Anda di halaman 1dari 12

PENENTUAN SURFAKTAN ANIONIK MENGGUNAKAN EKSTRAKSI

SINERGIS CAMPURAN ION ASOSIASI MALASIT HIJAU DAN


METILEN BIRU SECARA SPEKTROFOTOMETRI TAMPAK
Ahmad Washil1; Diana Candra Dewi2

Jurusan Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang
2009

ABSTRAK

Surfaktan adalah salah satu komposisi deterjen yang bermanfaat untuk mempermudah menghilangkan
kotoran, namun keberadaannya yang berlebihan dapat mencemari lingkungan. Hal ini bertentangan dengan
QS. al-Araf:56 Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi.... Tujuan dari penelitian ini adalah
mengembangkan metode penentuan surfaktan anionik dengan menggunakan campuran malasit hijau dan
metilen biru secara spektrofotometri tampak. Hasil yang diperoleh dibandingkan dengan metode metilen biru
dan metode malasit hijau yang telah ada.
Penelitian ini mempelajari tentang ekstraksi surfaktan anionik menggunakan campuran ion asosiasi
malasit hijau dan metilen biru ke dalam pelarut kloroform kemudian dianalisis dengan spektrofotometri
tampak. Tahapan penelitian ini adalah sebagai berikut: penentuan panjang gelombang maksimum, penentuan
pH optimum campuran setelah diekstraksi, penentuan rasio optimum antara malasit hijau dan metilen biru,
penentuan rasio optimum mol antara surfaktan dengan ion lawan dan performansi analitik (limit deteksi dan
nilai ketepatan). Metode ini juga diaplikasikan pada air sungai.
Hasil dari penelitian ini adalah: panjang gelombang maksimum ion asosiasi adalah 617,5 nm, pH
optimumnya adalah 7, rasio pengomplek antara malasit hijau dan metilen biru adalah 1:1, rasio mol antara
surfaktan dengan ion lawan adalah 1/100. Hasil uji performansi analitik metode ekstraksi sinergis ini adalah
sebagai berikut: Limit deteksi = 0,00668 ppm, nilai ketepatan = 1-3,4(%). Hasil tersebut menunjukkan bahwa
metode ini lebih sensitif dibandingkan dengan metode metilen biru dan metode malasit hijau yang telah ada.

Kata kunci : malasit hijau, metilen biru, surfaktan anionik, ekstraksi sinergis.

ABSTRACT
Surfactant is one of detergent composition to eliminate dirt, but it can contaminate environment. This
matter oppose against QS. al-A'raf:56 " And you don't make damage on earth. So this research intent to
develop determination method of anionic surfactant using mixture of malachite green and methylene blue by
spectrophotometric visible to control surfactant in environment. This research study about anionic surfactant
extraction usin association ion mixture of malachite green and methylene blue into solvent of chloroform
and its analysed by spectrophotometric visible. The steps in this research are determination of maximum
wavelength, optimum pH of mixture after extraction, optimum ratio between malachite green and
methylene blue, optimum ratio of mole between surfactant with ion fight against and analytic performance
test. This methode was applied at river water. Result of from this research are maximum wavelength of
association ion by 617.5 nm, optimum pH by 7, ratio of pengomplek between malachite green and methylene
blue by 1:1, mole ratio between surfactant with ion fight against by 1/100. Analitic performance test showed
that this method has Limit detection by 0,00668 ppm and value of accuracy by 1-3.4%. The result indicate that
this method is more sensitive than method of methylene blue and method of malachite green which have there
is.

Kata kunci : Malachite green, methylene blue, surfactant anionic, extraction sinergis .

1
Mahasiswa Jurusan Kimia Fakultas Sains dan Teknologi UIN Maliki Malang
2
Dosen di Jurusan Kimia Fakultas Sains dan Teknologi UIN Maliki Malang

16
1. PENDAHULUAN (Raiser et al., 1997; Richard and Daniel, 1999;
Tahid, 2002 dalam Rudi dkk., 2004). Oleh
Deterjen umumnya terdiri dari bahan sebab itu pada penelitian ini dikembangkan
baku (surfaktan), bahan penunjang dan aditif. malasit hijau sebagai pengganti metilen biru
Bahan baku surfakatan menempati porsi 20- untuk menganalisis surfaktan, karena malasit
30% dan bahan penunjang sekitar 70-80% hijau merupakan senyawa organik yang
(Kanz, 1998 dalam Rudi dkk., 2004). hidrofob dan mempunyai gugus ammonium
Kandungan surfaktan yang terdapat dalam kuaterner yang memungkinkan lebih selektif
deterjen umumnya adalah jenis surfaktan dan kuantitatif untuk membentuk suatu
anionik (Karsa et al., 1991 dalam Rochman, asosiasi ion dengan anion surfaktan yang
2004). Surfaktan dapat menyebabkan mempunyai rantai hidrokarbon yang panjang,
permukaan kulit kasar, hilangnya kelembaban karena makin panjang rantai hidrokarbon suatu
alami yang ada pada permukaan kulit dan senyawa, makin hidrofob senyawa tersebut
meningkatkan permeabilitas permukaan luar. dan makin kuat tambatannya dengan ion lawan
Hasil pengujian memperlihatkan bahwa kulit yang mempunyai hidrofobilitas yang besar
manusia hanya mampu memiliki toleransi (Rosset dan Hanna, 2002 dalam Rudi dkk.,
kontak dengan bahan kimia dengan kandungan 2004). Dengan demikian memungkinkan
1 % LAS dan AOS dengan akibat iritasi surfaktan anionik akan memiliki selektifitas
sedang pada kulit. Surfaktan bersifat toksik yang tinggi dengan menggunakan
jika tertelan. Sisa bahan surfaktan yang pengompleks malasit hijau membentuk suatu
terdapat dalam deterjen dapat membentuk asosiasi ion.
klorobenzena pada proses klorinisasi Berdasarkan beberapa penelitian yang
pengolahan air minum PDAM. Klorobenzena telah dilakukan sebelumnya, untuk lebih
merupakan senyawa kimia yang bersifat racun meningkatkan selektifitas penentuan surfaktan
dan berbahaya bagi kesehatan. Kandungan anionik, peneliti mencoba mengembangkan
deterjen yang cukup tinggi dalam air dapat berdasarkan metode ekstraksi sinergis.
menyebabkan pengurangan kadar oksigen. Ekstraksi ini melibatkan dua reaktan.
Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Reaktannya kemungkinan ligan khelat, solvasi
Tingkat 1 Jawa Timur No. 136 tahun 1994 atau pasangan ion. Adapun pada penelitian ini
mengenai baku mutu limbah cair pada yang digunakan adalah perpaduan antara dua
lampiran III Golongan II, batas maksimum pasangan yaitu malasit hijau dan metilen biru,
yang diperbolehkan untuk deterjen adalah kedua bahan tersebut bisa digunakan untuk
1mg/L dan menurut Peraturan Menteri mengekstraksi surfaktan anionik dan keduanya
Kesehatan R.I. No. 416/MENKES/IX/1990 membentuk pasangan ion dengan surfaktan
batas syarat maksimum deterjen pada air anionik yang diekstrak. Namun apabila kita
minum adalah0,05 mg/L sedangkan untuk air mengacu pada metode ekstraksi sinergis, maka
bersih adalah 0,5 mg/L (Keputusan Gubernur kita akan menggunakan campuran antara
Kepala Daerah Tingkat 1 JATIM, 1994). Oleh keduanya sebagai pengekstrak dari surfaktan
sebab itu, Oleh sebab itu diperlukan anionik dan hasil (nilai absorbansi) yang akan
pengawasan yang rutin terhadap kadar kita peroleh harus lebih besar dari pada bahan
surfaktan anionik di dalam air . tersebut digunakan secara sendiri-sendiri
Metode analisis surfaktan yang mudah sebagai pengekstrak, sehingga dari sini akan
dan cepat serta dapat digunakan untuk diperoleh metode analisis surfaktan yang lebih
mengawasi kadar surfaktan anionik adalah selektif.
secara spektrofotometri, karena analisis
dengan metode ini tidak memerlukan waktu
yang cukup lama dan reagennya sedikit. 2. METODE PENELITIAN
Pereaksi pengomplek yang digunakan untuk
analisis surfaktan anionik secara 2.1. Bahan
spektrofotometri adalah metilen biru, tetapi
dengan pereaksi metilen biru kurang efektif, Bahan yang digunakan dalam penelitian
sebab senyawa-senyawa anionik dan sulfonat meliputi: malachite green (malasit hijau),
lainnya seperti sianat, nitrat, thiosianat, sulfida methylene blue (metilen biru), natrium dodesil
dan klorida juga terekstrak dengan metilen sulfat (C12H25OSO3-Na+) 97 % (LAS) atau
biru, sehingga menghasilkan gangguan positif natrium lauril sulfat, kloroform, NaH2PO4 0,1

17
M, Na2HPO4 0,1 M, larutan buffer pH 5, 6, 7, 2.3.3. Analisis Surfaktan Menggunakan
8 dan 9, indikator universal, aquades, tissu. Campuran Malasit Hijau dan Metilen
Biru
2.2. Alat
Diambil surfaktan 5 ppm 5 ml lalu
Alat yang digunakan dalam penelitian dimasukkan ke dalam labu takar 50 ml,
antara lain: Spektrofotometer Visibel ditambahkan campuran antara malasit hijau
Educator, kuvet, statif + klem, corong pisah, dan metilen biru, yaitu dengan perbandingan
magnetic stirer, labu takar 50 ml, pipet ukur, percampuran malasit hijau sebanyak 10 ml
pipet tetes, bola hisap, gelas arloji, gelas sedangkan metilen biru sebanyak 10 ml,
pengaduk, beaker glass, botol semprot. kemudian ditambahkan larutan buffer dengan
variasi pH 5, 6, dan 7 sebanyak 3 ml. Setelah
2.3. Cara Kerja itu ditambahkan aquades sampai tanda batas.
Selanjutnya larutan dimasukkan dalam corong
2.3.1. Analisis Surfaktan Menggunakan pisah dan ditambahkan kloroform sebanyak 10
Malasit Hijau ml, lalu dilakukan pengocokan kemudian
didiamkan. Setelah terbentuk 2 lapisan yaitu
Diambil surfaktan 5 ppm 5 ml lalu lapisan organik dan air, lapisan airnya dibuang
dimasukkan ke dalam labu takar 50 ml, sedangkan lapisan organiknya dianalisis
ditambahkan malasit hijau 100 ppm 10 ml, absorbansinya dengan spektroskopi Visibel
kemudian ditambahkan larutan buffer pH 5 Educator pada panjang gelombang mulai dari
sebanyak 3 ml. Setelah itu ditambahkan panjang gelombang malasit hijau sampai
aquades sampai tanda batas. Selanjutnya panjang gelombang metilen biru.
larutan dimasukkan dalam corong pisah dan
ditambahkan kloroform sebanyak 10 ml, lalu 2.3.4. Penentuan Kondisi Optimum
dilakukan pengocokan kemudian didiamkan. Analisis Surfaktan Anionik
Setelah terbentuk 2 lapisan yaitu lapisan (Ekstraksi Sinergis)
organik dan air, lapisan airnya dibuang
sedangkan lapisan organiknya dianalisis a.) Mencari Maksimum
absorbansinya dengan spektroskopi Visibel
Educator pada panjang gelombang = 621 nm. Diambil surfaktan 3 ppm 5 ml,
dimasukkan ke dalam labu takar 50 ml,
2.3.2. Analisis Surfaktan Menggunakan kemudian ditambahkan campuran pengomplek
Metilen Biru malasit hijau 100 ppm dan metilen biru 100
ppm masing-masing 10 ml, ditambahkan
Diambil surfaktan 5 ppm 5 ml lalu larutan buffer pH 7 sebanyak 3 ml.
dimasukkan ke dalam labu takar 50 ml, Selanjutnya ditambahkan aquades sampai
ditambahkan metilen biru 100 ppm 10 ml, tanda batas. Setelah itu larutan dimasukkan
kemudian ditambahkan larutan buffer pH 7 dalam corong pisah dan ditambahkan
sebanyak 3 ml. Setelah itu ditambahkan kloroform sebanyak 10 ml dan dilakukan
aquades sampai tanda batas. Selanjutnya pengocokan kemudian didiamkan. Setelah
larutan dimasukkan dalam corong pisah dan terbentuk 2 lapisan yaitu lapisan organik dan
ditambahkan kloroform sebanyak 10 ml, lalu air, lapisan airnya dibuang sedangkan lapisan
dilakukan pengocokan kemudian didiamkan. organiknya dianalisis absorbansinya dengan
Setelah terbentuk 2 lapisan yaitu lapisan spektroskopi Visibel Educator mulai dari
organik dan air, lapisan airnya dibuang panjang gelombang 500-700 nm untuk
sedangkan lapisan organiknya dianalisis mendapatkan panjang gelombang
absorbansinya dengan spektroskopi Visibel maksimumnya.
Educator pada panjang gelombang = 652 nm.
b.) Pengaruh pH terhadap Ekstraksi

Diambil surfaktan 3 ppm 5 ml, dimasukkan


ke dalam labu takar 50 ml, kemudian
ditambahkan campuran pengomplek malasit
hijau 100 ppm dan metilen biru 100 ppm

18
masing-masing 10 ml, ditambahkan larutan Setelah terbentuk 2 lapisan yaitu lapisan
buffer dengan menggunakan variasi pH 5, 6, 7, organik dan air, lapisan airnya dibuang
8, dan 9 sebanyak 3 ml. Selanjutnya sedangkan lapisan organiknya dianalisis
ditambahkan aquades sampai tanda batas. absorbansinya dengan spektroskopi Visibel
Setelah itu larutan dimasukkan dalam corong Educator pada panjang gelombang
pisah dan ditambahkan kloroform sebanyak 10 maksimum.
ml dan dilakukan pengocokan kemudian
didiamkan. Setelah terbentuk 2 lapisan yaitu e.) Penentuan Performansi Analitik (Analisis
lapisan organik dan air, lapisan airnya dibuang Surfaktan Anionik Campuran Ion Lawan
sedangkan lapisan organiknya dianalisis Malasit Hijau dan Metilen Biru)
absorbansinya dengan spektroskopi Visibel
Educator pada panjang gelombang Diambil surfaktan 3 ppm 5 ml,
maksimum. dimasukkan ke dalam labu takar 50 ml,
kemudian ditambahkan campuran pengomplek
c.) Rasio antara Malasit Hijau dan Metilen malasit hijau 100 ppm dan metilen biru 100
Biru ppm dengan variasi perbandingan malasit
hijau : metilen biru optimum dengan volume
Diambil surfaktan 3 ppm 5 ml, optimum, ditambahkan larutan buffer pH
dimasukkan ke dalam labu takar 50 ml, optimum sebanyak 3ml. Selanjutnya
kemudian ditambahkan campuran pengomplek ditambahkan aquades sampai tanda batas.
malasit hijau 100 ppm dan metilen biru 100 Setelah itu larutan dimasukkan dalam corong
ppm dengan variasi perbandingan malasit pisah dan ditambahkan kloroform sebanyak 10
hijau : metilen biru yaitu 1:1, 1:2, 1:3, 2:1, dan ml dan dilakukan pengocokan kemudian
3:1 sebanyak 10 ml, ditambahkan larutan didiamkan. Setelah terbentuk 2 lapisan yaitu
buffer pH optimum sebanyak 3 ml. lapisan organik dan air, lapisan airnya dibuang
Selanjutnya ditambahkan aquades sampai sedangkan lapisan organiknya dianalisis
tanda batas. Setelah itu larutan dimasukkan absorbansinya dengan spektroskopi Visibel
dalam corong pisah dan ditambahkan Educator pada panjang gelombang
kloroform sebanyak 10 ml dan dilakukan maksimum. Selanjutnya metode ini diulang
pengocokan kemudian didiamkan. Setelah untuk surfaktan dengan konsentrasi 1, 2, 3, 4,
terbentuk 2 lapisan yaitu lapisan organik dan 5, 7, dan 10 ppm.
air, lapisan airnya dibuang sedangkan lapisan
organiknya dianalisis absorbansinya dengan 2.3.5. Analisis Surfaktan Anionik pada
spektroskopi Visibel Educator pada panjang Sampel Air Sungai
gelombang maksimum.
Dimasukkan 5 ml air sungai ke dalam
d.) Rasio Mol antara Surfaktan dengan Ion labu takar 50 ml, kemudian ditambahkan
Lawan campuran pengomplek malasit hijau 100 ppm
dan metilen biru 100 ppm dengan variasi
Diambil surfaktan 3 ppm sebanyak 5 ml, perbandingan malasit hijau : metilen biru
dimasukkan ke dalam labu takar 50 ml, optimum dengan volume optimum, lalu
kemudian ditambahkan campuran pengomplek ditambahkan larutan buffer pH optimum
malasit hijau 100 ppm dan metilen biru 100 sebanyak 3 ml. kemudian ditambahkan
ppm dengan variasi perbandingan malasit aquades sampai tanda batas. Kemudian larutan
hijau : metilen biru yang optimum dengan dimasukkan dalam corong pisah dan
variasi volume 2, 5, 10, 15 dan 20 ml, ditambahkan kloroform sebanyak 10 ml, lalu
ditambahkan larutan buffer pH optimum dilakukan pengocokan. Setelah terbentuk 2
sebanyak 3 ml. Selanjutnya ditambahkan lapisan yaitu lapisan organik dan air, lapisan
aquades sampai tanda batas. Setelah itu larutan airnya dibuang sedangkan lapisan organiknya
dimasukkan dalam corong pisah dan dianalisis absorbansinya dengan spektroskopi
ditambahkan kloroform sebanyak 10 ml serta Visibel Educator pada lamda maksimum.
dilakukan pengocokan kemudian didiamkan.

19
panjang gelombang maksimum 652 nm dan
3. HASIL DAN PEMBAHASAN pengomplek yang digunakan malasit hijau
panjang gelombang maksimum yang dipakai
3.1. Panjang Gelombang Maksimum adalah 621 nm. Sedangkan jika kedua
pengomplek tersebut digunakan secara
Penentuan panjang gelombang bersama (dicampur), maka serapan yang kuat
maksimum bertujuan agar pengukuran setiap teramati pada panjang gelombang 617,5 nm
satuan konsentrasi diperoleh kepekaan analisis dengan nilai absorbansi yang lebih besar
yang maksimal. Di bawah ini disajikan grafik daripada kedua metode sebelumnya
hasil pengukuran panjang gelombang berdasarkan hasil uji pendahuluan yang telah
penggunaan campuran pengomplek metilen dilakukan sebelumnya. Dari perbandingan
biru dan malasit hijau pada gambar 1 sebagai panjang gelombang maksimum ketiga metode
berikut: analisis surfaktan anionik tersebut, terjadi
fenomena pergeseran panjang gelombang yang
merupakan pergeseran hipsokromik
(pergeseran biru) yaitu pergeseran serapan ke
arah panjang gelombang yang lebih pendek
yang disebabkan oleh adanya subtitusi
molekul. Panjang gelombang maksimum dapat
bergeser 5-10 nm ke arah panjang gelombang
yang lebih pendek bila subtituen pada
kedudukan axial. Pergeseran biru diakibatkan
Gambar 1. Kurva penentuan panjang gelombang oleh ikatan hidrogen yang menurunkan tenaga
maksimum campuran komplek asosiasi ion orbital n. Pergeseran biru dapat digunakan
antara malasit hijau dan metilen biru sebagai ukuran dari kekuatan hidrogen. Jalur
dengan surfaktan.
serapan R digeser ke arah panjang gelombang
yang lebih pendek dengan sedikit pengaruh
Berdasarkan gambar 1, dapat dinyatakan
terhadap intensitas. Pergeseran ini diakibatkan
bahwa energi radiasi yang diserap maksimum
oleh pengaruh gabungan induksi dan
surfaktan anionik dengan campuran
resonansi. Pergeseran hipsokromik (biru) juga
pengomplek malasit hijau dan metilen biru
terjadi pada transisi n*. Transisi dari jenis
adalah pada panjang gelombang 617,5 nm
ini meliputi transisi elektron-elektron
(A=0,416). Panjang gelombang tersebut
heteroatom tak berikatan ke orbital anti ikatan
diperoleh ketika dilakukan pengukuran
* (Sastrohamidjojo, 2001).
absorbansi mulai dari 500-700 nm dengan
Analisis surfaktan yang digunakan
rentang 5 nm. Pada saat pengukuran tersebut
dalam penelitian ini adalah ekstraksi sinergis
mencapai panjang gelombang 615 nm dan 620
yaitu ekstraksi yang menggabungkan dua
nm, kedua panjang gelombang tersebut
reaktan. Dalam penelitian ini campuran dua
memiliki nilai absorbansi yang sama tinggi.
reaktan pengomplek yang digunakan yaitu
Kemudian dilakukan pengukuran absorbansi
malasit hijau dan metilen biru yang keduanya
pada rentang kedua panjang gelombang
bersifat membentuk asosiasi ion terhadap ion
tersebut dan diperolehlah panjang gelombang
lawannya. Adapun hasil dari penggabungan
maksimumnya dengan nilai absorbansi yang
dua reaktan tersebut dapat meningkatkan nilai
paling tinggi yaitu pada panjang gelombang
absorbansi atau meningkatkan efektifitas
617,5 nm. Warna yang dihasilkan dari reaksi
daripada metode-metode analisis surfaktan
surfaktan anionik 3 ppm dengan campuran
anionik jika pengomplek tersebut digunakan
pengomplek malasit hijau dan metilen biru
secara sendiri sehingga metode ini akan
pada saat pengukuran panjang gelombang
dinamakan ekstraksi sinergis.
maksimum tersebut adalah hijau kebiruan agak
Proses terjadinya komplek pasangan ion
pekat sedangkan blankonya berwarna biru
pada metode ini, ion surfaktan bereaksi dan
muda bening.
berasosiasi dengan ion lain yang muatannya
Apabila dibandingkan dengan beberapa
berlawanan membentuk pasangan ion.
metode analisis surfaktan anionik yang telah
Komplek asosiasi ion antara surfaktan anionik
digunakan sebelumnya yaitu pengomplek yang
dengan campuran pengomplek malasit hijau
digunakan metilen biru yang mempunyai
dan metilen biru terekstrak secara efektif ke

20
dalam kloroform. Hal ini dibuktikan dengan Surfaktan- + MG+ Surfaktan-. MG+
terbentuknya warna hijau kebiruan dalam tanpa metilen biru
kloroform. Ekstraksi bertujuan untuk A- + MG+MB+ [A-.MG+] . [MB+.Cl-]
pemekatan konsentrasi surfaktan dengan faktor
pemekatan dapat diatur sesuai dengan 3.2. Pengaruh pH Terhadap Ekstraksi
perbandingan volume pelarut air dan pelarut
organik sebagai ekstraktan. Kesetimbangan yang terjadi dalam
Pasangan ion terjadi akibat gaya larutan dipengaruhi oleh pH. Dalam hal ini pH
elektrostatik antara ion logam dengan counter larutan berpengaruh terhadap pembentukan
ion (ion lawan). Reaksi assosiasi ion dalam kompleks maupun ekstraksi yang dilakukan.
proses ekstraksi pelarut berdasarkan pada Pengaruh pH dalam kompleks asosiasi ion
interaksi elektrostatik antara komponen perlu diketahui, hal ini dimaksudkan untuk
penyusun dan sifat hidrofobik kompleks mendapatkan kondisi optimum pengukuran.
assosiasi ion. Semakin besar gaya elektrostatik pH dalam ekstraksi mempengaruhi kondisi
antara komponen-komponen penyusun kompleks, dimana pada pH tertentu zat warna
kompleks assosiasi ion, semakin dekat kationik maupun kompleknya akan mengalami
jaraknya dan komplek assosiasi ion yang perubahan, hal ini dapat disebabkan oleh
terbentuk makin kuat. Kompleks assosiasi ion karena suasana asam atau basa akan
cukup stabil dalam pelarut kurang polar. Jika mengalami protonasi dan juga komplek yang
berada dalam pelarut polar seperti air, terbentuk akan mengalami dissosiasi
komponen penyusun dari kompleks pasangan (Suleman, 2002).
ion berada dalam bentuk ion logam dan ion Hasil penelitian tentang pengaruh pH
lawan dan tidak dapat dideteksi sebagai satu awal larutan air terhadap pembentukan dan
kesatuan. Kompleks pasangan ion akan terjadi ekstraksi kompleks pasangan ion antara
apabila ion logam dan ion lawan berada dalam surfaktan anionik dengan campuran
pelarut organik dengan adanya interaksi pengomplek malasit hijau dan metilen biru
elektrostatik (Christian, 1986 dalam Dewi, dalam pelarut kloroform disajikan pada
2002). gambar 2 berikut ini:
Efek sinergis yang terjadi dalam
ekstraksi, dapat dikatakan disebabkan adanya
penambahan penggunaan pengomplek metilen
biru, karena pada penelitian sebelumnya
perbandingan antara nilai absorbansi yang
diperoleh antara penggunaan metilen biru
dengan malasit hijau, lebih besar nilai
absorbansi dari malasit hijau. Kemudian ketika
kedua pengomplek tersebut dicampurkan efek
sinergis terlihat. Dalam hal ini penambahan
metilen biru dapat bersifat sebagai donor
ikatan hidrogen yang memberikan efek
sinergis yang ditimbulkan oleh ikatan antara
unsur-unsur yang terdapat dalam pengomplek Gambar 2. Kurva pengaruh pH terhadap pembentuksn
komplek asosiasi ion malasit hijau dan
malasit hijau dan metilen biru yang bersifat metilen biru dengan surfaktan
elektropositif berikatan dengan elektronegatif,
dalam pelarut kloroform, efek sinergis dari Gambar 2. menunjukkan bahwa
penambahan metilen biru meningkatkan pembentukan dan ekstraksi kompleks
perolehan ekstraksi. Terdapat perbedaan yang pasangan ion antara surfaktan anionik dengan
cukup nyata hasil ekstraksi dengan dan tanpa campuran pengomplek malasit hijau dan
penambahan metilen biru. Proses mekanisme metilen biru dalam pelarut kloroform terjadi
ekstraksi sinergis antara surfaktan anionik (A-) peningkatan absorbansi dari pH larutan 5-7
dengan campuran pengomplek malasit hijau dan mencapai maksimum pada pH 7.
(MG+) dan metilen biru (MB+) diduga sebagai Absorbansi larutan berangsur turun kembali
berikut: sampai pH 9. Fenomena naik turunnya
Surfaktan- + MB+ Surfaktan-. MB+ absorbansi sebagai fungsi pH dapat
tanpa malasit hijau

21
diterangkan dengan dua pendekatan yaitu: Setelah pH 7, absorbansi kompleks
proses pembentukan kompleks pasangan ion turun kembali sampai pH 9. Hal ini disebabkan
antara surfaktan anionik dengan campuran komplek yang terbentuk terdisosiasi kembali
pengomplek malasit hijau dan metilen biru sehingga jumlah komplek asosiasi antara
serta proses ekstraksi dalam kloroform. Terjadi malasit hijau dan metilen biru yang terbentuk
perbedaan jumlah kompleks pasangan ion semakin berkurang seiring bertambahnya sifat
antara surfaktan anionik dengan campuran kebasaan suatu larutan atau dapat juga
pengomplek malasit hijau dan metilen biru terhidrolisis dan teroksidasi sebagai spesies
terekstrak yang cukup signifikan antara hidroksida dengan bertambahnya jumlah ion
rentang pH 5-9. Hal ini disebabkan karena OH- dalam larutan seiring bertambahnya
efektivitas ekstraksi yang berbeda atau dapat tingkat kebasaan larutan tersebut.
dikatakan bahwa ekstraksi kompleks pasangan
ion antara surfaktan anionik dengan campuran 3.3. Rasio antara Malasit hijau dan Metilen
pengomplek malasit hijau dan metilen biru Biru
merupakan fungsi pH. Ekstraksi terjadi apabila
campuran pengomplek malasit hijau dan Adanya penggunaan campuran dua
metilen biru kationik membentuk pasangan ion pengomplek malasit hijau dan metilen biru
dengan anion surfaktan anionik sehingga yang sama-sama larut dalam larutan
muatan akhir kompleks tersebut nol. Ekstraksi pengekstrak (kloroform), maka diperlukan
ke dalam kloroform tidak bisa terjadi apabila adanya kajian pada rasio maksimum
kompleks masih bermuatan. penggunaan dari kedua pengomplek tersebut
Pada pH 5 dapat dikatakan kompleks untuk mempelajari kemungkinan adanya
pasangan ion antara surfaktan anionik dengan kompetisi ekstraksi antara campuran kedua
campuran pengomplek malasit hijau dan pengomplek tersebut dalam mengikat
metilen biru sedikit sekali yang terbentuk, surfaktan anionik. Hasil optimasi rasio
karena campuran pengomplek malasit hijau campuran pengomplek malasit hijau dan
dan metilen biru dapat terprotonasi dengan metilen biru disajikan pada gambar 3 di bawah
adanya H+ yang sangat berlimpah. Sehingga ini:
pembentukan kompleks pasangan ion antara
surfaktan anionik dengan campuran
pengomplek malasit hijau dan metilen biru
tidak efektif karena berkompetisi dengan ion
H+. Namun seiring dengan kenaikan nilai pH,
terjadi adanya kenaikan nilai absorbansi. Hal
ini disebabkan karena ion H+ juga semakin
berkurang dan mencapai puncaknya pada
kondisi pH 7.
Pada pH 7 adalah bersifat netral, dimana
pada kondisi ini larutan tidak bersifat asam
ataupun basa dan pada kondisi ini
menunjukkan bahwapembentukan dan
ekstraksi kompleks pasangan ion antara Gambar 3. Kurva antara malasit hijau dan metilen biru
surfaktan anionik dengan campuran
pengomplek malasit hijau dan metilen biru Gambar di atas menyatakan bahwa 5 ml
dalam pelarut kloroform adalah paling tinggi surfaktan anionik (natrium lauril sulfat)
(optimum), ini berarti pada kondisi tersebut dengan konsentrasi 3 ppm memberikan
pengomplek malasit hijau dan metilen biru serapan yang maksimum pada perbandingan
dapat dikatakan bereaksi sempurna dengan volume campuran pengomplek antara malasit
surfaktan anionik, karena pada kondisi tersebut hijau dan metilen biru adalah 1:1 dengan total
hampir tidak ada gangguan ion H+ dan OH- volume 10 ml berarti masing-masing
sehingga muatan akhirnya adalah nol atau pengomplek yang ditambahkan adalah
netral. Berkaitan dengan pH umum perairan volumenya 5 ml. Ini menunjukkan bahwa
yang umumnya berkisar 5-9, maka metode ini konsentrasi surfaktan 3 ppm 5 ml dapat
sangat cocok untuk digunakan analisis pada bereaksi sempurna dengan campuran
sampel perairan. pengomplek malasit hijau dan metilen biru

22
dengan perbandingan volume 1:1. Pada
penambahan campuran pengomplek dengan
rasio yang seimbang menunjukkan serapannya
paling besar. Sedangkan pada penambahan
campuran pengomplek dengan rasio yang
salah satu pengompleknya semakin besar di
sana menunjukkan nilai absorbansi yang
diperoleh semakin kecil.
Dari penjelasan gambar 3, maka dapat
dituliskan skema reaksi asosiasi antara Gambar 4. Kurva rasio mol antara surfaktan dengan ion
surfaktan anionik (A-) dengan campuran lawan.
pengomplek malasit hijau (MG+) dan metilen
biru (MB+) adalah sebagai berikut: Dari gambar 4 menunjukkan bahwa pada
rasio mol antara surfaktan dengan ion lawan
A- + MG+MB+ [A-.MG-] . [MB+.Cl-] kurang dari 1/100 terjadi peningkatan
absorbansi, hal ini karena belum semua
Penulisan gambaran skema reaksi di surfaktan anionik berasosiasi dengan
atas didasarkan pada rasio penggunaan campuran pengomplek tersebut atau produk
campuran pengomplek yang paling optimum yang dihasilkan belum maksimal. Peningkatan
yaitu 1:1 yang menunjukkan bahwa kompetisi tersebut terjadi seiring bertambahnya volume
kedua pengomplek tersebut dalam mengikat pengomplek yang ditambahkan hingga
molekul surfaktan untuk menghasilkan produk mencapai absorbansi maksimumnya pada rasio
yang paling optimum adalah 1:1. Dalam hal ini mol 1/100. Pada penambahan campuran
satu molekul surfaktan anionik dapat pengomplek dengan total rasio mol 1/100
berasosiasi secara optimum dengan satu menunjukkan nilai absorbansi yang tertinggi
molekul pengomplek malasit hijau dan satu diantara volume lain yang ditambahkan, ini
molekul pengomplek metilen biru yang berarti ukuran penambahan campuran
memberikan efek sinergis dan rasio tersebut pengomplek tersebut dalam pembentukan
mewakili penjelasan penulisan dari koefisien pasangan komplek asosiasi ion adalah paling
masing-masing pengomplek yang terdapat optimum. Namun ketika pengomplek tersebut
dalam skema reaksi di atas. ditambahkan secara berlebih di atas rasio mol
1/100, terjadi penurunan nilai absorbansi
3.4. Rasio Mol antara Surfaktan dengan seiring dengan bertambahnya volume
Ion Lawan pengomplek yang ditambahkan. Hal ini terjadi
karena dengan bertambahnya volume
Setelah perbandingan campuran pengomplek maka jumlah ion lawan dari
pengomplek yang maksimum diketahui, pada surfaktan semakin bertambah banyak, dengan
bagian ini dicari perbadingan mol antara kondisi ion lawan yang terlalu banyak
surfaktan dengan ion lawan yaitu dengan menyebabkan ion surfaktan dikepung oleh ion
menggunakan rasio maksimum campuran bermuatan lain tersebut yang menyebabkan
pengomplek yang telah ditemukan di atas, ion surfaktan tidak dapat berasosiasi secara
kemudian variabel ini dicari dengan cara baik dengan ion lawannya, sehingga diduga
volume campuran pengomplek tersebut dibuat membentuk semacam koloid. Berikut ini
bervariasi sedangkan kondisi yang lain dibuat adalah dugaan mekanisme pengepungan ion
konstan. Pada gambar di bawah ini disajikan surfaktan akibat jumlah ion lawan yang terlalu
hasil pengamatan absorbansi untuk tiap-tiap banyak :
volume pengomplek.

23
Gambar 5. Reaksi pengepungan srurfaktan anionik akibat jumlah ion lawan yang terlalu banyak.

3.5. Penentuan Performansi Analitik kurva standar seperti pada gambar 6 yang
(Analisis Surfaktan Anionik Campuran menghubungkanvariasi konsentrasi surfaktan
Ion Lawan Malasit Hijau dan Metilen terhadap absorbansinya pada panjang
Biru) gelombang 617,5 nm. Kurva tersebut
digunakan sebagai acuan dalam mengkalibrasi
Salah satu tujuan dikembangkannya setiap besaran absorbansi ke dalam besaran
penentuan surfaktan anionik dengan metode konsentrasi pada pengukuran hasil
ini adalah untuk meningkatkan performansi spektrofotometer educator.
analitik seperti linieritas, sensitivitas dan Kurva penentuan sensitivitas dan batas
selektivitas metode sehingga metode ini dapat deteksi metode analisis surfaktan anionik
digunakan secara tepat. Setelah semua kondisi secara spektrofotometri menggunakan
optimum diperoleh dari penelitian campuran pengomplek malasit hijau dan
sebelumnya, maka langkah selanjutnya adalah metilen biru pada panjang gelombang serapan
pembuatan kurva baku komplek asosiasi ion maksimum 617,5 dengan beberapa variasi
antara campuran malasit hijau dan metilen biru konsentrasi disajikan pada gambar 6 dibawah
dengan surfaktan anionik yang dilakukan ini:
dengan cara jumlah surfaktan dibuat bervariasi
sedangkan kondisi lain dibuat konstan
sehingga perubahan absorbansi hanya
dipengaruhi oleh jumlah surfaktan yang
ditambahkan (Dewi, 2002).
Hidayat (1987) dalam Yulianti (2005)
mengatakan Penentuan sensitivitas, batas
deteksi dan kisaran linieritas bertujuan agar
diperoleh informasi baik kualitatif dan
kuantitatif serta kondisi sesungguhnya bahan
yang dianalisis dengan kecermatan (precision)
dan ketepatan (acuracy) yang tinggi. Gambar 6. Kurva performansi analitik pembentukan
Penentuan sensitivitas dan batas deteksi kompleks asosiaso ion antara malasit hijau
dilakukan dengan cara konsentrasi dari larutan dengan metilen biru dengan surfaktan.
surfaktan dibuat bervariasi yaitu: 0,1; 0,2; 0,3;
0,4; 0,5; 0,7 dan 1 ppm kemudian dianalisis Berdasarkan kurva pada Gambar 6,
sesuai dengan metode penggunaan campuran didapatkan bahwa nilai intersep (a) adalah
pengomplek malasit hijau dan metilen biru 0,0788; nilai slope yang menggambarkan
secara spektrofotometer tampak. Sensitivitas kepekaan analisis (b) adalah 1,0417 dan nilai
penggunaan metode ini ditunjukkan pada koefisien regresi (R) adalah 0,9987. Kurva

24
tersebut dapat dikatakan mempunyai hubungan adalah konsentrasi minimum dari analit yang
linier dan sesuai dengan hukum Lambert-Beer, dapat terdeteksi dengan batas kepercayaan
karena tidak berbeda secara signifikan dari yang diinginkan. Batas deteksi adalah
nol. Berdasarkan hasil dari perhitungan batas konsentrasi minimum dari analit yang dapat
deteksi metode analisisnya diperoleh nilai terdeteksi dengan batas kepercayaan yang
0,00668 mg/L. diinginkan. Batas deteksi merupakan suatu
Apabila dilihat dari harga slope yang bilangan yang menunjukkan batas konsentrasi
cukup besar dan batas deteksi yang rendah terendah dari hasil analisis yang dapat terbaca
maka kepekaan dan kecermatan dari metode oleh spektrofotometri sehingga seorang analis
spektrofotometri ini cukup bagus. Bila ditinjau merasa yakin bahwa data analisis yang
nilai koefisien regresi yang mendekati satu, diperoleh akan berbeda secara signifikan dari
maka hubungan antara absorbansi dengan data pengukuran blanko (Nur, 1989) dalam
konsentrasi menjadi sangat linier atau (Yulianti, 2005). Hasil penentuan parameter
mendekati garis lurus dan sesuai dengan analitik yang diperoleh dari kurva baku
hukum Lambert Beer (R2 = 1). disajikan dalam tabel 1.
Skoog dan West (1980) dalam Yulianti
(2005:55) menyatakan bahwabatas deteksi

Tabel 1. Uji validitas pengukuran antara metode metilen biru dengan malasit hijau serta metode ekstraksi sinergi

Pengompleks
Parameter Analitik
Metilen Biru Malasit Hijau Campuran
Panjang gelombang 652* 621* 617,5
maksimum (nm)
Limit deteksi (ppm) 0,025* 0,015* 0,00668

Ketepatan 1,276-4,026 (%) 1,101-2,349 (%) 1-3,4 (%)

Parameter analitik pada tabel 1. Tabel 2. Ketepatan


menunjukkan penentuan surfaktan anionik
berdasarkan pembentukan komplek asosiasi Xsebenarnya Xterukur
No. Ketepatan
ion {(A-.MG+). MB+.Cl-}cukup sensitif. (ppm) (ppm)
Suatu metode dikatakan sensitif apabila 1 0,1 0,0972 2,8
perubahan kecil konsentrasi sampel 2 0,2 0,1932 3,4
menyebabkan perubahan sinyal yang cukup 3 0,3 0,308 2,6
besar. Limit deteksi yang cukup kecil (0,00668 4 0,4 0,404 1
ppm) memungkinkan analisis surfaktan 5 0,5 0,509 1,8
anionik dalam kadar rendah dapat dilakukan 6 0,7 0,71 1,4
dengan metode ini. Kurva baku linier pada 7 1 0,99 1
range konsentrasi surfaktan anionik 0,1-1 ppm
dalam sampel air dan didapatkan koefisien 3.6. Penentuan Surfaktan Anionik pada
korelasi yang baik dengan nilai kecermatan Sampel Air Sungai
yaitu 0% dan nilai perolehan kembali
(recovery) adalah 0,31 0,0116 untuk nilai Hasil yang diperoleh pada kondisi
konsentrasi sebenarnya 0,3 ppm. Kalau dilihat optimum dalam penentuan surfaktan anionik
dari perbandingan nilai ketepatan di atas, maka sodium dodesil sulfat dengan campuran
metode ini lebih bagus karena nilai pengomplek malasit hijau dan metilen biru
ketepatannya lebih kecil dari metode diaplikasikan untuk menentukan konsentrasi
sebelumnya. Nilai ketepatan untuk masing- surfaktan anionik pada sampel lingkungan
masing konsentrasi dapat dilihat pada tabel di yakni air sungai belakang Mahad Putri Sunan
bawah ini: Ampel al-Ali UIN Malang.
Hasil aplikasi pengukuran konsentrasi
surfaktan anionik pada sampel lingkungan

25
yakni air sungai belakang Mahad Putri Sunan 2. Metode analisis surfaktan anionik ini
Ampel al-Ali UIN Malang menggunakan cukup efisien, karena mempunyai limit
campuran pengomplek malasit hijau dan deteksi yang cukup kecil (0,00668 ppm)
metilen biru adalah sebagai berikut: 3. Metode ini bisa diaplikasikan dalam
sampel perairan dengan mudah karena
Tabel 3. Hasil pengukuran konsentrasi sampel air sungai kondisi pHnya sesuai dengan kondisi pH
umumnya perairan. Hasil analisis kadar
Konsentrasi (ppm)
surfaktan pada sampel air sungai belakang
No. Perlakuan Absorbansi Fasa
Sampel Mahad Putri Sunan Ampel al-Ali UIN
kloroform
1 1 1,57 1,43 2,86 Malang adalah 2,86 ppm.
2 2 1,57 1,43 2,86
3 3 1,58 1,44 2,88
Rerata 1,43 2,86 5. DAFTAR PUSTAKA

Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa selain APHA, 1999, Standart Methods For The
metode ini dapat diaplikasikan karena pH Examination Of Water and
optimumnya adalah pada pH umumnya Wastewater, Washington: 17th ed.
perairan yaitu 7. Hal ini juga memberikan Dewi, Diana, C., 2002, Metode Ekstraksi-
informasi pada kita bahwa tingkat kandungan Sepektrofotometri Untuk Penentuan
surfaktan anionik yang terdapat dalam sungai Basi Dalam Konsentrasi Rendah
yang dianalisis tersebut sangat tinggi sesuai Sebagai Kompleks Assosiasi Ion Tris
dengan data yang tercantum dalam tabel di (5-Fenil-1,10-Fenatrolin)-Besi(II)-
atas adalah 2,86 ppm. Masalah inilah yang pikrat, Tesis. Program Pascasarjana
kemudian sangat membutuhkan perhatian, Jurusan Ilmu-Ilmu Matematika dan
karena kadarnya melebihi ambang yang Pengetahuan Alam, Jogjakarta:
ditentukan dalam Surat Keputusan Gubernur Universitas Gadjah Mada.
Kepala Daerah Tingkat 1 Jawa Timur No. 136 Fessenden, R.J. dan Fessenden, J.J., 1997,
tahun 1994 mengenai baku mutu limbah cair Dasar-Dasar Kimia Organik, Bandung:
pada lampiran III Golongan II batas Bina Reka Aksara.
maksimum yang diperbolehkan untuk deterjen: Fessenden, R.J. dan Fessenden, J.S., 1986,
1 mg/L dan menurut Peraturan Menteri Kimia Organik, Jakarta: Penerbit
Kesehatan R.I. No. 416/MENKES/IX/1990 Erlangga.
batas syarat maksimum deterjen pada air Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat 1
minum: 0,05 mg/L sedangkan untuk air bersih: JATIM Nomor: 136 tahun 1994, Baku
0,5 mg/L (Keputusan Gubernur Kepala Daerah Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan
Tingkat 1 JATIM, 1994) dan surfaktan adalah Rumah Sakit Di Propinsi Daerah
merupakan salah satu jajaran penyebab Tingkat I Jawa Timur, Surabaya.
pencemaran karena bahan ini dapat Miller, J.C and Miller, J.N., 1991, Statistik
membahayakan lingkungan dan makhluk untuk Kimia Analitik, Edisi Kedua,
hidup yang ada di sekitarnya. England: Dorset Press.
Miller, J.C and Miller, J.N., 2000, Statistics
and Chemometrics for Analytical
4. KESIMPULAN Chemistry, Pearson Education
Limited, England: Dorset Press.
Dari penelitian ini diperoleh beberapa Rochman, F., 2004, Ancaman Limbah
kesimpulan: Deterjen Pada Prokasih Dan Upaya
1. Kondisi optimum untuk penentuan penanggulangannya, Jurnal Kimia
surfaktan anionik dengan campuran ion Lingkungan, Vol. 6 No. 1, Surabaya:
asosiasi malasit hijau dan metilen biru Universitas Airlangga.
(ekstraksi sinergis) antara lain: panjang Rudi, La, Suratno, W., dan Paundanan, J.,
gelombang = 617,5; pH = 7, rasio antara 2004, Perbandingan Penentuan
malasit hijau dan metilen biru = 1:1 , Surfaktan Anionik Dengan
rasio mol antara surfaktan dengan ion Spektrofotometer UV-ST
lawan yaitu: 1/100. Menggunakan Pengompleks Malasit
hijau Dan Metilen biru, Jurnal Kimia

26
Lingkungan, Vol. 6 No. 1, Surabaya: Yulianti, Eny, 2007, Studi Interaksi Antara
Universitas Airlangga. Biji Kelor Terhadap Pestisida Paraquat
Sastrohamidjojo, Hardjono, 2001, (1,1 dimetil 4,4-bipiridilium) dan
Spektroskopi, Yogayakarta: Liberty. Fosfat Dalam Medium Air, Laporan
Suleman, A., 2002, Kimia Analitik, Bandung: Penelitian, Malang: Universitas Islam
Penerbit Departement Kimia ITB. Negeri Malang.
Yulianti, Eny, 2005, Adsorbsi Metil 1-[(Butil Sax, N.I. and Lewis R.J., 1987, Hawleys
Amino) Karbonil]-1H-densimidazol- Condensed Chemical Dictionary, New
Z-Karbamat-2 (Benomil) Pada Humin York: Van Nostran Reinhold
Sebagai Fraksi Tak Larut Tanah Company Inc.
GambutPontianak Kalimanatan Barat,
Tesis, Program Pasca Sarjana,
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

27

Anda mungkin juga menyukai