Anda di halaman 1dari 21

PERUBAHAN SOSIAL DAN PENDIDIKAN

Materi Diskusi Kuliah Pengantar Ilmu Pendidikan


Kelas B, Kamis Pukul 16.15 Ruang B.206

Oleh :
Kelompok 7
Nova Arista R. (150210101101)
Achmad Zinul Arifin (150210101102)
Eka Apriliana (150210101103)
Dyah Istamara (150210101105)
Kukuh Sahri Anto (150210101109)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
SEMESTER GENAP 2016/2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat ALLAH SWT, atas segala rahmat dan karunia
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Perubahan
Sosial Dan Pendidikan sesuai dengan target waktu yang ditentukan.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena
itu, kami menyampaikan terima kasih kepada :
1. Dr. H. Misno. A. Lathif M.Pd. , selaku Dosen mata kuliah Pengantar Ilmu
Pendidikan yang telah meluangkan waktu, pikiran, dan perhatian dalam
penyusunan makalah ini;
2. Kedua orang tua serta sekeluarga yang telah memberikan dorongan dan doanya
demi terselesaikan makalah ini;
3. Teman teman S1 Pendidikan Matematika khususnya kelas B angkatan
2015 yang telah memberikan segala dukungan, saran dan bantuannya dalam
proses penyusunan makalah ini.
4. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Kami juga menerima segala kritik dan saran yang membangun dari semua pihak
demi kesempurnaan makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat.
Jember, 5 Maret 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I ...................................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2

1.3 Tujuan ....................................................................................................... 2

BAB II ..................................................................................................................... 3

2.1 Aspek-aspek Penyebab Perubahan Sosial ................................................ 3

2.2 Perubahan Sosial Masyarakat Indonesia ................................................ 12

BAB III ................................................................................................................. 17

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perubahan terus terjadi dari waktu ke waktu, besar atau kecil, cepat atau
lambat, banyak atau sedikit. Perubahan adalah bergantian sesuatu dengan
sesuatu yang lain. Dalam kurun waktu tertentu pasti ada perubahan yang terjadi
dalam segala hal. Begitu pula dengan masyarakat. Perubahan selalu terjadi
dalam masyarakat. Perubahan itu terjadi karena adanya kebutuhan. Manusia
selalu menginginkan sesuatu yang lebih baik. Oleh karena itu manusia selalu
mencari hal baru untuk menjadikan sesuatu itu lebih baik sehingga perubahan
akan ada seiring dengan hal baru yang ditemukan.
Dalam kehidupan masyarakat terjadi perubahan sosial. Perubahan sosial
adalah perubahan pada berbagai lembaga kemasyarakatan, yang
mempengaruhi sistem sosial masyarakat, termasuk nilai-nilai, sikap, pola,
perilaku di antara kelompok dalam masyarakat. Pada masa sekarang ini
masyarakat mengalami perubahan sosial yang sangat pesat. Isu
postmodernisasi dan globalisasi sebenarnya ingin merangkum pemahaman
suatu perubahan yang sangat cepat dan dahsyat. Modernisasi adalah proses
perubahan masyarakat dan kebudayaannya dari hal-hal yang bersifat
tradisional menuju modern. Globalisasi pada hakikatnya merupakan suatu
kondisi meluasnya budaya yang seragam bagi seluruh masyarakat di dunia.
Globaliasi muncul sebagai akibat adanya arus informasi dan komunikasi yang
begitu cepat. Sebagai akibatnya, masyarakat dunia menjadi satu lingkungan
yang seolah-olah saling berdekatan dan menjadi satu sistem pergaulan dan
budaya yang sama.
Di negara Indonesia sendiri, sebagian masyarakat Indonesia mengalami
perubahan sosial, seperti gaya berpakaian, teknologi, budaya dan lain
sebagainya.

1
2

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja aspek-aspek penyebab perubahan sosial?
2. Bagaimanakah perubahan sosial masyarakat Indonesia?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa saja aspek-aspek penyebab perubahan sosial.
2. Untuk mengetahui proses perubahan sosial masyarakat Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Aspek-aspek Penyebab Perubahan Sosial


Dalam pandangan orang awam, sering terjadi kerancuan antara istilah
perubahan sosial dengan istilah perubahan budaya. Hal ini disebabkan adanya
kenyataan bahwa setiap terjadi proses perubahan budaya mengakibatkan
struktur dan fungsi masyarakatnya akan berubah juga sehingga kita sering
mengatakan dengan istilah perubahan sosial budaya. Namun demikian, para
ahli ilmu sosial termasuk antropologi secara tegas membedakan pengertian
perubahan budaya dengan perubahan sosial. Pada perubahan budaya, hal yang
berubah itu adalah unsur-unsur-unsur budayanya, seprti pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat dan setiap kemampuan
serta kebiasaan manusia sebagai warga masyarakat, sedangkan pada perubahan
sosial hal yang berubah adalah struktur dan sistem sosial yang mengatur pola
kehidupan masyarakat. Terdapat beberapa aspek yang menyebabkan terjadinya
perubahan sosial di indonesia, diantaranya adalah demokritisasi, globalisasi,
dan perkembangan ilmu pegetahuan dan teknologi. Secara rinci, uraian tentang
hal tersebut akan dipaparkan di bawah ini :

A. DEMOKRATISASI

Gelombang reformasi total yang melanda kehidupan bermasyarakat


dan berbangsa indonesia dewasa ini menimbulkan berbagai perubahan yang
mendasar dalam segala aspek kehidupan manusia yang meliputi bidang
politik, ekonomi, hukum, kebudayaan dan pendidikan. Dalam sistem
pemerintahan telah terjadi perubahan penyelenggaraan yang bersifat
sentralik yang menghilangkan inisiatif atau prakarsa, kreativitas,
keseragaman baik pribadi maupun masyarakat, kini kita memerlukan
paradigma baru yang mampu menghidupkan dan mendorong serta

3
4

mengaktualisasikan dan meningkatkan partisipasi masyarakat. Kehidupan


baru tersebut adalah kehidupan yang memberikan peluang kepada setiap
orang, kelompok, organisasi, masyarakat untuk berpendapat, mengambil
bagian secara aktif sesuai dengan kapasitasnya masing-masing namun tidak
menyimpang dari aturan-aturan yang berlaku dan falsafah hidup bangsa
Indonesia. Proses perubahan seperti itu adalah demokratisasi.

Sebelumnya kita terkungkung oleh kehidupan yang serba seragam,


paradigma yang sentralistik atau terpusat yang tampak dalam segala aspek
kehidupan termasuk dalam penyelengaraan dan pengembangan pendidikan.
Kurikulum yang terpusat, penyelenggaraan serta pengelolaan serta
implementasi yang dikendalikan dari pusat (top down) telah menghasilkan
pendidikan negara kita sebagai manusia yang serba minta petunjuk tanpa
inisiatif dan kreativitas. Dalam kehidupan yang otokratis, manusia tidak
memiliki kebebasan berpikir, kebebasan menyampaikan dan menyatakan
pendapat apalagi pendapat yang berbeda.

Kehidupan demokrasi adalah kehidupan yang menghargai akan potensi


individu, yaitu individu yang berbeda dan individu yang mau hidup
bersama. Atas dasar itu maka segala jenis homogenitas, yaitu
menyamaratakan anggota masyarakat yang menuju kepala keseragaman
merupakan suatu prinsip yang bertentangan dengan kehidupan demokrasi di
dalam segala aspek kehidupan. Contohnya, kehidupan demokrasi di bidang
politik berarti semua anggotanya mempunyai hak dan kewajiban yang sama.
Di bidang ekonomi, semua anggotanya memiliki kesempatan yang sama
untuk mengembangkan kehidupan ekonomi, bukan hanya untuk segelintir
atau sekelompok orang. Demikian juga di bidang pendidikan semua warga
negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang
layak, juga mempunyai kewajiban untuk meningkatkan pendidikan nasional
yang lebih berkualitas dan bertanggung jawab.

Demokrasi bukan hanya masalah prosedur atau susunan pemerintahan,


akan tetapi merupakan masalah internalisasi nilai-nilai. Nilai-nilai dalam
5

demokrasi adalah nilai-nilai yang mengakui kehormatan dan martabat


manusia. Sehubungan dengan hal tersebut maka proses pendidikan nasional
dapat dirumuskan sebagai proses hominisasi dan proses humanisasi.
Pendidikan bukan hanya sekadar menghidupi peserta didik, tetapi juga
mengembangkannya sebagai manusia (human being). Pendidikan nasional
bukanlah bertujuan untuk melahirkan robot-robot yang hanya menerima
petunjuk dan restu dari atas, tetapi pendidikan yang mengembangkan
pribadi yang kreatif, kritis, dan produktif.

Kehidupan yang demokratis tidak akan berkembang jika segala bentuk


kehidupan ditentukan oleh penguasa atau mereka yang memiliki power dari
atas. Konsekuensi dari kehidupan demokrasi adalah partisipasi dari segenap
lapisan masyarakat tanpa pandang suku, agama, budaya, adat-istiadat, dan
sebagainya. Dalam kehidupan yang demokratis rakyat diberi kesempatan
untuk menyampaikan dan menyatakan pendapat sekalipun pendapat itu
berbeda, menyampaikan aspirasi danharapan-harapannya, memberikan
masukan-masukan, memberikan kritik serta koreksi terhadap pimpinannya.
Dengan demikian perkembangan dari bawah (bottom up) dan pemberdayaan
rakyat adalah contoh dari bentuk-bentuk pengembangan kehidupan
demokrasi.

B. GLOBALISASI

Memasuki abad XXI manusia dihadapkan pada berbagi tantangan yang


ditandai oleh pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
kompleksitas masalah kesejahteraan material dan spiritual, serta perubahan
sosial yang semakin cepat. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah
mengantarkan manusia memasuki gerbang kehidupan masyarakat global.
Globalisasi terjadi dalam berbagai bidang kehidupan, seperti politik,
ekonomi, budaya, dan teknologi. Sunaryo Kartadinata (2000)
mengemukakan kehidupan masyarakat global ditandai dengan kehidupan
yang interdependent, interconnected, dan networking.
6

a. Interdependent, artinya kehidupan yang saling tergantung, saling


membutuhkan antara negara dan bangsa yang satu dengan bangsa/negara
lainnya;
b. Interconnected, artinya adanya saling berhubungan antara negara /
bangsa yang satu dengan negara / bangsa yang lain dalam berbagai aspek
kehidupan, dan ;
c. Networking, artinya negara / bangsa yang satu dengan bangsa yang lain
memiliki jaringan sangat erat dan dekat sehingga menghilangkan batas-
batas negara / bangsa tersebut.

Istilah globalisasi berasal dari kata global yang artinya secara umum
utuhnya, kebulatannya bermakna bumi sebagai satu keutuhan seakan-akan
tanpa batas administrasi negara, dunia menjadi transparan, serta saling
ketergantungan antar bangsa di dunia semakin besar. Di era globalisasi suatu
peristiwa yang terjadi di suatu negara tertentu akan cepat tersebar ke seluruh
penjuru dunia dari perkotaan hingga ke pedesaan. Contohnya, peristiwa
perang, bencana alam, perkembangan mode, dunia, musik di negara tertentu
dengan cepat dapat diketahui oleh masyarakat di seluruh dunia. Peristiwa
tersebut secara langsung maupun tidak langsung akan memberikan dampak
terhadap kehidupan manusia baik dampak positif maupun negatif.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat, serta
meningkatknya arus informasi yang semakin padat menjadikan dunia
seolah-olah tanpa batas antara negara yang satu dengan negara lainnya,.
Informasi dari tayangan-tayangan televisi, dari internet langsung masuk ke
rumah-rumah, kantor-kantor atau tempat lainnya tanpa penghalang.

Globalisasi dapat menguntungkan, tetapi juga sekaligus merugikan


terutama bagi individu atau masyarakat yang belum siap menghadapi
tuntutan global tersebut. Kehidupan global memungkinkan manusia untuk
dapat menggunakan berbagai fasilitas yang tersedia seperti teknologi
canggih, belajar, berkomunikasi dan bertukar informasi melalui internet.
Dengan fasilitas tersebut manusia dapat menikmati untuk meningkatkan
7

pengetahuan, wawasan, keterampilan, dan sikapnya pada gilirannya akan


meningkatkan kesejahteraan hidupnya baik secara fisik, psikis maupun
sosial.

Globalisasi juga menimbulkan dampak negatif, terutama bagi individu


atau masyarakat yang belum siap untuk menghadapi kehidupan tersebut,
globalisasi mungkin akan menimbulkan berbagai persoalan yang lebih
kompleks serta sulit diatasi. Contohnya, kehidupan pasar bebas yang akan
menjadi kebijakan perdagangan dunia. Kehidupan pasar bebas ini sebagai
sosok yang mengerikan bagi negara-negara terbelakang termasuk Indonesia
yang belum siap menghadapinya. Demikian dikemukakan Solehhudin
(2000). Hal ini merupakan tantangan besar bagi bangsa Indonesia untuk
berupaya meningkatkan kesiapan menghadapi kehidupan yang serba
kompleks, serba canggih yang menantang manusia untuk terus belajar
sepanjang hayat.

Emil Salim (1990) mengemukakan terdapat 4 kekuatan gelombang


globalisasi yang paling kuat dan menonjol daya dobraknya, yaitu ;

1. Bidang Iptek
Khususnya dalam bidang iptek ini mengalami perkembangan
semakin cepat, utamanya dengan penggunaan teknologi yang serba
canggih, seperti komputer dan satelit. Kekuatan pertama gelombang
globalisasi ini membuat bumi seakan-akan menjadi sempit dan
transparan. Dalam waktu yang singkat dapat dihimpun informasi global
yang terinci dan teliti dalam berbagai bidang, umpamanya kekayaan
alam, laut, hutan melalui penginderaan jarak jauh tanpa mengenal batas
negara. Globalisasi ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut memberi
orientasi baru dalam bersikap dan berpikir serta berbicara tanpa batas
negara.
2. Bidang Ekonomi
Dalam bidang ekonomi ini mengakar ke ekonomi ragional seperti
Masyarakat Ekonomi Eropa (untuk Eropa Barat), Area Perdagangan
8

Bebas untuk ASEAN (ASEAN free Trade atau AFTA). Gejala lain
adalah makin meluasnya perusahaan multinasional sebagai perusahaan
raksasa yang tertanam kuat di berbagai negara. Globalisasi ekonomi telah
menyebabkan negara hanya bertapal batas politik saja, sedang dari segi
ekonomi semakin kabur. Peristiwa ekonomi di suatu tempat pada negara
tertentu akan memberi dampak kepada hampir seluruh dunia.
3. Bidang Lingkungan
Bidang lingkungan hidup menjadi bahan pembicaraan dalam
berbagai pertemuan internasional, yang puncaknya pada Konferensi
Tingkat Tinggi (KTT) Bumi atau nama resmi konferensi PBB mengenai
lingkungan Hidup dan Pembangunan (UNCED) pada awal Juni 1992 di
Rio de Jeneiro, Brazil. Kerusakan lingkungan hidup di suatu tempat akan
memberi dampak negatif ke berbagai negara di sekitarnya, bahkan
mengancam keselamatan planet bumi. Oleh karena itu, diperlukan
wawasan dan kebijakan yang tepat dalam bidang pembangunan yang
menjamin kelestarian dan keselamatan lingkungan hidup atau
pembangunan yang berwawasan lingkungan. Sebagai contoh, Indonesia
yang memiliki hutan tropis terbesar di dunia berkewajiban menjaga
kelestarian paru-paru dunia itu apabila mau memanfaatkan kekayaan
itu untuk kemakmuran rakyatnya. Seperti diketahui Indonesia telah
menetapkan kebijakan pemanfaatan sebagian kecil hutan tropis itu
dengan tebang pilih tanam Indonesia, atau program reboisasi dengan
hutan tanaman industri. Demikian pula masalah pencemaran lingkungan
seperti air, udara akan membawa dampak ke daerah atau negara
sekitarnya.
4. Bidang Pendidikan
Dalam hal bidang ini terdapat kaitannya dengan identitas bangsa,
termasuk budaya nasional dan budaya-budaya nusantara. Di samping
terpaan tentang gagasan-gagasan dalam pendidikan, globalisasi terjadi
pula secara langsung menerpa setiap individu manusia melalui buku,
radio, televisi dan media lainnya. Sebagi contoh, penggunaan antena
9

parabola memberi peluang masuknya film dan sinetron langsung ke


rumah-rumah dan peristiwa di berbagai penjuru dunia secara langsung
dapat dilihat di rumah setiap orang pada saat ataupun sesaat setelah
peristiwa terjadi melalui siaran langsung televisi. Hal itu akan
mempengaruhi wawasan, pikiran dan bahkan perilaku manusia
selanjutnya bahkan mungkin tercipta budaya dunia (Refleksi,1990).

Pada abad XXI ini kepentingan ekonomi lebih menentukan hubungan


antarbangsa dibandingkan dengan kepentingan politik. Sebagai akibat dari
keinginan negara-negara maju untuk melindungi kepentingan ekonominya
melalui kebijakan proteksionisme serta monopoli dalam bidang teknologi,
dunia ketiga yang pada umumnya terdiri atas negara-negara berkembang
akan terus mengalami hambatan dalam melewati tahap-tahap
pembangunannya. Hambatan tersebut umumnya diakibatkan oleh adanya
ketergantungan bantuan ekonomi yang semakin mengikat dari negara-
negara maju. Menurunnya bantuan-bantuan pembangunan ekonomi dan
pembatasan ekspor dari negara-negara maju akan mengakibatkan jurang
yang semakin lebar antarnegara maju dan negara-negara berkembang.

Jika dicermati, aspek globalisasi merupakan aspek yang memberikan


pengaruh yang sangat besar terhadap perubahan sosial pada umumnya dan
terhadap pendidikan pada khususnya. Sebagai sumberdaya manusia yang
bergerak di bidang pendidikan, kita hendaknya tanggap terhadap tuntutan
global tersebut. Hal itu memberikan implikasi langsung terhadap arah dan
strategi pengembangan sumber daya manusia. Pengembangan sumber daya
manusia menjadi suatu proses yang berlangsung sepanjang hayat, yaitu
pendidikan yang mengintegrasikan waktu, tempat, jenis pendidikan serta
kelugasan tentang pendidikan.

C. Perkembangan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi

Hidup manusia sangat dipengaruhi oleh perkembangan ilmu


pengetahuan dan teknologi. Temuan-temuan baru hasil riset secara langsung
10

atau tidak merupakan kenyataan yang tidak bisa dipungkiri bahwa


peradaban manusia salah satunya sangat tergantung terhadap pada ilmu dan
teknologi. Teknologi banyak menghasilkan perangkat, seperti alat
transportasi, telekomunikasi, komputer dan peralatan perang. Berkat
kemajuan yang sangat cepat dan lebih mudah dalam kedua bidang ini
pemenuhan kebutuhan manusia dapat dilakukan secara lebih cepat dan lebih
mudah disamping penciptaan di berbagai bidang kehidupan, seperti
kesehatan, pemukiman, pendidikan dan sebagainya. Kemajuan dalam ilmu
pengetahuan dan teknologi tersebut dapat mengubah cara berfikir, cara
bekerja, dan cara hidup manusia.

Metode ilmiah pun telah mengalami perkembangan yang demikian


pesat dimulai sejak tonggak pertama Aristoteles, tonggak kedua Francis
Bacon, tonggak ketiga perkembangan abad 19, dan tonggak keempat
perkembangan abad 20. Dalam kaitannya dengan perkembangan metode
ilmiah berdasarkan tonggak-tonggak tersebut, Redja Mudyahardjo (1998)
mengemukakan karakteristik metode ilmiah sebagai berikut :

1. Tonggak Aristoteles
Aristoteles sebagai bapak ilmu memandang penyelidikan ilmiah
sebagai suatu gerak maju dari kegiatan observasi, menuju pada
penyusunan prinsip umum dan kemdali pada observasi. Aristoteles
mempertahankan bahwa ilmuwan hendaknya menarik kesimpulan secara
induktif tentang prinsip-prinsip yang bersifat menerangkan dan
bersumber dari gejala-gejala, yaitu dari premis-premis atau dalil-dalil
yang tercakup di dalamnya prinsip-prinsip yang menerangkan gejala-
gejala yang dihasilkan secara induktif. Metode yang digunakan
aristoteles ini disebut metode induksi-deduksi.

2. Tonggak Francis Bacon


Francis Bacon menerima teori aristoteles tentang ilmiah, namun
sekaligus ia mengeritik secara keras prosedur ilmiah tersebut. Bacon
11

menekankan pentinya penggunaan instrument-instrument ilmiah dalam


pengumpulan data.
3. Tonggak Ketiga (Perkembangan dalam Abad XIX)
John Stewart Mill merumuskan teknik-teknik induktif untuk menilai
hubungan antara kesimpulan dengan bukti-bukti atau hal yang menjadi
sumbernya. Ia mengemukakan aturan-aturan pembuktian hubungan
sebab akiat dan menekankan pentingnya penalaran induktif bagi ilmu.
4. Tonggak Keempat (Perkembagan Abad XX)
Tokoh dari perkembangan abad XX, antara lain Percy Williams
Bridgeman (1882-1961). Ia memperjuangkan sebuah orientasi
metodologis yang dikenal sebagai operasionalisme, yaitu metode yang
lebih menekankan kecenderungan penelitian yang menggunakan
pengukuran secara operasional. Operasionalisme, yaitu sebuah
pandangan yang menyatakan bahwa ilmu eksperimental hanya
berhubungan dengan sifat-sifat yang nilainya dapat diukur. Sebuah
konsep ilmiah yang dapat dipercaya harus dihubungkan, betapa pun
hubungan itu bersifat tidak langsung dengan prosedur pengukuran.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut berdampak


positif maupun negatif, bergantung pada kesiapan individu atau masyarakat
beserta kondisi sosial budayanya untuk menerimanya karena pada
prinsipnya ilmu pengetahuan dan teknologi bersifat netral. Berpengaruh
positif atau negatifnya sangat bergantung pada pemakainya (user). Segi
positifnya antara lain jika individu atau masyarakat sudah siap menerimanya
manusia menggunakannya secara tepat untuk tujuan-tujuan yang positif
maka akan memudahkan untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Segi
negatifnya akan timbul apabila individu atau masyarakat belum siap
menerima perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Menghadapi
kenyataan seperti itu maka dalam aplikasinya ilmu tidak bisa bebas nilai.
12

2.2 Perubahan Sosial Masyarakat Indonesia


Perubahan sosial terjadi karena adanya penyebab yang bersumer dari
masayarakat itu sendiri maupun faktor yang bersumber dari luar masyarakat.
Walaupun perubahan sosial dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari
luar, tetapi masyarakatlah yang menjadi pelaksana perubahan tersebut. Karena
itu perubahan sosial dapat terjadi karena adanya faktor yang saling
mempengaruhi baik dari masyarakat itu sendiri maupun dari masyarakat lain.
Dengan demikian masyarakatlah yang menerima dan melaksanakan
perubahan. Arus demokratisasi, globalisasi, serta perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang melanda masyarakat Indonesia telah
mengakibatkan perubahan-perubahan sosial. Bentuk-bentuk perubahan sosial
pada masyarakat indonesia

A. Nasionalisme
a. Hans Kohn (Redja Mudyahardjo, 2002)
Nasionalisme adalah sebagai kemauan hidup bersama, yaitu suatu
paham yang memberi ilham kepada sebagian terbesar penduduk dan
mewajibkan dirinya untuk mengilhami anggota-anggotanya. Nasionalime
menyatakan bahwa negara kebangsaan adalah cita dan satu-satunya bentuk
sah organisasi politik dan bahwa bangsa adalah sumber dari tenaga
kebudayaan kreatif dan kesejahteraan ekonomi.
b. Louis Synder
Nasionalisme adalah hasil dari faktor-faktor politik, ekonomi, social
dan intelektual pada suatu harapan dalam sejarah. Contohnya adalah
timbulnya nasionalisme Indonesia.

Suparman (2003) mengemukakan bahwa timbulnya nasionalisme di


Indonesia pada zaman penjajahan dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara
lain:
1. Pendidikan
13

Pendidikan melahirkan kelompok baru dalam masyarakat, yaitu


kaum terpelajar atau golongan bangsa Indonesia berjuang dengan cara
baru, yaitu melalui organisasi cendekiawan. Golongan terpelajar ini
menyadari nasib bangsanya yang menderita akibat penjajahan sehingga
mereka bangkit membentuk kekuatan social baru untuk berjuang
mencapai kemerdekaan bangsanya melalui pergerakan nasional dengan
mendirikan organisasi di bidang politik, ekonomi, social budaya, dan
pendidikan.
2. Diskriminasi
Diskriminasi dibuktikan dengan adanya perlakuan yang berbeda
terhadap orang-orang Belanda dengan perlakuan terhadap bangsa
Indonesia. Akibatnya timbul perasaan harga diri yang tinggi pada orang
kulit putih dan perasaan rendah diri bagi bagi orang-orang Bumi Putra.
Kondisi ini menimbulkan penolakan dan pemberontakan dari orang-
orang pribumi yang diwujudkan dalam pergerakan nasional atau yang
disebut nasionalisme.
3. Pengaruh Paham Baru
Revolusi yang terjadi di Eropa pada abad XIX membawa napas
baru bagi negara terjajah di Asia, termasuk Indonesia. Hal itu
menyebabkan munculnya suatu golongan baru dalam masyarakat yang
mempunyai pandangan dan gagasan lain dalam mengantarkan rakyat
Indonesia ke gerbang pembebasan diri dari belenggu penjajahan,
Organisasi pergerakan nasional lainnya yang lahir kemudian
diantaranya Sarikat Dagang Islam, Uische Partij, Muhammadiyah,
Perguruan Taman Siswa, dan Partai Nasional Indonesia.
Upaya penyatuan dari berbagai aksi organisasi muncul setelah
berdirinya Partai Nasional Indonesia. Bentuk dari penyatuan organisasi itu,
antara lain;
a. Permufakatan Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI)
diketuai Ir. Soekarno. Tujuannya adalah mencapai persamaan arah
aksi kebangsaan dari berbagai perkumpulan, menghindarkan
14

perselisihan antar anggota yang merugikan perjuangan, memperkuat


dan memperbaiki organisasi.
b. Kongres Pemuda
Sejak tahun 1926, organisasi kepemudaan mulai memasuki kegiatan
politik nasional. Akibat semakin kuatnya dan tebalnya jiwa
kebangsaan bagi para pemuda yang melahirkan beberapa organisai
pemuda yang bersifat nasional di antaranya Perhimpunan Pelajar
Indonesia, Pemuda Indonesia, dan Partai Indonesia Raya.
Pergerakan nasional menimbulkan semangat bersatu bangsa
Indonesia untuk mencapai kemerdekaannya yang akhirnya
diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945.Gejala-gejala
disintegrasi bangsa mulai tampak yang diakibatkan karena krisis
kepercayaan. Sistem pemerintahan yang otoriter dan tidak bersih
telah meny ebabkan berbagai rasa ketidakadilan dari daerah.
Sumpah Pemuda yang diikrarkan 28 Oktober 1928, Proklamasi
Kemerdekaan 17 Agustus 1945 mulai terancam.
B. Otonomi
Salah satu hasil dari gelombang reformasi total di Indonesia adalah
lahirnya 2 undang undang yang merupakan dasar hukum bagi pelaksanaan
otonomi daerah yaitu Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah, dan Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah.
Undang undang pemerintahan daerah mengatur pembagian wewenang
kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai
dengan peraturan perundang-undangan. Kewenangan yang diberikan itu
bersifat utuh mulai perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian, dan
evaluasi untuk mendorong dan memperdayakan masyarakat, mengembangkan
peran, dan fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, demikian dikemukakan
Djaman Satori (1999). Mulyani (1999) mengemukakan ada tiga dasar
15

pemikiran yang mendasari lahirnya Undang undang Nomor 22 Tahun 1999,


yaitu:
1. Memberikan keleluasan kepada daerah untuk menyelenggarakan otonomi
daerah,
2. Penyelenggaraan otonomi daerah itu diharapkan dilakukan dengan prinsip
demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan, dan
kemandirian; memperhatikan potensi serta keanekaragaman daerah
menjaga keserasian hubungan pusat dan daerah serta meningkatkan peran
dan fungsi legislatif, asas dekonsentrasi yang diikuti dengan dukungan
pembiayaannya,
3. Menghadapi tantangan persaingan global dengan memberikan kewenangan
luas, nyata dan bertanggung jawab secara proporsional.
Tujuan penyerahan wewenang beberapa urusan Pemerintahan Pusat kepada
Pemerintah Daerah, agar penyelenggaraan pemerintah dapat dilaksanakan
lebih demokratis, layanan pemerintah terhadap masyarakat dapat dilakukan
secara cepat, mendorong peran serta masyarakat dalam pembangunan sehingga
dapat mewujudkan pemerataan dan keadilan, sekaligus memberikan perhatian
dan peluang bagi pembangunan potensi dan keanekaragaman daerah. Undang
Undang Otonomi Daerah meletakkan kewenangan seluruh urusan
pemerintah bidang pendidikan yang selama ini berada pada pemerintah pusat
kepada pemerintah daerah mulai dari perencanaan, implementasi, sampai pada
pengendalian.
Masalah yang diantisipasi dalam mengimplementasikan UUPD Tahun 1999
di bidang pendidikan, yaitu kepentingan nasional, mutu pendidikan, efisiensi
pengelolaan, perluasan dan pemerataan, peran serta masyarakat, dan
akuntabilitas.
Sementara itu, Achmad Djazuli(2000) mengemukakan beberapa langkah
untuk mengantisipasi berbagai perubahan dalam penyelenggaraan pendidikan di era
otonomi, yaitu
1. Menyusun visi, misi, strategi, dan fungsi sehingga bisa menunjuk arah yang jelas
menjadi suatu sinergi kekuatan guna mencapai sasaran yang telah disepakati
16

bersama, selanjutnya dapat disusun alokasi pembiayaan secara proporsional


yang mengikuti fungsi, diikuti dengan pengendalian yang konsisten untuk
menghindari berbagai penyimpangan.
2. Menginventarisasi kewenangan yang dapat diselenggarakan oleh Kanwil
sesuai kemampuan dan kebutuhan daerah selanjutnya menata kembali organisasi
pendidikan walaupun menimbulkan berbagai konsekuensi antara lain
penghapusan unit dan atau jabatan yang tidak diperlukan serta pengurangan
pegawai.
3. Melakukan upaya pemberdayaan masyarakat agar masyarakat dapat mengurus
sebagian besar kepentingannya sendiri.
BAB III
KESIMPULAN

Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Aspek-aspek yang menyebabkan terjadinya perubahan sosial di Indonesia,


diantaranya adalah demokratisasi, globalisasi, dan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
2. Perubahan sosial terjadi pada lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam
suatu masyarakat yang memengaruhi sistem sosialnya, termasuk nilai,
sikap-sikap sosial, dan pola perilaku. Perubahan sosial di Indonesia yakni
dalam bentuk Nasionalisme dan Otonomi Daerah. Jika dicermati, aspek
globalisasi merupakan aspek yang memberikan pengaruh yang sangat besar
terhadap perubahan sosial pada umumnya dan terhadap pendidikan pada
khususnya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Wahyudin, Din. 2008. Maeri Pokok Pengantar Pendidikan Cetak 4. Jakarta:


Universitas Terbuka.

18

Anda mungkin juga menyukai