Anda di halaman 1dari 17

PT TELKOM INDONESIA TBK (PT TELKOM) :

TERJEPIT DIANTARA 2 AKUNTAN

STIE TRISAKTI

12/14/2019 Ferry Suhardjo, SE, MM, BKP 1


LATAR BELAKANG KASUS (1)
■ 29 Apr 2003, SEC (Badan pengawas pasar modal AS) menyampaikan surat ke PT
Telkom sehubungan dengan form 20 F yang disampaikan tgl 17 Apr 2003, dimana
SEC tidak bisa menerima surat itu dengan alasan:
1. Laporan keuangan konsolidasi PT Telkom tahun 2002 belum memperoleh kendali mutu / QC dari Grant
Thornton LLP selaku US Affiliate dari KAP Eddy Pianto (KAP EP).
2. PT Telkom tidak memperoleh ijin dari PWC sebagai auditor PT Telkomsel (anak perusahaan PT Telkom)
untuk melampirkan laporan hasil audit mereka di form 20 F.
3. Laporan keuangan konsolidasi PT Telkom tahun 2002 yang dimasukkan dalam form 20 F tidak disertai
dengan laporan audit atas laporan keuangan anak perusahaan lainnya yang diacu oleh KAP EP.
■ SEC meminta PT Telkom untuk audit ulang atas laporan keuangan dan
menyampaikan kembali form 20 F paling lambat 30 Jun 2003.
■ 12 Jun 2003, perdagangan saham Telkom sempat dihentikan selama beberapa
jam oleh otoritas bursa di NYSE. Hal ini menimbulkan kepanikan di BEJ sehingga
saham Telkom turun 8% dan IHSG turun 2.7% karena Telkom adalah perusahaan
dengan kapitalisasi terbesar di BEJ sebesar 16%.

12/14/2019 Ferry Suhardjo, SE, MM, BKP 2


LATAR BELAKANG KASUS (2)
■ Presdir Telkom, Kristiono berharap Telkom tidak perlu audit ulang karena tidak
cukup waktu karena SEC tidak mempermasalahkan angka di laporan keuangan
tetapi beliau tidak tahu sanksi apa yang akan diberikan bila melewati dari
tenggang waktu yang telah ditetapkan SEC.
■ 16 Jun 2003, Ketua BAPEPAM, Herwidayatmo melarang Eddy Pianto Simon
(partner KAP Eddy Pianto) melakukan kegiatan di pasar modal sampai ada
keputusan lebih lanjut dengan pertimbangan:
- Menerima pekerjaan yang tidak sesuai dengan kemampuannya.
- Masalah audit ini tidak hanya menyulitkan Telkom & KAP tersebut tetapi menyulitkan pasar modal
di Indonesia.

12/14/2019 Ferry Suhardjo, SE, MM, BKP 3


SEJARAH PT TELKOM (1)
* PT. Telkom adalah perusahaan informasi dan telekomunikasi serta penyedia jasa dan jaringan
telekomunikasi secara lengkap di Indonesia.
* PT. Telkom mengklaim dirinya sebagai perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia dengan
jumlah pelanggan telepon tetap sebanyak 15 juta & pelanggan telepon seluler sebanyak 104 juta.
* PT. Telkom merupakan salah satu BUMN yang sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Indonesia
(52,47%), 47,53 % dimiliki oleh publik, Bank of New York, dan investor dalam negeri.
* PT. Telkom merupakan pemegang saham mayoritas di 13 anak perusahaan termasuk PT.
Telekomunikasi Seluler (Telkomsel).
* Cikal bakal berdirinya PT. Telkom bermula dari didirikannya sebuah badan usaha swasta penyedia
layanan pos dan telegraf pada tahun 1884. Layanan komunikasi tersebut dikonsolidasikan oleh
pemerintah Hindia Belanda ke dalam jawatan Post Telegraf (PTT).
* Sampai dengan tahun 1906, layanan telepon disediakan oleh perusahaan swasta dengan lisensi
pemerintah selama 25 tahun. Pada tahun 1906, Pemerintah Kolonial Belanda membentuk
lembaga pemerintah untuk mengendalikan seluruh layanan pos dan telekomunikasi di Indonesia.

12/14/2019 Ferry Suhardjo, SE, MM, BKP 4


SEJARAH PT TELKOM (2)
* Tahun 1961, sebagian besar dari layanan ini dialihkan kepada perusahaan milik Negara
dengan nama PN Postel (Perusahaan Negara Pos & Telekomunikasi).
* Tahun 1965 pemerintah memutuskan pemisahan layanan pos dan telekomunikasi ke dalam 2
perusahaan milik negara, yaitu PN Pos dan Giro dan PN Telekomunikasi.
* Tahun 1974, PN Telekomunikasi dibagi menjadi 2 perusahaan milik negara, yaitu
Perusahaan Umum Telekomunikasi (Perumtel) yang bergerak sebagai penyedia layanan
telekomunikasi domestik dan internasional serta PT Industri Telekomunikasi
Indonesia (“PT INTI”) yang bergerak sebagai pembuat perangkat telekomunikasi.
* Tahun 1980, bisnis telekomunikasi internasional diambil alih oleh PT Indonesian Satellite
Corporation (“Indosat”) yang baru saja dibentuk saat itu.
* Tahun 1991, Perumtel mengalami perubahan status, yaitu menjadi perseroan terbatas milik
negara dengan nama Perusahaan Perseroan (Persero) PT Telekomunikasi Indonesia, atau
TELKOM.
* Tahun 1995, PT Telkom mendirikan ventura bersama dengan PT Indosat untuk mendirikan PT
Telkomsel dengan komposisi saham 51:49

12/14/2019 Ferry Suhardjo, SE, MM, BKP 5


SEJARAH PT TELKOM (3)
* 14 Nov 1995, PT Telkom Listing beberapa bursa, yaitu di BEJ, BES, NYSE, LSE & TSE disebabkan
jumlah saham yang ditawarkan terlalu besar untuk dapat diserap pasar lokal serta adanya
pembatasan kepemilikan asing.
* Tahun 1996, Telkomsel menawarkan pihak lain menjadi mitra strategis sehingga komposisi
kepemilikan saham menjadi : Telkom 42.72%, Indosat 35%, KPN (Nederland) 17.28% &
Sedco (pemiliknya Setiawan Djody) 5%.
* Tahun 1999, pemerintah mengeluarkan UU no 36 tahun 1999 tentang membuka pasar telekomunikasi &
menghapus hak monopoli yang selama ini diberikan kepada BUMN.
* Tahun 2001, PT Telkom dan Indosat harus dipisahkan sehingga PT Telkom memperoleh saham Indosat
35% di Telkomsel sehingga kepemilikan saham menjadi 77.72% dan menyerahkan kepemilikan
sahamnya di Satelindo, Lintasarta & seluruh asset divisi regional IV.
* Tahun 2000 - 2001, Sedco menjual sahamnya ke KPN lalu KPN menawarkan 22.28% sahamnya kepada
Singtel, Telkom juga menjual sebagian sahamnya kepada Singtel sehingga komposisi saham
menjadi Telkom 65%, Singtel 35%.

12/14/2019 Ferry Suhardjo, SE, MM, BKP 6


SULITNYA MENCARI AUDITOR
■ Permasalahan audit laporan keuangan Telkom tahun 2002 berawal dari rencana Telkom untuk
mengganti audit selama beberapa periode terakhir dari Deloitte Touche Tohmatsu Int’l (KAP
HTM) karena ada permasalahan KAP ini pada saat mengaudit laporan keuangan PT Kimia
Farma tahun 2001.
■ RUPSLB Telkom pada Juni 2002 mengamatkan dewan komisaris untuk memilih KAP “ big
four”. Ada 2 KAP “big four”, yaitu Deloitte & PWC (benturan kepentingan terkait perselisihan
Telkom & Aria West (KSO wilayah operasi regional III Jabar) tidak bisa dipilih. KPMG tidak
bersedia hadir karena benturan kepentingan terkait audit forensik ulang atas operasi regional
III Jabar) sehingga tersisa KAP Ernst & Young (EY).
■ 17 Sep 2002, Dewan komisaris Telkom menunjuk KAP EY sebagai pemenang tender audit
laporan keuangan. Namun baru bekerja 1 bulan (5 Nov 2002), EY mengundurkan diri karena
adanya peraturan baru SEC yang melarang auditor melakukan audit bersamaan dengan
pemberian jasa non audit, dimana KAP EY terlibat sebagai konsultan dalam valuasi proses buy
out saham yang dilakukan PT Telkom.
■ Dengan mundurnya KAP EY, Telkom mencari KAP lapisan kedua sehingga muncul ada 3
kandidat KAP, yaitu: KAP R.B Tanubrata (BDO Seidman), KAP Hendrawinata & KAP Eddy Pianto
(Grant Thornton). KAP Tanubrata tidak bisa karena mengerjakan jasa valuasi, KAP
Hendrawinata baru mendapatkan sanksi larangan praktik selama 6 bulan dari Depkeu
sehingga tersisa hanya 1 KAP, yaitu KAP Eddy Pianto.
12/14/2019 Ferry Suhardjo, SE, MM, BKP 7
KAP EDDY PIANTO (KAP EP)
■ 6 Jun 2002 : Berdasarkan surat penunjukan dari PT Grant Thornton Indonesia maka KAP EP
dinyatakan sebagai regional firm Grant Thornton Int’l dengan hak & kewajiban yang sama
dengan PT Grant Thornton Indonesia.
■ 4 Des 2002 : Grant Thornton Int’l menulis surat kepada PT Grant Thornton Indonesia yang
menyatakan KAP EP dapat melakukan pekerjaan audit atas laporan keuangan PT Telkom tahun
2002 dalam rangka filing form 20 F kepada SEC tanpa ada kewajiban bagi Grant Thornton Int’l
untuk terasosiasi dengan pekerjaan audit tersebut.
■ 17 Des 2002 : Grant Thornton Int’l menulis surat kepada PT Telkom yang menyatakan:
1. KAP EP dapat melaksanakan audit dengan menggunakan nama Grant Thornton sd 31 Mar 2003.
2. Grant Thornton Int’l tidak bertanggung jawab terhadap hasil audit laporan keuangan Telkom tahun
2002 dalam rangka filing form 20 F kepada SEC.
3. Pelaksanaan audit atas laporan keuangan Telkom dalam rangka filing form 20 F kepada SEC
sepenuhnya menjadi tanggung jawab KAP EP.

12/14/2019 Ferry Suhardjo, SE, MM, BKP 8


PELAKSANAAN AUDIT (1)
■ KAP EP dibantu oleh KAP Jimmy Budi dengan mempekerjakan 31 orang auditor.
■ Mereka tidak melakukan audit atas laporan anak perusahaan PT Telkom tetapi menggunakan
hasil audit dari auditor yang ditugaskan sehingga mereka mengirimkan instruksi audit kepada
masing – masing auditor pada pertengahan Jan 2003.
■ KAP Hadi Sutanto (KAP HS) (PWC) sebagai auditor PT Telkomsel mengeluarkan acknowlegment
letter kepada KAP EP bahwa mereka sanggup melakukan pekerjaan sesuai audit instrukso dan
menyadari bahwa laporan keuangan Telkomsel tahun 2002 akan dikonsolidasikan dengan
laporan keuangan PT Telkom yang diaudit KAP EP.
■ Des 2002, terjadi pembicaraan antara Grant Thornton dan PT Grant Thornton Indonesia untuk
mengakhiri keanggotaan PT Grant Thornton Indonesia (& KAP EP) pada Grant Thornton Int’l.
Untuk antisipasi hal itu, KAP EP melakukan proses credential review agar KAP EP diakui oleh
SEC tanpa harus menggunakan nama Grant Thornton serta meminta bantuan kepada Mark
Iwan CPA yang bukan rekan kerja dari Grant Thornton LLP untuk memberikan pelatihan &
konsultasi terkait dengan pembahasan US GAAS dalam rangka filing form 20 F.

12/14/2019 Ferry Suhardjo, SE, MM, BKP 9


PELAKSANAAN AUDIT (2)
■ 13 Feb 2003, kesepakatan pemutusan hubungan antara PT Grant Thornton Indonesia (& KAP EP)
pada Grant Thornton Int’l yang tertuang dalam withdrawal agreement yang akan berakhir pada 31
Mar 2003.
■ 17 Feb 2003, Grant Thornton Int’l memasang pengumuman di harian Jakarta Post atas hal ini.
■ 17 Feb sd pertengahan Mar 2003, Telkom meminta konfirmasi mengenai kejelasan status Mark
Iwan sampai kelancaran filling form 20 F.
■ KAP EP memberikan konfirmasi sebagai berikut:
1. KAP EP akan tetap menjadi member firm dari Grant Thornton Int’l sd 31 Mar 2003 & untuk audit PT Telkom akan
tetap menggunakan nama, metodologi, kebijakan & prosedur audit dari Grant Thornton Int’l.
2. KAP EP akan memenuhi segala ketentuan yang berlaku baik untuk BAPEPAM & SEC serta menjamin
penyelesaian audit & filing form 20 F kepada SEC.
3. KAP EP memberikan keyakinan & jaminan bahwa reviewer SEC memiliki kualifikasi & kompetensi sesuai
persyaratan SEC serta mengatur mengikuti ketentuan kualifikasi auditor asing.
■ Iklan tanggal 17 Feb 2003 menimbulkan keraguan kepada KAP HS ketika KAP ES melalui surat
tanggal 17 Mar 2003 meminta KAP HS untuk menyerahkan laporan audit Telkomsel tahun 2002
serta meminta ijin dalam rangka filing form 20 F ke SEC.
■ 21 Mar 2003, KAP HS kirim email kepada Telkom untuk meminta kesempatan membaca form 20 F
secara keseluruhan tetapi ditolak oleh pihak Telkom karena mereka tidak mempunyai hubungan
dengan KAP HS.

12/14/2019 Ferry Suhardjo, SE, MM, BKP 10


PELAKSANAAN AUDIT (3)
■ Atas penolakan tersebut maka:
- 24 Mar 2003, KAP HS membalas surat kepada KAP EP berisikan penolakan memberikan ijin.
- 25 Mar 2003, KAP HS mengirim surat kepada Telkom yang berisi salinan laporan audit Telkomsel tahun 2002 & tidak
dapat memberikan ijin hasil audit mereka diacu dalam rangka filing form 20 F karena belum memperoleh kualifikasi
KAP EP & belum diberikan kesempatan membaca form 20 F secara keseluruhan.
- Tanggal yang sama, Wayne Carnall dari PWC AS mengirimkan email kepada Carol Riehl dari GT AS yang menyarankan
GT AS menginformasikan kepada SEC bahwa mereka tidak berasosiasi dengan pekerjaan audit GT Indonesia (KAP EP)
& mereka mengirimkan surat kepada SEC tanggal 31 Mar 2003.

■ 25 Mar 2003, KAP EP menandatangani & menyerahkan laporan audit konsolidasi PT Telkom
tahun 2002.
■ 17 Apr 2003, Telkom menyerahkan form filing 20 F kepada SEC tanpa ijin dari KAP HS (paling
lambat penyerahan filing 20 F pada 30 Jun) tetapi Telkom akan mengadakan RUPS tanggal 26
Apr 2003 sehingga harus menyerahkan form ini 2 minggu sebelum jadwal RUPS.
■ 29 Apr 2003, SEC menyatakan tidak dapat menerima form 20 F yang diberikan Telkom. KAP EP
mencoba membantu dengan mengajukan permohonan credential review & disetujui oleh SEC.
SEC menunjuk Heinz & Associates untuk melaksanakan hal ini pada 22 Mei 2003.

12/14/2019 Ferry Suhardjo, SE, MM, BKP 11


PELAKSANAAN AUDIT (4)
■ 5 Jun 2003, SEC menjawab surat Telkom dengan kembali menjelaskan bahwa tanpa ijin dari
KAP HS seharusnya KAP EP memberikan opini disclaimer pada laporan audit Telkom serta SEC
menyatakan KAP HS tidak bisa menunjukkan kompetensinya dalam menerapkan US GAAS.
■ 26 Jun 2003, Telkom mengumumkan menunjuk PWC untuk melakukan audit atas laporan
keuangan tahun 2002 karena benturan kepentingan sudah tidak ada karena permasalahan
perselisihan Telkom & Aria West akan selesai dalam waktu dekat.
■ PWC menyatakan butuh waktu 2 bulan untuk mengaudit PT Telkom & anak perusahaan
sehingga batas waktu 30 Jun 2003 tidak dapat dipenuhi sehingga diajukan perpanjangan
waktu max 15 hari (sesuai aturan SEC) kepada SEC agar penyampaian laporan keuangan yang
telah diaudit sesuai standar & persyaratan dari SEC.

12/14/2019 Ferry Suhardjo, SE, MM, BKP 12


PROSES AUDIT ULANG
■ Proses audit ulang laporan keuangan Telkom tahun 2002 ternyata tidak semudah dibayangkan dimana waktu 2
bulan sesuai janji KAP PWC tidak terpenuhi, bahkan waktu 3 bulan sesuai keinginan manajemen Telkom juga
terlewati.
■ Akhir Okt 2003, Komisaris Telkom, Bacelius Ruru menjelaskan auditor PWC perlu konfirmasi ulang dengan auditor
sebelumnya, KAP EP & berharap agar laporan audit bisa diselesaikan di awal Nov 2003.
■ Reaudit laporan keuangan Telkom tahun 2002 terdapat perbedaan antara 4 % sd 20 % disebabkan adanya
perbedaan sistem akuntansi & penilaian. Ada 4 perbedaan utama, yaitu:
1. Biaya penghargaan kepada karyawan berdasarkan lama masa kerja (laporan terdahulu tidak pernah ada
biaya pencadangan atas hal ini namun PWC ingin memasukkannya sebagai cadangan).
2. Biaya perawatan kesehatan karyawan (menggunakan asumsi – asumsi).
3. Pajak yang ditangguhkan (laporan terdahulu masuk kewajiban pada tahun berikutnya namun pada saat
PWC melakukan reaudit, transaksi material ini sudah selesai sehingga dimasukkan di tahun 2002).
4. Belum masuknya transaksi pembelian kembali seluruh kontrak dari beberapa mitra KSO karena pada
laporan terdahulu belum selesai dilakukan.
■ Belakangan diketahui belum selesainya proses reaudit lebih disebabkan karena adanya perbedaan asumsi antara
PWC & Deloitte, dimana perbedaan ini mempunyai konsekuensi ke periode sebelumnya sehingga mengharuskan
Deloitte penyajian ulang audit untuk 2 periode sebelumnya.
■ Laporan reaudit tahun 2002 ini baru dapat diselesaikan pada Feb 2004 setelah Deloitte bersedia untuk
melakukan penyajian ulang laporan tahun 2000 & 2001. Keterlambatan atas penerbitan laporan tahun 2002
menyebabkan laporan keuangan audit tahun 2003 juga terlambat diberikan kepada BAPEPAM, yaitu Jun 2004.

12/14/2019 Ferry Suhardjo, SE, MM, BKP 13


KAP Eddy Pianto Mengadu
■ 16 Jul 2003, KAP EY mengirimkan surat pengaduan atas
perlakuan tidak sehat yang diterima KAP EP dari KAP HS
kepada ketua IAI, Achmadi Hadisubroto setelah PWC
ditunjuk melakukan reaudit atas laporan keuangan tahun
2002.
■ Achmadi menyerahkan kasus ini kepada BP2AP (Badan
Peradilan Profesi Akuntan Publik) yang diketuai oleh Rusdi
Daryono dan keputusannya KAP HS tidak bersalah karena
secara etika profesi sudah melakukan tugasnya secara
professional.

12/14/2019 Ferry Suhardjo, SE, MM, BKP 14


KAP Eddy Pianto Menggugat
■ EP menggugat kepada Bapepam, Telkom & PWC.
■ Gugatan pertama kepada Telkom & PWC ke PN Jaksel pada Feb 2004 berkaitan dengan
penerbitan laporan keuangan Telkom 2002 yang merupakan hasil audit ulang PWC. KAP EP
menggangap hal itu perbuatan melawan hukum pasal 1365 KUH Perdata karena KAP EP sudah
membuat perjanjian pengadaan audit atas laporan keuangan konsolidasi tahun 2002, telah
melaksanakan audit & hasilnya telah disampaikan & disetujui dalam RUPSLB Telkom tanggal 9
Mei 2003. KAP EP menuntut ganti rugi sebesar 8.3 T (material Rp 2.5 T & immaterial Rp 5.8 T).
■ Gugatan kepada ketua Bapepam di PTUN karena melarang KAP EP untuk melakukan kegiatan
usaha di pasar modal tanpa batas waktu padahal BAPEPAM tidak pernah memeriksa KAP EP.
Sebelum gugatan dilayangkan sebenarnya KAP EP telah meminta penjelasan mengenai hal ini
ke BAPEPAM tetapi sampai 25 Feb 2004, BAPEPAM tidak memberikan tanggapan. KAP EP
menuntut BAPEPAM ganti rugi sebesar Rp 5.84 T & mewajibkan BAPEPAM membayar bunga 1%
/ bulan terhitung sejak Jun 2003 hingga gugatan ini ada keputusan tetap.
■ Menjawab gugatan diatas, BAPEPAM mencabut SK tanggal 16 Jun 2003 dengan SK tanggal 19
Mar 2004 dengan menyebutkan KAP EP dikenakan sanksi administratif berupa peringatan
tertulis.
■ Selain ke PN Jaksel, PWC digugat ke KPPU (Komisi Pengawas Persaingan Usaha) karena
merasa mendapatkan perlakuan yang tidak sehat yang dapat menurunkan reputasi KAP second
layer sehingga perusahaan akan tetap terkonsentrasi menggunakan KAP first layer & dapat
menghilangkan potensi harga jasa audit yang lebih bersaing.

12/14/2019 Ferry Suhardjo, SE, MM, BKP 15


Putusan Pengadilan & KPPU
■ Sidang gugatan KAP EP kepada PT Telkom & PWC dimulai 24 Mar 2003 &
setelah bersidang 10 bulan (8 Des 2004), majelis hakim PN Jaksel
memutuskan bahwa gugatan KAP EP tidak dapat diterima.
■ Sidang gugatan KAP EP kepada BAPEPAM diputuskan tanggal 22 Sep
2004, dimana PTUN mengabulkan sebagian gugatan KAP EP untuk
pencabutan SK sanksi administratif oleh BAPEPAM, hal ini dikuatkan di
PTUN tinggi tetapi akhirnya dibatalkan di tingkat MA tanggal 7 Apr 2008.
■ Keputusan KPPU keluar tanggal 24 Jun 2004, KAP HS dinyatakan
bersalah & dikenakan denda sebesar Rp 20 M & harus dilunasi paling
lambat 3 bulan sejak diterimanya pemberitahuan keputusan ini serta
denda sebesar Rp 10 Juta / hari untuk setiap hari keterlambatan. Ketua
IAI mempertanyakan keputusan KPPU ini karena hasil pemeriksaan
badan peradilan internal IAI, KAP HS tidak melakukan pelanggaran
apapun. Selanjutnya, KAP HS juga mengajukan banding atas hal ini
tetapi sampai dengan saat ini tidak ada terdengar berita lagi atas hal ini.

12/14/2019 Ferry Suhardjo, SE, MM, BKP 16


12/14/2019 Ferry Suhardjo, SE, MM, BKP 17

Anda mungkin juga menyukai