TRI WAHYUNI
ABSTRAK
TRI WAHYUNI. Hubungan Konsumsi Kopi dengan Tekanan Darah pada Pasien
Rawat Jalan Puskesmas Bogor Tengah. Dibimbing oleh YEKTI HARTATI
EFFENDI dan DODIK BRIAWAN.
ABSTRACT
The objective of this research was to study the relationship pattern of coffee
consumption with the incidence of hypertension in outpatient Bogor Tengah
Community Health Center. The design of this study was Case Control in the ratio
of cases and controls were 1:1 with a total of 160 subjects. The control subjects
were defined who had blood pressure 120/80 mmHg, while the cases subjects
had blood pressure 140/90 mmHg based on the doctor's diagnosis at least 1
month previously. Pattern coffee consumption data was collected through
interviews using a questionnaire containing 15 questions. The habit of drinking
coffee in the case group decreased after being diagnosed hypertension and
showed a statistically significant difference (p<0,05). Coffee consumption more
than 7 cups per week there is not statistically significant with the hypertension
(OR=0,677; 95% CI: 0,3331,378) (p>0,05).
RINGKASAN
TRI WAHYUNI. Hubungan Konsumsi Kopi dengan Tekanan Darah Pada Pasien
Rawat Jalan Puskesmas Bogor Tengah. Dibimbing oleh YEKTI HARTATI
EFFENDI dan DODIK BRIAWAN.
Data yang telah terkumpul diolah dan dianalisis secara deskriptif dan
inferensial menggunakan Microsoft Excel 2007 dan SPSS versi 16.0 for Windows.
Perhitungan odds ratio dengan uji Chi Square digunakan untuk mengetahui
hubungan antar variabel, sedangkan uji beda menggunakan Independent sample
T-test dan Mann Whitney.
Wilayah kerja Puskesmas Bogor Tengah meliputi 2 kelurahan, yaitu
Kelurahan Cibogor dan Kelurahan Pabaton. Jumlah penduduk di wilayah kerja
Puskesmas Bogor Tengah pada akhir tahun 2011 sebesar 10.233 jiwa dan
sebanyak 42,53% penduduk bekerja bekerja sebagai buruh. Puskesmas Bogor
Tengah memiliki pelayanan rawat jalan dan rawat inap berupa rumah bersalin 24
jam, serta memiliki fasilitas penunjang yaitu laboratorium klinik, pelayanan
radiologi dan pemeriksaan USG ibu hamil. Total kunjungan pasien pada akhir
bulan Desember 2011 sebanyak 63.127 orang. dengan rata-rata kunjungan
perbulan 5.261 orang. Penyakit hipertensi merupakan peringkat keempat dari
lima kelompok besar penyakit di Puskesmas Bogor Tengah.
Secara keseluruhan, separuh contoh memiliki umur berkisar antara 3049
tahun (50,6%) dan terdapat perbedaan umur contoh pada kelompok kontrol dan
kasus (p<0,05). Jenis kelamin contoh sebagian besar adalah perempuan (78,8%).
Sebanyak 31,2% contoh kasus menamatkan pendidikannya hingga SMA,
sedangkan 43,8% contoh kontrol merupakan tamatan Akademi/Perguruan Tinggi.
Pendapatan contoh sebagian besar masuk dalam kategori sedang (75%) dengan
rata-rata pendapatan contoh sebesar Rp1.862.2201.185.304/bulan. Lebih dari
separuh contoh kelompok kontrol berstatus gizi normal (56,2%), sedangkan 40%
contoh kelompok kasus memiliki status gizi obesitas I, dan terdapat perbedaan
status gizi antar kelompok contoh (p<0,05).
Kriteria tekanan darah contoh mengacu pada JNC 7 (The Seventh of the Joint
National Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High
Blood Pressure). Lebih dari separuh contoh kasus memiliki tekanan darah kategori
hipertensi tingkat I sebesar 52,5%. Tekanan darah sistolik pada kelompok kasus
rata-rata sebesar 157,4117,21 mmHg dan kelompok kontrol rata-rata sebesar
109,8110,45 mmHg. Tekanan darah diastolik pada kelompok kasus rata-rata
sebesar 94,968,09 mmHg dan kelompok kontrol rata-rata sebesar 77,635,28
mmHg. Terdapat 8,8% contoh kelompok kasus dan 2,5% contoh kelompok kontrol
memiliki riwayat hiperkolesterolemia. Lebih dari separuh contoh kelompok kasus
memiliki riwayat hipertensi keluarga sebesar 57,5% sedangkan pada kelompok
kontrol sebesar 36,2%. Riwayat penyakit diabetes mellitus keluarga juga dimiliki
contoh kelompok kasus dan kontrol yaitu masing-masing sebesar 15% dan 8,8%.
Kebiasaan mengonsumsi kopi contoh kelompok kasus berkurang setelah
didiagnosa hipertensi dari 40% menjadi 30% dan terdapat perbedaan kebiasaan
mengonsumsi kopi contoh sebelum dan setelah diagnosa hipertensi (p<0,05). Lebih
dari separuh contoh kelompok kontrol memiliki kebisaan mengonsumsi kopi yaitu
sebesar 51,2%. Contoh kelompok kontrol dan kasus memiliki kebiasaan
mengonsumsi kopi saat pagi hari dengan jenis kopi yang banyak digunakan adalah
jenis kopi instan dibandingkan kopi hitam/bubuk. Frekuensi konsumsi kopi 17
cangkir/minggu merupakan persentase terbesar yang ditemukan baik pada contoh
kelompok kontrol dan kasus. Takaran kopi yang banyak digunakan contoh kelompok
kontrol dan kasus dalam satu cangkir kopi yang dikonsumsi adalah 13 sendok teh
kopi untuk jenis hitam/bubuk dan 1 bungkus untuk jenis kopi instan.
Hasil uji statistik menggunakan Chi Square menunjukkan bahwa frekuensi
minum kopi lebih dari 7 cangkir/minggu tidak terdapat hubungan yang bermakna
(p>0,05) dengan OR=0,667. Hal ini berarti bahwa konsumsi kopi lebih dari 7
cangkir/minggu menjadi salah satu faktor protektif terhadap kejadian hipertensi,
meskipun hubungan tersebut tidak signifikan secara statistik.
5
TRI WAHYUNI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Gizi dari
Program Studi Ilmu Gizi pada
Departemen Gizi Masyarakat
Disetujui oleh
dr. Yekti Hartati Effendi S.Ked Dr. Ir. Dodik Briawan, MCN
Pembimbing I Pembimbing II
Diketahui oleh
Tanggal Lulus :
vii
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul Hubungan Konsumsi Kopi dengan Tekanan Darah pada Pasien Rawat
Jalan Puskesmas Bogor Tengah. Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan
dan dukungan banyak pihak. Maka dari itu, pada kesempatan ini, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Ir. Lilik Kustiyah, MS selaku dosen pembimbing akademik yang telah
membimbing penulis selama masa perkuliahan;
2. dr. Yekti Hartati Effendi, S.Ked dan Dr. Ir. Dodik Briawan, MCN selaku dosen
pembimbing skripsi yang telah senantiasa meluangkan waktu, memberikan
arahan, masukan, kritikan, dan dukungan kepada penulis dalam
melaksanakan penelitian dan menyelesaikan skripsi;
3. Prof. Dr. Ir. Siti Madanijah, MS selaku dosen pemandu seminar serta dosen
penguji skripsi;
4. Kepala Puskesmas Bogor Tengah yang telah memberikan ijin kepada
penulis untuk dapat melakukan pengumpulan data penelitian;
5. Ifna Fani, Ade Ayu Rahmawati, dan Yulistia Kartika Sari selaku pembahas
yang telah memberikan kritik dan saran;
6. Kedua orang tua dan keluarga yang telah memberikan dukungan berupa doa,
moril, dan materil kepada penulis;
7. Pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas segala bantuan
dan dukungan selama penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk penyempurnaan skripsi selanjutnya. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi banyak pihak yang membutuhkan dan menjadi sumber
informasi serta inspirasi bagi penelitian selanjutnya.
Tri Wahyuni
viii
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ......................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ................................................................................... 1
Tujuan ................................................................................................ 2
Kegunaan ........................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA
Kopi .................................................................................................... 4
Kafein ............................................................................................. 5
Efek Kafein ..................................................................................... 6
Polifenol ......................................................................................... 8
Pengolahan Produk Kopi ................................................................ 9
Pengolahan Biji Kopi Sangrai dan Kopi Bubuk ........................... 9
Pengolahan Kopi Rendah Kafein ............................................... 13
Pengolahan Kopi Instan ............................................................. 14
Tekanan Darah ................................................................................... 15
Hipertensi ....................................................................................... 16
Faktor-faktor Berhubungan dengan Hipertensi ................................ 19
Patofisiologi Hipertensi ................................................................... 25
Tanda dan Gejala Klinis ................................................................. 26
KERANGKA PEMIKIRAN ........................................................................... 28
DEFINISI OPERASIONAL ........................................................................... 30
METODE PENELITIAN
Desain, Waktu, dan Tempat ............................................................... 31
Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh .............................................. 31
Jenis dan Cara Pengumpulan Data .................................................... 32
Pengolahan dan Analisis Data ............................................................ 34
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................................... 36
Karakterisktik Contoh .......................................................................... 37
Tekanan Darah dan Riwayat Penyakit ................................................ 41
Tekanan Darah .............................................................................. 41
Riwayat Penyakit Contoh dan Keluarga ......................................... 43
Pola Konsumsi Kopi ............................................................................ 45
Pola Konsumsi Kopi Kelompok Kontrol .......................................... 45
Pola Konsumsi Kopi Kelompok Kasus ............................................ 46
Hubungan Frekuensi Konsumsi Kopi dengan Kejadian Hipertensi ...... 49
SIMPULAN DAN SARAN ............................................................................ 54
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 56
x
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Komponen kimia biji kopi arabika dan kopi robusta sebelum dan setelah
disangrai (% bobot kering) .................................................................... 5
2. Kandungan kafein berbagai pangan ...................................................... 7
3. Klasifikasi tekanan darah orang dewasa berdasarkan JNC 7 ................. 17
4. Klasifikasi Indeks Massa Tubuh (IMT) ................................................... 22
5. Jenis dan cara pengumpulan data ........................................................ 33
6. Lima kelompok besar penyakit di Kota Bogor dan kunjungan puskemas
Bogor Tengah tahun 2011 .................................................................... 37
7. Sebaran contoh berdasarkan karakteristik contoh ................................. 38
8. Distribusi hasil pengukuran tekanan darah contoh ................................ 41
9. Sebaran contoh berdasarkan riwayat penyakit ...................................... 43
10. Pola konsumsi kopi pada kelompok kontrol ........................................... 46
11. Pola konsumsi kopi pada kelompok kasus ............................................. 47
12. Hubungan frekuensi minum kopi dengan kejadian hipertensi ................. 49
13. Hubungan frekuensi minum kopi dengan kejadian hipertensi setelah
Penyesuaian dengan karakteristik contoh ............................................. 50
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Kerangka pemikiran penelitian .............................................................. 28
2. Klasifikasi tekanan darah berdasarkan kriteria JNC 7 (2003) ................ 42
xii
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kopi menjadi salah satu minuman paling popular dan digemari di seluruh
dunia, salah satunya di Indonesia. Satu cangkir kopi menjadi perangkat simbol
yang luar biasa karena tidak hanya berfungsi sebagai penghilang rasa kantuk
atau teman begadang, tetapi sebagai kode simbolik yang digunakan oleh
sebagian kalangan penikmatnya untuk mengaktualisasikan keberadaan mereka
dalam kelompok sosial. Saat ini kopi merupakan komoditas nomor dua yang
paling banyak diperdagangkan setelah minyak bumi. Berdasarkan Food and
Agriculture Organization (FAO), total 6,7 juta ton kopi diproduksi dalam kurun
waktu 19982000 dan diperkirakan akan meningkat 1,9% pada tahun 2010
menjadi 7 juta ton. Konsumsi kopi juga diproyeksikan meningkat sebesar 0,4%
per tahun dari 6,7 juta ton pada tahun 19982000 menjadi 6,9 juta ton pada
tahun 2010 (FAO 2003). Indonesia merupakan salah satu produsen kopi terbesar
di dunia, tetapi memiliki nilai konsumsi kopi per kapita yang masih relatif rendah
yaitu sekitar 70.000 ton/tahun atau 0,5 kg/orang/tahun, jika dibandingkan dengan
negara-negara lain seperti Finlandia, Norwegia, Denmark, Austria, Jerman, dan
Belgia yang telah mencapai sekitar 811 kg/orang/tahun (United States
Departement of Agriculture/USDA 2000; diacu dalam Widyotomo & Sri 2007).
Disisi lain kopi sering dikaitkan dengan sejumlah faktor risiko penyakit
jantung koroner, termasuk meningkatkan tekanan darah dan kadar kolesterol
darah. Meskipun dikatakan sebagai penyebab berbagai penyakit khususnya
hipertensi, namun berbagai hasil studi epidemiologi mengenai efek konsumsi
kopi terhadap tekanan darah tidak konsisten, beberapa menunjukkan hubungan
yang positif, ada yang mengatakan tidak ada hubungannya, bahkan beberapa
menunjukkan ada hubungan terbalik (Mattioli 2007). Hal ini dapat diduga karena
kandungan polifenol terutama chlorogenic acid (CGA) pada kopi yang digunakan
sebagai antioksidan yang dapat menurunkan toksik radikal bebas dalam tubuh
(Hardinsyah 2009).
Hipertensi menjadi salah satu masalah kesehatan yang paling umum dan
penting di seluruh dunia. Telah diperkirakan bahwa 29% dari populasi orang
dewasa di dunia atau sekitar 1,56 miliar orang, akan memiliki hipertensi pada
tahun 2025 (Kearney et al. 2005, diacu dalam Engberink et al. 2009).
Peningkatan tekanan darah merupakan salah satu faktor risiko untuk penyakit
arteri koroner, stroke, penyakit ginjal dan memperpendek harapan hidup. Faktor
2
gaya hidup dan kebiasaan makan menjadi peran yang sangat penting dalam
hipertensi dan kontrol tekanan darah. Faktor risiko hipertensi antara lain
kelebihan asupan garam dan atau alkohol, pola makan, aktivitas fisik dan berat
badan yang berlebihan. Faktor konsumsi lainnya yang cukup menarik adalah
konsumsi kopi.
Adanya hubungan antara konsumsi kopi dan tekanan darah pertama kali
dilaporkan 75 tahun yang lalu, tetapi hingga kini masih menjadi kontroversial
(Zhang et al. 2011). Meta-analisis pada 11 percobaan dengan durasi rata-rata 56
hari dan dosis kopi rata-rata 5 cangkir/hari, menunjukkan adanya peningkatan
tekanan darah sistolik sebesar 2,4 mmHg dan diastolik sebesar 1,2 mmHg
dibandingkan dengan kelompok kontrol (Jee et al. 1999). Hasil serupa juga
ditemukan oleh Noordzij et al. (2005) pada 16 percobaan acak terkontrol selama
durasi rata-rata 42 hari, bahwa terdapat peningkatan yang signifikan tekanan
darah sistolik dan diastolik masing-masing sebesar 2,04 mmHg (95% CI: 1,10
2,99) dan 0,73 mmHg (95% CI: 0,141,31) pada percobaan kopi dengan dosis
rata-rata 725 ml/hari (setara 33,5 cangkir/hari ukuran 200 ml) dan pil kafein
dengan dosis rata-rata 410 mg/hari. Noordzij et al. (2005) juga menemukan
adanya peningkatan tekanan darah lebih besar pada kelompok perlakuan pil
kafein [sistolik 4,16 mmHg (2,136,20 mmHg) dan diastolik 2,41 mmHg (0,98
3,84 mmHg)] dibandingkan kelompok perlakuan kopi [sistolik 1,22 mmHg (0,52
1,92 mmHg) dan diastolik 0,49 mmHg (-0,061,04 mmHg)].
Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI) (2011) menyatakan
bahwa meningkatnya taraf hidup dan pergeseran gaya hidup masyarakat
perkotaan di Indonesia telah mendorong terjadinya pergeseran dalam pola
konsumsi kopi baik pada kelompok muda maupun golongan tua (AEKI 2011).
Minuman kopi dan teh menurut hasil penelitian yang dilakukan di Singapura,
merupakan sumber cairan tubuh kedua (32%) setelah air putih (74%)
(Hardinsyah et al. 2010). Berdasarkan uraian diatas, peneliti ingin meneliti lebih
lanjut mengenai hubungan konsumsi kopi terhadap kejadian hipertensi pada
kelompok usia dewasa.
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mempelajari hubungan
konsumsi kopi dengan kejadian hipertensi pada pasien rawat jalan Puskesmas
Bogor Tengah.
3
Tujuan Khusus
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengidentifikasi karakteristik contoh yang meliputi umur, jenis kelamin,
status sosial ekonomi, berat badan, tinggi badan, dan status gizi secara
antropomeri;
2. Mengidentifikasi tekanan darah contoh serta riwayat penyakit keluarga dan
contoh yang terkait dengan tekanan darah;
3. Mengidentifikasi pola konsumsi kopi contoh yang meliputi jenis, frekuensi,
waktu serta lamanya mengkonsumsi kopi.
4. Menganalisis hubungan konsumsi kopi (frekuensi minum kopi) dengan
kejadian hipertensi.
Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk menambah informasi
kepada masyarakat mengenai hubungan antara konsumsi kopi dengan kejadian
hipertensi,sertadapat dijadikan rujukan oleh peneliti selanjutnya khususnya untuk
penelitian-penelitian yang relevan.
4
TINJAUAN PUSTAKA
kopi adalah kafein dan caffeol. Komponen biji kopi arabika dan robusta sebelum
dan sesudah disangrai dapat dilihat pada Tabel 1 berikut:
Tabel 1 Komponen kimia biji kopi arabika dan robusta sebelum dan setelah
disangrai (% bobot kering)
Arabika Robusta
Komponen Biji kopi Kopi sangrai Biji kopi Kopi sangrai
(%)* (%)** (%)* (%)**
Kafein 0,91,2 1,21,5 1,62,4 2,22,4
Air 05 05
Trigonelline 1,01,2 0,51,0 0,60,75 0,30,7
Protein dan Asam Amino
- Protein 1113 7,5 1113 7,5
- Asam Amino 2 0 2 0
Gula 68 0,3 67 0,3
Polisakarida 5055 38 3747 42
Oligosakarida 6,08,0 0-3,5 5,07,0 03,5
Asam
- Asam Alifatik 1,52,0 1,6 1,52,0 1,6
- Asam Quinat 0,8 1,0
- Asam Klorogenat 5,58,0 2,5 7,010 3,8
Lemak 12,018,0 14,520,0 9,013,0 11,016,0
Mineral (sebagai oksida) 3,04,2 3,54,5 4,04,5 4,65,0
Sumber : *Clarke & Macrae (1987), diacu dalam Ridwansyah (2003)
**Yusianto (1999), diacu dalam Panggabean (2011)
Kafein (1,3,7-Trimetilxantin)
Komponen utama di dalam biji kopi adalah kafein dan caffeol. Kafein
merupakan zat perangsang syaraf yang sangat penting, sementara caffeol
adalah salah satu zat pembentuk cita rasa dan aroma. Kafein merupakan salah
satu jenis alkaloid yang dapat dijumpai secara alami dalam daun, biji, atau buah
berbagai tanaman seperti kopi, daun teh, biji coklat yang digunakan untuk produk
cokelat dan buah kola yang digunakan untuk produk minuman ringan (soft drink).
Selain itu, kafein juga ada pada tanaman guarana yang disebut guaranina dan
pada tanaman mate yang disebut mateina (Panggabean 2011).
Kandungan kafein setiap jenis kopi berbeda-beda. Kadar kafein rata-rata
pada jenis kopi arabika adalah 1,2%1,5 % dan pada jenis kopi robusta 2,2%
2,4%. Kafein mempunyai rasa yang pahit, namun kafein sendiri hanya
menyumbang cita rasa pahit sebanyak kurang dari 10%. Kafein bekerja sebagai
perangsang saraf pusat, jantung dan pernafasan serta bersifat diuretik ringan.
Kafein berbentuk serbuk putih yang mengandung gugus metil dengan rumus
kimia C8H10N4O2 (Panggabean 2011).
6
Selama proses pembutan kopi, banyak kafein yang hilang karena rusak
ataupun larut dalam air perebusan. Kandungan kafein dalam kopi memiliki efek
yang beragam pada setiap manusia. Beberapa orang akan mengalami efeknya
secara langsung, sedangkan orang lain tidak merasakannya sama sekali. Hal ini
terkait dengan sifat genetika yang dimiliki masing-masing individu terkait dengan
kemampuan metabolisme tubuh dalam mencerna kafein (Weinberg & Bonnie
2010). Menurut Food and Drug Administration (FDA) (2007), overdosis karena
kafein jarang terjadi, namun tanda keracunan kafein telah terlihat pada anak-
anak seperti tremor (gemetar diluar kesadaran), mual, muntah, denyut jantung
yang tidak teratur, panik, dan kebingungan.
International Food Information Council Foundation (IFIC) menyatakan
bahwa batas aman konsumsi kafein yang masuk ke dalam tubuh perharinya
adalah 100150 mg atau 1,73 mg/kgBB, sedangkan untuk anak-anak dibawah
1422 mg. Dengan jumlah ini, tubuh sudah mengalami peningkatan aktivitas
yang cukup untuk membuatnya tetap terjaga (IFIC 2007). Sebuah studi
menunjukkan bahwa 100200 mg kafein (12,5 cangkir kopi) setiap hari adalah
batas aman yang dianjurkan oleh beberapa dokter, namun jumlah tersebut
berbeda setiap individu dan para ahli sepakat bahwa 600 mg kafein (47
cangkir kopi) atau lebih setiap harinya adalah jumlah yang terlalu banyak karena
overdosis kafein berbahaya dan dapat membunuh (FDA 2007).
Efek Kafein
Menurut Austalian Drug Foundation (ADF) (2011), pengaruh setiap obat
termasuk kafein bervariasi setiap individu. Kafein mempengaruhi seseorang
ditentukan oleh beberapa faktor, salah satunya ukuran tubuh, berat badan, status
kesehatan, faktor genetik dan jumlah yang dikonsumsi. Efek yang dirasakan
seseorang yang mengkonsumsi kafein secara teratur akan berbeda dengan
orang yang hanya sesekali mengkonsumsi.
Pengaruh dari konsumsi kafein dapat dirasakan dalam waktu 530 menit
dan bertahan hingga 12 jam. Kafein membutuhkan waktu 530 menit untuk
beredar dalam tubuh setelah di konsumsi. Efeknya akan berlanjut dalam darah
selama sekitar 12 jam. Konsumsi satu atau dua cangkir kopi dalam sehari dapat
membuat seseorang merasa lebih terjaga dan waspada untuk sementara waktu
(ADF 2011). Konsentrasi kafein dalam darah mencapai puncaknya pada 30120
menit setelah dikonsumsi dan meningkat hingga 75% dari nilai maksimal dalam
waktu 15 menit (Nurminen et al. 1999; Weinberg & Bonnie 2010).
7
penyakit jantung, insomnia parah, infertilitas, depresi, gelisah, tremor otot, dan
dapat menyebabkan kematian (ADF 2011).
bebas dalam tubuh. Peran proteksi ini akan berimplikasi pada berbagai penyakit
yang berkaitan dengan disfungsi endothelial seperti penyakit kronik dan akut
karena merokok, penyakit hipertensi, hiperkolesterol, hiperglikemia,
atherosclerosis, serta gagal jantung. Hasil kajian epidemiologi mutakhir
membuktikan bahwa minum secangkir kopi atau sekedarnya dapat meningkatkan
kemampuan tubuh memerangi oksidan, bahkan asupan polifenol seperti asam
klorogenat dapat menurunkan risiko penyakit jantung (Pergizi Pangan 2009).
2. Penyangraian
10
akan mengurangi aroma dan citarasa kopi melalui proses oksidasi (ICCRI
2007).
Bubuk kopi sangrai merupakan bahan baku kopi instan. Bubuk kopi
diperoleh dari proses penghalusan biji kopi sangrai dengan ukuran partikel pada
tingkat medium (hasil ayakan 60 mesh) (ICCRI 2007).
1. Ekstraksi
Proses ekstraksi kopi instan menggunakan percolater (penyaring kopi)
dan sentrifuge untuk mengepres sisa ampas. Tujuannya untuk memperoleh
ekstraksi optimum dari padatan terlarut tanpa merusak kualitas. Ekstraksi
bubuk kopi yang optimum tergantung pada suhu air dan laju air melalui
ampas bubuk kopi. Air panas dimasukkan dengan tekanan dan suhu
mencapai 80C selama 45 menit. Sisa bubuk hasil pelarutan akan dikempa
secara manual untuk mengekstrak komponen kopi yang masih tertinggal.
Penggunaan suhu air tertinggi memungkinkan hasil konsentrasi ekstrak
tertinggi. Rendemen ekstraksi berkisar antara 3032% berat bubuk kopi.
Sisa ampas bubuk kopi selanjutnya akan dibuang karena masih
mengandung 70% kadar air untuk diolah menjadi biogas (Ridwansyah 2003;
ICCRI 2007).
2. Kristalisasi, Penghalusan, dan Pencampuran
Ekstrak kopi dimasukkan ke dalam alat kristalisator dan ditambah gula
dengan perbandingan 1:1. Selama 30 menit pertama, larutan ekstrak kopi
dan gula dipanaskan pada suhu 100C, setelah larutan mendekati jenuh,
suhunya diturunkan menjadi 70C selam 20 menit berikutnya. Pada 10 menit
terakhir, sumber panas dimatikan, larutan jenuh kemudian didinginkan
dengan suhu ruang hingga terbentuk kristal gula-kopi (ICCRI 2007). Setelah
kristal gula-kopi terbentuk, akan digiling secara mekanik menjadi bubuk
halus. Kopi instan selain disajikan dalam bentuk murni juga dapat dicampur
dengan bubuk krimmer instan atau bahan tambahan lainnya pada proporsi
tertentu dengan alat pencampur putar tipe hexagonal.
3. Aromatisasi
Produk akhir kristalisasi akan berdampak pada kehilangan aroma kopi,
sehingga biasanya dilakukan proses aromatisasi untuk memberikan aroma
kopi bagi konsumen saat mereka membuka kemasan kopi. Hal ini dilakukan
dengan cara me-recovery aroma volatil yaitu menyemprotkan aroma volatil
tersebut kedalam kopi instan dengan menggunakan minyak kopi sebagai
bahan pembawa aroma volatile, selain itu hal ini diperlukan untuk
15
Tekanan Darah
Peredaran darah dalam tubuh terjadi karena adanya organ jantung yang
memompa darah melalui kontraksi dan relaksasi. Ketika jantung berkontraksi,
dihasilkanlah gelombang tekanan pembuluh darah yang dapat dirasakan dengan
mudah pada tangan bagian atas dengan menggunakan alat pengukur tekanan
darah. Tekanan darah merupakan desakan darah terhadap dinding-dinding
pembuluh darah arteri ketika darah tersebut dipompa dari jantung ke seluruh
tubuh. Ada dua macam tekanan darah, yaitu tekanan darah sistolik dan tekanan
darah diastolik (Hull 1996; Soeharto 2004). Tekanan darah sitolik dihasilkan pada
puncak kontraksi yaitu dimana darah menekan dinding arteri saat jantung
berkontraksi memompa darah, sedangkan tekanan darah diastolik dihasilkan
ketika jantung berelaksasi yaitu saat jantung relaks dan darah mengalir ke dalam
jantung. Oleh karena itu, tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio dari
tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik (Soeharto 2004).
Mengukur tekanan darah secara benar sangatlah penting untuk
mendiagnosis adanya hipertensi dan mengevaluasi respon pengobatan anti
hipertensi. Alat pengukur tekanan darah atau spigmomanometer ada 3 jenis : (1)
menggunakan air raksa, (2) jenis aneroid dan (3) jenis digital. Pengukur yang
paling ideal adalah yang menggunakan air raksa, namun penggunaannya harus
benar. Pengukur tekanan darah jenis aneroid dan digital dapat digunakan apabila
kurang terampil dalam menggunakan spigmomanometer air raksa, namun harus
sering dikalibrasi (Department of Health, Social Services and Public Safety 2012).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengukur tekanan darah adalah
ruang pemeriksaan nyaman, pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali dan
dihitung rata-ratanya. Pastikan kandung kemih dalam keadaan kosong dan
hindari konsumsi kopi, alkohol dan rokok 30 menit sebelum dilakukan
16
Hipertensi
Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan penyakit darah tinggi adalah
suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang > 140 mmHg untuk tekanan
darah sistoliknya dan atau > 90 mmHg untuk tekanan darah diastolik (Depkes
2006). Hipertensi yang tidak ditanggulangi merupakan faktor risiko untuk penyakit
jantung koroner, stroke, dan gagal jantung. WHO melaporkan sekitar 16,2 juta
kematian di dunia disebabkan oleh penyakit kardiovaskular. Faktor risiko yang
bertanggung jawab terhadap kondisi tersebut adalah hipertensi, kadar kolesterol
tinggi, tembakau, konsumsi buah dan sayuran yang rendah serta kurang aktivitas
fisik (Kusmana 2009).
Hipertensi umumnya mulai pada usia muda, sekitar 510% ditemukan
kasus hipertensi pada usia 2030 tahun. Bagi pasien yang berusia 4070
tahun, setiap peningkatan tekanan darah sistolik 20 mmHg dan atau tekanan
darah diastolik 10 mmHg dapat meningkatkan risiko kardiovaskular 2 kali lipat
(Kusmana 2009).
17
3. Ras
Kajian populasi menunjukan bahwa orang kulit hitam memiliki risiko
hipertensi dua kali lebih besar dibandingkan dengan orang kulit putih.
Tingkat keparahan dan kematian yang disebabkan oleh hipertensi juga lebih
tinggi pada orang kulit hitam. Hal tersebut terjadi diduga karena akses
terhadap pelayanan kesehatan yang lebih rendah, perbedaan genetik
dengan kulit putih, aspek psikososial dan atau karena faktor nutrisi (Bullock
1996).
4. Keturunan (genetik)
Genetik berperan dalam perkembangan hipertensi, yang tentunya juga
dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan lainnya. Diduga peran genetik
dalam terjadinya hipertensi berkaitan dengan sensitivitas terhadap garam
yang dapat mempengaruhi fungsi ginjal, sistem saraf simpatik, and lain-lain
(Luft & Weinberger 1997).
Jika kedua orang tua memiliki hipertensi primer, kecenderungan
hipertensi pada anaknya adalah satu dari dua anak. Jika salah satu dari
orang tua hipertensi, maka kecenderungannya satu dari tiga anak.
Sedangkan orang tua yang normotensi, kecenderungan hipertensi pada
anaknya adalah satu dari 20 anak (Bullock 1996). Hal ini sejalan dengan
dengan pernyataan Depkes RI (2006), bahwa meskipun tidak setiap
penderita hipertensi didapat dari garis keturunan, namun seseorang akan
memiliki potensi untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah
penderita hipertensi, terutama hipertensi primer (esensial). Bila kedua orang
tuanya menderita hipertensi maka sekitar 45% akan turun ke anak-anaknya
dan bila salah satu orang tuanya yang menderita hipertensi maka sekitar
30% akan turun ke anak-anaknya.
diastolik sebesar 4 mmHg bila dibandingkan diet rendah lemak yang biasa
dilakukan.
jika diberi rangsangan secara teratur dengan takaran dan waktu yang tepat
(Depkes 2007).
Latihan aerobik dengan intensitas ringan sampai sedang, seperti jalan
atau berenang secara teratur sekitar 3045 menit selama 34 kali dalam
seminggu dapat menurunkan hipertensi sekitar 48 mmHg dan risiko
kematian akibat penyakit jantung koroner sebesar 30% dibandingkan
dengan individu yang sedentary. Hal ini diduga karena latihan
mengakibatkan penurunan tekanan darah dan meningkatkan HDL kolesterol
(Chalmers et al. 1999).
6. Konsumsi alkohol berlebih
Konsumsi alkohol yang berlebihan akan meningkatkan kejadian penyakit
kardiovaskular dan terjadinya hipertensi. Orang yang mengkonsumsi alkohol
setiap hari akan menyebabkan tekanan darah sistolik naik sekitar 6,6 mmHg
dan tekanan darah diastolik sekitar 4,7 mmHg dibandingkan dengan
peminum sekali seminggu, berapa pun jumlah total yang diminum setiap
minggunya (WHO 2001).
Konsumsi alkohol berlebihan di negara barat seperti Amerika
berpengaruh terhadap terjadinya hipertensi. Sekitar 10% hipertensi di
Amerika disebabkan oleh asupan alkohol yang berlebihan di kalangan pria
separuh baya. Akibatnya, kebiasaan meminum alkohol ini menyebabkan
terjadinya hipertensi sekunder di kelompok usia ini (Depkes 2006)
7. Konsumsi kopi
Kopi disebut-sebut sebagai salah satu faktor yang dapat menyebabkan
hipertensi. Kopi mengandung kafein yang merupakan stimulan ringan yang
dapat mengatasi kelelahan, meningkatkan konsentrasi dan menggembirakan
suasana hati. Kopi merupakan sumber kafein terbesar, konsumsi kafein
yang terlalu banyak akan membuat jantung berdegup lebih cepat dan
tekanna darah meningkat. Kafein dalam 23 cangkir kopi (200250 mg)
terbukti dapat meningkatkan tekanan sistolik sebesar 314 mmHg dan
tekanan diastolik sebesar 413 mmHg. Kafein bukan termasuk zat gizi,
tetapi secara nyata menyebabkan naiknya tekanan darah dalam waktu
singkat untuk kemudian kembali normal (Khomsan 2004). Mengkonsumsi
kopi pada penderita hipertensi akan membahayakan karena meningkatkan
risiko terjadinya stroke dan meningkatkan ekskresi kalsium yang akan
berakibat peningkatan tekanan darah (Simon 2002).
25
Patofisiologi Hipertensi
Progresifitas hipertensi pada usia 1030 tahun dimulai dari prehipertensi
(meningkatnya curah jantung), kemudian menjadi hipertensi stadium awal pada
usia 2040 tahun (dimana ketahanan perifer meningkat), kemudian menjadi
hipertensi pada usia 3050 tahun dan akhirnya menjadi hipertensi dengan
komplikasi pada usia 4060 tahun (Sharma et al. 2008; diacu dalam Ananda
2011).
Mekanisme terjadinya hipertensi dimulai dengan terbentuknya angiotensin
II dari angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE). ACE
26
hipertensi pada organ target seperti ginjal, mata, otak dan jantung antara lain
ganngguan penglihatan, gangguan saraf, gangguan jantung, gangguan fungsi
ginjal, dan gangguan serebral/otak yang mengakibatkan kejang dan perdarahan
pembuluh darah otak yang mengakibatkan kelumpuhan, gangguan kesadaran
hingga koma (Depkes 2006).
28
KERANGKA PEMIKIRAN
Gaya Hidup
Efek Positif:
Rasa kantuk berkurang
Lebih bugar
Rasa lelah berkurang
Keterangan : Mudah konsentrasi
Lebih tenang
= Variabel yang diteliti
= Variabel yang tidak diteliti
= Hubungan variabel yang diteliti
= Hubungan variabel yang tidak diteliti
DEFINISI OPERASIONAL
METODE PENELITIAN
Keterangan:
n : besar contoh
Z : tingkat kemaknaan 95% (1,96)
Z : kekuatan uji 80% (0,84)
P0 : estimasi proporsi individu yang tidak terpapar hipertensi (11,1%)
P1 : estimasi proporsi individu yang terpapar hipertensi (29,4%) (Depkes 2007)
R : odds ratio (3,35) (Ngateni 2009)
32
Data mengenai tekanan darah contoh meliputi tekanan darah sistolik dan
tekanan darah diastolik. Tekanan darah sistolik akan dikategorikan menjadi
empat berdasarkan JNC 7 (2003) yaitu, normal jika tekanan darah sistolik < 120
mmHg, pre hipertensi jika tekanan darah sistolik 120139 mmHg, hipertensi I jika
tekanan darah sistolik 140159 mmHg, dan hipertensi II jika tekanan darah
sistolik 160 mmHg. Tekanan darah diastolik akan dikategorikan menjadi empat
berdasarkan JNC 7 (2003) yaitu normal jika tekanan darah diastolik < 80 mmHg,
pre hipertensi jika tekanan darah diastolik 8089 mmHg, hipertensi I jika tekanan
darah diastolik 9099 mmHg, dan hipertensi II jika tekanan darah diastolik 100
mmHg. Riwayat penyakit contoh dan keluarga contoh akan dikelompokkan
berdasarkan jenis penyakitnya yaitu hipertensi, jantung, hiperkolesterolemia,
obesitas, diabetes melitus, ginjal, dan stroke.
Data yang terkumpul akan dianalisa secara deskriptif dan inferensial.
Analisa secara deskriptif dilakukan untuk menghitung sebaran contoh
berdasarkan karakteristik contoh, tekanan darah dan riwayat penyakit, serta pola
konsumsi kopi pada masingmasing kelompok contoh. Perhitungan Odds Ratio
(OR) menggunakan uji Chi Square dilakukan untuk mengetahui hubungan antara
frekuensi konsumsi kopi terhadap kejadian hipertensi, sedangkan uji beda
menggunakan uji Independent sample T-test dan Mann Whitney. Interpretasi
odds ratio adalah sebagai berikut:
a. OR = 1, estimasi bahwa tidak ada hubungan antara faktor risiko dengan
kejadian penyakit/outcome;
b. OR > 1, estimasi bahwa ada hubungan positif antara faktor risiko dengan
kejadian penyakit/outcome;
c. OR < 1, estimasi bahwa ada hubungan negatif antara faktor risiko dengan
kejadian penyakit/outcome.
36
Tabel 6 Lima kelompok besar penyakit di Kota Bogor dan Puskesmas Bogor
Tengah tahun 2011
Kota Bogor 2011 Puskesmas Bogor Tengah 2011
No. Jenis Penyakit n No. Jenis Penyakit n
1 ISPA Tidak Spesifik 7296 1 ISPA Tidak Spesifik 9829
2 ISPA Lainnya 3402 2 ISPA Lainnya 4467
3 Hipertensi 2457 3 Faringitis 3409
4 Faringitis 2405 4 Hipertensi 3302
5 Gastritis/Tukak Lambung 2040 5 Gastritis/Tukak Lambung 2722
Karakteristik Contoh
Contoh pada penelitian adalah pasien rawat jalan Puskesmas Bogor
Tengah yang berjumlah 160 contoh yang terdiri dari 80 contoh pada kelompok
kontrol dan 80 contoh pada kelompok kasus. Contoh pada kelompok kasus
adalah contoh yang berusia 2560 tahun, memiliki tekanan darah 140/90
mmHg, didiagnosa dokter memiliki hipertensi minimal satu bulan terakhir, dan
tidak sedang hamil ataupun menyusui bagi calon contoh perempuan. Sedangkan
contoh pada kelompok kontrol adalah contoh dengan usia 2560 tahun, memiliki
tekanan darah 120/80 mmHg, dan tidak sedang hamil maupun menyusui bagi
calon contoh perempuan. Karakteristik contoh dari penelitian ini meliputi umur,
jenis kelamin, pendidikan dan besar pendapatan. Secara keseluruhan, variabel
karakteristik dari contoh penelitian tersaji dalam Tabel 7.
38
diharapkan akan semakin luas pengetahuan contoh serta semakin mudah dan
cepat untuk menerima berbagai informasi dari berbagai media khususnya
tentang gizi dan kaitannya dengan kesehatan (Notoatmodjo 2003).
Pendapatan dikelompokkan menjadi tiga berdasarkan nilai ratarata
seluruh contoh, maka didapatkan ratarata pendapatan contoh sebesar
Rp1.862.2201.185.304/bulan. Pendapatan contoh masih lebih tinggi
dibandingkan Upah Minimum Kota Bogor (UMK) yaitu Rp 1.174.200.
Berdasarkan hasil penelitian, pendapatan contoh pada kelompok kontrol lebih
tinggi daripada kelompok kasus. Secara keseluruhan, sebagian besar
pendapatan contoh (75%) termasuk kategori sedang. Pendapatan yang rendah
merupakan salah satu penyebab kejadian hipertensi (Bullock 1996). Hasil uji
beda menunjukkan adanya tidak ada perbedaan jumlah pendapatan antara
kelompok kasus dan kelompok kontrol (p>0,05).
Salah satu pemeriksaan antropometri yang menilai status gizi adalah
Indeks Massa Tubuh (IMT). Melalui IMT, dapat diketahui apakah seseorang
mengalami kegemukan atau tidak. Pada penelitian ini, contoh dikatakan obesitas
jika IMTnya 23,0 kg/m2. Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa sebagian
besar contoh pada kelompok kontrol berstatus gizi normal yaitu sebesar 56,2%
sedangkan pada kelompok kasus, contoh yang berstatus gizi normal sebesar
22,5%. Contoh yang memiliki risiko obesitas lebih banyak terdapat pada
kelompok kasus daripada kelompok kontrol yaitu masing-masing sebesar 20%
dan 12,5%. Status gizi obesitas I dan II lebih banyak ditemukan pada contoh
kelompok kasus yaitu masing-masing sebesar 40% dan 15%. Hasil uji beda t
menunjukkan bahwa ada perbedaan status gizi contoh pada kelompok kasus dan
kontrol (p<0,05), serta contoh dengan status gizi obesitas (IMT 25,00 kg/m2)
lebih berisiko 5,296 kali terhadap hipertensi dibandingkan contoh dengan status
gizi normal (IMT 24,99 kg/m2). Berat badan dan IMT berhubungan secara
langsung dengan tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik. Status gizi
lebih maupun obesitas (kegemukan) merupakan kondisi yang menunjukkan
terjadinya penumpukan lemak tubuh yang melebihi batas normal.
Obesitas bukanlah penyebab hipertensi, namun prevalensi hipertensi pada
obesitas jauh lebih besar. Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang
obesitas 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan dengan yang tidak obesitas. Hal
ini diperkuat dengan adanya temuan bahwa penderita hipertensi, sekitar 2033%
memiliki berat badan lebih (overweight) (Depkes 2006). Ada dugaan bahwa
41
Tekanan darah sistolik contoh pada kelompok kontrol berkisar dari 80120
mmHg, sedangkan pada kelompok kasus berkisar antara 130210 mmHg.
Tekanan darah diastolik contoh pada kelompok kontrol berkisar dari 6080
mmHg, sedangkan pada kelompok kasus berkisar dari 70120 mmHg. Klasifikasi
tekanan darah contoh mengacu pada The Seventh Report of the Joint National
Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood
Pressure (JNC 7) (2003), berdasarkan klasifikasi tersebut, lebih dari separuh
contoh kelompok kasus memiliki tekanan darah kategori hipertensi tingkat I yaitu
sebesar 52,5% (Gambar 2). Tekanan darah yang selalu tinggi adalah salah satu
faktor risiko untuk stroke, serangan jantung, gagal jantung dan aneurisma arterial
dan merupakan penyebab utama gagal jantung kronis (Susilo & Ari 2011).
contoh pada kelompok kasus yaitu 22,5%. Berdasarkan uji Chi Square
menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara frekuensi
minum kopi 7 cangkir/minggu dengan kejadian hipertensi dengan OR=0,677
(95% CI: 0,3331,378; p>0,05). Hal ini berarti bahwa konsumsi kopi lebih dari 7
cangkir/minggu menjadi salah satu faktor protektif terhadap kejadian hipertensi,
namun hubungan tersebut tidak signifikan secara statistik.
hipertensi pada contoh kelompok umur 40 tahun dengan status gizi normal,
dan memiliki riwayat penyakit terkait tekanan darah serta tidak memiliki riwayat
hipertensi keluarga. Hal ini diduga karena kandungan antioksidan yang cukup
tinggi pada kopi yaitu asam klorogenat.
Minuman kopi selain mengandung kafein, juga merupakan sumber yang
kaya akan senyawa bioaktif yang dapat mengontrol dan/atau menurukan tekanan
darah antara lain asam klorogenat, magnesium dan kalium yang dapat
mengimbangi efek kafein pada tingkat konsumsi tertentu (Esquivel & Victor 2012).
Konsumsi kopi kurang lebih 5 cangkir/hari, dapat memberikan kontribusi pada
asupan harian kalium sebesar 26%, 12% asupan harian magnesium, 10%
asupan harian mangan, dan 15% asupan harian niasin (vitamin B 3) (Geleijnse
2008). Kopi merupakan salah satu sumber antioksidan yang cukup tinggi.
Kandungan antioksidan dalam kopi (asam klorogenat) merupakan yang paling
tinggi dibandingkan minuman lainnya seperti coklat dan teh. Seorang ahli kimia
Amerika, Joe Vinson mengatakan bahwa kopi yang mengandung kafein maupun
yang tidak memiliki kadar antioksidan yang sama. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa terdapat lebih dari 100 jenis makanan mengandung
antioksidan, termasuk, sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan, rempah-
rempah, minyak, dan minuman. Hasil temuan tersebut dibandingkan dengan data
U.S Departement of Agriculture. Kopi menduduki urutan pertama, baik dalam
kombinasi dua antioksidan per ukuran saji maupun frekuensi konsumsi (Winarsi
2007).
Diaz-Rubio & Saura-Calixto (2007) menemukan kandungan serat larut air
dan polifenol dalam jumlah tinggi pada minuman kopi (espresso, kopi saring, dan
kopi instan). Diduga bahwa kandungan mineral dan polifenol dalam kopi dapat
menurunkan tekanan darah lebih banyak daripada dampak negatif kafein.
Hipotesis tersebut diperkuat oleh hasil penelitian Winkelmayer et al. (2005) yang
menemukan bahwa minuman kola berkafein yang rendah polifenol dapat
meningkatkan risiko hipertensi daripada kopi. Penelitian Wakabayashi et al.
(1998) yang melibatkan 3336 laki-laki sehat umur 4856 tahun selama 6 tahun,
memperlihatkan bahwa terdapat hubungan terbalik antara kebiasaan minum kopi
dengan tekanan darah. Studi tersebut menunjukkan bahwa dengan
mengonsumsi satu cangkir per hari dapat menurunkan tekanan darah sistolik
sebesar 0,6 mmHg dan tekanan darah diastolik sebesar 0,4 mmHg. Selain itu,
tekanan darah contoh peminum kopi setiap hari memiliki tekanan darah lebih
52
Kesimpulan
Karakteristik umur contoh penelitian kelompok kasus dan kontrol berada
pada rentang umur 3049 tahun dan secara statistik terdapat perbedaan umur
pada kelompok contoh penelitian (p<0,05). Jenis kelamin contoh sebagian besar
adalah perempuan (78,8%). Sebanyak 31,2% contoh kelompok kasus
menamatkan pendidikannya hingga SMA, sedangkan 43,8% contoh kelompok
kontrol merupakan tamatan Akademi/Perguruan Tinggi. Pendapatan contoh
sebagian besar masuk dalam kategori sedang (75%) dengan rata-rata
pendapatan sebesar Rp1.862.2201.185.304/bulan. Lebih dari separuh contoh
kelompok kontrol berstatus gizi normal (56,2%), sedangkan 40% contoh memiliki
status gizi obesitas I, dan terdapat perbedaan status gizi antar kelompok contoh
(p<0,05).
Tekanan darah contoh kasus memiliki kategori hipertensi tingkat I. Tekanan
darah sistolik pada kelompok kasus rata-rata sebesar 157,4117,21 mmHg dan
kelompok kontrol rata-rata sebesar 109,8110,45 mmHg. Tekanan darah
diastolik pada kelompok kasus rata-rata sebesar 94,968,09 mmHg dan
kelompok kontrol rata-rata sebesar 77,635,28 mmHg. Jenis penyakit yang
ditemukan pada contoh antara lain jantung, hiperkolesterolemia, stroke, dan
diabetes mellitus. Riwayat penyakit hiperkolesterolemia lebih banyak ditemukan
baik pada contoh kelompok kontrol maupun kasus. Jenis penyakit yang
ditemukan pada keluraga contoh antara lain hipertensi, jantung, ginjal, stroke,
dan diabetes mellitus. Riwayat hipertensi keluarga lebih banyak ditemukan pada
contoh kelompok kasus. Riwayat diabetes mellitus keluarga lebih banyak
ditemukan pada contoh kelompok kasus dan kontrol dibandingkan jenis penyakit
yang lain.
Kebiasaan konsumsi kopi contoh kelompok kasus berkurang setelah
didiagnosa hipertensi dari 40% menjadi 30% dan terdapat perbedaan kebiasaan
konsumsi kopi contoh sebelum dan setelah diagnosa hipertensi (p<0,05). Lebih
dari separuh contoh kelompok kontrol memiliki kebisaan konsumsi kopi yaitu
sebesar 51,2%. Contoh kelompok kontrol dan kasus secara keseluruhan memiliki
kebiasaan konsumsi kopi saat pagi hari dengan jenis kopi yang banyak
digunakan adalah jenis kopi instan dibandingkan kopi hitam/bubuk. Frekuensi
konsumsi kopi 17 cangkir/minggu merupakan persentase terbesar yang
ditemukan baik pada contoh kelompok kontrol dan kasus. Takaran kopi yang
55
banyak digunakan contoh kelompok kontrol dan kasus dalam satu cangkir kopi
yang dikonsumsi adalah 13 sendok teh kopi untuk jenis hitam/bubuk dan 1
bungkus untuk jenis kopi instan.
Hasil uji statistik menggunakan Chi Square menunjukkan bahwa frekuensi
minum kopi lebih dari 7 cangkir/minggu secara statistik tidak terdapat hubungan
yang bermakna (p>0,05) dengan OR=0,667. Hal ini berarti bahwa konsumsi kopi
lebih dari 7 cangkir/minggu atau dapat diasumsikan 1 cangkir/hari menjadi salah
satu faktor protektif terhadap kejadian hipertensi, meskipun hubungan tersebut
tidak signifikan secara statistik.
Saran
Perlunya penelitian lebih lanjut mengenai konsumsi kopi terhadap
kesehatan khususnya yang berhubungan dengan tekanan darah/hipertensi pada
kelompok peminum kopi dengan jumlah contoh yang lebih besar, agar dapat
terlihat efek kandungan kafein dalam kopi terhadap tekanan darah. Selain itu
perlu diadakan penyuluhan mengenai manfaat dan efek konsumsi kopi pada
masyarakat khususnya pasien rawat jalan Puskesmas Bogor Tengah.
56
DAFTAR PUSTAKA
[AEKI] Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia. 2011. Industri kopi
Indonesia. http://www.aeki-aice.org [17 Maret 2013].
Ananda S. 2011. Hipertensi pada kelompok pra lansia dan lansia (4575 tahun)
gakin di Kelurahan Utan Panjang Kecamatan Kemayoran Jakarta Pusat
Tahun 2011 [Skripsi]. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Indonsesia.
Department of Health, Social Services and Public Safety. 2012. Blood pressure
measurement device. Device Bulletin. Northern Ireland.
http://www.dhsspsni.gov.uk/db 2006_03_v2.pdf. [18 Maret 2013].
Dewi FI. 2008. Pola konsumsi pangan sumber kafein dan analisis dampaknya
berdasarkan persepsi mahasiswa TPB-IPB tahun ajaran 2007/2008
[Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Esquivel P, Victor MJ. 2012. Functional Properties of Coffee and Coffee By-
Products. Food Research International 46: 488495.
[FAO] Food and Agriculture Organization of the United Nations. 2003. Medium-
term prospects for agricultural commodities: projections to the year 2010.
Roma. ftp://ftp.fao.org/ docrep/fao/006/ y5143e/y5143e00.pdf. [17 Maret
2013].
[FDA] Food and Drug Administration. 2007. Medicines in my home: caffeine and
your body. http://www.fda.gov. [19 Desember 2011].
Hardinsyah et al. 2010. Kebiasaan Minum dan Status Hidrasi pada Remaja dan
Dewasa di Beberapa Daerah di Indonesia (THIRST). Bogor (ID):
Perhimpunan Peminat Gizi dan Pangan Indonesia, Departemen Gizi
Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
[ICCRI] Indonesian Coffee and Cocoa Research Institute. 2012. Pengolahan kopi.
http://www.iccri.net. [2 Desember 2012].
58
Israyanti. 2012. Perbandingan karakteristik kimia kopi luwak dan kopi biasa dari
jenis kopi arabika (Cafeea arabica. L) dan robusta (Cafeea canephora. L)
[Skripsi]. Makasar: Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin.
Jee SH, Jiang H, Paul KW, Il S, Michael JK. 1999. The effect of chronic coffee
drinking on blood pressure: a meta-analysis of controlled clinical trials.
Hypertension 33: 647s652.
Khomsan A. 2004. Pangan dan Gizi Untuk Kesehatan (Cetakan ke-2). Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Klag MJ et al. 2002. Coffee intake and risk hypertension: the John Hopkins
precursors study. Archives of Internal Medicine 162: 657662.
Ngateni. 2009. Hubungan kebiasaan minum kopi, merokok, olahraga dan stress
dengan kejadian hipertensi pada sopir bemo di Terminal Joyoboyo
Surabaya [abstrak]. Surabaya (ID): Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Airlangga Surabaya.
Noordzij M et al. 2005. Blood pressure response to chronic intake of coffee and
caffeine: a meta-analysis of randomized controlled trials. Journal of
Hypertension 23:921928.
Nowson et al. 2005. Blood pressure change with weight loss is affected by diet
type in men. The American Journal of Clinical Nutrition 81: 983.
Redaksi Health Secret. 2012. Khasiat Bombastis Kopi. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.
Susilo Y, Ari W. 2011. Cara Jitu Mengatasi Hipertensi. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Tierney LM, Phee SJMc, Papadakis MA. 2002. Diagnosis dan Terapi Kedokteran
Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Salemba Medika.
Tjekyan RMS. 2007. Risiko penyakit diabetes melitus tipe 2 di kalangan peminum
kopi di Kotamadya Palembang tahun 2006-2007. Makara Kesehatan 11(2):
54-60.
Uiterwaal et al. 2007. Coffee intake and incidence of hypertension. The American
Journal of Clinical Nutrition 85: 71823.
United States Department of Health and Human Services. 2003. JNC 7 Express:
The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. National
Institute of Health Publication: 035233.
Winkelmayer WC, Meir JS, Walter CW, Gary CC. 2005. Habitual caffeine intake
and the risk of hypertension in women. The Journal of the American
Medical Association (JAMA) 294 (18): 23302335.
Weinberg BA, Bonnie KB. 2010. The Miracle of Caffeine: Manfaat Tak Terduga
Kafein Berdasarkan Penelitian Paling Mutakhir. Bandung: Penerbit Qanita.
Widyotomo S, Sri M. 2007. Kafein: senyawa penting pada biji kopi. Warta Pusat
Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia 23(1): 44 50.
61
Wildman et al. 2005. Are waist circumference and body mass index
independently associated with cardiovascular risk in Chinese adults? The
American Journal of Clinical Nutrition 82: 1195202.
Yuniati EE. 2007. Perbedaan asupan zat gizi dan status gizi pada usia lanjut
hipertensi terkendali dan tidak terkendali di panti sosial Tresna Werdha Unit
Abiyoso Yogyakarta [Skripsi]. Yogyakarta (ID): Fakultas Kedokteran,
Universitas Gadjah Mada.
Zhang Z, Gang Hu, Benjamin C, Lawrence A, Liwel Chen. 2011. Habitual coffee
consumption and risk of hypertension: a systematic review and meta-
analysis of prospective observational studies13. The American Journal of
Clinical Nutrition 93: 12121219.
62
63
INFORMED CONSENT
PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI CONTOH PENELITIAN
Bogor, 2012
Mengetahui:
Peneliti Contoh
A. IDENTITAS CONTOH
a. Data Umum
1. Nama
2. Tanggal lahir Umur : thn
3. Jenis kelamin 1. Laki-laki 2. Perempuan
4. Agama
5. Alamat
6. No. telpon/HP
b. Sosial Ekonomi
7. Status perkawinan 1. Belum menikah 3. Cerai hidup
2. Menikah 4. Cerai mati
8. Pendidikan formal 1. Tidak tamat SD 4. Tamat SMA
2. Tamat SD 5. Tamat
3. Tamat SMP Akademi/PT
9. Jumlah penghasilan sebulan Rp
10. Jumlah pengeluaran minuman (kopi) Rp
c. Riwayat Penyakit Contoh Dan Keluarga
11. Apakah Anda memiliki riwayat
penyakit hipertensi?
12. Apakah Anda sedang
mengkonsumsi obat anti-hipertensi?
13. Sejak kapan Anda didiagnosa
.. Tahun/bulan/minggu
memiliki penyakit hipertensi?
14. Apakah Anda memliki riwayat
penyakit tidak menular lain selain
hipertensi?
15. Bila ada, sebutkan
Diagnosa Hipertensi
No. Pertanyaan
Sebelum Setelah
e. Jenis Kopi
12. Sebutkan merek kopi yang
biasa anda minum
13. Jenis kopi yang biasa Anda a. Kopi hitam/tubruk a. Kopi hitam/tubruk
minum selama ini b. Kopi instan b. Kopi instan
c. Kopi mix c. Kopi mix
d. Kopi siap minum d. Kopi siap minum
e. Lainnya.. e. Lainnya..
14. Apakah Anda biasa
menggunakan bahan
tambahan lainnya saat
minum kopi?
15. Jika ya, bahan tambahan
apa yang Anda gunakan?
(boleh lebih dari 1)
D. GAYA HIDUP
a. Aktivitas Fisik
1. Apakah Anda berolahraga secara rutin?
..
2. Jenis olah raga apa yang Anda lakukan? (jawaban boleh lebih dari 1)
..
..
3. Berapa lama Anda melakukan olah raga dalam satu hari?
menit/jam
4. Berapa hari dalam seminggu Anda melakukan olah raga?
hari
b. Merokok
5. Apakah Anda merokok?
6. Bila dulu pernah, sudah berapa lama berhenti?
bulan/tahun
12. Apakah Anda pernah mengkonsumsi minuman yang mengandung alkohol dalam
12 bulan terakhir?
13. Dalam 12 bulan terakhir, berapa jumlah terbanyak minuman beralkohol yang
Anda minum pada satu kesempatan?
.. sloki/gelas/botol/kaleng
69
Value df p
a
Pearson Chi-Square 20.197 1 0.000
b
Continuity Correction 18.729 1 0.000
Likelihood Ratio 20.868 1 0.000
Fisher's Exact Test
Odds Ratio
OR Lower Upper
Odds Ratio for kategori umur
4.956 2.402 10.227
40 th (>= 40 th / < 40 th)
For cohort Kelompok
2.469 1.535 3.973
Hipertensi
For cohort Kelompok Kontrol 0.498 0.372 0.668
N of Valid Cases 160
Value df p
a
Pearson Chi-Square 22.581 1 0.000
b
Continuity Correction 21.051 1 0.000
Likelihood Ratio 23.337 1 0.000
Fisher's Exact Test
Odds Ratio
OR Lower Upper
Odds Ratio for kategori status
5.296 2.595 10.811
gizi (gemuk / tidak gemuk)
For cohort Kelompok
2.092 1.548 2.828
Hipertensi
For cohort Kelompok Kontrol .395 .249 .626
Total contoh 160
70
Value df p
a
Pearson Chi-Square 1.162 1 0.281
b
Continuity Correction 0.807 1 0.369
Likelihood Ratio 1.165 1 0.280
Fisher's Exact Test
Odds Ratio
OR Lower Upper
Odds Ratio for Frekuensi minum kopi (>= 7
0.677 0.333 1.378
cangkir/minggu / 0-6 cangkir/minggu)
For cohort Kelompok Hipertensi 0.816 0.553 1.204
For cohort Kelompok Kontrol 1.204 0.871 1.664
Total contoh 160
Value df p
Pearson Chi-Square 1.597a 1 0.206
b
Continuity Correction 0.839 1 0.360
Likelihood Ratio 1.751 1 0.186
Fisher's Exact Test
Odds Ratio
OR Lower Upper
Odds Ratio for Frekuensi minum kopi (>= 7
0.359 0.070 1.842
cangkir/minggu / 0-6 cangkir/minggu)
For cohort Kelompok Hipertensi 0.444 0.112 1.757
For cohort Kelompok Kontrol 1.238 0.932 1.644
Total Contoh 55
71
Value df p
a
Pearson Chi-Square 0.202 1 0.653
Continuity Correctionb 0.047 1 0.828
Likelihood Ratio 0.200 1 0.655
Fisher's Exact Test
Odds Ratio
OR Lower Upper
Odds Ratio for Frekuensi minum kopi (>= 7
0.815 0.332 1.996
cangkir/minggu / 0-6 cangkir/minggu)
For cohort Kelompok Hipertensi 0.924 0.649 1.317
For cohort Kelompok Kontrol 1.135 0.659 1.953
Total Contoh 105
Value df p
a
Pearson Chi-Square 0.853 1 0.356
b
Continuity Correction 0.292 1 0.589
Likelihood Ratio 0.805 1 0.370
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear Association 0.839 1 0.360
b
N of Valid Cases 59
Odds Ratio
OR Lower Upper
Odds Ratio for Frekuensi minum kopi (>= 7
0.520 0.128 2.111
cangkir/minggu / 0-6 cangkir/minggu)
For cohort Kelompok Hipertensi 0.826 0.515 1.324
For cohort Kelompok Kontrol 1.587 0.621 4.055
Total Contoh 59
72
Value df p
a
Pearson Chi-Square 0.000 1 0.982
Continuity Correctionb 0.000 1 1.000
Likelihood Ratio 0.000 1 0.982
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear Association 0.000 1 0.982
b
N of Valid Cases 101
Odds Ratio
OR Lower Upper
Odds Ratio for Frekuensi minum kopi (>= 7
0.990 0.409 2.395
cangkir/minggu / 0-6 cangkir/minggu)
For cohort Kelompok Hipertensi 0.994 0.562 1.756
For cohort Kelompok cKontrol 1.004 0.733 1.374
Total Contoh 101
Value df p
a
Pearson Chi-Square 0.014 1 0.905
b
Continuity Correction 0.000 1 1.000
Likelihood Ratio 0.014 1 0.905
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear Association 0.014 1 0.907
b
N of Valid Cases 22
Odds Ratio
Value df p
a
Pearson Chi-Square 1.386 1 0.239
Continuity Correctionb 0.971 1 0.324
Likelihood Ratio 1.400 1 0.237
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear Association 1.376 1 0.241
b
N of Valid Cases 138
Odds Ratio
OR Lower Upper
Odds Ratio for Frekuensi minum kopi (>= 7
0.632 0.293 1.361
cangkir/minggu / 0-6 cangkir/minggu)
For cohort Kelompok Hipertensi 0.768 0.483 1.220
For cohort Kelompok Kontrol 1.215 0.893 1.652
Total Contoh 138
Odds Ratio
OR Lower Upper
Odds Ratio for Frekuensi minum kopi (>= 7
0.720 0.198 2.616
cangkir/minggu / 0-6 cangkir/minggu)
For cohort Kelompok Hipertensi 0.873 0.493 1.546
For cohort Kelompok Kontrol 1.212 0.590 2.491
Total Contoh 75
74
Value df p
a
Pearson Chi-Square 0.034 1 0.854
Continuity Correctionb 0.000 1 1.000
Likelihood Ratio 0.034 1 0.854
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear Association 0.033 1 0.855
b
N of Valid Cases 85
Odds Ratio
OR Lower Upper
Odds Ratio for Frekuensi minum kopi (>= 7
0.919 0.372 2.268
cangkir/minggu / 0-6 cangkir/minggu)
For cohort Kelompok Hipertensi 0.950 0.550 1.643
For cohort Kelompok Kontrol 1.034 0.724 1.477
Total Contoh 85