Anda di halaman 1dari 3

BUDAYA LOKAL CIAMIS, PERMASALAHAN, DAN PERAN GENERASI MUDA

Ciamis merupakan salah satu kabupaten yang ada di Jawa Barat. Kabupaten ini
terletak di bagian tenggara Jawa Barat, berbatasan langsung dengan Kabupaten Majalengka
dan Kabupaten Kuningan di utara, Kabupaten Cilacap (Jawa Tengah) dan Kota Banjar di
timur, Kabupaten Pangandaran dan Samudra Hindia di selatan, serta Kota Tasikmalaya dan
Kabupaten Tasikmalaya di barat.
Ciamis memiliki garis sejarah yang sangat panjang. Ditandai dengan berdirinya
Kerajaan Galuh pada tahun 612 M oleh Wretikendayun. Kata Galuh (bahasa Sanskerta)
dipercayai memiliki arti permata, dengan demikian Kerajaan Galuh merupakan kerajaan
yang diibaratkan sebagai batu permata yang indah. Sebagian orang menafsirkan bahwa
permata tersebut adalah inti, hati, atau jiwa yang bersih dan suci.
Budaya Lokal Ciamis
Secara etimologi, budaya berasal dari kata buddayah yang merupakan bentuk jamak
dari buddi yang bermakna budi atau akal, dengan demikian budaya diartikan hal-hal yang
berkaitan dengan budi dan akal.
Kebudayaan erat kaitannya dengan masyarakat, hal ini sejalan dengan logika bahwa
masyarakat adalah sekumpulan orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan,
sebaliknya kebudayaan tidak akan berjalan tanpa masyarakat sebagai pendukungnya.
Hal tersebut di atas sejalan dengan pendapat Koentjaraningrat bahwa Kebudayaan
adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka
kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan cara belajar.
Koentjaraningrat membagi empat jenis kebudayaan yakni,
1. artifak/benda-benda fisik semua hasil karya manusia yang bersifat konkret yang dapat
diraba/difoto;
2. sistem tingkah laku dan tindakan berpola manusia yang merupakan penggambaran
wujud tingkah laku manusia yang bersifat konkret, dapat difoto dan difilmkan;
3. sistem budaya yaitu system gagasan menggambarkan wujud gagasan dari kebudayaan
yang berada dalam alam pikiran tiap individu, sifatnya abstrak, tidak dapat difoto dan
difilmkan, hanya dapat diketahui dan dipahami;
4. sistem gagasan yang ideologis yang menentukan sifat dan corak pikiran, cara berpikir,
serta tingkah laku manusia;
Terkait dengan budaya lokal, Ciamis memiliki keanekaragaman budaya yang tidak
terlepas dari garis sejarah daerah sejak Kerajaan Galuh berdiri. Berdasarkan data Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Ciamis pada tahun 2016, dari 133 cagar budaya
yang ada di Ciamis hanya 33 cagar budaya yang sudah diakui legalitasnya. Cagar budaya
tersebut antara lain, Astana Gede Kawali, Karangkamulyan, Gunung Padang, Batu Tulis
Citapen, Situ Lengkong, Bumi Alit, Situs Garahan, Situs Batu Tulis, Kampung Adat Kuta,
Gunung Susuru, Keramat Situ Gede, Kalap Kuning Lakbok, Kapunduhan Hutan Larangan
Panjalu, Makom Keramat Gunung Tilu Panumbangan, Situs Cagar Budaya Bojong Malang
Cimaragas, Keramat Seda Suci Cihaurbeuti, Umbu Leuit, Situs Bojong Galuh, Situs
Prabudimuntur Kertabumi, Situs Samida, Kramat Situ Gede, Situs Pangrumasan, Makom
Pakuncen Ciamis, Situs Gunung Galuh Ciamis, Makom RAA Imbangara, Situs Jagabaya,
Makom RAA Wiradikusuma, Makom Gandaria, Situs Paniisan, Kawasan Batu Tumpang,
Curug Panganten Rancah, Astana Sanghyang Samida Rajadesa, dan Kadaleman Kawasen
Banjarsari.
Selain cagar budaya yang melimpah, Ciamis juga memiliki kekhasan seni. Dewasa ini,
pesatnya pertumbuhan kesadaran kasundaan turut mempengaruhi kesenian-kesenian baru
yang lahir dan semakin menambah keheterogenan seni di Ciamis. Kesenian-kesenian khas
Ciamis antara lain Ronggeng Gunung, Wayang Kidung Lakbok, Karinding, Bangbaraan,
Manorek, Wayang Landung, Buta Kararas Tilas, Singa Lugay Sukadana, dan Bebegig
Baladdewa.
Permasalahan Budaya Lokal
Kekuatan dari suatu nilai kearifan dalam hal berbudaya lokal adalah perlu adanya
bimbingan kepada generasi muda agar nilai budaya tersebut melekat pada diri sehingga
tidak kehilangan nilai positif dari kebudayaan lokal.
Minimnya partisipasi kalangan masyarakat secara umum, generasi muda secara
khususnya turut mempengarungi daya tahan budaya lokal itu sendiri. Minimnya partisipasi
dari masyarakat tersebut disebabkan karena pesatnya perkembangan zaman beberapa
dekade ini. Selain itu kurangnya perhatian dari pemerintah semakin mengurangi partisipasi
generasi muda, terutama dalam minat mempelajari dan melestarikan budaya lokal.
Jika dilihat dari letak geografis, keragaman seni dan budaya di Ciamis, tentu Ciamis
memiliki potensi atau peluang yang sangat besar dalam mewujudkan Ciamis sebagai kota
budaya atau puseur (pusat) budaya Sunda secara lebih luas.
Apabila generasi muda dengan dukungan berbagai pihak, tidak terkecuali pemerintah
daerah mampu melestarikan, mengelola, mengembangkan, membina, dan menjaga
eksistensi budaya lokal, maka bukan hal yang tidak mungkin Ciamis dapat menjadi destinasi
wisata budaya di Jawa Barat khususnya.
Tantangan terbesar sebagai permasalahan budaya lokal adalah melestarikannya.
Kemajuan bidang teknologi informasi seharusnya dapat dimanfaatkan dengan maksimal
dalam hal pengalihmediaan, pengarsipan, promosi, pelestarian, pengembangan, serta
pembinaan budaya lokal. Revolusi mental pada generasi dalam berbudaya lokal dirasa perlu
dilakukan agar tidak ada pengesampingan budaya lokal, menumbuhkan rasa cinta, rasa
memiliki, dan rasa bangga akan budaya lokalnya sendiri.
Peran Generasi Muda
Peran penting generasi muda adalah untuk memajukan budaya lokal daerah.
Kelangsungan budaya lokal daerah bergantung kepada tingkat kepedulian serta peran serta
masyarakatnya, secara khusus generasi muda karena merekalah yang akan mengisi
kehidupan di masa depan. Apabila tidak ada kepedulian akan budaya lokal pada diri generasi
muda, maka di masa depan budaya lokal pun akan hilang.
Generasi muda juga diharapkan dapat menjadi aktor terdepan dalam memajukan
budaya lokal. Generasi muda dapat menjadi filter bagi budaya asing yang masuk ke daerah.
Besar dan kuatnya budaya asing yang masuk ke daerah membuat generasi muda yang
merasa peduli harus bekerja keras untuk menyaringnya.
Peran generasi muda dalam memajukan budaya lokal yakni menguatkan pondasi
budaya lokal, serta meningkatkan pengetahuan dan intelektualitas. Kuatnya pondasi budaya
lokal dimulai dari kuatnya jati diri masyarakatnya, diperlukan rasa memiliki, rasa cinta, dan
kepedulian yang besar akan budaya lokal itu sendiri. Kuatnya pondasi budaya lokal
berpengaruh kepada ketahanan eksistensi budaya lokal di tengah-tengah budaya asing yang
semakin pesat.
Peningkatan pengetahuan dan intelektualitas di generasi muda turut serta menjadi
faktor penentu kemajuan budaya lokal. Keluasan ilmu yang dimiliki oleh generasi muda
dapat menjadi solusi dalam membangun daerah, tidak terkecuali bidang kebudayaan.
Dengan keluasan ilmu yang dimiliki oleh generasi muda, maka dapat dilakukan peningkatan
pemahaman dan memaksimalkan pembelajaran kepada masyarakat.
Kecenderungan akan budaya asing yang lambat laun mengikis nilai-nilai budaya lokal
dapat diminimalisasi dengan ilmu, pengetahuan, dan wawasan akan budaya lokal yang
generasi muda.
Kerjasama antara masyarakat umum dan pemerintah sangat diperlukan demi
kemajuan budaya lokal. Sejatinya budaya lokal dengan berbagai permasalahannya, di
manapun daerahnya dapat dijaga, dilestarikan, dikembangkan, dan dibina dapat diwujudkan
jika terdapat kesetaraan pemahaman, kesamaan visi dan misi, serta kesamaan rasa. (Shena
Agustian/ Nonoman Galuh)

Anda mungkin juga menyukai