Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH

PENERAPAN METODE SEISMIK REFLEKSI UNTUK


MEMENUHI CADANGAN DALAM SEKTOR MINYAK DAN
GAS BUMI

Disusun untuk memenuhi tugas UAS Mata Kuliah Bahasa Indonesia


Dosen Pengampu :Prof.,Dr.Haryadi

Disusun oleh:
Tri Waspito Indriatmoko
115200044

JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Puji serta syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan
karunianya saya dapat menyusun dan mengumpulkan tugas makalah mata kuliah
Bahasa Indonesia, dengan judul “Penerapan Metode Seismik Refleksi Untuk
Memenuhi Cadangan Dalam Sektor Minyak dan Gas Bumi” ini dengan baik dan
lancar. Semoga judul yang saya angkat dan pembahasan didalamnya dapat sesuai
dengan persyaratan tugas yang diberikan melalui kegiatan dan ilmu pengetahuan
dari jurusan masing-masing dalam mata kuliah Bahasa Indonesia. Selanjutnya,
ucapan terimakasih saya haturkan kepada dosen pengampu mata kuliah Bahasa
Indonesia yaitu Bapak Prof.,Dr. Haryadi atas pembelajaran yang telah diberikan
terutama mengenai penyusunan makalah, karya tulis ilmiah, dan sejenisnya.
Maksud dan tujuan penulis menyusun makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
yang diberikan agar terperolehnya nilai yang baik dalam Ujian Akhir Semester pada
mata kuliah Bahasa Indonesia dan juga sebagai media pembelajaran untuk penulis
serta kepada para pembaca sekalian mengenai pembahasan yang dibahas dalam
makalah ini.
Penulis berharap makalah yang disajikan ini dapat menjadi manfaat yang
baik untuk sesama dengan ilmu yang bisa diperoleh dari pembahasan yang dibahas
dalam makalah ini. Dan menjadi salah satu literatur pembelajaran dalam eksplorasi
geofisika sesuai dengan judul yang diangkat, dan bisa mendorong para pembaca
untuk dapat mengetahui lebih dalam lagi tentang seluk beluk materi yang dibahas.
Dan dapat menjadi pahala yang jari’ah untuk penulis dengan ilmu yang telah
diberikan melalui makalah yang dikerjakan ini.
Semoga apa yang penulis bahas dalam makalah ini dapat sesuai dengan
kaidah pembuatan makalah yang sebenarnya dan juga pembahasan materi yang
runtut serta jelas sesuai literatur pembelajaran yang penulis peroleh. Selanjutnya
penulis berharap kepada para pembaca sekalian dapat menikmati bacaan yang
penulis sajikan dalam makalah ini dan bila terdapat banyak kesalahan baik kata,
kalimat atau penjelasan yang tidak sesuai agar dapat memberikan kritik dan saran
kepada penulis untuk dijadikan pembelajaran serta motivasi dalam penulisan
makalah yang lain kedepannya.

Bekasi, 14 Januari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………....i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………..ii

BAB I : PENDAHULUAN………………………………………………………1

A. Batasan…………………………………………………………………….1
B. Arti Penting Topik atau Judul……………………………………………..1
C. Metode atau Pendekatan…………………………………………………..2

BAB II : PERMASALAHAN……………………………………………………3

A. Latar Belakang…………………………………………………………….3
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………4
C. Faktor Pendukung dan Penghambat……………………………………….4

BAB III : PEMBAHASAN………………………………………………………6

A. Teori Dasar………………………………………………………………...6
1. Metode Seismik………………………………………………………..6
2. Gelombang Seismik…………………………………………………...8
3. Prinsip Dasar Metode Seismik……………………………………….12
B. Penerapan Seismik Refleksi Pada Sektor Migas…………………………14
1. Alasan Seismik Refleksi……………………………………………..14
2. Seismik Refleksi……………………………………………………...15
3. Proses Penerapan Metode Seismik Refleksi…………………………19

BAB IV : PENUTUP……………………………………………………………32

A. Kesimpulan………………………………………………………………32
B. Saran……………………………………………………………………...32

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...34

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Batasan
Pada penulisan makalah ini terdapat beberapa batasan masalah yang
menjadi acuan agar pembahasan sesuai apa yang diharapkan dan tidak
melenceng dari topik yang dibahas, berikut beberapa batasannya :
1. Pembahasan mengenai kegiatan eksplorasi yang dapat dilakukan
berdasarkan pembahasan umum mengenai metode geofisika eksplorasi
dalam eksplorasi minyak dan gas bumi.
2. Metode penerapan pada pembahasan dikhususkan terhadap satu metode
yang sering digunakan dalam industri migas dan menjadi metode andalan
disetiap industri migas yaitu metode seismik refleksi.

B. Arti Penting Topik atau Judul


Melihat situasi di era modern yang semakin kompleks perlu adanya
dorongan berupa sumber energi dalam perkembangannya di berbagai sektor,
tetapi disisi lain sumber energi terutama yang berasal dari alam yaitu minyak
dan gas bumi sebagai sumber utama semakin menipis. Melihat hal tersebut
penulis tertarik untuk mengangkat judul mengenai penerapan metode geofisika
dalam rangka eksplorasi pemenuhan cadangan dalam sektor minyak dan gas
bumi. Selain itu topik yang dibahas pun harus sesuai dengan keadaan sekarang
karena dalam penerapannya disetiap zaman berbeda, apalagi di era modern ini
penerapan eksplorasi mulai menggunakan perlengkapan atau instrumentasi
yang canggih.
Apalagi metode yang penulis angkat dalam penerapan eksplorasi adalah
metode yang tidak asing lagi dalam industri migas terutama, dan dinilai metode
ini adalah metode unggul dalam mencari dan mengeksplorasi minyak dan gas
bumi. Perlu ada pemahanan lebih terhadap metode tersebut, sehingga
pembahasan mengenai topik atau judul yang diangkat dapat sesuai baik metode
penerapan, konfigurasi, dan hasil akhirnya berupa interpretasi agar sesuai

1
dengan tujuan hasil akhir yang dinginkan yaitu mendapatkan sumber cadangan
baru atau sumur baru dalam sektor minyak dan gas bumi.

C. Metode atau Pendekatan


Pada pembahasan makalah ini mengenai kegiatan eksplorasi dalam sektor
minyak dan gas bumi, penulis menggunakan metode yang sesuai dengan
indikator serta parameter pada pencarian minyak dan gas bumi tersebut. Metode
yang digunakan adalah metode Seismik Refleksi, metode ini digunakan karena
memiliki cakupan yang luas dan juga data akurat yang dapat dihasilkan dalam
pencarian minyak dan gas bumi. Selain itu, metode ini dapat dibaca dengan baik
pada saat interpretasi data nantinya sebagai kegiatan akhir dalam eksplorasi
geofisika baik secara 2D ataupun 3D sesuai penerapannya.

2
BAB II

PERMASALAHAN

A. Latar Belakang
Kita ketahui zaman ke zaman kita menuju kepada sebuah kemajuan, baik
itu dari sektor pendidikan, kesehatan, bahkan teknologi yang terkhusus sebagai
suatu keharusan dalam indikator kemajuan suatu bangsa. Kemajuan tersebut
tidak bisa kita hindari karena pemikiran manusia yang semakin kompleks,
sehingga kemajuan pun dapat terjadi. Serta melalui kemajuan tersebut berkaitan
juga dengan meningginya tingkat kebutuhan akan energi yang sangat tinggi
dalam memenuhi kebutuhan akan produksi serta distribusi nantinya. Dilihat
melalui hal tersebut energi baik itu sumber energi padatan atau mineral, ataupun
berbentuk fluida yaitu minyak dan gas bumi pun semakin lama semakin menipis
terhadap sumber cadangannya. Permintaan atau kebutuhan yang tinggi tetapi
produksi yang rendah nantinya akan berdampak buruk terhadap perlonjakan
harga yang signifikan, dari perlonjakan tersebut akan timbul berbagai masalah
nantinya.
Maka dari itu untuk menghindari dan mengantisipasi hal yang berdampak
buruk tersebut, perlu adanya suatu solusi yang pasti terhadap pengaruh demand
and supply terutama pada sektor minyak dan gas bumi yang menjadi komoditi
utama dalam suatu negara sebagai negara penghasilnya. Cara terbaik untuk
mengatasi beberapa masalah mengenai demand and supply dalam sektor
minyak dan gas bumi adalah dengan mencari sumber cadangan baru baik itu
blok pengeboran baru ataupun perluasan blok pengeboran yang sudah ada.
Dalam hal tersebut peran geofisika sangat penting dalam pencarian sumber
cadangan baru ataupun perluasan blok dalam sektor minyak dan gas bumi.
Dengan metode eksplorasi geofisika nantinya akan didapatkan beberapa data
mengenai informasi bawah permukaan yang detail apakah di bawah permukaan
tersebut terdapat reservoir sebagai sumber cadangan yang baik apa tidak. Serta
dengan metode eksplorasi geofisika memberi gambaran yang pasti terhadap
sumber cadangan minyak dan gas bumi serta menjawab kerisauan mengenai

3
kebutuhan akan minyak dan gas bumi yang tinggi sehingga dapat terpenuhi
keseluruhannya.
Metode penelitian atau eksplorasi geofisika yang dapat digunakan untuk
penerapannya dalam rangka mencari sumber cadangan baru terhadap sektor
minyak dan gas bumi adalah metode Seismik Refleksi. Metode Seismik
Refleksi ini menjadi dasar metode yang pasti dalam eksplorasi minyak dan gas
bumi karena data yang akurat dapat diperoleh nantinya dengan cakupan
eksplorasi yang luas terhadap suatu daerah yang dijadikan pusat eksplorasi.
Maka dari itu perlu adanya peran serta sinergi yang maksimal dalam hal ini
seorang geofisikawan atau geophysicist dalam melakukan kegiatan eksplorasi
untuk mencapai kesuksesan dalam memenuhi tujuan awal dari kegiatan
eksplorasi yang dilakukan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang disampaikan, dapat diperoleh beberapa
rumusan masalah yang menjadi pembahasan pokok dalam makalah ini sebagai
berikut :
1. Apa teori yang mendasari Metode Seismik Refleksi?
2. Bagaimana penerapan Metode Seismik Refleksi pada sektor minyak dan gas
bumi?

C. Faktor Pendukung dan Penghambat


Pada penyusunan makalah ini terdapat beberapa faktor baik pendukung
ataupun penghambat, faktor tersebut didasarkan pada sumber, literatur dan
acuan dasar dalam penyusunan makalah ini, sebagai berikut :
1. Pendukung
a. Penulisan makalah ini dapat diselesaikan dengan baik atas beberapa
literatur pembelajaran baik itu jurnal, karya ilmiah, skripsi, tugas akhir,
dan lainnya.
b. Pembahasan yang mendasar dan mudah dipahami mengenai metode
penerapan yang dapat dijadikan media pembelajaran dalam mendalami
metode seismik refleksi.

4
c. Dukungan terhadap penulis baik berupa materi pembelajaran, mental,
dan materiil membuat makalah ini dapat selesai dengan baik.

2. Penghambat
a. Kurangnya pemahaman penulis dan pengusaan terhadap metode,
mengenai beberapa materi yang menjadi kendala dalam penulisan.
b. Terbatasnya literatur yang dapat diakses penulis, menjadikan penulis
menarik beberapa materi metode seismik yang lain menjadi sedikit
acuan karena pembahasan yang tidak berbeda.

5
BAB III

PEMBAHASAN

A. Teori Dasar
1. Metode Seismik
Ilmu geofisika adalah ilmu terapan dari percabangan ilmu geologi yang
digabungkan dengan disiplin ilmu fisika dalam penerapannya, ilmu ini adalah
ilmu yang mempelajari sifat-sifat fisik dari keadaan di bumi berdasarkan teori
dasar dan hukum-hukum fisika serta geologi yang berlaku. Ilmu geofisika pun
dapat menjelaskan secara rinci keadaan permukaan dalam bumi terutama yang
tidak dapat dilihat secara mata telanjang dengan cara menggunakan beberapa
peralatan geofisika berdasarkan metode penelitian yang digunakan. Ada banyak
metode dalam geofisika terutama dalam kegiatan eksplorasi, metode tersebut
berdasarkan pada kegiatannya serta source atau sumber yang digunakan baik
itu pasif ataupun aktif.
Salah satu metode yang sering dibahas dalam ilmu geofisika adalah metode
seismik, metode ini dibedakan menjadi dua sumber yang digunakan bisa pasif
ataupun aktif. Sumber yang berasal dari alam pada metode seismik ini
memanfaatkan rambat gelombang seismik yang dihasilkan dari kegiatan alam
itu sendiri terutama gempa dan sumber pasif biasanya digunakan dalam
geofisika mitigasi ataupun vulkanologi. Pada sumber yang digunakan secara
aktif pada metode seismik ini adalah dengan menginjeksikan suatu getaran atau
ledakan yang nantinya memancar kebawah permukaan dan dimanfaatkan
gelombang pancaran tersebut sebagai gelombang seismik dan biasanya pada
sumber aktif ini digunakan pada geofisika eksplorasi.
Metode seismik pada dasarnya juga dibedakan menjadi dua metode
berdasarkan arah rambatan gelombang mekaniknya melalui hukum snellius,
yaitu seismik refleksi dan seismik refraksi. Kedua jenis metode seismik tersebut
dibedakan karena arah rambatan gelombangnya berbeda. Pada seismik refleksi
pancaran gelombang dipantulkan sedangkan seismik refraksi pancaran
gelombang diteruskan atau dibiaskan. Pada kedua jenis metode seismik tersebut

6
memiliki perbedaan baik secara fisis dan secara penerapan dalam geofisika
eksplorasi. Pada metode seismik refleksi terutama, terdapat beberapa langkah-
langkah penerapan dalam melakukan kegiatan eksplorasi menggunakan metode
ini. Kegiatan tersebut harus terlaksana dengan runtut agar data yang diperoleh
memiliki keakuratan dan tingkat analisis yang tinggi sehingga apa yang menjadi
tujuan eksplorasi atau pencarian terutama dalam eksplorasi hidrokarbon untuk
menentukan struktur lapisan bawah tanah yang menjadi objek dari suatu
petroleum system dapat terwujud baik itu source rock, reservoir rock,
migration, trap dan seal.
Pada dasarnya kegiatan eksplorasi geofisika disetiap metode memiliki
runtutan yang sama terutama metode seismik pun begitu. Runtutan tersebut
adalah desain survei, akuisisi data, pengolahan data, dan interpretasi data.
Penjelasan selanjutnya sebagai berikut :
a. Desain Survei
Pada kegiatan eksplorasi geofisika terutama pada metode seismik
perlu adanya desain survei untuk sebuah daerah yang ingin diketahui lebih
lanjut keadaan bawah permukaannya. Dalam penentuan daerah pun juga
tidak asal sembarangan dipilih, perlu adanya kajian lebih lanjut mengenai
kondisi geologi batuan permukaan di daerah tersebut apakah sesuai dengan
struktur geologi batuan yang menjadi sumber hidrokarbon atau tidak.
Setelah diketahui geologi batuan tersebut, lebih lanjut dibuat peta survei nya
dalam bentuk peta administrasi dan peta topografi terutama untuk
mengetahui keadaan serta relief permukaan daerah.
b. Akuisisi Data
Pada kegiatan akuisisi data adalah kegiatan survei lapangan secara
langsung dalam memperoleh data dari hasil kegiatan eksplorasi yang
dilakukan. Pada kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan data sesuai
parameter yang diinginkan pada metode seismik refleksi yaitu waktu
tempuh rambat gelombang pada medium bawah permukaan. Kegiatan
akuisisi data pada metode seismik refleksi diperlukan beberapa
instrumentasi pendukung agar data dapat diperoleh dengan baik. Kegiatan
akuisisi data pada metode seismik refleksi juga dibedakan menjadi dua

7
daerah penelusuran yaitu darat ataupun laut, tentunya penggunaan alat serta
kebutuhan lainnya berbeda-beda, selain itu sumber aktif yang diinjeksikan
juga berbeda ada yang menggunakan vibrator atau penggetar dan dinamit
(pada darat) dan airgun (pada laut). Selain itu juga alat yang berfungsi
sebagai data recorder lapangan adalah geophone (pada darat) dan
hydrophone (pada laut).
c. Pengolahan Data
Pada tahap pengolahan data seismik, data yang diperoleh dari
lapangan diakumulasikan ke dalam sebuah sistem komputerisasi. Hal ini
bertujuan untuk mendapatkan hasil berupa penampang seismik bawah
permukaan dengan S/N (signal to noise ratio) yang baik tanpa mengubah
bentuk dari refleksi, sehingga dapat diinterpretasikan keadaan bawah
permukaan seperti apa adanya (Sismanto, 1996). Pada tahap pengolahan
data terutama kegiatan komputerisasi terdapat beberapa software geofisika
yang mendukung agar data yang diperoleh dapat disajikan secara jelas baik
berupa interpretasi seismik 2D maupun 3D tergantung penerapan apa yang
dilakukan pada saat proses akuisisi data seismik.
d. Interpretasi Data
Pada tahap interpretasi data merupakan tahapan akhir pada kegiatan
eksplorasi metode seismik refleksi, pada tahap ini nantinya seluruh data
yang diperoleh dan sudah diolah dengan baik dalam bentuk penampang
seismik ataupun interpretasi bentuk 2D dan 3D, akan ditunjukkan dan
dijelaskan makna dari hasil pengolahan data tersebut secara geologi bawah
permukaannya, melalui penelusuran horizon, pembacaan waktu (sesuai
parameter seismik), dan plotting. Secara garis besar makna interpretasi pada
metode seismik refleksi menurut Yilmaz,O (1995), kegiatan interpretasi
data seismik bertujuan untuk menentukan makna geologi dari suatu data
seismik.

2. Gelombang Seismik
Pada dasarnya metode seismik adalah metode yang memanfaatkan
gelombang seismik yang bersifat mekanik yaitu gelombang yang membutuhkan

8
serta merambat melalui medium yang dilaluinya. Gelombang ini didapatkan
berdasarkan sumbernya baik itu secara pasif ataupun aktif. Pada penerapan
metode seismik refleksi kita perlu mengetahui beberapa dasar dari gelombang
seismik ini karena penerapannya pasti selalu berkaitan dengan gelombang ini.
Secara dasar gelombang seismik dibedakan menjadi dua jenis yaitu
gelombang permukaan (surface waves) dan gelombang badan (body waves).
Perbedaan kedua gelombang tersebut berdasarkan pada arah datangnya
gelombang dan letak gelombang tersebut terjadi. Penjelasan mengenai kedua
gelombang tersebut sebagai berikut.
a. Gelombang Permukaan (surface waves)
Gelombang permukaan adalah gelombang yang merambat pada
permukaan bumi sesuai arah rambatan gelombang yang dilaluinya seperti
gerakan gelombang air. Pada gelombang permukaan dibedakan menjadi dua
jenis gelombang yaitu.
1.) Gelombang Love (L)
Adalah gelombang dengan partikel batuan bergerak ke kanan dan
kiri secara tegak lurus arah rambatan gelombang.

Gambar 1.a

Gelombang Love

(https://www.sciencelearn.org.nz/)

2.) Gelombang Rayleigh (R)


Adalah gelombang dengan partikel batuan bergerak eliptis vertical
berlawanan dengan arah jarum jam (anti-clockwise), yang berlawanan
dengan arah rambatan gelombang.

9
Gambar 1.b

Gelombang Rayleigh

(https://www.sciencelearn.org.nz/)

b. Gelombang Badan (body waves)


Gelombang badan adalah gelombang yang arah rambatannya melalui
bagian bawah permukaan bumi, seperti gelombang rambatan suara. Pada
gelombang badan ini yang menjadi perhatian lebih, terutama mengenai
kegiatan eksplorasi geofisika menggunakan metode seismik refleksi.
Karena kegiatan yang dilakukan dengan menginjeksikan gelombang
seismik ke bawah permukaan bumi yang sesuai dengan pengertian dari
gelombang badan. Maka dari itu dalam penerapannya kita harus memahami
tentang gelombang badan ini, terutama jenis dari gelombang badan yang
dibedakan menjadi dua yaitu.
1.) Gelombang Primer / Longitudinal / Pressure (P)
Adalah gelombang yang partikel batuan bergerak maju-mundur
searah dengan arah rambatan gelombangnya, dimana posisi terjadinya
gelombang terletak dibagian bawah permukaan bumi. Pada gelombang
primer atau longitudinal memiliki pergerakan dengan kecepatan yang
besar melalui bawah permukaan dibanding gelombang S, dengan
kecepatan yang besar tersebut gelombang primer selalu muncul lebih
dulu dalam rekaman seismogram gempa bumi.
Pada gelombang P berbeda dengan gelombang S karena gelombang
ini merambat melalui material dimana pergerakannya secara
mengompresi dan memperluas medium secara bergantian. Yang
nantinya menyebabkan partikel disekitarnya bergerak sedangkan bagian
atas elemen tidak bergerak karena tidak dipengaruhi gelombang P ini.

10
Gambar 2.a Gelombang Primer (https://www.sciencelearn.org.nz/)

Menurut Priyono (2006) secara matematik, gelombang primer ditulis


sebagai berikut :

4
𝑘+ 𝜇
𝑉𝑝 = √ 3
𝜌

Dimana :
𝑉𝑝 = Kecepatan primer (m/s)
𝑘 = Modulus Bulk (menyatakan incompressibility) (N/𝑚2 )
𝜇 = Konstanta lame (menyatakan rigidity) (N/𝑚2 )
𝜌 = Densitas (kg /𝑚3 )
(Asparini, 2011)

2.) Gelombang Sekunder / Transversal / Shear (S)


Adalah gelombang yang partikel batuannya bergerak ke atas-bawah
dengan arah tegak lurus pada arah rambatan gelombangnya sehingga ini
yang membuat velocity atau kecepatan gelombang S lebih lama dari
gelombang P. Gelombang ini jarang atau tidak banyak digunakan dalam
eksplorasi geofisika metode seismik refleksi terutama karena waktu
rambatnya yang tidak sebanding dengan gelombang P. Selain itu,
gelombang S tidak dapat bergerak melalui udara ataupun air tetapi lebih
bersifat destruktif daripada gelombang P karena amplitudonya yang
lebih besar.

11
Gambar 2.b Gelombang Sekunder (https://www.sciencelearn.org.nz/)

3. Prinsip Dasar Metode Seismik


Pada metode seismik setiap kegiatan eksplorasinya selalu berkaitan dengan
prinsip-prinsip dasar dari hukum fisika yang berkaitan terutama mengenai
gelombang seismik itu sendiri, baik arah rambatannya, kecepatan, waktu
tempuh, dll. Berikut adalah beberapa hukum fisika yang menjadi prinsip dasar
metode seismik.
a. Hukum Snellius
Hukum Snellius menyatakan ketika gelombang seismik melalui
lapisan batuan dengan impedansi akustik yang berbeda dari lapisan batuan
yang dilalui sebelumnya, maka gelombang akan terbagi. Gelombang
tersebut sebagian terefleksikan kembali ke permukaan dan sebagian
diteruskan merambat di bawah permukaan (Firnanza, 2017). Penjalaran
pada gelombang seismik yang mengikuti Hukum Snellius dikembangkan
dari Prinsip Huygens, yang menyatakan sudut pantul dan sudut bias
merupakan fungsi dari sudut datang dan kecepatan gelombang. Sehingga
gelombang P yang datang akan mengenai permukaan bidang batas antara
dua medium berbeda akan menimbulkan gelombang refraksi dan refleksi
(Hutabarat, 2009).

12
Gambar 1.

Snellius Law

(https://csegrecorder.com/)

Menurut Hukum Snellius, jika ada gelombang elastis yang menjalar


dalam bumi kemudian bertemu dengan bidang batas perlapisan (interface)
dengan elastisitas dan densitas yang berbeda, maka akan terjadi pemantulan
dan pembiasan gelombang.

sin 𝑖 𝑣1
=
sin 𝑟 𝑣2

Dengan :

sin 𝑖 𝑑𝑎𝑛 sin 𝑟 = Sudut pematulan atau refleksi

𝑣1 𝑑𝑎𝑛 𝑣2 = Velocity atau kecepatan pantulan (m/s)

(Setiawan, 2008)

b. Prinsip Huygens
Pada Prinsip Huygens menyatakan bahwa setiap titik-titik
pengganggu yang berada di depan muka gelombang utama akan menjadi
sumber bagi terbentuknya deretan gelombang yang baru. Jumlah energi
total deretan gelombang baru tersebut sama dengan energi utama (Firnanza,
2017). Selain itu posisi dari muka gelombang dalam dapat seketika
ditemukan dengan membentuk garis singgung permukaan untuk semua
wavelet sekunder. Sehingga prinsip ini dapat mengungkapkan sebuah
mekanisme dimana sebuah pulsa seismik akan kehilangan energi seiring
dengan bertambahnya kedalaman (Asparini, 2011).

13
Gambar 1.

Huygens Principle

(Anonymous, 2018)

c. Asas Fermat
Pada Asas Fermat menyatakan bahwa jika sebuah gelombang
merambat dari suatu titik ke titik yang lain, maka gelombang tersebut akan
memilih jejak yang tercepat (Firnanza, 2017).

Gambar 3. Fermat Principle (Rawlinson et al., Research School of Earth Sciences, ANU)

B. Penerapan Seismik Refleksi Pada Sektor Migas


1. Alasan Seismik Refleksi
Pada kegiatan eksplorasi geofisika dalam pengaplikasiannya metode yang
digunakan perlu ada keselerasan antara parameter yang dituju dengan tujuan
atau penerapan metode itu untuk kegiatan eksplorasi sumber daya alam apa.
Kita ketahui sebelumnya mengenai metode seismik, dimana metode ini adalah
metode yang tidak asing dalam kegiatan eksplorasi geofisika. Metode seismik
merupakan metode yang cukup banyak digunakan diberbagai sektor baik
pertambangan dan migas dengan metode ini kita bisa mengetahui struktur

14
batuan bawah permukaan bumi atau litologi secara geologi yang telah
dikonversikan berdasarkan hasil data geofisika. Pada kegiatan eksplorasi
minyak dan gas bumi perlu diketahui bahwa seismik yang memegang peran
penting dalam pencarian sumur minyak yang dapat dimanfaatkan
keberadaannya.
Metode seismik refleksi lah salah satu jawaban bagi para eksplorasionis
dalam pencarian sumur minyak atau reservoir terhadap suatu daerah yang
secara geologi permukaan diindentifikasi dan diindikasikan memiliki potensi
berlebih. Dalam hal pemenuhan terhadap cadangan minyak dan gas bumi yang
semakin hari semakin menipis keberadaannya, perlu adanya kajian lebih lanjut
terhadap kegiatan eksplorasinya. Untuk itu metode seismik refleksi ini sangat
diperlukan baik kegiatan di darat ataupun di laut, alasannya adalah dengan
metode ini kita mengetahui lebih detail dan menyeluruh terhadap suatu daerah
yang memiliki potensi bawah permukaan yaitu cadangan minyak dan gas bumi
karena cakupan wilayah yang dapat ditelusuri dengan metode ini bisa sangat
luas.
Dengan metode seismik refleksi pun dalam eksplorasi untuk pemenuhan
cadangan minyak dan gas bumi, data yang diperoleh dapat dibaca dan
dikonversikan menjadi penampang seismik serta diinterpretasikan lebih lanjut
dengan beberapa software pendukungnya baik secara 2D atapun 3D. Dimana
hal tersebut sangat diperlukan dan menjadi poin yang lebih terhadap metode ini.
Dengan itu data yang disampaikan dapat dipetakan secara geologi bawah
permukaan dengan baik dan terstruktur serta tujuan dari penelusuran dalam
kegiatan eksplorasi dapat terpenuhi. Dan hasil akhir dengan kegiatan eksplorasi
yang berhasil dan sukses maka pemenuhan terhadap cadangan minyak dan gas
bumi pun dapat ditangani dengan baik.

2. Seismik Refleksi
Seismik refleksi adalah salah satu percabangan dari metode seismik dalam
eksplorasi geofisika. Menjadi salah satu metode yang sangat popular dalam
eksplorasi hidrokarbon terutama dalam pemenuhan cadangan minyak dan gas
bumi yang dapat menyuplai kebutuhan bangsa nantinya. Dengan ketepatan dan

15
resolusi data yang tinggi terutama dalam memodelkan struktur litologi bawah
permukaan menjadikan metode ini unggul dibandingkan dengan metode
lainnya. Atas dukugan teknologi yang canggih dan kajian terhadap metode ini
dapat memperkuat data lapangan yang diperoleh.
Ditarik dari sejarah perkembangannya metode seismik refleksi telah
dikembangkan sejak tahun 1920 – 1930 an, pengembangan tersebut sebagai alat
atau teknik untuk eksplorasi minyak dan gas bumi pada cekungan sendimen.
Selain itu pada tahun 1970 metode ini lebih dikaji serta ditingkatkan dalam
peralatan yang tingkat tinggi sehingga data yang didapatkan dapat akurat.
Perkembangan ilmu yang signifikan membuat kajian terhadap metode ini
semakin kompleks dan rinci. Menurut Wiwit Suryanto (2013) metode seismik
refleksi sangat popular terutama untuk para geologi, dimana ada beberapa
alasan karena kepopuleran metode ini yaitu.
1.) Pada data refleksi biasanya digambarkan sebagai profil yang menyerupai
penampang geologi terutama mengenai litologi bawah permukaannya.
2.) Dalam keadaan tertentu (strata dataran datar di cekungan sendimen) profil
refleksi menawarkan detail bawah permukaan resolusi tinggi, sehingga data
akurat mengenai cekungan sendimen yang terdapat potensi migas dapat
terdeteksi dengan baik.
Secara umum metode seismik refleksi memiliki tujuan utama untuk
memproleh data rekaman yang berkualitas baik. Kualitas rekaman tersebut
dapat dinilai terhadap sinyal noise (S/N) yaitu perbandingan antara banyaknya
sinyal refleksi yang direkam dibandingkan dengan sinyal noisenya dan
keakuratan pengukuran waktu tempuh (travel time). Pada kegiatan eksplorasi
untuk memenuhi cadangan dalam sektor minyak dan gas bumi metode seismik
refleksi yang digunakan adalah eksplorasi prospek dalam karena akurasi dan
resolusi yang maksimal.
Selain itu, metode seismik refleksi memanfaatkan gelombang akustik untuk
mengetahui keadaan bawah permukaan bumi. Gelombang seismik yang
digunakan pada metode ini bersumber dari getaran yang diberikan atau bersifat
aktif yaitu dinamit dan vibrator (darat) serta airgun (laut). Gelombang bunyi
yang dihasilkan dari ledakan tersebut menembus sekelompok batuan di bawah

16
permukaan bumi yang merambat dan nantinya akan dipantulkan kembali ke atas
permukaan melalui bidang reflektornya yang berupa batas lapisan batuan.
Gelombang yang dipantulkan ke permukaan tersebut akan diterima dan direkan
oleh alat perekam yang disebut geophone (darat) atau hydrophone (laut),
(Badley, 1985, dalam Sukmono, 1999).

Gambar 1. Prinsip Kerja Seismik Refleksi di Laut Gambar 2. Prinsip Kerja Seismik Refleksi di Darat

Melalui penjalaran gelombangnya metode seismik refleksi ini yang


memanfaatkan gelombang akustik, parameter pada penjalaran gelombang
tersebut adalah nilai impedansi akustik dari batuan yang dilaluinya. Karena
melalui metode ini penjaralan gelombang yang nantinya dipantulkan pada
bidang reflektornya terdapat di batas paduan batuan bawah permukaan. Dan
melalui refleksi tersebut diketahui setiap batuan memiliki impedansi akustik
yang berbeda-beda.

a. Impedansi Akustik dan Koefisien Refleksi


Impedansi akustik adalah kemampuan suatu bahan untuk memantulkan
atau meneruskan gelombang yang mengenai medium tersebut, sifat akustik
ini adalah sifat khas pada batuan. Dimana impendasi akustik (Z) merupakan
hubungan antara densitas suatu batuan (𝜌) dan kecepatan gelombang
seismik saat melewati batuan tersebut (V). Secara matematis dapat
dituliskan sebagai berikut
𝑍 = 𝜌. 𝑉
Dalam mengontrol harga impedansi akustik, kecepatan memiliki arti
yang lebih penting dibandingkan densitas (Sukmono, 2002). Hal ini karena

17
densitas suatu batuan memiliki range dimana pada nilai tertentu densitas
batuan yang satu akan mengalami suatu overlap dengan densitas batuan
lainnya. Batuan yang lebih keras dan kompak (porositas kecil) memiliki Z
yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan batuan yang tidak kompak
(porositas besar) karena gelombang seismik akan mudah merambat
melewati batuan dengan positas lebih kecil. Impedansi Akustik dibedakan
menjadi dua yaitu
1.) Impedansi Akustik Absolut
Impedasi akustik yang berhubungan langsung dengan impedansi akustik
pada sumur
2.) Impedansi Akustik Relatif
Impedansi akustik di sekitar daerah sumur

Selanjutnya, perbedaan Impedansi Akustik antar medium akan


mempengaruhi koefisien refleksi. Koefisien refleksi adalah nilai
perbandingan antara amplitudo gelombang datang dengan amplitudo
gelombang pantul atau disebut juga reflektifitas. Persamaan koefisien
refleksi secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut.
𝜌2 𝑉𝑝2 − 𝜌1 𝑉𝑝1 𝑍2 − 𝑍1
𝑅𝑐 = =
𝜌2 𝑉𝑝2 + 𝜌1 𝑉𝑝1 𝑍2 + 𝑍1

Dengan :

𝑅𝑐 = Koefisiesn refleksi

𝜌1 𝑑𝑎𝑛 𝜌2 = Densitas medium 1 dan 2

𝑉𝑝1 𝑑𝑎𝑛 𝑉𝑝2 = Kecepatan gelombang P medium 1 dan 2

𝑍1 𝑑𝑎𝑛 𝑍2 = Impendansi akustik medium 1 dan 2

Koefisien refleksi mempunyai nilai antara -1 sampai 1, jika impedansi


akustik pada 𝑍2 lebih besar daripada impedansi akustik 𝑍2 dan gelombang
merambat dari batuan dengan nilai densitas rendah ke batuan dengan harga
densitas yang lebih tinggi maka koefisien akan bernilai positif.

18
3. Proses Penerapan Metode Seismik Refleksi

Metode seismik refleksi adalah metode yang sangat tepat untuk eksplorasi
geofisika dalam pemenuhan cadangan sektor minyak dan gas bumi. Selain itu
juga dalam penerapannya memiliki beberapa tahapan yang runtut dan data yang
harus diolah dengan baik agar hasil akurat. Menurut Sanny (1998), kualitas data
seismik sangat ditentukan oleh kesesuaian antara parameter pengukuran
lapangan yang digunakan dengan kondisi lapangan yang ada. Kondisi lapangan
tersebut adalah konsidi geologi dan kondisi daerah survei. Karena keadaan pada
setiap daerah survei berbeda-beda terutama pada eksplorasi yang meliputi
daerah luas, keadaan geologi menjadi salah satu tantangan karena litologi
bawah permukaan yang tidak homogen. Selain itu parameter lapangan yang
harus disesuaikan dengan target eksplorasi yang ingin dicapai.

Pada metode seismik refleksi, dalam penelusurannya terbagi menjadi


beberapa bagian atau tahapan penting yang harus dijalani dalam pemerolehan
data lapangan yang akurat. Beberapa tahapan tersebut diantaranya adalah.

a. Akuisisi Data Seismik


Tahap akuisisi adalah tahap pemerolehan data, pada tahap ini perlu
adanya data perekam yang baik agar sesuai dengan parameter yang ingin
dituju. Tahap akusisi data dibedakan menjadi dua tempat yaitu di darat dan
di laut dengan sistem yang berbeda masing-masingnya.
1.) Sistem Perekaman Seismik
Pada tahap akuisisi data seismik memerlukan beberapa
instrumentasi seismik refleksi, baik itu sumber (source) yang diberikan
ataupun penerima (receiver) sebagai media perekaman data. Kedua
instrumen tersebut sangat diperlukan agar tujuan dari akuisisi data
seismik dimana untuk memperoleh pengukuran travel time dari sumber
energi ke penerima dapat akurat dan memiliki resolusi yang baik.
Sumber yang diberikan pada metode seismik refleksi juga berbeda-
beda tergantung tempat eksplorasi tersebut dilakukan, di darat sering
menggunakan vibrator atau dinamit sedangkan di laut sering
menggunakan airgun sebagai sumber yang diberikan. Sumber tersebut

19
juga dibedakan menjadi dua jenis yaitu sumber secara impulsif dan
vibrator. Pada sumber impulsif adalah sumber yang diberikan dengan
transfer energi yang sangat cepat dan suara yang dihasilkannya sangat
kuat, singkat, dan tajam. Biasanya sumber impulsif digunakan pada
eksplorasi laut berupa airgun. Selanjutnya pada sumber vibrator adalah
sumber yang mentransfer energinya dengan waktu yang sangat cepat,
panjang sinyal inputnya dapat bervariasi dan gelombang outputnya
berupa sinusoidal.
Pada perekaman data seismik juga memerlukan alat yang berbeda
pada daerah eksplorasi yang dilakukan, pada daerah darat alat
perekaman atau penerima data (receiver) adalah geophone sedangkan
pada daerah laut alat adalah hydrophone. Alat tersebut memiliki
konfigurasi susunan yang berbeda tetapi sistem kerjanya sama yaitu
merekam respon pada gelombang seismik yang diberikan oleh sumber.
Pada geophone umumnya berjenis moving coil yang bekerja atas prinsip
hukum Lenz, yaitu kumparan kawat yang bergerak di dalam medan
magnet, sedangkan pada hydrophone konfigurasi susunannya berupa
kristal piezo elektrik yang sensornya sangat peka terhadap perubahan
tekanan.

2.) Prosedur Operasional Seismik Darat


Pada akusisi data seismik di darat, perlu adanya beberapa
instrumentasi penunjang dalam kegiatan eksplorasi seperti sumber
(source), penerima (receiver), GPS, dan konektor atau kabel. Semua
instrumen tersebut disusun secara memanjang atau horizontal pada data
seismik 2D dan membentuk panjang serta lebar (persegi) pada data
seismik 3D sehingga susunan membentuk sebuah konfigurasi
pengukuran atau akuisisi data seismik. Berikut adalah contoh susunan
atau konfigurasi akuisisi data seismik di darat.

20
Gambar 2.) 1. Konfigurasi Akuisisi Data Seismik 2D di Darat (http://ejurnal.its.ac.id/)

Gambar 2.). 2. Contoh Konfigurasi Akuisisi Data Seismik 3D di Darat (http://repository.lppm.unila.ac.id/)

3.) Prosedur Operasional Seismik Laut


Pada prosesdur operasional seismik laut perlu adanya beberapa
instrumentasi pendukung yang kompleks, agar target yang diinginkan
dapat sesuai tujuan. Pada prosedur di laut perlu adanya kapal pendukung
dengan sistem yang baik, kapal tersebut biasanya dilengkapi dengan
radar serta GPS untuk menentukan letak koordinat lokasi yang akan
dituju, selain itu dilengkapi juga dengan instrumen penunjang eksplorasi
berupa sumber ledakan yaitu airgun, alat perekaman data yaitu
hidropon. Menurut Kearn & Boyd (1963), terdapat dua pola
penembakan dalam operasi seismik di laut yaitu:
a.) Profil Refleksi, pola ini memberikan informasi gelombang-
gelombang seismik sebagai gelombang yang merambat secara

21
vertikal melalui lapisan di bawah permukaan. Teknik ini melakukan
tembakan disepanjang daerah yang disurvei dengan kelajuan dan
penembakan yang konstan. Jarak penembakan antara satu titik
terhadap lainnya disesuaikan dengan informasi refleksi yang
diperlukan.
b.) Profil Refraksi, pola ini memberikan informasi gelombang-
gelombang seismik yang merambat secara horizontal melalui
lapisan di bawah permukaan. Pada teknik ini kapal melakukan
tembakan pada titik-titik tembak yang telah ditentukan.

Gambar 3.). Operasional Seismik di Laut

b. Pengolahan Data Seismik


Tahap pengolahan data adalah tahap dimana data lapangan atau field
data diperoleh dan diakumulasikan selanjutnya data dipelajari lebih lanjut
serta dianalisis melalui beberapa tahapan pengoreksian data. Tujuan adanya
pengolahan data seismik adalah memperoleh gambaran struktur litologi
bawah permukaan secara akurat. Tujuan lain dari pengolahan data seismik
menurut Van Der Kruk (2001) yaitu:
1.) Untuk meningkatkan signal to noise ratio (S/N)
2.) Untuk memeproleh resolusi yang lebih tinggi dengan mengadaptasikan
bentuk gelombang sinyal.
3.) Mengisolasi sinyal-sinyal yang diinginkan (mengisolasi sinyal refleksi
dari multiple dan gelombang-gelombang permukaan).

22
4.) Untuk memperoleh gambaran yang realistis dengan koreksi geometri.
5.) Untuk memperoleh informasi-informasi mengenai bawah permukaan
(kecepatan, reflektivitas, dll).

Untuk menghasilkan data seismik yang memiliki resolusi dan


keakuratan data yang baik, perlu adanya beberapa tahapan pengoreksian.
Menurut Yilmaz (1987 dalam Reynolds 1998) dan Sanny (2004) beberapa
tahapan pengolahan data diantaranya:
1.) Field Tape
Data seismik direkam ke dalam pita magnetik dengan standar format
tertentu. Standarisasi ini dilakukan oleh SEG (Society of Exploration
Geophysics). Magnetic tape yang digunakan biasanya adalah tape
dengan 6 format yaitu SEG-A, SEG-B, SEG-C, SEG-D, dan SEG-Y.
Format data terdiri dari header dan amplitude. Header berisi informasi
mengenai survei, project dan parameter yang digunakan serta infomasi
mengenai data itu sendiri.

Gambar 1. Rekaman Data Seismik (Sun and Bancroft, 2001)

2.) Pre-Proccesing
Tahap preproccesing adalah tahap pertama dalam alur pengolahan
data seismik setelah field tape ditentukan, pelaksanaan tahap ini adalah
dengan mempersiapkan suatu data seismik dengan mengoreksi dan

23
menghilangkan semua kemungkinan noise yang mengganggu
selanjutnya koreksi kecepatan dan residual statik.
a.) Demultiplex
Pada proses akuisisi data seismik sinyal yang direkam
memiliki cakupan wilayah yang luas maka dari itu perlu adanya
digitasi pada selisih waktu yang kecil atau dikenal dengan sampling
interval. Dalam perekaman yang dilakukan selanjutnya data
disimpan dalam bentuk multiplexed time sequential Dengan hasil
perekaman mengandung sample pertama dari trace (trace 1, sample
1 dan seterusnya). Sehingga dalam pengolahan data seismik dapat
dilakukan demultiplexing dengan mengubah time sequential ke
trace sequential atau dalam mengatur kembali urutan sampel
tersebut berdasaran kelompok tracenya, dalam format ini juga dari
satu trace memiliki satu blok yang dapat diatur ke diskrit dataset
data seismik pada pita magnetik dari lapangan ditulis menurut
kelompok sampel, bukan menutur kelompok kanal atau trace yang
terdemultiplex (Reynolds, 1998).

Gambar 2.). a.) Data Seismik Setelah di demultiplexing .segy (Yilmaz, 2001)

b.) Gain Recovery


Perambatan gelombang seismik di bawah permukaan
menyebabkan energinya hilang semakin jauh jarak penerima dari
sumbernya. Selanjutnya akibat adanya penyerapan energi pada

24
lapisan batuan yang kurang elastis dan efek divergensi sferis maka
data amplitudo (energi gelombang) yang direkam akan mengalamai
penurunan sesuai dengan jarak yang ditempuh. Untuk
menghilangkan efek ini maka perlu dilakukan pemulihan kembali
energi yang hilang tersebut dengan sedemikian rupa sehingga pada
setiap titik seolah-olah datang dengan jumlah energi yang sama.
Proses ini dikenal dengan istilah Automatic Gain Control (AGC)
sehingga nantinya menghasilkan kenampakan data seismik yang
lebih mudah diinterpretasikan.
c.) Editing dan Muting
Editing adalah proses untuk menghilangkan semua rekaman
yang buruk, sedangkan mute adalah proses untuk menghilangkan
sebagian rekaman yang diperkirakan sebagai sinyal gangguan. Pada
proses kedua tersebut juga sering disebut sebagai proses Denoise,
dimana tahapan dalam menghilangkan segala gelombang yang tidak
diinginkan yang sifatnya mengganggu dalam data seismik (noise)
sehingga dapat memperkuat kualitas sinyal. Gelombang gangguan
tersebut (noise) seperti ground roll, first break, dan lainnya yang
sifatnya menggangu data seismik.

Gambar 2.). c.)

Noise data seismik

(Veeken, 2007)

d.) Koreksi Statik


Koreksi statik ini adalah koreksi yang dilakukan untuk
menghilangkan pengaruh topografi (elevasi shot dan receiver)

25
sehingga shot point dan receiver seolah-olah ditempatkan pada
datum yang sama.

3.) Dekonvolusi
Dekonvolusi adalah suatu proses dimana sebuah wavelet
(gelombang yang mempresentasikan satu reflektor) dipadatkan.. Tahap
ini dilakukan juga untuk menghilangi atau mengurangi pengaruh
gangguan sebelumnya seperti ground roll, multiple, reverberation,
ghost serta memperbaiki bentuk wavelet yang kompleks akibat
pengaruh noise. Tahap dekonvolusi juga disebut sebagai proses invers
filter karena konvolusi merupakan suatu filter. Bumi merupakan low
pass filter yang baik sehingga sinyal impulsif diubah menjadi wavelet
yang panjangnya sampai 100 ms. Wavelet yang panjang menyebabkan
berkurangnya kemampuan untuk membedakan suatu perlapisan atau
dua event refleksi batuan bawah permukaan.

Gambar 3.) Proses Respon Gelombang Setelah Dekonvolusi (www.quora.com)

4.) Analisis Kecepatan


Analisis kecepatan (velocity analysis) adalah proses yang bertujuan
dalam pemilihan kecepatan gelombang seismik yang sesuai untuk
memperoleh stacking yang terbaik. Pada grup trace dari suatu titik
pantul, sinyal refleksi yang dihasilkan akan mengikuti bentuk pola
hiperbola. Prinsip dasar Analisa kecepatan pada proses stacking adalah

26
mencari persamaan hiperbola yang tepat sehingga memberikan stack
yang maksimum. Pada penerapan prosesnya, biasanya trial and error
dimana koreksi waktu perpindahan normal (𝑇𝑁𝑀𝑂 ) yang berbeda
diterapkan ke jejak CMP yang dikumpulkan.

Gambar 4.) Stacking Velocity

5.) Koreksi Dinamik / Koreksi NMO


Pada tahap ini koreksi yang ditetapkan untuk mengoreksi efek
adanya offset antara shot point dan receiver pada suatu trace yang
berasal dari satu CDP (Common Depth Point). Koreksi ini
menghilangkan pengaruh offset sehingga seolah-olah gelombang pantul
datang dalam arah vertical (normal incident).

Gambar 5.). 1.

a) Before NMO
b) After NMO

(Suryanto W, 2013)

27
Gambar 5.). 2. Koreksi NMO: (a) belum dikoreksi (b) kecepatan yang sesuai (c) kecepatan lebih rendah
(d) kecepatan yang lebih tinggi (Van Der Kruk, 2001)

6.) Stacking
Stacking adalah proses penjumlahan trace-trace dalam satu gather
data yang bertujuan untuk mempertinggi signal to noise ratio (S/N).
Proses ini biasanya dilakukan berdasarkan CDP yaitu trace-trace yang
tergabung pada satu CDP dan telah dikoreksi NMO kemudian
dijumlahkan untuk mendapat satu trace yang tajam dan bebas noise
inkoheren.

Gambar 6.). Proses Penjumlahan Trace-Trace Dalam Satu CDP (Stacking)

7.) Migrasi
Tahapan migrasi adalah suatu tahapan yang memindahkan
kedudukan reflektor pada posisi dan waktu pantul yang sebenarnya
berdasarkan lintasan gelombang. Hal ini disebabkan karena
penampang seismik hasil stack belumlah mencerminkan kedudukan
yang sebenarnya, karena rekaman normal incident belum tentu
tegak lurus terhadap bidang permukaan, terutama untuk bidang
reflektor yang miring. Selain itu, migrasi juga dapat menghilangkan

28
pengaruh difraksi gelombang yang muncul akibat adanya struktur
bawah permukaan yang kompleks dan tertentu (patahan, lipatan)
(Reynolds, 1998).

Gambar 7.). Hasil Migrasi Yang Menghilangkan Efek Difraksi (Yilmaz, 2001)

c. Interpretasi Data Seismik


Tahap interpretasi data seismik adalah tahapan dimana data yang
sudah diakuisisi dan diolah lebih lanjut, data tersebut disajikan dengan
mengkonversi data geofisika dalam bentuk penampang seismik menjadi
model geologi terutama dalam menganalisis dan memperkirakan keadaan
geologi di bawah permukaan dan bahkan juga memperkirakan struktur
litologi bawah permukaannya. Sedangkan pengertian lainnya menurut
Anderson & Atinuke (1999), interpretasi data seismik adalah untuk
mentransformasikan profil seismik refleksi stack menjadi suatu struktur
kontinu atau model geologi secara lateral dari subsurface.
Selanjutnya tujuan lainnya dari interpretasi data seismik menurut
Van Der Kruk (2001) dibedakan menjadi tiga yaitu:
1.) Pemetaan Struktur-Struktur Geologi
Pada pemetaan struktur geologi menurut hasil data seismik berupa
penampangnya, posisi horizon-horizon utama dan gangguan (noise)
dipetakan dan bentuk serta posisi sesar diidentifikasi. Tujuan hal
tersebut adalah untuk mendapatkan data geologi dan memperoleh letak
kedalaman horizon serta gangguan yang ada.

29
2.) Analisis Sekuen Seismik
Tujuan utama dari analisis sekuen seismik adalah:
a.) Mengidentifikasi batas-batas sekuen pada data seismik
b.) Menentukan sekuen pengendapan dalam waktu
c.) Menganalisis fluktuasi muka air laut

3.) Analisis Fasies Seismik


Dalam tujuan interpretasi data seismik terkhusus pada kegiatan
eksplorasi dalam rangka pemenuhan cadangan sektor minyak dan gas
bumi adalah untuk menentukan tempat-tempat yang terdapat akumulasi
lebih dari minyak dan gas bumi (struktur cebakan-cebakan atau traps).
Suatu letak bawah permukaan yang telah dikaji datanya dalam bentuk
penampang seismik dapat dikatakan memiliki akumulasi minyak dan
gas bumi jika memenuhi tiga syarat yaitu:
a.) Adanya batuan sumber (source rock)
Yaitu lapisan-lapisa batuan yang merupakan tempat terbentuknya
minyak dan gas.
b.) Batuan reservoir
Yaitu batuan yang permeable atau memiliki celah untuk dapat dilalui
fluida dan sebagai tempat terakumulasinya fluida tersebut yaitu
minyak dan gas bumi setelah bermigrasi dari batuan sumber.
c.) Batuan penutup
Yaitu batuan yang impermeable atau memiliki porositas yang kecil
atau batuan kompak dan tidak dapat dilalui oleh fluida. Sehingga
fluida dalam hal ini minyak dan gas bumi yang sudah terakumulasi
dalam batuan reservoir akan tetap dan tidak bermigrasi.

Gambar 3.). 1.

Cebakan Minyak Struktur

Antiklin

30
Gambar 3.). 2. Cebakan Minyak Pada Struktur Fault (Sesar)

Gambar 3.). 3. Cebakan Stratigrafi Minyak dan Gas

31
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Melihat keadaan pasar yang tinggi terutama permintaan akan minyak dan
gas bumi serta persediaannya yang terbatas bahkan menipis, maka perlu
dilaksanakan eksplorasi lebih lanjut terhadap pemenuhan cadangan minyak dan
gas bumi. Sebagai seorang geofisikawan atau geophysicist melihat hal tersebut
sangat tertantang, dan diperlukan tenaga seorang geofisikawan dalam mencari
letak reservoir baru dalam pemenuhan cadangan minyak dan gas bumi tersebut.
Dalam ilmu geofisika cara atau metode yang paling tepat untuk mengatasi hal
tersebut terutama dalam sektor minyak dan gas bumi adalah dengan
menggunakan eksplorasi metode seismik refleksi. Dalam sektor migas sudah
tidak asing lagi dengan metode tersebut, metode ini sangat diandalkan karena
data yang akurat dan resolusi yang tinggi sehingga data pasti akan didapatkan
nantinya.
Maka dari itu, penerapan metode seismik refleksi sangat baik dan tepat
sasaran digunakan terutama dalam mengatasi masalah permintaan akan
pemenuhan sumber energi dalam hal ini minyak dan gas bumi. Sehingga apa
yang diharapkan dalam pemenuhan cadangan minyak dan gas bumi dapat
terpenuhi dan tidak khawatir lagi akan kondisi menipisnya cadangan migas,
paling tidak bisa meminimalisir dan merencanakan cadangan minyak dan gas
bumi yang tersedia bisa bertahan hingga berapa lama. Dan semua kebutuhan
energi terutama dalam perkembangan yang semakin kompleks yaitu IPTEKS
dapat berjalan dengan baik. Serta bayangan mengenai lonjakan harga minyak
dan gas bumi yang tinggi nantinya tidak akan terjadi karena pemenuhan
cadangan yang pasti.

B. Saran
Sebagai penulis makalah saya harap apa yang saya sampaikan mengenai
judul yang saya angkat ini dan materi yang dibawakan semoga berhubungan

32
dengan kondisi yang menjadi kendala pada saat ini. Dan materi yang sesuai
serta tepat sasaran dan bisa menjadi bahan pembelajaran atau litelatur yang baik
untuk semua, terutama dalam pembelajaran mengenai eksplorasi geofisika
metode seismik refleksi. Serta jika ada kesalahan baik penulisan ataupun materi
yang kurang sesuai agar para pembaca dapat menyampaikan saran dan
kritikannya, dan juga jika sumber yang dicantumkan kurang sesuai agar segera
disampaikan supaya tidak terjadi masalah kedepannya mengenai plagiarisme.

33
DAFTAR PUSTAKA

Aissa, A. 2008. Skripsi: Prediksi Penyebaran Batu Pasir Pada Lapangan


Boonsville Dengan Menggunakan Metode Inversi Geostatistik Bayesian.
Departemen Fisika. FMIPA. Universitas Indonesia. Depok.

Anderson, N & A. Atinuke. 1999. Overview of the Shallow Seismic Reflection


Technique. University of Missouri Rolla. Missouri.

Anggraeni, Widia. 2018. Pengolahan Data Seismik. Geofisika. dilihat pada 19


Januari pukul 14.20 WIB.
<https://widiageofisika.blogspot.com/2018/01/pengolahan-data
seismik.html>.

Anggraeni, Widia. 2018. Pengolahan Data Seismik: Jenis-Jenis Migrasi.


Geofisika. dilihat pada 19 Januari pukul 14.20 WIB.
<https://widiageofisika.blogspot.com/2018/01/pengolahan-data
seismik.html>.

Asparini, D. 2011. Penerapan Metode Stacking Dalam Pemprosesan Sinyal


Seismik Laut Diperairan Barat Aceh. Departemen Ilmu dan Teknologi
Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Badley, M.E. 1985. Practical Seismic Interpretation. Prentice Hall. USA.

Firnanza, Esha. 2017. Penentuan Litologi Bawah Permukaan Berdasarkan Model


Kecepatan 2D Tomografi Seismik Refraksi Untuk Geoteknik Jalan Tol.
Univeristas Lampung. Lampung.

Hasanudin, M, 2005. Teknologi Seismik Refleksi Untuk Eksplorasi Minyak dan Gas
Bumi. Oseana. vol 30. no. 4. hal. 1-10.

Humera, Nurul A. 2016. Makalah Geofisika: Metode Seismik. Fakultas Sains dan
Teknologi. UIN Alaudin Makassar. Samata – Gowa.

Kearns, R & F.C Boyd. 1963. The Effect of a Marine Seismic Exploration on Fish
Population in British Columbia. Vancouver. Canada.

34
Linda, Nova F, Piter L, & Djayus. 2019. Interpretasi Kecepatan Gelombang
Seismik Refraksi Tomografi Dalam Penentuan Litologi Bawah Permukaan
di Desa Bhuana Jaya (Studi Kasus: PT. Khotai Makmur Insan Abadi).
Jurnal Geosains Kutai Basin. vol. 2. no. 2. hal. 2-3.

Sanny, T.A. 1998. Seismologi Refleksi.Departemen Teknik Geofisika. Intitut


Teknologi Bandung. Bandung.

Sanny, T.A. 2004. Panduan Kuliah Lapangan Geofisika Metode Seismik Refleksi.
Departemen Teknik Geofisika. Institut Teknologi Bandung. Bandung.

Sasti, Fakhri A. 2019. Laporan Kerja Praktik: Pengolahan Data Seismik Refleksi
2D Laut (Kirchoff Time 2D Migration Cekungan Nias. Universitas
Pertamina. Jakarta.

Suryanto, W. 2013. Metode Seismik Pantul (Reflection Seismic). Advance


Exploration Geophysics Course. Laboratorium Geofisika. Departemen
Fisika. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Van Der Kruk, 2001. Reflection Seismik 1. Institute fur Geophysik ETH. Zurich.

35

Anda mungkin juga menyukai