Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara yang memiliki sumberdaya alam terbesar di
dunia baik dalam bidang kelautan maupun kebumiannya. Sehingga sudah
seharusnya rakyat Indonesia mengoptimalkan sumberdaya alam yang dimiliki oleh
negaranya sendiri. Salah satu sumberdaya alam Indonesia terletak pada bidang
kebumian khususnya pertambangan. Dalam kegiatan pertambangan diawali
dengan kegiatan eksplorasi kemudian kegiatan studi kelayakan, penambangan,
pengolahan, pemasaran, penjualan, reklamasi dan pasca tambang. Dalam usaha
bidang pertambangan, kegiatan eksplorasi sudah sewajarnya dilakukan untuk
mencari dan mendapatkan endapan yang terbaru agar dapat terus melakukan
penambangan.
Daerah penelitian yaitu Cineam, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi
Jawabarat dipilih karena memiliki beragam statigrafi batuan yang dapat
menunjang dalam penelitian ini. Penelitian yang dilakukan berguna untuk
mengetahui keberadaan dari suatu bahan galian serta mengetahui estimasi
sumberdaya yang terdapat pada daerah tersebut. Kegiatan yang dilakukan dalam
kegiatan ini diantaranya pemetaan geologi, penginderaan jarak jauh, sumur uji,
parit uji dan pemboran. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan data sebaik mungkin
agar tidak terjadi kesalahan yang fatal dalam proses penambangan.

1.2 Maksud dan Tujuan


1.2.1 Maksud
Adapun maksud dilakukannya penelitian ini yaitu sebagai sarana dalam
mencari serta memperkirakan kuantitas dari endapan bahan galian
1.2.2 Tujuan
Tujuan dari dilakukannya penelitian ini yaitu:
1. Mengetahui jenis dan tipe bahan galian yang terdapat pada lokasi
penelitian

1
2

2. Mengetahui batas sebaran bahan galian yang terdapat pada lokasi


penelitian
3. Mengetahui kemenerusan bahan galian pada lokasi penelitian
4. Untuk mengestimasikan sumberdaya yang berada di lokasi penelitian

1.3 Lokasi Daerah Penyelidikan


Lokasi daerah penyelidikan terletak di kecamatan Cineam kabupaten Tasik
Provinsi Jawa Barat. Lokasi penyelidikan ini dapat dicapai melalui dua jalur jalan
utama yaitu Bandung dan Yogyakarta. Lokasi penyelidikan berjarak 174 km dari
Bandung dengan waktu yang dibutuhkan untuk menempuh lokasi penyelidikan ini
adalah 5 jam 31 menit dengan menggunakan kendaraan beroda empat dengan
melewati tol pasteur Cimahi Cileunyi Racaekek Cicalengka Nagreg
Tjiawi Ciamis - Cineam.
Secara geografis daerah penyelidikan kecamatan Cineam kabupaten
Tasik Provinsi Jawa Barat berada pada koordinat 71955,93 LU dan
1081330,26 BT. Batasan-batasan lokasi penyelidikan adalah sebagai berikut:
1. Sebelah Utara : Kecamatan Ciamis
2. Sebelah Timur : Kecamatan Cimaragas
3. Sebelah Selatan : Kecamatan langkaplancar
4. Sebelah Barat : Kecamatan Manonjaya
3

Sumber: Data SHP administrasi


Gambar 1.1
Peta Administrasi Daerah Penyelidikan

13
4

Peta Tataguna Lahan yaitu digunakan untuk sebagai pembagian wilayah


yang dimana wilayah tersebut untuk dibagi-bagi seperti dimana didalam peta
Tataguna Lahan ini terdapat permukiman penduduk dan persawahan. Dimana
dipeta tataguna lahan tersebut dapat kita lakukan kegiatan seperti geolistrik dan
parit uji untuk mengetahui sebaran endapan bahan galian yang tersebar diwilayah
tersebut.
Peta tataguna lahan juga dapat difungsikan untuk mengetahui bentuk
lahan dari suatu wilayah yang kita selidiki apakah terbentuk seperti
vulkanik,stuktural,fluvial,marin,aeolin,karst ataupun denudasi. Yang dimana pada
peta tataguna lahan didaerah tersebut yaitu bentuk lahannya merupakan denudasi
karena dimana pada daerah tersebut terdapat permukiman penduduk, sawah yang
dimana memiliki ciri-ciri yaitu dataran, teksturnya halus, memiliki pola aliran sungai
dendritik yang berasosiasi fluvial, vulcanik dan strukktural.
Undang-undang yang mengatur tata guna lahan di sektor pertambangan
yaitu UU No 11 Tahun 1967 tentang Pertambangan. Berdasarkan peraturan
tersebut, indikator pemanfaatan tata guna lahan yaitu :
a. Proporsi ruang terbuka hijau minimal 30% dari total luas suatu kota.
b. Dalam pengimplementasiannya dilakukan multiple government agencies
serta partisipasi masyarakat untuk memfasilitasi dan monitoring.
c. Pemanfaatan lingkungan berkelanjutan harus berdasarkan pola
berkelanjutan bukan pola konvensional.
d. Memperhatikan kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS).
e. Penggunaan lahan sektoral mengacu pada sektor kebijakan, rencana,
program atau proyek yang memiliki implikasi untuk penggunaan lahan
hutan (lindung), khususnya sektor ekonomi yang signifikan berkontribusi
degradasi hutan. Hal ini mengacu pada proses hukum menunjuk kawasan
hutan sesuai dengan yang diinginkan dan penggunaan secara optimal.

13
5

Sumber: Data SHP Tataguna Lahan


Gambar 1.2
Peta Tataguna Lahan

13
6

1.4 Keadaan Lingkungan Daerah Penyelidikan


Wilayah Kabupaten Tasikmalaya memiliki ketinggian berkisar antara 0
2.500 meter di atas permukaan laut (dpl). Secara umum wilayah tersebut dapat
dibedakan berdasarkan ketinggiannya yaitu : bagian Utara merupakan wilayah
dataran tinggi dan bagian Selatan merupakan wilayah dataran rendah dengan
ketinggian berkisar antara 0 100 meter dpl.
Pada suatu peta dapat mengetahui letak Kabupaten Tasikmalaya di Jawa
Barat. Pada kabupaten Tasikmalaya ini dilalui oleh rantai gunung berapi di Pulau
Jawa, yang dimana daerah ini secara alami memiliki tanah yang kaya dan subur,
dan memberikan kelimpahan sumber daya air. Kabupaten Tasikmalaya juga
berada rendah di rongga lereng gunung, yang memasok tangkapan curah hujan
dan kawasan resapan air lebih banyak. Kelebihan tersebut didukung oleh iklim
tropis hutan hujan di mana Kabupaten Tasikmalaya mendapatkan hujan deras.
Tabel 1.1
Sebaran Ketinggian Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2011
Ketinggian Sebaran
No
(m dpl) (Kecamatan)
Bantarkalong, Bojongasih, Bojonggambir, Ciawi,
Cibalong, Cigalontang, Cikalong, Cikatomas,
Cineam, Cipatujah, Cisayong, Culamega,
Gunungtanjung, Jamanis, Jatiwaras. Kadipaten,
Karangjaya, Karangnunggal, Leuwisari,
1 Mangunreja, Manonjaya, Padakembang,
0 500
Pagerageung, Parungpoteng, Pancatengah,
Puspahiang, Rajapolah, Salawu, Salopa, Sariwangi,
Singaparna, Sodonghilir, Sukahening, Sukaraja,
Sukarame, Sukaratu, Sukaresik, Tanjungjaya, dan
Taraju
Bantarkalong, Bojongasih, Bojonggambir, Ciawi,
Cibalong, Cigalontang, Cineam, Cipatujah,
Cisayong, Culamega, Gunungtanjung, Jamanis,
2 500 1.000
Jatiwaras. Kadipaten, Karangjaya, Leuwisari,
Mangunreja, Padakembang, Pagerageung,
Parungpoteng, Puspahiang, Rajapolah, Salawu,
7

Salopa, Sariwangi, Sodonghilir, Sukahening,


Sukaraja, Sukaratu, Sukaresik, Tanjungjaya, dan
Taraju
Ciawi, Cigalontang, Cineam, Cisayong, Kadipaten,
Leuwisari, Pagerageung, Puspahiang, Salawu,
3 1.000 1.500
Salopa, Sariwangi, Sukahening, Sukaratu, dan
Taraju
Ciawi, Cigalontang, Cisayong, Kadipaten, Leuwisari,
4 1.500 2.000 Pagerageung, Sariwangi, Sukahening, dan
Sukaratu
Cigalontang, Cisayong, Sariwangi, Sukahening, dan
5 2.000 -2.500
Sukaratu
Sumber : Hasil Analisis Peta RBI 1 : 25.000, 2011
Seperti halnya pada Kabupaten-kabupaten lain di Priangan, Tasikmalaya
mengalami iklim tropis hutan hujan. Kabupaten ini menerima curah hujan tahunan
rata-rata 2,072 mm. Meskipun mendapatkan hujan deras, Kabupaten ini memiliki
temperatur yang sedang. Suhu rata-rata harian Kabupaten Tasikmalaya
bervariasi, berkisar antara 20 sampai 34 C di daerah dataran rendah dan 18
sampai 22 C di daerah dataran tinggi.
Tabel 1.2
Suhu Udara
Suhu minimum 18o C
Suhu Maksimum 34o C
Suhu dataran Rendah 20o 34o C
Suhu dataran tinggi 18o 22o C
Sumber: BPS Kabupaten Tasik
Jumlah Penduduk Kabupaten Tasikmalaya pada tahun 2011 tercatat
sebanyak 1.692.432 orang dengan luas wilayah sekitar 2.708,82 Km2, maka rata-
rata kepadatan penduduk Kabupaten Tasikmalaya per Kilo meter persegi nya
adalah sebanyak 625 jiwa penduduk. kepadatan penduduk untuk setiap
kecamatannya secara tidak merata dan Kecamatan Singaparna merupakan
kecamatan terpadat dengan rata-rata kepadatan 2.669 jiwa setiap kilometer
persegi. Hal ini disebabkan terkonsentrasinya penduduk pada kecamatan-
kecamatan dengan tingkat aksesibilitas yang tinggi.
8

Tabel 1.3
Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk dan Jumlah Rumah Tangga
Tasikmalaya 2003-2013
Jumlah
Tahun LPP Rumah Tangga
Penduduk
[1] [2] [3] [4]

2003 557,909 1,98 145,747

2004 568,889 1,93 148,427

2005 579,671 1,86 151,155

2006 591,32 1,97 153,934

2007 603,449 2,01 156,763

2008 615,011 1,88 159,645

2009 625,21 1,66 162,58

2010 (Mei) * 635,464 1,64 165,568

2011 (Nov) ** 646,216 1,13 167,609

2012 (Juni) *** 649,885 1,13 168,605

2013 (Mei) *** 657,217 1,13 170,946

Sumber: BPS Kabupaten Tasik,2013


Dari jumlah penduduk sebanyak 1.692.432 orang terdiri dari 843.346 orang
penduduk laki-laki dan 849.086 orang penduduk perempuan,hal ini yang
menyebabkan Rasio Jenis kelamin/sex ratio berada dibawah angka 100 yaitu
sebesar 99,32 persen. Tapi bila dirinci menurut kecamatan tidak sedikit
diantaranya yang jumlah penduduk laki-lakinya lebih banyak dibandingkan dengan
penduduk perempuan. Dilihat dari tabel menunjukkan kecamatan-kecamatan yang
sex rationya diatas 100 persen yaitu kecamatan Cipatujah,Cikatomas,
9

Bantarkalong, Sukaraja, Salopa, Manonjaya, Cigalontang, Leuwisari,Sukahening,


Rajapolah, Kadipaten dan kecamatan Pagerageung.
Tabel 1.4
Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Sex Ratio Tahun 2011
Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah Sex Ratio
01. Cipatujah 31.896 31.591 63.487 100,97
02. Karangnunggal 40.426 41.318 81.744 97,84
03. Cikalong 30.556 31.237 61.793 97,82
04. Pancatengah 22.494 22.570 45.064 99,66
05. Cikatomas 24.113 24.094 48.207 100,08
06. Cibalong 15.350 15.438 30.788 99,43
07. Parungponteng 16.729 17.078 33.807 97,96
08. Bantarkalong 17.431 17.157 34.588 101,60
09. Bojongasih 9.534 9.835 19.369 96,94
10. Culamega 11.460 11.682 23.142 98,10
11. Bojonggambir 19.197 19.527 38.724 98,31
12. Sodonghilir 31.129 32.077 63.206 97,04
13. Taraju 18.546 19.185 37.731 96,67
14. Salawu 29.038 29.061 58.099 99,92
15. Puspahiang 16.387 16.615 33.002 98,63
16. Tanjungjaya 21.218 21.541 42.759 98,50
17. Sukaraja 24.824 24.456 49.280 101,50
18. Salopa 24.498 24.321 48.819 100,73
19. Jatiwaras 23.942 24.363 48.305 98,27
20. Cineam 16.481 17.140 33.621 96,16
21. Karangjaya 6.138 6.360 12.498 96,51
22. Manonjaya 30.751 30.105 60.856 102,15
23. Gunungtanjung 13.905 13.938 27.843 99,76
24. Singaparna 33.064 33.171 66.235 99,68
25. Sukarame 19.621 19.725 39.346 99,47
26. Mangunreja 18.501 18.624 37.125 99,34
27. Cigalontang 34.336 34.009 68.345 100,96
28. Leuwisari 18.470 18.387 36.857 100,45
29. Sariwangi 14.984 15.628 30.612 95,88
30. Padakembang 17.707 18.229 35.936 97,14
31. Sukaratu 22.117 22.197 44.314 99,64
32. Cisayong 26.529 26.727 53.256 99,26
10

33. Sukahening 14.843 14.824 29.667 100,13


34. Rajapolah 22.545 22.379 44.924 100,74
35. Jamanis 16.232 16.342 32.574 99,33
36. Ciawi 28.983 29.186 58.169 99,30
37. Kadipaten 16.852 16.237 33.089 103,79
38. Pagerageung 25.966 25.769 51.735 100,76
39. Sukaresik 16.553 16.963 33.516 97,58
JUMLAH 843.346 849.086 1.692.432 99,32
Sumber: Tasikmalaya Dalam Angka 2011

1.5 Waktu Penyelidikan


Kegiatan penyelidikan ini dilakukan di kecamatan Cineam kabupaten Tasik
Provinsi Jawa Barat yang dilaksanakan dari tanggal 10 April 2017
Tabel 1.5
Jadwal Kegiatan Penyelidikan Di Kecamatan Cineam, Kabupaten Tasik, Provinsi
Jawabarat
september-
april-17 mei-17 Juni-17 juli-17 agustus-17
Kegiatan 17
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Survei
Tinjau
1.
Pemetaa
n Geologi
Prospeksi
1. Parit
Uji
Eksploras
i Umum
1.
Pembora
n
Perhitung
an
Estimasi
Sumberd
aya
Penyusu
nan
Laporan
Sumber : Hasil Kegiatan Penyelidikan Laboratorium Eksplorasi

1.6 Penyelidikan Terdahulu


Penyelidikan terdahulu Jawa Barat sebagai bagian dari Pulau Jawa yang
merupakan pulau terluar dari busur selatan Asia, yang dimana pulau jawa itu
dengan adanya penunjaman maka Pulau Jawa memiliki kondisi geologi yang unik
11

dan sangat rumit. Pada zaman pra tersier Jawa Barat merupakan kompleks
melange yaitu zone percampuran antara batuan kerak samudra dengan batuan
kerak benua. Terdiri dari batuan metamorf, vulkanik dan batuan beku, yang
diketahui hanya dari data pemboran dibagian utara laut Jawa barat
(Martodjojo,1984). Pada Tersier awal (peleosen) terbentuk kompleks melange
pada barat daya Jawa barat (Teluk Cileutuh) yang diduga sebagai bagian zona
penunjaman ke arah Jawa Tengah. Di sebelah utara Jawa Barat mulai diendapkan
produk hasil letusan gunung api yang terendapkan sebagai formasi Jatibarang
sementara. Pada kala Eosen, Jawa Barat berada pada kondisi benua, yang
ditandai oleh ketidakselarasan, tetapi Rajamandala-Sukabumi merupakan area
terestial fluvial dimana hadir formasi Gunung Walat yang mengisi depresi interarc
basin.
Pada kala Oligosen Awal ditandai oleh ketidakselarasan pada puncak
Gunung Walat berupa konglomerat batupasir kwarsa, yang menunjukan suatu
tektonik uplift diseluruh daerah. Pada kala oligosen akhir diawali dari transgesi
marin, yang terbentuk dari selatan-timur (SE) ke arah utara-timur (NE). Bogor
Through berkembang ditengah Jawa barat yang memisahkan off-shelf platform di
selatan dari Sunda shelf di utara. Pada tepi utara platform ini reef formasi
Rajamandala terbentuk yang didahului oleh pengendapan serpih karbonatan
formasi Batuasih. Kala ini juga diendapkan formasi Gantar pada bagian utara yang
berupa terumbu karbonat dan berlangsung selama siklus erosi dan trangesi yang
berulangkali, pada waktu yang sama terjadi pengangkatan sampai Meosen Awal
bersamaan dengan aktivitas vulkanik yang menghasilkan struktur lipatan dan
sesar dengan arah barat daya timur laut. Pada kala Meosen yaitu setelah formasi
Rajamandala terbentuk maka pada cekungan bogor diisi oleh endapan turbidit dan
volcanic debris. Sementara pada bagian selatan diendapkan formasi Jampang dan
Cimandiri. Di sebelah utara diendapkan formasi parigi dan formasi subang.
Pengangkatan kala Meosin tengah diikuti oleh perlipatan dan pensesaran berarah
barat-timur. Pliosen akhir mengalami pengangkatan yang diikuti oleh pelipatan
lemah, zona Cimandiri mengalami pensesaran mendatar. Sementara itu
berlangsung pengendapan formasi Bentang.
Pada zaman kuarter peristiwa geologi banyak diwarnai oleh aktivitas
vulkanisme sehingga pada seluruh permukaan tertutupi oleh satuan produk
gunung api. Daerah Bandung mengalami penyumbatan sungai citarum yang
12

disebabkan oleh lava erupsi Tangkuban Perahu sehingga tergenang oleh air dan
terbentuk Danau Bandung. Selama tergenang maka daerah Bandung dan
sekitarnya seperti Padalarang dan Cimahi dan sekitarnya banyak terbentuk
endapan-endapan danau. Sampai akhirnya Danau Bandung bocor di daerah
gamping Sang Hyang Tikoro dan selama itu terendapkan lagi produk-produk
gunung api dari Tangkuban Perahu.

1.7 Hasil Penyelidikan Lain


Daerah penelitian pada Kabupaten Tasikmalaya yang pada umumnya
merupakan suatu daerah sebaran Geologi Tersier, dimana mempunyai formasi-
formasi batuan yang mengandung lapisan batubara (coal bearing formation) yaitu
Anggota Konglomerat Formasi Bayah (Teb), Anggota Batu pasir Formasi Cijengkol
(Toj) dan Anggota Batu pasir Formasi Bojongmanik (Tmbs), Anggota Batu
lempung Formasi Bojongmanik (Tmbc). Singkapan batubara di lapangan
mempunyai kisaran ketebalan antara 0,20 m sampai 2,50 m. Singkapan batubara
secara umum memperlihatkan ciri-ciri fisik sebagai berikut : lunak sampai kompak,
warna hitam kecoklatan hitam, kilap kaca kusam, gores coklat hitam, cleat
rapat sampai beberapa cm, brittle, dengan mineral pengotor terdiri dari
damar/resin, pirit dan oksida besi.
Selain vein yang terdapat pada daerah tersebut juga terdapat bahan galian
yang lainnya seperti zeolit di daerah Tasikmalaya terdapat di Kecamatan
Karangnunggal, Cipatujah dan Cikalong yang termasuk dalam Formasi Jampang
yang berumur Oligosen A Miosen Awal dan Anggota Genteng Formasi Jampang
yang berumur Oligosen A Miosen Awal (Nur Amin Latif, 2004). Menurut Nur Amin
Latif (2004) endapan zeolit di Karangnunggal berasosiasi dengan batuan tufa,
terdapat dibeberapa dusun dan desa. terletak di dua desa, yaitu di Dusun Cipatani
dan sekitarnya, Desa Karangmekar dan Dusun Cijambe dan sekitarnya, Desa
Cibatuireng. Endapan zeolit pada umumnya berwarna putih kehijauan sampai
keabuan baik secara merata maupun membentuk semacam alur-alur kehijauan
menyerupai perlapisan semu, berbintik-bintik putih dan kuning berbutir halus
sampai agak kasar, padu, kompak, agak keras namun sebagian mudah hancur
bila dipalu. Mempunyai sumberdaya terunjuk 2.709.289 m3 atau 6.068.806 ton,
dibulatkan lebih kurang 6.000.000 ton. Dikabupaten Tasikmalaya zeolit terdapat
13

di daerah Kecamatan Cipatujah, Kecamatan Cikalong dan kecamatan


Karangnunggal.

1.8 Geologi Umum


Lokasi daerah penyelidikan ini secara geografis berada di kawasan
perbukitan dan pegunungan. secara regional batuan penyusun pada lokasi
bencana adalah batuan dari Formasi Jampang (Tomj) yang terdiri dari breksi
gunungapi, lava, tufa bersusunan andesit basal, batupasir tufaan dengan sisipan
batupasir, batulanau, batulempung, batugamping. Cara geologis terdapat
berbagai faktor yang mendukung pengembangan wilayah Jawa Barat bagian
Selatan. Sebagaimana diketahui jalur Pegunungan Selatan adalah jalur
mineralisasi batuan yang dimana batuan yang dikenal sebagai Old Andesite, yaitu
batuan andesit sejenis dengan batuan gunungapi yang dikenal sekarang, tetapi
berumur tua yaitu berumur Miosen. Oleh karena itu disebut dengan Batuan Andesit
Tua. Pada masa yang lampau, mineralisasi yang kaya telah diketahui di daerah
Banten Selatan , di sini pertambangan emas telah dibuka yaitu di Cikotok dan telah
berumur 50 tahun. Eksplorasi yang lebih intensif, sangat besar kemungkinan
endapan emas yang baru ditemukan disini. Sebuah endapan emas yang cukup
potensial baru-baru ini telah ditemukan dan sekarang sedang dibangun di G.
Pongkor, sebelah tenggara Bogor di jalur Pegunungan Selatan. Diperkirakan
potensinya rnencapai lebih dari 150 ton dan diperkirakan cadangan baru akan
habis dalam jangka 30 tahun.
Sementara itu, indikasi endapan emas lainnya telah ditemukan pula di
banyak tempat di daerah Banten Selatan, di perbatasan antara Bogor, Banten dan
Sukabumi. Hampir di seluruh jalur selatan ini ditemukan pula indikasi yang sama
seperti di Jampang, Salopa, Cineam, dan lain-lainnya. Sebagaimana lazimnya
daerah mineralisasi, maka asosiasi emas terdapat pula di sini seperti perak,
tembaga, timah hitam dan seng. Selain itu mineral logam seperti mangan sudah
lama diketahui dan ditambang di daerah Tasikmalaya Selatan.
Berdasarkan topografi batuannya yang bervariasi dari batuan beku yang
keras (lava, intrusi) sampai ke lempung dan tufa yang amat lunak, maka topografi
di sini sangat kasar. Lembah-lembah di batuan yang lunak terdapat sangat dalam
sebagai hasil erosi. Karena itu lereng di sini pada umumnya amat terjal. Jarang
sekali dijumpai tanah datar yang luas yang leluasa untuk pembangunan.
14

Pemukiman penduduk pada umumnya terdapat di lembah-lembah yang sempit


dan dikelilingi pegunungan yang terjal. Sebagai akibat dan kondisi topografi seperti
ini maka lahan untuk pertanian pun amat terbatas. Di sini sulit sekali untuk dapat
mengembangkan pertanian secara besar-besaran. Demikian pula untuk
pengembangan prasarana pembangunan seperti jalan atau tempat pemukiman.
Jawa Barat bagian Selatan tertutup oleh batuan yang hampir sejenis yaitu batuan
andesit tua. Batuan ini pada umumnya terdiri dari pula batuan yang diendapkan di
laut dangkal seperti lanau, napal (mal), gamping terumbu dan lernpung. Jika
mengalami pelapukan batuan ini tidak sesubur lapukan batuan yang berasal dari
gunungapi kuarter.
15

Sumber: Peta Geologi Tasikmalaya


Gambar 1.3
Peta Geologi Lokasi Penyelidikan

15
16

BAB II
KEGIATAN PENYELIDIKAN

2.1 Persiapan
Sebelum melakukan kegiatan eksplorasi terlebih dahulu mempersiapkan
peralatan dan perlengkapan yang akan digunakan sebagai alat penunjang untuk
membantu mendapatkan data yang akurat dan sesuai dengan SOP yang telah
ada. Terdapat beberapa peralatan dan perlengkapan yang perlu disiapkan.
Tabel 2.1
Penyiapan Peralatan/Perbekalan
Data Dasar Eksplorasi Peralatan dan Perlengkapan

1. Kompas geologi
1. Peta topografi
2. GPS
2. Peta geologi dan sumber daya
3. Alat survey
(satelit, udara dan darat)
4. Alat kerja (alat sampling,
3. Laporan-laporan penyelidikan
palu, altimeter, alat bor,
terdahulu
kompas, meteran, kantong
contoh)
5. Alat komunikasi
6. Alat tulis
Sumber: Buku Ajar Mata Kuliah Teknik Eksplorasi

2.2 Pemetaan Geologi


Pemetaan geologi merupakan suatu kegiatan yang dimana didalam
kegiatannya dilakukan suatu pendataan informasi informasi. Informasi
informasi ini berupa datadata geologi permukaan dan menghasilkan suatu bentuk
pelaporan berupa peta geologi. Peta geologi ini dapat memberikan gambaran
mengenai penyebaran dan susunan batuan lapisan batuan, serta memuat
informasi gejala-gejala struktur geologi yang mungkin mempengaruhi pola
penyebaran batuan pada daerah tersebut. Selain pemetaan informasi geologi,
pada kegiatan ini juga sekaligus memetakan tanda-tanda mineralisasi yang berupa
alterasi mineral.

16
17

Pada tahapan eksplorasi awal, pengumpulan data informasi singkapan


dapat dilakukan dengan menggunakan palu dan kompas geologi, serta penentuan
posisi melalui orientasi lapangan atau dengan cara tali-kompas. Namun dalam
kegiatan pemetaan geologi ini, pemetaan di lakukan dengan metode lintasan
(Traverse), dan pemetaan singkapan, karena dalam tahapan eksplorasi yang
dilakukan adalah tahapan eksplorasi awal.

2.3 Parit Uji dan Pemboran


Salah satu tujuan dari parit uji yaitu untuk mengobservasi singkapan atau
dalam pencarian badan bijih atau dengan kata lain yaitu menyingkapkan suatu
bahan galian yang belum tersingkap ke atas permukaan yang letaknya tidak terlalu
jauh dari permukaan. Sama halnya dengan parit uji namun yang membedakan
dalam pemboran yaitu endapan yang dicari dan diambil percontonya berada jauh
dibawah permukaan bumi sehingga diperlukan peralatan untuk menunjang
pengambilan sampel.Peta geologi dibuat dari hasil penyelidikan dan pengukuran
di lapangan yang kemudian di gambarkan kembali ke dalam peta dasar, umumnya
dibuat pada peta topografi.
Untuk dapat menggambarkan keadaan geologi pada suatu peta dasar
digunakan beberapa aturan teknis antara lain perbedaan jenis batuan yang
digambarkan dengan tanda atau warna-warna yang sudah ditentukanBatas
jenis/satuan batuan atau struktur harus merupakan garis dan penyebaran akan
mengikuti aturan bentuk tubuh batuan beku, sedangkan jenis batuan sediment
akan tergantung pada jurus (strike) dan dip (kemiringan) lapisan batuan.
2.3.1 Parit Uji
Trenching atau pembuatan parit umumnya dilakukan untuk mengetahui
ketebalan lapisan, kemiringan lapisan dan struktur yang terdapat di bawah
permukaan. Untuk pembuatan parit yang berada di pinggir sungai harus dilakukan
dengan cara tegak lurus memotong badan endapan atau arah arus sungai. Hal ini
dilakukan agar mendapatkan bidang dari badan endapan yang dicari.

16
18

Sumber: oon-line.blogspot.co.id
Gambar 2.1
Sketsa Parit Uji

Parit uji digali memanjang di permukaan bumi dengan bentuk penampang


trapesium dan kedalamannya 2-3 m, sedang panjangnya tergantung dari lebar
atau tebal singkapan endapan bahan galian yang sedang dicari dan jumlah
(volume) contoh batuan (samples) yang ingin diperoleh. Parit uji dibuat di daerah
yang mudah dijangkau oleh peralatan mekanis, sehingga penggalian parit uji dapat
dilakukan dengan dragline atau hydraulic excavator (back hoe). Pembuatan
trenching (paritan) ini dilakukan dengan kondisi umum sebagai berikut :
1. Terbatas pada overburden yang tipis,
2. Kedalaman penggalian umumnya 22,5 m (dapat dengan tenaga manusia
atau dengan menggunakan eksavator/back hoe),
3. Pada kondisi lereng (miring) dapat dibuat mulai dari bagian yang rendah,
sehingga dapat terjadi mekanisme self drainage (pengeringan langsung).
Terdapat dua (2) cara dalam pembuatan sumuruji dan parit uji, yaitu:
1. Tenaga manusia
Biasanya menggunakan peralatan konvensional seperti cangkul, sekop,
ember, tali, kerek, pahat. Kedalaman tergantung kondisi tanah atau batuan.
Dalam keadaan normal bisa mencapai 20 m.
2. Alat gali
Biasanya pada pembutan sumur uji dan parit uji dengan menggunakan alat
seperti exavator dengan kemampuan penggalian antara 3-4 m dan bisa
sampai 6-7 m. Kemajuan rata-rata 6 m per jam, sudah termasuk
penggalian, logging, sampling dan penimbunan kembali.
Trenching (pembuatan paritan) merupakan salah satu cara dalam
observasi singkapan atau dalam pencarian sumber (badan) bijih/endapan. Pada
pengamatan (observasi) singkapan, paritan uji dilakukan dengan cara menggali

16
19
19

tanah penutup dengan arah relatif tegak lurus bidang perlapisan (terutama pada
endapan berlapis). Informasi yang diperoleh antara lain yaitu jurus bidang
perlapisan, kemiringan lapisan, ketebalan lapisan, karakteristik perlapisan (ada
split atau sisipan), serta dapat sebagai lokasi sampling. Sedangkan pada
pencarian sumber (badan) bijih, informasi yang dapat diperoleh antara lain:
adanya zona alterasi, zona mineralisasi, arah relatif (umum) jurus dan kemiringan,
serta dapat sebagai lokasi sampling.Dengan mengkorelasikan series paritan uji
tersebut diharapkan zona bijih/mineralisasi/badan endapan dapat diketahui.
2.3.2 Pemboran
Tujuan utama pemboran, dalam eksplorasi mineral/ bahan galian adalah
untuk mendapatkan contoh batuan (sampling). Dalam melakukan perencanaan
pemboran, hal-hal yang perlu diperhatikan dan direncanakan dengan baik:
1. Kondisi geologi dan topografi
2. Tipe pemboran yang akan digunakan
3. Spasi pemboran
4. Waktu pemboran
5. Pelaksana (kontraktor) pemboran
Hasil yang diharapkan dari pemboran eksplorasi identifikasi struktur
geologi sifat fisik batuan samping dan badan bijih mineralogi batuan samping dan
badan bijih geometri endapan sampling, serta kondisi dan kualitas airtanah
(hidrogeologi). Metode yang digunakan pada pemboran eksplorasi full coring
dengan alat yang digunakan berupa Drillco-14.
1. Full Coring
Full Coring yaitu metode pemboran dimana lubang bor yang dibuat tidak
sebesar pada metode lubang terbuka atau open hole karena sampel yang
diambil hanya berupa inti bor saja. Metode pemboran eksplorasi ini
merupakan metode yang dianggap paling baik, karena data yang diambil
cukup rinci, yang nantinya dapat terlihat struktur dan diskontinuitas pada
litologi batuan, sehingga deskripsi pada batuan yang dijadikan
pemercontoh dapat diketahui secara rinci pula. Kelebihan dari metode
pemboran full coring yaitu inti bor dapat digunakan untuk keperluan
geoteknik juga. Dalam metode ini terdapat kelemahan yaitu waktu yang
dibutuhkan dalam melakukan kegiatan pemboran cukup lama jika
dibandingkan dengan metode open hole.

16
20

Tujuan dari pemboran ini antara lain digunakan untuk pengambilan conto
(sampling) pada kegiatan eksplorasi.

2.5 Pengambilan Conto


Pemercontoan pada lokasi penyelidikan dilakukan dengan cara stream
sediment sampling dan channel sampling.,cara stream sediment sampling
dilakukan untuk mengetahui keberadaan source rock dari komoditi yang dicari
berupa emas yang berasal dari alterasi vein kuarsa. Setelah diketahui batuan
induk yang mengandung emas maka selanjutnya dilakukan channel sampling
disepanjang zona mineralisasi untuk mengetahui kadar dari urat tersebut

16
21

BAB III
HASIL PENYELIDIKAN

3.1 Geologi
Lokasi daerah penyelidikan dipetakan dalam peta geologi lokal dengan
skala 1 : 50 hal ini dilakukan untuk mengetahui sebaran batuan secara terperinci.
Penyediaan peta dasar derah penyelidikan berdasarkan lembar geologi
Tasikmalaya. Selain itu untuk mengetahui roman muka bumi daerah penyelidikan
berdasarkan peta citra satelit google earth 2016. Sumber perolehan peta
berdasarkan hasil pengukuran sendiri sehingga didapatkan data koordinat IUP,
koordinat pemboran, koordinat parit uji dan dimensinya. Pada lokasi daerah
penyelidikan ditemukan sebaran jenis batuan diantaranya batupasir, batulempung,
batuan breksi vulkanik, batuandesit, tufa, batugamping.
Berdasarkan peta geologi lembar Tasikmalaya lokasi penyelidikan berada
pada formasi Tomj, Tmph, Tmpb 2 dan Tmdi 1. Tomj merupakan Formasi
jampang breksi gunung api,lava dan tufa bersusunan andesit basal, batu pasir
tufaan dengan sisipan batu pasir,batu lanau, batu lempung dan batu gamping.
Tmph merupakan formasi Halang turbidit terdiri atas perselingan batu pasir, batu
lempung dan batu lanau dengan sisipan batu breksi dan batu pasir gampingan.
Tmpb 2 merupakan formasi bentang batu pasir tufaan,batu pasir, batu pasir
gampingan, konglomerat, breksi gunung api, tufa batu lempung, tufaan, breksi
tufa, breksi gampingan, batu gamping, batu lempung sisipan lignit. Tmdi 1
merupakan diorit.
Dari kegiatan penyelidikan yang telah dilakukan di Cineam, Kabupaten
Tasikmalaya, provinsi jawabarat ditemukan litologi berupa batu breksi, batu pasir,
batu lempung, batu gamping, tufa, batu andesit dan vein kuarsa. Batu pasir
ditemukan disebelah barat daya daerah penyelidikan, batu lempung ditemukan
disebelah barat laut yang terselingi tufa. Litologi batu pasir tufaan mendominasi
daerah bagian barat dari lokasi penyelidikan. Batuan breksi mendominasi bagian
tengah tenggara lokasi penyelidikan,Dengan memiliki suhu yang tinggi maka lava
tersebut dapat mengikat setiap antar butir yang kemudian mengalir dan berpindah
dari dinding atau kaki gunung api. Litologi tufa ditemukan disebelah utara dan timur

21
16
22

lokasi penyelidikan yang berada diantara batu andesit dan breksi. Keberadaan tufa
ini diindikasikan telah mengalami pengendapan sebelum terbentuknya intrusi
andesit. Sedangkan batu andesit mendominasi bagian timur laut lokasi
penyelidikan. Batuan andesit terbentuk akibat adanya intrusi kemudian daerah
disekitar intrusi mengalami pengangkatan sehingga terbentuk zona alterasi dan
mineralisasi. Zona alterasi ini terbentuk karena adanya retakan hasil
pengangkatan intrusi andesit yang terisi oleh larutan magma sehingga terbentuk
mineral baru pada tubuh batuan yang diakibatkan oleh proses magmatik. Litologi
batu gamping mendominasi sebelah selatan daerah penyelidikan, hal ini
diindikasikan daerah penyelidikan berupa daerah laut dalam yang terbentuk dari
hasil pengendapan cangkang atau rumah kerang dan siput, foraminifera atau
ganggang atau berasal dari kerangka binatang koral/kerang.

16
23

3.2 Parit Uji dan Pemboran


Pengambilan perconto dilakukan dengan menggunakan dua cara yaitu
dengan menggunakan parit uji dan pemboran. Perconto yang diambil dengan parit
uji yaitu menggunakan metode chip sampling, hal ini dilakukan karena bahan
galian yang terdapat pada lokasi penyelidikan berupa vein (urat) sedangkan
perconto yang diambil dengan pemboran dilakukan menggunakan metode full
coring, metode ini dipilih karena bertujuan untuk mengetahui lapisan atas dan
lapisan bawah dari bahan galian sehingga dapat direkonstruksikan dari setiap
penampang pemboran.
Parit uji dan pemboran merupakan salah satu cara untuk mengambil
perconto yang selanjutnya dianalisa dan dideskripsikan. Pembuatan parit uji dan
pemboran dilakukan untuk mengetahui litologi bawah tanah dan batas
pemineralan sehingga tidak mengalami kesalahan dalam perhitungan estimasi
sumberdaya bahan galian yang terdapat di lokasi penyelidikan. Parit uji yang
dibuat untuk kegiatan ini yaitu berjumlah 11 parit sedangkan pemboran yang
dibuat berjumlah 25 titik bor yang tersebar diseluruh IUP lokasi penyelidikan.
Tersebarnya seluruh titik pemboran ini bertujuan untuk mengatahui sebaran bahan
galian.
3.2.1 Parit Uji
Cara pembuatan parit uji yang dilakukan di lokasi penyelidikan yaitu secara
manual dengan menggunakan alat sederhana. Pemilihan cara pembuatan parit uji
secara manual dikarenakan kedalaman yang dibuat tidak terlalu besar yaitu antara
2-4 meter disetiap parit ujinya. Dari setiap parit uji didapatkan perconto, metode
pengambilan perconto ini dilakukan dengan cara chip sampling karena bahan
galian yang akan diambil berupa vein (urat). Kerapatan pembuatan parit uji
berjarak..
Parit uji digunakan untuk mengambil percontoh pada suatu lapisan.
Umumnya parit uji digunakan untuk bahan galian dengan tipe bahan galian berupa
vein. Parit uji yang dilakukan yaitu sebanyak 11 percobaan yang dilakukan secara
acak, hal ini dilakukan untuk mengetahui batasan dari zona alterasi. Dari setiap
parit uji didapatkan arah umum dari jurus dan kemiringan. Zona alterasi yang
terbentuk di peta sebaran berada dibagian timur berupa urat kuarsa dengan tipe
endapan berupa vein (urat). Sedangkan zona mineralisasi terletak dibagian timur
laut peta karena terbentuknya andesit dengan bentuk endapan yang isometris.

23
24

Cara pengambilan pemercontoh dengan metode chip sampling pada lokasi


terbentuknya instrusi andesit hingga batasan litologi batuan lain seperti batu
gamping, breksi dan tufa.

24
25

Sumber : Lembar Tugas Pra UTS laboratorium Eksplorasi Unisba, 2017


Gambar 3.1
Peta Lokasi Parit Uji

25
26

Sumber : Lembar Tugas Pra UTS laboratorium Eksplorasi Unisba, 2017


Gambar 3.2
Sketsa Parit Uji 1

26
27

Tabel 3.1
Deskripsi Parit Uji
No.
X Y Keterangan
Titik
Terdiri dari litologi humus, batu tufa bersifat andesitik batuan beku dan terdapat zona
1 209123 9170741
pemineralan (vein) dengan kemiringan 38o dari dasar ke arah ujung
2 20534 9176329
Terdiri dari litologi humus, batuan sedimen yang terdapat sisipan batuan beku
Terdiri dari litologi humus, batuan beku dan terdapat zona pemineralan (vein) dengan
3 209405 9172759
kemiringan 36o dari dasar ke arah ujung
Terdiri dari litologi humus, batuan beku dan terdapat zona pemineralan (vein) dengan
4 209755 9172759
kemiringan 38o dari dasar kearah ujung
Terdiri dari litologi humus, batuan beku dan terdapat zona pemineralan (vein) dengan kemiringan 38o
5 210105 9172759
dari dasar kearah ujung
Terdiri dari litologi humus, batu tufa bersifat andesitik dan terdapat zona pemineralan
6 209405 9172114 (vein) dengan kemiringan 37o
dari dasar kearah ujung
Terdiri dari litologi humus, batu tufa bersifat andesitik batuan beku dan terdapat zona
7 209755 9172114
pemineralan (vein) dengan kemiringan 38o dari dasar ke arah ujung
Terdiri dari litologi humus, batu tufa bersifat andesitik batuan beku dan terdapat zona
8 210105 9172114
pemineralan (vein) dengan kemiringan 38o dari dasar ke arah ujung
Terdiri dari litologi humus, batu tufa bersifat andesitik batuan beku dan terdapat zona
9 209405 9171469
pemineralan (vein) dengan kemiringan 32o dari dasar ke arah ujung
Terdiri dari litologi humus, batu tufa bersifat andesitik batuan beku dan terdapat zona
10 209755 9171469
pemineralan (vein) dengan kemiringan 37o dari dasar ke arah ujung
Terdiri dari litologi humus, batu tufa bersifat andesitik batuan beku dan terdapat zona
11 210105 9171469
pemineralan (vein) dengan kemiringan 34o dari dasar ke arah ujung
Sumber: Laboratorium Eksplorasi 2017
Tabel
28

Contoh Perhitungan :
Parit Uji 01
1. Perhitungan Strike/dip
= 71,56O
T.S ??
Strike = 127,56o
1m
App Dip = 38 8,5
= 29,5
Kedudukan= N 147OE / 38 O
Parit Uji Perhitungan Ketebalan
Ketebalan Sebenarnya (zona pemineralan)
Tebal = Sin dip x tebal semu
= Sin 71,56O x 1 m
= 0,95 m
Mencari Tebal Sebenarnya
sin 38,8 sin 133,5
=
0,95 m
= 1,119 m

sin 38,8 =
1,119 m

= 0,688 m
Tabel 3.2
Hasil Perhitungan Parit Uji
No Strike dip Ketebalan (m)
1 N 147 E 38 0,688
2 - - 0
3 N 144 E 36 0,67
4 N 145 E 38 0,7
5 N 146 E 38 0,8
6 N 144 E 37 1,25
7 N 146 E 38 1,6
8 N 148 E 38 1,39
9 N 145 E 32 1,4
10 N 143 E 37 1,4
11 N 142 E 34 1,15

3.2.2 Pemboran
Pemboran dilakukan dengan menggunakan mesin pemboran secara
mekanis, penggunaan alat ini dilakukan karena kedalaman pemboran yang besar
29

yang berkisar antara 72-102 m disetiap titik pemborannya. Kegiatan pemboran ini
dilakukan untuk mengetahui letak endapan yang berada dibawah permukaan bumi
sehingga dapat menunjang data yang didapat dari parit uji serta dapat
merekonstruksikan endapan bahan galian. Metode pemboran yang dilakukan yaitu
full coring sehingga diketahui batuan atas dan bawah suatu perlapisan. Kerapatan
pembuatan titik bor berjarak 29 m 68 m dengan pola pemboran persegi panjang.
Semakin banyak pemboran maka hasilnya semakin akurat dan semakin
detail,hasilnya akan lebih maksimal.
30

Sumber : Lembar Tugas Pra UTS laboratorium Eksplorasi Unisba, 2017


Gambar 3.3
Log Bor GL-1
31

Sumber : Lembar Tugas Pra UTS laboratorium Eksplorasi Unisba,2017


Gambar 3.4
Pemodelan Geolistrik
32

Sumber : Lembar Tugas Pra UTS laboratorium Eksplorasi Unisba, 2017


Gambar 3.5
Pengolahan Data Geolistrik
33

Sumber : Lembar Tugas Pra UTS laboratorium Eksplorasi Unisba, 2017


Gambar 3.6
Peta Lokasi Bor Geolistrik
34

3.3 Endapan Bahan Galian


Berdasarkan peta pemineralan lokasi penyelidikan dapat diketahui bahan
galian yang berpotensi adalah emas yang berada di urat kuarsa dikarenakan
dilakukan pemboran disekitar intrusi andesit yang terselingi oleh urat kuarsa.
Selain emas bahan galian yang berpotensi lainnya yaitu batu andesit yang
merupakan batuan beku yang dimana pada peta geologi yaitu terdapat endapan
bahan galian andesit yang proses keterbentukan batuan beku itu dipengaruhi oleh
adanya gunung berapi dari pulau jawa.

Sumber : Lembar Tugas Pra UTS laboratorium Eksplorasi Unisba, 2017


Gambar 3.7
Peta Sebaran Bahan Galian
35

Sumber : Lembar Tugas Pra UTS laboratorium Eksplorasi Unisba, 2017


Gambar 3.8
Peta Geologi Regional Lokasi Penyelidikan
36

3.4 Penampang Pemboran


Pembuatan penampang pemboran bertujuan untuk mengetahui
kemenerusaan dari suatu lapisan hingga mampu mengestimasikan sumberdaya
dan cadangannya. Penampang pemboran ini juga untuk mengetahui suatu lapisan
di bawah permukaan tanah dengan menggunakan penggambaran dari tampak
samping.

Sumber : Lembar Tugas Pra UTS laboratorium Eksplorasi Unisba, 2017


Gambar 3.9
Penampang Pemboran Beraturan
BAB IV
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil kegiatan eksplorasi yang telah dilakukan di Desa


Cineam, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa barat maka dapat disimpulkan:
1. Jenis bahan galian yang terdapat di lokasi penyelidikan berupa vein atau
urat dan isometris dengan tipe bahan galian berupa vulkanik dan
magmatik.
2. Sebaran batu pasir yang berada di sebelah barat daya lokasi penelitian
dibatasi oleh adanya batu lempung yang diselingi tufa, kemudian dibagian
barat terdapat batupasir tufaan yang berbatasan dengan batuan breksi dan
batu gamping. Sedangkan dibagian timur laut terdapat bahan galian batu
andesit yang diselingi oleh vein kuarsa dan dibatasi dengan tufaan.
3. Pada indikasi awal vein kuarsa menerus hingga ke arah lapisan tufa dan
breksi namun setelah dilakukan rekonstruksi antara parit uji dan pemboran
diketahui bahwa vein kuarsa tidak menerus melainkan terputus hingga
lapisan tufa saja dan terdapat alterasi disekitar lapisan batu gamping. Hal
ini dikarenakan adanya struktur geologi yang mempengaruhi daerah
penyelidikan tersebut.
4. Berdasarkan hasil perhitungan estimasi sumberdaya menggunakan
metode daerah pengaruh maka dapat diketahui .Dalam perhitungan
volume dipengaruhi oleh ketebalan beberapa titik bor disekitarnya
sehingga semakin banyak titik bor yang mempengaruhi maka akan
semakin akurat nilai dari suatu blok yang dihitung.

37
DAFTAR PUSTAKA

1. Badan Pusat Statistik Kota Tasikmalaya. Monografi Kota Tasikmalaya.


https://tasikmalayakota.bps.go.id Diakses pada tanggal 10 Mei 2017
pukul 13.20 WIB

2. Dinas Pertambangan dan Energi. 2012. Potensi Pertambangan.


distamben.bantenprov.go.id. Diakses pada tanggal 09 Mei 2017 pukul
15.00 WIB

37

Anda mungkin juga menyukai