Anda di halaman 1dari 6

Pedoman Pengerjaan

PERANCANGAN STRUKTUR BETON

I. Kriteria & Jadwal


Pedoman ini disusun dengan tujuan untuk:
Memberi gambaran tahapan dalam mengerjakan tugas Perancangan Struktur Beton agar prosedur desain
dan rumus-rumus yang digunakan seirama untuk semua mahasiswa.
Membuat persepsi mengenai prosedur desain yang sama dan yang disepakati pada semua pembimbing.
Mcmbuat sistim penilaian yang sama untuk semua pembimbing.

1.1 Masa Berlaku :


Tugas Perancangan Konstruksi Beton berlaku dalam Satu Semester.

1.2 Sanksi:
Sanksi diadakan untuk mendorong motivasi mahasiswa untuk menyelesaikan tugas tepat pada waktunya, yaitu
satu semester, adapun sanksinya adalah: Pengurangan nilai berdasarkan lamanya pengerjaan tugas (lihat
kriteria penilaian)

1.3 Pengerjaan :
Pada dasarnya mahasiswa diharapkan mengerjakan Tugas Perancangan Struktur Beton di rumah, dimana
perkembangannya dipantau setiap minggu dengan pertemuan terjadwal.
Pertemuan mingguan tersebut bukan tempat bagi mahasiswa untuk mengerjakan tugas tetapi sebagai tempat
untuk mengikuti tutorial, berkomunikasi dan bertanya mengenai kesulitan yang dihadapi selama mengerjakan
tugas tersebut kepada pembimbingnya.

1.4 Asistcnsi/Pembimbingan:
Kegiatan asistensi kepada Pembimbing pada saat pertemuan terjadwal mingguan dan jika ada tambahan
jadwal pembimbingan maka tergantung kebijaksanaan Pembimbing di luar jadwal tersebut.
Kehadiran Mahasiswa dan Pembimbing akan dipantau dalam bentuk absensi.

1.5 Kriteria Penilaian:


Penilaian hanya diberikan kepada Mahasiswa yang tugasnya telah selesai 100%, dalam arti selesai sampai
dengan gambar secara lengkap.
Nilai maksimum A diberikan kepada Mahasiswa yang dapat mengerjakan tugas dalam waktu satu
semester dan memahami kriteria Perancangan Struktur Beton melalui Tes Akhir. (tidak hanya sekedar
selesai mengerjakan tugasnya)
Kriteria penilaian pengerjaan tugas sebagai berikut:
a. Selesai mengerjakan dalam satu semester: nilai maksimum A.
b. Selesai mengerjakan dalam dua semester atau lebih: nilai maksimum B.

1.6 Jadwal Penyelesaian:

s/d
Kegiatan Mahasiswa Keterangan
Minggu ke
1 Penjelasan, pengambilan soal dll. di G3
2 Denah, pre-Dimensioning & Pembebanan SNI 2847-2013 , SNI 1727-2013
3,4&5 Perhit.& Penulangan Pelat, Balok Anak dan SNI 2847-2013
Tangga
6, 7 & 8 Pembebanan Portal & Analisa Struktur SNI 2847-2013 , SNI 1727-2013
9 - 11 Perhit. Penulangan Balok & Kolom SNI 2847-2013
12 Perhitungan & Disain Pondasi SNI 2847-2013
13, 14 & 15 Detailing/Penggambaran SNI 2847-2013
16 Ujian/Penilaian Dosen Pembimbing
II.a. Filosofi Perancangan.
Filosofi perancangan bangunan sipil pada umumnya adalah menyalurkan beban struktur ke pondasi
dengan selamat.
Mekanisme penyaluran beban tadi bisa langsung berupa gaya aksial maupun tidak langsung berupa
momen, torsi dan geser. Semua mekanisme tadi menyalurkan gaya-gaya ke pondasi dan pondasi harus
sanggup memikulnya.
Pada dasarnya pondasi sanggup menerima beban sebesar apapun yang diberikan kepadanya, akan tetapi
ia sendiri akan tenggelam kedalam tanah, sehingga dicarilah suatu kompromi antara daya pikul dan
setlement yang dianggap layak.

II.b. Konsep Rancang Elemen Struktur Beton.


Pada dasarnya suatu struktur atau elemen struktur harus memenuhi dua kriteria yaitu :
Kuat (Strength)
Layak (Serviceability)
Kuat berarti kemampuan struktur/elemen struktur lebih besar daripada beban yang bekerja. (L < R )
Layak berarti lendutan, simpangan dan retak dari struktur / elemen struktur masih dalam toleransi yang
ada.
Kriteria tadi harus dipenuhi kedua-duanya tidak boleh ada yang tidak memenuhi syarat.

II.c. Konsep Rancang Pemikul Beban Gempa.


Struktur Open Frame di rancang menggunakan konsep strong column weak beam concept ,yang
merancang kolom sedemikian rupa agar sendi plastis terjadi pada balok-balok kecuali pada kolom
paling bawah (boleh terjadi sendi plastis pada dasar kolom).

III. Pra Rancang: (Preliminary Design)


3.1 Pengaturan Denah.
Dalam pengaturan denah hal-hal berikut perlu mendapat perhatian :
Fungsi Bangunan.
Peruntukan Ruang

3.2 Penentuan Dimensi Element Struktur.


3.2.1 Pelat:
Tebal pelat diperkirakan t (mm)= keliling Pelat / 360
Bila Lendutan pelat tidak dihitung, maka tebal pelat minimum harus memenuhi SNI ps 3.2.5, lendutan
harus dihitung bila tebal pelat kurang dari syarat tersebut.
3.2.2 Balok:
Tinggi Balok diperkirakan h = L/14 - L/20 atau menurut SNI tabel 3.2.5.(a)
Lebar Balok diperkirakan b = 2/3 h
3.2.3 Kolom:
Ukuran balok diperkirakan b*h = 2,5*P / fc, dengan kata lain 25 % kapasitas penampang disiapkan
untuk aksial dan 75% untuk momen. Kecuali yang disebut SNI ps 3.14.3.1.1

IV. Pcmbebanan:
Besarnya beban dapat dilihat pada PPIUG1983.
Beban hidup yang bekerja pada sebuah elemen (pelat atau Balok) akan sebesar nilai pada PPIUG1983,
tetapi untuk suatu struktur (elemen lebih dari satu yang saling kerja sama) besarnya boleh direduksi
seperti pada PPIUG1983 tabel 3.3.
Disamping itu untuk perhitungan beban gempa, beban hidup dapat direduksi seperti pada PPIUG1983
tabel 3.3.
Kombinasi beban yang bekerja dapat dilihat pada SNI ps 3.2.2, perlu pula ditinjau satu kombinasi lain
dimana beban gempa dikalikan dengan 4 (empat), hal ini untuk memeriksa kasus pada SNI ps.3.14.4.2.2
dan 3.14.4.2.3

V. Perhitungan Pelat:
5.1 Pembebanan.
Beban yang bekerja pada pelat disesuaikan dengan fungsi ruangan dimana pelat tersebut berada, lihat
PPIUG1983, perhatikan kemungkinan pelat menopang tembok atau beban khusus lainnya.
5.2 Perhitungan Momen Lentur
Momen-momen yang bekerja pada pelat dapat dihitung dengan menggunakan analisa analitis pelat
seperti:
finite element.
finite differens.
atau cara pendekatan berupa tabel-tabel yang ada seperti:
Tabel Moody
Tabel ACl
Tabel PBI
Tabel Bares
Untuk Penyelesaian tugas ini disarankan menggunakan tabel-tabel yang ada, kecuali untuk pelat-pelat
berbentuk khusus.
Pelat dengan beban khusus perlu juga diperhatikan misalnya beban garis, beban titik, beban segitiga dan
sebagainya.

5.3 Perhitungan Tulangan Pelat


Setelah momen-momen pelat didapat dari hitungan diatas, perhitungan kebutuhan tulangannya dapat
menggunakan tabel seperti pada tabel yang yang memenuhi SNI atau dengan cara manual.

5.4 Persyaratan Tulangan Pelat


Persyaratan tulangan maksimum pelat seperti yang ditunjukkan oleh SNI 3.3.3.3.
Persyaratan tulangan minimum pelat seperti SNI 3.3.5.2 atau 3.16.12.

5.5 Kontrol Lendutan Pelat


Lendutan Pelat dapat dihitung dengan menggunakan tabel lendutan pelat.
Persyaratan lendutan pelat dapat dilihat pada SNI tabel 3.2.5.(b).

5.6 Kontrol Retak Pelat


Kontrol retak pada pelat dapat dihitung dengan menggunakan rumus sederhana SNl ps 3.3.6.4 atau rumus
empiris lainnya.
Jumlah Pelat yang dihitung : minimum 2 macam pelat.

VI. Perhitungan Balok Anak:


6.1 Pembebanan.
Beban yang bekerja pada balok disesuaikan dengan fungsi ruangan dimana pelat tersebut berada, lihat
PPIUG1983, perhatikan kemungkinan balok mendukung tembok, atau beban balok lain (tegak lurus arah
balok yang ditinjau).

6.2 Perhitungan Momen Lentur


Momen-momen yang bekerja balok anak dapat dihitung dengan menggunakan koefisien momen seperti
koefisien momen SNI ps. 3.1.3.3 atau dengan cara analitis lainnya;

6.3 Perhitungan Tulangan Balok.


Setelah momen-momen balok didapat dari hitungan diatas, perhitungan kebutuhan tulangan nya
dapat menggunakan tabel seperti pada tabel yang yang memenuhi SNI atau dengan cara manual.

6.4 PersyaratanTulangan Balok.


Persyaratan tulangan miniinum balok seperti SNI ps 3.3.5.1 dan 3.3.5.2.
Persyaratan tulangan maksimum balok seperti SNI ps 3.3.3.3.

6.5 Kontrol Lcndutan Balok.


Lendutan Balok dihitung seperti SNl ps 3.2.5, dan persyaratannya seperti SNI tabel 3.2.5.(b).

6.6 Kontrol Retak Balok


Kontrol retak pada balok dapat dihitung dengan menggunakan rumus sederhana SNI ps 3.3.6.4 atau
rumus empiris lainnya.
Jumlah Balok Anak yang dihitung : minimum 2 macam Balok.
VII Perhitungan Tangga:
7.1 Pembebanan.
Beban yang bekerja pada balok sesuai dengan SNI 1727-2013-Pembebanan, perhatikan kemungkinan
tangga mendukung tembok reiling.

7.2 Perhitungan Momen Lentur


Momen-momen yang bekerja pada tangga dihitung sesuai dengan sifat struktur tangga, bila tangga dibuat
melayang lebih baik dihitung dengan Software Komputer untuk analisa tiga dimensi. Atau dengan
pendekatan lain sehingga model menjadi dua dimensi saja sehingga dapat dihitung dengan menggunakan
mekanika teknik biasa.

7.3 Perhitungan Tulangan Tangga.


Setelah momen-momen tangga didapat dari hitungan diatas, perhitungan kebutuhan tulangan nya
dapat menggunakan tabel seperti pada tabel yang yang memenuhi SNI atau dengan cara manual.

7.4 Persyaratan Tulangan Tangga.


Persyaratan tulangan tangga sama seperti persyaratan tulangan balok.

7.5 Kontrol Lendutan Tangga.


Lendutan Tangga dihitung seperti SNI ps 3.2.5, dan persyaratannya seperti SNI tabel 3.2.5.(b)

7.6 Kontrol Retak Tangga


Kontrol retak pada balok dapat dihitung dengan menggunakan rumus sederhana SNI ps 3.3.6.4 atau
rumus empiris lainnya.
Jumlah Tangga yang dihitung : minimum 1 macam tangga.

VIII. Analisa Struktur:


Analisa Struktur dapat dilakukan dengan menggunakan software komputer (seperti SAP atau STAAD) atau
analisa struktur lainnya (Cross, Takabeya, dsb).
Bila menggunakan software komputer disarankan analisa 3 dimensi sehingga kerja keras yang dilakukan
dibalas dengan kemudahan mengetahui gaya dalam semua elenien struktur dan efek torsi bangunan sudah
diperhitungkan juga.

8.l Pemodelan Struktur.


Struktur beton dimodelkan sebagai struktur rangka terbuka (Open Frame) dan lantai dimodelkan sebagai
diafragma kaku (Rigid Diaphragm).
Kolom- kolom bawah dianggap terjepit elastis pada level poer , atau bila poer dihubungkan dengan sloof
yang kaku perletakan kolom bisa dianggap terjepit penuh.
Bila pondasi yang dipakai adalah pondasi setempat maka kolom harus dianggap terletak pada sendi dan
sloof harus disertakan di dalam model strukturnya.
Bila Struktur dimodelkan sebagai portal dua dimensi, maka harus pula ditinjau portal arah tegak lurusnya,
agar suatu kolom yang diperhitungkan akan diwakili oleh dua arah yang portal yang saling tegak lurus
(efek biaksial kolom terwakili).

8.2 Pembebanan Struktur.


Beban-beban yang diterima struktur akibat dari :
Berat sendiri struktur dan elemen-elemen yang ditopangnya seperti pelat, balok anak, tangga, maupun
dinding-dinding didalam gedung.
Beban hidup sesuai fungsinya seperti pada SNI 1727-2013.
Beban gempa sesuai dengan SNI 1727-2013.
Kombinasi pembebanan seperti SNI ps. 3.2.2, seperti yang telah disinggung sebelumnya maka sebuah
kontrol perlu diberikan dengan memasukkan faktor beban gempa sebesar 4, untuk memenuhi SNI
ps.3.14.4.2.2 dan 3.14.4.2.3

8.3 Pengecekan Kebenaran Analisa Struktur.


Hasil Analisa Struktur harus diyakini kebenarannya dengan cara:
Jumlah reaksi vertikal yang didapat dari analisa harus mendekati dengan berat seluruh gedung
(termasuk dinding-dinding ).
Jumlah reaksi horizontal akibat gempa, paling tidak 90% dari geser dasar seperti SNI 1727-2013
IX. Penulangan Struktur Utama.
9.1 Balok
9.l.a Tulangan Memanjang
Momen-momen hasil analisa struktur digunakan untuk menghitung kebutuhan tulangan memanjang
balok, baik tumpuan maupun lapangan. Perhitungan keperluan tulangan ini dapat menggunakan tabel
seperti pada tabel yang yang memenuhi SNI atau dengan cara manual.
Yang perlu diperhatikan dalam menghitung tulangan balok adalah kebutuhan tulangan tekan pada
tumpuan dan lapangan balok harus sedemikian sehingga daktilitas penampang mencukupi untuk itu
syarat SNI ps. 3.14.3.2.2 harus dipenuhi.
Rasio tulangan: minimum p = 1.4/fy dan
maksimum p = 7/fy. Seperti SNI ps. 3.14.3.2.1

9.l.b Sengkang.
Karena konsep desain kapasitas struktur beton tahan gempa adalah Strong Colomn Weak Beam Concept.
Maka untuk menjamin bahwa pada pembentukan sendi pada balok tidak terjadi keruntuhan akibat
gesernya, maka desain geser penampang balok tidak berdasarkan gaya geser hasil analisa struktur tetapi
gaya geser yang ditimbulkan bila balok tersebut terjadi sendi plastis pada kedua ujungnya. Besarnya
gaya geser akibat terjadinya sendi plastis pada kedua ujung balok dapat dilihat pada SNI. Ps 3.14.7.1
Selanjutnya penulangan dapat dihitung menggunakan tabel atau cara analitis seperti pada SNI ps.3.4.3,
tetapi untuk daerah potensi terjadi sendi plastis maka konstribusi geser oleh beton Vc sama dengan nol
(tidak boleh dimanfaatkan), diluar daerah itu kontribusi beton boleh dimanfaatkan.Daerah yang
dimaksud adalah 2 kali tinggi balok.

9.l.c Pemutusan Tulangan.


Pemutusan tulangan harus direncanakan dari Moment Envelope yang terjadi pada semua kombinasi
beban (kecuali kombinasi 4 x beban Gempa ). Dengan panjang penyaluran seperti pada SNI ps 3.14.6.2

9.l.d Detailing.
Pemasangan tulangan memanjang harus memenuhi SNI ps 3.16.6, kait-kait yang dipakai harus
memenuhi SNI ps 3.16.1 dan 3.16.2.
Sengkang harus memenuhi SNI ps.3.16.11 dan3.14.3.3
Jumlah Balok Utama yang dihitung : minimum 2 macam Balok (eksterior dan interior)

9.2 Kolom
9.2.a Penulangan Memanjang.
Karena Strong Column Weak Beam Concept yang dipakai pada desain striktur beton tahan gempa maka
besarnya momen yang dipakai dalam menghitung tulangan kolom tidak diambil dari hasil analisa
struktur, hal ini untuk menjamin bahwa pada saat balok leleh (terjadi sendi plastis pada kedua ujungnya)
kekuatan kolom paling tidak sama dengan kapasitas balok tersebut, sehingga besarnya momen yang
dipakai pada desain kolom adalah seperti SNI ps. 3.14.4.2, sedangkan gaya aksialnya adalah seperti SNI
ps. 3.14.4.3.
Dengan demikian desain kolom tidak menggunakan gaya-gaya yang dihasilkan oleh analisa struktur
sama sekali.

9.2.b Sengkang.
Dengan alasan yang sama, sengkang kolom juga tidak di desain menggunakan gaya-gaya yang ada dari
analisa struktur, tetapi menggunakan SNI ps. 3.14.7.2. Selanjutnya penulangan dapat dihitung
menggunakan tabel atau cara analitis seperti pada SNI ps.3.4.3, tetapi untuk daerah potensi terjadi sendi
plastis maka konstribusi geser oleh beton Vc sama dengan nol (tidak boleh dimanfaatkan), diluar daerah
itu kontribusi beton boleh dimanfaatkan. Daerah yang dimaksud adalah 2 kali lebar kolom (arah yang
ditinjau).

9.2.d Detailing
Pemasangan tulangan memanjang harus memenuhi SNI ps 3.14.4.3
Sengkang harus memenuhi SNI ps.3.14.3.3 dan 3.14.4.4
Jumlah Kolom yang dihitung : minimum 2 macam Kolom (Interior dan Eksterior)
9.3 Hubungan Balok-Kolom.
Agar kolom utuh selama terjadi gempa maka tebentuknya sendi plastis pada balok harus terjadi dimuka
kolom (tidak boleh merusak kolom) , untuk meyakinkan hal ini maka hubungan balok-kolom harus di
desain sedemikian agar paling tidak sama dengan kapasitas balok.
Adapun prosedur yang diikuti adalah seperti SNl ps.4.14.6.
Jumlah Hub. Balok-Kolom yang dihitung : minimum 2 macam. (Interior dan Eksterior)

9.4 Perhitungan Pondasi.


Pada dasamya persyaratan desain pondasi sama dengan elemen struktur atas yaitu:
Kuat
Layak
Kuat berarti kemampuan pondasi lebih besar daripada beban yang bekerja.
Layak berarti setlement pondasi dan perbedaan setlement (differential setlement) masih dalam toleransi
dan tidak mengakibatkan kerusakan pada struktur diatasnya.
Kriteria tadi harus dipenuhi kedua-duanya tidak boleh ada yang tidak memenuhi syarat. Yang perlu
diketahui dalam perhitungan pondasi adalah kapasitas dukung pondasi, dengan begitu akan dapat
dibandingkan dengan gaya yang bekerja. Perlu pula dicatat bahwa beban yang bekerja untuk pengecekan
pondasi adalah beban kerja / service loads (tanpa faktor beban).

9.4.a Pemilihan Tipe Pondasi.


Pemilihan tipe pondasi ini akan sangat ditentukan oleh beberapa faktor:
Jenis tanah
Beban yang bekerja
Fuiigsi Bangunan
Performance yang diminta

9.4.b Pondasi Tiang.


Pondasi tiang dapat saja didesain dengan menggunakan konsep ductile seperti bangunan atas, akan
tetapi bila dilanda gempa maka perbaikan pondasi akan sangat tidak dimungkinkan atau akan
memerlukan biaya yang sangat mahal, untuk itu dipilih konsep desain dimana pondasi berperilaku
elastis selama gempa terjadi.
Dengan menganggap bahwa momen-momen yang terjadi dipikul oleh sloof maka pondasi tiang tidak
dihitung menerima momen, beban aksial pondasi tiang hanya ditentukan oleh beban mati dan beban
hidup yang tereduksi saja.
Untuk beban geser yang mengakibatkan bekerjanya momen pada tiang pondasi (lihat bowles) maka
gaya geser tadi harus dikalikan dengan faktor yaitu struktural over strength factor yang besarnya
diambil 2.8 ( bisa lain untuk jenis struktur lain, untuk open frame diambil 2.8), momen pada tiang
pondasi dihitung setelah mengalikan gaya geser kolom terbawah dengan faktor 2.8.
Selanjutnyaperliitungan penulangan momen dan geser mengikuti yang sudah ada.

9.4.c Perhitungan Kapasitas Pondasi.


Pondasi Tiang Pancang.
Lihat mata kuliah Mekanika tanah & Pondasi
Pondasi Lajur.
Lihat mata kuliah Mekanika tanah & Pondasi

Anda mungkin juga menyukai