Anda di halaman 1dari 6

Miskonsepsi

1. Miskonsepsi atom dapat dilihat


Atom merupakan suatu konsep abstrak, dalam beberapa kasus ditemukan adanya
miskonsepsi. Beberapa menganggap bahwa atom dapat dilihat menggunakan mikroskop, atom
merupakan benda yang bulat dan berlapis-lapis karena ada kulit-kulit elektron. Karena atom
merupakan bagian terkecil suatu zat maka siswa beranggapan ada alat pembesar yang mampu untuk
melihat atom padahal sampai sekarang belum dapat dibuat alat untuk melihat atom. Dalam hal ini
siswa menganggap atom dapat sebagai atom tunggal yang berdiri sendiri, padahal dalam
kenyataannya atom belum pernah dapat diisolasi suatu atom tuggal.
2. Miskonsepsi model atom
Konsep kulit elektron oleh siswa dibayangkan sebagai sesuatu yang konkret layaknya kulit
telur yang melindungi putih telur dan putih telur yang melindungi kuning telur, padahal yang
dimaksud kulit merupakan suatu daerah dimana elektron mengelilingi inti. Pada beberapa contoh
buku pelajaran SMA contoh pengambaran model atom thomson adalah seperti roti kismis, dimana
kismis merupakan elektron tersebar pada roti yang bermuatan positif, penggambaran tersebut
menjadikan konsep tentang atom menjadi tidak tepat.

3. Miskonsepsi teori atom modern


Siswa diminta menentukan model atom modern. Siswa memilih model atom Bohr sebagai
model atom modern karena atom merupakan partikel yang terdiri dari proton dan neutron di dalam inti
atom, dan elektron yang menge-lilingi inti atom pada orbit tertentu seperti sistem tata surya.
Sebagian besar peneliti melaporkan banyak siswa sangat sulit mengubah model atom Bohr dengan
model atom awan elektron yang sesuai dengan teori mekanika kuantum. Model atom mekanika
kuantum merupakan model atom modern yang berkembang dan melengkapi kekurangan dari model
atom bohr.

4. Miskonsepsi Bentuk Orbital


Menurut model atom mekanika gelombang, elektron berada dalam orbital-orbital dengan
bentuk orbital-orbital yang berbeda-beda. Orbital s berbentuk bola. Karena probabilitas untuk
menemukan elektron dari inti mempunyai jarak yang sama, sedangkan orbital-orbital p, d dan f
mempunyai bentuk yang unik.

Semua ini merupakan kurva peluang ditemukan elektron dari inti atom, dari hasil pemecahan
persamaan gelombang. Penggambaran tersebut dapat menimbulkan terjadinya miskonsepsi terhadap
bentuk fisik atom, yaitu seakan-akan atom merupakan benda yang seperti pada gambar bentuk orbital
tersebut, miskonsepsi ini terjadi karena misinterpretasi dan gambaran yang bersifat matematis menjadi
gambaran yang bersifat fisis.
5. Miskonsepsi Kedudukan elektron
Sebagian siswa menganggap bahwa elektron mengelilingi inti seperti planet mengelilingi
matahari, pendapat itu terbawa dengan pemahaman siswa terhadap penggambaran sistem tata surya
yang mirip dengan penggambaran susunan elekton menurut teori Niels Bohr. Padahal keberadaan
elektron dalam mengelilingi inti tidak sesederhana yang dibayangkan oleh siswa.

6. miskonsepsi penentuan bilangan kuantum magnetik


Selama ini peserta didik menganggap bahwa harga-harga dari bilangan kuantum magnetik
merupakan urutan penempatan elektron pada saat mengisi diagram orbital atau sebagai nomor ruang
dalam diagram orbital. Pada diagram orbital p, kotak pertama mereka anggap orbital px, kotak kedua
sebagai orbital py, dan kotak ketiga sebagai orbital pz, dengan harga bilangan kuantum magnetik
diurutkan menaik dari -1, 0, dan +1. Harga-harga ini dipahami mereka berturut-turut sebagai px, py,dan
pz. Padahal lambang orbital ini justru terkait secara eksak dengan bilangan kuantum magnetik (ml).
dengan konsep ini, elektron pertama yang berada orbital p dipahami berada dalam orbital px. Ini
merupakan pemahaman yang keliru.
Konsep yang benar atas konsep bilangan kuantum magnetik adalah bahwa harga-harga pada bilangan
kuantum magnetik merupakan label yang memiliki arti matematis khusus terkait orientasi orbital dalam
ruang sumbu Cartesius, bukan merupakan numerik atau penomoran ruang orbital ataupun urutan
penempatan elektron dalam orbital. Jadi semua kotak diagram p memiliki kemungkinan satu dari tiga
harga label dari orbital p.
7. Tata cara pengisian elektron dalam orbital
Pengisian elektron pada tingkat energi s,p, d dan f sesungguhnya tidak ada aturan yang mengatur
pengisian elektron dari kiri ke kanan atau bebas, Perhatikan kemungkinan pengisian elektron pada
orbital p untuk unsur 6C (1s2 2s2 2p2) berikut:
Diantara ketiga kemungkinan di atas, tidak melangggar aturan berdasarkan larangan Pauli. Sesuai
dengan aturan hund mengisi satu elektron pada tiap-tiap orbital dengan arah putaran (spin) yang sama.
Hal ini dikarenakan kita harus menentukan mana yang paling stabil. Pada gambar (a) terlihat bahwa
elektron berada pada orbital yang sama dengan arah spin yang berlawanan, ini memungkinkan
terjadinya peristiwa saling meniadakan dibandingkan ketika dipisahkan dalam dua orbital. Ini
menjelaskan kenapa atom karbon memiliki sepasang elektron yang tidak berpasangan. Jadi, susunan
elektron yang paling stabil adalah gambar (c). Setelah semua orbital terisi satu elektron, elektron sisanya
akan mengisi orbital dengan arah putaran (spin) yang berlawanan, sehingga orbital terisi pasangan
elektron. Agar memudahkan mengingat maka pengisian elektron dimulai dari kiri ke kanan sesuai
dengan kebiasaan menulis huruf latin. Perhatikan contoh di bawah ini.
Contoh : 7N
Konfigurasi elektron : 1s2 2s2 2p5
Diagram orbital :
Pengisian menurut Frederick Hund, 1927 (dikenal aturan Hund) menyatakan bahwa elektron yang
mengisi tingkat energi dengan jumlah orbital lebih dari satu akan tersebar pada orbital yang mempunyai
kesamaan energi (equal-energy orbital) dengan arah putaran (spin) yang sama. Asas ini dikemukakan
berdasarkan penalaran bahwa energi tolak-menolak antara dua elektron akan minimum jika jarak antara
elektron berjauhan. Untuk lebih memahaminya, perhatikan gambaran pengisian elektron pada orbital p.
Tingkat energi yang mengandung orbital lebih dari 1 adalah p, d, dan f. Pengisian elektron menurut
aturan hund dimulai dengan mengisi satu elektron pada tiap-tiap orbital dengan arah putaran (spin) yang
sama dari kiri ke kanan. Setelah semua orbital terisi satu elektron, elektron sisanya akan mengisi orbital
dengan arah putaran (spin) yang berlawanan, sehingga orbital terisi pasangan elektron.

. Pengaruh jumlah elektron terhadap bentuk orbital


Sebelum membahas bentuk orbital, terlebih dahulu kita kembali pada penjelasan mengenai orbital
itu sendiri. Orbital atom adalah volume ruang disekitar inti tempat ditemukannya electron atau dengan
kata lain orbital atom adalah kebolehjadian ditemukannya electron. Di dalam setiap orbital, electron
menyebar disekitar inti, dimana penyebaran electron ini tidak merata. Akibatnya ada bagian dengan
konsentrasi muatan electron besar da nada bagian dengan konsentrasi muatan electron kecil. Berikut ini
merupakan contoh bentuk dari orbita s dan p:

Dari gambar diatas, dapat dilihat bentuk orbital dari orbital s dan p. Bentuk orbital p adalah halter
yaitu terdapat dua daerah/cuping dengan ukuran yang sama. Yang menjadi pertanyaan saat ini adalah
bagaimana bentuk orbital p jika orbital tersebut tidak terisi penuh. Kita ambil contoh dari atom unsur
golongan VIIA (halogen) yaitu F dengan nomor atom 9. Konfigurasi dari atom F adalah 1s 2 2s2 2p5.
Sebagaimana kita ketahui orbital p maksimal diisi oleh 6 elektron. Dari konfigurasi tersebut terlihat
bahwa orbital p tidak terisi maksimal. Lalu bagaimana bentuk dari orbital p tersebut? Apakah berubah
menjadi 1 daerah/cuping? Jawabannya adalah tetap atau tidak berubah yaitu dengan dua daerah/cuping.
Jumlah electron yang mengisi suatu orbital tidak mempengaruhi maupun merubah bentuk orbital
tersebut melainkan hanya merubah ukuran dari orbital tersebut, hal ini dikarenakan orbital adalah
keboleh jadian ditemukannya electron.

8. miskonsepsi arah dari bilangan kuantum spin


Miskonsepsi terjadi dalam penentuan bilangan kuantum magnetik spin bagi elektron tak
berpasangan dalam suatu orbital. Sebagian besar responden menganggap bahwa elektron yang tidak
berpasangan dalam suatu orbital pastilah memiliki bilangan kuantum magnetik spin +1/2. Konsep yang
benar adalah bahwa harga bilangan kuantum magnetik spin bagi elektron tak berpasangan adalah
mungkin +1/2 atau -1/2. Dalam hal ini, harga bilangan kuantum magnetik spin bukanlah sebuah
kepastian atau diurutkan mulai dari +1/2 dulu kemudian -1/2, melainkan sebuah kemungkinan. Perlu
ditekankan bahwa tanda +1/2 dan -1/2 hanyalah merupakan sebuah konvensi untuk menunjukkan
bahwa jika terdapat dua elektron dalam satu orbital, maka arah spin kedua elektron harus saling
berlawanan sesuai dengan prinsip Pauli.
9. miskonsepsi kata elektron terakhir dan perbedaan antara elektron terluar dengan elektron
valensi
Menurut Sugiyarto (2012: 16), istilah elektron terakhir dan elektron ke- merupakan dampak
dari miskonsepsi atas makna diagram aufbau. Makna diagram aufbau bukan untuk menandai elektron
terakhir atau elektron ke-, melainkan sebagai mnemonic dalam menuliskan konfigurasi elektronik
secara akurat terkait dengan banyaknya elektron tiap orbital dengan beberapa pengecualian. Istilah yang
dapat dipertanggungjawabkan adalah elektron terluar (outermost electron) atau elektron valensi
(valence electron), yang biasanya dipahami sebagai elektron-elektron berenergi tinggi yang berperan
dalam pembentukan ikatan didalam senyawa-senyawa kimia sederhana.
Pada konfigurasi elektron, jumlah elektron yang terdapat pada kulit terluar suatu atom disebut
elektron valensi. Sebagian besar ikatan kimia terbentuk dengan memanfaatkan elektron valensi
sehingga elektron valensi dapat dikatakan penentu sifat kimia suatu unsur, unsur-unsur yang memiliki
elektron valensi yang sama akan menunjukkan kemiripan sifat.
Elektron terluar adalah elektron yang terletak pada subkulit yang mempunyai energi terluar, yaitu
elektron yang terletak pada subkulit yang mempunyai energi terbesar, yaitu elektron yang terletak pada
subkulit terluar menurut aturan Hund.
Jadi elektron valensi dari Cl adalah 7 sedangkan elektron terluar dari Cl terletak pada subkulit 3p5
yang memiliki tanda panah biru. mempunyai n = 3, l= 1, m = 0, s =
Pada konsep bilangan kuantum utama yang dihubungkan dengan kulit terjadi miskonsepsi yaitu
bilangan kuantum utama(n) hanya bernilai 1 sampai 7,
Kulit K L M N O P Q
Harga n 1 2 3 4 5 6 7

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa telah terjadi kesalahpahaman atas penetapan bilangan
kuantum pada model atom, yaitu bilangan kuantum utama dipahami menunjukkan kulit atom. Penyajian
bilangan kuantum utama pada tabel diatas jelas menimbulkan miskonsepsi pada siswa. Siswa akan
memiliki pemikiran bahwa atom hanya terdiri atas 7 kulit atau tingkat energi. Hal ini nampaknya
dikacaukan oleh fakta bahwa hingga kini atom unsur yang dikenal hanya melibatkan nomor kulit
ketujuh. Konsep yang benar adalah bahwa bilangan kuantum utama memiliki nilai dari 1, 2, 3, dan
seterusnya sampai tak berhingga. Bilangan kuantum utama menggambarkan tingkat energi utama dan
ukuran dari atom, bukan menyatakan kulit.
10. Miskonsepsi antara pengisian elektron dan penyusunan elektron
Pada pembelajaran mengenai konfigurasi atom suatu unsur, masih sering ditemui istilah pengisian
elektron untuk mepelajari susunan-susunan elektron di dalam suatu atom unsur. Berikut kutipan
penggunaan istilah ini dalam beberapa buku kimia untuk siswa SMA kelas XI semester gasal:
...Bagaimana pengisian elektron ke dalam orbital? Pengisian orbital oleh elektron mengikuti aturan
dengan memperhatikan tiga hal, yaitu asas AufBau, asas larangan Pauli, dan asas Hund. (Partana, C.F.
dan Wiyarsi, A., 2009: 11)

Konfigurasi elektron dalam atom menggambarkan lokasi semua elektron menurut orbital-orbital yang
ditempati. Pengisian elektron dalam orbital-orbital mengikuti aturan-aturan berikut.... (Harnanto A.
Dan Ruminten, 2009: 12)

Untuk atom berelektron banyak pengisian mengikuti aturan aufbau, yaitu dimulai dari tingkatenergi
yang lebih rendah kemudian mengisi tingkat energi berikutnya.... (Fauziah N., 2009: 6)

Penggunaan istilah pengisian elektron ini kurang tepat sehingga perlu diperbaiki. Istilah
pengisian seolah menggambarkan bahwa elektron yang terdapat dalam suatu atom berasal dari luar
atom. Padahal tidak demikian. Elektron telah tersusun di dalam atom sedemikian sehingga memberi
sifat khas pada atom tersebut yang membedakannya dengan atom unsur-unsur lain. Penggunaan istilah
ini perlu diperbaiki agar tidak terjadi miskonsepsi. Istilah yang lebih tepat untuk menggantikan istilah
ini adalah p0enyusunan elektron.

11. Konfigurasi elektron bilangan kuantum menjelaskan berbagai unsur dalam sistem
periodik.
Berdasarkan kajian teoritik mengenai konfigurasi elektron dari berbagai buku teks, terutama
terbitan luar. Tidak ditemukan penulisan konfigurasi elektron berdasarkan kulit atom. Dengan kata lain
konfigurasi elektron Bohr sudah tidak relevan dengan konsep kekinian ilmu kimia. Dalam buku teks
sudah sangat jelas dituliskan bahwa konfigurasi elektron Bohr hanya berlaku untuk unsur hidrogen saja
yang memiliki satu elektron disekitar inti atom. Untuk unsur yang memiliki lebih dari satu elektron
harus menggunakan konfigurasi mekanika kunatum berdasarkan tingkatan enegi elektron. Sehingga
standar isi tentang konfigurasi elektron untuk kelas X sebaiknya tidak dipakai lagi, hal ini akan
menghilangkan miskonsepsi dalam memaknai konfigurasi elektron yang diajarkan di kelas XI
Daftar Pustaka
Sudarmo, U. (2009). Miskonsepsi Siswa SMA Terhadap Konsep-Konsep Kimia. Prosiding Seminar
Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia 2009. http://snkpk.fkip.uns.ac.id/wp-
content/uploads/2016/05/A-12_Miskonsepsi-Siswa-SMA-Terhadap-Konsep-Konsep-Kimia_Unggul-
Sudarmo.pdf. 2 Oktober 2016.

Rachmawati, L. (2014). Pengembangan dan Penerapan Instrumen Diagnostik Two-Tier dalam


Mengidentifikasi Miskonsepsi Siswa tentang Atom dan Molekul. Edusentris. Jurnal Ilmu Pendidikan
dan Pengajaran Vol I No. 2 Juli 2014.
http://ejournal.sps.upi.edu/index,php/edusentris/article/viewFile/141/111. 2 Oktober 2016.

http://isma-chemistry.blogspot.co.id/2014/03/miskonsepsi-materi-konfigurasi-elektron.html

http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/journal-of-chemical-education/article/view/1114/2119

Anda mungkin juga menyukai