Anda di halaman 1dari 12

Bab I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Audit keuangan perusahaan go public sangatlah diperlukan guna memperlancar proses


transaksi dan salah satu transparansi yang dapat dipertanggungjawabkan suatu perseroan.
Langkah audit perseroan yang bonafit jelas akan menyewa auditor-auditor yang sudah handal
dan terkenal. Auditor yang mempunyai reputasi baik akan selalu digunakan jasanya guna
memperbaiki citra perseroan sendiri.
Adalah Perseroan Terbatas Telekomunikasi Indonesia. Tbk yang lebih sering kita dengar
PT. TELKOM. Memiliki reputasi baik di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan New York Stock
Exchange. Dengan demikian TELKOM mempunyai PR tiap akhir tahun untuk memberikan
laporan keuangannya melalui United States Sekurities And Exchange Commission (SEC).
Dengan berjalannya waktu, terjadi masalah pada tahun 2002. Dimana PT TELKOM
membuat mekanisme tender untuk mengaudit keuangannya. Pada saat itu yang memenangkan
tender adalah Kantor Akuntan Publik (KAP) Haryanto Sahari dan Rekan akan tetapi karena ada
sesuatu hal KAP tersebut mundur dan digantikan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) Drs. Eddy
Pianto Simon. Dalam perjalan pengauditan oleh KAP ini juga tak semulus perjalanannya karena
ada berbagai masalah. Sehingga BAPPEPAM LK menjatuhkan sanksi terhadapnya.
RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Kantor Akuntan Publik (KAP) Haryanto Sahari Dan Rekan
Merugikan PT. Telekomunikasi Indonesia. Tbk (PT. TELKOM) dan Kantor
Akuntan Publik (KAP) Eddy Pianto Dalam Pandangan Undang-undang Pasar
Modal?
2. Bagaimana Kedudukan Kantor Akuntan Publik (KAP) Eddy Pianto Dalam Kasus
Penolakan Hasil Audit PT. Telekomunikasi Indonesia. Tbk?
3. Bagaimana Putusan Terhadap Kantor Akuntan Publik (AKB) Haryanto Sahari
Dan Rekan?

DASAR HUKUM

Undang-undang nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal


Undang-undang nomor 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat
Regulation S-X 205 United States Sekurities And Exchange Commission (SEC)
Standar Audit SAS 8
AU 543 paragraph 7 ketentuan CFF 102 United States Sekurities And Exchange
Commission (SEC)
BAB II
PEMBAHASAN

A. Audit PT. Telekomunikasi Indonesia

Untuk melakukan audit atas Laporan Konsolidasi Keuangan dalam rangka pelaksanaan
Audit atas Laporan Keuangan Konsolidasi Tahun Buku 2002, Perusahaan Perseroan (Persero)
PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. menunjuk Kantor Akuntan Publik (KAP) Drs. Eddy Pianto.
Pada audit ini disusun oleh PT TELKOM selaku induk perusahaan yang didalamnya berisi
laporan keuangan masing-masing anak perusahaannya. Audit keuangan masing-masing anak
perusahaan oleh auditor independen, Salah satu anak perusahaan yang laporan keuangannya
tahun 2002-nya dimasukan adalah PT. Telekomunikasi Seluler (TELKOMSEL). Bahwa audit
TELKOMSEL dilakukan oleh KAP Haryanto Sahari dan Rekan, bahwa kaitannya KAP
Haryanto Sahari melanggar undang-undang nomor 5 tahun 1999. Dimana dengan sengaja
memberi interpretasi yang salah terhadap PT Telkom, PT Telkomsel dan United States Securities
and Exchange Commission mengenai ketentuan standar audit Amerika.
Dengan demikian menghalangi KAP Eddy Pianto untuk melakukan audit dan meminta
kejelasan sebagai first layer dalam pengauditan sebelumnya, sehingga auditor kedua tesebut
mengalami kesulitan. Karena banyak hal-hal yang harus dikaji ulang, dimana KAP Eddy Pianto
dapat meneruskan hasil audit yang sebelumnya telah dilakukan oleh KAP Haryanto Sahari. Hal
tersebut menyebabkan KAP Eddy Pianto terhalangi untuk bersaing di lantai bursa.
Karena audit Telkomsel mengacu pada standar audit Amerika [1] maka harus mengikuti
aturan SEC. PT Telkomsel membuka bursa di New York Stock Exchange, dengan demikian
aturan luar negeri tempat NYSE harus diikuti. Yakni salah satunya yang harus dijalani adalah
filling 20-F yaitu form laporan keuangan dan laporan manajemen dengan KAP yang terpercaya.
Sebagai perusahaan yang sahamnya tercatat di bursa, PT Telkom mempunyai kewajiban
untuk menyampaikan laporan keuangannya yang telah diaudit oleh auditor independent secara
berkala tiap tahunnya.
Sedangkan syarat-syarat auditor untuk mengaudit Telkomsel haruslah KAP yang
mempunyai kriteria sebagai berikut :
1. Kualitas audit yang optimal
2. Ketepatan waktu penyelesaian audit
3. Harga jasa yang wajar
4. Merupakan akuntan publik Indonesia yang mempunyai afiliasi dengan Kantor Akuntan
Publik Internasional yang termasuk 5 (lima) besar dunia
5. Mempunyai rencana untuk peningkatan internal control dari perseroan guna mendukung
kualitas laporan keuangan perseroan tanpa mengurangi kualitas dan independensi audit.

B. Penolakan KAP Eddy Pianto Oleh Thornton International Sebagai Member Firm
Agreement

Kantor Akuntan Publik (KAP) Eddy Pianto adalah suatu kantor akuntan publik yang
telah mendapatkan izin usaha berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor : KEP-718/KM.17/1998[2]. Bahwa berdasarkan Keputusan Dewan Komisaris no.
013/KEP/DK/2002 tanggal 29 November 2002 tentang Penggantian Auditor PT Telkom Tahun
Buku 2002 menyetujui dan mengesahkan KAP Eddy Pianto, sebagai auditor utama PT Telkom
tahun buku 2002. Dan KAP EP-pun Terdaftar di Bapepam berdasarkan Surat Tanda Terdaftar
Profesi Penunjang Pasar Modal No. 282/PM/STTD-Ap/2000.
Berdasarkan appointment letter tertanggal 6 Juni 2001, ditunjuk oleh PT. Grant Thornton
Indonesia sebagai Member Firm dan berdasarkan Adendum Grant Thornton International
Member Firm Agreement, yang berlaku efektif samapai 10 Mei 2001 dan Kantor Audit Publik
Eddy Pianto berkedudukan sebagai regional firm dari Grent Thornton International.
Berdasarkan pasal 2.2[3] KAP Eddy Pianto sebagai regional firm, memiliki hak dan
kewajiban yang sama dengan Grant Thornton Indonesia sebagai member Thornton Internasional.
berdasarkan surat dari David McDonnell, Chief Executive Grant Thornton International, kepada
Dirjen Lembaga Keuangan Republik Indonesia, ref. DMCD/RAL tanggal 8 Oktober 2001,
menyatakan :
Grant Thornton Indonesia adalah full member dari Grant Thornton International
KAP Eddy Pianto berasosiasi dengan Grant Thornton Indonesia dan berhak
mengaudit atas nama Grant Thornton
Berdasarkan surat tanggal 4 Desember 2002 kepada Grant Thornton Indonesia, Grant
Thornton International menyatakan KAP Eddy Pianto dapat melakukan pekerjaan audit atas
Laporan Keuangan PT. Telkom tahun Buku 2002 dalam rangka filing Form 20-F ke SEC, tanpa
ada kewajiban bagi Grant Thornton International untuk terasosiasi dengan pekerjaan audit
tersebut. Dengan demikian independensi KAP EP tidak disusupi kepentingan dari afiliasinya[4]
secara langsung dan sepenuhnya menjadi tanggung jawabnya.
Pada kuartal pertama tahun 2003 KAP Eddy Pianto tercatat di pasar modal berwenang
mengaudit laporan keuangan terhadap 332 (tiga ratus tiga puluh dua) perusahaan[5] di Bursa
Efek Jakarta.
Menurut Withdrawal Agreement tertanggal 13 Februari 2003, Member Firm Agreement
antara Grant Thornton International dengan Grant Thornton Indonesia/ KAP Eddy Pianto
berakhir pada tanggal 31 Maret 2003, namun KAP Eddy Pianto tetap berhak melakukan
pekerjaan audit atas nama Grant Thornton berdasarkan engagement letter yang telah
ditandatangani sebelum tanggal withdrawal agreement tersebut. untuk memahami US GAAS dan
GAAP dalam rangka filing Form 20-F, KAP Eddy Pianto meminta bantuan dari Mark Iwan,
Certified Public Accountant independen yang bukan merupakan partner dari Grant Thornton,
LL.P, untuk memberi pelatihan dan konsultasi.
Pada tanggal 17 Februari 2003 Grant Thornton International menerbitkan iklan di harian
Jakarta Post yang pada pokoknya menyatakan hubungan afiliasi/membership antara Grant
Thornton International dengan PT. Grant Thornton Indonesia dan KAP Eddy Pianto berakhir
pada tanggal 31 Maret 2003. Dengan adanya pemberitaan tersebut PT Telkom meminta jaminan
kepada KAP Eddy Pianto akan keabsahan Iwan Mark tersebut yang bukan partner dari Thornton
International. KAP EP berdalih bahwa akan tetap menjadi Member Firm Thornton sampai akhir
Maret 2003, dengan demikian auditnya mendompleng nama Thornton. KAP Eddy Pianto
memberikan keyakinan dan jaminan bahwa SEC reviewer yang terlibat memiliki kualifikasi dan
kompetensi profesional serta memenuhi persyaratan SEC. Disamping itu sebagai KAP non
Amerika Serikat, KAP Eddy Pianto dengan dukungan SEC reviewer yang mereka kontrak akan
memenuhi ketentuan yang berlaku di SEC khususnya regulasi S-X[6] yang mengatur kualifikasi
auditor asing (non-US). Karena waktunya sangat terbatas KAP EP meminta hasil audit yang
dahulu pernah dilakukan oleh KAP Haryanto Sahari, akan tetapi KAP HS meminta izin untuk
melihat 20-F seluruhnya terlebih dahulu. Permintaan tersebut ditolak oleh PT Telkom karena
waktunya yang sangat krusial serta tidak ada hubungannya antara PT Telkom dengan KAP HS,
juga untuk segera dilaporkan ke SEC. Oleh karena itu, KAP HS-pun menolak untuk memberi
tahu akan hasil audit yang pernah dilakukannya, serta KAP HS tidak memberi izin kepada KAP
Eddy Pianto untuk mengacu pada hasil audit sebelumnya. PT Telkom berpendapat tidak
memerlukan izin dari KAP HS untuk melampirkan opininya.
Pada tanggal 25 Maret 2003 PwC Amerika Serikat[7] Meminta Thornton International
Amerika Serikat[8] untuk menginformasikan kepada SEC bahwa Thornton AS tidak berafiliasi
dengan Grant Thornton Indonesia /KAP Eddy Pianto. berdasarkan surat SEC kepada PT. Telkom
tertanggal 29 April 2003, SEC menyatakan tidak dapat menerima Form 20-F yang disampaikan
oleh PT. Telkom dengan alasan-alasan sebagai berikut :

Laporan Keuangan Konsolidasi PT. Telkom Tahun Buku 2002 belum mendapatkan quality
control dari Grant Thornton LL,P., selaku US Affiliate KAP Eddy Pianto
Terlapor tidak memberikan ijin untuk dimasukkannya Laporan Audit Terlapor atas Laporan
Keuangan PT. Telkomsel Tahun Buku 2002 dalam Form 20-F PT. Telkom
Laporan Keuangan Konsolidasi PT. Telkom Tahun Buku 2002 yang dimasukkan
dalam Form 20-F PT. Telkom tidak disertai dengan Laporan Audit atas Laporan Keuangan
anak perusahaan PT. Telkom lainnya yang juga diacu oleh KAP Eddy Pianto

Dengan adanya penolakan tersebut Kantor Audit Publik Eddy Pianto izin usahanya
dibekukan oleh BAPPEPAM LK dan tidak boleh berada dibursa selama waktu tertentu. Karena
menjadikan saham PT Telkom anjlok.

C. Sanksi Terhadap KAP Eddy Pianto

Bahwa berdasarkan Surat Bapepam kepada KAP Eddy Pianto Nomor : S-1381/PM/2003
tanggal 16 Juni 2003 perihal Kewajiban untuk Tidak Melakukan Kegiatan Usaha di Bidang
Pasar Modal, Bapepam mewajibkan Eddy Pianto Simon, partner KAP Eddy Pianto, untuk tidak
melakukan kegiatan usaha di pasar modal terhitung sejak tanggal surat ini sampai diputuskan
lebih lanjut oleh Bapepam. Keputusan tersebut didasarkan pada penolakan Laporan Keuangan
Konsolidasi PT. Telkom tahun Buku 2002 oleh SEC yang menyebabkan perdagangan saham PT.
Telkom yang tercatat di New York Stock Exchange dalam bentuk IDR dihentikan sementara dan
diduga menyebabkan harga saham PT. Telkom di Bursa Efek Jakarta turun secara signifikan dari
harga penutupan sehari sebelumnya, serta memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap
penurunan Indeks Harga Saham Gabungan. Maka KAP Jimmy Budhi menjadi pengganti KAP
Eddy Pianto.
Karena first layer tidak digunakan maka jasa audit ini merosot dan berimbas pada
persaingan jasa audit. Para pemegang saham menjadi enggan untuk menggunakan jasa Kantor
Audit Publik yang independen dan merosotnya kepercayaan pada aouditor lokal. KAP Haryanto
Sahari dan rekan menimbulkan ketidakpastian usaha bagi auditor karena kewenangan mereka
untuk melakukan kegiatan jasa audit dapat dipermasalahkan oleh sesama auditor yang
seharusnya saling bekerjasama dan menghormati satu sama lain
D. Pelanggaran Pasal 107 Undang-undang nomor 8 Tahun 1995 Oleh KAP Haryanto Sahari
Dan Rekan
Dalam Pasal 107,[9]
Setiap Pihak yang dengan sengaja bertujuan menipu atau merugikan Pihak lain atau
menyesatkan Bapepam, menghilangkan, memusnahkan, menghapuskan, mengubah,
mengaburkan, menyembunyikan, atau memalsukan catatan dari Pihak yang memperoleh izin,
persetujuan, atau pendaftaran termasuk Emiten dan Perusahaan Publik diancam dengan pidana
penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar
rupiah).
Dalam pasal tersebut dapat dikaji apabila ada pihak yang bertujuan untuk merugikan atau
menyesatkan. Dalam kasus diatas dapat dilihat KAP Haryanto Sahari dan rekan mencoba untuk
menyesatkan dan merugikan. Merugikan para pemegang saham dari perseroan induk maupun
anak perusahaannya yakni TELKOM dan TELKOMSEL. Karena hasil auditnya tidak dibeikan
izin maka KAP Eddy Pianto dan rekan mengalami kesulitan dalam mengacu auditnya.
Yang tidak relevan adalah permintaan KAP HS untuk melihat keseluruhan form 20-F
yang tidak ada hubungannya dengan mereka sama sekali. Bahkan, jika itu merupakan alasan
mereka untuk tidak memberikan izin merupakan alasan yan tidak berdasar hukum sama sekali.
Sebagai first layer, KAP HS seharusnya memberikan kemudahan bagi KAP selanjutnya yang
akan menggatikannya. Dalam peraturan pasar modal yang dikeluarkan oleh Bapepam tidak
memperbolhkan persaingan yang tidak sehat. Sebagai sesama auditor seharusnya saling
menghormati dan tidak saling menjatuhkan reputasi.
Mengaburkan dan menyembunyikan[10] dalam pasal tersebut juga dapat diterapkan
pada kepada tindakan yang dilakukan oleh KAP HS. Mengaburkan karena tidak mengizinkan
acuan sehingga KAP EP harus memulainya lagi dari bawah tanpa tahu dokumen-dokumen apa
saja yang pernah di audit. Dan menyembunyikan hasil audit beserta opininya sehingga PT
telkom melakukan inpermission atas hasil kerja KAP HS yang saat itu waktunya sangat terbatas.
Dengan demikian pasal 107 ini dapat diterapkan pada kasus yang menimpa Kantor Audit
Publik (KAP) Haryanto Sahari dan rekan yang telah merugikan PT Telekomunikasi Indonesia.
Tbk (Telkom), PT. Telekomunikasi Seluler (Telkomsel), Kantor Audit Publik (KAP) Eddy
Pianto dan rekan, Bapepam, dan SEC[11]. Karena kecerobohannya tersebut indeks harga saham
gabungan Telkom anjlok dan mengalami kerugian karena adanya isu tidak transparansi
keuangannya.
Bab III
PENUTUP
KESIMPULAN
1) Kantor Akuntan Publik (KAP) Haryanto Sahari dan Rekan melakukan penolakan atas
izin audit sebagai first layer. Yaitu auditor pertama yang menjadi acuan dalam melakukan
audit lanjutan oleh second layer-nya yaitu Kantor Akuntan Publik (KAP) Eddy Pianto
dan rekan. Penolakan izin tersebut juga membuat KAP EP kesulitan dalam mendapatkan
opini hasil keuangan sebelumnya baik hasil audit keuangan holding perseroan yaitu PT
Telekomunikasi Indonesia Tbk maupun hasil audit anak perusahaannya yaitu PT
Telekomunikasi Selular. Selain itu, kerugian yang dilakukan oleh KAP HS juga
merugikan KAP EP yaitu berlarut-larutnya audit padahal waktu untuk penyerahan
laporan keuangan sudah ditunggu oleh Bapepam dan SEC. Dengan terjadinya
pengunduran hasil laporan, KAP EP mendapat sanksi dari Bapepam yaitu pembekuan
izin usaha di lantai bursa. Selain merugikan langsung kepada beberapa pihak, perbuatan
KAP HS membuat indeks harga saham gabungan merosot dan merugikan negara.
Penolakan izin tehadap hasil audit sebelumnya KAP HA yang merupakan member PwC
International dan karena tidak diperbolehkan untuk melihat 20-F milik Telkom. Padahal
PwC Amerika tidak berasosiasi dengan KAP HS karena KAP HS merupakan badan
usaha yang didirikan di Indonesia dan memakai hukum Indonesia, dengan demikin tidak
relevan apabila KAP HS memeriksa seluruh 20-F tanapa dasar hukum yang jelas. Karena
kejadian dan peristiwa ada di Indonesia maka KAP HS harus mengikuti aturan yang
berlaku umum di Indonesia[12] khususnya ketentuan-ketentuan di pasar modal.
2) Kedudukan Kantor Akuntan Publik (KAP) Eddy Pianto dan Rekan merupakan korban
yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) Haryanto Shari dan Rekan. KAP EP
mendapatkan sanksi dari Bapepam dan tidak boleh beroperasi dulu di lantai bursa untuk
melakukan audit terhadap laporan keuangan perseroan. Padahal pada kuartal pertama di
tahun 2002 KAP EP telah diprcaya oeh 332 (tiga ratus tiga puluh dua) perseroan untuk
diaudit hasil keuangannya. Dan sekitar 59 perusahan atau 29% peruahaan telah berhasil
diaudit oleh KAP tersebut. Walaupun tidak melakukan audit dengan sempurna terhadap
laporan hasil keuangan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, akan tetapi itu bukan pure
kesalahannnya. Dengan demikian, KAP EP menjadi korban atas pelanggaran pasal 107
Undang-undang nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal.
3) Kantor Akuntan Publik (KAP) Haryanto Sahari dan Rekan, member firm dari kantor
akuntan publik asing Pricewaterhouse Coopers (PwC) terbukti bersalah. Dengan
demikian KAP Haryanto Sahari dan Rekan harus membayar denda sebesar Rp
20.000.000.000,00 (dua puluh milyar rupiah) dan di setorkan ke kas negara sebagai
setoran penerimaan negara bukan pajak Departemen Keuangan Direktorat Jenderal
Anggaran Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara Jakarta I beralamat di jalan Ir. H.
Juanda nomor 19 melalui bank pemerintah dengan kode penerimaan 1212 dan harus
dibayar lunas paling lambat dalam waktu 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak diterimanya
pemberitahuan putusan ini, dengan denda keterlambatan Rp. 10.000.00,00 (sepulu juta
rupiah) per hari untuk setiap hari keterlambatan tidak melaksanakan putusan ini. Putusan
ini dibuat hari senin tanggal 21 Juni 2004.
B. SARAN
Profesionalitas seorang auditor dalam menjalankan tugasnya merupakan aset penting
yang harus dimiliki. Saling menghargai sesama profesi dan menjalankan tugas sebaik-baiknya
adalah tujuan dari setiap pekerjaan. Minimal tidak membuat orang susah, dengan bagusnya sikap
dan sifat Kantor Akuntan Publik yang ada di Indonesia akan membuat reputasi saham di pasar
akan membaik. Dan banyak investor yang akan menanamkan modalnya di Indonesia. Dengan
adanya reputasi baik tersebut, perekonomian Indonesia di mata dunia akan mendapatkan tempat
yang baik bula. Sehingga semakin banyak perseroan-peseroan dari Indonesia mendapatkan
perilaku yang baik juga di bursa asing.
Simbiosis mutualisme antara perseroan dan auditor adalah hal yang tidak dapat dipisahkan.
Karena kedua organ tersebut saling membutuhkan. Perbaikan-perbaikan akan konsep dan fair
game dalam usaha harus benar-benar dilaksanakan. Sehingga tidak terjadi gesekan atas
kepentingan-kepentingan yang dilakukan oleh oknum yang ada di pasar modal.

Anda mungkin juga menyukai