Disusun Oleh :
Ade Christy Lestari Hutapea (NIM : 160384204023)
Semakin banyak jumlah kompleks ion assosiasi [A-.B+](org) maka kepekatan warna
yang terbentuk pada fasa organik semakin tinggi.
G. Prosedur Kerja
Penentuan Panjang Gelombang Optimum
1. Diambil surfaktan 3 ppm 5 ml, dimasukkan ke dalam labu takar 50 ml,
2. Kemudian ditambahkan larutan malasit hijau 100 ppm sebanyak 5 ml,
3. Ditambahkan larutan buffer pH 7 sebanyak 3 ml.
4. Selanjutnya ditambahkan aquades sampai tanda batas.
5. Setelah itu larutan dimasukkan dalam corong pisah dan ditambahkan kloroform
sebanyak 10 ml dan dilakukan pengocokan kemudian didiamkan.
6. Setelah terbentuk 2 lapisan yaitu lapisan organik dan air, lapisan airnya dibuang
sedangkan lapisan organiknya dianalisis absorbansinya dengan spektroskopi
Visibel Educator mulai dari panjang gelombang 500-700 nm untuk mendapatkan
panjang gelombang maksimumnya.
Pembuatan Kurva Baku Surfaktan
1. Diambil larutan malasit hijau 100 ppm sebanyak 5 ml dimasukkan ke dalam labu
takar 50 ml,
2. Ditambahkan larutan buffer pH 7 sebanyak 3 ml.
3. Selanjutnya ditambahkan aquades sampai tanda batas.
4. Setelah itu larutan dimasukkan dalam corong pisah dan ditambahkan kloroform
sebanyak 10 ml dan dilakukan pengocokan kemudian didiamkan.
5. Setelah terbentuk 2 lapisan yaitu lapisan organik dan air, lapisan airnya dibuang
sedangkan lapisan organiknya dianalisis sebagai blanko yaitu absorbansi diatur
pada posisi nol.
10. Setelah terbentuk 2 lapisan yaitu lapisan organik dan air, lapisan airnya dibuang
sedangkan lapisan organiknya dianalisis absorbansinya dengan spektroskopi
Visibel Educator mulai dari panjang gelombang optimum.
11. Selanjutnya metode tersebut diulang untuk surfaktan dengan konsentrasi 3, 5, 7,
dan 10 ppm baik pada blanko ataupun sampel
12. Data hubungan konsentrasi dan absorbansi dibuat sebagai kurva baku
Analisis Surfaktan Anionik Pada Sampel Air Sungai/Selokan
1. Diambil 50 ml air sungai ke dalam beaker glass,
2. Kemudian ditambahkan larutan malasit hijau 100 ppm sebanyak 5 ml.
3. Ditambahkan larutan buffer pH 7 sebanyak 3 ml. Setelah itu larutan dimasukkan
dalam corong pisah dan ditambahkan kloroform sebanyak 10 ml dan dilakukan
pengocokan kemudian didiamkan.
4. Setelah terbentuk 2 lapisan yaitu lapisan organik dan air, lapisan airnya dibuang
sedangkan lapisan organiknya dianalisis absorbansinya dengan spektroskopi
Visibel Educator mulai dari panjang gelombang optimum.
H. Hasil dan Pembahasan
1. Perhitungan
Malasit Hijau 3 % = 100 ppm
3 % = 30.000 ppm
1 %, 10.000 ppm
Rumus : M1. V1 = M2. V2
30.000 ppm V1 = 100 ppm . 50 mL
30.000 V1 = 5000
V1 =
V1 = 0,016 mL
2. Pembahasan
Analisa kadar kandungan surfaktan anionik dapat dilakukan dengan
menggunakan metode spektrofotometri. Pereaksi yang digunakan untuk analisis
adalah metilen bitu atau malasit hijau. Metilen biru dan malasit hijau merupakan
senyawa organik hidrofobik dan mempunyai gugus ammonium kuartener yang
memungkinkan lebih selektif dan kuantitatif untuk membentuk suatu asosiasi ion
dengan surfaktan yang mempunyai hidrokarbon yang panjang, karena semakin
panjang rantai hidrokarbon suatu senyawa maka hidrofob senyawa tersebut
semakin kuat tambatannya dengan ion lawan yang mempunyai hidrofobilitas yang
besar. Reaksi yang terjadi antara surfaktan dan malasit hijau merupakan reaksi
pasangan ion (ion lawan). Dalam hal ini akan terdapat dua lapisan yakni lapisan
air dan lapisan organik. Lapisan organik berada pada bagian bawah sedangkan
lapisan air berada pada bagian atas. Lapisan organik inilah yang diambil karena
mengandung surfaktan yang larut dalam pelarut organik yang digunakan.
Penentuan panjang gelombang maksimum dalam percobaan ini dimaksud
untuk mengetahui panjang gelombang maksimum absorbansi senyawa yang
dihasilkan. Panjang gelombang yang dihasilkan, yaitu 617,5 nm. Panjang
gelombang ini kemudian digunakan untuk mengukur nilai absorbansi dalam
pembuatan blanko. Nilai absorbansi pada blanko sebesar 0,05. Pada pembuatan
kurva baku, tidak dilakukan pengulangan uji absorbansi pada blanko maupun
sampel dengan konsentrasi yang berbeda-beda dikarenakan keterbatasan waktu
dan tempat. Analisis surfaktan anionik pada sampel air selokan juga tidak
dilakukan sampai tahap penentuan absorbansi dengan metode ekstraksi-
spektrofotometri, hanya sampai preparasi sampel air sungai carang dikarenakan
alasan yang sama.
I. Kesimpulan
Analisis surfaktan anionik pada air sungai yang dilakukan dengan metode
ekstraksi-spektrofotometri ini beralur dari penentuan panjang gelombang, yaitu 617,5
nm penentuan kurva baku dari analisis sampel. Metode ini didasarkan prinsip
surfaktan anionik yang bereaksi dengan malasit hijau membentuk pasangan ion baru
yang terlarut dalam pelarut organik. Percobaan ini terhenti pada menganalisis
absorbansi blanko yaitu 0,05 dikarenakan praktikan kehabisan waktu dan tempat
praktikum yang tidak memungkinkan. Kedepannya, praktikan akan memanfaatkan
waktu seefisien mungkin dan lebih banyak membaca referensi agar tahu atau
memahami percobaan.
J. Lampiran
Laporan Praktikum III Pemisahan Kimia
Disusun Oleh :
Ade Christy Lestari Hutapea (NIM : 160384204023)
Preparasi Resin
Resin harus direndam pada pelarut polar misalnya air untuk mengaktifkan
gugus aktif ioniknya. Suatu resin setidaknya ditambahkan pelarut air sebanyak
10 kali volumenya. Setelah berinteraksi dengan air resin menyerap molekul air
menjadi gembung sekaligus gugus ioniknya menjadi aktif. Penyimpanan resin
harus selalu terendam air
Regenerasi Resin
Proses regenerasi resin adalah proses pengembalian gugus resin pada kondisi
semula, sehingga resin pertukaran ion merupakan jenis kromatografi yang dapat
digunakan berulang-ulang. Resin yang masih baru dipreparasi mempunyai gugus
aktif asli, misalnya pada resin kation gugus aktif yang mampu ditukar adalah H +
sehingga apabila larutan kationik dilewatkan ke dalam resin kation akan terjadi
proses pertukaran seperti reaksi berikut :
Na+ R- COO H+ R- COO Na+ + H+
Proses regenerasi resin kation dilakukan dengan cara mengganti kembali kation
yang terikat dalam resin menjadi gugus H+ kembali. Regenerasi resin kation dapat
dilakukan dengan melewatkan larutan HCl ke dalam resin seperti reaksi berikut :
HCl R- COO Na+ R- COO H+ + NaCl
Seperti pada resin kation, regenerasi resin anion yang mempunyai gugus asli
klorida dilakukan dengan larutan HCl atau NaCl. Proses regenerasi dilakukan
setelah resin baik kation atau anion digunakan dalam proses pemisahan. Regenerasi
resin penting digunakan untuk mengetahui kinerja/efektifitas dari resin itu sendiri.
Efektifitas resin ditentukan oleh kapasitas pertukaran resin.
Kapasitas Pertukaran Resin
Kapasitas pertukaran resin merupakan indikator efektifitas dari resin. Suatu
resin apabila digunakan dalam jangka waktu lama dan diregenerasi tidak dapat
sempurna seperti kondisi semula. Untuk mengetahui kondisi ini maka dalam
jangka waktu tertentu penentuan kapasitas pertukaran merupakan salah satu kontrol
yang dilakukan dalam kimia analitik.
Kapasitas pertukaran resin ditentukan dengan cara menghitung jumlah gugus
yang dapat dipertukarkan (mmol) setiap gram resin kering atau setiap milliliter
resin basah. Besar nilai kapasitas pertukaran resin tergantung dari jumlah gugus
aktif yang mampu dipertukarkan. Semakin banyak jumlah gugus aktif resin
semakin besar pula nilai kapasitas pertukaran. Resin yang masih baru dipreparasi
mempunyai nilai kapasitas pertukaran maksimal. Semakin sering resin digunakan
dan diregenerasi, maka nilai kapasitas pertukaran semakin turun. Hal ini
dikarenakan jumlah gugus aktif semakin berkurang.
G. Prosedur Percobaan
Menentukan Kapasitas Kolom
1. Larutan NaCl jenuh sebanyak 10 ml dimasukkan ke dalam kolom resin
perlahan-perlahan (dengan pipet tetes).
2. Kemudian, kran bawah dibuka dan dialirkan dengan kecepatan 1 tetes/detik.
Tampung efluen ke dalam beaker glass sampai efluen yang keluar bersifat netral
(cek dengan lakmus biru).
3. Efluen dipindahkan ke dalam labu takar 100 ml dan diencerkan sampai tanda
batas. Pipet 10 mL larutan efluen. Kemudian, titrasi dengan larutan NaOH 0,1
M dengan indikator pp.
4. Titrasi diulangi dua atau tiga kali.
Regenerasi Resin
1. Larutan HCI 6 M 10 ml dimasukkan ke dalam kolom resin dan dialirkan 1
tetes/detik.
2. Kolom resin dicuci dengan akudes 50 ml (cek efluen).
3. Jika efluen masih bersifat asam maka pencucian akuades dilanjutkan dengan
kecepatan 3 tetes/detik sampai efluen yang keluar netral.