02 - Waterbath Dengan Kontrol Logika Fuzzy Untuk Proses Gnogenesis PDF
02 - Waterbath Dengan Kontrol Logika Fuzzy Untuk Proses Gnogenesis PDF
Abstrak. Salah satu urutan proses pada gynogenesis adalah pengejutan panas (heat shocking)
pada telur-telur ikan yang telah difertilisasi didalam air dengan suhu tertentu. Proses kejutan panas
ini memerlukan kesetabilan suhu yang tinggi agar proses pengejutan bisa berjalan dengan baik.
Peralatan yang dibutuhkan adalah sebuah water bath dimana suhu air pada media tersebut
dikontrol dan dijaga konstan pada suhu tertentu sesuai dengan kebutuhan gynogenesis. Dari
beberapa penelitian, Kontroler Logika Fuzzy merupakan salah satu jenis kontroler dengan
stabilitas output yang baik dengan tingkat error dan overshoot yang kecil sehingga cocok untuk
pengaturan suhu pada water bath. Penggunaan kontroler logika fuzzy pada water memberikan
prosentase error 0,6 % terhadap set point dibanding dengan 5 % pada kontroler On/Off serta
tetasan telur ikan yang lebih tinggi dibanding dengan water bath konvensional. Hasil yang
diperoleh menunjukkan peningkatan fertilisasi 5,5 %, tetasan 5,1% serta telur mati menurun 5%
terhadap shocking dengan water bath dengan kontroler konvensional.
Kata kunci : gynogenesis, heat shock, control suhu, fuzzy
A2-6
SEMINAR NASIONAL ELECTRICAL, INFORMATICS, AND ITS EDUCATIONS 2009 A2-7
Dari latar belakanga tersebut maka hasil yang lebih baik dan dalam jumlah yang lebih
permasalahanya adalah bagaimana meran-cang banyak dibanding dengan metode manual.
suatu alat untuk proses pengejutan suhu dengan Manfaat dibidang sosial, dengan ketersediaan
suhu yang stabil serta pewaktuan yang tepat. benih ikan yang lebih banyak maka kebutuhan akan
benih bisa lebih terjamin.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang pada sub-bab 1.1 dapat II. TINJAUAN PUSTAKA
dirumuskan permasalahan yang ada pada proses Pembudidayaan ikan dilakukan dengan berbagai
gynogenesis yang berhubungan dengan suhu kejut cara dimana salah satunya adalah pembenihan.
dan waktu pengejutan dengan menerapkan kontrol Pada proses ini diperlukan teknik-teknik tertentu
logika fuzzy, yakni : untuk mendapatkan bibit yang unggul.
Mengimplementasikan kontroler logika fuzzy Perekayasaan reproduksi pada ikan perlu dilakukan
metode max-min untuk menjaga temperature air sebagai terobosan teknologi untuk usaha perbaikan
pada bak pengejut agar tetap konstan pada rentang dan peningkatan kualitas genetik ikan.
suhu 25C sampai 45C selama 1 sampai 10 menit Sebagai salah satu terobosan teknologi ialah
untuk melakukan kejutan panas (heat shock) pada dengan manipulasi sek yang bisa dilakukan dengan
proses gynogenesis ikan mas serta menguji kinerja manipulasi kromosom dan pembalikan jenis kelamin.
alat dengan mengamati laju tetasan telur. 2.1 Gynogenesis
Pada budidaya ikan, gynogenesis merupakan
1.3 Batasan Masalah program sex manipulation untuk mengasilkan benih
Dari rumusan masalah yang dibahas dalam ikan dengan genetik betina saja. [1,7,20]
penelitian ini dibuat suatu batasan-batasan sebagai Salah satu urutan proses gyno adalah perlakuan
berikut: kejutan (shocking). Pengejutan dilakukan dengan
o Pengendali logika fuzzy digunakan untuk tujuan untuk menahan meloncatnya polar body II
mempertahankan suhu cairan pengejut agar [19]. Proses pengejutan ini bisa dilakukan dengan
tetap konstan pada rentang suhu antara 25C kejutan suhu dingin (cold shock), suhu panas (heat
sampai 45C walaupun terjadi perubahan suhu shock) atau kejutan dengan tekanan (pressure
pada saat proses gynogenesis sedang shock) yang masing-masing memiliki kelebihan dan
berlangsung. kekurangan. Khusus pada heat shock, proses lebih
o Waktu yang diperlukan untuk proses heat shock mudah karena secara praktis lebih mudah menjaga
gynogenesis adalah 1 menit sampai dengan 10 suhu dalam kondisi panas. Proses gynogenesis
menit untuk pengejutan,. yang lain adalah dengan perlakuan kejutan tekanan
o Volume air yang dipanaskan min 8 ltr dan mak 15 (pressure shock).[9,]
liter dengan ukuran bak 40 x 50 cm
o Metode kontroler fuzzy mengunakan Max-Min
untuk fuzzyfikasi dan COG untuk defuzyfikasi.
Controlled
System Tolak H0 jika thit
: t n1/+2n 2 2 (3.4)
4. METODOLOGI PENELITIAN
Enviroment
4.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian adalah rancang bangun dengan
Gambar 3.3 Diagram blok sistem logika fuzzy mengimple- mentasikan sistem elektronika
parameter kendali secara otomatis sesuai dengan 4.2 Bahan dan Alat
kelakuan sistem yang dikehendaki Bahan dan alat untuk bak shocking
Bila kontroler konvensional ditentukan dengan 1. Bak pengejut dan mekanik 2. Heater listrik
persamaan-persamaan matematika, kontroler logika 3. Pompa sirkulasi 4. Sensor suhu
fuzzy ditentukan oleh algoritma berbasis LM 35
pengetahuan yang dituangkan dalam bentuk fungsi 4. Sensor suhu LM 35 5. Termometer
aturan dan keanggotaan fuzzy. Untuk pengaturan 6. Stopwatch 7. Multimeter
temperatur diagram blok ditunjukkan pada gambar digital
3.3 berikut. Pada penelitian ini, tempertaur (variabel 6. Mikrokontroler ATMega 8535 dan
tetap) ditentukan oleh pamanas dari tegangan kelengkapan ranngkaian.
output (variabel yang dikontrol). Transformasi fungsi 8. LCD graphic dan kelengkapannya.
keanggotaan masukan crisp (temperatur) kedalam 10. Electronic tool
fuzzy set merupakan proses fuzzyfikasi sedangkan 11. Komponen penunjang
proses defuzzyfikasi adalah mengembalikan fuzzy Bahan dan alat fertilisasi
set kedalam crisp output (tegangan). 1. Indukan ikan jantan dan betina Lampu UV
3. Tempat telur ikan Bak Penetasan
3.3 Hipotesis 4. Larutan penyubur Laktat ringer Saring
Dengan kesetabilan suhu kejut yang baik, Penetasan
diharapkan dapat memberikan prosentase tetasan 5. Larutan NaCL fisiologis
telur (hatching rate) yang lebih tinggi dibanding
dengan pengejutan dengan cara konvensional, 4.3 Metode Penelitian
Laju tetasan (hatching rate) dihitung dengan Penelitian ini merancang dan mengim-
(Rustidja, 1995:27) plementasikan kontroler logika fuzzy sebagai
a
kontroler pengaturan suhu air untuk proses heat
h = x100% (3.1) shock.
a + b + c
Adapun metode penelitian dapat diuraikan sebagai
dimana a: jumlah larva menetas normal berikut :
b: jumlah larva menetas cacat
c: jumlah larva tidak menetas 4.3.1 Perancangan Spesifikasi Alat
Alat pengatur suhu kejut untuk proses
Pengujian hasil gynogenesis ini dirancang dengan spesifikasi
sebagai berikut.
SEMINAR NASIONAL ELECTRICAL, INFORMATICS, AND ITS EDUCATIONS 2009 A2-12
- Luas permukaan air : 40 x 50 cm
- Level tinggi air : 4 8 cm
- Volume air : 8 s/d 16 liter
- Kapasitas telur : 4 x 200 butir
- Kontrol temperatur : 25 s/d 50C
- Resolusi suhu : 0,2 C M
- Pewaktu : 1 s/d 10 menit
4.4.2 Perancangan Blok Diagram
Rancangan perangkat keras terdiri dari Gambar 4.3 Driver pompa
mikrokontroler, tampilan, keypad, sensor suhu,
alarm, heater, pompa serta zero crossing detector. f. Driver Pemanas
Driver untuk pemanas harus mampu mensuply
Tampilan Suhu
arus untuk pemanas dan mengisolasi MK. Hal ini
Set Temp
bisa dilakukan dengan relay elektronik atau SSR
(Solid State Relay)
Mikro Tampilan waktu Solid state relay (SSR) adalah sebuah relay
Set Waktu kontroll dengan komponen solid state (TRIAC) sehingga
er
kerja dari relay ini terhindar dari komponen mekanik,
Alarm
tidak ada bounching, tidak ada spark, gerakan, aus,
Start/stop
tegangan eksitasi sehingga secara umum
Driver penggunaan solid state relay memberikan tingkat
Pompa keamanan yang tinggi serta umur yang lebih
zero cross panjang. Relay ini juga praktis karena dapat
Driver langsung diaktifkan dengan tegangan dan arus yang
Pemanas rendah sehingga bisa langsung dihubungkan
dengan port.
Sensor
Secara umum SSR tersusun dari sebuah
Suhu Pemanas optotriac yang terdiri dari LED dan Phototriac
fuzzy dimana jika LED aktif (menyala) akan mengaktifkan
Water Bath phototriac sehingga TRIAC (didalam MOC 3020) ON.
Jika TRIAC didalam MOC ON maka akan
memberikan arus gate pada TRIAC eksternal dan
Gambar 4.1 Blok rancangan alat untuk heat shock TRAC eksternal akan ON. Gambar 2.15
memperlihatkan SSR sederhana.
4.4.2 Perangkat Keras
a. Rotary switch
Berupa tombol putar DPMT untuk memberikan
perintah, memasukkan data suhu, waktu serta
eksekusi program. Terdiri dari satu induk enam pole
yang dimanfaatkan 4 pole untuk memberikan pilihan
suhu 38, 39, 40 dan 41C serta tombol yang lain
untuk memberikan pilihan waktu 0,5 1 1,5 dan 2
menit.
b. Zero Crossing Detector
Agar PWM bisa bekerja dengan tepat sesuai Gambar 4.4 Solid State Relay
dengan sudut penyalaan TRIAC pada SSR (Solid
State Relay) maka diperlukan deteksi persilangan g. Sensor
nol dari jala-jala listrik. Pengaturan sudut penyalaan Sensor suhu yang digunakan adalah LM35
(trigger) diperlukan untuk mengatur daya dari heater. dimana sensor ini akan langsung mengkonversi
c. Tampilan (display) besaran suhu yang diterima langsung kedalam
LCD graphic GM24644 merupakan modul bentuk output tegangan dc dengan nilai konversi 10
terintegrasi untuk menampilkan karakter dengan mV/C. Tidak diperlukan penambahan komponen
format dot matrix 5 x7 untuk menampilkan suhu dan eksternal
waktu pengejutan.
d. Alarm
Menggunakan dc buzzer 5 volt dimana secara
internal sudah dikondisikan jika diberikan tegangan
5 volt akan memberikan suara beep.
e. Driver pompa
Pompa sirkulasi dari jenis pompa akuarium
dengan daya 25 watt. Karena pompa dikendalikan Gambar 4.5 rangkaian LM35
secara ON/OFF maka driver direncanakan dengan
relay mekanik.
SEMINAR NASIONAL ELECTRICAL, INFORMATICS, AND ITS EDUCATIONS 2009 A2-13
h. Pengkondisian sinyal d. Toleransi 2,5 % set point ( 1C)
Penggunaan mikrokontroler jenis ATMega 8535 e. Volume air kecil ( 15 Ltr maks)
memberikan kemudahan dalam perencanaan f. Volume tetap
hardware karena tidak diperlukan ADC eksternal, g. Pelaksanaan proses 1,5 menit
sehingga keluaran dari LM35 bisa langsung Dengan pertimbangan sifat plant tersebut maka
dimasukkan kedalam port MK dan pengkondisian dipilih kontroler logika fuzzy.
dilakukan secara software. Pengkondisian secara
eksternal dilakukan pada pemilihan tegangan 4.4.3 Perangkat Lunak
referensi ADC. Pembuatan perangkat lunak diawali dengan
membentuk membership function dari crisp input
Spesifikas fisik dan output. Pada penelitian ini terdapat dua crisp
a. Dimensi bak pengejut : 60 x40 x 20 (cm) input dan satu crisp output. Crisp input yaitu Errod
b. Tinggi permukaan air : 4 8 cm dan dError sedangkan crisp output adalah pemanas
c. Volume air maksimum 16 liter (heater).
d. Heater : 2 x 350 Watt / 220 Volt FLC menggunakan batasan-batasan yang
e. Bahan : Fiber glas, plastik atau mika sederhana yaitu dengan menggunakan batasan
f. Rangka : besi 2 x 2 cm negatif, nol dan positip. Pada penelitian ini
g. Pompa sirkulasi : Halico 8 Watt digunakan segitiga dan trapesium untuk MF input
dan singleton untuk MF output.
i. Disain Mekanik
10
50 110
pompa
sirkul
40
heater Gambar 4.7 Fungsi keanggotaan error
a) Pandangan atas
7
Gambar 4.8 Fungsi keanggotaan d-Error
Kontrol Elektronik
40
b) Pandangan depan
(z).z
celup yang akan diuji secara open loop untuk
z=
* i ci i mengetahui suhu maupun waktu pada pemicuan
tertentu. Pengujian ini juga untuk mengetahui waktu
(z) i ci (4.1)
minimal yang dibutuhkan heater untuk mencapai
nilai set point tertentu (40C). Volume air pada batas
dimana z
*
= crisp output level yang ditentukan kurang lebih 10 liter.
ci(z) = fuzzy output Dari pengukuran
zi = posisi singleton pada Tegangan V = 212 V
sumbu z Arus I = 3,4 A
sehingga daya pada heater;
5. PENGUJIAN DAN ANALISIS P = V.I
= 212 x 3,4
5.1 Pengujian sensor suhu = 720 Watt
Sensor suhu berupa chip IC LM35 diuji untuk kenaikan suhu open loop
70
melihat tegangan output hasil konversi internal.
Menurut data sheet, LM35 mempunyai respon 60
keluaran yang linier terhadap suhu dengan koefisien
50
10 mV/C. Sebagai pembanding adalah termometer
digital. Hasil pengukuran ditunjukkan pada tabel 5.1 40
suhu
2. Campur air panas dan dingin sampai Gambar 5.2 Kenaikan suhu dengan 2 heater
mencapai suhu T1.
3. Masukkan LM35 yang sudah dirangkai Kenaikan suhu;
dengan suply. T = (60 24,6) / (31-2)
4. Ukur tegangan output LM35. = 1,22 C/menit
400 15
25
10
300
5
200 0
1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40
100 waktu
n 1 35
30
Vref
2mV =
25
suhu
sehingga
1024 1
20
15
Vref = 2,046 Volt (ADC 10 bit) 10
5
0
5.4 Pengujian pewaktu 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819202122232425262728
Pengujian dilakukan dengan mem-bandingkan waktu (menit)
dengan stopwatch digital yang ada pada fasilitas Gambar 5.5 Respon suhu pada set point 39C
handphone. Hasil tidak memberikan perbedaan dengan kontroler FLC
yang berarti.
Alat dan bahan respon kontroler set point 41 C
45
1. Modul control dan display
40
2. Stopwatch
35
30
5.5 Pengujian lengkap
25
suhu
Pengujian lengkap dilakukan di Balai Benih Ikan
5
Punten, Batu, Malang dengan cara melaksanakan
0
proses gynogenesis secara lengkap mulai dari 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819202122232425262728
penyiapan induk, pengambilan telur dan sperma, waktu (menit)
20 39.5
15
39
10
suhu
38.5
5
0 38
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819202122232425262728
waktu 37.5
jumlah telur
300
Hasil proses gyno konvensional ditunjukkan pada 250
tabel 5.7 200
150
Tabel 5.7 Pengujian shocking konvensional 100
50
perc jml terbuahi mene mati
0
ke telur tas 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
percobaan ke
11 12 13 14 15
%fertil
40
25 320 98 21 222
30
26 339 156 36 183 20
27 506 145 56 361 10
0
28 331 248 53 83 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
29 329 78 15 251 pengamatan ke
konvensional kontrol fuzzy
30 324 151 46 173
31 526 225 45 301
Gambar 5.10 Prosentase fertilisasi
32 321 124 27 197
33 437 246 43 191 prosentase tetasan
50.0
34 341 228 42 113 45.0
40.0
35 310 104 23 206 35.0
36 324 108 25 216
% menetas
30.0
25.0
37 278 180 35 98 20.0
300
Analisa
200 Karena jumlah telur yang diamati berbeda antara
100
alat 1 dan alat 2, maka data yang dianalisa adalah
data rasio (proporsi) antara jumlah telur yang
0 menetas dengan jumlah telur yang diamati, sebagai
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
percobaan ke contoh, misal pada data ke 1 alat 1:
jmlh fertil tetas mati
Gambar 5.9 Hasil shocking dengan pengaturan Jumlah telur diamati : 196
suhu otomatis KLF. Jumlah menetas : 21
maka proporsi telur
Jumlah pengamatan : 49 yang menetas : 21/196 = 0,107
Jumlah telur total : 16805
Terbuahi (fertile) : 7000 untuk mengetahui apakah alat 2 lebih baik (lebih
Menetas : 1336 buruk) dari alat 1 digunakan uji t untuk dua sampel
Mati : 9805 independen dengan hipotesis sbb
H0 : rata-rata proporsi yang menetas pada
Prosentase fertilisasi : 41,6 % alat 2 tidak lebih banyak dari alat 1
Prosentase tetasan H1 : rata-rata proporsi yang menetas pada
terhadap fertile : 19,1 % alat 2 lebih banyak dari alat 1
Mati : 58,3 %
Tabel 5.9 Perbandingan hasil Hasil analisis dengan minitab 15 ;
konvensional Otomatis Two-Sample T-Test and CI: Data; Alat
Prosentase
% % Two-sample T for Data
Fertilisasi 36,5 41,6
Menetas 13,9 19,1 Alat N Mean StDev SE Mean
Mati 63,4 58,3 1 49 0,0529 0,0265 0,0038
2 49 0,0804 0,0287 0,0041
Difference = mu (1) mu (2)
Estimate for difference: - 0,027551
95% upper bound for difference: - 0,018286
T-Test of difference = 0 (vs <): T-Value = -4,94
SEMINAR NASIONAL ELECTRICAL, INFORMATICS, AND ITS EDUCATIONS 2009 A2-18
P-Value = 0,000 DF = 96 berbagai keperluan yang membutuhkan water
Both use Pooled StDev = 0,0276 bath.
2. Bisa dikembangkan dengan membuat aksi balik
Karena P-Value < taraf nyata (tingkat kesalahan) dari kontroler yaitu dengan menam-bahkan
5 % maka kesimpulanya adalah tolak H0 artinya kontrol pendinginan sehingga jika terjadi
rata-rata proporsi telur yang menetas pada alat 2 overshoot akan lebih cepat dikembalikan ke set
lebih banyak disbanding dengan alat 1. Hal ini point.
berarti alat 2 lebih baik disbanding alat 1. 3. Akan lebih baik jika dilengkapi dengan kontrol
radiasi ultraviolet, karena irradiasi ini juga
0.12
perbandingan alat 1 dan 2
berperan penting dalam proses gynogenesis.
0.1
4. Untuk penghitungan jumlah telur, tetasan dan
fertilisasi sebaiknya dilakukan dengan teknologi
proposri tetasan
0.08
0
1
alat
2
UCAPAN TERIMA KASIH
Ibu Dewi Kepala BBI Batu, Bpk Budi staf BBI Batu
Gambar 5.12 Perbandingan mean alat 1 dan 2
yang telah memfasilitasi dan membantu penelitian
Pembahasan
ini.
Pengaturan suhu pada water bath dengan
kontroler logika fuzzy memberikan hasil kesetabilan
DAFTAR PUSTAKA
suhu yang cukup baik dengan tidak terjadi overshoot,
[1] Adi Sucipto, Broodstock Management Ikan Mas
prosentase error yang cukup rendah (0,6%) serta
dan Nila, Departemen Kelautan dan
cukup cepat merespon gangguan meskipun cukup
Perikanan Dirjen Perikanan budidaya, Balai
lambat untuk mencapai set point. Dibutuhkan waktu
Budidaya Air Tawar Sukabumi, 2005
18 sampai 19 menit untuk mencapai set point
[2] Anies Hanawati, Thiang, Resmana, Prototipe
dibanding dengan 11 menit bila dilakukan pada
sistem kendali temperatur berbasis fuzzy
open loop. Kesetabilan suhu cukup baik. Rasio hasil
logic pada sebuah inkubator, 2000
gynogenesis jika dilihat dari jumlah telur yang
[3] Bambang Siswoyo, Implementasi Algoritma
terfertilisasi, tetasan menunjukkan kenaikan sekitar
Fuzzy dalam FPGA sebagai Kontroler
5% sementara untuk jumlah yang mati mengalami
Sistem Pengaturan Temperatur pada
penurunan meskipun prosen-tasenya cukup kecil
Proses Pencampuran Cairan, 2007
(5 %). Dari uji statistik memperlihatkan bahwa
[4] CongdaLu, Zhiping Liao, Hong Jia and Guozhong
shocking dengan kontrol suhu logika fuzzy
Chai, Design of Fuzzy Control of Fast Drying
memberikan hasil yang lebih baik dengan
Equipment for Chinese Herbs, International
prosentase tetasan yang lebih tinggi dan prosentase
Journal of Information Technology, Vol V No
kematian telur yang lebih rendah.
12, University of Technology, Hangzhou,
China, 2006
6. KESIMPULAN DAN SARAN
[5] Curtis D Johnson, Process Control
6.1 Kesimpulan
Instrumentation Technology,
1. Secara kuantitatif , water bath dengan kontroler
[6] Herwandi, Aplikasi Algoritma Logika Fuzzy pada
logika fuzzy memberikan hasil fertilisasi dan
Kontroler sistem Pengaturan Temperatur
tetasan yang lebih baik untuk proses heat shock
Proses Etsa Printed Circuit Board, 2007
gynogenesis.
[7] Eko Kurniawan, Pengaruh lama radiasi UV
2. Pengaturan suhu air dengan FLC untuk proses
terhadap tingkat penetasan (hatching rate)
heat shock cukup stabil. Hal ini bisa dilihat pada
dan tingkat kelulushidupan (survival rate)
Gambar 5.4-5.6 dimana tidak terjadi overshoot
pada proses androgenesis ikan mas, Skripsi,
serta prosentase error yang kecil (0,6%) disekitar
Fak. Perikanan Universitas Brawijaya 2000.
set point.
[8] Eric Christopher Herbst, Induction of Tetraploidy
3. Prosentase tetasan meningkat sebesar 5.1%
in Zebrafish Danio Rerio and Nile Tilapia
dibanding dengan cara konvensional sementara
Oreochroms Niloticus, 1992,
untuk jumlah telur yang mati mengalami
[9] Iryanto Hasanudin, Ir, Optimalisasi Waktu
penurunan 5%
Pengejutan Panas pada Tetraploid Ikan Mas
4. Dengan logika fuzzy respon output agak lambat
(Cyprinus Carpio, L), Ras Punten terhadap
tetapi tidak terjadi overshhot.
tingkat Penetasan Telur, Batu 1998
5. Pewaktuan lebih akurat dan dengan adanya
[10]Jun yan dkk,. Using Fuzzy Logic. prentice Hall
alarm akan menghindarkan proses dari over
International, British. 1994
shocking.
[11]Karayucel Ismihan, Karayucel Sedat,
Optimisation of UV Treatment Duration to
6.2 Saran
Induce Haploid in Nile tilapia, University of
1. Akan lebih baik jika pengaturan suhu dan waktu
Ondokuz Mayis, Faculty of Fisheries, Turkey,
dibuat variabel, sehingga variasi suhu menjadi
2003
lebih banyak dan bisa dimanfaatkan untuk
SEMINAR NASIONAL ELECTRICAL, INFORMATICS, AND ITS EDUCATIONS 2009 A2-19
[12] Kucharczyk D, , Meiotic gynogenesis in ide
(leuciscus idus L) induced by high
temperature schok, 2004
[13] Loopstra Diane P, Hansen A Patricia, Triploidy
Induction in Arctic Char Salvenilus alpinus
using Heat Shocking and Pressure Shocking
Technique, fishery data report no 06-19,
2006,
[14] Markande D S, Joshi P M, Katti S K,
Microcontroller based Temperature
Controller-implementation of Fuzzy Logic,
Dept of Electronic Rajarshi shan College of
engeenering, 2004
[15] Minal P BHISE, Tariq A KHAN, Androgenesis:
The best tool for Manipulation of Fish
Genomes 2000,
[16] Mohamed H.A, Hew W.p, A Fuzzy Logic Vektor
Control of Induction Motor, IEEE Control
System, 2000.
[17] Na Nakom, Comparison of cold and heat
shocks to induce diploid gynogenesis in Thai
walking catfish (clarias macrocephalus) and
performances gynogen, 2002,
[18] Pongthana N, , Aquaculture Genetics Research
in Thailand, 2001
[19] Rojas I, Pomares H, Gonzalez J, Herrera L J,
Guillen A, Rojas F, Valenzuela O; Adaptive
fuzzy controller: Aplication to the control of
the temperature of a dynamic room in real
time, 2006
[20] Ronald E Walpole & Raymond H Myers
(terjemah) Ilmu Peluang & Statistika untuk
Insinyur & Ilmuwan, edisi ke-4, ITB,
Bandung, 1995
[21] Ross Timothy J, Fuzzy Logic with Engineering
Applications, McGraw Hill Inc, 1995
[22] Rustidja, Gynogenesis Meiosis, Fakultas
Perikanan Unibraw, 1995
[23] Rustidja, Breeding dan Reproduksi Hewan Air,
Fak Perikanan Unibraw, 2002
[24] ......National datasheet
[25].......www.dkp.go.id
[26].......www.wordpress.com/tag/produksi-ikan-mas-
indonesia