakui pemerintah dan lulus ujian sesuai
dengan persyaratan yang berlaku.

FORMULA

Rasio Tenaga Jumlah tenaga kesehatan yang bertugas di bidang keterapian fisik
Keterapian Fisik di Puskesmas, Rumah Sakit, dan sarana pelayanan kesehatan lain
per 100.000
di suatu wilayah pada kurun waktu tertentudi suatu wilayah
penduduk x 100.000
Jumlah penduduk di wilayah dan pada tahun yang sama
TABEL 78

JUMLAH TENAGA KETEKNISIAN MEDIS DI FASILITAS KESEHATAN


KABUPATEN/KOTA
TAHUN

TENAGA KETEKNISIAN MEDIS


NO UNIT KERJA REKAM MEDIS DAN
TEKNISI ANALISIS REFRAKSIONIS TEKNISI TRANSFUSI TEKNISI
RADIOGRAFER RADIOTERAPIS TEKNISI GIGI ORTETIK PROSTETIK INFORMASI JUMLAH
ELEKTROMEDIS KESEHATAN OPTISIEN DARAH KARDIOVASKULER
KESEHATAN
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
1 Puskesmas

SUB JUMLAH I (PUSKESMAS)


1 RS
dst. (mencakup RS Pemerintah
dan swasta dan termasuk
pula Rumah Bersalin)
SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT)
SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN
KLINIK DI INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT
KLINIK DI DINAS KESEHATAN KAB/KOTA
JUMLAH (KAB/KOTA)
RASIO TERHADAP 100.000 PENDUDUK

Sumber: (sebutkan)
TABEL 78

DEFINISI OPERASIONAL

Radiografer : Tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi dengan tugas wewenang dan tanggung jawab untuk melakukan
kegiatan mendiagnostik penyakit menggunakan sinar-x (contoh rontgen patah tulang dilakukan sebelum operasi),
di pelayanan kesehatan dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan.
Radioterapis : Tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi dengan tugas wewenang dan tanggung jawab untuk melakukan
kegiatan terapi atau pengobatan penyakit menggunakan sinar-x (contoh penyakit kanker yang dimatikan dengan
sinar-x) di pelayanan kesehatan dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan.
Teknisi Elektromedis : Tenaga kesehatan yang Menjamin terselenggaranya pelayanan kesehatan khususnya kelayakan siap pakai
peralatan kesehatan dengan tingkat keakurasian dan keamanan serta mutu dan standar.
Teknisi Gigi : Tenaga kesehatan yang bekerja di bidang keteknisian gigi (pembuatan prothesa gigi alat orthodontie dan maxillo
facial).
Analis Kesehatan : Tenaga kesehatan yang bekerja di laboratorium untuk menyelediki tentang penyakit atau kesehatan (badan
manusia).
Refraksionis Optisien : Tenaga kesehatan yang melaksanakan pemeriksaan mata dasar, pemeriksaan refraksi, menetapkan hasil
pemeriksaan, menyiapkan dan membuat lensa kacamata atau lensakontak, termasuk pelatihan ortoptik.
Ortetik Prostetik : Tenaga kesehatan yang melakukan pelayanan, pembuatan, pemakaian alat bantu anggota gerak tubuh yang layuh
(ortosa) dan alat ganti anggota gerak tubuh yang hilang (protesa).
Rekam Medis dan : Tenaga kesehatan yang mencatat dan mendokumentasikan tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan,
Informasi Kesehatan tindakan dan pelayanan lain di fasilitas kesehatan
Teknisi Transfusi Darah : Tenaga kesehatan yang melakukan pelayanan transfusi darah (kegiatan pengerahan dan pelestarian donor,
penyediaan darah dan tindakan medis pemberian darah kepada resipien).
Teknisi Kardiovaskuler : Tenaga kesehatan yang melakukan tindakan medis yang berhubungan dengan jantung dan peredaran darah.

FORMULA

Rasio Tenaga Jumlah tenaga kesehatan yang bertugas di bidang keteknisian medis
Keteknisian Medis
di Puskesmas, Rumah Sakit, dan sarana pelayanan kesehatan lain
per 100.000
penduduk di suatu wilayah pada kurun waktu tertentudi suatu wilayah
x 100.000
Jumlah penduduk di wilayah dan pada tahun yang sama
TABEL 79

JUMLAH TENAGA KESEHATAN LAIN DI FASILITAS KESEHATAN


KABUPATEN/KOTA
TAHUN

TENAGA KESEHATAN LAIN


PENGELOLA PROGRAM TOTAL
NO UNIT KERJA TENAGA KESEHATAN LAINNYA
KESEHATAN
L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 Puskesmas

SUB JUMLAH I (PUSKESMAS)


1 RS
dst. (mencakup RS Pemerintah
dan swasta dan termasuk
pula Rumah Bersalin)
SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT)
SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN
INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT
DINAS KESEHATAN KAB/KOTA
JUMLAH (KAB/KOTA)

Sumber: (sebutkan)
TABEL 79

DEFINISI OPERASIONAL

Pengelola Program : Tenaga kesehatan yang bertugas sebagai pengelola program kesehatan di Dinas Kesehatan,
Kesehatan Puskesmas, Rumah Sakit dan sarana pelayanan kesehatan lain.

Yang termasuk dalam Tenaga Kesehatan Lainnya meliputi : Pengobatan Tradisional dan Jamu, tenaga kesehatan lain yang
belum didefinisikan
TABEL 80

JUMLAH TENAGA PENUNJANG/PENDUKUNG KESEHATAN DI FASILITAS KESEHATAN


KABUPATEN/KOTA
TAHUN

TENAGA PENUNJANG/PENDUKUNG KESEHATAN


TENAGA TOTAL
PEJABAT STAF PENUNJANG STAF PENUNJANG STAF PENUNJANG TENAGA
NO UNIT KERJA TENAGA PENDIDIK JURU PENUNJANG
STRUKTURAL ADMINISTRASI TEKNOLOGI PERENCANAAN KEPENDIDIKAN
KESEHATAN
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
1 Puskesmas

SUB JUMLAH I (PUSKESMAS)


1 RS
dst. (mencakup RS Pemerintah
dan swasta dan termasuk
pula Rumah Bersalin)
SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT)
SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN
INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT
DINAS KESEHATAN KAB/KOTA
JUMLAH (KAB/KOTA)

Sumber: (sebutkan)
TABEL 80

DEFINISI OPERASIONAL

Tenaga Penunjang/Pendukung Kesehatan : tenaga selain tenaga kesehatan yang bekerja di sektor/bidang kesehatan
Yang termasuk dalam Tenaga Penunjang/Pendukung Kesehatan meliputi : Pejabat Struktural, Staf Penunjang Administrasi, Staf
Penunjang Perencanaan, Tenaga Pendidik, Tenaga Kependidikan, Juru dan tenaga penunjang kesehatan lainnya.

Tenaga Pendidik : tenaga penunjang/pendukung kesehatan yang bertugas mengajar di institusi pendidikan (guru dan dosen)
Tenaga Kependidikan : tenaga penunjang/pendukung kesehatan yang bekerja di institusi pendidikan selain guru dan dosen
TABEL 81

ANGGARAN KESEHATAN KABUPATEN/KOTA


KABUPATEN/KOTA
TAHUN

ALOKASI ANGGARAN KESEHATAN


NO SUMBER BIAYA
Rupiah %
1 2 3 4

ANGGARAN KESEHATAN BERSUMBER:

1 APBD KAB/KOTA

a. Belanja Langsung

b. Belanja Tidak Langsung

2 APBD PROVINSI

- Dana Tugas Pembantuan (TP) Provinsi

3 APBN :
- Dana Alokasi Umum (DAU)

- Dana Alokasi Khusus (DAK)

- Dana Dekonsentrasi

- Dana Tugas Pembantuan Kabupaten/Kota


- Lain-lain (sebutkan)

4 PINJAMAN/HIBAH LUAR NEGERI (PHLN)


(sebutkan project dan sumber dananya)

5 SUMBER PEMERINTAH LAIN

TOTAL ANGGARAN KESEHATAN

TOTAL APBD KAB/KOTA

% APBD KESEHATAN THD APBD KAB/KOTA

ANGGARAN KESEHATAN PERKAPITA

Sumber: ................ (sebutkan)


TABEL 81

DEFINISI OPERASIONAL
Anggaran Kesehatan : Dana yang disediakan untuk penyelenggaraan upaya kesehatan yang dialokasikan melalui APBD kabupaten/kota
Dalam APBD Kab/Kota
Anggaran Kesehatan : Jumlah anggaran yang dialokasikan oleh Pemerintah (melalui APBN, APBD, dan PHLN) untuk biaya
Pemerintah per Kapita penyelenggaraan upaya kesehatan per kapita per tahun
per tahun
Dana Alokasi Umum : Dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan
antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi
Dana Alokasi Khusus : Dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk
membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional
Dana Dekonsentrasi : Dana yang berasal dari APBN yang dilaksanakan oleh gubernur sebagai wakil pemerintah yang mencakup semua
penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan dekonsentrasi, tidak termasuk dana yang dialokasikan
untuk instansi vertikal pusat di daerah
Dana Tugas : Dana yang berasal dari APBD Provinsi yang dilaksanakan oleh kabupaten atau kota dan desa yang mencakup
Pembantuan (TP) semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan tugas pembantuan dari Pemerintah Provinsi kepada
Provinsi Pemerintah Kabupaten, atau Kota, dan/atau Desa
Dana Tugas : Dana yang berasal dari APBD Kabupaten/Kota yang dilaksanakan oleh desa yang mencakup semua penerimaan
Pembantuan (TP) dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan tugas pembantuan dari Pemerintah Kabupaten, atau Kota kepada Desa
Kabupaten/Kota

FORMULA
Jumlah alokasi APBD Kabupaten/Kota untuk
Persentase Anggaran kesehatan dalam 1 tahun
Kes Dalam APBD x 100%
Kab/Kota Total anggaran APBD pada tahun yang sama

Jumlah alokasi anggaran kesehatan pemerintah


Anggaran Kesehatan dalam 1 tahun (ribuan rupiah) di wilayah tertentu
Pemerintah per Kapita
per tahun (ribuan rupiah) Jumlah penduduk pada wilayah dan tahun yang sama

Anda mungkin juga menyukai