Anda di halaman 1dari 31

BAB I

LAPORAN KASUS

1. 1 Identitas Pasien
Nama : Tn.S
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 47 Tahun
Tanggal lahir : 25 September 1969
Agama : Islam
Alamat : Tanjung Riau RT 02 RW 06
Tanggal masuk rumah sakit : 31 Juli 2017
No. rekam medis : 00-39-66-28

1.2 Anamnesis
Keluhan Utama : Nyeri saat buang air kecil

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke poliklinik Urologi dengan keluhan nyeri saat BAK yang mulai
dirasakan sejak 2 Minggu SMRS, pasien juga mengeluh BAK berwarna merah dan nyeri
yang dirasakan semakin bertambah. pasien mulai merasakan nyeri saat BAK dimana nyeri
tersebut sampai ke ujung kemaluan. Pasien mengaku perlu mengedan saat BAK, sehingga
ada waktu antara proses mengedan dan keluarnya air kencing. Pada saat buang air kecil
awalnya lancar kemudian pancaran menjadi lemah dan terputus-putus. Pada akhir buang
air kecil pasien merasa tidak puas, masih ada yang tersisa. Pasien mengaku pernah
mengeluarkan butiran pasir saat kencing, tidak pernah merasa mengeluarkan darah saat
kencing. Pasien mengaku jarang sekali minum air putih. Riwayat demam tidak dijumpai.
BAB dalam batas normal

Riwayat Penyakit Dahulu


Diabtes Melitus (-)
Hipertensi (-)

1
Riwayat Keluarga : Tidak ada

Riwayat Kebiasaan : Kurang mengkonsumsi air putih, Kurang berolahraga, lebih


sering duduk.

1.3 Pemeriksaan Fisik


Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang/gizi cukup/compos mentis
Tanda-tanda Vital :

Tekanan Darah : 110/70 mmHg


Nadi : 72 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36,70C
Kepala : Normocephal
Mata : Conjunctiva anemis -/-, sclera ikterik -/-
THT : Otorea (-), rinorea (-), epistaksis (-)
Leher : Pembesaran KGB (-)
Paru :

Inspeksi : Simetris kanan = kiri


Palpasi : Krepitasi (-)
Perkusi : Sonor +/+
Auskultasi : Vesiculer +/+, Rh -/-, Wh -/-

Jantung : BJ1, BJ2 Reguler, Murmur (-), Gallop (-)

Abdomen :

Inspeksi : Datar
Palpasi : Supel, , hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan suprasimphisis
Perkusi : Timpani (+)
Auskultasi : Bising usus dalam batas normal

2
Ekstremitas : Simetris, jejas (-), Akral hangat, edema (-), CRT <2detik, turgor
kulit baik.

Status Lokalis Urologis


Regio Costovertebrae
Palpasi : Ballotement (-), Nyeri tekan (-), Massa (-)
Perkusi : Nyeri ketok (-)
Regio Suprasymphisis
Inspeksi : Cembung, tidak terdapat sikatrik
Palpasi : Nyeri tekan (+)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Regio Genitalia Eksterna
Inspeksi : Tidak merah, tidak bengkak

1.4 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan Laboratorium
DARAH LENGKAP (25 JULI 2017)

Parameter Hasil Nilai Normal

Hb 14,9 11-16.5 g/dl

Hematokrit 45,1 35-50%

Eritrosit 5,14 3.8-5.8 x 106/L

Leukosit 10.080 4.000-11.000/L

Trombosit 267.000 150-440 ribu /L

MCV/VER 87,7 80-100 fl

3
MCH/HER 29,0 26-34 pg

MCHC/KHER 33,0 32-36 g/dl

Basofil 0,2 0-1 %

Eosinofil 2,4 0-5%

Neutrofil 68 46-75 %

Limfosit 22,0 17-48 %

Monosit 6,9 4-10%

LED 9 mm/jam

Gol darah B+

Glucose 182

Elektrolit

Na 135

K 4,2

Cl 98

CT 8

BT 2

HBSAG Negatif

HIV Negatif

4
Urine

Parameter Hasil

Warna Kuning

Kejernihan Keruh

Protein +4

Benda Keton +1

Darah Samar +5

Leukosit Penuh/ LPB

Eritrosit Penuh/ LPB

- Foto Polos Abdomen dan Thorax


Thorax : Cor/ Pulmo tak tampak kelainan
Abdomen :Tampak bayangan Opak pada rongga pelvic, kesan : Susp.
Batu pada Buli

5
USG Buli

1.5 Resume
Seorang laki-laki usia 47 tahun, datang ke Poli Urologi dengan keluhan utama
nyeri saat buang air kecil yang sudah dialami sejak 2 minggu SMRS. Nyeri semakin
bertambah, dan BAK berwarna merah dijumpai. BAK terputus-putus dan tidak puas
dijumpai. Riwayat BAK berpasir dijumpai. Pada pemeriksaan fisik tanda-tanda vital dalam
batas normal. Pada pemeriksaan status lokalis regio suprashymphisis ditemukan nyeri
tekan (+). Pada pemeriksan laboratorium dalam batas normal dan pemeriksaan BNO
Tampak bayangan Opak pada rongga pelvic, kesan : Susp. Batu pada Buli

1.6 Diagnosa Kerja


Vesikolithiasis

6
1.7 Tatalaksana
Terapi Konservatif

Observasi TTV
Inj. Ceftriaxone 1 gr iv, 1 jam pre operasi
PRC 1 labu

Terapi Operatif tangal 1 Agustus 2017

7
Instruksi Post Operasi

Observasi KU, TTV


IVFD NaCL 0,9% : D 5% = 2:1 / 24 jam
Tirah Baring
Mobilisasi bertahap
Tidak puasa
Cek DL post operasi
Terapi
Inj. Ceftriaxon 1x 2 gr IV dalam NaCl 100 ml
Inj. Ketese 3x1 amp
Inj. Gastrofer 1x1
Inj. Kalnex 3x 250 mg

1.8 Follow UP

Tanggal Subjective Objective Assessment Plan


01/08/2017 nyeri pada Kesadaran CM. post Sectio Terapi diteruskan
luka operasi, TD: 120/70, Alta
HR: 88x/i, RR:
20x/i, Suhu:
36,5 oC.
Status Urologis:
Suprasimfisis:
luka op. terutup
perban,
perdarahan (-),
P: - Therapi
diteruskan
Lab. Tgl 1/7/17

8
Hb: 13,4 HCT:
40,6 Eritrosit:
4,65
Leukosit :
18.000
Trombosit:
235.000

2/08/2017 S : nyeri O : Baik, Post Sectio Therapi


pada luka CM. Alta diteruskan
operasi TD: 110/80,
. HR: 76x/i, RR:
20x/i, T: 36,5
o
C.
Status Urologis:
Suprasimfisis:
luka op. kering,
drain minimal

3/08/2017 S : nyeri TD: 125/75, Post Sectio - kalnex stop


berkurang HR: 76x/i, RR: Alta - mobilisasi
. 20x/i, Suhu:
36,7 oC.
Status Urologis:
Suprasimfisis:
luka op. kering,
drain minimal

4/08/2017 S : nyeri TD: 120/80, Post Sectio - aff infus


berkurang HR: 78x/i, RR: Alta
: - aff drain

9
20x/i, T: 36,5 - ketese inj stop
o
C. ganti ketese tab
Status Urologis: 3x1
Suprasimfisis: -pertahankan
luka op. kering, kateter 1 minggu
drain minimal

5/08-2017 S : nyeri TD: 120/80, post Sectio - therapy lanjut


berkurang HR: 76x/i, RR: Alta
20x/i, Suhu:
36,7 oC.
Status Urologis:
Suprasimfisis:
luka op. terutup
perban,
perdarahan (-),

6/08-2017 nyeri TD: 120/80, Post Sectio Therapy lanjut


berkurang HR: 78x/i, RR: Alta
20x/i, T: 36,5
o
C.
Status Urologis:
Suprasimfisis:
luka op. kering,

7/08-2017 nyeri TD: 120/80, Post Sectio pasien boleh


berkurang HR: 76x/i, RR: Alta pulang
20x/i, Suhu: Therapi pulang
36,7 oC. -Cefixim 2x 200
Status Urologis: mg PO

10
Suprasimfisis: -Ketorolac tab 3x1
luka op. terutup PO
perban, -Pertahankan
perdarahan (-), kateter

11
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Batu di dalam saluran kemih (calculus uriner) adalah massa keras seperti batu
yang berada di ginjal dan salurannya dan dapat menyebabkan nyeri, perdarahan,
penyumbatan aliran kemih, atau infeksi.
Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (nephrolith) maupun di dalam kandung
kemih (vesicolith). Proses pembentukan batu ini disebut urolithiasis
Vesikolithiasis adalah batu dalam kandung kemih dapat terbentuk ditempat atau
berasal dari ginjal masuk ke dalam kandung kemih. Karena kandung kemih
berkontraksi untuk mengeluarkan air kencing maka batu tertekan pada trigonum yang
peka itu, maka menyebabkan sangat sakit. Bisanya terdapat sedikit hematuri dan
infeksi sering menyertai keadaan ini

12
2.2 Anatomi dan Fisiologi
Vesika urinaria merupakan kantong muscular yang berfungsi untuk
menampung sementara urine, terletak didalam cavum pelvis, tepat dorsal os pubis.
Vesika urinaria dengan os pubis dipisahkan adanya spatium rotropubic cavum
retzii. Di dorsal vesika urinaria, pada laki-laki terdapat rectum dan pada wanita
ada uterus, portio supravaginalis dan vagina. Bentuk dan ukuran vesika urinaria
dipengaruhi oleh derajat pengisian dan organ di sekitarnya. Vesika urianaria
inferior pada wanita berhadapan dengan diafragma pelvis dan pada laki-laki
berhadapan dengan prostate.
Pada dasar buli-buli kedua muara ureter dan meatus uretra internum
membentuk suatu segitiga yang disebut trigonum buli-buli. Secara anatomis buli-buli
terdiri dari tiga permukaan, yaitu (1) permukaan superior yang berbatasan dengan
rongga peritoneum (2) permukaan inferoinferior dan (3) permukaan posterior.
Bentuk kandung kemih seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat,
berhubungan dengan ligamentum vesika umbilikalis medius :
Bagian vesika urinaria terdiri dari :
a. Fundus yaitu bagian yang menghadap ke belakang dan bawah. Bagian
ini terpisah dari rectum oleh spatium rectovesikale yang terisi oleh
jaringan ikat duktus deferent, vesika seminalis dan prostate.
b. Korpus yaitu bagian antara verteks dan fundus.
c. Verteks, bagian yang ke arah muka dan berhubungan dengan ligamentum
vesika umbilikalis.

Mukosa kandung kemih terdiri atas lapisan epitel transitional yang tebal (5-8
lapis sel) dengan sel-sel basal yang berbentuk torak. Permukaan mukosa lumen
kandung kemih ini mensekresi suatu lapisan clicosaminoglycans, yang
merupakan suatu protein yang melindungi kandung kemih dari infiltrasi bakteri atau
zat-zat yang bersifat karsinogenik.

Di bawah lapisan mukosa terdapat lapisan tunika propia yang longgar, di sini
sering dijumpai serbukan tunika muskularis yang terdiri atas otot-otot polos yang
tersebar merata dimana pada muara ureter dan uretra otot ini lebih padat dan
13
membentuk spingter. Lapisan paling luar adalah lapisan sorosa, yang berupa selaput
tipis dan hanya terdapat pada bagian kandung kemih yang berhubungan dengan
peritoneum. Peritoneum dapat digerakan membentuk lapisan dan menjadi lurus
apabila kandung kemih berisi penuh.

Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis sepertti balon karet,


terletak di belakang simpisis pubis di dalam rongga pangul. Memiliki 2 fungsi yaitu
sebagai tempat penyimpanan kemih sebelum meninggalkan tubuh dan dibantu oleh
urethra kandung kemih berfungsi mendorong kemih keluar tubuh.

Proses miksi (rangsangan berkemih) yaitu distensi kandung kemih, oleh air
kemih akan merangsang stress dengan jumlah 250 cc sudah cukup untuk
merangsang berkemih (proses miksi). Akibatnya akan terjadi refleks kontraksi
dinding kandung kemih, dan pada saat yang sama terjadi relaksasi spinter internus,
segera diikuti oleh relaksasi spinter eksterus, akhirnya terjadi pengosongan kandung
kemih.

Rangsangan yang menyebabkan kontraksi kandung kemih dan relaksasi spinter


internus. Dihantarkan melalui serabut-serabut saraf para simpatis. Kontraksi spinter
eksternus secara volunter bertujuan untuk mencegah atau menghentikan miksi,
control volunter ini hanya mungkin bila saraf-sarat yang menangani kandung kemih
urethra, medulla spinalis dan otak masih utuh. Bila ada kerusakan pada saraf-saraf

14
tersebut maka akan terjadi inkontensia urine (urine keluar terus-menerus tanpa
disadari) dan retensi urine (kencing tertahan).

2.3 Epidemiologi
Penelitian epidemiologik memberikan kesan seakan-akan penyakit batu
mempunyai hubungan dengan tingkat kesejahteraan masyarakat dan berubah sesuai
dengan perkembangan kehidupan suatu bangsa. Berdasarkan pembandingan data
penyakit batu saluran kemih di berbagai negara, dapat disimpulkan bahwa di negara
yang mulai berkembang terdapat banyak batu saluran kemih bagian bawah, terutama
terdapat di kalangan anak.
Di negara yang sedang berkembang, insidensi batu saluran kemih relatif rendah,
baik dari batu saluran kemih bagian bawah maupun batu saluran kemih bagian atas.
Di negara yang telah berkembang, terdapat banyak batu saluran kemih bagian atas,
terutama di kalangan orang dewasa. Pada suku bangsa tertentu, penyakit batu saluran
kemih sangat jarang, misalnya suku bangsa Bantu di Afrika Selatan.

2.4 Etiologi
Secara umum ada dua faktor yang mempengaruhi terbentuknya batu buli-buli
yaitu faktor instrinsik yang terdiri dari herediter (keturunan) penyakit ini diduga
diturunkan dari orang tuanya, umur, serta jenis kelamin, jumlah pasien laki-laki tiga
kali lebih banyak dibandingkan dengan pasien perempuan. Sedangkan faktor
ekstrinsik terdiri dari keadaan geografi, iklim, temperatur, asupan air, diet, dan
pekerjaan. Iklim, individu yang menetap di daerah beriklim panas dengan paparan
sinar ultraviolet tinggi akan cenderung mengalami dehidrasi serta peningkatan
produksi vitamin D3 (memicu peningkatan ekskresi kalsium dan oksalat) sehingga
insiden batu saluran kemih akan meningkat. Asupan air, kurangnya asupan air dan
tingginya kadar mineral kalsium pada air yang dikonsumsi dapat meningkatkan
insiden batu saluran kemih. Diet, obat sitostatik untuk penderita kanker juga
memudahkan terbentuknya batu saluran kemih, karena obat sitostatik bersifat

15
meningkatkan asam urat dalam tubuh, diet banyak purin, oksalat, dan kalsium
mempermudah terjadinya penyakit batu saluran kemih. Dan pekerjaan, penyakit ini
sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau kurang
aktifitasnya.
Batu buli-buli atau vesikolitiasis sering terjadi pada pasien yang menderita
gangguan miksi atau terdapat benda asing di buli-buli yang aktivitasnya sebagai inti
batu. Gangguan miksi terjadi pada pasien-pasien hiperplasia prostat, striktur uretra,
divertikel buli-buli dan buli-buli neurogenik. Pada suatu studi dilaporkan pada pasien
dengan cidera spinal dimana ia mempunyai kelainan neurogenik blader dalam
delapan tahun, 36%nya berkembang menjadi batu buli-buli. Benda asing tersebut
dibedakan menjadi iatrogenic dan non iatrogenik. Benda iatrogenic terdiri dari bekas
jahitan, balon folley kateter yang pecah, kalsifikasi yang disebabkan karena iritasi
balon kateter, staples, uretral stens, peralatan kontrasepsi, prostetik uretral stents.
Noniatrogenik disebabkan adanya benda yang terkandung pada buli-buli seusai
pasien rekreasi atau alasan yang lain. Selain itu batu buli-buli dapat berasal dari batu
ginjal atau batu ureter yang turun ke buli-buli yang banyak dijumpai pada anak-anak
yang menderita kurang gizi atau yang sering menderita dehidrasi atau diare. Infeksi
pada saluran kemih akan mempercepat timbulnya batu. Inflamasi pada buli-buli dapat
disebabkan karena hal sekunder misalnya sinar radiasi atau infeksi shiztomiasis yang
juga merupakan predisposisi batu buli-buli.
Gangguan metabolik juga merupakan faktor predisposisi terjadi pembentukan
batu. Pada pasien ini batu umumnya terbentuk dari bahan calsium dan struvit. Pada
pasien yang mempunya predisposisi dilakukan evaluasi ada tidaknya hal yang
memicu statisnya urin, misalnya BPH. Pada perempuan yang memakai celana ketat,
dan cystocele.
Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan gangguan
aliran urin, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi, dan keadaan-
keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik). Secara epidemiologis terdapat
beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih pada seseorang.
Faktor-faktor itu adalah faktor intrinsik yaitu keadaan yang berasal dari tubuh

16
seseorang dan faktor ekstrinsik yaitu pengaruh yang berasal dari lingkungan
sekitarnya

2.5 Patofisiologi
Secara teoritis batu dapat terbentuk di seluruh saluran kemih terutama pada
tempat tempat yang sering mengalami hambatan aliran urine (statis urin), yaitu pada
sistem kalises ginjal atau buli-buli. Banyak teori yang menerangkan proses
pembentukan batu di saluran kemih, tetapi hingga kini masih belum jelas teori mana
yang paling benar. Beberapa teori pembentukan batu adalah :
1. Teori Nukleasi
Batu terbentuk di dalam urine karena adanya inti batu sabuk batu (nukleus).
Partikel-partikel yang berada dalam larutan yang terlalu jenuh (supersaturated)
akan mengendap di dalam nukleus itu sehingga akhirnya membentuk batu. Inti
batu dapat berupa kristal atau benda asing di saluran kemih.

2. Teori Matriks
Matriks organik terdiri atas serum/ protein urine (albumin, globulin, dan
mukoprotein) merupakan kerangka tempat diendapkannya kristal-kristal batu.

3. Penghambatan kristalisasi
Urine orang normal mengandung zat penghambat pembentuk kristal, antara
lain : magnesium, sitrat, pirofosfat, mukoprotein dan beberapa peptida. Jika
kadar salah satu atau beberapa zat itu berkurang, akan memudahkan
terbentuknya batu di dalam saluran kemih. Ion magnesium (Mg2+) dikenal
dapat menghambat pembentukan batu karena jika berikatan dengan oksalat,
membentuk garam magnesium oksalat sehingga jumlah oksalat yang akan
berikatan dengan kalsium (Ca2+) untuk membentuk kalsium oksalat menurun.
Beberapa protein atau senyawa organik lain mampu bertindak sebagai inhibitor
dengan cara menghambat pertumbuhan kristal, menghambat agregasi kristal,
maupun menghambat retensi kristal. Senyawa itu antara lain :

17
Glikosaminoglikan (GAG)
Protein Tamm Horsfall (THP) / uromukoid
Nefrokalsin
Osteopostin.

2.6 Komposisi Batu


Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur kalsium oksalat atau
kalsium fosfat, asam urat, magnesium ammonium fosfat, xanthin, sistein, silikat dan
senyawa lainnya. Data mengenai kandungan atau komposisi batu sangat penting
untuk pencegahan timbulnya batu yang residif.
1. Batu Kalsium
Batu ini merupakan batu yang paling banyak ditemukan yaitu sekitar 70-
80% dari seluruh batu saluran kemih. Adapun kandungannya adalah kalsium
oksalat, kalsium fosfat atau campuran keduanya. Faktor terjadinya batu oksalat
adalah sebagi berikut:
Hiperkalsiuri merupakan kenaikan kadar kalsium dalam urin yang melebihi
250-300mg/24jam, disebabkan oleh peningkatan absorbsi kalsium melalui
usus, gangguan reabsorbsi kalsium oleh ginjal, dan peningkatan reabsorbsi
tulang karena hiperparatiroid atau tumor paratiroid.
Hiperoksaluri merupakan peningkatan ekskresi oksalat melebihi 45 gram/
hari, keadaan ini banyak diderita oleh penderita yang mengalami kelainan
usus karena post operasi dan diet kaya oksalat, misalnya teh, kopi instant,
minuman soft drinks, kokoa, jeruk, sitrun, dan sayuran yang berwarna hijau
terutama bayam.
Hiperurikosuri merupakan kadar asam urat di dalam urin melebihi 850mg/
24 jam. Asam urat yang berlebihan dalam urin bertindak sebagai inti batu
terhadap pembentukan batu kalsium oksalat. Sumber asam urat dalam urin
berasal dari makanan yang mengandung banyak purin maupun berasal dari
metabolisme endogen.
Hipositraturia merupakan sitrat berikatan dengan kalsium di dalam urin
sehingga calsium tidak lagi terikat dengan oksalat maupun fosfat, karenanya

18
merupakan penghambat terjadinya batu tersebut. Kalsium sitrat mudah larut
sehingga hancur dan dikeluarkan melalui urin.
Hipomagnesia, magnesium juga merupakan penghambat seperti halnya
sitrat. Penyebab tersering dari hipomagnesia adalah inflamasi usus yang
diikuti gangguan absorbsi. Penyebab tersering hipomagnesuria ialah
penyakit inflamasi usus (inflammatory bowel disease) yang diikuti dengan
gangguan malabsorbsi.

2. Batu struvit disebut juga sebagai batu infeksi karena terbentuknya batu ini karena
proses infeksi pada saluran kemih. Hal ini disebabkan karena infeksi yang
sebagian besar karena kuman pemecah urea, sehingga urea yang menghasilkan
suasana basa yang mempermudah mengendapnya magnesium fosfat, ammonium,
karbonat. Kuman tersebut diantaranya adalah Proteus spp, Klebsiella,
Enterobacter, Pseudomonas, dan stafilokokus.

3. Batu Asam urat merupakan batu yang terjadi pada 5-10% kasus batu. 75- 80%
adalah batu asam urat murni dan sisanya merupakan campuran dengan asam
oksalat. Batu ini banyak diderita oleh pasien dengan gout, penyakit
mieloproliferatif, pasien yang mendapat terapi antikanker, dan banyak
menggunakan obat urikosurik diantaranya tiazid, salisilat, kegemukan, peminum
alkohol, diet tinggi protein. Adapun faktor predisposisi terjadinya batu asam urat
adalah urin yang terlalu asam, dehidrasi atau konsumsi air minum yang kurang
dan tingginya asam urat dalam darah.

19
4. Batu jenis lain diantaranya batu sistin, batu santin, dan batu silikat sangat jarang
dijumpai. Batu sistin didapatkan karena kelainan metabolisme yaitu kelainan
absorbsi sistin di mukosa usus. Pemakaian antasida yang mengandung silikat
berlebihan dalam jangka waktu yang lama dapat memungkinkan terbentuknya
batu silikat.

2.7 Manifestasi Klinis


Pasien yang mempunyai batu buli sering asimtomatik, tetapi pada anamnesis
biasanya dilaporkan bahwa penderita mengeluh nyeri suprapubik, disuria, gross
hematuri terminal, perasaan ingin kencing, sering kencing di malam hari, perasaan
tidak enak saat kencing, dan kencing tiba-tiba terhenti kemudian menjadi lancar
kembali dengan perubahan posisi tubuh. Nyeri menjalar dari ujung penis, scrotum,
perineum, punggung dan panggulBeberapa tanda dangejala Vesikolithiasis
1. Kencing kurang lancar tiba-tiba terhenti sakit yang menjalar ke penis bila pasien
merubah posisi kencing lama.
2. Kalau terjadi infeksi ditemukan tanda : sistitis, kadang-kadang terjadi
hematuria.
3. Adanya nyeri tekan suprasimpisis karena infeksi/ teraba adanya urine yang
banyak (retensi).
4. Hanya pada batu besar yang dapat dirasa secara bimanual.
5. Pada pria diatas 50 tahun biasanya ditemukan pembesaran prostat.
6. Demam akibat obstruksi saluran kemih memerlukan dekompensasi segera.
7. Rasa terbakar pada saat ingin kencing dan setelah kencing.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan vesika urinaria tampak penuh pada inspeksi,
ketika dipalpasi didapatkan blader distended pada retensi akut. Adapun tanda yang
dapat dilihat adalah hematuri mikroskopik atau bahkan gross hematuri, pyuria,
bakteri yang positif pada pemeriksaan kultur urin.

20
2.8 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk penegakkan diagnosis dan
rencana terapi antara lain:
1. Foto Polos Abdomen
Pembuatan foto polos abdomen bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya
batu radio opak di saluran kemih. Batu-batu jenis kalsium oksalat dan kalsium
fosfat bersifat radio opak dan paling sering dijumpai diantara batu lain,
sedangkan batu asam urat bersifat non opak (radio lusen).

2. Pielografi Intra Vena (PIV)


Pemeriksaan ini bertujuan menilai keadaan anatomi dan fungsi ginjal. Selain itu
PIV dapat mendeteksi adanya batu semi-opak ataupun batu non opak yang tidak
dapat terlihat oleh foto polos abdomen. Jika PIV belum dapat menjelaskan
keadaan sistem saluran kemih akibat adanya penurunan fungsi ginjal, sebagai
penggantinya adalah pemeriksaan pielografi retrograd.

3. Ultrasonografi
USG dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan PIV, yaitu
pada keadaan-keadaan: alergi terhadap bahan kontras, faal ginjal yang
menurun, dan pada wanita yang sedang hamil. Pemeriksaan USG dapat menilai
adanya batu di ginjal atau di buli-buli (yang ditunjukkan sebagai echoic
shadow)

4. Pemeriksaan Mikroskopik Urin, untuk mencari hematuria dan Kristal.


5. Renogram, dapat diindikasikan pada batu staghorn untuk menilai fungsi ginjal.
6. Analisis batu, untuk mengetahui asal terbentuknya.
7. Kultur urin, untuk mecari adanya infeksi sekunder.
8. DPL, ureum, kreatinin, elektrolit, kalsium, fosfat, urat, protein, fosfatase alkali
serum.

2.9 Diagnosis
Selain pemeriksaan melalui anamnesis pemeriksaan fisik untuk menegakkan
diagnosis, penyakit batu perlu ditegakkan diagnosis dengan pemeriksaan radiologik,

21
laboratorium dan penunjang lain untuk menentukan kemungkinan adanya obstruksi
saluran kemih, infeksi dan gangguan faal ginjal. Secara radiologik, batu dapat
radioopak atau radiolusen. Sifat radioopak ini berbeda untuk berbagai jenis batu
sehingga dari sifat ini dapat diduga jenis batu yang dihadapi.
Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk mencari kelainan kemih yang
dapat menunjang adanya batu di saluran kemih, menentukan fungsi ginjal, dan
menentukan sebab terjadinya batu.
Pemeriksaan renogram berguna untuk menentukan faal kedua ginjal secara
terpisah pada batu ginjal bilateral atau bila kedua ureter tersumbat total. Cara ini
dipakai untuk memastikan ginjal yang masih mempunyai sisa faal yang cukup
sebagai dasar untuk melakukan tindak bedah pada ginjal yang sakit. Pemeriksaan
ultrasonografi dapat untuk melihat semua jenis batu, menentukan ruang dan lumen
saluran kemih, serta dapat digunakan untuk menentukan posisi batu selama tindakan
pembedahan untuk mencegah tertingggalnya batu.

2.10 Diagnosis Banding


Kolik ginjal dan ureter dapat disertai dengan akibat yang lebih lanjut, misalnya
distensi usus dan pionefrosis dengan demam. Oleh karena itu, jika dicurigai terjadi
kolik ureter maupun ginjal, khususnya yang kanan, perlu dipertimbangkan
kemungkinan kolik saluran cerna, kandung empedu, atau apendisitis akut. Selain itu
pada perempuan perlu juga dipertimbangkan adneksitis.
Bila terjadi hematuria, perlu dipertimbangkan kemungkinan keganasan apalagi
bila hematuria terjadi tanpa nyeri. Selain itu, perlu juga diingat bahwa batu saluran
kemih yang bertahun-tahun dapat menyebabkan terjadinya tumor yang umumnya
karsinoma epidermoid, akibat rangsangan dan inflamasi. Pada batu ginjal dengan
hidronefrosis, perlu dipertimbangkan kemungkinan tumor ginjal.

2.11 Penatalaksanaan
Batu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran kemih secepatnya harus
dikeluarkan agar tidak menimbulkan penyulit yang lebih berat. Indikasi untuk

22
melakukan tindakan atau terapi pada batu saluran kemih adalah jika batu telah
menimbulkan obstruksi, infeksi, atau harus diambil karena suatu indikasi sosial.
Obstruksi karena batu saluran kemih yang telah menimbulkan hidroureter atau
hidronefrosis dan batu yang sudah menimbulkan infeksi saluran kemih, harus segera
dikeluarkan.
Kadang kala batu saluran kemih tidak menimbulkan penyulit seperti diatas,
namun diderita oleh seorang yang karena pekerjaannya (misalkan batu yang diderita
oleh seorang pilot pesawat terbang) memiliki resiko tinggi dapat menimbulkan
sumbatan saluran kemih pada saat yang bersangkutan sedang menjalankan profesinya
dalam hal ini batu harus dikeluarkan dari saluran kemih. Pilihan terapi antara lain :
1. Terapi Konservatif
Sebagian besar batu ureter mempunyai diameter <5 mm. Seperti disebutkan
sebelumnya, batu ureter <5 mm bisa keluar spontan. Terapi bertujuan untuk
mengurangi nyeri, memperlancar aliran urin dengan pemberian diuretikum,
berupa :

b. Minum sehingga diuresis 2 liter/ hari


c. - blocker
d. NSAID
Batas lama terapi konservatif adalah 6 minggu. Di samping ukuran batu syarat
lain untuk observasi adalah berat ringannya keluhan pasien, ada tidaknya
infeksi dan obstruksi. Adanya kolik berulang atau ISK menyebabkan observasi
bukan merupakan pilihan. Begitu juga dengan adanya obstruksi, apalagi pada
pasien-pasien tertentu (misalnya ginjal tunggal, ginjal trasplan dan penurunan
fungsi ginjal ) tidak ada toleransi terhadap obstruksi. Pasien seperti ini harus
segera dilakukan intervensi.

23
24
2. ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy)

Dengan ESWL sebagian besar pasien tidak perlu dibius, hanya diberi obat
penangkal nyeri. Pasien akan berbaring di suatu alat dan akan dikenakan gelombang
kejut untuk memecahkan batunya Bahkan pada ESWL generasi terakhir pasien bisa
dioperasi dari ruangan terpisah. Jadi, begitu lokasi ginjal sudah ditemukan, dokter
hanya menekan tombol dan ESWL di ruang operasi akan bergerak. Posisi pasien
sendiri bisa telentang atau telungkup sesuai posisi batu ginjal. Batu ginjal yang sudah
pecah akan keluar bersama air seni. Biasanya pasien tidak perlu dirawat dan dapat
langsung pulang.
Pembangkit (generator) gelombang kejut dalam ESWL ada tiga jenis yaitu
elektrohidrolik, piezoelektrik dan elektromagnetik. Masing-masing generator
mempunyai cara kerja yang berbeda, tapi sama-sama menggunakan air atau gelatin
sebagai medium untuk merambatkan gelombang kejut. Air dan gelatin mempunyai
sifat akustik paling mendekati sifat akustik tubuh sehingga tidak akan menimbulkan
rasa sakit pada saat gelombang kejut masuk tubuh.
ESWL merupakan alat pemecah batu ginjal dengan menggunakan gelombang
kejut antara 15-22 kilowatt. ESWL hanya sesuai untuk menghancurkan batu ginjal
dengan ukuran kurang dari 3 cm serta terletak di ginjal atau saluran kemih antara
ginjal dan kandung kemih (kecuali yang terhalang oleh tulang panggul). Batu yang
keras (misalnya kalsium oksalat monohidrat) sulit pecah dan perlu beberapa kali
tindakan. ESWL tidak boleh digunakan oleh penderita darah tinggi, kencing manis,
gangguan pembekuan darah dan fungsi ginjal, wanita hamil dan anak-anak, serta
berat badan berlebih (obesitas).

25
Penggunaan ESWL untuk terapi batu ureter distal pada wanita dan anak-anak
juga harus dipertimbangkan dengan serius. Sebab ada kemungkinan terjadi kerusakan
pada ovarium. Meskipun belum ada data yang valid, untuk wanita di bawah 40 tahun
sebaiknya diinformasikan sejelas-jelasnya

3. Endourologi
Tindakan Endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan
batu saluran kemih yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian mengeluarkannya
dari saluran kemih melalui alat yang dimasukkan langsung ke dalam saluran kemih.
Alat itu dimasukkan melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan).
Proses pemecahan batu dapat dilakukan secara mekanik, dengan memakai energi
hidraulik, energi gelombang suara, atau dengan energi laser.
Beberapa tindakan endourologi antara lain:
a. PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy) yaitu mengeluarkan batu yang berada
di dalam saluran ginjal dengan cara memasukkan alat endoskopi ke sistem
kalises melalui insisi pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah
terlebih dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil.

Keuntungan dari PNL, bila batu kelihatan, hampir pasti dapat diambil atau
dihancurkan; fragmen dapat diambil semua karena ureter bisa dilihat dengan jelas.
Prosesnya berlangsung cepat dan dengan segera dapat diketahui berhasil atau tidak.
Kelemahannya adalah PNL perlu keterampilan khusus bagi ahli urologi.

b. Litotripsi (untuk memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan memasukkan
alat pemecah batu/litotriptor ke dalam buli-buli),

26
c. ureteroskopi atau uretero-renoskopi.
Keterbatasan URS adalah tidak bisa untuk ekstraksi langsung batu ureter yang
besar, sehingga perlu alat pemecah batu seperti yang disebutkan di atas. Pilihan
untuk menggunakan jenis pemecah batu tertentu, tergantung pada pengalaman
masing-masing operator dan ketersediaan alat tersebut.
d. ekstraksi Dormia (mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya melalui alat
keranjang Dormia).

4. Bedah Terbuka
Di rumah sakit yang belum mempunyai fasilitas yang memadai untuk tindakan-
tindakan endourologi, laparoskopi, maupun ESWL, pengambilan batu masih
dilakukan melalui pembedahan terbuka. Pembedahan terbuka itu antara lain adalah:
vesikolitotomi untuk mengambil pada pada vesika urinaria, pielolitotomi atau
nefrolitotomi untuk mengambil batu pada saluran ginjal, dan ureterolitotomi untuk
batu di ureter. Tidak jarang pasien harus menjalani tindakan nefrektomi atau
pengambilan ginjal karena ginjalnya sudah tidak berfungsi dan berisi nanah
(pionefrosis), korteksnya sudah sangat tipis, atau mengalami pengkerutan akibat batu
saluran kemih yang menimbulkan obstruksi atau infeksi yang menahun.
a) Vesikolitotomi perkutan :
Merupakan alternatif terapi pada kasus batu pada anak-anak atau pada penderita
dengan kesulitan akses melalui uretra, batu besar atau batu mltipel. Tindakan ini

27
indikasi kontra pada adanya riwayat keganasan kandung kemih, riwayat operasi
daerah pelvis, radioterapi, infeksi aktif pada saluran kemih atau dinding abdomen.
Angka bebas batu : 85-100%.
Penyulit : tidak ada.
Waktu yang dibutuhkan : 40-100 menit.

b) Vesikolitotomi terbuka :

Diindikasikan pada batu dengan stone burden besar, batu keras, kesulitan akses
melalui uretra, tindakan bersamaan dengan prostatektomi atau divertikelektomi. .
Keuntungan tehnik ini adalah cepat, lebih mudah untuk memindahkan batu dalam
jumlah banyak, memindah batu yang melekat pada mukosa buli dan kemampuannya
untuk memindah batu yang besar dengan sisi kasar. Tetapi kerugian penggunaan
tehnik ini adalah pasien merasa nyeri post operasi, lebih lama dirawat di rumah sakit,
lebih lama menggunakan kateter.

28
5. Pemasangan Stent
Meskipun bukan pilihan terapi utama, pemasangan stent ureter terkadang
memegang peranan penting sebagai tindakan tambahan dalam penanganan batu
ureter. Misalnya pada penderita sepsis yang disertai tanda-tanda obstruksi,
pemakaian stent sangat perlu. Juga pada batu ureter yang melekat (impacted).
Setelah batu dikeluarkan dari saluran kemih, tindakan selanjutnya yang tidak
kalah pentingnya adalah upaya menghindari timbulnya kekambuhan. Angka
kekambuhan batu saluran kemih rata-rata 7% per tahun atau kurang lebih 50% dalam
10 tahun.

2.12 Pencegahan
Pencegahan yang dilakukan adalah berdasarkan atas kandungan unsur yang
menyusun batu saluran kemih yang diperoleh dari analisis batu. Pada umumnya
pencegahan itu berupa :
1. Menghindari dehidrasi dengan minum cukup dan diusahakan produksi urin 2-3
liter per hari.
2. Diet untuk mengurangi kadar zat-zat komponen pembentuk batu.
3. Aktivitas harian yang cukup.
4. Pemberian medikamentosa.
Beberapa diet yang dianjurkan untuk mengurangi kekambuhan adalah:

Rendah protein, karena protein akan memacu ekskresi kalsium urine dan
menyebabkan suasana urine menjadi lebih asam.
Rendah oksalat.
Rendah garam, karena natriuresis akan memacu timbulnya hiperkalsiuri.
Rendah purin.

Diet rendah kalsium tidak dianjurkan kecuali pada pasien yang menderita
hiperkalsiuri tipe II.

29
BAB III
ANALISA KASUS

Dari data anamnesis didapatkan keterangan mengenai seorang pasien laki-


laki, umur 47 tahun datang ke IGD RSOB dengan nyeri saat buang air kecil yang sudah
dialami sejak 2 mingu sebelum masuk rumah sakit, nyeri berlangsung terus menerus saat
pasien BAK, nyeri dirasakan sampai ujung kemaluan serta pasien selalu merasa tidak puas
saat kencing dan urin yang keluar sering terputus-putus. dari hasil anamnesa yang
didapatkan lebih mengarah ke batu salurah kemih (vesikolithiasis). Dimana vesicolithiasis
adalah batu dalam kandung kemih dapat terbentuk ditempat atau berasal dari ginjal masuk
ke dalam kandung kemih. Karena kandung kemih berkontraksi untuk mengeluarkan air
kencing maka batu tertekan pada trigonum yang peka itu, maka menyebabkan rasa sakit.
Pada teori menyebutkan bahwa gejala klinisnya meliputi kencing kurang lancar tiba-tiba
terhenti sakit yang menjalar ke penis bila pasien merubah posisi kencing lama.
Pada pemeriksaan fisik abdomen didapatkan abdomen dalam batas normal.
Sedangkan pada pemeriksaan status lokalis pasien ini pada regio suprasimphysis terdapat
nyeri tekan . Hal ini sesuai dengan teori dimana pada vesikolithiasis pada pemeriksaan fisik
ditemukan nyeri pada suprasimphisis dan terkadang nyeri sampai kekemaluan.
Pada Vesikolithiasis pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah Foto
Polos Abdomen, pembuatan foto polos abdomen bertujuan untuk melihat kemungkinan
adanya batu radio opak di saluran kemih. Foto polos abdomen harus dapat
memvisualisasikan saluran kemih yaitu ginjal, ureter dan vesika urinaria . Cystogram/
intravenous pyelografi Jika pada pemeriksaan secara klinik dan foto polos abdomen tidak
dapat menunjukkan adanya batu, maka langkah selanjutnya adalah dengan pemeriksaan
IVP. Adanya batu akan ditunjukkan dengan adanya filling defek. Ultrasonografi (USG)
Batu buli akan terlihat sebagai gambaran hiperechoic, efektif untuk melihat batu yang
radiopaque atau radiolucent. CT scan, MRI dan Sistoskopi. Pada pasien ini dilakukan
pemeriksaan BNO dan USG dimana dari kedua pemeriksaan tersebut tampak gambaran
batu pada vesika urinaria.
Batu yang sudah menimbulkan gejala nyeri pada saluran kemih secepatnya harus
dikeluarkan agar tidak menimbulkan penyulit yang lebih berat. Pada pasien ini

30
penatalaksaan dilakukan dengan cara bedah terbuka yaitu sectio alta. Sectio alta
diindikasikan pada batu dengan stone burden besar, batu keras, kesulitan akses melalui
uretra.

31

Anda mungkin juga menyukai