Anda di halaman 1dari 43

TEKNOLOGI BATUBARA BERSIH

PENGETAHUAN BATUBARA
Penangan Gas Buang Batubara
(Teknologi Batubara Bersih yang digunakan Selama Pelepasan Emisi)
Tiga jenis metode penanganan
Gas buang batubara adalah ; Gas Buang
Gas yang berasal atau yang Desulfurisasi
di hasilkan dari proses Denitrifikasi
pembakaran batubara Penanganan Debu
1. Desulfurisasi
: Yaitu treatmen atau penanganan (penguranganan atau
penghilangan ) terhadap kandungan sulfur yang terdapat
di batubara.

Macam-macam proses desulfurisasi


Metode type basah menggunakan kapur
Metode type basah Magnesium Gypsum
Metode type basah menggunakan almunium sulfat
limestone
Metode type basah menggunakan Formic acid limestone
Metode kering, Metode Semi Kering ( Metode pellet)
Metode desulfurisasi sederhana tipe kering
a. Metode type basah menggunakan kapur
(menghasilkan gypsum )

Outline teknologi Proses :


Didalam proses ini
terjadi kontak antara
Sulfur dioksida (SO2)
dengan slurry yang
mengandung batu
kapur di dalam
absorber. Hasil kontak
/reaksi tersebut
menghasilkan kalsium
asam sulfit. Kalsium
asam sulfit ini
selanjutnya akan
teroksidasi dengan
udara dan
membentuk gypsum.
Proses :
Gas buang yang keluar dari boiler, ditekan dan didorong oleh blower
ke GGL. Didalam GGL terjadi pertukaran panas ( 150 90 oC) dengan
gas outlet dari system desulfurisasi sebelum memasuki scrubber.

Pada cooling tower, larutan sirkulasi disemprotkan untuk


mendinginkan gas buang. Sedangkan debu, HCL dan HF yang
terkandung dalm gas akan dihapus dengan cara diserap di Scrubber
menjadi ion Cl dan ion F. Selanjutnya diakumulasikan ke larutan
sirkulasi di coling tower. Sebagian dari larutan ini akan dibuang (
dikirim ke system pengolahan air limbah) sehingga konsentrasi
pengotor dari larutan akan menjadi berkurang dari nilai yang
ditentukan.

Gas buang yang telah dicuci di cooling water akan dikirimke


absorber. Sebelumnya kabut /uap yang ada dihapus oleh kabut
eliminator pada cooling tower. Pada absorber inilah terjadi
kontak/reaksi antara SO2 yang terdapat pada gas buang dengan
larutan yang mengandung batu kapur.
Reaksi kimia utamanya adalah sebagai berikut:

CaCO3 + SO2 + 1 / 2H20 -> CaSO3 1 / 2H20 + CO


Setelah proses dessulfurisasi ini, kabut/uap yang terdapat pada gas
buang akan di hapus oleh kabut eliminator yang terpasang di
absorber tower dan selanjutnya akan terjadi pertukaran panas dari
gas buang di GGH ( 50 110oC). Setelah itu gas buang dibuang keudara
(setelah suhu naik).

Dibagian lain, sebagian kalsium asam sulfit yang terbentuk di


absorber tersirkulasi dan sebagian masuk ke dalam oxidizer. Di
menara oksidasi tsb, ditiupkan udara untuk mengoksidasi kalsium
asam sulfit menjadi gypsum. Reaksinya :
Ca SO3 1/2H2O + 1/2H20 + 3/2H20 CaSO4 2H2O

Sejumlah kecil asam sulfat ditambahkan untuk mencegah kapur


bereaksi dengan gypsum. Karena kapur yang tidak berekasi pada
saat pembentukan kalsium sulfit, akan mencemari dan menurunkan
kualitas gypsum.

Setelah terkonsentrasi dalam jumlah tertentu di pengental, gypsum


didehidrasi oleh pemisah gypsum(kelembaban kurang dr 10%) dan
menjadi produk sampingan.
Sementara itu, gypsum yang telah diubah selama dehidrasi akan
dicampur kembali dengan larutan kapur dan digunakan kembali.
Proses Aliran gas Buang Sistem Desulphurizing Metode Kapur-Gypsum Tipe Basah, dan Contoh
Volume Zat (Boiler baTubara 500 MW; Inlet SO,: 1,000 ppm).

Sumber : Japans Coal Technology, Center for Coal Ultilization, Japan, 1994
FITUR PROSES
KELEBIHAN KEKURANGAN
Harga agen penyerap Membutuhkan area yang
rendah luas untuk instalasi
Gypsum mudah dipasarkan Membutuhkan air yang
Desulfurisasi tinggi : 92 96 banyak
% Membutuhkan fasilitas
Penghilangan debu : 70 95 pengolahan limbah
% Biaya konstruksi tinggi
Operasi stabil
b. Metode type basah Magnesium Gypsum

Outline teknologi Proses


Metode ini Pada proses ini, Gas buang masuk ke
menara penyerapan melalui GGH dan
menambahkan deduster, dan SO2 diserap pada slurry
magnesium kedalam limestone yang mengandung
magnesium. konsentrasi magnesium
kapur atau batu kapur ditambah 0.40.5% dengan
sebagai sumber menambahkan Mg(OH)2. (Walaupun
limestone mengandung 0.30.5%
desulfurisasi MgO)
Sejumlah slurry dari menara absorber
dikirim menuju menara oksidasi untuk
proses oksidasi dengan menambahkan
udara. Asam sulfur tidak perlu
ditambahkan untuk penambahan pH,
dan gypsum kualitas tinggi dapat
diperoleh untuk penggunaan pada
board gypsum dan semen.
c. Metode type basah menggunakan almunium sulfat
limestone
Outline teknologi :
Keuntungan proses
Pada metode ini SO2 Kemampuan desulfurisasi
diserap oleh larutan 70 95%
limestone yang memiliki PH Digunakan pada banyak tipe
3.5. kemudian larutan boiler dgn vol.gas
tersebut teroksidasi dengan 300Nm3/h 200.000
udara. Selanjutnya baru Nm3/h
bereaksi dengan limestone, Biaya peralatan dan fasilitas
dan menghasilkan gypsum. lebih sedikit dengan
menggunakan hydro
cyclone di thickener.
4. Metode type basah menggunakan 5. Metode kering, Metode Semi Kering
Formic acid limestone (Metode pellet)

Metode ini adalah dengan


Pada metode ini, limestone,lime
menambahkan formic acid dan sumber desulfurisasi
ke lumpur limestone. (termasuk CaSO4) dicampur dan
operasi ini memungkinkan ditambahkan dengan air.
Kemudian pellet diproduksi
dengan nilai pH larutan dengan ukuran 3 10 mm oleh
penyerap antara 4.25.2. extruder. Pellet tersebut diuapkan
volume air buangan dapat dan akhirnya desulfurisasi
dilakukan dengan menggunakan
dikurangi walaupun media penyerap kering.
konsentrasi larutan kalsium
klorida kemungkinan tinggi. Fitur penting padaproses ini :
adalah kemampuan
menghilangkan 90% debu.
6. Metode desulfurisasi sederhana tipe kering

Outline teknologi Hasilnya menunjukkan (fitur ) :


Pada metode ini Limestone bahwa lebih banyak konsentrasi gas
menuju titik sublime dari
dihembuskan langsung penguapan, maka nilai desulfurisasi
kedalam tungku, dan makin tinggi, mencapai 80%
dengan rasio mol Ca/S 3 pada suhu
desulfurisasi dapat dicapai 60C.
sekitar 70-80% dengan Sebagian besar SO2 dapat terbuang
dari spray cooler, walaupun reaksi
ketersediaan semprotan desulfurisasi mengalami
pendingin diantara peningkatan pada proses dust
collector yg terinstal di hilir.
pemanas udara dan dust perhatian harus dilakukan agar
collector kadar air tidak mengembun pada
dust collector.
Metode ini adalah metode biaya
rendah biaya,
Metode ini merupakan metode
desulfurisasi sederhana
2. Denitrifikasi
yaitu treatment atau penanganan terhadap gas nitrogen
baik yang berasal dari batubara ataupun yang berasal dari
proses pembakaran batubara

NOx dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar terutama


terdiri dari NO dan NO2, dengan NO biasanya dihitung lebih
dari 95% dari NOx.

Gas pembakaran pada bahan bakar batubara, biasanya


mengandung 10-15% CO2, 7-10% H2O, 4-6 O2, dan 70-75%
N2. Perbedaan NOx tergantung pada kandungan N selama
pembakaran. Sebagian besar NOx yang dihasilkan oleh
pembakaran bahan bakar dalam boiler adalah karbon
monoksida (NO) dan karbon dioksida (NO2), dan sekitar
95% dari NOx ini adalah NO.
NOx yang dihasilkan pada Dua metode dasar untuk mengurangi
pembakaran tersebut dapat di NOx yg dihasilkan dalam pembakaran
klasifikasikan batubara
bahan bakar NOx yang Metode yang meningkatkan
disebabkan oleh kandungan N
selama pembakaran. pembakaran
Bahan bakar NOx dapat adalah usaha untuk
dikurangi jika bahan bakar
tersebut mengandung sedikit meningkatkan metode
N yg digunakan atau pembakaran karena generasi
penghilangan kandungan N
selama pembakaran NOx dikontrol pada proses
thermal NOx yang dihasilkan pembakaran didalam boiler.
sebagai hasil dari reaksi antara
N2 dan O2 pada udara System denitrifikasi gas buang
pembakaran. adalah usaha untuk
Thermal NOx dapat dikontrol
dengan menurunkan menghilangkan NOx dengan
temperature pembakaran, melakukan perlakuan pada gas
menurunkan konsentrasi buang.
oksigen atau memperpendek
waktu retensi pada
temperatur tinggi.
1. Metode Peningkatan pembakaran

Metode peningkatan pembakaran utamanya mengontrol volume bahan


bakar NOx yg dihasilkan dengan mengurangi temperature api di dalam
boiler, dan dianggap sebagai perhitungan dasar untuk mengurangi Nox
a. Metode pembakaran 2 tahap
Metode ini mengurangi udara selama proses pembakaran utama (tahap pertama)
untuk mengurangi NOx dalam proses pengurangan atmosphere, dan sepenuhnya
membakarnya dengan memberikan udara lebih banyak dari api melalui bagian atas
tungku.

Fitur : metode ini mampu mengurangi bahan bakar NOx pada proses pengurangan
atmosphere. Hal ini sangat efektif untuk pembakaran batubara. Namun, porsi yang
tidak terbakar dalam abu cenderung meningkat.

b. Metode denitrifikasi dalam tungku (pembakaran 3 tahap)


Metode ini menyemburkan bahan bakar kedalam bagian teratas dari api
pembakaran di dalam tungku untuk memproduksi pengurangan atmosphere yang
dapat mengurangi NOx. Lalu, seperti udara yang di produksi lebih untuk
pembakaran penuh, NOx pun dihasilkan. Namun, NOx berkurang sekitar 50%
secara keseluruhan.
Untuk nitrifikasi dalam tungku, tinggi tungku sedikit lebih tinggi dari yang
digunakan pada pembakaran 2 tahap. metode pembakaran 2 tahap memiliki
masalah dengan korosi karena bagian temperature tinggi (mendekati 1550C)
menjadi pengurang atmosphere.sedangkan

fitur : korosi di dalam tungku sedikit karena pengurangan atmosphere mendekati


1200-1300C. Dengan metode ini mampu mengurangi NOx sampai 200-150 ppm.
c. Metode Sirkulasi gas buang

Pada metode ini, gas buang pada 350-400C dikembalikan


mendekati burner untuk mengurangi NOx dengan cara mengurangi
temperature pembakaran dan konsentrasi O2 pada pembakaran.
Metode ini membutuhkan kipas dan saluran untuk sirkulasi gas.

Semakin besar sirkulasi gas buang, semakin besar pula efek


pengontrolan NOx. Namun, jika sirkulasi gas buang menjadi
berlebihan, pembakaran menjadi tidak stabil. Dengan demikian,
batasan volume sirkulasi gas buang di set ke 20-30% dari volume
udara pembakaran.

d. Burner NOx rendah


Burner NOx rendah adalah burner yang dimodifikasi yang
memendekkan waktu retensi pembakaran gas dengan mengurangi
temperature pembakaran dan konsentrasi oksigen pada bagian
burner. Banyak tipe telah dikembangkan.
Type Burner NOx rendah
(A). Adalah tipe sirkulasi mandiri yang mengurangi NOx dengan menggunakan
kekuatan luncur bahan bakar dan sirkulasi udara porsi
pembakaran gas.
(B)adalah tipe pembakaran 2 tahap yang membakar pada pertengahan
kondisi kekurangan udara dan menambahkan udara dari area sekitar.
(C)adalah tipe pembakaran variabel yang menggunakan kombinasi
kekuarangan udara, udara api dan api udara berlebihan.
(D)adalah tipe denitrifikasi dalam tungku yang mengurangi NOx dengan
menambahkan bahan bakar dari area sekitar untuk menghasilkan NOx
kedalam api udara yg berlebihan pada bagian tengah tungku.
(E) meningkatkan efek denitrifikasi dengan memasok gas sirkulasi antara
burner untuk pembakaran variabel.
(F) meningkatkan efek pembakaran 2-tahap demi pengisian sirkulasi gas
buang antara
udara dan flare dibakar yang di udara yang mencukupi.

Ketika sirkulasi gas buang ditambahkan pada kasus (E) dan (F), efek
pengurangan NOx meningkat, tetapi pada saat bersamaan biaya burner
dan operasi juga meningkat.
2. Sistem Denitrifikasi Gas buang
a. (Metode pemilihan reduksi katalitik (SCR))

Metode denitrifikasi gas buang pada dasarnya dapat diklasifikasikan


kedalam metode kering dan metode basah.
SCR menggunakan ammonium sebagai sumber pengurangan. Pada
metode ini ammonium ditambahkan ke gas buang dan NOx terpecah
menjadi N2 dan H2O dalam lapisan katalis pada suhu 300-400C.

Keuntungan proses ini :


produk sampingan tidak diproduksi
system konfigurasinya lebih simple
metode ini cocok untuk perlakuan gas buang dalam jumlah besar.

Reaksi nya :
4NO + 4NH3 + O2 4N2 + 6H2O
Pada SCR, sekitar 80% NOx dibuang dengan ratio mol normal NH3/NOx
0.81-0.82.
System ini dapat diinstal juga dengan mengarahkan gas buang secara
langsung dari boiler (metode debu tinggi) atau dengan membuang debu pada
tahap system ini sebelumnya (metode debu rendah).
Kekurangan metode debu tinggi kekurangan metode low
menggunakan katalis untuk
penanganan debu. dust adalah :
batas permukaan katalis dekat Adanya Dust adhesion to
inlet gas lebih keras, yang dapat
mencegah gas bergerak pada the catalyst
kecepatan 5 m/s atau kurang.
Adanya ashesion of ammonium Adanya deposit pada gas
pada abu terbang. heater
Ini dapat dikontrol dengan menjaga
kebocoran ammonium pada 5 ppm Menggunakan ESP yang
atau kurang. besar dan mahal.
Keuntungan :
Metode debu yang tinggi tidak
menghasilkan masalah partikel
pada katalis, karena asam
ammonium sulfat dan kebanyakan
element partikel kondensasi
tersimpan pada debu dan melalui
lapisan katalitik dan air heater.
Abu halus (50-100 mg/Nm3 ) yang hilang melalui precipirator
elektrostatik temperature tinggi cenderung melekat pada
permukaan katalis karena jumlah yang relatif besar. Oleh karena itu,
abu ini harus dikeluarkan oleh blower-jelaga atau cara lainnya.
kebocoran amonium juga harus dikontrol. di samping. ukuran suhu
meningkat tinggi elektrostatik precipitator sebagai volume gas yang
menangani meningkat yang juga dapat meningkatkan biaya.

Katalis yg digunakan pada sisten denitrifikasi biasanya adalah


titanium oxides dan struktur serap denganbeberapa lubang kecil.
Gas buang mengalir pada permukaan katalis penetrasi lubang2
halus karena difusi, dan demikian juga karena progress reaksi
dekomposisis.

Katalis terdapat dalam berbagai bentuk, seperti pasir, lempengan,


dan grid, tetapi lempengan dan grid yang paling banyak digunakan
untuk mencegah terjadinya kebuntuan akibat debu.
b. Non-Catalytic Denitrification (SNCR)

Pada Metode SNCR, ammonium disemburkan pada suhu


850-900 sehingga dapat mengurangi NOx sekitar 30-50%
dengan mudah. Biasanya, 35-45% denitrifikasi dilakukan
dgn rasio mol NH3/NOx 1.2-1.5 untuk memproduksi
ammonium yg tak bereaksi sekitar 10-15 ppm.

SNCR mengkonsumsi ammonium dalam jumlah banyak,


oleh karena itu rate tertinggi denitrifikasi tidak dapat
tercapai. Biaya peralatannya lebih rendah daripada SCR,
metode ini digunakan untuk tungku industri dan incinerator
limbah masyarakat yang tidak memerlukan nilai
denitrifikasi yang tinggi.
METODE DESULFURISASI DAN DENITRIFIKASI SIMULTAN
1. Desufurisasi dan denitrifikasi menggunakan karbon aktif
Outline Teknologi :
metode ini menggunakan karbon aktif untuk menyerap dan desulfurisasi
Sox pada gas buang. secara simultan NOx dan SOx dibuang dengan
efisiensi tinggi dengan meletakkan gas buang melalui karbon aktif lain.
NOx juga terpecah kedalam menara desulfurisasi dengan aktifitas katalitik
karbon aktif. efisiensinya rendah ketika terdapat SOx. NH3 dimasukkan
kembali kedalam gas melalui menara desulfurisasi, dan dimasukkan
melalui menara denitrifikasi, secara penuh dengan karbon aktif. Efisiensi
denitrifikasi tinggi tercapai.
Pada menara pelepasan, karbon aktif dari menara desulfurisasi
dipanaskan samapai 390C. Hasilnya, asam sulfat dan ammonium sulfat
klorida pada karbon aktif terdekomposisi dan SO2 yg kaya gas (konsentrasi
SO2 sekitar 15%) dihasilkan. SO2 kaya gas ini dikurangi dan lalu recover
sebagai sulfur.
Karbon aktif yang di nonaktifkan di menara desorpsi dikirimkan ke menara
denitrifikasi dahulu sehingga efek katalitik pada karbon aktif yg
mengandung NOx dapat dikurangi dan dibuang dengan ammonium. Lalu
dikirim ke menara desulfurisasi untuk menyerap SOx, dan dikirimkan
kembali ke menara desorpsi kembali.
Hasil percobaan tersebut memverifikasi nilai desulfurisasi sebesar
lebih dari 97% dan denitrifikasi lebih dari 80%.
2. METODE IRRIDASI SINAR ELEKTRON
Outline teknologi :
Metode ini mengiridasi gas buang dengan sinar electron untuk
menyingkirkan SOx dan NOx secara simultan.

Outline proses tersebut adalah sebagai berikut:


Setelah pendinginan gas buang dari sekitar 150C ke 70C, sejumlah kecil
NH3 ditambahkan, hampir sama dengan konsentrasi SOx dan NOx.
Ketika sinar elktron mengiridasi gas campuran dari NH3 dan gas buang,
SO2 dan NOx pada gas buang dikurangi dalam waktu singkat secara
ekstrim utk dibentuk menjadi H2SO4 dan HNO3, yang bereaksi dngan NH3
terdekat untuk membentuk bubuk partikel halus (campuran ammonium
sulfat dan ammonium nitrat). Partikel ini dipisahkan oleh perangkap debu
dan dibuang.

Keuntungannya:
Metode ini mampu secara simultan menghilangkan SO2 terkonsentrasi
tinggi dan NOx dengan tingkat efisiensi tinggi dan tidak mengeluarkan air
karena metode ini metode kering. Disamping itu, produk sampingannya
dapat digunakan sebagai pupuk.
Metode Penanganan Debu
1. CYCLONE
Cyclone adalah system yang mengakibatkan perubahan
arah aliran gas buang yang memisahkan dan
mengumpulkan partikel terbang dalam gas buang
dengan memanfaatkan daya sentrifugal partikel.
Pada beberapa stasiun pembangkit, cyclone digunakan
sebagai ESP pretreatment.
Ketika volume gas buang besar maka diameter cyclone
tunggal diperbesar, sehingga dapat mengurangi
kemampuan mengumpulkan partikel. Oleh karena itu,
multi cyclone yang terdiri atas banyak cyclone yg
tersusun secara pararel banyak digunakan.
2. ELECTROSTATIC PRECIPITATOR (ESP)
Pada metode ini elektron ditambahkan ke debu dalam gas buang melalui
penggunaan corona discharge, yang menyebabkan debu tsb melekat dan
terkumpul pada precipirator .
ESP di klasifikasikan sebagai :
tipe temperature rendah
ESP temperature rendah terinstal pada zona temperature rendah (140-
160C) pada outlet pamanas udara
temperature tinggi sesuai dengan zona temperature yg terinstal. ESP
temperature tinggi diinstal pada zona temperature tinggi (350-400C).

keuntungannya adalah nilai resistensi elektrik pengelolaan debu menjadi


rendah karena efisiensi perangkap debu ESP tergantung nilai resistensi
elektik. Hal ini cocok utk boiler bahan bakar batubara yang menggunakan
banyak batubara tipe berbeda karena nilai resistensi elektrik menjadi kecil
diantara tipe batubara.

Kerugian : system untuk mengelola gas buang temperature tinggi menjadi


besar dan hanya material yang dapat menahan temperature tinggi yang
dapat digunakan, sehingga dapat menaikkan biaya peralatan.
Gambar 1-15 Prinsip electrostatic precipirator

Sumber : Japans Coal Technology, Center for Coal Ultilization, Japan, 1994
3. BAG FILTER : TEKNOLOGI PRAKTIS
Metode ini adalah metode pengumpul debu
yang menggunakan bahan saringan kain. Metode
ini sedikit dipengaruhi oleh tipe batubara dari
pada precipirator elektrostatik dan mengandalkan
performa perangkap debu yang efisien dan stabil.

Kekurangan : metode ini mempunyai masalah


dengan kehilangan tekanan yg besar, instalasi
memerlukan area yg luas dan memerlukan
penggatian setiap 2 atau tiga tahun sekali.
Teknologi Batubara Bersih yang
digunakan Selama Pembakaran
Antara lain :
Integrated Coal Gasification Combined Cycle
(IGCC)
Pressurized Fluidized Bed Combustion
Combined Cycle (PFBCC)
Fluidized-Bed Combustion (FBC)
Integrated Coal Gasification Combined Cycle
(IGCC) Power Generation
Mengubah batubara kedalam terintegrasi karena
gas yang mudah terbakar (1) syngas yang dihasilkan di
untuk penggerak turbin gas. bagian gasifikasi digunakan
Batubara tanpa gas, dibakar di sebagai bahan bakar untuk
tungku pembakara turbin gas dalam siklus
menghasilkan uap, untuk gabungan,
penggerak steam turbin
Kombinasi rangkaian (2) uap yang dihasilkan oleh
pembangkit listrik. pendingin syngas di bagian
Tujuan utama dari sistem ini gasifikasi digunakan oleh
adalah untuk memperoleh turbin uap di siklus gabungan.
peningkatan efisiensi.
Pressurized Fluidized Bed Combustion
Combined Cycle (PFBCC)
Uap yang digunakan untuk menggerakkan turbine diperoleh
dari panas yang dialirkan dari boiler unggun terfluidakan.
Pada saat yang bersamaan gas dari hasil pembakaran dialirkan
untuk menggerakkan turbine yang berbeda pada tekanan dan
temperatur yang tinggi (850oC; 10-15 kg/cm2)
PFBCC mampu menghasilkan effisiensi yang tinggi (gross
thermal effisiency 43%) cukup tinggi dibandingkan dengan
sistem pembangkit konvensional dengan tekanan normal.
Fluidized-Bed Combustion (FBC)
FBC mengurangi emisi SO2 dan NOx dengan
pembakaran batubara bubuk secara terkontrol di
fluidized-bed. Sulphur dilepaskan dari batubara
sebagai SO2, diserap oleh sorben seperti batu
gamping yang disuntikkan ke dalam ruang
pembakaran bersama dengan batubara. Sekitar
90% belerang dapat dihapus, menjadi senyawa
padat. FBC beroperasi pada temperatur yang jauh
lebih rendah daripada boiler batubara bubuk
konvensional, mengurangi jumlah NOx termal
dalam jumlah besar
Teknologi Batubara Bersih yang
digunakan Setelah Pembakaran
teknologi ini mencoba dan menangkap karbon
yang dikeluarkan oleh emisi batubara. Yang
kemudian disimpan dalam gua-gua bawah
tanah atau sumur minyak tua. Meskipun
demikian, kelayakan teknis CCS belum terlihat
kinerjanya.
Konsep CCS = Carbon Capture and Storage

Anda mungkin juga menyukai