Anda di halaman 1dari 2

3.2.

1 Standarisasi Ekstrak
a. Penetapan Susut Pengeringan
Susut pengeringan adalah pengurangan berat bahan setelah dikeringkan dengan cara
yang telah ditetapkan. Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi siplisia
harus dalam bentuk serbuk dengan derajat halus nomor dan suhu pengeringan 105 dan
susut pengeringan ditetapkan sebagai berikut: ditimbang 1 sampai 2 g simplisia dalam
botol timbang dangkal bertutup yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu penetapan
dan ditara. Kemudian diratakan bahan dalam botol timbang dengan menggoyangkan
botol hingga menghasilkan lapisan setebal lebih kurang 5 sampai 10 mm, dimasukkan
dalam ruang pengering dan tutupnya dibuka, dikeringkan pada suhu penetapan hingga
bobot tetap. Sebelum setiap pengeringan dibiarkan botol dalam keadaan tertutup
mendingin dalam eksikator hingga suhu ruang (Depkes RI. 2008).
b. Penetapan Kadar Abu Total
Ditimbang seksama 2 sampai 3 g bahan uji yang telah dihaluskan dan dimasukkan ke
dalam krus silikat yang telah dipijar dan ditara, pijarkan perlahan-lahan hingga arang
habis, didinginkan dan ditimbang. Jika dengan cara ini arang tidak dapat dihilangkan,
ditambahkan air panas, diaduk, lalu disaring melalui kertas saring bebas abu. Dipijarkan
kertas saring beserta sisa penyaringan dalam krus yang sama. Dimasukkan filtrate ke
dalam krus, diuapkan dan dipijarkan hingga bobot tetap. Kadar abu total dihitung
terhadap berat bahan uji, dinyatakan dalam % b/b (Depkes RI. 2008).
c. Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Asam
Dididihkan abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu total dengan 25 mL asam
klorida encer LP selama 5 menit. Dikumpulkan bagian yang tidak larut dalam asam,
disaring melalui kertas saring bebas abu, dicuci dengan air panas, dipijarkan dalam krus
hingga bobot tetap. Kadar abu yang tidak larut dalam asam dihitung terhadap berat
bahan uji, dinyatakan dalam % b/b (Depkes RI. 2008).
d. Penetapan Kadar Sari Larut Air
Ditimbang seksama lebih kurang 5 g serbuk (4/18) yang telah dikeringkan di udara.
Dimasukkan ke dalam labu bersumbat, ditambahkan 100 mL air jenuh kloroform,
dikocok berkali-kali selama 6 jam pertama, dibiarkan selama 18 jam. Disaring,
diuapkan 20 mL filtrat hingga kering dalam cawan dangkal beralas datar yang telah
dipanaskan 105 dan ditara, dipanaskan sisa pada suhu 105 hingga bobot tetap.
Dihitung kadar dalam % sari larut air (Depkes RI. 2008).
e. Penetan Kadar Sari Larut Etanol
Ditimbang seksama lebih kurang 5 g serbuk (4/18) yang telah dikeringkan di udara.
Dimaksukkan ke dalam labu bersumbat, ditambahkan 100 mL etanol P, dikocok berkali-
kali selama 6 jam pertama, dibiarkan selama 18 jam. Disaring cepat untuk
menghindarkan penguapan etanol, diuapkan 20 mL filtrat hingga kering dalam cawan
dangkal beralas datar yang telah dipanaskan 105 dan ditara, dipanaskan sisa pada suhu
105 hingga bobot tetap. Dihitung kadar dalam % sari larut etanol (Depkes RI. 2008).
f. Penetapan Kadar Air
Alat labu 500 mL (A) dihubungkan dengan pendingin air balik (C) melalui alat
penampung (B) yang dilengkapi dengan tabung penerima 5 mL (E) yang berskala 0,1
mL. Dipanaskan menggunakan pemanas listrik yang suhunya dapat diatur atau tangas
minyak. Bagian ata labu tabung penyambung (D) sebaliknya dibungkus dengan asbes
(Depkes RI. 2008).

Depkes RI. 2008. Farmakope Herbal Indonesia. Edisi I. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai