Anda di halaman 1dari 15

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................................... i

BAB I ............................................................................................................................... 1

PENGANTAR HUKUM PRANATAPEMBANGUNAN............................................ 1

1.1 Pengertian Hukum Pranata Pembangunan .............................................................. 1

1.2 Struktur Hukum Pranata Pembangunan .................................................................. 1

BAB II .............................................................................................................................. 3

HUBUNGAN HUKUM DAN PRANATA PEMBANGUNAN ................................... 3

2.1. Hubungan Hukum dan Pranata Pembangunan. ....................................................... 3

2.2. Hubungan Antara Owner, Konsultan, dan Kontraktor............................................ 4

2.3. Model Hubungan Kerja Peserta Proyek Konstruksi ............................................... 6

BAB III ............................................................................................................................ 8

PENATAAN RUANG .................................................................................................... 8

3.1. UNDANG UNDANG NO.4 tahun 1992 tentang tata ruang ................................ 8

BAB IV .......................................................................................................................... 10

PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN ......................................................................... 10

4.1. UNDANG-UNDANG NO.4 tahun 1992 tentang Perumahan & Pemukiman ... 10

BAB V ............................................................................................................................ 12

PERENCANAAN FISIK PEMBANGNAN ............................................................... 12

5.1. Pengertian Perencanaan Fisik ............................................................................... 12

5.2. Skema Proses Perencanaan Fisik .......................................................................... 12

5.3. Distribusi Tata Ruang Lingkup Nasional .............................................................. 13

5.4. Sistem Wilayah Pembangunan .............................................................................. 14

i
BAB I
PENGANTAR HUKUM PRANATAPEMBANGUNAN

1.1 Pengertian Hukum Pranata Pembangunan


A. Hukum Merupakan peraturan, adat, keputusan kaidah atau ketentuan
yang secara resmi dianggap mengikat, yang dikukuhkan oleh penguasa
atau pemerintah.
B. Pranata dalam pengertian umum adalah interaksi antar
individu/kelompok dalam kerangka peningkatan kesejahteraan atau
kualitas hidup.
Pranata dalam arti khusus bahwa terjadi interaksi antar aktor pelaku
pembangunan untuk menghasilkan fisik ruang yang berkualitas.
C. Pembangunan ialah suatu proses perubahan individu/kelompok dalam
kerangka mewujudkan peningkatan kesejahteraan hidup, yang juga
sebagai pradigma perkembangan yang terjadi dengan berjalannya
perubahan peradaban hidup manusia untuk meningkatkan kualitas
hidupnya. Kegiatan pembangunan memiliki empat unsur pokok, adalah
manusia, kekayaan alam, modal, dan teknologi
D. Pranata Pembangunan Bidang Arsitektur merupakan
interaksi/hubungan antar individu/kelompok dalam kumpulan dalam
kerangka mewujudkan lingkungan binaan.Interaksi ini didasarkan
hubungan kontrak. Analogi dari pemahaman tersebut dalam kegiatan
yang lebih detil adalah interaksi antar pemilik/perancang/pelaksana
dalam rangka mewujudkan ruang/bangunan untuk memenuhi kebutuhan
bermukim. Dalam kegiatannya didasarkan hubungan kontrak, dan untuk
mengukur hasilnya dapat diukur melalui kriteria barang public.

1.2 Struktur Hukum Pranata Pembangunan


A. Struktur Hukum Pranata Pembangunan di Indonesia
1. Legislatif (MPR-DPR), pembuat produk hokum
2. Eksekutif (presiden-pemerinta), pelaksana per UU yang dibantu oleh
kepolisian (POLRI) selaku institusi yang berwenang melakukan
Penyediaan : JAKSA yang melakukan penuntutan

1
3. Yudikatif (MA-MK) sbg lembaga penegak keadilan
Mahkamah Agung (MA) beserta Pengadilan Tinggi (PT) &
Pengadilan Negeri (PN) se-Indonesia mengadili perkara yg
kasuistik; Sedangkan Mahkamah Konstitusi (MK) mengadili
perkara peraturan PerUU
4. Lawyer, pihak yg mewakili klien utk berperkara di pengadilan, dsb.
B. Contoh Umum Kontrak Kerja Bidang Konstruksi
Kontrak pelaksanaan pekerjaan pembangunan rumah sakit antara
CV. Permata Emas dengan PT. Kimia Farma
Nomor : 1/1/2010
Tanggal : 25 November 2010
Pada hari ini Senin tanggal 20 November 2010 kami yang bertandatangan
Di bawah ini :
Nama : Richard Joe
Alamat : Jl. Merdeka Raya, Jakarta Barat
Jabatan : Dalam hal ini bertindak atas nama CV. PEMATA EMAS
disebut sebagai Pihak Pertama
Dan
Nama : Taufan Arif
Alamat : Jl. Ketapang Raya, Jakarta Utara
Jabatan : dalam hal ini bertindak atas nama PT. KIMIA FARMA
disebut sebagai pihak kedua.
Kedua belah pihak telah sepakat untuk mengadakan ikatan kontrak
pelaksanaan pekerjaan pembangunan Rumah Sakit yang dimiliki oleh
pihak kedua yang terletak di Jl. Matraman no. 9, Jakarta Timur.
Setelah itu akan dicantumkan pasal pasal yang menjelaskan
tentang tujuan kontrak,bentuk pekerjaan,sistem pekerjaan,sistem
pembayaran,jangka waktu pengerjaan,sanksi-sanksi yang akan
dikenakan apabila salah satu pihak melakukan pelanggaran kontrak
kerja,dsb.

2
BAB II
HUBUNGAN HUKUM DAN PRANATA PEMBANGUNAN

2.1. Hubungan Hukum dan Pranata Pembangunan.


Dari kedua pengertian di atas kita dapat menyimpulkan bahwa pranata
adalah suatu sistem tingkah laku dan hukum adalah suatu
peraturan/perundang-undangan. Keduanya dibutuhkan untuk saling
melengkapi didalam melaksanakan suatu pembangunan. Pranata
pembangunan menjadi suatu sistem yang diikat oleh peraturan / undang-
undang agar memiliki nilai hukum, sehingga keduanya sangat berhubungan.
Hukum dan Pranata Pembangunan diperlukan untuk menjamin agar
suatu pembangunan dapat berjalan dengan lancar. Keduanya akan berperan
sebagai kontrol bagi pihak-pihak yang terlibat pembangunan agar
menjalankan kewajibannya, serta memberi jaminan atas hak masing-masing
pihak. Dengan adanya hukum dan pranata pembangunan, diharapkan
pembangunan yang dikerjakan dapat berjalan lancar sesuai yang telah
disepakati bersama.
Salah satu penerapan hukum dan pranata sosial, dapat kita lihat pada
sebuah kontrak kerjasama. Kotrak kerjasama akan mengatur berbagai hal,
mulai dari jenis proyek, pihak-pihak yang terlibat, dasar hukum, hingga
sanksi-sanksi yang akan dijatuhkan jika ada pihak yang melanggar
kesepakatan.

3
2.2. Hubungan Antara Owner, Konsultan, dan Kontraktor
Manajemen konstruksi memerlukan kerjasama yang erat dari ketiga
pembangunan yaitu owner (pemberi tugas), konsultan (perencana) dan
kontraktor (pemborong/pelaksana) untuk keberhasilan dalam mewujudkan
proyek.

A. Peranan Pemilik
1. Pada tahap konseptual :
Peranan pemberi tugas adalah menyediakan:
Tujuan dan keperluan penyelenggara proyek
Tingkat kwalitas yang diinginkan
Dana yang dialokasikan
Waktu penyelesaian proyek yang diharapkan (required schedule)
Pedoman secara khusus
Hal-hal tersebut biasanya dituangkan dalam bentuk T.O.R (terms
of reference) yang selanjutnya akan disusun oleh konsultan. TOR
dapat digunakan sebagai dasar menyusun analisa pendahuluan dan
studi kelayakan.
2. Pada tahap defisisi
Setelah dilakukan studi kelyakan terlihat proyek layak,maka pemilik
melanjutkan kegiatan sebagai berikut.
Meletakan batasan atau definisi lingkup proyek
Filisopi desain
Menentukan alokasi pembagian lingkup kerja
Menyusun strategi penyelenggaran
Menyiapkan paket lelang (RFP) dan rancangan kontrak

4
Mengadakan lelang (tender), menerima proposal, negosiasi dan
menandatangani kontrak.
3. Pada tahap implementasi
Peranan pemilik pada tahap implementasi fisik adalah sebagai
berikut:
Pengelola terhadap pekerjaan kontraktor maupun terhadap paket
kerja anggaran ditangani sendiri
Mengelola keuangan proyek
Administrasi kontrak
B. Peranan konsultan
Berdasarkan T.O.R konsultan perencana harus mengembangkannya
menjadi:
Dokumen kontrak
Dana yang diperlukan (R.A.B)
Tingkat kualitas pekerjaan
Rencana jadwal pelaksanaan (time schedule)
Layak bangun (constructable)
C. Peranan kontaktor
Secara Umum peranan kontraktor adalah mengatur secara efisien
pelaksanaan fisik bangunan sesuai dengan dokumen kontrak.
Menyiapkan time schedule.
Menyediakan / memobilisasikan sumber daya.
Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan dokumen kontrak.
Membuta laporan kemajuan pekerjaan.
Melaksanakan pengetesan bahan / konstruksi.
Menyiapkan shop drawings dan as built drawings.
Menyerahkan pekerjaan proyek.
Menerima pembayaran sesuai dengan dokumen kontrak.
Demobilisasi

5
2.3. Model Hubungan Kerja Peserta Proyek Konstruksi
A. Menggunakan kontraktor utama
Dalam hubungan semacam ini tanggung jawab pekerjaan,implementasi
fisik di serahkan kepada kontraktor utama, dengan kontrak harga tetap
ataupun tidak tetap.Sedangkan tanggung jawab mempersiapkan paket-
paket kerja seperti arsitektur dan engineering di serahkan kepada
konsultan-konsultan yang bersangkutan.

B. Kontraktor Utama Merancang dan Membangun


Dalam hubungan kerja semacam ini, konraktor mempunyai tanggung
jawab keseluruhan atas desain, engineering, pengadaan material,
pabrikasi, sampai kepada konstruksi dan instalasi. Sering juga melibatkan
konsultan (arsitek dan engineering), subkontraktor dan rekanan, tetapi
tanggung jawab penuh dipegang oleh kontraktor.

6
C. Force Account
Dalam hal ini, pemilik terlibat langsung dalam pekerjaan dan bertanggung
jawab sepenuhnya terhadap penyelenggaraan proyek.Pemilik dapat
menggunakan jasa subkontraktor atau konsultan yang melapor langsung
kepada pemilik.

D. Menggunakan Manajemen Konstruksi atau Konsultan Proyek


Disini selain adanya peserta yang yang lain pemilik menunjuk CM atau
konsultan manajemen proyek sebagai wakil atau agen untuk
mengkordinasikan seluruh kegiatan-kegiatan proyek.

7
BAB III
PENATAAN RUANG

3.1. UNDANG UNDANG NO.4 tahun 1992 tentang tata ruang


1. Ruang wilayah negara Indonesia sebagai wadah atau tempat bagi manusia
dan makhluk lainnya hidup, dan melakukan kegiatannya merupakan
karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa Indonesia.
2. Wilayah Negara Republik Indonesia adalah seluruh wilayah negara
meliputi daratan, lautan, dan udara berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku, termasuk laut dan landas kontinen di sekitarnya,
di mana Republik Indonesia memiliki hak berdaulat atau kewenangan
hukum sesuai dengan ketentuan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa
Tahun 1982 tentang Hukum laut.
3. Ruang meliputi ruang daratan, ruang lautan, dan ruang udara beserta
sumber daya alam yang terkandung di dalamnya bagi kehidupan dan
penghidupan. Kegiatan manusia dan makhluk hidup lainnya
membutuhkan ruang sebagaimana lokasi berbagai pemanfaatan ruang atau
sebaliknya suatu ruang dapat mewadahi berbagai kegiatan, sesuai dengan
kondisi alam setempat dan teknologi yang diterapkan.
4. Ruang wilayah negara sebagai suatu sumber daya alam terdiri dari
berbagai ruang wilayah sebagai suatu subsistem. Masing-masing
subsistem meliputi aspek politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan
keamanan, dan kelembagaan dengan corak ragam dan daya dukung yang
berbeda satu dengan yang lainnya.
suatu kebijaksanaan nasional penataan ruang yang memadukan
berbagai kebijaksanaan pemanfaatan ruang. Seiring dengan maksud tersebut,
maka pelaksanaan pembangunan, di tingkat Pusat maupun di tingkat Daerah,
harus sesuai dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan. Dengan
demikian, pemanfaatan ruang tidak bertentangan dengan rencana tata ruang.
1. Penataan ruang sebagai proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan
ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang merupakan satu kesatuan
sistem yang tidak terpisahkan satu dengan yang lainnya. Untuk menjamin
tercapainya tujuan penataan ruang diperlukan peraturan perundang-

8
undangan dalam satu kesatuan sistem yang harus memberi dasar yang
jelas, tegas dan menyeluruh guna menjamin kepastian hukum bagi upaya
pemanfaatan ruang. Untuk itu, undang-undang tentang penataan ruang ini
memiliki ciri sebagai berikut:
2. Sederhana tetapi dapat mencakup kemungkinan perkembangan
pemanfaatan ruang pada masa depan sesuai dengan keadaan, waktu, dan
tempat.
3. Menjamin keterbukaan rencana tata ruang bagi masyarakat sehingga dapat
lebih mendorong peran serta masyarakat dalam pemanfaatan ruang yang
berkualitas dalam segala segi pembangunan.
4. Mencakup semua aspek di bidang penataan ruang sebagai dasar bagi
pengaturan lebih lanjut yang perlu dituangkan dalam bentuk peraturan
tersendiri.
5. Mengandung sejumlah ketentuan proses dan prosedur perencanaan tata
ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang sebagai
dasar bagi pengaturan lebih lanjut.

9
BAB IV
PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN

4.1. UNDANG-UNDANG NO.4 tahun 1992 tentang Perumahan &


Pemukiman
Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan:
1. Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau
hunian dan sarana pembinaan keluarga;
2. Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan
tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana
dan sarana lingkungan;
3. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung,
baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi
sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat
kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan;
4. Satuan lingkungan permukiman adalah kawasan perumahan dalam
berbagai bentuk dan ukuran dengan penataan tanah dan ruang, prasarana
dan sarana lingkungan yang terstruktur;
5. Prasarana lingkungan adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang
memungkinkan lingkungan permukiman dapat berfungsi sebagaimana
mestinya;
6. Sarana lingkungan adalah fasilitas penunjang, yang berfungsi untuk
penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan
budaya;
7. Utilitas umum adalah sarana penunjang untuk pelayanan lingkungan;
8. Kawasan siap bangun adalah sebidang tanah yang fisiknya telah
dipersiapkan untuk pembangunan perumahan dan permukiman skala besar
yang terbagi dalam satu lingkungan siap bangun atau lebih yang
pelaksanaannya dilakukan secara bertahap dengan lebih dahulu dilengkapi
dengan jaringan primer dan sekunder prasarana lingkungan sesuai dengan
rencana tata ruang lingkungan yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah
Tingkat II dan memenuhi persyaratan pembakuan pelayanan prasarana dan

10
sarana lingkungan, khusus untuk Daerah Khusus Ibukota Jakarta rencana
tata ruang lingkungannya ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Khusus
lbukota Jakarta;
9. Lingkungan siap bangun adalah sebidang tanah yang merupakan bagian
dari kawasan siap bangun ataupun berdiri sendiri yang telah dipersiapkan
dan dilengkapi dengan prasarana lingkungan dan selain itu juga sesuai
dengan persyaratan pembakuan tata lingkungan tempat tinggal atau
lingkungan hunian dan pelayanan lingkungan untuk membangun kaveling
tanah matang;
10. Kaveling tanah matang adalah sebidang tanah yang telah dipersiapkan
sesuai dengan persyaratan pembakuan dalam penggunaan, penguasaan,
pemilikan tanah, dan rencana tata ruang lingkungan tempat tinggal atau
lingkungan hunian untuk membangun bangunan
11. Konsolidasi tanah permukiman adalah upaya penataan kembali
penguasaan, penggunaan, dan pemilikan tanah oleh masyarakat pemilik
tanah melalui usaha bersama untuk membangun lingkungan siap bangun
dan menyediakan kaveling tanah matang sesuai dengan rencana tata ruang
yang ditetapkan Pemerintah Daerah Tingkat II, khusus untuk Daerah
Khusus Ibukota Jakarta rencana tata ruangnya ditetapkan oleh Pemerintah
Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

11
BAB V
PERENCANAAN FISIK PEMBANGNAN

5.1. Pengertian Perencanaan Fisik


Perencanaan fisik adalah suatu usaha pengaturan dan penataan kebutuhan
fisik untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia dengan berbagai kegiatan
fisik. Proses perencanaan fisik pembangunan harus melaksanakan amanat
UUD 1945 Amandemen tentang pemilihan umum langsung oleh rakyat.
Perencanaan pembangunan nasional masih dibutuhkan mengingat amanat
Pembukaan UUD 1945 dan kondisi faktual geografis, sosial, ekonomi, dan
politik bangsa Indonesia yang beranekaragam, dan kompleks.

5.2. Skema Proses Perencanaan Fisik

Proses perencanaan fisik pembangunan memang sudah terencana dengan


syarat tertentu. Dalam salah satu artikel, Menurut Brundtland Report dari
PBB (1987), pembangunan berkelanjutan adalah proses pembangunan (lahan,
kota, bisnis, masyarakat, dsb) yang berprinsip memenuhi kebutuhan
sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa
depan. gagasan perencanaan fisik pemangunan ini dikhususnya kebutuhan
esensial kaum miskin yang harus diberikan prioritas utama. sedangkan
gagasan lainnya merupakan keterbatasan, yang bersumber pada kondisi
teknologi dan organisasi sosial terhadap kemampuan lingkungan untuk
memenuhi kebututuhan masa kini dan hari depan yang akan datang. Jadi,

12
tujuan pembangunan ekonomi dan sosial harus dilakukan dalam
keberlanjutan pernecanaan fisik pembangunan di semua negara, baik negara
maju maupun negara berkembang.

5.3. Distribusi Tata Ruang Lingkup Nasional


1. Nasional
Dalam lingkup nasional yang dimaksudkan hanya tertuju pada suatu
daerah atau kota yang berada dalam satu negara. pembangunan yang
termasuk dalam distribusi nasional juga sangat mempengaruhi tata ruang
lingkup nasional dan berhubungan langsung dengan distribusi lokal yang
ada di kota tersebut. Perencanaan tata ruang lingkup nasional dapat
dicontohkan sepert pembangunan jaringan utilitas yang berada didaerah
tertentu dan memang berlakunya hanya untuk kota,daerah,kabupaten,
yang termasuk masih dalam satu negara.
1. Regional
Dalam salah salah satu artikel,Disebutkan banwa instansi yang berwenang
dalam perencanaan pembangunan pada tingkatan regional di Indonesia
adalah Pemda Tingkat I, disamping adanya dinas-dinas daerah maupun
vertikal (kantor wilayah). Contoh; Dinas PU Propinsi, DLLAJR, Kanwil-
kanwil. Sedang badan yang mengkoordinasikannya adalah Bappeda Tk. I
di setiap provInsi. Yang berwenang dalam pembangunan tingkat regional
mempunyai fungsi yang berbeda-beda dalam menata distribusi tata ruang.
2. Lokal
Penanganan perencanaan pembangunan ditingkat local seperti Kodya atau
kabupaten ini biasanya dibebankan pada dinas-dinas, contoh: Dinas
Pekerjaan Umum, Dinas Tata Kota, Dinas Kebersihan, Dinas Pengawasan
Pembangunan Kota, Dinas Kesehatan, Dinas PDAM. Koordinasi
perencanaan yang diketahui masih sulit kerjasamanya dengan dinas-dinas
tertentu. Karena itu proses distribusi tata ruang tingkat lokal masih berjalan
lamban. Contoh yang dimaksudkan distribusi tata ruang lokal yaitu adalah
peremajaan kota.

13
3. Sektor Swasta
Yang dimaksudkan sektor sasta dalam distribusi tata ruang ini diLingkup
oleh kegiatan perencanaan oleh swasta di Indonesia semula memang hanya
terbatas pada skalanya seperti pada perencanaan perumahan, jaringan
utilitas, pusat perbelanjaan dll. Pihak swasta juga sangat mempengaruhi
distribusi tata ruang dalam sektor swasta,pihak swasta kecil ataupun besar.
Pihak swasta terkecil adalah individu atau perorangan juga sangat
mempengaruhi pola perencanaan pembangunan secara keseluruhan.
Misalkan seseorang ingin membuat gedung,dia harus membuat fisik
perencanaannya terlebih dahulu lalu setelah jadi bangunannya,selanjutnya
dia tinggal mematuhi peraturan-peraturan yang berhubuhan dengan
membangun,contohnya IMB,dan sebagainya.

5.4. Sistem Wilayah Pembangunan


Pengertian wilayah dipahami sebagai ruang permukaan bumi dimana
manusia dan makhluk lainnya dapat hidup dan beraktifitas. Sementara itu
wilayah menurut Hanafiah (1982) adalah unit tata ruang yang terdiri atas
jarak, lokasi, bentuk dan ukuran atau skala. Dengan demikian sebagai satu
unit tata ruang yang dimanfaatkan manusia, maka penataan dan penggunaan
wilayah dapat terpelihara. Sedangkan Hadjisaroso (1994) menyatakan bahwa
wilayah adalah sebutan untuk lingkungan pada umumnya dan tertentu
batasnya. Misalnya nasional adalah sebutan untuk wilayah dalam kekuasaan
Negara, dan daerah adalah sebutan untuk batas wilayah dalam batas
kewenangan daerah. Selanjutnya menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun
1992 tentang Penataan Ruang, wilayah diartikan sebagai kesatuan geografis
beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan
berdasarkan aspek administratif dan atau aspek fungsional.

14

Anda mungkin juga menyukai