Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PEMDUHULUAN
A. Latar Belakang
Pada awal tahun 90an dunia Islam dikejutkan dengan hadirnya sebuah kitab yang
membahas tentang ayat-ayat Al Quran dengan menggunakan metode pembacaan
kontemporer. Kitab yang ditulis selama kurang lebih 20 tahun ini akhirnya membuka pikiran
uamt Islam yang sudah terbuai dengan pemikiran ulama-ulama masa lampau. Penulisnya
adalah seorang doktor teknik sipil yang menguasai keilmuan linguistic (kebahasaan) dan
sangat tertarik dengan problema-problema keislaman yang terjadi didalam masyarakat Islam
didaerahnya pada saat itu. Nama beliau adalah Muhammad Syahrur al Dayyub, yang
selanjutnya akan kita bahas tentang pemikiran beliau yang dapat penulis pahami.
Diantara banyak nya karya-karya Muhammad Syahrur kami mengambil buku
Metodologi Fiqih Islam Kontemporer. Dalam bukunya yang berjudul Metodologi Fiqih Islam
Kontemporer tentang membokar nalar (episteme) klasik yang masih tertanam klasik yang
masih tertanam kuat dalam kesadaran dan keyakinan umat Islam, Khususnya yang terkait
dengan pemahaman tentang Al-Quran, Sunnah, Hadits, Fiqih, dll.
Dr. Ir. Muhammad Shahrur, pemikir liberal kontorfersial dari Syiria yang dijuluki
sebagai Imanuel Kant nya dunia Arab dan Martin Luthernya dunia islam adalah seorang
intelektual yang memiliki kesadaran kritis. Baginya, ulama islam (konservatif) yang
mengklaim memiliki otoritas keagamaan sekaligus wakil Tuhan, tidak lain hanyalah orang-
orang yang menjadi Penjaga gawang kebenaran yang tak menemukan basis etistimologinya
dalam realitas dalam hal penafsiran dan pemikiran keagamaan.
Bagi Sahrur, kebenaran sebuah pemikiran utamanya yang dihasilkan dari produk
pembacaan atas kitab suci Al-Quran hanya bisa dianggap benar dan valid jika sesuai dan
relevan dengan konteks realitas umat Islam selama ini. Khusus dalam buku ini, melalui
refleksi yang mendasar, iya menyuguhkan satu model pembacaan, terutama khususnya yang
terkait isu-isu perempuan (yakni soal waris, wasiat, poligami, pakaian dan kepemimpinan)
yang masih aktual dan belum terpecahkan secara konferhensif hingga dewasa ini.
B. Rumusan Masalah
Apa dasar hukum yang ada dalam masalah ini?
Apa dalil-dalil yang ada dalam pemikiran Shahrur?
Apa instinbat hukumnya yang ada dalam pemikiran Shahrur?

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi

Muhamad Syahrur dilahirkan di Damaskus, Syiria pada 11 April 1938.


Pendidikan dasar syahrur dijalani di tanah kelahirannya. Pendidikan teknik sipilnya ia
tempuh di Moskow (1959-1964) dan kemudian mengajar pada Fakultas Teknik Sipil
Universitas Damaskus. Pada tahun 1969, ia meraih gelar master (1969) dan doktor
(1972) dengan spesisialisasi Mekanika Pertahanan dan Fondasi, Kemudian mengajar
mata kuliah Mekanika Pertahanan dan Geologi pada almamaternya. Bersama
beberapa rekannya di Fakultas membuka di Biro Konsultasi Teknik. Syahrur juga
pernah menjadi tenaga ahli pada Al-Saud Consult Kerajaan Saudi Arabia (1982-
1983).
Selain Al-Quran wal-kitab, Qiraah Muashirah (Al-Quran dan Al-kitab,
Pembacaan Kontemporer) yang mengundang kontroversi sehingga belasan buku
komentar pro-kontra terbit, shahrur antara lain menulis buku Trilogi Handasat Al-
Asasat (Teknik Fondasi Bangunan), Handasat Al-Turbat (Teknik Pertahanan), Dirasat
Islamiyyah Muashirah fil-Daulah wal-Mujtama (Wawasan Islam Kontemporer
tentang Negara & Masyarakat, 1994), Al-Islam wal-Iman: Manzhumah Al-Qiyam
(buku Syahrur yang mengkritisi wacana klasik tentang rukun Islam dan rukun Iman,
1996.

B. Karya
Diantara banyak nya karya-karya Muhammad Syahrur kami mengambil buku
Metodologi Fiqih Islam Kontemporer. Dalam bukunya yang berjudul Metodologi Fiqih
Islam Kontemporer tentang membokar nalar (episteme) klasik yang masih tertanam klasik
yang masih tertanam kuat dalam kesadaran dan keyakinan umat Islam, Khususnya yang
terkait dengan pemahaman tentang Al-Quran, Sunnah, Hadits, Fiqih, dll.
Dr. Ir. Muhammad Shahrur, pemikir liberal kontorfersial dari Syiria yang dijuluki
sebagai Imanuel Kant nya dunia Arab dan Martin Luthernya dunia islam adalah
seorang intelektual yang memiliki kesadaran kritis. Baginya, ulama islam (konservatif)
yang mengklaim memiliki otoritas keagamaan sekaligus wakil Tuhan, tidak lain
hanyalah orang-orang yang menjadi Penjaga gawang kebenaran yang tak menemukan
basis etistimologinya dalam realitas dalam hal penafsiran dan pemikiran keagamaan
1) Al Kitab wal Quran : Qiraah Muashirah ( Prinsip dan Dasar Hermeneutika
Hukum Islam Kontemporer), 1992.
2) Dirasat Islamiyah Muashirah fi al Daulah wa al Mujtama (Studi Islam
Kontemporer tentang Negara dan Masyarakat)
3) Al Iman wa al Islam : Manzumat al Qiyam (Islam dan Iman: Pilar- pilar
Utama), 1996.
4) Nahwa Ushul Jadidiah lil Fiqh al Islami : Fiqh al Marah (Metodologi Fiqh
Islam Kontemporer), 2000.
5) Dialektika Kosmos Dan Manusia
6) Metodologi Fiqih Islam Kontenporer
7) Masyru Mitsaq al amal al Islami; dan
8) Beberapa artikel tentang keIslaman hasil pemikirannya lewat artikel-artikel dalam
seminar atau media publikasi, seperti The Divine Text and Pluralism in Muslim

2
Societies dalam Muslim Politics Report, 14 (1997), dan Islam and the 1995 Beijing
World Conference on Woman, dalam Kuwaiti Newspaper, yang kemudian.

3
C. Pemikiran Hukum
Dr. Ir. Muhammad Shahrur, pemikir liberal kontorfersial dari Syiria yang dijuluki
sebagai Imanuel Kant nya dunia Arab dan Martin Luthernya dunia islam adalah
seorang intelektual yang memiliki kesadaran kritis. Baginya, ulama islam (konservatif)
yang mengklaim memiliki otoritas keagamaan sekaligus wakil Tuhan, tidak lain
hanyalah orang-orang yang menjadi Penjaga gawang kebenaran yang tak menemukan
basis etistimologinya dalam realitas dalam hal penafsiran dan pemikiran keagamaan.
Bagi Sahrur, kebenaran sebuah pemikiran utamanya yang dihasilkan dari produk
pembacaan atas kitab suci Al-Quran hanya bisa dianggap benar dan valid jika sesuai dan
relevan dengan konteks realitas umat Islam sekarang ini. Sehingga dengan rasa heran ia
mempertanyakan bagaimana mungkin produk pemikiran konservatif akan bisa relevan
dan menemukan basis epistemologinya dalam realitas sekarang, jika mereka masih
mempertahankan ortodoksi nalar klasik yang hadir beberapa abad yang lalu.
Namun demikian, Shahrur bukanlah pemikir latah yang hanya bisa melemparkan
bola panas pemikiran ke tengah masyarakat tanpa dasar pengetahuan yang kokoh
sebagaimana banyak dilakukan oleh pemikir lain. Setidaknya, dalam empat bukunya,
al-kitab wa al-Quran, al-Islam wa al-Iman, Dirasah Islamiyah Muasyirah, dan Nahwa
Usul jadidah li al-Fiqh al-Islamiy: Fiqh al-Marah (yang versi terjemahannya sekarang
ada ditangan pembaca) kita bisa melihat keseriusan shahrur dalam menuntaskan gagasan
nya. Dalam buku-bukunya itu, ia meramu gagasannya dengan dasar filsafat yang ia gali
dari para filosof Barat dan Timur, mulai dari A.N. Whitehead, Ibn Rushd, Charles
Darwin, Isaac Newton, Al-Farabi, al-Jurjani, F. Hegel, W. Fichte, F. Fukuyama, dll. Dari
merekalah, Shahrur merefleksikan dan dan menghasilkan gagasan yang bernas dan
brilian. Tidaklah berlebihan jika Andreas Christman menyatakan bahwa Shahrur
sebenarnya menggunakan pendekatan defamiliarization (penidakbiasaan ) ; karena
pemikiran shahrur memang asing bagi telinga yang sudah sesak dan penuh dengan
wacana ortodoks klasik.
D. Analisis Dalil Istinbat
Kami telah menggunakan istilah al-libas sebagai ganti istilah al-hijab yang selama ini
sering dipakai atau yang sering disebut sebagai pakaian syari (al-hijab ash-shari).
Istilah a-lhijab dalam at-Tanzil al-Hakim disebut sebanyak delapan kali, tetapi dalam
setiap penggunaannya tidak pernah pasti dikaitkan dengan masalah pakaian (al-lilbas).
Adapun kosa kata yang lebih merujuk pada pengertian al-lilbas adalah ath-thiyab
(baju), al-jalabib (jilbab penutup tubuh), dan al-khumr (kerudung kepala).
Jika kita merujuk pada kamus-kamus bahsa Arab akan kita dapati bahwa arti kata
hajaba adalah menutupi (satara) dan kata al-hijab berarti tutup (as-satr). Kata al-
hajib diartikan sebagai penjaga pintu (al-bawwab). Susunan hajabahu artinya
melarang masuk. Susunan hajabat al-kabah berarti pihak yang berhak mengurus
keamanan Kabah. Termasuk dalam pengertian al-hijab adalah segala sesuatu yang
berada di antara dua hal.
Dalam Firman Allah ( wa min baynina wa baynika hijabun) diperoleh pangertian
bahwa antara Kami dan dan kalian terdapat penghalang (al-hajiz) berupa maskawin
(nihlah) dab hutang (dayn). Keberadaan saudara laki-laki (al-ikhwah) menghalangi
ibu untuk menerima hak warisnya, dalam arti bahwa saudara laki-laki menghalangi

4
ibu memperoleh sepertiga harta sehingga ibu hanya memperoleh seperenam harta.
Kata al-hajiban berarti dua kelopak tulang yang menutupi kedua bola mata ; yang
dimaksudkan oleh istilah ini adalah rambut (ash-sharu).

5
BAB II
PENUTUP
Kesimpulan

Syahrur sebenarnya bukanlah seorng ahli dalam bidang tafsir dan fiqh, tetapi beliau
adalah seorang ahli tanah dan bangunan, juga seorang ahli bahasa. Dengan kemampuan
bahasa yang dimilikinya dan juga keinginan yang kuat untuk membangun umat Islam dari
keterpurukan doktrin ulama masa lampau, akhirnya beliau berhasil menulis sebuah kitab
tentang tafsir ayat-ayat Al Quran dengan menggunakan metodologi kebahasaan. Selain
menjamah bidang tafsir, beliau juga ikut mengkritik fenomena hukum fiqh yang beristidlal
dari Al Quran.
Saran

Anda mungkin juga menyukai