Anda di halaman 1dari 6

TINJAUAN PUSTAKA

Peran Neuroimaging dalam Diagnosis Cedera Kepala


Sylvani
Alumna Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya
Jakarta, Indonesia

Abstrak
Cedera kepala adalah perubahan status mental yang terjadi saat kecelakaan. Cedera kepala diklasifikasikan berdasarkan beratnya trauma dan
morfologinya. Pemeriksaan neuroimaging yang berperan dalam diagnosis cedera kepala meliputi foto rontgen, Computed Tomography (CT),
dan Magnetic Resonance Imaging (MRI). Foto rontgen memiliki peran yang sangat terbatas. CT scan tanpa kontras merupakan pilihan pertama di
unit gawat darurat. Pemeriksan MRI lebih sensitif mendeteksi kelainan intrakranial pasien cedera kepala dibandingkan CT scan, khususnya pada
cedera kepala ringan.

Kata kunci: Cedera kepala, neuroimaging

Abstract
Traumatic brain injury defined as the alteration of mental status during an accident. Traumatic brain injury can be classified based on its
morphology and the severity of the trauma. Several neuroimaging studies that play a major role in the diagnosis of a traumatic brain injury
include Skull X-Ray, Computed Tomography (CT), and Magnetic Resonance Imaging (MRI) of the brain. X-Ray examination has a limited function
in diagnosis. A CT scan without contrast is the main examination in the emergency department. MRI studies appear to be more sensitive than
CT scan in detecting an intracranial abnormality especially on patient with mild traumatic brain injury. Sylvani. The Role of Neuroimaging in
the Diagnosis of Traumatic Brain Injury

Keywords: Neuroimaging, traumatic brain injury

PENDAHULUAN Tabel 1. Klasifikasi cedera kepala2


Cedera kepala menjadi masalah pada Beratnya Trauma Cedera kepala ringan GCS 13-15
kesehatan masyarakat dan sosial ekonomi Cedera kepala sedang GCS 9-12
di seluruh dunia.1 Cedera kepala adalah Cedera kepala berat GCS 3-8
Morfologi Fraktur tulang tengkorak Tempurung Linier/Stelata
penyebab utama terjadinya kematian dan Depresi/nondepresi
disabilitas jangka panjang khususnya pada Terbuka/tertutup
dewasa muda.1 Banyak pasien cedera kepala Basis Dengan/tanpa kebocoran LCS
Dengan/tanpa kelumpuhan N.VII
berat meninggal sebelum sampai ke rumah
Lesi Intrakranial Fokal Epidural
sakit; hampir 90% kematian akibat trauma Subdural
terkait dengan cedera kepala.2 Sekitar 75% Intraserebral
pasien cedera kepala diklasifikasikan sebagai Difus Concussion
Kontusio multipel
cedera kepala ringan, 15% cedera kepala Hypoxic/ischemic injury
sedang, dan 10% cedera kepala berat.2 Axonal injury

Computed Tomography (CT) merupakan 500


Insiden (per 100.000 penduduk)

pemeriksaan pilihan utama untuk diagnosis DEFINISI dan EPIDEMIOLOGI 450


400
cedera kepala akut dengan tujuan untuk American Congress of Rehabilitation Medicine 350
300
menentukan apakah terdapat lesi yang (ACRM) mendefinisikan cedera kepala sebagai 250
200
mengancam jiwa.3 Magnetic Resonance perubahan status mental yang terjadi pada 150
100
Imaging (MRI) lebih sensitif dalam mendeteksi saat kecelakaan (disorientasi atau konfusi).1 50

kelainan intrakranial dibandingkan CT scan ACRM membatasi penyebab cedera kepala 0


io an

ca

*
an

k*

nd
il
A

a*

ly*
*

an

ay
en
az
Unrope

khususnya untuk cedera kepala ringan.3 berupa benturan pada kepala, kepala yang
US

fri

ar
ist
n

la
in

Ita

rw
rm
Br

hA

ed

nm

Fin
Ch

No
Pa

Ge
Eu

Sw
ut

De
So

Pemeriksaan radiologi konvensional tidak terbentur pada suatu objek atau pergerakan Global Eropa
Wilayah
memiliki peran yang signifikan dalam akselerasi-deselerasi otak, seperti whiplash,
Gambar 1. Insidens cedera kepala di berbagai
mendiagnosis kelainan intrakranial.3 tanpa trauma langsung pada kepala.1 negara1

Alamat Korespondensi email:

CDK-249/ vol. 44 no. 2 th. 2017 97


TINJAUAN PUSTAKA

Insidens cedera kepala di seluruh dunia dapat digunakan untuk mendiagnosis fraktur atau depresi, adanya tanda-tanda fraktur basis
meningkat terutama disebabkan oleh tulang tengkorak.4 Fraktur memberikan cranii, muntah lebih dari 2 kali, atau usia di atas
peningkatan penggunaan kendaraan gambaran garis hitam bertepi tajam dan 65 tahun.2 CT scan dapat dipertimbangkan
bermotor di negara berpendapatan rendah biasanya berbentuk lurus (Gambar 2).4 pula pada pasien yang mengalami pingsan
hingga menengah.1 Insidens cedera kepala Fraktur yang muncul pada area meningea lebih dari 5 menit, amnesia sebelum kejadian
berbeda di berbagai negara di dunia (Gambar media dapat berkaitan dengan hematoma lebih dari 30 menit, dan mekanisme cedera
1).1 epidural.4 Pada fraktur depresi, garis fraktur yang berbahaya (seperti pejalan kaki tertabrak
yang lusen dapat memberi gambaran stelata oleh kendaraan bermotor, penumpang
Berdasarkan data dari Centers for Disease atau semisirkular (Gambar 3).4 Pada kondisi terlempar dari kendaraan bermotor, jatuh dari
Control and Prevention (CDC), setiap tahun demikian, CT scan diindikasikan karena lebih dari 5 anak tangga).2
terdapat 1,7 juta orang di Amerika yang mungkin terjadi cedera jaringan otak.4
mengalami cedera kepala, dari 1,4 juta orang Berikut merupakan gambaran CT scan yang
yang ditangani di unit gawat darurat, 275.000 Computed Tomography (CT Scan) dapat ditemukan pada pasien cedera kepala:
orang memerlukan rawat inap, dan 52.000 CT scan tanpa kontras tetap menjadi pilihan Fraktur kranium linier
orang mengalami cedera fatal.1 Sebuah pertama pemeriksaan pada cedera kepala. Merupakan fraktur yang paling sering
studi meta-analisis di 23 negara di Eropa Pemeriksaan ini bahkan lebih unggul dan dapat mengakibatkan hematoma
memberikan hasil insidens cedera kepala dibandingkan MRI jika dilakukan dalam epidural. 3 Fraktur di kranium ini paling
yang ditangani di rumah sakit sebesar 235 dari beberapa hari setelah trauma.3,10 sering pada area temporal dan parietal
100.000 penduduk.1 (Gambar 4).3
KLASIFIKASI Pemeriksaan CT scan pada unit gawat darurat Fraktur kranium depresi
Cedera kepala diklasifikasikan berdasarkan difokuskan untuk menentukan efek massa Fraktur depresi sering berakibat pada
beratnya trauma dan morfologi (Tabel 1).2 dan perdarahan.3 Efek massa dapat ditentukan kerusakan otak dan sering terjadi pada
oleh adanya pergeseran atau kompresi regio frotoparietal3 biasanya berupa
DIAGNOSIS struktur intrakranial dari posisi normalnya fraktur kominutif (Gambar 5-A). 3
Pemeriksaan pada pasien cedera kepala dengan menganalisis lokasi dan bentuk Fraktur basis cranii
meliputi pemeriksaan neurokognitif, EEG, ventrikel, sisterna basalis dan sulkus. Darah Fraktur ini merupakan fraktur paling berat
pemeriksaan biomarker dalam darah, CT scan biasanya memberikan gambaran hiperdens berupa fraktur linier pada dasar tulang
dan MRI (terutama susceptibility-weighted dan biasanya terdapat di sisterna basalis, tengkorak.3 Pada pemeriksaan CT scan
imaging dan diffusion-tensor imaging). fisura sylvii dan interhemisfer, ventrikel, ruang dapat dicurigai terdapat fraktur basis
subdural atau epidural, atau di parenkim otak cranii terutama bila terdapat udara dalam
Berikut merupakan pemeriksaan neuroimaging (intraserebral).3 otak (traumatic pneumocephalus), cairan
yang dapat digunakan untuk mendiagnosis di mastoid air cells, atau airfluid level di
cedera kepala: Pemeriksaan CT scan diindikasikan untuk sinus sfenoid (Gambar 5-B). 3
semua pasien cedera kepala sedang dan Hematoma epidural
Foto Rontgen berat.2 Pada cedera kepala ringan, CT scan Terjadi akibat rupturnya arteri atau vena
Foto rontgen kepala tidak memiliki peran dilakukan pada pasien dengan nilai GCS kurang meningea media ke dalam ruang antara
yang signifikan dalam mendiagnosis kelainan dari 15 dalam 2 jam setelah kejadian, pasien duramater dan lapisan dalam tulang
intrakranial.3 Namun, pemeriksaan ini masih dengan kecurigaan fraktur kranium terbuka tengkorak.3 Hampir 95% hematoma

Gambar 2. Fraktur kranium linier. Fraktur kranium Gambar 3. Fraktur kranium depresi. Pada posisi Gambar 4. CT scan kepala dengan fraktur kranium
(tanda panah) biasanya berupa garis hitam bertepi lateral (A) menunjukkan bagian sentral dari fraktur, linier (B) dan hematoma epidural (A). Pada brain
tajam dan tidak ada tepi yang berwarna putih. yaitu gambaran stelata (tanda panah besar), dan window (A), terdapat gambaran lesi berbentuk
Pada posisi anteroposterior (AP) (A), tidak dapat sekitarnya terdapat garis fraktur konsentrik (tanda lentikular dan hiperdens di regio frontal kiri yang
ditentukan apakah fraktur berasal dari tulang panah kecil). Perhatikan gambaran sutura dan khas untuk hematoma epidural (panah hitam). Bone
tengkorak bagian depan atau belakang. Pada gambaran vaskular normal pada foto tersebut. window (B) menunjukkan fraktur di tulang regio
posisi Towne (B), yaitu posisi leher menunduk dan Pada posisi anteroposterior (AP) (B) menunjukkan frontal kiri (panah putih).3
posisi occipital lebih tinggi, fraktur ini dapat terlihat dalamnya fraktur depresi, walau gambaran ini
terletak di tulang occipital.4 terlihat lebih jelas pada pemeriksaan CT scan.4

98 CDK-249/ vol. 44 no. 2 th. 2017


TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 5. Fraktur kranium depresi (A) pada Gambar 6. Hematoma subdural akut (A), subakut (B), dan kronis (C). A, Terdapat gambaran lesi hiperdens
tulang parietal kanan (tanda panah putih). Fraktur berbentuk bulan sabit (tanda panah putih) dengan herniasi otak yang ditunjukkan oleh dilatasi temporal horn
basis cranii (B) terdapat fraktur kominutif di tulang kontralateral (tanda panah terputus). B, Hematoma menjadi isodens yang ditunjukkan oleh tidak tampaknya
temporal kanan (tanda panah putih), cairan di sulkus (tanda panah putih) dibandingkan sisi sebelahnya (tanda panah hitam). C, Gambaran hematoma
mastoid air cells (lingkaran putih), dan udara di dalam menjadi hipodens (tanda panah putih) dan masih terdapat pergeseran fisura interhemisfer (tanda panah
otak (pneumocephalus) (tanda panah terputus).3 terputus) dan kompresi ventrikel lateral.3

epidural terkait dengan fraktur kranium, menjadi subakut atau darah bercampur frontal inferior dan lobus temporal anterior
terutama di tulang temporal.3 Gambaran cairan LCS, gambarannya bisa menjadi pada atau dekat permukaan otak (Gambar
hematoma epidural berupa massa lesi isodens (terlihat berupa pergeseran 7).3 Pada pemeriksaan CT scan, perdarahan
hiperdens, ekstraaksial, bikonveks, sulkus).3 Sedangkan hematoma subdural intraserebral dapat berubah seiring waktu dan
berbentuk seperti lensa, terletak paling kronis (setelah 3 minggu) memberi dapat tidak terlihat pada CT scan awal. 3
sering di regio temporoparietal, tidak gambaran hipodens (Gambar 6).3
melewati garis sutura, namun dapat Perdarahan intraserebral Berikut gambaran perdarahan intraserebral
melewati tentorium (Gambar 4-A).3 Trauma pada point of impact (disebut coup pada CT scan:
Hematoma subdural injuries) dan trauma pada sisi berlawanan Kontusio hemoragik tampak sebagai lesi
Hematoma ini lebih sering dibandingkan dari point of impact (disebut contrecoup hiperdens multipel, kecil dengan batas
hematoma epidural dan biasanya injuries) sering terjadi setelah trauma.3 Coup tegas di parenkim otak (Gambar 7-A). 3
tidak terkait dengan fraktur kranium.3 injuries sering disebabkan oleh robekan Dapat dikelilingi oleh lingkaran hipodens
Hematoma subdural biasanya disebabkan pada pembuluh darah kecil intraserebral.3 dari edema. (Gambar 7-B). 3
oleh kerusakan bridging veins yang Contrecoup injuries terjadi akibat peristiwa Dapat terdapat perdarahan intraventrikel
menyebabkan perdarahan di ruang antara aselerasi-deselerasi saat otak didorong ke (Gambar 8). 3
duramater dan araknoid. Hematoma arah berlawanan dan membentur bagian Efek massa merupakan hal yang sering
subdural akut memberikan gambaran lesi dalam tulang tengkorak.3 Mekanisme ini terjadi dan menimbulkan penekanan
hiperdens berbentuk bulan sabit (konkaf) dapat menyebabkan kontusio serebral.3 pada ventrikel, pergeseran ventrikel
yang dapat melewati sutura dan masuk ke-3 dan septum pellucidum, sehingga
ke dalam fisura interhemisfer namun tidak Kontusio hemoragik merupakan perdarahan menyebabkan kerusakan pembuluh
melewati garis tengah.3 Jika hematoma ini terkait edema yang biasa ditemukan di lobus darah dan otak yang berat. Pergeseran ini

Gambar 7. Kontusio serebral. A, Kontusio serebral memberikan gambaran lesi hiperdens multipel di dalam
parenkim otak (tanda panah putih). B, Kontusio (tanda panah hitam) biasanya dikelilingi oleh lingkaran hipodens
yang berasal dari edema (tanda panah hitam putus-putus), dan terdapat efek massa yang ditunjukkan oleh
hilangnya sisterna basalis ipsilateral (tanda panah putih putus-putus), pergeseran garis tengah (tanda panah
putih) yang menggambarkan herniasi subfalcine, dan dilatasi dari temporal horn kontralateral (lingkaran putih). Gambar 8. Perdarahan intraventrikel (tanda panah
Terdapat hematoma luas pada scalp (tanda panah kuning).3 putih).3

CDK-249/ vol. 44 no. 2 th. 2017 99

Wilayah
TINJAUAN PUSTAKA

disebut sebagai herniasi (Gambar 9). 3


Diffuse axonal injury (DAI)
Gambaran DAI pada CT scan berupa
perdarahan kecil (5-15 mm) di substansia
alba, perbatasan substansia alba dan nigra
di lobus frontal dan temporal, kadang di
corpus callosum dan batang otak, sistem
ventrikel dan sekitar mesensefalon. Namun
demikian, DAI sering tidak terdeteksi
pada pemeriksaan CT scan, sehingga
pemeriksaan MRI tetap memegang peran
besar dalam mendeteksi DAI.7

Magnetic Resonance Imaging (MRI)


MRI merupakan pilihan utama untuk
mendeteksi kelainan intrakranial karena lebih Gambar 9. Herniasi otak. A, Herniasi subfalcine muncul ketika otak supratentorial bersama dengan ventrikel
sensitif dibandingkan CT scan. 3 lateral dan septum pellucidum, mengalami herniasi di bawah falks (tanda panah putih) dan bergeser melewati
garis tengah ke arah berlawanan (tanda panah putus-putus). B, Herniasi transtentorial biasa terjadi saat
Dalam trauma kepala, MRI berperan besar hemisfer serebri bergeser ke bawah melalui insisura di bawah tentorium, menekan temporal horn ipsilateral
dan menyebabkan dilatasi temporal horn kontralateral (tanda panah putih). Kedua gambar menunjukkan
untuk mendeteksi adanya diffuse axonal infark serebral luas dengan edema sitotoksik.3
injury (DAI).3 DAI merupakan kerusakan akson
menyeluruh yang menyebabkan kehilangan
kesadaran mendadak dan koma selama
lebih dari 6 jam.5 Penyebab DAI biasanya
terkait dengan akselerasi dan deselerasi
cepat dari otak. Kerusakan akson ini dapat
terjadi segera pada saat trauma (primer)
atau beberapa menit sampai jam setelah
kejadian (sekunder).6 Bagian-bagian otak
yang lebih rentan terhadap DAI adalah
substansia alba di parasagital lobus frontal,
lobus parietal (termasuk deep white matter),
corpus callosum anterior dan posterior, ganglia
basalis (termasuk kapsula interna), serebelum
(termasuk middle cerebellar peduncle), dan
pons (termasuk dorsolateral rostral brainstem).6

Gambaran DAI pada MRI adalah sebagai Gambar 10. Diffuse axonal injury pada MRI. Gambar ini didapatkan dengan menggunakan pulse sequence
yang sama dengan T2, namun dengan menurunkan sinyal hiperintens dari cairan serebrospinal, sehingga
berikut: meningkatkan penyengatan dari area edema. A dan B. Potongan axial mendemonstrasikan lesi multipel
Perdarahan petekie kecil tampak hiperintens di gray-white matter junction (tanda panah putih) dan di dalam bagian splenium dari corpus
hiperintens pada gambaran T1-weighted callosum (tanda panah hitam).3
images.3
Gambaran yang paling sering ditemukan
adalah area hiperintens multipel pada
T2-weighted images di cervicomedullary
junction pada lobus temporal dan parietal
atau di corpus callosum (Gambar 10).3

Sekuen lain pada MRI yang dapat membantu


diagnosis cedera kepala adalah fluid
attenuated inversion recovery (FLAIR). FLAIR
merupakan pulse sequence yang meniadakan
sinyal dari cairan serebrospinal sehingga
gambaran hiperintens berkaitan dengan
edema.10 T2 weighted-MRI khususnya FLAIRMRI Gambar 11. Gambaran MRI pada cedera kepala akut dan kronis.10

100 CDK-249/ vol. 44 no. 2 th. 2017


TINJAUAN PUSTAKA

lebih sensitif untuk mendeteksi lesi traumatik


dibandingkan CT scan.8 Gradient-recalled echo
(GRE) T2-weighted imaging dan susceptibility
weighted imaging (SWI) sering digunakan
untuk mengidentifikasi perdarahan yang
tampak hipointens pada modalitas ini.
Penggunaan tiga sekuen sering digunakan
untuk men-diagnosis cedera kepala karena
kemampuannya untuk menemukan kelainan
tersembunyi; kombinasi T1, T2, FLAIR, dan SWI
telah diketahui dapat membuat segmentasi
dan model tiga dimensi pada edema dan
perdarahan pada substansia alba dan nigra.

Contoh gambaran MRI akut dan kronis pada Gambar 12. Potongan sagital (kiri) dan aksial (kanan) dari SWI pada otak normal. Area titik hitam menunjukkan
pembuluh darah otak yang menyengat karena menggunakan SWI.11
cedera kepala ditunjukkan pada Gambar 11.10
Gambaran SWI dapat dilihat pada Gambar
12.11

Diffusion MRI juga memegang peranan


besar dalam diagnosis cedera kepala karena
kemampuannya untuk mendeteksi efek
trauma pada struktur substansia alba.10
Diffusion MRI lebih sensitif mendeteksi
peningkatan kandungan air dibandingkan
MRI konvensional.7 Meskipun demikian,
diffusion MRI tidak dapat menggantikan MRI
konvensional dalam mendeteksi perdarahan
minimal.7 Diffusion Weighted Imaging (DWI)
dapat mendeteksi trauma akson saat pulse Gambar 13. Diffusion Tensor Images (DTI). Kiri: Map fractional anisotropy (FA). Area berwarna putih adalah area
sequence lain gagal.7 DWI telah terbukti dengan anisotropy tinggi. Kanan: map orientasi warna. Difusi di arah kanan-kiri ditampilkan dengan warna
merah, difusi di arah superior-inferior ditampilkan dengan warna biru, dan difusi di arah anterior-posterior
dapat mengindentifikasi shearing injury ditampilkan dengan warna hijau.11
yang tidak terlihat pada T2/FLAIR, sehingga
sangat berguna dalam evaluasi cedera
Diffusion spectrum imaging (DSI) merupakan Jenis pemeriksaan berupa foto rontgen
kepala tertutup.8 Gangguan pada jalur akson
teknik terbaru yang membuat pemetaan kranium, CT scan, dan MRI. Peranan foto
substansia alba dapat dideteksi secara
arsitektur jaras saraf yang komplek rontgen dalam diagnosis cedera kepala sangat
dini melalui pemeriksaan Diffusion Tensor
menggunakan teknologi spektrum tiga terbatas, yaitu hanya dapat digunakan untuk
Imaging (DTI).7 DTI memeriksa integritas jalur
dimensi.10 Teknik ini sangat efektif bila melihat adanya fraktur pada tulang tengkorak.
substansia alba dengan mengukur derajat dan
dikombinasikan dengan CT/MRI untuk CT scan merupakan pilihan pertama di unit
arah difusi air.8
mengetahui efek cedera kepala terhadap gawat darurat. CT scan tanpa kontras sangat
struktur spesifik substansia alba dan berguna untuk melihat perdarahan dan
DTI telah menjadi biomarker potensial untuk
mengindetifikasi abnormalitas yang tidak efek massa intrakranial. Kelainan yang dapat
mendeteksi kelainan pada pasien cedera
terdeteksi oleh modalitas lain.10 dilihat pada CT scan berupa fraktur kranium,
kepala ringan yang dengan pemeriksaan
hematoma epidural, subdural, dan perdarahan
neuroimaging lain dinyatakan normal. Skala
Pada pasien cedera kepala anak, kombinasi T2, intraserebral. MRI lebih sensitif dibandingkan
yang paling sering dipakai dalam DTI adalah
FLAIR, dan SWI memberikan hasil yang lebih CT scan untuk menilai kelainan intrakranial
fractional anisotropy (FA) yang mengukur
akurat terhadap tingkat keparahan kerusakan khususnya mendeteksi diffuse axonal injury
orientasi dan integritas substansia alba.9
substansia alba dan deteksi dampak lesi (DAI). Sekuen MRI yang sangat bermanfaat
Penurunan FA mengindikasikan degradasi dan
dibandingkan CT scan.10 dalam mendiagnosis cedera kepala meliputi
diskontinuitas akson dengan bertambahnya
FLAIR, GER, SWI, dan diffusion MRI.
kandungan air di antara jalur akson atau dalam
RINGKASAN
ruang perivaskular khusunya pada corpus
Neuroimaging memegang peranan yang
callosum.9 Gambaran DTI dapat dilihat pada
sangat besar dalam diagnosis cedera kepala.
gambar 13.11

CDK-249/ vol. 44 no. 2 th. 2017 101


TINJAUAN PUSTAKA

Daftar Pustaka:
1. Bob R, Andrew IR, David KM. Changing patterns in the epidemiology of traumatic brain injury. E-Jnl Nature Reviews Neurology [Internet]. 2013 [cited 2016 June 14];
9:231-6. Available from: http://www.nature.com/nrneurol/journal/v9/n4/full/nrneurol.2013.22.html.
2. American College of Surgeons Commite On Trauma. ATLS. 9th ed. Chicago; 2012(6) .p. 149-68.
3. William H. Learning radiology recognizing the basic. 3rd ed. 2016;27:279-88.
4. Fred AM. Essentials of radiology. 2nd ed. Philadelphia: Saunders; 2005.
5. Pawan M. Diffuse axonal injury: Pathological and clinical aspects. E-Jnl Forensic Research & Criminology International Journal [Internet]. 2015 [cited 2016 June 23];
1(4): 00026. Available from: http://medcraveonline.com/FRCIJ/FRCIJ-01-00026.php.
6. Tibor H, Safa AS. The significance of diffuse axonal injury: How to diagnose it and what does it tell us? E-Jnl Advances in Clinical Neuroscience & Rehabilitation
[Internet]. 2008 [cited 2016 June 23];8(2):16-8. Available from: http://www.acnr.co.uk/may_june_08/ACNRMJ08_axonal.pdf.
7. Sanjith S. Traumatic axonal injury in mild to moderate head injury an illustrated review. E-Jnl The Indian Journal of Neurotrauma [Internet]. 2011 [cited 2016 June
23]; 8(2):71-5. Available from: http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0973050811800031.
8. Cecilia VM, Robin AH, Maryse L, Liying Z, Katherine HT. Mild traumatic brain injury: Neuroimaging of sports-related concussion. E-Jnl Neuropsychiatry Clin Neurosci
[Internet]. 2005 [cited 2016 June 14];17(3):297-304. Available from: http://neuro.psychiatryonline.org/doi/abs/10.1176/jnp.17.3.297.
9. Yuta A, Ryota I, Masataka G, Naoki Y, Hiroshi S. Diffusion tensor imaging studies of mild traumatic brain injury: A meta-analysis. E-Jnl J Neurol Neurosurg Psychiatry
[Internet]. 2012 [cited 2016 June 14]; 83(9):870-6. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22797288.
10. Andrei I, Bo Wa, Stephen RA, Marcel W, Danielle FP, Guido G, et al. Neuroimaging of structural pathology and connectomics in traumatic brain injury: Toward
personalized outcome prediction. E-Jnl NeuroImage: Clinical [Internet]. 2012 [cited 2016 June 14]; 1:1-17. Available from: http://www.sciencedirect.com/science/
article/pii/S2213158212000034?np=y.
11. Shenton ME, Hamoda HM, Schneiderman JS, Bouix S, Pasternak O, Rathi Y, et al. A review of magnetic resonance imaging and diffusion tensor imaging findings
in mild traumatic brain injury. E-Jnl Brain Imaging Behav [Internet]. 2012 [cited 2016 February 7];6(2):137-92. Available from: https://www.youtube.com/
watch?v=Que597XbMK0.

102 CDK-249/ vol. 44 no. 2 th. 2017

Anda mungkin juga menyukai