Anda di halaman 1dari 5

Asuhan Keperawatan Infeksi Postpartum

A. Pengkajian
a. Data demografi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, agama, suku
bangsa, alamat.
b. Keluhan utama : adanya nyeri perubahan fungsi seksual, luka.
c. Riwayat penyakit dahulu : apakah klien dan keluarga pernah
menderita penyakit yang sama.
d. Riwayat penyakit sekarang : klien mengalami infeksi alat kelamin
e. Riwayat seksual, termasuk riwayat PMS sebelumnya, jumlah pasangan
seksual pada saat ini, frekuensi aktifitas seksual secara umum.
f. Gaya hidup, penggunaan obat intravena atau pasangan yang
menggunakan obat intravena; merokok, alcohol, gizi buruk, tingkat
stress yang tinggi.
g. Pemeriksaan fisik bagian luar,
1. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Tingkat energi, self esteem, tingkat kesadaran.
b. BB, TB, LLA, Tanda Vital normal (RR konsisten, Nadi cenderung bradi
cardy, suhu 36,2-38, Respirasi 16-24)
c. Kepala : Rambut, Wajah, Mata (conjunctiva), hidung, Mulut, Fungsi
pengecapan; pendengaran, dan leher.
d. Breast : Pembesaran, simetris, pigmentasi, warna kulit, keadaan areola
dan puting susu, stimulation nepple erexi. Kepenuhan atau
pembengkakan, benjolan, nyeri, produksi laktasi/kolostrum. Perabaan
pembesaran kelenjar getah bening diketiak.
e. Abdomen : teraba lembut , tekstur Doughy (kenyal), musculus rectus
abdominal utuh (intact) atau terdapat diastasis, distensi, striae. Tinggi
fundus uterus, konsistensi (keras, lunak, boggy), lokasi, kontraksi
uterus, nyeri, perabaan distensi blas.
f. Anogenital : Lihat struktur, regangan, udema vagina, keadaan liang
vagina (licin, kendur/lemah) adakah hematom, nyeri, tegang. Perineum
: Keadaan luka episiotomy, echimosis, edema, kemerahan, eritema,
drainage. Lochia (warna, jumlah, bau, bekuan darah atau konsistensi ,
1-3 hr rubra, 4-10 hr serosa, > 10 hr alba), Anus : hemoroid dan
trombosis pada anus.
g. Muskoloskeletal : Tanda Homan, edema, tekstur kulit, nyeri bila
dipalpasi, kekuatan otot.

B. Diagnosa Keperawatan
a. nyeri akut berhubungan dengan distensi abdomen, after pains,
distensi kandung kemih.
b. Risiko infeksi berhubungan dengan rauma persalinan, jalan lahir, dan
infeksi nasokomial.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat, anoreksia, mual, muntah, dan pembatasan
medis.
d. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan, retensi urine.
e. Aktivitas intoleran berhubungan dengan efek anesthesia, terpasang
infus.
f. Kurang pengetahuan tentang cara perawatan diri dan bayi
berhubungan dengan kurang informasi.
g. Cemas berhubungan dengan kurang informasi tentang status
kesehatan bayi, peralihan sebagai orang tua.

C. Intervensi Keperawatan
Masalah Keperawatan I : Nyeri akut b.d. dengan luka insisi, distensi
abdomen, after pains, distensi kandung kemih.
Tujuan : Dalam waktu 3 hari, rasa nyeri berkurang atau
hilang
Kriteria Hasil :
Tanda-tanda vital normal (nadi 60-80 x/menit,
respirasi 18-24 x/menit),
Tidak meringis,
Kegiatan tidak terganggu dengan rasa nyeri.
Skala nyeri
Intervensi:
1. Tentukan skala nyeri dan intensitas nyeri, pantua tekanan darah, nadi dan
pernafasan setiap 4 jam.
R: Untuk mengenal indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang
diharapkan.
2. Anjurkan klien untuk menggunakan teknik relaksasi dan nafas dalam serta
teknik distraksi (untuk nyeri ringan dan sedang).
R: Relaksasi dan nafas dalam dapat mengurangi ketegangan otot dan
menghambat rangsang nyeri serta menambah pemasukan oksigen. Distraksi
mengganggu stimulus nyeri tetapi tidak mengubah intensitas nyeri, paling
baik untuk periode pendek.
3. Anjurkan posisi tidur miring.
R: Mempermudah pengeluaran gas
4. Berikan obat analgetik sesuai order
R: Analgetik bersifat menghambat reseptor nyeri, sehingga persepsi nyeri
berkurang/hilang

Masalah Keperawatan II : Resiko Penyebaran Infeksi berhubungan dengan


trauma persalinan, jalan lahir, dan infeksi nasokomial.
Tujuan : Dalam 3 hari setelah proses persalinan, infeksi
tidak terjadi
Kriteria Hasil :
Tanda-tanda vital dalam batas normal (nadi
60-80 x/menit, suhu tidak lebih dari 38 0C),
Insisi kering
Lochea tidak berbau busuk
Uterus tidak lembek
Dolor : 1 - 2
Kalor : 365 372 C
Rubbor : Normal
Function laesa : normal
Intervensi :
1. Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptic dan anti septic.
R: Akan meminimalkan dan mencegah kontaminasi dan atau masuknya
mikroorganisme.
2. Observasi adanya tanda-tanda infeksi pada daerah luka : dolor, kalor, rubor
dan function laesa.
R: Akan memudahkan intervensi lebih dini dan intervensi selanjutnya.
3. Berikan antibiotic sesuai order dan kolaborasi untuk pemeriksaan leukosit.
R: Antibiotik bersifat bakterisida dan adanya leukositosis merupakan salah
satu tanda infeksi.
4. Anjurkan untuk makan makanan tinggi protein, vitamin C dan zat besi.
R: Protein dan viatamin C dibutuhkan untuk pertumbuhan jaringan dan zat
besi untuk pembentukan hemoglobin.

Masalah Keperawatan III : Gangguan pola eliminasi urine berhubungan


dengan retensi urine.
Tujuan : Dalam waktu 2 hari pola eliminasi urine tidak
terganggu.
Kriteria Hasil : Klien dapat Buang air kecil setelah diangkat
kateter, terhindar dari infeksi system urine.
Intervensi:
1. Rawat perineum dan kateter secara rutin dan teratur.
R: Mencegah agar tidak mendukung pertumbuhan bakteri.
2. Tempatkan kantung kencing bila dipasang kateter lebih rendah dari pasien.
R: Untuk mencegah refluk, sehingga tidak tumbuh bakteri
3. Ajarkan teknik merangsang kencing setelah diangkat kateter seperti siram
daerah kandung kemih dengan air dan anjurkal klien duduk.
R: Klien biasanya bisa buang air kecil setelah 6-8 jam setelah pengangkatan
kateter. Posisi duduik dapatmenimbulkan rasa penuh sehingga klien
terangsang untuk kencing.
4. Angkat kateter sesuai ketentuan biasanya 6-12 jam post operasi
R: Untuk menghindari pertumbuhan bakteri.

Anda mungkin juga menyukai