Draft Kelompok 2 GEJUY FIX ANJAY
Draft Kelompok 2 GEJUY FIX ANJAY
PENDAHULUAN
1
2
13
4
13
5
13
6
Tabel 1.3
Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk dan Jumlah Rumah Tangga
Tasikmalaya 2003-2013
Jumlah
Tahun LPP Rumah Tangga
Penduduk
[1] [2] [3] [4]
dan sangat rumit. Pada zaman pra tersier Jawa Barat merupakan kompleks
melange yaitu zone percampuran antara batuan kerak samudra dengan batuan
kerak benua. Terdiri dari batuan metamorf, vulkanik dan batuan beku, yang
diketahui hanya dari data pemboran dibagian utara laut Jawa barat
(Martodjojo,1984). Pada Tersier awal (peleosen) terbentuk kompleks melange
pada barat daya Jawa barat (Teluk Cileutuh) yang diduga sebagai bagian zona
penunjaman ke arah Jawa Tengah. Di sebelah utara Jawa Barat mulai diendapkan
produk hasil letusan gunung api yang terendapkan sebagai formasi Jatibarang
sementara. Pada kala Eosen, Jawa Barat berada pada kondisi benua, yang
ditandai oleh ketidakselarasan, tetapi Rajamandala-Sukabumi merupakan area
terestial fluvial dimana hadir formasi Gunung Walat yang mengisi depresi interarc
basin.
Pada kala Oligosen Awal ditandai oleh ketidakselarasan pada puncak
Gunung Walat berupa konglomerat batupasir kwarsa, yang menunjukan suatu
tektonik uplift diseluruh daerah. Pada kala oligosen akhir diawali dari transgesi
marin, yang terbentuk dari selatan-timur (SE) ke arah utara-timur (NE). Bogor
Through berkembang ditengah Jawa barat yang memisahkan off-shelf platform di
selatan dari Sunda shelf di utara. Pada tepi utara platform ini reef formasi
Rajamandala terbentuk yang didahului oleh pengendapan serpih karbonatan
formasi Batuasih. Kala ini juga diendapkan formasi Gantar pada bagian utara yang
berupa terumbu karbonat dan berlangsung selama siklus erosi dan trangesi yang
berulangkali, pada waktu yang sama terjadi pengangkatan sampai Meosen Awal
bersamaan dengan aktivitas vulkanik yang menghasilkan struktur lipatan dan
sesar dengan arah barat daya timur laut. Pada kala Meosen yaitu setelah formasi
Rajamandala terbentuk maka pada cekungan bogor diisi oleh endapan turbidit dan
volcanic debris. Sementara pada bagian selatan diendapkan formasi Jampang dan
Cimandiri. Di sebelah utara diendapkan formasi parigi dan formasi subang.
Pengangkatan kala Meosin tengah diikuti oleh perlipatan dan pensesaran berarah
barat-timur. Pliosen akhir mengalami pengangkatan yang diikuti oleh pelipatan
lemah, zona Cimandiri mengalami pensesaran mendatar. Sementara itu
berlangsung pengendapan formasi Bentang.
Pada zaman kuarter peristiwa geologi banyak diwarnai oleh aktivitas
vulkanisme sehingga pada seluruh permukaan tertutupi oleh satuan produk
gunung api. Daerah Bandung mengalami penyumbatan sungai citarum yang
12
disebabkan oleh lava erupsi Tangkuban Perahu sehingga tergenang oleh air dan
terbentuk Danau Bandung. Selama tergenang maka daerah Bandung dan
sekitarnya seperti Padalarang dan Cimahi dan sekitarnya banyak terbentuk
endapan-endapan danau. Sampai akhirnya Danau Bandung bocor di daerah
gamping Sang Hyang Tikoro dan selama itu terendapkan lagi produk-produk
gunung api dari Tangkuban Perahu.
15
16
BAB II
KEGIATAN PENYELIDIKAN
2.1 Persiapan
Sebelum melakukan kegiatan eksplorasi terlebih dahulu mempersiapkan
peralatan dan perlengkapan yang akan digunakan sebagai alat penunjang untuk
membantu mendapatkan data yang akurat dan sesuai dengan SOP yang telah
ada. Terdapat beberapa peralatan dan perlengkapan yang perlu disiapkan.
Tabel 2.1
Penyiapan Peralatan/Perbekalan
Data Dasar Eksplorasi Peralatan dan Perlengkapan
1. Kompas geologi
1. Peta topografi
2. GPS
2. Peta geologi dan sumber daya
3. Alat survey
(satelit, udara dan darat)
4. Alat kerja (alat sampling,
3. Laporan-laporan penyelidikan
palu, altimeter, alat bor,
terdahulu
kompas, meteran, kantong
contoh)
5. Alat komunikasi
6. Alat tulis
Sumber: Buku Ajar Mata Kuliah Teknik Eksplorasi
16
17
16
18
Sumber: oon-line.blogspot.co.id
Gambar 2.1
Sketsa Parit Uji
16
19
19
tanah penutup dengan arah relatif tegak lurus bidang perlapisan (terutama pada
endapan berlapis). Informasi yang diperoleh antara lain yaitu jurus bidang
perlapisan, kemiringan lapisan, ketebalan lapisan, karakteristik perlapisan (ada
split atau sisipan), serta dapat sebagai lokasi sampling. Sedangkan pada
pencarian sumber (badan) bijih, informasi yang dapat diperoleh antara lain:
adanya zona alterasi, zona mineralisasi, arah relatif (umum) jurus dan kemiringan,
serta dapat sebagai lokasi sampling.Dengan mengkorelasikan series paritan uji
tersebut diharapkan zona bijih/mineralisasi/badan endapan dapat diketahui.
2.3.2 Pemboran
Tujuan utama pemboran, dalam eksplorasi mineral/ bahan galian adalah
untuk mendapatkan contoh batuan (sampling). Dalam melakukan perencanaan
pemboran, hal-hal yang perlu diperhatikan dan direncanakan dengan baik:
1. Kondisi geologi dan topografi
2. Tipe pemboran yang akan digunakan
3. Spasi pemboran
4. Waktu pemboran
5. Pelaksana (kontraktor) pemboran
Hasil yang diharapkan dari pemboran eksplorasi identifikasi struktur
geologi sifat fisik batuan samping dan badan bijih mineralogi batuan samping dan
badan bijih geometri endapan sampling, serta kondisi dan kualitas airtanah
(hidrogeologi). Metode yang digunakan pada pemboran eksplorasi full coring
dengan alat yang digunakan berupa Drillco-14.
1. Full Coring
Full Coring yaitu metode pemboran dimana lubang bor yang dibuat tidak
sebesar pada metode lubang terbuka atau open hole karena sampel yang
diambil hanya berupa inti bor saja. Metode pemboran eksplorasi ini
merupakan metode yang dianggap paling baik, karena data yang diambil
cukup rinci, yang nantinya dapat terlihat struktur dan diskontinuitas pada
litologi batuan, sehingga deskripsi pada batuan yang dijadikan
pemercontoh dapat diketahui secara rinci pula. Kelebihan dari metode
pemboran full coring yaitu inti bor dapat digunakan untuk keperluan
geoteknik juga. Dalam metode ini terdapat kelemahan yaitu waktu yang
dibutuhkan dalam melakukan kegiatan pemboran cukup lama jika
dibandingkan dengan metode open hole.
16
20
Tujuan dari pemboran ini antara lain digunakan untuk pengambilan conto
(sampling) pada kegiatan eksplorasi.
16
21
BAB III
HASIL PENYELIDIKAN
3.1 Geologi
Lokasi daerah penyelidikan dipetakan dalam peta geologi lokal dengan
skala 1 : 50 hal ini dilakukan untuk mengetahui sebaran batuan secara terperinci.
Penyediaan peta dasar derah penyelidikan berdasarkan lembar geologi
Tasikmalaya. Selain itu untuk mengetahui roman muka bumi daerah penyelidikan
berdasarkan peta citra satelit google earth 2016. Sumber perolehan peta
berdasarkan hasil pengukuran sendiri sehingga didapatkan data koordinat IUP,
koordinat pemboran, koordinat parit uji dan dimensinya. Pada lokasi daerah
penyelidikan ditemukan sebaran jenis batuan diantaranya batupasir, batulempung,
batuan breksi vulkanik, batuandesit, tufa, batugamping.
Berdasarkan peta geologi lembar Tasikmalaya lokasi penyelidikan berada
pada formasi Tomj, Tmph, Tmpb 2 dan Tmdi 1. Tomj merupakan Formasi
jampang breksi gunung api,lava dan tufa bersusunan andesit basal, batu pasir
tufaan dengan sisipan batu pasir,batu lanau, batu lempung dan batu gamping.
Tmph merupakan formasi Halang turbidit terdiri atas perselingan batu pasir, batu
lempung dan batu lanau dengan sisipan batu breksi dan batu pasir gampingan.
Tmpb 2 merupakan formasi bentang batu pasir tufaan,batu pasir, batu pasir
gampingan, konglomerat, breksi gunung api, tufa batu lempung, tufaan, breksi
tufa, breksi gampingan, batu gamping, batu lempung sisipan lignit. Tmdi 1
merupakan diorit.
Dari kegiatan penyelidikan yang telah dilakukan di Cineam, Kabupaten
Tasikmalaya, provinsi jawabarat ditemukan litologi berupa batu breksi, batu pasir,
batu lempung, batu gamping, tufa, batu andesit dan vein kuarsa. Batu pasir
ditemukan disebelah barat daya daerah penyelidikan, batu lempung ditemukan
disebelah barat laut yang terselingi tufa. Litologi batu pasir tufaan mendominasi
daerah bagian barat dari lokasi penyelidikan. Batuan breksi mendominasi bagian
tengah tenggara lokasi penyelidikan,Dengan memiliki suhu yang tinggi maka lava
tersebut dapat mengikat setiap antar butir yang kemudian mengalir dan berpindah
dari dinding atau kaki gunung api. Litologi tufa ditemukan disebelah utara dan timur
21
16
22
lokasi penyelidikan yang berada diantara batu andesit dan breksi. Keberadaan tufa
ini diindikasikan telah mengalami pengendapan sebelum terbentuknya intrusi
andesit. Sedangkan batu andesit mendominasi bagian timur laut lokasi
penyelidikan. Batuan andesit terbentuk akibat adanya intrusi kemudian daerah
disekitar intrusi mengalami pengangkatan sehingga terbentuk zona alterasi dan
mineralisasi. Zona alterasi ini terbentuk karena adanya retakan hasil
pengangkatan intrusi andesit yang terisi oleh larutan magma sehingga terbentuk
mineral baru pada tubuh batuan yang diakibatkan oleh proses magmatik. Litologi
batu gamping mendominasi sebelah selatan daerah penyelidikan, hal ini
diindikasikan daerah penyelidikan berupa daerah laut dalam yang terbentuk dari
hasil pengendapan cangkang atau rumah kerang dan siput, foraminifera atau
ganggang atau berasal dari kerangka binatang koral/kerang.
16
23
23
24
24
25
25
26
26
27
Tabel 3.1
Deskripsi Parit Uji
No.
X Y Keterangan
Titik
Terdiri dari litologi humus, batu tufa bersifat andesitik batuan beku dan terdapat zona
1 209123 9170741
pemineralan (vein) dengan kemiringan 38o dari dasar ke arah ujung
2 20534 9176329
Terdiri dari litologi humus, batuan sedimen yang terdapat sisipan batuan beku
Terdiri dari litologi humus, batuan beku dan terdapat zona pemineralan (vein) dengan
3 209405 9172759
kemiringan 36o dari dasar ke arah ujung
Terdiri dari litologi humus, batuan beku dan terdapat zona pemineralan (vein) dengan
4 209755 9172759
kemiringan 38o dari dasar kearah ujung
Terdiri dari litologi humus, batuan beku dan terdapat zona pemineralan (vein) dengan kemiringan 38o
5 210105 9172759
dari dasar kearah ujung
Terdiri dari litologi humus, batu tufa bersifat andesitik dan terdapat zona pemineralan
6 209405 9172114 (vein) dengan kemiringan 37o
dari dasar kearah ujung
Terdiri dari litologi humus, batu tufa bersifat andesitik batuan beku dan terdapat zona
7 209755 9172114
pemineralan (vein) dengan kemiringan 38o dari dasar ke arah ujung
Terdiri dari litologi humus, batu tufa bersifat andesitik batuan beku dan terdapat zona
8 210105 9172114
pemineralan (vein) dengan kemiringan 38o dari dasar ke arah ujung
Terdiri dari litologi humus, batu tufa bersifat andesitik batuan beku dan terdapat zona
9 209405 9171469
pemineralan (vein) dengan kemiringan 32o dari dasar ke arah ujung
Terdiri dari litologi humus, batu tufa bersifat andesitik batuan beku dan terdapat zona
10 209755 9171469
pemineralan (vein) dengan kemiringan 37o dari dasar ke arah ujung
Terdiri dari litologi humus, batu tufa bersifat andesitik batuan beku dan terdapat zona
11 210105 9171469
pemineralan (vein) dengan kemiringan 34o dari dasar ke arah ujung
Sumber: Laboratorium Eksplorasi 2017
Tabel
28
Contoh Perhitungan :
Parit Uji 01
1. Perhitungan Strike/dip
= 71,56O
T.S ??
Strike = 127,56o
1m
App Dip = 38 8,5
= 29,5
Kedudukan= N 147OE / 38 O
Parit Uji Perhitungan Ketebalan
Ketebalan Sebenarnya (zona pemineralan)
Tebal = Sin dip x tebal semu
= Sin 71,56O x 1 m
= 0,95 m
Mencari Tebal Sebenarnya
sin 38,8 sin 133,5
=
0,95 m
= 1,119 m
sin 38,8 =
1,119 m
= 0,688 m
Tabel 3.2
Hasil Perhitungan Parit Uji
No Strike dip Ketebalan (m)
1 N 147 E 38 0,688
2 - - 0
3 N 144 E 36 0,67
4 N 145 E 38 0,7
5 N 146 E 38 0,8
6 N 144 E 37 1,25
7 N 146 E 38 1,6
8 N 148 E 38 1,39
9 N 145 E 32 1,4
10 N 143 E 37 1,4
11 N 142 E 34 1,15
3.2.2 Pemboran
Pemboran dilakukan dengan menggunakan mesin pemboran secara
mekanis, penggunaan alat ini dilakukan karena kedalaman pemboran yang besar
29
yang berkisar antara 72-102 m disetiap titik pemborannya. Kegiatan pemboran ini
dilakukan untuk mengetahui letak endapan yang berada dibawah permukaan bumi
sehingga dapat menunjang data yang didapat dari parit uji serta dapat
merekonstruksikan endapan bahan galian. Metode pemboran yang dilakukan yaitu
full coring sehingga diketahui batuan atas dan bawah suatu perlapisan. Kerapatan
pembuatan titik bor berjarak 29 m 68 m dengan pola pemboran persegi panjang.
Semakin banyak pemboran maka hasilnya semakin akurat dan semakin
detail,hasilnya akan lebih maksimal.
30
37
DAFTAR PUSTAKA
37