Sistem Linier
3
Elektro Program Agung Yoke basuki. ST. MT.
Studi Elektro
Abstract Kompetensi
Pendahuluan Sistem Liniear Di harapkan para peserta dapat
memahami sistem linier.
.
3. Klasifikasi Sistem
SISTEM LINIER
MODUL 3
SISTEM WAKTU-DISKRET
3.1 PENDAHULUAN
Ketiga metode kawasan waktu yang akan dipelajari bergantung pada model yang
dipilih untuk melukiskan suatu sistem waktu-diskret tertentu. Ketiga deskripsi yang akan
digunakan dalam bagian ini dan bagian berikutnya adalah:
Tiap-tiap metode ini dapat digunakan untuk mencari keluaran sebuah sistem waktu-
diskret dan barisan masukan yang diketahui. Bila demikian, mengapa perlu ditinjau lebih
daripa-da satu model? Alasannya adalah karena tiap-tiap model menekankan aspek-aspek
tertentu dari sistem, Jadi, sistemnya dapat ditafsirkan dengan cara-cara yang berbeda
bergan-tung pada model yang digunakan. Bersama-sama, ketiga model ini memungkinkan
akan diperolehnya suatu pemahaman yang lengkap mengenai bagaimana sistem-sistem
waktu--diskret bekerja. Disini akan mulai dengan model persamaan beda linear.
(3.1)
adalah suatu pernyataan sederhana yang dalam kata-kata dapat dilukiskan sebagai berikut.
Bentuklah anggota ke-k dari barisan keluaran yk dengan menambahkan secara bersama
ma-sukan sekarang uk, dua kali masukan sebelumnya dan tiga kali masukan yang
tertun-da dua kali . Dalam contoh ini, jika barisan masukan terdiri atas bilangan-
bilangan {1, 0, 1, 2, 0, 0, } maka barisan keluarannya akan berupa {yk} = {1, 2, 4, 4, 7, 6, 0,
0, ...}.
(3.2)
Perhatikan bahwa pada persamaan (3.2), keluaran dibentuk dari masukan sekarang
dan keluaran sebelumnya. Dengan menganggap bahwa y-1 = 0, yakni, bahwa nilai yang
disimpan dalam unit tunda sebelum dikenakan masukan adalah nol, maka berapakah yk
untuk sebarang bi-langan k? Jawaban bagi pertanyaan ini diberikan oleh salah satu
pemecahan dari persamaan beda (3.2). Dengan cara memaksa, akan dapat dipecahkan
sebarang persamaan beda jika diberikan syarat-syarat awal dari unit-unit tunda yang
membentuk sistem dan barisan ma-sukan. Dalam contoh ini, syarat atau keadaan awal
sistem adalah y-1, = 0. Andaikan bahwa uk = 1 untuk semua k 0. Maka yo = 1, y1 =
dan pada umumnya
(3.3)
Persamaan (3.3) adalah suatu pemecahan eksplisit bagi (3.2) dengan y-1 = 0 dan uk
= 1. Tetapi, bentuk ini tidak berada dalam bentuk rumus. Berikut ini akan diper-lukan semua
pemecahan dalam bentuk rumus kecuali dinyatakan lain. Bentuk (3.3) dapat dituliskan
dalam bentuk rumus jika rumus bagi jumlah perbagian dari deret ukur diingat kembali yang
mana memberikan:
Persamaan (3.4), dengan ruas kanan sama dengan nol, disebut persamaan beda
homogen yang berhubungan dengan persamaan beda takhomogen (3.4).
(3.5)
atau
r k 1 b1r 1 b2 r 2 ...... bn r n 0
(3.6)
Jika ke-n buah akar dari (3.6) r1, r2, rn, semuanya tak sama, maka akan diperoleh
n buah pemecahan homogen dalam bentuk rik i = 1, 2, ..., n. Pemecahan homogen lengkap
dari (3.4) diperoleh dengan menjumlahkan tiap-tiap pemecahan ini, yang memberikan:
Contoh 3.1: Tinjau sistem waktu-diskret yang diperlihatkan pada gambar 2.2.3. Carilah
atau
r k 1 5r 1 6r 2 0
Perhatikan bahwa selalu dapat dibuktikan atau diuji apakah suatu barisan keluaran
tertentu memang merupakan sebuah pemecahan bagi suatu persamaan beda ho-mogen.
Sebagai contoh, dalam contoh 3.1, jika disubstitusikan ke dalam
maka akan diperoleh:
)=0
)=0
Karena suku-suku dalam kedua tanda kurung adalah nol, maka diperoleh 0 = 0 yang
Untuk suatu persamaan bantu berbentuk (3.6), terdapat n buah barisan pemecahan
b. Untuk tiap-tiap akar riil r yang rangkap dengan kerangkapan m, tetapkan barisan
ber-suku m, rik, krik, km-1rik.
c. Untuk tiap-tiap pasangan akar kompleks a jb, tetapkan barisan (a+jb)k dan (a-jb)k
Barisan ini biasanya ditulis dalam bentuk polar sebagai cos k dan sin k di
k k
mana a b
2 2
1
2
dan
tan 1 b a
.
(3.7)
k
y k c1 a a 2 1 c2 a a 2 1 k
1 a2
tan 1
a 2 1 a 2 2 a
1
1;
Perhatikan bahwa cos = a dan sin = (1-a2). Jadi pemecahan bagi IaI < 1 adalah
c. Jika a = -1, persamaan bantu (3.7) memiliki akar rangkap di -1. Jadi:
Contoh 3.3: Tinjau rangkaian ladder resistor yang diperlihatkan pada gambar 3.4.
Tegangan-tegangan V1, V2, . VN di titik-titik simpul yang diperlihatkan ingin ditentukan. Pada
titik nodal ke-k, dapat digunakan hukum arus Kirchoff i1 = i2 + i3 yang memberikan
persamaan beda:
Vk 1 Vk Vk Vk 1 Vk
R R aR
r 2 3r 1 0
dengan akar-akar:
Jadi:
1. Robert A.Gobel, Richard A. Roberts, Signal and Linier Systems, John Wiley &
Sons Inc, Singapore, 1995.
2. Gabel Robert, Sinyal dan Sistem Linier, Erlangga.
3. Oppenheim, Signal and System, Prentice Hall.
4. Nresh K. Sinha, Linear Systems, John Wiley & Sons.