Anda di halaman 1dari 168

LAPORAN ROLE PLAY PRAKTIK MANAJEMEN KEPERAWATAN

DI RUANG TULIP 2 RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


SIDOARJO

OLEH :

1. DICKY HARI PRAKOSO, S.Kep NIM : 201604015


2. INDARTI DWI NINGSIH, S.Kep NIM : 201604032
3. IRENE MARDAMASI WELLO, S.Kep NIM : 201604033
4. MARIA MARGARETA, S.Kep NIM : 201604043
5. NI KADEK DEWI ARINI, S.Kep NIM : 201604049
6. NI PUTU ELIK ARMAYANTI, S.Kep NIM : 201604051
7. PAULA ADE HERWINATOJA , S.Kep NIM : 201604054
8. ROSARILIA SERAFIN DUA BAJO,S. Kep NIM : 201604060
9. RUT ELISABETH SITUMORANG, S.Kep NIM : 201604061
10. USWATUN CHASANAH, S.Kep NIM : 201604068
11. YOSSEVA PAULINA S.M, S.Kep NIM : 201604073
12. YUVITA ANGELIA PURBA, S.Kep NIM : 201604076

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KATOLIK
ST. VINCENTIUS A PAULO
SURABAYA
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Role Play
Keperawatan. Praktek manajemen keperawatan ini di laksanakan untuk memenuhi
kompetensi pada praktik profesi sejak tanggal 22 Mei 2017 sampai dengan
tanggal 17 Juni 2017
Selama menyusun laporan role play ini, kami mendapatkan bantuan dan
masukan yang baik dari seluruh pihak yang terkait. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr.Atok Irawan, SP. P, selaku Direktur Utama yang telah memberikan
kesempatan bagi kami untuk melaksanakan praktik manajemen keperawatan di
Rumah Sakit Umum Daerah Sidoarjo.
2. Dr. Syamsu rahmadi, SP. S selaku Direktur Pelayanan medik yang telah
memberikan dukungan selama kami menjalani praktik profesi manajemen
keperawatan.
3. Sr. Reinarda Sri Winarni, SSpS, MN selaku Ketua STIKES St. Vincentius A
Paulo Surabaya beserta Tim Manjemen Keperawatan yang telah memberi
kesempatan dan bimbingan kepada kami untuk melaksanakan praktik profesi
manajemen keperawatan.
4. Anik Churotul. F, S.Kep.Ners selaku kepala ruangan ruang tulip beserta staf
yang telah bersedia menerima dan bekerja sama selama kami untuk
melaksanakan praktik profesi manajemen keperawatan.
5. Sisilia Indriasari W, M. Kep., Ners selaku Kepala Prodi Profesi Ners
Keperawatan STIKES Katolik St. Vincentius A Paulo Surabaya serta
pembimbing akademik manajemen keperawatan.
6. Hartiningsih, S. Kep, Ners selaku Clinical Educator manajemen keperawatan
yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membimbing kami
melaksanakan praktik manajemen keperawatan.

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Role Play praktik profesi manajemen keperawatan di Ruang Tulip 2


RSUD Kabupaten Sidoarjo ini telah disetujui pada bulan Juni 2017

Menyetujui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Sisilia Indriasari W, M.Kep., Ners Hartiningsih, S.Kep., Ners


NRK : 04-021 NIP : 19780630 200701 2 009

Mengetahui,

Ketua Progam Studi Profesi Ners Kepala Ruangan Tulip 2

Anik Churotul F, S.Kep., Ners


Sisilia Indriasari W, M.Kep., Ners NIP : 19800130 200801 2 017
NRK : 04-021

Ketua STIKES Katolik


St.Vincentius A Paulo Surabaya

Sr.Reinarda Sri Winarni, SSpS., MN


NRK : 01-019

iii
DAFTAR ISI
Halaman

Halaman Judul ................................................................................................. i


Kata pengantar ................................................................................................. ii
Lembar Persetujuan ......................................................................................... iii
Daftar Isi .......................................................................................................... iv
LAPORAN ROLE PLAY PENERIMAAN PASIEN BARU........................... 1
LAPORAN SENTRALISASI OBAT 35
LAPORAN ROLE PLAY TIMBANG TERIMA 58
LAPORAN ROLE PLAY DISCHARGE PLANNING 82
LAPORAN ROLE PLAY SUPERVISI 106
LAPORAN ROLE PLAY RONDE KEPERAWATAN 139

iv
LAPORAN ROLE PLAY PENERIMAAN PASIEN BARU
PRAKTEK MANAJEMEN DI RUANG TULIP 2
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
SIDOARJO

OLEH:

1. DICKY HARI PRAKOSO, S.Kep NIM : 201604015


2. INDARTI DWI NINGSIH, S.Kep NIM : 201604032
3. IRENE MARDAMASI WELLO, S.Kep NIM : 201604033
4. MARIA MARGARETA, S.Kep NIM : 201604043
5. NI KADEK DEWI ARINI, S.Kep NIM : 201604049
6. NI PUTU ELIK ARMAYANTI, S.Kep NIM : 201604051
7. PAULA ADE HERWINATOJA , S.Kep NIM : 201604054
8. ROSARILIA SERAFIN DUA BAJO,S. Kep NIM : 201604060
9. RUT ELISABETH SITUMORANG, S.Kep NIM : 201604061
10. USWATUN CHASANAH, S.Kep NIM : 201604068
11. YOSSEVA PAULINA S.M, S.Kep NIM : 201604073
12. YUVITA ANGELIA PURBA, S.Kep NIM : 201604076

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KATOLIK
ST. VINCENTIUS A PAULO
SURABAYA
2017
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penerimaan pasien baru adalah metode dalam menerima kedatangan pasien
baru (pasien dan/ keluarga) diruang pelayanan keperawatan khususnya pada rawat
inap atau keperawatan intensif. Dalam penerimaan pasien baru, maka sampaikan
beberapa hal mengenai orientasi ruang, pengenalan ketenagaan perawat- medis,
dan tata tertib serta penyakit. (Nursalam, 2015: L-78).
Berdasarkan hasil pengkajian yang kami lakukan pada tanggal 23 mei 2017
sampai dengan tanggal 25 mei 2017, kegiatan penerimaan pasien baru di ruangan
Tulip RSUD Sidoarjo. Kegiatan penerimaan pasien baru dapat dilakukan oleh
perawat lain yang bertanggung jawab pada satu kamar tertentu. Penerimaan pasien
baru di lakukan di ruangan rawat inap Tulip 1 bagian Timur, ini belum
menerapkan tindakan penerimaan pasien baru secara teoritis yaitu penerimaan
pasien baru dilakukan oleh kepala ruangan. Tindakan penerimaan pasien baru
sudah dilakukan namun dilakukan oleh anggota tim lain dan mengantarkan pasien
ke ruangannya. Pelaksanaan penerimaan pasien baru disesuaikan dengan keadaan
di ruangan terkadang pasien yang masuk overload dan tidak seimbang dengan
jumlah tenaga medis sehingga penerimaan pasien baru kurang optimal.
Penerimaan pasien baru semestinya dilakukan apabila pasien datang di ruangan
diterima oleh kepala ruangan/perawat primer/ perawat yang diberi delegasi,
kemudian perawat memperkenalkan diri kepada pasien dan keluarganya, setelah
itu perawat mengorientasikan tentang ruangan, kemudian mengorientasikan
perawat yang membantu dan teman sekamar pasien. Kemudian pindahkan pasien
dari kereta dorong ke tempat tidur pasien, berikan posisi yang nyaman pada
pasien, kemudian menjelaskan aturan dan tata krama yang ada di ruangan
tersebut kepada pasien dan keluarga, setelah itu menganamnesa, dan jadwal
membesuk pasien.

1
2

1.2 Tujuan
Menurut (Nursalam, 2015: L-78), Tujuan dari penerimaan pasien baru adalah
sebagai berikut:
1) Menerima dan menyambut kedatangan pasien dengan hangat dan terapeutik
2) Meningkatkan komunikasi antara perawat dengan pasien
3) Mengetahui kondisi dan keadaan pasien secara umum
4) Menurunkan tingkat kecemasan pasien saat MRS dan membatu adaptasi
1.3 Manfaat
1) Bagi Klien
(1) Tercapainya kepuasan klien yang optimal terhadap pelayanan keperawatan
(2) Klien mengetahui hak dan kewajiban serta fasilitas yang diperoleh.
2) Bagi perawat
(1) Tercapainya kepuasan kerja yang optimal
(2) Dapat menjalin hubungan saling percaya dengan pasien
(3) Meningkatkan kepercayaan klien dan keluarga kepada perawat.
3) Bagi institusi
(1) Tercapainya pengalaman dalam penerimaan pasien baru
(2) Terciptanya model asuhan keperawatan professional
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
Penerimaan pasien baru adalah metode dalam menerima kedatangan pasien
baru (pasien dan/ keluarga) diruang pelayanan keperawatan khususnya pada rawat
inap atau keperawatan intensif. Dalam penerimaan pasien baru, maka sampaikan
beberapa hal mengenai orientasi ruang, pengenalan ketenagaan perawat- medis,
dan tata tertib serta penyakit. (Nursalam, 2015: L-78).
2.2 Tujuan
Menurut (Nursalam, 2015: L-78), Tujuan dari penerimaan pasien baru adalah
sebagai berikut:
1) Menerima dan menyambut kedatangan pasien dengan hangat dan terapeutik
2) Meningkatkan komunikasi antara perawat dengan pasien
3) Mengetahui kondisi dan keadaan pasien secara umum
4) Menurunkan tingkat kecemasan pasien saat MRS dan membatu adaptasi
2.3 Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan
Menurut (Nursalam, 2015: L-79).hal-hal yang perlu diperhatikan adalah
sebagai berikut:
1) Pelaksanaan secara efektif dan efisien
2) Dilakukan oleh kepala ruangan atau Katim dan atau perawat asosiate yang
telah diberi wewenang / delegasi.
3) Saat pelaksanaan tetap menjaga privasi pasien
4) Ajak pasien komunikasi yang baik dan beri sentuhan terapeutik
2.4 Peran perawat dalam penerimaan pasien baru
Menurut (Nursalam, 2015: L-79).Peran perawat dalam penerimaan pasien
baru adalah sebagai berikut:
1) Kepala ruangan:
1) Menerima pasien baru
2) Memeriksa kelengkapan yang diperlukan untuk persiapan pasien baru

3
4

2) Ketua tim
1) Menyiapkan lembar serah terima dan penerimaan pasien baru
2) Menandatangani lembar penerimaan pasien baru
3) Melakukan pengkajian padap asien baru
4) Mengorientasikan pasien pada ruangan dan tata tertib ruangan
5) Memberi penjelasan tentang perawat dan dokter yang bertanggung jawab, dan
memperkirakan hari perawatan jika memungkinkan. Mendelegasikan
pengkajian dan pemeriksaan fisik pada pasien baru kepada perawat associate
6) Mendokumentasikan penerimaan pasien baru
3) Perawat associate (PA)
Membantu Katim dalam pelaksanaan penerimaan pasien baru, pengkajian
dan pemeriksaan fisik pada pasien baru.
2.5 Alur Penerimaan Pasien Baru
Pra Karu memberitahu Katim akan ada pasien baru

Katim menyiapkan:
1. Lembar pasien masuk
rumah sakit
2. Buku status dan lembar
format pengkajian pasien
3. Nursing kit
4. Informed Consent
sentralisasi obat
5. Lembar tata tertib pasien
Pelaksanaan KARU, Katim dan PA menyambut pasien baru

Katim menjelaskan segala sesuatu yang


tercantum dalam lembar penerimaan pasien
baru
Anamnesa pasien baru oleh Katim dan PA

Terminasi
Terminasi
Evaluasi
Bagan 2.1 Alur Penerimaan Pasien baru (Nursalam:2015.L80)
2.6 Evaluasi
5

Menurut Nursalam (2015:L-81), evaluasi dari prosedur penerimaan pasien


baru adalah sebagai berikut:
2.6.1 Evaluasi struktur
1) Sarana dan prasarana yang menunjang antara lain lembar penerimaan pasien
baru atau lembar serah terima pasien dari ruangan lain, format pengkajian dan
lembar tata tertib pasien dan pengunjung serta penjaga 1 orang bila perlu.
2) Penerimaan pasien baru pada shift pagi dilakukan oleh KARU, Katim, dan
PA. Sedangkan pada shift sore dan malam dilakukan oleh Katim dan PA.
2.6.2 Evaluasi proses
1) Pasien baru disambut oleh KARU, Katim, dan PA.
2) Katim menerima obat, alat, data pemeriksaan penunjang yang dibawa dan
catatan khusus.
3) Katim melakukan anamnesa dengan dibantu oleh PA.
4) Pasien baru diberi penjelasan tentang orientasi ruangan, perawatan termasuk
Sentralisasi obat), medis, serta tata tertib ruangan.
5) Perawat melakukan komunikasi terapeutik dengan pasien dan keluarga
2.6.3 Evaluasi hasil
1) Hasil penerimaan pasien baru didokumentasikan dengan benar.
2) Pasien mengetahui tentang fasilitas ruangan, perawatan, medis, serta tata
tertib ruangan
BAB 3
RENCANA KEGIATAN

3.1 Rencana pelaksanaan


Pelaksanaan Penerimaan Pasien Baru
Hari/ tanggal : Rabu, 31 Mei 2017
Jam : 11.00 s/d selesai WIB
Tempat : Ruangan Tulip Lantai 2 RSUD Kabupaten Sidoarjo
Topik : Penerimaan Pasien Baru
3.2 Pengorganisasian
Koordinator : Irene Mardamasi Wello, S.Kep (201604033)
Kepala ruangan : Maria Margareta, S.Kep (201604043)
PP : Ni Kadek Dewi Arini, S.Kep (201604049)
PA : Indarti Dwi Ningsih, S.Kep (201604032)
Perawat IGD : Dicky Hari Prakoso, S.Kep (201604015)
Pasien : Rut Elisabeth Situmorang, S.Kep (201604061)
Keluarga pasien : Yuvita Angelia Purba, S.Kep (201604076)
Observer : Paula Ade Herwina Toja, S.Kep (201604054)
Uswatun Chasanah, S.Kep (201604068)
Ni Putu Elik Armayanti, S.Kep (201604051)
Yosseva Paulina Sapta Mardika (201604073)
Dokumentasi : Rosarilia Serafin Dua Bajo, S.Kep (201604060)
3.3 Rencana Pelaksanaan dan Metode
1) Rencana Pelaksanaan:
(1) Persiapan anggota dalam kegiatan penerimaan pasien baru terutama yang
bertindak sebagai Kepala Ruangan, PP dan Perawat Assosiate.
(2) Pelaksanaan role play yang diawasi oleh, pembimbing ruangan dan
pembimbing pendidikan.
(3) Diskusi jalannya kegiatan penerimaan klien baru bersama, pembimbing
ruangan dan pembimbing pendidikan.
(4) Metode: Penjelasan, diskusi dan tanya jawab.

6
7

3.4 Mekanisme Kegiatan


Tahap Kegiatan Tempat Waktu Pelaksana
Persiapan 1. KARU memberitahu PP Nurse station 3 Menit Karu dan PP
bahwa akan ada pasien baru.
2. PP menyiapkan hal-hal yang
diperlukan dalam
penerimaan pasien baru,
diantaranya lembar pasien
masuk RS, lembar
pengkajian, lembar
informed consent, status
pasien, nursing kit, lembar
tata-tertib pasien, lembar
kepuasan pasien dan kartu
penunggu pasien.
3. PP meminta bantuan PA
untuk mempersiapkan
tempat tidur pasien baru
mempersiapkan tempat tidur
pasien baru.
4. KARU menanyakan
kembali pada PP tentang
kelengkapan untuk
penerimaan pasien baru.
5. PP menyebutkan hal-hal
yang telah dipersiapkan
Pelaksanaan 1. KARU dan PP menyambut Kamar pasien 20 menit Karu, PP, PA,
pasien dan keluarga dengan pasien dan
member salam serta keluarga pasien.
memperkenalkan diri dan
PP pada klien/keluarga.
2. Ditempat tidur pasien, PP
melakukan anamnese
dengan dibantu oleh PA.
3. PP
menunjukkan/mengorientasi
kan tempat dan fasilitas
yang ada di ruang pasien,
kemudian PP mengisi
lembar pasien untuk serta
menjelaskan mengenai
beberapa hal yang
tercantum dalam lembar
penerimaan pasien baru.
4. Ditanyakan kembali pada
pasien dan keluarga
mengenai hal-hal yang
belum dimengerti.
5. PP, pasien dan keluarga
menandatangani lembar
penerimaan pasien baru.
6. PP dan PA kembali ke ruang
KARU.
Penutup 1. KARU memberikan reward Nurse station 7 menit Karu, PP, dan
8

pada PP dan PA. PA


2. PP melengkapi format
berkas rekam medik pasien.
3. PP merencanakan intervensi
keperawatan.

3.5 Instrumen
1) Alat tulis
2) Nursing kit
3) Rekam medis
3.6 Kriteria evaluasi
1) Evaluasi struktur
(1) Sarana dan prasarana yang menunjang antara lain lembar penerimaan pasien
baru, informend consent, sentralisasi obat, format pengkajian, nursing kit,
status lembar kuesioner tingkat kepuasan pasien dan lembar tata tertip pasien
dan pengunjung.
(2) Penerimaan pasien baru pada sift pagi dilakukan oleh KARU, PP, dan PA
sedangkan pada sift sore dilakukan oleh PP dan PA.
2) Evaluasi proses
(1) Pasien baru disambut oleh KARU, PP dan PA
(2) PP melakukan anamnese dan pemeriksaan fisik dengan dibantu oleh PA
(3) Pasien baru diberikan penjelasan tentang orientasi ruangan, perawatan
(termasuk sentralisasi obat), medis, serta tata tertib ruangan.
(4) Perawat melakukan komunikasi terapeutik dengan klien dan keluarga
3) Evaluasi hasil
(1) Hasil penerimaan pasien baru di dokumentasikan dengan benar
(2) Pasien mengetahui tentang fasilitas ruangan, perawatan, medis serta tata tertib
ruangan.
(3) Pasien sudah mendatangani lembar persetujuan sentralisasi obat.
BAB 4
PELAKSANAAN KEGIATAN

4.1 Pelaksanaan Penerimaan Pasien Baru:


Hari : Rabu, 31 Mei 2017
Jam : 11.00-11.35 WIB
Tempat : Di Ruang Tulip Lantai 2 RSUD Kabupaten Sidoarjo
Topik : Penerimaan Pasien Baru
Koordinator : Irene Mardamasi Wello, S.Kep
4.2 Acara Dihadiri Oleh 12 orang
1) Karu Ruang Tulip Lantai 2 sebanyak 1 orang
2) Pembimbing dari Klinik sebanyak 1 orang
3) Pembimbing dari Pendidikan sebanyak 1 orang
4) Mahasiswa Praktik Profesi Management Kepertawatan St. Vincentius a Paulo
Surabaya sebanyak 9 orang
4.3 Susunan Acara
1) Persiapan anggota dalam kegiatan
penerimaan pasien baru keperawatan terutama yang bertindak sebagai Kepala
Ruangan, Perawat Primer dan Perawat Asosiate.
2) Pelaksanaan role play penerimaan pasien
baru
3) Diskusi jalannya kegiatan role play
penerimaan pasien baru.
4.4 Evaluasi
1) Evalu
asi Struktur
Pada pelaksanaan penerimaan pasien baru, kelompok telah melakukan
beberapa persiapan selama kurang lebih 3 hari sebelum acara dimulai yaitu
periapan lembar penerimaan pasien baru, lembar pengkajian, lembar tata tertip
pengunjung dan pasien, pembuatan naskah role play, pembuatan denah ruangan,
pembagian peran sebagai Kepala Ruangan, PP dan PA, dan mekanisme yang harus

9
dilakukan saat penerimaan pasien baru, serta melakukan evaluasi kegiatan saat itu.
Acara dilakukan sesuai dengan jadwal gann chart yang telah dibuat yaitu pada
minggu pertama profesi manajemen keperawatan.

10
10

2) Evaluasi Proses Penerimaan Pasien Baru


No Waktu Kegiatan
1 11.00 11.35 Pelaksanaan penerimaan pasien baru
2 11.20 11.35 Diskusi dan klarifikasi dari supervisi pembimbing ruangan
dan pembimbing pendidikan:

1) Pelaksanaan penerimaan pasien baru secara


teknis sudah cukup baik dan sesuai alur pelaksanaan.
2) Dalam pelaksanaan role play penerimaan
pasien baru kurang menjelaskan tentang hak dan
kewajiban pasien
3) PP kurang menjelaskan lokasi tempat bank
darah, laboraturium, radiologi dll.
4) PP menjelaskan semua tata tertib dan
orientasi ruangan secara panjang lebar tanpa melihat
kondisi pasien
5) Tidak dilakukannya assesment penilaian
resiko jatuh

3) Evaluasi Hasil
(1) Kegiatan dihadiri oleh 100% dari 12 undangan
(2) Acara dimulai pukul l1.00 WIB
(3) Mahasiswa berperan sesuai dengan Job Description masing-masing.
(4) Hasil dari kegiatan penerimaan pasien baru yang diawali dengan
penerimaan awal oleh kepala ruangan, PP dan PA dapat meningkatkan kinerja
dan pelayanan keperawatan kepada pasien.
4.5 Hambatan
Pemeran roleplay masih terlihat kaku dalam melakukan kegiatan, ada beberapa
hal yang lupa dijelaskan yaitu tata tertib pasien dan penilaian resiko jatuh.
4.6 Dukungan
1) Pembimbing klinik dan akademik memberikan bimbingan secara optimal.
2) Kepala ruangan dan perawat ruang tulip memberikan dukungan terhadap
dilaksanakannya penerimaan pasien baru.
3) PP, PA dan Karu telah berlatih berulang untuk mengomptimalkan penampilan
saat Role play.
BAB 5
PENUTUP

5.1 Simpulan
1) Penerimaan pasien baru yang benar dan menyeluruh membawa manfaat
bagi pasien yang menerima pelayanan asuhan keperawatan, perawat sebagai
pelaksana asuhan keperawatan, dan rumah sakit dalam upaya peningkatan
mutu pelayanan.
2) Pelaksanaan penerimaan pasien baru yang dilakukan oleh mahasiwa sudah
cukup bagus dan sudah sesuai dengan alur role play penerimaan pasien
baru.
5.2 Saran
Penerimaan pasien baru yang dilakukan diruangan sudah cukup baik, karu
sudah ikut menerima pasien baru dan memperkenalkan masing masing nama
perawat yang bertugas saat itu, PP sudah memberikan orientasi ruangan. Tetapi
saat penerimaan pasien PP kurang menjelaskan hak dan kewajiban pasien baru
serta lokasi tempat bank darah, laboraturium, radiologi dll.

11
DAFTAR PUSTAKA
Nursalam. 2015. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik
Keperawatan Profesional Edisi 5. Jakarta: Salemba Medika

12
13

Lampiran 1
LEMBAR REKAM MEDIS
14

PRAKTIK PROFESI MANAJEMEN KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
STIKES KATOLIK ST. VINCENTIUS A PAULO SURABAYA
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN SIDOARJO

PETUNJUK TEKNIS PENGISIAN RM-1a


(REKAM MEDIK RAWAT INAP DAN RESUME MEDIK)

RM-1a: Rekam medik rawat inap

1. Row I, B/L: lingkari yang sesuai. Jika pasien baru (belum pernah MRS),
lingkari B. Jika her MRS (pernah MRS sebelumnya), lingkari L.
2. No. Reg, RM, ruangan, kelas: isi sesuai dengan identitas pasien.
3. Row II, kolom I dan II, isi sesuai dengan identitas pasien atau RM pasien.
4. Row III dan IV, kolom I dan III, isi sesuai dengan nama dokter yang
merawat, urut sesuai dengan dokter I sampai dengan dokter IV. Tulis juga
kapan dilakukan konsultasi dengan dokter yang lain.
5. Row V, kolom I, isi sesuai dengan diagnosa masuk dan jenis kasus.
6. Row V, kolom II, isi sesuai dengan nama keluarga yang bertanggung jawab.
7. Row VI IX, isi sesuai dengan diagnosa akhir, jenis tindakan, cara keluar
dan hasil perawatan. Isi pada saat pasien pulang.
15
16

PRAKTIK PROFESI MANAJEMEN KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
STIKES KATOLIKST. VINCENTIUS A PAULO SURABAYA
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN SIDOARJO

TEKNIS PENGISIAN RM 2b
(FORMULIR PENDIDIKAN PASIEN DAN KELUARGA)

1. Mengisi kolom, Ruangan, Kamar sesuai dengan tempat pasien dirawat


2. Memberi tanda centang () pada kotak penerima pendidikan, agama atau
kepercayaan, pendidikan, kemampuan baca dan tulis, bahasa, keterbatasan
fisik, hambatan edukasi, pilihan tipe pembelajaran, kesediaan penerima
edukasi.
3. Memberi tanda centang () pada kotak materi pendidikan yang telah
diberikan, media dan evaluasi
4. Tanda tangan pada kolom penerima dan pemberi pendidikan pasien dan
keluarga (PPK)
5. Menuliskan materi pendidikan yang telah diberikan.
17
18
19
20
21

PRAKTIK PROFESI MANAJEMEN KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
STIKES KATOLIKST. VINCENTIUS A PAULO SURABAYA
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN SIDOARJO

PETUNJUK TEKNIS PENGISIAN RM-3a


(PENGKAJIAN KEPERAWATAN)

1. Data pasien diisi sesuai data RM pasien dan tanggal pengkajian.


2. Identitas : diisi/dilengkapi sesuai data RM pasien.
3. Riwayat Keperawatan:
a. Keluhan utama: isi dengan alasan/penyebab pasien mencari
pertolongan/dibawa ke rumah sakit
b. Riwayat penyakit saat ini: isi dengan perjalanan penyakit, sejak mulai
timbulnya gejala, pertolongan pertama yang telah dilakukan sampai
dengan pasien masuk rumah sakit.
c. Penyakit yang pernah diderita: isi dengan memberi tanda centang ( )
pada pilihan, sesuai dengan kondisi/riwayat penyakit pasien. Jika ada
riwayat penyakit kronis, lanjutkan pengkajian pada dokter yang merawat
(kontrol ke), serta obat yang diminum rutin selama ini.
d. Riwayat penyakit keluarga: isi dengan memberi tanda centang ( ) pada
pilihan, sesuai dengan kondisi/riwayat penyakit keluarga pasien.
e. Riwayat alergi: isi, sesuai dengan kondisi/riwayat alergi pasien. Jika ada
(ya), sebutkan jenis dan macam bahan allergen serta reaksi yang timbul.
4. Pemeriksaan fisik:
Isi dengan hasil pemeriksaan yang didapatkan saat pengkajian saat ini
meliputi keadaan umum pasien, tingkat kesadaran, GCS, Tanda tanda vital
dan hasil pengukuran TB & BB bila memungkinkan

5. Pernafasan: isi dengan memberi tanda centang ( ) pada pilihan, sesuai


dengan hasil pengkajian dan keluhan pasien. Untuk wheezing dan ronchi isi
bagian kosong dengan / atau /, sesuai dengan hasil pengkajian.
Oksigen isi dengan volume O2 permenit dan jenis alat yang dipakai
6. Kardiovaskuler: isi dengan memberi tanda centang ( ) pada pilihan, sesuai
dengan hasil pengkajian..
7. Persyarafan: isi dengan memberi tanda centang ( ) pada pilihan, sesuai
dengan hasil pengkajian. Pupil jika anisokor sebutkan mana yang lebih
22

besar/lebih kecil kiri kanan, dengan memberi tanda </> dan diameter pupil
sebutkan ukurannya (dalam millimeter).
8. Perkemihan: isi dengan memberi tanda centang ( ) pada pilihan, sesuai
dengan hasil pengkajian dan keluhan pasien.
9. Pencernaan: isi dengan memberi tanda centang ( ) pada pilihan, sesuai
dengan hasil pengkajian dan keluhan pasien. Untuk nyeri tekan sebutkan
lokasi nyeri sesuai region abdomen.
10. Reproduksi/genetalia: isi dengan memberi tanda centang ( ) pada pilihan,
sesuai dengan hasil pengkajian dan keluhan pasien.
11. Musculoskeletal/integument: isi dengan memberi tanda centang ( ) pada
pilihan, sesuai dengan hasil pengkajian dan keluhan pasien.
12. Endokrin: isi dengan memberi tanda centang ( ) pada pilihan, sesuai
dengan hasil pengkajian.
13. Psiko sosial spiritual
Isi dengan hasil pengkajian presepsi pasien terhadap kondisinya saat ini dan
kondisi yang tampak dari pasien.

14. Pemeriksaan penunjang: isi dengan hasil pemeriksaan penunjang yang


dimiliki pasien.
15. Obat yang dibawa dari rumah): isi dengan obat obatan yang pasien bawa
dari rumah
16. Daftar diagnosa keperawatan: isi sesuai dengan prioritas diagnosa
keperawatan.
17. Tujuan dan intervensi untuk mengatasi masalah keperawatan yang ada
18. Perencanaan discharge planning sesuai masalah yang ditemukan pada pasien
19. Orientasi yang sudah diberikan pada pasien
20. Isi tanggal dan nama perawat yang melakukan pengkajian
24

Lampiran 2
HAK PASIEN

1. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di


RS.
2. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien.
3. Memperoleh layanan kesehatan yang manusiawi, adil, jujur dan tanpa
diskriminasi.
4. Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar
profesi dan standar prosedur profesional.
5. Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar
dari kerugian fisik dan materi.
6. Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan.
7. Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan
peraturan yang berlaku di RS.
8. Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain
yang mempunyai surat ijin praktek (SIP) baik didalam maupun di luar RS.
9. Mendapat privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-
data medisnya.
10. Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis,
tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, resiko dan komplikasi yang
mungkin terjadi dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta
perkiraan biaya pengobatan.
11. Memberikan persetujuan atau menolak tindakan yang dilakukan tenaga
kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya.
12. Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis.
13. Menjalankan ibadah sesuai agama/kepercayaan yang dianutnya selama hal
itu tidak mengganggu pasien lainnya.
14. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya dalam perawatan di RS.
15. Mengajukan usul saran perbaikan atas perilaku RS terhadap dirinya.
16. Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agam dan
kepercayaan yang dianutnya.
17. Menggugat dan/ataumenuntut RS apabila RS diduga memberikan
pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata maupun
pidana.
25

18. Mengeluhkan pelayanan RS yang tidak sesuai dengan standar pelayanan


melalui media cetakdan elektronik sesuai dengan ketentuan peraturang
perundang-undangan.

Lampiran 3

KEWAJIBAN DAN TATA TERTIB PASIEN RAWAT INAP


26

1. Setiap penderita yang dirawat wajib menunjukkan tanda pengenal dan


kartu asuransi.
2. Penunggu pasien hanya 1 (satu) orang kecuali diijinkan oleh perawat jaga.
3. Keluarga penderita dan penunggu serta pengunjung wajib memelihara dan
menjaga kebersihan.
4. Pada saat pemeriksaan dokter dan tindakan pasien, penunggu harus
meninggalkan ruangan.
5. Dilarang menyimpan barang-barang berharga di Rumah sakit. Kehilangan
bukan menjadi tanggung jawab Rumah sakit.
6. Setiap pasien rawat inap membawa semua dokumen pasien dan
pengobatan yang dimiliki.
7. Wajib memberikan informasi yang jelas dan benar tentang kondisi pasien
sebenarnya.
8. Wajib menyelesaikan administrasi dan pembayaran.
9. Pasien harus mematuhi nasehat dokter dan perawat.

TTD

Lampiran 4

TATA TERTIB PASIEN DAN KELUARGA DI RUANG


PERAWATAN RSUD SIDOARJO

1. Pasien hanya boleh ditunggu 1 (satu) orang keluarga.


2. Berperan aktif dalam menjaga kebersihan dan ketertiban lingkungan.
3. Buanglah sampah pada tempat-tempat yang telah disediakan.
27

4. Dilarang merokok di lingkungan Rumah Sakit.


5. Dilarang mencuci dan menjemur pakaian di lingkungan Rumah Sakit.
6. Anak di bawah umur 12 tahun tidak di ijinkan berkunjung ke Rumah
Sakit.
7. Tidak memakai perhiasan yang berlebihan dan tidak menyimpan
barang-barang berharga di ruang perawatan.
8. Dilarang membawa barang-barang elektronik (kipas angin, radio),
bantal, dan tikar.
9. Mohon hemat dalam pemakaian air (karena sumber daya terbatas) dan
mematikan kran apabila keluar dari kamar mandi.
Keterangan :
Dengan ketentuandi atas apabila ada barang-barang yang hilang bukan
menjadi tanggung jawab Rumah Sakit.

TTD

Lampiran 5
28
29

Lampiran 6

PRAKTIK PROFESI MANAJEMEN KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN STIKES KATOLIK
ST. VINCENTIUS A PAULO SURABAYA
DI RSK ST. VINCENTIUS A PAULO SURABAYA

KUESIONER TINGKAT KEPUASAN PASIEN


Jawablah pertanyaan ini dengan memberikan tanda checklist () pada jawaban
yang sudah disediakan.
1. Apakah perawat memperkenalkan diri kepada anda ?
( ) Ya ( ) Kadang-kadang ( ) Tidak
2. Dalam melayani pasien apakah perawat bersikap sopan dan ramah
( ) Ya ( ) Kadang-kadang ( ) Tidak
3. Apakah perawat di ruangan menjelaskan peraturan atau tata tertib Rumah
Sakit saat pertama kali anda dirawat ?
( ) Ya ( ) Kadang-kadang ( ) Tidak
4. Apakah perawat menjelaskan fasilitas yang tersedia di Rumah Sakit pada
pasien baru ?
( ) Ya ( ) Kadang-kadang ( ) Tidak
5. Apakah perawat menjelaskan dimana tempat-tempat penting untuk
kelancaran tindakan keparawatan (kamar mandi, ruang perawat, tata usaha,
dan lain-lain)?
( ) Ya ( ) Kadang-kadang ( ) Tidak
6. Apakah perawat menjelaskan tujuan perawatan pada pasien ?
( ) Ya ( ) Kadang-kadang ( ) Tidak
7. Apakah ada perawat atau kepala ruangan yang menunjukkan pada pasien
tentang perawat yang bertanggung jawab pada pasien ?
( ) Ya ( ) Kadang-kadang ( ) Tidak
8. Apakah Perawat memperhatikan penyuluhan pasien ?
( ) Ya ( ) Kadang-kadang ( ) Tidak
9. Apakah perawat menanggapi keluhan pasien ?
( ) Ya ( ) Kadang-kadang ( ) Tidak
30

10. Apakah perawat memberikan keterangan tentang masalah yang dihadapi


pada pasien ?
( ) Ya ( ) Kadang-kadang ( ) Tidak
11. Apakah perawat memberikan penjelasan sebelum melakukan tindakan
keperawatan (menyuntik, memberi obat, memasang infus, dan lain-lain) ?
( ) Ya ( ) Kadang-kadang ( ) Tidak
12. Apakah perawat meminta persetujuan kepada pasien atau keluarga
sebelum melakukan tindakan keperawatan ?
( ) Ya ( ) Kadang-kadang ( ) Tidak
13. Apakah perawat menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
sebelum melakukan tindakan ?
( ) Ya ( ) Kadang-kadang ( ) Tidak
14. Apakah perawat menjelaskan resiko atau bahaya suatu tindakan pada
pasien sebelum melakukan tindakan ?
( ) Ya ( ) Kadang-kadang ( ) Tidak
15. Apakah perawat memberikan keterangan
( ) Ya ( ) Kadang-kadang ( ) Tidak
16. Bagaimana menurut anda, jika penyimpanan dan pengelolaan obat
disimpan oleh perawat di ruang keperawatan?
( ) Setuju ( ) Tidak setuju
Alasan:
Keterangan :
Jawaban Ya : 2
Jawaban Kadang-kadang : 1
Jawaban Tidak : 0
Kriteria penilaian :
Sangat puas >30-40
Kurang puas : >10-20
Puas : >20-30
Tidak puas : 0-10
31

Lampiran 7
DAFTAR HADIR
32

LAMPIRAN 8
DOKUMENTASI KEGIATAN ROLE PLAY TIMBANG TERIMA
33
LAPORAN ROLE PLAY SENTRALISASI OBAT
PRAKTEK MANAJEMEN DI RUANG TULIP 2
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
SIDOARJO

OLEH:

1. DICKY HARI PRAKOSO, S.Kep NIM : 201604015


2. INDARTI DWI NINGSIH, S.Kep NIM : 201604032
3. IRENE MARDAMASI WELLO, S.Kep NIM : 201604033
4. MARIA MARGARETA, S.Kep NIM : 201604043
5. NI KADEK DEWI ARINI, S.Kep NIM : 201604049
6. NI PUTU ELIK ARMAYANTI, S.Kep NIM : 201604051
7. PAULA ADE HERWINATOJA , S.Kep NIM : 201604054
8. ROSARILIA SERAFIN DUA BAJO,S. Kep NIM : 201604060
9. RUT ELISABETH SITUMORANG, S.Kep NIM : 201604061
10. USWATUN CHASANAH, S.Kep NIM : 201604068
11. YOSSEVA PAULINA S.M, S.Kep NIM : 201604073
12. YUVITA ANGELIA PURBA, S.Kep NIM : 201604076

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KATOLIK
ST. VINCENTIUS A PAULO
SURABAYA
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan yang prima
dirasakan sebagai suatu fenomena yang harus segera direspon oleh perawat.
Respon yang ada harus bersifat kondusif dengan mempelajari langkah-langkah
konkrit dalam pelaksanaannya (Nursalam, 2016).
Salah satunya adalah dalam pengelolaan obat pasien. Teknik pengelolaan obat
secara sentralisasi merupakan pengelolaan obat dimana seluruh obat yang akan
diberikan pada pasien diserahkan sepenuhnya kepada perawat. Pengeluaran dan
pembagian obat juga sepenuhnya dilakukan oleh perawat.
Sentalisasi obat diharapkan dapat diberikannya terapi farmakologi
(pengobatan) secara tepat pasien, tepat waktu, tepat dosis, tepat cara pemberian
sehingga akan memperpendek waktu rawat inap. Sentralisasi obat dilaksanakan
pada obat injeksi yang disimpan oleh petugas ditempat khusus di ruang perawat
dan diberikan menurut jadwal pemberian. Resep dari dokter diberikan keluarga
pasien untuk dibelikan di apotek, setelah mendapatkan obatnya diserahkan ke
perawat untuk dicatat pada buku penerimaan obat. Karena hal tersebut diatas,
mahasiswa profesi Ners 2016 berencana akan mensosialisasikan dan
melaksanakan sentralisasi obat yang mencakup obat injeksi maupun oral karena
pengelolaan sentralisasi yang optimal merupakan salah satu usaha untuk
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.
Penggunaan obat yang tidak tepat dapat menimbulkan berbagai kerugian pada
pasien. Resistensi tubuh terhadap obat dan resiko resistensi kuman penyakit dapat
terjadi jika konsumsi obat oleh penderita tidak terkontrol dengan baik. Kerugian
lain yang bisa terjadi adalah terjadinya kerusakan organ tubuh atau timbulnya efek
samping obat yang tidak diharapkan. Selain itu penggunaan obat yang tidak tepat
dapat menimbulkan kerugian pasien secara ekonomi. Oleh karena itu diperlukan
suatu cara yang sistematis sehingga penggunaan obat benar-benar dapat dikontrol
oleh perawat dan pasien/keluarga serta resiko kerugian baik secara material

35
36

maupun non material dapat dihindari, pada akhirnya kepercayaan pasien


perawat juga semakin meningkat. Berdasarkan hal tersebut,kami akan
melaksanakan sentralisasi obat sesuai dengan proposal agar sistematis dan terarah.
1.2 Tujuan
1) Tujuan Umum

Mengaplikasikan peran perawat dalam pengelolaan sentralisasi obat dan


mendokumentasikan hasil pengelolaan sentralisasi obat
2) Tujuan Khusus
(1) Mampu meningkatkan pemahaman perawat dan mahasiswa dalam
menerapkan pemberian obat secara tepat dan benar sesuai dengan prinsip 6 T
+ 1 W serta mendokumentasikan hasil pengelolaan.
(2) Mampu meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan keterampilan perawat
primer dan perawat associate dalam mengelola sentralisasi obat dengan
prinsip 6 T + 1 W.
(3) Mampu meningkatkan kepatuhan pasien dalam penggunaan obat sesuai
dengan program terapi.
(4) Mampu meningkatkan kepuasan dan pasien dan keluarga atas asuhan
keperawatan yang diberikan.
(5) Meningkatkan kepercayaan pasien dan keluarga terhadap perawat dalam
pengelolaan sentralisasi obat.
1.3 Manfaat
4) Bagi Klien
(3) Tercapainya kepuasan klien yang optimal terhadap pelayanan keperawatan
(4) Klien dapat terhindar dari resiko resistensi tubuh terhadap obat
5) Bagi perawat
(4) Tercapainya kepuasan kerja yang optimal
(5) Dapat mengontrol secara langsung obat-obatan yang dikonsumsi klien
(6) Meningkatkan kepercayaan klien dan keluarga kepada perawat.
6) Bagi institusi
(3) Tercapainya pengalaman dalam pengelolaan sentralisasi obat
(4) Terciptanya model asuhan keperawatan professional
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat yang akan
diberikan kepada pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh perawat
(Nursalam, 2016 )
Sentralisasi obat (teknik pengelolaan obat penuh) adalah pengelolaan obat
dimana seluruh obat yang akan diberikan kepada pasien diserahkan sepenuhnya
kepada perawat, pengeluaran dan pembagian obat sepenuhnya dilakukan oleh
perawat.
2.2 Tujuan Pengelolaan Obat
Tujuan pengelolaan obat adalah menggunakan obat secara bijaksana dan
menghindari pemborosan, sehingga kebutuhan asuhan keperawatan pasien dapat
terpenuhi
Hal-hal berikut ini adalah beberapa alasan yang paling sering mengapa obat
perlu disentralisasi.
1) Memberikan bermacam-macam obat untuk satu pasien.
2) Menggunakan obat yang mahal dan bermerek, padahal obat standart yang
lebih murah dengan mutu yang terjamin memiliki efektifitas dan keamanan
yang sama.
3) Meresapkan obat sebelum diagnosis pasti dibuat.
4) Menggunakan dosis yang lebih besar dari pada yang diperlukan
5) Memberikan obat kepada pasien yang tidak mempercayainya, dan yang akan
membuang atau lupa untuk minum.
6) Memesan obat lebih daripada yang dibutuhkan, sehingga banyak yang tersisa
sesudah batas kadarluarsa.
7) Tidak menyediakan lemari es, sehingga vaksin dan obat menjadi tidak aktif.
8) Meletakkan obat ditempat yang lembab, terkena cahaya atau panas.
9) Mengeluarkan obat ( dari tempat penyimpanan) terlalu banyak pada suatu
waktu sehingga dipakai berlebihan atau dicuri ( Nursalam, 2016 ).

37
38

2.3 Teknik Pengelolaan Obat


( Sentralisasi )
Pengeluaran dan pembagian obat sepenuhnya dilakukan oleh perawat.
2.3.1 Penanggung jawab pengelolaan obat adalah kepala ruangan yang secara
oprasional dapat didelegasikan kepada staf yang ditunjuk.
2.3.2 Keluarga wajib mengetahui dan ikut serta mengontrol penggunaan obat
2.3.3 Penerimaan obat.
1) Obat yang telah diresepkan ditunjukan kepada perawat dan obat yang telah
diambil oleh keluarga diserahkan kepada perawat dengan menerima lembar
terima obat
2) Perawat menuliskan nama pasien, regestrasi, jenis obat, jumlah dan
sediaan (bila perlu) dalam kartu control, dan diketahui (ditandatangani) oleh
keluarga atau pasien dalam buku masuk obat. Keluarga atau pasien
selanjutnya mendapatkan penjelasan kapan atau bilamana obat tersebut akan
habis, serta penjelasan tentang 5T ( jenis, dosis, waktu, pasien, dan cara
pemberian).
3) Pasien atau keluarga selanjutnya mendapatkan salinan obat yang harus
diminum beserta kartu sediaan obat.
4) Obat yang telah diserahkan selnjutnya disimpan oleh perawat dalam kontak
obat ( Nusalam 2016 )
2.3.4 Pembagaian obat
1) Obat yang telah diterima untuk selanjutnya disalin dalam buku daftar
pemberian obat.
2) Obat yang telah disimpan untuk selnjutnya diberikan oleh perawat dengan
memperhatikan alur yang tercantum dalam buku daftar pemberian obat:
dengan terlebih dahulu dicocokkan dengan terapi diinstruksi dokter dan
kartu obat yang ada pada pasien.
3) Ada saat pemberian obat, perawat menjelaskan macam obat, kegunaan
obat, jumlah obat, dan efek samping, usahakan tempat atau wadah obat
kembali keperawat setelah obat dikonsumsi, pantau efek samping pada
pasien.
4) Sediaan obat yang ada selanjutnya diperiksa setiap pagi oleh kepala ruangan
atau petugas yang ditujuk dan didokumentasikan dalam buku masuk obat.
Obat obatan yang hampir habis akan diinformasikan kepada keluarga dan
39

kemudian dimintakan resep ( jika masih perlu dilanjutkan ) kepada dokter


penanggung jawab pasien ( Nurussalam, 2016 )
2.3.5 Penambahan obat baru
1) Bilamana terdapat penambahan atau perubahan jenis, dosis atau perubahan
alur pemberian oabat, maka informasi ini akan dimasukan dalam buku
masuk obat sekaligus dilakukan perubahan dalam kartu sedian obat.
2) Pada pemberian obat yang bersifat tidak rutin ( sewaktu saja ) maka
dokumentasi hanya dilakukan pada buku masuk obat dan selanjutnya
diinformasikan kepada keluarga dengan kartu khusus obat ( Nursalam,
2016)
2.3.6 Obat Khusus
1) Obat dikategorikan khusus apabila sediaan memiliki harga yang cukup
mahal, menggunakan alur pemberian yang cukup sulit, memiliki efek
sampingyang cukup besar atau hanya diberikan dalam waktu tertentu /
sewaktu saja.
2) Pemberian obat khusus dilakukan menggunkan kartu khusus obat,
dilaksanakan oleh perawat primer.
3) Informasi yang diberikan kepada pasien atau keluarga: nama obat, kegunaan
obat, waktu pemberian, efek samping, penanggung jawab pemberian, dan
wadah obat sebaiknya diserahkan atau ditunjukan kepada keluarga setelah
pemberian,. Usahakan terdapat saksi dari keluarga saat pemberian obat
(Nursalam, 2016) .Seorang manajer keperawatan kesehatan dapat mendidik
staf mengenai obat dengan cara cara berikut ini:
(1) Membuat catatan mengenai obat obatan Yang sering dipakai, jelaskan
penggunaan dan efek samping, kemudian berikan salinan kepada semua
staf.
(2) Tuliskan dosis yang tepat obat-obatan yang sering digunakan dan
gantungkan didinding.
(3) Berikan kepada semua staf mengenai harga bermacam-macam obat
(4) Aturlah kuliah atau program diskusi dan bahaslah mengenai satu jenis obat
setiap minggu pada waktu pertemuan staf
(5) Sediakan satu atau lebih eksemplar buku farmakologi sederhana
diperpustakaan.
4) Menyimpan persediaan obat
40

a) Memeriksa ulang atas kebenaran obat dan jenis obat, jumlah obat dan menulis
etiket dan alamat pesien. Penyimpanan stok ( persediaan ) yang teratur
dengan baik merupakan bagaian penting dari manajemen obat. Obat yang
diterima dicatat dalam buku besar persediaan atau dalam kartu persedian.
b) System kartu persediaan
Sebuah kartu persediaan ( kartu stok ) kadang-kadang digunakan untuk
menggantikan buku besar persediaan, kartu ini berfungsi seperti buku besar
persediaan, yakni neraca diseimbangkan dengan menambahkan barang yang
diterima dan mengurangi dengan jumlah barang yang dikeluarkan dalam buku
besar persediaan, masing masing barang ditempatkan pada halaman yang
terpisah. Tetapi dalam system kartu persediaan, masing masing barang
dituliskan dalam kartu yang terpisah.
c) Lemari obat
Periksa keamanan mekanisme kunci dan penerangan lemari obat serta lemari
pendingin. Periksa persediaan obvat, pemisahan antara obat untuk
penggunaan oral ( untuk diminum) dan obat luar.

2.4 Alur Pelaksanaan


Sentralisasi Obat ( Nursalam, 2007 )
DOKTER

Koordinasi dengan Perawat

PASIEN/KELUARGA

FARMASI/APOTEK

- Surat Persetujuan Sentralisasi


PASIEN/KELUARGA
Obat dari Perawat
- Lembar Serah Terima Obat
PP/PERAWAT YANG MENERIMA

PENGATURAN DAN PENGELOLAAN OLEH


PERAWAT
PASIEN/KELUARGA
41

2.5 Peran/Tugas
1) Perawat primer dan perawat associate
(1) Menjelaskan tujuan dilaksanakan sentralisasi obat
(2) Menjelaskan manfaat dilaksanakannya sentralisasi obat
(3) Memfasilitasi surat persetujuan pengelolaan dan pencatatan obat
(4) Melakukan pencatatan dan kontrol terhadap pemakaian obat selama pasien
dirawat
(5) Melakukan tindakan kolaboratif dalam pelaksanaan program terapi
2) Perawat primer lain dan supervisor
(1) Memberikan perlindungan terhadap pasien terhadap tindakan kelalaian dan
malpraktik
(2) Menilai kepatuhan tehadap program terapi
(3) Memotivasi pasien untuk mematuhi program terapi
42

BAB 3

RENCANA KEGIATAN

3.1 Rencana pelaksanaan


Pelaksanaan sentralisasi obat
Hari/ tanggal : Rabu, 31 Mei 2017
Jam : 11.00 s/d selesai WIB
Tempat : Ruangan Tulip Lantai 2 RSUD Kabupaten Sidoarjo
Topik : Sentralisasi obat
3.2 Pengorganisasian
Koordinator : Uswatun Chasanah, S.Kep (201604068)
Kepala ruangan : Maria Margareta, S.Kep (201604043)
PP : Ni Kadek Dewi Arini, S.Kep (201604049)
PA : Indarti Dwi Ningsih, S.Kep (201604032)
Perawat IGD : Dicky Hari Prakoso, S.Kep (201604015)
Pasien : Rut Elisabeth Situmorang, S.Kep (201604061)
Keluarga pasien : Yuvita Angelia Purba, S.Kep (201604076)
Observer : Paula Ade Herwina Toja, S.Kep (201604054)
Ni Putu Elik Armayanti, S.Kep (201604051)
Irene Mardamasi Wello, S.Kep (201604033)
Dokumentasi : Yoseva Paulina Sapta Mardika (201604073)
3.3 Rencana Pelaksanaan dan Metode
Rencana Pelaksanaan:
1) Persiapan anggota dalam kegiatan Sentralisasi Obat terutama yang
bertindak sebagai Kepala Ruangan, PP dan Perawat Assosiate.
2) Pelaksanaan role play yang diawasi oleh pembimbing ruangan dan
pembimbing pendidikan.
3) Diskusi jalannya kegiatan penerimaan klien baru bersama
Sentralisasi Obat , pembimbing ruangan dan pembimbing pendidikan.
Metode: Penjelasan. Diskusi dan Tanya jawab.

42
43

3.4 Mekanisme Kegiatan (Sentralisasi Obat)


Tahap Perawat
Karu PP Tempat
kegiatan Associate
Persiapan Karu menanyakan PP mengucapkan Ruang Karu
5 persiapan salam dan
sentralisasi obat melaporkan
oral dan injeksi kegiatan sentralisasi
Karu memeriksa kepada Karu
kelengkapan PP menyebutkan
administrasi hal-hal yang sudah
sentralisasi obat disiapkan
(meliputi :
informed consent,
formulir
pemberian obat
oral dan injeksi,
lembar serah
terima obat)
Karu mengecek
kembali
kelengkapan
pendokumentasia
n sentralisasi obat

pelaksanaan Karu mengecek PP menerima obat PA Nurse station


kembali kelengkapan dari depo farmasi, Menyiap
pendokumentasian dengan model one kan kartu
sentralisasi obat day dose. serah
PP melakukan terima
pencatatan pada obat oral.
format penerimaan
obat oral dan
injeksi, yang
meliputi :Identitas
pasien,Nama obat,
dosis dan cara
pemberiannya,
Jumlah obat yang
diterima dari
farmasi, Jam dan
nama penerima obat
PP menjelaskan
informed consent
sentralisasi obat

3.5 Instrumen
1) Alat tulis
2) Rekam medik
3.6 Kriteria evaluasi
1) Struktur (input) :
(1) Pelaksanaan sentralisasi obat dilaksanakan di ruang
44

(2) Persiapan dilakukan sebelumnya.


(3) Perawat yang betugas.
2) Proses
(1) Pelaksanaan sentralisasi obat dilakukan sesuai dengan ruangan yang telah
ditentukan dan pasien yang menyetujui informe consent untuk dilakukan
sentralisasi obat.
(2) Pelaksanaan sentralisasi obat sesuai dengan alur yang telah ditentukan.
3) Hasil
(1) Pasien puas dengan hasil pelaksanaan sentralisasi obat.
(2) Mencegah terjadinya Medication Error.
(3) Perawat mudah mengontrol pemberian obat.
(4) Pendokumentasian pemberian obat dapat dilakukan dengan benar.
45

BAB 4
PELAKSANAAN KEGIATAN

4.1 Pelaksanaan Kegiatan Sentralisasi Obat


Hari/tanggal : Rabu, 31 Mei 2017
Jam : 12.00 13.00 WIB
Tempat : Ruangan Tulip 2 RSUD Kabupaten Sidoarjo
Topik : Sentralisasi Obat
Koordinator : Rosarilia Serafin, S.Kep
4.2 Presensi/kehadiran
Kegiatan dihadiri oleh 11 orang:
1) Kepala ruangan Tulip lantai 2 sebanyak 1 orang
2) Pembimbing akademik sebanyak 1 orang
3) Pembimbing klinik sebanyak 1 orang
4) Mahasiswa Praktik Profesi Manajemen
Keperawatan St. Vincentius A Paulo Surabaya sebanyak 11 orang
4.3 Hasil Evaluasi
1) Evaluasi Struktur
Persiapan dilakukan 3 hari sebelum acara dimulai. Acara disesuaikan dengan
jadwal kegiatan yang yang dilaksanakan di Ruangan Tulip 2 RSUD Kabupaten
Sidoarjo, pembimbing klinik dan pembimbing akademik.
2) Evaluasi Proses
No Waktu Kegiatan
.
1. 11.00-11.30 WIB Sentralisasi Obat

2. 12.00 -13.00 WIB Masukan dan klarifikasi dari pembimbing (akademik maupun
klinik).
1.
Alur sudah cukup baik namun tidak di jelaskan alur sentralisasi
obat pada pasien dan keluarga
2.
Penandatanganan di lakukan di bad pasien, yang sebenarnya
dilakukan di nurse station

45
46

3.
Tidak ada feedback dari pasien dan keluarga mengenai informasi
yang kurang
4.
Role play sentralisasi obat lebih baik dilakukan langsung pada
pasien dan keluarga
5.

3) Evaluasi hasil
(1) Kegiatan dihadiri oleh semua yang diundang
(2) Selama kegiatan, masing-masing mahasiswa bekerja
sesuai dengan tugasnya.
(3) Acara di mulai dengan waktu yang telah ditentukan.
(4) Kegiatan berjalan lancar dan tujuan mahasiswa
tercapai dengan baik
4.4 Hambatan
Pelaksanaan Sentralisasi Obat mengalami sedikit kendala yaitu kurangnya
dalam penyampaian informasi kepada keluarga dan pasien.
4.5 Dukungan
1) Pengorganisasian acara Sentralisasi Obat yang terstruktur.
2) Proses bimbingan pelaksanaan Sentralisasi Obat oleh pembimbing ruangan
dan pembimbing akademik.
3) Adanya kerjasama dan kesempatan antara pihak perawat ruangan dengan
mahasiswa sebagai pelaksana.
4) Tersedianya fasilitas pendukung untuk kelancaran proses Sentralisasi Obat
yang baik di Ruangan Tulip Lantai

46
BAB 5
PENUTUP

5.1 Simpulan
1) Sentralisasi Obat yang dilakukan benar dan menyeluruh membawa manfaat
baik bagi perawat maupun bagi pasien yang menerima pelayanan asuhan
keperawatan yaitu meminimalkan terjadinya kesalahan dalam pemberian
obat.
2) Pelaksanaan Sentralisasi Obat yang dilakukan oleh mahasiwa sudah cukup
baik dan sesuai dengan alur, dimana isi Sentralisasi Obat sudah disampaikan
namun belum semua mengenai informed consent.
5.2 Saran
Sentralisasi Obat yang dilakukan diruangan sudah cukup baik hanya saja lebih
baik jika dilakukan pada pasien dan keluarga langsung.

47
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam, (2016), Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktek


Keperawatan Profesional edisi 5. Jakarta: Salemba Medika.

48
49

Lampiran 1
50
51

PRAKTIK PROFESI MANAJEMEN KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
STIKES KATOLIKST. VINCENTIUS A PAULO SURABAYA
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN SIDOARJO

PETUNJUK TEKNIK PENGISIAN RM-5


(DAFTAR OBAT)

1. Isi nama, TTL, dan nomor registrasi sesuai dengan nama, TTL dan nomor
registrasi pasien.
2. Pada kolom berat badan isi BB pasien.
3. Tempel striker alergi pada kolom yang telah disediakan bila pasien memiliki
alergi terhadap obat tertentu dan tulis nama obat penyebab alergi.
4. Bila pasien menolak untuk minum obat, pada kolom inisial ditulis R (Refuse),
ditandatangani oleh pasien dan perawat.
5. Bila pasien puasa, pada kolom inisial ditulis N / Nil by mouth, dan
ditandatangai oleh pasien dan perawat.
6. Pengisian form daftar terapi diinisial oleh perawat yang memberikan obat
kepada pasien dan di kroscek dengan memberikan inisial oleh teman sejawat /
double crosscheck.
7. Pada kolom tanggal di isi tanggal saat pemberian obat.
8. Pada kolom obat diisi sesuai dengan nama obat yang diberikan kepada pasien
9. Pada kolom dosis di isi sesuai dengan dosis obat yang diberikan pada obat
injeksi di isi melalui intra vena, per drip atau menggunakan syringe pump.
Sedangkan untuk obat oral di isi sesuai dengan rute pemberianya itu melalui
oral.
10. Pada kolom resep di isi jumlah resep yang diterima.
11. Pada kolom perawat di isi nama perawat yang obat.
12. Pada kolom frekuensi di isi frekuensi pemberian setiap obat baik injeksi
maupun oral.
13. Pada kolom pagi di isi tandatangan oleh perawat dan pasien/keluarga jika
obat diberikan pada pagi hari.
14. Pada kolom siang di isi tandatangan oleh perawat dan pasien/keluarga jika
obat diberikan pada siang hari.
15. Pada kolom sore di isi tandatangan oleh perawat dan pasien/keluarga jika obat
diberikan pada sore hari.
16. Pada kolom malam di isi tandatangan oleh perawat dan pasien/keluarga jika
obat diberikan pada malam hari.
17. Pada kolom ESO (efek samping obat) di isi efek samping obat yang diberikan
baik obat injeksi maupun obat oral.
18. Pada kolom sisa dituliskan sisa obat tiap per hari.
19. Pada kolom tanggal obat dihentikan ditulis tanggal obat dihentikan.
52

Lampiran 2
DAFTAR HADIR
53

LAMPIRAN 3
DOKUMENTASI ROLE PLAY SENTRALISASI OBAT
LAPORAN ROLE PLAY TIMBANG TERIMA PRAKTIK MANAJEMEN
DI RUANG TULIP 2 RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KABUPATEN SIDOARJO

OLEH:
1. DICKY HARI PRAKOSO, S.Kep NIM : 201604015
2. INDARTI DWI NINGSIH, S.Kep NIM : 201604032
3. IRENE MARDAMASI WELLO, S.Kep NIM : 201604033
4. MARIA MARGARETA, S.Kep NIM : 201604043
5. NI KADEK DEWI ARINI, S.Kep NIM : 201604049
6. NI PUTU ELIK ARMAYANTI, S.Kep NIM : 201604051
7. PAULA ADE HERWINATOJA , S.Kep NIM : 201604054
8. ROSARILIA SERAFIN DUA BAJO,S. Kep NIM : 201604060
9. RUT ELISABETH SITUMORANG, S.Kep NIM : 201604061
10. USWATUN CHASANAH, S.Kep NIM : 201604068
11. YOSSEVA PAULINA S.M, S.Kep NIM : 201604073
12. YUVITA ANGELIA PURBA, S.Kep NIM : 201604076

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KATOLIK
ST. VINCENTIUS A PAULO
SURABAYA
2017
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Timbang terima atau overan merupakan teknik atau cara untuk
menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan
pasien. Informasi yang disampaikan harus akurat sehingga kesinambungan asuhan
keperawatan dapat berjalan dengan sempurna (Nursalam, 2015: L:20).
Keakuratan data yang diberikan saat timbang terima sangat penting, karena
dengan timbang terima ini pelayanan asuhan keperawatan yang diberikan dapat
dilaksanakan secara berkelanjutan, sehingga dapat meningkatkan komunikasi,
kerjasama dan tanggung jawab antar perawat(Nursalam, 2015: L:20).
Timbang terima merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan
menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien. Bila timbang
terima tidak dilakukan dengan baik, maka dapat menghambat kesinambungan
proses keperawatan dan mungkin dapat mengakibatkan pendobelan tindakan
keperawatan atau kekeliruan dalam tindakan. Tidak dilakukannya validasi data
secara langsung ke pasien dapat menyebabkan ketidakakuratan dan
ketidaksesuaian data yang ada pada pasien dengan data yang di tulis. Selain itu
masalah lain pada pasien yang tidak tertulis dalam laporan timbang terima tidak
dapat diungkapkan secara langsung.
Berdasarkan data pengkajian tanggal 23 Mei 25 Mei 2017 di ruang Tulip
RSUD Kabupaten Sidoarjo di dapatkan hasil observasi saat overan sudah
dilakukan dengan baik, begitu pula dengan validasi sudah dilakukan dengan baik
namun kurang maksimal.
Berdasarkan fenomena diatas maka pada pelaksanaan praktek manajemen
keperawatan ini, kami mahasiswa program studi Profesi Ners STIKES Katolik St.
Vincentius a Paulo Surabaya mencoba untuk menerapkan proses timbang terima
secara benar, baik secara alur maupun penggunaan form timbang terima agar
proses perawatan yang dilakukan di rumah sakit dapat berkesibambungan
khususnya dalam mengimplementasikan intervensi keperawatan.

55
56

1.2 Tujuan
1) Tujuan umum
Diharapkan mahasiswa mampu melakukan timbang terima dengan baikdi
Ruang Tulip 2 RSUD Kabupaten Sidoarjo.
2) Tujuan Khusus
(1) Mahasiswa mampu mengkomunikasikan hasil pelaksanaan asuhan
keperawatan klien
(2) Mahasiswa mampu menyampaikan keadaan pasien, diagnosa keperawatan
dan masalah keperawatan, intervensi keperawatan dan intervensi kolaboratif
yang sudah dan belum dilakukan.
(3) Mahasiswa mampu menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindak lanjuti
oleh dinas berikutnya.
(4) Mahasiswa mampu menjaga kesinambungan informasi mengenai keadaan
klien
(5) Mahasiswa mampu memerankan perannya
1.3 Manfaat
1) Bagi Mahasiswa
(1) Meningkatkan kemampuan komunikasi antar
mahasiswa dalam melaksanakan asuhan keperawatan
(2) Menjalin suatu hubungan kerjasama dan bertanggung
jawab antara antara mahasiswa
(3) Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap klien yang
berkesinambungan.
(4) Mahasiswa dapat mengikuti perkembangan klien
secara paripurna.
(5) Terhindar dari kekeliruan
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
Timbang terima atau overan merupakan teknik atau cara untuk
menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan
pasien (Nursalam, 2015: L:20).
2.2 Tujuan Timbang Terima (Nursalam, 2015: L:20).
1) Tujuan Umum
Mengkomunikasikan keadaan pasien dan menyampaikan informasi yang
penting
2) Tujuan Khusus
(1) Menyampaikan kondisi atau keadaan pasien (data fokus)
(2) Menyampaikan hal yang sudah atau belum dilakukan dalam asuhan
keperawatan kepada pasien.
(3) Menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindak lajuti oleh dinas
berikutnya.
(4) Tersusunnya rencana kerja untuk dinas berikutnya
2.3 Manfaat Dilakukan Timbang Terima (Nursalam, 2015: L:20).
1) Bagi Perawat
(1) Meningkatkan kemampuan komunikasi antara perawat.
(2) Menjalin suatu hubungan kerjasama dan bertanggung jawab antara
perawat.
(3) Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap klien yang berkesinambungan
(4) Perawat dapat mengikuti perkembangan klien secara paripurna.
2) Bagi Pasien
Klien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang belum
terungkap
2.4 Macam macam timbang terima (Mossaman, 2011)
1) Verbal handover merupakan timbang terima yang dilakukan secara lisan

57
58

2) Tape recorded handoverI merupakan timbang terima yang dilakukan dengan


bantuan tape recorder
3) Bedside handover : timbang terima yang dilakukan secara langsung
disamping pasien
4) Written handover : timbang terima yang dilakukan secara tertulis pada form
timbang terima
2.5 Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Timbang Terima(Nursalam,
2015: L:22).
1) Dilaksanakan tepat pada waktu pergantian shift
2) Dipimpin oleh kepala ruangan atau penanggung jawab pasien
(PP)
3) Diikuti oleh semua perawat yang telah dan yang akan dinas.
4) Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis
dan jelas menggambarkan kondisi pasien saat ini serta menjaga kerahasiaan
pasien.
5) Timbang terima harus berorientasi pada permasalahan pasien.
6) Saat timbang terima di kamar pasien, menggunakan volume
suara yang cukupsehingga pasien di sebelahnya tidak mendengar sesuatu
yang rahasia bagi pasien. Sesuatu yang dianggap rahasia sebaiknya tidak
dibicarakan secara langsung di dekat klien.
7) Sesuatu yang mungkin membuat pasien terkejut dan shock
sebaiknya dibicarakan di nurse station.
2.6 Prinsip-prinsip timbang terima (Currie,2002)
1) Confidential: dijaga kerahasiaannya
2) Uninterupted: tidak ada gangguan
3) Brief: informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis dan
mengambarkan kondisi pasien saat ini
4) Accurate: informasi harus benar dan jelas
5) Name Nurse
59

2.7 Alur Timbang Terima

KARU

Katim akhir dinas Klarifikasi Katim awal dinas

KLIEN
DIAGNOSA MEDIS DIAGNOSA
KEPERAWATAN

RENCANA TINDAKAN

YANG TELAH DILAKUKAN YANG AKAN DILAKUKAN

PERKEMBANGAN /KEADAAN
KLIEN

MASALAH :
1. TERATASI
2. BELUM TERATASI
3. TERATASI SEBAGIAN
4. MUNCUL MASALAH
BARU

Validasi ke pasien

Klarifikasi di Nurse station

penandatanganan dari

Katim awal dinas Katim akhir dinas

KARU
60

2.7 Evaluasi
1) Struktur (Input)
Pada timbang terima, sarana dan prasarana yang menunjang telah tersedia
antara lain: catatan timbang terima, status pasien dan kelompok sif timbang
terima. Kepala ruangan/Nurse in charge (NIC) memimpin kegiatan timbang
terima yang dilaksanakan pada pergantian shift yaitu malam ke pagi, pagi ke sore.
Kegiatan timbang terima pada shift sore ke malam dipimpin oleh perawat primer
yang bertugas saat itu.

2) Proses
Proses timbang terima di pimpin oleh kepala ruangan dan dilaksanakan oleh
seluruh perawat yang bertugas maupun yang akan mengganti shift. Perawat
primer mengoperkan ke perawat primer berikutnya yang akan mengganti shift.
Timbang terima pertama dilakukan di nurse station kemudian ke ruang perawatan
pasien dan kembali lagi ke nurse station. Isi timbang terima mencakup jumlah
pasien, diagnosis keperawatan, intervensi yang belum/sudah dilakukan.

3) Hasil
Timbang terima dapat dilaksanakan setiap pergantian shift. Setiap perawat
dapat mengetahui perkembangan pasien. Komunikasi antar perawat berjalan
dengan baik.
BAB 3
RENCANA KEGIATAN

3.1 Rencana Pelaksanaan


Hari/tanggal : Selasa, 30 Mei 2017
Jam : 10.00 WIB
Tempat : Ruangan Tulip 2 RSUD Kabupaten Sidoarjo
Topik : Timbang terima
3.2 Pengorganisasian
Koordinator : Yuvita Angelia Purba, S.Kep (201604033)
Kepala Ruangan : Uswatun Chasanah, S.Kep (201604068)
PP (Pagi) : Ni Kadek Dewi Arini, S.Kep (201604049)
PP (Sore) : Irene Mardamasi Wello, S.Kep (201604033)
PA (Pagi) : Maria Margareta, S.Kep (201604043)
Observer : Ni Putu Elik Armayanti, S.Kep (201604051)
Dicky Hari Prakoso, S.Kep (201604015)
Paula Ade Herwina Toja, S.Kep (201604054)
Dokumentasi : Yoseva Paulina Sapta Mardika (201604073)
3.3 Rencana Pelaksanaan dan Metode
2) Rencana Pelaksanaan:
(5) Persiapan anggota dalam kegiatan timbang terima terutama yang bertindak
sebagai Kepala Ruangan, PP dan PA
(6) Pelaksanaan timbang terima yang diawasi oleh, pembimbing ruangan dan
pembimbing pendidikan.
(7) Diskusi jalannya kegiatan timbang terima bersama pembimbing ruangan dan
pembimbing pendidikan.
(8) Metode: Role play, penjelasan, diskusi dan tanya jawab.

61
62

3.4 Mekanisme Kegiatan

Tahap Kegiatan Waktu Tempat Pelaksana

Persiapan 1. Timbang terima dilaksanakan setiap 10 menit Nurse PP


pergantian shift/operan Station PA
2. Prinsip timbang terima , semua pasien
baru masuk dan pasien yang dilakukan
timbang terima khususnya pasien
yang memiliki permasalahan yang
belum/dapat teratasi serta yang
membutuhkan observasi lebih lanjut
3. PA/PP menyampaikan timbang
terimapada PP (yang menerima
pendelegasian) berikutnya, hal yang
perlu disampaikan dalam timbang
terima
- Jumlah pasien;
- Identitas pasien dan diagnosa medis;
- Data (Keluhan/subjektif dan objektif);
- Masalah keperawatan yang masih
muncul;
- Intervensi keperawatan yang sudah dan
belum dilaksanakan (secara umum);
- Intervensi kolaboratif dan dependen;
- Rencana umum dan persiapan yang
perlu dilakukan (persiapan operasi,
pemeriksaan penunjang, dan program
lainnya)
Pelaksanaa Nurse station 15 menit Nurse Karu
n 1. Kedua kelompok dinas sudah siap Station PP
(sifht jaga) PA
2. Kelompok yang bertugas menyiapkan
buku catatan
3. Kepala ruangan membuka acara
timbang terima
4. Penyampaian yang jelas, singkat, dan
padat oleh perawat jaga (NIC).
5. Perawat jaga shift selanjutnya dapat
63

melakukan klarifikasi, tanya jawab,


dan melakukan validasi terhadap hal-
hal yang telahdi timbang terimakan,
dan berhak menanyakan hal-hal yang
kurang jelas.

Di bed pasien
6. Kepala ruangan menanyakan salam
dan PP menanyakan kebutuhan dasar
pasien
7. Perawat jaga selanjutnya mengkaji
secara penuh terhadap masalah
keperawatan, kebutuhan, dan tindakan
yang telah/belum dilaksanakan, serta
hal-hal penting lainnya selama masa
keperawatan.
8. Hal-hal yang sifatnya khusus dan
memerlukan perincian yang matang
RUANG/B
sebaiknya dicatat secara khusus untuk
ED
kemudian diserahterimakan kepada
PASIEN
petugas berikutnya.
Post 1. Diskusi 5 menit Nurse Karu
timbang station PP
2. Pelaporan untuk timbang terima
terima PA
dituliskan secara langsung pada
formattimbang terima yang
ditandatangani oleh PP yangjaga saat
itu dan PP yang jaga berikutnya dan
diketahui oleh kepala rungan.
3. Ditutup oleh kepala ruangan

3.5 Kriteria evaluasi


1) Struktur (Input)
Pada timbang terima, sarana dan prasarana yang menunjang telah tersedia
antara lain: catatan timbang terima, status pasien dan kelompok sif timbang
terima. Kepala ruangan/Nurse in charge (NIC) memimpin kegiatan timbang
terima yang dilaksanakan pada pergantian shift yaitu malam ke pagi, pagi ke sore.
64

Kegiatan timbang terima pada shift sore ke malam dipimpin oleh perawat primer
yang bertugas saat itu.
2) Proses
Proses timbang terima di pimpin oleh kepala ruangan dan dilaksanakan oleh
seluruh perawat yang bertugas maupun yang akan mengganti shift. Perawat
primer mengoperkan ke perawat primer berikutnya yang akan mengganti shift.
Timbang terima pertama dilakukan di nurse station kemudian ke ruang perawatan
pasien dan kembali lagi ke nurse station. Isi timbang terima mencakup jumlah
pasien, diagnosis keperawatan, intervensi yang belum/sudah dilakukan.
3) Hasil
Timbang terima dapat dilaksanakan setiap pergantian shift. Setiap perawat
dapat mengetahui perkembangan pasien. Komunikasi antar perawat berjalan
dengan baik.
66

BAB 4

PELAKSANAAN KEGIATAN

4.1 Pelaksanaan timbang


terima
Hari, tanggal : Rabu, 31 Mei 2017
Pukul : 12.00 WIB Selesai
Tempat : Ruang Tulip Lantai 2 RSUD Kabupaten Sidoarjo
Topik : Aplikasi peran, pelaksanaan timbang terima.
Koordinator : Yuvita Angelia Purba, S.Kep
4.2 Acara Dihadiri Oleh
Yang mengikuti role play timbang terima berjumlah 9 undangan dari jumlah
undangan yang diperkirakan 12 undangan
4.3 Proses kegiatan :
1) Waktu kegiatan
Role play dimulai pukul 12.00 WIB-Selesai Waktu kegiatan tepat waktu. Saat
kegiatan role play berlangsung selama 25 menit, dan dilanjutkan dengan
masukan dari pembimbing baik akademik maupun klinik.
2) Dari hasil observasi oleh observer klinik
PP Pagi : langsung membuka timbang terima sebelum KARU membuka.
PP Pagi : PP pagi saat validasi seharusnya tidak menanyakan keluhan
pasien dan memperkenalkan perawat jaga.
PP Sore : Pada saat timbang terima harus menggali informasi yang lebih
mendalam tentang kondisi pasien.
4.4 Evaluasi Kegiatan :
1) Evaluasi dari Pembimbing Klinik :
(1) Alur saat role play sudah mendekati dengan alur timbang terima yang sesuai
teori
(2) Seharusnya yang membuka timbang terima adalah KARU
(3) Saat validasi yang pp Sore yang menanyakan keluhan dan memperkenalkan
perawat yang bertanggung jawab
(4) Penulisan pemain peran tidak sesuai dengan proposal role play timbang
terima.
2) Evaluasi dari Pembimbing Akademik :
(1) Alur sudah bagus.
(2) Penulisan pemain peran tidak sesuai dengan proposal role play timbang
terima

65
66

(3) Penulisan proposal harus sesuai dengan logbook


4.4 Hambatan
Hambatan dari dalam diri yaitu masih ada perasaan gugup sedangkan
hambatan dari luar tidak ada hambatan
4.5 Dukungan
1) Pembimbing klinik memberikan bimbingan secara optimal.
2) Pembimbing akademik mendukung secara moral
3) Teman-teman juga memberikan dukungan dan masukan sehingga role play
dapat berjalan dengan lancar

66
BAB 5
PENUTUP

5.1 Simpulan
Pelaksanaan timbang terima oleh mahasiswa program studi Profesi Ners
STIKES Katolik st Vincentius a Paulo pada hari Rabu, 31 Mei 2017 Adapun
masukan yang diberikan meliputi: Alur saat role play sudah mendekati dengan
alur timbang terima yang sesuai teori, Seharusnya yang membuka timbang terima
adalah KARU, Saat validasi yang pp Sore yang menanyakan keluhan dan
memperkenalkan perawat yang bertanggung jawab, Penulisan pemain peran tidak
sesuai dengan proposal role play timbang terima. Dimana timbang terima
memiliki peran penting dalam memberikan manfaat bagi pasien, perawat, maupun
peningkatan mutu pelayanan keperawatan.
5.2 Saran
1) Timbang terima tetap dilakukan di ruangan oleh mahasiswa praktek. Karu
dan perawat primer dan selalu dilaksanakan setiap pergantian shift yang harus
selalu diikuti oleh semua anggota dinas pada waktu itu dan selalu di buka
oleh Karu dan melakukan validasi untuk meningkatkan mutu asuhan
keperawatan guna meningkatkan kualitas pelayanan.
2) Bagi mahasiswa diharapkan agar timbang terima tidak hanya berhenti di
praktek manajemen keperawatan saja, namun bisa diaplikasikan hingga
bekerja di rumah sakit manapun.

67
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam. 2015.Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik


Keperawatan Profesional Edisi 5.Salemba Medika: Jakarta

Currie, J. 2002. Improving The Efficiency of Patient Handover. Emergency


Nurse.Vol 10, No 3, June

Mossaman 2011. A quick guide to the Nursing Handover. Dari Web:


http://www.pronurse.co.uk/benefits/articles/1136-a-quick-guide-to-the-
nursing-handover.diambil18 Mei 2016 jam 10.00 WIB

68
Lampiran 1 69
FORMAT TIMBANG TERIMA
70
71

PRAKTIK PROFESI MANAJEMEN KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
STIKES KATOLIK ST. VINCENTIUS A PAULO SURABAYA
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN SIDOARJO

PETUNJUK TEKNIS PENGISIAN


TIMBANG TERIMA DENGAN FORMAT SBAR

1. Tempelkan stiker pasien sesuai dengan identitas pasien.


2. Isilah tanggal, Ruangan/ruangan, diagnosa medis serta dokter yang merawat
pasien.
3. Lingkari masalah keperawatan yang dipilih.
4. Isilah format SBAR sesuai dengan jam dinas perawat yang bertanggung
jawab setiap shift.
5. Pada kolom S (Situation) beri tanda (centang) sesuai klasifikasi pasien saat
dinas dan isilah keluhan utama pasien.
6. Pada kolom B (Background) isilah kondisi pasien yang mendukung seperti
pemakaian infus, dowel catether,oksigen, syringe pump, infusion pump,
keterangan hari rawat.
7. Pada kolom A (Assesment) isilah B1 sampai B6 dan beri tanda (centang)
sesuai dengan kondisi pasien yang ditemukan saat pengkajian serta isilah .......
(titik-titik) serta menyesuaikan dengan isi dan kondisi pasien.
8. Pada kolom Masalah keperawatan isilah nomor (sesuai dengan nomor
diagnosa yang ada di lembar awal) dan beri tanda (centang) sesuai dengan
evaluasi masalah keperawatan yang dialami pasien.
9. Isilah kolom masalah baru dengan nomor masalah keperawatan yang menjadi
tambahan diagnosa keperawatan.
10. Pada kolom R (Recommendation) beri tanda (centang) pada kotak observasi
keperawatan, serta isilah cairan infus yang digunakan pasien selama 24 jam
dan isilah obat oral atau obat injeksi tambahan dari dokter lengkap dengan
dosis dan rutenya.
11. Pada kolom lain-lain isilah pesanan khusus untuk dilakukan tindakan
keperawatan maupun tindakan kolaborasi lainnya.
12. Bubuhkan nama atau paraf pada keterangan PP masing masing shift dan PP
shift selanjutnya serta KARU (bila ada KARU).
73

Lampiran 2
INFORMEND CONSENT
74

Lampiran 3
DAFTAR HADIR
75

Lampiran 4

DOKUMENTASI ROLE PLAY TIMBANG TERIMA


76

LAPORAN ROLE PLAY DISCHARGE PLANNING PRAKTEK


MANAJEMEN DI RUANG TULIP 2 RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
SIDOARJO

OLEH:

1. DICKY HARI PRAKOSO, S.Kep NIM : 201604015


2. INDARTI DWI NINGSIH, S.Kep NIM : 201604032
3. IRENE MARDAMASI WELLO, S.Kep NIM : 201604033
4. MARIA MARGARETA, S.Kep NIM : 201604043
5. NI KADEK DEWI ARINI, S.Kep NIM : 201604049
6. NI PUTU ELIK ARMAYANTI, S.Kep NIM : 201604051
7. PAULA ADE HERWINATOJA , S.Kep NIM : 201604054
8. ROSARILIA SERAFIN DUA BAJO,S. Kep NIM : 201604060
9. RUT ELISABETH SITUMORANG, S.Kep NIM : 201604061
10. USWATUN CHASANAH, S.Kep NIM : 201604068
11. YOSSEVA PAULINA S.M, S.Kep NIM : 201604073
12. YUVITA ANGELIA PURBA, S.Kep NIM : 201604076

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KATOLIK
ST. VINCENTIUS A PAULO
SURABAYA
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Discharge planning merupakan komponen yang terkait dengan rentang ners,
rentang keperawatan sering pula disebut dengan keperawatan yang
berkelanjutan.Perencanaan pulang merupakan bagian penting dari program
keperawatan pasien yang dimulai segera setelah pasien masuk rumah sakit, hal ini
merupakan suatu proses yang mengambarkan usaha kerja sama antara tim
keseshatan, keluarga, pasien dan orang yang penting bagi pasien (Nursalam,2015:
L-84).
Discharge planning diharapkan bisa mengurangi angka kekambuhan atau
komplikasi dan meningkatkan pengetahuan pasien serta keluarga tentang
perawatan di rumah, sehingga pasien paham mengenai jadwal kontrol (waktu dan
tempat), kelanjutan perawatan (luka operasi, perawatan gips dll), diit/nutrisi yang
dikonsumsi, aktivitas dan istirahat, perawatan diri (mandi dan kebersihan).
Discharge Planning dalam praktik kepeawatan profesional belum dilaksanakan
secara efektif di Ruangan Tulip 2 RSUD Sidoarjo. Saat pengkajian tanggal 22 Mei
2017 sampai dengan tanggal 24 Mei 2017 di Ruangan Tulip RSUD Sidoarjo
didapatkan bahwa kegiatan Disharge Planning sudah dilakukan dari pasien masuk
sampai pasien pulang, namun pesanan pulang tidak dijelaskan langsung kepada
pasien hanya bersifat tulisan tantang waktu kontrol dan tempat, obat-obatan, dan
tanpa penjelasan tentang diit yang harus dilakukan di rumah tanpa menggunakan
media bantuan seperti brosur atau leaflet.
Discharge planningmerupakantindakan perencanaan pulang yang dilakukan
agar pasien dan keluarga dapat melanjutkan perawatan di rumah. Bila cara ini
tidak dilakukan atau diabaikan dapat menjadi satu faktor yang memperlama
proses penyembuhan di rumah.Dampak bila tidak diberikan discharge planning
akan mengakibatkan ketidakefektifan dalam melaksananakan program terapeutik

77
78

saat dirumah. Kesuksesan tindakandischarge planning menjamin pasien mampu


melakukan tindakan perawatan lanjutanyang aman dan realistis setelah
meninggalkan rumah sakit dan meminimalkan resiko kekambuhan.
Berdasarkan fenomena diatas maka pada pelaksanaan praktek manajemen
keperawatan ini, kami mahasiswa program studi Profesi Ners STIKES Katolik St.
Vincentius a Paulo Surabaya mencoba untuk menerapkan discharge planning
secara benar sesuai dengan teori yang dimulai dari awal pasien masuk ke ruang
rawat inap, menemukan masalah, menentukan intervensi selama perawatan baik
secara medis maupun keperawatan, sampai pada akhirnya pasien dinyatakan bisa
keluar rumah sakit.
1.2 Tujuan
1) Tujuan Umum
Setelah mahasiswa profesiNers melaksanakan praktek bermain peran
tentang Perencanaan pulang diharapkan mahasiswa profesi Ners memahami dan
mampu menerapkan discharge planning secara benar saat praktek manajemen.
2) Tujuan Khusus
Mahasiswa profesi Ners mampu :
(1) Mengkoordinasi Tim dalam kegiatan discharge planning
(2) Memerankan peran perawat yang sebenarnya
(3) Memprioritaskan masalah pasien yang utama
(4) Membuat perencanaan pasien selama perawatan dan memberikan pendidikan
kesehatan saat pulang
(5) Mendokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
1.3 Manfaat
1) Bagi mahasiswa
(1) Terjadi pertukaran informasi antara mahasiswa dengan pasien sebagai
penerima pelayanan
(2) Mengevaluasi pengaruh intervensi yang terencana pada penyembuhan
pasien
(3) Membantu kemandirian pasien dalam kesiapan melakukan perawatan di
rumah.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
Perencanaan pulang merupakan komponen yang terkait dengan rentang
ners. Rentang keperawatan sering pula disebut keperawatan berkelanjutan yang
artinya keperawatan yang dibutuhkan oleh pasien dimanapun pasien berada.
Kegagalan untuk memberikan dan mendokumentasikan perencanaan pulang akan
beresiko terhadap beratnya penyakit, ancaman hidup, dan disfungsi fisik
(Nursalam, 2015:L-89). Menurut Hurts (1990) yang dikutip dari Nursalam
(2011:336) perencanaan pulang merupakan proses yang dinamis agar tim
kesehatan mendapatkan kesempatan yang cukup untuk menyiapkan pasien
melakukan perawatan mandiri di rumah.
2.2 Tujuan discharge planning
Menurut Tim dan Siras (1986) yang dikutip dari Nursalam (2015:336),
perencanaan pulang bertujuan :
1) Menyiapkan pasien dan keluarga secara fisik, psikologis dan sosial
2) Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga.
3) Meningkatkan perawatan yang berkelanjutan pada pasien.
4) Membantu rujukan pasien pada sistem pelayanan kesehatan yang lain.
5) Membantu pasien dan keluarga memiliki pengetahuan dan keterampilan
serta sikap dalam memperbaiki serta mempertahankan status kesehatan
pasien.
6) Melaksanakan rentang perawatan antar-rumah sakit dan masyarakat.
2.3 Manfaat discharge planning
Menurut Nursalam, 2015: L-90
1) Bagi pasien
(1) Meningkatkan kemandirian pasien dalam melakukan keperawatan dirumah
(2) Meningkatkan keperawatan yang berkelanjutan pada pasien

79
80

(3) Membantu pasien memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam


memperbaiki, serta mempertahankan status kesehatan pasien.
2) Bagi Mahasiswa
(1) Terjadi pertukaran informasi antara mahasiswa dengan pasien sebagai
penerimaan pelayanan.
(2) Mengevaluasi pengaruh intervensi yang terencana pada penyembuhan pasien.
(3) Membantu kemandirian pasien dalam kesiapan melakukan keperawatan
pasien.
2.4 Peran perawat dalam
discharge planning
Dalam discharge planning, perawat lebih berperan sebagai educator dimana
perawat akan mengkaji dan menemukan masalah kesehatan pada pasien dan
menentukan tindakan keperawatan serta memberi pesanan pulang sebagai bantuan
kepada kemandirian pasien dalam melakukan perawatan di rumah.
2.5 Tugas Perawat
1) Tugas perawat primer
(1) Membuat rencana discharge planning
(2) Membuat leaflet
(3) Memberikan konseling
(4) Memberikan pendidikan kesehatan
(5) Menyediakan format discharge planning
(6) Mendokumentasikan discharge planning
2) Tugas perawat associate
Melaksanakan agenda discharge planning (pada saat perawatan dan saat
perawatan diakhiri).
2.6 Prinsip-Prinsip Discharge
Planning
Menurut Nursalam (2015:337), Prinsip-prinsip dari dischart planning yaitu:
1) Pasien merupakan fokus dalam perencanaan pulang. Nilai keinginan dan
kebutuhan dari pasien perlu dikaji dan dievaluasi
81

2) Kebutuhan pasien diidentifikasi, kebutuhan ini dikaitkan dengan masalah yang


mungkin timbul pada saat pasien pulang nanti, sehingga kemungkinan masalah
yang timbul di rumah dapat segera diantisipasi
3) Perencanaan pulang dilakukan secara kolaboratif, perencanaan pulang
merupakan pelayanan multidisiplin dan setiap tim harus saling bekerja sama.
4) Perencanaan pulang disesuaikan dengan sumber daya dan fasilitas yang ada.
Tindakan atau rencana yang akan dilakukan setelah pulang disesuaikan dengan
pengetahuan dari tenaga yang tersedia maupun fasilitas yang tersedia di
masyarakat.
5) Perencanaan pulang dilakukan pada setiap sistem pelayanan kesehatan. Setiap
klien masuk tatanan pelayanan, maka perencanaan pulang harus dilakukan.
2.7 Jenis-Jenis Discharge
Planning
Menurut Chesa (1982) yang dikutip oleh Nursalam (2015: L-85),
mengklasifikasi jenis pemulangan pasien sebagai berikut :

1) Conditioning discharge (pulang sementara atau cuti). Dilakukan apabila


kondisi pasien baik dan tidak terdapat komplikasi. Pasien untuk sementara
dirawat di rumah namun harus ada pengawasan dari pihak rumah sakit atau
puskesmas terdekat
(1) Absolute discharge (pulang mutlak atau selamanya). Cara ini merupakan
akhir dari hubungan Instruksi tentang penyakit yang diderita, pengobatan
yang harus dijalankan serta masalah-masalah atau komplikasi yang dapat
terjadi
(2) Informasi tertulis tentang perawatan yang harus dilakukan di rumah
(3) Pengaturan diit khusus dan bertahap yang harus dijalankan
(4) Jelaskan masalah yang mungkin timbul dan cara mengantisipasinya
(5) Pendidkan kesehatan yang ditujukan kepada keluarga maupun pasien sendiri
dapat digunakan metode ceramah, demonstrasi dan lain-lain
(6) Informasi tentang nomor telepon layanan perawatan, dokter dan pelayanan
keperawatan, serta kunjungan rumah apabila psien memerlukan.
82

2) Pasien dengan rumah sakit. Namun apabila pasien perlu dirawat kembali,
maka prosedur perawatan dapat dilakukan kembali Judicial discharge.
(pulang paksa). Kondisi ini pasien diperbolehkan pulang walaupun kondisi
kesehatan tidak memungkinkan untuk pulang, tetapi pasien harus dipantau
dengan melakukan kerja sama dengan perawat puskesmas terdekat.

2.8 Faktor-Faktor Yang Perlu


Dikaji Sebelum Pasien Pulang
Menurut Nursalam (2015:L-86), Faktor-faktor yang perlu dikaji sebelum
pasien pulang yaitu:
1) Instruksi tentang penyakit yang diderita, pengobatan yang harus dijalankan
serta masalah masalah atau komplikasi yang dapat terjadi.
2) Informasi tertulis tentang keperawatan yang harus dilakukan.
3) Pengaturan diet kusus dan bertahap yang harus dijalankan
4) Jelaskan masalah yang mungkin timbul dan cara mengantisipasi.
5) Pendidikan kesehatan yang ditunjukan kepada keluarga maupun pasien
sendiri dapat digunakan metode ceramah, demonstrasi dan lain lain
6) Informasi tentang nomer telpon layanan keperawatan, medis, dan kunjungan
rumah apabila pasien memerlukan.
Menurut Neylor (2003) yang dikutip dari Nursalam (2011:338), beberapa
tindakan yang dapat diberikan pada pasien sebelum diperbolehkan pulang antara
lain:

1) Pendidikan kesehatan
Pendidikan kesehatan diharapkan bisa mengurangi angka kekambuhan
atau komplikasi dan meningkatkan pengetahuan pasien serta keluarga tentang
perawatan di rumah, meliputi :

(1) Kontrol (waktu dan tempat)


(2) Lanjutan perawatan (luka operasi, perawatan gips dll)
(3) Diit/nutrisi yang dikonsumsi
(4) Aktivitas dan istirahat
(5) Perawatan diri (mandi dan kebersihan)
83

2) Program pulang bertahap


Program pulang bertahap bertujuan melatih pasien untuk kembali ke
lingkungan keluarga dan masyarakat antara lain apa yang harus dilakukan
pasien di rumah sakit dan apa yang harus dilakukan oleh keluarga.

3) Rujukan.
Integritas pelayanan kesehatan harus mempunyai hubungan langsung
antara perawat komunitas atau praktik mandiri perawat dengan rumah sakit
sehingga dapat mengetahui perkembangan pasien di rumah.

2.9 Alur Discharge Planning

Penyelesaian Program HE :
administrasi 1. Kontrol dan obat/perawatan
2. Gizi
3. Aktivitas dan istirahat
4. Perawatan diri

Monitor sebagai program service


safety oleh keluarga dan petugas
84

Keterangan:

: Garis Komando

: Garis Koordinasi

Gambar 2.1 Alur Discharge Planning (Nursalam, 2015:L-87


BAB 3
RENCANA KEGIATAN

3.1 Rencana Pelaksanaan


Hari/ tanggal : Senin, 5 Juni 2017
Jam : 10.00 s/d selesai WIB
Tempat : Ruangan Tulip Lantai 2 RSUD Kabupaten
Sidoarjo
Topik : Discharge planning pada pasien dengan diagnose
Hematemesis
3.2 Pengorganisasian
1) Koordinator : Yosseva Paulina Sapta Mardika, S.Kep
2) Kepala ruangan : Ni Putu Elik Armayanti, S.Kep
3) Perawat : Rosarilia Serafin, S.Kep
4) Perawat Assciate : Paula Ade Herwina Toja, S.Kep
5) Pasien : Tn. A
6) Observer : Uswatun, S.Kep
3.3 Rencana pelaksanaan dan metode
1) Pelaksanaan roleplay dibimbing oleh pembimbing akademik dan klinik.
2) Pelaksaan roleplay diawasi oleh pembimbing akademik dan klinik.
3) Pelaksanaan roleplay dihadiri oleh pembimbing akademik dan klinik serta
mahasiswa profesi manajemen di RSUD Kabupaten Sidoarjo.
4) Metode : Role Play, Diskusi, Evaluasi
5) Media : Status, Sarana dan prasarana perawatan, Leaflet, Format discharge
planning, Petunjuk pengisian

84
85

3.4 Mekanisme Kegiatan


Tahap Kegiatan Waktu Tempat Pelaksana

Persiapan 1. PP sudah siap dengan status 5 menit Nurse PP


pasien dan kartu discharge station
planning
2. PP menyebutkan masalah
PP
pasien
3. PP menyebutkan hal-hal yang PP
perlu diajarkan pada pasien
dan keluarga
4. Kepala ruangan memeriksa
kelengkapan administrasi serta Karu
pendokumentasian
Pelaksanaan 1. PP dibantu PA menyampaikan 20 menit Bed PP dan PA
pendidikan kesehatan, pasien
melakukan demonstrasi dan
redemonstrasi :
- Diit
- Aktivitas dan istirahat
- Minum obat teratur
- Kontrol (waktu dan
tempat)
2. PP menanyakan kembali
tentang materi yang telah
PP
disampaikan dan memberikan
reinforcment pada keluarga PA
3. PA membagikan leaflet
4. PP melakukan feedback kepada PP
pasien dan keluarga
5. PP dan keluarga PP
menandatangani
formatdischarge planning
6. Ka-ru mengucapkan terima Karu
kasih kepada keluarga dan
pasien yang telah memilih
pelayanan kesehatan di rumah
sakit ini, serta menyampaikan
permohonan maaf apabila
selama dalam pelayanan ada
hal-hal yang kurang berkenan.
Penutup Karu memberikan reward kepada 5 menit Nurse Karu
PP dan PA station

3.5 Kriteria Evaluasi


1) Evaluasi Struktur
(1) Persiapan dilakukan pada saat pasien masuk ruang perawatan
tulipKoordinasi dengan pembimbing klinik dan akademik
(2) Penyusunan proposal
(3) Menetapkan kasus
86

2) Evaluasi Proses
(1) Kelancaran kegiatan
(2) Peran serta perawat yang bertugas
3) Evaluasi Hasil
(1) Informasi yang disampaikan dapat diterima oleh klien dan keluarga
(2) Pasien terkesan sangat kooperatif dalam proses discharge palanning dinilai
melalui proses tanya jawab.
(3) Bagi pasien yang akan pulang merupakan suatu hal yang berharga untuk
perawatan di rumah terlebih untuk pencegahan terjadi kekambuhan.
93

87

BAB 4
PELAKSANAAN KEGIATAN

4.1 Pelaksanaan
Hari/tanggal : Senin, 05 Juni 2017
Jam : 12.30-13.30 WIB
Tempat : Ruang Tulip lantai 2 RSUD Kabupaten Sidoarjo
Topik : Discharge planning pada pasien dengan diagnosa
medis Hematemesis
Koordinator : Yosseva Paulina Sapta Mardika, S.Kep
4.2 Proses Kegiatan
1) Kegiatan role play dihadiri oleh:
(1)Clinical Instructur dari ruang Tulip 2 sebanyak 1 orang
(2)Pembimbing akademik sebanyak 1 orang
2) Metode
3) Media yang digunakan :
Format Discharge Planning , Leaflet
(1)Jumlah undangan
Undangan berjumlah 4 orang undangan: 1 untuk perwakilan diklat, 1 Karu
Ruang Tulip, 1 CI ruangan dan 1 CI akademik. Yang mengikuti role play
penerimaan pasien baru berjumlah 2 orang undangan: dari CI ruangan dan CI
akademik.
4.3 Kriteria Evaluasi
1) Evaluasi Struktur
Pelaksanaan discharge planning telah disiapkan kurang lebih selama 3 hari
sebelumnya. Dalam discharge planning yang disiapkan adalah lembar
persiapan pesanan pasien pulang, lembar pengkajian dan rekam medik serta
naskah untuk laitihan role play. Dalam pembuatan naskah role play setiap
peserta memiliki perannya sendiri yakni sebagai kepala ruangan, perawat

87
88

primer dan perawat assosiate. Waktu kegiatan tepat waktu sesuai dengan alur
dari skenario yang telah disiapkan.
2) Evaluasi Proses

No Waktu Kegiatan
1 12.30-13.00 wib Pelaksanaan Discharge Planning
2 13.00-13.30 wib Masukan dan klarifikasi dari
Pembimbing ruangan dan pembimbing akademik:
1) Karu sudah menjalankan peran sesuai alur namun belum
melihat bahwa KARU menyampaikan ucapan terima kasih
pada keluarga pasien dan pasien saat pasien pulang
2) Alur saat role play sudah mendekati dengan alur discharge
planning yang sesuai teori.
3) Semua perawat yang bertugas ikut berperan dalam discharge
planning
4) Tidak dilakukan feedback untuk melihat kemampuan keluarga
melakukan cuci tangan yang benar
5) KARU : Peran karu sudah berjalan sesuai dengan alur yakni
mulai dari menanyakan perencanaan discharge planning,
mengecek kelengkapan status pasien saat pulang, bersama PP
dan PA mengantarkan pasien pulang serta memberikan ucapan
terima kasih dan permohonan maaf.
6) PP : Peran sudah sesuai alur namun kurang menjelaskan
tentang efek samping dari obat saat pasien akan pulang.
7) PA: Peran sudah sesuai alur namun penjelasan mengenai diet
dan obat yang harus diminum masih belum tepat sesuai dengan
standar prosedur operasional. PA belum memberikan reward
dan follow up pada orangtua pasien.
3) Evaluasi Hasil
()1 Acara dimulai pukul 12.30 WIB
()2 Kegiatan dihadiri oleh pembimbing ruangan Tulip 2 sebanyak 1 orang,
pembimbing akademik sebanyak 1 orang.
()3 Informasi yang disampaikan dapat diterima oleh klien dan keluarga yakni
tentang tanda dan gejala penyakit, diet dan pengobatan yang harus dijalankan.
()4Mahasiswa berperan sesuai Job Description masing-masing
89

4.4 Hambatan
Perasaan peserta yang gugup sehingga menyebabkan suara saat
berkomunikasi tidak terdengar, tidak adanya feedback untuk pasien dan keluarga,
penjelasan untuk pasien dan keluarga tidak sesuai dengan kompetensi
keperawatan karena perawat menjelaskan mengenai tentang penyakit pasien yang
seharusnya lebih dijelaskan oleh dokter.
4.5 Dukungan
1) Pembimbing klinik sangat mendukung dalam penyelesaian proposal
discharge planning dan membantu dalam persiapan hingga pelaksanaan role
play
2) Pembimbing akademik sangat mendukung dalam penyelesaian proposal
discharge planning

89
90

BAB 5

PENUTUP

5.1 Simpulan
Menurut Swenberg (2000) yang dikutip Nursalam (2015:337), Perencanaan
pulang merupakan suatu proses yang dinamis dan sistimatis dari penilaian,
persiapan serta koordinasi yang dilakukan untuk memberikan kemudahan
pengawasan pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial sebelum dan sesudah
pulang. Perencanaan pulang merupakan proses yang dinamis agar tim kesehatan
mendapatkan kesempatan yang cukup untuk menyiapkan pasien melakukan
perawatan mandiri dirumah. Perencanaan pulang didapatkan dari proses interaksi
dimana perawat profesional, pasien dan keluarga berkolaborasi untuk memberikan
dan mengatur kontinuitas keperawatan yang diperlukan oleh pasien di mana
perencanaan harus berpusat pada masalah pasien, yaitu pencegahan, terapeutik,
rehabilitatif, serta perawatan rutin yang sebenarnya.

Pelaksanaan role play discharge planning pada hari Senin, 05 Juni 2017
pada klien An. A berjalan dengan baik mulai dari mengkaji kebutuhan rencana
pemulangan, mengidentifikasi masalah pasien, memprioritaskan masalah pasien
yang utama, menyampaikan kepada pasien dan keluarga tentang kebutuhan pasien
di rumah, membuat perencanaan pasien pulang dan memberikan pendidikan
kesehatan berupa pemberian leaflet, mendokumentasikan hasil pelaksanaan
discharge planning. Pelaksanaan dapat berjalan dengan lancar sesuai perencanaan
dan semua personal dapat melaksanakan kegiatan sesuai dengan peran masing-
masing.
5.2 Saran
Pelaksanaan Role Play discharge planning sebaiknya diimplementasikan
secara benar sesuai dengan teori pada setiap pasien yang masuk rumah sakit,
sehingga nilai dari discharge planning lebih bermakna yakni sebagai upaya untuk
mempersiapkan kebutuhan pasien dari awal masuk hingga nanti saat pasien di
rumah.

90
91

DAFTAR PUSTAKA

Nursalam. 2009. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik


Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Medika

Nursalam.2011. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik


Keperawatan Profesional Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika

Nursalam.2016. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik


Keperawatan Profesional Edisi 5. Jakarta:Salemba Medika

Lampiran 1

91
92
Lampiran 1
93
94

Lampiran 2

Informend Consent
Lampiran 2

95

Lampiran 3
FORMAT DISCHARGE PLANNING
96

PRAKTIK PROFESI MANAJEMEN KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
STIKES KATOLIKST. VINCENTIUS A PAULO SURABAYA
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN SIDOARJO

TEKNIS PENGISIAN RM 3f
(LEMBAR PETUNJUK DAN PESANAN PASIEN PULANG)

1. Mengisi kolom nama, umur, jenis kelamin, no RM, no Registrasi, Ruangan,


kamar pada kolom yang telah disediakan.
2. Mengisi tanggal masuk, tanggal keluar rumah sakit, waktu kontrol dokter
meliputi: nama dokter, alamat, tanggal dan jam kontrol pada kolom yang
telah disediakan
3. Mengisi keadaan umum pasien saat pulang, obat-obat pasien yang masih
diminum (dosis, efek samping, sisa obat), obat-obat yang tidak diminum dan
jumlah, aturan diet, aktifitas dan istirahat pada kolom yang telah disediakan
4. Memberi tanda centang () pemeriksaan yang pernah dilakukan baik itu
pemeriksaan dari dalam maupun dari luar serta menghitung banyaknya
jumlah form pemeriksaan baik laboratorium maupun radiologi lalu dituliskan
pada tempat yang telah disediakan.
5. Memberi tanda centang () pada jenis keadaan pasien saat dipulangkan dari
RSUD Kabupaten Sidoarjo
6. Mengisi hal-hal lain yang perlu dioerhatikan pasien saat pulang pada kolam
lain-lain
7. Mengis tanggal, bulan dan tahun pasien pulang
8. Mengisi nama, klien dan keluarga serta nama perawat yang memberikan
pesanan pulang pada tempat yang telah disediakan
9. Tanda tangan klien/kelurga dan perawat yang memberikan pesanana pulang
pada tempat tanda tangan
97

Lampiran 4
DAFTAR HADIR
98

Lampiran 5

DOKUMENTASI ROLE PLAY DISCHARGE PLANNING


99

LAPORAN ROLE PLAY SUPERVISI PRAKTEK MANAJEMEN


DI RUANG TULIP 2 RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN
SIDOARJO

OLEH:
1. DICKY HARI PRAKOSO, S.Kep NIM : 201604015
2. INDARTI DWI NINGSIH, S.Kep NIM : 201604032
3. IRENE MARDAMASI WELLO, S.Kep NIM : 201604033
4. MARIA MARGARETA, S.Kep NIM : 201604043
5. NI KADEK DEWI ARINI, S.Kep NIM : 201604049
6. NI PUTU ELIK ARMAYANTI, S.Kep NIM : 201604051
7. PAULA ADE HERWINATOJA , S.Kep NIM : 201604054
8. ROSARILIA SERAFIN DUA BAJO,S. Kep NIM : 201604060
9. RUT ELISABETH SITUMORANG, S.Kep NIM : 201604061
10. USWATUN CHASANAH, S.Kep NIM : 201604068
11. YOSSEVA PAULINA S.M, S.Kep NIM : 201604073
12. YUVITA ANGELIA PURBA, S.Kep NIM : 201604076

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KATOLIK
ST. VINCENTIUS A PAULO
SURABAYA
2017
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Supervisi merupakan upaya untuk membantu pembinaan dan peningkatan
kemempuan pihak yang disupervisi agar mereka dapat melaksanakan tugas,
kegiatan yang telah ditetapkan secara efisien dan efektif .supervisi keperawatan
adalah kegiatan pengawasan dan pembinaan yang dilakukan secara
berkesinambungan oleh supervisor mencakup masalah pelayanan keperawatan,
masalah ketenagaan dan peralatan agar pasien mendapatkan pelayanana yang
bermutu setiap saat (Nursalam, 2015: L-60).
Berdasarkan hasil pengkajian yang kami lakukan pada tanggal 23 Mei 2017
samapai dengan tanggal 25 Mei 2017, kegiatan supervisi diruangan Tulip RSUD
Sidoarjo. Kegiatan supervise keperawatan telah dilakukan oleh kepala ruangan
dengan cara melihat kinerja perawat dalam melakukan tindakan setiap harinnya
kepada pasien. Pelaksanaan supervise yang dilakukan di ruangngan rawat inap di
kelas 1 Tulip bagian timur belum menerapkan tindakan supervise secara teoritis
yang meliputi Pra, pelaksanaan dan Post. Pelaksanaan supervise yang telah
dilakukan selama pengkajian salah satunya adalah pemasangan infus dan kepala
ruangan langsung memberikan masukan kepada perawat yang bersangkutan
secara liisan jika ada kekurangan dan kesalahan dalam tindakan yang dilakukan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan didapatkan data bahwa
supervise dilakukan 1 bulan sekali namun jika ditemukan adanya masalah yang
harus disupervisi makan karu akan melakukan tidakan supervisi.
Menurut Sudjana D, (2004) yang dikutip dari Nursalam, (2009: 226), Supervisi
keperawatan merupakan upaya untuk membantu pembinaan dan peningkatan
kemampuan pihak yang disuvervisi agar mereka dapat melaksanakan tugas
kegiatan yang telah ditetapkan secara efisien dan efektif. Supervisi merupakan
salah satu bagian yang penting dalam manajemen keperawatan. Pengelolahan
asuhan keperawatan membuhkan kemampuan manajer keperawatan dalam
meakukan supervisi. Kepala ruangan merupakan manejer dan penanggung jawab

100
101

ruangan yang harus mampu menjadi supervisi yang baik terhadap perawat
pelaksanan, sehingga dapat meningkatkan kualitas asuhan keperawatan yang
diberikan kepada pasien dan meningkatkan kinerja perawat pelaksana khususnya
diruangan rawat inab kelas 1 Tulip RSUD Sidoarjo.
Tindakan keperawatan merupakan bentuk yang nyata kegiatan yang
dilakukan perawat terhadap pasien sehingga dalam pelaksanaanya perlu benar-
benar diperhatikan ketepatan dan kesesuaiannya. Bila ada kesalahan yang terjadi
dalam pelaksanaan tindakan keperawatan yang berakibat fatal baik bagi pasien
maupun perawat oleh karena itu supervisi dilakukan untuk meningkatkan kualitas
dan mutu pelayanan keperawatann yang menjadi fokus dan tujuan utama dalam
menciptakan kepuasan diantara perawat dan pasien yang terlibat dalam supervisi.
1.2 Tujuan
1) Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan supervise dan delegasi secara benar
2) Tujuan Khusus
(1) Mahasiswa dapat bermain peran melakukan supervise dan delegasi
(2) Mahasiswa dapat mengkoordinasi tim dalam melakukan supervise
(3) Mahasiswa mampu mengaplikasikan supervisi
1.3 Manfaat
(1) Meningkatkan tanggung jawab mahasiswa dalam melaksanakan tugas
(2) Memperbaiki kinerja mahasiswa dan motivasi dalam melaksanakan tugasnya
(3) Mendapatkan pendelegasian dengan tepat
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Supervisi


2.1.1 Pengertian Supervisi
Supervisi merupakan upaya untuk membantu pembinaan dan peningkatan
kemempuan pihak yang disupervisi agar mereka dapat melaksanakan tugas,
kegiatan yang telah ditetapkan secara efisien dan efektif .supervisi
keperawatan adalah kegiatan pengawasan dan pembinaan yang dilakukan
secara berkesinambungan oleh supervisor mencakup masalah pelayanan
keperawatan, masalah ketenagaan dan peralatan agar pasien mendapatkan
pelayanana yang bermutu setiap saat (Nursalam, 2015: L-60)
Menurut Sudjana D, (2004) yang dikutip dari Nursalam, (2009: 226),
Supervisi keperawatan merupakan upaya untuk membantu pembinaan dan
peningkatan kemampuan pihak yang disuvervisi agar mereka dapat
melaksanakan tugas kegiatan yang telah ditetapkan secara efisien dan efektif.
2.1.2 Tujuan
Tujuan supervisi adalah memberikan bantuan kepada bawahan secara
langsung, sehingga bawahan memiliki bekal yang cukup untuk melaksanakan
tugas atau pekerjaan dengan hasil yang baik. Menurut WHO (1999) yang
dikutip oleh Nursalam (2011:L80) tujuan dari pengawasan yaitu :
1) Menjamin bahwa pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan dengan tempo yang diberikan dengan sumber daya yang tersedia
2) Memungkinkan pengawas menyadari kekurangan-kekurangan para petugas
kesehatan dalam hal kemampuan, pengetahuan, dan pemahaman serta
mengatur pelatihan yang sesuai
3) Memungkinkan para pengawas mengenali dan memberikan penghargaan atas
pekerjaan yang baik dan mengenali staf yang layak diberikan kenaikkan
jabatan dan pelatihan lebih lanjut
4) Memungkinkan manajemem bahwa sumber yang disediakan telah cukup dan
dipergunakan dengan baik.

102
103

5) Memungkinkan manajemen menentukan penyebab kekurangan pada kinerja


tersebut
2.1.3 Manfaat Supervisi
1) Meningkatkan efektivitas kerja
Peningkatak efektivitas keja ini erat hubungannya dan makin meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan bawahan, serta makin terbinanya hubungan
suasana kerja yang lebih harmonis antara atasan dan bawahan
(Nursalam,2015: L65).
2) Meningkatkan efisiensi kerja
Menurut Azwar. A(1996) yang dikutip oleh Nursalam (2011:
L83)Peningkatan efisiensi kerja ini erat hubungannya dengan makin berkurangnya
kesalahan uang dialkukan bawahan, dan karena itu pemakaian sumber daya
(tenaga, dana dan sarana) yang sia-sia dapat dicegah(Nursalam,2015: L65).
3) Prinsip Supervisi
Menurut Nursalam (2015:L67), prinsip Supervisi ialah :
(1) Supervisi dilakukan sesuai dengan struktur organisasi.
(2) Supervisi memerlukan pengetahuan dasar manajemen, keterampilan
hubungan antar manusia dan kemampuan menerapkan prinsip manajemen
dan kepemimpinan.
(3) Fungsi supervisi diuraikan dengan jelas, terorganisasi dan dinyatakan melalui
petunjuk, peraturan, uraian tugas dan standar.
(4) Supervisi merupakan proses kerja sama yang demokratis atara supervisor dan
perawat pelaksana.
(5) Supervisi merupakan visi, misi, falsafat, tujuan dan rencana yang spesifik.
(6) Supervisi menciptakan lingkungan yang kondusif, komunikasi efektif,
krestivitas dan motivasi.
(7) Supervisi mempunyai tujuan yang berhasil dan berdaya guna dalam
pelayanan keperawatan yang member kepuasan klien, perawat dan manajer.
2.1.4 Unsur Pokok supervisi
1) Pelaksana Supervisi
Menurut Nursalam (2011:L68) pelaksana supervise ialah :
104

(1) Kepala Ruangan:


a) Bertanggung jawab dalam supervisi pelayanan keperawatan pada klien di
ruang perawatan.
b) Merupakan ujung tombak penentu tercapai atau tidaknya tujuan pelayanan
kesehatan di rumah sakit.
c) Mengawasi perawat pelaksana dalam melaksanakan praktik keperawatan di
ruang perawatan sesuai dengan tujuan yang didelegasikan.
(2) Pengawas Keperawatan
Bertanggung jawab dalam melakukan supervisi pelayanan kepada kepala
ruangan yang ada di instalasinya.
(3) Kepala seksi keperawatan
Mengawasi instalasi dalam melaksanakan tugas secara langsung dan seluruh
perawat secara tidak langsung.
Menurut Ali Zainidin dalam bukunya Dasar-dasar kepemimpinan dalam
keperawatan dikutip dari Nursalam, 2015, membagi tingkatan atas kelas manajer
dalam melaksanakan supervisi (Nursalam,2015:L60)
1) Manajer puncak (top Manajer).
Manajer puncak bertanggung jawab atas seluruh kegiatan dari hasil kegiatan
serta proses manajemen organisasi. Tugas utamanya menetrapkan
kebijaksanaan (policy), memberi petunjuk untuk pengarahan umum
berkaitan dengan tujuan. Misalnya: kakanwil depkes propinsi, Kadinkes
daerah, Direktur rumah sakit, dan sebagainya.
2) Manajer menengah (Middle manajer)
Manajer menengah ini memimpin sebagian manajer tingkat pertama.
Tugasnya menjabarkan kebijaksanaan top manajer kedalam program-
program. Misalnya kepala bagian tata usaha, kepala bidang, kasubdin
provinsi, kasubag dati II.
3) Manajer Tingkat Pertama (first line manajer, first level manajer, supervisor
manajer).
105

4) Manajer tingkat bawah yang bertugas memimpin langsung para pelaksana


atau pekerja. Melaksanakan supervisi sebagai mandor atau supervisor,
misalnya kepala seksi atau kepala urusan.
Menurut Azwar, A (1996) yang dikutip oleh Nursalam (2015:L60-L61),
untuk dapat melaksanakan supervisi dengan baik, diperlukan bebertapa syarat atau
karakteristik yang harus dimiliki oleh pelaksanan supervisi atau supervisor adalah
sebagai berikut:
1) Sebaiknya pelaksana supervisi adalah atasan langsung dari yang disupervisi,
atau apabila tidak mungkin dapat ditunjuk staf khusus dengan batas-bartas
wewenang dan tanggung jawab yang jelas.
2) Pelaksanan supervisi harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang
cukup untuk jenis pekerjaan yang disupervisi
3) Pelaksanan supervisi harus memiliki keterampilan melakukan supervisi,
artinya memahami prinsip-prinsip pokok serta teknik supervisi
4) Pelaksanan supervisi harus mempunyai sifat edukatif, sportif, dan bukan
otoriter
5) Pelaksana supervisi harus mempunyai waktu yang cukup, tidak tergesa-gesa,
melainkan secara sabar berupaya meningkatkan pengetahuan, keterampilan,
dan sikap bawahan yang disupervisi.
Menurut WHO (1999) dalam buku manajeman pelayanan kesehatan dikutip
oleh Nursalam (2015), primer, proses pengawasan pegawai yang baik harus:
1) Tepat waktu, artinya untuk mempertahankan standar kerja, tindakan
pengawasan harus dilakukan pada saat yang tepat
2) Sederhana, artinya tindakan pengawaasan harus sederhana, bila tidak akan
memerlukan waktu yang lama, untuk menerapkan dan menghasilkan efek
yang diinginkan
3) Minimal, artinya pengawasan disediakan sedikit mungkin, yakni sedikit yang
diperlukan untuk menjamin pekerjaan akan diselesaikan dan standar
dipertahankan
106

4) Luwes, artinya pengawasan yang selalu kaku dapat menjadi seperti senjata
makan tuan, para pekerja akan mencoba menghindarinya
(Nursalam,2015:L61).
2.1.5 Sasaran
Menurut Nursalam (2015) Sasaran atau obyek dari supervisi adalah
pekerjaan yang dilakukan oleh bawahan yang melakukan pekerjaan. Sasaran yang
dilakukan oleh bawahan disebut sebagai sasaran langsung
2.1.6 Frekuensi
Supervisi harus dilakukan dengan frekuensi yang berbeda. Supervisi yang
dilakukan hanya sekali, bukan supervisi yang baik. Tidak ada pedoman yang pasti
seberapa sering supervisi dilakukan. Pegangan umum yang digunakan tergantung
drai derajad kesulitan pekerjaan yang dilakukan serta sifat penyesuaian yang akan
dilakukan.
Menurut Nursalam (2002) melakukan supervisi yang tepat harus bisa
menentukan kapan dan apa yang perlu dilakukan supervisi dan bantuan.
Sepanjang control/ supervisi penting tergantung bagaimana staf melihatnya.
Over control
Kontrol yang berlebihan akan merusak delegasi yang diberikan, staf tidak
akan dapat memikul tanggung jawabnya.
(1) Undercontrol
Kontrol yang kurang juga dapat berdampak buruk terhadap delegasi, dimana
staf akan tidak produktif melaksanakan tugas dan berdampak secara
signifikan terhadap hasil yang diharapkan. Hal ini akan berdampak pada
terhadap pemborosan waktu dan anggaran yang sebenarnya dapat
dihindarkan. Berikan kesempatan waktu yang cukup kepada staf untuk
berpikir dan melaksanakan tugas tersebut (Nursalam,2015:L61).
107

2.1.7 Alur Supervisi

Kepala bidang perawatan

Pre supervisi Kepala per IRNA

Kepala per IRNA

Menetapkan kegiatan dan tujuan Kepala Ruangan


serta instrumen / alat ukur
Supervisi

Menilai kinerja PerawatResponsibility- PP 1 PP 2


Acountability-Authorithy (R-A-A)

Pelaksanaan

PA 1 PA 2
Pembinaan (3 F)
Penyampaian penilaian (Fair)
Pasca Umpan balik (Feed Back)
Tindak lanjut (Follow Up),
pemecahan masalah, dan
reward
Kinerja perawat dan Kualitas
Pelayanan
Keterangan:
Ssupervisi
Delegasi

Bagan 2.1 Alur Supervisi Keperawatan (Nursalam, 2009)


108

2.1.8 Langkah Supervisi


Menurut Nursalam (2015:L68-L69) langkah supervisi ialah :
1) Pra-supervisi
2) Supervisor menetapkan kegiatan yang akan disupervisi
3) Supervisor menetapkan tujuan
4) Pelaksanaan supervise
5) Supervisor menilai kinerja perawat berdasarkan alat ukur atau instrument
yang telah disiapkan.
6) Supervisor mendapat beberapa hal yang memerlukan pembinaan.
7) Supervisor memanggil PP dan PA untuk mengadakan pembinaan dan
klarifikasi permasalahan.
8) Pelaksanaan supervisi dengan inspeksi, wawancara dan memvasilitasi data
sekunder:
(1) Supervisor mengklarifikasi permasalahan yang ada.
(2) Supervisor melakukan Tanya jawab dengan perawat.
a) Pasca supervisi-3F
b) Supervisor memberikan penilaian supervisi (F-Fair).
c) Supervisor memberikan Feedback dan klarifikasi.
d) Supervisor memberikan reinforcement dan follow up perbaikan.
2.1.9 Peran Supervisor dan Fungsi Supervisi Keperawatan
Peran dan fungsi supervisor dalam supervisi adalah mempertahankan
keseimbangan pelayanan keperawatan dan manajemen sumber daya yang tersedia
(Nursalam, 2015:L69).
1) Manajemen pelayanan keperawatan (Nursalam, 2015:L69)
Tanggung jawab supervisor adalah:
(1) Menetapkan dan mempertahankan standar praktik keperawatan.
(2) Menilai kualitas asuhan keperawatan dan pelayanan yang diberikan.
(3) Mengembangkan peraturan dan posedur yang mengatur pelayanan
keperawatan, kerjasama dengan tenaga kesehatan lain yang terkait.
109

2) Manajemen anggaran
Menurut Nursalam (2015:L69), Manajemen keperawatan berperan aktif
dalam membantu perencanaan dan pengembangan. Supervisor berperan dalam:
(1) Membantu menilai rencana keseluruhan dikaitkan dengan dana tahunan yang
tersedia, mengembangkan tujuan unit yang dapat dicapai sesuai tujuan RS.
(2) Membantu mendapatkan informasi statistic untuk merencanakan anggaran
keperawatan.
(3) Memberi justifikasi projeksi anggaran unit yang dikelola.
2.1.10 Teknik supervisi meliputi
1) Proses supervisi keperawatan terdiri atas 3 elemen kelompok yaitu
(Nursalam, 2015: L69-L70),:
(1) Mengacu pada standart asuhan keperawatan
(2) Fakta pelaksanaan praktik keperawatan sebagai pembanding untuk
menetapkan pencapaian
(3) Tindak lanjut dalam upaya memperbaiki dan mempertahankan kualitas
asuhan
2) Area supervisi
(1) Pengetahuan dan pengertian tentang asuhan keperawatan kepada klien
(2) Keterampilan yang dilakukan disesuaikan dengan standart
(3) Sikap penghargaan terhadap pekerjaan misalnya kejujuran dan empati

Secara aplikasi area supervisi keperawatan meliputi:


1) Kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien
2) Pendokumentasian asuhan keperawatan
3) Pendidikan kesehatan melalui perencanaan pulang
4) Pengelolaan logistik dan obat
5) Penerapan metode ronde keperawatan dalam menyelesaikan masalah
keperawatan klien
6) Pelaksanaan timbang terima

3) Cara supervise
Menurut Nursalam (2015:L70), Supervisi dapat dilakukan melalui 2 cara yaitu:
a) Langsung
110

Supervisi dilakukan secara langsung pada kegiatan yang sedang


berlangsung dimana supervisor dapat terlibat dalam kegiatan umpan balik dan
perbaikan.
Proses supervisi meliputi:
a) Perawat pelaksana melakukan secara mandiri suatu tindakan keperawatan
didampingi oleh supervisor
b) Selama proses, supervisor dapat memberi dukungan reinforcement dan
petunjuk.
c) Setelah selesai supervisor dan perawat pelaksana melakukan diskusi yang
bertujuan untuk menguatkan yang telah sesuai dan memperbaiki yang masih
kurang. Reinforcement pada aspek yang positif sangat penting dilakukan oleh
supervisor
b) Supervisi tidak langsung
Supervisi dilakukan melalui laporan baik tertulin maupun lisan. Supervisor
tidak melihat langsung apa yang terjadi di lapangan sehingga mungkin terjadi
kesenjangan fakta. Umpan balik dapat diberikan secara tertulis.
2.2 Delegasi/pendelegasian
2.2.1 Pengertian Pendelegasian
Pendelegasian adalah penyelesaian suatu pekerjaan melalui orang lain untuk
menyelasikan tujuan organisasi (Nursalam, 2015:L71).
Unsur-unsur dalam proses delegasi meliputi:
1) Tanggung jawab (Responsibility) adalah pekerjaan-pekerjaan yang harus
diselesaikan oleh seorang pada jabatan tertentu.
2) Kekuasaan (Authority) adalah hak atau wewenang untuk memutuskan segala
sesuatu yang berhubungan dengan fungsinyaPertanggungjawaban
3) (Accoutability) adalah memberikan pertanggung jawaban dengan
memberikan laporan bagaimana seseorang melaksanakan tugasnya dan
bagaimana memakai wewenang yang diberikannya kepadanya.
Dari uraian ketiga unsur diatas, jelas bahwa kekuasaaan dan tugas dapat
didelegasikan, sedangkan pertanggung jawaban tidak dapat didelegasikan. Ini
berarti bahwa seseorang pemimpun yang mendelegasikan tugas dan kekuasaannya
kepada bawahannya tidak berarti mendelegasikan pertanggungjawabannya,
111

melainkan ia tetap bertanggung jawab akan pelaksanaan tugas yang didelegasikan


kepada bawahannya (Nursalam, 2015:L71).
2.2.2 Tugas-tugas yang didelegasikan
Tugas yang dapat didelegasikan dari atasan kepada bawahan) dapat
dibedakan menjadi dua (Nursalam,2015: L72)
1) Ditinjau dari tugas proses
Bawahan menerima delegasi tugas dan kekuasaan, selanjutnya
mendelegasikan tugas dan kekuasaan kepada orang yang berbeda dibawahnya
lagi. Pada keadaan ini manajer terdahulu lebih banyak lagi mendelegasikan
perencanaan dan pelaksanaan dan semakin banyak ia memusatkan perhatian
dalam pengawasan. Kalau diperhatikan kedua gambar dibawah nampak bahwa
tugas-tugas perencanaan dan pelaksanaan sebagian besar dapat didelegasikan,
senagkan tugas pengawasan tidak dapat didelegasikan (hanya sebagian kecil saja)
(Nursalam,2015: L72)

Manajer bertugas

Perencanaan Pelaksanaan Pengawasan


pengorganisasian

Sebagian didelegasikan
kepada bawahan
Perencanaan
Pelaksanaan

Bagan 2.1 Tugas-tugas yang didelegasi ditinjau dari tugas proses.


Pada bagan diatas terlihat bahwa fungsi manajer (supervisor)
disederhanakan menjadi tiga fungsi yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan.

Tugas-tugas Pelaksanaan

Perencanaan Pelaksanaan Pengawasan

A B C D E F
112

Bagan 2.2 Fungsi Manajer berdasarkan tugas (Supervisor).


2) Ditinjau dari aspek bidang (Spesialisasi)
Pendelegasian dari aspek ini sesuai dengan struktur organisasi karena masing-
masing bodang mempunyai uraian tugas sesuai fungsi masing-masing bidang.
Delegasi yang efektif memilki beberapa ciri-ciri,
(1) Unsur delegasi harus lengkap dam jelas
(2) Harus mendelegasikan kepada orang yang tepat
(3) Pemberi delegasi harus memberikan peralatan yang cukup dan mengusahakan
keadaan lingkungan yang efisien Yang memberi delegasi harus memberikan
insentif atau rangsangan material maupun non material (Nursalam,2015:
L72).
113

BAB 3
RENCANA KEGIATAN

3.1 Rencana pelaksanaan


Rencana pelaksanaan Supervisi dan delegasi :
Hari/ tanggal : Sabtu, 3 Juni 2017
Jam : 12.00 selesai WIB
Tempat : Ruang Tulip 2 RSUD Kabupaten Sidoarjo
Topik : Supervisi dan pendelegasi dalam tindakan pemberian
injeksi intravena melalui selang infus.
3.2 Pengorganisasian
Koordinator : Dicky Hari Prakoso, S.Kep
Kepala ruangan : Yosseva Paulina S.M, S.Kep
PP : Rut Elisabeth Situmorang, S. Kep
PA : Yuvita Angelia Purba, S. Kep
Observer : Uswatun, S.Kep
Ni Kadek Dewi Arini, S.Kep
Rut Elisabeth S, S.Kep
Dicky Hari Prakoso, S.Kep
Maria Margareta, S.Kep
Indarti, S.Kep
Dicky Hari Prakoso, S.Kep
Dokumentasi : Irene Mardamasi, S.Kep
Yuvita Angelia Purba, S.Kep
3.3 Rencana Pelaksanaan dan Metode
1) Rencana Pelaksanaan:
1) Persiapan anggota dalam kegiatan supervisi dan delegasi terutama yang
bertindak sebagai Kepala Ruangan, PP dan Perawat Assosiate.
2) Pelaksanaan role play yang diawasi oleh pembimbing ruangan dan
pembimbing pendidikan.

113
114

3) Diskusi jalannya kegiatan penerimaan klien baru bersama, pembimbing


ruangan dan pembimbing pendidikan.
2) Metode: Penjelasan. Diskusi dan Tanya jawab.
3.4 Mekanisme Kegiatan
Tahap
Karu PP Perawat Associate Tempat
kegiatan

Pra 1.Salam 1. Menerima delegasi 1.menyiapkan Ruang


Supervisi Pembukaan dari KARU untuk perlengkapan Karu
1. Menyampaikan melaksanakan pemberian injeksi IV
6 tujuan supervisi
supervisi kepada PA. melalui selang infus.
2. Menentukan 2. Mengu
kegiatan yang 2. melakukan pemberian
raikan tentang
akan disupervisi: injeksi IV melalui
tindakan pemberian
pemberian selang infus
injeksi IV melalui
injeksi IV selang infus
melalui selang 3. Menjel
infus. askan instrumen/
3. Mendelegasikan format penilaian yang
kepada PP untuk akan digunakan
melakukan 4. Mempe
supervisi kepada rsilahkan PA untuk
PA. tindakan pemberian
injeksi IV melalui
selang infus

Supervisi 2. Melakukan cross cek 1) Menjelaskan kepada Bed


kelengkapan pasien dan keluarga pasien
15 menit
pemberian injeksi IV tentang prosedur
melalui selang infus pemberian injeksi IV
3. Melakukan pengawas- melalui selang infus
an & koordinasi yang akan
4. Menilai pelaksanaan dilaksanakan.
pemberian injeksi IV 2) Melakukan langkah-
melalui selang infus langkah pemberian
yang akan di supervisi. injeksi IV melalui
5. Mencatat jika selang infus.
ditemukan ada hal-hal 3) Membawa alat
yang perlu didiskusi- pemberian injeksi IV
kan bersama perawat melalui selang infus.
primer dan perawat (1) Menjelaskan kepada
pelaksana. pasien dan keluarga
6. Menjelaskan kepada tentang maksud dan
pasien dan keluarga tujuan tentang
tentang prosedur tindakan yang akan
pemberian injeksi IV dilakukan.

114
115

melalui selang infus (2) Melakukan langkah-


yang akan langkah pemberian
dilaksanakan. injeksi IV melalui
selang infus.
1) Cuci tangan.
2) Memeriksa etiket
cairan infus.
3) Mencocokkan kembali
daftar obat dengan
status pasien dan
tanggal yang tertera di
obat
4) Menyiapkan obat
injeksi sesuai dengan
ketentuan
5) Membawa daftar obat
dan obat ke pasien
sambil menanyakan
nama dan tanggal lahir
serta mencocokkan
dengan gelang
identitas pasien
6) Memeriksa kelancaran
infus
7) Mendesinfeksi lokasi
pemberian injeksi
dengan alkohol swab
8) Mematikan infus
9) Memasukkan obat
secara perlahan-lahan
10) Mengobservasi reaksi
obat
11) Mencabut spuit dan
mendisinfeksi lokasi
pemberian dengan
alkohol swab
12) Mengembalikan alat-
alat ke tempat semula
13) Mencuci tangan
14) Mendokumentasikan
obat yang telah
diberikan pada berkas
rekam medis pasien
Post 3) Menyampaika 2. Mengisi format/ 1. Menerima hasil Ruang
Supervisi n hasil instrumen penilaian dan Karu
penilaian penilaian klarifikasi bila ada
10
supervisi (fair) supervisi 2. Mendengarkan
4) Memberikan 3. Menanyakan dengan seksama
feedback, perasaan

115
116

reward, follow perawat


up dan konsep associate setelah
solusi dilakukan
terhadap supervisi
masalah yang 4. Tanda tangan
ditemukan hasil supervisi
5) Dokumentasi
hasil supervise
dan
menetapkan
tanggal
supervise
selanjutnya.
6) Salam penutup
3.5 Kriteria Evaluasi
3.6.1 Struktur
1) Persyaratan administratif (inform consent, alat dan lainnya)
2) Persiapan dan penetapan jadwal dilakukan supervisi
3.6.2 Proses
1) Peserta mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
2) Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran yang telah
ditentukan.
3.6.3 Hasil
1) Kehadiran dihari 100%
2) Selama kegiatan, masing-masing mahasiswa bekerja sesuai dengan tugas.
3) Acara di mulai dengan waktu yang telah ditentukan.
4) Meningkatkan kemampuan perawat dalam memberikan pelayanan
keperawatan kepada pasien
5) Pasien merasa puas dengan hasil pelayanan keperawatan

BAB 4
PELAKSANAAN KEGIATAN

116
117

4.1 Pelaksanaan Kegiatan Supervisi dan Pedelegasian


Hari/tanggal : Sabtu, 3 Juni 2017
Jam : 12.00 13.00 WIB
Tempat : Ruangan Tulip 2 RSUD Kabupaten Sidoarjo
Topik : Supervisi dan pendelegasi dalam tindakan pemberian
injeksi intravena melalui selang infus
Koordinator : Dicky Hari Prakoso, S.Kep
4.2 Presensi
Kegiatan dihadiri oleh 11 orang:
1) Kepala ruangan Tulip lantai 2 sebanyak 1 orang
2) Pembimbing akademik sebanyak 1 orang
3) Pembimbing klinik sebanyak 1 orang
4) Mahasiswa Praktik Profesi Manajemen
Keperawatan St. Vincentius A Paulo Surabaya sebanyak 11 orang
4.3 Hasil Evaluasi
1) Evaluasi Struktur
Persiapan dilakukan 3 hari sebelum acara dimulai. Acara disesuaikan dengan
jadwal kegiatan yang yang dilaksanakan di Ruangan Tulip 2 RSUD Kabupaten
Sidoarjo, pembimbing klinik dan pembi,bing akademik.
2) Evaluasi Proses
No. Waktu Kegiatan
1. 12.00-12.30 Pelaksanaan supervisi dan pendelegasi
WIB
2. 12.35-13.00 Masukan dan klarifikasi dari pembimbing (akademik maupun
WIB klinik).
1.
Alur sudah baik namun Ners yuvita kurang kurang menyiapkan
peralatan untuk injeksi, kurang komunikasi dengan pasien
dan keluarga pasien dan tidak mengembalikan peralatan
ketempat injeksi.
2.
PP (Ners Rut) kurang memaikan perannya sebagai seseorang
yang melakukan supervisi kepada PA dan kurang

117
118

menghendel PA saat kurang tepat dalam pemberian injeksi


kepada pasien.
3.
Karu kurang komunikasi saat memberikan penilaian dan reward
kepada PA dan PP saat selesai menjalankan supervisi dan
pendelegasian.
4.

3) Evaluasi hasil
(1) Kegiatan dihadiri 78% dari 14 orang yang diundang.
(2) Selama kegiatan, masing-masing mahasiswa bekerja
sesuai dengan tugas.
(3) Acara di mulai dengan waktu yang telah ditentukan.
(4) Kegiatan berjalan lancar dan tujuan mahasiswa
tercapai dengan baik
4.4 Hambatan
Pelaksanaan Supervisi dan Pendelegasian keperawatan mengalami sedikit
kendala kesulitan dalam memulai komunikasi dengan pasien dan kurangnya
persiapan diri untuk melakukan supervisi
4.5 Dukungan
1) Pengorganisasian acara Supervisi dan pendelegasianyang terstruktur.
2) Proses bimbingan pelaksanaan Supervisi dan pendelegasian oleh pembimbing
ruangan dan pembimbing akademik.
3) Adanya kerjasama dan kesempatan antara pihak perawat ruangan dengan
mahasiswa sebagai pelaksana.
4) Hubungan saling percaya yang terjalin antara keluarga klien dengan
pelaksanaan supervisi dan pendelegasian keperawatan.
5) Tersedianya fasilitas pendukung untuk kelancaran proses supervisi dan
pendelegasian yang baik di Ruangan Tulip Lantai 2

118
BAB 5
PENUTUP

5.1 Simpulan
1) Supervisi dan pendelegasian yang dilakukan benar dan menyeluruh
membawa manfaat baik bagi perawat maupun bagi pasien yang menerima
pelayanan asuhan keperawatan setelah pemberian obat injeksi intravena
melalui selang infus. Perawat sebagai pelaksana asuhan keperawatan
memiliki peran dalam upaya peningkatan mutu pelayanan yang tidak hanya
saat pasien berada di RS namun juga saat dalam melakukan tindakan
keperawatan.
2) Pelaksanaan Supervisi dan pendelegasian yang dilakukan oleh mahasiwa
sudah cukup baik dan sesuai dengan alur, dimana isi supervisi dan
pendelegasian sudah disampaikan semua meliputi: pemberian supervisi dan
delegasi kepada PP, responsi penilaian supervisi yang dilakukan PP kepada
PA yang disupervisi, Pemberian reward oleh Kepala ruangan pada PP, dan
reward dari PP kepada PA.
5.2 Saran
Supervisi dan pendelegasian yang dilakukan diruangan sudah cukup baik
hanya saat memberikan obat injeksi intravena melalui selang infus, PA kurang
teliti saat mengeluarkan udara di dalam spuit yang berisi obat pasien dan juga
seharusnya PP bisa mengambil alih saat PA kurang teliti dalam pemberian
tindakan bukan hanya mengajak pasien dan keluarga pasien bercerita.

119
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam. (2015). Manajemen Keperawatan, Aplikasi dalam Praktik


Keperawatan Profesional Edisi 5. Salemba Medika. Jakarta

Nursalam. (2011). Manajemen Keperawatan, Aplikasi dalam Praktik


Keperawatan Profesional Edisi 3. Salemba Medika. Jakarta

120
121

Lampiran 1

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMBERIAN INJEKSI INTRA


VENA LEWAT SALURAN INFUS

1.1 Pengertian Memasukan cairan atau obat langsung ke dalam pembuluh darah
vena dengan melalui saluran infus.
1.2 Tujuan Sebagai tindakan pengobatan
1.3 Prosedur
1) Pra Tahap Interaksi
a. Mengecek status pasien dan mengkaji kebutuhan pasien terkait pemberian obat

b. Menyiapkan alat Baki berisi :

- Obat yang akan diberikan


- Spuit atau disposibel spuit steril
- Desinfektan : Alcohol 70% dan Povidon iodine 10%
- Kapas alcohol atau kassa swab
- Lidi kapas dan kassa steril pada tempatnya
- Pengalas
- Bengkok dan galiot (kom kecil)
- Jam tangan yang ada detikan Alat pelindung diri : sarung tangan Alat tulis,
form dokumentasi atau buku catatan injeksi
c. Menjaga lingkungan : Atur pencahayaan, jaga privacy klien, tutup pintu dan
jendela/korden
2) Tahap orientasi
(1) Memberikan salam
(2) Mengklarifikasi kontrak atau pemberian obat
(3) Menjelaskan tujuan dan prosedur pemberian obat
(4) Memberi kesempatan klien untuk bertanya
(5) Mendekatkan alat ke klien
3) Tahap Kerja
(1) Perawat mencuci tangan
122

(2) Memakai sarung tangan


bersih
(3) Menyiapkan obat sesuai
dengan prinsip 6 benar*
(4) Mengatur posisi pasien untk
penyuntikan
(5) Memasang perlak dan
pengalasnya pada area dibawah yang terpasang infus
(6) Mengecek kelancaran tetesan
infuse sebelum obat dimasukkan
(7) Memastikan tidak ada udara
pada suit disposibl yang berisi obat*
(8) Mematikan atau mengklame
infus*
(9) Melakukan disinfektan pada
area karet saluran infuse set pada saluran infuse
(10) Menusukkan jarum ke
bagian karet saluran infuse dengan hati-hati degan kemiringan jarum 15-45
derajat
(11) Melakukan aspirasi atau
menghisap spuit disposable untuk memastikan bahwa obat masuk ke saluran
vena dengan baik. Jika saat aspirasi terlihat darah keluar ke selang infuse
maka obat siap untuk dimasukkan*
(12) Memasukkan obat secara
perlahan dengan mendorong pegangan disposable spuit sampai obat habis
(13) Mencabut jarum dari bagian
karet saluran infuse dengan mendidih kapas pada lokasi tusukan jarum tadi
(14) Membuka klem cairan infuse
dan mengobservasi kelancaran tetesan aliran infuse
(15) Membuang disposable spuit
ke bengkok
123

(16) Menghitung tetesan infuse


sesuai dengan ketentuan program pemberian cairan
(17) Membereskan pasien
(18) Membereskan alat-alat
(19) Melepas sarung tangan
(20) Mencuci tangan
4) Tahap Terminasi
(1) Mengevaluasi respon klien
(2) Menyimpulkan hasil kegiatan
(3) Memberi pesan (menjaga posisi dan kelancaran)
(4) Melakukan kontrak selanjutnya (waktu, tempat, topik/kegiatan)
(5) Pendokumentasian
- Nama pasien
- Jenis obat
- Jumlah dosis
- Rute pemberian obat
- Respon pasien
- Hari/tanggal/jam pemasangan
- Tanda tangan perawat
124

Lampiran 2

FORMAT PENILAIAN SUPERVISI PEMBERIAN INJEKSI IV


MELALUI SELANG INFUS

Hari / tanggal : Jumat, 2 Juni 2017


Supervisor : Kepala Ruangan
Yang disupervisi : PA
Ruangan : Ruang Tulip 2 RSUD Sidoarjo
Aspek yang dinilai Kriteria Skor

0 1 2

A. Persiapan Alat dan bahan

1. Spuit sesuai dengan kebutuhan *

2. Alkohol swab *

3. Obat injeksi yang dibutuhkan (vial/ampul) *

4. Aquadest steril untuk pengenceran obat (k/p) *

5. Perlak/ pengalas *

6. Bengkok *

7. Sarung Tangan Bersih *

8. Baki injeksi *

9. Daftar obat injeksi *

B. Persiapan pasien

1. Memberitahuakan Pasien Tentang Maksud Dan *


Tujuan Tindakan
2. Mengatur Posisi Pasien *

C. Persiapan Ruangan

Menyiapakan Ruang Cukup Penerangan *

Memasang sketsel /gorden (k/p) *

D. Pelaksanaan

1. Perawat Mencuci tangan


125

2. Memakai sarung tangan bersih

3. Mencocokkan daftar obat dengan status pasien


dan melihat tanggal yang ada di obat
*
4. Menyiapkan obat injeksi sesuai dengan
ketentuan
5. Membawa daftar obat dan obat ke pasien
sambil menanyakan nama dan tanggal lahir
serta mencocokkan dengan gelang indentitas
pasien
6. Memasang perlak/pengalas pada area *
pemansangan infus
7. Mengecek kelancaran infus *

8. Memastikan tidak ada udara pada spuit

9. Mematikan / mengklaim infuse

10. Melakukan disinfektan pada area karet saluran


infuse set pada saluran infuse
11. Menusukkan jarum ke bagian karet saluran
infuse dengan hati-hati degan kemiringan jarum
15-45 derajat
12. Melakukan aspirasi atau menghisap spuit *
disposable untuk memastikan bahwa obat
masuk ke saluran vena dengan baik. Jika saat
aspirasi terlihat darah keluar ke selang infuse
maka obat siap untuk dimasukkan
a. Memasukk *
an obat secara perlahan dengan mendorong
pegangan disposable spuit sampai obat habis
14. Mencabut jarum dari bagian karet

13. Membuka klem cairan infuse dan


mengobservasi kelancaran tetesan
14. Mengatur tetesan infus

15. Merapikan pasien

16. Membereskan alat

17. Mencuci tangan

18. Mendokumentasikan obat yang telah diberikan


pada berkas rekam medis pasien
D. Sikap Perawat

1. Memperhatikan Teknik Aseptik

2. Teliti dan hati-hati

3. Peka terhadap respon pasien


126

4. Komunikatif

Sub Total Skor

Total Skor

Skor = Total Skor/Skor Maksimal X 100


87

Kriteria :

Baik : >85

Cukup : 71-85

Kurang : <70

Sidoarjo, 2 Juni 2017

Perawat Assosiate Perawat Primer Kepala Ruangan

( Yuvita Angelia P., S.Kep) (Rut Elisabeth S., S.Kep ) ( Yosseva P. S. M., S.Kep)
127

Lampiran 3
FORMAT LAPORAN SUPERVISI

Penilaian Checklist Masalah yang Rekomendasi/saran


ditemukan
87% termasuk 1. Tidak Membawa PA agar lebih cermat dan
kategori baik perlak teliti lagi dalam
2. Tidak mengeluarkan melakukan tindakan dan
udara saat harus sering melakukan
melakukan injeksi tindakan agar lebih teliti.
3. Tidak memakaikan
perlak
4. Tidak merapikan
alat-alat
5. Tidak melakukan
komunikasi dengan
pasien
128

Lampiran 4
129
130

Lampiran 5

INFORMEND CONSENT
131

Lampiran 6

DAFTAR HADIR
132

Lampiran 7

DOKUMENTASI SUPERVISI DAN DELEGASI


133

LAPORAN ROLE PLAY RONDE KEPERAWATAN PRAKTEK


MANAJEMEN DI RUANG TULIP 2 RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
SIDOARJO

OLEH:
1. DICKY HARI PRAKOSO, S.Kep NIM : 201604015
2. INDARTI DWI NINGSIH, S.Kep NIM : 201604032
3. IRENE MARDAMASI WELLO, S.Kep NIM : 201604033
4. MARIA MARGARETA, S.Kep NIM : 201604043
5. NI KADEK DEWI ARINI, S.Kep NIM : 201604049
6. NI PUTU ELIK ARMAYANTI, S.Kep NIM : 201604051
7. PAULA ADE HERWINATOJA , S.Kep NIM : 201604054
8. ROSARILIA SERAFIN DUA BAJO,S. Kep NIM : 201604060
9. RUT ELISABETH SITUMORANG, S.Kep NIM : 201604061
10. USWATUN CHASANAH, S.Kep NIM : 201604068
11. YOSSEVA PAULINA S.M, S.Kep NIM : 201604073
12. YUVITA ANGELIA PURBA, S.Kep NIM : 201604076

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KATOLIK
ST. VINCENTIUS A PAULO
SURABAYA
2017
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Peningkatan mutu Asuhan Keperawatan sesuai dengan tuntutan masyarakat
dan tututan IPTEK maka perlu pengembangan dan pelaksanaan suatu model
asuhan keperawatan professional yang efektif dan efisien. Dalam perkembangan
metode pemberian pelayanan keperawatan, salah satu kegiatan yang dilakukan
yaitu ronde keperawatan yang merupakan metode untuk menggali dan membahas
secara mendalam untuk mengatasi masalah keperawatan yang terjadi pada pasien
dan kebutuhan pasien (Nursalam, 2015). Fenomena yang ditemukan di ruang
Tulip lantai 2 RSUD Sidoarjo berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 23 -25
Mei 2017 adalah di dapatkan pasien dengan masalah medis prolong diare ,
vomiting dan illius paralitik dengan masalah keperawatan nyeri akut, nutrisi
kurang dari kebutuhan, dan masa perawatan lebih dari 20 hari dan belum di
lakukan ronde keperawatan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Ruangan dan Clinical
Educator ruang Tulip RSUD Kabupaten Sidoarjo, ronde keperawatan jarang di
lakukan karena menurut Kepala ruangan sulit untuk mengumpulkan tenaga medis
yang lain seperti dokter, farmasi klinis, gizi dan yang lainnya. Selain itu
keterbatasan jumlah tenaga di Ruang Tulip juga menjadi kendala dilaksanakannya
ronde keperawatan.
Ronde keperawatan memiliki beberapa manfaat seperti masalah pasien
dapat teratasi, kebutuhan pasien dapat terpenuhi, terciptanya komunitas
keperawatan yang profesional, terjalinnya kerjasama antar tim kesehatan, perawat
dapat melaksanakan model asuhan keperawatan dengan tepat dan benar. Ronde
keperawatan memberikan media bagi perawat untuk membahas lebih dalam
masalah dan kebutuhan pasien, Apabila ronde keperawatan tidak dilaksanakan
secara rutin pada pasien yang masuk dalam kriteria untuk dilakukan ronde
keperawatan, akan menyebabkan masalah pasien tidak teratasi sehingga
memperpanjang hari perawatan dan menurunkan kualitas hidup pasien.

134
135

Untuk mengatasi masalah keperawatan yang terjadi pada pasien, perlu


dilakukan suatu ronde keperawatan sebagai penerapan dari multidisiplin ilmu
kesehatan dalam manajemen keperawatan. Melalui ronde keperawatan, perawat
dapat meningkatkan kemampuan afektif, kognitif, dan psikomotor.Kepekaan dan
cara berfikir kritis perawat akan tumbuh dan terlatih melalui salah satu transfer
pengetahuan dan pengaplikasian konsep teori ke dalam praktik keperawatan
Selain itu salah satu tujuan dari kegiatan ronde keperawatan adalah meningkatkan
kepuasan klien terhadap pelayanan keperawatan.Hasil akhir dari ronde
keperawatan adalah pemecahan permasalahan keperawatan dari klien yang
bertujuan untuk kesembuhan pasien.
1.2 Tujuan
1) Tujuan Umum
Mahasiswa Ners dapat menerapkan ronde keperawatan di Ruang Tulip 2
bagian timur RSUD Sidoarjo, sehingga masalah keperawatan pasien yang belum
teratasi dapat teratasi.
2) Tujuan Khusus
Setelah menerapkan ronde keperawatan, mahasiswa Ners mampu:
(1) Menumbuhkan cara berpikir kritis dan sistematis.
(2) Berkomunikasi dengan baik dengan teman sejawat maupun tim medis.
(3) Dapat melakukan validasi data pasien.
(4) Dapat menentukan diagnosis keperawatan.
(5) Dapat menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berorientasi pada masalah pasien.
(6) Dapat melakukan modifikasi terhadap rencana asuhan keperawatan.
1.3 Manfaat
1) Bagi mahasiswa Ners
(1) Meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor
mahasiswa ners dalam mengelola kasus.
(2) Meningkatkan kerjasama mahasiswa dengan tim keperawatan
dengan tim kesehatan lainnya.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi
masalah keperawatan pasien yang dilaksanakan oleh perawat disamping
melibatkan pasien untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan.pada
kasus tertentu harus dilakukan oleh ketua tim dan atau konselor, kepala ruangan
yang perlu juga melibatkan seluruh anggota tim kesehatan (Nursalam, 2015:L-32).
2.2 Karakteristik Ronde Keperawatan
Menurut Nursalam (2011: L-50), karakteristik ronde meliputi:
1) Pasien dilibatkan secara langsung
2) Pasien merupakan focus kegiatan
3) PP dan anggota tim, dan konselor melakukan diskusi bersama
4) Konselor memfasilitasi kreativitas
5) Konselor membantu mengembangkan kemampuan ketua tim dan anggota tim
dalam meningkatkan kemampuan mengatasi masalah.
2.3 Tujuan Ronde Keperawatan
Menurut Nursalam (2015:L-32), tujuan dari ronde keperawatan meliputi:
1) Tujuan Umum
Menyelesaikan masalah pasien melalui pendekatan berpikir kritis dan
diskusi
2) Tujuan Khusus
(1) Menumbuhkan cara berpikir kritis dan sistematis
(2) Meningkatkan kemampuan validasi data pasien
(3) Miningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan
(4) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi
pada masalah pasien
(5) Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan
(6) Meningkatkan kemampuan justifikasi
(7) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja

136
137

2.4 Manfaat Ronde Keperawatan


Manfaat dari ronde keperawatan (Nursalam, 2015: L-33) :
1) Masalah pasien dapat teratasi
2) Kebutuhan pasien dapat terpenuhi
3) Terciptanya komunitas keperawatan yang professional
4) Terjalinnya kerja sama antar tim kesehatan
5) Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan dengan tepat dan
benar
2.5 Kriteria Pasien
Pasien yang dipilih untuk dilakukan ronde keperawatan adalah pasien yang
memiliki kriteria sebagai berikut (Nursalam, 2015:L-33):
1) Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah
dilakukan tindakan keperawatan
2) Pasien dengan kasus baru atau langkah
2.6 Alur Kegiatan Ronde Keperawatan
Langkah-langkah dalam ronde keperawatan sebagai berikut:
Tahap Pra

Tahap pra PP

Penetapan pasien

Persiapan pasien:
- Inform consent
- Hasil pengkajian / validasi data

Tahap
1) Apa diagnosis
pelaksanaan di
Penyajian keperawatan?
Nurse Station
masalah 2) Apa data yang
mendukung?
3) Bagaimana intervensi
yang sudah dilakukan?
4) Apa hambatan yang
ditemukan?

Tahap pelaksanaan
di kamar pasien Validasi data di Bad Pasien
138

Tahap pelaksanaan di Diskusi, katimdan konselor


Nurse Station

Pasca ronde Lanjutan-diskusi di Nurse

Kesimpulan dan rekomendasi

Bagan 1.1 Alur Ronde Keperawatan (Nursalam, 2015:L34)

Keterangan Bagan Alur Ronde Keperawatan:


1) Pra ronde
(1) Menemukan kasus dan topik (masalah yang tidak teratasi dan masalah
langka)
(2) Menentukan tim ronde
(3) Mencari sumber atau literature
(4) Membuat proposal
(5) Mempersiapkan pasien : inform consent dan pengkajian
(6) Diskusi tentang diagnosis keperawatan, data yang mendukung, asuhan
keperawatan yang dilakukan dan hambatan selama perawatan.
2) Pelaksanaan ronde
(1) Penjelasan tentang pasien oleh perawat primer yang difokuskan pada masalah
keperawatan dan rencana tindakan yang akan dilaksanakan dan atau telah
dilaksanakan serta memilih prioritas yang perlu didiskusikan.
(2) Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut
(3) Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau konselor atau kepala ruangan
tentang masalah pasien serta rencana tindakan yang akan dilakukan.
3) Pasca ronde
(1) Evaluasi, revisi dan perbaikan.
(2) Kesimpulan dan rekomendasi penegakkan diagnosis, intervensi keperawatan
selanjutnya.
2.7 Peran
1) Perawat primer dan perawat associate (Nursalam, 2015: L-35).
Dalam menjalankan pekerjaannya perlu adanya sebuah peranan yang bisa
untuk memaksimalkan keberhasilan, yang disebutkan antara lain:
(1) Menjelaskan data pasien yang mendukung masalah pasien (keadaan dan data
demografi klien).
(2) Menjelaskan diagnosis keperawatan (masalah utama)
139

(3) Menjelaskan intervensi yang dilakukan dan yang belum dilakukan


(4) Menjelaskan hasil yang didapat
(5) Menjelaskan rasional atau alasan ilmiah dari tindakan yang diambil
(6) Menggali masalah-masalah pasien yang belum terkaji
2) Peran perawat konselor (Nursalam, 2015: L-35).
(1) Memberi justifikasi
(2) Memberi reinforcement
(3) Memvalidasi kebenaran dari masalah dan intervensi keperawatan serta
rasional tindakan
(4) Mengarahkan dan koreksi tindakan selanjutnya
(5) Mengintegrasikan konsep dan teori yang telah diperlajari
BAB 3
RENCANA PELAKSANAAN

1.1 Pelaksanaan Ronde Keperawatan


Hari/ Tanggal : Senin, 05 Juni 2017
Pukul : 11.00 WIB
Topik : Role play ronde keperawatan
Tempat : Ruang Tulip 2 RSUD Sidoarjo
1.2 Pengorganisasian Ronde Keperawatan
Koordinator : Indarti D. N., S.Kep
Kepala Ruangan : Indarti D. N., S.Kep
Konselor : Dicky Hari Prakoso, S. Kep
PP : Uswatun Chasanah, S.Kep
PA : Maria Margareta, S.Kep
Observer : Rosarilia Serafin Dua Bajo, S.Kep
Rut Elisabeth Situmorang, S. Kep
Ni Kadek Dewi Arini, S.Kep
Irene Mardamasi, S.Kep
Yuvita Angelia Purba, S.Kep
Farmasi : Unit Farmasi RSUD Sidoarjo
Gizi : Unit Gizi RSUD Sidoarjo
Dokumentasi : Yosseva Paulina S.M, S.Kep
1.3 Rencana pelaksanaan dan metode
(1) Rencana pelaksanaan
1) Persiapan anggota dalam kegiatan ronde keperawatan terutama yang
bertindak sebagai kepala ruangan, ketua tim, serta konselor, serta pihak yang
terkait

140
141

2) Pelaksanaan role play diawasi oleh para


pembimbing dan supervisor
3) Diskusi jalannya kegiatan ronde keperawatan
bersama pembimbing dan supervisor
(2) Media
(1) Materi disampaikan menggunakan LCD
(2) Dokumentasi klien (status)
(3) Sarana diskusi: kertas dan ballpoint
(4) Laptop dan LCD.
(3) Metode
(1) Diskusi dan tanya jawab
3.6 Mekanisme kegiatan
Tabel 3.1 Kegiatan Ronde Keperawatan

Hari/Tgl Waktu Tahap Kegiatan Pelaksana Tempat

Mei 2017 Jam Pra-ronde 1. Menentukan kasus dan topic Karu, PP, RSUD
10.00 2. Menentukan tim ronde Anggota tim Sidoarjo
WIB 3. Menentukan literature
4. Membuat proposal
5. Mempersiapkan pasien
6. Diskusi pelaksanaan
5 Juni Jam Ronde Pembukaan PP RSUD
2017 11.00 Sidoarjo
WIB 1. Salam pembuka
2. Memperkenalkan tim ronde
3. Menyampaikan identitas
pasien
4. Menjelaskan tujuan ronde
5 Juni Jam Ronde Penyajian Masalah: PP, Karu, RSUD
2017 11.00 konselor, dan Sidoarjo
WIB 1. Memberi salam dan dokter
meperkenalkan tim ronde
2. Menjelaskan riwayat
penyakit dan keperawatan
pasien
3. Menjelaskan masalah pasien
dan rencana tindakan yang
telah dilaksanakan dan serta
menetapkan prioritas yang
perlu didiskusikan

Validasi data:

1. Mencocokkan dan
menjelaskan kembali data
yang telah disampaikan di
kamar pasien.
142

2. Diskusi antar anggota tim


dan pasien tentang masalah
keperawatan tersebut
3. Pemberian justifikasi
olehPP, atau konselor atau
kepala ruangan tentang
masalah pasien serta
rencana tindakan yang akan
dilakukan
4. Menentukan tindakan
keperawatan pada masalah
prioritas yang telah
ditetapkan
5 Juni Jam Pasca Ronde 1. Evaluasi dan rekomendasi Karu, perawat RSUD
2017 10.00 intervensi keperawatan konselor, Sidoarjo
WIB 2. Penutup. pembimbing

3.7 Kriteria Evaluasi


3.6.4 Struktur
3) Persyaratan administratif (inform consent, alat dan lainnya)
4) Tim ronde keperawatan hadir di tempat pelaksanaan ronde keperawatan
3.6.5 Proses
3) Peserta mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
4) Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran yang telah
ditentukan.
3.6.6 Hasil
6) Untuk Pasien:
(1) Pasien merasa puas dengan hasil pelayanan
(2) Masalah pasien dapat teratasi
7) Untuk mahasiswa, mahasiswa dapat:
(1) Menumbuhkan cara berfikir yang kritis.
(2) Meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan bekerjasama dengan tim
medis dan teman sejawat.
(3) Meningkatkan kemampuan validitas data pasien.
(4) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan.
(5) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi
pada masalah pasien.
(6) Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan.
143

BAB 4
PELAKSANAAN KEGIATAN

4.1 Pelaksanaan Kegiatan Ronde Keperawatan


Hari/tanggal : Senin, 5 Juni 2017
Jam : 11.00 WIB
Tempat : Ruang Tulip 2 RSUD Sidoarjo
Topik : Aplikasi peran, pelaksanaan ronde keperawatan.
Penanggung jawab : Indarti DN, S.Kep
4.2 Presensi
Kegiatan ini dihadiri oleh 14 orang:
1) Clinical Instruktur dari ruang Tulip 1 Orang
2) Pembimbing Akademik 1 Orang
3) Bagian Farmasi 1 orang
4) Bagian Gizi 1 orang
5) Mahasiswa Praktik Profesi Management Keperawatan St. Vincentius a Paulo
Surabaya sebanyak 13 orang
4.3 Hasil Evaluasi
1) Evaluasi struktur
Persiapan dilakukan 3 hari sebelum acara dimulai. Acara disesuaikan dengan
jadwal kegiatan yang di laksanakan di Rumah Sakit dan waktu dari
pembimbing klinik.
2) Evaluasi proses
No Waktu Kegiatan
1. 08.00 08.20 Wib Validasi data di bed pasien kamar X-1
2. 11.10 11.30 Wib Tahap penyajian masalah
3. 11.30 11.40 Wib Melakukan Validasi data ke kamar pasien kamar X-1
4. 11.40 12.20 Wib Melaksanakan diskusi sesuai dengan perannya di
Ruang Tulip Sidoarjo.
5. 12.20 - 13.00 Wib Masukan dan saran dari pembimbing klinik,
pembimbing akademik, dan konselor lain.
1. Konselor Gizi ( Dwi Astuti)
1.1 Secara keseluruhan pelaksanaan ronde
keperawatan sudah cukup baik.
a. Pasien Ny N dengan Dx. DM + AKI, sebaiknya di
berikan diet sesuai yaitu Diet DM B2 1900 kallori
dengan protein 0,8 gr/kg bb/hari, dengan
pemberian makan secara bertahap.
b. Dari hasil Antropometri hasil IMT hasilnya 27
(Over weigh).
2.
Konselor Farmasi (Dlilalin . Z)
a. Pemberian vitamin tetap dilanjutkan 1x1 Cernevit
(IV)
b. Terapi antidiuretik bila tidak ada indikasi usul

143
144

dihentikan
c. Pemberian antibiotik sesuai dengan indikasi medis.
2.
Perawat konselor
Pasien dengan gangguan di fungsi ginjalnya, sehingga
perlu di lakukan pengukuran balance cairan.
3.
Pembimbing Klinik.
3.1 . Pengambilan data masih kurang lengkap, sehingga
menyebabkan ketidak sesuaian masalah yang di
temukan di lapangan.
3.2 Data yang di paparkan seharusnya data yang baru
4. Pembimbing Akademik.
4.1 Saat melakukan ronde keperawatan, Karu seharusnya
memperkenalkan tim ronde dengan memanggil
nama nya.
4.2 Di akhir ronde keperawatan seharusnya Karu
menyimpulkan saran dan masukan dari tim
konselor
4.3 Tidak adanya reward dari karu kepada PP dan PA
4.4 PP kurang menjelaskan masalah dan
hambatan secara fokus.

3) Evaluasi hasil
(1) Kegiatan dihadiri 100% dari 22 orang yang diundang.
(2) Selama kegiatan, masing-masing mahasiswa bekerja sesuai dengan tugasnya.
(3) Acara dimulai sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
(4) Kegiatan berjalan lancar dan tujuan mahasiswa tercapai dengan baik.
4.4 Hambatan
Pelaksanaan ronde keperawatan tidak mengalami hambatan, karena role play
yang di laksanakan sudah sesuai dengan alur cerita.
4.5 Dukungan
1) Pengorganisasian acara ronde keperawatanyang terstruktur.
2) Proses bimbingan pelaksanaan ronde keperawatan oleh pembimbing ruangan
dan pembimbing akademik.
3) Adanya kerjasama dan kesempatan yang seluas-luasnya antara pihak perawat
ruangan dengan mahasiswa sebagai pelaksana.
4) Hubungan saling percaya yang terjalin antara keluarga klien dengan
pelaksanaan ronde keperawatankeperawatan.
5) Tersedianya fasilitas pendukung untuk kelancaran proses ronde keperawatan di
lantai 2 Ruang Tulip

144
145

145
BAB 5
PENUTUP

5.1 Simpulan
Ronde keperawatan yang dilaksanakan di Ruang Tulip lantai 2 timur RSUD
Sidoarjo sudah berjalan dengan baik karena dukungan kepala ruangan, perawat,
pembimbing klinik dan pembimbing Akademik, dengan memberikan kesempatan
kelompok dalam menentukan pasien dan masukan-masukan yang membangun,
serta respon positif dari tim farmasi klinis dan tim gizi dalam memberikan saran
kepada kelompok. Saat pelaksanaan ronde keperawatan dan Pelaksanaan ronde
keperawatan yang dilakukan oleh mahasiwa sudah cukup baik dan sesuai dengan
alur.
5.2 Saran
Ronde keperawatan dapat dilakukan ruang Tulip RSUD Sidoarjo sesuai
dengan kriteria dilakukannya ronde keperawatan. Untuk mahasiswa Diharapkan
dapat meningkatkan keaktifannya dalam mengikuti ronde keperawatan dan
berperan sesuai dengan job discription.

146
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam. 2011.Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik


Keperawatan Profesional.Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika

Nursalam. 2015.Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik


Keperawatan Profesional.Edisi 5. Jakarta: Salemba Medika

Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8.


Jakarta: ECG

Doenges, Marilynn E., Moorhouse, Mary Frances & Geissler, Alice C. 2014.
Keperawatan Manual Diagnosis Rencana Intervensi dan Dokumentasi
Asuhan Keperawatan . Jakarta: EGC.

Nurarif, A.H & Kusuma, H. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawata Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta

Price, Sylvia A & Lorraine M Wilson. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit. Jakarta: ECG

147
148

Lampiran 1
TINJAUAN PUSTAKA
(DIARE)

1.1 Pengertian
Diare merupakan penyakit yang sangat sering terjadi di Indonesia, terutama
bila dibandingkan dengan negara maju. Penyebab diantaranya sambal atau
makanan lain yang merangsang, virus, toksin kuman stafilokok dalam makanan
basi, intoleransi terhadap susu, dan sebagainya. Hampir semua orang di Indonesia
pernah mengalami diare aspesifik, yang biasanya berhenti sendiri tanpa
pengobatan. Namun diare aspesifik juga dapat menjadi kronis dan kadang-kadang
menimbulkan komplikasi berat bila tidak ditangani dengan benar.
Diare adalah peningkatan jumlah feses dan peningkatan feses yang cair dan
tidak berbentuk. (Potter, 2006:1746). Diare adalah kondisi dimana terjadi
frekuensi defekasi yang abnormal (lebih dari 3 kali sehari ), serta perubahan
dalam isi ( lebih dari 200 gr/hr ) dan konsistensi feces cair ( Smeltzer,
2001:1093 ). Diare adalah buang air besar ( defekasi ) dengan jumlah tinja yang
lebih banyak dari biasanya dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cair dapat
pula disertai frekuensi defekais yang meningkat ( Mansjoer, 2004: 501).
1.2 Tanda dan Gejala
1) Faktor infeksi
(1) Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama
diare pada anak, meliputi
a) infeksi bakteri (Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter,
Yersinia, Aeromonas, dsb),
b) infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll),
(2) Infeksi parenteral; merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat
menimbulkan diare seperti: otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia,
ensefalitis dan sebagainya.

2) Faktor Malabsorbsi
149

Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan


sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Intoleransi
laktosa merupakan penyebab diare yang terpenting pada bayi dan anak. Di
samping itu dapat pula terjadi malabsorbsi lemak dan protein. Intoleransi gula
(laktosa) timbul bila tubuh mengalami satu atau lebih enzim disakaridase dan atau
adanya gangguan absorbs serta pengangkutan monosakarida dalam usus halus.
Faktor yang menyebabkan intoleransi gula adalah faktor pencernaan dan absorbs.
Gangguan ini dapat bersifat bawaan, dan didapat (lebih banyak disebabkan
keadaan seperti diare (FKUI, 2007:283)..
1.3 Penyebab Diare
Ringan Sedang Berat
Fontanela anterior Normal Cekung Sangat cekung
Mata Normal Cekung Sangat cekung
Air mata Ada Tidak ada Tidak ada
Membran mukosa Basah Kering Sangat kering
Turgor jaringan Kembali Kembali lambat Kembali sangat
cepat/ lambat
normal
Nadi Normal Cepat Cepat,lemah,
mungkin tidak
teraba
Tekanan darah Normal Normal / rendah < 90mmHg,
mungkin tidak
dapat diukur
BAK Normal Menurun / keruh Oliguria (50-
500cc/24jam)
Keadaan Umum Haus, sadar Haus, gelisah, Mengantuk, dingin,
letargi berkeringat
BB 4-5 6-9 7-10
( % kehilangan )
Defisit cairan ( ml/ 40-50 60-90 >100
kg )
1.4 Derajat Demensia
Pada dasarnya diare yang tidak disertai dengan dehidrasi bisa ditangani sendiri
di rumah dengan mudah.
1) Berikan anak lebih banyak cairan daripada biasanya untuk mencegah dehidrasi.
Gunakan cairan rumah tangga yang dinjurkan seperti cairan oralit, makanan
cair (sup, air tajin, minuman yogurt) atau air matang. Jika anak berusia, <6
150

bulan dan belum makan makanan padat lebih baik diberi oralit dan air matang
daripada makanan cair. Berikan larutan ini sebanyak anak mau. Teruskan
pemberian sampai diare berhenti2.
2) Berikan anak makan untuk mencegah kurang gizi.. Teruskan ASI atau susu
yang biasa diberikan Untuk anak <6 bulan dan belum mendapatkan makanan
padat dapat diberikan susu yang dicairkan dengan yang sebanding selama dua
hari,bila anak >6 bulan atau telah mendapatkan makanan padat: Berikan bubur
atau campuran tepung lainnya, bila mungkin dicampur dengan kacang-
kacangan, sayur, daging, ikan. Berikan buah segar atau pisang halus untuk
menambah kalium. Berikan makanan yang segar, masak dan haluskan atau
tumbuk dengan baik Dorong anak untuk makan, berikan makan sedikitnya 6
kali sehari Berikan makan yang sama setelah diare berhenti dan berikan
makanan tambahan setiap hari selama 2 minggu.
3) Anak harus segera dibawa ke petugas kesehatan bila anak tidak membaik
dalam tiga hari atau mengalami hal-hal sebagai berikut:
1) Buang air besar cair sangat sering
2) Muntah berulang-ulang.
3) Sangat haus sekali
4) Makan atau minum sedikit
5) Demam
6) Tinja berdarah
1.5 Prinsip pemberian oralit
Jumlah cairan oralit yang diberikan tiap kali anak buang air besar<12 bulan
50-100 ml (1/4-1/2 gelas)1-4 tahun 100-200 ml (1/2-1 gelas)>5 tahun 200-300
ml (1-1,5 gelas)Dewasa 300-400 ml (1,5-2 gelas)Cara pemberian oralit:
1) Berikan sesendok teh tiap 1-2 menit untuk anak dibawah umur 2 tahun.
2) Berikan beberapa teguk dari gelas untuk anak yang lebih tua
3) Bila anak muntah, tunggu 10 menit. Kemudian berikan cairan lebih
sedikit.
4) Bila diare berlanjut setelah dua hari, berikan cairan lain (susu, sup, air tajin
dan lain-lain), atau lanjutkan pemberian oralit.
151

Satu bungkus oralit = satu gelas air berukuran 200 ml tidak boleh
lebih/kurang.Diare dengan dehidrasi secara umum memerlukan pengawasan
dan atau penanganan lebih lanjut oleh petugas kesehatan. Sedangkan diare
dengan dehidrasi berat memerlukan penggantian cairan segera lewat cairan
intravena (infus) karena berpotensi mengancam jiwa anak

1.6 Cara pembuatan larutan gula garam


Bahan- bahan yang diperlukan :
1) Gula pasir sebanyak 1 sendok teh
2) Garam dapur sebanyak sendok teh
3) Air matang yang hangat 200ml
4) Galaskaca berukuran normal dan sendok teh
Cara membuat :
1) Pertama-tama sebelum kita membuat, cuci tangan sampai bersih agar tangan
terbebas dari kuman penyakit
2) Tuangkan air matang kedalam gelas sampai penuh
3) Masukan gula pasir dan garam dapur sesuai takaran yang ditentukan
4) Aduk sampai larut dan berikan kepada anak
Saran:
1) Untuk anak yang berusia dibawah dua tahun diberikan hingga gelas saja
2) Untuk anak yang berusia dua tahun keatas hingga 1 gelas
3) Dan berikan minum air yang banyak
1.7 Pengobatan Diare
Tidak selamanya diare itu buruk. Sebenarnya diare adalah mekanisme tubuh
untuk mengeluarkan racun dari dalam tubuh. Racun yang dihasilkan oleh virus,
bakteri, parasit dan sebagainya akan dibuang keluar bersama dengan tinja yang
encer. Kehilangan cairan tubuh yang mengandung elektrolit penting adalah
penyebab kematian pada penderita diare. Kondisi yang disebut dehidrasi ini
berbahaya karena dapat menimbulkan gangguan irama jantung dan menurunkan
kesadaran pasien. Jangan anggap remeh, kalau tidak diatasi bisa menimbulkan
kematian Prinsip pengobatan diare adalah mencegah dehidrasi dengan pemberian
oralit (rehidrasi) dan mengatasi penyebab diare, . Diare dapat disebabkan oleh
banyak faktor seperti salah makan, bakteri, parasit, sampai radang. Pengobatan
yang diberikan harus disesuaikan dengan klinis pasien.
152

Mereka juga mengkaji berbagai pilihan terapi diare akut pada orang dewasa. Studi
farmakologi dan studi klinis juga memeriksa dosis, jadwal pemberian (contoh,
seperti profilaksis dan terapi akut), dan hubungannya dengan efektivitas klinis
serta pengobatan sendiri pada diare akut dewasa. Secara umum diakui bahwa
pengobatan diare akut dapat menghilangkan ketidaknyamanan dan disfungsi
sosial yang terjadi. Tidak ada bukti bahwa pengobatan sendiri dapat
memperpanjang penyakit, bahkan cukup aman bagi pasien dewasa.
Pilihan terapi diare akut yang dikaji meliputi cairan rehidrasi oral (CRO),
probiotik, adsorbent, dan beberapa obat antidiare. Hasil yang diperoleh di
antaranya CRO tidak mengurangi lamanya diare atau mengurangi frekuensi diare.
CRO juga tidak memberikan manfaat yang berarti bagi orang dewasa yang dapat
menjaga asupan cairannya selama diare. Sementara itu, hanya ada sedikit bukti
bahwa pengobatan dengan probiotik pada manusia mengurangi kolonisasi
pathogen atau melindungi dari organisme seperti Vibrio cholera atau E. coli.
Adsorbent bekerja dengan mengikat air sehingga mengurangi cairan yang keluar
bersama diare. Tetapi, selain memiliki efek samping yang rendah, adsorbent tidak
memberikan banyak manfaat pada orang dewasa yang terkena diare akut.
Obat antidiare yang lebih lama seperti opium, morphine, dan codein
memang efektif mengatasi diare, tapi memiliki efek sentral. Secara umum,
efektivitasnya lebih rendah dibanding loperamide. Karena itu, loperamide oral
adalah pilihan utama terapi. Loperamide adalah peripheral acting opiate, yang
tidak berpotensi untuk disalahgunakan. Obat ini tidak melewati sawar darah otak
dan sulit mencapai sirkulasi sistemik karena ekstraksi yang ekstensif di hati serta
ekskresi melalui tinja. Loperamide memiliki banyak efek antiekskresi, beberapa di
antaranya tidak dimediasi oleh reseptor opiat. Pada orang dewasa sehat, dosis
terapeutik sebesar 4 mg tidak secara signifikan memperlambat transit orocaecal.
Dosis yang lebih besar atau pengulangan dosis yang mempertinggi konsentrasi
obat di sirkulasi enterohepatik, memperlambat jejunum atau transit orocaecal.
Tapi, pada keadaan diare dosis terapi tersebut akan menormalkan transit. Bukti
dari studi yang terkontrol memperlihatkan loperamide tidak memiliki efek yang
tidak baik untuk kasus infeksi non-disentri pada diare perjalanan (tanpa demam
153

tinggi atau darah di tinja), meskipun disebabkan oleh E. coli, Shigella,


Campylobacter atau Salmonella, baik monoterapi maupun dikombinasi dengan
antibiotik. Jika dikombinasi dengan antibiotik, loperamide akan mengurangi
frekuensi diare dan memperpendek durasi diare.
1.8 Pedoman pengobatan diare akut dewasa :
1) Intake cairan: Sebaiknya dikonsumsi sesuai dengan rasa haus yang timbul.
Dianjurkan untuk minum cairan yang mengandung glukosa (limun, soda
manis, jus buah) atau sup yang mengandung banyak elektrolit.
2) 2.Cairan rehidrasi oral: Meskipun sangat penting untuk kasus diare pada
anak-anak, ORS tidak diperlukan untuk orang dewasa sehat yang terkena
diare. Tidak ada bukti bahwa ORS dapat menyembuhkan atau memperpendek
masa diare.
3) 3.Intake makanan: Sebaiknya konsumsi makanan padat tetap dilakukan sesuai
selera. Tidak ada bukti bahwa memakan makanan padat akan menghambat
penyembuhan. Makanan kecil yang ringan dianjurkan. Makanan berlemak,
berat, pedas, atau merangsang (kafein, termasuk yang terdapat dalam
minuman yang mengandung cola), sebaiknya dihindari. Menghindari laktosa
di dalam makanan (seperti susu) mungkin akan membantu untuk kasus diare
akut yang episodenya lebih panjang.
4) 4.Konsultasi dokter juga diperlukan jika tidak ada perbaikan gejala setelah 48
jam, atau ada bukti terjadinya kemunduran, seperti dehidrasi, perut kembung,
atau tanda-tanda disentri (panas > 38,5C dan darah pada tinja)
1.9 Macam Obat Diare
Obat diare dibagi menjadi kemoterapeutika yang memberantas penyebab
diare .seperti bakteri atau parasit, obstipansia untuk menghilangkan gejala diare
dan spasmolitik yang membantu menghilangkan kejang perut yang tidak
menyenangkan.
Sebaiknya jangan mengkonsumsi golongan kemoterapeutika tanpa resep dokter.
Dokter akan menentukan obat yang disesuaikan dengan penyebab diarenya misal
bakteri, parasit. Pemberian kemoterapeutika memiliki efek samping dan sebaiknya
diminum sesuai petunjuk dokter
154

Sebenarnya usus besar tidak hanya mengeluarkan air secara berlebihan tapi juga
elektrolit. Kehilangan cairan dan elektrolit melalui diare ini kemudian dapat
menimbulkan dehidrasi. Dehidrasi inilah yang mengancam jiwa penderita diare.
1.10 Penggolongan Obat Diare
Kemoterapeutika untuk terapi kausal yaitu memberantas bakteri penyebab
diare seperti antibiotika, sulfonamide, kinolon dan furazolidon.
1) Racecordil
Anti diare yang ideal harus bekerja cepat, tidak menyebabkan konstipasi,
mempunyai indeks terapeutik yang tinggi, tidak mempunyai efek buruk
terhadap sistem saraf pusat, dan yang tak kalah penting, tidak menyebabkan
ketergantungan. Racecordil yang pertama kali dipasarkan di Perancis pada
1993 memenuhi semua syarat ideal tersebut.
2) Loperamide
Loperamide merupakan golongan opioid yang bekerja dengan cara
memperlambat motilitas saluran cerna dengan mempengaruhi otot sirkuler
dan longitudinal usus. Obat diare ini berikatan dengan reseptor opioid
sehingga diduga efek konstipasinya diakibatkan oleh ikatan loperamid dengan
reseptor tersebut. Efek samping yang sering dijumpai adalah kolik abdomen
(luka di bagian perut), sedangkan toleransi terhadap efek konstipasi jarang
sekali terjadi.
3) Nifuroxazide
Nifuroxazide adalah senyawa nitrofuran memiliki efek bakterisidal terhadap
Escherichia coli, Shigella dysenteriae, Streptococcus, Staphylococcus dan
Pseudomonas aeruginosa. Nifuroxazide bekerja lokal pada saluran
pencernaan.
Obat diare ini diindikasikan untuk dire akut, diare yang disebabkan oleh E.
coli & Staphylococcus, kolopatis spesifik dan non spesifik, baik digunakan
untuk anak-anak maupun dewasa.
4) Dioctahedral smectite.
Suatu aluminosilikat nonsistemik berstruktur filitik, secara in vitro telah
terbukti dapat melindungi barrier mukosa usus dan menyerap toksin, bakteri, serta
155

rotavirus. Smectite mengubah sifat fisik mukus lambung dan melawan mukolisis
yang diakibatkan oleh bakteri. Zat ini juga dapat memulihkan integritas mukosa
usus seperti yang terlihat dari normalisasi rasio laktulose-manitol urin
Obstipansia untuk terapi simtomatis (menghilangkan gejala) yang dapat
menghentikan diare dengan beberapa cara:
1) Zat penekan peristaltik, sehingga memberikan lebih banyak waktu untuk
resorpsi air dan elektrolit oleh mukosa usus seperti derivat petidin
(difenoksilatdan loperamida), antokolinergik (atropine, ekstrak belladonna)
2) Adstringensia yang menciutkan selaput lendir usus, misalnya asam samak
(tannin) dan tannalbumin, garam-garam bismuth dan alumunium.
3) Adsorbensia, misalnya karbo adsorben yanga pada permukaannya dapat
menyerap (adsorpsi) zat-zat beracun (toksin) yang dihasilkan oleh bakteri
atau yang adakalanya berasal dari makanan (udang, ikan). Termasuk di sini
adalah juga musilago zat-zat lendir yang menutupi selaput lendir usus dan
luka-lukanya dengan suatu lapisan pelindung seperti kaolin, pektin (suatu
karbohidrat yang terdapat antara lain sdalam buah apel) dan garam-garam
bismuth serta alumunium.
4) Spasmolitik, yakni zat-zat yang dapat melepaskan kejang-kejang otot yang
seringkali mengakibatkan nyeri perut pada diare antara lain papaverin dan
oksifenonium.
5) Probiotik: Terbukti tidak membantu meskipun digunakan pada awal
pengobatan.
6) Obat anti diare: Pilihan utamanya adalah loperamide 2 mg (dosis fleksibel,
tergantung dari seberapa sering BAB cair yang terjadi). Anti diare lain tidak
direkomendasikan karena efektivitasnya belum pasti, mula kerja yang lambat,
dan potensi efek samping yang ditimbulkan. Tidak ada bukti bahwa
menghambat keluarnya BAB cair akan memperpanjang penyakit. Justru telah
terbukti penggunaan antidiare akan mengurangi diare dan mmperpendek
durasi diare.
156

7) Antimikroba: Dianjurkan untuk diberikan pada turis yang bepergian dalam


travel kit beserta loperamide. Quinolone direkomendasikan sebagai pilihan
utama, dan pilihan berikutnya adalah cotrimoxazole.

Lampiran 2

INFORMED CONSENT
157

RONDE KEPERAWATAN

Lampiran 3
RESUME PASIEN- PELAKSANAAN RONDE
158

1.1 IDENTITAS
Nama : Ny Nasimah
Umur : 52 thn
Status : Menikah
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Sidoarjo
1.2 Diagnosis : Prolong diare+ Vomiting+ Iliius paralitik
1.3 Keluan utama : Nyeri di bagian perut (mules) skala nyeri 3
1.4 Riwayat Penyakit Sekarang
Mulai tanggal 5 mei pasien mengeluh diare cair tidak ada ampas 5-7x/hari,
perut terasa kembung, badan terasa lemas, perut kembung dan flatus jarang.
Tanggal 12 mei 2017 oleh keluarga di bawa oleh keluarganya ke RSUD dan di
sarankan opname. pasien selesai periksa laboratorium hasilnya HB ; 8,7 g%,
Leoko 9,42, trombosit 618.000, Bun : 29,7 mg/dl, Creat : 2.0, SGOT 24 U/L,
SGPT: 16 U/L, GDA: 239 mg/dl, Natrium : 129 mmol/l, Kalium 4,4 mmol/l,
Chlorida: 94 mmol/l, sudah di berikan infus RL 20 tts/ menit, Tranfusi 1 bag PRC
tampa premed (dapat tgl 13/5/2016) dan tgl 14/5/2017 cek DL, Hb 7,3 gr di
lakukan tranfusi yang ke 2.
Tanggal 16/5/2017 di lakukan pemeriksaan DL ulang hasilnya HB 9,3 g/dl.
1.5 Riwayat penyakit Dahulu
DM sejak 10 th yang lalu, Untuk pengobatan DM tidak mendapatkan obat,
hanya diet saja. Pasien belum pernah opname sebelum nya.
1.6 Riwayat Penyakit Keluarga
Dari keluarga mengatakan tidak ada yang menderita DM
1.7 Pemeriksaan Fisik tanggal 3 Mei 2017
Tanda- tanda vital
Tekanan darah :110/70 mmhg
Nadi : 96x/menit
Suhu : 37oC
159

RR : 20x/menit
1) Sistem Pernafasan
Pernafasan teratur, tidak ada keluan sesak, tidak ada batuk, tidak ada otot
bantu pernafasan, tidak ada ronchi, tidak ada wheezing.
2) Sistem kardiovaskuler
Irama jantung reguler, bunyi jantung 1 dan 2 tunggal, CRT 2 detik, akral
dingin kering, tidak ada sianosis.
3) Sistem Persarafan
Kesadaran compos metis, keluan nyeri pada seluruh perut ( mules), NRS 3.
4) Sistem Perkemian
Pasien menggunakan Folley cath no 16 dengan balon 12 cc, terukur, kreatinin
tgl 12/5/17 : 2 mg/dl, BUN : 29, 7 mg/dl
5) Sistem Pencernaan
Pasien mengeluh mual, perut masih terasa sebah, nafsu makan masih kurang,
kembung berkurang, flatus jarang, bising usus 5x/menit. BAB cair tidak ada
ampas 1x. BB sebelum sakit 74 kg, dan BB Saat sakit 66 kilo TB 155 kg, turgor
kulit sedang, Pasien mendapatkan diet bubur halus.
6) Sistem muskuloskeletal dan integumen
Kemampuan menggerakkan sendi bebas, pasien masih lemah, kekuatan otot,
warna kulit anemis, turgor kulit sedang, tidak ada oedema, pasien menggunakan
infus RL di tangan kanan bag metakarpal, tidak ada luka.
5 5
5 5
7) Sistem Endokrin
Tidak ada pembesaran thyroid, hiperglikemia

8) Kebersihan pribadi:
Pasien mampu mandi di seka 2x/hari, gosok gigi 2x/sehari, dan ganti pakaian
1x/hari. Pasien tampak lemah, rambut sedikit acak-acakan, penampilan tidak rapi
160

9) Psikososial Spiritual
Pasien tidak dapat menjalankan sholat di karenakan badannya masih
lemah, pasien mempunyai motivasi tinggi untuk sembuh, tetapi pasien juga
berkeluh kesah karena keadaannya tidak segera sembuh, karena tidak
mempunyai BPJS, dan biaya sendiri.
Tgl Hasil Laboratorium
12/5/17 14/5/17 16/5/17 2/6/17 3/6/17
HB: 8,7 HB: 7.3 Hb: 9,3 GDA: 103 HB: 6.8

Leoko:9,42 Leoko: 5. 59 Leoko: 7,84 Na : 132 Leoko: 11.79


Trombo: 618 Trombo: 455 Trombo: 361 K : 3.5 Trombo: 324
GDA: 239 Chlor: 96 Bun: 45.7

Bun: 29.7 Creat: 3.1

Creat: 2.0

SGOT: 24

SGPT: 16

Na: 129

K: 4.4

Chlor: 94

Tgl 17/5/17 :
Hasil USG abdomen atas bawah

Kesp. Hepatomegali fatty liver

Bilateral hydroneprosis dextra gr 1 dan sinistra gr 1-2

Therapi:
1. Cernevit 1x1 Vial IV
2. Ondacentron 8 mg 3x1 IV
3. Lasix 20 mg 2x1 amp IV
4. Nexium 40 ng 2x1 Vial IV
5. Ambroxol 3x1 tab
6. Tracetat syr 3xC
Diagnosis Keperawatan
1) Nyeri akut ( Mules) berhubungan dengan spasme otot teratasi taanggal 1 Juni
2017
161

2) Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah,


intake yang kurang
3) Tanggal 5 Juni 2017
4) Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Anoreksia.
5) Tujuan : Setelah di lakukan perawatan 3x24 jam tidak terjadi gangguan
penenuhan kebutuan nutrisi.
Kreteria Hasil:
(1) A ( Antropometri) BB Stabil, KU baik.
(2) B ( Biomchemical data) Tidak terjadi penurunan HB (N; 11,4-15,1 g/dl, Alb :
3,2 - 4,5 g
(3) C (Clinical signs): Konjungtiva tidak anemis, turgor baik
(4) D ( Diet) Nafsu makan baik, Pasien mampu menghabiskan porsi makan yang
disediakan.
Rencana Tindakan
1. Jelaskan pentingnya nutrisi dan kepatuhan diet
2. Berikan motivasi kepada pasien untuk menghabiskan makanan yang di
sediakan sesuai diet yang di tentukan
3. Timbang berat badan tiap 3-4 hari sekali
4. Onitor Hb, Albumin dan gula darah
5. Kolaborasi dengan Unit Gizi untuk pemberian diet.
6. Observasi Intake setiap hari
Evaluasi
Kebutuhan Nutrisi belum terpenuhi

Lampiran 4

DAFTAR KEHADIRAN
162

Lampiran 5

DOKUMENTASI KEGIATAN ROLE PLAY KEPERAWATAN


163

//

Anda mungkin juga menyukai