Anda di halaman 1dari 5

TUGAS KORALOGI

CORAL BLEACHING

NAMA : ASTRY LUCYANA WATY

NIM : 150254241039

Dosen Pengampu : Dedy Kurniawan S.Pi.,M.Si

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

TANJUNGPINANG

2017
Apa itu Coral bleaching ?

Coral bleacing merupakan perubahan warna pada jaringan karang dari warna kecoklatan,
kehijauan menjadi warna putih, sehingga di Indonesia disebut sebagai pemutihan karang.
Coral bleaching atau pemutihan karang terjadi akibat hilangnya microalgae pada jaringan
karang, dimana microalgae ini yang memberikan warna pada karang serta menyuplai
makanan pada polip karang kurang lebih 97%. Microalgae ini merupakan simbion dari
karang yang hidup didalam jaringan polip karang, microalgae ini dikenal dengan nama
zooxanthellae.

Gambar. Proses Pemutihan Karang (Sumber; Buku How To Asses Coral Bleaching In Your
Community)

Polip yang kehilangan Zooxanthellae tidak langsung mati secara langsung, Cuma akan
kehilangan warna akibat zooxanthellae sudah tidak ada, dan ketika pemutihan ini berlangsung
secara terus menerus maka dapat dipastikan polip karang akan mati.

Penyebab Coral bleaching ?

Penyebab terjadinya coral bleaching atau pemutihan karang disebabkan oleh beberapa faktor
alam dan antropogenik, seperti :
1. Suhu
2. Badai
3. Penyakit
4. Sedimentasi
5. Sianida
6. Herbisida
7. Logam berat
8. Perubahan salinitas

Namun dari semua penyebab utama dari pemutihan karang secara massal yaitu meningkatnya
suhu air laut. Karang dapat hidup dalam batas toleransi suhu berkisar dari 20 sampai 30
derajat selsius. Suhu kritis yang dapat menyebabkan karang memutih tergantung dari
penyesuaian karang tersebut terhadap suhu air laut rata-rata daerah dimana ia hidup. Karang
cenderung memutih apabila suhu meningkat tajam dalam waktu yang singkat atau suhu
meningkat perlahan-lahan dalam jangka waktu yang panjang.

Fenomena Coral bleaching di Indonesia ?

Coral Bleaching atau Pemutihan Terumbu Karang di Indonesia sedang hangat-hangatya,


pertistiwa ini terjadi di berbagau daerah, salah satunya di perairan Pulau Sironjong Gadang,
pesisir selatan Sumatera Barat. Terumbu karag yang menutih ini merupakan koloni terumbu
karang genus Arcopora.Indrawadi, peneliti terumbu karang dari Universitas Bung Hatta,
Padang mengatakan , Di Perairan Mandeh, baru pertama kali ini terjadi.Fenomena ini
pertama kali terpantau pada 26 Februari 2016. Sejak itu, pemutihan terus terjadi.

Peristiwa Coral Bleaching ini terjadi pada taun 1998 dan 2010, namun kala itu perairan
Mandeh tidak terkena dampaknya. Saat itu pemutihan hanya terjadi di Pulau Pandan dan
Pulau Pieh di Pariaman. Coral Bleaching juga terjadi sejak Mei 2015 di perairan Pulau
Kasiak, Pariaman. Menurut Indrawadi, Tahun 2016 Ini merupakan peristiwa coral bleaching
yang terbesar. Tim peneliti Marine Science Diving Club dari Universitas Hasanuddin,
Makassar, juga menemukan koloni karang yang memutih di perairan Kabupaten Bulukumba,
Sulawesi Selatan, pada awal Maret 2016. Tim yang mengamati terumbu karang Club Diving
UBH Padang dan Pengelola Taman Wisata Perairan (TWP) Pulau Pieh, Padangpariaman.
Tim ini menyelam di TWP Pulau Pieh di tiga pulau, yakni Pulau Pieh Pandan, Kasiak
Pariaman dan Tangah Tiku. Pengamatan juga ke Taman Nirwana Bungus Teluk Kabung,
Sungai Pinang, Pulau Pagang, Pulau Marak, Sironjong Gadang, Sironjong Kecil dan Mandeh.
Semua pulau itu di Kabupaten Pesisir Selatan. Penyelaman selama tiga kali, 24 Maret, 13
April dan 18 April, katanya.

Hal ini dikarenakan meningkatnya suhu permukaan laut karena perubahan iklim. Suhu
permukaan laut Perairan Sumatera Barat mencapai 31-32 derajat celcius, kedalaman 2-5
meter 30-29 derajat celcius. Akibatnya, polip karang kehilangan alga simbiotik zooxantela di
dalamnya. Alga ini merupakan sumber makanan dan warna terumbu karang. Dugaan itu
berdasarkan data National Ocean Atmospheric Administration (NOAA). Suhu air laut di
sebagian wilayah Indonesia akan terus meningkat di atas rata-rata hingga pertengahan tahun
ini. Saat terjadi pemutihan, terumbu karang berpotensi mati secara massal. Maka, karang
tidak mampu bertahan hidup tanpa alga simbiotik.
Kondisi cukup memprihatinkan, dari penyelaman 13 Maret di Perairan Pulau Pagang dan
Pulau Merak, air laut berwarna putih karena pemutihan karang sudah mengeluarkan substrat
kapur.Coral bleaching, merupakan faktor alam dan tak bisa pulih dalam waktu cepat. Untuk
itu, mitra Bahari Nasional sedang mendiskusikan bagaimana mencari solusi nelayan tak
terlalu terpuruk.

Hal ini terjadi karena perubahan iklim akibat global warming. Sebaiknya kita lebih peduli
lagi terhadap alam agar tidak trejadi global waming yang akan mmberikan dampak negatif
untuk makhluk hidup lainnya. Semoga Coral bleaching ini tidak terjadi lagi di kemudian hari,
agar keindahaan bawah laut tetap terjaga.

Pemulihan Coral bleaching ?

Beberapa karang dapat sembuh dan tumbuh normal lagi, ketika penyebab pemutihan hilang
dan dapat mengumpulkan kembali zooxanthellae-nya. Karang akan kembali ke warna semula
apabila penyebab pemutihan hilang, tetapi akan mati apabila penyebabnya terus berlangsung.
Oleh karena itu, pemulihan karang dari pemutihan juga tergantung dari durasi dan tingkat
gangguan lingkungan.
Bahwa penyebab pemutihan karang yang utama adalah perubahan iklim, apabila perubahan
iklim ini terus berlanjut seperti yang diperkirakan, maka peristiwa pemutihan karang akan
menjadi lebih sering dan semakin parah sehingga, akan meningkatkan resiko bagi ekosistem
terumbu karang. Oleh karena itu, upaya pencegahan perubahan iklim adalah hal yang paling
penting untuk dilakukan, dan itu adalah upaya yang tidak mudah.

Dalam penanganan perubahan iklim, pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota


diharapkan menyusun rencana aksi nasional untuk menghadapi perubahan iklim, hal ini
disusun dengan tujuan dijadikan sebagai pedoman oleh berbagai instansi dalam
melaksanakan upaya-upaya terkoordinasi dan terintegrasi untuk mitigasi dan adaptasi
terhadap perubahan iklim. Penanganan terhadap dampak perubahan iklim tidak dapat
dilakukan oleh segelintir sektor saja. Koordinasi antar instansi mutlak diperlukan demi
menjamin keberhasilan Indonesia dalam melakukan upaya mitigasi dan adaptasi terhadap
perubahan iklim. Perubahan iklim dan dampaknya merupakan masalah yang kompleks dan
dinamis.

Indonesia telah melakukan beberapa upaya untuk mengimplementasikan konvensi dan


protokol dalam mengantisipasi dampak perubahan iklim, yang meliputi mitigasi dan adaptasi.
Mitigasi pada dasarnya merupakan usaha penanggulangan untuk mencegah terjadinya
perubahan iklim yang semakin buruk, sedangkan adaptasi merupakan upaya penyesuaian
pola hidup dan sarananya terhadap perubahan iklim.

Sedangkan beberapa upaya pengelolaan wilayah pesisir, yang dapat dilakukan untuk
mencegah kerusakan terumbu karang yang lebih besar, antara lain : penerapan daerah
perlindungan laut (DPL), pembatasan perikanan di areal terumbu karang, pariwisata ramah
lingkungan, pengelolaan pesisir terpadu (PPT), dan restorasi terumbu karang.

Sangat mendesak untuk melakukan penyelarasan wilayah-wilayah kebijakan publik serta


instrumen hukum dan perundang-undangan yang terkait, khususnya dalam sektor-sektor
mitigasi dan adaptasi prioritas pembangunan, termasuk sektor pengguna energi (seperti
pembangkit listrik, industri, transportasi, serta domestik dan komersial), perdagangan,
kehutanan, pertanian, perikanan/kelautan, pertambangan, dan infrastruktur.

Bagaimanapun, kita harus tetap berupaya untuk memperbaiki dan melindungi ekosistem
terumbu karang. Karena terumbu karang memberikan perlindungan dan tempat tinggal bagi
banyak spesies ikan yang berbeda. Tanpa karang, ikan tertentu kehilangan tempat tinggal dan
daerah untuk reproduksi. Mereka juga melindungi garis pantai dari gelombang besar dan
banjir, yang merupakan masalah besar di daerah-daerah yang rawan badai tropis. Demikian
juga usaha perikanan sangat tergantung hidupnya pada karang yang sehat. Penurunan
produktivitas terumbu karang sekecil apapun akibat pemutihan, dapat memiliki konsekuensi
sosial dan ekonomi yang serius bagi masyarakat setempat yang bergantung pada sumber daya
terumbu karang, mengingat justru orang-orang inilah yang seringkali hidup dibawah garis
kemiskinan.

Anda mungkin juga menyukai