Pengembangan Four Tier Diagnostict PDF
Pengembangan Four Tier Diagnostict PDF
1
Prodi Pendidikan IPA, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang, Indonesia
2
Jurusan Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Semarang, Indonesia
Abstract
___________________________________________________________________
This research developed four-tier diagnostic test. The objective of this research is to describe prototype, determine
validity, reliability, and characteristics of four-tier diagnostic test, also to describe profile misconceptions in subject
of Geometric Optics. Type of research is Research and Development (R&D). Sample used are students grade X
and XI. The method used is documentation, interview, questionnaire, and test. Diagnostic test consist of four
tiers. 1st tier is answer tier, 2nd tier is confidence ratings for the answer tier, 3rd tier is reason tier, and 4th tier is
confidence ratings for the reason tier. Instruments had been produced consist of test lattice, test instructions,
questions, answer key, answer sheet, scoring guidelines, and guidelines of result interpretation. Validation result
showed that all instruments are valid. Reliability of test is 0.983. The difficulty level consists of 3 items in simple
category, 43 items middle, and 5 items difficult. Distinguishing consist of 9 items in repair category, 24 items
acceptable but need to be improved, and 18 items acceptable. There were 82 findings misconceptions in subject of
Geometric Optics. Highest misconceptions were found in concept of diffuse reflection. Lowest misconceptions were
found in concept of shadow magnifications of loupe.
41
Qisthi Fariyani dkk / Journal of Innovative Science Education 4 (2) (2015)
42
Qisthi Fariyani dkk / Journal of Innovative Science Education 4 (2) (2015)
mengetahui pendapat guru mengenai four-tier four-tier diagnostic test dapat dilihat pada Tabel 1.
diagnostic test yang dikembangkan. Angket Tingkat keyakinan tergolong tinggi apabila
dibagikan kepada siswa, terdiri atas angket dipilih dengan skala 4 (yakin), skala 5 (sangat
penilaian dan angket respon. Angket penilaian yakin), atau skala 6 (amat sangat yakin). Tingkat
diberikan saat uji coba skala kecil dan skala luas, keyakinan tergolong rendah apabila dipilih
sedangkan angket respon diberikan saat uji dengan skala 1 (menebak), skala 2 (sangat tidak
lapangan akhir. yakin), atau skala 3 (tidak yakin).
Analisis data yang dilakukan meliputi
validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, daya HASIL DAN PEMBAHASAN
pembeda, analisis angket, analisis miskonsepsi
siswa, dan interpretasi hasil four-tier diagnostic test. Pengembangan Four-Tier Diagnostic Test (Tes
Pengujian validitas menggunakan validitas isi Diagnostik Empat Tingkat)
yang dilakukan oleh dua dosen ahli. Pengujian Hasil dari produk yang dikembangkan
reliabilitas menggunakan rumus Alpha Cronbach. secara garis besar disajikan pada Tabel 2.
Analisis miskonsepsi siswa menggunakan Karakteristik four-tier diagnostic test yang telah
persamaan yang digunakan Caleon & dikembangkan adalah sebagai berikut:
Subramaniam (2010), yaitu CDQ = (CFC- Setiap butir soal yang dikembangkan
CFW)/S. CFC merupakan rata-rata tingkat terdiri atas empat tingkatan. Tingkat pertama
keyakinan siswa yang menjawab dengan benar, berupa soal pilihan ganda dengan tiga pengecoh
CFW merupakan rata-rata tingkat keyakinan dan satu kunci jawaban yang harus dipilih siswa.
siswa yang menjawab dengan salah, dan S Tingkat ke dua merupakan tingkat keyakinan
merupakan standar deviasi tingkat keyakinan. siswa dalam memilih jawaban. Tingkat ke tiga
Interpretasi hasil dilakukan dengan merupakan alasan siswa menjawab pertanyaan,
menggolongkan siswa dalam kelompok paham, berupa tiga pilihan alasan yang telah disediakan
tidak paham, dan miskonsepsi. Interpretasi hasil dan satu alasan terbuka.
43
Qisthi Fariyani dkk / Journal of Innovative Science Education 4 (2) (2015)
44
Qisthi Fariyani dkk / Journal of Innovative Science Education 4 (2) (2015)
menggunakan pilihan ganda harus disertakan Templin (2014) juga mengembangkan tes
penjelasan mengapa memilih jawaban tertentu diagnostik dengan reliabilitas rata-rata sebesar
sehingga dapat meminimalisir jawaban tebakan 0,988. Caleon & Subramaniam (2010)
dan dapat ditentukan tipe kesalahannya. memperoleh nilai reliabilitas 0,92 untuk tes
Disertai rancangan tindak lanjut sesuai diagnostik empat tingkat yang mereka
dengan kesulitan yang teridentifikasi. kembangkan. Penelitian tentang tes diagnostik
empat tingkat lain yang dikembangkan Mc Clary
Validitas Four-Tier Diagnostic Test & Bertz (2012) menghasilkan nilai reliabilitas
Validasi dilakukan oleh dua orang ahli. sebesar 0,41. Beberapa hasil penelitian tersebut
Validasi dilakukan untuk menentukan apakah menunjukkan bahwa tes diagnostik empat tingkat
instrumen yang digunakan sudah layak dan dapat yang dikembangkan dalam penelitian ini
mengukur apa yang akan diukur, dalam tergolong baik. Hal ini berarti tes diagnostik yang
penelitian ini adalah miskonsepsi siswa. Menurut dikembangkan memiliki tingkat keajegan dalam
Matondang (2009), pengukuran validitas mengungkap miskonsepsi yang dialami siswa
ditentukan oleh instrumen, subjek yang diukur, pada materi Optik Geometri.
dan petugas yang melakukan pengukuran. Oleh
karena itu, pengukuran validitas harus dilakukan Karakteristik Butir Soal Four-Tier Diagnostic
oleh orang yang benar-benar ahli di bidangnya. Test
Instrumen tes diagnostik yang dikembangkan Soal tes yang baik harus valid dan reliabel.
telah dinyatakan valid oleh validator. Hal ini Selain itu, soal tes harus memiliki tingkat
menunjukkan bahwa butir soal tes yang kesukaran dan daya pembeda yang baik. Tingkat
dikembangkan telah memiliki kesesuaian dengan kesukaran dan daya pembeda merupakan
isi materi Optik Geometri untuk kelas X SMA karakteristik butir soal tes, termasuk soal tes
dan dapat digunakan untuk mengungkap diagnostik empat tingkat. Karakteristik butir soal
miskonsepsi siswa. dari produk akhir yang dikembangkan adalah
Validitas soal tes dinilai tiap butirnya oleh sebagai berikut:
ahli dan setiap butir soal terdiri atas 20 aspek Tingkat kesukaran 51 butir soal terdiri atas
penilaian, meliputi segi materi, bahasa, dan tiga butir soal termasuk kategori mudah, 43 butir
konstruksi. Penilaian secara detail terhadap tiap soal tergolong sedang, dan lima butir soal
butir soal dilakukan agar soal tes yang digunakan tergolong sukar. Angka tingkat kesukaran
benar-benar layak dan dapat mengukur apa yang berkisar antara 0,24 sampai 0,76.
hendak diukur, yaitu miskonsepsi siswa. Apabila Daya pembeda 51 butir soal terdiri atas
penilaian dilakukan secara global maka tidak sembilan butir soal berkategori soal diperbaiki, 24
akan diketahui butir soal mana yang memiliki butir soal berkategori diterima tetapi perlu
kelemahan dan di mana letak kelemahan soal diperbaiki, dan 18 butir soal berkategori soal
tersebut. Penilaian tiap butir soal secara detail diterima. Angka daya pembeda berkisar antara
akan mempermudah dalam mendeteksi bagian 0,22 sampai 0,78.
yang memerlukan perbaikan. Tingkat kesukaran sebagian besar butir
soal four-tier diagnostic test yang dikembangkan
Reliabilitas Four-Tier Diagnostic Test termasuk kategori sedang. Hal tersebut
Reliabilitas merupakan tingkat keajegan disebabkan soal tes diagnostik yang baik adalah
soal dalam menilai apa yang ingin dinilai. soal dengan tingkat kesukaran sedang. Tingkat
Menurut Matondang (2009), reliabilitas kesukaran sedang diperlukan agar siswa yang
menyatakan sejauh mana hasil suatu pengukuran kurang pandai tidak terlalu kesulitan dalam
dapat dipercaya. Analisis reliabilitas mengerjakan soal dan siswa yang pandai tidak
menghasilkan nilai reliabilitas sebesar 0,983. terlalu mudah dalam mengerjakan soal.
Hasil r11 ini kurang dari nilai rtabel. Artinya, soal Pemilihan soal dengan tingkat kesukaran sedang
tes yang dikembangkan reliabel. Bradshaw & ini juga sesuai dengan penelitian Budiningsih et
45
Qisthi Fariyani dkk / Journal of Innovative Science Education 4 (2) (2015)
al. (2013) dan Wahyuningsih et al. (2013) yang jawaban; 45,10% dalam memilih alasan; dan
menggunakan soal dengan rata-rata tingkat 62,75% dalam memilih keduanya. Hal ini berarti
kesukaran sedang untuk tes diagnostik. pada nomor butir soal dengan nilai CDQ negatif,
Daya pembeda soal four-tier diagnostic test rata-rata siswa yang menjawab salah lebih yakin
yang dikembangkan sebagian besar berada pada dibanding siswa yang menjawab dengan benar.
kategori diterima dengan perbaikan dan diterima Siswa cenderung tidak dapat membedakan apa
dengan baik. Soal dengan kategori diperbaiki yang mereka pahami dan apa yang tidak mereka
telah direvisi sebelum akhirnya diujikan pada pahami dengan benar. Hasil tersebut
subjek uji lapangan akhir. Revisi dilakukan baik menunjukkan adanya miskonsepsi kuat yang
dari segi konstruksi maupun segi isi soal, dialami siswa.
disesuaikan dengan kebutuhan perbaikannya. Miskonsepsi yang dialami siswa akan
Soal dengan daya pembeda baik dapat mengganggu mereka dalam menerima
membedakan siswa pandai dan siswa kurang pengetahuan baru. Konsep yang salah telah
pandai dengan baik. Hal ini sesuai dengan tertanam kuat pada diri siswa dan mereka
pendapat Nugraeni et al. (2013) yang menyatakan menganggap konsep yang mereka pahami adalah
bahwa butir tes yang baik harus dapat benar. Mereka cenderung akan mengaplikasikan
membedakan siswa yang benar-benar menguasai konsep yang sudah mereka yakini sebelumnya
materi dengan yang tidak. Soal tes dengan daya dengan konsep yang baru mereka terima. Hal ini
pembeda jelek tidak dapat digunakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Kaur (2008) yang
disebabkan jika soal tes tidak dapat membedakan menyatakan bahwa banyak miskonsepsi yang
siswa pandai dan siswa kurang pandai maka resisten terhadap perubahan. Lark (2007) juga
tujuan tes tidak akan tercapai. menyatakan hal yang sama, yaitu bahwa
miskonsepsi sulit untuk diubah. Miskonsepsi
Temuan Miskonsepsi Siswa yang dialami akan melekat kuat pada diri siswa
Analisis dilakukan untuk menentukan karena mereka mengkonstruksi pengetahuan
nilai CDQ (Confidence Discrimination Quotient). tersebut. Oleh karena itu, sangat penting untuk
Nilai CDQ negatif mengindikasikan bahwa siswa segera mengetahui apakah siswa mengalami
tidak dapat membedakan apa yang mereka miskonsepsi dan pada bagian mana siswa
pahami dan apa yang tidak mereka pahami, atau mengalami miskonsepsi agar dapat dilakukan
dengan kata lain siswa mengalami miskonsepsi remidiasi sebelum konsep tersebut semakin
tanpa mereka sadari. Penentuan nilai CDQ tertanam kuat pada diri siswa.
dilakukan pada pilihan jawaban siswa, pilihan Selain dianalisis tiap butir, soal four-tier
alasan, maupun keduanya (pilihan jawaban dan diagnostic test yang telah dikerjakan siswa pada uji
alasan). Rekapitulasi analisis miskonsepsi siswa lapangan akhir juga dianalisis untuk tiap siswa.
disajikan pada Tabel 3. Rekap interpretasi hasil four-tier diagnostic test
Tabel 3 menunjukkan bahwa siswa seluruh siswa peserta uji lapangan akhir disajikan
mengalami miskonsepsi dalam memilih 37,25% pada Tabel 4.
46
Qisthi Fariyani dkk / Journal of Innovative Science Education 4 (2) (2015)
Guru harus dapat membedakan siswa sekali tidak memahami konsep pada materi Optik
yang dapat memahami konsep dengan baik, tidak Geometri. Persentase tidak memahami konsep
memahami konsep, dan mengalami miskonsepsi pada kategori rendah dan sedang sebesar 49,02%
agar dapat mengupayakan cara mengatasi dan 50,98%. Hal ini menunjukkan bahwa
masalah dengan tepat. Persoalan yang sering setengah dari jumlah soal Optik Geometri yang
muncul adalah ketika guru akan mengupayakan diujikan belum dikuasai dengan baik oleh siswa.
pengobatan tetapi guru mengalami masalah Siswa yang tidak memahami konsep diketahui
dalam membedakan siswa yang memahami dari ketidakyakinan siswa dalam memberikan
konsep dengan baik, tidak tahu konsep (kurang jawaban. Ketidakyakinan tersebut dilihat dari
pengetahuan), atau siswa yang miskonsepsi pilihan tingkat keyakinan rendah, pada skala 1
(Hafizah et al., 2014). (menebak), skala 2 (sangat tidak yakin), atau
Siswa paham, tidak paham, dan skala 3 (tidak yakin).
miskonsepsi dikelompokkan dalam kategori Siswa mengalami miskonsepsi pada
tinggi, sedang, dan rendah. Pengelompokan kategori rendah sebesar 27,45%; sedang sebesar
kategori siswa pada masing-masing kriteria 54,9%; dan tinggi sebesar 17,65%. Hasil tersebut
disajikan pada Gambar 1. menunjukkan bahwa hampir seluruh siswa
mengalami miskonsepsi sebanyak 17,65% dari
materi Optik Geometri pada soal yang diujikan.
Siswa juga mengalami miskonsepsi tingkat
sedang pada setengah dari jumlah soal yang
diujikan. Siswa memiliki kepercayaan yang sama
pada suatu konsep yang tidak sesuai dengan
konsep ilmuwan. Keyakinan mereka terhadap
konsep yang salah semakin tinggi ketika teman-
teman mereka juga memiliki keyakinan yang
sama terhadap konsep tersebut. Hal ini perlu
diwaspadai karena miskonsepsi telah meluas dan
Gambar 1. Diagram Pengelompokan Kategori tentunya akan menimbulkan masalah bagi siswa
Siswa dalam menerima pengetahuan baru.
Miskonsepsi ditemukan berdasarkan hasil
Siswa tergolong paham pada kategori jawaban siswa dan dikonfirmasi dengan hasil
rendah sebesar 52,94%; sedang sebesar 29,41%; wawancara siswa. Siswa menganggap pada
dan tinggi sebesar 17,65%. Hasil tersebut pemantulan baur tidak berlaku hukum
menunjukkan bahwa siswa memahami konsep pemantulan cahaya. Siswa juga menganggap
pada materi Optik Geometri hanya sebesar sudut pantul yang dihasilkan pada pemantulan
17,65% dari seluruh soal yang diujikan. Sebagian baur tidak sama dengan sudut datang.
besar siswa memiliki tingkat pemahaman rendah Miskonsepsi lain yang ditemukan adalah sinar-
terhadap materi Optik Geometri. sinar datang dan pantul pada pemantulan yang
Siswa tidak memahami konsep pada terjadi pada bidang kasar dianggap sama seperti
kategori tinggi sebesar 0%. Persentase ini yang terjadi pada bidang halus. Ketika sinar-sinar
menunjukkan bahwa tidak ada siswa yang sama yang datang mengenai bidang pantul saling
47
Qisthi Fariyani dkk / Journal of Innovative Science Education 4 (2) (2015)
48
Qisthi Fariyani dkk / Journal of Innovative Science Education 4 (2) (2015)
Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Tes Lin, S. 2004. Development and Application of a Two-
Diagnostik. Jakarta: Direktorat Jenderal Tier Diagnostic Test for High School Students
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. Understanding of Flowering Plant Growth and
Gall, M. D., Gall, J. P. & Brog, W. R. 2003. Development. International Journal of Science
Educational Research: An Introduction (7th and Mathematics Education, 2: 175-199.
ed). USA: Pearson Education Inc. Matondang, Z. 2009. Validitas dan Reliabilitas Suatu
Hafizah, D., Haris, V. & Eliwatis. 2014. Analisis Instrumen Penelitian. Jurnal Tabularasa PPs
Miskonsepsi Siswa Melalui Tes Multiple Unimed, 6(1): 87-97.
Choice Menggunakan Certainly of Response Mc Clary, L. M. & Bretz, S. L. 2012. Development and
Index pada Mata Pelajaran Fisika MAN 1 Assessment of a Diagnostic Tool to Identify
Bukittinggi. Jurnal Pendidikan MIPA, 1 (1): Organic Chemistry Students Alternative
100-103. Conceptions Related to Acid Strength.
Kaur, G. 2013. A Review of Selected Literature on International Journal of Science Education, 1:
Causative Agents and Identification Strategies 1-25.
of Students Misconceptions. Journal of Nugraeni, D., Jamzuri, & Suwarto. 2013. Penyusunan
Educationia Confab, 2 (11): 79-94. Tes Diagnostik Fisika Materi Listrik Dinamis.
Lark, A. 2007. Student Misconceptions in Newtonian Jurnal Pendidikan Fisika, 1(2): 12-15.
Mechanics. Tesis. Bowling Green State Tayubi, Y. R. 2005. Identifikasi Miskonsepsi pada
University. Konsep-Konsep Fisika Menggunakan
Law, J. F. & Treagust, D. F. 2010. Diagnosis of Certainty of Response Index (CRI). Jurnal
Student Understanding of Content Specific Universitas Pendidikan Indonesia, 3 (24): 4-9.
Science Areas Using On-Line Two-Tier Wahyuningsih, T., Raharjo, T., & Masithoh, D. F.
Diagnostic Tests. Australia: Curtin University 2013. Pembuatan Instrumen Tes Diagnostik
of Technology. Fisika SMA Kelas XI. Jurnal Pendidikan
Fisika, 1(1): 111-117.
49