Laporan Role Play
Laporan Role Play
OLEH :
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Role Play
Keperawatan. Praktek manajemen keperawatan ini di laksanakan untuk memenuhi
kompetensi pada praktik profesi sejak tanggal 22 Mei 2017 sampai dengan
tanggal 17 Juni 2017
Selama menyusun laporan role play ini, kami mendapatkan bantuan dan
masukan yang baik dari seluruh pihak yang terkait. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr.Atok Irawan, SP. P, selaku Direktur Utama yang telah memberikan
kesempatan bagi kami untuk melaksanakan praktik manajemen keperawatan di
Rumah Sakit Umum Daerah Sidoarjo.
2. Dr. Syamsu rahmadi, SP. S selaku Direktur Pelayanan medik yang telah
memberikan dukungan selama kami menjalani praktik profesi manajemen
keperawatan.
3. Sr. Reinarda Sri Winarni, SSpS, MN selaku Ketua STIKES St. Vincentius A
Paulo Surabaya beserta Tim Manjemen Keperawatan yang telah memberi
kesempatan dan bimbingan kepada kami untuk melaksanakan praktik profesi
manajemen keperawatan.
4. Anik Churotul. F, S.Kep.Ners selaku kepala ruangan ruang tulip beserta staf
yang telah bersedia menerima dan bekerja sama selama kami untuk
melaksanakan praktik profesi manajemen keperawatan.
5. Sisilia Indriasari W, M. Kep., Ners selaku Kepala Prodi Profesi Ners
Keperawatan STIKES Katolik St. Vincentius A Paulo Surabaya serta
pembimbing akademik manajemen keperawatan.
6. Hartiningsih, S. Kep, Ners selaku Clinical Educator manajemen keperawatan
yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membimbing kami
melaksanakan praktik manajemen keperawatan.
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Menyetujui,
Mengetahui,
iii
DAFTAR ISI
Halaman
iv
LAPORAN ROLE PLAY PENERIMAAN PASIEN BARU
PRAKTEK MANAJEMEN DI RUANG TULIP 2
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
SIDOARJO
OLEH:
1
2
1.2 Tujuan
Menurut (Nursalam, 2015: L-78), Tujuan dari penerimaan pasien baru adalah
sebagai berikut:
1) Menerima dan menyambut kedatangan pasien dengan hangat dan terapeutik
2) Meningkatkan komunikasi antara perawat dengan pasien
3) Mengetahui kondisi dan keadaan pasien secara umum
4) Menurunkan tingkat kecemasan pasien saat MRS dan membatu adaptasi
1.3 Manfaat
1) Bagi Klien
(1) Tercapainya kepuasan klien yang optimal terhadap pelayanan keperawatan
(2) Klien mengetahui hak dan kewajiban serta fasilitas yang diperoleh.
2) Bagi perawat
(1) Tercapainya kepuasan kerja yang optimal
(2) Dapat menjalin hubungan saling percaya dengan pasien
(3) Meningkatkan kepercayaan klien dan keluarga kepada perawat.
3) Bagi institusi
(1) Tercapainya pengalaman dalam penerimaan pasien baru
(2) Terciptanya model asuhan keperawatan professional
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Penerimaan pasien baru adalah metode dalam menerima kedatangan pasien
baru (pasien dan/ keluarga) diruang pelayanan keperawatan khususnya pada rawat
inap atau keperawatan intensif. Dalam penerimaan pasien baru, maka sampaikan
beberapa hal mengenai orientasi ruang, pengenalan ketenagaan perawat- medis,
dan tata tertib serta penyakit. (Nursalam, 2015: L-78).
2.2 Tujuan
Menurut (Nursalam, 2015: L-78), Tujuan dari penerimaan pasien baru adalah
sebagai berikut:
1) Menerima dan menyambut kedatangan pasien dengan hangat dan terapeutik
2) Meningkatkan komunikasi antara perawat dengan pasien
3) Mengetahui kondisi dan keadaan pasien secara umum
4) Menurunkan tingkat kecemasan pasien saat MRS dan membatu adaptasi
2.3 Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan
Menurut (Nursalam, 2015: L-79).hal-hal yang perlu diperhatikan adalah
sebagai berikut:
1) Pelaksanaan secara efektif dan efisien
2) Dilakukan oleh kepala ruangan atau Katim dan atau perawat asosiate yang
telah diberi wewenang / delegasi.
3) Saat pelaksanaan tetap menjaga privasi pasien
4) Ajak pasien komunikasi yang baik dan beri sentuhan terapeutik
2.4 Peran perawat dalam penerimaan pasien baru
Menurut (Nursalam, 2015: L-79).Peran perawat dalam penerimaan pasien
baru adalah sebagai berikut:
1) Kepala ruangan:
1) Menerima pasien baru
2) Memeriksa kelengkapan yang diperlukan untuk persiapan pasien baru
3
4
2) Ketua tim
1) Menyiapkan lembar serah terima dan penerimaan pasien baru
2) Menandatangani lembar penerimaan pasien baru
3) Melakukan pengkajian padap asien baru
4) Mengorientasikan pasien pada ruangan dan tata tertib ruangan
5) Memberi penjelasan tentang perawat dan dokter yang bertanggung jawab, dan
memperkirakan hari perawatan jika memungkinkan. Mendelegasikan
pengkajian dan pemeriksaan fisik pada pasien baru kepada perawat associate
6) Mendokumentasikan penerimaan pasien baru
3) Perawat associate (PA)
Membantu Katim dalam pelaksanaan penerimaan pasien baru, pengkajian
dan pemeriksaan fisik pada pasien baru.
2.5 Alur Penerimaan Pasien Baru
Pra Karu memberitahu Katim akan ada pasien baru
Katim menyiapkan:
1. Lembar pasien masuk
rumah sakit
2. Buku status dan lembar
format pengkajian pasien
3. Nursing kit
4. Informed Consent
sentralisasi obat
5. Lembar tata tertib pasien
Pelaksanaan KARU, Katim dan PA menyambut pasien baru
Terminasi
Terminasi
Evaluasi
Bagan 2.1 Alur Penerimaan Pasien baru (Nursalam:2015.L80)
2.6 Evaluasi
5
6
7
3.5 Instrumen
1) Alat tulis
2) Nursing kit
3) Rekam medis
3.6 Kriteria evaluasi
1) Evaluasi struktur
(1) Sarana dan prasarana yang menunjang antara lain lembar penerimaan pasien
baru, informend consent, sentralisasi obat, format pengkajian, nursing kit,
status lembar kuesioner tingkat kepuasan pasien dan lembar tata tertip pasien
dan pengunjung.
(2) Penerimaan pasien baru pada sift pagi dilakukan oleh KARU, PP, dan PA
sedangkan pada sift sore dilakukan oleh PP dan PA.
2) Evaluasi proses
(1) Pasien baru disambut oleh KARU, PP dan PA
(2) PP melakukan anamnese dan pemeriksaan fisik dengan dibantu oleh PA
(3) Pasien baru diberikan penjelasan tentang orientasi ruangan, perawatan
(termasuk sentralisasi obat), medis, serta tata tertib ruangan.
(4) Perawat melakukan komunikasi terapeutik dengan klien dan keluarga
3) Evaluasi hasil
(1) Hasil penerimaan pasien baru di dokumentasikan dengan benar
(2) Pasien mengetahui tentang fasilitas ruangan, perawatan, medis serta tata tertib
ruangan.
(3) Pasien sudah mendatangani lembar persetujuan sentralisasi obat.
BAB 4
PELAKSANAAN KEGIATAN
9
dilakukan saat penerimaan pasien baru, serta melakukan evaluasi kegiatan saat itu.
Acara dilakukan sesuai dengan jadwal gann chart yang telah dibuat yaitu pada
minggu pertama profesi manajemen keperawatan.
10
10
3) Evaluasi Hasil
(1) Kegiatan dihadiri oleh 100% dari 12 undangan
(2) Acara dimulai pukul l1.00 WIB
(3) Mahasiswa berperan sesuai dengan Job Description masing-masing.
(4) Hasil dari kegiatan penerimaan pasien baru yang diawali dengan
penerimaan awal oleh kepala ruangan, PP dan PA dapat meningkatkan kinerja
dan pelayanan keperawatan kepada pasien.
4.5 Hambatan
Pemeran roleplay masih terlihat kaku dalam melakukan kegiatan, ada beberapa
hal yang lupa dijelaskan yaitu tata tertib pasien dan penilaian resiko jatuh.
4.6 Dukungan
1) Pembimbing klinik dan akademik memberikan bimbingan secara optimal.
2) Kepala ruangan dan perawat ruang tulip memberikan dukungan terhadap
dilaksanakannya penerimaan pasien baru.
3) PP, PA dan Karu telah berlatih berulang untuk mengomptimalkan penampilan
saat Role play.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Simpulan
1) Penerimaan pasien baru yang benar dan menyeluruh membawa manfaat
bagi pasien yang menerima pelayanan asuhan keperawatan, perawat sebagai
pelaksana asuhan keperawatan, dan rumah sakit dalam upaya peningkatan
mutu pelayanan.
2) Pelaksanaan penerimaan pasien baru yang dilakukan oleh mahasiwa sudah
cukup bagus dan sudah sesuai dengan alur role play penerimaan pasien
baru.
5.2 Saran
Penerimaan pasien baru yang dilakukan diruangan sudah cukup baik, karu
sudah ikut menerima pasien baru dan memperkenalkan masing masing nama
perawat yang bertugas saat itu, PP sudah memberikan orientasi ruangan. Tetapi
saat penerimaan pasien PP kurang menjelaskan hak dan kewajiban pasien baru
serta lokasi tempat bank darah, laboraturium, radiologi dll.
11
DAFTAR PUSTAKA
Nursalam. 2015. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik
Keperawatan Profesional Edisi 5. Jakarta: Salemba Medika
12
13
Lampiran 1
LEMBAR REKAM MEDIS
14
1. Row I, B/L: lingkari yang sesuai. Jika pasien baru (belum pernah MRS),
lingkari B. Jika her MRS (pernah MRS sebelumnya), lingkari L.
2. No. Reg, RM, ruangan, kelas: isi sesuai dengan identitas pasien.
3. Row II, kolom I dan II, isi sesuai dengan identitas pasien atau RM pasien.
4. Row III dan IV, kolom I dan III, isi sesuai dengan nama dokter yang
merawat, urut sesuai dengan dokter I sampai dengan dokter IV. Tulis juga
kapan dilakukan konsultasi dengan dokter yang lain.
5. Row V, kolom I, isi sesuai dengan diagnosa masuk dan jenis kasus.
6. Row V, kolom II, isi sesuai dengan nama keluarga yang bertanggung jawab.
7. Row VI IX, isi sesuai dengan diagnosa akhir, jenis tindakan, cara keluar
dan hasil perawatan. Isi pada saat pasien pulang.
15
16
TEKNIS PENGISIAN RM 2b
(FORMULIR PENDIDIKAN PASIEN DAN KELUARGA)
besar/lebih kecil kiri kanan, dengan memberi tanda </> dan diameter pupil
sebutkan ukurannya (dalam millimeter).
8. Perkemihan: isi dengan memberi tanda centang ( ) pada pilihan, sesuai
dengan hasil pengkajian dan keluhan pasien.
9. Pencernaan: isi dengan memberi tanda centang ( ) pada pilihan, sesuai
dengan hasil pengkajian dan keluhan pasien. Untuk nyeri tekan sebutkan
lokasi nyeri sesuai region abdomen.
10. Reproduksi/genetalia: isi dengan memberi tanda centang ( ) pada pilihan,
sesuai dengan hasil pengkajian dan keluhan pasien.
11. Musculoskeletal/integument: isi dengan memberi tanda centang ( ) pada
pilihan, sesuai dengan hasil pengkajian dan keluhan pasien.
12. Endokrin: isi dengan memberi tanda centang ( ) pada pilihan, sesuai
dengan hasil pengkajian.
13. Psiko sosial spiritual
Isi dengan hasil pengkajian presepsi pasien terhadap kondisinya saat ini dan
kondisi yang tampak dari pasien.
Lampiran 2
HAK PASIEN
Lampiran 3
TTD
Lampiran 4
TTD
Lampiran 5
28
29
Lampiran 6
Lampiran 7
DAFTAR HADIR
32
LAMPIRAN 8
DOKUMENTASI KEGIATAN ROLE PLAY TIMBANG TERIMA
33
LAPORAN ROLE PLAY SENTRALISASI OBAT
PRAKTEK MANAJEMEN DI RUANG TULIP 2
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
SIDOARJO
OLEH:
35
36
2.1 Pengertian
Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat yang akan
diberikan kepada pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh perawat
(Nursalam, 2016 )
Sentralisasi obat (teknik pengelolaan obat penuh) adalah pengelolaan obat
dimana seluruh obat yang akan diberikan kepada pasien diserahkan sepenuhnya
kepada perawat, pengeluaran dan pembagian obat sepenuhnya dilakukan oleh
perawat.
2.2 Tujuan Pengelolaan Obat
Tujuan pengelolaan obat adalah menggunakan obat secara bijaksana dan
menghindari pemborosan, sehingga kebutuhan asuhan keperawatan pasien dapat
terpenuhi
Hal-hal berikut ini adalah beberapa alasan yang paling sering mengapa obat
perlu disentralisasi.
1) Memberikan bermacam-macam obat untuk satu pasien.
2) Menggunakan obat yang mahal dan bermerek, padahal obat standart yang
lebih murah dengan mutu yang terjamin memiliki efektifitas dan keamanan
yang sama.
3) Meresapkan obat sebelum diagnosis pasti dibuat.
4) Menggunakan dosis yang lebih besar dari pada yang diperlukan
5) Memberikan obat kepada pasien yang tidak mempercayainya, dan yang akan
membuang atau lupa untuk minum.
6) Memesan obat lebih daripada yang dibutuhkan, sehingga banyak yang tersisa
sesudah batas kadarluarsa.
7) Tidak menyediakan lemari es, sehingga vaksin dan obat menjadi tidak aktif.
8) Meletakkan obat ditempat yang lembab, terkena cahaya atau panas.
9) Mengeluarkan obat ( dari tempat penyimpanan) terlalu banyak pada suatu
waktu sehingga dipakai berlebihan atau dicuri ( Nursalam, 2016 ).
37
38
a) Memeriksa ulang atas kebenaran obat dan jenis obat, jumlah obat dan menulis
etiket dan alamat pesien. Penyimpanan stok ( persediaan ) yang teratur
dengan baik merupakan bagaian penting dari manajemen obat. Obat yang
diterima dicatat dalam buku besar persediaan atau dalam kartu persedian.
b) System kartu persediaan
Sebuah kartu persediaan ( kartu stok ) kadang-kadang digunakan untuk
menggantikan buku besar persediaan, kartu ini berfungsi seperti buku besar
persediaan, yakni neraca diseimbangkan dengan menambahkan barang yang
diterima dan mengurangi dengan jumlah barang yang dikeluarkan dalam buku
besar persediaan, masing masing barang ditempatkan pada halaman yang
terpisah. Tetapi dalam system kartu persediaan, masing masing barang
dituliskan dalam kartu yang terpisah.
c) Lemari obat
Periksa keamanan mekanisme kunci dan penerangan lemari obat serta lemari
pendingin. Periksa persediaan obvat, pemisahan antara obat untuk
penggunaan oral ( untuk diminum) dan obat luar.
PASIEN/KELUARGA
FARMASI/APOTEK
2.5 Peran/Tugas
1) Perawat primer dan perawat associate
(1) Menjelaskan tujuan dilaksanakan sentralisasi obat
(2) Menjelaskan manfaat dilaksanakannya sentralisasi obat
(3) Memfasilitasi surat persetujuan pengelolaan dan pencatatan obat
(4) Melakukan pencatatan dan kontrol terhadap pemakaian obat selama pasien
dirawat
(5) Melakukan tindakan kolaboratif dalam pelaksanaan program terapi
2) Perawat primer lain dan supervisor
(1) Memberikan perlindungan terhadap pasien terhadap tindakan kelalaian dan
malpraktik
(2) Menilai kepatuhan tehadap program terapi
(3) Memotivasi pasien untuk mematuhi program terapi
42
BAB 3
RENCANA KEGIATAN
42
43
3.5 Instrumen
1) Alat tulis
2) Rekam medik
3.6 Kriteria evaluasi
1) Struktur (input) :
(1) Pelaksanaan sentralisasi obat dilaksanakan di ruang
44
BAB 4
PELAKSANAAN KEGIATAN
2. 12.00 -13.00 WIB Masukan dan klarifikasi dari pembimbing (akademik maupun
klinik).
1.
Alur sudah cukup baik namun tidak di jelaskan alur sentralisasi
obat pada pasien dan keluarga
2.
Penandatanganan di lakukan di bad pasien, yang sebenarnya
dilakukan di nurse station
45
46
3.
Tidak ada feedback dari pasien dan keluarga mengenai informasi
yang kurang
4.
Role play sentralisasi obat lebih baik dilakukan langsung pada
pasien dan keluarga
5.
3) Evaluasi hasil
(1) Kegiatan dihadiri oleh semua yang diundang
(2) Selama kegiatan, masing-masing mahasiswa bekerja
sesuai dengan tugasnya.
(3) Acara di mulai dengan waktu yang telah ditentukan.
(4) Kegiatan berjalan lancar dan tujuan mahasiswa
tercapai dengan baik
4.4 Hambatan
Pelaksanaan Sentralisasi Obat mengalami sedikit kendala yaitu kurangnya
dalam penyampaian informasi kepada keluarga dan pasien.
4.5 Dukungan
1) Pengorganisasian acara Sentralisasi Obat yang terstruktur.
2) Proses bimbingan pelaksanaan Sentralisasi Obat oleh pembimbing ruangan
dan pembimbing akademik.
3) Adanya kerjasama dan kesempatan antara pihak perawat ruangan dengan
mahasiswa sebagai pelaksana.
4) Tersedianya fasilitas pendukung untuk kelancaran proses Sentralisasi Obat
yang baik di Ruangan Tulip Lantai
46
BAB 5
PENUTUP
5.1 Simpulan
1) Sentralisasi Obat yang dilakukan benar dan menyeluruh membawa manfaat
baik bagi perawat maupun bagi pasien yang menerima pelayanan asuhan
keperawatan yaitu meminimalkan terjadinya kesalahan dalam pemberian
obat.
2) Pelaksanaan Sentralisasi Obat yang dilakukan oleh mahasiwa sudah cukup
baik dan sesuai dengan alur, dimana isi Sentralisasi Obat sudah disampaikan
namun belum semua mengenai informed consent.
5.2 Saran
Sentralisasi Obat yang dilakukan diruangan sudah cukup baik hanya saja lebih
baik jika dilakukan pada pasien dan keluarga langsung.
47
DAFTAR PUSTAKA
48
49
Lampiran 1
50
51
1. Isi nama, TTL, dan nomor registrasi sesuai dengan nama, TTL dan nomor
registrasi pasien.
2. Pada kolom berat badan isi BB pasien.
3. Tempel striker alergi pada kolom yang telah disediakan bila pasien memiliki
alergi terhadap obat tertentu dan tulis nama obat penyebab alergi.
4. Bila pasien menolak untuk minum obat, pada kolom inisial ditulis R (Refuse),
ditandatangani oleh pasien dan perawat.
5. Bila pasien puasa, pada kolom inisial ditulis N / Nil by mouth, dan
ditandatangai oleh pasien dan perawat.
6. Pengisian form daftar terapi diinisial oleh perawat yang memberikan obat
kepada pasien dan di kroscek dengan memberikan inisial oleh teman sejawat /
double crosscheck.
7. Pada kolom tanggal di isi tanggal saat pemberian obat.
8. Pada kolom obat diisi sesuai dengan nama obat yang diberikan kepada pasien
9. Pada kolom dosis di isi sesuai dengan dosis obat yang diberikan pada obat
injeksi di isi melalui intra vena, per drip atau menggunakan syringe pump.
Sedangkan untuk obat oral di isi sesuai dengan rute pemberianya itu melalui
oral.
10. Pada kolom resep di isi jumlah resep yang diterima.
11. Pada kolom perawat di isi nama perawat yang obat.
12. Pada kolom frekuensi di isi frekuensi pemberian setiap obat baik injeksi
maupun oral.
13. Pada kolom pagi di isi tandatangan oleh perawat dan pasien/keluarga jika
obat diberikan pada pagi hari.
14. Pada kolom siang di isi tandatangan oleh perawat dan pasien/keluarga jika
obat diberikan pada siang hari.
15. Pada kolom sore di isi tandatangan oleh perawat dan pasien/keluarga jika obat
diberikan pada sore hari.
16. Pada kolom malam di isi tandatangan oleh perawat dan pasien/keluarga jika
obat diberikan pada malam hari.
17. Pada kolom ESO (efek samping obat) di isi efek samping obat yang diberikan
baik obat injeksi maupun obat oral.
18. Pada kolom sisa dituliskan sisa obat tiap per hari.
19. Pada kolom tanggal obat dihentikan ditulis tanggal obat dihentikan.
52
Lampiran 2
DAFTAR HADIR
53
LAMPIRAN 3
DOKUMENTASI ROLE PLAY SENTRALISASI OBAT
LAPORAN ROLE PLAY TIMBANG TERIMA PRAKTIK MANAJEMEN
DI RUANG TULIP 2 RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KABUPATEN SIDOARJO
OLEH:
1. DICKY HARI PRAKOSO, S.Kep NIM : 201604015
2. INDARTI DWI NINGSIH, S.Kep NIM : 201604032
3. IRENE MARDAMASI WELLO, S.Kep NIM : 201604033
4. MARIA MARGARETA, S.Kep NIM : 201604043
5. NI KADEK DEWI ARINI, S.Kep NIM : 201604049
6. NI PUTU ELIK ARMAYANTI, S.Kep NIM : 201604051
7. PAULA ADE HERWINATOJA , S.Kep NIM : 201604054
8. ROSARILIA SERAFIN DUA BAJO,S. Kep NIM : 201604060
9. RUT ELISABETH SITUMORANG, S.Kep NIM : 201604061
10. USWATUN CHASANAH, S.Kep NIM : 201604068
11. YOSSEVA PAULINA S.M, S.Kep NIM : 201604073
12. YUVITA ANGELIA PURBA, S.Kep NIM : 201604076
55
56
1.2 Tujuan
1) Tujuan umum
Diharapkan mahasiswa mampu melakukan timbang terima dengan baikdi
Ruang Tulip 2 RSUD Kabupaten Sidoarjo.
2) Tujuan Khusus
(1) Mahasiswa mampu mengkomunikasikan hasil pelaksanaan asuhan
keperawatan klien
(2) Mahasiswa mampu menyampaikan keadaan pasien, diagnosa keperawatan
dan masalah keperawatan, intervensi keperawatan dan intervensi kolaboratif
yang sudah dan belum dilakukan.
(3) Mahasiswa mampu menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindak lanjuti
oleh dinas berikutnya.
(4) Mahasiswa mampu menjaga kesinambungan informasi mengenai keadaan
klien
(5) Mahasiswa mampu memerankan perannya
1.3 Manfaat
1) Bagi Mahasiswa
(1) Meningkatkan kemampuan komunikasi antar
mahasiswa dalam melaksanakan asuhan keperawatan
(2) Menjalin suatu hubungan kerjasama dan bertanggung
jawab antara antara mahasiswa
(3) Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap klien yang
berkesinambungan.
(4) Mahasiswa dapat mengikuti perkembangan klien
secara paripurna.
(5) Terhindar dari kekeliruan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Timbang terima atau overan merupakan teknik atau cara untuk
menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan
pasien (Nursalam, 2015: L:20).
2.2 Tujuan Timbang Terima (Nursalam, 2015: L:20).
1) Tujuan Umum
Mengkomunikasikan keadaan pasien dan menyampaikan informasi yang
penting
2) Tujuan Khusus
(1) Menyampaikan kondisi atau keadaan pasien (data fokus)
(2) Menyampaikan hal yang sudah atau belum dilakukan dalam asuhan
keperawatan kepada pasien.
(3) Menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindak lajuti oleh dinas
berikutnya.
(4) Tersusunnya rencana kerja untuk dinas berikutnya
2.3 Manfaat Dilakukan Timbang Terima (Nursalam, 2015: L:20).
1) Bagi Perawat
(1) Meningkatkan kemampuan komunikasi antara perawat.
(2) Menjalin suatu hubungan kerjasama dan bertanggung jawab antara
perawat.
(3) Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap klien yang berkesinambungan
(4) Perawat dapat mengikuti perkembangan klien secara paripurna.
2) Bagi Pasien
Klien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang belum
terungkap
2.4 Macam macam timbang terima (Mossaman, 2011)
1) Verbal handover merupakan timbang terima yang dilakukan secara lisan
57
58
KARU
KLIEN
DIAGNOSA MEDIS DIAGNOSA
KEPERAWATAN
RENCANA TINDAKAN
PERKEMBANGAN /KEADAAN
KLIEN
MASALAH :
1. TERATASI
2. BELUM TERATASI
3. TERATASI SEBAGIAN
4. MUNCUL MASALAH
BARU
Validasi ke pasien
penandatanganan dari
KARU
60
2.7 Evaluasi
1) Struktur (Input)
Pada timbang terima, sarana dan prasarana yang menunjang telah tersedia
antara lain: catatan timbang terima, status pasien dan kelompok sif timbang
terima. Kepala ruangan/Nurse in charge (NIC) memimpin kegiatan timbang
terima yang dilaksanakan pada pergantian shift yaitu malam ke pagi, pagi ke sore.
Kegiatan timbang terima pada shift sore ke malam dipimpin oleh perawat primer
yang bertugas saat itu.
2) Proses
Proses timbang terima di pimpin oleh kepala ruangan dan dilaksanakan oleh
seluruh perawat yang bertugas maupun yang akan mengganti shift. Perawat
primer mengoperkan ke perawat primer berikutnya yang akan mengganti shift.
Timbang terima pertama dilakukan di nurse station kemudian ke ruang perawatan
pasien dan kembali lagi ke nurse station. Isi timbang terima mencakup jumlah
pasien, diagnosis keperawatan, intervensi yang belum/sudah dilakukan.
3) Hasil
Timbang terima dapat dilaksanakan setiap pergantian shift. Setiap perawat
dapat mengetahui perkembangan pasien. Komunikasi antar perawat berjalan
dengan baik.
BAB 3
RENCANA KEGIATAN
61
62
Di bed pasien
6. Kepala ruangan menanyakan salam
dan PP menanyakan kebutuhan dasar
pasien
7. Perawat jaga selanjutnya mengkaji
secara penuh terhadap masalah
keperawatan, kebutuhan, dan tindakan
yang telah/belum dilaksanakan, serta
hal-hal penting lainnya selama masa
keperawatan.
8. Hal-hal yang sifatnya khusus dan
memerlukan perincian yang matang
RUANG/B
sebaiknya dicatat secara khusus untuk
ED
kemudian diserahterimakan kepada
PASIEN
petugas berikutnya.
Post 1. Diskusi 5 menit Nurse Karu
timbang station PP
2. Pelaporan untuk timbang terima
terima PA
dituliskan secara langsung pada
formattimbang terima yang
ditandatangani oleh PP yangjaga saat
itu dan PP yang jaga berikutnya dan
diketahui oleh kepala rungan.
3. Ditutup oleh kepala ruangan
Kegiatan timbang terima pada shift sore ke malam dipimpin oleh perawat primer
yang bertugas saat itu.
2) Proses
Proses timbang terima di pimpin oleh kepala ruangan dan dilaksanakan oleh
seluruh perawat yang bertugas maupun yang akan mengganti shift. Perawat
primer mengoperkan ke perawat primer berikutnya yang akan mengganti shift.
Timbang terima pertama dilakukan di nurse station kemudian ke ruang perawatan
pasien dan kembali lagi ke nurse station. Isi timbang terima mencakup jumlah
pasien, diagnosis keperawatan, intervensi yang belum/sudah dilakukan.
3) Hasil
Timbang terima dapat dilaksanakan setiap pergantian shift. Setiap perawat
dapat mengetahui perkembangan pasien. Komunikasi antar perawat berjalan
dengan baik.
66
BAB 4
PELAKSANAAN KEGIATAN
65
66
66
BAB 5
PENUTUP
5.1 Simpulan
Pelaksanaan timbang terima oleh mahasiswa program studi Profesi Ners
STIKES Katolik st Vincentius a Paulo pada hari Rabu, 31 Mei 2017 Adapun
masukan yang diberikan meliputi: Alur saat role play sudah mendekati dengan
alur timbang terima yang sesuai teori, Seharusnya yang membuka timbang terima
adalah KARU, Saat validasi yang pp Sore yang menanyakan keluhan dan
memperkenalkan perawat yang bertanggung jawab, Penulisan pemain peran tidak
sesuai dengan proposal role play timbang terima. Dimana timbang terima
memiliki peran penting dalam memberikan manfaat bagi pasien, perawat, maupun
peningkatan mutu pelayanan keperawatan.
5.2 Saran
1) Timbang terima tetap dilakukan di ruangan oleh mahasiswa praktek. Karu
dan perawat primer dan selalu dilaksanakan setiap pergantian shift yang harus
selalu diikuti oleh semua anggota dinas pada waktu itu dan selalu di buka
oleh Karu dan melakukan validasi untuk meningkatkan mutu asuhan
keperawatan guna meningkatkan kualitas pelayanan.
2) Bagi mahasiswa diharapkan agar timbang terima tidak hanya berhenti di
praktek manajemen keperawatan saja, namun bisa diaplikasikan hingga
bekerja di rumah sakit manapun.
67
DAFTAR PUSTAKA
68
Lampiran 1 69
FORMAT TIMBANG TERIMA
70
71
Lampiran 2
INFORMEND CONSENT
74
Lampiran 3
DAFTAR HADIR
75
Lampiran 4
OLEH:
77
78
2.1 Pengertian
Perencanaan pulang merupakan komponen yang terkait dengan rentang
ners. Rentang keperawatan sering pula disebut keperawatan berkelanjutan yang
artinya keperawatan yang dibutuhkan oleh pasien dimanapun pasien berada.
Kegagalan untuk memberikan dan mendokumentasikan perencanaan pulang akan
beresiko terhadap beratnya penyakit, ancaman hidup, dan disfungsi fisik
(Nursalam, 2015:L-89). Menurut Hurts (1990) yang dikutip dari Nursalam
(2011:336) perencanaan pulang merupakan proses yang dinamis agar tim
kesehatan mendapatkan kesempatan yang cukup untuk menyiapkan pasien
melakukan perawatan mandiri di rumah.
2.2 Tujuan discharge planning
Menurut Tim dan Siras (1986) yang dikutip dari Nursalam (2015:336),
perencanaan pulang bertujuan :
1) Menyiapkan pasien dan keluarga secara fisik, psikologis dan sosial
2) Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga.
3) Meningkatkan perawatan yang berkelanjutan pada pasien.
4) Membantu rujukan pasien pada sistem pelayanan kesehatan yang lain.
5) Membantu pasien dan keluarga memiliki pengetahuan dan keterampilan
serta sikap dalam memperbaiki serta mempertahankan status kesehatan
pasien.
6) Melaksanakan rentang perawatan antar-rumah sakit dan masyarakat.
2.3 Manfaat discharge planning
Menurut Nursalam, 2015: L-90
1) Bagi pasien
(1) Meningkatkan kemandirian pasien dalam melakukan keperawatan dirumah
(2) Meningkatkan keperawatan yang berkelanjutan pada pasien
79
80
2) Pasien dengan rumah sakit. Namun apabila pasien perlu dirawat kembali,
maka prosedur perawatan dapat dilakukan kembali Judicial discharge.
(pulang paksa). Kondisi ini pasien diperbolehkan pulang walaupun kondisi
kesehatan tidak memungkinkan untuk pulang, tetapi pasien harus dipantau
dengan melakukan kerja sama dengan perawat puskesmas terdekat.
1) Pendidikan kesehatan
Pendidikan kesehatan diharapkan bisa mengurangi angka kekambuhan
atau komplikasi dan meningkatkan pengetahuan pasien serta keluarga tentang
perawatan di rumah, meliputi :
3) Rujukan.
Integritas pelayanan kesehatan harus mempunyai hubungan langsung
antara perawat komunitas atau praktik mandiri perawat dengan rumah sakit
sehingga dapat mengetahui perkembangan pasien di rumah.
Penyelesaian Program HE :
administrasi 1. Kontrol dan obat/perawatan
2. Gizi
3. Aktivitas dan istirahat
4. Perawatan diri
Keterangan:
: Garis Komando
: Garis Koordinasi
84
85
2) Evaluasi Proses
(1) Kelancaran kegiatan
(2) Peran serta perawat yang bertugas
3) Evaluasi Hasil
(1) Informasi yang disampaikan dapat diterima oleh klien dan keluarga
(2) Pasien terkesan sangat kooperatif dalam proses discharge palanning dinilai
melalui proses tanya jawab.
(3) Bagi pasien yang akan pulang merupakan suatu hal yang berharga untuk
perawatan di rumah terlebih untuk pencegahan terjadi kekambuhan.
93
87
BAB 4
PELAKSANAAN KEGIATAN
4.1 Pelaksanaan
Hari/tanggal : Senin, 05 Juni 2017
Jam : 12.30-13.30 WIB
Tempat : Ruang Tulip lantai 2 RSUD Kabupaten Sidoarjo
Topik : Discharge planning pada pasien dengan diagnosa
medis Hematemesis
Koordinator : Yosseva Paulina Sapta Mardika, S.Kep
4.2 Proses Kegiatan
1) Kegiatan role play dihadiri oleh:
(1)Clinical Instructur dari ruang Tulip 2 sebanyak 1 orang
(2)Pembimbing akademik sebanyak 1 orang
2) Metode
3) Media yang digunakan :
Format Discharge Planning , Leaflet
(1)Jumlah undangan
Undangan berjumlah 4 orang undangan: 1 untuk perwakilan diklat, 1 Karu
Ruang Tulip, 1 CI ruangan dan 1 CI akademik. Yang mengikuti role play
penerimaan pasien baru berjumlah 2 orang undangan: dari CI ruangan dan CI
akademik.
4.3 Kriteria Evaluasi
1) Evaluasi Struktur
Pelaksanaan discharge planning telah disiapkan kurang lebih selama 3 hari
sebelumnya. Dalam discharge planning yang disiapkan adalah lembar
persiapan pesanan pasien pulang, lembar pengkajian dan rekam medik serta
naskah untuk laitihan role play. Dalam pembuatan naskah role play setiap
peserta memiliki perannya sendiri yakni sebagai kepala ruangan, perawat
87
88
primer dan perawat assosiate. Waktu kegiatan tepat waktu sesuai dengan alur
dari skenario yang telah disiapkan.
2) Evaluasi Proses
No Waktu Kegiatan
1 12.30-13.00 wib Pelaksanaan Discharge Planning
2 13.00-13.30 wib Masukan dan klarifikasi dari
Pembimbing ruangan dan pembimbing akademik:
1) Karu sudah menjalankan peran sesuai alur namun belum
melihat bahwa KARU menyampaikan ucapan terima kasih
pada keluarga pasien dan pasien saat pasien pulang
2) Alur saat role play sudah mendekati dengan alur discharge
planning yang sesuai teori.
3) Semua perawat yang bertugas ikut berperan dalam discharge
planning
4) Tidak dilakukan feedback untuk melihat kemampuan keluarga
melakukan cuci tangan yang benar
5) KARU : Peran karu sudah berjalan sesuai dengan alur yakni
mulai dari menanyakan perencanaan discharge planning,
mengecek kelengkapan status pasien saat pulang, bersama PP
dan PA mengantarkan pasien pulang serta memberikan ucapan
terima kasih dan permohonan maaf.
6) PP : Peran sudah sesuai alur namun kurang menjelaskan
tentang efek samping dari obat saat pasien akan pulang.
7) PA: Peran sudah sesuai alur namun penjelasan mengenai diet
dan obat yang harus diminum masih belum tepat sesuai dengan
standar prosedur operasional. PA belum memberikan reward
dan follow up pada orangtua pasien.
3) Evaluasi Hasil
()1 Acara dimulai pukul 12.30 WIB
()2 Kegiatan dihadiri oleh pembimbing ruangan Tulip 2 sebanyak 1 orang,
pembimbing akademik sebanyak 1 orang.
()3 Informasi yang disampaikan dapat diterima oleh klien dan keluarga yakni
tentang tanda dan gejala penyakit, diet dan pengobatan yang harus dijalankan.
()4Mahasiswa berperan sesuai Job Description masing-masing
89
4.4 Hambatan
Perasaan peserta yang gugup sehingga menyebabkan suara saat
berkomunikasi tidak terdengar, tidak adanya feedback untuk pasien dan keluarga,
penjelasan untuk pasien dan keluarga tidak sesuai dengan kompetensi
keperawatan karena perawat menjelaskan mengenai tentang penyakit pasien yang
seharusnya lebih dijelaskan oleh dokter.
4.5 Dukungan
1) Pembimbing klinik sangat mendukung dalam penyelesaian proposal
discharge planning dan membantu dalam persiapan hingga pelaksanaan role
play
2) Pembimbing akademik sangat mendukung dalam penyelesaian proposal
discharge planning
89
90
BAB 5
PENUTUP
5.1 Simpulan
Menurut Swenberg (2000) yang dikutip Nursalam (2015:337), Perencanaan
pulang merupakan suatu proses yang dinamis dan sistimatis dari penilaian,
persiapan serta koordinasi yang dilakukan untuk memberikan kemudahan
pengawasan pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial sebelum dan sesudah
pulang. Perencanaan pulang merupakan proses yang dinamis agar tim kesehatan
mendapatkan kesempatan yang cukup untuk menyiapkan pasien melakukan
perawatan mandiri dirumah. Perencanaan pulang didapatkan dari proses interaksi
dimana perawat profesional, pasien dan keluarga berkolaborasi untuk memberikan
dan mengatur kontinuitas keperawatan yang diperlukan oleh pasien di mana
perencanaan harus berpusat pada masalah pasien, yaitu pencegahan, terapeutik,
rehabilitatif, serta perawatan rutin yang sebenarnya.
Pelaksanaan role play discharge planning pada hari Senin, 05 Juni 2017
pada klien An. A berjalan dengan baik mulai dari mengkaji kebutuhan rencana
pemulangan, mengidentifikasi masalah pasien, memprioritaskan masalah pasien
yang utama, menyampaikan kepada pasien dan keluarga tentang kebutuhan pasien
di rumah, membuat perencanaan pasien pulang dan memberikan pendidikan
kesehatan berupa pemberian leaflet, mendokumentasikan hasil pelaksanaan
discharge planning. Pelaksanaan dapat berjalan dengan lancar sesuai perencanaan
dan semua personal dapat melaksanakan kegiatan sesuai dengan peran masing-
masing.
5.2 Saran
Pelaksanaan Role Play discharge planning sebaiknya diimplementasikan
secara benar sesuai dengan teori pada setiap pasien yang masuk rumah sakit,
sehingga nilai dari discharge planning lebih bermakna yakni sebagai upaya untuk
mempersiapkan kebutuhan pasien dari awal masuk hingga nanti saat pasien di
rumah.
90
91
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran 1
91
92
Lampiran 1
93
94
Lampiran 2
Informend Consent
Lampiran 2
95
Lampiran 3
FORMAT DISCHARGE PLANNING
96
TEKNIS PENGISIAN RM 3f
(LEMBAR PETUNJUK DAN PESANAN PASIEN PULANG)
Lampiran 4
DAFTAR HADIR
98
Lampiran 5
OLEH:
1. DICKY HARI PRAKOSO, S.Kep NIM : 201604015
2. INDARTI DWI NINGSIH, S.Kep NIM : 201604032
3. IRENE MARDAMASI WELLO, S.Kep NIM : 201604033
4. MARIA MARGARETA, S.Kep NIM : 201604043
5. NI KADEK DEWI ARINI, S.Kep NIM : 201604049
6. NI PUTU ELIK ARMAYANTI, S.Kep NIM : 201604051
7. PAULA ADE HERWINATOJA , S.Kep NIM : 201604054
8. ROSARILIA SERAFIN DUA BAJO,S. Kep NIM : 201604060
9. RUT ELISABETH SITUMORANG, S.Kep NIM : 201604061
10. USWATUN CHASANAH, S.Kep NIM : 201604068
11. YOSSEVA PAULINA S.M, S.Kep NIM : 201604073
12. YUVITA ANGELIA PURBA, S.Kep NIM : 201604076
100
101
ruangan yang harus mampu menjadi supervisi yang baik terhadap perawat
pelaksanan, sehingga dapat meningkatkan kualitas asuhan keperawatan yang
diberikan kepada pasien dan meningkatkan kinerja perawat pelaksana khususnya
diruangan rawat inab kelas 1 Tulip RSUD Sidoarjo.
Tindakan keperawatan merupakan bentuk yang nyata kegiatan yang
dilakukan perawat terhadap pasien sehingga dalam pelaksanaanya perlu benar-
benar diperhatikan ketepatan dan kesesuaiannya. Bila ada kesalahan yang terjadi
dalam pelaksanaan tindakan keperawatan yang berakibat fatal baik bagi pasien
maupun perawat oleh karena itu supervisi dilakukan untuk meningkatkan kualitas
dan mutu pelayanan keperawatann yang menjadi fokus dan tujuan utama dalam
menciptakan kepuasan diantara perawat dan pasien yang terlibat dalam supervisi.
1.2 Tujuan
1) Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan supervise dan delegasi secara benar
2) Tujuan Khusus
(1) Mahasiswa dapat bermain peran melakukan supervise dan delegasi
(2) Mahasiswa dapat mengkoordinasi tim dalam melakukan supervise
(3) Mahasiswa mampu mengaplikasikan supervisi
1.3 Manfaat
(1) Meningkatkan tanggung jawab mahasiswa dalam melaksanakan tugas
(2) Memperbaiki kinerja mahasiswa dan motivasi dalam melaksanakan tugasnya
(3) Mendapatkan pendelegasian dengan tepat
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
102
103
4) Luwes, artinya pengawasan yang selalu kaku dapat menjadi seperti senjata
makan tuan, para pekerja akan mencoba menghindarinya
(Nursalam,2015:L61).
2.1.5 Sasaran
Menurut Nursalam (2015) Sasaran atau obyek dari supervisi adalah
pekerjaan yang dilakukan oleh bawahan yang melakukan pekerjaan. Sasaran yang
dilakukan oleh bawahan disebut sebagai sasaran langsung
2.1.6 Frekuensi
Supervisi harus dilakukan dengan frekuensi yang berbeda. Supervisi yang
dilakukan hanya sekali, bukan supervisi yang baik. Tidak ada pedoman yang pasti
seberapa sering supervisi dilakukan. Pegangan umum yang digunakan tergantung
drai derajad kesulitan pekerjaan yang dilakukan serta sifat penyesuaian yang akan
dilakukan.
Menurut Nursalam (2002) melakukan supervisi yang tepat harus bisa
menentukan kapan dan apa yang perlu dilakukan supervisi dan bantuan.
Sepanjang control/ supervisi penting tergantung bagaimana staf melihatnya.
Over control
Kontrol yang berlebihan akan merusak delegasi yang diberikan, staf tidak
akan dapat memikul tanggung jawabnya.
(1) Undercontrol
Kontrol yang kurang juga dapat berdampak buruk terhadap delegasi, dimana
staf akan tidak produktif melaksanakan tugas dan berdampak secara
signifikan terhadap hasil yang diharapkan. Hal ini akan berdampak pada
terhadap pemborosan waktu dan anggaran yang sebenarnya dapat
dihindarkan. Berikan kesempatan waktu yang cukup kepada staf untuk
berpikir dan melaksanakan tugas tersebut (Nursalam,2015:L61).
107
Pelaksanaan
PA 1 PA 2
Pembinaan (3 F)
Penyampaian penilaian (Fair)
Pasca Umpan balik (Feed Back)
Tindak lanjut (Follow Up),
pemecahan masalah, dan
reward
Kinerja perawat dan Kualitas
Pelayanan
Keterangan:
Ssupervisi
Delegasi
2) Manajemen anggaran
Menurut Nursalam (2015:L69), Manajemen keperawatan berperan aktif
dalam membantu perencanaan dan pengembangan. Supervisor berperan dalam:
(1) Membantu menilai rencana keseluruhan dikaitkan dengan dana tahunan yang
tersedia, mengembangkan tujuan unit yang dapat dicapai sesuai tujuan RS.
(2) Membantu mendapatkan informasi statistic untuk merencanakan anggaran
keperawatan.
(3) Memberi justifikasi projeksi anggaran unit yang dikelola.
2.1.10 Teknik supervisi meliputi
1) Proses supervisi keperawatan terdiri atas 3 elemen kelompok yaitu
(Nursalam, 2015: L69-L70),:
(1) Mengacu pada standart asuhan keperawatan
(2) Fakta pelaksanaan praktik keperawatan sebagai pembanding untuk
menetapkan pencapaian
(3) Tindak lanjut dalam upaya memperbaiki dan mempertahankan kualitas
asuhan
2) Area supervisi
(1) Pengetahuan dan pengertian tentang asuhan keperawatan kepada klien
(2) Keterampilan yang dilakukan disesuaikan dengan standart
(3) Sikap penghargaan terhadap pekerjaan misalnya kejujuran dan empati
3) Cara supervise
Menurut Nursalam (2015:L70), Supervisi dapat dilakukan melalui 2 cara yaitu:
a) Langsung
110
Manajer bertugas
Sebagian didelegasikan
kepada bawahan
Perencanaan
Pelaksanaan
Tugas-tugas Pelaksanaan
A B C D E F
112
BAB 3
RENCANA KEGIATAN
113
114
114
115
115
116
BAB 4
PELAKSANAAN KEGIATAN
116
117
117
118
3) Evaluasi hasil
(1) Kegiatan dihadiri 78% dari 14 orang yang diundang.
(2) Selama kegiatan, masing-masing mahasiswa bekerja
sesuai dengan tugas.
(3) Acara di mulai dengan waktu yang telah ditentukan.
(4) Kegiatan berjalan lancar dan tujuan mahasiswa
tercapai dengan baik
4.4 Hambatan
Pelaksanaan Supervisi dan Pendelegasian keperawatan mengalami sedikit
kendala kesulitan dalam memulai komunikasi dengan pasien dan kurangnya
persiapan diri untuk melakukan supervisi
4.5 Dukungan
1) Pengorganisasian acara Supervisi dan pendelegasianyang terstruktur.
2) Proses bimbingan pelaksanaan Supervisi dan pendelegasian oleh pembimbing
ruangan dan pembimbing akademik.
3) Adanya kerjasama dan kesempatan antara pihak perawat ruangan dengan
mahasiswa sebagai pelaksana.
4) Hubungan saling percaya yang terjalin antara keluarga klien dengan
pelaksanaan supervisi dan pendelegasian keperawatan.
5) Tersedianya fasilitas pendukung untuk kelancaran proses supervisi dan
pendelegasian yang baik di Ruangan Tulip Lantai 2
118
BAB 5
PENUTUP
5.1 Simpulan
1) Supervisi dan pendelegasian yang dilakukan benar dan menyeluruh
membawa manfaat baik bagi perawat maupun bagi pasien yang menerima
pelayanan asuhan keperawatan setelah pemberian obat injeksi intravena
melalui selang infus. Perawat sebagai pelaksana asuhan keperawatan
memiliki peran dalam upaya peningkatan mutu pelayanan yang tidak hanya
saat pasien berada di RS namun juga saat dalam melakukan tindakan
keperawatan.
2) Pelaksanaan Supervisi dan pendelegasian yang dilakukan oleh mahasiwa
sudah cukup baik dan sesuai dengan alur, dimana isi supervisi dan
pendelegasian sudah disampaikan semua meliputi: pemberian supervisi dan
delegasi kepada PP, responsi penilaian supervisi yang dilakukan PP kepada
PA yang disupervisi, Pemberian reward oleh Kepala ruangan pada PP, dan
reward dari PP kepada PA.
5.2 Saran
Supervisi dan pendelegasian yang dilakukan diruangan sudah cukup baik
hanya saat memberikan obat injeksi intravena melalui selang infus, PA kurang
teliti saat mengeluarkan udara di dalam spuit yang berisi obat pasien dan juga
seharusnya PP bisa mengambil alih saat PA kurang teliti dalam pemberian
tindakan bukan hanya mengajak pasien dan keluarga pasien bercerita.
119
DAFTAR PUSTAKA
120
121
Lampiran 1
1.1 Pengertian Memasukan cairan atau obat langsung ke dalam pembuluh darah
vena dengan melalui saluran infus.
1.2 Tujuan Sebagai tindakan pengobatan
1.3 Prosedur
1) Pra Tahap Interaksi
a. Mengecek status pasien dan mengkaji kebutuhan pasien terkait pemberian obat
Lampiran 2
0 1 2
2. Alkohol swab *
5. Perlak/ pengalas *
6. Bengkok *
8. Baki injeksi *
B. Persiapan pasien
C. Persiapan Ruangan
D. Pelaksanaan
4. Komunikatif
Total Skor
Kriteria :
Baik : >85
Cukup : 71-85
Kurang : <70
( Yuvita Angelia P., S.Kep) (Rut Elisabeth S., S.Kep ) ( Yosseva P. S. M., S.Kep)
127
Lampiran 3
FORMAT LAPORAN SUPERVISI
Lampiran 4
129
130
Lampiran 5
INFORMEND CONSENT
131
Lampiran 6
DAFTAR HADIR
132
Lampiran 7
OLEH:
1. DICKY HARI PRAKOSO, S.Kep NIM : 201604015
2. INDARTI DWI NINGSIH, S.Kep NIM : 201604032
3. IRENE MARDAMASI WELLO, S.Kep NIM : 201604033
4. MARIA MARGARETA, S.Kep NIM : 201604043
5. NI KADEK DEWI ARINI, S.Kep NIM : 201604049
6. NI PUTU ELIK ARMAYANTI, S.Kep NIM : 201604051
7. PAULA ADE HERWINATOJA , S.Kep NIM : 201604054
8. ROSARILIA SERAFIN DUA BAJO,S. Kep NIM : 201604060
9. RUT ELISABETH SITUMORANG, S.Kep NIM : 201604061
10. USWATUN CHASANAH, S.Kep NIM : 201604068
11. YOSSEVA PAULINA S.M, S.Kep NIM : 201604073
12. YUVITA ANGELIA PURBA, S.Kep NIM : 201604076
134
135
2.1 Pengertian
Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi
masalah keperawatan pasien yang dilaksanakan oleh perawat disamping
melibatkan pasien untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan.pada
kasus tertentu harus dilakukan oleh ketua tim dan atau konselor, kepala ruangan
yang perlu juga melibatkan seluruh anggota tim kesehatan (Nursalam, 2015:L-32).
2.2 Karakteristik Ronde Keperawatan
Menurut Nursalam (2011: L-50), karakteristik ronde meliputi:
1) Pasien dilibatkan secara langsung
2) Pasien merupakan focus kegiatan
3) PP dan anggota tim, dan konselor melakukan diskusi bersama
4) Konselor memfasilitasi kreativitas
5) Konselor membantu mengembangkan kemampuan ketua tim dan anggota tim
dalam meningkatkan kemampuan mengatasi masalah.
2.3 Tujuan Ronde Keperawatan
Menurut Nursalam (2015:L-32), tujuan dari ronde keperawatan meliputi:
1) Tujuan Umum
Menyelesaikan masalah pasien melalui pendekatan berpikir kritis dan
diskusi
2) Tujuan Khusus
(1) Menumbuhkan cara berpikir kritis dan sistematis
(2) Meningkatkan kemampuan validasi data pasien
(3) Miningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan
(4) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi
pada masalah pasien
(5) Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan
(6) Meningkatkan kemampuan justifikasi
(7) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja
136
137
Tahap pra PP
Penetapan pasien
Persiapan pasien:
- Inform consent
- Hasil pengkajian / validasi data
Tahap
1) Apa diagnosis
pelaksanaan di
Penyajian keperawatan?
Nurse Station
masalah 2) Apa data yang
mendukung?
3) Bagaimana intervensi
yang sudah dilakukan?
4) Apa hambatan yang
ditemukan?
Tahap pelaksanaan
di kamar pasien Validasi data di Bad Pasien
138
140
141
Mei 2017 Jam Pra-ronde 1. Menentukan kasus dan topic Karu, PP, RSUD
10.00 2. Menentukan tim ronde Anggota tim Sidoarjo
WIB 3. Menentukan literature
4. Membuat proposal
5. Mempersiapkan pasien
6. Diskusi pelaksanaan
5 Juni Jam Ronde Pembukaan PP RSUD
2017 11.00 Sidoarjo
WIB 1. Salam pembuka
2. Memperkenalkan tim ronde
3. Menyampaikan identitas
pasien
4. Menjelaskan tujuan ronde
5 Juni Jam Ronde Penyajian Masalah: PP, Karu, RSUD
2017 11.00 konselor, dan Sidoarjo
WIB 1. Memberi salam dan dokter
meperkenalkan tim ronde
2. Menjelaskan riwayat
penyakit dan keperawatan
pasien
3. Menjelaskan masalah pasien
dan rencana tindakan yang
telah dilaksanakan dan serta
menetapkan prioritas yang
perlu didiskusikan
Validasi data:
1. Mencocokkan dan
menjelaskan kembali data
yang telah disampaikan di
kamar pasien.
142
BAB 4
PELAKSANAAN KEGIATAN
143
144
dihentikan
c. Pemberian antibiotik sesuai dengan indikasi medis.
2.
Perawat konselor
Pasien dengan gangguan di fungsi ginjalnya, sehingga
perlu di lakukan pengukuran balance cairan.
3.
Pembimbing Klinik.
3.1 . Pengambilan data masih kurang lengkap, sehingga
menyebabkan ketidak sesuaian masalah yang di
temukan di lapangan.
3.2 Data yang di paparkan seharusnya data yang baru
4. Pembimbing Akademik.
4.1 Saat melakukan ronde keperawatan, Karu seharusnya
memperkenalkan tim ronde dengan memanggil
nama nya.
4.2 Di akhir ronde keperawatan seharusnya Karu
menyimpulkan saran dan masukan dari tim
konselor
4.3 Tidak adanya reward dari karu kepada PP dan PA
4.4 PP kurang menjelaskan masalah dan
hambatan secara fokus.
3) Evaluasi hasil
(1) Kegiatan dihadiri 100% dari 22 orang yang diundang.
(2) Selama kegiatan, masing-masing mahasiswa bekerja sesuai dengan tugasnya.
(3) Acara dimulai sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
(4) Kegiatan berjalan lancar dan tujuan mahasiswa tercapai dengan baik.
4.4 Hambatan
Pelaksanaan ronde keperawatan tidak mengalami hambatan, karena role play
yang di laksanakan sudah sesuai dengan alur cerita.
4.5 Dukungan
1) Pengorganisasian acara ronde keperawatanyang terstruktur.
2) Proses bimbingan pelaksanaan ronde keperawatan oleh pembimbing ruangan
dan pembimbing akademik.
3) Adanya kerjasama dan kesempatan yang seluas-luasnya antara pihak perawat
ruangan dengan mahasiswa sebagai pelaksana.
4) Hubungan saling percaya yang terjalin antara keluarga klien dengan
pelaksanaan ronde keperawatankeperawatan.
5) Tersedianya fasilitas pendukung untuk kelancaran proses ronde keperawatan di
lantai 2 Ruang Tulip
144
145
145
BAB 5
PENUTUP
5.1 Simpulan
Ronde keperawatan yang dilaksanakan di Ruang Tulip lantai 2 timur RSUD
Sidoarjo sudah berjalan dengan baik karena dukungan kepala ruangan, perawat,
pembimbing klinik dan pembimbing Akademik, dengan memberikan kesempatan
kelompok dalam menentukan pasien dan masukan-masukan yang membangun,
serta respon positif dari tim farmasi klinis dan tim gizi dalam memberikan saran
kepada kelompok. Saat pelaksanaan ronde keperawatan dan Pelaksanaan ronde
keperawatan yang dilakukan oleh mahasiwa sudah cukup baik dan sesuai dengan
alur.
5.2 Saran
Ronde keperawatan dapat dilakukan ruang Tulip RSUD Sidoarjo sesuai
dengan kriteria dilakukannya ronde keperawatan. Untuk mahasiswa Diharapkan
dapat meningkatkan keaktifannya dalam mengikuti ronde keperawatan dan
berperan sesuai dengan job discription.
146
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E., Moorhouse, Mary Frances & Geissler, Alice C. 2014.
Keperawatan Manual Diagnosis Rencana Intervensi dan Dokumentasi
Asuhan Keperawatan . Jakarta: EGC.
Price, Sylvia A & Lorraine M Wilson. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit. Jakarta: ECG
147
148
Lampiran 1
TINJAUAN PUSTAKA
(DIARE)
1.1 Pengertian
Diare merupakan penyakit yang sangat sering terjadi di Indonesia, terutama
bila dibandingkan dengan negara maju. Penyebab diantaranya sambal atau
makanan lain yang merangsang, virus, toksin kuman stafilokok dalam makanan
basi, intoleransi terhadap susu, dan sebagainya. Hampir semua orang di Indonesia
pernah mengalami diare aspesifik, yang biasanya berhenti sendiri tanpa
pengobatan. Namun diare aspesifik juga dapat menjadi kronis dan kadang-kadang
menimbulkan komplikasi berat bila tidak ditangani dengan benar.
Diare adalah peningkatan jumlah feses dan peningkatan feses yang cair dan
tidak berbentuk. (Potter, 2006:1746). Diare adalah kondisi dimana terjadi
frekuensi defekasi yang abnormal (lebih dari 3 kali sehari ), serta perubahan
dalam isi ( lebih dari 200 gr/hr ) dan konsistensi feces cair ( Smeltzer,
2001:1093 ). Diare adalah buang air besar ( defekasi ) dengan jumlah tinja yang
lebih banyak dari biasanya dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cair dapat
pula disertai frekuensi defekais yang meningkat ( Mansjoer, 2004: 501).
1.2 Tanda dan Gejala
1) Faktor infeksi
(1) Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama
diare pada anak, meliputi
a) infeksi bakteri (Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter,
Yersinia, Aeromonas, dsb),
b) infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll),
(2) Infeksi parenteral; merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat
menimbulkan diare seperti: otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia,
ensefalitis dan sebagainya.
2) Faktor Malabsorbsi
149
bulan dan belum makan makanan padat lebih baik diberi oralit dan air matang
daripada makanan cair. Berikan larutan ini sebanyak anak mau. Teruskan
pemberian sampai diare berhenti2.
2) Berikan anak makan untuk mencegah kurang gizi.. Teruskan ASI atau susu
yang biasa diberikan Untuk anak <6 bulan dan belum mendapatkan makanan
padat dapat diberikan susu yang dicairkan dengan yang sebanding selama dua
hari,bila anak >6 bulan atau telah mendapatkan makanan padat: Berikan bubur
atau campuran tepung lainnya, bila mungkin dicampur dengan kacang-
kacangan, sayur, daging, ikan. Berikan buah segar atau pisang halus untuk
menambah kalium. Berikan makanan yang segar, masak dan haluskan atau
tumbuk dengan baik Dorong anak untuk makan, berikan makan sedikitnya 6
kali sehari Berikan makan yang sama setelah diare berhenti dan berikan
makanan tambahan setiap hari selama 2 minggu.
3) Anak harus segera dibawa ke petugas kesehatan bila anak tidak membaik
dalam tiga hari atau mengalami hal-hal sebagai berikut:
1) Buang air besar cair sangat sering
2) Muntah berulang-ulang.
3) Sangat haus sekali
4) Makan atau minum sedikit
5) Demam
6) Tinja berdarah
1.5 Prinsip pemberian oralit
Jumlah cairan oralit yang diberikan tiap kali anak buang air besar<12 bulan
50-100 ml (1/4-1/2 gelas)1-4 tahun 100-200 ml (1/2-1 gelas)>5 tahun 200-300
ml (1-1,5 gelas)Dewasa 300-400 ml (1,5-2 gelas)Cara pemberian oralit:
1) Berikan sesendok teh tiap 1-2 menit untuk anak dibawah umur 2 tahun.
2) Berikan beberapa teguk dari gelas untuk anak yang lebih tua
3) Bila anak muntah, tunggu 10 menit. Kemudian berikan cairan lebih
sedikit.
4) Bila diare berlanjut setelah dua hari, berikan cairan lain (susu, sup, air tajin
dan lain-lain), atau lanjutkan pemberian oralit.
151
Satu bungkus oralit = satu gelas air berukuran 200 ml tidak boleh
lebih/kurang.Diare dengan dehidrasi secara umum memerlukan pengawasan
dan atau penanganan lebih lanjut oleh petugas kesehatan. Sedangkan diare
dengan dehidrasi berat memerlukan penggantian cairan segera lewat cairan
intravena (infus) karena berpotensi mengancam jiwa anak
Mereka juga mengkaji berbagai pilihan terapi diare akut pada orang dewasa. Studi
farmakologi dan studi klinis juga memeriksa dosis, jadwal pemberian (contoh,
seperti profilaksis dan terapi akut), dan hubungannya dengan efektivitas klinis
serta pengobatan sendiri pada diare akut dewasa. Secara umum diakui bahwa
pengobatan diare akut dapat menghilangkan ketidaknyamanan dan disfungsi
sosial yang terjadi. Tidak ada bukti bahwa pengobatan sendiri dapat
memperpanjang penyakit, bahkan cukup aman bagi pasien dewasa.
Pilihan terapi diare akut yang dikaji meliputi cairan rehidrasi oral (CRO),
probiotik, adsorbent, dan beberapa obat antidiare. Hasil yang diperoleh di
antaranya CRO tidak mengurangi lamanya diare atau mengurangi frekuensi diare.
CRO juga tidak memberikan manfaat yang berarti bagi orang dewasa yang dapat
menjaga asupan cairannya selama diare. Sementara itu, hanya ada sedikit bukti
bahwa pengobatan dengan probiotik pada manusia mengurangi kolonisasi
pathogen atau melindungi dari organisme seperti Vibrio cholera atau E. coli.
Adsorbent bekerja dengan mengikat air sehingga mengurangi cairan yang keluar
bersama diare. Tetapi, selain memiliki efek samping yang rendah, adsorbent tidak
memberikan banyak manfaat pada orang dewasa yang terkena diare akut.
Obat antidiare yang lebih lama seperti opium, morphine, dan codein
memang efektif mengatasi diare, tapi memiliki efek sentral. Secara umum,
efektivitasnya lebih rendah dibanding loperamide. Karena itu, loperamide oral
adalah pilihan utama terapi. Loperamide adalah peripheral acting opiate, yang
tidak berpotensi untuk disalahgunakan. Obat ini tidak melewati sawar darah otak
dan sulit mencapai sirkulasi sistemik karena ekstraksi yang ekstensif di hati serta
ekskresi melalui tinja. Loperamide memiliki banyak efek antiekskresi, beberapa di
antaranya tidak dimediasi oleh reseptor opiat. Pada orang dewasa sehat, dosis
terapeutik sebesar 4 mg tidak secara signifikan memperlambat transit orocaecal.
Dosis yang lebih besar atau pengulangan dosis yang mempertinggi konsentrasi
obat di sirkulasi enterohepatik, memperlambat jejunum atau transit orocaecal.
Tapi, pada keadaan diare dosis terapi tersebut akan menormalkan transit. Bukti
dari studi yang terkontrol memperlihatkan loperamide tidak memiliki efek yang
tidak baik untuk kasus infeksi non-disentri pada diare perjalanan (tanpa demam
153
Sebenarnya usus besar tidak hanya mengeluarkan air secara berlebihan tapi juga
elektrolit. Kehilangan cairan dan elektrolit melalui diare ini kemudian dapat
menimbulkan dehidrasi. Dehidrasi inilah yang mengancam jiwa penderita diare.
1.10 Penggolongan Obat Diare
Kemoterapeutika untuk terapi kausal yaitu memberantas bakteri penyebab
diare seperti antibiotika, sulfonamide, kinolon dan furazolidon.
1) Racecordil
Anti diare yang ideal harus bekerja cepat, tidak menyebabkan konstipasi,
mempunyai indeks terapeutik yang tinggi, tidak mempunyai efek buruk
terhadap sistem saraf pusat, dan yang tak kalah penting, tidak menyebabkan
ketergantungan. Racecordil yang pertama kali dipasarkan di Perancis pada
1993 memenuhi semua syarat ideal tersebut.
2) Loperamide
Loperamide merupakan golongan opioid yang bekerja dengan cara
memperlambat motilitas saluran cerna dengan mempengaruhi otot sirkuler
dan longitudinal usus. Obat diare ini berikatan dengan reseptor opioid
sehingga diduga efek konstipasinya diakibatkan oleh ikatan loperamid dengan
reseptor tersebut. Efek samping yang sering dijumpai adalah kolik abdomen
(luka di bagian perut), sedangkan toleransi terhadap efek konstipasi jarang
sekali terjadi.
3) Nifuroxazide
Nifuroxazide adalah senyawa nitrofuran memiliki efek bakterisidal terhadap
Escherichia coli, Shigella dysenteriae, Streptococcus, Staphylococcus dan
Pseudomonas aeruginosa. Nifuroxazide bekerja lokal pada saluran
pencernaan.
Obat diare ini diindikasikan untuk dire akut, diare yang disebabkan oleh E.
coli & Staphylococcus, kolopatis spesifik dan non spesifik, baik digunakan
untuk anak-anak maupun dewasa.
4) Dioctahedral smectite.
Suatu aluminosilikat nonsistemik berstruktur filitik, secara in vitro telah
terbukti dapat melindungi barrier mukosa usus dan menyerap toksin, bakteri, serta
155
rotavirus. Smectite mengubah sifat fisik mukus lambung dan melawan mukolisis
yang diakibatkan oleh bakteri. Zat ini juga dapat memulihkan integritas mukosa
usus seperti yang terlihat dari normalisasi rasio laktulose-manitol urin
Obstipansia untuk terapi simtomatis (menghilangkan gejala) yang dapat
menghentikan diare dengan beberapa cara:
1) Zat penekan peristaltik, sehingga memberikan lebih banyak waktu untuk
resorpsi air dan elektrolit oleh mukosa usus seperti derivat petidin
(difenoksilatdan loperamida), antokolinergik (atropine, ekstrak belladonna)
2) Adstringensia yang menciutkan selaput lendir usus, misalnya asam samak
(tannin) dan tannalbumin, garam-garam bismuth dan alumunium.
3) Adsorbensia, misalnya karbo adsorben yanga pada permukaannya dapat
menyerap (adsorpsi) zat-zat beracun (toksin) yang dihasilkan oleh bakteri
atau yang adakalanya berasal dari makanan (udang, ikan). Termasuk di sini
adalah juga musilago zat-zat lendir yang menutupi selaput lendir usus dan
luka-lukanya dengan suatu lapisan pelindung seperti kaolin, pektin (suatu
karbohidrat yang terdapat antara lain sdalam buah apel) dan garam-garam
bismuth serta alumunium.
4) Spasmolitik, yakni zat-zat yang dapat melepaskan kejang-kejang otot yang
seringkali mengakibatkan nyeri perut pada diare antara lain papaverin dan
oksifenonium.
5) Probiotik: Terbukti tidak membantu meskipun digunakan pada awal
pengobatan.
6) Obat anti diare: Pilihan utamanya adalah loperamide 2 mg (dosis fleksibel,
tergantung dari seberapa sering BAB cair yang terjadi). Anti diare lain tidak
direkomendasikan karena efektivitasnya belum pasti, mula kerja yang lambat,
dan potensi efek samping yang ditimbulkan. Tidak ada bukti bahwa
menghambat keluarnya BAB cair akan memperpanjang penyakit. Justru telah
terbukti penggunaan antidiare akan mengurangi diare dan mmperpendek
durasi diare.
156
Lampiran 2
INFORMED CONSENT
157
RONDE KEPERAWATAN
Lampiran 3
RESUME PASIEN- PELAKSANAAN RONDE
158
1.1 IDENTITAS
Nama : Ny Nasimah
Umur : 52 thn
Status : Menikah
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Sidoarjo
1.2 Diagnosis : Prolong diare+ Vomiting+ Iliius paralitik
1.3 Keluan utama : Nyeri di bagian perut (mules) skala nyeri 3
1.4 Riwayat Penyakit Sekarang
Mulai tanggal 5 mei pasien mengeluh diare cair tidak ada ampas 5-7x/hari,
perut terasa kembung, badan terasa lemas, perut kembung dan flatus jarang.
Tanggal 12 mei 2017 oleh keluarga di bawa oleh keluarganya ke RSUD dan di
sarankan opname. pasien selesai periksa laboratorium hasilnya HB ; 8,7 g%,
Leoko 9,42, trombosit 618.000, Bun : 29,7 mg/dl, Creat : 2.0, SGOT 24 U/L,
SGPT: 16 U/L, GDA: 239 mg/dl, Natrium : 129 mmol/l, Kalium 4,4 mmol/l,
Chlorida: 94 mmol/l, sudah di berikan infus RL 20 tts/ menit, Tranfusi 1 bag PRC
tampa premed (dapat tgl 13/5/2016) dan tgl 14/5/2017 cek DL, Hb 7,3 gr di
lakukan tranfusi yang ke 2.
Tanggal 16/5/2017 di lakukan pemeriksaan DL ulang hasilnya HB 9,3 g/dl.
1.5 Riwayat penyakit Dahulu
DM sejak 10 th yang lalu, Untuk pengobatan DM tidak mendapatkan obat,
hanya diet saja. Pasien belum pernah opname sebelum nya.
1.6 Riwayat Penyakit Keluarga
Dari keluarga mengatakan tidak ada yang menderita DM
1.7 Pemeriksaan Fisik tanggal 3 Mei 2017
Tanda- tanda vital
Tekanan darah :110/70 mmhg
Nadi : 96x/menit
Suhu : 37oC
159
RR : 20x/menit
1) Sistem Pernafasan
Pernafasan teratur, tidak ada keluan sesak, tidak ada batuk, tidak ada otot
bantu pernafasan, tidak ada ronchi, tidak ada wheezing.
2) Sistem kardiovaskuler
Irama jantung reguler, bunyi jantung 1 dan 2 tunggal, CRT 2 detik, akral
dingin kering, tidak ada sianosis.
3) Sistem Persarafan
Kesadaran compos metis, keluan nyeri pada seluruh perut ( mules), NRS 3.
4) Sistem Perkemian
Pasien menggunakan Folley cath no 16 dengan balon 12 cc, terukur, kreatinin
tgl 12/5/17 : 2 mg/dl, BUN : 29, 7 mg/dl
5) Sistem Pencernaan
Pasien mengeluh mual, perut masih terasa sebah, nafsu makan masih kurang,
kembung berkurang, flatus jarang, bising usus 5x/menit. BAB cair tidak ada
ampas 1x. BB sebelum sakit 74 kg, dan BB Saat sakit 66 kilo TB 155 kg, turgor
kulit sedang, Pasien mendapatkan diet bubur halus.
6) Sistem muskuloskeletal dan integumen
Kemampuan menggerakkan sendi bebas, pasien masih lemah, kekuatan otot,
warna kulit anemis, turgor kulit sedang, tidak ada oedema, pasien menggunakan
infus RL di tangan kanan bag metakarpal, tidak ada luka.
5 5
5 5
7) Sistem Endokrin
Tidak ada pembesaran thyroid, hiperglikemia
8) Kebersihan pribadi:
Pasien mampu mandi di seka 2x/hari, gosok gigi 2x/sehari, dan ganti pakaian
1x/hari. Pasien tampak lemah, rambut sedikit acak-acakan, penampilan tidak rapi
160
9) Psikososial Spiritual
Pasien tidak dapat menjalankan sholat di karenakan badannya masih
lemah, pasien mempunyai motivasi tinggi untuk sembuh, tetapi pasien juga
berkeluh kesah karena keadaannya tidak segera sembuh, karena tidak
mempunyai BPJS, dan biaya sendiri.
Tgl Hasil Laboratorium
12/5/17 14/5/17 16/5/17 2/6/17 3/6/17
HB: 8,7 HB: 7.3 Hb: 9,3 GDA: 103 HB: 6.8
Creat: 2.0
SGOT: 24
SGPT: 16
Na: 129
K: 4.4
Chlor: 94
Tgl 17/5/17 :
Hasil USG abdomen atas bawah
Therapi:
1. Cernevit 1x1 Vial IV
2. Ondacentron 8 mg 3x1 IV
3. Lasix 20 mg 2x1 amp IV
4. Nexium 40 ng 2x1 Vial IV
5. Ambroxol 3x1 tab
6. Tracetat syr 3xC
Diagnosis Keperawatan
1) Nyeri akut ( Mules) berhubungan dengan spasme otot teratasi taanggal 1 Juni
2017
161
Lampiran 4
DAFTAR KEHADIRAN
162
Lampiran 5
//