Anda di halaman 1dari 47

www.alangalangkumitir.wordpress.

com
AAK culture library I Javanese Manuscripts

SULUK PAWAH

PERDEBATAN DEWI SULASIKIN


DENGAN AMAT NGAPIYAH BAB HAKEKATNYA WANITA

Cerita Dewi Sulasikin dari negeri Pawah yaitu seorang putrid


yang sangat cantik jelita. Tokoh ini dikisahkan masih gadis
dan karena kecantikannya banyak para raja maca negara yang
menginginkan sang putri untuk dijadikan permaisuri. Namun
sang putri belum mau untuk menikah, sebelum mengetahui
atau memahami sebuah kawruh tentang sejatinya wanita.
Selain cantik dan berbudi luhur sang Dyah Sulasikin juga
pandai dalam ilmu kawruh, dalam hati kecilnya sang putri
tidak memilih dalam ihwal jodoh apakah jodohnya seorang
raja, santri ataupun rakyat jelata yang terpenting adalah bagi
siapa saja yang bisa menjelaskan tentang sejatinya
wanodya (hakekatnya wanita) dan siapapun yang bisa
mengajarkan sang putri akan meyerahkan hidupnya untuk
mengabdi.

Sementara itu ada seorang Raja dari Negara Bardangin yaitu


Amat Ngapiyah yang hendak menjabarkan tentang
hakekatnya wanita. Ketika keduanya sudah saling berhadapan
maka terjadilah perdebatan yang sangat seru antara Dewi
Sulasikin dengan Raja Bardangin Amat Ngapiyah. Dyah
Sulasikin banyak mengajukan pertanyaan, antara lain : 1.
Yang abadi apa nama dan mana wujudnya? 2. Yang abadi apa
warnanya? 3. Keempat alam itu dimana tempatnya? 4. Dan
lain-lain.

Dalam perdebatan tersebut Amat Ngapiyah tidak mampu


menjelaskan dan mengupas pernyatan-pertayaan dari Sang
Dewi Sulasikin apalagi menjabarkan tentang hakekatnya
wanita. Merasa malu sang raja Bardangin mohon diri lalu
pergi. Berikut ini teks dan terjemahan cerita putri dari Pawah
yang sedang berdebat dengan Amat Ngapiyah.

www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK culture library 1
www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK culture library I Javanese Manuscripts
Bismillahirrahmanirrahim,

Pupuh
Asmaradana

1. Sapa bisa jawab iki / suale putri ing Pawah / saykti


jatukramane / samana ayun-ayunan / lan Prabu Baratmadya /
angandika sang aprabu / yayi mas sang liring skar //

Siapa bisa menjawab, pertanya dari putri Pawah, akan


dijadikan suaminya, ketika itu telah berhadap-hadapan,
dengan Raja Baratmadya, berbicaralah sang Raja, adinda
yang cantik.

2. Milane sun praptng ngriki / pinanggih lawan sang rtna /


kang dhingin laledhang anggr / ping kalihipun miyarsa / yayi
kusuma rara / linamar sakhing ratu / nanging yayi datan
arsa //

Itulah sebabnya saya datang kesini, bertemu dengan sang


putri, yang pertama berjalan menuruti kehendah, yang kedua
mengetahui, adinda sang putri, banyak raja yang melamar,
namun adinda tidak mau.

3. Iku sawab ingkang ndi / wanodya tan arsa krama / Dyah


Sulasikin ature / Kakang Prabu Baratmadya / lah inggih pundi
ana / wanodya lumuh ing kakung / nanging wontn kula
tdha //

Apakah ada pengaruh gaib yang mana, kenapa wanita tidak


mau menikah, Dyah Sulasikin ucapnya, Kakanda Raja
Baratmadya, ya benar masak ada, winita tidak menyukai
pria, namun ada yang saya inginkan.

4. Ngandika Prabu Bardangin / yayi sira mundhut apa / guru


bakal guru dados / kang ana pitambuhana / mara yayi
mundhuta / Dwi Sulasikin matur / sang nata sans punika //

Berbicaralah Raja Bardangin, adinda menginginkan apa,


guru permulaan atau guru jadi, yang ada janganlah berpura-

www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK culture library 2
www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK culture library I Javanese Manuscripts
pura, ambillah segera adinda, Dewi Sulasikin berkata, bukan
itu yang saya inginkan sang Raja.

5. Dene kang kula karsani / inggih botn endah-endah /


amung sajatining wadon / snadyan kula kramaa / inggih
mngsa kanggea / yn kawula drng wruh / sjatine kang
wanodya //

Sedangkan yang saya inginkan, bukanlah yang indah-indah,


hanya hakekatnya wanita, apabila saya sudah menikah, itu
semua tidak ada gunanya, apabila saya belum mengetahui,
hakekatnya yang disebut wanita.

6. Kapok kawula rumiyin / tinambang dhatnging priya /


braa dn kongsi mangke / jatine drng wuninga / sajatine
wanodya / sintn ingkang sagd muruk / sang nata dhatng
kawula //

Saya sudah bosan dulu, banyak pria yang menginginkan,


tidak menikah sampai nanti juga tidak apa-apa, yang
sebenarnya belum saya ketahui, hakekatnya wanita,
siapapun yang bisa mengajarkan, Sang Raja kepada saya.

7. Kawula datan amilih / utama yn para nata / utawa kalipah


kabh / santri kaji kula arsa / pundi ankanana / paderesan
bujang gunung / pan kawula inggih arsa //

Saya tidak pernah memilih, yang utama kalau para raja,


atau kalifah semua, santri atau haji saya mau, silahkan
datang kemari, walaupun itu hanya anak gunung, dan
sayapun pasti mau.

8. Ngandika Prabu Bardangin / pan sarwi gumujng latah /


dene tka gampang bae / pamundhutane sang rtna / kaya
dudu wong lanang / arabi tmahan wurung / yn wurung
angur matia //

Berkata Raja Bardangin, sambil tertawa-tawa, hanya mudah


sekali, permintaan sang putri, seperti bukan laki-laki,
menikah namun tidak jadi, kalau tidak jadi lebih baik mati.

www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK culture library 3
www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK culture library I Javanese Manuscripts
9. Sang rtna wus bukak klir / pan sampun sami anglela /
pawongane seba andhr / kaya widadari suwarga / Ni Dwi
Putri Pawah / minngka ratuning ayu / surm kabh ingkang
cahya //

Sang putri sudah membuka tirai, dan semuanya telah


melihat, orangnya telah hadir, ibarat bidadari dari surga, Ni
Dewi Putri Pawah, sebagai Ratunya keindahan (Kecantikan),
mereduplah semua yang bercahaya.

10. Amat Ngapiyah nulya ngling / kang manah wus


gagolongan / rumngsa bakal kaduwe / yayi mas sang liring
skar / sajatine wanodya / babagan sipat rongpuluh / iku
wajibe wanodya //

Amat Ngapiyah segera melihat, hatinya telah bertekad,


segera ingin memiliki, adinda yang cantik, sebenarnya
wanita, merupakan sipat dua puluh, itu wajibnya wanita.

11. Wong Bardangin ting kalsik / jawabe Amat Ngapiyah /


pan sami suka manahe / singa gantia kasoran / ya ta sarng
asurak / lir pendah wong adu sawung / Amat Ngapiyah
ngandika //

Orang Bardangin semua berbisik, jawabnya Amat Ngapiyah,


dan semua hatinya bergembira, ibarat singa yang kalah, dan
semua serentak bersorak, ibarat orang mengadu ayam, Amat
Ngapiyah berkata.

12. Sipat kalih dasa yayi / lah iku ujude ana / Ni Sulasikin
ature / Pangeran pundi kang ana / angling Amat Ngapiyah /
ingkang ana iya iku / kang ana sipat napsiyah //

Sipat dua puluh adinda, yaitu wujud ada, Ni Sulasikin


ucapnya, Pangeran yang mana yang ada, bersabda Amat
Ngapiyah, yang ada yaitu, yang ada sifat nafsiyah.

13. Sakhe murid Bardangin / tan pgat dnira surak / sang


nata ngandika alon / kidam dhingin iku iya / matur sang
liring skar / pundi dhingin ta puniku / kang langgng tan
kna owah //

www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK culture library 4
www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK culture library I Javanese Manuscripts

Semua murid Bardangin, tiada putusnya bersorak, sang raja


berkata pelan, kidam yang pertama yaitu, berkata adinda
yang cantik, mana yang pertama itu, yang abadi yang tidak
berubah.

14. Umatur sang liring sari / kawula ayun wuninga / kang


langgng pundi ta rane / lan rupa nata ngandika / yayi punika
Allah / tan arupa warna iku / lawan nora kna rusak //

Berkata sang putri yang cantik, saya ingin mengetahui, yang


abadi yang mana sebutannya, dan rupanya raja berkata,
adinda itu Allah, tidak berupa dan tidak berwarna, serta
tidak boleh rusak.

15. Umatur Ni Sulasikin / kawula ayun wuninga / kang


langgng pundi warnane / anjngr sri naranata / ya ta
parkan Pawah / surak lir wong ngadu sawung / kucm murid
Baratmadya //

Berkata Ni Sulasikin, saya ing mengetahuinya, yang abadi


mana warnanya, terkejut sang raja, dan semua abdi Pawah,
bersorak-sorak ibarat orang mengadu ayam, malu murid
Baratmadya.

16. Anjngr sri narapati / sinurak ing putri Pawah / sang


nata ngandika alon / yayi mas kang nama Allah / tan kna
winicara / nora stri nora jalu / pan nora darbe nagara //

Terdiam sang raja, disoraki putrid dari Pawah, sang Raja


berkata pelan, adinda yang bernama Allah, tidak boleh
diucapkan, bukan wanita dan bukan laki-laki, dan tidak
mempunyai sebuah Negara.

17. Anjngr Ni Sulasikin / sinurak wong Baratmadya / Amat


Ngapiyah muride / kusuma yu lon ngandika / yn tan darbe
nagara / punapa mawi sinbut / dadi anbut siluman //

Terdiam Ni Sulasikin, disoraki orang Baratmadya, Amat


Ngapiyah muridnya, bangsawan yang cantik jelita berkata

www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK culture library 5
www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK culture library I Javanese Manuscripts
pelan, kalau tidak mempunyai Negara, apakah harus disebut,
jadi disebut siluman.

18. Amat Ngapiyah tan angling / sinurak parkan Pawah /


sang rtna ngandika alon / mara padha totohana / kabh
parkan ingwang / lah sapa kang arp unggul / mlua ing
gustinira //

Amat Ngapiyah bersabda, disoraki abdi Pawah, sang putri


berkata pelan, segeralah semua sama-sama taruhan, semua
abdi saya, dan siapa nanti yang akan menang, ikutlah
bersama sesembahanmu.

19. Amat Ngapiyah tan angling / Allah yn lamun wruha /


dadi kaya ing dhwke / dadine nora kuwasa / ingkang
anama Allah / yn ana loro tatlu / dadi kupur wong ing
Pawah //

Amat Ngapiyah bersabda, Allah kalau ingin mengetahui,


jadilah seperti dirinya, jadinya tidak berkuasa, yang
bernama Allah, kalau ada dua atau tiga, jadi kufur orang di
Pawah.

20. Sakhe murid Bardangin / surak lir wong ngadu ayam /


sarta klawan kploke / kusuma yu angandika / inggih lrs
sang nata / tan ana loro tatlu / nanging iku ana uga //

Semua murid Bardangin, bersorak ibarat orang yang sedang


mengadu ayam, serta dengan tepuk tangan, putri yang
cantik jelita berkata, iya benara kata sang raja, tidak ada
dua atau tiga, namun itu ada juga.

21. Sakhe murid Bardangin / surake ambal-ambalan / sarta


klawan kploke / Ni Sulasikin ngandika / inggih lrs paduka
/ inggih tuwan mawi kupur / wong Pawah cacade apa //

Semua murid Bardangin, bersorak-sorak berulangkali, serta


dengan bertepuk tangan, Ni Sulasikin berkata, iya benar kata
paduka, iya paduka kenapa dengan kufur, orang Pawah
salahnya apa.

www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK culture library 6
www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK culture library I Javanese Manuscripts
22. Paduka sagd mastani / kang kapir klawan Islam / kang
pundi inggih bedane / kawula arsa wuninga / angandika sang
nata / gdhe cilik ananipun / kang gdhe patang prakara //

Paduka dapat mengatakan, yang kafir dengan yang Islam,


yang mana letak perbedaannya, saya ingin mengetahuinya,
berkatalah sang raja, besar kecil adanya, yang besar ada
empat perkara.

23. Kang dhingin wong salah silip / kapindho wong ngombe


arak / ping tiga matni uwong / ping skawan iku jina /
angling kusuma rara / inggih lrs sang aprabu / kang kapir
patang prakara //

Yang pertama orang yang salah, yang kedua orang minum


arak, yang ketiga membunuh orang, yang keempat itu zina,
berkatalah sang putri, ya benar paduka, yang kafir empat
perkara.

24. Kang dhingin jina puniki / paduka mastani jina / punapa


beda-bedane / yn beda nganggea jina / tuwan mindhak
punapa / tuduhna kharamipun / kawula ayun wuninga //

Yang pertama itu zina, paduka mengatakan zina, apakah


perbedaannya, yang beda menggunakan zina, tuwan
bertambah apakah, tunjukkan haramnya, saya ingin
mengetahui.

25. Kaping kalihe sang aji / wong nginum sajng punika /


sajnge ginawe dhewe / paduka wastani kharam / lah pundi
ingkang kharam / sang nata sira anjtung / sinurak parkan
Pawah //

Yang kedua paduka, orang minum arak itu, araknya dibuat


sendiri, paduka mengatakan haram, dan mana yang
dinamakan haram, sang raja terdiam sejenak, disoraki abdi
Pawah.

26. Kaping tigane sang aji / wong matni padha bngsa /


lawan wong jina kharame / punika punapa beda / kawula yun

www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK culture library 7
www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK culture library I Javanese Manuscripts
uninga / sanadyan tiyang amandung / yn ewuh mngsa
knnga //

Yang ketiganya paduka, orang membunuh sesama


bangsanya, serta orang zina haramnya, itu apakah beda,
saya ingin mengetahui, walaupun orang membunuh, kalau
tidak enak perasaan tak akan pernah terlaksana.

27. Anjngr sri narapati / sinurak ing putri Pawah / sadaya


suka manahe / gumbyar pan kadi lidhah / surak ambal-
ambalan / angandika sang aprabu / yayi ingsun wus kaduga
//

Terdiam sang raja, disoraki putrid dari Pawah, semua


bergembira hatinya, bercaya ibarat seperti kilat, bersorak-
sorak berulang-ulang, berkatalah sang raja, adinda saya
sudah menduga.

28. Kharame wong salah silip / manawa yayi konangan /


pinasthi dadi atine / salah siji lamun tiwas / suda umate Allah
/ iku yayi kharamipun / yayi mas patang prakara //

Haramnya orang yang bersalah, apabila adinda ketahuan,


dipastikan akan merasa bersalah, salah satu kalau
meninggal, berkuranglah umatnya Allah, itulah adinda
haramnya, adinda yang empat perkara.

29. Kharame sajng puniki / kawula ayun uninga / sang nata


aris wuwuse / margane punika kharam / yayi patang prakara
/ kang dhingin pan iku bingung / kaping kalih salah mngsa
//

Haramnya minum arak itu, saya ing mengetahui, sang raja


lembut ucapnya, sebabnya itu diharamkan, adinda empat
perkara, yang pertama yaitu pusing, yang kedua salah
waktunya.

30. Ping tiga sarengat lali / sabarang kang katingalan /


nadyan sapadhane uwong / nora beda yn rinusak / sapa ta
glm lara / nora lara dadi lbur / iku marganira kharam //

www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK culture library 8
www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK culture library I Javanese Manuscripts
Yang ketiga lupa diri, semua yang nampak, walaupun sesama
manusia, tiada beda kalau dirusak, siapakah yang mau sakit,
tidak mengalami sakit jadi hancur, itulah jalannya haram.

31. Malaekat papat iki / nora biyung nora bapa / lan ora
sahuwat kabh / nora karp-kinarpan / lawan nora duraka /
sang nata dangu anjtung / sinurak wong Baratmadya //

Malaikat empat ini, tidak mempunyai ibu dan ayah, dan


semua tidak mempunyai nafsu, tidak mempunyai kehendak,
serta tidak durhaka, sang raja lama terdiam, disoraki orang
Baratmadya.

32. Sinurak para mukmin / muride Amat Ngapiyah / pating


kaljr ulate / ngandika sang liring skar / malaekat kang
sakawan / nora bapa nora babu / Amat Ngapiyah ngandika //

Disoraki para mukmin, muridnya Amat Ngapiyah, roman


mukanya memerah menahan malu, berkatalah sang putri
yang cantik jelita, malaekat yang berjumlah empat, tidak
mempunyai ayah dan ibu, Amat Ngapiyah berkata.

33. Iya nora bapa bibi / nora karp-kinarpan / Ni Sulasikin


ature / dene kaya wudun smat / malnthung tanpa sangkan
/ inggih tuwan nadyan wudun / saykti ibune ana //

Dan tidak mempunyai ayah dan bibi, tidak mempunyai


kehendak/kemauan, Ni Sulasikin ucapnya, seperti halnya
bisul, membengkak tanpa sebab, iya tuwan walaupun bisul,
sebenarnya mempunyai ibu.

34. Sdaya kang sipat urip / pasthi darbe bapa biyang /


mokal yn ta tan anduwe / parkan sarwi asurak / jngr sri
naranata / brgogok lir pendah tugu / sinurak parkan Pawah
//

Semua yang bersifat hidup, pasti mempunyai bapak ibu,


tidak mungkin kalau tidak memiliki, para pengikut semua
bersorak, terdiam sang raja, terdiam ibarat seperti tugu,
disoraki pengikut Pawah.

www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK culture library 9
www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK culture library I Javanese Manuscripts
35. Amat Ngapiyah lingnya ris / kusuma rara ing Pawah /
alam papat ndi gone / matur dyah kusuma rara / lah inggih
alaming marwah / wontn lathi nggnipun / alam insan
anng grana //

Amat Ngapiyah ucapnya lembut, sang putri dari Pawah,


keempat alam dimana tempatnya, berkata sang kusuma
putri, yaitu alam marwah, pada mulut tempatnya, alam insan
berada pada hidung.

36. Nnggih alan insan kamil / punika wontn ing netra /


alam ajsam nggone / punika wontn talingan / jngr Amat
Ngapiyah / putri Pawah surak umyung / lir pendah wong
ngadu ayam //

Dan alam insan kamil, yaitu terletak pada penglihatan


(mata), alam ajesam tempatnya, yaitu berada pada telinga,
terdiam Amat Ngapiyah, putri Pawah bersorak bergemuruh,
seperti orang yang mengadu ayam.

37. Amat Ngapiyah ngling malih / he yayi kusuma rara /


makam papat ndi gone / umatur sang liring skar / lah
inggih makam papat / makam baka wontn gulu / nyatane
puniku rupa //

Amat Ngapiyah bertanya kembali, hai adinda kusama putri,


makam empat dimana tempatnya, berkata sang kusuma
putri, iya empat makam, makam baka berada pada leher,
kenyataannya itu wajah.

38. Gumujng atutup lathi / Sang Nata Amat Ngapiyah /


sabnre ya mangkono / sumaur sang liring skar / lrs
puniku rupa / wangsul tuwan ratunipun / ratune ssipat
punika //

Tertawa sambil menutup mulut, sang raja Amat Ngapiyah,


sebenarnya seperti itu, berucap sang kusuma putri, benar itu
wajah, kembali tuwan rajanya, rajanya itu bersifat.

39. Amat Ngapiyah tan angling / anjngr pan kadya rca /


para putri surak kabh / lir pendah wong ngadu ayam /

www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK culture library 10
www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK culture library I Javanese Manuscripts
snggake asauran / angandika sang aprabu / yayi mas sang
liring skar //

Amat Ngapiyah tidak berucap, terdiam seperti patung, semua


putri bersorak semua, ibarat orang mengadu ayam,
ucapannya bersaut-sautan, berkatalah sang raja, adinda
sang kusuma putri.

40. Makam jamingul ta yayi / ing ngndi panggenanira / Dyah


Sulasikin ature / Pangeran wontn ing jaja / wangsul atur
kawula / pundi tuwan ratunipun / ratune nglmu punika //

Makam jamingul adinda, dimanakah tempatnya, Dyah


Sulasikin ucapnya, Pangeran berada didalam dada, sekarang
saya bertanya,dimana tuwan ratunya, ratunya ilmu itu.

41. Amat Ngapiyah tan angling / sinurak parkan Pawah /


para ayu ting pancorong / sang nata Amat Ngapiyah / tan
mawi mobah polah / nulya ngandika sang prabu / manira
pamit ing sira //

Amat Ngapiyah terdiam, disoraki orang Pawah, semua


kelihatan bercahaya dan nampak cantik, sang raja Amat
Ngapiyah, tidak bergerak sama sekali, lalu berkata sang raja,
saya mohon diri padamu.

Tamat bantahipun Prabu Baratmadya kawon, lajng pamit


kesah.

Tamat, Prabu Baratmadya kalah berdebat, lalu mohon diri.

###

www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK culture library 11
www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK culture library I Javanese Manuscripts
PERDEBATAN DEWI SULASIKIN
DENGAN SEH MADAL BAB SEJATINYA WANITA

Kisah selanjutnya seorang pandhita yang sedang laku


prihatin yaitu Ki Seh Madal yang diceritakan sedang terlunta-
lunta dalam perjalanannya keluar masuk hutan dan tidak ada
tujuan dalam hatinya selalu wira-wiri kalau siyang kepanasan
kalau malam Ki Seh Madal basah karena air selalu terlunta-
lunta. Perjalanannya sudah sangat lama sekali dan ketika
kehausan ia hendak meminta air tetapi sepanjang di jalan
yang dilewati tidak mendapatkan air, ketika bertemu
seseorang disuruh meminta air kepada Dewi Sulasikin dan
ketika ditanya apakah yang kamu minta? Ki Seh Madal
menjawab saya meminta air.

Setelah Ki Seh Madal bertemu dengan Dewi Sulasikin maka


terjadilah berdebakatan yang sangat panjang sekali. Dan
akhirnya dewi sulasikin menannya tentang hal sebenarnya
wanita dan dijawab oleh Seh Madal hanya lafal bissmillah,
sebenarnya laki-laki dan perempuan dan selanjutnya Dewi
Sulasikin banyak bertanya kepada Seh Madal tentang kawruh-
kawruh kasampurnan dan dengan sabarnya Seh Madal
menjelasakan kepada Raja putri dari negeri Pawah. Yang
ditannyakan Dewi Sulasikin mulai dari dimana tempatnya
kemurahan Pangeran, dan dinama tempatnya yang menjaga
ala mini, serta menanyakan dimanah tempatnya rasa mulia
itu? Seh Madal dengan sabar menjelaskan kepada Dewi
Sulasikin hingga ia dapat menerima dan memahami segala
kawruh kasampurnan yang diajarkan oleh Seh Madal.

Berikut ini teks dan terjemahan cerita putri dari Pawah yang
berdebat dengan dengan Seh Madal. Selanjutnya saya mohon
maaf bila dalam menterjemahkan ada kata atau kalimat yang
kurang lengkap mohon dengan dengan segala hormat kepada
para pecinta sastra Jawa untuk menyempurkan, karena itu
semua dari ketidak mampuan dan keterbasan saya dalam
mengalihkan teks dari bahasa Jawa kedalam bahasa
Indonesia. Selamat membaca. Nuwun.

www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK culture library 12
www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK culture library I Javanese Manuscripts
Ing mangke gantos Ki Sh Madal, bantah kalihan Dwi
Sulasikin ing Pawah.

Selanjutnya berganti Ki She Madal, berdebat dengan Dewi


Sulasikin dari Pawah.

Punika Bantahipun Dwi Sulasikin Ing Pawah, Kalayan Sh


Madal.

Pupuh I
Dhandhanggula

Bismillahirrahmanirrahim

1. nngna kang agung prihatin / Ki Sh Madal wau kang


kocapa / kalunta-lunta lampahe / mdal sangking wana gung
/ tan ana sindyng ati / tansah awirandhungan / gnira
lumaku / lamun siyang kapanasan / lamun udan Ki Madal
tls ing warih / saya kalunta-lunta //

Berdiam diri yang sedang laku prihatin, Ki Seh Madal tadi


yang diceritakan, terlunta-lunta perjalanannya, keluar masuk
hutan yang lebat, dan tidak ada tujuan dalam hatinya, selalu
wira-wiri, dalam perjalanan, kalau siyang kepanasan, kalau
hujan Ki Seh Madal basah karena air, selalu terlunta-lunta.

2. Lampahira pan sampun alami / Ki Sh Madal tan ana cinipta


/ skul kalayan toyane / iya ingkang cumngklung / apan
arsa anginum warih / minta samarga-marga / datan antuk
banyu / basane kang jinalukan / dika jaluk marang Dwi
Sulasikin / puniku sugih toya //

Perjalanannya sudah sangat lama, Ki Seh Madal tidak ada


keinginan, nasi beserta airnya, yang ia selalu dibawa, hendak
minum air, meminta di sepanjang jalan, tidak mendapatkan
air, bahasanya yang diminta, kamu mintalah kepada Dewi
Sulasikin, itu yang kaya akan air.

3. Kawarnaa Dwi Sulasikin / wanci enjing miyos siniwaka /


kawan dasa parkane / pan sami ayu-ayu / kadya lintang
abyor ing siti / ingkang minngka wulan / sang kusuma ayu /

www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK culture library 13
www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK culture library I Javanese Manuscripts
pangagme tan ngapaa / nyampingira wawulung dhasare
mori / smkan nata brngta //

Diceritakan Dewi Sulasikin, ketika pagi hari keluar semua


mengahadap, empat puluh abdinya, semua cantik-cantik,
seperti bintang bersinar di tanah, yang merupakan bulan,
sang kusuma putri, busananya hanya biasa, kain yang
dipakai bermotif wulung, kemben raja asmara.

4. Angandika Dwi Sulasikin / ingsun biyang dalu asupna /


katone iku mangkene / dangu gon ingsun alungguh / ula
tampar ingsun tingali / dangu-dangu kang ula / tka bisa
agung / angadg kang ponang sarpa / kaya-kaya tka mult
marang mami / aku nuli dn untal //

Berkata Dewi Sulasikin, saya tadi malam bermimpi,


kelihatannya itu seperti ini, lama sekali saya duduk, saya
melihat ular tampar, lama-lama ular itu, dapat berubah
besar, berdiri ular itu, seperti melilit tubuhku, saya lalu di
telannya.

5. mban inya pan umatur aris / inggih gusti kang amindha


sarpa / saykti jatukramane / msm sang liring santun /
apan uwis punagi mami / benjang yn ingsun krama / pasthi
milih kakung / tan arsa kang donya brana / karsaningsun ing
donya tumkng akir / iku wong krama tunggal //

Pengasuh (pelayan) berkata lembut, iya gusti yang


menyerupai ular, sebenarnya akan menjadi jodoh tuan putri,
tersenyum sang raja putri, itu sudah menjadi kehendak saya,
nanti apabila saya menikah, pasti memilih laki-laki, yang
tidak suka kepada harta benda, keinginanku dari dunia
hingga akhirat, dan orang menikah hanya sekali.

6. mban inya umatur wotsari / yn kenginga gusti kula tdha


/ Ratu Bardangin kemawon / msm kusuma ayu / dudu iku
kang sun karsani / bnr kang kaya sira / warnanya abagus /
iya iku dadi wisa / sayktine ora kna dn guroni / puniku
bbegalan //

www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK culture library 14
www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK culture library I Javanese Manuscripts
Pengasuh (pelayan) berkata sambil menyembah, kalau
diperbolehkan gusti saya minta, Ratu Bardangin saja,
tersenyum sang kusuma putri, bukan itu yang saya inginkan,
benar menurut dirimu, rupanya tampan, itu akan jadi racun,
sebenarnya tidak dapat dijadikan guru, itu sebagai
penghalang.

7. Pra parkan tanapi sang dwi / lagya eca sami pagunman


/ ksaru wau praptane / kyai santri kang rawuh / minta banyu
linggih sarisik / ponang santri wus tuwa / warnanira bawuk /
attkn kayu grang / nulya linggih jawabe aminta warih /
msm sang liring skar //

Para abdi beserta sang dewi, sedang asik bercengkrama,


tiba-tiba kedatangan, Kyai santri yang datang, meminta air
dan berdiam sejenak, sang santri sudah tuwa, warnanya
sangat kumel, dan memakai tokat kayu jelek, lantas duduk
dan jawabnya meminta air, tersenyum sang kusuma putri.

8. Iku sapa kang anjaluk warih / biyang inya padha takonana


/ parkan angrubung kabh / ana ambkta kayu / kang
sawnh anyangking gitik / ana kang gawa glagah / padha
ting kracung / kaki sira jaluk apa / anauri ki tuwa kula puniki
santri / arsa anuwun toya //

Itu siapa yang meminta air, pelayan coba tanyakan, semua


abdi mendatangi, ada yang membawa kayu, dan ada yang
membawa tongkat/cambuk, ada yang membawa gelagah
(rumput yang tinggi), semua ramai bertanya, kakek kamu
minta apa, menjawab orang tua tersebut saya ini santri,
hendak meminta air.

9. Para inya sami anauri / kaki sira apa kurang toya / jaba
kono banyu bae / Ki Sh Madal sumaur / kula wau minta ing
jawi / ngalh-ngalh tan angsal / datan darbe banyu / kinn
nuwun mring sang rtna / sugih toya nnggih Dwi Sulasikin
/ kula nulya akesah //

Semua abdi serentak menjawab, kakek kamu apa


kekurangan air, diluar sana ada air, Ki Seh Madal berkata,
saya tadi meminta diluar, berpindah-pindah tidak

www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK culture library 15
www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK culture library I Javanese Manuscripts
mendapatkan, tidak menpunyai air, disuruh meminta kepada
sang putri, kaya air yaitu Dewi Sulasikin, saya segara pergi.

10. Angandika Dwi Sulasikin / kbat sira paringana toya /


msakake tmn kuwe / kaki sapa ranipun / lawan ngndi
wismanirki / kawula Ki Sh Madal / wisma kula gunung / lah
ta sira malbua / Ki Sh Madal amicorng jroning ati /
smune kaya-kaya //

Berkatalah Dewi Sulasikin, cepatlah kamu kasih air, kasihan


sekali kamu, kakek siapa namamu, serta dimana rumahmu,
saya Ki Seh Madal, rumah saya di gunung, silahkan kamu
masuk, Ki Seh Madal berbicara dalam hati, kelihatannya
seperti siapa.

11. Ki Sh Madal ature aririh / tiyang gunung botn sagd sila


/ ratu mas ing ngriki mawon / ya ta sang rtna ayu / nulya
salin busana adi / sarwi angmu waspa / sang kusuma ayu /
ngandika marang ni inya / angambila kursi sira dipun aglis /
loro katlu meja //

Ki Seh Madal ucapnya pelan, orang gunung tidak dapat


duduk bersila, ratu mas disini saja, iya sang putri cantik,
segera berganti busana yang bagus, serba kelihatan air
mata, sang putri cantik, berkata kepada para abdi, ambilkan
kursi segera, dua ketiga meja.

12. Ki Sh Madal ingaturan linggih / jajar marang sang


kusuma rara / munggng kursi dhewe-dhewe / mejane
munggng ngayun / kang dhaharan kbak cinawis / ya ta
sang kusuma rara / tmbungira arum / ki tamu andika dhahar
/ ppanganan pundi kang dika karsani / dene sarira kula //

Ki Seh Madal dipersilahkan duduk, sejajar dengan sang


kusuma putri, duduk dikursi sendiri-sendiri, mejanya berada
didepan, dan makanan semua telah tersedia, iya sang
kusuma rara, ucapannya lembut, ki tamu silahkan dimakan,
makanan mana yang kamu sukai, sedangkan badan saya.

13. Upamine lir bintaro kli / sapa bisa anyandhangi


ragngwang / saykti jatukramane / Ki Sh Madal umatur /

www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK culture library 16
www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK culture library I Javanese Manuscripts
kamipurun kawula gusti / kawula lnggah jajar / kalawan
sang ayu / kawula ttiyang nistha / bokmanawi kawula
annulari / dhatng kusuma rara //

Ibarat seperti sarah hanyut, siapa yang bisa memberikan


pakaian ragaku, sungguh akan jadi jodohku, Ki Seh Madal
berkata, saya bersedia tuan putri, saya duduk sejajar,
dengan sang putri, saya ini orang yang nista, jika saya
menulari, kepada sang putri.

14. Angandika Dwi Sulasikin / ora kaki kursi linggihana / yn


tan arsa sira mangke / lah apa cacadipun / klasane wus sun
dhuwiti / pagene ora lnggah / sira kaki dhayuh / yn tulus
tan arsa lnggah / apa gawe kaki sira praptng ngriki / apa
sun bubrah lungkrah //

Berkata Dewi Sulasiki, tidak kakek silahkan duduk, kalau


kamu tidak suka nanti, terus apa kekurangannya, tikarnya
sudah saya bayar, kenapa tidak mau duduk, kakek itu tamu,
kalau tetap tidak mau duduk, apa tujuan kakek datang
kesini, apa saya hancurkan biar letih.

15. Ki Sh Madal aturira manis / tiyang gunung tan sagd


asila / ratu mas ing ngriki mawon / Ki Madal malih matur /
sangt ajrih kula jajari / wangsul kusuma rara / ingkang rupi
banyu / punika toya punapa / anauri sira Dwi Sulasikin /
dede banyu sumbran //

Ki Seh Madal barkata dengan lembut, orang gunung tidak


bisa duduk bersila, ratu mas saya disini saja, Ki Madal
berkata lagi, saya sangat takut duduk sejajar, kembali raja
putri, yang berupa air, itu air apa, menjawab Dewi Sulasikin,
bukan air dari mata air.

16. Ki Sh Madal amicorng ati / bocah iki pan iya smbada /


dhasare ayu rupane / tur manis tmbungipun / sasolahe
karya gung brangti / sun duga sang dyah rara / yn sinrk
kayun / yktinira pan sumarah / kusumng dyah sakarsa-
karsa umiring / dene sun wong wus tuwa //

www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK culture library 17
www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK culture library I Javanese Manuscripts
Ki Seh Madal berbicara dalam hati, anak ini memang sangat
layak, aslinya memang sangat cantik wajahnya, dan bagus
tata bahasanya, segala tingkahnya menarik hati, saya duga
pasti sang raja putri, kalau dikehendaki, sebenarnya pasti
menyerah, sang putri sesuka-sukanya berkehendak,
sedangkan saya orang yang sudah tuwa.

17. Ki Sh Madal dangu datan angling / apan tansah


amicorng nala / dn wolak-walik pikire / ewuh tmn
tiningsun / bocah iki yn sun jatni / kawruh ingsun kang
nyata / tan wande ing besuk / ing donya praptng ngakherat
/ bocah iki nora wurung angrubdi / iki kusuma rara //

Ki Seh Madal lama terdiam, dan selalu berbicara dalam hati,


di bolak-balik pemikirannya, susah benar hati saya, anak ini
apabila saya kasih tahu, kawruh (pengetahuan) saya yang
sebenarnya, pasti di kemudian hari, di dunia sampai akherat,
anak ini pasti akan jadi penghalang, ini sang raja putri.

18. Ki Sh Madal aturira manis / gih punika datan kna asat /


sajatine dika kuwe / sipat jalal puniku / ingkang rupi banyu
puniki / de kadadianira / ni mas sang lir santun / dadi otot
gaglangan / inggih daging sipate Allah saykti / sang dyah
ngusap srinata //

Ki Seh Madal ucapnya lembut, benar itu jangan sampai


kering, sebenarnya dirimu itu, sifat jalal itu, yang berupa air
itu, merupakan asal kejadianmu, Ni mas sang raja putri, jadi
otot gelang-gelang, iya daging sifatnya Allah sebenarnya,
sang dyah mengusap sang raja.

Pupuh II
Sinom

1. Kusuma sang liring skar / amicorng jroning ati / lah


ragane iki baya / ingkang kna sun ngngri / pirangbara ing
akir / sang rtna aris amuwus / inggih kiyai tuwan / kawula
atanya malih / tuduhna sajatine kang wanodya //

Sang raja putri yang cantik, berbicara didalam hati, ini cuma
wujudnya saja, yang dapat saya ikuti, dan semoga bisa

www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK culture library 18
www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK culture library I Javanese Manuscripts
sampai akhir, sang putri ucapnya pelan, iya kyai, saya akan
bertanya lagi, tunjukkan sebenarnya yang disebut wanita.

2. Ki Sh Madal aturira / kusuma sang liring sari / ewuh


jatining wanodya / pamanggih kawula gusti / lamun kaduga
inggih / yn botn kaduga sampun / amung lapal bismilah /
jatine jalu lan stri / ya ta msm kusuma putri ing Pawah //

Ki Seh Madal ucapnya, sang putri yang jelita, susah


sebenarnya wanita, pendapat saya gusti, kalau sampai
silahkan, kalau tidak sampai juga tidak masalah, hanya lafal
bissmillah, sebenarnya laki-laki dan perempuan, tersenyum
putri dari Pawah.

3. Kawula drng narima / inggih tuwan tanya malih / pundi


kang murah ing dunya / tuwan kula ayun uning / kang
wontn wujudnki / yn tan wontn dadi garuh / yn tmn
msthi ana / Ki Sh Madal anauri / inggih anggr benjang ari
Jumuwah //

Saya belum paham, iya tuwan (saya) akan bertanya kembali,


di mana yang murah di dunia ini, tuwan saya ingin
mengetahui, yang ada wujudnya, kalau tidak ada jadi rugi,
kalau yakin pasti ada, Ki Seh Madal menjawab, iya anakku
besok hari jumat.

4. Umatur sang liring skar / inggih tuwan kula anti / wangsul


kang asih ngakerat / tuwan kula ayun uning / lawan jatine
stri / tuwan kula ayun wruh / rupine ingkang nyata / Ki Sh
Madal anauri / inggih ni mas ing benjang ari Jumuwah //

Berkata sang putri jelita, iya tuwan akan saya tunggu,


kembali yang mencintai akherat, tuwan saya ingin
mengetahui, serta sejatinya perempuan, tuwan saya ingin
mengetahui, rupa yang sebenarnya, Ki Seh Madal menjawab,
iya Ni Mas besuk pada hari jumat.

5. Matur malih sang kusuma / tuwan kula ayun uning / pundi


tuwan kang rumksa / ing alam tuduhna mami / lawan jatine
stri / Ki Sh Madal aturipun / benjang ari Jumuwah / sang
rtna umatur malih / pundi tuwan puji kang tan kna pgat //

www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK culture library 19
www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK culture library I Javanese Manuscripts

Bertanya kembali sang putri, tuwan saya ingin mengetahui,


dimana tuwan yang menjaga, di alam tunjukkanlah saya,
serta sejatinya perempuan, Ki Seh Madal ucapnya, besok hari
jumat, sang putri bertanya kembali, di mana tuwan puji
yang tidak pernah putus.

6. Lawan kang asih Mukhamad / tuwan kula ayun uning / Ki


Sh Madal aturira / ing benjang dadi sawiji / ing dina Gara
Kasih / sdaya kawula tutur / lamun kusuma rara / mundhuta
wontn ing ngriki / inggih iku wawngkone nglmu rasa //

Serta yang mencintai Muhammad, tuwan saya ing


mengetahui, Ki Seh Madal ucapnya, besok saja jadi satu,
pada hari anggara kasih, semua saya jelaskan, jika sang
putri, meminta ada disini, yaitu wilayahnya ilmu rasa.

7. Manawi krungu kang maca / tmahan anjjodhri / puniku


kumpule alam / alam papat dadi siji / arwah lan insan kamil /
alam ajsam puniku / tanapi alam misal / kumpule jatine stri
/ makam papat puniku mangkono uga //

Kalau terdengar yang membaca, akibatnya memalukan, itu


kumpulnya alam, empat alam jadi satu, arwah dan insan
kamil, alam ajesam itu, kemudian alam misal, bersatu
sejatinya perempuan, makam empat itu juga demikian.

8. Makam baka kang satunggal / makam jamal kaping kalih /


kumpule loro punika / makam park iku malih / iku jatine
stri / nanging ing pasmonipun / makam jamingul jamak /
makam jamak kang mngkoni / iya iku kusuma jatine lanang
//

Makam baka yang pertama, makam jamal yang kedua,


bersatu keduanya itu, makam PAREK itu lagi, itu sejatinya
perempuan, namun itu hanya isyarat, makam jamiul jamak,
makam jamak yang mengusai, ya itu tuwan sejati laki-laki.

9. Yn gusti angraosna / martabat puniku gusti / martabat


papitu ika / ingkang kadim amung katri / kang skawan anyar
sami / umatur sang rtnaningrum / kang kadim lan kang

www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK culture library 20
www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK culture library I Javanese Manuscripts
anyar / Ki Sh Madal anauri / prbedane anng sipat kalih
dasa //

Bila gusti merasakan, martabat itu gusti, martabat ketujuh


itu, yang kadim hannya tiga, yang empat semuanya baru,
berkata sang putri terkasih, yang kadim dan yang baru, Ki
Seh Madal anauri, perbedaanya pada sifat dua puluh.

10. Iya anng akhodiyat / iku wujud nimas gusti / martabate


iku dat / anadene nglmu iki / martabat sipat gusti /
khakekat kalimahipun / wakidiyat punika / nur martabatira
gusti / iya asma martabat tarekat ika //

Yang terdapat di akhidiyat, itu wujud nimas putri,


martabatnya itu Dzat, sedangkan ilmu itu, martabat sifat
gusti, hakekat kalimahnya, wahidiyat itu, nur merupakan
martabatnya sang putri, iya asama (nama) martabat
tarekatnya.

11. Yaiku ingkang tatiga / kang anng martabat kadim /


umatur sang liring skar / tuwan kula ajng uning / rupane
siji-siji / tuwan kula ajng wruh / Ki Sh Madal punika /
adhuh mirah kula gusti / besuk bae mnk ngrungu kang
amaca //

Yaitu yang ketiga, yang berada pada martabat kadim,


berkata sang kusuma ayu, tuwan saya ing mengetahui,
wujudnya satu persatu, tuwan saya ingin mengetahui, Ki Seh
Madal itu, aduh pujaanku gusti, besuk saja jangan mendesak
nanti ada yang mendengar ketika diucapkan.

12. Anadene ingkang anyar / kang anng sarengat gusti /


alam arwah kang patunggal / martabate iku gusti / apngal
ingkang nami / sarengat kalimahipun / kang wontn sir
dahana / kang duwe roh nabadi / aluamah napsune sarengat
ika //

Sedangkan yang baru, yang berada di syariat gusti, alam


arwah yang pertama, itu martabatnya gusti, afal itu
namanya, syariat kalimahnya, yang berada sir (hati) api,
yang mempunyai ruh nabati, aluamah nafsunya syariat.

www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK culture library 21
www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK culture library I Javanese Manuscripts

13. Lakune gni kewala / sipate kahar puniki / tgse gni


punika / dudu gni kna mati / sipat kahar puniki / tgse
gni puniku / iya dadine ika / dadi iman lawan tokit / lan
makripat kaping sakawane Islam //

Jalannya selalu api, sifatnya kahar, artinya api itu, bukan api
yang bisa mati, sifat kahar itu, artinya api itu, iya jadinya
seperti, jadi iman dengan tauhid, dan makrifat yang keempat
Islam.

14. Dhikire Alloh Takallah / sipate rongpuluh gusti / pan iya


sipat kadiran / muridan ngaliman iki / kayat wahdaniyati /
pncar pirang-pirang wu / miwah kang kadya barat / dudu
barat donya iki / wawngkone iya sipat kalih dasa //

Dzikirnya Allah taala, sifatnya dua puluh gusti, yaitu sifat


kadiran, muridan ngaliman itu, hayat wahdaniyat, menyebar
menjadi beribu-ribu, serta yang seperti angin, bukan angin
yang seperti di dunia ini, tempatnya pada sifat dua puluh.

15. Pan iya kodrat iradat / sang rtna umatur aris / kawula
ajng wuninga / iradadnya anng pundi / msm sajroning ati
/ Ki Sh Madal guyu guguk / gusti kula wus tuwa / isin tmn
anglakoni / wong wus tuwa nganggo carane taruna //

Itulah kodrat iradat, sang putri berkata lembut, saya ingin


mengetahui, iradanya dimana, tersenyum didalam hati, Ki
Seh Madal tertawa tersengal-sengal, tuan putri saya sudah
tuwa, saya malu untuk menjalani, orang yang sudah tuwa
(jangan disuruh) memakai caranya anak muda.

16. Umatur malih sang rtna / kawula atakn malih / inggih


lrs alam papat / karyanipun drng uning / Ki Sh Madal
nauri / alam insan kamil iku / dadi ratuning sipat /
amngkoni sipat kalih / iya iku ratune sipat sdaya //

Bertanya kembali sang putri, saya mau bertanya lagi, iya


benar empat alam, hasilnya belum tahu, Ki Seh Madal
menjawab, alam insan kamil itu, jadi ratunya sifat,
menguasai dua sifat, yaitu ratunya semua sifat.

www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK culture library 22
www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK culture library I Javanese Manuscripts

17. Anadene alam arwah / jumnng ratu pribadi / parentah


rasul sdaya / alam misal kang mngkoni / alam misal puniki
/ lawan ajsam puniku / mngkoni alam misal / alam misal
amngkoni / iku nimas kang aran alam ajsam //

Sedangkan alam arwah, menjadi ratu tersendiri, memerintah


semua rasul (utusan), alam misal yang menguasai, alam
misal itu, dengan ajesam itu, mengusai alam misal, alam
misal menguasai, itu nimas yang disebut alam ajesam.

18. Punika jumnng nata / mngkoni alam skalir / parentah


nglmu sdaya / alam misal kang mngkoni / matur malih
sang dwi / pundi tuwan rupnipun / kula ayun uninga /
rupane sawiji-wiji / alam papat punapa abeda-beda //

Itu berdiri menjadi raja, menguasai semua alam, memerintah


semua ilmu (kawruh), alam missal yang mengusai, bertanya
lagi sang dewi, mana tuan wujudnya, saya ingin mengetahui,
wujudnya satu persatu, keempat alam apa ada
perbedaannya.

19. Ki Sh Madal angandika / wangkot tmn sira gusti / ing


benjang malm Jumuwah / wong ayu ingsun wjangi /
sdhng kang maca lali / kang parkan padha turu / matur
malih sang rtna / inggih tuwan kula anti / wangsul tuwan
kawula putrane sapa //

Ki Seh Madal berkata, susah benar kamu tuan putri, besok


pada hari jumat saja, wahai jelita nanti saya ajari, terburu
lupa nanti yang baca, semua abdi sudah tidur, bertanya lagi
sang putri, iya tuwan saya tunggu, kembali tuwan saya ini
putranya siapa.

20. Ki Sh Madal alon ngucap / kusuma sang liring sari /


dening putrane sang nata / tuhu sira sang suputri / jatine sira
iki / kodratulloh kang tumurun / matur kusuma rara / nadyan
makatna ugi / ppuja tan dene botn apputra //

Ki Seh Madal pelan berucap, sang putri yang jelita,


merupakan anak dari seorang raja, sungguh benar seorang

www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK culture library 23
www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK culture library I Javanese Manuscripts
raja putri, sejatinya kamu ini, kodratullah yang diturunkan,
berkata sang putri, walaupun demikian juga, saya selalu
berdoa namun tidak mempunyai anak.

21. Mojar sira Ki Sh Madal / luput tampanira gusti / turune


rama andika / pan iya kalih prakawis / kang dhingin iku mani
/ madi kaping kalihipun / turune ibunira / ingkang dhingin
iku wadi / kaping kalih maningkm nimas ranira //

Berkatalah Ki Seh Madal, lepas juga ketampananya gusti,


keturunannya bapakmu, hanya dua macam, yang pertama
itu mani, madi yang keduanya, sedangkan keturunan dari
ibumu, yang pertama itu wadi, yang kedua manikem nimas
namanya.

22. Sawise tumurun donya / kang maningkm dadi gtih /


wadi dadine punika / iya dadi ari-ari / anadene kang mani /
iku turune ramamu / iku dadine kawah / anadene ingkang
madi / iya iku kang dadi bbungkus bocah //

Sesudah diturunkan didunia, yang (namanya) manikem jadi


darah, wadi menjadi, yaitu jadi ari-ari, sedangkan mani, itu
keturunan dari bapakmu, itu jadinya kawah (air ketuban),
sedangkan yang (namanya) madi, yaitu menjadi bungkus
bayi.

23. Umatur malih sang rtna / gtih lawan ari-ari / kawula


ayun uninga / rupine sawiji-wiji / dadine kang saykti / tuwan
kula ajng wruh / nadyan turune bapa / bbungkus kkawah
iki / tuduhna rupane anng ing dunya //

Bertanya kembali sang putri, darah dan ari-ari, saya mohon


penjelasan, wujudnya satu persatu, wujud yang sebenarnya,
tuwan saya ingin mengetahui, walaupun itu keturunan dari
bapak, bungkus kawah itu, tunjukkan waujudnya setelah
didunia.

24. Ki Sh Madal angandika / gtih lawan ari-ari / apa tatane


wong nendra / ingkang lanang anng nginggil / nadyan
turuning gusti / pasthi yn mumbul mandhuwur / turune

www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK culture library 24
www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK culture library I Javanese Manuscripts
ibunira / apa tatane kang dhingin / anng ngandhap ora bisa
angambara //

Ki Seh Madal berkata, darah dan ari-ari, apa kebiasaan orang


tidur, laki-laki berada diatas, waulupun keturunan dari gusti,
pasti kalau terbang keatas, keturunan dari ibumu, apa
kebiasaan yang pertama, berada dibawah tidak bisa terbang
(berkelana).

25. Umatur malih sang rtna / dadine kang ari-ari / kawula


arsa wuninga / miwah dadine kang gtih / rupane kang
samangkin / tuwan kula ajng wruh / dadine kang kkawah
/ yn tan wruh aniwasi / dadi kharam ing dunya tkng
ngakerat //

Bertanya lagi sang putri, ari-ari jadi apa, saya ingin tahu,
serta jadinya darah, wujudnya yang sekarang, tuwan saya
ingin mengetahui, jadinya kawah, kalau tidak mengerti
percuma, jadi haram di dunia sampai akhirat.

Pupuh III
Asmaradana

1. Puniku nglmu kang dadi / nyatane nglmu punika / dudu


johar jisim mangke / dudu nyawa dudu suksma / pan dudu
uripira / dn awas sira ing nglmu / sadatira lagi ora //

Itu ilmu (kawruh) yang sudah jadi, kenyataan ilmu itu, bukan
johar jisim sekarang, bukan nyawa bukan suksma, dan
bukan hidupmu, dan kamu harus waspada pada ilmu,
syahadatmu sedang tidak ada.

2. Gurokna kang saykti / lagi sira tanpa bapa / miwah tanpa


ibu mangke / puniku ingaran sadat / sadatira duk nora /
lawan pamuwusirku / iku ingaranan sahadat //

Bergurulah yang benar, sedangkan kamu tanpa bapak, serta


tanpa ibu sekarang, itu yang disebut syahadat, syahadatmu
ketika tidak ada, serta ucapanmu, itu yang disebut syahadat.

www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK culture library 25
www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK culture library I Javanese Manuscripts
3. Miwah gonira ing nguni / dn sami pagurokna / tan beda
rke surupe / apan waktunira ana / awasna dn sanyata /
puniku pangawruh ingsun / pamjang ingsun mring sira //

Dan tempatmu dahulu, harus kamu tanyakan kepada guru,


tiada berbeda jangan salah melihat, sebab waktumu ada,
lihatlah dengan sesungguhnya, itu pengetahuanku,
pembelajaranku padamu.

4. Iku gaibing wong singgih / ujar iku linarangan / nyata


gustiningsun anggr / puniku dipun waspada / pan gaiping
pandhita / lah bcik gurokna iku / ing tatrape dipun awas //

Itu gaibnya orang yang bersungguh-sunguh, sabda (kata) ini


dilarang, sungguh kamu adalah tuwan saya, itu harus hati-
hati, dan gaibnya pandhita (orang suci), lebih baik
bergurulah, yang tepat dan berhati-hati.

5. Apa maning aran jisim / jisim iku aran sadat / kang suksma
lah iku mangke / ing sipatira duk nora / iku sira wruha /
awasna kang satuhu / iku wangsiting pandhita //

Apalagi yang disebut jisim, jisim itu disebut syahadat, dan


suksmalah itu sekarang, didalam sifatmu ketika belum ada,
itu harus kamu ketahui, lihatlah dengan sebenarnya, itu
pesannya orang suci (pandhita).

6. Aja sira milang jisim / aja tungkul marang tmbang /


miwah ing sipate mangke / aja sira ngucap iman / tokit lawan
makripat / puniku kasasar agung / katungkul ing dat lan sipat
//

Janganlah kamu menghitung jisim, jangan takluk pada lagu,


serta pada sifatnya sekarang, jangan kamu mengucap iman,
tauhid serta makrifat, itu keliru besar, takluk pada Dzat dan
sifat.

7. Lagi sira tanpa jisim / dn awas sira tumingal / awasna


padha mangke / iku mrtapa ngagsang / sampurnane
kasedan / lagi tanpa jasad iku / puniku pagurokna //

www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK culture library 26
www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK culture library I Javanese Manuscripts
Sebelum kamu tanpa jisim, waspadalah kamu pada
penglihatan, ketahuilah saat sekarang, itu bertapa (tirakat)
pada kehidupan, sempurnanya mati (meninggal), serta tanpa
jasad ini, itu tanyakanlah pada ahlinya.

8. Iku gaibing wong luwih / kang kinn awas ing solah / pilih
ingkang tkng kono / upayann kang sanyata / poma
pagurokna / jatine awas ing nglmu / ingaran sadat sakarat
//

Itu gaibnya orang punya kelebihan, dan disuruh waspada


pada perbuatan, memilih yang yang dari sana, carilah yang
sengguhnya, bila perlu bergurulah, sebenarnya waspada
terhadap ilmu (kawruh), yang disebut syahadat sakarat.

9. Yn arsa wruha sami / ulihna tingalira / duk anng ing


dalm mangke / jroning wtng biyangira / pujinira samana /
ingaran sadat puniku / apa sandhang panganira //

Bila hendak mengetahui semua, kembalikanlah


penglihatanmu, ketika dalam keadaan sekarang, didalam
perut ibumu, doamu dahulu, disebut syahadat itu, apakah
sandang panganmu (kebutuhan hidup jasmani).

10. Puniku ingaran nglmi / prayogane kawruhana / naptu


gaip ingarane / dn awas pagurokna / sasmitane pandhita /
dn sampurna awasipun / sapolahe wong smbahyang //

Itu yang disebut kawruh (pengetahuan), sebaiknya


ketahuilah, yang disebut hari gaib, waspada (serta)
bergurulah (tanyakan pada ahlinya), pesan (tanda-tanda)
dari Pandhita (orang suci), harus sempurna
kewaspadaanmu,segala tikah/gerak orang sembahyang.

11. Yn awas pituduh iki / nora wuninga ing salat / miwah


sadat skarate / nora wuninga ing smbah / iku padha
takokna / yn sampun awas ing ngriku / muliha duk lagi nora
//

Jika waspada pada petunjuk ini, tidak mengetahui di dalam


sholat, serta syahadat sakaratnya, tidak mengetahui di

www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK culture library 27
www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK culture library I Javanese Manuscripts
dalam sembah, itu semua tanyakan, jika sudah waspada
disitu, kembalilhah sebelum menginginkan.

12. Singgahana marga kang sirik / dohana marga kang sasar


/ rahayua salawase / dn awas ing paranira / iya
panggonanira / pan iya dulu-dinulu / duk durung ing badan
nyawa //

Mampirlah di jalan yang syirik, jauhkanlah jalan yang salah,


selamatlah selamanya, waspadalah pada arah tujuanmu,
yaitu tempatmu, yaitu saling memperhatikan, sebelum
badan (ini) bernyawa.

13. Lah ing ngndi ingkang angksi / dudu ta biranira / sira


pagurokna mangke / salat daim ukumana / poma sira
takokna / duk lare sira puniku / iya iku nglmunira //

Dan dimanakah yang melihat, bukanlah nafsumu, kamu


tanyakan pada ahlinya sekarang, sholat daim pelajari
hukumnya, bila kamu tidak mengerti tanyakanlah, ketika
masih anak-anak kamu itu, yaitu pengetahuanmu
(kawruhmu)

14. Titine suluk puniki / elinga mring kang utama /


nablgakn ing patine / dn awas sira tumingal / sajatine
sampurna / ulatana dn katmu / ndi nyawa ndi suksma //

Telitilah suluk ini, ingatlah pada yang utama, menyerahkan


pada matinya, waspadalah kamu dalam melihat, sejatinya
sempurna, perhatikan supaya ketemu, mana nyawa dan
mana suksma.

15. Upamane mirah adi / mbanira padha mirah / yn mas


iku mbane / kurang utama kang mirah / sajatine sarira /
ingkang mirah paminipun / iku ppadhane suksma //

Ibaratnya berlian yang bagus, pengikatmu juga berlian, jika


emas itu pengikatnya, kurang bagus berlianya, sebenarnya
badan/raga, yang (merupakan) berlian umpamanya, itu
sederajat (dengan) sukma.

www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK culture library 28
www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK culture library I Javanese Manuscripts
16. Ya mas ppadhane jisim / mirah mngka sjatinya /
sarira jati uripe / pan nora klawan nyawa / muwus datanpa
lidhah / ngrungu nora karna iku / tumingal nora lan netra //

Jika emas sederajat (dengan) jisim, sedangkan berlian itu


sebenarnya, badan/raga sejati hidupnya, dan tidak dengan
nyawa, mengucap tanpa lidah, mendengar tanpa telingan,
melihat tidak dengan mata.

17. Dene ingkang jisim iki / kinarya mbanan mulya / puniku


rke snne / dn eling-eling ing driya / sajatine sarira /
mbananira kang luhung / kinarya mban kang mulya //

Sedangkan jisim ini, dibuat (untuk) pengikat yang Muliya, itu


nanti bercahaya, dan ingatlah di dalam batin, sejatinya
badan/raga, pengikatmu yang baik sekali, untuk pengikat
yang terbaik.

18. Yn wruha tata kalih / punika sapa cidraa / ingkang


tunggal ing kawruhe / angliwati kang utusan / tingkahe
suksma ika / ingaranan iku bstu / uripe dn aku Allah //

Jika mengetahui dua cara, siapa yang akan berdusta, yang


tunggal di dalam kawruhnya/pengetahuannya, yang meliwati
para utusan, tingkahnya suksma itu, disebut bstu (nyata),
hidupnya diakui Allah.

19. Dene antaranirki / kang polah lan kang pinolah / tan ana
bedane mangke / tan pisah tan kumpul nyata / ewuh
pambudinira / yn sampun tumkng ngriku / saykti
langkung gaibnya //

Sedangkan antaranya kamu yang polah dan yang bertingkah,


tiada bedanya sekarang, tidak pisah dan nyata tidak
berkumpul, merepokat ikhtiarmu, jika telah sampai disitu,
sebenarnya sangat gaib sekali.

www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK culture library 29
www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK culture library I Javanese Manuscripts
Pupuh IV
Sinom

1. Ingkang pasthi ing larangan / tan kna ginawe gampil /


dene sira sampun awas / yn sampun tkng ing wsthi /
nugrahane Hyang Widi / kang sampun awas ing kawruh /
rasane iku tunggal / tunggal urip tunggal pati / tunggal
wujud Mukhamat yaiku Allah //

Yang pasti dilarang, tidak mudah dibuat gampang


(disepelekan), sedangkan kamu sudah waspada, jika sudah
sampai pada larangan, anugrahnya Hyang Widi, yang sudah
waspada pada kawruh (pengetahuan/ilmu), rasanya itu satu,
menyatu dengan hidup (dan) menyatu dengan mati, menyatu
dengan wujud Muhammad yaiku Allah.

2. Tunggale lorone tunggal / tunggale maksih kkalih /


Mukhamad yaiku Allah / Allah Mukhamad sajati / jaba jro tan
kaksi / Mukhamad sirna kadulu / kalingan sipat kidam /
waluya kadi ing nguni / iya iku sampurnane puji smbah //

Bersatunya keduanya bersatu, bersatunya masih ada dua,


Muhammad yaitu Allah, Allah Muhammad sejati, luar dalam
tidak kelihatan, Muhammad hilang tidak kelihatan, terhalangi
sifat kidam, kembali seperti sediakala, yaitu sempurnanya
sembah puji.

3. Poma iku dn rksaa / ujar linarangan iki / tan kna


ingucapna / tanpa ngrasa iku nini / pan iku sadat jati /
sampurnane ing pandulu / sampurnane paningal / ningali
ingkang sajati / iya iku sampurnane rasaning dat //

Maka dari itu jagalah, ucapan yang dilarang ini, tidak boleh
diucapkan, tanpa merasa Nini, itu syahadat sejati,
sempurnanya terletak pada penglihatan, melihat yang
sesungguhnya, yaitu sempurnanya rasanya Dzat.

4. Kang muhung ing santri ika / idhpe tan nolih singgih /


karo iku dadi sadat / tan wikan dununge puji / tan wruh
Pangeran iki / panmbahe bstu suwung / kaliwat dnnya

www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK culture library 30
www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK culture library I Javanese Manuscripts
nmbah / dn sidhp urip kkalih / tkadipun tuna liwat
bangt sasar //

Dan hanya pada santri itu, sungguh padangannya tidak


terpengaruh, keduanya itu jadi syahadat, tidak mengetahui
letaknya sembah, tidak tahu Pangeran ini, yang disembah
sudah pasti kosong, berlebihan dalam menyembah, dalam
sunyi hidup keduanya, tekadnya sangat keliru sekali.

5. Dn gugu aksara ika / dn stokna datan gingsir /


sadatipun tuna liwat / dn puhung wartane tulis / samya
nmbah amuji / panmbahe bstu suwung / parke kang
utama / tan angl dnnya ngabkti / satingalnya dadya puji
dadi smbah //

Di percaya aksara itu, dipercaya dan tidak goyah,


syahadanya sangat keliru, diyakini kabar yang tertulis,
mudah sekali dalam berbakti, setiap penglihatanya jadi puji
jadi sembah.

6. Laire pan katingalan / Mukhamad lawan Hyang Widi /


dinulu park kawangwang / lir gdhah isi sotya di / jaba jro
kaksi / sirna gdhahe dinulu / kalingan madu ika / sing
pandulu kang saykti / sirna ilang Mukhamad kalingan sukma
//

Lahirnya yang kelihatan, Muhammad dengan Hyang Widi


(Tuhan), dilihat akrab seperti diawasi, ibarat kaca berisi
hiasan emas yang indah, luar dalam kelihatan, hilang
kacanya kelihatan, terhalangi manisnya itu, yang melihat
dengan sebenarnya, hilang Muhammad terhalangi suksma.

7. Sajrone batin Mukhamad / ya Mukhamad lair batin / ya


Allah batine nyata / iya batin iya lair / lir kumbane jladri /
tunggale anane banyu / iya tan kna pjah / tan urip tan kna
pati / urip iku anguripi ingkang pjah //

Didalam batin Muhammad, ya Muhammad lair batin, ya Allah


batinnya (yang) nyata, iya batin iya lahir, ibarat ombaknya
samudra, tunggal adanya air, iya tidak boleh mati, tidak mati
tidak boleh mati, hidup itu menghidupi yang mati.

www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK culture library 31
www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK culture library I Javanese Manuscripts

8. Iku sira dn prayitna / dn bisa sira nampani / aja sira


kumlamar / dn nyata sira ngawruhi / iku ingaran nglmi /
iya iku aran rasul / kkasihe Hyang Suksma / sajatine kang
linuwih / iya iku ingakn utusaning Hyang //

Itu kamu harus waspada, harus bisa menerima, jangan


kamu sombong, diperjelas kamu mengetahui, itu yang
disebut ilmu (kawruh), yaitu yang disebut rasul, kekasihnya
Hyang Suksma, sebenarnya yang lebih, yaitu yang diaku
utusanya Hyang (Allah).

9. Tan karuan pinangkanya / panmbahe tan saykti /


sabnr-bnring tingal / kang kupur nora nana kari /
smbah pujine nting / anane sirna wus lbur / kalingan
anane dat / klm ananira iki / iya iku jatine kupur punika //

Tidak jelas asalnya, menyembahnya tidak tulus, sebenar-


benarnya penglihatan, yang kufur tidak ada yang
ketinggalan, sembah pujinya sudah habis, adanya hilang tak
berbekas.

10. Jatine kapir kang nyata / kapir aluhur saykti / tgse


kapir punika / ora ningali kkalih / tan uninga lyan malih /
anane kawula iku / lbur datan kaetang / wus nting tan ana
kari / kalimputan ananira ing datullah //

Sebenarnya kafir yang nyata, kafir luhur sebenarnya, artinya


kafir itu, tidak melihat keduanya, tidak mengetahui lainnya,
adanya hamba itu, hancur tidak terhitung, sudah habis tidak
ada yang tertinggal, terhalang adanya kamu didalam
dzatullah.

11. Sampurnane ing paningal / kang nyata kupur lan kapir /


lawan masrik ta punika / suwung mudada sjati / kang
tkng Allah iki / iku kang minngka wuwus / tgse kupur
ika / lawan kapir dn kawruhi / yn ora wruh sira lagi
saslaman //

Sempurnanya pada penglihatan, yang nyata dan kafir, serta


musyrik itu, kosong mlopong sebenarnya, yang dari Allah, itu

www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK culture library 32
www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK culture library I Javanese Manuscripts
yang merupakan ucapan, artinya, kufur itu, serta kafir harus
diketahui, bila kamu tidak tahu sedang bersalaman.

Pupuh V
Dhandhanggula

1. Yn mangkono katarima ugi / yn ta sira tan guru alman /


tan sumngguh kh alane / kawruhana sdarum / mukmin
lanang lan mukmin stri / lan dadine sakarat / llima khipun
/ pasthi katmu sadaya / wong skarat lamun sira aningali /
ing cahya kang lalima //

Jika demikian diterima juga, jika kamu tanpa guru suka


dipuji, jangan menyanggupi (itu) banyak jeleknya, ketahuilah
semuanya, mukmin laki-laki dan mukmin perempuan, dan
jadinya sakarat, lima jumlahnya, pasti ketemu semua, orang
sakarat jika kamu melihat, didalam kelima cahaya.

2. Lah puniku lamat puput ing janji / lamun durung ningali


punika / cahya llima kathahe / maksih dawa kang umur /
ingkang cahya awarni-warni / cmng abang lan jnar / ijo
putih iku / lamun aningali cahya / ingkang cmng aglis
macaa sirki / lailaha ilallah //

Dan telah habis janjinya, bila belum melihat, kelima cahaya


jumlahnya, masih panjang umurnya, cahaya yang berwana-
warni, hitam merah dan kuning, hijau putih itu, jika telah
melihat cahaya, yang hitam cepatlah kamu membaca, lailaha
ilallah.

3. Nora nana Gusti mung Hyang Widi / lan Mukhamad ya


rasulullaha / Nabi Mukhamad jatine / utusannya Hyang Agung
/ cahya ingkang cmng puniki / nnggih cahyaning setan /
lamun sira dulu / marang cahya ingkang abang / pan puniku
cahyane setan mardudi / nuli sira macaa //

Tidak ada Tuhan selain Allah, dan Muhammad Rasulullah,


Nabi Muhammad sebenarnya, utusannya Allah, cahaya yang
hitam itu, sebenarnya cahayanya setan, jika kamu melihat,
pada cahaya yang merah, itu cahayanya setan mardudi,
segara kamu membaca.

www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK culture library 33
www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK culture library I Javanese Manuscripts

4. Lailaha ilallaha malih / ya Allahu tgse mangkana / tan


ana Pangeran manh / mung Allah Ingkang Agung / ya
Pangeran ingsun sajati / yn aningali sira / kuning
cahyanipun / puniku cahyaning setan / ingkang aran iya setan
nasarani / nuli sira macaa //

Lailaha ilallaha lagi, ya Allahu, artinya demikian, tidak ada


Tuhan lagi, hanya Allah yang Agung, ya Pangeran saya yang
sebenarnya, jika kamu melhat, cahaya yang berwarna
kuning, itu cahayanya setan, yang disebut setan nasrani,
segera kamu membaca.

5. Lailaha ilallohu malih / uhu iku tgse mangkana / tan ana


Pangeran manh / amung Allah Kang Agung / ya Pangeran
ingsun sajati / kalamun sira miyat / ijo cahyanipun / puniku
kang darbe cahya / Jabarail nuli macaa sirki / mangkene
kang winaca //

Lailaha illahu lagi uhu itu artinya demikian, tidak ada Tuhan
lagi, hanya Allah yang Agung, Pangeran saya yang
sebenarnya, jika kamu melihat, hijau cahayanya, itu yang
memiliki cahaya, Jibril segera kamu mambaca, seperti ini
bacaannya.

6. Ya takobalahu lawan malih / uhu iku tgse kang nyata /


muga narimaa mangke / Allah Kang Maha Agung / ya Alloh
Ingkang Maha Suci / uhu kang kaping tiga / tgse puniku /
uhu kang murbng jagad / apan karya salire ingkang dumadi
/ prayuga tanpa rowang //

Ya taqoballahu dan lagi, uhu itu arti yang sebenarnya,


semoga nanti menerima, Allah Kang Maha Agung, ya Allah
Yang Maha Suci, uhu yang ketiga, artinya itu, uhu yang
mengusai alam semesta, yang menciptakan seluruh makhluk,
sendiri tanpa pembantu.

7. Lamun eling sahadat puniki / nalikanya cahya irng tka /


wong mukmin pask arane / lamun lali wong iku / ing
sahadat kang kocap dhingin / ing cahya irng tka / kapir

www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK culture library 34
www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK culture library I Javanese Manuscripts
patinipun / aran kapir jahiliyah / poma-poma dn rosa sami
adhikir / anyiptaa Hyang Suksma //

Jika ingat syahadat ini, ketika cayaha hitam datang, orang


mukmin pasik (tak beragama) sebutannya, jika lupa orang
itu, pada syahadat yang diucapkan pertama kali (dahulu),
kitika cahaya hitam datang, kafir matinya, disebut kafir
jahiliyah, sesekali perbanyaklah dzikirnya, memusatkan
pikiran pada Hyang Suksma.

8. Lamun eling sahadat marngi / cahya abang wong mati


mukmin ngam / yn lali ing sahadate / iya kang kocap iku /
dadi mati kapir Yahudi / sami dipun prayitna / wong Islam
puniku / dn rosa maca salawat / lamun eling sahadat puniku
singgih / cahya kuning katingal //

Jika ingat syahadat bersamaan, cahaya merah orang yang


mati (disebut) mukmin ngam (asal-asalan), jika lupa pada
syadatnya, yang terucap itu, jadi mati kafir yahudi, harus
berhati-hati, orang Islam itu, diperbanyak membaca
sholawat, jika ingat syahadat itu sungguh-sungguh, cahaya
kuning kelihatan.

9. Iya iku patine wong mukmin / lamun lali ing sahadat ika /
sahadat kang kocap kiye / mati kapir wong iku / ing kapire
aran nasrani / sira dipun prayitna / aja lali iku / mring Allah
Nabi Mukhamad / lamun eling ing sahadat kang cahya wilis /
iyku ingaranan //

Yaitu matinya orang mukmin, jika lupa pada syahadatnya,


syahadat yang diucapkan, mati kafir orang itu, kafirnya
disebut nasrani, kamu harus berhati-hati, jangan lupa itu,
kepada Allah Nabi Muhammad, jika ingat syahadat (maka)
cahaya hijau, yaitu yang dimanakan.

10. Mukmin kasusulan patinki / lamun lali wong iku kang


sadat / iya ingkang kocap kiye / mati kapir wong iku / kapir
namki / milane dn prayitna / aja gung katungkul /
kanikmatan anng dunya / gawe limut sakh ingkang
pangabkti / prlu sunat tinilar //

www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK culture library 35
www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK culture library I Javanese Manuscripts
Mukmin kasusulan matinya nanti, jika lupa pada
syahadatnya, yang terucap adalah, mati kafir orang itu, kafir
namanya, makanya harus berhati-hati, jangan mudah
menyerah, kenikmatan di dunia, membuat lupa semua untuk
menyembah, yang wajib dan sunahnya ditinggal.

11. Lamun sira mangke aningali / marang cahya ingkang


langkung pthak / nur Mukhamad iku rane / nuli macaa
gupuh / hu hu yayi ing tgsnki / ya hu ya hu ya Allah / ya
Mukhamad rasul / iku cahya langkung endah / poma-poma
iku kukuhana yayi / iku mati utama //

Jika kamu nanti melihat, pada cahaya yang sangat putih, nur
Muhammad itu namanya, segaralah membaca, hu hu adinda
artinya, ya hu ya hu ya Allah, ya Muhammad Rasul, itu
cahaya yang sangat indah, sesekali peganglah kuat-kuat
adinda, itu mati utama.

12. Lamun ana wong iku ngmasi / aningali cahya langkung


pthak / luwih utama patine / pasthi eling puniku / ing
sahadat kang kocap dhingin / karanane mangkana / wajib
kang satuhu / pan saykti yayi iya / wus dn pasthi marang
nabi kang rong kthi / lawan patlikur nambang //

Jika ada orang meninggal, melihat cahaya sangat putih, lebih


utama matinya, ingat-ingatlah itu, pada syahadat yang
diucapkan dahulu, sebabnya demikian, wajib yang
sesungguhnya, dan itu yang sebenarnya adinda, sudah
dipastikan oleh Nabi yang dua ribu, serta dua puluh empat
tambahnya.

Pupuh VI
Asmaradana

1. Yn sira nmbah amuji / pujine katur mring sapa / yn


katura Pangerane / apan datan warna rupa / lamun datan
katura / tanpa gawe smbahipun / angur aja amujia //

Jika kamu menyembak dan memuji, pujinya diperuntukkan


siapa, jika diperuntukkan kepada Pangeran, dia tidak

www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK culture library 36
www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK culture library I Javanese Manuscripts
berwarna dan berupa, jika tidak diperuntukkan, tiada guna
sembahnya, lebih baik tidak memuji.

2. Lamun ngaturana puji / marang Allah sumntana / apan


dudu ppadhane / pan iku ingkang amurba / kang masesa
ing sira / dn wruh wiwitanipun / kang nmbah lawan kang
sinmbah //

Jika memberikan puji, kepada Allah semata, bukan kepada


yang menyerupai, dan itula yang menguasai, dan berkuasa
pada dirimu, ketahuilah asalnya, yang menyembah dan yang
disembah.

3. Puji sapa kang duwni / pan puji-pujine Allah / kawula


datan andarbe / kawula ora kuwasa / miwah panggawenira /
tanln badane sakojur / anging Allah kang akarya //

Puji/doa siapa yang mempunyai, dan puji-pujinya Allah,


kawula (umat) tidak memiliki, kawula tidak berkuwasa, serta
perbuatanmu, dan semua badan/raga seluruhnya, hanya
Allah yang membuat.

4. ndi aran smbah puji / tgse puji punika / kanugrahan


sajatine / kang tumiba ing kawula / ndi aran nugrahan / iya
urip tgsipun / ya urip-uripe sapa //

Manakah yang disebut sembah puji, artinya puji itu, anugrah


sebenarnya, yang diberikan kepada hambanya, manakah
yang disebut anugrah, yaitu hidup artinya, ya hidup-
hidupnya siapa.

5. Lamun uripe Hyang Widi / tan urip kalawan nyawa / tgse


nyawa jatine / kang tumiba ing kawula / ingkang aran
nugrahan / tgse nugraha iku / iya uripe manungsa //
Jika hidupnya Hyang Widi, tidak hidup dengan nyawa, artinya
nyawa yang susungguhnya, yang diberikan kepada
hambanya, yang disebut anugrah, artinya anugrah itu, yaitu
hidupnya manusia.

www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK culture library 37
www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK culture library I Javanese Manuscripts
6. ndi tgse urip / wong urip angawruhana / dn bcik ing
panrimane / angl jnnging agsang / tgse gsang ika /
nastiti ingkang tatlu / iman tokit lan makripat //

Manakah artinya hidup, orang hidup harus mengetahui,


berterimakasihlah yang tulus, susah yang namanya hidup,
artinya hidup itu, berhati-hati pada tiga hal, iman tauhid dan
makrifat.

7. Tgse iman lan tokit / kang iman angstokna /


ngstokakn Pangerane / tgsira Allah iya / Kang Agung
Maha Mulya / tan loro datan ttlu / amung Allah mung
satunggal //

Artinya iman dan tauhid, iman itu harus percaya, percaya


kepada Pangeran, artinya Allah itu, Yang Agung Maha
Muliya, bukan dua atau tiga, hanya Allah semata.

8. ndi ingkang aran tokit / apan tunggal sajatinya /


panglburan ing karone / tan ana Gusti kawula / yn tunggal
kadiparan / yn pisaha ykti suwung / apan nora pisah
tunggal //

Manakah yang disebut tauhid, sesungguhnya bersatu,


melebur keduanya, tiada Gusti dan hamba, jika bersatu
dimana tempatnya, jika berpisah pasti kosong, sebab bukan
yang sesungguhnya.

9. Slamt sira ngawruhi / tgse tokit punika / tunggal lawan


kawulane / kawula pan nora nana / pan jnnge kawula /
sajati-jatine suwung / tanpa tingkah tanpa polah //

Selamat jika kamu mengetahui, artinya tauhid itu, bersatu


dengan hambanya, hamba sebetulnya tidak ada, yang
dinamakan hamba, sesungguhnya kosong, tiada tingkah
laku.

10. Kature smbah lan puji / katura mring dhwkira /


dhwke Allah jatine / pan nora smbah-sinmbah / ndi
kang aran Allah / iya pan wajibul wujud / sajatine iku ana //

www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK culture library 38
www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK culture library I Javanese Manuscripts
Diberinya sembah dan puji, diberikan kepada dirinya sendiri,
sebetulnya Allah dirinya, dan bukan saling menyembah,
manakah yang disebut Allah, yaitu wajibul wujud,
sesungguhnya itu ada.

11. Kang nmbah lawan kang muji / kanyataan ing datullah /


pan dudu unine dhewe / pasthi jnnge panrima / lah iku
kawruhana / tanpa polah tanpa wujud / lir sarah munggng
lautan //

Yang menyembah dengan yang memuji, sesungguhnya pada


dzatullah, bukan ucapanya sendiri, pasti namanya
pemberian, dan itu ketahuilah, tanpa polah tanpa wujud,
ibarat sampah dilautan.

12. Jnnge smbah lan puji / tan liyan kang panarima / tan
uninga salawase / dene Pangeran Kang Mulya / duk alit
tkng tuwa / dn bcik panrimanipun / angl jnnge
panrima //

Namanya sembah dan puji, tidak lain hanya pemberian, tidak


mengetahui selamanya, jika Pangeran Yang Muliya, dari kecil
sampai tuwa, tulus dalam menerima pemberian, sulit yang
namanya menerima.

Pupuh VII
Pangkur

1. Yn sira angggurua / ngulatana guru ingkang saykti /


kang sampun putus ing nglmu / sarengat lan tarekat / lan
khakekat makripat salawasipun / lawan sira ttakona / bumi
kang papitu yayi //

Jika kamu berguru, carilah guru yang sesungguhnya, yang


sudah putus ilmunya, syariat dan tarekat, dan hakekat
makrifat selamanya, serta kamu bertanyalah, ketujuh bumi
adinda,

2. Dan langit papitu ika / dumunungna nyata nng jroning


jisim / iku sira dipun wruh / dadi jatining manungsa / yn

www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK culture library 39
www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK culture library I Javanese Manuscripts
tan wruh durung Islam janma iku / pan maksih Islam-islaman
/ jatine wong tuwa tuli //

Dan ketujuh langit itu, letakkanlah dadalamnya jisim (raga),


itu yang harus kamu ketahui, menjadi sebenarnya manusia,
jika belum mengetahui belum Islam manusia itu, hanya
sekedar Islam-islaman, sebenarnya orang tua yang tuli.

3. Yn sira ayun wruha / ingkang aran bumi ppitu yayi /


bumi kang dhingin puniku / kang aran bumi rtna / kaping
kalih ingkang aran bumi kalbu / sanubari kaping tiga / kaping
pate bumi budi //

Jika kamu ingin mengetahui, yang disebut ketujuh bumi


adinda, bumi yang pertama itu, yang disebut bumi retna
(emas), yang kedua yang disebut bumi kalbu, sanubari itu
yang ketiga, yang keempat bumi budi.

4. Bumi jinm kaping lima / kaping nme bumi suksma puniki


/ bumi rasa kaping pitu / wus jangkp pitung prakara / pan
binabar tgse bumi ppitu / anadene bumi rtna / ing
dhadha dununge ykti //

Bumi jinem yang kelima, yang kenam bumi suksma itu, bumi
rasa yang ketujuh, sudah lengkap tujuh perkara, dengan
penjelasan artinya ketujuh bumi, sedangkan bumi retna,
didalam dada letak yang sesungguhnya.

5. Yaiku gdhong kastuba / panggonane sakhing manungsa


iki / astanane Islam iku / yayi bumi satunggal / kaping kalih
bumi kalbu wastanipun / iya astanane Islam / kaping tiga
sanubari //

Yaitu gedung kastuba, tempatnya seluruh manusia ini,


istananya Islam itu, hanya satu bumi adinda, yang kedua
bumi kalbu sebutannya, iya istananya Islam, yang ketiga
sanubari.

6. Iku astanane tunggal / kaping pate kang aran bumi budi /


astanane pikir iku / bumi jinm ping lima / astanane kang

www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK culture library 40
www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK culture library I Javanese Manuscripts
saykti sih satuhu / kaping nme bumi suksma / astananira
Hyang Widi //

Itu istananya tunggal, yang keempat yang disebut bumi budi,


istananya fikiran, bumi jinem yang kelima, istananya yang
sesungguhnya welas asih sebenarnya, yang keenam bumi
suksma, istananya Hyang Widi.

7. Kaping pitu bumi rasa / tgsipun yaiku ingkang urip /


tgse urip satuhu / ingakn wujud Allah / dn waspada
sakh kang padha karungu / yn sira ayun Islama / kasmaran
mangun abrangti //

Yang ketujuh bumi rasa, artinya yaitu yang hidup, artinya


hidup sebenarnya, disebut wujud Allah, berhati-hatilah pada
semua yang kamu dengar, jika kamu mengetahui Islam,
kasmaran membangun asmara / akan tergila-gila.

Pupuh VIII
Asmaradana

1. Sira kawruhana malih / aran langit pitu ika / dn waspada


sira anggr / dununge anng sarira / iku ingaranan nyawa /
langit jasmani puniku / tinitah marang Hyang Suksma //

Kamu ketahui lagi, sebutan ketujuh lagit itu, waspadalah


kamu anakku, letaknya pada badan, itu yang dinamakan
nyawa, langit jasmani itu, diperintah oleh Hyang Suksma.

2. Yayi iku kang satunggil / kapindhone kang ingaran / iku


roh sajatine / ampki nng sarira / cinatur kaping tiga /
langit napsani ranipun / ampki badanira //

Adinda itu yang pertama, yang kedua yang dinamakan, ruh


sebenarnya, memenuhi didalam badan, yang disebut yang
ketiga, langit nafsani namanya, memenuhi badanmu.

3. Kaping pat langit rokhani / ampki nglmunira / ing


badanira sakhe / langit rohmani ping lima / ampki kang
cahya / nng badanira puniku / langit nurani kang mulya //

www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK culture library 41
www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK culture library I Javanese Manuscripts
Yang keempat langit rohani, memenuhi pengetahuanmu
(ilmu), diseluruh badanmu, langit rohmani yang kelima,
memenuhi pada cahaya, didalam badanmu itu, langit nurani
yang Muliya.

4. Iya iku kang mpki / madhp ing badan sadaya / langit


roh ilapi mangke / puniku nyatane asrah / nng badannya
sadaya / iku sira dipun wruh / dadi mulyaning manungsa //

Yaitu yang memenuhi, menghadap diseluruh badan, langit


ruh ilafi nanti, itu kenyataannya pasrah, di seluruh
badannya, itu harus kamu ketahui, menjadi manusia yang
Muliya.

5. Sira kawruhana malih / ingkang aran kanugrahan / lawan


nugraha jatine / nugrahan mungguh kawula / yn nugraha
Hyang Suksma / lir bdhug iku tinabuh / ttabuhe
kanugrahan //

Kamu ketahui lagi, yang disebut ke-Muliyaan, serta


sebenarnya anugrah, keistemewaan letaknya pada hamba,
sedangkan anugrah Hyang Suksma, ibarat bedug ditabuh,
pemukulnya ke-Muliyaan.

6. Unine nugraha jati / kang nabuh manungsa mulya /


ingkang mantp panrimane / wong pana tigang prakara /
antuk jnng manungsa / iku janma kang linuhung / wong
cngng marang Pangeran //

Bunyinya anugrah yang sejati, yang menabuh manusia


Muliya (suci), yang ikhlas menerima, orang (yang) terang
pada ketiga perkara, mendapat nama manusia, itu manusia
yang utama/dihormati, orang mengetahui kepada Pangeran.

7. Iku salat kang sajati / wong pana tigang prakara / lir toya
mili smbahe / yogya sami ngawruhana / pan iku printahing
Hyang / sirna luluh kang tinmu / labte wus wujut tunggal //

Itu sholat yang sejati, orang yang terang pada ketiga


perkara, ibarat air mengalir sembahnya, pantas untuk

www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK culture library 42
www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK culture library I Javanese Manuscripts
diketahui, dan itu perintahnya Hyang, hilang tak berbekas
yang didapati, pengabdiannya sudah bersatu.

8. Lawan kawruhana malih / siksa kubur dn waspada / apa


kang siniksa mangke / apa kulit dagingira / apa ta badan
nyawa / balung roh datullah iku / kang jasat manut kiwala //

Serta ketahui kembali, siksa kubur berhati-hatilah, apa yang


disiksan nanti, apa kulit dagingingmu, apakah badan nyawa,
tulang ruh dzatullah itu, raga itu hanya menurut.

9. Badan sakojur puniki / lir sarah munggng lautan /


tumindak lan nugrahane / ykti pan drma kewala / mobah
musiking suksma / ing saparan-paran anut / tan darbe polah
priyngga //

Seluruh badan ini, iabarat sampah dilautan, perbuatan dan


anugrahnya, sebenarnya hanya sekedar saya, bergerak
kendaknya suksma, sekehendaknya menurut, tidak
mempunyai kehendak sendiri.

10. Ingkang dipun siksa nnggih / dudu jasat dudu nyawa /


dudu suksma sajatine / dudu rasa kang siniksa / yktine apan
iya / sipatulloh kang tumimbul / kang jasat anut kiwala //

Yang disiksa sesungguhnya, bukan jasad bukan nyawa,


bukan suksma sebenarnya, buka rasa yang disiksa,
sebenarnya yaitu, sifatullah yang tampak, jasad itu hanya
menurut.

11. Ingkang dipun siksa nnggih / apan ta caritanira / yaiku


yayi ing tmbe / panggonanira kang mulya / tngahe wringin
sungsang / iku sira dipun wruh / nggone wong rasa
tunggal //

Yang disiksa sesungguhnya, yaitu cerita kamu, yaitu adinda


pada saatnya nanti, tempatmu yang Muliya, ditengahnya
pohon beringin yang terbalik, itulah yang harus kamu
ketahui, tempatnya rasa manusia yang bersatu.

www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK culture library 43
www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK culture library I Javanese Manuscripts
Pupuh IX
Kinanthi

1. Kinanthi ingkang winuwus / kang kari anng ngari / dn


awas sariranira / sasat wruh suksma jati / awake kang
kinawruhan / annggih kalih prakawis //

Kinanthi yang terucap, yang tertinggal didalam Negara,


berhati-hatilah dirimu, seperti melihat suksma sejati,
badannya yang kelihatan, yaitu ada dua perkara.

2. Awak lair kang kadulu / klawan ati kkalih / ati lair


katingalan / klawan ati kkalih / lair batin bedakna /
nanging nyatane kang lair //

Badan lahiriyah yang kelihatan, serta kedua hati, hati


lahiriyah kelihatan, serta kedua hati, lahir batin harus
dibedakan, namun kenyataannya yang lahir.

3. Kang lair pasthi maujut / sarta lawan batinnki / kang batin


pasthi katingal / dene anane kang batin / angutus mring
lairira / kang lair kalingan batin //

Yang lahir pasti kelihatan, serta dengan batinmu, yang batin


pasti kelihatan, sedangkan adanya yang batin,
memerintahkan kepada lahiriyahmu, yang lahiriyah
terhalang yang batin.

4. Pangandikanya Hyang Agung / marang kanjng rasul nabi /


kang minngka gdhonging Hyang / ssoroge gdhong
mukmin / ambukak sakhing rasa / Mukhamad iku kkasih //

Sabdanya HYang Agung, kepada Rasulullah Nabi, yang


sebagai istananya Hyang, gedung rahasia mukmin, membuka
semua rasa, Muhammad itu kekasih.

5. Mukhamad warnane iku / iya rupa rijal gaip / pan sangking


karsanira Hyang / lalirune Suksma jati / kang ingaran wujut
tunggal / tan ana wujut kkalih //

www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK culture library 44
www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK culture library I Javanese Manuscripts
Muhammad wujudnya itu, wujud rijalul gaib, dan sudah
dikehendaki Hyang, pengantinya Suksma sejati, yang disebut
wujud tunggal, tidak ada wujud keduanya.

6. Yn sira ayun lumaku / anganggoa rasul singgih /


pangucapira khaklollah / pangambu pamyarsanki /
paningalira makripat / pan dadi badan rokhani //

Jika kamu hendak berjalan, memakailah rasul yang


sesungguhnya, ucapanmu hakkullah, penciuman serta
penglihatanmu, penglihatanmu makrifat, dan mejadi badan
rohani.

7. Roh ilapi aranipun / rokhani badane singgih / pan iku


langkung utama / dadi tingale lstari / marang Suksma Maha
Mulya / klawan ingkang kkasih //

Ruh ilafi sebutannya, rohani badan sesungguhnya, dan itu


lebih baik, jadi penglihatannya terpelihara, terhadap Suksma
Maha Muliya, dengan yang dikasihi.

8. Nabi wali mukmin iku / sdaya sami kawingking / pan dadi


angucap dhawak / klawan nabi kkasih / marang Suksma
Maha Mulya / tan kandhg anjohar jisim //

Nabi wali mukmin itu, semua sama-sama dibelakang, dan


menjadi ucapannya pribadi, beserta nabi yang terkasih,
terhadap Suksma Maha Muliya, tanpa berhenti kepada jisim.

9. Tingale rukyat puniku / dn awas sira ningali / kadi


aningali wulan / tatkalanira ing wngi / anglir wulan karainan
/ makripat kpalanki //

Pengamatan itu, berhati-hatilah kamu melihat, seperti


melihat bulan, sewaktu kamu di malam hari, seperti bulan
kesiangan, makrifat penglihatanmu.

10. Yn sira ayun andulu / marang Suksma Maha Suci /


klawan mata kpala / ing tmbe datan ningali / ykti wuta
tingalira / nora wruh ing Hyang Widi //

www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK culture library 45
www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK culture library I Javanese Manuscripts
Jika kamu ingin melihat, terhadap Suksma Maha Suci, dengan
mata kepala, pada waktunya nanti tidak bisa melihat, pasti
buta penglihatanmu, tidak mengetahui kepada Hyang Widi.

11. Yn arsa awas andulu / ing wujude Suksma jati / dn


awas ing rupanira / iku warnanya Hyang Widi / awase klawan
apa / sira ngiloa ing carmin //

Jika menginginkan tajam dalam penglihatan, kepada


wujudnya Suksma sejati, waspadalah pada wajahmu, itu
warnanya Hyang Widi, waspadanya menggunakan apa, kamu
bercerminlah di depan kaca.

12. Kalbu mukmin ta puniku / minngka paesan ning /


nggone sipate tingal / klawan ananing Widi / iya ati kang
ttiga / dudu atinirng jisim //

Kalbu mukminkah itu, sebagai perhiasan indah, tempat


sifatnya penglihatan, dengan adanya Widi, iya ketiga hati,
bukan hati yang berada dalam jisim.

13. Ati ingkang bngsa luhur / minngka ananing Widi / ana


rupa tigang warna / iya kadim kang rumiyin / kapindhone
kadim mudas / katigane murdas singgih //

Hati yang golongan luhur, sebagai adanya Widi, ada rupa


tiga macam, kadim yang pertama, yang kedua kadim
mudas, yang ketiga murdas sesungguhnya.

14. Yaiku upamanipun / dhalang wayang lawan klir /


dhalange pan wujut tunggal / wayangira roh ilapi / klire
akyan sabitah / karone nyata ing klir //

Yaitu ibaratnya, dalam wayang beserta layar, dalangnya


merupakan wujud tunggal, wayangnya itu ruh ilafi, layarnya
akyan sabitah, keduanya nyata di dalam layar.

15. Mulane ingaran iku / klir wus katrapan ringgit /


dhalange anukmng wayang / wayange anukmng klir /
klire anukmng dhawak / pan iku wujud birai //

www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK culture library 46
www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK culture library I Javanese Manuscripts
Makanya disebut, layar sudah dipasangi wayang, dalangnya
menjelma menjadi wayang, wayangnya mejelma di layar,
layarnya menjelma pada pribadinya sendiri, itulah wujud
gejolak asmara.

16. Sampun tumkng salulut / ewuh dnnya angarani /


lamun angrasa kawula / dadi wujutira kalih / yn sira ngrasa
Pangeran / sakuthu lawan Hyang Widi //

Sudah sampai pada bercinta, susah dalam membahasakan,


jika merasa sebagai hamba, jadi wujudmu ada dua, jika
kamu merasa sebagai Pangeran, bersatu dengan Hyang Widi.

17. Mulane puniku luput / dene skuthu Hyang Widi /


mangeran kang sipat baka / langgng sipate Hyang Widi / tan
kna tinunggal karsa / pan nora panggih-pinanggih //

Makanya itu salah, sedangkan bersatu dengan Hyang Widi,


mangeran yang bersifat abadi/kekal, langgeng sifatnya
Hyang Widi, tidak dapat bersatu dalam kehendak, dan tidak
saling bertemu.

18. Yn wus dudu polahipun / pan tmbe angrasakna pati /


sayktine brata ngarang / angarang marang Hyang Widi /
poma sira iku poma / tinkanan rasa jati //

Jika sudah bukan tingkahnya, suatu saat akan merasakan


mati, sebenarnya pertapa itu mengarang, mengarang kepada
Hyang Widi, jangan kamu itu sekali-kali, bertanya tentang
rasa sejati.

Tamat, Sh Madal kalihan Dwi Sulasikin.

Tamat, Seh Madal dengan Dewi Sulasikin.

www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK culture library 47

Anda mungkin juga menyukai