Aspek Fisis Seismologi Eks PDF
Aspek Fisis Seismologi Eks PDF
ASPEK FISIS
_
SEISMOLOGI EKSPLORASI
Oleh:
Dr. Suprajitno Munadi
Walaupun seismologi eksplorasi ini menjurus ke teknik akan tetapi sukses dalam
penerapan dan pengembangannya sangat ditentukan oleh pemahaman tentang aspek
fisis dari seismologi eksplorasi tersebut. Maka atas dasar itulah buku ini ditulis.
Mahasiswa dengan pemahaman yang kuat tentang aspek fisis dalam bidang ini akan
dengan mudah menguasai tugas-tugas yang dibebaukan kepadanya pada saat dia
mulai bekerja. Terlebih-Iebih untuk keperluan penelitian tugas akhii, pengembangan
atau penguasaan metode-metode seismik yang barn muncul maka pemahaman aspek
fisis yang dikupas dalam buku ini akan sangat bermanfaat.
Dr.Suprajitno Munadi
'-r
DAFTARISI
,."'-r '
, t~: -;.',1
ii
BABI PENDAHULUAN 1
1.1; PengertiarrSeismo1ogtEksp1ofa"si 1
,
'h'MerigapaA~pek!Fisik'?' ... '2
BABIh. GELOlv,lBANGSEISMIK
2.1'1>engbrliariugiriinbimg seisntk . ;
;;I,:;.>::T::'1:1 '::; iF.i,Jr.! 'i, ',.:'
2.2 Sumber Gelombang Seismik 9
:;[ ; ,
2.3 Tip.e-Tipe
.<
Gelombang Seismik .,
2.3.3.1 GelombangBidang 14
, .. j'"i
2.3.3.2 Gelombang Silinder 14
2.3.3.3 Gelombang Bola 15
2.3.3,.4 Gelombang Kemcut 15
Daftar Acuan 23
11
BAR III PERSAMAAN GELOMBANG 24
Daftar Acuan 63
iii
4.3 Pantulan dan pembiasim.'padilMediUDlBedapis. 85
5.1 Pendahuluan 92
5.6.2. M.etodfl
, ". ,'"
Pen1WJIlan
.-. ,"C;'
Magnitudo I ; ; .'_ , .. , , ','. .
111
5.6.3. Met()(!(l).~.lI~io.Sp(lktraI 113
5.6.4. Metode WaktuNliik 114
5.6.5. MetodePergeseranFrekuensiCentroid . , 116
v
-----,-- _.- -_._---
BAB 1
PENDAHULUAN
Daftar Acuan
-,-.-... ------,-._----
BAB 1
PENDAHULUAN
Seismologi secara umum adalah ilmu yang mempelajari gempa bumi. Dari gelombang
gempa bumi yang terekam para ahli dapat menyimpulkan penyebab teJjadinya
tempatllokasi asalnya, kekuatannya, jenisnya serta sifat-sifat atau perilakunya. Bahkan
dari gelombang gempa tersebut dapat dipelajari struktur bagian dalam dari bola bumi
kita (Oldham, 1906 ; Lehmann, 1936).
Adanya gempa bumi alarniah baik yang berasal dari aktivitas gunung berapi maupun
tektonik yang sulit dipastikan kapan munculnya serta dimana teJjadinya menyebabkan
gempa bumi jenis ini tidak dimanfaatkan oleh manusia untuk keperluan eksplorasi.
Maka direkayasa suatu gempa bumi buatan yang dapat diatur kekuatannya serta
tempat dan waktu teJjadinya.
Jadi, seismologi eksplorasi adalah ilmu yang mempelajari gelombang gempa bumi
buatan untuk mempelajari struktur maupun strata bawah permukaan bumi yang
I
Pendaliuluan
hasilnya dapat dimanfaatkan untuk keperluan eksplorasi sumber daya alam seperti
rriinyak, gas bumi, batubata maupun untuk mendukung teknik sipil.
Penerapan seismologi e~plorasi. dalamindustri minyak dan gas bumi saat ini tidak
hanya terbatas pada pencatian lokasi-lokasi yang prospektif tetapi juga telah
dimanfaatkan untuk keperluan pengembangan lapangan, perkiraan cadangan
(pemelajaran reservoar) dan produksi. Metode seismik eksplorasi 2 dimensi (2D)
meningkatkan rasio keberhasilan pengeboran dati 10 : 1 nienjadi 6 : 1. Sementara
met()dl: seismik .eksplorasi 3 dimensi (3D) meningkatkannya lagi menjadi 3 : 1.
Artinyadati 3 pengeboran yangdilakukao, paling tidak 1 berhasil.
Seismologi gempa bumi yang mulai berkembang pada akhir abad ke-19 dan
memberikan pengetahuan tentang struktur dalam dad bola bumi diawal abad ke-20
rupa-rupanya meng-ilhami para abIi iImu kebumian untuk menerapkannya bagi
kepentingan eksplorasi minyak. Orang berusaha menead eara dan mengembangIain
alat agar pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh dad seismologi tadi dapat
dipakai untuk menambah kesejahteraan manusia. Maka muneullah metode, peralatan
dan teknik yang dikenal dengan nama seismik eksplorasi teJjemahan dad seismic
exploration atau seismic prospecting.
3
Pendahuluan
1950 Teknik survei di 1apangan yang disebut Common Depth Point (CDP)
shooting diperkenalkan ke dunia industri.
1954 piketemukan cara dan alat untuk merekam kecepatan gelombang sonik
disepanjang sumur pengeboran (continuous velocity logging) yang
disebut log sonik.
1976 Survei seismik 3 Dirnensi mulai dikerjakan. Ditahun itu juga mulai
diperkenalkan penampang seismik khusus yang disebut penampang
irnpedansi akustik.
5
Pendahuluan
Di tahun 1990-an banyak kernajuan di bidang analisis data seismik yang dicapai
ditunjang oleb munculnya. 'komputer-komputer . mirii ataupun jenis PC yang
kemampuannya amat be~ar.bi~tiu:anYa adal8h :
6
Pendahuluan
Artikel yang menarik bagi mabasiswa tentang sejarab dan perkembangan telmologi
seismik eksplorasi dapat dibaca pada tulisan Suprajitno Munadi (1993).
DAFTAR ACUAN
Lavergne, M., 1989. Seismic Methods, Editions Technip, Grabam & Trotman Ltd,
London.
Lehmarm, 1., 1936. The Seismological Discovery of the Earth's Inner Core, Bureau
Central Seismologique International, Series A, Travaux Scientifique, 14, 88.
Nelson, Jr.H.R.., 1983. New Technologies in Exploration Geophysics, Gulf
Publishing Co, Houston.
Oldham, RD., 1906. The Constitution of the Interior of the Earth, as Revealed by
Earthquakes, Quarterly Journal, Geological Society, 62, 456-475.
Sheriff, R.E. dan Geldart, L.P., 1983. Exploration Seismology Vol I : History, Theory
and Data Acquisition, Cambridge University Press, London.
Suprajitno, M., 1993. Arab dan Perkembangan Teknologi Seismik Eksplorasi,
Lembaran Publikasi Lemigas No,2/93.
7
;. ,1
,. ~ .:' .. ;'.
BAB2
GELOMBANG SEISMIK
2.3.3.1 Ge10mbangBidang
Daftar Acuan
~i;:)
._'_ \.JL-L~
,.'.
..~ ."jC ;':.n~ -l~:''-- : t., "
,
j '_.
l2(';-rr,-'
,-' . ;1 i-i': rt""--.1\/i
.: I '. ,.'. J . " -.' _
,.'- .
I
BAB2
GELOMBANG SEISMIK
Pada bab ini pengertian dasar tentang gelombang seismik dibahas secara lrualitatif.
Gelombang seismik yang dimakllud hanya dibatasi dari sumber gelombang buatan
yang umum dipakai dalam seismik ekllplorasi. Selain gelombang menjalar didalam~
tubuh medium (body wave) diperkenalkan juga gelombang yang menjalar di
permukaan antara dua medium. Tipe-tipe gelombang seismik berdasarkan bentuk
muka gelombangnya seperti gelombang bidang, gelombang silinder, gelombang bola
dan gelombang kerucutjuga diperkenalkan pada bab ini.
Gelombang seismik adalah gelombang mekanis yang muneul akibat adanya gempa
bumi. Sedangkan gelombang seeara umum adalah feuomeua perambatan gangguan
(usikan) dalam medium disekitamya. Gangguan ini mula-mula teIjadi seeara lokal
yang menyebabkan teIjadinya osilasi (pergeseran) kedudukan partikel-partikel
medium, osilasi tekanan ataupun osilasi rapat massa. Karena gangguan merambat dari
satu tempat ke tempat lain, berarti ada transportasi energi.
8
Gelombang Seismik
Sumber gelombang seismik pada mulanya berasal dari gempa bumi alam yang dapat
berupagempa volkanik.mauPungempa tektonik, akan tetapi dalam buku ini dipalcai
sebagai titik tolak pembahasan adalah sumber gelombang seismik buatan. Ada
beberapa macam.sumber gelombang seismik buatan seperti dinamit, bendajatuh, air
gun, water gun, vaporchoc, boomer,'sparker maupun vibroseis. Sumber gelombang
seismik buatan tersebut pada hakekatnya membangkitkan gangguan sesaat dan lokal
yang kita sebut sebagai gradi~n te&angan (stress).
',- _.
,,
~---,----- -- --
Gelombang Seismik
Kurva osilasi yang bentuknya mirip sinusoidal terpotong dinamakan sinyal seismik
(seismik wavelet). Dalam gambar, osilasi tadi terlibat mewakili ruang akan tetapi
dalam sumbu waktu bentuknya mirip juga.
Tipe gelombang seismik yang dikupas dalam Bab ini dibedakan atas cara bergetarnya,
tempat menjalarnya dan bentuk muka gelombangnya.
Menurut cara bergetarnya gelombang seismik dibedalcan atas dua tipe yaitu :
Illtl~
Gambar-2.2: Gelombang kompresi atau Gambar-2.3 Gelombang tranversal atau
gelombangP gelombang S (dari Bolt, 1976)
10
Gelombang Seismik
Ada tipe gelombang lain yang merupakan kombinasi antara kedua tipe tersebut diatas
seperti misalnya gelombang Rayleigh (lihat sub bab 2.3.2) yang bertipe P-SV.
Dalam sub bab 3.5.5 dikupas sedikit mendalam tentang beberapa tipe gelombang
permukaan yakni gelombang Rayleigh (lihat Gambar 2.4), gelombang Love (lihat
Gambar 2;5), pseudo Rayleigh,~pseudo Love dan gelombang Stoneley ataupun
gelombang tabung. ".. .
~~~-,~----
Gelombang Seismik
RAYLEIGH -__...
direction of
wave ad~v;an;c~e~~~=-
LOVE
surface
Gambar 2.6. adalah skema proses teIjadinya gelombang tabung yang pada hakekatnya
merupakan gerak/aliran fluida disepanjang sumur pengeboran. Gerak fluida ini
diakibatkan oleh osilasi dinding sumur yang merambat dalam arah axial.
12
Gelombang Seismik
\ I A
I Ai. ,
I \
..,-
s"
~ S
\
J
\. I
I
------,I
~
I
\ I
I I
: I
I I
{
\ I
I I -k I
I \
------
gelombang adalah silafu bidang pe=ukaan yang pada suafu saat tertenfu
!" :, ,; ,:' "',,:; .. -:. ' " ; ,,_. ,: .-i!, ::' :.;' _; ':~:.:.I>
membedakan medium yang telah temsik dengan medium yang belum temsik. Muka
gelombang merupakan potret dari penjalaran usikan.
13
Gelombang Seismik
Gelombang bidang atau gelombang datar ditimbulkan oleh sumber terkolimasi (Tjia,
1994). Gelombang bidang menjalar sepanjang satu arah tertentu dengan muka
gelombang yang berupa bidang datar tegak lurus pada arah perarnbatan (lihat Garnbar
2.7).
Gelombang silinder dapat ditimbulkan dari sumber usikan yang seragarn dan terletak
disepanjang suatu garis lurus. Gelombang silinder menjalar ke semua arah tegak lurus
pada garis sumbu dengan kecepatan sarna. Muka gelombangnya berbentuk silinder
yang koaksial (sesumbu). Garnbar 2.8 adalah visualisasi dari gelombang silinder.
14
Gelombang Seismik
Gelombangbola (sferi~) ditimbulk3Il oleh swnber berupa titik (point source) yang
menjalar ke segala .arah menllju kepusatbola atau mc;:njauhi pusat bola d,engan
kecepatan yangsama, muka. gelombangnya berbentukpermukaanbola. yang
konsentris (sepusat). Gambar 2.9 adalah visualisasi dari gelombang bola yang
merambat dalam medium homogen, isotropik dan elastik sempurna.
2.3;304 GelombangKerucut
Gelombang kerucut ditimbulkan oleh sumber yang bergerak. Dalam hal ini sumber
gelombang bergerak lebih cepat dari pada cepat rambat gelombang itu sendiri dan
muka gelombang berupa kerucut-kerucut yang sesumbu. Keadaan ini dijumpai pada
", ". " .." ':'" . , . - .-
penerbangan
, '
pesawat supersonik (lihat Gambar 2.10). Disirii kecepatan.. pesawat lebih
-" - " ;
15
- - _ .. --~...,.------;-
,-.-_. --,-------~.- ---
Gclombang Scismik
Dalam gelombang seismik hal ini terjadi juga yakni pada fenomena perambatan
gelombang terbias (head wave). Lihat Gambar 2.11. Fenomena ini muncul bila
gelombang seismik masuk ke dalam medium yang lebih besar eepat rambatnya
dengan sudut datang meIebih.i sudut kritis. Karena menurut Huygens setiap titik dalam
medium yang telah diusik menjadi sumber gelombang bam, maka titik-titik
disepanjang bfdang batas pembias tadi menjadi .sumber gelombang yang bergerak
lebih eepat dari pada eepat rambat gelombang di lapisan pertama.
Gambar 2.11 adalah penjelasan lebih rinci dari timbulnya gelombang kemeut yang
diberikan oleh Cagniard (1960, 1962).
16
Gelombang Seismik
\
\'
\
\ 2
\
\
\
\
, ,
" i.' , '
17
Gelombang Seismik
Gambar 2.13a adalah eara perekaman gelombang seismik yang umum dipal(ai dalam
seismik eksplorasi (2 dimensi). Sumber gelombang diletakkan pada suatu posisi
tertentu dan detelctor ditempatkan di banyak posisi dari posisi 1 sampai dengan 12 atau
lebih. Jarak antara sunlber gelombang terhadap detektor disebut offset, sedangkan
jaral( antara grup detektor disebut grup interval.
18
i" Gelombang Seismik
5
, . 'z
'_'--
1 2 3 4. 5 6 7- e 9 10 II IZ ~ COP No.
--r-"
-- - _...:-. - ---.. '- - - -
Gambar 2.13b adalah contoh rekaman seismik yang diperoleh. Pantulan gelombang-
. ".' ..C;' r _ ':, ' .' ''-~::. ". " :."
gelombang seismik oleh bidang batas antar lapisan membentok pola-pola hiperbola.
.' -' "., - . " . , .. ' ' , ' '. "
dengan kenliringan tertfmtu. Kemiringan ini sesuai dengan seper kecePatan di lfipisan
, '
pertama. Ada gelombang lain yang juga berpola garis lurus dengan kerrllringan yang
berbeda dan. sinyalnya ,mengalami dispersi. Gelombang ini disebut gelombang
Rayleigh (fJl:ound roll) .-:Oari kemiringannya dapat disimpulkari bahwa ke~epatan
p~njalaran"gelombang Rayleigh. lebih rendah dari pada kecepatan penjalaran
gelombang langsung.
19
Gclombang Scismik
20
Gelombang Seismik
00==
-'
GO'
so
'~
'0'
]0
-==
~O'
a a
C\.I
'.
' .. ,','.
21
Gelombang Seismik
(+)
'''~ ~
PSEUDO-
""
--- PHASE
w
0
i 0
::J
I-
::J
0-
:2
"C
STONELEY~
(-)
TIME-
22
Gelombang Seismik
DAFTAR ACUAN
~ ," i'
23
BAB 3
PERSAMAAN GELOMBANG
Daftar ACU3.11
.-
. '.
rE::;'l'::)',,' ~~ iiJ~:
..
cr ,S;),lfi(: ((!.,
.'
,.~ .. (..,~ .
r
,-_. . '" . ;-
(.,
[I
-.'
---~,- ~- -~ --.-.
BAB3
PERSAMAAN GELOMBANG
Pada bab ini dasar-dasar teoritis dari gerak gelombang seismik dibahas berdasarkan
teori elastisitas. Penalaran matematis yang membuktikan bahwa usikan seismik
menimbulkan gerak gelombang juga disinggung dalam bab ini. Demikian pula
pembahasan penalaran matematis yang menerangkan bahwa akan ada' gelombang
longitudinal dan transversal dari usikan seismik di dalam medium homogen.
Penyelesaian persamaan gelombang memungkinkan di-prediksi-nya amplituda dan fasa
gelombang seismik dalam ruang dan waktu.
HukumHooke
Dalam Bab II telah disinggung bahwa gelombaug seismik berinula dari usikau
mekauis pada suatu tempat yaug kemudiau menjalar di dalam medium. Penjalarau itu
dimungkinkau karena sifat-sifat elastis medium bereaksi terhadap usikau tadi. Usikan
mekauis terhadap medium ini dapat terjadi bila kesetimbaugau gaya-gaya pada tempat
bermulauya usikan itu tergauggu.
Pembahasau gelombaug seismik secara fisis akau menjadi mudah dipahami dengau
bertolak dari teori elstisitas. Teori elastisitas yang dikembaugkan pada awal abad 19
merupakan bagian dari mekauika medium kontinu yang memungkinkan dapat
diabaikannya struktur molekul dari materi dan melukiskan fenomena makroskopis
yang teIjadi dengan metode analisis matematik (Amenzade, 1979). Cauchy dan Navier
adalah dua oraug ahli yang mula-mula menganggap bahwa benda padat adalah suatu
24
Persamaan Gelombang
sistem yang terdiri. dari partikel-partikel medium. Distribusi partikel ini menerus
.(kontinu) sehiJ{ggaperge$;u:annyadapat dilacak sebagai fungsi koordinat.
Tinjau sebuah elemen medium yang kita andaikllIi berlJentuk kubus dengan panjiing
sisi-sisinyamendekati nol (lihat Gambar 3.1).
\.
.... " ... . ..- . ..- ..
...
," 1'1 I ....
t,
;".-'. .. ., wt
" I_I I_I'
::@:::::
.' .. .::::
I '.... .:.
. ... :.:=:::
_.. . .:' -.-.;;'
.. _.
I'
.
' : ,;",.\.~,., ';":';:'-.'. :-. .., ,. , ' . ;'-: ' , ' : 'I',
'.. ""._' __ a ", . _ . . . . I .,._
',. ...... \ I," 'I'"",.",', . ~ I!~~~:~',''-' 1-'.",';,- I,' ... :'.,.: ....
'........
- . . . - ,I.
__ ' ,:-'._.1,_
_. "I' -..
1.1 ..' . -.
I ' . _'" ~_. _ I .~. '., ' . -
\
\
z
~
.
"-.
'J[ '.' >Pyz'
',' .. ..' ...... ,.. ~. ;)
dz
'Ii
.dy
", i .':
'I
'.,,'
e'
25
Persamaan Gelombang
Tegangan (stress) yang bekerja pada bidang-bidang elemen knbus ada 9 macanl, yakni
(pada bidang yang berlawanan, tanda berubahjadi negatif) :
Pxy
adalah tegangan yang berarah sejajar sumbu x dan bekerja pada bidang yang tegak
lurns sumbu y.
Dengan perkataan lainjika indeks tegangan disebut sebagai i danj, maka bila i = j kita
mempunyai tegangan normal dan bila i '" j kita mempunyai tegangan tangensial.
Dalam teori elastisitas, tegangan yang bekerja pada suatu medium kontinu akan
mengakibatkan regangan (strain) pada medium itu. Hooke menyatakan bahwa
hubungan antara tegangan dan renggangan itu linier selama besar tegangannya tidak
melebihi batas elastik-nya.
Hukum Hooke secara umum (generalized) dapat dirumuskan dalam bentuk persamaan
(matriks) 3.1. Hukum Hooke ini didapat secara eksperimental dan ditulis pada tahun
1660, akan tetapi baru dipub1ikasikan pada tahun 1676 (Morgan, 1983).
26
Persamaan Gelombang
Pyy
C
It
Menurut Love (1927) kondisi yang hams dipenuhi agar energielastik hanya
, " . i' c, " i
-' -'
merupakan fungsi tunggal dari regangan adaiah bahwa
:1
. ,..I
Hubungan ini mengakibatkan jumlah konstanta elastik menurun dari 36 menjadi 21.
'I, ~' ; ~.
.. ... :~. >,<,
:,:." ', .. :",. ." ,i .."j; ,-r: :
, . , ; ; ."'... ~ "I.,,', ':'"
Kemudian bila material mempunyai sumbil atau bidang simetri, jumlah konstanta
elastilhang"sucIllh'tin.g'g~21terseb!ltdkpatB~rkuran:glagt:s'eb~gai: rloIlt6Ii'urituk
kristal berbentuk kubus hanya ada 3 konstanta elastik.
';1" , :1" ,,/.
" , .., '.
c,,;
. 1 . ".,
I.t"
27
Persamaan Gelombang
(3.3)
sehingga berlaku untuk tegangan normal yang lain yakni Pyy dan P 2Z
Pyz = /lc yZ
Pzx = /lczx
PXy = /lC XY
(3.4)
28
Persamaaa Gelombaag
dan e. Indeks
_i:
i danj dapat diganti menjadi x, y atau z. Berikut ini istilah tersebut akan
.. :t fl.-,;;L ~" Tl J ;:: ,~;;-:.-'
g= ( Ax+(~}x}Ax au
xx
Ax ax
maka untuk kedua sumbil yang lain
. =--
Ow
dan ,g
zz "az
Dilatasi atau regangan volume (strain volume) didefinisikan sepaga,i pe~bahan
,',. "'j.,lj','. :: 'f; j':~;;';',iA: 'J'-
j' ' - :!
--
ii'
! ! '
,Gambar ~,~ Regangan ;volum atau dilatasi .), ..
29
Persamaan Gelombang
8= L'.Volume
Volume
auavaw
=-+-+- (3.5)
ax. ay 8z
Regangan geser (shearing strain) dijumpai pada keadaan sebagai berikut (lihat
Giunbar 3.3).
---------
o~~~=-.L---y
aw av
=-+-
(3.6)
ay 8z
30
Persamaan Gelombang
':
sehingga
Ov au ,",1:
6
xy
=-+-
ax By
6
au aw
=-+-
'" az ax
LXi'
Dari Gambar 3.3 dapat dilihat bahwa suatu benda. padat yang dikenai tegangan geser
(shearing stress) akan mengalami puntiran (rotasi). Besarnya~udut puntir adalah (lihat
. !
Dix, 1952; Dobrin, 1976).
Q =aw:..-av
By az
Q =au_aw (}.7)
y az ax
av- -au ..
Q =---
z ax By
Rotasi ini penting artinya pada saat membicarakan persamaan gerak gelombang
. tranversal.
" .J ' ' ) ': J :.!~: : : i,-.
Konstanta elastik yang diberikan oleh persamaan (3.1) lebih berdasar pada logika
matematika dari pada arti fisisnya.. Berikut ini akan dibahas. konstanta-konstan1:a
;i:,: - 'ii, ': .E .:::;./r;~~;.'- ~U::;': '::,_;J~ 'i,'.:;:-::'::: 'i:::'.::'.<
elastikyang terkait erat dengan pengertian fisis.
Perba.ndingan
... ~
Poisson (Poisson's ratio, 0')
~
31
-------~,-_ .. _-----
Persamaan Gelombang
regangan (dalarn hal ini arah lateral dibanding dengan arah vertikal). Lihat Garnbar
3.4.
.41' -'r ~ ~~ - 7,
.c.:' :.,---------,--6" ~-.,v
1-' !
I
I '.-
I I
,-'7
K
I I, J
I
L_
ctv"" 'I~-
2"
I /'
Modulus Young sering disebut sebagai modulus elastisitas garis. Untuk keadaan
seperti Gambar 3.5 berlaku kesebandingan antara tegangan dan regangan sebagai
berikut:
(3.8)
Keadaan ini serupa tapi tak sarna dengan kondisi yang dipakai untuk mendefinisikan Ie
(salah satu konstanta Lame) seperti diperlihatkan Garnbar 3.6.
(3.9)
32
Persamaan Gelombang
y y
',j" '.':,-
I
---,--'--~ ~ xx
1
) -_ _1'
.' I
---,~-)---' x'-'
--:,o'-,~-- X
I' "I "
I I ,
1/
-+\ I~
k: XX
Gambar-3.5 Gambar-3.6
Gambar-3.5 dan gambar-3~(; meny~t~~ perbedaan antara Modulus Young (E) dan
konstanta Lame (A.) tegangan]ang terjadi ditirnbriIkiUr oleh tegangan yang berarah
tegak 1urus arahregangan. :
Jadi
k=P (3.10)
8
. ,:. ,_, '. ; ,; . ;f . ,"; : .
-:~, .
Kebalikan dari modulus buIic adalah kompresibilitas
, '{':. '; 'L::i:~:' ..
1 8
~=-= (3.11)
k P
33
Pcrsamaan Gclombang
Jadi sejauh ini telah dibahas secara fisis pengertian konstanta-konstanta elastik E
(modulus Young), a (poisson's ratio), k (modulus bulk), A dan J.1 (konstansta Lame).
Rigiditas fl fl fl fl E
(fl) 2(1 + a)
34
Persamaan Gelombang
Pers8j:Ilaan
, ':, _,'
gerak dalam hal- ini
- - ; r ,.
melukiskan
': ,'. , ' . : -.
gerakan partikel-partikel
".-' ;::;, '-~_i::t,-' , ",.:.;
medium
,':L~:'
setelah
ada usikan mekanis. Usikan mekanis ini menimbulkan terjadinya ketidak seimbangan
, I, , " _. '; _. : .' ,'-':- :' ,. -, i': ~_ ,',: i' . : }! . ,. !. .
gaya-gaya yang bekerja pada partikel medium tadi.
.Andaik~ta titik maten tersebufberlJentuk kubus dengan panj ang sisi-sisi. dx,-dy, dz <.
'r'O
Sehiniga gaya-gaya n:etto adalah '':;lUl~'::.1
, !'
F1 ~Idydz-P"",dydz
, ,
. .~.,
'(Pxx + al'.';dxJ.dY~-P.xx~~Ydz
O x ' -. .
',; .
= apxx dxdydz
Ox
,
F2 ,;, IT dydx - P""dydx . ,'
~(p""
, + aP""dzJ~Ydx-P""dYdz
az, . _. ... _; __ .' 0'_-- __ ... , __ .-.. _
=ap""
az dxdYdz' '" '.\
F
__ .3,._,,h. illc!X&-
. , P'XY..ml:dz
.... __ __._
_.-,.~_ -_!
~ (Pi + a~dyJdxdz-Pxydx~
y
" 'i.
35
-~-.-.-----,--
Persamaan Gelombang
- - + BPxz
-_(BPlO< - - +BPxyJdxddz
ax az -By- Y
atau
2
- au (-
PdxdycIz-= BP-xx+ BP
--xz
+BP J
-XY- dx dy dz
ae ax az By
(3.12a)
(3.12b)
(3.12c)
36
Persamaan Gelombang
Suku-suku yang mengandung p.,;, Pxi dan Ptt da'l~ pers3filaan (3~12~)dapatdiganti
dengan runms tegangan yang diberikan oleh persamaan (3.3) dan (3.4) yakni
a u
2
ae a u
p-=A.-+2J!-+J! (a u a
2
a w a u)
2 - + - - +J! - - + -
2 2
y)'" (, 2 2
as 2"pe
=A.-+J!V U+J!-
ax ax
atau
a2ri: ",,,,ae,',2
P-2 = (A. + J!)-+J!V u (3,13a)
at ax
Dengan jalan yang sama dapat diperoleh persamaan gerak partikel-partikel medium
sejajar sumbu y
(3.13b)
31'
Persamaan Gelomban!l
8 2w 8S
P-2 =(A. + Il)-+ 1l'V w
2
(3. 13 c)
at 8z
(3.13d)
ii = 'VeIl + 'Vx'P
atau
(3.l3e)
dan
38
Persamaan Gelombang
" (3.14a)
(3.14b)
(3. 14c)
39
- .---- ---:---r------
Persamaan Geiombang
atau
a8
2
2
P-2 = (t..+Jl)V 8+JlV 8
2
(3.1Sa)
at .
atau
Persamaan (3.lSa) ini bentuknya rnirip dengan persamaan gelornbang yang dikenal
dalam rnekanika, yakni :
(3.lSb)
Dalam hal ini adalah kecepatan perambatan gelornbang dan 8 adalah fungsi
a. = tt..:2Jl) (3.16)
40
,
Persamaan Gelombang
Untuk mendapatkanpeisainaan,
, _.. . gerak
" .-
gelombangrotasi,
.' , -
~ - diferenSi!Ukan
'. : -:' persamaan
-, -
(3.13b) ICe arall sumbu xdail persamaan (3.13a) kearah ~~buy dankurangkan.
'"
a 3
v a 2
8 ~'8v
p--=(A.+I-I)--+I-IV - (3.16a)
, 'f ,
axat'axBy . "'.
ax
; i
yang menurut notasi rotasi (libat persamaan 3.7) dapat dituliskan menjadi
, (3.17a)
-' ~'"
';' . ;.;\ ,',
., . .,'
.:....'; ',;,
(3.18)
Teon gerak gelombang transversal mula-mula diperkenalkan oleh Navier pada tahun
1821, kemudian dikembangkan secara lebib mendalam oleh Poisson pada tahun 1827.
Kedua teon ini muncul kurang lebib bersamaan waktunya dengan Teon Fresnel
tentang gelombang transversal pada cahaya (Kolsky, 1963).
Simbol e dan Q z dalam persamaan (3.15) dan. (3.17) disebut fungsi gelombang.
Keduanya merupakan besaran yang berubah dalam ruang dan waktu. Fungsi
gelombang ini dalam perhitungan dinyatakan dengan bilangan-bilangan sehingga
fungsi gelombang akhimya berubah meIljadi satu obyek matematika yang terdefinisi
secara baik (a well defined mathematical object).
42
Persamaan Gelombang
Pertama-tama marilah kita anggap bahwa fungsi gelombang <p hanya tergantung pada
'-~ d~t, s~~ggaper~~aan (i1S) b~~'ba:hmenj~di :
r .'"
'.,
,\ :
cp=f(x~et):. . (3.20a) .
,,". 'r o .; ..
'.J
(3.20b)
I
'1.;,'; .. '
;' . ," " _,-, r ,I, ,-:' , " : : ;': _' : i.'"
i- , ," '-.' :' ,;.- ,;';," c, ", ': ;.:,;, ':-.I! r ;-',; i 1;";1" "-I:: i:'',:' , ; ~: ,,:. '
yangmeltikiskah ge10mbang yang meiambat dari sumber dan mengarlili menjauhi
sumber (progressive wave) bila diandaikan sumber terletak di 0(0,0).
I,"~
43
Persamaan Gelombang
Fungsi gelombang <p dalam persamaan (3.20) tidak bergantung pada y dan z. Dalam
persamaan (3.20a), A disebut amplitudo dan (x-ct) disebut fasa. Bidang yang
melukiskan tempat kedudukan titik-titik yang, fasanya sama dinamakan muka
gelombang (wavefront) dan dapat dilukiskan seperti Gambar 3.7.
x - ct = konstan
atau
d
-(x-ct)=O
dt
atau
dx
-=c
dt
Gelombang yang mempunyai bidang tempat kedudukan titik-titik yang amplitudo dan
fasanya sama disebut gelombang homogen.
44
Persamaan Gelombang
..:'
Gambar 3.8 Gelombang bidang menjalar dalarn ruang dengan arah penjalaran
Membentuksudut8Jo 82 dan 83 terhadap sumbu-sumbu koordinat
I:::;"'~ _,.;",', II::) ~',-,,;, '.i~.",.: 1,-'",1."'-- ,',' :.:'~I' ' ..
dengan ketentuan
1= Cos 8 1
m= Cos 8 2
n= Cos 83
) ;.~
'45
.
Persamaan. Gelombang
Persamaan (3.15) dapat dinyatakan dalam koordinat bola sebagai berikut (ganti notasi
2 2
1-2 a cp = JJ ~ r2 acp) + ~ Sine acp) + 1 a q>} (3.23a)
-e ae 71 fu\. ill S~ ae Sin2e a$2
dengan menganggap bahwa jarak gelombang tak tergantung pada 8 dan $ (lihat
Gambar 3.9),
46
Persamaan Gelombang
,
maka persamaan terakhir ini berubah menjadi.: _:i , :}'
,
(3.23b)
atau .
1 a q>
2
2 aq>
--+-
a2 q> (3.23c)
c2 ae r
2
ar ar
aR aq>
- . =r-. +q>
ar . ar
a R a q> aq>
2
--=r-.-+2-
2
ar2 . ar 2 ar
maka (3.23c) dapat dituliskan menjadi :
47
Suku pertama dari persamaan (3.24) menyatakan gelombang bola yang mengembang
dengan muka gelombang berupa kulit-kulit bola, sedang suku kedua f 2(r+ct)
menyatakan gelombang bola yang mengkerut menutu titik asal. Karena syarat radiasi
di titik 0(0,0) maka penyelesaian suku kedua ini tidak kita pakai.
2
B-R+ -
IBR __ co
- - + k 2 R-0
- dengan k
ar2
r ar c
Bila dilakukah substitusi x = kr, akibatnya persamaan (3.25) dapat dituliskan menjadi
d 2 R 1 dR
-+---R=O (3.26)
dx 2 x dx
(3.27)
Ini berarti gelombang merambat seperti fungsi sinusoidal dalam waktu tetapi menuruti
fungsi quasi sinusoidal dalamjarak.
Keadaan yang lain adalah bila cp = cp (r, z, t) tetapi tak bergantung terhadap 8, maka
persamaan gelombang dalam koordinat silinder dalam hal ini adalah
48
Persama:m Gelombang
c,
karena
1 alp <p dR
.. "'., '
r ar pR dp
i !. i
1 'B 2<p a? , .
---=-<p=-k <p
c 2 ae
CO a
!(d2.R+~dRJ+.!.d2Z+k
2 a
2=0 (3.29)
R dr r dr zdz2
. . '. . : " ' , '
2
dZ - y 2 Z=0
dz2,
j I:
dengan k2 = lea2 + v 2 (lihat Ewing, 1957). Terlihat bahwa ada saling keterkaitan antara
fungsi gelombang terhadap z dan r.
2
a-8 a
- _ 2<728 <7 p-
. v +v' (3.30a)
ae
2-
a Q2 =p 2 V2 Q+VxF (3.30b)
at
Persamaan (3.30) dan (3.31) sukar diselesaikan seeara langsung. Metode yang sering
dipakai untuk menyelesai-kan adalah telmik separasi variabel dari Helmholtz (lihat
misalnya Sheriff dan Geldart, 1982, hal. 38).
50
Persamaan Gelombang
,
;'ii , . "" "7< -.'-
Andaikan eli dalam suatu region D, cp dan turunan pertama maupun keduanya bersifat
kontinu dan F bersifat berhingga dan dapat diintegralkan. Suatu titik Q (lihat Gambar
::-:~': --:::::''-'>-.:-",:,''':' ,:".'."'-~. -,; . . "i;;.\';':';~:~: r;,:_',: :-!, '";r:',:r,,!-,;r-: y:',-",',,'" ";i;:.;i 1- ,:".-,j;-:i"F;~-, >:" .
3.10) berada eli dalam region tersebut dan berjarakR darititik P atauPQ = R dan S
.: : .,-' 'J . . '-, , . '.. I ..' - -' .." ': .; '-~~.: .: J _
adalah 1uasan yang melingkupi region tersebut. Kemuelian .!!.... adalah differensial
an
pada.'arahnormal (ke1uar), [F] adalah nilai dariFpadawilktu t - Ria, maka menurut
rmnus Kirchhoff untuk P eli dalam region D
r I. ,
51
Persamaan Gelombang
Penyelesaian persamaan gelombang yang telah dikupas dimuka berlaku pada medium
homogen, isotropik dan ukurannya tak berhingga. Pada medium yang berhingga,
rnisaInya pada medium yang dibatasi oleh permukaan tanah atau udara bebas (free
surface) akan muncul suatu bentuk gelombang lain yang disebut gelombang
permukaan.
Untuk medium berdimensi dua (x-z) yang dibatasi oleh udara bebas maka
penyelesaian dalam bentuk persamaan (3.2) dapat dikembangkan menjadi (Lavergne,
1989)
$ = $oexp[j(cot - kx + az)] (3.32a)
(3.32b)
dengan ketentuan
k= co
c
j~k2 _ co ,
2
b=
~-
S
yang menerangkan bahwa potensial pergeseran ~ dan \jf menjadi nol untuk z -+ 00,
52
Persamaan Gelombang
P =JBu+8wJ
zx
., '\az
-:... ':
,
ax "
' ',-' ;.':'".,
.dengari mengirigat
8~ 81j1
U=---
ax az
8~ 81j1
W=-+-
az ax i": "/';
maka
dengan mengingat
,
;\.+21l = pVp-
2
Il = pVs
(3.34a)
(3.34b)
: ;.. " . , .,..;.. .. . : ,f' ;. , ~. - l ' ":.'-' . ': ':" ", -', ': -"" :::." . ::' . I .
agar matriks dari dua persamaan terakhir ini non singiiIar diperlukan koJi.disi
.JC,
53
.. " - - - .,~---,..--
Persamaan Gelombang
( VS2J' Ff2Ff2
2 -c'- 2 2
=4 1 - - 1 - -
yP VS
(3.35)
Jadi cepat rambat gelombang Rayleigh dalam medium homogen dan separuh-tak
berhingga (semi infinite) tidak tergantung kepada freknensi akan tetapi hanya
bergantung kepada Yp (atau (1) dan Ys (atau [3). Knopoff (1952) mendapatkan
hubungan antara CRNs dan CRNp sebagai fungsi dari Poisson's ratio seperti tampak
pada Gambar-3.ll.
Terlihat untuk
CR
0"=0 -=0.875
Vs
CR
0" = 0.25 -=0.919
V.
CR
0" = 0.5 -=0.955
V.
54
Persamaan Gelombang
o. 5
0.4
-t---.~ i
, ..
~i
I- .
I
~VP I
C./V.
o. :;
.'. r , ,
. 1\, ::,; I . ;,-j
0.2. . ..
.\ .
. .... '.
, I "I',
o. I
'. ,-
"'.,' 1\ I
o 0.2. 0.4 0..6 0.8 1.0
,." 'J
!.: 'I _
,i 'l 'i.'
I;
,.55
-~.~ .. ~----~
Gambar 3.12 (atas dan bawab) Gelombang Rayleigh
Dari rumus (3.35) juga dapat disimpulkan babwa gelombang Rayleigh terbentuk dari
super posisi antara gelombang P dan SV.
Selain gelombang Rayleigh yang dikupas dimuka, dikenal juga gelombang Rayleigh
semu (pseudo Rayleigh wave). Gelombangjenis ini terbentuk bila ada periapisan tipis
tepat di bawah permukaan yang dapat berfungsi sebagai pemandu gelombang
permukaan. Dalam seismik eksplorasi gelombang Rayleigh semu ini disebut "ground
roll" .
56
Persamaan Gelombang
Ada-kecepaian fasa dan kecepatan group (lihat Gambar 3.13). Sifat dispersif dari
gelombang Rayleighsemu ini dB.pat dilihat pada Gambar 3.14.
V u
,' : 1 . .
:'/ . );'
I--dt, .,
I
I .-jdtp
1 I
I 1
I 1
I I,
Gambar 3.13 Kecepatan group dan kecepatan fasa dari suatn gelombang yang
mengalami dispersi
1- .
(Sheriff
-
qan
.
Geldart,
'
1982).
. ,r, --- j'.,
rOt sv
vl!11U~;11 Free souliice
dIS~llfhiHlI;~
i" ;
, ,
-, ::1-
CR1~~~=-
....
' "U A Group velocitY
1!h
o 2 4 6 8 12=w/cl
57
Persamaan Gelombang
SH Free surface
horizontal.I-----...:.;;::..:.==--------t- -
disturbance
Mediumt P1VP1VS,
h
ol-.;:::::::~------__:-~--'---l--_.
Medium 2 P2 V V
z P2 '2
Pada gelombang love gerak ge10mbang da1am medium 1 dan medium 2 terjadi
sepanjang sumbu OY dan dapat dituliskan sebagai (Lavergne,1989)
dengan ketentuan
k = co
c
58
, >- ;';1 Persamaan Gelombang
.'r.
=~ V.w k~
2 C2
2
b2 , - k = j , . "I_ V.'" .
s2 S2
Karena Pzy = fl BV ketiga syarat batas tadi dapat dituliskan dalarn bentuk lain
az
".1
untuk mendapatkan penyelesaiaI). tidak nol, dari A,B dan <:: determinan yang dibentuk
dari ketiga persarnaan ini disarnakan dengan nol
exp(-jb1h) , - exp(jb)h)
b)fll -b)fll
I I
sehingga didapat
(3.36)
59
--- ---------
._~,
Persamaan Gelombang
Kesamaan (3.36) dikenal sebagai persamaan Love. Dapat dilihat bahwa akar-akar real
diperoleh bila dipenuhi VS 1 < c < VS2.
Dalam hal ini c adalah cepat rambat gelombang Love, h adalah teballapisan tipis yang
berfungsi sebagai pemandu gelombang (wave guide). Dari rumus Love (persamaan
3.36) terlihat bahwa c tergantung kepada frekuensi (00). Ini berarti bahwa gelombang
Love bersifat dispersif. Dapat juga dikatakan bahwa c bergantung kepada panjang
gelombang.
Selain gelombang Rayleigh dan Love yang merupakan gelombang permukaan antara
medium dengan udara bebas, ditemukan juga gelombang permukaan jenis lain yang
menjalar di bidang batas antara dua media. Amplitudonya menurun dengan cepat bila
menjauhi bidang batas tersebut. Gelombang ini disebut gelombang Stoneley, sesuai
dengan nama ahli yang pertama kali berhasil merumuskannya di tahun 1924.
Salah satu contoh gelombang Stoneley adalah gelombang yang menjalar diperbatasan
antara dinding sumur dan fluida yang dikenal dengan nama gelombang tabung. Cepat
rambat gelombang tabung lebill rendah dari pada kecepatan gelombang longitudinal di
dalam fluida.
P=-k -
( Bz
2u,
Ow+ - - J (3.37)
r
u, P
-=-
r 211
60
;
-.':"
',; ,,' . Persamaan Gelombang
sehingga
1(3a8)
karena
"" ap a' w
--=-P-,-
,az,,,, ",at
maka i,
a'w (3.39)
_ az,'-
yang mempakan persamaan ge10mbang tabung yang merambat- dengan kecepatan '
,i
(3.40)
:.ir'
Jadi dengan J;Ilengukur cepat rambat ge10mbang tabung dan mengetahui kerapatan
.< ' . ,:.",":" "';'.lj;ll"~.":::,::,:i I_,',:'~' ".:',:' : :",,-~ r r.,L~:<
maupun modulus bulk fluida pengisi 1ubang bor, maka rigiditas dari medium di
sek~lilingJubang bor dapat dicaP-. ", .. I,
Ii t.
itu hams sangat berdekatan. Dalam bentuk grafik, persyaratan itu dilukiskan seperti
,tampak,pada Gambar 3.16 (Grant dan West, 1965; Scholte, ~947).
: - ,.I" ~._.:.,":' f '-":: L,';'. "'. '; :.. , <j , ,i~[.~ "
:[
61
3f----j-----I----
fl,
fl' 1.0 f-----1------,lL-----I-----J
A,
-=-=1
A.
1', flz
0.1
0.1 0.3 1.0 3 Ie
p,lp,
Gambar 3.16 Kondisi petrofisika dari lapisan batuan bawab permukaan yang
menyebabkan teIjadinya gelombang Stoneley yang ditunjukkan oleh
luasan yang diberi wama abu-abu.
62
Persamaan Gelombang
DAFTARACUAN
Ald, K., dan Richards, P.G., 1980. Quantitative Seismology, W.R Freeman and Co.,
San Francisco.
Amenzade, Yu, A., 1979. Theory ofElasticity, Mir Publishers, Moskow.
Dix, C.H., 1952. Seismic Proceeding for ()il, Harper hnd
, Brothets Publishers, New .
York.
. '
Dobrin, M.B., 1976. Introduction to, Geophysical Prospecting, Mc Graw Hill Book
Co., 3'd Edition, Sydney.:
, ,
Daftar Acuan
1'-',.
;fy ' '.
,-'=,.-='--.,._.,.. .
----~--_._._----~.
_~,=, -'"",,,- -----------_._--
,-"'~-~"-"---".--' ......
....,.-
,~;:: :jL-r~--l
.~, "
-, '
\ _L..
d '.
.'
','
['l'-:::'~J"')-:'
.f'.-}."
,,:,J) f~ ,-'
~ rc--"r'-'"i,j'
--'-- ~\..,Gd,> \ i_
r- ("" r.
I.,C,-;":'
---,---'
BAB4
PENJALARAN GELOMBANG
Pada bab ini penjalaran gelombang seismik dibahas dengan memakai konsep sinar
dan konsep gelombang. Konsep sinar ditopang oleh azas Fermat yang menghasilkan
hukum Snellius dan persamaan Eikonal. Sedangkan konsep gelombang yang
merupakan penyelesaian persamaan gelombang menghasilkan pembagian energi
pada bidang batas antar medium yang dinyatakan oleh koefisien-koefisien refleksi
dan transmisi. Koefisien-koefisien ini merupakan inti permasalahan dalam
mempelajari penjaralan gelombang seismik dan medium berlapis maupun yang lebih
kompleks.
Pada sub bab 2.3.3 telah didefinisikan pengertian muka gelombang. Pada Gambar
2.12 telah divisualisasikan penjalaran beberapa macam ge10mbang seismik
(gelombang langsung, gelombang terpantul dan gelombang terbias) dalam bentuk
diagram muka gelombang (wave front chart) dari Thombourg.
Sifat penting dari sinar adalall bahwa dia mengikuti asas Fermat : lintasan yang
ditempub gelombang adalah lintasan yang paling sedikit memerlukan waktu.
Perhatikan Gambar 4.1 berikut ini.
64
Penjalaran Gelombang
-x
x
'-----" B
.. G8ihbm; 4.1. Lintasan sinar seismikdaIam mediliIn Y\IDg berbelia kec~patannYa
(4.1)
Menurut Fermat
; .'
;"-; ,";'
"'.'
maIm didapat
x
=
e-x (4.2)
v (Ce-xY+4/f
2 ,',', ":'C' i
x
Sin i=
'J'-'
".'
'7
65'
Sin r
(4.3)
V2
VI
1 iz V2
r2
h V3
i4 V4
r3
Sin i, = P
--"- untuk ~ = I ,-? (4.4)
V(l
66
Penjalaran Gelombang
I::.Z
lL --c--,---"""",B
arah C I::.x
penjalaran~-- %+I::.T
-. '~.
: t. i
Gambar 4.3 : Muka gelombang T 1 dan T 1 + I::.T dipisahkan oleh sinar seismik
sepanj ang !::.n., ,. .
, ..
Pada gambar ini muka gelombang diwakili oleh garis 1urus T 1 dan T 1 + I::.T. Sebuah
sinar seismik yang tegak hirus fuukll gelombahg dinyiitiikaiidleh g!ms CD "" '!lii;.'
I ==
Menurut Teori Pytagoras-Eucli~ (Kustner dan KaStller, 197~; p.l67 : Teorema
Altitude) dalam segitiga siku-siku yang khusus
.: _ ' ;, i ; ,
ini berlaku
":'; , "
hn.1JunglW
~ : ," ,,.:";, '.'
:
:. i": ;.. 'j;} .. -j . '~,;:! .
67
(L\X)2 =q.AB
(L\Z)2 =p.AB
(M)2=p.q .
1 1 1
--= +-- (4.5)
(&1)' (~x)' (~zY
Bila mas kiri dan kanan persamaan (4.5) dikalikan dengan (~Ti, diperoleh
(4.6)
(4.7)
(VTj = ~2 (4.8)
Variabel T disini mempunyai fungsi ganda (AId dan Richards, 1980, p. 723). Yang
pertama dia menunjukkan posisi dad muka gelombang pada suatu saat tertentu. Yang
kedua dia menyatakan waktu penjalaran sinar seismik dihitung dari titik asallsumber.
68
- j. :'." Penjalaran Gelombang
Penelusuran smar dalam medium' 'heterog~n atau lapisan bawah tanah yang
strukturnya kompleks sering dilakukan unuk mengetahui waktu penjalaran gelombang
di dalarnnya. Menelusuri smar berarti setiap .saat mengetahui posisi, arah dan p3l).jang
" .'" , ',; ", .;," ",':' ;j" ",' , ".. ,,',' ,1,!' -' L', _;. '.' ',:,"
lintasan yang ditempuh smar. Dalam tomografi seismik penelusuran smar menjadi
tahap yang sangat penting untuk mengetahui w:aktu penjalaran gelombang-di dalam '-,
seI-seI yang jurnla1mya sangat banyak. Sel-selini' tne~akili. zona-zona terkeeil yang
masih dapat dianggap homogen di dalam medium yang heterogen.
f, j ,-" J : :!, '}
d
ds [ elr)
1 dr]
ds v, [iJ] ;';;,
(4.8a)
69
Penjalaran Gehl'mbang .
(0,0) a
,--------,.--------,------.
....
Langan dkk (1985) mendapatkan bahwa untuk suatu medium yang kecepatannya
berubah menurut
~(s) = ~o + (4.8b)
vektor arah
-(
n s) = no [ 1 + __
1...n]
S + -1..S + 0 (1..-')
0 (4.8c)
Co Co
70
Penjalaran Gelombang
: '.'
(4.8d)
Gambar 4.5a adalah contoh penelusuran sinllIi dari sebuah model, geologi bawah
, I
permukaan yang terdiri atas dua lapisan. Pada lapisan pertama ada giadien kecepatan
: . '
terhadap kedalarnan sehingga lintasan sinar seismik bentulmya melengkung. Pada
garnbar ini satuan kedalarnan dan jarak diarnbil dalarn feet. Saat proses perhitimgan
medium dibagi dalarn sel-sel berukuran 50 x 50 ft. Rekarnan yang terbentuk dari hasil
penelusuran'sinar .,tersebut, diperlihatkan pada ,garnbar 4.5b. Dengan sumber
gelombang S'1Jerac\adit~rig!ma~s~b!ltange,~f~~'diseb~lah kiri dan kanannya maka
...; . ../ ... -, l.. , __ " _, ....,. " , , .:.
~lXlJ
.,K~~laman !iDf
eft)
700J
EJriJ
OCDJ
1lXXlJ -I-:~~--.-,-~
~c-r-r-r(,~f .~. ,':"'7....-.,...",-..,.---,-,....;..:!'',.....-,-,c'-r-r-rl-
.-.,-" "
.'c.'., '
11lXlJ I,..,.,
',....! .-'
Jarak (ft)
Gambar 4.5ar: Penelusuran sinar dalarn medium heterogen. Medium chbagi
menjadi sel-sel berukuran 50 x 50 ft.
71
. ,
....
\
\
Gambar 4.5b : Rekaman sintetik yang terbentuk dan hasil penelusuran sinar yang
diperlihatkan pada Gambar-4.5a.
Penerapan pendekatan ini dalam medium yang terdiri atas ratusan sel menjadi sangat
efisien (hal ini akan menjadi sangat rurnit bila dipakai sudut-sudut/trigonometri) .
Sinar masuk dari sebelah kiri sel pada posisi ro (xo, Yo) dengan arah sesuai dengan
garis singgung~. Saat sinar meninggalkan sel posisinya dapat ditentukan dengan
mencari titik potong antara vektor posisi dengan garis x = a.
72
Penjalaran Gelombang
Dalaml seismologi, tingkah, laku refleksi dan transmisi igelbmbangseismik pada satu
bidang batas sebagai fungsi sudut dat~g tel;ili'dir~~skan oleh banyak ah1i dalam
bentuk yang berbeda-beda. Lihat misalnya Knott (1899), Zoeppritz (1919), Muskat
danMe~es C!?10), G~~~lfb(lrg (1944),,Ewing d~ C~95?),BrekhoyskhikM1~60);
,KQ~f9f4.,q9,6~!,gi1anUI979.);,Nd dap. Ric1;J.ard~J~98,o),Bell MeI,l,ahe!IJ.' clan ~ingh
(19~1). '
\ - -11',' '.:' .~ I;
.L.'
berikut:
1. Perumusan ditulis dalam bentuk matriks sehingga fenomena refleksi dan
transmisi yang kompleks dan simultan dapat dinyatakan secara ringkas dan jelas,
73
Penjalaran Gelombang
(4.9a)
(4'.9b)
dalam hal ini ka. adalah bilangan gelombang untuk gelombang P, kp adalah bilangan
gelombang untuk gelombang S, dan x menyatakanjarak.
Dipakai perandaian khusus bahwa kontak antara kedua lapisan pada bidang batas
dernikian sempurna sehingga kontinuitas stress normal dan stress tangensial teJjarnin
baik. Dernikian pula kontinuitas pergeseran pada arah normal dan arah tangesial.
Hubungan antara stress dan potensial pergeseran diberikan oleh Pilant (1979; halaman
45) yang merupakan pengembangan dari hukum Hook diperumurn yang telah dibahas
pada Bab III.
P =
xz I-l
(2ft
axaz + (a"lv
ax' - a.'
az'IjfJJ (4.10)
Dalam hal ini z adalah kedalaman dan nilainya diambil positifbila mengarah kebawah
(lillat Gambar 4.6).
74
Penjalaran Gelombang
1.0 ,
L:~g
1 VPl VSI PI X.
. \.
VP2 VS2 P2
\~ ~PPi , i _!
t
, '. ps
,, ;
.
~ ,;
J:
:. af a' "
w=-+---Y (4.11 a)
az"8x r"j' " ;): 't .. '
;, . ;] "
, -." . , ';
dalam hal ini kal adalah bilangan .gelombllng 'dalam arah horizontal untuk gelombang
~ :. . ". ; ! - .
P yang menjalar pada medium I. Untuk mempersingkat penulisan, suku harmonik eimt
untuk s.ementara tidak dicantumkan..
Unnik' gelombang yang terpantul dan terbias, penyeles;n~ya adalah
75
-- .- _ . . . -"-_._-~-.---~ ----,-----
Penjalaran Gelombang
dengan ketentuan
kal = bilangan gelombang pada arah horizontal untuk gelombang P pada medium 1.
kpl = bilangan gelombang pada arah horizontal untuk gelombang Spada mediuml =
ro/~[,
Patut diingat dalam pendekatan ini bahwa rpp, rps, tpp dan tps diturunkan dari potensial
pergeseran.
I
I
a slROp1 -(1- a2s1n20pl) 1/2 -0 slnOpt
.,.
_(b z _ a2 sln 29pl)
'/> r pp - a slOOp!
a cos9 p1
a COSOPI 8 slnOp1 (c 2 _a 2 sln 2Spl ) -sstnOp1 'PS
=
2. a2 sln 2 0 p
-zs2slnBpl COS9Pl
,-t (")""
-28 sloOP1 1-8 sin BpI
- 2 a 2 aln ZOpl +1
_zs2sln29pt
.'. + ba
2.
.'d
8 2 sln20pt- b 2
"" I pp - 28 sln 20 p1 + 1
(y. 13)
, :- v"
V p,
b=~ c ::;!!!.. d ::: -.l!:!.-
V" V p' p,
76
Penjalaran Gelombang
,t
Penyelesaian dari persarnaan rnatriks diatas, (dikeI\al sebagaipersarnaan Zoeppritz)
rnenghasilkan koefisien refleksi dan transrnisipada satri ,bidang batas sebagai fungsi
sudnt datang bila yang datang adalah gelornbahgP. Gliriibar4,7 rneriunjukkan tingkah
laku fpp, rps, tpp dan tps sebagai fungsi sudut 'datang,,' ",'
Untuk kasus pemantulan tegak (BpI = 0) persarnaan (4.13) berubah menjadi sederhana,
.. !
yakni:
P2 CL 2 - Pla.1
(4.14)
P2 CL2 + PICLt
, i
(4.15)
Model:
tl ,;. 7.0
1
tlz" 4.3 82 .. ~.6 Pt" Z.40
,,...,,'
l'
'[~'.J,
) '~: " 1\
'" . " 2
,e.s
'pp
, .!:",-:-~-~---;f;",----~-~~
" "
sudut datang
"
; ~ ..sudut datang (a) "
1 ',1
I ........
1,'
I,' pp
2/
'pp
'PS
[.,.
!
I pa
p' ; t
Garnbar4.7 Tingkah laku rpp, rpS, tpp dan tps sebagai fungsi sudut datang 77
.. _, --_. ..
.---~-.- _~- -
Penjalaran Gelombang
dalam persamaan (4.13) berubah menjadi bilangan imajiner. Hal ini menghasilkan
nilai koefisien refleksi dan transmisi yang berupa bilangan kompleks. Secarll fisis
diartikan bahwa ada pergeseran fasa antara gelombang terpantul dan terbias relatif
terhadap gelombang datang. Batas dimana koefisien refleksi dan transmisi berubah
menjadi bilangan kompleks disebut sudut kritis.
Bila gelombang SV yang datang pada bidang batas (lihat Gambar 4.8) maka
(4.16)
_ I ejkl}l (xSine SI +zCos8sl )
dan IjI1 - 55
1
o
r 55
1 VPI V SI PI
-=--------'l'::'-----------'-----x
2 Vpz Vsz pz
Gambar 4.8 : Refleksi dan transmisi gelombang SV pada satu bidang batas
78
Penjalaran Gelombang
.... ; .;.
'2 . . 2 .~
sine
8)
'(c, .';",sio
," e
- 51'0)..,, ~sih8' ".'.
51
-25inB cosB
51 51
b 2d , b 2d
-2ain8 1(c 2 - sin 2 a )~ 2S~,2efll - 02.
5 , ' , 51 .
, t 2s1n 2 851 - 1
b 2d
55
b 2d
dua adalah geloxnbang SV. Secara visual tingkah l~ya, dapat dilukiskan seperti
'. ,~ -~ - - >. I
tampak pada Gambar 4.9. Bagian atas dari Gambar 4.9 adalah kondisi saat gelombang
masuk dari medium yang kurang padat ke medillll1 y~gl~bihpada2 sedang bagian
bawah dari Gambar 4.9 adalah kondisi sebaliknya..
Gambar 4.9 memperlihatkan tingkab laku yang lebih kofupleks dari pada Gambar 4.7.
Diskontinttitas kurva-kurva refJ.~ksi dim transbnsi dapat teljadi di dua tempat yang
berarti~da dria'sudtit kritkHal ini secara ma~ematis dapat dilihat dari kemungkinan
berubalmya elemen-elemim matriks (c2 - sit? 85 \)"2 dan (b2 - sin2 8 51 )1/2 dalam
persamaan (4-18) menjadi bilangan kompleks' bila 85 \ berubabharga dari 0 sampai
dengan 90. Terlihat dalam gambar 'itu b8hwa gelombang SP dan SS saling
komplementer : penurunan pada r5p dan t5p selalu diiInbangi oleh kenaikan pada rss dan
1:,., begitu pill~ sebiliknya. ' "
79
Penjalanm Gelombang.
Model :
~I =.4.6 PI = 2.4
--- -
I.e I.e
EO 1----':. 2
~o \. t ss
~
/\"
....
..'.
~
2
...:
::::'5 ,
1,
~s ~5 . gO
1 1
'.1.(,'1 I.,
'J::
5' / rss
'EO
6
~
Iss"
2/
&.l Sv '"
~
0
~/ SI/
"
til
~ rop ~
l'-S ,"".. '.5
i
; \.
>i
,
\,]
\
,
j
;
!
"' go
II
t sp
I
tit:
,,.'
~5 gO
sudut datang sudut datang .
(b)
Gambar 4.9 : Perilaku rsp , r", tsp dan t" sebagai fungsi sudut datang
80
Penjalaran Gelombang
Pantulan pada permukaan bebas (bidang batas antara udara dan batuan atau air)
merupakan keadaan khusus karena stress yang diakibatkan oleh ge10mbang yang
menja1ar keatas dan mengenai permukaan bebas .menurut syarat batas dianggap
1enyap.
\ ~I = l.Oejka(xSinBp-zCosB p)
1.0 \ r ps
~r
til
'f2-
= rppejka(xSinBp+zcnsBp)
---- r
55
.
ejkP:Z(,xSinOs:z-:zCosos:z}
.
(4.19)
2 2 '2'8
,..,.asm,p-
81
Penjalaran Gelombang
Persamaan (4-20) dapat diselesaikan dengan mudah menghasilkan rpp dan rps sebagai
fungsi sudut datang bila gelombang yang datang kepermukaan bebas adalah
gelombang P. Lihat Gambar (4.11).
q, , = I sp
ejka (xSinB p + zCosB p
.
)
(4.21)
1.0 r ejkp(xsinos + zCosBsl
~J , = ss
f"
Hubungan antara rsp dan rss sebagai fungsi sudut datang 8s diperlihatkan pada
Garnbar 4.12. Untuk sudut datang sarna dengan no! derajat dari persarnaan (4.20) di
dapat
r pp = -P,V, = -I
PlY'
hal ini berIaku juga untuk rss. Secara fisis ini berarti bahwa pantulan normal pada
permukaan bebas untuk gelombang P maupun SV menyebabkan pembalikan fasa
sebesar 180.
82
Penjalaran Gelombang
./ .
\ . Model: 0= 4.6, a= 2.7 (kIn!s)
0.5
115 g us 9.
, sudul dalang
(a) sudul dntang
&3
--,-----,-
Penjalaran Gelombang
Pantulan dan pembiasan pada medium berlapis merupakan fenomena yang jauh lebib
rumit dari pada pantulan dan pembiasan pada satu bidang batas. Kerumitan ini mnncul
tidak hanya disebabkan karena lintasan yang berbelok-belok setiap kali gelombang
menembus bidang batas antar lapisan akan tetapi juga dikarenakan konversi
gelombang (dari P ke SV dan dari SV ke P) dan pantulan-pantulan berulang berbagai
tipe (multiple reflection).
dz
I
Penyelesaian persoalan yang rumit ini telah dicoba dipecahkan oleh banyak ahli,
diantaranya :
1. Thomson (1950) dan Haskell (1953) yang dikenal dengan metode frekuensi
domainnya.
84
Penjalaran Gelombang
Pantulan dan pembiasan dari suatu media berlapjs (Gamb ar 4.13) men~t metode
0 R pp
0 Rps
= M (4.23 a)
Tpp 1
Tps 0
(4.23b)
(4.23 c)
jk -ju j jk ju:
jU j jk - Jj jk
Tj = t
(4.23d)
flj/!j -2fl jku j fl;/! j 2fljku j
--2fl jku j -f!j/!j 2fl jku j -fl/!
, __~ 1
e ju1d, 0 0 0
ejUldl
0 0 0
Ej = 0 0 ejUI~1 0
(4.23e) .
0 0 0 e JU1d ,
85
Penjalaran Gelombang
(4.23f)
Metode lain untuk merumuskan penjalaran gelombang seismik dalam media berlapis
yang saat ioi mulai populer adalah Metode Matriks Kennett (1974) yang berkerja
secara rekursif. Metode ioi mulai menangani tiga lapisan yang paling atas (atau paling
bawah) kemudian setapak setapak turon (atau naik). Untuk riga lapisan yang pertama
(yang berarti ada dua bidang batas) Kennett menggabungkannya sedemikian rupa
sehingga seolall-oleh menjadi satu bidang batas yang diwakili oleh resultante
koefisien refleksi dan transmisi. Resultante koefisien ioi kemudian dengan bergerak
satu lapisan keatas (atau kebawah) dapat di gabung dengan koefisien refleksi dan
transmisi dari bidang batas yang memisall1can dua lapisan. Demikian seterusnya
sehingga pada aldlinlya di dapat koefisien refleksi/transmisi total (overalO dari
setumpuk lapisan.
86
Penjalaran Gelombang
01
0 rD
$ --,-,,--,---,,-_.
t~1
bidang batas 01
2
1 h
$ rD
02
-~--- bidang batas 12
t~2
Libat Gambar 4,14. Perumusan Kennett untuk kondisi ini diberikan oleh persamaan
matriks
(4.24)
dengan catatan
IR dan or dengan dua kaki menyatakan koefisien refleksi dan transmisi total dari
sistem dengan tiga lapisan (2 bidang batas) seperti yang diperlibatkan pada
gambar.
D' " menyatllkan gelombang yang bergeral<: kebawah,' sedang
U inenyatakah gelofubang yang bergeralc keatas
r dan t menyatakim koe:5.s1en. tefleksi dan transriiisipadasatu bidarig batas .
Rdan T 'dlsebut''phase~related rejlectionand transmission coefficients;' yakni
koefisien reflekSi dall transmisi yang t~lah meniperhitun~ waktu
penjitIaran dari bidimg batas ke bidallg refere~si.
R=ErE T=Et
dalam domaili ftekuensi'
dengan \l adalahbilangan gelombang padaarah vertikal.
Index 01 menunjlll.<kan.1JidaD:g batas antar lapis~ homor 0 dan lapisannomor 1
Index 12 menunjukkan bidang batas antar lapisan nomor 1 dan lapisan nomo! 2
87
'-'--'---
Penjalaran Gelombang
IR D
.-_--IA'--_ _---, \
-----'f--=--'!--==---'l--c...-+=----z'" %2
(8)
'----~vr---...J
TD
Note
r~l
(1) .. (2)
tOI Til
, .12 t OI
(3) ,. t D' . , .12 01 112
0 U ( 4) t CoO,rU'D
etc. etc.
88
Penjalaran Gelombang
m(RD)1
,,- ..JI\'- ,\
Garrtbar 4.16 menunjukkan interpretasi fisis dari aspek sinar perumusan Kennett
persamaaIi (4.24).
89
DAFTAR ACUAN
Ald, K., dan Richards, P.G., 1980. Quantitative Seismology, Theory and Methods,
Vol II, W.H. Freeman & Co., San Francisco.
Aminzadeh, F., 1979. Non-Normal Incidence State Space Model, Ph.D. Thesis,
Graduate School of Electrical Enginering, Univ. Of Southern California.
Ben Menahem, A. dan Singh, S.l., 1981. Seismic Waves and Sources, Springer-
Verlag, New York.
Born, M. dan Wolf, E., 1964. Principles of Optics, "The Mac Millan Co.
Brekhovskhikh, L.M., 1960. Waves in Layered Media, Academic Press, New York.
Cerv.eny, V., 1974. Reflection and Transmission Coefficients for Transition Layers,
Studia Geoph.et Geod. 18, 59-68.
Dix, C.H., 1952. Seismic Prospecting for Oil, Harper and Brothers, New York.
Dunkin, J.W., 1965. Computation of Modal Solutions in Layered, Elastic Media at
High Frequencies, BSSA. 55, 335-358.
Ewing, M.W., Jardetsky W.S. dan Press, F., 1957,. Elastic Waves in Layered Media,
Mc Graw-Hill, New York.
Frasier, C.W., 1970, Discrete Time Solution of P-SV Waves in a Plane Layered
Medium, Geoph 35, 197-219.
Fuchs, K., 1968. The Reflectivity and Transmittance of a Stratified Medium with
Variable Depth Distribution of Moduli of Elasticity and Density for Inclined
Incidence of Plane Waves, Zeits. Geophy 34,389-411.
Guttenberg, B., 1944. Energy Ratio of Reflected and Refracted Seismic Waves, BSSA
34,85-102.
Haskell, N.A., 1953. The Dispersion of Surface Waves on Multi Layered Media,
BSSA 43, 17-34.
Kennett, BLN, 1974. Reflection, Rays, Reverberation, BSSA 64, 1685-1696.
Kind, R., 1976. Compution of Reflection Coefficients for Layered Media, Journal of
Geophysics 42, 191-200.
90
Penjalaran Gelombang
Koefoed, 0., 1962. Reflection and Transmission Coefficients for Plane Longitndinal
Incident Waves, Geophysical Prospecting 10, 304-351.
Kustrier, W.G:dan Kastner, M.H., 1977. The' VNR :Concise Encyclopedia of
Mathematics, Van Nostrand'Reiilllilld Co., New York. .
Langan, R.T., Lerche, I. dan Cut1el',KT.,;1985,Tracing of Rays through
Heterogeneous Media: An Accuratelllld:Efficient'Procedure , Geophysics,
v.50;hal.1456-1465.
Pilant, W.L., 1979. Elastic Waves in the Earth, Elsevier, Amsterdam;
Spencer, T.W., 1960. The Method of Generalized' Reflection and Transmission
Coefficients, Geophysics 25, 25-644.
Thomson, W.T., 1950. Transmission of Elastic Waves Through a Stratified Solid
Material, Journal of Applied Physics 21,89-96.
Zoeppritz, K., 1919. Erdbeben WellenVllIB, Leber Reflexion and Durchgang
Seismischer Wellen Durch Unstetig~Keitsflachen';Gottinger Nachr, 1, 66-84.
91
. 5.1 Pendahu1uan
.-
,."
".;
i'"
"f
. ' ;,
"
,
\" 8 ~ : I.e
..
.~-~_ _._-. -
BAB5
ATENUASI GELOMBANG
SEISMIK
'Pada Bab ini fenomena atenuasi dan absorpsi gelombang seismik dikupas secara
bersamaan karena absorpsi energi oleh medium mengakibatkan atenuasi amplitudo
gelombang. Dijelaskan terminologi khusus seperti koefisien atenuasi, faktor kualitas,
logarithmic decrement, dan dispersi. Kecepatan sudut dan kecepatan fasa dibahas
pula dalam kaitannya dengan atenuasi dan dispersi. Dibahas juga secara singkat
model-model mekanika sebagai upaya memahami mekanisme atenuasi di dalam
medium Visko Elastik.
5.1 PENDAHULUAN
92
Atenuasi Gelombang Seismik
Walaupun mekanisme atenuasi yaog kompleks ini beluni dapat diterangkao secara
tuntas akao tetapi baoyak harapao yaog ditumpukao kepadaoya. Informasi tentaog
kaodungao fluida, permeabilitas, porositas dao sifat-sifat anisotropi batliaft terkaodung
di dalam fenomena ateriuasi ataupun tepatnya terakurnulasi dalam besarao faktor
kualitas dari medium yaogdilalui gelombimg seisrnik tersebut. Sebagai contoh
medium dengao retak-retak yaogcukupbaoyak akao rnempunyai nilaifaktor kualitas
yaogrendah, sedaogkao batuao.mampatmempwiyai nilai faktor'kualitwfyaogtinggi;
93
..
;.,'
;,:i-!{<:'- .,
Atenllasi Gelombang Seismik
Apabila atenuasi ingin ditampung dalam perumusan diatas maka hal itu dimungkinkan
co = 0\ + i~
(5.2)
k = k, + ia
disini hal ini /3 adalah atenuasi dalam waktu dan a adalah atenuasi dalam jarak. Bila
gelombang dianggap tidak mengalami atenuasi dalam waktu maka /3 = I dan OJt = OJ
A (x,t) = Aoei(kx-wt)
(5.3)
- A -axei(kx-wt)
- oe
daTi persamaan (5-3) ini terlihat bahwa suku yang menyatakan atenuasi gelombang
adalah e -ax dan dapat dituliskan
(5.4)
a dalam persamaan ini lebih sering disebut sebagai koefisien atenuasi, lebih lanjut
dapat dituliskan
I dA(x)
a = - A(x)~
(5.5)
= ~In A(x)
dx
I 20 log [ A(x;) ]
a = (5.7)
A(x 2 )
94
Atenuasi Gelombang Seismik
Disipasi energi didefinisikan sebagai penurunan energi relatif per panjang gelambang.
Faktor disipasi energi (dinatasikan Q-t) mencerminkan kecepatan kanversi energi
6.E 21t
-=- (5.8)
E Q
5 = In(A t /A 2 ) (5.9)
(tt -t 2 )f
dan
Q = 1t (5.10)
I . 5
95
t;~';i1:'
,:'
'. "'-,-.--- ._----- --_ .... ----~.
Atenuasi Gelombang Seismik
t
o I
I
I
,,
I
,,
,,
< _--_ _ _ _ __ _>' ,,
T= Iff
Apabila (x2-xl) dalam persamaan (5.7) sama dengan panjang gelombang (A), maka
(5 = CLA.
atau (5.11)
V
(5 = CL-
f
dalam hal ini V adalah kecepatan penjalaran gelombang dalam medium dan f adalah
frekuensi gelombang. Dengan mengingat rurnus (5-10) maim
7t V
= CL
Q f
Q = ..::!.. (5.12a)
CLV
96
Atenuasi Gelombang Seismik
Rumus 5.12.a sebetulnya merupakan penyederhanaan dari perumusan yang 1ebih
umum (Hamilton, 1972) yang berlaku nntuk Q < 100
(5.12b)
Faktor kualitas didefinisikan juga sebagai perbandingan antara energi eIastik yang
masuk ke dalam medium dan energi yang terdisipasi
Q = 2rr.W
/).W
<
dalam hal ini /).W adalah energi yang hilang persiklusnya nntuk suatu usikan
harmonis. Pembuktiannya sebagai berikut :
Bila m adalah massa batuan elastik, maka energi total adalah energi kinetik ditambah
energi potfmtial
1 < : '1 2
E = - m
2
x
2
+ - m COo x 2
2
97
Atenuasi Gelombang Seismik
Bila dituliskan
dE =_ colE
dt Q
Q _ cotE
-dE/dt
atau
Q= 2nW
I1W
x (t) 2
+ Px(t)+ (0 0 )((t) = Fo cos cot
m
98
Atenuasi Gelombang Seismik '
Fenomena atenuasi dan absorpsi energi ge10mbang seismik teJjadi secara simultan
sebingga besar kemungkinan adanya' distorsif~sapada gefoinbang yang kita amati.
Apabila terlihat adanya konsistensi fasa terhadap perbedaaan jarak danwaktu'ini
berarti ada kecepatan fasa tertentu. Apabilafasa ,itu bersifat stasioner terhadap
pembahan frekuensi maka akan terlihat adanya paket ge10mbang yang mempunyai
kecepatan gmp tertentu.
Untuk meneliti Iebili rinci hubungan antara atenuasi dan dispersi, kita tuliskan
kembali persamaan (5-3) disini
(5.14)
dengan ketentuan
k = k r +ia (5.15)
a. diambil harga positif untuk menje1askan bahwa energi yang hilang berasal dari
$(x,t) = k(m) x - mt
99
Atenuasi Gelombang Seismik
Keeepatan group V g dieari dengan menerapkan fasa yang stasioner (a$/aill) = 0 pada
perubahan frekuensi paket gelombang
(5.17)
vg = dm = -~.JkC(m)l~
dk dk~
atau
kecepatan
Co
' - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - ill
.Gambar 5.2 Fenomena dispersi
100
Atenuasi Gelombang Seismik
C1
Untuk medium yang non dispersif
v <c(Cil) a",u
_dC(ro) b -mil' tif; ,-'
e aI POSl ,(5.18b)
dA.
(5.18e)
Seeara visual keeepatan fasa dan keeepatan group' dari ,ge1iJmbang yang mengalarni
dispersi diperlihatkan pada Gambar 3.13 (Bab 3) dari Telford, dkk (1982).
;p
untuk nilaiQ besaI, dalamhaliriiC o'= C(roo)adalah keCepatanfasa dix= O.
roo = 2nfo dengan f osebagai frekuensi terendah saat tidak terjadi absorpsi maupun
101
Atenuasi Gelombang Seismik
Pengaruh dispersi untuk gelombang seismik jenis "body wave" keeil sedang untuk
gelombang permukaan eukup besar.
Dari rumus (5-19a) dapat dituliskan rumus pergeseran fasa (drift) akibat dispersi
sebagai
(5.20)
Bila to adalah waktu datang gelombang yang tak mengalarni dispersi, maka dispersi
Lebih lanjut dapat diturunkan hubungan yang eukup penting antara keeepatan fasa
pada dua frekuensi yang berbeda yakni
Hubungan ini disebut hukum atenuasi Azimi. Hukum ini sebetu1nya hanya eoeok bila
Q konstan.
Selain itu dalam hubungannya dengan pasangan atenuasi dispersi dikenal juga
perumusan Futterman
lIb OJ2
--=----In --1 (5.22)
C(OJ) C(O) n OJ~
102
"j Atenuasi Gelombaug Seismik
-1
00 0 = 2 7tS
b~j.12xIO-8s em-l
C(O) = 1.96 x IDs em sol
(5.23)
digelilti oleh' banyak alili. Model-model mekanik, !istrik maupun matematik banyak
diusulkan dalam upaya mema!lami fenomena atenuasi tersebutseeara fisis.
Seeara garis besar model-model anelastik yang telall diusulkan ol.eh .para penl<!iti
dapat digambarkan daIam skema berikut ini (dari Menallem dan Singh, 1981).
. 103
~~~,--
Atenuasi Gelombang Seismik
Inviscid fl uid
(FascaI)
I Rigid Solid
(Euclid)
,
Viscous fluid
(Stokes)
I Elastic Solid
(Hooke)
(Newton)
Viscoelastik
1. Maxwell
2. Kelvin-Voigt
3. Standar linear solid
4. Generalized linear solid
l.
~ Boltzrnan solid I
Secara umum model-model tadi ingin menerangkan perilaku atau tanggapan suatu
benda padat non elastik bila dikenai tegangan (stress). Bila tegangan yang bekeIja
padanya berubah dengan waktu, bagaimanakah regangan yang ditimbulkannya ?
104
:." ..
Atenuasi Gelombang Seismik
Berikut ini adalah beberapa contoh dari model mekanik yang disebut dimuka..
r
Gambar 5.4 : Model~model rnekanik dari benda padat
waktu waktu
. , r."
Gambar (5.5a): Relaksasi stress dari material dengan sifat "elastic flow ". Gambar
(5.5b) untuk material dengan sifat " elastic creep ".
105
Atenuasi Gelombang Seismik
Model Maxwell maupun model Kelvin-Voigt tak selamanya dapat menirukan tingkah
laku dari kebanyakan material viscoelastik. Model Kelvin-Voigt tak dapat menirukan
perubahan regangan yang mendadak dan takjuga menunjukkan residual strain setelah
gaya tidak bekeJja lagi. Sedangkan model Maxwell tak dapat menirukan fenomena
"creep". Pada material viscoelastik yang terkena regangan tetap, tegangan akan
berangsur-angsur berkurang. Proses ini disebut relaksasi.
Model analog dari benda elastik sempuma dan model analog dari fluida yang
mempunyai kekentalan, diberikan dalam gambar 5.6. Model mekanik dari benda
elastik sempuma dianalogikan dengan sebuah per (Gambar 5.6a)"sehingga tegangan
yang diberikan akan sebanding dengan regangan yang dihasilkan dengan konstanta per
sebagai konstanta kesebandingan, bila tegangan dihentikan regangan akan segera
hilang. Bila regangan tidak segera hilang akan tetapi turun secara berangsur-angsur,
sifat ini dinamakan "elastic creep" (Gambar 5.5b)
106
Atenuasi Gelombang Seismik
'. ,~
Tegangan,p
p
po~
t
k per
o
Regangan,
polk
p
t
p p
Tegangan
go
Po
t t
Tj
dashpot
0
.~
g=(~) '"
1l'"
.)j '"
P '"
t t
0
0
(b) Fluida dengan kekentalan
Gambar 5.6; (a) Model mekanik untuk benda elastik sempuma beserta tanggapan
stress dan strainnya.
107
"--- ---.---._---,-.-_.. ~
Atenuasi Gelombang Seismik
Bertolak dari analogi-analogi dasar tersebut maka model analog dari Maxwell untuk
mekanisme atenuasi dapat digambarkan sebagai berikut :
p p
cr o 1------,
recovery
11
t
p
relaksasi
t
1:0 = ylk
Energi yang disimpan di dalam per adalah p2/2k, sedangkan energi yang hilang di
dalam dashpot adalall p2/ 11 , maka total perubahan regangan adalah
I. 1
E = E1 + E2 = - p+- P (5.25)
k 11
108
" ~ :
Atenuasi Gelombang Seismik
"
iPetsamaan(5.25) adahili'persamaiian diferensial yang fuenghubUIlgkan'tegangahdan
regangan untuk material viscoe1astik.
Nilai koefisien atenuasi ge10mbang seismik diperlukan pada proses, True Amplitude
, dekonvo1usi Q
Recovery, Preserved Amplitude Recovery, proses Inverse Q Filter atau
rnaupun analisis khusus untuk kepentingan perkiraan parameter reservoar.
Ada beberapa metode' yang dapat dipakai untuk mengukur atenuasi ge10mbang
seismik maupun faktor kualitas medium.
Gambar 5.8 memperlihatkan prinsip metode pengukuran yang clikenal deng~ nama
metode resonansi (White, 1983).
0!J .. ~
00
-'
Gambar 5.8: Metode resonansi untuk pengukuran faktor kualitas sebatang material.
109
vibrator mekanik yang mengeluarkan frekuensi sudut sebesar 00. Kondisi yang
menimbulkan terjadinya resonansi adalah bila panjang batang L adalah sedemikian
sehingga dipenuhi hubungan
Pada saat resonansi, terdapatlah hubungan antara faktor kualitas medium dengan
frekuensi resonansi f n sebagai berikut
1 2M
-=-- (5.27)
Q fn
Llf adalah pergeseran frekuensi (frequency shift) seperti yang ditunjukkan pada
gambar 5.9.
1.0
0.707
f
o fn
Gambar 5.9: Kurva resonansi dan hubungan antara pergeseran frekuensi dengan
frekuensi resonansi
110
Atenuasi Gelombang Seismik
seismik permukaan.
xA(f,x)= Aoe-a(r).
sehingga
fn[xA(r,x)]=fnA o -a(f)x (5.29)
Dari persamaan (5.29 ) dapat dibuat grafik hubuogah antara tn [xA (r, x)] dengan x
koefisien atenuasi a. (f) akan muocul sebagai sudut/kemirin.gan.
III
-
\:----"
Atenuasi Gelombang Sri_mik
.l!n[xA(f, x)]
I
0'----'------'--'' - - ' - - - - - - ' - - - - - - - - - - x
Xl X2
Gambar 5.10 : Koefisien atenuasi sebagai kemiringan dari grafik J!n [xA (f, x)]
'vsx
Untuk lebili memperjelas pengertian Aef, x) berikut ini visualisasinya dalam Gambar
5.11.
~
I
~---i--------::o,------f
jarak t X3
I'------'I-----"'-------f
F---i----.....:::..-----f
0 + - - - - - ' - - - - - - - - - - f (frekuensi)
f1
112
,
A""...
-,
p~sm-jk
Cmitoh pengukuran koefisien atenuasi dari data seisinik sumuran. (b.orehoZeseismic) "
dengan memakai metode penurunan amplitudo dapat dibaca pada paperSuprajitno
(1987). .-"0'
(5.31)
(5.32)
bila ditulis ex (co) (Xl ~ x 2 ) =cot /2Q maka. persamaan (5.32) berubali menj adi
atau
' . cot
en [B (co)] = en [Bo (co)]-:- 2Q
(5.33)
113
--~.-.----------.---------
Atenuasi Gelombang Seismik
Grafik hubungan antara rasio spektrumB(m) terhadap frekuensi f akan berupa suatu
garis lurns dengan kemiringan -7rtIQ (gambar 5.12)
n[B(m)]
-mlQ
o f--------l...!:::.........::>--------f
(5.34)
114
Atenuasi Gelombang Seismik
;;i,:',
medium.
Gladwin dan Stacey (1974) memperkenalkan hubungan antara rise time ('t) dengan Q
sebagai
Ct
+- (5.35)
Q
dengan ketentuan
Amplituda
f---,---~~--I----\--------,.""'----t
.\.--
',,';. i ,F,'
;\.' 1
: t
!i
Gambar 5.13 pefinisirise. timelIlenurut Aki dan RicjlaIds (l98l) dan Hetbe):iy ;
(1983). .
" ~, , F, .
115
Dalam praktek nilai Q di dapat dari kemiringan garis regresi yang dihasilkan oleh
rumus (5.35) (Iihat Gambar 5.14).
kemiringan = C/Q
'to
-1-----------------t
o
Gambar 5.14 Cara mendapatkan Q dari rekaman seismik (beberapa sinyal disatu
Rekaman).
(5.36)
untuk menghitung nilai Q. Dalam hal ini x adalah jarak yang ditempuh sinyal dan C
adalah kecepatan.
Pada gelombang seismik yang menjalar dalam model bumi dengan Q tetap, komponen
frekuensi tinggi akan diserap lebih cepat dari pada dibandingkan dengan komponen
frekuensi rendah. Hal ini berarti bahwa kandungan frekuensi gelombang akan bergeser
kearah yang lebih rendah. Quan dan Harris (1997) memperkenalkan istilah frekuensi
centroid dan variance yang didefinisikan secara statistik.
116
j .,'
>.; ,.
Atenuasi Gelombang Seismik
fs (r) elf
o
fs (r) elf
o
~ .
f(r -rR.)'R (r) elf
2 0
cr R = ~
(5.38b)
fR (r)elf
0
jadi as = aR
117 '
.-~.----'- -_._--~-
Atenuasi Gelombang Seismik
maka spektrum frekuensi gelombang seismik juga akan mempunyai bentuk seperti
distribusi Gauss
i! = panjang lintasan
a = koefisien atenuasi
Hubungan antara pergeseran frekuensi centroid dengan faktor kualitas medium adalah
(5.41)
disini t s adalah waktu datang gelombang pada posisi yang sangat dekat dengan sumber
dan tR adalah untuk hal yang sama di posisi penerima
Dalam praktek gelombang pada posisi sumber dan posisi penerima dapat digantikan
oleh gelombang (sinyal) pada posisi dekat dan posisijauh.
Gambar 5.15 memperlihatkan spektrum sinyal dan frekuensi centroid pada satu posisi
gelombang.
118
Atenuasi Gelombang Seismik
,. Amplitudo
tern rmalisasi
1.0 ...--- frekuensi centroid
I
I
I
I
I .
I
I
.- I
" frekuensi
O""'-----------~--=-:....:-:..=.-----
", '.13,eriktlt ini <tampiJn. nilai-Jill,i; ~tenuasig~lpID.bang seismik, dari. b.~berapa jenis
batuan untuk memberikan gambaran yang lebih jelas tentang sifat atenuasi/absorpsi
-,~.- . -_.
119
--.------
Atenuasi Gelombang Seismik
Contoh lain tentang koefisien atenuasi (pada frekuensi 50 Hz) diberikan oleh Dobrin
dan Savit 1988.
120
Atenuasi Gelombang Seismik
DAFTAR ACUAN
Ald, K., dan Richards P.G., 1981. Quantitative Seismology, W.h. Freeman and Co,
San Francisco.
Futterman, W.L, 1962;Dispersive Body Waves, Journal of Geophysical Research, 67,
p.5279-5291.
French, A.P., 1986. Vibration and Waves, MIT Introductory Physics Series, Van
Nostrand Reinhold, Berk Shire.
Gladwin, M.T. dan Stacey, ED., 1974. Ane1astic degradation of acoustic pulses in
rock, physics ofthe Earth and Planetory Interior, 8, 332-336.
Hamilton, E.L., 1972, Compressional-Wave Attenuattion in Marine Sediments;
Geophysics, 37, 620-646.
Hatherly, P.J., 1983. The Analysis of Shallow Refraction Seismogram, Tesis Ph.D.,
Macqdarie Univ., Sydney.
Hauge, P.S., 1981. Measurement of Attenuation from VSP, Geophysics 46, 1548-
1558.
Kjartausson, E., 1979. Coustant Q-wave Propagation and Attenuation, Journal of
Geophysical Research 84, 4737-4748.
Kolsky, H.,1956. The Propagation of Stress Pulses in Viscoelastic Solids, dalam
Johnson D.H. dan Toksoz, M.N. (Editor), Seismic Wave Attenuation, SEG
Reprint Series No.2, 385-404.
Menahem, A.B. dan Singh, S.J., 1981. Seismic Waves and Sources, Springer-Verlag,
Berlin.
Pilant, W.L., 1979, Elastic waves in the Earth, Elsevier Amsterdam..
Suprajitno, M., 1987. Attenuation Analysis of VSP data, Lemigas Scientific
Contribution, 2/87, 73 c84.
Telford, W.,M., Geldart, L.P., Sheriff, R.E. dan Keys, D.A., 1976. Applied
Geophysics, Cambridge Univ. Press, London.
White, J.E., 1983. Underground Sound, Application of Seismic Waves, Elsevier,
Amsterdam.
121
BAB 6.
SIFAT PETROFISIKA RESERVOAR
DAR! SEISMIK
6.1 Pendahuluan
6.3.1 AVO
Pada Bab ini pemanfaatan data seismik untuk karakterisasi reservoar minyak dan gas
bumi dikupas secara konsepsional. Konsep konstanta elastik yang dibahas pada Bab
3 akan sangat diperlukan dalam memahami karakterisasi reservoar migas dari data
seismik. Yang juga tak kalah pentingnya adalah konsep refleksi gelombang seismik
pada satu bidang batas sebagai fungsi sudut datang. Pada Bab ini batuan reservoar
tidak dianggap sebagai suatu medium yang padat, akan tetapi dia dianggap sebagai
medium berpori berisi fluida yang mempunyai nilai porositas, permeabilitas dan
tingkat saturasi fluida tertentu.
6.1. PENDAHULUAN
Pada taraf awal pemanfaatan data seismik, para ahli mengukur waktu penjalaran
gelombang seismik di dalarn lapisan-Iapisan bawah permukaan karena waktu
penjalaran dikalikan kecepatan penjalaran menunjukkan kedalarnan (geometri) dari
lapisan-Iapisan tersebut. Karena informasi yang diarnbil adalah geometri yang
mencerminkan struktur maka seismilc eksplorasi dalarn hal ini dinarnakan struktur
seismik (seismic structure).
Di tahun 1977, para ahli berhasil mengubah data (trace) seismik menjadi impedansi
akustik yang lebih mencerminkan litologi dari pada sekedar trace seismik biasa.
Seismik eksplorasi dalarn hal ini disebut litologi seismik (seismic lithology).
122
Sifat PetroiJsika Reservoar dari Seismik
, PARAMETER'
GELOMBANG GELOMBANGSEISMIK'
SEISMIK
Konsfanfa Elasfik'"
,.~" ".-;;~~<
,~
BATUAN
RESERVOAR DAN
PARAMETERNYA
123
~,--------.-.-_. __ .~--.
- - - , - - - - - - .. - - - - -
Sifat Petrofisika Reservoar dari Seismik
Dapatkah gelombang seismik yang menyentuh reservoar migas yang berada di bawah
permukaan membawa informasi tentang sifat-sifat petrofisika batuan reservoar dan
parameter reservoar seperti porositas, permeabilitas, saturasi air dan lain-lain? Hal ini
akan dibahas secara rinci pada Bab ini. Secara umum memang ada korelasi yang kuat
antara parameter gelombang seismik dengan parameter reservoar, tabel 6.1
menunjukkan hal itu. White dan Sengbush (1987) menamakan ilmu yang mengupas
hal ini sebagai Production Seismology.
Tabel6.1
Korelasi antara parameter reservoar dengan parameter gelombang seismik
Parameter
Vp Vs VpNs cr Q A
Reservoar Seismik
Ketebalan * *
Litologi * * *
Porositas * * *
Saturasi Gas/Air *
Kandungan Fluida * *
Kandungan Lempung * *
Tekanan * *
Temperatur * *
Orientasi Rekahan * * *
124
Sifat Petrofisika Reservoar dari Seismik
6;2. LITOLOGISEISMIK
litol()gy dapat dilihat' pada gambar6.3. Terlihat bahWa ada turnpang tiD.dih'pita'
i ;.;.;"', : I ;'J+:lj.,:
keeepatan yang eukup. lebar., Dengan impedansi,akuiltik turnpang tindih .tersebut:
; I . . : i': ' : .i . :,""'.'" ,'. i
berkurang sedikit karena impedansi akustik tetap ,didominasi cileh:.keeepatari,
I ; "!', ! "",' '" " " , '
sementara pengaruh densitas eukup keeil. Menurut G8rdner (1974)'seeai:aeiiipiris
L : t ; ~: ' ; ";'!'::\..'- " T
. . (6.1)'
125
Sifat Petrofisika Reservoar dari Seismik
140 90 40 (J Sec/ft
~" !<::;,,:-: ":' ,r.::: , ',:., " ' " .', ',' .'.W." ',' .... ;,; :::: ':,11:;' :+;, f~;,;C'};' . 1'\',' ....
<< < ( ( ( ( ( ( < ( < < << < ( :.; ,;.. ',' "..;, ;': ",;;, ',' '.;, ":'.Ii:
g ( l~~~ {((((
~ fiji
Gambar 6.2 : Penampang impedansi akustik yang diturunkan dari data seismik. Garis
tebal adalah kurva impedansi yang didapat dari log sumur sebagai
sarana untuk mengkalibrasi (dari Lindseth, 1980)
I ANHYD
DOLOMlT
BATUAN GAMPrNG
LEf\1PUNG
I-BATUBARA
--
o 1--,-------,1;----'---1----,-1----,-----,-1----,
2 4
Vp (kmldet)
. ,
"-,. ..
'
Inipedansi
. Akustik
.-
o Pbrositas %
127
-,--
Sifat Petrofisika Reservoar dari Seismik
Tumpang tindih pada Gambar 6.3 yang cukup lebar dalam penentuan litologi dari
kecepatan dapat dipersempit apabila kita mengganti sumbu-sumbu koordinat. Gambar
6.5 menunjukkan hubungan antara kecepatan gelombang P dengan rasio Poisson.
Terlihat bahwa jenis-jenis batuan tertentu dan kandungan fluidanya dapat dipisahkan
dalam sistem koordinat tersebut diatas.
0.5
BATUGAMPINGIDOLOl\l1IT
0.4
Rasio
0.3
Poisson (0")
0.2 ANHIDRIT
0.1
o-+---r---.,...-----r----r----,----r----,--
2 4 6 8
KECEPATAN GELOMBANG P (kmIdt)
Gambar 6.5 Hubungan antara rasio Poisson (a) dengan kecepatan gelombang P
(Vp) menurut Wren (1984).
Pada Gambar 6.6 litologi batuan berupa batu pasir, batu lempung dan batu gamping
dapat dipisahkan dengan baik dalam sistem koordinat VsNp sebagai absis dan rasio
Poisson sebagai ordinat. Dapat dilihat bahwa pita yang tumpang tindill dalam
128
, '~ Sifat Petrofisika Reservoar dari Seismik
cr pasir
0.1
0.2
Gampin , .
0.3
Rasio Poisson (cr), Vs, Vp dan densitas (p) adalah beberapa diantara parameter
129
Petrofisika seismik saat ini merupakan kecenderungan bam dalam metode seismik
eksplorasi yang banyak dirnanfaatkan untuk memetakan penyebaran reservoar rnigas
di luar sumur-sumur pengeboran. Petrofisika seismik sebetulnya merupakan bagian
dari reservoar seismik.
sementara Tosaya (1982) mendapatkan hubungan antara Vp, Vs, ~ dan kandungan
lempung (Vcl) disuatu reservoar batu pasir sebagai berikut :
130
Sifat Petrofisika Reservoar dari Seismik
(6.5) :
Hubungan antara modulus bulk, rasio Poisson dan VpNs (lihat <3ambar 6.7)
k( + 4/ = 2 (1- cr)
l/l /3 1 - 2cr . (6.6) .
,,;. (VplV,) 2
.5 11-,--,--'---,-'---,----,---,.-, 14
.4 12
.:3 10
.2 8
CT .!:S..
.1 1':
6
o 4
-.I 2
:' ;
-.2 11.......;-1."=5:-.-'--:2.:i:0:-----:2:-L5=---.,...3...l.0-.-.,.....:.,--3L..-~. 0
. .5 4.0
131
._----.---- --
Sifat PetroflSika Reservoar dari Seismik
diperkenalkannya eara untuk memperkirakan nilai rasio Poisson (0") diIri data seismik.
eara ini bertumpu pada pemodelan numerik tentang variasi amplitudo terhadap jarak
(Amplitude Variation with Offset, AVO) yang pada hekekamya berakar pada sifat
refleksi lapisan batuan yang berubah dengan sudut datang gelombang seismik.
Selain dari pada itu rumus yang diturunkan dari rasio Poisson
_ {(1-2O')}X (6.8)
VS - Vp 21-0'
( )
J.! = p vi (6.9)
Pada kebanyakan batuan reservoar p sifat rigiditas ini sangat peka terhadap perubahan
keeepatan gelombang P.
6.3.1 AVO
AVO kependekan dari Amplitude Variation with Offset atau Amplitude versus Offset
atau AVA (Amplitude Variation with Angle ofIncidence) teori dasarnya sudah dibahas
pada Bab 4 pada saat mengupas refleksi dan transmisi gelombang seismik pada satu
bidang batas yang tingkah lakunya dinyatakan oleh perumusan Zoeppritz (persamaan
4.13). Kita melihat bahwa perumusan itu eukup rumit dan kurang praktis. Kerumitan
ini sebetulnya muneul pada saat perhitungan koefisien refleksi/transmisi melampaui
sudut kritis.
Pada awal tahun 1980-an sejumlah ahli memperkenalkan pendekatan praktis untuk
mengatasi kompleksitas tersebut diatas dengan melakukan penyederhanaan yang
eerdik.
132
, '.'J .'}
" . Sifat Petrofisika Reservoar dad Seismik
Diantara mereka 'adalah Aki dan Richards (l980);Ostrander (1984), Shuey (1985),
1)mi,thdan Gidlow (1987), Hilterman (1989)Pendekatanpemecahan persoaIaJiyaJig
diusulkaJ? paq'\}lIDlJ!Pllya adalahmembatasi pada. Tefleksi di :ba)vahslJdut kritis
sebinggB; perumus~ya menjadijB;uhl13bih sederhanadanpraIctis. Pendekatan yang
,. '-"": .. ',.
, ' . ' .
Pendekatan Aki dan RichBIds (1~8Q) YliD.g}<:emudiliD.' diikuti. ()leh ,smith ,dan Oidiow
(1987) adalah
R Ia)
\ - _ -1 '(1 - '4 -sm
2
,V,2 . 2
v:
a) -p+ 6.p 1 6.V p 4' V,.2... .' 2 6.
2 ----sm--
2cos a VpV:' ., v~'
a v, (6.10)
,: '~
2
mengg8+J.ti \ .dengan tg e +1 akan,di dapat. ! "
cos a
,I ,-,
(6.11)
'" :.
..
"
(6.12)
"
133
Sifat Petrofisika Reservoar dari Seismik
p . 2 p
R (\8 ) = R - 2 -V,2 ( 4R, - -.6. ) SID 8 + ( R - -1 -.6. ) tg 28 (6.14)
p V; p p 2 p
2
R (8) = R p (1- tg 8)- 8R, ~': sin 28 - .6.pp[~tg28
p .
- 2 ~': sin 28J (6.15)
p
untuk sudut e dibawah sudut kritis 40) dan V plVs besarnya berkisar antara 1.5 - 2
maka suku ketiga persamaan (6-15) menjadi cukup kecil sehingga dapat diabaikan.
Akibatnya perumusan Aki dan Richards dapat disederhanakan lagi menjadi
(6.16)
Perumusan lain yang cukup popu1er untuk keperluan analisis AVO diberikan oleh
Shuey (1985) yang merupakan pengembangan dari perumusan Koefoed (1955) dan
Bortfeld (1961).
134
::,
Sifat PetrorISika Reservoar dari Seismik
1 Arr
A' =
A o + (l-rr)- 'R
. o'
VS = (Y'2 + V,t)/2
P = (P2 - pJ/2.
,
I1cr = (rr 2 - rrJ
cr = (rr 2 + rrJ/2
Ao = B ~ 2 (1 + B) 1- 2rr
. . .' l-rr
AVplVp
B =
AVp/Vp +Ap
Pada perumusan Shuey ini diperlihatkan bahwa rasio Poisson (cr) dan kontras rasio
Kesiropulan lain dan perumusan Shuey (persarnaan 6-17) adalah bahwa kurva refleksi
".' - ' , - . -- ,,'..~, II - "... " , , ~,' ,~ . -.. .
dapat dibedakan atas dua bagian. Bagian pertarna yakni Ro (lihat ruInUS 4.14) yakni
135
,'--- ---~-
Sifat Petrofisika Reservoar dari Seismik
Dalam praktek anomali amplitudo (AVO) yang diakibatkan oleh adanya gas sering
ditampilkan dalam suatu grafik yang disebut G-I plot (lihat Gambar 6.8).
R(S)
G=tg ex
o
Gambar 6.8 : Grafik G-I untuk mencari anomali AVO. G adalah kemiringan dan I
adalah intercept. Gas dicirikan oleh nilai I positif, G positif atau I
negatif dan G negatif.
Perumusan-perumusan AVO yang dikupas pada sub bab dimuka memungkinkan kita
untuk menghitung secara praktis kurva teoritis dari koefisien refleksi bawah
permukaan yang terdiri atas dna lapisan yang berbeda parameter petrofisikanya. Bila
V p[, V p2 , V,I, V'2, PI dan P2 dil(etahui maka kurva AVO nya dapat di hitung.
136
Sifat PetroilSika Reservoar dari Seismik
Dalani praktek tidak semua dari keenam parameter petrofisika tersebut diketahui.
Teiutama V,I dan V,zjustru tidak diketahui, sementara Vpl dan V p2 yang berasal dari
'analisis kecepatan (Vstacking) hanyalahmerupakan nilai-nilai yang kasar dan kurang
teliti untuk keperluan ini.
Dalam inversi AVO yang hendak dicari adalah nilai V,I dan V'2 dan nilai ini dihitung
dari rasio Poisson (0") dankontras rasio Poisson (L10") caranyadengan melakukan
simulasi numerik dan pencocokan (matching).Padatahap pertama dilakukan
penggambaran Amplitudo sebagai fungsi offset dari data pengamatan (Gambar 6.9).
Data pengamatan iIii umumnya tidak begitu teratur, dia berosilasi terhadap suatu garis
tertentu. Untuk menghaluskannya dapat dilakukan regresi non tinier.
Ace)
,. /.Gans.
regres!. non
. ,. tinier dari data
:, , t
;.:. pengama an
,. I.
o e
ea
Gambar6.9 Grafik pengamatan AVO dari reservoar gas dan garis regresinya.
Garis regresi non tinier inilah yang dianggap sebagai kurva AVO pengamatan yang
, . - -' '." . ':', ,-.,;
akan dijadikan sebagai standar saatmelakukan siIriulasi numerik (Gambar 6.9).
Tahap selanjutnya adalah menghitung kurva AVO teorltis memakai perumusan Aki
dan Richards, Shuey atau yang lain, dengan memberikan nilai-nilai awal pada
parameter petrofisika yang diperlukan. Dalam hal ini data kecepatan dari penampang
137
seismik dapat dipakai sebagai nilai awal V pI dan V p2 sementara nilai densitas dapat di
dekati dengan memanfaatkan persamaan kecepatan vs rapat massa dari Gardner
(1974). Apabila ada log sonik dan log densitas di dekat titik tembak seismik, maka itu
akan lebih baUL
Kenyataan yang akan segera terlihat adalah bahwa antara kurva pengamatan dan kurva
teoritis tidak langsung cocok. Ini berarti bahwa nilai-nilai parameter petrofisika yang
dipakai sebagai masukan bagi perhitungan kurva AVO teoritis belum tepat benar.
Untuk itu perIu dilakukan penambahan atau pengurangan sedikit setapak demi
setapak, setiap kali dihitung lagi kurva AVO teoritinya dan dicocokkan dengan kurva
pengamatan, bila masih ada beda yang berarti maka nilai masukkannya diubah lagi,
begitu setemsnya.
Ada beberapa koreksi penting yang perIu dilakukan sebelum mulai menganalisis AVO
dari satu CDP (Common Depth Point) gather atau satu CSG (Common Shot Gather).
138
Sifat Petrofisika Reservoar dari Seismik
pon-pon
matriks
Di dalam medium seperti lui gelombang seismik merambat dengan kecepatan tertentu.
.Kecepatan perambataririya' tidak. saja tergantung pada sifat~sifat elastik medium
tersebut tetapi juga pada porositas dan satnrasrfluidanya.,
139
._-~- ',.
Sifat Petrofisika Reservoar dari Seismik
Andaikan Pm adalah densitas matriks (butiran) dan pr adalah densitas fluida pengisi
pori-pori. Fluida disini dapat berupa minyak, gas atau air. Maka densitas batuan
berpori (bulk density).
(6.20a)
(6020b)
Dapat dirnengerti bahwa porositas dan saturasi mempengarubi densitas batuan. Disini
yang mewakili saturasi adalah air (Sw), saturasi bidrokarbon adalah
(6.2Ia)
untuk reservoar yang berisi minyak dan air maka saturasi minyak
(6.2Ib)
untuk reservoar yang berisi gas dan air maka saturasi gas
Selain densitas batuan (Pb) yang perumusannya menjadi berubah sebagai akibat dari
perubahan cara memandang batuan reservoar dari benda padat sempurna (solid)
menjadi medium berpori berisi fluida, maka terdapat besaran petrofiiska lain yang
nilainya akan berubah yakni kompresibilitas atau kebalikan Modulus bulk. Modulus
bulk batuan reservoar terdiri dari nilai modulus bulk saat kering (k.i) ditambah
modulus bulk dari bagian yang diisi fluida. Bila modulus bulk fluida adalah kr dan
modulus bulk dari matriks adalah Pm malca (lihat Fakhriyadi Saptono dan Suprajitno
Munadi, 1999) modulus bulk batuan berpori menjadi
140
Sifat Petrofisika Reservoar dari Seismik
(6.22)
v p
=
,
~ (k+~
p
~),
, ,b
v=p (6.23)
daD. untuk kecepatan gelombang S yang biasa dirumuskan sebagai
v, =)~
berubah menjadi
, "-,' J4
V, = [~Pf+(~+1P)pJ2 (6.24)
,,~. :'
v,
dalam hal ini
= [{[t. + :+ ~+~)~~\,d :;J~ (625)
(
141
Sifat Petrofisika Reservoar dari Seismik
13 = kikm
Ad~ sedikit perbedaan persepsi antara Gassmann dan Geerstma. Bila Cb adalah
kompresibilitas dari hatuan reservoar, maka Geerstma dan Smit menganggap bahwa
Cb = Xd .
Hal ini benar bila batuan reservoar dalarn keadaan kering atau harap berisi
gas. Bila batuan reservoar berisi minyak maka kd *' Cb. Jadi dalarn hal ini perumusan
Gassmann (1951) dapat dianggap sllbagai perumusan yang lebih umum.
Zp = Pb Vp
dengan mengingat Pb (persarnaan 6.20) dan Vp (persarnaan 6.23 atau 6.25) maka
jelaslah bahwa impedansi akustik gelombang P terpengaruh oleh besar pori-pori (~)
dan saturasi air (Sw) selain pengaruh yang kuat dari kompresibilitas.
142
Sifat Petrofisika Reservoar dari Seismik
I. ,', ,,", ',;.'
Model,
4600
-, '
4400
3400
Model,' ': 29%
t.
3200
'15 17 19 21 23 25 ',27
'~~T"'~
Gambar 6.11 Kecepatan ge1o.lJJ,bang P sebagai fungsi modulus bulk: untuk beberapa
nilai porositas (~) dan saturasi air (Sw). .
143
~------ -- -~~-
-.
Sifat Petrofisika Reservoar dari Seismik
DAFTARACUAN
Aki, K., dan Richards, P.G., 1980. Quantitative Seismology, W.H. FreeIl1an and Co.
Alam, S., 1994. Inversi AVO Menggunakan Metode Marquardt untuk Identifikasi
Porositas Reservoar, Skripsi S-2, Teknik Geofisika, ITB.
Becquey, L, Lavergne, M., dan WilIm, C., 1979. Acoustic Impedance Logs Computed
from Seismic Traces, Geophysics 44, 1485-1501.
Bortfeld, R., 1961. Approximation to the Reflection and Transmission Coefficients of
Plane Longgitudinal and Tansverse Wave, Geophys. Prosp, 9,485-502.
Castagna, J.P., dan Backus, M.M., 1995. Offset-Dependent Reflectivity-Theory and
Practice of AVO, Cetakan ke-3, SEG, Oklahoma.
Fakhriyadi, S., dan Suprajitno, M., 1999. A Simple Approach for Understanding
Seismic Wave Propagation in Porous Media, Lemigas Scientific Contribution
2/99,2-9.
Gassmann, F., 1951. Ueber die Elastizitat Poroser Media Vierteljahrsschri:ft der
Naturforschenden, Ges, Zurich, V.96, 1-23.
Gardner, G.H.F., Gardner, L.W., dan Gregory, A.R., 1974. Formation Velocity and
Density-the Diagnostic basis for Stratigraphic Traps: Geophysics, 39, 770-
780.
Geerstma, J., 1961. Velocity Log Interpretation, The Effect of Rock Bulk
Compressibility, Soc.Petr.Eig, J.,V.1, 235-248.
Hilterman, F., 1989. Is AVO the Seismic Signature of Lithology? 59 th SEG Annual
International Meeting ke 59.
Koefoed, 0., 1955, On the Effect of Poisson Ratio of Rock Strata on the Reflection
Coeffcients of Plane Waves, Geophys. Prosp. 3, 381-387.
Lindseth, R.O., 1977. Mapping Stratigrapic Traps with Seislog, 6th Annual Meeting of
the IPA, Jalcarta.
Lindseth, 1980. Digital Processing of Geophysical Data, Continuing Education
Program. The Earth Resources Foundation, The Univ. Of Sydney.
144
Bifat Petrofisika Reservoar dari Seismik
Lines, dan Treitel, 1984. Tutorial : A Review of Least Quare Inversion and Its
Application to Geophysical Problems : Geophysical Prospecting, 32,
159~186 .
.~.-.;;ii ...;.. _ . ,''- '," :,'.. ',' _.. . ,', _.,-;,', .'. '" .... "_,,0 ;
Ostranger, W.J.~ 1984. Plane Wave Reflection Coefficient for Gas Sand at non normal
. ..
angles of incidence, Geophysics~ 49, 1637-1648.
.. ".'" ' - \ : . . ',.. . .. ',' _ :, ''''..'' . -.. . ' ..... ,;" _. t' ~.." . , .
Piggot, D., dan Shres tha, R.K.;1990. Duect Determmation of Carbonate Reservou
Porosity and Pressure from AVO Inversion; SEG Annual Meeting.
Shuey, R:T., 1985. ASimplificationoftheZoeppritzEquatiohs, Geoph, 50, 609-614.
Smith,G.C dan Gidlow, P.M., 1987, Wighted stlicking for'Rock Property Estimatin
and Detecti6n ofGas, GeophY. Prosp. 35, 993-'1014..
Smith, Jr. F.B. dan Sharmo, D.P., 1971. An Improved'Marquardt Procedure for Non
. . .
145
,-,--- -~-~,.
BAB7
--
DIFRAKSI:
DAR! NOISE MENJADI INFORMASI
7.1. Pendahuluan
7.5. Kesimpulan
Daftar Acuan
.
<
c
BAB7
DIFRAKSI:
DARI NOISE MENJADI INFORMASI
7.1. PENDAHULUAN
146
.
, Difraksi : Dari Noise Menjadi Informasi
7.2. TEORIDASAR
Felwmena difrakSi pada taraf awal rriempakart obyekkajian' dalam bidang optika,
" .. ~ ',,' . :., ''::. . '- .- - .. . --'"- , , '.'
akustik dan elektromagnetik. Dari masalahinikemudian mlinclll
. . . .teo.ri-teori dari ." ','.- ' , '
. '
PenerapaJiHlbri difrakSi
" '_; ", -:'-,1,,:,, . ': . '. ,-';', "'.
pad3. k!isusseismikekspiorasi
\ -".' '. ;:,:',
dibeakaii
-,> " : I.:' ,
'.',:'.;"," \', ," , "',":','.:_. ".-'t' '.' t. ,,'"'
diantarlinya oleh
" _.:'" i. "
147
._- ---.-.~~-
---,--'--'-'~'
Difraksi : Dari Noise Menjadi Informasi
Bagairnana pola difraksi dipengaruhi oleh ukuran obyek diperagakan oleh Trorey
(1977). Makin keeil obyek rnakin kuat pola difraksinya. Sebaliknya sernakin besar
obyek, pola difraksi rnelernah dan kita rnendapatkan sinyal refleksi. Hal ini sesuai
dengan konsep Zone Fresnel.
Pernodelan numerik kini rnerupakan bagian integral dari tahap interpretasi rinei.
Pernodelan numerik dari suatu fenornena rnernungkinkan diestirnasinya parameter-
parameter rnikro rnedium yang rnernbentuk fenornena tersebut.
Harlan dkk (1984), rnengusulkan eara untuk rnengekstraksi pola difraksi dari data
CMP untuk menentukan keeepatan rnedium yang rnenutupi titik difraktor berada.
Mereka rnernbuktikan bahwa pola difraksi yang lernah dapat di ekstraksi dengan baik.
148
Difraksi : Dari Noise Menjadi Informasi
Pemodelan fisis difraksi seperti yang dilakukan oleh Pant dkk: (1992), membuktikan
bahwa ulruran obyek dapat ditentukandengan memanfaatkanaIl1plitlrdo, frekuensi,
fasa, move out, polaritasdmwaktU tempUhdari sinyaI-sinyill. yangmengaIami
difraksi. Untuk obyek yang panjanglateraInya Iebih dari satu'i\., maka beda waktu
antara ujung-ujung sinyaI yang terdifraksi menentukanlebar' (lateral extent) dari
obyek tersebut.
149
Difraksi : Dari Noise Menjadi Informasi
7.5 KESIMPULAN
150
I
----,-- -- - - - - - ,-_._-------,-'--:
(
DAFTARACUAN
151
~--.-- ~-~.~~~-
r----~-=t--_r!---______:.;_---x
- -__-:<r,!- _
r
, ", "" '. "
~" "~
,,
(X I,I -=---"-~-
, ... -
-"......
~
(awHolof'
OfrStT
:
:
,
Gamba'r,).r; Di~i iai'~od~l se~t normal (kirl) dan diagram t-x nya (kanan). Titik difraktor berada di
(Xo. Zo). Sumber gelombang di Xs dan penerima di X a. CMP adalah Common Mid Point X
menyatakanjarak dan Z menyatakan kedalaman. '
APEX
"
,-
..
"
..
0'-"'"'."'"~,,,.~'". --.,,,,--.....---..-"--...-..... 'Ib T- -II?
) '. III
9--2-
Gambar 2 (a) Pola difraksi (Common Offset) dari model yang dilukiskan pada Gambar-l. Teljadi
pembalikan polaritas sinyal disebelah kiri apex hiperbola. Amplituda sinyal dibuat
sarna untuk mempeljelas analisis. Sinyal-sinyal terdifraksi sebetulnya mengalami
perubahan frekuensi, komponen frekuensi tingginya hilang terlebih dahulu.
(b) Skala amplituda untuk sinyal-sinyal yang terdifraksi. Titik 0 menyatakan apex, T
menyatakan periode sinyal yang dominan. Untuk absis negatif nilainya sirnetris dengan
yang positif, to adalah waktu datang gelombang difraksi dan la adalah waktu datang
gelombang relleksi (libat gambar-l kanan).
.OPTICAL HOJ:,OGRAPIlY
____
,
0
. -- ..... ,
virtual
.
:
_ _ : object ~.'
",...'
'-
.'
..'
.,'
Direct
~ ", ... ",-ave field / Hologram
o j Scattered
wave field
HOlO\ 0 /
I~age Construction
I
inIFFRACTION TOMOGRAFI
I
i
.:Obj~
record
(bl ,
IIlterference
Pattern
s ~1
.
: . ,:
p,.
. _.. '"
Scattered Back propagatiori
wave field P<)5
--~~:..-