Anda di halaman 1dari 14

SEMINAR NASIONAL ELECTRICAL, INFORMATICS, AND ITS EDUCATIONS 2009

WATERBATH DENGAN KONTROL LOGIKA FUZZY UNTUK PROSES GNOGENESIS


DALAM UPAYA MENINGKATKAN
PRODUKSI BENIH IKAN MAS (CYPRINUS CARPIO)
1)
Eka Mandayatma
mectronku@yahoo.com

Abstrak. Salah satu urutan proses pada gynogenesis adalah pengejutan panas (heat shocking)
pada telur-telur ikan yang telah difertilisasi didalam air dengan suhu tertentu. Proses kejutan panas
ini memerlukan kesetabilan suhu yang tinggi agar proses pengejutan bisa berjalan dengan baik.
Peralatan yang dibutuhkan adalah sebuah water bath dimana suhu air pada media tersebut
dikontrol dan dijaga konstan pada suhu tertentu sesuai dengan kebutuhan gynogenesis. Dari
beberapa penelitian, Kontroler Logika Fuzzy merupakan salah satu jenis kontroler dengan
stabilitas output yang baik dengan tingkat error dan overshoot yang kecil sehingga cocok untuk
pengaturan suhu pada water bath. Penggunaan kontroler logika fuzzy pada water memberikan
prosentase error 0,6 % terhadap set point dibanding dengan 5 % pada kontroler On/Off serta
tetasan telur ikan yang lebih tinggi dibanding dengan water bath konvensional. Hasil yang
diperoleh menunjukkan peningkatan fertilisasi 5,5 %, tetasan 5,1% serta telur mati menurun 5%
terhadap shocking dengan water bath dengan kontroler konvensional.
Kata kunci : gynogenesis, heat shock, control suhu, fuzzy

I. PENDAHULUAN terhadap lingkungan, mudah dibudidayakan,


Latar Belakang densitas tinggi dan sebagai ikan konsumsi memiliki
Jenis ikan yang banyak dibudidayakan hampir daging dan bobot yang besar [13]
diseluruh wilayah Indonesia adalah ikan mas Salah satu jenis sex manipulation adalah
(Cyprinus carpio) dan ikan nila (Oreochromis Gynogenesis, dimana menurut Purdom dalam
niloticus). Daya adaptasi yang tinggi menyebabkan Rustidja (2002) adalah pembuahan pada telur
ikan mas dan nila dapat hidup dalam ekosistem dengan menggunakan rangsangan sperma-tozoa
dataran rendah sampai tinggi disamping preferensi yang telah dilemahkan secara genetik dengan
masyarakat terhadap kedua jenis ikan tersebut menggunakan radiasi [20], sehingga hasil
cukup tinggi [1,24] gynogenesis adalah ikan betina saja.[7]
Salah satu parameter banyaknya budidaya ikan ini Proses yang sangat penting dalam gynogenesis
adalah dengan meningkatnya produksi ikan dengan adalah irradiasi sperma dan pengejutan (shocking)
kenaikan rata-rata 15% pertahun [23] Dari total pada telur setelah
produksi 3.088.800 ton, ikan mas, bandeng dan nila fertilisasi dimana pengejutan bisa dilakukan dengan
masih mendominasi untuk kategori ikan budidaya air kejutan suhu dingin, kejutan suhu panas maupun
tawar [24]. kejutan tekanan [15]. Namun dari ketiga cara
Masalah utama yang dihadapi oleh petani dalam kejutan tersebut yang paling banyak digunakan
mengem-bangkan usaha budidaya adalah menjaga adalah kejutan panas (heat shock) karena selain
kontinyuitas produksi dan kualitas induk dan benih mudah, murah dan dapat digunakan dalam jumlah
[1]. Sehubungan dengan permasalahan maka banyak.[19] Keuntungan lain dengan kejutan panas
diperlukan suatu upaya budidaya ikan yang mampu adalah bisa dilakukan dengan cara-cara
menyediakan ikan dan benih ikan dengan kwalitas konvensional dengan peralatan yang cukup mudah
yang baik serta kuantitas yang mencukupi, serta didapatkan.
memiliki keunggulan-keunggulan. Budidaya ikan Salah satu pusat pembenihan ikan yang ada di
dapat dilakukan dengan berbagai cara tergantung Batu, Malang, juga melakukan proses gyno untuk
dari jenis ikan, lokasi maupun tujuan dari budidaya. mendapatkan benih ikan, namun dalam proses heat
Menurut Rustidja salah satu usaha untuk shock masih menggu-nakan cara-cara konvensional
mendapatkan benih dengan berbagai keunggulan dimana untuk mendapatkan suhu kejut 40C
adalah dengan sex manipulation [19] dimana dilakukan dengan mencampur air panas dan air
dengan program ini diharapkan usaha pemuliaan dingin sehingga tidak bisa menjamin kestabilan suhu
didapat stok induk atau benih dengan kwalitas selama proses heat shock. Pengukuran suhu masih
genetik yang tetap terjaga [20] menggunakan thermometer air raksa dimana salah
Manipulasi sex yang termasuk dalam program satu karakteristik dari thermometer ini adalah
perekayasaan reproduksi pada ikan penting kelambatan dalam merespon perubahan suhu,[4]
dilakukan sebagai terobosan teknologi dalam rangka serta pembacaan yang kurang akurat juga
usaha perbaikan dan pening-katan kualitas genetic pewaktuan yang masih mengandalkan jam tangan
ikan serta pemu-liaannya. atau stopwatch dimana sering terjadi human error,
Beberapa sifat atau karakter keunggulan ikan salah satunya adalah lupa sehingga waktu bisa
yang diharapkan antara lain partumbuhan yang terlalu panjang atau terlalu pendek dari yang
cepat, tahan penyakit, survival tinggi, toleran seharusnya.
1) Eka Mandayatma Drs, MT staf pengajar Jur. Teknik Elektro Politeknik Negeri Malang

A2-6
SEMINAR NASIONAL ELECTRICAL, INFORMATICS, AND ITS EDUCATIONS 2009 A2-7
Dari latar belakanga tersebut maka hasil yang lebih baik dan dalam jumlah yang lebih
permasalahanya adalah bagaimana meran-cang banyak dibanding dengan metode manual.
suatu alat untuk proses pengejutan suhu dengan Manfaat dibidang sosial, dengan ketersediaan
suhu yang stabil serta pewaktuan yang tepat. benih ikan yang lebih banyak maka kebutuhan akan
benih bisa lebih terjamin.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang pada sub-bab 1.1 dapat II. TINJAUAN PUSTAKA
dirumuskan permasalahan yang ada pada proses Pembudidayaan ikan dilakukan dengan berbagai
gynogenesis yang berhubungan dengan suhu kejut cara dimana salah satunya adalah pembenihan.
dan waktu pengejutan dengan menerapkan kontrol Pada proses ini diperlukan teknik-teknik tertentu
logika fuzzy, yakni : untuk mendapatkan bibit yang unggul.
Mengimplementasikan kontroler logika fuzzy Perekayasaan reproduksi pada ikan perlu dilakukan
metode max-min untuk menjaga temperature air sebagai terobosan teknologi untuk usaha perbaikan
pada bak pengejut agar tetap konstan pada rentang dan peningkatan kualitas genetik ikan.
suhu 25C sampai 45C selama 1 sampai 10 menit Sebagai salah satu terobosan teknologi ialah
untuk melakukan kejutan panas (heat shock) pada dengan manipulasi sek yang bisa dilakukan dengan
proses gynogenesis ikan mas serta menguji kinerja manipulasi kromosom dan pembalikan jenis kelamin.
alat dengan mengamati laju tetasan telur. 2.1 Gynogenesis
Pada budidaya ikan, gynogenesis merupakan
1.3 Batasan Masalah program sex manipulation untuk mengasilkan benih
Dari rumusan masalah yang dibahas dalam ikan dengan genetik betina saja. [1,7,20]
penelitian ini dibuat suatu batasan-batasan sebagai Salah satu urutan proses gyno adalah perlakuan
berikut: kejutan (shocking). Pengejutan dilakukan dengan
o Pengendali logika fuzzy digunakan untuk tujuan untuk menahan meloncatnya polar body II
mempertahankan suhu cairan pengejut agar [19]. Proses pengejutan ini bisa dilakukan dengan
tetap konstan pada rentang suhu antara 25C kejutan suhu dingin (cold shock), suhu panas (heat
sampai 45C walaupun terjadi perubahan suhu shock) atau kejutan dengan tekanan (pressure
pada saat proses gynogenesis sedang shock) yang masing-masing memiliki kelebihan dan
berlangsung. kekurangan. Khusus pada heat shock, proses lebih
o Waktu yang diperlukan untuk proses heat shock mudah karena secara praktis lebih mudah menjaga
gynogenesis adalah 1 menit sampai dengan 10 suhu dalam kondisi panas. Proses gynogenesis
menit untuk pengejutan,. yang lain adalah dengan perlakuan kejutan tekanan
o Volume air yang dipanaskan min 8 ltr dan mak 15 (pressure shock).[9,]
liter dengan ukuran bak 40 x 50 cm
o Metode kontroler fuzzy mengunakan Max-Min
untuk fuzzyfikasi dan COG untuk defuzyfikasi.

1.4 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah merencanakan
suatu alat pengatur suhu air (water bath) untuk
proses pengejutan (shocking) gynogenesis dengan
meng-implementasikan kontroller logika fuzzy
dengan metode Max-Min yang mampu
mempertahankan suhu cairan pengejut dengan
temperatur konstan pada rentang suhu 25C sampai
45C dan waktu pengejutan pada rentang 1 hingga
10 menit untuk proses gynogenesis ikan mas di
balai benih ikan

1.5 Manfaat Penelitian


Dengan tersedianya peralatan semiotomatis
untuk proses gynogenesis dengan pengaturan suhu Gambar 2.1 Proses Gynogenesis meiosis
dan waktu kejut, diharapkan memberikan kontribusi
pada tempat pembenihan ikan mas yaitu bisa Uthairat Na-Nakom (1995) melaporkan bahwa
memperbesar prosentase keberhasilan pemijahan suhu kejut, bervariasi antara 26C sampai 42C
benih ikan mas. tergantung lamanya waktu pengejutan. Suhu kejut
Manfaat dibidang Iptek, adanya peningkatan kultur 42C dalam waktu 1 menit merupakan waktu yang
peralatan dari peralatan manual ke peralatan cukup baik untuk proses gyno. Namun jika
semiotomatis. dikehendaki suhu kejut lebih rendah bisa dilakukan
Manfaat dibidang ekonomi, terjadinya efisiensi pada suhu 32C dengan waktu 3 sampai 5 menit
dalam proses pembibitan ikan karena dengan waktu setelah fertilisasi 12 sampai 16 menit [12]. Untuk
dan metode yang sama diharapkan memberikan respon diploid cyprinus carpio heat shock dilakukan
pada suhu 40C dengan waktu pengejutan 1 sampai
SEMINAR NASIONAL ELECTRICAL, INFORMATICS, AND ITS EDUCATIONS 2009 A2-8
3 menit setelah fertilisasi selama 26 sampai 30 pesentasi hachting dan diploid yang tinggi. Suhu
menit untuk proses gynogenesis mitosis dan 3 menit kejut dijaga konstan selama waktu pengejutan
untuk gynogenesis miosis (Minal P BHISE et al, dengan toleransi suhu sebesar 1C (Karayucel I, et
2000).[13] Pada jenis ikan tertentu kejutan suhu al 2003)[9]
42C dengan waktu 1 menit memberikan pesentasi Pujirahayu Asri dkk (2006) melaporkan dalam
hachting dan diploid yang tinggi (U Na Nakom et al penelitiannya bahwa dari suhu kejut 39C, 40C dan
1995).[15] Suhu kejut dijaga konstan selama waktu 41C, suhu yang terbaik untuk gynogenesisi ikan
pengejutan dengan toleransi suhu sebesar 1C [9] mas adalah 40C.[...] Oleh karena itu suhu air untuk
Dalam urutan baku pada proses gyno-genesis pengejutan harus dijaga konstan pada suhu tersebut
terdapat dua proses yang sangat penting yaitu (untuk ikan mas adalah 40C). Penyiapan dan
meradiasi sperma dan proses kejutan suhu (heat pengaturan suhu air ini bisa dilakukan dengan cara-
shock). Seperti terlihat pada Gambar 2.1, sperma cara konvensional maupun otomatis dengan
diradiasi dengan sinar ultraviolet (UV) atau bahan berbagai macam kontroller dimana salah satunya
mutagen lain seperti sinar x, gama, dengan tujuan adalah kontroler logika fuzzy.
untuk me-non aktifkan genetik jantan dengan tidak
mengurangi fungsi sperma untuk fertilisasi. 2.3.1 Pengaturan suhu konvensional
Pengaturan suhu air untuk proses pengejutan
2.2 Pengejutan (shocking) dilakukan dengan cara sederhana yaitu dengan
Polar dalam keadaan normal, telur yang telh mencampur air panas dan air dingin dan suhu diukur
dibuahi akan memiliki sepasang kromosom yang dengan termometer sampai mencapai suhu 40C.
berasal dari gamet jantan dan betina, tetapi dalam Peralatan untuk proses ini ditunjukkan pada Gambar
proses gyno, telur yang dibuahi adalah haploid 2.2 Dengan cara ini maka akan cukup sulit untuk
karena kromosom jantan tidak berfungsi dan akan mempertahankan kesetabilan suhu mengingat
mati (Stanley dan Naparin dalam Rustidja, 1995) permukaan air cukup luas sehingga akan terjadi
Agar tetap hidup maka diubah menjadi diploid proses konveksi keudara lingkungan. Pengukuran
melalui proses diploidasi yang dapat dilakukan dengan termometer air raksa memang cukup teliti
dengan beberapa cara [1] tetapi akan terjadi kelambatan mengingat
a. Kejutan tekanan (pressure shock) termometer jenis ini teliti tetapi lambat [5]
b. Kejutan suhu (heat shock) Seperti ditunjukkan pada Gambar. 2.2, penyiapan
- kejutan suhu dingin air panas untuk shocking dilakukan dengan alat-alat
- Kejutan suhu panas konvensional seperti kompor, cerek, thermos dan air
c. Secara kimia. dingin.
Dari ketiga cara diatas, yang paling banyak Untuk pengukuran suhu digunakan thermo-meter air
digunakan adalah kejutan suhu panas karena selain raksa sementara untuk pengukuran waktu digu-
mudah dan murah juga efisien dan dapat digunakan nanan stopwatch.
dalam jumlah banyak [22] Pengaturan suhu dilakukan dengan setiap saat
Komen et al dalam Rustidja (2002) mengemukakan memeriksa temperatur dan jika terjadi penurunan
bahwa kejutan panas 40C memberikan hasil yang suhu maka ditambahkan air panas.
lebih baik pada gynogenesis meiosis pada ikan
mas.[20]

2.3 Pengaturan suhu kejut


Menurut (Karayucel I, et al 2003) Proses
gynogenesis bisa dilakukan pada suhu dingin (cold
shock) atau pada suhu panas (heat shock) yang
kedua-duanya memiliki kelebihan dan kekurangan.
Khusus pada heat shock, proses lebih mudah
karena secara praktis lebih mudah menjaga suhu
dalam kondisi panas.[23]
Suhu kejut, bervariasi antara 26C sampai 42C
tergantung lamanya waktu pengejutan. Suhu kejut Gambar 2.2 Peralatan untuk mempersiapkan air
42C dalam waktu 1 menit merupakan waktu yang panas untuk heat shock.
cukup baik untuk proses gyno [17] Namun jika
dikehendaki suhu kejut lebih rendah bisa dilakukan 2.3.2 Pengaturan elektronik
pada suhu 32C dengan waktu 3 sampai 5 menit Sirkuit elektronika memberikan banyak pilihan
setelah fertilisasi 12 sampai 16 menit [12]. Untuk untuk melakukan pengaturan suatu kerja system
respon diploid cyprinus carpio heat shock dilakukan termasuk untuk penga-turan suhu air untuk proses
pada suhu 40C dengan waktu pengejutan 1 sampai pengejutan dalam proses gynogenesis. Pengaturan-
3 menit setelah fertilisasi selama 26 sampai 30 pengaturan tersebut antara lain pengatur dua posisi
menit untuk proses gynogenesis mitosis dan 3 menit (On/Off), PI, PID, adaptif dan Fuzzy. Markande et al,
untuk gynogenesis miosis [15]. Menurut U Na 2004)[12] Pengaturan dengan logika fuzzy makin
Nakom et al (1995) pada jenis ikan tertentu kejutan banyak digunakan mengingat kontroler ini
suhu 42C dengan waktu 1 menit memberikan merupakan suatu logika yang lebih dekat dengan
SEMINAR NASIONAL ELECTRICAL, INFORMATICS, AND ITS EDUCATIONS 2009 A2-9
cara berpikir manusia, keanggotaan himpunannya temperatur. LM 35 tidak memerlukan kalibrasi
mempunyai nilai-nilai bervariasi, menunjukkan nilai eksternal atau pengaturan-pengaturan lain untuk
pengukuran secara kualitatif. Hal ini menjadi salah memdapatkan akurasi C pada temperatur
satu alasan penggunaan logika fuzzy dalam sistem ruangan dan dengan jangkauan pengukuran 55 C
kendali (Ross,1995: 14)[19] Kontroler logika fuzzy sampai + 150 C. Impedansi output yang rendah,
juga bisa menangani problem-problem yang output linier, membuat LM 35 mudah untuk
komplek dengan tidak tergantung pada pemodelan dipadukan dengan sistem lain. Bisa digunakan
matematik yang rumit seperti pada model kontroler dengan suply tegangan tunggal dengan variasi yang
PID. Kontroler logika fuzzy sangat baik untuk luas dan dengan pemanasan diri (self heating) yang
banyak situasi tanpa modifikasi[12] rendah, output dalam bentuk tegangan linier
sebanding dengan temperatur dengan nilai 10
2.4 Kontroler Logika Fuzzy mV/C [22]
Lotfi A Zadeh pada tahun 1965 mengemukakan
suatu himpunan yang disebut himpunan fuzzy (fuzzy
set) untuk menerangkan logika bertingkat. Logika ini
kemudian dikenal dengan logika fuzzy. Zadeh
memilih kata fuzzy untuk merepresentasikan suatu
nilai logika kontinyu antara 0 nol dan 1. Gambar 2.3 Bentuk fisik dan notasi LM35
Penelitian tentang aplikasi logika fuzzy pada 2.6 Aktuator
proses kejutan suhu (heat shock) dalam proses Aktuator yang merupakan transduser output
gynogenesis pada ikan merupakan pengembangan adalah suatu perangkat yang berhubungan langsung
atau perencanaan dari cara pengejutan suhu yang dengan proses serta menghasilkan output yang
dikerjakan secara manual dengan peralatan dibutuhkan oleh proses. Aktuator dalam sistem
konvensional. Didalam penelitian ini akan pemanas ini adalah sebuah heater (pemanas) elektrik
dikembangkan proses heat shocking dengan yang pengaturan dayanya dilakukan dengan metode
pengaturan suhu otomatis dimana waktu dan suhu pergeseran sudut trigger sehingga pengaturannya
bisa diprogram sesuai dengan kebutuhan pada bisa dilakukan dengan cukup halus pada rentang
proses gynogenesis. yang luas.
FLC menggunakan pendekatan yang lebih
sederhana yaitu dengan batasan-batasan negatip,
nol dan positip, dimana pada penelitian ini
digunakan keanggotaan trapesium dan segitiga
Gambar 2.4 Pemanas celup
untuk Membership Function input (MF input) dan
Singleton untuk MF output dimana dengan bentuk
2.7 Mikrokontroller
ini akan memudahkan dalam perhitungan COG.
Mikrokontroler adalah suatu keping IC dimana
terdapat mikroprosesor dan memori program (ROM)
2.5 Sensor suhu
serta memori serbaguna (RAM), bahkan ada
Kebanyakan penggunaan sensor temperatur
beberapa jenis mikrokontroler yang memiliki fasilitas
menemui kesulitan dalam aplikasinya. Sebagai
ADC, PLL, EEPROM dalam satu kemasan.
contoh, termokopel yang memiliki tegangan output
Penggunaan mikrokontroler dalam bidang kontrol
sangat kecil dan memerlukan suhu kompensasi
sangat luas dan populer.
dalam pemakaian. Termistor, terkenal dengan
Ada beberapa vendor yang membuat
ketidaklinieran [5] serta pengkondisian sinyal yang
mikrokontroler diantaranya Intel, Microchip, Winbond,
masih melibatkan bermacam rangkaian elektronik
Atmel, Philips, Xemics dan lain - lain. Dari beberapa
yang tidak sederhana serta sensor yang lain yang
vendor tersebut, yang paling populer digunakan saat
masih memerlukan pengondisian sinyal. Efek yang
ini adalah mikrokontroler buatan Atmel.
timbul dari penggunaan rangkaian elektronik dengan
Mikrokontroler AVR (Alf and Vegards Risc prosesor)
berbagai tingkatan mungkin justru menimbulkan eror
memiliki arsitektur RISC 8 bit, di mana semua
yang akan mengganggu dalam pemrosesan sinyal.
instruksi dikemas dalam kode 16-bit (16-bits word)
Dengan adanya sensor temperatur dalam bentuk
dan sebagian besar instruksi dieksekusi dalam 1
Integrated Circuit, maka permasalahan tersebut bisa
(satu) siklus clock, berbeda dengan instruksi MCS
diatasi.
51 yang membutuhkan 12 siklus clock. Tentu saja
Awalnya, sensor dengan IC monolitik seperti
itu terjadi karena kedua jenis mikrokontroler tersebut
LM3911, LM 134 dan LM 135 akan mengatasi
memiliki arsitektur yang berbeda. AVR berteknologi
kesulitan-kesulitan diatas tetapi keluaran dari sensor
RISC (Reduced Instruction Set Computing),
tersebut dalam bentuk relativ terhadap suhu Kelvin,
sedangkan seri MCS 51 berteknologi CISC
sehingga pada tahun 1983 diperkenalkan dua
(Complex Instruction Set Computing). Secara umum,
sensor temperatur dalam bentuk monolitik yaitu LM
AVR dapat dikelompokkan menjadi 4 kelas, yaitu
34 dan LM 35 yang masing-masing untuk sensor
keluarga ATtiny, keluarga AT90Sxx, keluarga
presisi dengan skala F (Fahrenheit) dan C (Celcius)
ATMega dan AT86RFxx. Pada dasarnya yang
LM 35 adalah IC untuk sensor temperatur yang
membedakan masing masing kelas adalah memori,
presisi dimana keluarannya adalah dalam skala
peripheral, dan fungsinya. Dari segi arsitektur dan
Celcius yang secara proporsional sebanding dengan
SEMINAR NASIONAL ELECTRICAL, INFORMATICS, AND ITS EDUCATIONS 2009 A2-10
instruksi yang digunakan, mereka bisa dikatakan gynogenesis, BBI, Punten, Batu, Malang
hampir sama. Oleh karena itu, dipergunakan salah
satu AVR produk Atmel, yaitu ATMega8535. Selain
mudah didapatkan dan lebih murah ATMega8535 alat-alat untuk heat pengaturan suhu kwantitas tetasan telur
shock konvensional tidak stabil rendah
juga memiliki fasilitas yang lengkap.

3. KERANGKA KONSEP PENELITIAN


merancang alat untuk proses heat shock dengan suhu yang stabil dilengkapi
3.1 Kerangka Berpikir dengan pewaktu
Seperti ditunjukkan pada gambar 2.1, salah satu
proses yang sangat penting dalam pelaksanaan
gynogenesis adalah perlakuan kejutan panas.
Belum tersedianya peralatan untuk proses tersebut disain mekanik disain kontroler disain pengujian
salah satunya adalah mengakibatkan produktivitas
benih yang rendah.
pustaka
Mengacu pada permasalahan yang ada
dimana proses pengejutan suhu masih dikerjakan Pengujian alat
- Suhu, waktu,
dengan peralatan konvensional sehingga suhu kejut bak pengejutan: fuzzy max-min gangguan
yang dihasilkan tidak stabil, maka perlu dirancang - cukup untuk 4 buah fuzzyfikasi segitiga
suatu alat yang bisa mempertahankan temperatur saring penetasan, ukuran defuzzyfikasi
50 x 60 x 20 cm singleton sesuai
pada suhu yang stabil selama proses pengejutan - Ketinggian air 6 10 cm
suhu berlangsung. - Pemanas 350 W x 5
Kerangka konsep untuk maksud tersebut adalah - Pewaktu 1 9 menit
- Pengadukan dengan Pengujian hasil
sebagai berikut. Hasil fertilisasi
sirkulasi
Dimulai dari pokok permasalahan yang ada di Balai Hasil tetasan
Benih Ikan, dimana
- Peralatan untuk heat shock masih Pengujian statistic
konvensional Membandingkan
- Pengaturan suhu tidak stabil Terima / tolak Ho Analisa hasil tetasan dengan
data metode
- Kwantitas tetasan telur rendah
konvensional
Maka diperlukan suatu perencanaan alat yang bisa
bekerja semiotomatis dalam pengaturan suhu kesimpulan dan saran
sehingga didapat suhu yang stabil.
Gambar 2.1 Kerangka konsep berpikir
Perancangan meliputi:
- Perancangan mekanik, meliputi Didalam penelitian ini akan dirancang suatu
perancangan boks untuk bak, letak pompa, kontroller fuzzy untuk mengatur suhu air untuk
pemanas, jalur pipa sirkulasi air dan letak proses gynogenesis sehingga didapatkan suatu
kontroler serta bentuk tampilan yang dikehendaki. suhu yang konstan dengan adanya perubahan
- Perancangan perangkat lunak yaitu untuk volume maupun disturbance yang lain. Berdasarkan
kontroler logika fuzzy dengan metode Max-Min. identifikasi masalah dimana suhu air akan turun jika
- Perancangan pengujian, meliputi pengujian dimasukkan benda lain yang lebih dingin,
kontrol suhu, waktu, gangguan serta pengujian sedangkan pada proses heat shock diperlukan suhu
fungsi alat dengan pengujian langsung yang konstan
dilapangan.
- Pengujian hasil tetasan telur diban-dingkan 3.2 Pemilihan Kontroler
dengan penggunaan alat konvensional dengan Pemilihan kontroler didasarkan pada sifat-sifat
uji t 2 sampel plant yang akan dikontrol. Jika respon yang
untuk menguji hipotesis yang diambil. Dari pengujian dikehendaki harus cepat maka perlu kontrol cerdas
dan pem-bandingan bisa diambil kesimpulan yang cepat dalam merespon perubahan. Untuk plant
Sedangkan alur kerja dari penelitian ini adalah pada proses shocking gynogenesis, tidak diperlukan
seperti pada gambar 3.2 berikut. respon yang cepat, gangguan yang terjadi juga
rendah, mengatur suhu pada air dengan volume
tetap, maka dengan memilih kontroler Logika Fuzzy
akan cukup untuk mengontrol plant. Fuzzy
merupakan salah satu kontrol cerdas (intelligent
control) dari tiga kontrol cerdas yaitu artificial
intelligent, fuzzy control dan neural network. Kontrol
fuzzy adalah yang paling praktis. Kelebihan dari
kontrol fuzzy adalah tidak diperlukannya model
matematika dari obyek yang dikontrol [3]
Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan,
logika fuzzy dapat menghasilkan performansi sistem
yang lebih baik dibandingkan kontroller
SEMINAR NASIONAL ELECTRICAL, INFORMATICS, AND ITS EDUCATIONS 2009 A2-11
konvensional. Markande D S dkk (2004) Dalam pengujian hasil dilakukan dengan
menyimpulkan bahwa kontroler logika fuzzy lebih membandingkan antara hasil tetasan telur (hatching
cepat dibanding kontroler PID. Anis H dkk (2000) rate) menggunakan cara-cara konvensional dan
juga menyimpulkan bahwa kendali fuzzy mampu dengan menggunakan alat hasil rancangan. Dalam
mengatasi gangguan dari luar dengan degradasi pelaksanaannya akan didapat 2 (dua) sampel, yakni
respon kendali yang tidak terlalu signifikan. sampel hasil tetasan menggunakan cara
Kontroller fuzzy merupakan pengembangan dari konvensional dan sampel tetasan dengan
kontroller dua posisi, dimana pada kontroller fuzzy menggunakan alat hasil rancangan. Metode untuk
dilengkapi dengan algoritma pembelajaran dan mengetahui alat mana yang lebih baik
hukum adaptasi sehingga dapat mengubah dan menggunakan uji t dua sampel dengan hipotesis
menyesuaikan
H0 : u1 = u2
H1 : u1 u2
Knowledge Base
t hit =
(X 1 X 2 ) (u 1 u 2 )
Data Base Rule Base 1 1
Sp +
Membership n 1 n 2
Control (3.2)
Function
S 12 ( n 1 1) +S 2 ( n 2 1)
2
Sp =
(3.3) n 1+ n 2 1
Fuzzifikasi Inference Defuzifikasi

Controlled
System Tolak H0 jika thit
: t n1/+2n 2 2 (3.4)

4. METODOLOGI PENELITIAN
Enviroment
4.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian adalah rancang bangun dengan
Gambar 3.3 Diagram blok sistem logika fuzzy mengimple- mentasikan sistem elektronika

parameter kendali secara otomatis sesuai dengan 4.2 Bahan dan Alat
kelakuan sistem yang dikehendaki Bahan dan alat untuk bak shocking
Bila kontroler konvensional ditentukan dengan 1. Bak pengejut dan mekanik 2. Heater listrik
persamaan-persamaan matematika, kontroler logika 3. Pompa sirkulasi 4. Sensor suhu
fuzzy ditentukan oleh algoritma berbasis LM 35
pengetahuan yang dituangkan dalam bentuk fungsi 4. Sensor suhu LM 35 5. Termometer
aturan dan keanggotaan fuzzy. Untuk pengaturan 6. Stopwatch 7. Multimeter
temperatur diagram blok ditunjukkan pada gambar digital
3.3 berikut. Pada penelitian ini, tempertaur (variabel 6. Mikrokontroler ATMega 8535 dan
tetap) ditentukan oleh pamanas dari tegangan kelengkapan ranngkaian.
output (variabel yang dikontrol). Transformasi fungsi 8. LCD graphic dan kelengkapannya.
keanggotaan masukan crisp (temperatur) kedalam 10. Electronic tool
fuzzy set merupakan proses fuzzyfikasi sedangkan 11. Komponen penunjang
proses defuzzyfikasi adalah mengembalikan fuzzy Bahan dan alat fertilisasi
set kedalam crisp output (tegangan). 1. Indukan ikan jantan dan betina Lampu UV
3. Tempat telur ikan Bak Penetasan
3.3 Hipotesis 4. Larutan penyubur Laktat ringer Saring
Dengan kesetabilan suhu kejut yang baik, Penetasan
diharapkan dapat memberikan prosentase tetasan 5. Larutan NaCL fisiologis
telur (hatching rate) yang lebih tinggi dibanding
dengan pengejutan dengan cara konvensional, 4.3 Metode Penelitian
Laju tetasan (hatching rate) dihitung dengan Penelitian ini merancang dan mengim-
(Rustidja, 1995:27) plementasikan kontroler logika fuzzy sebagai
a
kontroler pengaturan suhu air untuk proses heat
h = x100% (3.1) shock.
a + b + c
Adapun metode penelitian dapat diuraikan sebagai
dimana a: jumlah larva menetas normal berikut :
b: jumlah larva menetas cacat
c: jumlah larva tidak menetas 4.3.1 Perancangan Spesifikasi Alat
Alat pengatur suhu kejut untuk proses
Pengujian hasil gynogenesis ini dirancang dengan spesifikasi
sebagai berikut.
SEMINAR NASIONAL ELECTRICAL, INFORMATICS, AND ITS EDUCATIONS 2009 A2-12
- Luas permukaan air : 40 x 50 cm
- Level tinggi air : 4 8 cm
- Volume air : 8 s/d 16 liter
- Kapasitas telur : 4 x 200 butir
- Kontrol temperatur : 25 s/d 50C
- Resolusi suhu : 0,2 C M
- Pewaktu : 1 s/d 10 menit
4.4.2 Perancangan Blok Diagram
Rancangan perangkat keras terdiri dari Gambar 4.3 Driver pompa
mikrokontroler, tampilan, keypad, sensor suhu,
alarm, heater, pompa serta zero crossing detector. f. Driver Pemanas
Driver untuk pemanas harus mampu mensuply
Tampilan Suhu
arus untuk pemanas dan mengisolasi MK. Hal ini
Set Temp
bisa dilakukan dengan relay elektronik atau SSR
(Solid State Relay)
Mikro Tampilan waktu Solid state relay (SSR) adalah sebuah relay
Set Waktu kontroll dengan komponen solid state (TRIAC) sehingga
er
kerja dari relay ini terhindar dari komponen mekanik,
Alarm
tidak ada bounching, tidak ada spark, gerakan, aus,
Start/stop
tegangan eksitasi sehingga secara umum
Driver penggunaan solid state relay memberikan tingkat
Pompa keamanan yang tinggi serta umur yang lebih
zero cross panjang. Relay ini juga praktis karena dapat
Driver langsung diaktifkan dengan tegangan dan arus yang
Pemanas rendah sehingga bisa langsung dihubungkan
dengan port.
Sensor
Secara umum SSR tersusun dari sebuah
Suhu Pemanas optotriac yang terdiri dari LED dan Phototriac
fuzzy dimana jika LED aktif (menyala) akan mengaktifkan
Water Bath phototriac sehingga TRIAC (didalam MOC 3020) ON.
Jika TRIAC didalam MOC ON maka akan
memberikan arus gate pada TRIAC eksternal dan
Gambar 4.1 Blok rancangan alat untuk heat shock TRAC eksternal akan ON. Gambar 2.15
memperlihatkan SSR sederhana.
4.4.2 Perangkat Keras
a. Rotary switch
Berupa tombol putar DPMT untuk memberikan
perintah, memasukkan data suhu, waktu serta
eksekusi program. Terdiri dari satu induk enam pole
yang dimanfaatkan 4 pole untuk memberikan pilihan
suhu 38, 39, 40 dan 41C serta tombol yang lain
untuk memberikan pilihan waktu 0,5 1 1,5 dan 2
menit.
b. Zero Crossing Detector
Agar PWM bisa bekerja dengan tepat sesuai Gambar 4.4 Solid State Relay
dengan sudut penyalaan TRIAC pada SSR (Solid
State Relay) maka diperlukan deteksi persilangan g. Sensor
nol dari jala-jala listrik. Pengaturan sudut penyalaan Sensor suhu yang digunakan adalah LM35
(trigger) diperlukan untuk mengatur daya dari heater. dimana sensor ini akan langsung mengkonversi
c. Tampilan (display) besaran suhu yang diterima langsung kedalam
LCD graphic GM24644 merupakan modul bentuk output tegangan dc dengan nilai konversi 10
terintegrasi untuk menampilkan karakter dengan mV/C. Tidak diperlukan penambahan komponen
format dot matrix 5 x7 untuk menampilkan suhu dan eksternal
waktu pengejutan.
d. Alarm
Menggunakan dc buzzer 5 volt dimana secara
internal sudah dikondisikan jika diberikan tegangan
5 volt akan memberikan suara beep.
e. Driver pompa
Pompa sirkulasi dari jenis pompa akuarium
dengan daya 25 watt. Karena pompa dikendalikan Gambar 4.5 rangkaian LM35
secara ON/OFF maka driver direncanakan dengan
relay mekanik.
SEMINAR NASIONAL ELECTRICAL, INFORMATICS, AND ITS EDUCATIONS 2009 A2-13
h. Pengkondisian sinyal d. Toleransi 2,5 % set point ( 1C)
Penggunaan mikrokontroler jenis ATMega 8535 e. Volume air kecil ( 15 Ltr maks)
memberikan kemudahan dalam perencanaan f. Volume tetap
hardware karena tidak diperlukan ADC eksternal, g. Pelaksanaan proses 1,5 menit
sehingga keluaran dari LM35 bisa langsung Dengan pertimbangan sifat plant tersebut maka
dimasukkan kedalam port MK dan pengkondisian dipilih kontroler logika fuzzy.
dilakukan secara software. Pengkondisian secara
eksternal dilakukan pada pemilihan tegangan 4.4.3 Perangkat Lunak
referensi ADC. Pembuatan perangkat lunak diawali dengan
membentuk membership function dari crisp input
Spesifikas fisik dan output. Pada penelitian ini terdapat dua crisp
a. Dimensi bak pengejut : 60 x40 x 20 (cm) input dan satu crisp output. Crisp input yaitu Errod
b. Tinggi permukaan air : 4 8 cm dan dError sedangkan crisp output adalah pemanas
c. Volume air maksimum 16 liter (heater).
d. Heater : 2 x 350 Watt / 220 Volt FLC menggunakan batasan-batasan yang
e. Bahan : Fiber glas, plastik atau mika sederhana yaitu dengan menggunakan batasan
f. Rangka : besi 2 x 2 cm negatif, nol dan positip. Pada penelitian ini
g. Pompa sirkulasi : Halico 8 Watt digunakan segitiga dan trapesium untuk MF input
dan singleton untuk MF output.
i. Disain Mekanik

10
50 110

pompa
sirkul
40
heater Gambar 4.7 Fungsi keanggotaan error

a) Pandangan atas

7
Gambar 4.8 Fungsi keanggotaan d-Error
Kontrol Elektronik
40

b) Pandangan depan

Gambar 4.9 Fungsi keanggotaan pemanas

Tabel 4.1 Kaidah atur


BAK PENGEJUT
Error
NB NK NOL PK PB
D_er
ror
Agak_ Hanga Agak_
NB Dingin Dingin
hgt t pns
Gambar 4.6 Rancangan mekanik Agak_ Agak_
NK Dingin Hngat Panas
hgt pns
Pemilihan kontroler Agak_ Agak_
NOL Dingin Hngat Panas
Pemilihan kontroler didasarkan pada sifat-sifat plant. hgt pns
Plant pada penelitian ini antara lain Agak_ Agak_
PK Dingin Hngat Panas
a. Pengaturan air suhu rendah (typical : 40C) hgt pns
b. Tidak diperlukan respon yang cepat untuk Agak_ Agak_ Agak_
PB Hngat Panas
mencapai set point. hgt hgt pns
c. Fluktuasi gangguan rendah.
SEMINAR NASIONAL ELECTRICAL, INFORMATICS, AND ITS EDUCATIONS 2009 A2-14
Defuzzyfikasi rata-rata kenaikan tegangan output dari LM35
Defuzzifikasi yaitu proses untuk mengubah adalah :
fuzzy output menjadi crisp output. Hasil vo = (Vmax Vmin)/(Tmak Tmin)
defuzzifikasi inilah yang menentukan besarnya daya = (502 245)/(50 24,1)
heater yang dipakai. Metode defuzzifikasi yang = 9,94 mV/C
digunakan pada makalah ini adalah COG. Untuk ada perbedaan 0,6 % dari data sheet.
fungsi keanggotaan keluaraan fuzzy singleton,
persamaan defuzzifikasi COG dinyatakan sebagai 5.2 Pengujian heater
berikut : Pemanas (heater) terdiri dari 2 buah pemanas

(z).z
celup yang akan diuji secara open loop untuk

z=
* i ci i mengetahui suhu maupun waktu pada pemicuan
tertentu. Pengujian ini juga untuk mengetahui waktu
(z) i ci (4.1)
minimal yang dibutuhkan heater untuk mencapai
nilai set point tertentu (40C). Volume air pada batas
dimana z
*
= crisp output level yang ditentukan kurang lebih 10 liter.
ci(z) = fuzzy output Dari pengukuran
zi = posisi singleton pada Tegangan V = 212 V
sumbu z Arus I = 3,4 A
sehingga daya pada heater;
5. PENGUJIAN DAN ANALISIS P = V.I
= 212 x 3,4
5.1 Pengujian sensor suhu = 720 Watt
Sensor suhu berupa chip IC LM35 diuji untuk kenaikan suhu open loop
70
melihat tegangan output hasil konversi internal.
Menurut data sheet, LM35 mempunyai respon 60
keluaran yang linier terhadap suhu dengan koefisien
50
10 mV/C. Sebagai pembanding adalah termometer
digital. Hasil pengukuran ditunjukkan pada tabel 5.1 40
suhu

Alat dan bahan yang diperlukan


30
1. Termometer digital dan analog.
2. Power suply 5 volt 20
3. Air panas dan dingin
10
4. Tempat air.
5. Voltmeter digital. 0
Langkah pengujian 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31

1. Termometer analog sebagai referensi. waktu (menit)

2. Campur air panas dan dingin sampai Gambar 5.2 Kenaikan suhu dengan 2 heater
mencapai suhu T1.
3. Masukkan LM35 yang sudah dirangkai Kenaikan suhu;
dengan suply. T = (60 24,6) / (31-2)
4. Ukur tegangan output LM35. = 1,22 C/menit

Keterangan: Untuk penurunan suhu dilakukan dengan cara


T1 : hasil pembacaan termometer air raksa. mematikan seluruh heater dan suhu air akan
T2 : hasil pembacaan termometer digital menurun dengan konveksi alami dari permukaan air
Vo : tegangan output LM35 diukur dengan voltmeter ke udara sekitar.
digital. grafik penurunan suhu
45
respon output lm35
40
600
35
500 30
output (mVolt)

400 15
25
10
300
5
200 0
1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40
100 waktu

0 Gambar 5.3 Penurunan suhu


0 10 20 30 40 50 60
suhu
Pengujian konversi ADC (internal)
Gambar 5.1 Respon LM 35 Konversi pada ADC berhubungan dengan
resolusi suhu yang direncanakan. Perencanaan
SEMINAR NASIONAL ELECTRICAL, INFORMATICS, AND ITS EDUCATIONS 2009 A2-15
resolusi suhu adalah 0,2C yang setara dengab 2 Hasil 39,7 39,8 39,7 39,8 39,8 C
mV output LM35. Agar perubahan input ADC 2 mV error 0,75 0,5 0,75 0,5 0,5 %
setara dengan perubahan 1 bit maka tegangan Rata rata error : 0,6 %
referensi harus dibuat sebesar: respon kontroler set point 39 C
45
Vref
res = 40

n 1 35
30
Vref
2mV =
25

suhu
sehingga
1024 1
20
15
Vref = 2,046 Volt (ADC 10 bit) 10
5
0
5.4 Pengujian pewaktu 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819202122232425262728
Pengujian dilakukan dengan mem-bandingkan waktu (menit)

dengan stopwatch digital yang ada pada fasilitas Gambar 5.5 Respon suhu pada set point 39C
handphone. Hasil tidak memberikan perbedaan dengan kontroler FLC
yang berarti.
Alat dan bahan respon kontroler set point 41 C
45
1. Modul control dan display
40
2. Stopwatch
35
30
5.5 Pengujian lengkap
25

suhu
Pengujian lengkap dilakukan di Balai Benih Ikan
5
Punten, Batu, Malang dengan cara melaksanakan
0
proses gynogenesis secara lengkap mulai dari 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819202122232425262728
penyiapan induk, pengambilan telur dan sperma, waktu (menit)

perlakuan pra shocking, penyinaran, shocking,


Gambar 5.6 Respon suhu pada set point 41C
sampai pada penetasan. Sebagai pembanding
dengan kontroler FLC
dilakukan juga pengambilan data tetasan telur untuk
Uji Gangguan (disturbance)
proses gynogenesis dengan penyiapan heat shock
Uji dilakukan untuk melihat respon kontroller jika
secara konvensional.
diberikan gangguan. Disturbance dilakukan dengan
menuangkan air dingin pada saat suhu water bath
5.5.1 Pengujian kontroler
sudah mencapai nilai set point. Tabel 5.6 berikut
Menguji kerja kontroler jika diberikan set point
menunjukkan uji pada set point 40C. Detik ke-0
suhu tertentu.
dihitung saat air dituangkan kedalam bak.
Tabel 5.5 Pengamatan suhu pada set point
Tabel 5.6 Uji gangguan
40C
waktu suhu SET SUHU : 40C gangguan t
suhu suhu
1 24.6 (detik) gangguan
11 38 21 39.8
2 26.3 12 38.4 22 39.8 0 39.8 11 39.6
3 28.2 13 38.7 23 39.7 1 39.7 12 39.7
4 30.9 14 39 24 39.7
5 32 2 39.3 13 39.8
15 39.2 25 39.8
6 33.8 16 39.4 26 39.7 3 39 14 39.8
7 35 17 39.6 27 39.8 4 38.2 15 39.7
8 36.6 18 39.7 28 39.8 5 37 16 39.8
9 37 19 39.7
10 37.5
6 37.2 17 39.9
20 39.7
7 37.8 18 39.8
8 38.3 19 39.7
45
respon suhu kontroler 9 38.8 20 39.7
40
10 39.5
35
30 respon gangguan
25 40
suhu

20 39.5
15
39
10
suhu

38.5
5
0 38
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819202122232425262728
waktu 37.5

Gambar 5.4 Respon suhu pada set point 40C 37


0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 42
dengan kontroler FLC waktu (detik)

Gambar 5.7 Respon terhadap gangguan


SEMINAR NASIONAL ELECTRICAL, INFORMATICS, AND ITS EDUCATIONS 2009 A2-16
Gangguan dilakukan dengan menuangkan air dingin 47 423 136 22 287
(24C) sebanyak 1 liter. Suhu turun menjadi 48 324 103 17 221
kurang lebih 37,5C pada t = 8 detik. Suhu 49 356 80 18 276
mencapai nilai set point pada t = 34 detik. Waktu
recovery = 34 8 = 26 detik. Keterangan :
Jml tlr : jumlah telur saat shocking
5.5.1 Hasil uji konvensional. mnts : jumlah telur yang menetas 2 hari setelah
Hasil uji dilakukan dengan menghitung jumlah shocking.
telur yang menetas 2 hari pasca shocking. Telur % : presentasi telur yang menetas.
yang menetas ditandai dengan berubahnya telur 500
hasil shocking konvensional

menjadi larva hidup. Pada tahap ini belum 450

menghitung jumlah larva yang cacat karena 400

hatching rate hanya melihat jumlah larva hidup. 350

jumlah telur
300
Hasil proses gyno konvensional ditunjukkan pada 250
tabel 5.7 200
150
Tabel 5.7 Pengujian shocking konvensional 100
50
perc jml terbuahi mene mati
0
ke telur tas 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
percobaan ke
11 12 13 14 15

1 196 118 21 78 jmlh fertil tetas mati


2 329 45 8 284
3 366 70 9 296 Gambar 5.8 Hasil shocking dengan pengaturan
4 365 152 12 213 suhu konvensional.
5 389 108 11 281
6 423 136 22 287 Jumlah pengamatan : 49
7 324 103 17 221 Jumlah telur total : 17487
8 356 80 18 276 Terbuahi (fertile) : 6385
9 458 107 9 351 Menetas : 887
10 405 130 6 275 Mati : 11102
11 370 114 21 256 Prosentase fertilisasi : 36,5 %
12 310 140 13 170 Prosentase tetasan
13 490 149 10 341 terhadap fertile : 13,9 %
14 329 68 10 261 Mati : 63,4 %
15 284 98 7 186
5.5.2 Hasil uji alat
16 297 166 23 131
Dilakukan proses yang sama dengan
17 152 66 7 86
18 225 129 19 96
konvensional tetapi untuk heat shock igunakan alat
19 520 284 33 236 hasil rancangan. Hasilnya adalah seperti pada table
20 322 190 21 132 5.8
21 331 248 43 83
22 289 170 26 119 Tabel 5.8 Pengujian shocking dengan alat
23 546 218 32 328 pengatur suhu otomatis.
24 412 150 9 262 perc Jmlh fertil mene mati
25 425 83 11 342 ke telur tas
26 323 112 9 211
1 381 119 16 262
27 321 94 12 227
2 341 91 21 250
28 311 62 12 249
3 289 175 30 114
29 344 146 26 198
4 330 200 31 130
30 516 130 22 386
5 200 114 20 86
31 382 94 30 288
6 310 49 11 261
32 457 225 35 232
7 406 151 41 255
33 420 160 16 260
8 311 156 21 155
34 426 210 38 216
9 211 125 26 86
35 383 215 21 168
10 275 176 35 99
36 287 170 28 117
11 278 101 11 177
37 383 94 29 289
12 357 168 20 189
38 225 129 19 96
13 352 85 21 267
39 324 100 17 224
14 500 302 45 198
40 422 83 11 340
15 481 154 22 327
41 330 68 11 261
16 142 66 11 76
42 321 110 11 211
17 411 150 31 261
43 316 94 12 222
18 320 130 20 190
44 346 218 32 128
19 447 127 28 320
45 310 140 13 170
20 361 125 34 236
46 324 90 8 234
21 375 114 38 261
SEMINAR NASIONAL ELECTRICAL, INFORMATICS, AND ITS EDUCATIONS 2009 A2-17
22 400 161 25 239 prosentase fertilisasi
70
23 201 98 11 103 60
24 195 78 11 117 50

%fertil
40
25 320 98 21 222
30
26 339 156 36 183 20
27 506 145 56 361 10
0
28 331 248 53 83 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
29 329 78 15 251 pengamatan ke
konvensional kontrol fuzzy
30 324 151 46 173
31 526 225 45 301
Gambar 5.10 Prosentase fertilisasi
32 321 124 27 197
33 437 246 43 191 prosentase tetasan
50.0
34 341 228 42 113 45.0
40.0
35 310 104 23 206 35.0
36 324 108 25 216

% menetas
30.0
25.0
37 278 180 35 98 20.0

38 420 171 26 249 15.0


10.0
39 380 200 25 180 5.0
0.0
40 416 256 45 160 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
percobaan ke
41 380 107 27 273
konvensional kontrol fuzzy
42 346 98 23 248
43 321 120 21 201 Gambar 5.11 Prosentase tetasan
44 304 92 9 212
45 224 130 25 94 5.5.3 Uji statistik
46 322 121 16 201 Dalam pengujian hasil dilakukan dengan
47 420 156 28 264 membandingkan antara hasil tetasan telur (hatching
48 312 150 23 162 rate) menggunakan cara-cara konvensional dan
49 400 93 21 307 dengan menggunakan alat hasil rancangan. Dalam
pelaksanaannya akan didapat 2 (dua) sampel, yakni
500
hasil shocking alat otomatis
sampel hasil tetasan menggunakan cara
konvensional dan sampel tetasan dengan
400
menggunakan alat hasil rancangan.
jmlh telur

300
Analisa
200 Karena jumlah telur yang diamati berbeda antara
100
alat 1 dan alat 2, maka data yang dianalisa adalah
data rasio (proporsi) antara jumlah telur yang
0 menetas dengan jumlah telur yang diamati, sebagai
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
percobaan ke contoh, misal pada data ke 1 alat 1:
jmlh fertil tetas mati

Gambar 5.9 Hasil shocking dengan pengaturan Jumlah telur diamati : 196
suhu otomatis KLF. Jumlah menetas : 21
maka proporsi telur
Jumlah pengamatan : 49 yang menetas : 21/196 = 0,107
Jumlah telur total : 16805
Terbuahi (fertile) : 7000 untuk mengetahui apakah alat 2 lebih baik (lebih
Menetas : 1336 buruk) dari alat 1 digunakan uji t untuk dua sampel
Mati : 9805 independen dengan hipotesis sbb
H0 : rata-rata proporsi yang menetas pada
Prosentase fertilisasi : 41,6 % alat 2 tidak lebih banyak dari alat 1
Prosentase tetasan H1 : rata-rata proporsi yang menetas pada
terhadap fertile : 19,1 % alat 2 lebih banyak dari alat 1
Mati : 58,3 %
Tabel 5.9 Perbandingan hasil Hasil analisis dengan minitab 15 ;
konvensional Otomatis Two-Sample T-Test and CI: Data; Alat
Prosentase
% % Two-sample T for Data
Fertilisasi 36,5 41,6
Menetas 13,9 19,1 Alat N Mean StDev SE Mean
Mati 63,4 58,3 1 49 0,0529 0,0265 0,0038
2 49 0,0804 0,0287 0,0041
Difference = mu (1) mu (2)
Estimate for difference: - 0,027551
95% upper bound for difference: - 0,018286
T-Test of difference = 0 (vs <): T-Value = -4,94
SEMINAR NASIONAL ELECTRICAL, INFORMATICS, AND ITS EDUCATIONS 2009 A2-18
P-Value = 0,000 DF = 96 berbagai keperluan yang membutuhkan water
Both use Pooled StDev = 0,0276 bath.
2. Bisa dikembangkan dengan membuat aksi balik
Karena P-Value < taraf nyata (tingkat kesalahan) dari kontroler yaitu dengan menam-bahkan
5 % maka kesimpulanya adalah tolak H0 artinya kontrol pendinginan sehingga jika terjadi
rata-rata proporsi telur yang menetas pada alat 2 overshoot akan lebih cepat dikembalikan ke set
lebih banyak disbanding dengan alat 1. Hal ini point.
berarti alat 2 lebih baik disbanding alat 1. 3. Akan lebih baik jika dilengkapi dengan kontrol
radiasi ultraviolet, karena irradiasi ini juga
0.12
perbandingan alat 1 dan 2
berperan penting dalam proses gynogenesis.
0.1
4. Untuk penghitungan jumlah telur, tetasan dan
fertilisasi sebaiknya dilakukan dengan teknologi
proposri tetasan

0.08

0.06 image processing agar proses penghitungan bisa


0.04
lebih cepat.
0.02

0
1
alat
2
UCAPAN TERIMA KASIH
Ibu Dewi Kepala BBI Batu, Bpk Budi staf BBI Batu
Gambar 5.12 Perbandingan mean alat 1 dan 2
yang telah memfasilitasi dan membantu penelitian
Pembahasan
ini.
Pengaturan suhu pada water bath dengan
kontroler logika fuzzy memberikan hasil kesetabilan
DAFTAR PUSTAKA
suhu yang cukup baik dengan tidak terjadi overshoot,
[1] Adi Sucipto, Broodstock Management Ikan Mas
prosentase error yang cukup rendah (0,6%) serta
dan Nila, Departemen Kelautan dan
cukup cepat merespon gangguan meskipun cukup
Perikanan Dirjen Perikanan budidaya, Balai
lambat untuk mencapai set point. Dibutuhkan waktu
Budidaya Air Tawar Sukabumi, 2005
18 sampai 19 menit untuk mencapai set point
[2] Anies Hanawati, Thiang, Resmana, Prototipe
dibanding dengan 11 menit bila dilakukan pada
sistem kendali temperatur berbasis fuzzy
open loop. Kesetabilan suhu cukup baik. Rasio hasil
logic pada sebuah inkubator, 2000
gynogenesis jika dilihat dari jumlah telur yang
[3] Bambang Siswoyo, Implementasi Algoritma
terfertilisasi, tetasan menunjukkan kenaikan sekitar
Fuzzy dalam FPGA sebagai Kontroler
5% sementara untuk jumlah yang mati mengalami
Sistem Pengaturan Temperatur pada
penurunan meskipun prosen-tasenya cukup kecil
Proses Pencampuran Cairan, 2007
(5 %). Dari uji statistik memperlihatkan bahwa
[4] CongdaLu, Zhiping Liao, Hong Jia and Guozhong
shocking dengan kontrol suhu logika fuzzy
Chai, Design of Fuzzy Control of Fast Drying
memberikan hasil yang lebih baik dengan
Equipment for Chinese Herbs, International
prosentase tetasan yang lebih tinggi dan prosentase
Journal of Information Technology, Vol V No
kematian telur yang lebih rendah.
12, University of Technology, Hangzhou,
China, 2006
6. KESIMPULAN DAN SARAN
[5] Curtis D Johnson, Process Control
6.1 Kesimpulan
Instrumentation Technology,
1. Secara kuantitatif , water bath dengan kontroler
[6] Herwandi, Aplikasi Algoritma Logika Fuzzy pada
logika fuzzy memberikan hasil fertilisasi dan
Kontroler sistem Pengaturan Temperatur
tetasan yang lebih baik untuk proses heat shock
Proses Etsa Printed Circuit Board, 2007
gynogenesis.
[7] Eko Kurniawan, Pengaruh lama radiasi UV
2. Pengaturan suhu air dengan FLC untuk proses
terhadap tingkat penetasan (hatching rate)
heat shock cukup stabil. Hal ini bisa dilihat pada
dan tingkat kelulushidupan (survival rate)
Gambar 5.4-5.6 dimana tidak terjadi overshoot
pada proses androgenesis ikan mas, Skripsi,
serta prosentase error yang kecil (0,6%) disekitar
Fak. Perikanan Universitas Brawijaya 2000.
set point.
[8] Eric Christopher Herbst, Induction of Tetraploidy
3. Prosentase tetasan meningkat sebesar 5.1%
in Zebrafish Danio Rerio and Nile Tilapia
dibanding dengan cara konvensional sementara
Oreochroms Niloticus, 1992,
untuk jumlah telur yang mati mengalami
[9] Iryanto Hasanudin, Ir, Optimalisasi Waktu
penurunan 5%
Pengejutan Panas pada Tetraploid Ikan Mas
4. Dengan logika fuzzy respon output agak lambat
(Cyprinus Carpio, L), Ras Punten terhadap
tetapi tidak terjadi overshhot.
tingkat Penetasan Telur, Batu 1998
5. Pewaktuan lebih akurat dan dengan adanya
[10]Jun yan dkk,. Using Fuzzy Logic. prentice Hall
alarm akan menghindarkan proses dari over
International, British. 1994
shocking.
[11]Karayucel Ismihan, Karayucel Sedat,
Optimisation of UV Treatment Duration to
6.2 Saran
Induce Haploid in Nile tilapia, University of
1. Akan lebih baik jika pengaturan suhu dan waktu
Ondokuz Mayis, Faculty of Fisheries, Turkey,
dibuat variabel, sehingga variasi suhu menjadi
2003
lebih banyak dan bisa dimanfaatkan untuk
SEMINAR NASIONAL ELECTRICAL, INFORMATICS, AND ITS EDUCATIONS 2009 A2-19
[12] Kucharczyk D, , Meiotic gynogenesis in ide
(leuciscus idus L) induced by high
temperature schok, 2004
[13] Loopstra Diane P, Hansen A Patricia, Triploidy
Induction in Arctic Char Salvenilus alpinus
using Heat Shocking and Pressure Shocking
Technique, fishery data report no 06-19,
2006,
[14] Markande D S, Joshi P M, Katti S K,
Microcontroller based Temperature
Controller-implementation of Fuzzy Logic,
Dept of Electronic Rajarshi shan College of
engeenering, 2004
[15] Minal P BHISE, Tariq A KHAN, Androgenesis:
The best tool for Manipulation of Fish
Genomes 2000,
[16] Mohamed H.A, Hew W.p, A Fuzzy Logic Vektor
Control of Induction Motor, IEEE Control
System, 2000.
[17] Na Nakom, Comparison of cold and heat
shocks to induce diploid gynogenesis in Thai
walking catfish (clarias macrocephalus) and
performances gynogen, 2002,
[18] Pongthana N, , Aquaculture Genetics Research
in Thailand, 2001
[19] Rojas I, Pomares H, Gonzalez J, Herrera L J,
Guillen A, Rojas F, Valenzuela O; Adaptive
fuzzy controller: Aplication to the control of
the temperature of a dynamic room in real
time, 2006
[20] Ronald E Walpole & Raymond H Myers
(terjemah) Ilmu Peluang & Statistika untuk
Insinyur & Ilmuwan, edisi ke-4, ITB,
Bandung, 1995
[21] Ross Timothy J, Fuzzy Logic with Engineering
Applications, McGraw Hill Inc, 1995
[22] Rustidja, Gynogenesis Meiosis, Fakultas
Perikanan Unibraw, 1995
[23] Rustidja, Breeding dan Reproduksi Hewan Air,
Fak Perikanan Unibraw, 2002
[24] ......National datasheet
[25].......www.dkp.go.id
[26].......www.wordpress.com/tag/produksi-ikan-mas-
indonesia

Anda mungkin juga menyukai