Anda di halaman 1dari 11

Nama : Vincensia Bring Joy

Nim : P01031219157
Prodi-kelas : DIV 3C
Mata kuliah : Ilmu Teknologi Pangan

Analisis dan Komentar


1. Kadar air
Metode termogafimetri (sampel susu bubuk)
 Masukkan botol timbang ke dalam oven dengan suhu 1050 selama 3 jam
 Setelah 3 jam, ambil botol timbang dan masukkan ke eksikator selama 30 menit untuk
pendinginan
 Timbanglah botol timbang kemudian catat berat botol timbang setelah itu kita kita
timbang kembali, kita ulangi hingga konstan (konstan ditandai dengan selisi berat berat
timbang berturut-turut 0,002 g)
 Timbang sampel sebanyak 1-2 g, setelah di timbang lalu dimasukkan ke dalam oven
selama 3-5 jam dengan suhu 1050 c.
 Setelah 5 jam ambil sampel dan masukkan ke eksikator selama 30 menit
 Masukkan kembali ke dalam oven dgn suhu 105 0 c dan timbang persatu jam hingga
konstan.
 Hitung kadar air tersebut == m0-m x 100%
m
Metode oven
 Timbang dengan seksama 1-2 g cuplikan pada sebuah botol timbang bertutup
yang sudah diketahui bobotnya. Contoh : cairan botol timbang dengan pengaduk
dan pasir kwarsa berlipat.
 Keringkan pada oven suhu 105 c selama 3 jam.
 Dinginkan dalam eksikator
 Timbang , ulangin pekerjaan hingga di peroleh bobot tetap.
 Perhitungan :
Kadar air = W/W1 x 100 %
 Komentar saya tentang perbandingan dari video dan SNI : metode pada video di jelaskan
dengan terperinci sehingga mudah di pahami. metode termografimetri memiliki klemahan
yaitu Bahan lain selain air dapat ikut menguap dan ikut hilang bersama dengan uap air ,
seperti alcohol, Dapat terjadi reaksi selama pemanasan yang menghasilkan air atau zat
mudah menguap lain, Bahan yang mengandung bahan yang mengikat air, secara sulit
melepaskan airnya meskipun sudah dipanaskan. Hal ini mungkin juga terjadi pada
metode oven dari SNI.
2. Abu
Metode langsung (video)
 Memijarkan cawan crus kosong kurang lebih 30 menit utk menghilangkan sisa – sisa zat
organic yang menempel pada cawan
 Biar 5 menit di udara terbuka lalu masukkan ke dalam desikator kurang lebih 10 menit
setelah itu di timbang (catat data yang diperoleh dari cawan kosong tersebut)
 Ulangi langkah dari pemijaran sampai penimpangan hingga diperoleh berat konstan
 Jika berat cawan kosong sudah stabil lalu masukkan sampel 2 gr ( catat data yang
diperoleh dari massa cawan krus + sample)
 Lakukan pengarangan dengan posisi miring, atur jarak antara Bunsen dengan krus agar
api yang menempel adalah api merah bukan biru , secara bertahap dgn suhu 300 0c akan
terjadi penguapan o2 dan co2, ditungggu sampai sampel warna hitam dan tak keluar asap
lagi
 Lakukan pembakaran di suhu 5000c dengan menempel pada api biru dan pastikan arang
mulai membentuk abu ( terjadi oksida dari senyawa organic)
 Jika sudah terbentuk abu dgn sempurna kemudian pijarkan posisi krus tegak lurus dan
atur api biarkan selama 15 dan biarkan di di udara terbuka 5 menit dan masukkan ke
dalam desikator selama 10 menit agar zat organic tidak tersisa organic
 Timbang massa krus + abu
 Lakukan proses pemijaran kembali selama 15 menit hingga diperoleh berat konstan
 Kadar abu massa krus + abu – massa krus kosong x 100%
Massa krus + sampel – massa krus kosong

Abu total
 Timbang 2-3 g contoh ke dalam cawan porselin yang telah diketahui bobotnya,
untuk contoh cairan uapkan diatas penangas air sampai kering
 Arangkan diatas nyala pembakar, lalu abukan dalam tanur listrik pada suhu
maksimum 550c sampai penggabungan sempurna ( sekali-sekali buka pintu tanur
sedikit, agar oksigen masuk ).
 Dinginkan dalam eksikator , lalu timbang hingga bobot tetap
 PRHITUNGAN :
KADAR ABU = W1 – W3 / W X 100%

Abu sulfat
 Timbang 2-3 g cuplikan dalam sebuah cawan porselin yang telah diketahui
bobotnya
 Arangkan diatas nyala pembakar, lalu abukan dalam tanur listrik pada suhu 550c
 Dinginkan kemudian tambhkan 1-2 tetes H2SO4 pekat
 Uapkan dalam ruang asam sampai gas SO2 hilang
 Dinginkan dalam eksikator , lalu timbang sampai bobot tetap
Abu tak larut dalam asam
 Larutkan abu bekas penetapan kadar abu dengan pembahan 25ml HCL 10%
 Didihkan 5 menit
 Saring larutan dengan kertas saring dan cuci dengan air suling
 Keringkan kertas saring dengan oven, masukkan dalam cairan porselin yg lebih
diketahui bobotnya
 Dinginkan cawan dalam eksikator hingga suhu kamar lalu timbang.
 Komentar saya untuk perbandingan dari video dan sni : proses yang dilakukan pada video
dengan metode langsung sangat mudah di pahami tetapi dalam proses ini harus sangat
hati-hati agar tidak terjadi kesalahan mengakibatkan kadar abu tidak di dapat dengan data
yang benar.

3. Protein
Metode kjeldahl
 Siapkan k2so4, cuso4 dan sampel yang sudah di haluskan
 Tibang 1 gr sampel, timbang 3 gr cuso4, timbang 7 gr k2so4
 Masukkan sampel, cuso4, dan k2so4 ke dalam labu kjeldahl.
 Tambahkan h2so4 sebanyak 15-25 ml kocok hingga homogeny
Tahap 1 : detruksi
 Pasang labu kjedahl di atas Bunsen dalam lemari asam
 Nyalakan Bunsen, panaskaan larutan hingga jernih dan tidak berasap
Tahap 2 : destilasi
 Masukkan hasil destruksi ke dalam labu destilasi
 Tambahkan 25 ml naoh 50%
 Tambahkan serbuk zn sebanyak ½ pucuk sendok spatula
 Tambahkan aquadesh hingga ½ bagian labu destilasi
 Tambahkan 25 ml hcl 0,1 n ke dalam penampung destilat
 Tambahkan beberapa tetes indicator metil merah
 Mulai dengan proses destilasi hingga 100 ml
 Tuangkan destilat ke dalam Erlenmeyer
Tahap 3 : titrasi
 Isi buret dengan naoh 0,1 n
 Titrasi hingga berwarna jingga
 Catat volume titrasi
Lakukan prosedur yang sama pada bangko ( tanpa sampel)
Volume titrasi sampel – volume titrasi blangko = N NaOh x 14,008 x faktor konversi x 100%
Berat sampel x 10
Protein ( metode semimikro )
 Timbang seksama 0,51g cuplikan, masukkan dalam labu kjeldahl 100 ml
 Tambahkan 2 gr campuran selen & 25 ml H2SO4 pekat
 Panaskan di atas pemanas listrik / api pembakar sampai mendidih dan larutan
menjadi jernih kehijau-hijauan ( sekitar 2 jam )
 Biarkan dingin, kemudian encerkan dan masukkan dalam labu ukur 100 ml,
tepatkan sampai tanda garis
 Pipet 5ml larutan & masukkan dalam penyuling, tambhkan 5 ml NaOH 30% &
beberapa tetes indikator PP
 Suling selama lebih kurang 10 menit sebagai penampung gunakan 10ml larutan
asam borat 2% yg telah dicampur indikator
 Bilas ujung pendingin dengan air suling
 Titar dengan larutan HCL 0,01 N PERHITUNGAN :
KADAR PROTEIN = (V1-V2)xNx0,014xf.k x fp / w
 Komentar saya: pada video metode kjeldahl terdapat kelemahan Mengukur total N organic,
termasuk N yang bukan protein. Menggunakan reagen-reagen yang sangat korosif dan
prosesnya yang lumayan berbahaya.Metode Kjeldahl merupakan metode yang sederhana
untuk penetapan nitrogen total padaasam amino, protein dan senyawa yang mengandung
nitrogen, semua jenis nitrogen akan terhitung meskipun bukan dari protein, Proses
daripada metode ini melewati proses yang panjang --. Memakan waktu yang lama. Pada
SNI di dijelaskan dengan sederhana sehingga sulit di pahami dan mungkin hasil yang
didapat akan kurang tepat.

4. Lemak
Metode soxhlet (video)
 Oven labu alas bulat dgn suhu 100-1100c selama 1 jam
 Masukkan ke desikator hingga dingin
 Setelah dingin, timbang labu tersebut
 Cata massa labu kosong
 Ulangi sampai dapat berat konstan
 Rangkai alat soxhlet, gunakan heating mantel
 Masukka sampel yang telah dihaluskan dan di bungkus kertas saring
 Masukkan pelarut n heksana sampaikolom soxhlet penuh dan mengalir ke labu
 Masukkan lagi n heksana sampai merendam sampel
 Pasang kondensor
 Atur pemanas hingga n heksana mau mendidih
 Biarkan proses ekstraksi sampai 3-4 jam
 Lemak akan di ekstraksi
 Setelah 4 jam ambil sampel
 Biarkan n heksana naik ke kolom soxhlet hingga penuh untuk membilas sisa lemak
 Lakukan destilasi tidak langsung, dengan cara memipet pelarut yang naik ke kolom
soxhlet
 Lakukan hingga n heksana tidak ada di kolom soxhlet lagi
 Oven labu yang berisi lemak selama 1 jam untuk menguapkan n heksana
 Biarkan dingin dalam desikator
 Timbang labu berisi lemak
 Catat masa nya sebagai berat labu + lemak
 Ulangi pengopenan dan penimbangan hingga diperoleh berat konstan, lalu perhitungan
(Massa labu + lemak)-massa labu kosong x 100%
Massa sampel
Lemak
 Metode estrsksi langsung alat soxhlet
 Timbang 1-2 g contoh, masukkan dalam selongsong kertas yang dialasi dengan
kapas
 Sumbat selongsong berisi contoh dengan kapas, keringkan dalam oven suhu titik
lebih dari 80c selama lebih kurang 1 jam, kemudian masukkan kedalam alat
soxhlet yg telah dihubungkan dengan labu lemak yang telah dikeringkan dan
diketahui bobotnya
 Ekstrak dengan heksana / pelarut lemak lainnya selama lebih kurang 6 jam
 Sulingkan heksana & keringkan ekstra lemak dalam oven pengering pada suhu
105c
 Dinginkan dan timbang
 Ulangi pengeringan sampai bobot tetap
 % lemak = W-W1/W2 x 100 %
 Komentar saya : pada metode soxhlet adalah sampel terekstraksi dengan sempurna,
proses ekstraksi lebih cepat, pelarut yang digunakan sedikit. Tetapi tidak dapat digunakan
pada sampel yang tidak tahan panas. Pada proses SNI waktu ekstraksi lebih lama.

5. Karbohidrat
Metode luff scroorl (video)
 Menibang 1 gr sampel kemudian masukkan ke dalam labu alas bulat
 Ukurlah 50 ml aquadesh tambahkan bersama ked lama labu alas bulat
 Lalu pipet 10 ml HCL 25% masukkan juga
 Refluks selama 3 jam suhu 1000c
Penetapan blangko
 Pipet 10 ml larutan luff scroorl masukkan ke dalam Erlenmeyer
 Tambahkan 10 ml aqudesh lalu refluks selama 10 menit
 Dinginkan lalu tambahkan 5 ml KI 20%
 Tambahkan 5 ml H2SO4 titrasi dengan Na2S2O3 sampai warna kuning jerami lalu
tambahakn indicator amilum hingga terbentuk maka akan terbentuk warna kompleks
biru, lanjitkan titrasi sampai warna biru hilang
 Catat volume titran untuk penetapan blangko
Penetapan KH pada sampel
 Dari hasil refluks selama 3 jam masukkan ke baker glass dan tambahkan 3 tetes
indicator phenopetalin
 Taambahkan NaOH 20% terjadi perubahan warna
 Tuang larutan sampel yang sudah di netralkan 250 ml
 Tambahkan aquadesh sampai tanda batas dan homogenkan
 Pipet 10 ml larutan sampel dan masukkan ke dalam Erlenmeyer yang berisi larutan
luff scroorl
 Mulai ini langkah nya hampir sama dengan penetapan blanko
 Refluks berisi larutan luff scroorl 10 menit sampai warna merah bata
 Tambahkan 5 ml KI + H2SO4 dan titrasi dgn Na2S2O3 hingga kuning jerami + amilu
sebagai indicator
 Titrasi hingga warna biru hilang dan catat volume titrasi

KADAR KARBOHIDRAT
 Timbang seksama lebih kurang 5 g cuplikan ke dalam erlenmeyer 500 ml
 Tambahkan 200 ml larutan HCL 3% didihkan selama 3 jam dengan pendingin tegak
 Dinginkan dan netralkan dengan larutan NaOH 30% (dengan lakmus atau fenoltalein).
dan ditambahkan sedikit CH2COOH 3% agar suasana larutan agak sedikit asam.
 Pindahkan isinya ke dalam labu ukur 500 ml dan impitkan hingga tanda garis, kemudian
saring.
 Pipet 10 ml saringan ke dalam erlenmeyer 500 ml, tambahkan 25 ml larutan luff (dengan
pipet) dan beberapa butir baut didih serta 15 ml air suling.
 panaskan campuran tersebut dengan nyala tetap. usahakan agar larutan dapat
mendidih dalam waktu 3 menit (gunakan stop wacth).
 Setelah dingin tambahkan 15ml larutan KI 20% dan 25 ml H2SO4 25 % perlahan lahan
 Titar secepatnya dengan larutan tio 0,1 N
 Kerjakan juga pada blanko.
Perhitungan ;
Kadar glukosa = W1 x fp / w x 100 %
 Komentar saya : Metode Luff Schoorl ini baik digunakan untuk menentukan kadar
karbohidrat yang berukuran sedang. Dalam penelitian M.Verhaart dinyatakan bahwa
metode Luff Schoorl merupakan metode tebaik untuk mengukur kadar karbohidrat
dengan tingkat kesalahan sebesar 10%. Metode pada video dan SNI pada banyaknya
larutan memiliki nilai yang berbeda missal pada larutan KI, Naoh, HCL, dan indicator
phenopetalin.
PERBANDINGAN RINGKASAN DENGAN ANALISIS

1. Perbandingan analisi kadar air.


A. Ringkasan
 Metode oven
Metode temperatue rendah menggunakan suhu (103 + 2)°c. dengan periode
pengeringan 17±1 jam. Periode pengeringan dimulai pada saat oven menunjukan
temperatur yang diinginkan. Setelah pengeringan, contoh : bahan berserta cawannya
disimpan dalam desikator selama 30- 35 menit.

Analisa kadar air (youtube )

Kadar Air, sampel yang dipanaskan pada suhu 100-105 °c pada cawan,dan kemudian
ditimbang sampai konstan.

 Perhitungan ringkasan

Kadar air = W × 100%

W1

W = bobot cuplikan yang belum dikeringkan, dalam gram.

W1 = kehilangan bobot setelah dikeringkan, dalam gram

 Rumus analisa

% Air = masa air ×100%


Masa sampel

Dimana

A. masa sampel +cawan sebelum oven


B. Masa sampel +cawan setelah oven
C. Masa cawan kosong

Pada cara kerja = ringkasan dan analisa sama sama menggunakan bahan dan alat
serta prosedur pelaksanaan sama.

2. Perbandingan analisa kadar abu


A.Ringkasan
kadar abu total dapat diartikan sebagai komponen anorganik yang tersisa setelah
proses pembakaran dilakukan. Hal ini dikarenakan komponen organik akan terurai
menjadi gas karbondioksida (CO2) dan Air. Untuk menentukan kadar abu total, sampel
makanan dan minuman yang telah di treatment dan diketahui bobotnya dimasukkan ke
dalam cawan porselen dan bakar dalam furnace pada suhu 550 ⁰C kemudian
didingingkan dalam desikator

 Analisa
Abu yaitu zat organik sisa hasil pembakaran (pengabuan) suatu bahan organik, abu
terdapat komponen yaitu garam anorganik/oksida karbonat, bikabornat. Terdapat dua
metode pengabuan, yaitu pengabuan secara langsung dan tidak langsung. Pengabuan
secara langsung mengoksidasi zat zat dalam sampel pada suhu 500-600 °c kemudian
melakukan penimbangan zat-zat yang tertinggal.

Pengabuan secara tidak langsung yaitu memberikan reagen kimia pada sampel, yaitu
alkohol, gliserol, asam sulfat/ asam nitrat.

 Dalam perhitungan
Pada perhitungan, mengunakan rumus yang sama

 Dalam prosedur
Dalam ringkasan
dilakukan dengan mengoksidasikan zat-zat organik pada suhu 500-600 oC kemudian
melakukan penimbangan zat-zat tertinggal. Kemudian zat yang tertinggal setetah
proses pembakaran ditimbang. Cawan porselen dioven terlebih dahulu selama 1 jam
kemudian diangkat dan didinginkan selama 30 menit dalam desikator. Cawan kosong
ditimbang sebagai berat a gram. Setelah itu bahan uji dimasukan sebanyak 5 gram
kedalam cawan, ditimbang dan dicatat sebagai b gram. Pangabuan dilakukan dalam 2
tahap ,yaitu pemanasan pada suhu 300 oC agar kandungan bahan volatile dan lemak
terlindungi hingga kandungan asam hilang. Pamanasan dilakukan hingga asam habis.
Selanjutnya, pemanasan pada suhu bertahap hingga 600 oC agar perubahan suhu
secara tiba-tiba tidak menyebabkan cawan menjadi pecah. Pengabuan cara kering
digunakan untuk penentuan total abu, abu larut, tidak larut air dan tidak larut asam.
Waktu pengabuan lama, suhu yang diperlukan tinggi, serta untuk analisis sampel dalam
jumlah banyak. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan
pengabuan cara kering, yaitu mengusahakan suhu pengabuan sedemikian rupa
sehingga tidak terjadi kehilangan elemen secara mekanis  karena penggunaan suhu
yang terlalu tinggi dapat menyebabkan terjadinya penguapan beberapa unsur, seperti
K, Na, S, Ca, Cl, dan P.

Dalam analisa
 Cara kerja
1. Panaskan crus cawan kosong selama 30 menit, lalu biarkan disuhu terbuka selama 5
menit.
2. Masukan cawan kosong kedalam desikator selama 10 menit agar suhu stabil.
3. Timbang cruscawan kosong, catat data yang diperoleh sebagai massa cawan crus
kosong
4. Ulangi langkah pemijaran pada cawan kosong hingga penimbangan diperoleh berat
konstan
5. Timbang 2 gr sampel
6. Melakukan pengarangan, dengan posisi miring atur jarak bunsen dengan cawan
crus. Bersuhu 300°c
7. Tunggu sampai menghitam, lalu atur kembali jarak bunsen dengan cawan
8. Lakukan kembali pembakaran pada suhu 500°c hingga abu terbentuk sempurna
9. Atur api pemijaran 500-600°c. selama 15 menit dipastikan tidak ada zat organik.
10. Setelah itu biarkan pada suhu terbuka selama 5 menit, lalu masukan cawan
tersebut kedalam desikator selama 10 menit.
11. Lalu timbang masa sampel tersebut.

3. Perbandingan analisis protein

 Pada ringkasan
Prinsip analisa protein dan ringkasan sama yaitu senyawa nitrogen yang diubah
menjadi amonium sulfat. Hanya saja pada analisa protein menggunakan 3 tahapan
yaitu destruksi, destilasi dan titrasi.

 Pada rumus
Dalam ringkasan

 Perhitungan Kadar Protein

( V1 -V2 ) × N × 0,014 ×fk × f.p

Dimana :
W = Bobot cuplikan
V 1 = Volume HCL 0,1 N digunakan untuk penitraan contoh
V 2 = Volume HCL digunakan untuk penitraan blanko
N = normalitas HCL
fk = Faktor konversi untuk protein makanan secara umum 6,25 susu dan hasil
olahannya6,38,mentega kacang 5,46

F. p= Faktor pengenceran

Sedangkan dalam analisa

 Rumus

%Protein = (v2 - v1)

×N, Naoh ×14.008×fk ×100%

w×10

V1 = volume titrasi sampel

V2 = volume titrasi blanko


FK = kaftor konversi

W = berat sampel.

4. Perbandingan analisis lemak


 Pada rumus dan prinsip analisa (youtube) tidak menjelaskan, hanya menjelaskan
cara prosedur kerja, sedangkan dalam ringkasan menjelaskan tentang prinsip,
rumus serta prosedur kerja
 Pada prosedur kerja dalam analisa( youtube) dan ringkasan sama - sama
mengulangi cara prosedur agar mendapar berat yang konstan
.

5. Perbandingan analisa karbohidrat


 Pada prinsip ringkasan menjelaskan bagaiman prinsip karbohidrat serta rumus
pada karbohidrat Sedangkan dalam analisis ( youtube ) tidak menjelaskan prinsip
serta rumus karbohidrat.
 Pada prosedur kerja
Analisa dan ringkasan sama, mengikuti refluks dan titirasi pada sampel

Anda mungkin juga menyukai