Anda di halaman 1dari 272

BUKU I

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN


ATAS
LAPORAN KEUANGAN
PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR
TAHUN ANGGARAN 2009
DI
SURABAYA

PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR

Nomor : 116/R/XVIII.JATIM/07/2010
Tanggal : 05 Juli 2010
DAFTAR ISI

HALAMAN

DAFTAR ISI ............................................................................................................... i

OPINI BADAN PEMERIKSA KEUANGAN............................................................ 1

LAPORAN KEUANGAN POKOK ......................................................................... 3

1. NERACA KOMPARATIF.............................................................................. .... 3

2. LAPORAN REALISASI APBD.......................................................................... 6

3. LAPORAN ARUS KAS....................................................................................... 8

4. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN ................................................. 11

a. PENDAHULUAN .................................................................................. 11

b. EKONOMI MAKRO, KEBIJAKAN KEUANGAN DAN PENCAPAIAN


TARGET KINERJA APBD......................................................................... 15

c. IKHTISAR PENCAPAIAN KINERJA KEUANGAN................................ 44

d. KEBIJAKAN AKUNTANSI ..................................................................... 68

e. PENJELASAN POS-POS LAPORAN KEUANGAN................................. 86

f. PENJELASAN ATAS INFORMASI NONKEUANGAN 142

GAMBARAN UMUM PEMERIKSAAN .................................................................. 147

LAMPIRAN

PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR i


BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

OPINI BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

Kepada para pengguna laporan keuangan,

Berdasarkan Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan


Tanggung Jawab Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan
Pemeriksa Keuangan, Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) telah
memeriksa Neraca Pemerintah Provinsi Jawa Timur per 31 Desember 2009, Laporan Realisasi
Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir
pada tanggal tersebut. Laporan keuangan adalah tanggungjawab Pemerintah Provinsi Jawa
Timur. Tanggungjawab BPK RI adalah pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan
berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan.
BPK RI melaksanakan pemeriksaan berdasarkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara
(SPKN) yang ditetapkan oleh Badan Pemeriksa Keuangan. Standar tersebut mengharuskan
BPK RI merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan agar BPK RI memperoleh keyakinan
memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Suatu pemeriksaan meliputi
penilaian, atas dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan
dalam laporan keuangan. Pemeriksaan juga meliputi penilaian atas Standar Akuntansi
Pemerintahan yang digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat oleh Pemerintah Provinsi
Jawa Timur, serta penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. BPK RI
yakin bahwa pemeriksaan BPK RI memberikan dasar memadai untuk menyatakan pendapat.
Berdasarkan pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun
Anggaran 2009, BPK RI menemukan beberapa permasalahan yang berdampak pada kewajaran
laporan keuangan sebagai berikut :
1. Pada akun Belanja dengan nilai total sebesar Rp4.972.599.983.086,87 diketahui
penganggaran Belanja belum sepenuhnya berpedoman pada Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP) yang dapat mempengaruhi penyajian nilai anggaran dan realisasi
Belanja seperti pada uraian berikut:
a. Pada akun Belanja Barang dan Jasa dalam Laporan Realisasi Anggaran, terdapat
realisasi belanja sebesar Rp8.931.186.266,00 yang sebenarnya adalah pengadaan atas
Aset Tetap yang dapat dikapitalisasi. Belanja tersebut seharusnya dianggarkan dan
direalisasikan pada Belanja Modal. Hal tersebut diuraikan lebih lanjut dalam Temuan
Kepatuhan Nomor 11b;
b. Pada akun Belanja Barang dan Jasa diketahui terdapat pengeluaran sebesar
Rp6.813.343.100,00 yang direalisasikan untuk kegiatan Belanja Aset Tidak Berwujud
yang seharusnya dianggarkan di dalam Belanja Modal Aset Lainnya. Hal tersebut
diuraikan lebih lanjut dalam Temuan Kepatuhan Nomor 11c;
c. Pada akun Belanja Modal dengan nilai total sebesar Rp914.752.613.661,00 diketahui

PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR 1


2

terdapat pengeluaran sebesar Rp7.726.141.518,00 yang direalisasikan untuk


pengadaan barang dan jasa yang tidak memenuhi kriteria Aset Tetap. Hal tersebut
diuraikan lebih lanjut dalam Temuan Kepatuhan Nomor 11d.
2. Pada akun Pendapatan Asli Daerah diketahui terdapat penerimaan sebesar
Rp5.852.767.650,00 yang seharusnya merupakan Penerimaan Negara Bukan Pajak
(PNBP) dan harus disetorkan ke Kas Negara namun oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur
diakui sebagai Pendapatan Asli Daerah. Hal tersebut diuraikan lebih lanjut dalam Temuan
Kepatuhan Nomor 10.

Menurut pendapat BPK RI, kecuali untuk dampak atas hal-hal yang diungkapkan pada paragraf
sebelumnya, laporan keuangan yang disebut di atas menyajikan secara wajar, dalam semua hal
yang material, posisi keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur per 31 Desember 2009,
Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk
tahun yang berakhir pada tanggal tersebut sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.

Laporan hasil pemeriksaan atas kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dan sistem
pengendalian intern kami sajikan dalam bagian tersendiri yang tidak terpisahkan dari laporan
ini.

PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR


LAPORAN KEUANGAN POKOK
1. NERACA KOMPARATIF

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR


NERACA
PER 31 DESEMBER 2009 DAN 2008
(Dalam Rupiah)

URAIAN REF. 31 Desember 2009 31 Desember 2008

ASET
ASET LANCAR
Kas 1.959.934.255.142,48 2.063.118.059.972,69
Kas di Kas Daerah e.2)a)i)(1)(a) 1.911.066.094.106,55 2.007.849.923.476,24
Kas di Bendahara Pengeluaran e.2)a)i)(1)(b) 12.627.781.721,34 9.388.513.685,00
Kas di Bendahara Penerimaan e.2)a)i)(1)(c) 25.410.333,10 526.126.759,00
Kas di Rekening Fungsional RS e.2)a)i)(1)(d) 36.214.968.981,49 45.353.496.052,45
Piutang 255.251.371.965,50 148.750.950.229,00
Piutang Pajak e.2)a)i)(2)(a) 98.690.090.860,00 103.772.313.389,00
Piutang Retribusi e.2)a)i)(2)(b) 1.700.065.512,37 42.544.340.213,00
Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran e.2)a)i)(2)(c) 2.214.262.350,00 867.469.581,00
Bagian Lancar Tuntutan Perbendaharaan (TP) e.2)a)i)(2)(d) 1.397.070.210,00 0,00
Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi (GR) e.2)a)i)(2)(e) 114.593.600,00 151.901.950,00
Piutang Lainnya e.2)a)i)(2)(f) 151.135.289.433,13 1.414.925.096,00
Persediaan e.2)a)i)(3) 65.498.884.115,51 37.185.792.821,64
Jumlah Aset Lancar 2.280.684.511.223,49 2.249.054.803.023,33

INVESTASI JANGKA PANJANG


Investasi Non Permanen
Investasi Dana Bergulir e.2)a)ii)(1) 421.265.700.850,00 403.995.700.850,00
Jumlah Investasi Non Permanen 421.265.700.850,00 403.995.700.850,00
Investasi Permanen
Penyertaan Modal Pemerintah Daerah e.2)a)ii)(2) 1.549.873.472.500,00 1.058.354.358.500,00
Jumlah Investasi Permanen 1.549.873.472.500,00 1.058.354.358.500,00
Jumlah Investasi Jangka Panjang 1.971.139.173.350,00 1.462.350.059.350,00

ASET TETAP e.2)a)iii)


Tanah e.2)a)iii)(1) 12.185.805.171.945,00 12.233.981.778.765,00
Peralatan dan Mesin e.2)a)iii)(2) 1.827.481.585.991,00 1.586.475.817.532,50
Gedung dan Bangunan e.2)a)iii)(3) 1.342.520.608.395,00 1.222.196.223.195,00
Jalan, Irigasi dan Jaringan e.2)a)iii)(4) 9.207.769.320.189,00 8.753.425.297.429,00
Aset Tetap Lainnya e.2)a)iii)(5) 22.556.222.711,00 14.092.522.448,00
Konstruksi Dalam Pengerjaan e.2)a)iii)(6) 178.451.871.255,00 214.118.574.305,00

3
4

URAIAN REF. 31 Desember 2009 31 Desember 2008

Jumlah Aset Tetap 24.764.584.780.486,00 24.024.290.213.674,50

DANA CADANGAN
Dana Cadangan e.2)a)iv) 41.500.000.000,00 41.500.000.000,00
Jumlah Dana Cadangan 41.500.000.000,00 41.500.000.000,00

ASET LAINNYA e.2)a)v)


Tuntutan Perbendaharaan e.2)a)v) 0,00 1.393.331.210,00
Tuntutan Ganti Rugi e.2)a)v) 0,00 84.636.400,00
Aset Tak Berwujud e.2)a)v) 73.651.138.162,00 37.593.548.920,00
Aset Lain-lain e.2)a)v) 0,00 10.000.000.000,00
Jumlah Aset Lainnya 73.651.138.162,00 49.071.516.530,00
JUMLAH ASET 29.131.559.603.221,50 27.826.266.592.577,80

KEWAJIBAN
Kewajiban Jangka Pendek
Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK) e.2)b)i)(1) 28.908.622.931,05 1.345.404.674,00
Utang Bunga e.2)b)i)(2) 85.900.921,00 311.583.296,00
Bagian Lancar Utang Jangka Panjang e.2)b)i)(3) 6.740.634.523,00 3.688.416.704,00
Utang Belanja e.2)b)i)(4) 14.939.628.053,00 130.145.046,00
Utang Bagi Hasil Pajak e.2)b)i)(5) 386.315.937.984,80 429.883.517.509,04
Utang Bagi Hasil Bukan Pajak e.2)b)i)(6) 5.534.830.918,45 4.357.864.703,26
Utang Lain-lain e.2)b)i)(7) 13.384.357.704,50 3.162.431.412,00
Jumlah Kewajiban Jangka Pendek 455.909.913.035,80 442.879.363.344,30

Kewajiban Jangka Panjang


Utang Jangka Panjang Lainnya e.2)b)ii)(1) 0,00 2.870.634.523,00
Jumlah Kewajiban Jangka Panjang 0,00 2.870.634.523,00
JUMLAH KEWAJIBAN 455.909.913.035,80 445.749.997.867,30

EKUITAS DANA
Ekuitas Dana Lancar
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) e.2)c)i)(1) 1.930.998.872.518,32 2.062.591.933.213,69
Pendapatan yang Ditangguhkan e.2)c)i)(2) 26.759.693,11 526.126.759,00
Cadangan Piutang e.2)c)i)(3) 255.251.371.965,50 148.750.950.229,00
Cadangan Persediaan e.2)c)i)(4) 65.498.884.115,51 37.185.792.821,64
Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran
e.2)c)i)(5) (427.001.290.104,75) (442.879.363.344,30)
Utang Jangka Pendek
Jumlah Ekuitas Dana Lancar 1.824.774.598.187,69 1.806.175.439.679,03

Ekuitas Dana Investasi


Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang e.2)c)ii)(1) 1.971.139.173.350,00 1.462.350.059.350,00
Diinvestasikan dalam Aset Tetap e.2)c)ii)(2) 24.764.584.780.486,00 24.024.290.213.674,50
Diinvestasikan dalam Aset Lainnya e.2)c)ii)(3) 73.651.138.162,00 49.071.516.530,00
Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran
e.2)c)ii)(4)
Utang Jangka Panjang 0,00 (2.870.634.523,00)
Jumlah Ekuitas Dana Investasi 26.809.375.091.998,00 25.532.841.155.031,50
5

URAIAN REF. 31 Desember 2009 31 Desember 2008

Ekuitas Dana Cadangan


Diinvestasikan dalam Dana Cadangan e.2)c)iii) 41.500.000.000,00 41.500.000.000,00
Jumlah Ekuitas Dana Cadangan 41.500.000.000,00 41.500.000.000,00
JUMLAH EKUITAS DANA 28.675.649.690.185,70 27.380.516.594.710,50
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA 29.131.559.603.221,50 27.826.266.592.577,80

Catatan atas Laporan Keuangan merupakan Bagian yang Tidak Terpisahkan dari
Laporan Keuangan Utama ini
2. LAPORAN REALISASI ANGGARAN

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR


LAPORAN REALISASI ANGGARAN
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2009 DAN 2008

(Dalam Rupiah)
TAHUN 2009
REALISASI
URAIAN REF.
ANGGARAN REALISASI % TAHUN 2008

PENDAPATAN 6.691.922.350.214,00 7.827.694.815.532,50 116,97 7.075.105.412.658,91


PENDAPATAN ASLI DAERAH 4.629.195.945.000,00 5.708.040.337.081,51 123,31 5.212.319.315.953,91
Pendapatan Pajak Daerah e.2)a)i) 3.967.125.000.000,00 4.891.816.302.939,00 123,31 4.481.791.543.639,05
Pendapatan Retribusi Daerah e.2)a)ii) 62.590.578.000,00 75.609.005.674,00 120,80 309.323.367.729,22
Pendapatan Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah yang e.2)a)iii) 219.293.650.000,00 227.446.225.641,31 103,72 195.402.283.657,46
dipisahkan
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah
e.2)a)iv) 380.186.717.000,00 513.168.802.827,20 134,98 225.802.120.928,18
yang sah

PENDAPATAN TRANSFER 2.049.440.405.214,00 2.097.621.558.980,00 102,35 1.838.998.628.669,00


Transfer Pemerintah Pusat
e.2)b)i) 2.049.440.405.214,00 2.093.556.408.980,00 102,15 1.798.151.002.969,00
Dana Perimbangan
Transfer Pemerintah Pusat
e.2)b)ii) 0,00 4.065.150.000,00 0,00 40.847.625.700,00
lainnya

LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG


13.286.000.000,00 22.032.919.470,99 165,84 23.787.468.036,00
SAH
Pendapatan Hibah e.2)c) 13.286.000.000,00 22.032.919.470,99 165,84 23.787.468.036,00
JUMLAH PENDAPATAN 6.691.922.350.214,00 7.827.694.815.532,50 116,97 7.075.105.412.658,91

BELANJA 5.677.962.731.582,00 4.972.599.983.086,87 87,58 5.170.496.732.043,05


BELANJA OPERASI e.3)a) 4.689.620.031.480,00 4.134.613.371.379,87 88,16 4.598.183.700.513,05
Belanja Pegawai e.3)a)i) 1.825.485.276.207,00 1.558.376.286.524,00 85,37 1.443.479.399.210,00
Belanja Barang dan Jasa e.3)a)ii) 2.180.138.521.300,00 1.962.652.642.711,30 90,02 1.311.774.041.352,00
Belanja Bunga e.3)a)iii) 296.035.973,00 296.035.973,00 100,00 0,00
Belanja Hibah e.3)a)iv) 586.097.494.380,00 540.816.991.822,57 92,27 1.283.926.009.927,05
Belanja Bantuan Sosial e.3)a)v) 97.602.703.620,00 72.471.414.349,00 74,25 559.004.250.024,00

BELANJA MODAL e.3)b) 914.800.613.661,00 837.299.991.689,00 91,53 548.509.682.952,00


Belanja Tanah 40.526.033.430,00 26.618.820.180,00 65,68 29.586.381.609,00
Belanja Peralatan dan Mesin 255.591.293.252,00 241.109.481.911,00 94,33 120.327.684.042,00
Belanja Jalan, Irigasi dan
197.128.711.645,00 185.323.736.906,00 94,01 178.485.649.840,00
Jaringan
Belanja Gedung dan Bangunan 411.409.011.734,00 375.155.237.314,00 91,19 190.579.278.028,00

6
7

TAHUN 2009
REALISASI
URAIAN REF.
ANGGARAN REALISASI % TAHUN 2008

Belanja Aset Tetap Lainnya 10.097.563.600,00 9.045.325.378,00 89,58 2.853.361.553,00


Belanja Aset Lainnya 48.000.000,00 47.390.000,00 98,73 0,00
Belanja Modal Hibah 0,00 0,00 0,00 26.677.327.880,00

BELANJA TAK TERDUGA e.3)c) 73.542.086.441,00 686.620.018,00 0,93 23.803.348.578,00


Belanja Tak Terduga 73.542.086.441,00 686.620.018,00 0,93 23.803.348.578,00

TRANSFER e.3)d) 2.717.202.483.145,00 2.629.438.824.440,00 96,77 1.469.284.197.122,00


Transfer/Bagi Hasil Pendapatan ke
2.717.202.483.145,00 2.629.438.824.440,00 96,77 1.469.284.197.122,00
Kabupaten/Kota
Bagi Hasil Pajak ke Kabupaten
e.3)d)i) 1.900.348.473.009,00 1.872.401.105.023,00 98,53 1.441.802.067.998,00
dan Kota
Bagi Hasil Retribusi ke
e.3)d)i) 15.152.218.036,00 10.899.927.317,00 71,94 10.792.400.912,00
Kabupaten dan Kota
Transfer Bantuan Keuangan ke
e.3)d)ii) 801.701.792.100,00 746.137.792.100,00 93,07 16.689.728.212,00
Pemerintah Daerah lainnya

JUMLAH BELANJA DAN


8.395.165.214.727,00 7.602.038.807.526,87 90,55 6.639.780.929.165,05
TRANSFER

SURPLUS/(DEFISIT) e.3)e) (1.703.242.864.513,00) 225.656.008.005,63 (13,25) 435.324.483.493,86

PEMBIAYAAN 1.703.242.864.513,00 1.705.342.864.512,69 100,12 1.625.992.045.045,83


PENERIMAAN DAERAH e.4)a) 2.061.246.528.540,00 2.061.246.528.539,69 100,00 1.723.922.045.045,83
Penggunaan SILPA e.4)a)i) 2.061.246.528.540,00 2.061.246.528.539,69 100,00 1.277.566.811.356,22
Pencairan Dana Cadangan e.4)a)ii) 0,00 0,00 446.355.233.689,61
Jumlah Penerimaan
2.061.246.528.540,00 2.061.246.528.539,69 100,00 1.723.922.045.045,83
Daerah

PENGELUARAN DAERAH 358.003.664.027,00 355.903.664.027,00 99,41 98.000.000.000,00


Penyertaan Modal Pemerintah
e.4)b)i) 352.692.000.000,00 350.592.000.000,00 99,40 98.000.000.000,00
Daerah
Pembayaran Pokok Pinjaman
dalam Negeri-Lembaga e.4)b)ii) 5.311.664.027,00 5.311.664.027,00 100,00 0,00
Keuangan Bank
Jumlah Pengeluaran 358.003.664.027,00 355.903.664.027,00 99,41 98.000.000.000,00
Pembiayaan Neto 1.703.242.864.513,00 1.705.342.864.512,69 100,12 1.625.922.045.045,83
Sisa Lebih (Kurang) Pembiayaan
e.5) 0,00 1.930.998.872.518,32 2.061.246.528.539,69
Anggaran (SILPA)

Catatan atas Laporan Keuangan merupakan Bagian yang Tidak Terpisahkan dari
Laporan Keuangan Utama ini
3. LAPORAN ARUS KAS

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR


LAPORAN ARUS KAS
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2009 DAN 2008

(Dalam Rupiah)

URAIAN REF. Tahun 2009 Tahun 2008

ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI e.2)a)


Arus Masuk Kas e.2)a)i)
Pajak Daerah e.2)a)i)(1) 4.891.816.302.939,00 4.481.791.543.639,05
Retribusi Daerah e.2)a)i)(2) 75.609.005.674,00 61.050.477.348,00
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan e.2)a)i)(3) 227.446.225.641,31 195.402.283.657,46
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah e.2)a)i)(4) 220.131.615.184,26 218.086.900.824,74
Dana Bagi Hasil Pajak e.2)a)i)(5) 736.758.443.445,00 700.206.917.652,00
Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam) e.2)a)i)(6) 220.318.615.535,00 75.083.458.317,00
Dana Alokasi Umum e.2)a)i)(7) 1.118.478.350.000,00 1.022.860.627.000,00
Dana Alokasi Khusus e.2)a)i)(8) 18.001.000.000,00 0,00
Pendapatan Hibah e.2)a)i)(9) 22.032.919.470,99 23.787.468.036,00
Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus e.2)a)i)(10) 4.065.150.000,00 40.847.625.700,00
Dana Darurat 0,00 0,00
Pendapatan Lainnya 0,00 0,00
Jumlah Arus Masuk Kas dari Aktivitas Operasi 7.534.657.627.889,56 6.819.117.302.174,25

Arus Keluar Kas e.2)a)ii)


Belanja Pegawai e.2)a)ii)(1) 1.436.673.623.926,00 1.344.594.972.791,00
Belanja Barang dan Jasa e.2)a)ii)(2) 1.810.695.979.949,60 1.183.520.470.454,00
Belanja Bunga 0,00 0,00
Belanja Subsidi 0,00 0,00
Belanja Hibah e.2)a)ii)(3) 540.816.991.822,57 1.283.926.009.927,05
Belanja Bantuan Sosial e.2)a)ii)(4) 72.471.414.349,00 559.004.250.024,00
Belanja Bagi Hasil ke Kabupaten/Kota e.2)a)ii)(5) 1.883.301.032.340,00 1.452.594.468.910,00
Belanja Bantuan Keuangan e.2)a)ii)(6) 746.137.792.100,00 16.689.728.212,00
Belanja Tak Terduga e.2)a)ii)(7) 686.620.018,00 23.803.348.578,00
Jumlah Arus Keluar Kas dari Aktivitas Operasi 6.490.783.454.505,17 5.864.133.248.896,05

Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi 1.043.874.173.384,39 954.984.053.278,20

ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI ASET NON


e.2)b)
KEUANGAN
Arus Masuk Kas e.2)b)i)
Pendapatan Penjualan Tanah 347.396.034,00 403.312.279,00

8
9

URAIAN REF. Tahun 2009 Tahun 2008

Pendapatan Penjualan atas Peralatan dan Mesin 29.660.000,00 24.400.000,00


Pendapatan Penjualan atas Gedung dan Bangunan 109.703.500,00 15.250.000,00
Pendapatan Penjualan atas Jalan,Irigasi,dan Jaringan 0,00 0,00
Pendapatan Penjualan atas Aset Tetap Lainnya 940.527.480,00 0,00
Pendapatan Penjualan atas Aset Lainnya 0,00 0,00
Jumlah Arus Kas Masuk dari Aktivitas Investasi
1.427.287.014,00 442.962.279,00
Aset Nonkeuangan

Arus Keluar Kas e.2)b)ii)


Belanja Modal Pengadaan Tanah 26.618.820.180,00 29.586.381.609,00
Belanja Modal Pengadaan Peralatan dan Mesin 220.950.824.997,00 102.196.546.775,00
Belanja Modal Pengadaan Gedung dan Bangunan 375.155.237.314,00 178.485.649.840,00
Belanja Modal Pengadaan Jalan, Irigasi, dan Jaringan 185.276.293.906,00 190.579.278.028,00
Belanja Modal Pengadaan Aset Tetap Lainnya 8.808.837.798,00 2.674.823.153,00
Belanja Aset Lainnya 47.390.000,00 26.677.327.880,00
Jumlah Arus Kas Keluar dari Aktivitas Investasi
816.857.404.195,00 530.200.007.285,00
Aset Nonkeuangan

Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi Nonkeuangan (815.430.117.181,00) (529.757.045.006,00)

ARUS KAS DARI AKTIVITAS PEMBIAYAAN e.2)c)


Arus Masuk Kas e.2)c)i)
Pencairan Dana Cadangan 0,00 446.355.233.689,61
Hasil Penjualan Aset/Kekayaan Daerah yg Dipisahkan 0,00 0,00
Penerimaan Pinjaman dan Obligasi 0,00 0,00
Penerimaan Kembali Pinjaman 0,00 0,00
Penerimaan Piutang 0,00 0,00
Jumlah Arus Kas Masuk dari Aktivitas
0,00 446.355.233.689,61
Pembiayaan

Arus Keluar Kas e.2)c)ii)


Pembentukan Dana Cadangan 0,00 0,00
Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah 350.592.000.000,00 98.000.000.000,00
Pembayaran Pokok Utang Pinjaman dan Obligasi 0,00 0,00
Pemberian Pinjaman 0,00 0,00
Jumlah Arus Kas Keluar dari Aktivitas
350.592.000.000,00 98.000.000.000,00
Pembiayaan

Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pembiayaan (350.592.000.000,00) 348.355.233.689,61

ARUS KAS DARI AKTIVITAS NON ANGGARAN e.2)d)


Arus Masuk Kas
Mutasi Kas Bendahara Penerimaan ke Kas Daerah e.2)d)i) 1.038.814.846,20 0,00
Penerimaan sisa UP/GU/TU Tahun Berjalan 0,00 0,00
Pertanggungjawaban Bendahara Pengeluaran 0,00 0,00
Penerimaan Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) e.2)d)ii)(1) 254.716.904.869,00 173.266.205.840,00
Jumlah Arus Kas Masuk dari Aktivitas Non
255.755.719.715,20 173.266.205.840,00
Anggaran
10

URAIAN REF. Tahun 2009 Tahun 2008

Arus Keluar Kas


Pengeluaran SP2D UP/GU/TU 0,00 0,00
Pengeluaran Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) e.2)d)ii)(2) 227.136.949.869,00 173.266.205.840,00
Jumlah Arus Kas Keluar dari Aktivitas Non
227.136.949.869,00 173.266.205.840,00
Anggaran

Arus Kas Bersih dari Aktivitas Non Anggaran 28.618.769.846,20 0,00

Kenaikan/Penurunan Kas e.1)b) (93.529.173.950,41) 773.582.241.961,81

Saldo Awal Kas di BUD/Kas Daerah e.1)a) 2.015.893.032.487,24 1.242.310.790.525,43


Kas di Kas Daerah 2.007.849.923.476,24 1.237.638.636.382,43
Kas di Bendahara Pengeluaran 8.043.109.011,00 4.672.154.143,00

Saldo Akhir Kas di BUD/Kas Daerah e.1)c) 1.922.363.858.536,83 2.015.893.032.487,24


Kas di Kas Daerah 1.911.066.094.106,55 2.007.849.923.476,24
Kas di Bendahara Pengeluaran 11.297.764.430,28 8.043.109.011,00

Saldo Akhir Kas di Bendahara Pengeluaran e.1)c) 1.330.017.291,06 1.345.404.674,00


PFK di Bendahara Pengeluaran (GU) 1.328.667.931,05 1.345.404.674,00
Pendapatan ditangguhkan pada Bendahara
1.349.360,01 0,00
Pengeluaran (Jasa Giro)

Saldo Akhir Kas di Bendahara Penerimaan e.1)c) 25.410.333,10 526.126.759,00

Saldo Akhir Kas di Rekening Fungsional RS e.1)c) 36.214.968.981,49 45.353.496.052,45

Saldo Akhir Kas e.1)c) 1.959.934.255.142,48 2.063.118.059.972,69


Catatan atas Laporan Keuangan merupakan Bagian yang Tidak Terpisahkan dari
Laporan Keuangan Utama ini
11

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
4. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN


PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

a. PENDAHULUAN
1) Latar Belakang
Wujud nyata dari perubahan paradigma yang menjadikan pembangunan
sebagai acuan kerja pemerintahan ke paradigma pelayanan dan pemberdayaan
sebagai landasan kerja pemerintah adalah ditetapkannya Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33
Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Daerah. Salah satu perubahan mendasar dari paradigma tersebut adalah adanya
reformasi dalam pelaksanaan otonomi daerah, yang memberikan kewenangan
lebih besar dalam bidang politik, pengelolaan keuangan daerah dan pemanfaatan
sumber-sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat lokal, yang bermuara
pada terciptanya dinamika serta corak pembangunan baru di daerah.
Implementasi reformasi di bidang pengelolaan keuangan adalah Undang-
Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Dalam Undang-
Undang tentang Keuangan Negara ini dijabarkan aturan-aturan pokok yang
merupakan pencerminan best practices (penerapan kaidah-kaidah yang baik)
dalam pengelolaan keuangan negara, antara lain:
akuntabilitas berorientasi pada hasil
profesionalitas
proporsionalitas
keterbukaan dalam pengelolaan keuangan negara
pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri
Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan
akuntabilitas pengelolaan keuangan negara adalah penyampaian laporan
pertanggungjawaban keuangan pemerintah yang memenuhi prinsip-prinsip tepat
waktu dan disusun dengan mengikuti standar akuntansi pemerintahan yang telah
diterima secara umum. Pada Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang
Keuangan Negara khususnya pasal 30, 31 dan pasal 32 disebutkan bahwa
Presiden/Gubernur/Bupati/Walikota menyampaikan pertanggungjawaban
pelaksanaan APBN/APBD kepada DPR/DPRD berupa laporan keuangan.
Laporan keuangan dimaksud meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca,
Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK). Laporan
keuangan tersebut disusun dan disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP).
Tidak berhenti hanya sampai disitu, selanjutnya ditetapkan Undang-
Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, yang

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
12

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
mengamanatkan pula agar segera disusun standar akuntansi pemerintahan.
Menindaklanjuti semua peraturan tersebut serta perlunya pedoman yang
mengatur kesamaan dalam penerapan prinsip-prinsip akuntansi maka ditetapkan
Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan yang berlanjut dengan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun
2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah serta ketentuan teknisnya Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
Dalam pelaporan keuangan dibedakan menjadi 2 (dua) entitas yaitu entitas
pelaporan dan entitas akuntansi. Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan
daerah yang terdiri dari satu atau lebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan
peraturan perundang-undangan wajib menyampaikan laporan
pertanggungjawaban berupa laporan keuangan. Entitas pelaporan adalah
pemerintah daerah atau satuan organisasi di lingkungan pemerintah daerah atau
organisasi lainnya jika menurut peraturan perundang-undangan satuan organisasi
dimaksud wajib menyajikan laporan keuangan. Entitas pelaporan dalam hal ini
adalah Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Entitas akuntansi adalah unit
pemerintahan pengguna anggaran/pengguna barang dan oleh karenanya wajib
menyelenggarakan akuntansi dan menyusun laporan keuangan untuk
digabungkan pada entitas pelaporan. Entitas akuntansi dalam hal ini adalah
Satuan Kerja Perangkat Daerah ( SKPD ) yang berada di lingkup Pemerintah
Provinsi Jawa Timur.
Laporan keuangan yang disusun oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur
menginformasikan posisi keuangan dan seluruh transaksi selama periode
pelaporan, selain itu juga berfungsi membandingkan realisasi pendapatan dan
belanja dengan anggaran yang telah ditetapkan. Membantu dalam menilai kondisi
keuangan, efektif dan efisiensi dalam penyelenggaraan pelaksanaan realisasi
anggaran serta menentukan ketaatan terhadap kewajiban untuk melaporkan
upaya-upaya yang telah dilakukan dalam pengelolaan keuangan daerah.
2) Maksud dan tujuan penyusunan laporan keuangan
Sesuai dengan asas umum pengelolaan keuangan daerah yang ditetapkan
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah pasal 4, yaitu:
1. Keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-
undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan dan bertanggungjawab
dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan dan manfaat untuk
masyarakat.
2. Pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan dalam suatu sistem yang
terintegrasi yang diwujudkan dalam APBD yang setiap tahun ditetapkan
dengan peraturan daerah.
Sebagai upaya perwujudan Good Governance serta taat asas, maka
pelaporan keuangan pemerintah seharusnya menyajikan informasi yang
bermanfaat bagi para pengguna laporan dalam menilai akuntabilitas dan membuat
keputusan baik keputusan ekonomi, sosial, maupun politik dengan menyediakan

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
13

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
informasi yang berkaitan dengan keuangan dalam hal pendapatan, belanja,
pembiayaan, aset, kewajiban, ekuitas dana dan arus kas.
Maksud penyusunan Laporan Keuangan ini adalah wujud
pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD dalam menjelaskan kinerja
penyelenggaraan pemerintahan kepada masyarakat. Pertanggungjawaban ini
bukanlah semata-mata dimaksudkan sebagai upaya untuk menemukan kelemahan
pelaksanaan pemerintahan daerah melainkan untuk melaksanakan asas efisiensi,
efektifitas, serta fungsi pengawasan DPRD terhadap jalannya pemerintahan.
Tujuan penyusunan laporan keuangan adalah menyajikan informasi
mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, arus kas dan kinerja keuangan
suatu entitas pelaporan yang secara spesifik tidak hanya bermanfaat bagi para
pengguna dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber
daya tapi juga berguna dalam pengambilan keputusan serta menunjukkan
akuntabilitas entitas pelaporan atas sumber daya yang dipercayakan dengan:
a. Menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode berjalan
untuk membiayai seluruh pengeluaran;
b. Menyediakan informasi mengenai kesesuaian cara memperoleh sumber daya
ekonomi dan alokasinya dengan anggaran yang ditetapkan dan peraturan
perundang-undangan;
c. Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang
digunakan dalam kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telah
dicapai;
d. Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan mendanai
seluruh kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya;
e. Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi entitas
pelaporan berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya, baik jangka
pendek maupun jangka panjang, termasuk yang berasal dari pungutan pajak
dan pinjaman;
f. Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas
pelaporan, apakah mengalami kenaikan atau penurunan, sebagai akibat
kegiatan yang dilakukan selama periode pelaporan;
Maka berdasarkan ketentuan yang ada dalam peraturan-peraturan yang
telah disampaikan sebelumnya, Laporan keuangan Pemerintah Provinsi Jawa
Timur ini disusun sebagai Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun Anggaran 2008 yang tertuang
dalam Peraturan Daerah Nomor 13 tahun 2007 dan Perubahan APBD (P-APBD)
Tahun Anggaran 2008 sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 06 tahun 2008.
3) Landasan hukum :
Landasan hukum penyusunan laporan keuangan yaitu :
a) UUD 1945 pasal 23;
b) UU Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, pasal 31 ayat (1)
Gubernur menyampaikan rancangan peraturan daerah tentang
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa laporan
keuangan yang telah diperiksa oleh Badan Pemerinksa Keuangan, selambat-
lambatnya 6 bulan setelah tahun anggaran berakhir ;
c) UU Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, pasal 31 ayat (2)
Laporan keuangan dimaksud setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
14

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
APBD, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan,
yang dilampiri dengan laporan keuangan perusahaan;
d) UU Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, pasal 56 ayat (1)
Kepala Satuan Kerja Pengelolaan Keuangan Daerah selaku Pejabat Pengelola
Keuangan Daerah menyusun laporan keuangan pemerintah daerah untuk
disampaikan kepada Gubernur dalam rangka memenuhi pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD;
e) UU Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggungjawab Keuangan Negara, yang menetapkan bahwa Laporan
Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Audited) disusun berdasarkan
Standart Akuntansi Pemerintahan yang telah dikoreksi atau disesuaikan
menurut hasil pemeriksaan BPK;
f) UU Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah , pasal 184 ;
g) UU Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, pasal 2 dan pasal 81;
h) Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan;
i) Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah;
j) Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2006 tentang Laporan Keuangan dan
Kinerja Instansi Pemerintah;
k) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah;
l) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan
atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah;
m) Surat Edaran Menteri Dalam Negeri tanggal 5 April 2007 Nomor
900/316/BAKD/ 2007 tentang Pedoman Sistem dan Prosedur Penatausahaan
dan Akuntansi, Pelaporan, dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah;
n) Surat Edaran Menteri Dalam Negeri tanggal 4 September 2007 Nomor
900/743/BAKD perihal Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah;
o) Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah Provinsi Jawa Timur;
p) Peraturan Daerah Nomor 82 Tahun 2009 tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) Provinsi
Jawa Timur;
q) Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor 188/436/KPTS/013/2008 tentang
Pedoman Kerja dan Pelaksanaan Tugas Pemerintah Provinsi Jawa Timur
Tahun 2009.
r) Peraturan Daerah Nomor 15 tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Tahun Anggaran 2009 Provinsi Jawa Timur;
s) Peraturan Daerah Nomor 08 tahun 2009 tentang Perubahan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2009 Provinsi Jawa Timur;
t) Peraturan Gubernur Nomor 165 tahun 2009 tentang Penjabaran Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2009 Provinsi Jawa Timur;

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
15

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
u) Peraturan Gubernur Nomor 58 tahun 2009 tentang Perubahan Penjabaran
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2009 Provinsi
Jawa Timur.
4) Sistematika penulisan Catatan atas Laporan Keuangan
1. Pendahuluan
Memuat penjelasan mengenai Latar belakang, maksud dan tujuan
penyusunan laporan keuangan, landasan hukum penyusunan laporan
keuangan dan sistematika isi catatan atas laporan keuangan
2. Ekonomi Makro, Kebijakan Keuangan dan Pencapaian Target Kinerja
APBD.
Ekonomi makro yang mendasari penyusunan Laporan Keuangan APBD,
serta perubahan anggaran yang dilakukan. Kebijakan Keuangan, mengenai
kebijakan keuangan. Indikator pencapaian target kinerja APBD, menyajikan
informasi tentang indikator pencapaian target kinerja APBD.
3. Ikhtisar Pencapaian Kinerja Keuangan.
Ikhtisar realisasi pencapaian target kinerja keuangan, memuat realisasi
pencapaian efektifitas dan efisiensi dari target kinerja keuangan. Hambatan
dan kendala yang ada dalam pencapaian target yang telah ditetapkan.
4. Kebijakan Akuntansi.
Entitas pelaporan keuangan daerah, memuat informasi tentang entitas
akuntansi dan entitas pelaporan keuangan daerah.
Basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan, basis
pengukuran yang mendasari penyusunan laporan keuangan, penerapan
kebijakan akuntansi berkaitan dengan ketentuan yang ada dalam standar
akuntansi pemerintah.
5. Penjelasan Pos-pos Laporan Keuangan
Rincian dan penjelasan masing-masing pos-pos pelaporan keuangan,
pendapatan, belanja, pembiayaan, aset, kewajiban, ekuitas dana, Arus Kas
dan pengungkapan atas pos-pos aset dan kewajiban yang timbul sehubungan
dengan penerapan basis akrual atas pendapatan dan belanja dan
rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas, untuk entitas pelaporan yang
menggunakan basis akrual. Serta penjelasan Laporan Kinerja Keuangan
APBD dan Ikhtisar Laporan Keuangan BUMD.
6. Penjelasan atas Informasi-informasi Non-Keuangan
Memuat informasi tentang hal-hal yang belum diinformasikan dalam bagian
manapun dari laporan keuangan

b. EKONOMI MAKRO, KEBIJAKAN KEUANGAN DAN PENCAPAIAN


TARGET KINERJA APBD.
1) Ekonomi Makro
Kerangka Ekonomi Makro dan Pembiayaan Pembangunan Jawa Timur
Tahun 2009, adalah merupakan prediksi ekonomi makro tahun 2009. Kedua hal
ini, diupayakan dalam kondisi positif melalui langkah-langkah kebijakan untuk
menghadapi tantangan pembangunan yang dihadapi dalam rangka pencapaian
agenda pembangunan tahun 2009.

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
16

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
Pemerintah Provinsi Jawa Timur dalam melaksanakan pembangunan
tahun 2009 selalu mempertimbangkan perkembangan yang dicapai pada
sebelumnya serta melihat prospek kedepan, yang mendasarkan pada besaran-
besaran asumsi makro ekonomi Jawa Timur Tahun 2009, termasuk faktor-faktor
internal maupun ekternal yang dapat mempengaruhi perekonomian Jawa Timur.
Kinerja ekonomi makro Jawa Timur tersebut meliputi antara lain Laju
Pertumbuhan Ekonomi, Laju Inflasi, Pertumbuhan PDRB Sektoral, Pendapatan
per Kapita, Indeks Daya Beli, Indeks Disparitas Wilayah, Nilai Tukar Petani,
Nilai Tukar Nelayan, ICOR, Ekspor-Impor, Tingkat Pengangguran Terbuka,
ILOR, Prosentase Kemiskinan serta Indeks Pembangunan Manusia, yang secara
garis besar dapat kami uraikan berikut ini.
Kondisi ekonomi makro Jawa Timur Tahun 2009 dilihat dari indikator
Laju Pertumbuhan Ekonomi mencapai sebesar 5,01 persen. Besaran ini memang
tidak sebaik tahun 2008 yang mencapai sebesar 5,94 persen, namun kondisi ini
masih tumbuh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional yang
mencapai sebesar 4,50 persen, yang berarti masih tumbuh diatas rata-rata
pertumbuhan ekonomi nasional.
Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur tahun 2009 lebih rendah dari tahun
2008, hal ini terjadi karena krisis keuangan global di negara-negara maju yang
terjadi pada bulan Agustus 2007 mulai berdampak di Negara-negara maju pada
bulan Oktober 2008 telah berimbas juga ke negara-negara lain seperti Kawasan
Eropa dan Asia Timur Raya.
Imbas ini terjadi karena sebagian besar negara yang terkena ddampak
krisis keuangan diantaranya adalah merupakan negara-negara tujuan ekspor
perdagangan Jawa Timur, sehingga sangat berpengaruh terhadap lesunya pasar
yang menyebabkan turunnya daya beli.
Pengaruh kondisi pasar eksternal ini akhirnya melemahkan transaksi
produk barang dan jasa domestik di luar negeri, sehingga berdampak terhadap
tingginya biaya produksi perusahaan-perusahaan dalam negeri.
Beruntunglah bagi Jawa Timur, bahwa imbas krisis yang dirasakan oleh
perusahaan-perusahaan di Jawa Timur tidak sampai berdampak terhadap
kebijakan perusahaan untuk melakukan PHK, karena masih tertutupi oleh kinerja
perdagangan regional antar pulau Jawa Timur terutama untuk tujuan ke Wilayah
Indonesia Bagian Timur yang justru mengalami peningkatan cukup tinggi,
sehingga mampu memperlancar aliran cash flow perusahaan, dan tidak sampai
menimbulkan dampak terhadap kebijakan perusahaan untuk melakukan
pengurangan tenaga kerja.
Kondisi perusahaan yang sehat ini memberikan dampak positif terhadap
perusahaan yang tidak menaikkan harga barang-barang kebutuhan di Jawa Timur,
sehingga harga produksi barang dan jasa cukup terkendali. Terkendalinya harga
ini menjadikan tekanan laju inflasi Jawa Timur menurut tahun kalender 2009 (y-
o-y) cukup rendah yaitu sebesar 3,62 persen, jauh lebih rendah bila dibandingkan
tahun 2008 sebesar 9,47 persen.
Laju Inflasi tahun kalender 2009 yang tertinggi terjadi di Kabupaten
Tulungagung sebesar 4,64 persen diikuti oleh Kabupaten Tuban sebesar 4,24
persen, kemudian Kabupaten Banyuwangi 4,21 persen, Kabupaten Jember 3,66
persen, Kota Kediri 3,60 persen, Kota Probolinggo 3,55 persen, Kota Madiun

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
17

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
3,40 persen, Kota Malang dan Kota Surabaya masing-masing sebesar 3,39
persen, dan Kabupaten Sumenep sebesar 2,73 persen.
Selama bulan Januari sampai dengan Desember 2009 Jawa Timur
mengalami inflasi 3,62 persen. Dibandingkan kumulatif inflasi bulan yang sama
tahun 2007 dan 2008 sebesar 6,48 persen dan 9,66 persen, kumulatif inflasi Jawa
Timur bulan Desember 2009 ini masih terlihat lebih rendah.
Inflasi bulan Desember dipicu oleh naiknya harga yang ditunjukkan oleh
kenaikan indeks dari seluruh kelompok pengeluaran yaitu: kelompok bahan
makanan naik 0,94 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok &
tembakau naik 0,78 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas & bahan bakar
naik 0,25 persen, kelompok sandang naik 1,06 persen, kelompok kesehatan naik
0,13 persen, kelompok pendidikan, rekreasi & olahraga naik 0,02 persen dan
kelompok transpor, komunikasi & jasa keuangan naik 0,05 persen.
Kinerja makro ekonomi Jawa Timur lainnya yang menunjukkan
peningkatan dilihat dari pertumbuhan PDRB sektoral yang merupakan sector-
sektor strategis dan potensial di Jawa Timur, nampaknya kontribusi pertumbuhan
sector PDRB mengalami perubahan.
Komponen sector yang memberikan kontribusi besar terhadap
pertumbuhan ekonomi Jawa Timur tahun 2009 nampaknya terjadi pergeseran,
seiring pesatnya perkembangan kebutuhan masyarakat terhadap pentingnya
sarana dan prasarana angkutan dan pemanfaatan teknologi informasi untuk
aktivitas social dan ekonomi sehari-hari.
Hal ini nampak dari besarnya kontribusi dari sector Perdagangan,
Industri dan Pertanian bergeser ke sector Pengangkutan dan Komunikasi,
Konstruksi dan Pertanian. Walaupun, sumbangsih pertumbuhan sektor-sektor
tersebut, besaran total nilainya belum mampu menjadi tiga komponen sector
utama dalam pembentukan PDRB Jawa Timur.
Sektor yang mengalami pertumbuhan positif dan signifikan selama tahun
2009 yaitu sector Pengangkutan dan Komunikasi naik sebesar 3,76 persen (dari
sebesar 8,38 persen pada tahun 2008 menjadi 12,14 persen di tahun 2009).
Kemudian diikuti dengan sector Konstruksi naik sebesar 1,54 (dari sebesar 2,71
persen tahun 2008 menjadi sebesar 4,25 persen di tahun 2009). Selanjutnya,
sector Pertanian naik 0,89 (dari sebesar 3,12 persen pada tahun 2008 menjadi
sebesar 4,01 persen di tahun 2009).
Sedangkan, beberapa sector lainnya yang biasanya tumbuh positif pada
tahun 2009 terjadi penurunan, penurunan tertinggi terjadi pada sector
perdagangan, Hotel dan restoran sebesar 2,49 (dari sebesar 8,19 persen tahun
2008 menjadi sebesar 5,70 persen di tahun 2009).
Kemudian, sector Keuangan, Sewa dan Jasa Perusahaan turun sebesar
2,37 (dari sebesar 8,05 persen tahun 2008 menjadi sebesar 5,68 di tahun 2009).
Penurunan ini juga terjadi pada sector Pertambangan dan Penggalian yang turun
sebesar 2,30 (dari sebesar 9,36 persen tahun 2008 menjadi sebesar 7,06 persen di
tahun 2009). Selain itu, pada sector Industri Pengolahan juga mengalami
penurunan sebesar 1,74 (dari sebesar 4,36 persen pada tahun 2008 menjadi
sebesar 2,62 persen di tahun 2009).
Penurunan ini cukup wajar terjadi, mengingat imbas krisis keuangan
global sedikit banyak berpengaruh terhadap kinerja sektor Perdagangan dan

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
18

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
sector Industri di Jawa Timur, khususnya terhadap transaksi perdagangan ekspor
non migas ke negara tujuan utama yang terkena dampak krisis, sehingga
mengurangi jumlah pasar produksi ekspor dan menimbulkan biaya produksi
menjadi tinggi.
Dilihat dari perkembangan PDRB per kapita Atas Dasar Harga Berlaku
di Jawa Timur dari tahun ke tahun, nampak semakin menunjukkan peningkatan.
Pendapatan per Kapita masyarakat Jawa Timur, pada tahun 2009 mencapai
sebesar 18,35 Juta Rupiah lebih, yang berarti meningkat sebesar 1,59 Juta Rupiah
lebih, bila dibandingkan tahun 2008 yang sebesar 16,76 Juta Rupiah lebih.
Peningkatan pendapatan Jawa Timur yang diperoleh dari kontribusi
meningkatnya jumlah konsumsi masyarakat, naiknya pendapatan masyarakat,
serta jumlah pengeluaran pemerintah tersebut, ternyata masih dipengaruhi oleh
turunnya kontribusi ekspor non migas Jawa Timur, sebagai akibat imbas krisis
keuangan global yang dialami beberapa Negara tujuan ekspor Jawa Timur.
Peningkatan PDRB per kapita tersebut, disebabkan karena pertumbuhan
PDRB ADHB yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan
penduduk. Walaupun, pada tahun 2008 imbas Krisis Keuangan Global sudah
mulai berimbas ke Negara-negara lain, akan tetapi PDRB perkapita Jawa Timur
masih terus meningkat yaitu mencapai sebesar 18,35 Juta Rupiah atau meningkat
sebesar 1,66 Juta Rupiah atau naik 9,95 persen dibanding tahun 2008 sebesar
16,69 Juta Rupiah.
Indeks Daya Beli Masyarakat Jawa Timur tahun 2009 sebesar 64,77
meningkat sebesar 0,85 atau naik 1,33 persen bila dibandingkan tahun 2008 yang
mencapai sebesar sebesar 63,92. Tingkat Konsumsi Masyarakat Jawa Timur,
dilihat dari Persentase Konsumsi Rumah Tangga non Pangan tahun 2009
mencapai sebesar 47,26 persen, menurun sebesar 4,38 atau turun 8,48 persen bila
dibandingkan tahun 2008 sebesar 51,64 persen. Kemudian, dilihat dari Angka
Konsumsi Rumah Tangga per Kapita tahun 2009 sebesar 380,16 meningkat
sebesar 9,20 atau naik 2,48 persen bila dibandingkan tahun 2008 sebesar 370,96.
Dari sisi permintaan, konsumsi masih menjadi factor pendorong
pertumbuhan ekonomi, karena moment bulan puasa dan lebaran pada bulan
September 2009. Sedangkan pada sisi penawaran menunjukkan bahwa tiga sector
utama pendorong pertumbuhan ekonomi Jawa Timur mampu tumbuh dengan
baik, hal ini karena memenuhi permintaan masyarakat yang meningkat pada
bulan September 2009 yang lalu.
Indeks Disparitas Wilayah Jawa Timur dilihat dari Indeks Disparitas
Koefisen Varians Williamson tahun 2009 mencapai sebesar 115,76 mengalami
penurunan sebesar 0,05 atau turun 0,04 persen dibandingkan tahun 2008 sebesar
115,81. Penurunan ini menunjukkan bahwa upaya Pemerintah Jawa Timur untuk
mengurangi tingkat kesenjangan antar wilayah atau daerah menuai hasil,
meskipun besarannya masih sangat kecil, dan akan terus ditingkatkan pada tahun-
tahun mendatang.
Kesenjangan yang masih besar ini timbul diakibatkan adanya perbedaan-
perbedaan di daerah antara lain Pertama, dilihat dari ukuran-ukuran kemajuan
masyarakat dan wilayahnya. Masyarakatnya, bisa kita lihat dari derajat
pendidikan, derajat kesehatan, prosentase pengangguran dan prosentase

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
19

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
kemiskinan. Dan Kedua, dilihat dari wilayahnya, yaitu diukur dari pelayanan
jalan, listrik, telepon, perbankan, serta pelayanan pasar.
Selain itu, kebijakan jangka menengah di masing-masing wilayah
Kabupaten/Kota memiliki perbedaan secara politis, sebagai akibat setiap Kepala
Daerah terpilih memiliki visi dan misi serta prioritas program pembangunan
sesuai dengan kondisi permasalahan di daerah maupun kebutuhan mendasar
masyarakatnya.
Indeks Nilai Tukar Petani (NTP) tahun 2009 sebesar 99,24 (dengan
perhitungan tahun dasar 2007 = 100), mengalami peningkatan sebesar 2,3 persen
bila dibandingkan NTP tahun 2008 yaitu sebesar 97,01. Kondisi ini
menggambarkan bahwa peningkatan indeks penerimaan petani dari hasil
penjualan produksinya lebih tinggi dari indeks yang harus dibayar petani untuk
biaya produksi maupun konsumsi.
Peningkatan indeks NTP didukung oleh kenaikan NTP dari 4 (empat) sub
sector yaitu sub sector Tanaman Pangan sebesar 6,36 persen, sub sector
hortikultura sebesar 13,51 persen, sub sector peternakan sebesar 2,32 persen dan
sub sector perikanan sebesar 1,16 persen. Sedangkan NTP sub sector perkebunan
mengalami penurunan sebesar 7,71 persen.
Namun, capaian NTP tersebut belum begitu menggembirakan, sehingga
masih perlu terus diupayakan agar NTP dapat terus meningkat sehingga
kesejahteraan petani menjadi lebih baik lagi.
Pendapatan masyarakat dilihat dari tingkat kesejahteraan nelayan yang
diukur dengan Indeks Nilai Tukar Nelayan (NTN) tahun 2009 sebesar 140,10
(dengan perhitungan tahun dasar 2005 = 100), yang berarti turun sebesar 1,06
persen dibandingkan NTN tahun 2008 sebesar 141,63. Hal ini disebabkan karena
pada tahun 2009 hampir 50 persen komoditi ikan yang didata mengalami
penurunan harga.
Kemudian, kinerja makro ekonomi dilihat dari perkembangan indicator
Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Jawa Timur tahun 2009, mencapai
sebesar 3,60 meningkat sebesar 0,56 atau naik 18,42 persen bila dibandingkan
tahun 2008 sebesar 3,04. Hal ini berarti, untuk mencapai hal tersebut harus
membutuhkan aliran dana investasi sebesar 3,60 Milyar Rupiah lebih,
meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang membutuhkan aliran dana
investasi sebesar 3,04 Milyar Rupiah lebih.
Kinerja Ekspor non Migas Jawa Timur tahun 2009 mencapai sebesar
10.011,87 Juta Dolar Amerika atau naik sebesar 0,41 persen dibanding tahun
2008 sebesar 9.970,61 Juta Dolar Amerika. Sedangkan, kinerja Impor Non Migas
Jawa Timur tahun 2009 sebesar 9.130,22 Juta Dolar Amerika atau mengalami
penurunan sebesar 20,16 persen dibanding tahun 2008 sebesar 11.435,47 Juta
Dolar Amerika.
Sedangkan, kinerja sosial yaitu Tingkat Pengangguran Terbuka di Jawa
Timur tahun 2009 mencapai sebesar 5,08 persen mengalami penurunan
dibandingkan tahun 2008 yang mencapai sebesar 6,42 persen. Penurunan ini
menunjukkan bahwa meskipun kinerja pertumbuhan ekonomi tidak sebaik tahun
lalu, namun tidak sampai berdampak terhadap pengurangan tenaga kerja. Tetap
terkendali dan kondusifnya perekonomian Jawa Timur ditengah krisis keuangan

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
20

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
Negara-nagara maju, telah menciptakan peluang kerja dan menumbuhkan
kesempatan kerja baru.
Kondisi ini nampak dari jumlah pengangguran di Jawa Timur tahun 2009
menurun menjadi sebanyak 1 Juta 33 Ribu 512 Orang, yang berarti menurun
sebesar 262.801 Orang atau turun 25,43 persen, dibandingkan jumlah
pengangguran tahun 2008 sebanyak 1 Juta 296 ribu 313 Orang.
Kondisi krisis keuangan global yang terjadi di tahun 2008 lalu, sedikit
banyak berpengaruh terhadap perilaku masyarakat untuk mengambil inisiatif
sebagai upaya antisipasi apabila terjadi pengurangan tenaga kerja oleh
perusahaan. Namun, berbagai kebijakan fiscal Pemerintah yang bersifat insentif
mampu mengendalikan jumlah perusahaan yang akan melakukan pemutusan
hubungan kerja, sehingga jumlah pengangguran tidak semakin banyak.
Selain itu, indikator Incremental Labour Output Ratio (ILOR) tahun 2009
yang menunjukkan tingkat penyerapan tenaga kerja secara rata-rata di Jawa
Timur, mencapai sebesar 0,03 persen lebih baik dibandingkan tahun 2008 rata-
rata hanya sebesar 0,02 persen. Sedangkan, menurut per tahun mengalami
perbaikan, dari sebesar 0,01 persen pada tahun 2008 menjadi sebesar 0,03 persen
di tahun 2009.
Mencermati kondisi tersebut, ini menunjukkan bahwa perbandingan
antara penambahan penyerapan tenaga kerja dengan penambahan nilai ouput
memang masih kecil. Namun, seiring dengan berkurangnya jumlah pengangguran
di Jawa Timur, angka ILOR meningkat lagi menjadi sebesar 0,03. Ini artinya,
bahwa setiap penambahan 100 juta rupiah PDRB sudah mampu menyerap 3
(tiga) orang tenaga kerja.
Kondisi ini dapat dilihat dari jumlah tenaga kerja usia 15 tahun keatas di
tahun 2009 mencapai sebanyak 19 Juta Orang, ini artinya ada penambahan tenaga
kerja sebanyak 135 Ribu Orang, sehingga meningkatkan kontribusi terhadap
PDRB menjadi sebesar Rp.17 Trilyun lebih. Apabila dibandingkan dengan tahun
2008 bertambah menjadi sebanyak 18.882.277 Orang, yang berarti hanya
bertambah sebanyak 130.856 tenaga kerja. Penambahan ini memberikan
kontribusi peningkatan PDRB sebesar 16,9 Trilyun.
Selanjutnya, Prosentase Penduduk Miskin terhadap Jumlah Penduduk
Jawa Timur adalah menggunakan basic needs approach atau pendekatan
kebutuhan dasar, dimana pada tahun 2009 mencapai sebesar 16,68 persen, yang
berarti terjadi penurunan sebesar 1,83 atau turun 9,89 persen bila dibandingkan
tahun 2008 yang mencapai sebesar 18,51 persen.
Jumlah tersebut ditunjukkan dengan Prosentase Penduduk Miskin secara
keseluruhan menurut Katagori 2 dan 3 nampak terjadi penurunan, dari
sebelumnya sebesar 18,51 persen pada tahun 2008 kini tersisa menjadi sebesar
16,68 persen di tahun 2009.
Prosentase dimaksud, menunjukkan bahwa Jumlah Penduduk Miskin di
Jawa Timur terjadi penurunan dari sebanyak 9 Juta 75 Ribu 710 Jiwa pada tahun
2008, turun menjadi 9 Juta 49 Ribu 461 Jiwa di tahun 2009 yang berarti menurun
sebesar 26 Ribu 258 Jiwa.
Untuk indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Jawa Timur dari
tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2009 mencapai sebesar
70,98 meningkat bila dibandingkan tahun 2008 sebesar 70,38. Besaran ini masih

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
21

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
menempatkan posisi IPM Jawa Timur termasuk dalam katagori menengah atas
antara 66,00 sampai dengan 79,99.
Peningkatan ini masih perlu ditingkatkan lagi, karena belum didukung
indeks daya beli yang besarnya masih dibawah indeks harapan hidup dan indeks
pendidikan yang mencapai besaran rata-rata diatas 70,00.
Untuk mencapai IPM dalam katagori tinggi yaitu mencapai diatas 80,00
sampai dengan 100, Pemerintah Provinsi Jawa Timur harus melibatkan berbagai
unsur seperti Korporat, LSM, Media Massa, serta Lembaga dan Organisasi yang
lain seperti organisasi keagamaan, untuk mengupayakan perbaikan pada indeks
daya beli mencapai 65-70, sedangkan indeks harapan hidup dan pendidikan
ditingkatkan lagi menjadi diatas 75,00.
IPM Jawa Timur tahun 2009 yang mencapai sebesar 70,98 persen lebih
baik dari tahun 2008 sebesar 69,14 persen, kondisi ini mencerminkan terjadi
peningkatan pada tiga indeks atau indicator pendukungnya yaitu Indeks Lama
Hidup, Indeks Pendidikan dan Indeks Tingkat Kemampuan Memenuhi
Kebutuhan Hidup.
2) Kebijakan Keuangan
Secara garis besar, pengelolaan (manajemen) keuangan daerah dapat
dibagi menjadi dua bagian yaitu manajemen penerimaan daerah dan manajemen
pengeluaran daerah. Kedua komponen tersebut akan sangat menentukan
kedudukan suatu pemerintah daerah dalam rangka melaksanakan otonomi daerah.
Konsekuensi logis pelaksanaan otonomi daerah berdasarkan UU No. 32 tahun
2004 dan UU No. 33 tahun 2004 menyebabkan perubahan dalam manajemen
keuangan daerah. Perubahan tersebut antara lain adalah perlunya dilakukan
budgeting reform atau reformasi anggaran.
Kebijakan di bidang keuangan daerah meliputi 2 (dua) aspek penting
yaitu kebijakan di bidang penerimaan/pendapatan daerah (revenue policy) dan
kebijakan di bidang pembelanjaan keuangan daerah (expenditure policy).
Kebijakan di bidang keuangan daerah tersebut mempunyai nilai yang sama
penting dan masing-masing harus dapat bersinergi. Idealnya expenditure policy
adalah merupakan kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
disamping dapat meningkatkan penerimaan daerah. Sebaliknya revenue policy
dapat mendukung berbagai kebijakan anggaran, terutama pada sisi pengeluaran.
APBD merupakan instrumen untuk mengimplementasikan kebijakan
keuangan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah
dan DPRD serta ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Kebijakan pengelolaan
keuangan daerah meliputi 3 (tiga) aspek penting yaitu kebijakan bidang
pendapatan daerah, belanja daerah dan pembiayaan.
Terkait dengan pembahasan ini, belanja daerah diarahkan pada prinsip-
prinsip keadilan yang dapat dinikmati oleh seluruh kelompok masyarakat tanpa
dsikriminasi, khususnya dalam hal pelayanan public. Selanjutnya terhadap aspek
pembiayaan diarahkan pada prinsip-prinsip akurasi, efisiensi, efektivitas dan
profitabilitas.
Kebijakan keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
ditetapkan dengan memperhatikan kondisi umum yaitu Pendapatan yang terdiri
dari Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan Lain-lain Pendapatan yang
Sah, dengan prediksi kekuatan mencapai sebesar Rp.4,160 Trilyun lebih, Belanja

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
22

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
Daerah sebesar Rp.6,639 Trilyun sehingga terdapat penghematan belanja sebesar
Rp.674 Milyar lebih. Sedangkan pada sisi Pembiayaan realisasinya mencapai
sebesar Rp.1,625 Trilyun lebih untuk penyertaan modal.
Pemerintah Provinsi Jawa Timur dengan keterbatasan anggaran lebih
memfokuskan kebijakan pengelolaan keuangan daerah Jawa Timur pada 5 (lima)
permasalahan krusial yang menjadi isu strategis Jawa Timur tahun 2009, yaitu
meliputi:
1. Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu pilar penting dalam meningkatkan
kualitas sumber daya manusia, oleh karena itu, pembangunan pendidikan
harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan
mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi
tantangan sesuai tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional dan global.
Pembangunan pendidikan merupakan salah satu jalan untuk
menanggulangi kemiskinan, meningkatkan kesetaraan gender, pemahaman
nilai-nilai budaya dan miltikulturalisme serta meningkatkan keadilan sosial.
Kualitas pendidikan yang relatifn masih rendah dan belum mampu
memenuhi kebutuhan kompetensi peserta didik, terutama disebabkan belum
memadainya kualitas dan kuantitatif ktersediaan tenaga pendidik. Masih
rendahnya kesejahteraan pendidik, fasi;itas belajar mengajar belum tersedia
secara mencukupi dan biaya operasional pendidikan belum disediakan secara
memadai.
Isu strategis lainnya dalam pembangunan bidang pendidikan adalah
masih lebarnya kesenjangan partisipasi pendidikan, belum meratanya fasilitas
pendidikan menengah, masih rendahnya kualitas pendidikan, keterbatasan
pendidikan diniyah dan pesantren salafiyah serta belum efektif dan efisiennya
manajemen pendidikan.
2. Kesehatan
Pembangunan kesehatan di Jawa Timur saat ini menghadapi masalah
masih tingginya angka kesakitan, yaitu merebaknya beberapa jenis penyakit
misalnya polio, kasus gizi buruk, wabah demam berdarah, flu burung,
diare/muntaber dan HIV/AIDS. Selain itu, banyaknya peralatan kesehatan
yang sudah rusak ddan ketinggalan jaman serta gedung dan sarana prasarana
penunjang di rumah sakit dan puskesmas yang kurang memadai.
Isu-isu strategis lima tahun kedepan dalam pembangunan di bidang
kesehatan antara lain tingginya angka kematian ibu dan anak sserta gizi
buruk. Rendahnya kesadaran masyarakat berperilaku hidup sehat akibat
terbatasnya aksesibilitas terhadap sumber air minum yang bersih dan
keperluan sanitasi dasar secara konsisten. Tingginya penyebaran penyakit
tropis dan penyakit serius lainnya serta penyebaran HIV/AIDS dan
psikotropisa/narkotika. Terbatasnya jumlah tenaga keperawatan dan
kesehatan serta sarana prasarana kesehatan masyarakat, Optimalisasi
pemberian dan pelayanan serta pengawasan jaminan kesehatan pada
masyarakat, dan rendahnya pengawasan dan pengendalian terhadap makanan
dan obat-obatan.
3. Tenaga Kerja

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
23

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
Kompleksitas permasalahan ketenagakerjaan secara umum masih
ditandai relatif rendahnya kualitas tenag kerja, baik dari segi pendidikan
formal maupun ketrampilannya. Akibatnya, tingkat produktivitas tenag
akerja menjadi rendah, sehingga posisi tawar menjadi rendah. Tingkat upah
yang rendah, sering terjadinya perselihan hubungan industrial dan pemutusan
hubungan kerja (PHK) serta rendahnya jaminan kesehatan purna kerja.
Isu-isu strategis di bidang ketenagkerjaan, transmigrasi dan
kependudukan, meliputi permasalahan yaitu antara lain Terbatasnya
kesempatan kerja sehingga jumlah penganggur kaum muda/terdidik terus
meningkat, Rendahnya kualitas dan produktivitas sumber daya manusia
pencari kerja, Belum optimalnya pengawasan ketenagakerjaan, Perlindungan
dan kesejahteraan pekerja, serta Hubungan industrial, Krisis keuangan global
yang berdampak pada meningkatnya PHK dan pemulangan Tenaga Kerja
Indonesia (TKI), Belum optimalnya peran dan fungsi strategis, Sistem
Administrasi Informasi Kependudukan (SIAK) dalam perencanaan
pembangunan serta Masih rendahnya kesadaran penduduk dalam upaya
pemerataan penduduk.
4. Lingkungan Hidup
Pemanasan global dan perubahan iklim tengah terjadi dan diperkirakan
akan terus terjadi pada masa mendatang. Banyaknya kejadian bencana seperti
banjit, longsor, erosi, badai tropis dan kekeriangan merupakan dampak nyata
perubahan iklim dan pemanasan global.
Agenda adaptasi terhadap dampak perubahan iklim diperlukan untuk
mendiptakan siste pembangunan yang berdaya tahan terhadap goncangan
cariabilitas iklim saat ini dan antisipasi dampak perubahan iklim dimasa
depan.
Fokus adaptasi ini perlu ditujukan pada area-area yang rentan terhadap
perubahan iklim seperti sumber daya air, pertanian, perikanan, pesisir dan
laut, infrastruktur dan permukiman, kesehatan serta kehutanan.
Untuk dapat menunjang pelaksanaan kegiatan mitigasi dan adaptasi
perubahan iklim yang tengah dan diperkirakan akan terus terjadi, upaya
penegakan hukum yang konsisten dan tegas, tata kelola pemerintahan yang
baik, persiapan dan rekayas sosial seta sosialisasi dan pendidikan yang
intensif menjadi prasyarat penting yang harus dipenuhi melalui kebijakan
yang lebih komprehensif.
5. Disparitas Wilayah
Pengembangan wilayah di Provinsi Jawa Timur sampai saat ini masih
mengacu pada teori-kutub-kutub pertumbuhan serta mengikuti konsep
Central Place Theeory. Dalam konteks ini, terindikasi pergeseran
penduduk perkotaan meleibihi perdesaan. Fenomena ini akan berpengaruh
cukup signifikan dalam perencanaan pembangunan kedepan, terutama
orientasi perencanaan wilayah yang perlu bertransformasi mengarah ke
perkotaan atau pengembangan kawasan perdesaan yang aktivitas dan
prasarana wilayahnya ditrnasformasikan mengarah ke sistem
perkotaan/agropolitan, sehingga pendudukanya tak perlu berurbanisasi ke
perkotaan.

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
24

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
Beberapa fenomena menarik mengenai perkembangan yang ada yaitu
Perkembangan wilayah cenderung menyebabkan meningkatnya kesenjangan
antar-wilayah, ditandai oleh tingkat promacy Kota Metropolitan Surabaya
yang makin tinggi dibandingkan kota lainnya. Perkembangan beberapa
wilayah selatan Jawa Timur masih jauh tertinggal dibandingkan
perkembangan wilayah utara Jawa Timur serta Pembentukan perwilayahan
yang lebih dipengaruhi wilayah administratif tidak berjalan sebagaimana yang
diharapkan serta Mekanisme pengembangan wilayah melalui batas
administratif terlihat lebih lemah dibandingkan mekanisme pasar.
Selain itu, juga ada beberapa fenomena eksternal maupun internal yang
muncul di Jawa Timur yaitu Fenomena Globalisasi, Otonomi Daerah, Adanya
perubahan konsep dalam pengembangan wilayah di negara maju, Adanya
perubahan pada pemaknaan aglomerasi serta Ketersediaan infrastruktur dalam
pengembangan wilayah di Jawa Timur dibagi dalam dua bagian yaitu daerah
yang memiliki ketersediaan infrastruktur yang cukup (relatif berada di
wilayah utara) dan yang kurang cukup (relatif berada di wilayah selatan).

Kebijakan keuangan pada tahun anggaran 2009 tersebut


diimplementasikan untuk melaksanakan Visi: TERWUJUDNYA JAWA
TIMUR YANG MAKMUR DAN BERAKHLAK DALAM KERANGKA
NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA dan Misi MEWUJUDKAN
MAKMUR BERSAMA WONG CILIK MELALUI APBD UNTUK RAKYAT,
dengan Tema Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Timur
Tahun 2009 yaitu: Memperkokoh Sendi-Sendi Kesejahteraan Masyarakat dan
Peningkatan Upaya Penanganan Kemiskinan.
Sebagaimana, ditetapkan dalam Nota Kesepakatan Bersama antara
Pemerintah Daerah Provinsi (Gubernur Jawa Timur) dengan DPRD yang
ditetapkan dalam Nota Kesepakatan Bersama (MoU) Nomor:
188/4/NK/013/2009 dan Nomor: 160/05/NK/060/2009 Tanggal 16 Juli 2009
Agustus 2009 tentang Kebijakan Umum Perubahan APBD (KUA) Provinsi Jawa
Timur Tahun Anggaran 2009 serta Nomor 188/5/NK/013/2009 dan
160/06/NK/060/2009 Tanggal 16 Juli 2009 tentang Prioritas dan Plafon
Anggaran Sementara (PPAS) APBD Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2009.
Kebijakan umum APBD Tahun Anggaran 2009 secara keseluruhan diarahkan
pada struktur APBD, meliputi:
1. Pendapatan
Peningkatan Pendapatan Daerah untuk memenuhi kebutuhan
pembiayaan pembangunan Jawa Timur dilaksanakan melalui rencana kerja,
sebagai berikut :
a. Bidang Pendapatan
Mengembangkan kebijakan pendapatan daerah yang dapat diterima
masyarakat, partisipatif, bertanggung jawab dan berkelanjutan, melalui
progam program sebagai berikut: Dengan program:
1. Perluasan dan peningkatan sumber penerimaan dan pembiayaan
Daerah serta mendorong peningkatan tertib administrasi keuangan
Daerah;

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
25

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
2. Peningkatan Hubungan Kerja/kerjasama antar Dinas dilingkungan
Provinsi Jawa Timur dan dengan Pemerintah/BUMN dalam rangka
peningkatan penerimaan Bagi Hasil dari Pemerintah;
3. Pengembangan fasilitasi kerjasama dengan Kabupaten/Kota
dibidang Pajak dan Retribusi Daerah serta Lain-lain Pendapatan
Asli Daerah Yang Sah.
b. Bidang Pelayanan Publik
Mewujudkan pelayanan publik yang baik (excellent service),
terpercaya dan transparan. Hal ini didukung program:
1. Pembangunan/pengembangan/peningkatan sarana dan prasarana
pelayanan masyarakat;
2. Meningkatkan kualitas pelayanan, dengan pemanfaatan teknologi
informasi (hardware dan software) sebagai pendukung utama
kelembagaan;
3. Pengembangan sistem dan prosedur pemungutan dan pembayaran
pajak, retribusi daerah dan pendapatan lainnya.
c. Bidang Sumber Daya Manusia
Mewujudkan Sumber Daya Manusia yang potensial, memiliki
integritas tinggi dan profesional serta membangun sistem kelembagaan
yang berbasis kompentensi. Hal ini diwujudkan melalui:
1. Penyederhanaan/regulasi peraturan perundang-undangan;
2. Pengembangan manajemen pendapatan daerah dengan prinsip
profesionalitas, efisiensi, transparan dan bertanggungjawab;
3. Peningkatan kapabilitas dan profesionalisme Sumber Daya
Manusia Aparatur dibidang pengelolaan Keuangan Daerah, In
House/On Job Training;
4. Program Rekruitmen Sumber Daya Manusia Aparatur berbasis
kompetensi.
2. Belanja
Dalam rangka mengatur penggunaan anggaran belanja daerah agar
tetap terarah, efisien dan efektif maka Kebijakan Umum APBD Prpinsi Jawa
Timur tahun 2009 sebagai berikut:
1) Belanja Penyelenggaraan Urusan Wajib
Belanja urusan wajib merupakan biaya langsung dan tidak langsung yang
harus dikeluarkan agar pemerintahan tetap dapat berjalan.
1.1) Pendidikan dan Kebudayaan
Kebijakan umum yang akan dilaksanakan urusan Pendidikan dan
Kebudayaan pada tahun 2009 adalah peningkatan kualitas SDM
masyarakat, serta pemerataan pendidikan yang bertujuan untuk
meningkatkan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan
dan meningkatkan kualitas pendidikan melalui pendidikan umum
dan pendidikan keagamaan, dengan didukung kualitas SDM
pendidik yang memadai serta sarana dan prasarana pendidikan
yang cukup.
1.2) Kesehatan
Kebijakan umum yang akan dilaksanakan urusan Kesehatan pada
tahun - 2009 adalah meningkatkan kualitas dan jangkauan

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
26

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
pelayanan kesehatan yang merata, melalui pengembangan Sistem
Manajemen Kesehatan yang diimbangi dengan peningkatan
pendidikan kesehatan masyarakat, yang didukung dengan
tersedianya sumber daya sarana dan prasarana kesehatan yang
memadai termasuk tersedianya peralatan kesehatan dan obat.
1.3) Pekerjaan Umum
Kebijakan umum yang akan dilaksanakan urusan Pekerjaan
Umum pada tahun 2009 adalah melaksanakan pembangunan
infrastruktur (jalan, jembatan dan bangunan irigasi) diseluruh
wilayah Kabupaten Pasuruan, meningkatkan kualitas
pembangunan, serta mengendalikan keadaan darurat banjir dalam
upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara merata
sampai ke daerah pedesaan yang terpencil.
1.4) Perumahan Rakyat
Kebijakan umum yang akan dilaksanakan urusan Pemukiman
pada tahun 2009 adalah meningkatkan sarana dan prasarana
pemukiman yang layak dan penyediaan fasilitas umum yang
memadai dengan dukungan dan peran serta masyarakat.
1.5) Perencanaan Pembangunan
Kebijakan umum yang akan dilaksanakan urusan Perencanaan
Pembangunan pada tahun 2009 adalah Mengembangkan dan
menyalurkan aspirasi masyarakat serta meningkatkan pemantapan
pelaksanaan kinerja lembaga legislatif. Optimalisasi Perencanaan
Pembangunan daerah yang terintegrasi dan terkoordinasi.
1.6) Perhubungan
Kebijakan umum yang akan dilaksanakan urusan Perhubungan
pada periode tahun 2009 adalah meningkatkan Frekuensi
Pengamanan dan Pengaturan Lalu-lintas dalam Kerangka Sistem
Transportasi yang lancar, layak dan aman dengan tujuan untuk
meningkatkan kelancaran arus barang/ jasa.
1.7) Lingkungan Hidup
Kebijakan umum yang akan dilaksanakan urusan Lingkungan
Hidup pada tahun 2009 adalah perencanaan dan pengelolaan
sumber daya alam secara optimal, berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan yang bertujuan untuk mengendalikan eksploitasi
sumberdaya alam serta melestarikan fungsi dan keseimbangan
lingkungan hidup.
1.8) Kependudukan dan Catatan Sipil
Kebijakan umum yang akan dilaksanakan urusan Kependudukan
dan Catatan Sipil pada tahun 2009 adalah melaksanakan
pemberdayaan institusi dan masyarakat yang bertujuan
menciptakan keluarga berkualitas dan mandiri serta
meningkatkan kualitas layanan kependudukan dalam rangka
mewujudkan tertib administrasi kependudukan.
1.9) Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera
Kebijakan umum yang akan dilkasanakan urusan Keluarga
Berencana dan Keluarga Sejahtera pada tahun 2009 adalah

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
27

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
melaksanakan pemberdayaan institusi dan masyarakat yang
bertujuan menciptakan keluarga berkualitas dan mandiri serta
meningkatkan kualitas layanan keluarga berencana.
1.10) Sosial
Kebijakan umum yang akan dilaksanakan urusan sosial pada
tahun 2009 adalah Meningkatkan kesejahteraan masyarakat
melalui pemberian bantuan kepada pihak-pihak yang
memerlukan, sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan daerah.
1.11) Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Kebijakan umum yang akan dilaksanakan urusan
Ketenagakerjaan pada tahun 2009 adalah meningkatkan kualitas
sumberdaya manusia/calon tenaga kerja, untuk memenuhi pasar
ketenagakerjaan dalam rangka keseimbangan industri padat karya
dan padat modal yang pada muaranya diharapkan adanya
peningkatan pendapatan mesyarakat serta sosialisasi dan
pembinaan terhadap calon transmigrasi dalam rangka penyebaran
penduduk .
1.12) Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
Kebijakan umum yang akan dilaksanakan urusan Perkoperasian
pada tahun 2009 adalah pengembangan kelembagaan koperasi,
mengembangkan kehidupan berkoperasi yang sehat dan mandiri,
mendorong tumbuhnya kesempatan berusaha yang luas bagi
koperasi dan UKM serta pemantapan kemitraan usaha antara
koperasi dan UKM dengan lembaga ekonomi lain.
1.13) Penanaman Modal
Kebijakan umum bidang Penanaman Modal pada periode tahun
2009 adalah meningkatkan promosi potensi daerah daya tarik
investasi, serta meningkatkan pembinaan & sistem pelayanan
dalam upaya menarik investasi dan mewujudkan iklim usaha
yang kondusif guna menjamin kelancaran investasi.
1.14) Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri
Kebijakan umum yang akan dilaksanakan urusan Kesatuan
Bangsa dan Politik Dalam Negeri pada tahun 2009 adalah
memberikan kesempatan dan kemampuan masyarakat untuk
mengungkapkan aspirasi dan kepentingannya melalui wadah
pengukur aspirasi secara konstitusional serta mendorong upaya
pengembangan etika dan moral budaya politik sesuai dengan nilai
- nilai Pancasila.
1.15) Pemerintahan Umum
Kebijakan umum yang akan dilaksanakan pada tahun 2009 untuk
pemerintahan umum adalah :
Peningkatan tertib administrasi keuangan.
Peningkatan tertib tata kelola terhadap barang barang milik
daerah.
Melaksanakan penataan kelembagaan sesuai UU Nomor 32
tahun 2004.

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
28

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
Meningkatkan prosedur pelayanan ketatausahaan, protokol
dan rumah tangga yang efektif dan efisien
Meningkatkan kualitas pelayanan hukum dan penyusunan
produk hukum
Peningkatan pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui
penyaluran bantuan keuangan secara tepat sasaran
Peningkatan tertib administrasi pembangunan sebagai media
evaluasi atas pelaksanaan pembangunan.
Mewujudkan dan meningkatkan profesionalisme aparatur
pengawasan melalui peningkatan SDM serta membangun
partisipasi masyarakat dalam sistem pengawasan.
Pemantapan kesadaran dan penegakan hukum serta stabilitas
keamanan untuk mewujudkan situasi kondusif dalam menuju
pengelolaan kepemerintahan yang baik.
1.16) Kepegawaian
Kebijakan umum yang akan dilaksanakan urusan kepegawaian
tahun 2009 adalah Meningkatkan pelayanan prima di bidang
kepegawaian serta meningkatkan pembinaan dan pengawasan
pegawai.
1.17) Pemberdayaan Masyarakat Desa
Kebijakan umum yang akan dilaksanakan urusan pemberdayaan
masyarakat desa tahun 2009 adalah Melaksanakan pemberdayaan
masyarakat dalam pelaksanaan perencanaan partisipatif, upaya
penanggulangan kemiskinan dan membangun kesetaraan dan
keadilan gender.
1.18) Arsip
Kebijakan umum yang akan dilaksanakan urusan Arsip adalah
Peningkatan tertib administrasi pembangunan sebagai media
evaluasi atas pelaksanaan pembangunan.
1.19) Komunikasi dan Informasi
Kebijakan umum yang akan dilaksanakan urusan komunikasi dan
informasi tahun 2009 adalah Peningkatan informasi kepada
masyarakat secara akurat dan transparan. Peningkatan SDM,
Efisiensi, dan Efektivitas penyelenggaraan pemerintahan yang
bersih dan berwibawa.
2) Belanja Penyelenggaraan Urusan Pilihan
Belanja urusan pilihan merupakan biaya langsung dan tidak langsung
yang harus dikeluarkan agar pemerintahan tetap dapat berjalan.
2.1) Pertanian
Kebijakan umum yang akan dilaksanakan pada tahun 2009
untuk urusan Pertanian adalah revitalisasi pertanian melalui
peningkatan kualitas dan kuantitas produksi serta
keanekaragaman hasil pertanian.
2.2) Kehutanan dan Perkebunan
Kebijakan umum urusan Kehutanan dan Perkebunan pada tahun
2009 adalah mengembangkan sumber daya alam termasuk

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
29

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
penyelamatan hutan tanah dan air guna mewujudkan
peningkatan kualitas produksi perkebunan dan kehutanan.
2.3) Pariwisata
Kebijakan umum urusan Kepariwisataan pada tahun 2009
adalah peningkatan wisata, seni dan budaya daerah dengan tetap
berpijak pada etika Indonesia serta peningkatan olah raga untuk
dapat berprestasi pada wilayah regional dan nasional.
2.4) Kelautan dan Perikanan
Kebijakan umum urusan Perikanan dan Kelautan pada periode
tahun 2009 adalah Peningkatan kualitas dan kuantitas produksi
serta keanekaragaman hasil perikanan.
2.5) Perindustrian dan Perdagangan
Kebijakan umum urusan Perindustrian dan Perdagangan pada
periode tahun 2009 adalah memantapkan iklim usaha yang
kondusif, bertujuan untuk mengembangkan, memperluas
jaringan pemasaran industri dan perdagangan, mengendalikan
dan memperlancar distribusi barang dan jasa, melakukan
optimalisasi fungsi pasar dan peningkatan penyerapan tenaga
kerja yang berswakarya.
3. Pembiayaan
Pembiayaan daerah meliputi semua transaksi keuangan dimaksudkan
untuk untuk menutup defisit atau untuk memanfaatkan surplus. Struktur
pembiayaan meliputi penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan,
selisih dari keduanya disebut sebagai pembiayaan neto, yang dapat digunakan
untuk menutup defisit anggaran.
Total pembiayaan netto Pemerintah Prpinsi Jawa Timur tahun 2009
sebesar Rp.1.703.242.864.513,00. Nilai sejumlah itu akan digunakan untuk
menutupi rencana defisit tahun berjalan. Realisasi pada tahun 2009 sebesar
Rp.1.705.342.864.512,69. Pembiayaan positif ini, karena adanya surplus
APBD sebesar Rp. 234.742.931.862,83 dari yang dianggarkan deficit sebesar
Rp. 1.703.242.864.513,00 sehingga terjadi Sisa Lebih Perhitungan Anggaran
(SILPA) Tahun Berjalan sebesar Rp 1.940.085.796.375,52. (1 trilyun, 940
milyar 85 juta, 796 ribu rupiah).
Penerimaan Pembiayaan sebesar Rp.2.061.246.528.540,00 seluruhnya
berasal dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Lalu, Sedangkan untuk
pengeluaran pembiayaan sebesar Rp. 355.903.664.027,00 dipergunakan
sebagai Investasi Permanen/Penyertaan Modal pada BUMD sebesar
Rp.341.942.000.000,00, sebagai Investasi Non Permanen (Dana Bergulir)
sebesar Rp.8.650.000.000,00 dan untuk pembayaran pokok utang sebesar Rp.
5.311.664.027,00. (yaitu: pokok utang Rumah Sakit Syaiful Anwar Malang
sebesar Rp.3.440.000.000,00 dan Rumah Sakit Dr. Sutomo Surabaya sebesar
Rp.1.871.664.027,00).
Realisasi Sisa Lebih Perhitungan Anggaran )SILPA) tahun berjalan
(2009) sebesar Rp.1.940.085.796.375,52 karena terjadinya surplus sebesar
Rp.225.656.008.005,63 dari yang dianggarkan defisit sebesar
(Rp1.703.242.864.513,00), surplus yang cukup besar dikarenakan ratarata
seluruh SKPD hanya menyerap/merealisasikan anggaran 90,55% dari

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
30

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
anggaran yang ditetapkan yaitu untuk kesatuan Pemerintah Propinsi Jawa
Timur Anggaran Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung sebesar
Rp.8.395.165.214.727,00 serta adanya realisasi pendapatan yang melampaui
dari anggaran mencapai jumlah Rp.1.135.772.465.318,50, terhadap sisa lebih
anggaran yang cukup besar tersebut pada tahun 2010 melalui mekanisme
PAPBD akan dianggarkan untuk kegiatan yang lebih stratejik terkait dengan
kepentingan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
a) Kebijakan Fiskal
Kebijakan Fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka
mengarahkan kondisi perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan jalan
mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Kebijakan ini mirip
dengan kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar, namun
kebijakan fiskal lebih menekankan pada pengaturan pendapatan dan belanja
pemerintah.
Pada prinsipnya kebijaksanaan fiskal mempunyai 2 (dua) aspek yaitu
aspek kuantitatif dan aspek kualitatif, dimana setiap kebijaksanaan fiskal dapat
dilihat dari kedua aspek tersebut. Ditinjau dari aspek tujuan kebijaksanaan
fiskal yang berarti aspek kualitatif yaitu meliputi jenis-jenis pajak, pembayaran-
pembayaran, subsidi-subsidi utamanya terkait dengan perkembangan keadilan
dan kebebasan. Sedangkan ditinjau dari aspek kuantitaif yakni meliputi
masalah yang berhubungan dengan jumlah uang yang harus ditarik dan
dibelanjakan.
Tujuan kebijaksanaan fiskal adalah untuk menyeimbangkan anggaran
belanja pemerintah dengan arti lain untuk menaikkan jumlah penerimaan
negara dengan jumlah yang cukup, dengan melalui pajak dan penjualan jasa-
jasa, sehingga seluruh pembayaran negara dapat ditutup tepat tanpa penrbitan
sekuritas atau penambahan uang pemerintah.
Instrumen kebijakan fiskal adalah penerimaan dan pengeluaran
pemerintah yang berhubungan erat dengan pajak. Dari sisi pajak jelas jika
mengubah tarif pajak yang berlaku akan berpengaruh pada ekonomi. Jika pajak
diturunkan maka kemampuan daya beli masyarakat akan meningkat dan
industri akan dapat meningkatkan jumlah output. Dan sebaliknya kenaikan
pajak akan menurunkan daya beli masyarakat serta menurunkan output industri
secara umum.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan
instrumen kebijakan fiskal yang menjadi salah satu penggerak laju
perekonomian nasional. APBN menjadi penjabaran rencana kerja dan anggaran
Kementerian/Lembaga dalam menyelenggarakan pemerintahan,
mengalokasikan sumber-sumber ekonomi, mendistribusikan barang dan jasa,
serta menjaga stabilisasi dan akselerasi kinerja ekonomi. Oleh karena itu,
strategi dan pengelolaan APBN memegang peranan yang cukup penting dalam
mencapai sasaran pembangunan nasional.
APBN merupakan bagian yang tak terpisahkan dari perekonomian
secara agregat. Setiap perubahan yang terjadi pada variabel-variabel ekonomi
makro akan berpengaruh pada besaran-besaran APBN. Sebaliknya, kebijakan-
kebijakan APBN pada gilirannya juga akan mempengaruhi aktivitas
perekonomian.

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
31

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
Pada prinsipnya APBN merupakan bentuk campur tangan pemerintah
terhadap aktivitas perekonomian dalam rangka menyediakan barang dan jasa
kepada masyarakat. Adapun fungsi pokok kebijakan anggaran Pemerintah
adalah; (i) fungsi alokasi, (ii) fungsi distribusi, dan (iii) fungsi stabilisasi.
Fungsi alokasi berkaitan dengan kebijakan anggaran Pemerintah dalam rangka
memberikan stimulasi kepada perekonomian baik melalui instrumen
penerimaan (insentif) maupun belanja (anggaran sektoral). Fungsi distribusi
berkaitan dengan upaya Pemerintah untuk mengurangi kesenjangan pendapatan
masyarakat (pemerataan).
Sementara itu fungsi stabilisasi berkaitan dengan peran kebijakan
anggaran Pemerintah dalam rangka mengurangi gejolak perekonomian
(counter-cyclical) yang dilakukan baik melalui kebijakan belanja maupun
penerimaan negara. Hal ini terkait erat dengan fungsi kebijakan fiskal sebagai
instrumen pengelolaan ekonomi makro (macro economic management) dari sisi
permintaan agregat (aggregate demand).
Dengan pemahaman tersebut maka kewenangan untuk mengatur
kebijakan fiskal merupakan wilayah kewenangan Pusat, sedangkan Pemerintah
Provinsi hanya menerima dampaknya, namun hal ini masih bergantung kepada
kemampuannya dalam mengelola potensi daerah sesuai kewenangannya
sebagai daerah otonom yang didukung pula oleh seluruh komponen
stakeholdernya.
Dalam rangka mencegah perlemahan ekonomi yang lebih parah
sebagai akibat dampak negatif krisis global, dalam tahun 2009 Pemerintah akan
menerapkan kebijakan countercyclical. Kebijakan countercyclical berupa
stimulus fiskal tersebut ditujukan terutama untuk (a) memelihara dan/atau
meningkatkan daya beli masyarakat untuk menjaga agar konsumsi rumah
tangga tumbuh 4,0 sampai dengan 4,7 persen; (b) menjaga daya tahan
perusahaan/sektor usaha menghadapi krisis global; serta (c) menciptakan
kesempatan kerja dan menyerap dampak PHK melalui kebijakan pembangunan
infrastruktur padat karya. Total dana yang dialokasikan untuk program stimulus
fiskal ini sebesar Rp71,3 triliun.
Berdasarkan penilaian (assessment) dan pemantauan yang dilakukan
secara intensif terhadap dampak krisis keuangan global terhadap prospek
perekonomian nasional, dan proyeksi APBN 2009 setelah ditetapkan dengan
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2008, dapat disimpulkan bahwa beberapa
asumsi ekonomi makro dan berbagai besaran, sasaran, serta pagu alokasi
anggaran yang telah ditetapkan dalam APBN 2009 dipandang sudah tidak
realistis lagi.
Merosotnya perekonomian dunia ini tentunya akan sangat berpengaruh
pada perkembangan perekonomian Indonesia. Antisipasi yang dilakukan oleh
Pemerintah dalam menyikapi kondisi ini adalah melakukan beberapa
penyesuaian besaran asumsi makro.
Pertama, asumsi pertumbuhan ekonomi diperkirakan minimal 1,3
persen lebih rendah dari yang ditetapkan dalam APBN 2009 sebesar 6,0 persen
menjadi maksimal 4,7 persen. Kedua, tingkat inflasi sebesar 6,2 persen. Ketiga,
Suku Bunga SBI sebesar 7,5 persen. Keempat, deviasi nilai tukar rupiah
terhadap dolar Amerika Serikat yang diperkirakan mencapai lebih dari 17,0

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
32

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
persen, yaitu dari Rp.9.400 per dollar Amerika Serikat seperti ditetapkan dalam
APBN 2009 menjadi Rp11.000 per dollar Amerika Serikat. Kelima, asumsi
harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) diperkirakan
mengalami deviasi lebih dari 43,8 persen, yaitu dari perkiraan semula sebesar
US$80 per barel seperti ditetapkan dalam APBN 2009 menjadi sekitar US$45
per barel. Dan Keenam, Lifting Minyak (MBCD) sebesar 0,960.
Penurunan pertumbuhan ekonomi akan ditransmisikan ke dalam
turunnya penerimaan pajak dan dividen BUMN dalam APBN. Di lain pihak,
penurunan harga minyak yang sangat drastis akan berpengaruh pada sisi
pendapatan negara, berupa penurunan penerimaan migas, dan juga pada sisi
belanja negara, berupa penurunan beban subsidi, khususnya subsidi energi, dan
dana bagi hasil migas. Sementara itu, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap
valuta asing akan berpengaruh pada komponen APBN, baik pendapatan negara,
belanja negara maupun pembiayaan anggaran yang memiliki kandungan
(content) valuta asing, seperti penerimaan pinjaman luar negeri, serta
pembayaran bunga dan cicilan pokok utang luar negeri.
Di sisi lain, belanja negara, baik belanja pemerintah pusat, terutama
subsidi energi dan bunga utang maupun transfer ke daerah, khususnya DBH
migas diperkirakan juga mengalami perubahan yang cukup signifikan. Di
samping sebagai dampak dari perubahan asumsi makro, terutama penurunan
harga minyak mentah Indonesia dan depresiasi nilai tukar rupiah, perubahan
belanja negara tersebut juga sebagai akibat dari perluasan program stimulus
fiskal.
Dengan perubahan yang terjadi, baik di sisi pendapatan negara maupun
belanja Negara tersebut maka defisit anggaran diperkirakan akan mengalami
peningkatan yang cukup signifikan. Oleh karena itu, untuk memenuhi
kebutuhan pembiayaan anggaran yang lebih besar akibat meningkatnya defisit
tersebut maka perlu dilakukan penyesuaian pembiayaan untuk menutup
kenaikan defisit anggaran dalam tahun 2009.
Berubahnya besaran indikator-indikator ekonomi makro, sebagai akibat
terjadinya krisis keuangan global menyebabkan target pendapatan negara yang
telah disusun dalam APBN 2009 menjadi berubah. Berdasarkan perubahan
besaran-besaran tersebut, pendapatan negara baik untuk penerimaan perpajakan
maupun PNBP dalam tahun 2009 diproyeksikan akan menurun secara
signifikan.
Penurunan proyeksi penerimaan perpajakan 2009 antara lain
disebabkan oleh lebih kecilnya basis penerimaan perpajakan, yang ditandai
oleh menurunnya pendapatan secara nasional sebagai akibat berkurangnya
kegiatan ekonomi. Sementara itu, penurunan proyeksi PNBP terutama
disebabkan oleh adanya perubahan asumsi harga minyak mentah (ICP) dari
US$80/barel menjadi US$.45/barel.
Dalam penyesuaian APBN 2009, perhitungan penerimaan perpajakan
menggunakan asumsi pertumbuhan ekonomi 4,5 persen dengan pertimbangan
bahwa kebijakan stimulus fiskal efektif dilaksanakan. Namun, apabila
kebijakan stimulus fiskal tersebut tidak berjalan sesuai dengan harapan
sehingga pertumbuhan ekonomi hanya mencapai di bawah 4,5 persen, maka
penerimaan perpajakan akan berpotensi lebih rendah dari target penyesuaian

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
33

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
APBN 2009. Penerimaan perpajakan ditargetkan menjadi Rp.660,9 triliun atau
turun Rp65,0 triliun bila dibandingkan dengan targetnya dalam APBN 2009.
Penyesuaian penerimaan perpajakan tersebut telah memperhitungkan
pula stimulus fiskal yang akan diberikan, baik yang telah dicanangkan dalam
APBN 2009 maupun stimulus yang baru, seperti PPh pasal 21 untuk karyawan.
Sementara itu, target PNBP disesuaikan menjadi Rp.185,9 triliun, yang berarti
Rp.73,1 triliun lebih rendah dari target APBN 2009.
Secara lebih rinci, perubahan setiap indikator ekonomi makro
mempunyai dampak yang berbeda terhadap penerimaan perpajakan dan PNBP.
Penurunan pertumbuhan ekonomi sebesar satu persen menyebabkan
penerimaan dalam negeri menurun Rp.12,7 triliun, yang semuanya berasal dari
penurunan penerimaan perpajakan di luar PPh migas, sedangkan PPh migas
tidak mengalami perubahan. Penurunan pertumbuhan ekonomi tersebut juga
tidak berpengaruh pada perubahan target PNBP 2009.
Sementara itu, penurunan ICP sebesar US$10 per barel mengakibatkan
penerimaan dalam negeri turun Rp.33,9 triliun, yang terdiri atas penurunan
penerimaan PPh migas Rp.7,2 triliun dan penurunan PNBP dari SDA migas
Rp.26,7 triliun. Depresiasi nilai tukar rupiah sebesar Rp.1.000/US$
menyebabkan naiknya penerimaan dalam negeri sebesar Rp.24,7 triliun, yang
terdiri atas peningkatan penerimaan perpajakan Rp.6,6 triliun dan PNBP
sebesar Rp.18,1 triliun. Peningkatan penerimaan perpajakan tersebut terdiri atas
peningkatan penerimaan perpajakan non migas sebesar Rp.0,6 triliun dan
penerimaan PPh migas Rp.6,0 triliun.
Selain itu, pemerintah meningkatkan alokasi anggaran belanja ke
daerah pada RAPBN 2008 hingga mencapai 7,6 persen dari perkiraan realisasi
belanja ke daerah tahun 2007 sebesar Rp.252,5 triliun menjadi Rp.271,8 triliun.
Jumlah itu terdiri dari Dana Perimbangan Rp.262,3 triliun, serta alokasi dana
otonomi khusus dan penyesuaian Rp.9,5 triliun. Alokasi dana perimbangan itu
terdiri dari Dana Bagi Hasil (OBH) Rp.64,5 triliun, dan Dana Alokasi Umum
(DAU) Rp.l76,6 triliun, serta Dana Alokasi Khusus (DAK) sebesar Rp.21,2
triliun.
Pemerintah meningkatkan alokasi anggaran belanja ke daerah pada
Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2008 hingga
mencapai 7,6 persen dari perkiraan realisasi belanja ke daerah tahun 2007
senilai Rp.252,5 triliun menjadi Rp271,8 triliun. Jumlah itu terdiri dari Dana
Perimbangan Rp.262,3 triliun, serta alokasi dana otonomi khusus dan
penyesuaian Rp9,5 triliun. Alokasi dana perimbangan itu terdiri dari Dana
Bagi Hasil (DBH) Rp.64,5 triliun, dan Dana Alokasi Umum (DAU) Rp.176,6
triliun, serta Dana Alokasi Khusus (DAK) sebesar Rp.21,2 triliun.
Total alokasi belanja APBN Tahun 2008 senilai Rp.854,6 triliun atau
naik 13,2 persen dibanding APBN 2007 Rp755,3 triliun. Jumlah itu terbagi atas
anggaran belanja pemerintah pusat Rp.573,4 triliun dan anggaran untuk daerah
Rp281,2 triliun. Dari alokasi anggaran belanja pemerintah pusat, belanja
pegawai Rp.128,3 triliun, belanja barang Rp69,4 triliun, belanja modal Rp.95,4
triliun, bantuan sosial Rp.66,2 triliun dan pembayaran bunga utang, subsidi dan
belanja lain-lain Rp.214,1 triliun. Anggaran untuk daerah terbagi atas dana

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
34

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
perimbangan sebesar Rp.266,8 triliun dan dana otonomi khusus dan
penyesuaian sebesar Rp.14,4 triliun.
Dengan adanya perubahan beberapa asumsi ekonomi makro yang
secara signifikan berpengaruh terhadap besaran-besaran APBN, baik pada
pendapatan negara maupun belanja negara sebagai implikasi adanya tambahan
program stimulus sebagaimana diuraikan sebelumnya, maka terhadap APBN
2009 sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2008,
diusulkan untuk dilakukan penyesuaian sebagai berikut:
Pertama, pendapatan negara dan hibah diusulkan mengalami penurunan
sebesar Rp.138,1 triliun, yakni dari sebesar Rp.985,7 triliun seperti ditetapkan
dalam APBN 2009 menjadi Rp.847,7 triliun. Perubahan besaran pendapatan
negara dan hibah tersebut, bersumber dari penurunan penerimaan migas dan
dividen Pertamina terutama sebagai akibat perubahan asumsi harga minyak
mentah Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP) dari US$80 per barel menjadi
US$.45 per barel.
Kedua, belanja negara diusulkan mengalami penurunan sebesar
Rp.52,5 triliun, yaitu dari yang semula ditetapkan dalam APBN 2009 sebesar
Rp.1.037,1 triliun menjadi Rp.984,6 triliun. Penurunan tersebut terjadi pada
belanja Pemerintah Pusat sebesar Rp.34,8 triliun, yaitu dari Rp.716,4 triliun
menjadi Rp.681,5 triliun, dan transfer ke daerah sebesar Rp.17,6 triliun, yaitu
dari Rp.320,7 triliun menjadi Rp.303,1 triliun. Walaupun anggaran belanja
negara secara keseluruhan mengalami penurunan yang cukup besar, tetapi
alokasi anggaran belanja kementerian negara/lembaga (K/L) dan anggaran
pendidikan tetap dipertahankan, masing-masing sebesar Rp.322,3 triliun dan
Rp.207,4 triliun seperti yang ditetapkan dalam APBN 2009.
Hal ini terutama dimaksudkan agar pelaksanaan kegiatan dan program
yang telah direncanakan dapat berjalan secara tepat waktu, dan kecepatan
penyerapan anggaran belanja dapat ditingkatkan, sehingga diharapkan mampu
memberikan stimulasi bagi kegiatan ekonomi. Sejalan dengan itu, rasio volume
anggaran pendidikan terhadap volume APBN meningkat dari 20,0 persen
sesuai dengan putusan Mahkamah Konstitusi dan amanat UUD 1945 menjadi
21,1 persen.
Di sisi belanja Pemerintah Pusat, usulan perubahan pagu belanja
tersebut antara lain bersumber dari hal-hal sebagai berikut: (i) meningkatnya
beban pembayaran bunga utang sebesar Rp.9,0 triliun (8,8 persen), yaitu dari
sebesar Rp.101,7 triliun menjadi sebesar Rp.110,6 triliun; (ii) berkurangnya
beban subsidi sebesar Rp.43,1 triliun, yang terdiri atas penurunan beban subsidi
energi sebesar Rp.36,6 triliun, dan subsidi nonenergi sebesar Rp.6,6 triliun; (iii)
berkurangnya belanja lain-lain sebesar Rp.8,4 triliun, yaitu dari sebesar Rp.65,1
triliun menjadi sebesar Rp.56,8 triliun; dan (iv) tambahan dana stimulus untuk
infrastruktur padat karya sebesar Rp.7,7 triliun.
Pada subsidi energi, beban subsidi BBM akan mengalami penurunan
dari sebesar Rp.57,6 triliun dalam APBN 2009 menjadi Rp.24,5 triliun,
sedangkan alokasi anggaran untuk subsidi listrik akan berkurang Rp.3,5 triliun,
dari Rp.46,0 triliun dalam APBN 2009 menjadi Rp.42,5 triliun. Pada subsidi
non-energi terjadi penurunan sebesar Rp.6,6 triliun dari semula Rp.63,1 triliun
dalam APBN 2009 menjadi Rp.56,6 triliun.

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
35

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
Penurunan beban subsidi ini terutama karena menurunnya subsidi pajak
atas PPN BBM dalam negeri bersubsidi sejalan dengan menurunnya subsidi
BBM akibat penurunan ICP dan harga BBM bersubsidi. Selain itu, dalam
subsidi non-energi ini, seperti diuraikan di atas, juga direncanakan alokasi
anggaran untuk subsidi minyak goreng, subsidi obat, dan subsidi bunga bagi
perusahaan air bersih sebesar Rp.0,4 triliun.
Sementara itu, perubahan belanja lain-lain antara lain menampung
tambahan anggaran untuk luncuran kegiatan Pemilu sebesar Rp.2,8 triliun dan
PNPM tahun 2008 sebesar Rp.0,6 triliun. Tambahan anggaran untuk luncuran
kegiatan Pemilu merupakan kegiatan persiapan Pemilu yang belum dapat
diselesaikan sampai dengan akhir tahun 2008 sehingga dilanjutkan
penyelesaiannya ke tahun 2009, dalam rangka menjaga kesinambungan
penyelenggaraan Pemilu tahun 2009.
Sementara itu, luncuran PNPM tahun 2008 merupakan luncuran
bantuan langsung masyarakat (BLM) dalam program/kegiatan PNPM yang
terdiri dari program pengembangan kecamatan (PPK), program
penanggulangan kemiskinan perkotaan (P2KP), program pengembangan
infrastruktur perdesaan (PPIP), dan percepatan pembangunan daerah tertinggal
dan khusus (P2DTK) tahun 2008 yang diluncurkan ke tahun 2009, dalam
rangka kesinambungan pelaksanaan kegiatan-kegiatan untuk mempercepat
penanggulangan kemiskinan.
Selain itu, perubahan pada belanja lain-lain tersebut juga bersumber
dari penurunan dana cadangan risiko fiskal sebesar Rp.11,7 triliun (73,9
persen), yaitu dari sebesar Rp.15,8 triliun dalam APBN 2009 menjadi Rp.4,1
triliun. Penyesuaian dana cadangan risiko fiscal tersebut dilakukan akibat
adanya perubahan asumsi ekonomi makro tahun 2009 dan penurunan
penerimaan perpajakan.
Sejalan dengan penurunan dana bagi hasil (DBH) migas akibat
perubahan asumsi ICP dari semula US$.80 per barel menjadi US$.45 per barel
maka anggaran transfer ke daerah turun sebesar Rp.17,6 triliun (5,5 persen),
yaitu dari yang ditetapkan dalam APBN 2009 sebesar Rp.320,7 triliun menjadi
Rp.303,1 triliun. Penurunan asumsi ICP tersebut berpengaruh kepada
penurunan anggaran transfer ke daerah untuk DBH SDA migas dan DBH PBB
migas, karena perhitungan DBH tersebut berdasarkan realisasi penerimaan
negara bukan pajak (PNBP) dan penerimaan PBB migas.
Dengan perubahan tersebut, alokasi dana bagi hasil dalam tahun 2009
diperkirakan menjadi Rp.68,1 triliun atau turun sebesar Rp.17,6 triliun (20,6
persen) dari yang ditetapkan dalam APBN 2009 sebesar Rp.85,7 triliun.
Khusus untuk DBH cukai hasil tembakau yang meningkat menjadi Rp.1.062,2
miliar dari yang ditetapkan dalam APBN 2009 sebesar Rp.964,8 miliar,
sebagian akan digunakan untuk mendukung pendanaan kelembagaan pelatihan
kerja.
Sekalipun alokasi anggaran transfer ke daerah mengalami penurunan
tetapi untuk DAU, DAK, serta Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian tidak
mengalami perubahan, karena perhitungan dana tersebut telah mencerminkan
kebutuhan keuangan dan kemampuan keuangan daerah. DAU 2009 tetap akan
disalurkan sebesar Rp186,4 triliun, karena pada umumnya telah dialokasikan

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
36

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
dalam APBD sebagai belanja gaji pegawai negeri sipil daerah. Di samping itu,
perhitungan DAU 2009 dilakukan berdasarkan formula yang terdiri dari alokasi
dasar dan celah fiskal tanpa mengalokasikan dana penyeimbang DAU (Non-
Hold Harmless Policy), sehingga telah mencerminkan kebutuhan dan
kemampuan keuangan daerah.
Demikian pula, alokasi DAK 2009 tetap dipertahankan sebesar Rp24,8
triliun, yang diarahkan untuk mendukung pembangunan daerah, khususnya
dalam rangka mengentaskan kemiskinan (pro poor), memperluas lapangan
kerja (pro job creation), dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi (pro growth).
Ketiga, defisit APBN tahun 2009 diusulkan mengalami peningkatan
dari yang telah disepakati sebelumnya, yaitu dari Rp.51,3 triliun (1,0 persen
terhadap PDB) menjadi Rp.136,9 triliun (2,6 persen terhadap PDB).
Peningkatan defisit tersebut diharapkan tidak akan mengganggu
kesinambungan fiskal dalam jangka panjang, mengingat bahwa sebagian besar
tambahan defisit tersebut akan dibiayai dari sisa lebih pembiayaan anggaran
(SILPA) 2008.
Keempat, dengan peningkatan target defisit APBN tahun 2009 tersebut
maka target pembiayaan anggaran disesuaikan dari kesepakatan semula sebesar
Rp51,3 triliun menjadi Rp136,9 triliun. Perubahan target pembiayaan anggaran
tahun 2009 tersebut berasal dari (a) kenaikan pembiayaan perbankan dalam
negeri sebesar Rp.49,2 triliun, yang bersumber dari tambahan penggunaan
SILPA tahun 2008 sebesar Rp.49,2 triliun; (b) peningkatan penarikan pinjaman
program Rp.4,4 triliun, dari kesepakatan semula Rp.26,4 triliun menjadi
Rp.30,8 triliun, dan (c) tambahan pembiayaan utang Rp.44,5 triliun.
Selanjutnya perubahan pembiayaan anggaran tersebut
mempertimbangkan tambahan PMN untuk Jamkrindo dan Askrindo serta
jaminan ekspor sebesar Rp.2,0 triliun dan kenaikan cicilan pokok utang luar
negeri Rp.10,5 triliun.
Sejalan dengan itu, Pemerintah juga berupaya untuk mendorong
pemerintah daerah untuk mempercepat waktu penetapan peraturan daerah
(Perda) tentang APBD agar APBD dapat dilaksanakan secara efektif. Ketepatan
waktu penetapan Perda tentang APBD akan berdampak kepada percepatan
realisasi belanja daerah, yang pada gilirannya akan meningkatkan efektivitas
belanja daerah dalam menstimulasi perekonomian daerah.
Mengingat, pentingnya peranan daerah dalam penanganan krisis
keuangan global dan pembangunan ekonomi maka Pemerintah akan
mengupayakan semaksimal mungkin agar gejolak perekonomian global
tersebut tidak terlalu membebani daerah. Meskipun demikian, daerah harus
juga tetap siap dengan strategi yang tepat untuk menyiasati gejolak harga
minyak dan krisis keuangan global yang dapat berimbas ke daerah.
APBD seharusnya mencerminkan kemampuan daerah untuk
membiayai kebutuhannya, sehingga paradigma bahwa APBD selalu meningkat
besarannya harus dipertimbangkan dengan hati-hati dan mulai secara realistis
mengukur kemampuan keuangan daerah. Dengan demikian, dimungkinkan
APBD suatu daerah lebih kecil dari tahun sebelumnya dan mengalami
penurunan dari anggaran yang telah ditetapkan pada tahun anggaran berjalan.

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
37

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
Selain itu, percepatan realisasi belanja daerah juga harus dibarengi
dengan peningkatan kualitas belanja daerah. Upaya peningkatan kualitas
belanja daerah tersebut telah dilakukan, antara lain melalui pola penganggaran
yang berbasis kinerja, penganggaran dalam kerangka pembangunan jangka
menengah, dan sistem pelaporan yang akuntabel.
Penyusunan dan penggunaan anggaran transfer ke daerah dalam APBD
harus tetap diarahkan untuk pencapaian sasaran pembangunan daerah.
Pemerintah Pusat dan pemerintah daerah mempunyai tanggung jawab untuk
secara sinergis membenahi dan meningkatkan kualitas pengelolaan anggaran
yang telah didesentralisasikan ke daerah.
b) Kebijakan Moneter
Kebijakan Moneter dilaksanakan untuk mengendalikan keadaan
ekonomi makro agar dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan melalui
pengaturan jumlah uang yang beredar dalam perekonomian. Usaha tersebut
dilakukan agar terjadi kestabilan harga dan inflasi serta terjadinya peningkatan
output keseimbangan. Kebijakan moneter merupakan kewenangan dari
pemerintah Pusat dalam hal Bank Indonesia yang mempunyai tugas untuk
menjaga tingkat stabilitas moneter dalam negeri.
Setiap kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah harus memiliki target
dan ukuran keberhasilan. Hal ini penting, untuk mengukur atau sebagai acuan,
apakah kebijakan tersebut berhasil atau tidak. Dalam perekonomian beberapa
indikator yang biasanya digunakan untuk menilai kebijakan moneter adalah :
1. Jumlah Uang Beredar
2. Laju inflasi yang cukup rendah terkendali
3. Suku bunga pada tingkat yang wajar
4. Nilai tukar rupiah yang realistis, dan
5. Ekspektasi/harapan masyarakat terhadap moneter
Dari kelima indikator tersebut, hanya Jumlah Uang Beredar yang tidak
dapat dimonitor dan dirasakan lansung oleh masyarakat, sementara itu indikator
lainnya, relatif dapat dilihat dan dirasakan langsung oleh masyarakat.
3) Indikator Pencapaian Target Kinerja Program Entitas Pemerintah Provinsi
Jawa Timur
Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Provinsi
Jawa Timur Tahun 2009-2014 merupakan acuan didalam penetapan target kinerja
menengah dalam kurun waktu 5 (lima) Tahun, dengan memobilisasi potensi-
potensi yang ada. Laporan pertanggungjawaban ini, merupakan wujud kinerja
tahapan tahun pertama yang sekaligus penjabaran dari seluruh implementasi lima
tahun tahapan yang ditetapkan dalam Peraturan Gubernur Nomor 57 Tahun 2008
tentang Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Timur
Tahun 2009.
Pengukuran target kinerja dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah
tahun 2009, ditetapkan dengan matriks pengukuran kinerja pembangunan
terhadap 5 (lima) Indikator Kinerja Utama (IKU) Jawa Timur, yaitu sebagai
berikut:

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
38

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
Tabel b.1 Matrik Pengukuran Kinerja Pembangunan Jawa Timur Tahun 2009

MATRIK PENGUKURAN KINERJA PEMBANGUNAN JAWA TIMUR


TAHUN 2009
TARGET CAPAIAN
NO INDIKATOR KINERJA KINERJA
2009
A. INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)
1. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 6,20 6,40
2. Persentase Penduduk Miskin terhadap Jumlah Penduduk (%) 16,50 16,90
3. Persentase Pertumbuhan Ekonomi ADHK Tahun 2000 (%) 4,00 4,50
4. Indeks Disparitas Wilayah (IDB) 115,10 115,30
5. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 68,90 69,00

Target Indikator Kinerja Utama (IKU) tersebut, oleh Pemerintah Provinsi


Jawa Timur diwujudkan melalui 9 (Sembilan) Agenda Utama dan 18 Prioritas
Program Pembangunan, sebagai berikut:
Tabel b.2 Agenda Utama dan Prioritas Program Pembangunan Jawa Timur Tahun
2009-2014

AGENDA UTAMA DAN PRIORITAS PROGRAM PEMBANGUNAN


NO
JAWA TIMUR TAHUN 2009-2014
I.
Agenda Meningkatkan Aksesibilitas dan Kaulitas Pelayanan Kesehatan dan Pendidikan, terutama
bagi Masyarakat Miskin, meliputi program-program:

1. Peningkatan Aksesibilitas dan Kualitas Pelayanan Pendidikan


2. Peningkatan Aksesibilitas dan Kualitas Pelayanan Kesehatan
II.
Agenda Meningkatkan Lapangan Kerja, Efektivitas Penanggulangan Kemiskinan, Memberdayakan
Ekonomi Rakyat terutama Wong cilik dan Meningkatkan Kesejahteraan Sosial Rakyat, meliputi
program-program:

1. Perluasan Lapangan Kerja


2. Peningkatan Efektivitas Penanggulangan Kemiskinan
3. Peningkatan KEsejahteraan Sosial Rakyat
III.
Agenda Meningkatkan Percepatan Pemerataan dan PErtumbuhan Ekonomi yang Berkualitas dan
Berkelanjutan, terutama melalui Pengembangan Agroindustri/Agrobisnis serta Pembangunan dan
Perbaikan Infrastruktur terutama Pertanian dan Perdesaan, meliputi program-program:

1. Revitalisasi Pertanian dan Pengembangan Agroindustri/Agrobisnis


2. Pemberdayaan Koperasi dan UMKM
3. Peningkatan Investasi, Ekspor Non Migas dan Pariwisata
4. Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur
5. Pembangunan dan Pemeliharaan Infrastruktur
IV. Agenda Memelihara Kualitas dan Fungsi Lingkungan Hdup serta Meningkatkan Perbaikan
Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Penataan Ruang, dengan program yaitu:
1. Pemeliharaan Kualitas dan Fungsi Lingkungan Hidup serta Perbaikan Pengelolaan SDA dan Penataan
Ruang

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
39

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
V. Agenda Mewujudkan Percepatan reformasi Birokrasi dan Meningkatkan Pelayanan Publik, dengan
program yaitu:
1. Percepatan Pelaksanaan Reformasi Birokrasi dan Peningkatan Pelayanan Publik
VI. Agenda Meningkatkan Kualitas Kesalehan Sosial demi Terjaganya Harmoni Sosial, dengan program
yaitu:
1. Peningkatan Kualitas Kesalehan Sosial demi Terjaganya Harmoni Sosial
VII. Agenda Meningkatkan Kaulitas Kehidupan dan Peran perempuan serta Terjaminnya Kesetaraan
Gender dan Meningkatkan Peran Pemuda serta Mengembangkan dan Memasyarakatkan Olahraga,
meliputi program-program:
1. Peningkatan Kualitas Kehidupan dan Peran Perempuan di Semua Bidang dan Terjaminnya Kesetaraan
Gender
2. Peningkatan Peran Pemuda dan Pengembangan Olahraga
VIII. Agenda Meningkatkan Keamanan dan Ketertiban, Supremasi Hukum dan Penghormatan HAM,
meliputi program-program:
1. Penghormatan, Pengakuan dan Penegakan Hukum dan HAM
2. Peningkatan Keamanan dan Ketertiban serta Penanggulangan Kriminalitas
IX. Agenda Mewujudkan Percepatan Penanganan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Sosial Dampak
Lumpur Panas LAPINDO, dengan program yaitu:
1. Percepatan Penanganan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Sosial Ekonomi Dampak Lumpur Panas
LAPINDO

Penetapan target kinerja pembangunan tersebut, apabila dicermati dengan


melihat beberapa factor seperti kekuatan APBD Tahun Anggaran 2009, prediksi
perekonomian global dan nasional, asumsi makro, prospek perekonomian,
kondisi keamanan yang stabil, permasalahan krusial dan didukung rasa
optimisme seluruh jajaran Pemerintah Daerah serta perkembangan capaian
kinerja pembangunan Jawa Timur dua tahun sebelumnya (tahun 2007-2008),
sebagai berikut:
Perekonomian Jawa Timur pada Triwulan-IV Tahun 2007 yang
merupakan menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi, terus menunjukkan
perbaikan dengan tumbuh lebih tinggi (6,31%), dibandingkan periode yang sama
tahun sebelumnya (6,06%). Kegiatan konsumsi masih menjadi penggerak
ekonomi yang dominan di samping komponen investasi yang mulai menunjukkan
aktivitas yang signifikan sehingga mendukung pertumbuhan Jawa Timur pada
triwulan ini. Aktivitas ekspor juga tetap tumbuh meski cenderung melambat.
Aktivitas impor mengalami lonjakan pada triwulan ini, untuk mendukung
ekspansi pada sisi penawaran (berupa impor barang modal dan bahan baku) dan
memenuhi kebutuhan konsumsi langsung masyarakat (berupa barang konsumsi).
Sedangkan laju pertumbuhan ekonomi Jawa Timur pada triwulan IV-
2008 tumbuh sebesar 5,43% (yoy), lebih rendah daripada perkiraan sebelumnya
(6 6,5%) dan juga lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Kegiatan
konsumsi rumah tangga, yang merupakan penggerak utama ekonomi, mampu
tumbuh lebih baik seiring meredanya tekanan inflasi dan membaiknya keyakinan
konsumen. Aktivitas konsumsi pada triwulan ini didukung oleh adanya beberapa
hari raya dan liburan panjang yang mengiringinya. Penjualan barang durable
goods seperti kendaraan bermotor masih mampu tumbuh meskipun melambat
karena suku bunga kredit yang tinggi.

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
40

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
Tabungan masyarakat menjadi sumber pembiayaan konsumsi di samping
kredit perbankan yang mulai menurun lajunya. Kegiatan investasi swasta tumbuh
melambat meskipun masih dalam tren perbaikan. Investasi ini diperkirakan
merupakan realisasi barang modal yang telah dikumpulkan beberapa waktu
sebelumnya sehingga tidak terpengaruh langsung oleh krisis ekonomi global.
Kinerja Ekspor menurun tajam dan neraca perdagangan luar negeri kembali
defisit. Ekspor ke Amerika terus menampakkan penurunan, khususnya pada
produk furnitur dan hasil perikanan. Volume impor mulai menurun meskipun
secara nilai masih tumbuh tinggi karena pelemahan nilai tukar Rupiah.
Stabilitas harga di Jawa Timur tetap terjaga hingga Triwulan-IV Tahun
2007 dengan tingkat inflasi yang lebih rendah dibandingkan nasional. Tingkat
inflasi di Jawa Timur pada periode ini menunjukkan kondisi yang tetap terkendali
(dalam target 6% 1), yaitu masing-masing sebesar 6,71%, 6,47%, dan 6,29%
untuk bulan Oktober, November, dan Desember 2007. Angka-angka ini lebih
rendah daripada inflasi nasional yang mencapai 6,88%, 6,71%, dan 6,59%.
Hingga akhir tahun 2007 ini, tingkat inflasi kumulatif Jawa Timur tercatat
sebesar 6,29%, yang berarti lebih rendah daripada tahun 2006 yang sebesar
6,64%.
Sedangkan, tekanan inflasi Jawa Timur pada triwulan IV-2008 cenderung
mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya, terutama
disumbangkan oleh kelompok bahan pangan. Tingkat inflasi Jawa Timur hingga
Desember 2008 mencapai 9,47% (yoy), lebih rendah dibandingkan inflasi
nasional yang sebesar 11,06% (yoy). Setelah mengalami kenaikan harga yang
cukup tinggi pada triwulan sebelumnya, pada Desember 2008 pergerakan harga
komoditas di Jawa Timur mengalami penurunan, hingga mencatat deflasi sebesar
0,29%. Berdasarkan kelompok barang, Sumber tekanan inflasi terbesar berasal
dari kenaikan harga komoditas pada kelompok bahan makanan, kelompok
makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau serta kelompok perumahan, gas,
listrik dan bahan bakar (gambar 2.4). Hal ini secara umum disebabkan oleh
beberapa faktor antara lain; pelemahan nilai tukar rupiah yang mendorong
terjadinya imported inflation, distribusi bahan bakar LPG yang masih kurang
lancar, kelangkaan minyak tanah terkait program konversi ke LPG, serta
kelangkaan pupuk yang terjadi di beberapa wilayah pertanian di Jawa Timur.
Kondisi kinerja makro ekonomi Jawa Timur Tahun 2007-2008 dilihat
dari PDRB Jawa Timur Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) selama kurun waktu
tiga tahun terakhir masing-masing pada tahun 2007 sebesar Rp. 534,92 triliun dan
pada tahun 2008 meningkat lagi menjadi sebesar Rp.619,00 triliun. Sedangkan,
menurut PDRB ADHK sebesar Rp.287,81 trilyun pada tahun 2007 meningkat
menjadi sebesar Rp.304,92 trilyun di tahun 2008.
Dari angka-angka PDRB tersebut, nampak PDRB Jawa Timur tiap tahun
terus mengalami peningkatan, walaupun tumbuh ditengah kondisi ekonomi
eksternal sedang goncang diterpa krisis keuangan global tahun 2007 dan 2008.
Tentunya, nilai PDRB ADHB yang dihasilkan masih mengandung pengaruh
perubahan harga, sehingga angka ini belum bisa digunakan untuk menghitung
pertumbuhan ekonomi Jawa Timur. Untuk melihat pertumbuhan ekonomi Jawa
Timur secara riil, dapat dilihat dari PDRB ADHK 2000, karena pertumbuhan

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
41

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
ekonomi ini benar-benar diakibatkan dari perubahan jumlah nilai produk barang
dan jasa yang sudah bebas dari pengaruh harga (pertumbuhan riil).
Secara perlahan, kenaikan itu juga berdampak pada kenaikan BBM di
dalam negeri yang pada akhirnya mendorong pergerakan harga barang dan jasa
ikut menjadi naik. Kondisi ini terus berlanjut dengan terjadinya krisis finansial
yang dimulai dari kasus subprime mortgage di Amerika Serikat, hingga meluas di
berbagai negara di dunia termasuk Indonesia. Bagai efek domino, Jawa Timur
juga terkena imbas, sehingga pertumbuhan ekonomi pada tahun 2008 melambat
kembali hanya mencapai 5,94 persen.
Pengaruh kenaikan harga BBM pada tahun 2005 mulai berkurang pada
tahun 2007, sehingga tahun 2007 perekonomian Jawa Timur nampak meningkat
dengan tumbuh sebesar 6,11 persen. Sektor ekonomi yang mengalami
pertumbuhan sangat tinggi pada tahun 2007 adalah sektor listrik, gas, dan air
bersih, sektor pertambangan dan penggalian, sektor perdagangan, hotel, dan
restoran dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dengan
pertumbuhan sebesar 11,81 persen, 10,44 persen, 8,39 persen dan 8,47 persen.
Sedangkan sektor industri pengolahan yang masih menjadi penyumbang terbesar
kedua dalam perekonomian Jawa Timur hanya mampu tumbuh 4,64 persen.
Krisis Keuangan Global yang terjada padi pada triwulan III tahun 2007
dan 2008, berpengaruh pada perekonomian Jawa Timur tahun 2008, sehingga
mengalami perlambatan kembali yaitu tumbuh sebesar 5,94 persen. Tercatat
beberapa sektor yang mengalami perlambatan pertumbuhan adalah sektor industri
pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor kostruksi, dan sektor
pertanian masing-masing tumbuh sebesar 4,36 persen, 3,11 persen, 2,71 persen
dan 3,12 persen. Sedangkan sektor-sektor yang masih mengalami pertumbuhan
tinggi adalah sektor sektor pertambangan dan penggalian, sektor perdagangan,
hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor keuangan,
persewaan, dan jasa perusahaan masing-masing tumbuh sebesar 9,36 persen,
8,19 persen, 8,38 persen, dan 8,05 persen.
Tingkat kesenjangan ekonomi antar wilayah di suatu wilayah yang
menunjukkan tingkat kesenjangaan antar wilayah (Indeks Disparitas Wilayah),
umumnya berfluktuasi seiring dengan tingkat perubahan PDRB per kapitanya.
Selain itu, semakin melebar atau menyempitnya kesenjangan itu juga dipengaruhi
oleh kondisi sosial ekonomi masyarakat sangat dipengaruhi oleh kreatifitas
Pemerintah Daerah dalam memanfaatkan segala potensi yang ada untuk
meningkatkan output daerah. Kondisi tersebut tergambarkan pada indeks
Williamson (baca : Indeks Kesenjangan) dengan PDRB per kapita sebagai tolok
ukur penghitungan.
Kesenjangan ekonomi antar kabupaten/kota di Jawa Timur yang
ditunjukkan dengan Indeks Disparitas Williamson dalam dua tahun terakhir 2007
2008 mengalami kemajuan yang signifikan dengan indeks yang cenderung
menurun. Pada tahun 2007 indeks mencapai 115,93 sedangkan tahun 2008
sebesar 115,81 atau mengalami penurunan sebesar 0,10 persen.
Adanya kenaikan harga BBM mulai 24 Mei 2008 serta terjadi krisis
global tidak menyebabkan melebarnyanya tingkat kesenjangan di Jawa Timur
sebagaimana yang terjadi pada tahun 2005 yang saat ini terjadi kenaikan harga
BBM. Hal ini diduga karena perekonomian Indonesia dan khususnya Jawa Timur

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
42

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
pada tahun 2008 sudah relatif stabil dibandingkan kondisi pada tahun 2005.
Selain itu kenaikan pada tahun 2008 tidak berlangsung lama, karena pada akhir
tahun 2008 harga BBM kembali mengalami penurunan secara bertahap.
Sementara indeks disparitas tahun 2009 masih tetap setabil yaitu sebesar 115,76
atau mengalami sedikit penurunan yaitu sebesar 0,04 persen dibanding dengan
tahun 2008.
Selanjutnya dengan adanya program aksi mengatasi dampak kenaikan
harga BBM (PAMDKB) pada tahun 2006 lalu secara berturut-turut, prosentase
jumlah penduduk miskin terus menurun. Pada tahun 2007 menjadi sebesar 19,98
persen, tahun 2008 menjadi sebesar 18,51 persen.
Program-program strategis Jawa Timur yang diarahkan pada sasaran
masyarakat miskin, antara lain melalui Program Gerdutaskin, Anti Poverty
Program, Bantuan Biaya Pendidikan Gratis bagi Masyarakat Miskin, Rehabilitasi
Rumah Tidak Layak Huni dan Pelayanan Kesehatan bagi Masyarakat Miskin
serta program sejenis lainnya, termasuk dari Pusat seperti Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri, baik Perkotaan maupun Perdesaan
dengan melalui sistim sharing anggaran. Ternyata program-program tersebut,
cukup efektif dan benar-benar menyentuh sasaran pada factor-faktor penyebab
atau factor-faktor yang berkorelasi dengan kemiskinan.
Dengan sasaran meliputi antara lain karakteristik individu, maupun
sasaran rumah tangga, komunitas, wilayah, sector, serta karakteristik makronya,
sehingga mampu meningkatkan derajat social masyarakat dari dibawah garis
kemiskinan menjadi mendekati garis kemiskinan dan diatas garis kemiskinan.
Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang dihasilkan
dalam publikasi ini, bertujuan untuk melihat keterbandingan/posisi pembangunan
manusia antar kabupaten/kota di Jawa Timur. Penghitungan IPM untuk lingkup
Jawa Timur dalam publikasi ini memakai standar harga Jakarta Selatan. Oleh
karena itu angka IPM menurut kabupaten/kota yang dihasilkan dari penyusunan
laporan IPM ini dapat dibandingkan. Secara umum angka IPM di Jawa Timur
tahun 2007 sebesar 69,78 meningkat menjadi sebesar 70,38 pada tahun 2008.
Secara umum, angka IPM di Jawa Timur selama dua tahun terakhir
2007-2008 menunjukan kenaikan. Pada tahun 2007 sebesar 69,78 meningkat
menjadi sebesar 70,38 pada tahun 2008). Dari hasil penghitungan IPM (lihat di
Lampiran) tahun 2009, diperoleh gambaran bahwa 19 Kabupaten/Kota
mempunyai IPM lebih baik daripada IPM Jawa Timur, sedangkan 19 kabupaten
lainnya memiliki nilai IPM di bawah angka IPM Jawa Timur. Nilai IPM tertinggi
dicapai oleh Kota Blitar sebesar 77,12 sedangkan urutan kedua ditempati Kota
Surabaya dengan nilai IPM 76.70 dan urutan ketiga adalah Kota Malang sebesar
76,58. Urutan terendah IPM adalah Kabupaten Sampang dengan nilai 58,23,
angka ini lebih baik jika dibandingkan dengan angka tahun sebelumnya yang
hanya sebesar 57,66.
Kinerja Investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) tahun 2007
telah disetujui sebanyak 22 Perusahaan dan Jumlah investasi sebesar
Rp.16.705.091 Juta dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 35.237 Orang Tenaga
Kerja Indonesia dan Tenaga Kerja Asing. Sedangkan, tahun 2008 telah disetujui
sebanyak 34 Perusahaan dan Jumlah investasi sebesar Rp.19.912.810 Juta dengan
jumlah tenaga kerja sebanyak 25.358 Orang Tenaga Kerja Indonesia dan Tenaga

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
43

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
Kerja Asing. Perkembangan realisasi investasi PMDN tahun 2007 sebanyak 17
perusahaan dengan nilai investasi sebesar Rp.1.724,3 Milyar, sedangkan pada
tahun 2008 sebanyak 40 perusahaan dengan realisasi nilai investasi sebesar
Rp.2.778,4 Milyar.
Adapun, perkembangan invetasi melalui persetujuan Penanaman Modal
Asing (PMA) tahun 2007 sebanyak 84 proyek dengan nilai investasi sebesar US
$.851,292 Ribu, yang menyerap tenaga kerja Indonesia sebanyak 18.038 Tenaga
Kerja Indonesia dan 9 Tenaga Kerja Asing. Kemudian pada tahun 2008 sebanyak
93 proyek dengan nilai investasi sebesar US $.2.585.906 Ribu, yang menyerap
tenaga kerja Indonesia sebanyak 50.294 Tenaga Kerja Indonesia dan 5 Tenaga
Kerja Asing. Perkembangan realisasi investasi asing tahun 2007 sebanyak 63
perusahaan asing dengan nilai investasi sebesar Rp.1.689,6 Milyar dan tahun
2008 sebanyak 73 perusahaan asing dengan nilai investasi sebesar Rp.457,3
Milyar.
Kinerja Ekspor non Migas Jawa Timur tahun 2007 dilihat dari nilai
ekspornya tercatat sebesar US $.11,770 Milyar Sedangkan dilihat dari volume
ekspor pada tahun 2007 mengalami kenaikan sebesar 16,83 %. Struktur ekspor
non migas Jawa Timur tahun 2007 dilihat dari 3 kelompok produk utama dari 10
produk utama yang memberikan kontribusi terbesar yaitu komoditi Pengolahan
Tembaga, Timbah dll sebesar 16,65% kemudian Pengolahan Kayu sebesar
10,26%, Pulp dan Kertas sebesar 8,58%. Adapun 10 (sepuluh) negara tujuan
utama ekspor non migas, yaitu Jepang; Amerika serikat; Malaysia; Republik
Rakyat Cina; Thailand; Singapura; Korea Selatan; Taiwan; Australia dan Belgia.
Sedangkan, tahun 2008 nilai ekspor non migas sebesar US $.11,10 Milyar yang
berarti menurun disbanding tahun 2007. Penurunan ini sevagai akibat dampak
krisis keuangan global yang juga mempengaruhi Jawa Timur.
Perkembangan Nilai Impor Jawa Timur tahun 2007 sebesar US $.7,26
Milyar sedangkan tahun 2008 sebesar US $.11,62 Milyar. Neraca perdagangan
Jawa Timur menunjukkan perkembangan yang cukup menggembirakan, dimana
pada tahun 2007 mencapai surplus sebesar US $.4,17 Milyar dan pada tahun
2008 defisit sebesar US $.520 Juta.
Kinerja stabilitas sistem keuangan, Kinerja stabilitas sistem keuangan,
khususnya perbankan di JAwa Timur tahun 2007 menunjukkan perbaikan,
terutama diindikasikan oleh risiko kredit dan risiko pasar yang masih relatif
terkendali. Risiko kredit perbankan di Jawa Timur secara umum tetap terkendali,
tercermin dari kondisi NPL gross yang terus menurun dari 7,33% (Sept 2006)
menjadi 4,95% (Sept 2007), sejalan dengan mulai pulihnya sektor industri.
Secara makro regional, musibah bencana lumpur Lapindo yang melanda
Kabupaten Sidoarjo, belum berdampak signifikan terhadap kinerja NPL. Namun
secara mikro perbankan, tidak dipungkiri bahwa bank bank yang berlokasi di
beberapa kabupaten/kota di Jawa Timur yang terkena dampak tidak langsung
lumpur Lapindo mengalami kenaikan NPL. Risiko pasar perbankan juga relatif
terjaga, karena di tengah penurunan suku bunga simpanan dan maraknya produk
keuangan lain seperti ORI dan lainnya, minat masyarakat untuk menempatkan
dananya di perbankan tidak berkurang.
Namun, kegiatan usaha perbankan di wilayah Jawa Timur diwarnai oleh
risiko likuiditas dan risiko operasional. Risiko likuiditas perbankan berpotensi

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
44

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
bergejolak, karena dari segi jangka waktu, struktur DPK perbankan masih
didominasi oleh sumber dana jangka pendek. Meskipun sumber DPK perbankan
terbesar tetap berasal dari dana yang relatif mahal, yaitu deposito, namun
pertumbuhannya cenderung menurun. Selain itu, potensi risiko operasional juga
dihadapi oleh industri perbankan di Jawa Timur, terkait dengan penyimpangan
yang terjadi pada beberapa perbankan di Jawa Timur, sebagai indikasi lemahnya
kualitas tata kelola (governance) dan pengendalian internal.
Dalam rangka meningkatkan kelancaran transaksi pembayaran, sistem
pembayaran hingga saat ini dinilai masih tetap kondusif. Kebutuhan masyarakat
terhadap keamanan, kecepatan serta kemudahan melakukan transaksi keuangan
terpenuhi dengan baik. Selama bulan Juli-September 2007, nilai transaksi
pembayaran, baik melalui tunai maupun non tunai, meningkat dibanding triwulan
sama tahun sebelumnya. Namun, posisi inflow bulan Juli-September 2007
menurun dibanding triwulan yang sama tahun sebelumya, karena penerapan
kebijakan BI tentang penyetoran hanya uang yang tidak layak edar ke BI.
Pada bulan September 2007, outflow terus meningkat seiring dengan
meningkatnya kebutuhan uang kartal masyarakat menjelang hari raya Idul Fitri.
Sementara itu, penyelesaian transaksi non tunai menunjukkan peningkatan, yang
secara umum didominasi oleh sistem BI-RTGS dan diikuti oleh transaksi sistem
kliring, yang masing-masing tercatat sebesar Rp.117,50 triliun dan Rp.34,25
triliun. Hal tersebut mengindikasikan tingginya kebutuhan masyarakat akan
transfer dana yang cepat, baik untuk kegiatan bisnis di sektor riil dan pembayaran
atas kebutuhan nasabah.
Fungsi intermediasi perbankan di Jawa Timur pada tahun 2007
menunjukkan peningkatan, tercermin dari pertumbuhan DPK dan kredit yang
lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya. total DPK di perbankan Jawa Timur
mencapai Rp.143,55 triliun dengan pertumbuhan tahunan mencapai 11,89%
(yoy), sedikit lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai
11,48% (yoy). Sementara itu dari sisi penyaluran kredit secara tahunan tumbuh
mencapai 23,82% (yoy) hingga berjumlah Rp.92,15 triliun.
Hingga triwulan III 2008, perkembangan indikator industri perbankan di
Jawa Timur menunjukkan trend yang melambat, baik bank umum maupun BPR.
Dari sisi risiko yang dihadapi perbankan, hingga triwulan III 2008 risiko kredit,
risiko likuiditas dan risiko pasar masih relatif terjaga. Namun terdapat potensi
tekanan kedepan, dipengaruhi oleh trend peningkatan suku bunga, pengetatan
likuiditas, serta pelemahan nilai tukar rupiah.
Ditengah krisis keuangan global yang masih berlangsung, industri
perbankan di Jawa Timur pada di triwulan-III tahun 2008 mengalami konsolidasi
dengan kinerja yang cukup stabil dan baik. Kelangkaan likuiditas tersebut mulai
terkoreksi sejak triwulan IV-2008 dan berlanjut di triwulan I-2009.

c. IKHTISAR PENCAPAIAN KINERJA KEUANGAN


1) Ikhtisar Realisasi Pencapaian Target Kinerja Keuangan
Pada tahun 2009 capaian terhadap target Pemerintah Provinsi Jawa
Timur sebagaimana diuraikan pada bab 2 adalah capaian terhadap 5 (lima)
Indicator Kinerja Utama (IKU) Provinsi Jawa Timur Tahun 2009, yang

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
45

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
merupakan wujud kinerja daripada 9 Agenda utama dan 18 Prioritas Program
Pembangunan Jawa Timur, secara ringkas dapat kami sampaikan sebagai berikut:
Pertama, Capaian Indikator Kinerja Utama Tingkat Pengangguran
Terbuka. Tingkat Pengangguran Terbuka di Jawa Timur tahun 2009 mencapai
sebesar 5,08 persen mengalami penurunan dibandingkan tahun 2008 yang
mencapai sebesar 6,42 persen.
Penurunan ini menunjukkan bahwa meskipun kinerja pertumbuhan
ekonomi tidak sebaik tahun lalu, namun tidak sampai berdampak terhadap
pengurangan tenaga kerja. Tetap terkendali dan kondusifnya perekonomian Jawa
Timur ditengah krisis keuangan Negara-nagara maju, telah menciptakan peluang
kerja dan menumbuhkan kesempatan kerja baru.
Kondisi ini nampak dari jumlah pengangguran di Jawa Timur tahun 2009
menurun menjadi sebanyak 1 Juta 33 Ribu 512 Orang, yang berarti menurun
sebesar 262.801 Orang atau turun 25,43 persen, dibandingkan jumlah
pengangguran taun 2008 sebanyak 1 Juta 296 ribu 313 Orang.
Kondisi krisis keuangan global yang terjadi di tahun 2008 lalu, sedikit
banyak berpengaruh terhadap perilaku masyarakat untuk mengambil inisiatif
sebagai upaya antisipasi apabila terjadi pengurangan tenaga kerja oleh
perusahaan. Namun, berbagai kebijakan fiscal Pemerintah yang bersifat insentif
mampu mengendalikan jumlah perusahaan yang akan melakukan pemutusan
hubungan kerja, sehingga jumlah pengangguran tidak semakin banyak.
Melihat kondisi yang mengkawatirkan ini, tidak bisa kita pungkiri kalau
kemudian masyarakat mencari alternative untuk mempertahankan
pendapatannya, dengan cara mempekerjakan anggota rumah tangga usia
produktif maupun yang sudah memasuki masa pensiun untuk masuk kembali ke
pasar kerja demi kelangsungan hidupnya.
Tidak adanya pengurangan tenaga kerja yang begitu drastis dimasa krisis
keuangan global oleh perusahaan di Jawa Timur, ini menunjukkan bahwa
imbasnya tidak berpengaruh besar. Namun, disisi lain penurunan kinerja
perdagangan ekspor ke beberapa Negara tujuan yang terkena dampak krisis, jelas
sangat mempengaruhi jumlah permintaan barang dan jasa dalam negeri yang
berimbas pula pada transaksi perusahaan, sehingga berdampak pada turunnya
pendapatan perusahaan dan pendapatan riil para pekerja.
Selanjutnya, sebagai pendukung capaian kinerja tingkat pengangguran
terbuka, perlu kami sampaikan capaian indicator kinerja dari aspek
Ketenagakerjaan di Jawa Timur, sebagai berikut:
Jumlah orang yang bekerja di Jawa Timur bertambah dari sebanyak
18,882 Juta Orang pada tahun 2008 menjadi sebanyak 19,31 Juta Orang di tahun
2009. Peningkatan ini ditunjukkan dengan meningkatnya rasio penduduk yang
bekerja di Jawa Timur tahun 2008 sebesar 93,58 naik menjadi sebesar 94,92 di
tahun 2009.
Jumlah pengangguran di Jawa Timur tahun 2009 menurun menjadi
sebanyak 1 Juta 33 Ribu Orang dibandingkan tahun 2008 sebanyak 1 Juta 296
Ribu Orang.
Kemudian, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) tahun 2009
sebesar 69,25 sedikit menurun dibandingkan tahun 2008 sebesar 69,32.

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
46

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
Perbaikan kinerja tingkat pengangguran terbuka di Jawa Timur juga
dapaat dilihat dari kinerja pendukung lainnya sebagai berikut:
Dilihat dari hasil Sensus Penduduk Tahun 2000 di Jawa Timur jumlah
penduduk usia 5 tahun keatas yang bekerja sebanyak 16,84 Juta Anak. Dari
sejumlah tersebut, sebesar 2,81 persen merupakan pekerja berusia 5 14 tahun
adalah pekerja anak.
Sedangkan persentase pekerja dibawah umur sebesar 1,0 persen. Namun,
dari hasil SAKERMAS Tahun 2009 oleh BPS Provinsi Jawa Timur, persentase
pekerja dibawah umur turun menjadi sebesar 0,59 persen, ini berarti terjadi
penurunan sebesar 0,41 persen selama kurun waktu tahun 2000 2009.
Data jumlah penduduk angkatan kerja dan jumlah penduduk yang bekerja
dapat ditunjukkan dengan besaran angka ratio penduduk yang bekerja atau
dikenal dengan Tingkat Kesempatan Kerja (TKK). Angka Ratio Penduduk yang
Bekerja pada tahun 2009 di Jawa Timur mencapai sebesar 94,92 persen naik
dibandingkan tahun 2008 sebesar 93,58 persen. Hal ini berarti dari sebanyak 100
angkatan kerja terdapat 95 orang pekerja.
Sedangkan, Jumlah Angkatan Kerja Usia 15 Tahun Keatas di Jawa Timur
tahun 2009 terjadi kenaikan dari sebanyak 20.450.000 Orang atau naik sebesar
1,35 persen, bila dibandingkan tahun 2008 yang mencapai sebanyak 20.178.590
Orang.
Jumlah penyerapan tenaga kerja untuk penduduk usia kerja 15 tahun
keatas yang bekerja menurut lapangan pekerjaan utama tahun 2009 mencapai
sebanyak 19 Juta 305 Ribu 60 Orang, meningkat dibandingkan tahun 2008
sebanyak 18 Juta 882 Ribu 280 Orang.
Berdasarkan distribusi sektoral atau menurut lapangan pekerjaan utama
maupun menurut status pekerjaan utama di Jawa Timur, jumlah tenaga kerja yang
terserap pada tahun 2009 masih didominasi oleh sektor Pertanian sebesar 42,90
persen, dibandingkan tahun 2008 peningkatan jumlah tenaga kerja terjadi pada 3
(tiga) sektor yaitu sektor Jasa, Transportasi dan Perdagangan masing-masing
sebesar 8,21 persen, 7,68 persen dan 4,17 persen. Sementara sektor Industri,
Pertambangan, Keuangan, Listrik, Gas dan Air Bersih mengalami penurunan
jumlah tenaga kerja.
Selanjutnya, penyerapan tenaga kerja dilihat dari tingkat penyerapan
secara rata-rata di Jawa Timur yang ditunjukkan dengan indikator ILOR, disemua
sector PDRB secara keseluruhan juga terjadi perbaikan.
ILOR Jawa Timur tahun 2009 rata-rata mencapai sebesar 0,03 persen
lebih baik dibandingkan tahun 2008 rata-rata hanya sebesar 0,02 persen.
Sedangkan menurut per tahun mengalami perbaikan, dari sebesar 0,01 persen
pada tahun 2008 menjadi sebesar 0,03 persen di tahun 2009.
Mencermati kondisi tersebut, dapat dijelaskan bahwa perbandingan
antara penambahan penyerapan tenaga kerja dengan penambahan nilai ouput
memang masih kecil. Namun, seiring dengan berkurangnya jumlah pengangguran
di Jawa Timur, angka ILOR meningkat lagi menjadi sebesar 0,03. Ini artinya,
bahwa setiap penambahan 100 juta rupiah PDRB sudah mampu menyerap 3
(tiga) orang tenaga kerja.

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
47

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa dengan masih rendahnya
ILOR, berarti masih rendahnya tingkat penyerapan tenaga kerja yang ditimbulkan
oleh peningkatan nilai output di wilayah Jawa Timur.
Kondisi ini dapat dilihat dari jumlah tenaga kerja usia 15 tahun keatas di
tahun 2009 mencapai sebanyak 19 Juta Orang, ini artinya ada penambahan tenaga
kerja sebanyak 135 Ribu Orang, sehingga meningkatkan kontribusi terhadap
PDRB menjadi sebesar Rp.17 Trilyun lebih.
Apabila dibandingkan dengan tahun 2008 bertambah menjadi sebanyak
18.882.277 Orang, yang berarti hanya bertambah sebanyak 130.856 tenaga kerja.
Penambahan ini memberikan kontribusi peningkatan PDRB sebesar 16,9 Trilyun.
Perbaikan penurunan pada indicator tingkat pengangguran terbuka ini,
telah mampu menurunkan jumlah kemiskinan di Jawa Timur secara keseluruhan
juga mengalami penurunan.
Perbandingan antara nilai PDRB sektor pertanian dan jumlah tenaga
kerja yang terserap di sektor Pertanian masih terlihat timpang dibandingkan
dengan sektor-sektor lainnya. Hal ini dikarenakan, tingkat produktivitas sektor
Pertanian dari tahun ke tahun masih sangat rendah, jika dibandingkan dengan
produktivitas sektor lainnya.
Kondisi inilah yang sering menimbulkan kesenjangan pendapatan antara
tenaga kerja di sektor pertanian dengan tenaga kerja di sektor lainnya.
Sementara itu, sebagian besar penduduk miskin di Jawa Timur adalah
mereka yang bekerja di sektor pertanian. Untuk itu, dibutuhkan dukungan
teknologi pertanian yang lebih canggih dalam meningkatkan besaran PDRB,
yang diharapkan akan dapat meningkatkan kesejahteraan petani di Jawa Timur.
Adapun, indikator makro lainnya yang sangat relevan dan memiliki
pengaruh langsung terhadap tingkat pengangguran terbuka yaitu investasi
khususnya dalam hal penyerapan tenaga kerja dan kualitas pendidikan, yang
terkait dengan kompetensi daya saing tenaga kerja. Kami sampaikan sebagai
berikut:
Investasi di Jawa Timur memang tidak sebaik tahun-tahun sebelumnya,
hal ini sudah mulai terasa sejak terjadi krisis global pada tahun 2008 yang juga
berimbas didalam negeri.
Beberapa negara-negara kapitalis dan negara-negara tujuan ekspor Jawa
Timur yang mengalami krisis keuangan, tentunya sangat sulit untuk dapat
melakukan ekspoitasi investasi utamanya ke Jawa Timur.
Kondisi ini menyebabkan investasi di Jawa Timur tahun 2009 baik
melalui Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun Penanaman Modal
Asing (PMA) terjadi penurunan, baik pada jumlah proyek maupun nilai
investasinya.
PMDN di Jawa Timur tahun 2009 mencapai sebesar 31 proyek dengan
nilai mencapai sebesar 9 Trilyun 506 Milyar 602 Juta Rupiah, dan menyerap
tenaga kerja Indonesia sebanyak 15.095 Orang.
Investasi ini jauh lebih kecil bila dibandingkan tahun 2008 dengan
jumlah proyek sebanyak 35 proyek dengan nilai yang mencapai sebesar 19
Trilyun 933 Milyar 800 Juta Rupiah dan menyerap tenaga kerja Indonesia
sebanyak 25.438 Orang. Ini berarti menurun cukup signifikan yaitu sebesar 52,31
persen.

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
48

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
Disisi lain, PMA di Jawa Timur tahun 2009 mencapai sebanyak 89
proyek, dengan nilai mencapai sebesar 1 Milyar 415 Juta 45 Ribu Dollar Amerika
lebih dan menyerap tenaga kerja Indonesia sebanyak 17.790 Orang lebih.
Besaran ini jauh dibawah tahun 2008 dengan jumlah proyek sebanyak 93
proyek, dengan nilai mencapai sebesar 2 Milyar 676 Juta 883 Ribu Dollar
Amerika lebih, dan menyerap tenaga kerja Indonesia sebanyak 40.293 Orang dan
tenaga kerja Asing sebanyak 5 Orang. Hal ini berarti menurun cukup besar yaitu
sebesar 47,14 persen.
Namun kita patut bersyukur, bahwa turunnya investasi di Jawa Timur
tidak berimbas besar terhadap tingkat kesempatan kerja di Jawa Timur di tahun
2009 yang justru bertambah menjadi sebanyak 19,12 Juta Orang, yang berarti
meningkat sebesar 0,26 atau naik 1,38 persen bila dibandingkan tahun 2008 yang
berjumlah sebanyak 18,86 Juta Orang.
Penurunan indikator tingkat pengangguran terbuka ini, tidak terlepas dari
meningkatnya dukungan indicator pendidikan di Jawa Timur yang terus
mengalami perbaikan kualitas, baik dari sisi partisipasi, rata-rata lama sekolah
maupun mutu kelulusan di berbagai tingkat pendidikan.
Hal ini ditunjukkan dengan indikator Angka Partisipasi Murni (APM)
Jawa Timur tahun 2008-2009 terjadi peningkatan pada jenjang SD dan SLTA,
walaupun tidak diikuti oleh jenjang SLTP. Pada jenjang SD APM mencapai
sebesar 0,29 persen point, yaitu dari sebesar 97,42 persen pada tahun 2008
menjadi sebesar 97,71 persen di tahun 2009.
Untuk jenjang SLTA, APM tahun 2009 mencapai sebesar 51,96 persen
meningkat sebesar 2,27 persen point dibandingkan tahun 2008 sebesar 49,69
persen. Sementara, APM SLTP turun sebesar 14,30 persen point yaitu dari
sebesar 99,74 persen pada tahun 2008 menjadi sebesar 85,44 persen di tahun
2009.
Terjadinya penurunan ini yang relatif besar ini dikarenakan semakin
besarnya jumlah murid di luar kelompok usia 13-15 tahun. Hal ini, disebabkan
besarnya keterlibatan penduduk usia kurang dari 7 tahun pada jenjang SD. Selain
itu, disebabkan terbukanya kesempatan dari aspek ekonomi, geografis dan
regulasi atau kebijakan, yang menyebabkan penduduk yang telah berusia diatas
15 tahun, namun belum bersekolah atau menamatkan pendidikan di tingkat SLTP
untuk kembali melanjutkan pendidikannya di SLTP.
Selanjutnya, Angka Partisipasi Sekolah (APS) SMU/SMK/MA usia 16-
18 tahun tahun 2009 mencapai sebesar 61,75 yang berarti naik, bila dibandingkan
tahun 2008 sebesar 59,26. Sedangkan, Angka Kelulusan tahun 2009 mencapai
sebesar 99,25 meningkat bila dibandingkan tahun 2008 sebesar 89,96.
Dengan turunnya Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dari sebesar 6,42
persen (2008) menjadi 5,08 persen (2009), hal ini menunjukkan bahwa capaian
indicator kinerja utama tingkat pengangguran terbuka tahun 2009, mampu
dikendalikan dengan baik. Pencapaian ini berarti telah melampaui target yang
ditetapkan dalam dokumen RPJMD pada kisaran target sebesar 6,20 persen
sampai dengan 6,40 persen.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pengaruh krisis eksternal
tidak begitu besar terhadap perusahaan, sehingga tidak terjadi pengurangan
tenaga kerja. Dengan, bertambahnya jumlah anggota rumah tangga usia produktif

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
49

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
dan memasuki masa pensiun yang masuk dalam pasar tenaga kerja serta dunia
wirausaha mandiri, telah menimbulkan pendapatan masyarakat bertambah dan
meningkatkan permintaan agregat masyarakat Jawa Timur dibandingkan tahun
sebelumnya.
Peningkatan pendapatan masyarakat tersebut, mampu memperlancar
transaksi barang dan jasa, sehingga menumbuhkan kondisi perekonomian Jawa
Timur tetap terkendali dan dalam suasana kondusif.
Kedua, Capaian Indikator Kinerja Utama Prosentase Penduduk Miskin
terhadap Jumlah Penduduk. Jawa Timur sebagai provinsi dengan jumlah
penduduk terbesar kedua setelah Provinsi DKI Jakarta memang memiliki potensi
sumber daya manusia yang besar. Namun, potensi besar ini bila tidak berkualitas
dan rendah produktivitasnya justru akan menjadi beban dan permasalahan bagi
Jawa Timur.
Terkait dengan permasalahan penduduk miskin ini, perlu kami
sampaikan bahwa pada bulan September 2008 yang lalu, BPS telah
melaksanakan Program Pendataan Perlindungan Sosial (PPLS), dengan sasaran
utama wilayah yang berdekatan dengan Kota Surabaya dan Jembatan Suramadu,
dikenal dengan sebutan GREMAKERTOSUSILA (yaitu Gresik, Madura meliputi
Kabupaten Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Sumenep, kemudian Kabupaten
dan Kota Mojokerto, Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo serta Kabupaten
Lamongan).
Pada saat dilakukan pendataan terhadap Rumah Tangga Miskin di
wilayah tersebut telah tercatat sebanyak 880.716 Rumah Tangga Miskin (RTM).
Data tersebut selanjutnya ditetapkan sebagai Data Dasar atau Titik Nol diawal
masa kepemimpinan kami yang dilantik Bulan Pebruari 2009.
Selanjutnya, pada bulan Oktober 2009 BPS melakukan survey secara
sampling, khususnya terhadap 10 (Sepuluh) Kabupaten/Kota di wilayah
GREMAKERTASUSILA. Hal ini dimaksudkan untuk melihat dampak dan
perkembangan pasca kebijakan program kemiskinan dilaksanakan. Dari hasil
survey tersebut tercatat sebanyak 868.230 Rumah Tangga Miskin (RTM).
Jumlah ini berarti menunjukkan bahwa selama 8 (Delapan) bulan
program dilaksanakan, telah terjadi penurunan jumlah Rumah Tangga Miskin
(RTM) yaitu menjadi sebanyak 868.230 RTM, yang berarti menurun sebanyak
12.486 Rumah Tangga Miskin (RTM) atau turun sebesar 1,42 persen.
Dari penurunan tersebut, jumlah penurunan terbesar terjadi di Kabupaten
Lamongan sebanyak 2.569 RTM, diikuti Kabupaten Sumenep sebanyak 2.352
RTM dan Kabupaten Gresik sebanyak 2.053 RTM, Kemudian Kabupaten Kota
Surabaya 1.597 RTM, dan Kabupaten Mojokerto sebanyak 1.106 RTM.
Sedangkan, Kabupaten lainnya yaitu meliputi Kabupaten Sampang, Bangkalan,
Pamekasan, Sidoarjo, dan Kota Mojokerto penurunannya masih dibawah 1.000
RTM.
Pelaksanaan survey BPS di wilayah GREMAKERTOSUSILA pada
bulan Oktober 2009 kemarin, tentunya masih belum menunjukkan jumlah
penurunan Rumah Tangga Miskin pada bulan Oktober, Nopember dan Desember
2009. Tentu saja, penurunan jumlah Rumah Tangga Miskin sebesar 1,42 persen
tersebut masih dapat meningkat lagi di akhir tahun 2009.

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
50

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
Selanjutnya, perlu kami sampaikan bahwa perhitungan Prosentase
Penduduk Miskin terhadap Jumlah Penduduk Jawa Timur adalah menggunakan
basic needs approach atau pendekatan kebutuhan dasar, dimana pada tahun
2009 mencapai sebesar 16,68 persen, yang berarti terjadi penurunan sebesar 1,83
atau turun 9,89 persen bila dibandingkan tahun 2008 yang mencapai sebesar
18,51 persen.
Jumlah tersebut ditunjukkan dengan Prosentase Penduduk Miskin secara
keseluruhan menurut Katagori 2 dan 3 nampak terjadi penurunan, dari
sebelumnya sebesar 18,51 persen pada tahun 2008 kini tersisa menjadi sebesar
16,68 persen di tahun 2009.
Prosentase dimaksud menunjukkan bahwa Jumlah Penduduk Miskin di
Jawa Timur terjadi penurunan dari sebanyak 9 Juta 75 Ribu 710 Jiwa pada tahun
2008, turun menjadi 9 Juta 49 Ribu 461 Jiwa di tahun 2009 yang berarti menurun
sebesar 26 Ribu 258 Jiwa.
Program-program strategis Jawa Timur yang diarahkan pada sasaran
masyarakat miskin, antara lain melalui Program Gerdutaskin, Anti Poverty
Program, Bantuan Biaya Pendidikan Gratis bagi Masyarakat Miskin, Rehabilitasi
Rumah Tidak Layak Huni dan Pelayanan Kesehatan bagi Masyarakat Miskin
serta program sejenis lainnya, termasuk dari Pusat seperti Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri, baik Perkotaan maupun Perdesaan
dengan melalui sistim sharing anggaran.
Ternyata program-program tersebut cukup efektif dan benar-benar
menyentuh sasaran pada factor-faktor penyebab atau factor-faktor yang
berkorelasi dengan kemiskinan.
Dengan sasaran meliputi antara lain karakteristik individu, maupun
sasaran rumah tangga, komunitas, wilayah, sector, serta karakteristik makronya,
sehingga mampu meningkatkan derajat social masyarakat dari dibawah garis
kemiskinan menjadi mendekati garis kemiskinan dan diatas garis kemiskinan.
Selanjutnya, kinerja Prosentase Penduduk Miskin juga dapat dilihat pada
capaian kinerja indicator pendukung lainnya yaitu Indeks Keparahan Kemiskinan
dan Rasio Tingkat Ketergantungan, sebagai berikut:
Indeks Keparahan Kemiskinan atau Poverty Severity Index di Jawa
Timur tahun 2009 sebesar 0,76 terjadi penurunan dibandingkan tahun 2008
sebesar 0,93.
Rasio Tingkat Ketergantungan Masyarakat Jawa Timur semakin
menurun, pada tahun 2009 mencapai sebesar 39,87 lebih rendah bila
dibandingkan tahun 2008 sebesar 40,36.
Selain itu, perbaikan kondisi masyarakat miskin di Jawa Timur, juga
dapat dilihat dari kinerja indicator lainnya dari sisi penerimaan dan pengeluaran
seperti Pendapatan per Kapita, Nilai Tukar Petani dan Nilai Tukar Nelayan,
Indeks Daya Beli Masyarakat, dan Tingkat Konsumsi Masyarakat.
Pertumbuhan ekonomi dengan inflasi terkendali tersebut, memberikan
kontribusi positif pada indicator Pendapatan per kapita menurut ADHB
masyarakat Jawa Timur tahun 2009 mengalami perbaikan peningkatan.
Dilihat dari perkembangan PDRB per kapita Atas Dasar Harga Berlaku
di Jawa Timur dari tahun ke tahun, nampak semakin menunjukkan peningkatan.

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
51

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
Peningkatan PDRB per kapita tersebut, disebabkan karena pertumbuhan PDRB
ADHB yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan penduduk.
Walaupun, pada tahun 2008 imbas Krisis Keuangan Global sudah mulai
berimbas ke Negara-negara lain, akan tetapi PDRB perkapita Jawa Timur masih
terus meningkat yaitu mencapai sebesar 18,35 Juta Rupiah atau meningkat
sebesar 1,66 Juta Rupiah atau naik 9,95 persen dibanding tahun 2008 sebesar
16,69 Juta Rupiah.
Sedangkan, Pendapatan per Kapita masyarakat dilihat dari tingkat
kesejahteraan petani yang diukur dengan Indeks Nilai Tukar Petani (NTP) tahun
2009 sebesar 99,24 (dengan perhitungan tahun dasar 2007 = 100), mengalami
peningkatan sebesar 2,3 persen bila dibandingkan NTP tahun 2008 yaitu sebesar
97,01.
Kondisi ini menggambarkan bahwa peningkatan indeks penerimaan
petani dari hasil penjualan produksinya lebih tinggi dari indeks yang harus
dibayar petani untuk biaya produksi maupun konsumsi.
Peningkatan indeks NTP didukung oleh kenaikan NTP dari 4 (empat) sub
sector yaitu sub sector Tanaman Pangan sebesar 6,36 persen, sub sector
hortikultura sebesar 13,51 persen, sub sector peternakan sebesar 2,32 persen dan
sub sector perikanan sebesar 1,16 persen. Sedangkan NTP sub sector perkebunan
mengalami penurunan sebesar 7,71 persen.
Namun, capaian NTP tersebut belum begitu menggembirakan, sehingga
masih perlu terus diupayakan agar NTP dapat terus meningkat sehingga
kesejahteraan petani menjadi lebih baik lagi.
Disisi lain, pendapatan masyarakat dilihat dari tingkat kesejahteraan
nelayan yang diukur dengan Indeks Nilai Tukar Nelayan (NTN) tahun 2009
sebesar 140,10 (dengan perhitungan tahun dasar 2005 = 100), yang berarti turun
sebesar 1,06 persen dibandingkan NTN tahun 2008 sebesar 141,63. Hal ini
disebabkan karena pada tahun 2009 hampir 50 persen komoditi ikan yang didata
mengalami penurunan harga.
Indikator lainnya yang terkait dengan tingkat pengangguran terbuka yaitu
Indeks Daya Beli. Indeks Daya Beli Masyarakat Jawa Timur tahun 2009 sebesar
64,77 meningkat sebesar 0,85 atau naik 1,33 persen bila dibandingkan tahun
2008 yang mencapai sebesar sebesar 63,92.
Tingkat Konsumsi Masyarakat Jawa Timur, dilihat dari Persentase
Konsumsi Rumah Tangga non Pangan tahun 2009 mencapai sebesar 47,26
persen, menurun sebesar 4,38 atau turun 8,48 persen bila dibandingkan tahun
2008 sebesar 51,64 persen. Kemudian, dilihat dari Angka Konsumsi Rumah
Tangga per Kapita tahun 2009 sebesar 380,16 meningkat sebesar 9,20 atau naik
2,48 persen bila dibandingkan tahun 2008 sebesar 370,96.
Dari sisi permintaan, konsumsi masih menjadi factor pendorong
pertumbuhan ekonomi, karena moment bulan puasa dan lebaran pada bulan
September 2009. Sedangkan pada sisi penawaran menunjukkan bahwa tiga sector
utama pendorong pertumbuhan ekonomi Jawa Timur mampu tumbuh dengan
baik, hal ini karena memenuhi permintaan masyarakat yang meningkat pada
bulan September 2009 yang lalu.
Capaian kinerja Prosentase Penduduk Miskin terhadap Jumlah Penduduk
Jawa Timur tahun 2009 mencapai sebesar 16,68 persen tersebut lebih rendah

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
52

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
dibandingkan tahun 2008 sebesar 18,51 persen, ini menunjukkan bahwa capaian
tersebut mencapai target kinerja yang ditetapkan dalam RPJMD Tahun 2009-
2014 yaitu berada dikisaran 16,50 persen sampai dengan 16,90 persen.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa jumlah penduduk miskin
Jawa Timur terjadi penurunan, selain karena implementasi kebijakan Pemerintah
Jawa Timur dalam berbagai prioritas program pokok dan penunjang, untuk
pengentasan penduduk miskin cukup efektif dan tepat sasaran, juga merupakan
dukungan dari Pemerintah Pusat melalui berbagai bidang program pengentasan
kemiskinan.
Hal ini juga mencerminkan bahwa jumlah masyarakat miskin di Jawa
Timur yang tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan dasarnya, baik kemampuan
dalam memenuhi kebutuhan makanan maupun non makanan yang bersifat
mendasar semakin lama semakin berkurang jumlahnya.
Ketiga, Capaian Indikator Kinerja Utama Prosentase Pertumbuhan
Ekonomi menurut ADHK 2000. Laju Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Tahun
2009 meskipun tidak sebaik tahun 2008, namun masih mampu tumbuh ditengah
ketidakpastian ekonomi eksternal. Pertumbuhan yang melamban ini bisa menjaga
kondisi perekonomian Jawa Timur masih tetap berada dalam suasana kondusif.
Secara kumulatif pertumbuhan ekonomi Jawa Timur tahun 2009
mencapai sebesar 5,01 persen, sedikit menurun sebesar 0,93 atau turun 15,66
persen bila dibandingkan tahun 2008 yang mencapai sebesar 5,94 persen.
Meskipun, pertumbuhannya tidak sebaik tahun sebelumnya, namun pertumbuhan
ekonomi Jawa Timur tahun 2009 tumbuh lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi
Nasional yang mencapai sebesar 4,50 Persen.
Dilihat dari pertumbuhan PDRB sektoral yang merupakan sector-sektor
strategis dan potensial di Jawa Timur, nampaknya kontribusi pertumbuhan sector
PDRB mengalami perubahan.
Komponen sector yang memberikan kontribusi besar terhadap
pertumbuhan ekonomi Jawa Timur tahun 2009 nampaknya terjadi pergeseran,
seiring pesatnya perkembangan kebutuhan masyarakat terhadap pentingnya
sarana dan prasarana angkutan dan pemanfaatan teknologi informasi untuk
aktivitas social dan ekonomi sehari-hari.
Hal ini nampak dari besarnya kontribusi dari sector Perdagangan,
Industri dan Pertanian bergeser ke sector Pengangkutan dan Komunikasi,
Konstruksi dan Pertanian. Walaupun, sumbangsih pertumbuhan sektor-sektor
tersebut, besaran total nilainya belum mampu menjadi tiga komponen sector
utama dalam pembentukan PDRB Jawa Timur.
Sektor yang mengalami pertumbuhan positif dan signifikan selama tahun
2009 yaitu sector Pengangkutan dan Komunikasi naik sebesar 3,76 persen (dari
sebesar 8,38 persen pada tahun 2008 menjadi 12,14 persen di tahun 2009).
Kemudian diikuti dengan sector Konstruksi naik sebesar 1,54 (dari sebesar 2,71
persen tahun 2008 menjadi sebesar 4,25 persen di tahun 2009). Selanjutnya,
sector Pertanian naik 0,89 (dari sebesar 3,12 persen pada tahun 2008 menjadi
sebesar 4,01 persen di tahun 2009).
Sedangkan, beberapa sector lainnya yang biasanya tumbuh positif pada
tahun 2009 terjadi penurunan, penurunan tertinggi terjadi pada sector

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
53

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
perdagangan, Hotel dan restoran sebesar 2,49 (dari sebesar 8,19 persen tahun
2008 menjadi sebesar 5,70 persen di tahun 2009).
Kemudian, sector Keuangan, Sewa dan Jasa Perusahaan turun sebesar
2,37 (dari sebesar 8,05 persen tahun 2008 menjadi sebesar 5,68 di tahun 2009).
Penurunan ini juga terjadi pada sector Pertambangan dan Penggalian yang turun
sebesar 2,30 (dari sebesar 9,36 persen tahun 2008 menjadi sebesar 7,06 persen di
tahun 2009). Selain itu, pada sector Industri Pengolahan juga mengalami
penurunan sebesar 1,74 (dari sebesar 4,36 persen pada tahun 2008 menjadi
sebesar 2,62 persen di tahun 2009).
Penurunan ini cukup wajar terjadi, mengingat imbas krisis keuangan
global sedikit banyak berpengaruh terhadap kinerja sektor Perdagangan dan
sector Industri di Jawa Timur, khususnya terhadap transaksi perdagangan ekspor
non migas ke negara tujuan utama yang terkena dampak krisis, sehingga
mengurangi jumlah pasar produksi ekspor dan menimbulkan biaya produksi
menjadi tinggi.
Dampak krisis keuangan global yang menimbulkan pasar terbatas dan
biaya produksi tinggi, jelas menurunkan kinerja transaksi perdagangan produksi
barang dan jasa Jawa Timur.
Hal ini, nampak dari prosentase pertumbuhan sector Perdagangan di
Jawa Timur yang terus tertekan, pada tahun 2009 hanya tumbuh sebesar 5,70
persen, lebih rendah dari pertumbuhan tahun 2008 yang mencapai sebesar 8,19
persen. Sedangkan, sector Industri turun menjadi sebesar 2,62 persen di tahun
2009 dari sebelumnya mencapai sebesar 4,36 persen pada tahun 2008.
Kondisi tersebut mencerminkan bahwa, transaksi ekspor dan impor
perdagangan Jawa Timur tahun 2009 ke negara-negara tujuan cenderung turun,
namun ekspor regional antar pulau atau ke provinsi lain khususnya Wilayah
Bagian Timur Indonesia justru menunjukkan trend positif, sehingga surplus
neraca perdagangan non migas Jawa Timur tetap terkendali, walaupun kurang
proporsional.
Hal ini nampak dari kinerja ekspor non migas Jawa Timur tahun 2009
mencapai sebesar 10.011,87 Juta Dolar Amerika atau naik sebesar 0,41 persen
dibanding tahun 2008 sebesar 9.970,61 Juta Dolar Amerika. Kinerja Impor Non
Migas Jawa Timur tahun 2009 sebesar 9.130,22 Juta Dolar Amerika atau
mengalami penurunan sebesar 20,16 persen dibanding tahun 2008 sebesar
11.435,47 Juta Dolar Amerika.
Perkembangan nilai ekspor non migas Jawa Timur tahun 2009
kapasitasnya sebanyak 3.084.432 ton dengan nilai sebesar 4.378.509 Ribu Dolar
Amerika. Sedangkan impor non migas kapasitasnya mencapai 5.280.531 ton
dengan nilai sebesar 3.794.727 Ribu Dolar Amerika.
Dari penurunan transaksi ekspor dan impor non migas tersebut, neraca
perdagangan non migas Jawa Timur tahun 2009 masih mengalami surplus
sebesar 881,65 Ribu Dollar Amerika, yang berarti masih lebih baik bila
dibandingkan dengan tahun 2008 yang terjadi defisit sebesar minus 523.930 Ribu
Dollar Amerika.
Peningkatan kinerja ekspor non migas Jawa Timur tahun 2009 masih
tetap diperoleh dari Negara tujuan yaitu Jepang, Amerika, RRC, Malaysia,
Singapura, Kora Selatan, Thailand, Australia, Jerman dan Vietnam, dengan

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
54

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
komoditi utama ekspor non migas meliputi Pengolahan Tembaga, Timah, Pulp
dan Kertas, Pengolahan Kayu, Besi Baja, Mesin-mesin dan Otomotif, Kimia
Dasar, Makanan dan Minuman, Tekstil, ALat-alat Listrik, Pengolahan Kelapa
Sawit, Kulit, Barang Kulit dan Alas Kaki.
Kontribusi nilai ekspor Jawa Timur terhadap Nasional tahun 2009
sebesar 16,91 persen meningkat dibandingkan tahun 2008 sebesar 10,30 persen.
Besaran kontribusi ini diperoleh dari realisasi nilai ekspor non migas Jawa Timur
tahun 2009 sebesar 4,55 Milyar Dollar Amerika sedangkan nasional sebesar
26,90 Milyar Dollar Amerika.
Namun, penurunan terhadap kinerja sector industry dan perdagangan di
Jawa Timur ditengah kondisi krisis keuangan global di Negara-negara maju
belum pulih, disisi lain justru kinerja sector riil mengalami pertumbuhan yang
menggembirakan.
Hal ini nampak dari peranan UKM terutama sejak krisis moneter tahun
1998 dapat dipandang sebagai katup penyelamat dalam proses pemulihan
ekonomi nasional maupun regional, baik dalam mendorong laju pertumbuhan
ekonomi maupun penyerapan tenaga kerja.
Kinerja UMKM dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan
peningkatan, dilihat dari indicator Kontribusi UKM terhadap PDRB Jawa Timur
mencapai 52 persen. Perkembangan sektor UMKM yang demikian menyiratkan
bahwa terdapat potensi yang besar atas kekuatan domestik, jika hal ini dapat
dikelola dan dikembangkan dengan baik tentu akan dapat mewujudkan usaha
menengah yang tangguh. Oleh karena itu pengembangan UKM menjadi salah
satu fokus pembangunan nasional dan khususnya di Jawa Timur.
Jumlah UKM di Jawa Timur tahun 2009 sebanyak 2.740.928 UKM
meningkat dibandingkan tahun 2008 sebanyak 2.663.552 UKM, sedangkan
Jumlah UKM Non BPR/LKM pada tahun 2009 meningkat sebesar 2,91 persen
dari 2.651.855 UKM pada tahun 2008 menjadi 2.728.669 UKM pada tahun 2009.
Perkembangan UKM tersebut tidak terlepas dari lembaga keuangan
sebagai sumber pembiayaan usahanya. Keterbatasan akses sumber-sumber
pembiayaan yang dihadapi oleh UMKM terutama dari lembaga-lembaga
keuangan formal seperti perbankan, menyebabkan mereka bergantung pada
sumber-sumber informal.
Sumber-sumber lembaga keuangan informal yang dikenal dengan
Lembaga Keuangan Mikro ini beraneka ragam bentuknya, mulai dari rentenir
hingga berkembang dalam bentuk unit-unit simpan pinjam, koperasi dan bentuk-
bentuk yang lain.
Jumlah UKM BPR/LKM tahun 2008 naik 7,24 persen menjadi 11.697
usaha dan pada tahun 2009 naik sebesar 4,80 persen menjadi 12.259 persen.
Dengan semakin meningkatnya jumlah UKM BPR/LKM dan pentingnya peranan
UKM BPR/LKM dalam pembangunan ekonomi khususnya dalam pengembangan
dan pemberdayaan UMKM, sehingga keberadaannya menjadi signifikan dalam
menumbuhkan perekonomian di Jawa Timur.
Selain itu, Koperasi juga merupakan salah satu badan usaha yang
memiliki kontribusi besar dalam pembangunan ekonomi, karena kegiatan usaha
koperasi lebih banyak berhubungan langsung dengan ekonomi kerakyatan.

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
55

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
Pada tahun 2009, jumlah koperasi aktif di Jawa Timur sebanyak 15.609
Unit dari 19.331 Unit Koperasi yang ada atau sebesar 80,75 persen dari total
koperasi. Persentase koperasi aktif pada tahun 2009 meningkat sebesar 4,08
persen point dibanding dengan tahun 2008 sebanyak 14.304 Unit dari 18.656
Unit Koperasi yang ada atau sebesar 76,67 persen.
Kami patut bersyukur, disaat negara-negara maju mengalami
ketidakpastian perekonomian, kinerja pertumbuhan ekonomi Jawa Timur tetap
tumbuh meskipun melamban, dan menghasilkan capaian kinerja tetap terkendali,
sehingga perekonomian tetap dalam suasana kondusif. Kondisi ini menjadikan
masyarakat tetap bergairah dalam melakukan aktivitas ekonomi.
Disisi lain, sector potensial PDRB diluar 3 kontribusi terbesar PDRB
Jawa Timur yaitu sector Pertambangan dan Penggalian yang sebelumnya
mengalami peningkatan, pada tahun 2008 dan 2009 terus mengalami penurunan.
Pada tahun 2008 mencapai sebesar 9,36 persen dan di tahun 2009 turun menjadi
sebesar 7,06 persen.
Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih yang sebelumnya terus meningkat
juga mulai terjadi penurunan. Pada tahun 2008 sebesar 3,11 persen turun menjadi
sebesar 2,58 persen. Sektor Keuangan, Sewa dan Jasa Perusahaan pada tahun
2008 sebesar 6,32 persen turun menjadi sebesar 6,65 persen.
Tentu saja, penurunan kinerja pertumbuhan ekonomi tahun 2009 ini jelas
berpengaruh besar terhadap upaya pengentasan dan pengurangan penduduk
miskin di Jawa Timur tidak bisa berkurang secara signifikan.
Laju pertumbuhan ekonomi tersebut, ditunjukkan dengan PDRB ADHK
2000 tahun 2009 mencapai sebesar 320,21 Milyar Rupiah lebih, yang berarti
meningkat sebesar 15,29 Milyar Rupiah lebih atau naik 4,77 persen bila
dibandingkan tahun 2008 sebesar 304,92 Milyar Rupiah lebih.
Kenaikan PDRB tersebut dilihat dari prosentase pertumbuhan PDRB
ADHK menurut year on year mengalami peningkatan, dari sebesar 4,73 persen
pada tahun 2008 menjadi sebesar 4,90 persen di tahun 2009.
Besaran indicator PDRB dan Pertumbuhan Ekonomi tersebut dipengaruhi
oleh laju inflasi Jawa Timur pada Tahun 2009 menurut tahun kalender sebesar
3,62 persen, sedangkan menurut year on year yang mencapai sebesar 2,81 persen.
Apabila dibandingkan laju inflasi tahun 2008 sebesar 9,66 persen jauh lebih
terkendali.
Laju inflasi Jawa Timur tahun 2009 mencapai sebesar 3,62 persen sedikit
lebih tinggi dibandingkan laju inflasi Nasional yang mencapai sebesar 2,78
persen. Rendahnya inflasi nasional tahun 2009 ini disebabkan beberapa laju
inflasi kota-kota besar di Pulau Jawa cenderung memiliki inflasi yang lebih
rendah dari Jawa Timur, sehingga berpengaruh besar terhadap inflasi nasional
secara umum.
Namun, bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, laju inflasi Jawa
Timur tahun 2008 memang lebih baik bila dibandingkan laju inflasi nasional
yang mencapai sebesar 11,06 persen.
Penyebab meningkatnya laju inflasi di Jawa Timur akhir-akhir ini lebih
banyak dipengaruhi oleh adanya kebijakan pemerintah yang terkait dengan harga
seperti naiknya harga cukai rokok, harga premium dan solar, konversi energy
yang berdampak naiknya harga minyak tanah, kemudian naiknya tarif air minum

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
56

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
dan harga elpiji. Kenaikan tersebut, membawa dampak naiknya harga komoditas
lain seperti makanan jadi.
Selain itu, laju inflasi juga dipengaruhi oleh naiknya harga beberapa
komoditas utama seperti beras, minyak goreng, gula pasir dan emas perhiasan
serta biaya sekolah swasta. Namun, pengaruh pendorong utama laju inflasi tahun
2009 yaitu dari kenaikan harga gula pasir, emas perhiasan, beras dan mobil,
disamping naiknya harga bumbu-bumbuan seperti bawang putih, cabe merah dan
cabe rawit.
Tekanan inflasi tertinggi berasal dari sumbangan komoditas Gula Pasir
yang mencapai sebesar 0,4894, diikuti oleh Beras sebesar 0,4767, Emas
Perhiasan sebesar 0,2702, Harga Mobil sebesar 0,2448 dan Bawang Putih sebesar
0,2318.
Apabila, kita cermati lebih dalam bahwa sumbangan tekanan inflasi
terbesar di Jawa Timur pada tahun 2009 berasal dari kelompok Makanan Jadi,
Minuman, Rokok dan Tembakau, yang dipengaruhi oleh kenaikan harga pada sub
kelompok Minuman yang tidak beralkohol sebagai akibat kenaikan harga
komoditas gula pasir.
Pengaruh terbesar laju inflasi adalah akibat kenaikan harga yang
ditunjukkan oleh kenaikan indeks pada Kelompok Makanan Jadi, Minuman,
Rokok dan Tembakau sebesar 0,28 persen. Disusul Kelompok Perumahan
sebesar 0,20 persen, lalu Kelompok Sandang sebesar 1,53 persen, Kelompok
Kesehatan sebesar 0,14 persen, kemudian Kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan
Olahraga sebesar 0,21 persen dan Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa
Keuangan sebesar 0,02 persen. Sedangkan Kelompok Bahan Makanan justru
mengalami deflasi sebesar 0,78 persen.
Ini berarti, dua sector tersebut turut memberikan sumbangan terhadap
penurunan tingkat inflasi, akibat tekanan kenaikan harga kebutuhan barang dan
jasa pada moment puasa dan lebaran bulan September 2009 yang lalu. Sehingga,
inflasinya masih lebih baik dibandingkan Provinsi Yogyakarta yang mencapai
sebesar 0,09 persen.
Sepuluh komoditas yang memberikan sumbangan terbesar terhadap
terjadinya inflasi adalah Emas Perhiasan, Bawang Merah, Bahan Bakar Rumah
Tangga, Cabe Rawit, Mie, Beras, Nasi (Makanan Jadi dengn campuran utama
dari nasi rames), Pasir, Tahu Mentah dan Rokok Kretek Filter.
Sedangkan sepuluh komoditas yang memberikan sumbangan deflasi
adalah Cabe Merah, Daging Ayam Ras, Telur Ayam ras, Jeruk, Jagung Muda,
Daging sapi, Kelapa, Minyak Goreng, Nangka Muda dan Gula Pasir.
Beberapa indicator makro ekonomi lain yang mampu mendukung kinerja
pertumbuhan ekonomi Jawa Timur yaitu Pendapatan per Kapita masyarakat Jawa
Timur, pada tahun 2009 mencapai sebesar 18,35 Juta Rupiah lebih, yang berarti
meningkat sebesar 1,59 Juta Rupiah lebih, bila dibandingkan tahun 2008 yang
sebesar 16,76 Juta Rupiah lebih.
Peningkatan pendapatan Jawa Timur yang diperoleh dari kontribusi
meningkatnya jumlah konsumsi masyarakat, naiknya pendapatan masyarakat,
serta jumlah pengeluaran pemerintah tersebut, ternyata masih dipengaruhi oleh
turunnya kontribusi ekspor non migas Jawa Timur, sebagai akibat imbas krisis
keuangan global yang dialami beberapa Negara tujuan ekspor Jawa Timur.

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
57

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
Turunnya kinerja Pertumbuhan Ekonomi yang berakibat lambannya
kinerja perekonomian Jawa Timur tahun 2009, ini masih mampu diimbangi oleh
perbaikan kinerja indicator makro ekonomi lainnya seperti Perkembangan ICOR,
Perkembangan Jumlah dan Investasi Berskala Nasional (PMDN maupun PMA),
Perkembangan Jumlah UKM non BPR/LKM UKM.
Tolok ukur kinerja investasi diukur dengan menggunakan indicator
Incremental Capital Output Ratio (ICOR). Melalui ICOR dapat diketahui
kebutuhan investasi komoditi pertanian prioritas di masa mendatang.
Perkembangan ICOR Jawa Timur tahun 2009 mencapai sebesar 3,60
meningkat sebesar 0,56 atau naik 18,42 persen bila dibandingkan tahun 2008
sebesar 3,04.
Semakin besarnya nilai ICOR Jawa Timur dibanding tahun sebelumnya,
ini berarti tingkat efisiensi pemanfaatan modal investasi di daerah, dan tambahan
modal yang harus diinvestasikan untuk memperoleh tambahan suatu unit output,
ini menunjukkan Pemerintah Provinsi Jawa Timur cukup berat untuk dapat
mencapai tingkat efisiensi dalam penggunaan modal.
Jawa Timur untuk dapat meningkatkan pertambahan pendapatan
atau PDRB tiap satu unit, harus membutuhkan dana investasi di Jawa Timur
tahun 2009 mencapai sebesar 3,60 Milyar Rupiah lebih, meningkat dibandingkan
tahun sebelumnya yang membutuhkan aliran dana investasi sebesar 3,04 Milyar
Rupiah lebih.
Kondisi ini menggambarkan bahwa peningkatan nilai investasi di Jawa
Timur masih lebih rendah dibandingkan pertumbuhan nilai produksi pertanian.
Hal ini dapat dimaklumi, mengingat kondisi Jawa Timur sebagian besar potensi
daerahnya dimanfaatkan untuk lahan pertanian dibandingkan untuk produktivitas
industri.
Perkembangan Investasi Berskala Nasional baik PMDN maupun PMA di
Jawa Timur merupakan kinerja yang paling terimbas langsung dengan krisis
keuangan global mengalami penurunan cukup tajam.
Perkembangan investasi di Jawa Timur selama dua tahun terakhir
cenderung mengalami penurunan, baik Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN) maupun Penanaman Modal Asing (PMA).
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Tahun 2009 mencapai nilai
investasi sebesar 9 Juta 506 ribu 602 Rupiah dengan jumlah proyek sebanyak 31
proyek dan menyerap Tenaga Kerja Local/dari Indonesia sebanyak 15.095 Orang,
yang berarti jumlah investornya turun sebesar 11,43 persen dengan penurunan
nilai investasi sebesar 52,31 persen, dibandingkan tahun 2008 PMDN yang
mencapai sebesar 19 Juta 933 ribu 800 Rupiah dengan jumlah proyek sebanyak
35 proyek dan menyerap Tenaga Kerja Indonesia sebanyak 25.438 Orang.
Adapun, Penanaman Modal Asing (PMA) Tahun 2009 sebesar 1 Milyar
415 Juta 047 Ribu Dolar Amerika, dengan jumlah proyek sebanyak 88 proyek
dan menyerap Tenaga Kerja Indonesia sebanyak 17.790 Orang. Ini berarti,
jumlah investornya turun sebesar 5,38 persen dengan nilai investasi sebesar 47,14
persen, dibandingkan tahun 2008 PMA sebesar 2 Milyar 676 Juta 883 Ribu Dolar
Amerika dengan jumlah proyek sebanyak 93 proyek dan menyerap Tenaga Kerja
Indonesia sebanyak 40.293 Orang dan Tenaga Kerja Asing sebanyak 5 Orang.

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
58

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
Penurunan investasi di Jawa Timur baik PMDN maupun PMA ini
dikarenakan, para investor masih menunda investasinya sambil melihat
perkembangan ekonomi eksternal yang mulai membaik maupun kondisi internal
yang lebih menguntungkan.
Investasi PMDN di Jawa Timur pada tahun 2009 yang diminati adalah di
Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Gresik, Kabupaten Pasuruan dan
Kota Malang, dengan bidang usaha yang diminati meliputi Industri Kimia,
Industri Kertas, Industri Mineral Non Mineral, Industri Makanan serta Industri
Logam Dasar.
Sedangkan investasi PMA di Jawa Timur tahun 2009 berasal dari Negara
Taiwan, Korea Selatan, RRC, Jepang dan Singapura, dengan bidang usaha yang
diminati meliputi Perdagangan, Industri Kimia, Industri Barang Logam, Industri
Makanan serta Industri Kayu.
Dengan melihat potensi investasi Jawa Timur yang cukup beragam dan
belum dikembangkan dengan baik, pada tahun 2009 Pemerintah Provinsi Jawa
Timur telah mengupayakan untuk dapat mengoptimalkan.
Kebijakan optimalisasi ini dilakukan melalui kerjasama dengan para
dunia usaha dan pihak perbankan, sehingga dapat memetakan peluang dan
tantangan investasi lima tahun kedepan.
Enam peluang investasi yang dapat dimanfaatkan oleh dunia usaha
ataupun investor untuk menanamkan modalnya, meliputi Pelabuhan Peti Kemas
di Tanjung Bulu Pandan, Bangkalan, Madura, kemudian Pengelolaan Limbah di
Gresik, Industri Tepung Ketela Pohon, Industri Marmer dan Granit, lalu
Pembangkit Listrik Panas Bumi (Geothermal) serta Sentra Bisnis di Kaki
Jembatan Suramadu baik sisi Madura dan khususnya pada sisi Surabaya.
Setiap tahunnya nilai investasi PMA di Jawa Timur mengalami kenaikan
yang cukup pesat. Namun, untuk tetap dapat menarik minat investor asing,
dibutuhkan iklim usaha yang kondusif serta menyiapkan peraturan daerah yang
terkait dengan penanaman modal dan membentuk Pelayanan Terpadu Satu Pintu
(PTSP). Pembentukan PTSP tersebut, merupakan pelopor dalam memberikan
kemudahan izin penanaman investasi di Indonesia, khususnya di Jawa Timur.
Dengan semakin meningkatnya sistem pelayanan perijinan investasi di
Jawa Timur, diharapkan akan dapat mengoptimalkan konsep pelayanan satu pintu
bagi investor yang akan menanamkan modalnya di Jawa Timur.
Untuk mendorong investor masuk lebih banyak lagi ke Jawa Timur,
Pemerintah Provinsi juga menggagas pembentukan Forum Komunikasi Insan
Investasi (FORKII).
Selanjutnya, FORKII akan melakukan pertemuan rutin antara investor
dan pemerintah setiap dua bulanan atau tiga bulanan sekali. Pertemuan ini
merupakan wadah antara para pebisnis dengan Pemerintah Provinsi Jawa Timur
serta Pemerintah Kabupaten/Kota guna membahas persoalan investasi dan
permasalahan yang timbul serta langkah upaya pemecahannya.
Selain itu, telah dilakukan upaya Revitalisasi Sister Provice Jawa Timur-
Osaka, sebagai alternatif pembiayaan pembangunan. Hubungan ini sudah terjalin
sejak tahun 1984 atau kurang lebih 25 (Dua Puluh Lima) tahun, tujuannya
mengembangkan pola kerjasama yang sesuai dengan potensi dan kondisi masing-
masing daerah.

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
59

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
Sementara itu, kerjasama ekonomi Bilateral antara Indonesia-jepang
mencakup 11 (Sebelas) bidang, antara lain bidang kesehatan, kepemudaan,
lingkungan, dan pelabuhan. Sedangkan kerjasama lain yang dilakukan adalah 6
(Enam) Sister City/Province arrangements, yang telah dilakukan dengan MoU
yaitu Jakarta-Tokyo, Yogyakarta-Kyoto, Surabaya-Kochi, Medan-Ichikawa, Jawa
Timur-Osaka Prefecture dan Irian Jaya-Yamagata Prefecture.
Oleh karena itu, implementasi kebijakan luar negeri menjadi bagian
penting dari rekonstruksi ekonomi yang akan dibangun Indonesia, khususnya
Jawa Timur dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang mampu
memberikan kemakmuran maupun kesejahteraan pada masyarakat.
Perkembangan Industri Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga tahun 2009
berjumlah sebanyak 684.155 Unit Usaha meningkat dibandingkan tahun 2008
sebanyak 686.7569 Unit Usaha. Industri tersebut mampu menyerap kerja
sebanyak 1.572.875 Orang naik sebanyak 15.573 Orang dibandingkan tahun
2008 sebanyak 1.557.302 Orang.
Nilai investasi industry kecil dan menengah tahun 2009 mencapai sebesar
24.050 Milyar Rupiah meningkat dibandingkan tahun 2008 sebesar 11.898
Milyar Rupiah. Adapun nilai produksinya mencapai sebesar 61.007 Milyar naik
dibandingkan tahun 2008 sebesar 5.704 Milyar.
Produksi Pertanian Tanaman Pangan dan Hotikultura di Jawa Timur
tahun 2009, Padi sebanyak 11 Juta 259 Ribu 85 Ton, Jagung sebanyak 5 Juta 266
Ribu 720 Ton, Ubi Kayu sebanyak 3 Juta 222 Ribu 636 Ton, Ubi Jalar sebanyak
162 Ribu 607 Ton, Kedelai sebanyak 355 Ribu 260 Ton, Kacang Tanah sebanyak
216 Ribu 474 Ton, Kacang Hijau sebanyak 83 Ribu 629 Ton.
Sedangkan, produksi Tanaman Hortikultura, untuk Jeruk Besar sebanyak
40 Ribu 454 Ton, Jeruk Siem sebanyak 881 Ribu 173 Ton, Mangga sebanyak 3
Juta 990 Ribu 772 Ton, Pisang sebanyak 5 Juta 64 Ribu 390 Ton, Jambu Biji
sebanyak 67 Ribu 903 Ton, kemudian Jambu Air sebanyak 43 Ribu 593 Ton,
Manggis sebanyak 71 Ribu 836 Ton, Apel sebanyak 589 Ribu 630 Ton, Cabe
Merah sebanyak 48 Ribu 369 Ton, Bawang Merah sebanyak 38 Ribu 834 Ton
serta Kentang sebanyak 127 Ribu 259 Ton.
Selanjutnya, produksi komoditi Perkebunan Jawa Timur Tahun 2009,
untuk Tebu sebanyak 999 Ribu 555 Ton, Tembakau sebanyak 72 Ribu 911 Ton,
Kapas sebanyak 1 Ribu 78 Ton, Kelapa sebanyak 187 Ribu 793 Ton, Kopi
sebanyak 37 Ribu 728 Ton, Cengkeh sebanyak 8 Ribu 129 Ton, Karet sebanyak
19 Ribu 868 Ton, Kapuk Randu sebanyak 23 Ribu 39 Ton, Kakao sebanyak 16
Ribu 166 Ton, Teh sebanyak 3 Ribu 108 Ton, Jambu Mente sebanyak 11 Ribu
180 Ton, Serat Karung sebanyak 1.425 Ton serta lain-lain sebanyak 17 Ribu 49
Ton.
Kemudian, produksi Tebu atau Gula tahun 2009 mencapai sebanyak 999
Ribu 555 Ton, memberikan kontribusi sebesar 48,65 persen terhadap produksi
nasional sebanyak 2 Juta 54 Ribu 762 Ton, meningkat dibandingkan kontribusi
tahun 2008 sebesar 48,23 persen.
Sedangkan, produksi hasil ternak tahun 2009, untuk Daging sebanyak
246 Ribu 315 Ton, Telur sebanyak 247 Ribu 379 Ton dan produksi Susu
sebanyak 511 Ribu 242 Ton.

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
60

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
Selanjutnya, produksi Perikanan Jawa Timur tahun 2009, dari hasil
penangkapan laut mencapai sebanyak 386 Ribu 151 Ton dan hasil perairan umum
sebanyak 11 Ribu 822,40 Ton. Kemudian dari hasil budidaya, untuk Budidaya
Laut sebanayak 76 Ribu 687,10 Ton, Budidaya Tambak sebanyak 80 Ribu
474,50 Ton, Budidaya Kolam sebanyak 40 Ribu 344,40 Ton, Budidaya Sawah
Tambak sebanyak 47 Ribu 268,70 Ton, Budidaya Mina Padi sebanyak 149,20
Ton dan Budidaya Karamba sebanyak 2 Ribu 678,60 Ton.
Capaian Prosentase Pertumbuhan Ekonomi menurut ADHK 2000 Jawa
Timur tahun 2009 sebesar 5,01 persen, ini menunjukkan bahwa prosentase
pertumbuhannya sedikit dibawah pertumbuhan ekonomi tahun 2008.
Namun, capaian kinerja pertumbuhan ini menunjukkan hasil yang
menggembirakan, karena ditengah kondisi perekonomian eksternal mengalami
masa-masa sulit, capaian pertumbuhan ekonomi Jawa Timur justru mampu
melampaui target yang ditetapkan yaitu pada kisaran 4,00 persen sampai dengan
4,50 persen dan bahkan lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional sebesar
4,50 persen.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa upaya Pemerintah Jawa
Timur, melalui kebijakan 9 agenda utama dan 18 prioritas program pembangunan
yang dilaksanakan melalui koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan sinergitas
dengan seluruh stakeholder dan dukungan kinerja seluruh Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota se Jawa Timur, serta beberapa kebijakan-kebijakan lainnya telah
mampu menjaga stabilitas perekonomian Jawa Timur pada posisi cukup aman
dan terkendali.
Menurunnya kinerja sector industry dan perdagangan serta masih
rendahnya investasi di Jawa Timur pada tahun 2009 menjadi permasalahan dan
kendala bagi Jawa Timur yang dapat menghambat percepatan pertumbuhan
ekonomi, sehingga akselerasi pertumbuhannya lamban dan agak sulit melampaui
target yang ditetapkan.
Namun, penurunan tersebut masih tertutupi oleh perkembangan kinerja
sektor riil di Jawa Timur sebagai alternatif kekuatan ekonomi yang dapat
dibanggakan dimasa mendatang, karena terus menunjukkan perkembangan yang
sangat berarti bagi perekonomian di Jawa Timur.
Keempat, Capaian Indikator Kinerja Utama Indeks Disparitas Wilayah.
Indeks Disparitas Wilayah Jawa Timur meskipun terjadi perbaikan dan
peningkatan, namun secara keseluruhan tingkat kesenjangan antar wilayah masih
cukup besar.
Capaian Indeks Disparitas Wilayah Jawa Timur dilihat dari Indeks
Disparitas Koefisen Varians Williamson tahun 2009 mencapai sebesar 115,76
mengalami penurunan sebesar 0,05 atau turun 0,04 persen dibandingkan tahun
2008 sebesar 115,81.
Penurunan ini menunjukkan bahwa upaya Pemerintah Jawa Timur untuk
mengurangi tingkat kesenjangan antar wilayah atau daerah menuai hasil,
meskipun besarannya masih sangat kecil, dan akan terus ditingkatkan pada tahun-
tahun mendatang.
Kesenjangan yang masih besar ini timbul diakibatkan adanya perbedaan-
perbedaan di daerah antara lain Pertama, dilihat dari ukuran-ukuran kemajuan
masyarakat dan wilayahnya. Masyarakatnya, bisa kita lihat dari derajat

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
61

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
pendidikan, derajat kesehatan, prosentase pengangguran dan prosentase
kemiskinan. Dan Kedua, dilihat dari wilayahnya, yaitu diukur dari pelayanan
jalan, listrik, telepon, perbankan, serta pelayanan pasar.
Saat ini sekitar 8 kabupaten di Jawa Timur yang berstatus sebagai daerah
tertinggal meliputi Kabupaten Situbondo, Bondowoso, Bangkalan, Pamekasan,
Sampang, Madiun, Trenggalek, dan Pacitan dapat ditingkatkan menjadi daerah
maju dan berkembang.
Tingkat kesenjangan ekonomi antar wilayah di suatu wilayah umumnya
berfluktuasi seiring dengan tingkat perubahan PDRB per kapitanya. Pendapatan
per Kapita masyarakat Jawa Timur tahun 2009 mencapai sebesar 18,35 Juta
Rupiah lebih, meningkat dibandingkan tahun 2008 sebesar 16,69 Juta Rupiah
lebih.
Selain itu, tingkat kesenjangan wilayah juga dapat dilihat dari
Produktivitas Daerah Setiap Sektor, Pemerataan Pendapatan, Persentase
Konsumsi Rumah Tangga Non Pangan, dan Indeks Gini Ratio.
Produktivitas Daerah Setiap Sektor tahun 2009 tertinggi berasal dari
sector Listrik, Gas dan Air Bersih sebesar 506,41 Juta Rupiah, disusul dengan
sector Lembaga Keuangan sebesar 143,45 Juta Rupiah dan sector Pertambangan
dan Penggalian sebesar 112,94 Juta Rupiah.
Pemerataan Pendapatan dilihat dari distribusi pengeluaran penduduk,
cenderung mengalami perbaikan. Pada tahun 2009 untuk distribusi pengeluaran
kelompok 40 persen bawah sebesar 19,86 persen, kelompok 40 persen menengah
sebesar 37,59 persen dan kelompok 20 persen atas sebesar 42,55.
Dari tiga klasifikasi tersebut, penduduk Jawa Timur secara keseluruhan,
tingkat kesenjangannya semakin menurun, berarti ketimpangan pendapatan yang
terjadi, semakin lama masuk klasifikasi ketimpangan pendapatan masyarakat
katagori rendah.
Persentase Konsumsi Rumah Tangga Non Pangan masyarakat di Jawa
Timur yang menggambarkan proporsi pengeluaran untuk kebutuhan untuk
makanan sebesar 52,73 persen, naik dibandingkan tahun 2008 sebesar 48,36
persen. Sedangkan, non makanan tahun 2009 mencapai sebesar 47,27 persen,
mengalami penurunan dibandingkan tahun 2008 sebesar 51,64 persen.
Namun, peningkatan pengeluaran makanan tersebut masih belum
menunjukkan derajat kesejahteraan penduduk Jawa Timur, hal ini dikarenakan
makin tingginya perubahan harga yang tidak sebanding dengan perkembangan
pendapatan.
Kondisi ini mencerminkan bahwa pola pengeluaran kebutuhan konsumsi
penduduk masih lebih besar proporsinya bila dibandingkan dengan pengeluaran
untuk kebutuhan non pangan.
Indeks Gini Ratio Jawa Timur tahun 2009 dilihat dari persentase total
rata-rata konsumsi per kapita sebulan, menurut status wilayah dan kuintil
penduduk terjadi perbaikan. Untuk Kota sebesar 0,30 persen, Desa sebesar 0,23
persen, sedangkan Kota dan Desa mencapai sebesar 0,29 persen.
Kondisi ini berarti menunjukkan bahwa kuintil penduduk berdasarkan
konsumsi terjadi peningkatan, apabila dibandingkan dengan tahun 2008 untuk
Kota sebesar 0,31 persen dan Desa sebesar 0,25 persen sehingga Kota dan Desa
sebesar 0,30 persen.

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
62

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
Selain itu, tingkat kesenjangan wilayah Kabupaten/Kota juga dapat
dilihat dari Keterbandingan Angka PDRB per kapita Kabupaten/Kota terhadap
PDRB per Kapita Provinsi yaitu sebesar 18,35 Juta Rupiah.
PDRB per Kapita yang berada diatas rata-rata Jawa Timur adalah 7
(tujuh) Kabupaten/Kota yaitu meliputi Kota Kediri, Surabaya, Malang,
Mojokerto dan Probolinggo serta Kabupaten Sidoarjo dan Gresik berada diatas
rata-rata PDRB per Kapita Jawa Timur tahun 2009. Tertinggi adalah Kota Kediri
dengan PDRB per Kapita mencapai sebesar 204,80 Juta Rupiah dan yang
mendekati atau masih diatas rata-rata Jawa Timur yaitu Kota Probolinggo sebesar
19,32 Juta Rupiah.
Sedangkan, 31 (tiga puluh satu) Kabupaten/Kota lainnya masih dibawah
rata-rata Jawa Timur yaitu yang mendekati Kabupaten Tulungagung sebesar
15,88 Juta Rupiah dan yang terendah Kabupaten Pacitan sebesar 5,40 Juta
Rupiah.
Capaian Indeks Disparitas Wilayah Jawa Timur yang ditunjukkan dengan
indikator Indeks Disparitas Williamson tahun 2009 mencapai sebesar 116,02.
Besaran ini walapun terjadi perubahan positif, namun hasilnya menunjukkan
penurunan tingkat kesenjangan dengan perubahan yang rendah sekali, sehingga
hasilnya masih belum mencapai target yang ditetapkan yaitu pada kisaran antara
115,10 sampai dengan 115,30. menunjukkan tingkat kesenjangan ekonomi antar
Kabupaten/Kota dan
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa daerah yang masih termasuk
dalam kuadran IV dengan katagori PDRB per kapita rendah dan Pertumbuhan
Ekonomi juga rendah di Jawa Timur pada tahun 2009 masih cukup banyak yaitu
sebanyak 25 daerah terdiri dari 23 Kabupaten dan 2 Kota.
Sedangkan 6 Kabupaten/Kota masuk kuadran I (katagori PDRB per
Kapita Tinggi dan Pertumbuhan Ekonomi Tinggi), dan 6 daerah Kabupaten/Kota
lainnya masuk kuadran II (katagori PDRB per Kapita Rendah tetapi Pertumbuhan
Ekonomi Tinggi) dan 1 Kota Kediri masuk Kuadran III (katagori PDRB per
Kapita Tinggi tetapi Pertumbuhan Ekonomi Rendah).
Masih tingginya disparitas wilayah di Jawa Timur, ini dilihat dari
perbandingan absolute antar Kabupaten/Kota di Jawa Timur dalam kuadran tahun
2009 meskipun tahun 2009 ada penambahan 2 daerah (Kota Mojokerto dan
Kabupaten Sidoarjo) yang pertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan dari
kuadran IV dengan katagori PDRB dan Pertumbuhan Ekonomi sama rendahnya,
meningkat masuk dalam kuadran I dengan katagori PDRB per Kapita Tinggi dan
Pertumbuhan Ekonomi Tinggi.
Namun disisi lain, terjadi penurunan kinerja pertumbuhan ekonomi pada
6 daerah (antara lain Kota Madiun dan Blitar serta Kabupaten Tuban, Jombang,
Jember dan Lamongan), yang sebelumnya berada di kuadran II dengan katagori
PDRB per Kapita rendah dan Pertumbuhan Ekonomi tinggi, kini turun masuk
dalam kuadran IV dengan katagori PDRB per Kapita rendah dan Pertumbuhan
Ekonomi rendah, sehingga menyebabkan kontribusi pertumbuhan ekonominya
terhadap Jawa Timur menjadi berkurang atau mengecil.
Kelima, Capaian Indikator Kinerja Utama Indeks Pembangunan
Manusia. Indeks pembangunan manusia secara keseluruhan diukur dari
pencapaian rata-rata yang meliputi 3 dimensi dasar pembangunan manusia.

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
63

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
IPM merupakan indeks komposit yang digunakan untuk mengukur
pencapaian rata-rata suatu daerah terhadap tiga hal mendasar pembangunan
manusia, meliputi lama hidup, yang diukur dengan usia harapan hidup ketika
lahir; pendidikan yang diukur berdasarkan rata-rata lama sekolah dan angka
melek huruf penduduk usia 15 tahun ke atas; serta standar hidup layak yang
diukur dengan pengeluaran per kapita yang telah disesuaikan menjadi paritas
daya beli.
Tiga dimensi dasar tersebut antara lain Hidup yang sehat dan panjang
umur yang diukur dengan harapan hidup saat kelahiran, Pengetahuan yang diukur
dengan angka tingkat baca tulis pada orang dewasa dengan bobotnya dua per tiga
dan Kombinasi pendidikan dasar, menengah dan atas atau disebut dengan gross
enrollment ratio, dengan bobot satu per tiga serta standard kehidupan yang layak
diukur dengan Produk Domestik Bruto Regional (PDRB) dalam paritas kekuatan
beli atau purchasing power parity.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Jawa Timur dari tahun ke tahun
terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2009 mencapai sebesar 70,98
meningkat bila dibandingkan tahun 2008 sebesar 70,38. Besaran ini masih
menempatkan posisi IPM Jawa Timur termasuk dalam katagori menengah atas
antara 66,00 sampai dengan 79,99.
Peningkatan ini masih perlu ditingkatkan lagi, karena belum didukung
indeks daya beli yang besarnya masih dibawah indeks harapan hidup dan indeks
pendidikan yang mencapai besaran rata-rata diatas 70,00.
Ini menunjukkan bahwa masih ada kesenjangan tingkat kesejahteraan
antar wilayah di Jawa Timur, sehingga kontribusinya terhadap indeks
pembangunan manusia masih belum signifikans.
Untuk mencapai IPM dalam katagori tinggi yaitu mencapai diatas 80,00
sampai dengan 100, Pemerintah Provinsi Jawa Timur harus melibatkan berbagai
unsur seperti Korporat, LSM, Media Massa, serta Lembaga dan Organisasi yang
lain seperti organisasi keagamaan, untuk mengupayakan perbaikan pada indeks
daya beli mencapai 65-70, sedangkan indeks harapan hidup dan pendidikan
ditingkatkan lagi menjadi diatas 75,00.
IPM Jawa Timur tahun 2009 yang mencapai sebesar 70,98 persen lebih
baik dari tahun 2008 sebesar 69,14 persen, kondisi ini mencerminkan terjadi
peningkatan pada tiga indeks atau indicator pendukungnya yaitu Indeks Lama
Hidup, Indeks Pendidikan dan Indeks Tingkat Kemampuan Memenuhi
Kebutuhan Hidup.
Indeks Lama Hidup atau Usia Harapan Hidup (Longetivity) dilihat dari
indikator Angka Harapan Hidup Waktu Lahir (life expectacy at birth), di Jawa
Timur tahun 2009 mencapai sebesar 69,15 persen naik dibandingkan tahun 2008
sebesar 69,10 persen.
Indeks Pendidikan atau Pengetahuan (Knowledge), yang dilihat dari
indikator Angka Melek Huruf (Literacy Rate) dan indikator Rata-rata lama
Sekolah (Mean Years School), untuk Angka Melek Huruf (AMH) Penduduk Usia
15 Tahun Keatas tahun 2009 di Jawa Timur sebesar 88,53 persen meningkat
sebesar 1,21 atau naik 1,39 persen dibandingkan tahun 2008 sebesar 87,32
persen.

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
64

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
Sedangkan, indikator Rata-rata Lama Sekolah (RLS) di Jawa Timur
tahun 2009 sebesar 7,17 tahun sedikit meningkat dibandingkan tahun 2008
sebesar 7,14 tahun.
Adapun, Indeks Daya Beli atau Standar Hidup Layak (Decent Living)
dilihat dari indikator Konsumsi per Kapita di Jawa Timur tahun 2009 mencapai
sebesar 64,77 persen, meningkat sebesar 0,85 atau naik 1,33 persen bila
dibandingkan tahun 2008 sebesar 63,92 persen.
Beberapa indicator pendukung kinerja yang dapat meningkatkan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) Jawa Timur termasuk dalam katagori menengah
atas, dan kedepannya masih dapat ditingkatkan lagi menjadi katagori tinggi,
secara singkat dapat kami sampaikan sebagai berikut:
Kinerja pembangunan manusia yang meningkat ini, juga didukung dari
kinerja Bidang Pendidikan lainnya, seperti Rasio Murid SMK terhadap SMU,
Angka Putus Sekolah/Drop Out (APS/DO), Angka Buta Huruf (ABH), Angka
Partisipasi Murni (APM), Angka Partisipasi Sekolah (APS).
Secara keseluruhan beberapa indicator tersebut diatas, ada yang
mengalami kenaikan dan beberapa indicator yang lainnya masih fluktuatif.
Rasio Murid SMK terhadap SMU tahun 2009 sebesar 70,12 meningkat
dibandingkan tahun 2008 sebesar 69,70. Ini artinya, bahwa tingkat kemampuan
anak-anak di Jawa Timur dalam menempuh pendidikan masih banyak yang
mampu bertahan tertinggi sampai di kelas dasar tingkat SLTP saja dan kemudian
dropout.
Namun demikian, putus sekolahnya bukan dikarenakan ketidakmampuan
dalam biaya, tetapi dikarenakan kultur budaya, membantu orang tua bekerja dan
lain-lain.
Angka Putus Sekolah (APS) untuk kelompok usia 7-12 tahun pada tahun
2009 terjadi penurunan yaitu sebesar 0,30 bila dibandingkan tahun 2008 sebesar
0,34. Untuk kelompok usia 13-15 tahun juga menurun dari sebesar 0,49 pada
tahun 2008 menjadi sebesar 0,44 pada tahun 2009. Begitu pula untuk kelompok
usia 16-18 tahun mulai ada perbaikan penurunan tahun 2009 sebesar 0,50
dibandingkan tahun 2008 sebesar 0,70.
Angka Buta Huruf (ABH) di Jawa Timur baik dilihat dari usia 10 tahun
keatas maupun usia 10-40 tahun terjadi penurunan, pada tahun 2009 masing-
masing mencapai sebesar 8,00 persen dan 2,00 persen bila dibandingkan tahun
2008 sebesar 10,70 persen dan 2,29 persen.
Angka Partisipasi Murni (APM) di Jawa Timur secara keseluruhan
terjadi peningkatan. Pada tahun 2009 untuk kelompok usia 7-12 tahun sebesar
97,71 persen bila dibandingkan tahun 2008 sebesar 97,42 persen. Untuk usia 13-
15 tahun dari sebesar 99,74 persen (2008) menjadi sebesar 85,44 persen.
Sedangkan usia 16-18 tahun dari sebesar 49,69 persen (2008) naik menjadi
sebesar 51,96 persen.
Begitu pula dengan, Angka Partisipasi Sekolah (APS) di Jawa Timur
pada semua kelompok usia sekolah terjadi kenaikan, pada tahun 2009 untuk usia
7-12 tahun sebesar 98,90 persen naik dibandingkan tahun 2008 sebesar 98,56
persen. Untuk usia 13-15 tahun dari sebesar 87,33 persen (2008) naik menjadi
sebesar 88,00 persen (2009). Sedangkan usia 16-18 tahun naik dari sebesar 59,26
persen (2008) menjadi sebesar 61,00 persen (2009).

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
65

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
Peningkatan semua indicator pendidikan tersebut, hal ini menunjukkan
bahwa kebijakan Pemerintah Provinsi dalam memenuhi target 20 persen untuk
anggaran pendidikan dari total APBD Provinsi Jawa Timur, yang diikuti dengan
kebijakan program bantuan Biaya Operasional Sekolah (BOS) serta bantuan
biaya sekolah gratis bagi masyarakat miskin di Jawa Timur, telah mendorong
kemajuan pengetahuan dan penguasaan masyarakat terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan.
Selain itu, kinerja pembangunan manusia juga merupakan kontribusi
kinerja Bidang Kesehatan lainnya, seperti indikator Persentase Persalinan oleh
Tenaga Medis, Angka Kematian Bayi, Banyaknya Fasilitasi Kesehatan
Masyarakat, Banyaknya Puskesmas dan Posyandu, Banyaknya Tenaga Paramedis
di Puskesmas, serta Cakupan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin.
Angka Persentase Persalinan oleh Tenaga Medis di Jawa Timur tahun
2009 sebesar 85,01 naik dibandingkan tahun 2008 sebesar 83,71.
Angka Kematian Bayi (AKB) tahun 2009 sebesar 31,41 per 1.000
kelahiran hidup, yang berarti menurun sebesar 0,17 atau turun 0,54 persen bila
dibandingkan tahun 2008 sebesar 31,58 per 1.000 kelahiran hidup.
Banyaknya Fasilitasi Kesehatan Masyarakat di Jawa Timur meliputi
Rumah Sakit Umum dan Khusus mencapai tahun 2009 sebanyak 56 buah
bertambah dibandingkan tahun 2008 sebanyak 54 buah. Jumlah Puskesmas tahun
2009 sebanyak 936 buah naik dibandingkan tahun 2008 sebanyak 934 buah.
Kemudian, jumlah Puskesmas Pembantu sebanyak 2.290 buah naik
dibandingkan tahun 2008 sebanyak 2.285 buah. Puskesmas Keliling sebanyak
1.210 buah bertambah dibandingkan tahun 2008 sebanyak 1.203 buah.
Selanjutnya, jumlah Pos Pelayanan Terpadu (POSYANDU) sebanyak
49,062 buah naik dibandingkan tahun 2008 sebanyak 49.042 buah.
Jumlah Tenaga Medis pada Rumah Sakit Umum Pemerintah tahun 2009
sebanyak 5.450 Orang meningkat dibandingkan tahun 2008 hanya sebanyak
3.142 Orang.
Jumlah Tenaga Medis pada Puskesmas tahun 2009 sebanyak 2.450
Orang bertambah bila dibandingkan tahun 2008 sebanyak 2.236 Orang.
Sedangkan, jumlah Tenaga Paramedis pada Rumah Sakit Umum
Pemerintah tahun 2009 mencapai sebanyak 9.305 Orang naik dibandingkan tahun
2008 sebanyak 9.294 Orang, dan jumlah Tenaga Paramedis pada Puskusmes
sebanyak 1.8.000 Orang bertambah dibandingkan tahun 2009 sebanyak 17.858
Orang.
Kinerja pembangunan manusia juga ditunjukkan oleh kontribusi kinerja
indicator standar hidup layak lainnya seperti indicator Rasio Permukiman Layak
Huni masyarakat Jawa Timur tahun 2009 sebesar 0,94. Kemudian, Persentase
Penduduk Berakses Air Minum sebesar 92,78 persen meningkat dibandingkan
tahun 2008 sebesar 91,45 persen.
Capaian kinerja Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jawa Timur tahun
2009 sebesar 70,98 kinerja ini menunjukkan bahwa hasilnya telah melampaui
target yang ditetapkan dalam RPJMD Tahun 2009-2014 yaitu pada kisaran antara
68,90 sampai dengan 69,00.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa meningkatnya Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) di Jawa Timur, ini disebabkan meningkatnya

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
66

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
capaian kinerja pada ketiga variable pembangunan manusia yaitu Angka Melek
Huruf, Angka Usia Harapan Hidup dan Daya Beli Masyarakat.
Walaupun, kenaikannya tidak begitu signifikan namun naiknya
kontribusi pada kualitas pendidikan dan pendapatan per kapita masyarakat,
sehingga dapat memenuhi kebutuhan dasarnya telah mampu memperbaiki
kualitas pembangunan manusia di Jawa Timur.
2) Kinerja dan Hambatan Pelaksanaan Agenda Pembangunan Pemerintah
Provinsi Jawa Timur
Kinerja agregat 9 (sembilan) agenda pembangunan yang ditetapkan
dalam RKPD Tahun 2009 dan RPJMD 2009-2014 secara keseluruhan apabila
dibandingkan dengan target pencapaiannya, dapat disimpulkan bahwa dari
keseluruhan capaian kinerja 5 (lima) Indicator Kinerja Utama Jawa Timur
tersebut, 4 (empat) indicator kinerja utama meliputi Tingkat Pengangguran
Terbuka (TPT), Penurunan Prosentase Penduduk Miskin, Prosentase
Pertumbuhan Ekonomi dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), capaiannya
telah memenuhi target tahunan yang ditetapkan dalam dokumen RPJMD Tahun
2009-2014 dan bahkan dua diantaranya telah melampaui target yang ditetapkan.
Sedangkan, 1 (satu) indicator kinerja utama yaitu Indeks Disparitas Wilayah
capaiannya masih belum mencapai target yang ditetapkan.
Hambatan/permasalahan dan kendala yang ada dalam pencapaian target
yang ditetapkan ditinjau dari aspek pelaksanaan agenda utama dan prioritas
program pembangunan maupun pendanaan tahun 2009, yaitu:

1. Masalah Pendidikan
Kualitas pendidikan yang relatifn masih rendah dan belum mampu
memenuhi kebutuhan kompetensi peserta didik, terutama disebabkan belum
memadainya kualitas dan kuantitatif ktersediaan tenaga pendidik. Masih
rendahnya kesejahteraan pendidik, Fasi;itas belajar mengajar belum tersedia
secara mencukupi dan Biaya operasional pendidikan belum disediakan secara
memadai,
Selain itu, Masih lebarnya kesenjangan partisipasi pendidikan, Belum
meratanya fasilitas pendidikan menengah, Masih rendahnya kualitas
pendidikan, Keterbatasan pendidikan diniyah dan pesantren salafiyah serta
Belum efektif dan efisiennya manajemen pendidikan.
2. Masalah Kesehatan
Masih tingginya angka kesakitan, yaitu merebaknya beberapa jenis
penyakit misalnya polio, kasus gizi buruk, wabah demam berdarah, flu
burung, diare/muntaber dan HIV/AIDS. Selain itu, banyaknya peralatan
kesehatan yang sudah rusak ddan ketinggalan jaman serta gedung dan sarana
prasarana penunjang di rumah sakit dan puskesmas yang kurang memadai.
Tingginya angka kematian ibu dan anak sserta gizi buruk. Rendahnya
kesadaran masyarakat berperilaku hidup sehat akibat terbatasnya aksesibilitas
terhadap sumber air minum yang bersih dan keperluan sanitasi dasar secara
konsisten.
Selain itu, Masih tingginya penyebaran penyakit tropis dan penyakit
serius lainnya serta penyebaran HIV/AIDS dan psikotropisa/narkotika.
Terbatasnya jumlah tenaga keperawatan dan kesehatan serta sarana prasarana

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
67

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
kesehatan masyarakat, Optimalisasi pemberian dan pelayanan serta
pengawasan jaminan kesehatan pada masyarakat, dan rendahnya pengawasan
dan pengendalian terhadap makanan dan obat-obatan.
3. Masalah Tenaga Kerja
Relatif rendahnya kualitas tenag kerja, baik dari segi pendidikan formal
maupun ketrampilannya. Akibatnya, tingkat produktivitas tenag akerja
menjadi rendah, sehingga posisi tawar menjadi rendah. Tingkat upah yang
rendah, sering terjadinya perselihan hubungan industrial dan pemutusan
hubungan kerja (PHK) serta rendahnya jaminan kesehatan purna kerja.
Selain itu, masih terbatasnya kesempatan kerja sehingga jumlah
penganggur kaum muda/terdidik terus meningkat, Rendahnya kualitas dan
produktivitas sumber daya manusia pencari kerja, Belum optimalnya
pengawasan ketenagakerjaan, Perlindungan dan kesejahteraan pekerja, serta
Hubungan industrial, Krisis keuangan global yang berdampak pada
meningkatnya PHK dan pemulangan Tenaga Kerja Indonesia (TKI), Belum
optimalnya peran dan fungsi strategis, Sistem Administrasi Informasi
Kependudukan (SIAK) dalam perencanaan pembangunan serta Masih
rendahnya kesadaran penduduk dalam upaya pemerataan penduduk.
4. Masalah Lingkungan Hidup
Banyaknya kejadian bencana seperti banjit, longsor, erosi, badai tropis
dan kekeriangan merupakan dampak nyata perubahan iklim dan pemanasan
global. Agenda adaptasi terhadap dampak perubahan iklim diperlukan untuk
mendiptakan siste pembangunan yang berdaya tahan terhadap goncangan
cariabilitas iklim saat ini dan antisipasi dampak perubahan iklim dimasa
depan. Fokus adaptasi ini perlu ditujukan pada area-area yang rentan
terhadap perubahan iklim seperti sumber daya air, pertanian, perikanan,
pesisir dan laut, infrastruktur dan permukiman, kesehatan serta kehutanan.
Untuk dapat menunjang pelaksanaan kegiatan mitigasi dan adaptasi
perubahan iklim yang tengah dan diperkirakan akan terus terjadi, upaya
penegakan hukum yang konsisten dan tegas, tata kelola pemerintahan yang
baik, persiapan dan rekayas sosial seta sosialisasi dan pendidikan yang
intensif menjadi prasyarat penting yang harus dipenuhi melalui kebijakan
yang lebih komprehensif.
5. Masalah Pengembangan Wilayah
Orientasi perencanaan wilayah yang perlu bertransformasi mengarah ke
perkotaan atau pengembangan kawasan perdesaan yang aktivitas dan
prasarana wilayahnya ditrnasformasikan mengarah ke sistem
perkotaan/agropolitan, sehingga pendudukanya tak perlu berurbanisasi ke
perkotaan.
Perkembangan wilayah cenderung menyebabkan meningkatnya
kesenjangan antar-wilayah, ditandai oleh tingkat promacy Kota Metropolitan
Surabaya yang makin tinggi dibandingkan kota lainnya. Perkembangan
beberapa wilayah selatan Jawa Timur masih jauh tertinggal dibandingkan
perkembangan wilayah utara Jawa Timur serta Pembentukan perwilayahan
yang lebih dipengaruhi wilayah administratif tidak berjalan sebagaimana
yang diharapkan serta Mekanisme pengembangan wilayah melalui batas
administratif terlihat lebih lemah dibandingkan mekanisme pasar.

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
68

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
Selain itu, juga ada beberapa fenomena eksternal maupun internal yang
muncul di Jawa Timur yaitu Fenomena Globalisasi, Otonomi Daerah,
Adanya perubahan konsep dalam pengembangan wilayah di negara maju,
Adanya perubahan pada pemaknaan aglomerasi serta Ketersediaan
infrastruktur dalam pengembangan wilayah di Jawa Timur dibagi dalam dua
bagian yaitu daerah yang memiliki ketersediaan infrastruktur yang cukup
(relatif berada di wilayah utara) dan yang kurang cukup (relatif berada di
wilayah selatan).
6. Masalah Terbatasnya Sumber Pembiayaan
Alokasi dana pembangunan Jawa Timur saat ini masih sangat terbatas,
walaupun didukung dengan bagian dana dekonsentrasi dari Pemerintah Pusat.
Jumlah dana riil yang ada masih belum memadai untuk dapat menuntaskan
permasalahan pokok yang dihadapi Jawa Timur, lebih-lebih dalam
menangani masalah kemiskinan dan pengangguran. Kecilnya dana
pemerintah tersebut disebabkan antara lain:
1. Terbatasnya pembiayaan pembangunan APBN/APBD
2. Kecilnya pengembalian dana perimbangan ke Provinsi
3. Belum optimalnya pengelolaan keuangan daerah.

d. KEBIJAKAN AKUNTANSI
1) Entitas pelaporan keuangan daerah
Dalam sistem akuntansi pemerintahan daerah ada 2 (dua) entitas
penyelenggara yaitu entitas pelaporan dan entitas akuntansi, yang memiliki
pengertian sebagai berikut :
a. Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan daerah yang terdiri dari satu atau
lebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-
undangan wajib menyampaikan laporan keuangan. Entitas pelaporan adalah
pemerintah daerah atau satuan organisasi di lingkungan pemerintah daerah
atau organisasi lainnya jika menurut peraturan perundang-undangan satuan
organisasi dimaksud wajib menyajikan laporan keuangan. Entitas pelaporan
yang ada di Provinsi Jawa Timur adalah Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
b. Entitas akuntansi adalah unit pemerintahan pengguna anggaran/ pengguna
barang dan oleh karenanya wajib menyelenggarakan akuntansi dan menyusun
laporan keuangan untuk digabungkan pada entitas pelaporan. Entitas
akuntansi yang ada di Provinsi Jawa Timur adalah Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) yang berada di lingkup Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
Dalam upaya untuk meningkatkan akurasi dan validitas laporan
keuangan yang disusun oleh setiap SKPD sebagai entitas akuntansi, maka
SKPKD selain berfungsi sebagai entitas akuntansi juga bertindak sebagai PPKD
selaku entitas pelaporan yang menyelenggarakan akuntansi dan laporan
keuangan untuk masing-masing SKPD. Secara periodik, SKPKD melakukan
rekonsiliasi dengan setiap SKPD atas laporan keuangan SKPD. Agar hasil
rekonsiliasi yang kemudian disusun sebagai laporan keuangan dapat memenuhi
standar sesuai ketentuan yang berlaku maka pedoman teknis yang mengatur
akuntansi serta laporan pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Provinsi Jawa
Timur khususnya untuk tahun anggaran 2009 telah diatur pada lampiran

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
69

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor 188/436/KPTS/013/2008 tentang
Pedoman Kerja dan Pelaksanaan Tugas Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun
2009.
Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur disusun untuk
menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan, realisasi
anggaran, arus kas, dan kinerja keuangan selama periode pelaporan. Laporan
Keuangan tersebut merupakan kompilasi dari seluruh laporan keuangan SKPD,
yang tidak hanya mencakup aspek keuangan yang dikelola oleh entitas akuntansi,
baik Badan, Dinas, Kantor dan Biro, namun juga dilengkapi data dari unit-unit
yang terkait.
Untuk tahun anggaran 2009, entitas akuntansi (SKPD) yang menyusun
laporan keuangan meliputi :
Tabel d.1 Entitas Akuntansi (SKPD) Yang Menyusun Laporan Keuangan
No Badan/Dinas/Kantor/Biro/RS No Badan/Dinas/Kantor/Biro/RS

1 Dinas Pendidikan 34 Biro Administrasi Pembangunan

2 Dinas Kesehatan 35 Biro Administrasi Sumber Daya Alam

3 UPT RS. Khusus Paru-Paru Batu 36 Biro Administrasi Kesejahteraan Rakyat

4 UPT RS. Khusus Paru-Paru Jember 37 Biro Administrasi Kemasyarakatan

5 UPT RS. Khusus Paru-Paru Dungus Madiun 38 Biro Humas dan Protokol

6 UPT RS. Khusus Kusta Kediri 39 Biro Organisasi

7 UPT RS. Khusus Kusta Sumberglagah Mojokerto 40 Biro Keuangan (SKPD)

8 RSU. Dr. Soetomo Surabaya 41 Biro Umum

9 RSU. Dr. Saiful Anwar Malang 42 Sekretariat DPRD

10 RSU. Dr. Soedono Madiun 43 Badan Penelitian dan Pengembangan

11 RS. Haji Surabaya 44 Inspektorat Provinsi

12 RS. Jiwa Menur Surabaya 45 Dinas Pendapatan

13 Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga 46 Kantor Perwakilan Provinsi Jawa Timur

14 Dinas Pekerjaan Umum Pengairan 47 Bakorpembang Wilayah I Madiun

15 Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya & Tata Ruang 48 Bakorpembang Wilayah II Bojonegoro

16 Badan Perencanaan Pembangunan Provinsi 49 Bakorpembang Wilayah III Malang

17 Dinas Perhubungan & Lalu Lintas Angkutan Jalan 50 Bakorpembang Wilayah IV Pamekasan

18 Badan Lingkungan Hidup 51 Badan Kepegawaian Daerah

19 Badan Pemberdayaan Perempuan & KB 52 Badan Pendidikan dan Pelatihan

20 Dinas Sosial 53 Sekretariat Dewan Pengurus KORPRI


Provinsi

21 Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan 54 Badan Ketahanan Pangan

22 Dinas Koperasi & Usaha Mikro, Kecil, Menengah 55 Badan Pemberdayaan Masyarakat

23 Badan Penanaman Modal 56 Dinas Komunikasi dan Informatika

24 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata 57 Sekretariat Komisi Penyiaran Indonesia


Daerah

25 Dinas Kepemudaan dan Keolahragaan 58 Badan Perpustakaan dan Kearsipan

26 Badan Kesatuan Bangsa dan Politik 59 Dinas Pertanian

27 Satuan Polisi Pamong Praja 60 Dinas Perkebunan

28 Badan Penanggulangan Bencana Daerah 61 Dinas Peternakan

29 Pelaksana Harian Badan Narkotika 62 Dinas Kehutanan

30 Biro Administrasi Pemerintahan Umum 63 Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
70

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
31 Biro Administrasi Kerjasama 64 Dinas Perikanan dan Kelautan

32 Biro Hukum 65 Dinas Perindustrian dan Perdagangan

33 Biro Administrasi Perekonomian

Sebagai entitas pelaporan maka Laporan Keuangan yang disusun oleh


SKPKD Pemerintah Provinsi Jawa Timur terdiri dari :
a. Laporan Realisasi Anggaran (LRA).
Laporan Realisasi Anggaran (LRA) menyajikan informasi mengenai realisasi
pendapatan, belanja, transfer, surplus/defisit dan pembiayaan dari suatu
entitas pelaporan yang masing-masing diperbandingkan dengan anggarannya.
Unsur yang dicakup dalam LRA terdiri dari pendapatan, belanja dan
pembiayaan. LRA Pemerintah Provinsi Jawa Timur disusun berdasarkan LRA
SKPD, setelah dilakukan rekonsiliasi dengan data yang ada di PPKD. Dalam
hal ini yang berfungsi sebagai PPKD adalah Biro Keuangan. Sampai saat ini
LRA SKPD disusun dengan menggunakan Sistem Akuntansi berbasis Kas.
b. Neraca
Neraca adalah laporan keuangan yang menyajikan posisi keuangan entitas
pada suatu saat (tanggal) tertentu. Unsur yang dicakup dalam neraca terdiri
dari aset, kewajiban dan ekuitas dana. Neraca Pemerintah Provinsi Jawa
Timur disusun berdasarkan neraca SKPD, terutama dari Kas di Bendahara
Penerimaan, Kas di Bendahara Pengeluaran. Neraca juga dilengkapi data-data
keuangan yang dikelola oleh Kantor Kas Daerah, Biro Keuangan, Biro
Perlengkapan dan Administrasi Aset, Biro Perekonomian dan Dinas
Pendapatan. Support data mengenai Kas Daerah dan Non Anggaran
(Penerimaan Perhitungan Fihak Ketiga) berasal dari data Kantor Kas Daerah,
data mengenai berapa kewajiban pemerintah yang harus diselesaikan pada
tahun anggaran berikutnya berasal dari data yang ada di Biro Keuangan.
Sementara itu untuk data berapa besar penyertaan modal yang telah disertakan
Pemerintah Provinsi Jawa Timur pada BUMD/Perusahaan Daerah bersumber
pada data Biro Perekonomian. Terkait dengan sumber data besaran jumlah
Piutang Pajak maupun Retribusi maka selain diperoleh dari SKPD juga
dilengkapi data dari Dinas Pendapatan Daerah. Unsur Aset Tetap dan
Persediaan maka sumber data didapat dari Biro Perlengkapan dan
Administrasi Aset.
c. Laporan Arus Kas
Laporan Arus Kas menyajikan informasi kas terkait dengan aktivitas
operasional, investasi aset non keuangan, pembiayaan dan transaksi non
anggaran yang menggambarkan saldo awal, penerimaan, pengeluaran dan
saldo akhir kas pemerintah daerah selama periode tertentu. Unsur penting dari
aktivitas tersebut adalah penerimaan dan pengeluaran kas yang dikelola oleh
Kantor Kas Daerah, selaku Kuasa Bendahara Umum Daerah, melalui
rekening: 0011000477 pada Bank Jatim.
Sumber data yang digunakan dalam analisis penyusunan Laporan Arus Kas
berasal dari data sekunder yang antara lain adalah :
a. Posisi Kas Awal ( 2 Januari 2009) dan Posisi Kas Akhir ( 31 Desember
2009).
b. Realisasi pelaksanaan anggaran tahun 2009.
c. Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) Tahun 2009.

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
71

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
d. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)
Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian dari
angka yang tertera dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan
Arus Kas. Catatan atas Laporan Keuangan juga mencakup informasi tentang
kebijakan akuntansi yang dipergunakan oleh entitas pelaporan serta
ungkapan-ungkapan yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan
keuangan secara wajar.
Disamping unsur-unsur laporan keuangan yang pokok, sebagaimana yang
telah diungkapkan, maka laporan keuangan pemerintahan daerah juga
dilampiri dengan Ikhtisar Laporan kinerja Keuangan APBD dan Ikhtisar
laporan keuangan BUMD.
e. Lampiran Ikhtisar Laporan Kinerja Keuangan APBD
Laporan Kinerja Keuangan APBD merupakan lampiran dari laporan pokok
diatas yang menggambarkan Kinerja Keuangan APBD dan Laporan Kinerja
Keuangan APBD dapat kita informasikan dalam 2 (dua) hal yaitu :
1. Laporan Kinerja yang berdimensi Keuangan, merupakan infromasi yang
menggambarkan tingkat penyerapan, perkembangan realisasi APBD;
2. Laporan Kinerja Keuangan yang terkait dengan program/ kegiatan guna
mengukur tingkat keberhasilan Pemerintah Provinsi Jawa Timur yang telah
ditargetkan dalam RKPD tahunan atas pelaksanaan RPJMD tahun 2009-
2014 dijelaskan pada Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) Bab II dan
Bab III.
f. Ikhtisar Laporan Keuangan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)
Laporan Keuangan BUMD juga merupakan lampiran dari laporan pokok
diatas yang menyajikan ikhtisar laporan keuangan BUMD yang
menggambarkan perkembangan Badan Usaha Milik Daerah dan Perusahaan
Daerah Provinsi Jawa Timur.

2) Basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan


Asumsi dasar dalam pelaporan keuangan pemerintah daerah adalah
anggapan yang diterima sebagai suatu kebenaran tanpa perlu dibuktikan agar
kebijakan akuntansi dapat diterapkan, yang terdiri dari:
a) Asumsi kemandirian entitas;
Asumsi kemandirian entitas, yang berarti bahwa Pemerintah Provinsi Jawa
timur sebagai entitas pelaporan dan SKPD di lingkup Pemerintah Provinsi
Jawa Timur sebagai entitas akuntansi dianggap sebagai unit yang mandiri dan
mempunyai kewajiban untuk menyajikan laporan keuangan sehingga tidak
terjadi kekacauan antar unit pemerintahan dalam pelaporan keuangan. Salah
satu indikasi terpenuhinya asumsi ini adalah adanya kewenangan masing-
masing entitas untuk menyusun anggaran dan melaksanakannya dengan
tanggung jawab penuh. Setiap entitas bertanggungjawab atas pengelolaan aset
dan sumber daya di luar neraca untuk kepentingan yurisdiksi tugas pokoknya,
termasuk atas kehilangan atau kerusakan aset dan sumber daya dimaksud,
utang-piutang yang terjadi akibat pembuatan keputusan entitas, serta
terlaksana tidaknya program dan kegiatan yang telah ditetapkan.
b) Asumsi kesinambungan entitas;

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
72

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
Laporan keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur disusun dengan asumsi
bahwa Pemerintah Provinsi Jawa Timur akan berlanjut keberadaannya dan
tidak ermaksud untuk melakukan likuidasi. Dalam pengertian kesinambungan
entitas ini adalah bahwa Pemerintah Provinsi Jawa Timur dibentuk untuk
menjalankan tugas kepemerintahan dalam jangka waktu panjang dan tidak
dimaksudkan untuk dibubarkan.
c) Asumsi keterukuran dalam satuan uang (monetary measurement).
Laporan keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur menyajikan setiap
kegiatan yang diasumsikan yang dapat dinilai dengan satuan uang. Hal ini
diperlukan agar memungkinkan dilakukannya analisis dan pengukuran dalam
akuntansi.
Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Daerah (LRA) disusun
menggunakan basis kas yaitu basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi
dan peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas diterima pada Kas Daerah atau
dikeluarkan dari Kas Daerah.

Dalam penyajian Neraca, Aset, Kewajiban dan Ekuitas dana diakui


berdasarkan basis akrual, yaitu pada saat diperolehnya hak atas aset dan
timbulnya kewajiban tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau
dikeluarkan dan Kas Daerah.
Pada Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan (SAP), bahwa Pemerintah Provinsi Jawa Timur telah
mempedomani dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangannya. Namun,
untuk pelaporan tahun anggaran 2009 Pemerintah Provinsi Jawa Timur belum
dapat mengikuti semua prinsip-prinsip akuntansi dan pelaporan yang ada dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP). Pemerintah Provinsi Jawa Timur mempunyai kebijakan
untuk menerapkan SAP secara bertahap.
Prinsip-prinsip akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan
pemerintah Provinsi Jawa Timur :
a) Basis akuntansi;
Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan Provinsi Jawa Timur
adalah basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam
Laporan Realisasi Anggaran dan basis akrual untuk pengakuan aset,
kewajiban, dan ekuitas dana dalam Neraca.
Basis Kas untuk Laporan Realisasi Anggaran berarti bahwa pendapatan dan
penerimaan pembiayaan diakui pada saat kas diterima oleh kas daerah, serta
belanja dan pengeluaran pembiayaan diakui pada saat kas dikeluarkan dari kas
daerah. Sebagaimana pemerintah daerah lainnya, Pemerintah Provinsi Jawa
Timur tidak menggunakan istilah laba, melainkan menggunakan sisa
perhitungan anggaran (lebih/kurang) untuk setiap tahun anggaran. Sisa
perhitungan anggaran tergantung pada selisih realisasi penerimaan pendapatan
dan pembiayaan dengan pengeluaran belanja dan pembiayaan.
Basis Akrual untuk Neraca berarti bahwa aset, kewajiban, dan ekuitas dana
diakui dan dicatat pada saat terjadinya transaksi, atau pada saat kejadian atau
kondisi lingkungan berpengaruh pada keuangan Pemerintah Provinsi Jawa
Timur, bukan terpaku pada saat kas diterima atau dibayar oleh kas daerah.

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
73

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
Prinsip nilai perolehan, Aset dicatat sebesar jumlah kas yang dibayar atau
sebesar nilai wajar dari imbalan (consideration) untuk memperoleh aset
tersebut pada saat perolehan. Utang dicatat sebesar jumlah kas yang
diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban di masa yang akan
datang dalam pelaksanaan kegiatan Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
b) Prinsip realisasi;
Ketersediaan pendapatan daerah yang telah diotorisasikan melalui APBD
selama suatu tahun anggaran akan digunakan untuk membiayai belanja
daerah dalam periode tahun anggaran dimaksud.
c) Prinsip substansi mengungguli formalitas;
Informasi akuntansi dimaksudkan untuk menyajikan dengan jujur transaksi
serta peristiwa lain yang seharusnya disajikan, maka transaksi atau peristiwa
lain tersebut harus dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas
ekonomi, bukan hanya mengikuti aspek formalitasnya.
d) Prinsip periodisitas;
Kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur
perlu dibagi menjadi periode-periode pelaporan sehingga kinerja Pemerintah
Jawa Timur dapat diukur dan posisi sumber daya yang dimilikinya dapat
ditentukan. Periode utama untuk pelaporan keuangan yang digunakan oleh
Pemerintah Provinsi Jawa Timur adalah tahunan. Periode pelaporan
semesteran untuk entitas pelaporan dan triwulanan untuk entitas akuntansi
digunakan untuk melakukan evaluasi atas kinerja yang telah dicapai dalam
semester sebelumnya.
e) Prinsip konsistensi;
Perlakuan akuntansi yang sama harus diterapkan pada kejadian yang serupa
dari periode ke periode oleh pemerintah daerah (prinsip konsistensi internal).
Hal ini tidak berarti bahwa tidak boleh terjadi perubahan dari satu metode
akuntansi ke metode akuntansi yang lain.
f) Prinsip pengungkapan lengkap; dan
Laporan keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur menyajikan secara
lengkap informasi yang dibutuhkan oleh pengguna laporan. Informasi yang
dibutuhkan oleh pengguna laporan ditempatkan pada lembar muka (on the
face) laporan keuangan atau catatan atas laporan keuangan.
g) Prinsip penyajian wajar.
Laporan keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur diarahkan untuk
menyajikan dengan wajar Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus
Kas, dan Catatan Atas Laporan Keuangan serta Laporan Kinerja Keuangan
dan Ikhtisar Laporan Keuangan BUMD.

3) Basis pengukuran yang mendasari penyusunan laporan keuangan


Unsur-unsur laporan keuangan yang menjelaskan pengertian dan ruang
lingkup dari pos-pos yang membentuk laporan keuangan, bahwa kriteria
minimum yang perlu dipenuhi oleh suatu kejadian atau peristiwa untuk diakui
yaitu:
a) Terdapat kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang berkaitan dengan
kejadian atau peristiwa tersebut akan mengalir keluar dari atau masuk ke
dalam entitas pemerintah yang bersangkutan;

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
74

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
b) Kejadian atau peristiwa tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat
diukur atau dapat diestimasi dengan andal.

Hal lain yang perlu diperhatikan :


a) Keandalan Pengukuran
Kriteria pengakuan pada umumnya didasarkan pada nilai uang akibat
peristiwa atau kejadian yang dapat diandalkan pengukurannya. Namun ada
kalanya pengakuan didasarkan pada hasil estimasi yang layak. Apabila
pengukuran berdasarkan biaya dan estimasi yang layak tidak mungkin
dilakukan, maka pengakuan transaksi demikian cukup diungkapkan pada
catatan atas laporan keuangan.
Penundaan pengakuan suatu pos atau kejadian dapat terjadi apabila
kriteria pengakuan baru terpenuhi setelah terjadi atau tidak terjadi peristiwa
atau keadaan lain di masa mendatang.
Pengukuran adalah proses penetapan nilai uang untuk mengakui dan
memasukkan setiap pos dalam laporan keuangan pemerintah daerah. Pada
dasarnya, pengukuran pos-pos dalam laporan keuangan Pemerintah Provinsi
Jawa Timur menggunakan nilai perolehan historis.
b) Koreksi Kesalahan
Laporan keuangan disusun dan disajikan untuk menyediakan
informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang
dilakukan oleh pelaporan. Untuk menjaga integritas data dan agar informasi
laporan keuangan tidak menyesatkan maka laporan keuangan harus bebas
dari kesalahan.
Kesalahan adalah penyajian akun-akun yang secara signifikan tidak
sesuai dengan yang seharusnya yang mempengaruhi laporan keuangan
periode berjalan atau periode sebelumnya. Periode berjalan adalah periode
sebelum laporan keuangan ditetapkan oleh Peraturan Daerah. Periode
sebelumnya adalah periode akuntansi dimana laporan keuangan telah
diterbitkan dan ditetapkan oleh Peraturan Daerah.
c) Perubahan Kebijakan Akuntansi
Para pengguna perlu membandingkan laporan keuangan dari suatu
entitas pelaporan dari waktu ke waktu untuk mengetahui trend posisi
keuangan, kinerja, dan arus kas. Oleh karena itu, kebijakan akuntansi yang
digunakan harus diterapkan secara konsisten pada setiap periode. Perubahan
dalam perlakuan, pengakuan, atau pengukuran akuntansi sebagai akibat dari
perubahan atas basis akuntansi, kriteria kapitalisasi, metode, dan estimasi,
merupakan contoh perubahan kebijakan akuntansi.
Peristiwa luar biasa adalah kejadian atau transaksi yang secara jelas
berbeda dari aktivitas biasa atau normal suatu entitas dan karenanya tidak
diharapkan terjadi dan berada di luar kendali atau pengaruh entitas sehingga
memiliki dampak yang signifikan terhadap realisasi anggaran atau posisi
aset/kewajiban.
d) Penyusunan dan penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa
Timur Tahun Anggaran 2009 telah mengacu pada Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP) Tahun 2005. Dengan demikian, dalam penyusunan
laporan keuangan telah diterapkan kaidah-kaidah pengelolaan keuangan yang

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
75

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
sehat di lingkungan pemerintahan. Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi
Jawa Timur terdiri dari :
i) Pendapatan
Pendapatan adalah semua penerimaan kas daerah yang
menambah ekuitas dana dalam periode tahun anggaran yang
bersangkutan yang menjadi hak pemerintah daerah, dan tidak perlu
dibayar kembali oleh pemerintah daerah. Pendapatan diakui pada saat kas
diterima pada Kas Daerah. Akuntansi pendapatan dilaksanakan
berdasarkan azas bruto yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan
tidak mencatat netonya. Pendapatan disajikan sesuai dengan jenis
pendapatan.
ii) Belanja
Belanja adalah semua pengeluaran kas daerah yang mengurangi
ekuitas dana dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang tidak
akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah daerah. Belanja
diakui pada saat terjadi pengeluaran kas dari Kas Daerah. Untuk
pengeluaran melalui bendahara pengeluaran, pengakuan belanja terjadi
pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh
unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan (BUD). Belanja disajikan
dimuka (face) laporan menurut klasifikasi ekonomi/ Jenis belanja,
sedangkan di Catatan atas Laporan Keuangan, belanja disajikan menurut
organisasi dan fungsi. Klasifikasi menurut klasifikasi ekonomi (jenis
belanja), organisasi dan fungsi.
Pengeluaran kas atas pencairan SP2D Gaji diakui sebagai
penambah belanja gaji. Pada saat dilakukan pertanggungjawaban atas
pembayaran gaji pada tahun berjalan, jika terdapat kelebihan gaji yang
disetorkan ke kas umum daerah diakui sebagai pengurang belanja gaji.
Pengembalian atas belanja gaji pada periode sebelumnya diakui sebagai
pendapatan lain-lain.
Belanja bukan tunai dalam bentuk barang dan jasa diakui sebagai
belanja dan disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran pada saat
terjadinya transaksi belanja yang bersangkutan. Belanja bukan tunai ini
diakui sebagai konsekuensi atas pendapatan non tunai yang diterima oleh
Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Berhubung transaksi ini tidak
melibatkan arus kas, maka transaksi ini tidak dilaporkan dalam laporan
arus kas.
Donasi/hibah baik dalam bentuk uang maupun barang dicatat
sebagai pendapatan hibah dan harus dilaporkan dalam laporan realisasi
anggaran. Perlakuan terhadap hibah dalam bentuk barang ini adalah
dengan menganggap seolah-olah ada uang kas masuk sebagai pendapatan
hibah, kemudian uang tersebut dibelanjakan aset tetap yang
bersangkutan. Jadi, terdapat tiga pengakuan atas aset donasi, yaitu
pengakuan pendapatan, belanja modal, dan pengakuan aset tetap.
Penerimaan kembali belanja yang terjadi pada periode berjalan
dibukukan sebagai pengurang belanja pada periode yang sama. Apabila
penerimaan kas atas kelebihan belanja yang terjadi pada periode
sebelumnya diakui sebagai pendapatan lain-lain pada akun Pendapatan

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
76

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
dari Pengembalian. Pembahasan lebih lanjut mengenai pengembalian
kelebihan belanja akan dibahas secara lebih detail pada bagian koreksi.
Pengakuan belanja non modal atau investasi dalam periode
berjalan berdasarkan jumlah kas yang dikeluarkan. Pada akhir periode
akuntansi, berdasarkan jumlah belanja non modal yang sampai akhir
periode akuntansi telah menjadi kewajiban tetapi belum ada realisasi
pengeluaran kas, maka diakui sebagai kewajiban kepada pihak ketiga.
Belanja modal diakui dalam periode berjalan pada saat aset yang dibeli
telah diterima dan hak kepemilikannya telah berpindah.
Pada akhir periode, jika terdapat kewajiban bagi pemerintah
daerah untuk membayar kepada pihak ketiga diakui sebagai penambahan
kewajiban (utang) dan pengurangan ekuitas dana.
Belanja modal tanah diakui sebesar biaya perolehan tanah yang
mencakup harga pembelian atau biaya pembebasan tanah, biaya yang
dikeluarkan dalam rangka memperoleh hak, biaya pematangan,
pengukuran, penimbunan, dan biaya lainnya yang dikeluarkan sampai
tanah tersebut siap pakai. Belanja modal tanah juga meliputi harga
bangunan tua yang terletak pada tanah yang dibeli jika bangunan tua
tersebut dimaksudkan untuk dimusnahkan.
Belanja modal peralatan dan mesin menggambarkan jumlah
pengeluran yang telah dilakukan untuk memperoleh peralatan dan mesin
tersebut sampai siap pakai. Biaya ini antara lain meliputi harga
pembelian, biaya pengangkutan, biaya instalasi, serta biaya langsung
lainnya untuk memperoleh dan mempersiapkan sampai peralatan dan
mesin tersebut siap digunakan.
Belanja modal gedung dan bangunan diakui sebesar harga
perolehan gedung dan bangunan sampai siap untuk digunakan. Biaya
perolehan gedung dan bangunan meliputi harga pembelian atau biaya
konstruksi termasuk biaya pengurusan IMB, notaris dan pajak.
Belanja modal jalan, irigasi dan jaringan diakui sebesar seluruh
biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh jalan, irigasi, dan jaringan
sampai siap pakai. Biaya ini meliputi biaya perolehan atau biaya
konstruksi dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan sampai jalan, irigasi
dan jaringan tersebut siap pakai.
Biaya administrasi dan biaya umum lainnya bukan merupakan
suatu komponen biaya aset tetap sepanjang biaya tersebut tidak dapat
diatribusikan secara langsung pada biaya perolehan aset atau membawa
aset ke kondisi kerjanya. Contoh dari biaya ini adalah biaya pimpinan
kegiatan (kuasa pengguna anggaran), PPTK, biaya ATK untuk
administrasi kegiatan, dll.
Biaya yang tidak termasuk dalam kategori belanja modal adalah
biaya permulaan (start-up cost) dan pra produksi kecuali biaya tersebut
perlu untuk membawa aset ke kondisi kerjanya. Contoh biaya permulaan
atau pra produksi yang tidak termasuk dalam kategori belanja modal
adalah biaya studi kelayakan.
Biaya yang dikeluarkan setelah aset tetap diperoleh yang
memperpanjang masa manfaat atau yang kemungkinan besar memberi

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
77

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
manfaat ekonomik di masa yang akan datang dalam bentuk kapasitas,
mutu produksi, atau peningkatan standar kinerja harus diakui sebagai
belanja modal, bukan merupakan aktivitas pemeliharaan. Dengan kata
lain, biaya setelah perolehan aset tetap tersebut dikapitalisasi ke aset tetap
yang bersangkutan.
Surplus/defisit dicatat sebesar selisih lebih atau kurang antara
pendapatan dan belanja selama satu periode pelaporan.
iii) Pembiayaan
Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar
kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada
tahun anggaran bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya,
yang dalam penganggaran pemerintah daerah terutama dimaksudkan
untuk menutup defisit atau memanfaatkan surplus anggaran. Salah satu
komponen pembiayaan ini adalah penerimaan atas pinjaman dan
pembayaran pinjaman jangka panjang.
Selisih Lebih (Kurang) Pembiayaan Anggaran
Dalam penyusunan APBD, SILPA/SIKPA akan selalu nihil
karena jumlah surplus atau defisit harus ditetapkan rencana
pemanfaatannya atau penutupannya. Namun dalam realisasi anggaran
pada umumnya SILPA akan muncul. Jumlah ini merupakan selisih antara
penerimaan anggaran dikurangi dengan pengeluaran anggaran. Dengan
kata lain jumlah ini diperoleh dengan menjumlahkan surplus/defisit
dengan pembiayaan netto.
iv) Aset
Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau
dimiliki oleh sebagai akibat peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat
ekonomi dan/atau sosial dimasa akan depan diharapkan dapat diperoleh,
baik oleh pemerintah provinsi Jawa Timur atau oleh masyarakat, serta
dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya non-keuangan
yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan
sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.
Dalam pengertian aset ini tidak termasuk sumber daya alam seperti
hutan, kekayaan didasar laut dan kandungan pertambangan. Aset diakui
pada saat diterima atau saat hak kepemilikan berpindah.
Aset diklasifikasikan menjadi Aset Lancar, Investasi, Aset Tetap
dan Aset Lainnya.
(1) Aset Lancar
Aset Lancar jika berupa kas dan setara kas yang diharapkan
segera untuk direalisasikan, dipakai, atau dimilki untuk dijual dalam
waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan. Aset Lancar
terdiri dari Kas, Piutang dan Persediaan.
Kas disajikan dineraca dengan menggunakan nilai nominal.
Kas dalam bentuk valuta asing disajikan dineraca dengan
menggunakan kurs tengah BI pada tanggal neraca.
Piutang dinyatakan dalam neraca menurut nilai yang timbul
berdasarkan hak yang telah dikeluarkan surat keputusan
penagihannya. Termasuk dalam pos Piutang adalah Tagihan

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
78

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
Penjualan Rumah (Angsuran), Tagihan Tuntutan Ganti Rugi (TGR)
yang akan jatuh tempo dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah
tanggal laporan. Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang
atau perlengkapan yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan
operasional pemerintah, dan barang-barang yang dimaksudkan untuk
dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada
masyarakat.
Persediaan dicatat pada neraca berdasarkan :
- harga pembelian terakhir, apabila diperoleh dengan pembelian,
- harga standar apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri,
- harga wajar atau estimasi nilai penjualannya diperoleh dengan
cara lainnya seperti donasi/ rampasan.
(2) Investasi
Investasi adalah aset yang dimaksudkan untuk memperoleh
manfaat ekonomik seperti bunga, deviden, royalti, atau manfaat
sosial sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemerintah provinsi
jawa timur dalam rangka pelayanan kepada masyarakat. Investasi
diklasifikasikan kedalam investasi jangka pendek dan investasi
jangka panjang. Investasi jangka pendek adalah investasi yang segera
dicairkan dan dimaksudkan untuk dimiliki dalam kurun waktu
setahun atau kurang. Investasi jangka panjang adalah investasi yang
dimaksudkan untuk dimiliki selama lebih dari setahun. Penyajian
investasi pada Neraca Pemerintah Provinsi Jawa Timur per 31
Desember 2009 terbatas pada investasi jangka panjang.
Investasi jangka panjang dibagi menurut sifat penanaman
investasinya, yaitu non permanen dan permanen.
(i) Investasi Non Permanen
Investasi non permanen adalan investasi jangka panjang yang
tidak termasuk dalam investasi permanen dan dimaksudkan untuk
dimiliki secara tidak berkelanjutan. Investasi non permanen
sifatnya bukan penyertaan modal saham melainkan pinjaman
jangka panjang yang dimaksudkan untuk pembiayaan investasi
pihak ketiga.
Investasi Non Permanen meliputi :
- Seluruh dana Pemerintah Provinsi Jawa Timur yang diberikan
dalam bentuk Pinjaman Dana Bergulir kepada pengusaha kecil,
anggota koperasi, anggota kelompok Swadaya Masyarakat,
nasabah Lembaga Dana Kredit Pedesaan, Nasabah Usaha
Simpan Pinjam atau nasabah Bank Perkreditan Rakyat.
- Seluruh pencairan pinjaman pendanaan Kredit Usaha Mikro dan
Kecil (KUMK).
(ii) Investasi Permanen.
Investasi Permanen adalah investasi jangka panjang yang
dimaksudkan untuk dimiliki secara berkelanjutan. Investasi
permanen dimaksudkan untuk mendapatkan dividen atau
menambahkan pengaruh yang signifikan dalam jangka panjang.
Investasi permanen meliputi seluruh Penyertaan Modal

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
79

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
Pemerintah Daerah pada Badan Usaha Milik Daerah dan
Perusahaan Daerah atau Badan Hukum lainnya. Pemerintah
Provinsi Jawa Timur mempunyai 10 (sepuluh ) Badan Usaha dan
1 (satu) Perusahaan Daerah.
Metode penilaian yang digunakan terdapat 3 (tiga) metode yang
digunakan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur, yaitu :
(1) Metode biaya;
Metode biaya adalah suatu metode penilaian yang mencatat nilai
investasi berdasarkan harga perolehan. Dengan menggunakan
metode biaya, investasi dicatat sebesar biaya perolehan.
Penghasilan atas investasi tersebut diakui sebesar bagian hasil
yang diterima dan tidak mempengaruhi besarnya nilai investasi
pada badan usaha/badan hukum yang terkait.
(2) Metode ekuitas;
Metode ekuitas adalah suatu metode penilaian yang mengakui
penurunan atau kenaikan nilai investasi sehubungan dengan
adanya rugi/laba badan usaha yang menerima investasi (investee),
proporsional terhadap besarnya saham atau pengendalian yang
dimiliki pemerintah.
Dengan menggunakan metode ekuitas, pemerintah mencatat
investasi awal sebesar biaya perolehan dan ditambah atau
dikurangi sebesar bagian laba atau rugi pemerintah setelah
tanggal perolehan. Bagian laba yang diterima pemerintah akan
mengurangi nilai investasi pemerintah. Sedangkan dividen yang
dibayarkan dalam bentuk saham, tidak mempengaruhi nilai
investasi pemerintah karena pengakuan kenaikan nilai
investasinya sudah dilakukan pada saat laba dilaporkan.
Penyesuaian terhadap nilai investasi juga diperlukan untuk
mengubah porsi kepemilikan investasi pemerintah, misalnya
adanya perubahan yang timbul akibat pengaruh valuta asing serta
revaluasi aset tetap.
(3) Metode nilai bersih yang dapat direalisasi
Metode nilai bersih yang dapat direalisasikan digunakan
terutama untuk kepemilikan yang akan dilepas/dijual dalam
jangka waktu dekat.
Penilaian investasi jangka panjang di Pemerintah Provinsi
Jawa Timur sampai dengan tahun anggaran 2009 masih
diprioritaskan menggunakan Metode Biaya. Namun untuk penilaian
investasi tahun anggaran 2009 Pemerintah Provinsi Jawa Timur akan
mengidentifikasi kepemilikan sekaligus metode penilaian akan
disesuaikan dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) tahun
2005. Hal ini telah disepakati dengan para Direktur Utama dan
Pimpinan Cabang dari BUMD dan Perusahaan Daerah yang
dituangkan ke dalam Berita Acara tanggal 27 Nopember 2009.
Dengan demikian Investasi penyertaan Modal tahun TA 2009
laporannya masih berdasarkan SP2D, mengingat hasil RUPS dalam
pembagian Saham tahun 2009 pada bulan Juni 2010

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
80

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________

(3) Aset Tetap


Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa
manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam
kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum.
Klasifikasi aset tetap adalah tanah, peralatan dan mesin, gedung dan
bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, aset tetap lainnya, dan
konstruksi dalam pengerjaan.
Tanah yang dikelompokkan dalam aset tetap adalah tanah
yang dimiliki atau dikuasai oleh pemerintah untuk digunakan dalam
kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum dan
dalam kondisi siap digunakan. Tanah yang digunakan untuk
bangunan, jalan, irigasi, dan jaringan tetap dicatat sebagai tanah yang
terpisah dari aset tetap yang dibangun di atas tanah tersebut.
Peralatan dan Mesin yang dikelompokkan dalam aset tetap
adalah peralatan dan mesin yang dimiliki atau dikuasai oleh
pemerintah untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau
dimanfaatkan oleh masyarakat umum dan dalamkondisi siap
digunakan. Aset tetap yang dapat diklasifikasikan dalam Peralatan
dan Mesin ini mencakup antara lain: alat berat; alat angkutan; alat
bengkel dan alat ukur; alat pertanian; alat kantor dan rumah tangga;
alat studio, kominikasi, dan pemancar; alat kedokteran dan
kesehatan; alat laboratorium; alat persenjataan; komputer; alat
eksplorasi; alat pemboran; alat produksi, pengolahan, dan pemurnian;
alat bantu eksplorasi; alat keselamatan kerja; alat peraga; dan unit
peralatan proses produksi.
Gedung dan Bangunan yang dikelompokkan dalam aset tetap
adalah gedung dan bangunan yang dimiliki atau dikuasai oleh
pemerintah untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau
dimanfaatkan oleh masyarakat umum dan dalam kondisi siap
digunakan. Termasuk dalam jenis gedung dan bangunan ini antara
lain: bangunan gedung, monumen, bangunan menara, dan rambu-
rambu.
Jalan, Irigasi dan Jaringan yang dikelompokkan dalam aset
tetap adalah jalan, irigasi, dan jaringan yang dimiliki atau dikuasai
oleh pemerintah untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau
dimanfaatkan oleh masyarakat umum dan dalam kondisi siap
digunakan. Contoh aset tetap yang termasuk dalam klasifikasi ini
mencakup antara lain: jalan dan jembatan, bangunan air, instalasi,
dan jaringan.
Aset tetap Lainnya mencakup aset tetap yang tidak dapat
dikelompokkan ke dalam kelompok aset tetap di atas, tetapi
memenuhi definisi aset tetap. Aset tetap lainnya ini dapat meliputi
koleksi perpustakaan/buku dan barang bercorak seni/budaya/olah
raga.
Konstruksi dalam Pengerjaan mencakup aset tetap yang
sedang dalam proses pembangunan, yang pada tanggal neraca belum

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
81

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
selesai dibangun seluruhnya. Pembahasan mengenai konstruksi
dalam pengerjaan dijelaskan lebih rinci dalam sub bab konstruksi
dalam pengerjaan.
Akumulasi penyusutan merupakan pos di neraca yang
mengurangi nilai dari aset tetap. Penyusutan adalah penyesuaian nilai
sehubungan dengan penurunan kapasitas dan manfaat dari suatu aset.
Selain tanah dan konstruksi dalam pengerjaan, seluruh aset tetap
dapat disusutkan sesuai dengan sifat dan karakteristik aset tersebut.
Penyusutan ini bukan untuk alokasi biaya sebagaimana penyusutan di
sektor komersial, tetapi untuk menyesuaikan nilai sehingga dapat
disajikan secara wajar.
Aset bersejarah merupakan aset tetap yang dimiliki atau
dikuasai oleh pemerintah yang karena umur dan kondisinya aset tetap
tersebut harus dilindungi oleh peraturan yang berlaku dari segala
macam tindakan yang dapat merusak aset tetap tersebut. Lazimnya,
suatu aset tetap dikategorikan sebagai aset bersejarah jika
mempunyai bukti tertulis sebagai barang/bangunan bersejarah.
Aset tetap diperoleh pemerintah dengan maksud untuk
digunakan dalam kegiatan operasional pemerintahan. Aset tetap bagi
pemerintah, disatu sisi merupakan sumberdaya ekonomi, disisi lain
merupakan suatu komitmen, artinya di kemudian hari pemerintah
wajib memelihara atau merehabilitasi aset tetap yang bersangkutan.
Pengeluaran belanja untuk aset tetap setelah perolehan dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu belanja pemeliharaan dan belanja
untuk peningkatan.
Belanja pemeliharaan dimaksudkan untuk mempertahankan
kondisi aset tetap tersebut sesuai dengan kondisi awal. Sedangkan
belanja untuk peningkatan adalah belanja yang memberi manfaat
ekonomik di masa yang akan datang dalam bentuk peningkatan
kapasitas, masa manfaat, mutu produksi, atau peningkatan standar
kinerja.
Menurut PSAP Nomor 07 tentang Akuntansi Aset Tetap,
aset tetap disajikan berdasarkan biaya perolehan aset tetap dikurangi
akumulasi penyusutan (depresiasi). Namun Laporan Keuangan
Pemerintah Provinsi Jawa Timur, seluruh aset tetap yang dikelola
oleh Biro Administrasi Aset dan Perlengkapan belum
disusutkan/Dipresiasi. Hal ini disebabkan antara lain belum
dilakukan inventarisasi dan penilaian kembali (revaluasi) atas aset
tetap tersebut.
(4) Aset Lainnya
Aset lainnya adalah aset Pemerintah Provinsi Jawa Timur
selain aset lancar, investasi, dan aset tetap. Yang termasuk dalam aset
lainnya adalah Tagihan Penjualan Angsuran Rumah, Tagihan Ganti
Rugi yang jatuh tempo lebih dari 1 (satu) tahun, Kemitraan dengan
Pihak Ketiga, Aset Tak berwujud dan Aset Lain-lain.
Tagihan Penjualan Angsuran (TPA), menggambarkan yang
dapat diterima dari penjualan aset pemerintah provinsi Jawa Timur

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
82

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
secara angsuran kepada pegawai pemerintah daerah yang dinilai
sebesar nilai nominal dari kontrak/berita acara penjualan aset yang
bersangkutan setelah dikurangi dengan angsuran yang telah dibayar
oleh pegawai ke Kas Daerah atau daftar saldo tagihan penjualan
angsuran.
Tuntutan Ganti Rugi (TGR), merupakan suatu proses yang
dilakukan terhadap bendahara/pegawai negeri bukan bendahara
dengan tujuan untuk menuntut penggantian atas suatu kerugian yang
diderita oleh negara sebagai akibat langsung atau tidak langsung dari
suatu perbuatan yang melanggar hukum yang dilakukan oleh
bendahara/ pegawai negeri tersebut atau kelalaian dalam pelaksanaan
tugasnya.
Tagihan Penjualan Angsuran dan Tuntutan Ganti Rugi yang
akan jatuh tempo dalam 12 (dua belas) bulan setelah tanggal neraca
disajikan sebagai aset lancar.
Kemitraan dengan pihak ketiga, merupakan perjanjian antara
dua pihak atau lebih yang mempunyai komitmen untuk
melaksanakan kegiatan yang dikendalikan bersama dengan
menggunakan aset dan /atau hak usaha yang dimiliki (Bangun,
Kelola, Serah).
Aset Tak Berwujud merupakan aset nonkeuangan yang dapat
diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta untuk
digunakan dalam menghasilkan barang dan jasa atau digunakan
untuk tujuan lain termasuk hak atas kekayaan intelektual. Aset Tak
Berwujud meliputi : Software komputer, Lesensi dan Franchise, Hak
cipta (copyright), paten, goodwill dan hak lainya, Hak jasa dan
operasi.
(5) Dana Cadangan
Sesuai Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah dan PP 24 tahun 2005 tentang standar
Akuntansi Pemerintahan mendifinisikan Dana Cadangan sebagai
dana yang disisihkan guna mendanai kegiatan yang memerlukan
dana relatif besar yang tidak dapat dipenuhi dalam 1 (satu) tahun
anggaran.
Dana Cadangan diakui ketika Pemerintah Daerah Provinsi
Jawa Timur mengeluarkan kas dari Kas Daerah untuk membentuk
dana cadangan yang dianggarkan dalam pembiayaan. Mutasi tambah
atas saldo dana cadangan ketika SP2D untuk pembentukan dana
cadangan diperlukan, dan mutasi kurang timbul pada saat pemerintah
daerah melakukan pencairan dana cadangan yang penerimaan atas
pencairan tersebut dianggarkan dalam pembiayaan. Hasil yang
diterima dari pengelolaan dana cadangan yaitu pendapatan bunga
diakui menambah saldo dana cadangan, sebaliknya seluruh biaya
yang timbul atas pengelolaan dana cadangan akan mengurangi dana
cadangan yang bersangkutan, misalnya adminstrasi deposito.

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
83

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
(6) Kewajiban
Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu
yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya
ekonomi pemerintah daerah. Dalam konteks pemerintahan,
kewajiban muncul antara lain karena penggunaan sumber
pembiayaan yang berasal dari pinjaman. Pinjaman tersebut dapat
berasal dari masyarakat, lembaga keuangan, pemerintah lain, atau
lembaga internasional. Kewajiban pemerintah juga terjadi karena
perikatan dengan pegawai yang bekerja pada pemerintah, kewajiban
kepada masyarakat luas yaitu kewajiban tunjangan, kompensasi,
ganti rugi, alokasi/realokasi pendapatan ke entitas lainnya, atau
kewajiban dengan pemberi jasa lain. Kewajiban pemerintah dapat
juga timbul dari pengadaan barang dan jasa dari pihak ketiga yang
belum dibayar pemerintah pada akhir tahun anggaran.
Kewajiban diklasifikasikan menjadi dua, yaitu kewajiban
jangka pendek dan kewajiban jangka panjang.
Kewajiban Jangka Pendek dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
a. Kewajiban jangka pendek
Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai jangka pendek jika
diharapkan untuk dibayar atau jatuh tempo dalam waktu 12 (dua
belas) bulan setelah tanggal pelaporan. Kewajiban jangka pendek
meliputi Utang Kepada Pihak Ketiga, Utang Perhitungan Fihak
Ketiga, Bagian Lancar Utang Jangka Panjang, Utang Bunga dan
Utang Jangka Pendek lainnya.
b. Kewajiban Jangka Panjang
Terkait dengan kewajiban jangka panjang, jika terjadi kesulitan
likuiditas pemerintah dapat melakukan restrukturisasi atau
pendanaan kembali terhadap utang-utangnya yang akan jatuh
tempo. Apabila hal ini terjadi, entitas pelaporan dapat
memasukkan kewajiban jatuh temponya dalam waktu 12 bulan
setelah tanggal pelaporan ke dalam klasifikasi kewajiban jangka
panjang, jika, Jangka waktu aslinya adalah untuk periode lebih
dari 12 (dua belas) bulan, dan Entitas bermaksud untuk mendanai
kembali (refinance) kewajiban tersebut atas dasar jangka panjang;
dan Maksud tersebut didukung dengan adanya suatu perjanjian
pendanaan kembali (refinancing), atau adanya penjadwalan
kembali terhadap pembayaran, yang diselesaikan sebelum laporan
keuangan disetujui. Jumlah kewajiban yang dikeluarkan dari
kewajiban jangka pendek menjadi kewajiban jangka panjang
(7) Ekuitas Dana
Ekuitas dana merupakan pos pada neraca pemerintah yang
menampung selisih antara aset dan kewajiban pemerintah. Pos
ekuitas dana terdiri dari tiga kelompok, yaitu, Ekuitas Dana Lancar,
Ekuitas Dana Investasi, Ekuitas Dana Cadangan, Uang Muka dari
Kas Umum Daerah

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
84

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
Ekuitas Dana Lancar merupakan selisih antara aset lancar
dengan kewajiban jangka pendek. Kelompok ekuitas dana lancar
antara lain terdiri dari sisa lebih pembiayaan anggaran (SILPA),
pendapatan yang ditangguhkan, cadangan piutang, cadangan
persediaan, dan dana yang harus disediakan untuk pembayaran utang
jangka pendek.
SILPA merupakan akun lawan yang menampung kas dan
setara kas serta investasi jangka pendek. Sedangkan pendapatan yang
ditangguhkan adalah akun lawan yang dimaksudkan untuk
menampung kas di Bendahara Penerimaan yang berasal dari
penyetoran pendapatan asli daerah oleh wajib bayar namun sampai
dengan akhir periode akuntansi belum disetorkan ke kas umum
daerah. Selain itu pada kelompok aset lancar terdapat persediaan.
Akun lawan dari persediaan adalah cadangan persediaan.
Pada sisi kewajiban jangka pendek, selain utang PFK yang
merupakan pengurang SiLPA seperti disebutkan di atas, ada akun
kewajiban jangka pendek lainnya. Akun lawan dari kewajiban jangka
pendek lainnya ini adalah dana yang disediakan untuk pembayaran
utang jangka pendek.
Ekuitas Dana Investasi mencerminkan kekayaan pemerintah
yang tertanam dalam investasi jangka panjang, aset tetap, dan aset
lainnya, dikurangi dengan kewajiban jangka panjang. Pos ini terdiri
dari :
Diinvestasikan dalam investasi jangka panjang, yang merupakan
akun lawan dari Investasi Jangka Panjang
Diinvestasikan dalam Aset Lainnya, yang merupakan lawan dari
Aset Lainnya
Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka
Panjang, yang merupakan akun lawan dari seluruh Utang Jangka
Panjang.
Ekuitas Dana Cadangan mencerminkan kekayaan pemerintah
yang dicadangkan untuk tujuan tertentu sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Akun ini merupakan akun lawan dari Dana
Cadangan.

4) Penerapan kebijakan akuntansi berkaitan dengan ketentuan yang ada


dalam Standar Akuntansi Pemerintah.
Permendagri 13 tahun 2006 telah menegaskan bahwa laporan keuangan
pemerintah daerah disusun berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).
Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan di Pemerintah Provinsi Jawa Timur
dilakukan secara bertahap, dalam arti bahwa belum semua kebijakan akuntansi
yang disarankan oleh Standar Akuntansi Pemerintahan berjalan di Provinsi Jawa
Timur.
Sebagai penjelasan Kebijakan Akuntansi Pemerintahan Provinsi Jawa
Timur secara umum sebagai berikut :
a. Kebijakan Akuntansi yang telah mengikuti Standar Akuntansi Pemerintahan:

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
85

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
Penerapan kebijakan akuntansi pendapatan telah mengacu pada Standar
Akuntansi Pemerintahan, yaitu dengan mengakui pendapatan pada saat
kas dan setara kas diterima dan masuk ke rekening kas umum daerah
(dalam hal ini adalah rekening yang dikelola oleh Kantor Kas Daerah).
Perlakuan terhadap koreksi atas transaksi pendapatan juga telah sesuai
dengan Standar Akuntansi Pemerintahan. Restitusi atas pendapatan tahun
berjalan dilakukan dengan mengurangi realisasi pendapatan tahun
berjalan, sedangkan restitusi atas realisasi pendapatan tahun sebelumnya
diakui sebagai belanja tak terduga yang pada akhirnya mengurangi ekuitas
dana lancar.
Penerapan kebijakan akuntansi belanja juga telah mengadopsi kebijakan
akuntansi yang dituangkan dalam Standar Akuntansi Pemerintahan.
Belanja diakui ketika terjadi pengeluaran dari rekening kas umum daerah
dan/atau rekening bendahara pengeluaran dan ketika belanja tersebut telah
definitif dan dinyatakan sah oleh pihak yang berwenang. Penyetoran atas
pengembalian realisasi belanja ke rekening kas umum daerah yang terjadi
pada tahun berkenaan diakui mengurangi realisasi belanja yang
bersangkutan. Sedangkan penerimaan atas pengembalian realisasi belanja
tahun sebelumnya ke rekening kas umum daerah diakui sebagai
pendapatan dari pengembalian kelebihan belanja.
Terkait dengan kebijakan akuntansi atas belanja modal, Pemerintah
Provinsi Jawa Timur telah mengakui realisasi belanja modal berdasarkan
prinsip harga perolehan, dan pada saat yang sama diakui menambah aset
tetap pemerintah daerah. Dengan pertimbangan efisiensi, pembayaran
termin atas realisasi belanja modal diakui menambah aset Pemerintah
Provinsi Jawa Timur. Jika pada akhir tahun pelaporan terdapat aset yang
masih dalam proses pengerjaan, maka dilakukan jurnal penyesuaian untuk
mengurangi realisasi pertambahan aset dan memindahkannya ke
Konstruksi Dalam Pengerjaan.
Perlakuan atas transaksi pembiayaan juga telah mengacu pada Standar
Akuntansi Pemerintahan dengan kebijakan akuntansi yang setara dengan
kebijakan akuntansi pendapatan dan belanja yang telah dibahas diatas.
b. Kebijakan Akuntansi yang belum mengikuti Standar Akuntansi Pemerintahan
adalah kebijakan akuntansi penyusutan aset tetap dan investasi.
Pemerintah Provinsi Jawa Timur belum menetapkan kriteria dan metode
penyusutan yang akan diberlakukan di seluruh satuan kerja perangkat
daerah,sehingga pelaporan aset untuk periode yang berakhir tahun 2009
masih disajikan sebesar harga perolehannya, dan belum dikurangi dengan
penyusutan.
Terkait dengan investasi permanen di BUMD dan Bank Jatim, Pemerintah
Provinsi Jawa Timur membuat kebijakan akuntansi pengakuan mutasi
tambah berdasarkan realisasi SP2D yang dikeluarkan dari rekening kas
umum daerah, dan mengakui pendapatan dividen jika pembagian dividen
dilakukan secara tunai (kas). Jadi, penyajian pos investasi dalam neraca
Pemerintah Propinsi Jawa Timur untuk tahun yang berakhir 31 Desember
2009 belum menggunakan metode ekuitas, melainkan dengan
menggunakan metode biaya. Hal ini dilandasi oleh perbedaan pengakuan

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
86

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
investasi di masing-masing BUMD yang belum mengacu pada Standar
Akuntansi Pemerintahan.
Hasil rapat koordinasi dan penyamaan persepsi yang dituangkan kedalam
Berita Acara yang telah ditandatangani oleh masing-maising BUMD atas
pengakuan investasi sepakat untuk melakukan kebijakan akuntansi
investasi pada tahun anggaran 2009 sambil menunggu hasil audit dan
RUPS tahun 2010. Sehingga diharapkan laporan keuangan tahun
anggaran 2010 atas pengakuan investasi penyertaan modal sudah
mengacu Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).

e. PENJELASAN ATAS POS-POS NERACA, LAPORAN REALISASI


ANGGARAN DAN LAPORAN ARUS KAS

Penjelasan Pos-Pos Neraca

1) Posisi Keuangan secara Umum


Ringkasan Neraca per 31 Desember 2009 dan 31 Desember 2008 adalah
sebagai berikut :
Tabel e.1 Neraca Pemerintah Provinsi Jawa Timur
(Dalam Rupiah)
Uraian 31 Desember 2009 31 Desember 2008

Aset 29.131.559.603.221,50 27.826.266.592.577,80


Aset Lancar 2.280.684.511.223,49 2.249.054.803.023,33
Investasi Jangka Panjang 1.971.139.173.350,00 1.462.350.059.350,00
Aset Tetap 24.764.584.780.486,00 24.024.290.213.674,50
Dana Cadangan 41.500.000.000,00 41.500.000.000,00
Aset Lainnya 73.651.138.162,00 49.071.516.530,00

Kewajiban 455.909.913.035,80 445.749.997.867,30


Kewajiban Jk. Pendek 455.909.913.035,80 442.879.363.344,30
Kewajiban Jk. Panjang 0,00 2.870.634.523,00

Ekuitas Dana 28.675.649.690.185,70 27.380.516.594.710,50


Ekuitas Dana Lancar 1.824.774.598.187,69 1.806.175.439.679,03
Ekuitas Dana Investasi 26.809.375.091.998,00 25.532.841.155.031,50
Ekuitas Dana Cadangan 41.500.000.000,00 41.500.000.000,00

2) Penjelasan Atas Pos Neraca


a) ASET
i) Aset Lancar
(1) Kas
(a) Rekening Kas di Kas Daerah (BUD)
Jumlah Rekening Kas di Kas Daerah per 31 Desember
2009 dan 31 Desember 2008 sebesar Rp1.911.066.094.106,55

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
87

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
dan Rp2.007.849.923.476,24 merupakan saldo rekening BUD
yang ada di Bank Jatim.
Saldo per 31 Desember 2009 terdiri dari :
31 Desember 2009 31 Desember 2008
(Rp) (Rp)
- Rek. Kasda 1.883.486.139.106,55 2.007.849.923.476,24
(0011000477) a)
- Rek. Kasda 60.979.232,00 0,00
b)
(0011218628)
- Rek. Kasda 27.464.198.116,00 0,00
(0011218652) c)
- Rek. Kasda 54.777.652,00 0,00
(0011218687) d)
- Rek. Kasda DAU - 0,00 0,00
(0011142000)

a.) Saldo Kas sebesar Rp1.883.486.139.106,55 diperoleh dari


Penurunan saldo Rekening Kas Daerah di Bank Jatim
per 31 Desember 2009 sebesar minus Rp124.363.784.369,69,
dikarenakan ada penurunan dari pelampauan Pajak,
penghematan belanja, dengan rincian sebagai berikut :
31 Desember 2009 31 Desember 2008
(Rp) (Rp)
- Penerimaan Kas s/d 31 7.701.940.562.593,66 7.498.524.016.323,81
Desember
- Pengeluaran Kas s/d 31 7.826.304.346.963,35 6.728.312.729.230,00
Desember
- Kenaikan (Penurunan) (124.363.784.369,69) 770.211.287.093,81
Kas Tahun 2009
- Saldo Awal Kas 1 Jan 2.007.849.923.476,24 1.237.638.636.382,43
2009
- Saldo Kas di Kas 1.883.486.139.106,55 2.007.849.923.476,24
Daerah (BUD)

b.) Saldo Kas sebesar Rp60.979.232,00 merupakan suplisi gaji


yang belum disetorkan per 31 Desember 2009;
c.) Saldo Kas sebesar Rp27.464.198.116,00 merupakan
potongan Non Gaji yang belum disetorkan per 31 Desember
2009;
d.) Saldo Kas sebesar Rp54.777.652,00 merupakan potongan
Jamsostek yang belum disetorkan per 31 Desember 2009.

(b) Kas di Bendahara Pengeluaran


Jumlah Kas pada Bendahara Pengeluaran per 31
Desember 2009 dan 31 Desember 2008 sebesar
Rp12.627.781.721,34 dan Rp9.388.513.685,00 yang terdiri dari
Sisa Kas GU, Perhitungan Pihak Ketiga (PFK) dan Jasa Giro,

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
88

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
sehingga Saldo Kas pada Bendahara Pengeluaran seluruhnya
sebagaimana terinci :
1) Jumlah Rekening Kas di Bendahara Pengeluaran merupakan
Sisa Kas Ganti Uang (GU) per 31 Desember 2009 dan 31
Desember 2008 sebesar Rp11.297.764.430,28 dan
Rp8.043.109.011,00 dengan rincian sebagai berikut :
31 Desember 2009 31 Desember 2008
(Rp) (Rp)
Saldo Kas Ganti Uang (GU) 11.297.764.430,28 8.043.109.011,00

Tabel e.2 Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran


(Dalam Rupiah)
Kas di Bendahara Pengeluaran 31 Desember 2009 31 Desember 2008
- Dinas Pendidikan 508.788.550,00 2.452.362.070,00
- UPT-Rumah Sakit Khusus Paru-paru Batu 19.757.815,00 0,00
- UPT-Rumah Sakit Khusus Kusta
0,00 198.123.428,00
Sumberglagah
- Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya 537.692.570,00 0,00
- Rumah Sakit Haji Surabaya 848.665.199,00 0,00
- Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga 190.792.009,00 0,00
- Badan Perencanaan Pembangunan
0,00 450,00
Provinsi
- DLLAJ 0,00 50.100.000,00
- Badan Lingkungan Hidup 904.581.299,00 1.243.643.148,00
- Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan
2.800.632.317,00 798.026.333,00
Kependudukan
- Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil
33.300.000,00 0,00
dan Menengah (UMKM)
- Badan Kesatuan Bangsa dan Politik 274.300,00 0,00
- Satuan Polisi Pamong Praja 99.999,28 0,00
- Badan Penanggulangan Bencana Daerah 1.492.733.892,00 0,00
- Pelaksanaan Harian Badan Narkotika 10.000,00 0,00
- Biro Administrasi Kerjasama 188.270.060,00 67.469.850,00
- Biro Hukum 12.922.989,00 0,00
- Biro Administrasi Perekonomian 2.737.463.446,00 791.669.916,00
- Biro Mental dan Spiritual 0,00 182.144.060,00
- Biro Humas dan Protokol 315.900.000,00 0,00
- Biro Organisasi 2.900.000,00 0,00
- Sekretariat DPRD 0,00 780.356.029,00
- Bakorwil IV Pamekasan 0,00 161.236.086,00
- Badan Ketahanan Pangan 0,00 339.721.753,00
- Dinas Info Komunikasi 0,00 58.255.888,00
- Dinas Kehutanan 194.455.445,00 920.000.000,00
- Badan Perpustakaan dan Kearsipan 299.200.350,00 0,00
- Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 1.344.100,00 0,00

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
89

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
- Dinas Perindustrian dan Perdagangan 207.980.090,00 0,00
Jumlah seluruhnya 11.297.764.430,28 8.043.109.011,00

2) Jumlah Rekening Kas di Bendahara Pengeluaran merupakan


Perhitungan Pihak Ketiga (PFK) yang belum disetorkan pada
pihak ketiga per 31 Desember 2009 dan 31 Desember 2008
sebesar Rp1.328.667.931,05 dan Rp1.345.404.674,00,
dengan rincian sebagai berikut :
31 Desember 2009 31 Desember 2008
(Rp) (Rp)
Saldo Kas PFK 1.328.667.931,05 1.345.404.674,00

Tabel e.3 Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran


(Dalam Rupiah)
Kas di Bendahara Pengeluaran 31 Desember 2009 31 Desember 2008
- Dinas Pendidikan 288.644.542,55 758.403.985,00
- RS Jiwa Menur 89.280,00 0,00
- Badan Perencanaan Pembangunan
244.742.773,00 313.677.743,00
Provinsi
- Badan Lingkungan Hidup 23.966.840,00 8.095.845,00
- Dinas Koperasi dan UMKM 4.357.450,50 0,00

- Badan Narkotika 89.955.388,00 0,00

- Biro Adm. Perekonomian 653.695.906,00 0,00

- Biro Adm. Kesejahteraan Rakyat 92.915,00 0,00

- Biro Humas dan Protokol 22.982.149,00 0,00

- Badan Penelitian Pengembangan 140.687,00 0,00

- Badan Pengawasan 0,00 253.996.041,00


- Baketpang 0,00 11.231.060,00

Jumlah seluruhnya 1.328.667.931,05 1.345.404.674,00

3) Jumlah Rekening Kas di Bendahara Pengeluaran Biro


Administrasi Pemerintahan Umum atas penerimaan
ditangguhkan Jasa Giro yang belum dipindah buku ke Kas
rekening daerah per 31 Desember 2009 dan 31 Desember
2008 sebesar Rp1.349.360,01 dan Rp0,00.

Catatan :
Jumlah Kas pada Bendahara Pengeluaran per 31 Desember 2009
sebesar Rp12.627.781.721,34, dan masih terdapat kas sebesar
Rp670.003.050,68 di Bendahara Pengeluaran yang tidak dapat
diakui sebagai penambahan ekuitas, sehingga tidak
mempengaruhi posisi di Neraca. Namun hal ini tetap perlu
diungkapkan sebagai catatan, dengan terinci sebagai berikut :
a. Kas di Bendahara Pengeluaran pada Badan Penanggulangan
Bencana Daerah sebesar Rp1.833.000,00;
b. Kas di Bendahara Pengeluaran pada Dinas Energi dan
Sumber Daya Mineral sebesar Rp2.300.000,00;

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
90

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
c. Kas di Bendahara Pengeluaran pada Dinas Perindustrian dan
Perdagangan sebesar Rp665.870.051,00;
d. Kas di Bendahara Pengeluaran pada Rumah Sakit Haji
Surabaya sebesar (Rp0,32).

(c) Kas di Bendahara Penerimaan


Jumlah Kas di Bendahara Penerimaan per 31 Desember
2009 dan 31 Desember 2008 Rp25.410.333,10 dan
Rp526.126.759,00. Kas di Bendahara Penerimaan merupakan
jumlah Kas atas Pendapatan yang ditangguhkan.

31 Desember 2009 31 Desember 2008


(Rp) (Rp)
Kas di Bendahara Penerimaan 25.410.333,10 526.126.759,00

Jumlah tersebut merupakan saldo Kas di Bendahara


Penerimaan per 31 Desember 2009 dan 2008, dengan rincian
berikut :
Tabel e.4 Saldo Kas di Bendahara Penerimaan
(Dalam Rupiah)
Kas di Bend. Penerimaan SKPD 31 Desember 2009 31 Desember 2008
- Dinas Perhubungan 0,00 150.869.149,00
- Dinas Kehutanan 5.753.490,00 39.206.310,00
- Biro Perlengkapan dan Adm. Aset 0,00 168.531.300,00
- Biro Mental Spiritual 0,00 167.520.000,00
- Dinas Koperasi 19.656.843,10 0,00
Jml saldo Kas di Bend.Penerimaan 25.410.333,10 526.126.759,00

(d) Kas di Rekening Fungsional RS


Jumlah Rekening Kas dari Rumah Sakit (Fungsional) per
31 Desember 2009 dan 31 Desember 2008 sebesar
Rp36.214.968.981,49 dan Rp45.353.496.052,45.
31 Desember 2009 31 Desember 2008
(Rp) (Rp)
Kas di Rek. Fungsional
36.214.968.981,49 45.353.496.052,45
RS

Jumlah tersebut adalah saldo Kas di Rekening Rumah


Sakit (Fungsional) per 31 Desember 2009 dan per 31 Desember
2008 dengan rincian sebagai berikut :
Tabel e.5 Saldo Kas di Rekening Rumah Sakit (Fungsional)
(Dalam Rupiah)
Instansi 31 Desember 2009 31 Desember 2008
- RSUD Dr Soetomo 14.128.835.931,36 14.791.529.019,36
- RSUD Dr Saiful Anwar 4.840.671.904,30 14.397.556.965,00
- RSUD Dr Soedono 8.415.860.504,00 9.739.184.613,00
- RSU Haji 4.147.774.097,88 3.663.789.092,89

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
91

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
- RS Jiwa Menur 4.681.826.543,95 1.722.621.516,00
- RSK Paru Batu 0,00 393.943.278,00
- RSK Paru Dungus 0,00 119.981.475,00
- RSK Paru Jember 0,00 148.317.151,00
- RSK Kusta Kediri 0,00 199.127.700,00
- RSK Kusta Sumberglagah 0,00 177.445.242,20
Jumlah 36.214.968.981,49 45.353.496.052,45

(2) Piutang
(a) Piutang Pajak
31 Desember 2009 31 Desember 2008
(Rp) (Rp)
Piutang Pajak 98.690.090.860,00 103.772.313.389,00

Jumlah Piutang Pajak per 31 Desember 2009 dan 31


Desember 2008 adalah sebesar Rp98.690.090.860,00 dan
Rp103.772.313.389,00 yang rinciannya sebagai berikut :
Tabel e.6 Piutang Pajak
(Dalam Rupiah)
Uraian 31 Desember 2009 31 Desember 2008
PKB Non Penetapan Jabatan 8.699.305.481,00 678.983.365,00
PKB Penetapan Jabatan 88.840.752.025,00 100.975.025.550,00
BBNKB 41.676.100,00 135.211.200,00
P3ABT 528.882.400,00 1.017.252.620,00
P3AP 579.474.854,00 965.840.654,00
Jumlah seluruhnya 98.690.090.860,00 103.772.313.389,00

(b) Piutang Retribusi


31 Desember 2009 31 Desember 2008
(Rp) (Rp)
Piutang Retribusi 1.700.065.512,37 42.544.340.213,00

Jumlah tersebut merupakan tagihan retribusi Tahun 2009 dan


2008 yang belum tertagih sampai dengan 31 Desember 2009 dan
31 Desember 2008, rincian piutang retribusi sebagai berikut :
Tabel e.7 Piutang Retribusi
(Dalam Rupiah)
No Jenis retribusi 31 Desember 2009 31 Desember 2008

1. Retribusi Pelayanan Kesehatan 1.635.380.915,37 42.312.186.479,00

Retribusi Rekom Ijin Tanah (Dinas


2. 64.684.597,00 232.153.734,00
PU. Pengairan)

Total 1.700.065.512,37 42.544.340.213,00

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
92

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
Keterangan :
1) Retribusi Pelayanan Kesehatan atas Rumah Sakit yang belum
berstatus BLUD tahun 2009:
Tabel e.8 Retribusi Pelayanan Kesehatan atas Rumah Sakit
Yang Belum Berstatus BLUD
(Dalam Rupiah)
No Uraian 31 Desember 2009 31 Desember 2008
1. RS. Dr. Soetomo 0,00 9.524.335.886,00
2. RS. Dr. Syaiful Anwar 0,00 25.515.012.250,00
3. RS. Dr. Soedono 0,00 2.276.362.105,00
4. RS. Haji Surabaya 0,00 2.764.876.245,00
5. RS. Menur 0,00 2.119.635.282,00
6. RS. Paru Jember 600.593.156,00 111.964.711,00
7. RS. Paru Batu 570.116.248,37 0,00
8. RS. Paru Dungus 8.596.970,00 0,00
9. RS. Paru Sumberglagah 456.074.541,00 0,00

Total 1.635.380.915,37 42.312.186.479,00

2) Piutang Retribusi Dinas PU. Pengairan ada mutasi tambah


sebesar Rp108.259.110,00 dan pengurangan atas pembayaran
sebesar Rp275.728.247,00 sehingga saldo Piutang per 31
Desember 2009 sebesar Rp64.684.597,00.

(c) Piutang Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran


31 Desember 2009 31 Desember 2008
(Rp) (Rp)
Piutang Bag. Lancar
2.214.262.350,00 867.469.581,00
Tagihan Penj. Angs.

Jumlah tersebut merupakan Tagihan Penjualan Angsuran atas


penjualan rumah secara angsuran kepada pegawai yang belum
dibayar sampai dengan 31 Desember 2009 dan 31 Desember
2008. Tagihan Penjualan Angsuran terdiri atas angsuran
penjualan perumahan dengan rincian:
Tabel e.9 Rincian Tagihan Penjualan Angsuran
(Dalam Rupiah)
No. Uraian 31 Desember 2009 31 Desember 2008
1. Penjaringan I 42.796.300,00 43.337.791,00
2. Penjaringan II 127.939.850,00 153.426.454,00
3. Jenggolo I 240.584.000,00 291.793.100,00
4. Jenggolo II 235.148.000,00 295.611.718,00
5. Jenggolo III 93.951.000,00 83.300.518,00
6. Aset berdasar Kepgub 57/2000 1.252.270.700,00 0,00
Rumah Dinas Gol. III berdasar
7. 221.572.500,00 0,00
Kepgub 13/2001
Jumlah 2.214.262.350,00 867.469.581,00

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
93

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________

Pemerintah Provinsi Jawa Timur belum dapat memisahkan


Tagihan Penjualan Angsuran yang jatuh tempo kurang dari 12
bulan (Bagian Lancar) dengan Tagihan Penjualan Angsuran yang
jatuh tempo lebih dari 12 bulan (Aset Lainnya).
Mutasi Piutang Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran
selama Tahun 2009 adalah sebagai berikut :
Saldo Awal per 1 Januari 2009 Rp 867.469.581,00
Penambahan Tahun 2009 Rp 1.473.843.200,00
Pengurangan Tahun 2009 Rp 127.050.431,00
Saldo Akhir per 31 Desember 2009 Rp 2.214.262.350,00

a. Penambahan Piutang Bagian Lancar Tagihan Penjualan


Angsuran selama Tahun 2009 sebesar Rp1.473.843.200,00
merupakan penambahan piutang atas tagihan penjualan
angsuran berdasarkan Keputusan Gubernur Jawa Timur
Nomor 57 Tahun 2000 tentang Pengalihan Hak Sewa atas
Tanah dan Pelepasan Hak atas Rumah/Bangunan Inventaris
Pemerintah Provinsi Jawa Timur yang dikelola Dinas Tenaga
Kerja Propinsi Jawa Timur sebesar Rp1.252.270.700,00 dan
Keputusan Gubernur Nomor 13 Tahun 2001 tentang
Penjualan Rumah Daerah Golongan III beserta Ganti Rugi
atas Tanahnya yang Dikuasai Pemerintah Provinsi Jawa
Timur sebesar Rp221.572.500,00;
b. Pengurangan Piutang Bagian Lancar Tagihan Penjualan
Angsuran selama Tahun 2009 sebesar Rp127.050.431,00
merupakan pembayaran piutang sebesar Rp126.954.510,00
dan hasil rekonsiliasi antara Bagian Administrasi Aset Biro
Keuangan dan Badan Kepegawaian Daerah sebesar
Rp95.921,00. Hasil rekonsiliasi Bagian Administrasi Aset
Biro Keuangan dan Badan Kepegawaian Daerah dapat
dijelaskan sebagai berikut:
Tabel e.10 Hasil Rekonsiliasi Bagian Administrasi Aset Biro Keuangan dan
Badan Kepegawaian Daerah atas Piutang Bagian Lancar
Tagihan Penjualan Angsuran
(Dalam Rupiah)
Pencairan Koreksi Hasil
Penambahan Piutang Rekonsiliasi Saldo Akhir
No Uraian Saldo Awal Piutang
Piutang (Pengurangan BKD dan Piutang
Piutang) Bagian Aset

1 Penjaringan I 85 43.337.791,00 0,00 532.700,00 (8.791,00) 42.796.300,00


2 Penjaringan II 74 153.426.454,00 0,00 25.503.110,00 25.506,00 127.897.838,00
3 Jenggolo I 61 291.793.100,00 0,00 51.196.700,00 (12.400,00) 240.608.800,00
4 Jenggolo II 40 295.611.718,00 0,00 34.856.000,00 (24.515.718,00) 285.271.436,00
5 Jenggolo III 13 83.300.518,00 0,00 14.866.000,00 24.415.482,00 44.019.036,00
867.469.581,00 0,00 126.954.510,00 -95.921,00 740.593.410,00

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
94

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
Koreksi hasil rekonsiliasi Badan Kepegawaian Daerah dan
Bagian Administrasi Aset Biro Keuangan sebesar Rp95.921,00
belum ditetapkan dengan Surat Keputusan Gubernur.

(d) Piutang Bagian Lancar Tuntutan Perbendaharaan (TP)


31 Desember 2009 31 Desember 2008
(Rp) (Rp)
Bag. Lancar Tuntutan
1.397.070.210,00 0,00
Perbendaharaan

Jumlah tersebut merupakan saldo piutang Lancar dari Tuntutan


Perbendaharaan (TP) yang belum dibayar sampai dengan 31
Desember 2009 dan 31 Desember 2008. Saldo piutang per 31
Desember 2009 sebesar Rp1.397.070.210,00 dengan rincian
sebagai berikut:
1. Atas tuntutan perbendaharaan pada Dinas Kesehatan sebesar
Rp1.393.331.210,00;
2. Atas tuntutan perbendaharaan pada Dinas Tenaga Kerja,
Transmigrasi dan Kependudukan sebesar Rp3.739.000,00.

(e) Piutang Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi (TGR)


31 Desember 2009 31 Desember 2008
(Rp) (Rp)
Bag. Lancar Tuntutan
114.593.600,00 151.901.950,00
Ganti Kerugian Daerah

Jumlah tersebut merupakan saldo piutang Lancar dari Tuntutan


Ganti Rugi (TGR) yang belum dibayar sampai dengan 31
Desember 2009 dan 31 Desember 2008. Sebagai rinciannya lihat
Daftar Lampiran 1.

(f) Piutang Lainnya


31 Desember 2009 31 Desember 2008
(Rp) (Rp)
Piutang Lain-lain 151.135.289.433,13 1.414.925.096,00
Jumlah tersebut merupakan saldo piutang lain - lain yang
belum dibayar sampai dengan 31 Desember 2009 dan 31
Desember 2008. Rincian piutang lain-lain adalah sebagai berikut:
Tabel e.11 Rincian Piutang Lain-lain
(Dalam Rupiah)

No. Uraian 31 Desember 2009 31 Desember 2008

1. Piutang SP3-ASDP (DISHUB) 0,00 41.689.712,00


2. Piutang pada PT. JIM (Biro Adm.
0,00 1.000.000.000,00
Perekonomian)
3. Piutang RS (BLUD) 150.089.392.647,13 89.800.000,00
4. Piutang pd. PT. Pelindo (Dishub) 1.045.896.786,00 283.435.384,00
Jumlah seluruhnya 151.135.289.433,13 1.414.925.096,00

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
95

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
Keterangan :
1. Piutang SP3-ASDP tahun 2009 telah terbayar seluruhnya
sebesar Rp41.689.712,00;
2. Dilakukan koreksi pada pengakuan Piutang pada PT. JIM
atas pembagian Dividen sebesar Rp1.000.000.000,00
berdasarkan target PAD dari hasil pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan Tahun Anggaran 2008, sehingga
tidak dapat dijadikan dasar penetapan piutang.
3. Piutang Rumah Sakit yang berstatus BLUD yaitu :
Tabel e.12 Piutang Rumah Sakit Yang Berstatus BLUD
(Dalam Rupiah)
No Uraian 31 Desember 2009
1 RS. Dr. Soetomo 69.719.815.841,01
2 RS. Dr. Syaiful Anwar 62.990.453.616,10
3 RS.Dr. Soedono 9.427.499.221,00
4 RS. Haji Surabaya 6.561.233.885,62
5 RS. Jiwa Menur 1.390.390.083,40
Jumlah 150.089.392.647,13

Catatan :
Termasuk di dalam nilai tersebut piutang RS (BLUD)
Jamkesmas Non Kuota yang merupakan jasa pelayanan yang
diajukan Rumah Sakit terhadap masyarakat non kuota
sebesar Rp49.652.811.281,01 yang nantinya akan ditagihkan
kepada Pemerintah Provinsi yang belum ditetapkan dengan
Surat Keputusan Gubernur. Jumlah sebesar
Rp49.652.811.281,01, dengan rincian RS. Dr. Soetomo
sebesar Rp49.561.852.356,01 dan RS. Jiwa Menur sebesar
Rp90.958.925,00.
4. Piutang pada PT. Pelindo tahun 2009 telah terbayarkan
sebesar Rp283.435.384,00 dan pada mutasi tambah tahun
2009 sebesar Rp1.045.896.786,00.

(3) Persediaan
31 Desember 2009 31 Desember 2008
(Rp) (Rp)
Persediaan 65.498.884.115,51 37.185.792.821,64

Jumlah tersebut merupakan saldo persediaan barang pakai habis per


31 Desember 2009 dan 31 Desember 2008 pada beberapa SKPD
dengan rincian, Lihat Daftar Lampiran 2.
Termasuk di dalam nilai tersebut adalah jumlah persediaan atas
realisasi belanja barang dan jasa stimulan pada Dinas Pekerjaan
Umum Cipta Karya yang hingga tanggal 31 Desember 2009 belum
diserahkan kepada penerima sebesar Rp31.812.129.920,00.

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
96

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________

ii) Investasi Jangka Panjang


(1) Investasi Dana Bergulir
31 Desember 2009 31 Desember 2008
(Rp) (Rp)
Investasi Jk. Pjg. Dana
421.265.700.850,00 403.995.700.850,00
Bergulir

Pengelolaan Dana Bergulir dilaksanakan oleh SKPD Pemerintah


Provinsi Jawa Timur, yang penyalurannya dilakukan PT. Bank Jatim
dan PT. BPR Jatim, sehingga per 31 Desember 2009 investasi dana
perguliran, dengan rincian sebagai berikut :

Tabel e.13 Investasi Dana Bergulir


(Dalam Rupiah)
Dana Bergulir (APBD) Jumlah Tunggakan
No. Nama Lembaga berdasarkan (Telah Jatuh
SPM/SP2D Tempo)

1 2 3 6
1 Biro Perekonomian (UKMK/PJTKI) 244.500.000.000,00 8.017.245.729,00
2 Badan Ketahanan Pangan 57.435.000.000,00 10.508.915.019,48
3 Dinas Peternakan 27.513.700.850,00 6.526.136.311,00
4 Dinas Koperasi & UKM 72.817.000.000,00 6.966.902.217,00
5 Dinas Perindustrian & Perdagangan 11.200.000.000,00 607.887.900,00
6 Dinas Perkebunan 1.200.000.000,00 229.722.216,00
7 Dinas Perikanan dan Kelautan 2.600.000.000,00 81.200.000,00
8 Dinas Pertanian 4.000.000.000,00 447.966.658,00

TOTAL 421.265.700.850,00 33.385.976.050,48

Jumlah Dana Bergulir Pemerintah Provinsi Jawa Timur per 31


Desember 2009 dan 31 Desember 2008, merupakan dana Pemerintah
Daerah Provinsi Jawa Timur yang disalurkan dalam bentuk pinjaman
bergulir kepada pengusaha kecil, anggota koperasi, dan lainnya yang
dikelola oleh beberapa SKPD. Jumlah Dana Bergulir yang
dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Timur
berdasarkan SPM/SP2D, dengan rincian sebagai berikut:

Tabel e.14 Jumlah Dana Bergulir Berdasarkan SPM/SP2D


(Dalam Rupiah)
No. Uraian 31 Desember 2009 31 Desember 2008
1. PT Bank Jatim (UKMK) 118.000.000.000,00 118.000.000.000,00
2. PT BPR Jatim (UKMK) 97.500.000.000,00 97.500.000.000,00
3. Badan Ketahanan Pangan 57.435.000.000,00 57.405.000.000,00
4. Dinas Peternakan 27.513.700.850,00 27.513.700.850,00
5. Dinas Koperasi dan UKM 72.817.000.000,00 55.977.000.000,00
6. Dinas Perindag. 11.200.000.000,00 11.200.000.000,00
7. Dinas Perkebunan 1.200.000.000,00 1.200.000.000,00
8. Dinas Perikanan dan Kelautan 2.600.000.000,00 2.200.000.000,00

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
97

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
9. Dinas Pertanian 4.000.000.000,00 4.000.000.000,00
10. PT Bank Jatim (PJTKI) 29.000.000.000,00 29.000.000.000,00
Jumlah seluruhnya 421.265.700.850,00 403.995.700.850,00

(2) Penyertaan Modal


31 Desember 2009 31 Desember 2008
(Rp) (Rp)
Penyertaan Modal Pemda. 1.549.873.472.500,00 1.058.354.358.500,00

Jumlah Penyertaan Modal Pemerintah Provinsi Jawa Timur pada 12


Perusahaan berdasarkan SPM/ SP2D maupun penyertaan berdasarkan
pengalihan aset tetap, sampai dengan 31 Desember 2009 dan 31
Desember 2008. Penilaian investasi penyertaan modal pada Tahun
Anggaran 2009 masih diprioritaskan dengan menggunakan metode
biaya untuk seluruh tingkat kepemilikan. Berikut rincian penyertaan
modal :
Tabel e.15 Penyertaan Modal
(Dalam Rupiah)
No Uraian Pendirian 31 Desember 2009 31 Desember 2008
1. PT. SIER Akta No. 166/1974 7.500.000.000,00 7.500.000.000,00
Perda No. 2/1987
2. PD Air Bersih 5.000.000.000,00 5.000.000.000,00
jo 12/1996
Akta Pendirian No.
3. PT Askrida 5.560.000.000,00 560.000.000,00
131/1997
4. PT Bank Jatim Perda No. 1/1999 510.949.000.000,00 510.949.000.000,00
PT Panca Wira
5. Perda No. 5/1999 109.435.058.500,00 94.930.058.500,00
Usaha
6. PT BPR Perda No. 10/2000 55.380.300.000,00 45.380.300.000,00
PT Jatim Marga
7. Perda No. 25/2002 37.502.000.000,00 30.002.000.000,00
Utama
PT Jatim Krida
8. Akta No. 30/2004 1.800.000.000,00 1.800.000.000,00
Utama
PT Jatim
Perda No. 12/2003
9. Investment 45.300.000.000,00 40.300.000.000,00
jo 4/2004
Manajemen
PT Jatim Grha
10. Perda No. 14/2005 597.072.114.000,00 227.058.000.000,00
Utama
PT Petrogas Jatim
11. Perda No. 1/2006 124.875.000.000,00 94.875.000.000,00
Utama
PT JAMKRIDA
12. Perda No. 4/2009 49.500.000.000,00 0,00
Jatim
Jumlah seluruhnya 1.549.873.472.500,00 1.058.354.358.500,00

Catatan :
Jumlah Investasi permanen untuk penyertaaan Modal PT. Jatim Grha
Utama TA 2009 sebesar Rp370.014.114.000,00 terdiri dari
penambahan dalam bentuk uang tunai sebesar Rp234.942.000.000,00

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
98

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
dan penambahan dalam bentuk Aset Tetap dengan nilai sebesar
Rp135.072.114.000,00 sesuai dengan Peraturan Gubernur No. 39
Tahun 2009 tanggal 4 Juni 2009.

iii) Aset Tetap


Jumlah Aset Tetap per 31 Desember 2009 dan 31 Desember
2008 sebesar Rp24.764.584.780.486,00 dan Rp24.024.290.213.674,50
merupakan nilai aset tetap berdasarkan neraca SKPD. Aset Tetap dinilai
dengan menggunakan metode harga perolehan (Acquisition Cost) dan
belum memperhitungkan Depresiasi (penyusutan).
Nilai Aset Tetap per 31 Desember 2008 senilai
Rp24.024.290.213.674,50 merupakan gabungan Nilai Aktiva Tetap
penggunaan 64 (enam puluh empat) sebelum pelaksanaan PP. 41/2007,
termasuk 2 (dua) SKPD yang dihapus dalam rangka implementasi PP.
41/2007 yaitu Kantor Kas Daerah serta Biro Perlengkapan dan
Administrasi Aset.
Aktiva tetap penggunaan 2 (dua) SKPD dimaksud dengan nilai
masing-masing sebesar Rp25.237.208.350,00 untuk Kantor Kas Daerah
dan Rp12.951.799.072,00 untuk Biro Perlengkapan dan Administrasi
Aset dialihkan kepada SKPD Pengguna Baru ditampakkan perubahannya
pada Mutasi Kurang SKPD Asal Kantor Kas Daerah serta Biro
Perlengkapan dan Administrasi Aset, serta Mutasi Tambah pada SKPD
Pengguna Baru.
Sedang bagi SKPD yang digabung yaitu Dinas Infokom dengan
BPDE menjadi Dinas Kominfo, Badan Perpustakaan dengan Badan Arsip
menjadi Badan Perpustakaan dan Arsip, serta Dinas Perhubungan dengan
Dinas LLAJ menjadi Dinas Perhubungan dan LLAJ, nilai awal SKPD
baru (per 1 Januari 2009) merupakan gabungan dari nilai akhir (per 31
Desember 2008) 2 SKPD yang digabung.
Khusus Aktiva Tetap Tanah yang sebelumnya dicatat Pembantu
Pengelola Barang (Bagian Administrasi Aset pada Biro Perlengkapan
dan Administrasi Aset) senilai Rp1.255.507.617.330,00, pencatatannya
dialihkan pada Bagian Administrasi Aset pada Biro Keuangan, sebagian
diantaranya senilai Rp568.582.200.000,00 pada Tahun 2009 dialihkan
status penggunaannya pada Sekretariat Daerah dan dicatat oleh Biro
Umum, serta sebagian lagi senilai Rp92.463.727.000,00 dilepaskan
sebagai tambahan penyertaan modal Pemerintah Provinsi Jawa Timur
pada PT. Jatim Grha Utama.
Di samping itu pada tahun 2009 telah dilakukan penilaian atas
nilai wajar aset tetap berupa tanah sejumlah 6 (enam) bidang penggunaan
Dinas Pendapatan, mengingat aset dimaksud baru dilaporkan pada tahun
2009 dengan dilengkapi dokumen kepemilikan berupa Sertipikat Hak
Pakai atas nama Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Hasil penilaian
tersebut telah dijadikan sebagai dasar koreksi atas nilai tetap pada Mutasi
Tambah.

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
99

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
31 Desember 2009 31 Desember 2008
(Rp) (Rp)
Aset Tetap 24.764.584.780.486,00 24.024.290.213.674,50

Jumlah tersebut merupakan saldo Aset Tetap yang dimiliki


Pemerintah Provinsi Jawa Timur per 31 Desember 2009 dan 31
Desember 2008. Rincian Aset Tetap menurut jenisnya adalah sebagai
berikut :
Tabel e.16 Rincian Aset Tetap Menurut Jenis
(Dalam Rupiah)
Jenis Aset Tetap 31 Desember 2009 31 Desember 2008
Tanah 12.185.805.171.945,00 12.233.981.778.765,00
Peralatan dan Mesin 1.827.481.585.991,00 1.586.475.817.532,50
Gedung dan Bangunan 1.342.520.608.395,00 1.222.196.223.195,00
Jalan, Irigasi dan Jaringan 9.207.769.320.189,00 8.753.425.297.429,00
Aset Tetap lainnya 22.556.222.711,00 14.092.522.448,00
Kontruksi dalam Pengerjaan 178.451.871.255,00 214.118.574.305,00
Jumlah 24.764.584.780.486,00 24.024.290.213.674,50
Jumlah tersebut merupakan penggabungan/akumulasi Aset Tetap
per 31 Desember 2009 dan 31 Desember 2008 pada SKPD di
Lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Timur dengan rincian lihat daftar
lampiran 3.
Nilai Aset Tetap di atas termasuk di dalamnya Aset Tetap Tanah
dan Bangunan yang bermasalah seluas 961.299m2 dengan nilai
Rp303.630.079.979,71. Seluas 236.319m2 dengan nilai
Rp59.540.276.978,17 bermasalah dengan Pemerintah
Kabupaten/Kota/Vertikal dan seluas 724.980m2 dengan nilai
Rp244.089.803.001,54 bermasalah dengan masyarakat, dengan rincian
lihat daftar lampiran 4. Dari total aset tetap tanah dan bangunan yang
bermasalah tersebut, aset tanah seluas 14.610m2 dengan nilai
Rp21.549.000.000,00 diantaranya melalui proses pengadilan, yaitu :
a. Tanah seluas 8.760m2 dengan nilai Rp11.826.000.000,00 di
Kelurahan Pagesangan Kecamatan Jambangan Kota Surabaya.
Sengketa tanah ini masih dalam proses kasasi.
b. Tanah seluas 1.147m2 dengan nilai Rp7.170.000.000,00 di Jl.
Merdeka 19 Kabupaten Jombang. Tanah ini telah mendapat putusan
MA yang memenangkan pihak lain. Atas tanah yang sudah menjadi
milik pihak lain ini, Bagian Administrasi Asset Biro Keuangan masih
mencatatnya dalam Neraca per 31 Desember 2009 karena risalah
pemberitahun putusan tertanggal 26 Januari 2010.
c. Tanah seluas 4.703m2 dengan nilai Rp2.553.000.000,00 di Jl.
Samudra 48 Kota Surabaya. Sengketa tanah ini masih dalam proses
kasasi.

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
100

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
(1) Tanah
31 Desember 2009 31 Desember 2008
(Rp) (Rp)
Tanah 12.185.805.171.945,00 12.233.981.778.765,00

Jumlah tersebut merupakan saldo Aktiva Tetap Tanah yang


dimiliki Pemerintah Provinsi Jawa Timur per 31 Desember 2009 dan
31 Desember 2008.
Di antara Aktiva Tetap Tanah terdapat 1.809 bidang seluas
17.258.003 M senilai Rp6.431.224.251.907,00 yang belum
bersertipikat atas nama Pemerintah Provinsi Jawa Timur, sebagian
diantaranya sejumlah 897 bidang seluas 5.180.198 M senilai
Rp4.387.334.013.991,00 mempunyai dokumen perolehan sedangkan
sisanya dokumen pendukung masih diupayakan.
Perubahan nilai Aktiva Tetap Tanah disebabkan oleh :
1. Penambahan sebesar Rp685.500.570.180,00 berasal dari :
a. Realisasi Belanja Modal APBD Tahun 2009 senilai
Rp26.618.820.180,00;
b. Adanya pengalihan penggunaan tanah antar SKPD di
lingkungan Pemerintah Provinsi sebagai implementasi PP
41/2007 senilai Rp619.213.450.000,00 termasuk dari 2 SKPD
yang dihapus dengan perincian : Biro Umum bertambah 26
(dua puluh enam) bidang senilai Rp568.582.200.000,00 untuk
tanah yang dipergunakan oleh Sekretariat Daerah, Biro
Keuangan bertambah 1 (satu) bidang senilai
Rp9.637.500.000,00 untuk tanah yang sebelumnnya
dipergunakan oleh Kantor Kas Daerah, dan Dinas Pariwisata
dan Kebudayaan untuk tanah Museum Mpu Tantular senilai
Rp40.993.750,000,00 yang sebelumnya dibawah penggunaan
Dinas Pendidikan;
c. Pertambahan karena data tanah belum dimasukkan dalam
Daftar Aktiva Tetap sebelumnya karena kegiatan Validasi data
2009 Rp34.709.700.000,00 dan hasil apraisal atas 6 (enam)
bidang tanah penggunaan Dinas Pendapatan
Rp4.958.600.000,00.
2. Pengurangan sebesar Rp733.677.177.000,00 berasal dari :
a. Pelepasan aset sebagai tambahan penyertaan modal pada PT.
Jatim Grha Utama senilai Rp114.463.727.000,00;
b. Pengalihan penggunaan Aktiva Tetap Tanah sebagai
implementasi PP. 41/2007 dimana 2 (dua) SKPD yaitu Kantor
Kas Daerah serta Biro Perlengkapan dan Administrasi Aset
dihapus, mengakibatkan 1 (satu) bidang tanah senilai
Rp9.637.500.000,00 yang sebelumnya dipergunakan Kantor
Kas Daerah serta 26 (dua puluh enam) bidang senilai
Rp568.582.200.000,00 yang sebelumnya dicatat Biro
Perlengkapan dan Administrasi Aset selaku Pembantu
Pengelola Barang dihapus (mutasi kurang) untuk dialihkan

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
101

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
penggunaannya kepada Sekretariat Daerah dicatat oleh Biro
Umum (mutasi tambah) serta pengalihan 1 (satu )bidang
tanah Museum Mpu Tantular penggunaan Dinas Pendidikan ke
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan senilai
Rp40.993.750.000,00.

(2) Peralatan dan Mesin

31 Desember 2009 31 Desember 2008


(Rp) (Rp)
Peralatan dan Mesin 1.827.481.585.991,00 1.586.475.817.532,50

Jumlah tersebut merupakan saldo Aktiva Tetap Peralatan dan


Mesin yang dimiliki Pemerintah Provinsi Jawa Timur per 31 Desember
2009 dan 31 Desember 2008. Rincian Peralatan dan Mesin berikut :
Tabel e.17 Rincian Peralatan dan Mesin
(Dalam Rupiah)
No. Uraian 31 Desember 2009 31 Desember 2008
1. Alat-alat Berat 227.263.077.756,00 220.307.543.910,00
2. Alat-alat Angkutan 196.367.753.424,00 193.338.804.746,00
3. Alat-alat Bengkel dan ukur 72.898.773.143,00 64.102.782.801,50
4. Alat-alat Pertanian 78.679.628.185,00 74.342.936.710,00
5. Alat-alat Kantor dan RT. 626.353.776.692,00 543.363.478.084,00
6. Alat-alat Studio dan
149.421.015.702,00 138.013.928.880,00
Komunikasi
7. Alat-alat Kedokteran 387.283.753.795,00 275.324.632.973,00
8. Alat Laboratorium 88.321.275.001,00 75.384.962.895,00
9. Alat Keamanan 892.532.293,00 2.296.746.533,00
Jumlah 1.827.481.585.991,00 1.586.475.817.532,50
Perubahan nilai Aktiva Tetap Peralatan dan Mesin disebabkan
oleh :
1. Penambahan sebesar Rp265.117.157.811,00 berasal dari :
a. Realisasi Belanja Modal APBD Tahun 2009 senilai
Rp240.437.656.389,00;
b. Pengalihan penggunaan peralatan dan mesin antar SKPD di
lingkungan Pemerintah Provinsi sebagai implementasi PP. 41
Tahun 2007 senilai Rp20.544.718.192,00;
c. Hibah selama Tahun 2009 baik dari APBN maupun Pihak Lain
senilai Rp1.642.501.634,00;
d. Perolehan barang inventaris yang belum masuk dalam Aktiva
Tetap pada saat validasi data Barang daerah tahun 2009 senilai
Rp143.888.040,00;
e. Perolehan dari Realisasi Belanja Non Modal APBD Tahun
2009 berupa barang inventaris (Aktiva Tetap Peralatan dan
Mesin ) senilai Rp2.348.393.556,00;

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
102

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
2. Pengurangan sebesar Rp24.111.389.353,00 berasal dari :
a. Pengalihan penggunaan Aktiva Tetap Peralatan dan Mesin
sebagai implementasi PP. 41/2007 senilai
Rp22.457.483.719,00;
b. Penghapusan Barang Inventaris (Aktiva Tetap Peralatan dan
Mesin) Tahun 2009 senilai Rp1.653.905.634,00.

(3) Gedung dan Bangunan


31 Desember 2009 31 Desember 2008
(Rp) (Rp)
Gedung dan bangunan 1.342.520.608.395,00 1.222.196.223.195,00

Jumlah tersebut merupakan saldo Aktiva Tetap Gedung dan


Bangunan yang dimiliki Pemerintah Provinsi Jawa Timur per 31
Desember 2009 dan 31 Desember 2008. Rincian Gedung dan
Bangunan berikut :
Tabel e.18 Rincian Gedung dan Bangunan
(Dalam Rupiah)
No. Uraian 31 Desember 2009 31 Desember 2008
1. Bangunan Gedung 1.307.261.233.624,00 1.202.455.996.219,00
2. Bangunan Monumen 35.259.374.771,00 19.740.226.976,00
Jumlah 1.342.520.608.395,00 1.222.196.223.195,00
Perubahan nilai Aktiva Tetap Gedung dan Bangunan
diakibatkan oleh :
1. Penambahan sebesar Rp153.894.397.505,00 berasal dari :
a. Realisasi Belanja Modal APBD Tahun 2009 senilai
Rp91.467.892.684,00;
b. Pengalihan bidang Aktiva Tetap Konstruksi Dalam Pengerjaan
yang sudah selesai dibangun ke bidang Gedung dan Bangunan
serta ditemukannya data Gedung yang belum masuk Neraca
2008 senilai Rp43.735.571.280,00;
c. Perolehan dari Realisasi Belanja Non Modal APBD Tahun
2009 berupa Aktiva Tetap Gedung dan Bangunan senilai
Rp6.520.740.210,00;
d. Pengalihan penggunaan Gedung dan Bangunan antar SKPD di
lingkungan Pemerintah Provinsi sebagai implementasi PP. 41
Tahun 2007 senilai Rp12.170.193.331,00.
2. Pengurangan senilai Rp33.570.012.305,00 berasal dari :
a. Pelepasan Bangunan Gedung 3 (tiga) Twin Blok Rusunawa
Siwalankerto kepada PT. Jatim Grha Utama sebagai tambahan
penyertaan modal senilai Rp20.212.784.000,00;
b. Penghapusan Gedung (Bongkaran) untuk dibangun kembali
senilai Rp1.187.034.974,00;
c. Pengalihan gedung dan bangunan dari SKPD lain karena
implementasi PP.41/2007 senilai Rp12.170.193.331,00 berasal
dari pengalihan Gedung eks Kantor Kas Daerah ke Biro
Keuangan senilai Rp9.232.864.000,00 serta pengalihan

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
103

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
kompleks gedung Museum Mpu Tantular senilai
Rp2.937.329.331,00 dari Dinas Pendidikan ke Dinas
Pariwisata.

(4) Jalan, Irigasi dan Jaringan


31 Desember 2009 31 Desember 2008
(Rp) (Rp)
Jalan, irigasi dan Jaringan 9.207.769.320.189,00 8.753.425.297.429,00

Jumlah tersebut merupakan saldo Aktiva Tetap Jalan, Irigasi


dan Jaringan yang dimiliki Pemerintah Provinsi Jawa Timur per 31
Desember 2009 dan 31 Desember 2008. Rincian Jalan, Irigasi, dan
Jaringan berikut :
Tabel e.19 Rincian Jalan, Irigasi dan Jaringan
(Dalam Rupiah)
No. Uraian 31 Desember 2009 31 Desember 2008
1. Jalan dan Jembatan 750.562.053.059,00 585.797.647.399,00
2. Bangunan Air (Irigasi) 8.436.665.938.840,00 8.150.727.546.240,00
3. Instalasi 8.910.670.507,00 8.775.568.007,00
4. Jaringan 11.630.657.783,00 8.124.535.783,00
Jumlah 9.207.769.320.189,00 8.753.425.297.429,00
Perubahan nilai Aktiva Tetap Jalan, Irigasi dan Jaringan
sebesar Rp454.344.022.760,00 berasal dari :
1. Penambahan berasal dari realisasi Belanja Modal APBD Tahun
2009 senilai Rp358.169.030.600,00;
2. Pengalihan Jalan, Irigasi dan Jaringan dari SKPD lain karena
implementasi PP.41/2007, beralihnya urusan Kebudayaan dari
Dinas Pendidikan ke Dinas Pariwisata mengakibatkan pengalihan
status penggunaan barang antar SKPD senilai Rp49.993.000,00;
3. Perolehan dari Realisasi Belanja Non Modal APBD Tahun 2009
berupa Jalan, Irigasi dan Jaringan senilai Rp96.124.999.160,00.

(5) Aset Tetap Lainnya


31 Desember 2009 31 Desember 2008
(Rp) (Rp)
Aset Tetap lainnya 22.556.222.711,00 14.092.522.448,00

Jumlah tersebut merupakan saldo Aset Tetap Lainnya yang


dimiliki Pemerintah Provinsi Jawa Timur per 31 Desember 2009 dan
31 Desember 2008. Rincian Aset Tetap Lainnya sebagai berikut:

Tabel e.20 Rincian Aset Tetap Lainnya


(Dalam Rupiah)
No. Uraian 31 Desember 2009 31 Desember 2008
1. Buku dan Perpustakaan 10.212.408.375,00 6.711.360.170,00
2. Barang bercorak Kesenian/
6.707.056.369,00 6.017.674.311,00
Kebudayaan

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
104

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
3. Hewan/Ternak dan Tumbuhan 5.636.757.967,00 1.363.487.967,00
Jumlah 22.556.222.711,00 14.092.522.448,00
Perubahan nilai Aktiva Tetap Aset Tetap Lainnya diakibatkan
oleh :
1. Penambahan sebesar Rp9.578.875.261,00 berasal dari :
a. Realisasi Belanja Modal APBD Tahun 2009 senilai
Rp8.650.855.178,00;
b. Pengalihan penggunaan Aset Tetap Lainnya antar SKPD di
lingkungan Pemerintah Provinsi sebagai implementasi PP. 41
Tahun 2007 dan penempatan barang sesuai fungsinya senilai
Rp898.020.083,00;
c. Data Aset Tetap Lainnya (lama) yang belum masuk dalam
Aktiva Tetap 2008 karena kegiatan validasi data 2009 atau
penempatan barang pada bidang yang benar senilai
Rp30.000.000,00;
2. Pengurangan senilai Rp1.115.174.998,00 berasal dari Pengalihan
Aset Tetap Lainnya dari SKPD lain karena implementasi
PP.41/2007, dan adanya penghapusan Aset Tetap Lainnya, serta
penempatan barang pada bidang yang benar.

(6) Konstruksi dalam Pengerjaan


31 Desember 2009 31 Desember 2008
(Rp) (Rp)
Konstruksi Dalam Pengerjaan 178.451.871.255,00 214.118.574.305,00

Jumlah tersebut merupakan biaya yang diakumulasikan sampai


pada tanggal laporan posisi keuangan dari semua aset tetap Konstruksi
Dalam Pengerjaan yang belum selesai dibangun yang dimiliki
Pemerintah Provinsi Jawa Timur per 31 Desember 2009 dan 31
Desember 2008.
Adapun rincian Konstruksi Dalam Pengerjaan per 31
Desember 2009 adalah sebagai berikut :
Tabel e.21 Rincian Konstruksi Dalam Pengerjaan per 31 Desember 2009
(Dalam Rupiah)
No. SKPD Nama Pekerjaan Nilai
1. BP4-Surabaya Bangunan Rumah Sakit 1.905.959.500,00
2. BP4-Surabaya Bangunan Gedung Volley 921.668.300,00
3. Bangunan lab. Pangan dan
Akademi Gizi Subaya 290.480.100,00
fasilitas penunjang Akzi
4. RSUD Dr. Soetomo Gedung Diagnostic Center (GDC) 168.082.566.275,00
Perencanaan Lanjutan 83.771.400,00
5. RSUD Dr. Soetomo
Pembangunan GDC Lt. IV-VII
6. RSJ Menur Renovasi Gedung Rehabilitasi 382.772.440,00
Gedung Check Point 374.870.000,00
7. Dinas Peternakan
Pemeriksaan/Lalu lintas ternak
Badan Lingkungan Bangunan laboratorium kualitas air 1.365.634.600,00
8.
Hidup

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
105

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
Dinas PU Cipta Karya Pembangunan gedung Grahadi 5.044.148.640,00
9.
dan Tata Ruang
Jumlah 178.451.871.255,00

Perubahan nilai Aktiva Tetap Konstruksi Dalam Pengerjaan


diakibatkan oleh :
1. Penambahan senilai Rp8.161.475.480,00 berasal dari realisasi
Belanja Modal APBD Tahun 2009 senilai Rp8.088.475.480,00
yang sampai akhir Tahun belum selesai secara keseluruhan, serta
adanya Aktiva Tetap Konstrulsi Dalam Pengerjaan (lama) yang
ditemukan pada Tahun 2009 dan belum masuk dalam Aktiva Tetap
2008 Rp73.000.000,00;
2. Pengurangan karena beralihnya Aktiva Tetap Konstruksi Dalam
Pengerjaan yang sudah jadi ke bidang Bangunan dan Gedung
senilai Rp43.828.178.530,00.

iv) Dana Cadangan


31 Desember 2009 31 Desember 2008
(Rp) (Rp)
Dana Cadangan 41.500.000.000,00 41.500.000.000,00

Jumlah tersebut merupakan saldo Dana Cadangan yang dimiliki


Pemerintah Provinsi Jawa Timur per 31 Desember 2009 dan 31
Desember 2008, merupakan Saldo Dana Beku sebagai jaminan pada PT.
Bank Jatim atas pinjaman RSU. Dr. Soetomo sebesar
Rp20.000.000.000,00 berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jawa
Timur Nomor 58 Tahun 2002 tentang Penggunaan Sebagian Dana
Cadangan Pemerintah Provinsi Jawa timur sebagai Jaminan Fasilitas
Kredit antara Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Soetomo
Surabaya dengan PT Bank Jatim serta RSU. Dr. Saiful Anwar sebesar
Rp21.500.000.000,00 berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jawa
Timur Nomor 39 Tahun 2001 tentang Penggunaan Sebagian Dana
Cadangan Pemerintah Provinsi Jawa timur sebagai Jaminan Fasilitas
Kredit antara Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Saiful Anwar
Malang dengan PT Bank Jatim..

v) Aset Lainnya
31 Desember 2009 31 Desember 2008
(Rp) (Rp)
Aset lainnya 73.651.138.162,00 49.071.516.530,00

Jumlah tersebut merupakan aset lainnya yang dimiliki


Pemerintah Provinsi Jawa Timur per 31 Desember 2009 dan 31
Desember 2008. Rincian Aset Lainnya berikut :

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
106

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
Tabel e.22 Rincian Aset Lainnya
(Dalam Rupiah)
No. Uraian 31 Desember 2009 31 Desember 2008
1 Tagihan T. Perbend. 0,00 1.393.331.210,00
2 Tagihan T. Ganti Rugi 0,00 84.636.400,00
3 Aset Tak Berwujud 73.651.138.162,00 37.593.548.920,00
4 Aset Lain-lain 0,00 10.000.000.000,00
Jumlah 73.651.138.162,00 49.071.516.530,00

Keterangan :
1. Tagihan Tuntutan Perbendaharaan Daerah sebesar
Rp1.393.331.210,00 telah direklasifikasi ke Piutang Bagian Lancar
Tuntutan Perbendaharaan;
2. Aset lainnya dari Aset tak berwujud berupa software Komputer
Licensi dan Franccise Hak Cipta (Copy Right/Paten) Hasil Kajian
yang diakui oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur sebesar
Rp73.651.138.162,00 rinciannya lihat pada Lampiran 5;
3. Aset Lain-lain sebesar Rp10.000.000.000,00 tahun 2008, yang
merupakan jaminan kredit PT. Panca Wira Usaha kepada PT. Bank
Jatim, dan tahun 2009 aset dimaksud beralih menjadi penyertaan
modal PT. Panca Wira Usaha.

b) KEWAJIBAN
i) Kewajiban Jangka Pendek
(1) Utang PFK
31 Desember 2009 31 Desember 2008
(Rp) (Rp)
Utang PFK 28.908.622.931,05 1.345.404.674,00

Jumlah tersebut merupakan saldo Utang PFK yang dimiliki


Pemerintah Provinsi Jawa Timur per 31 Desember 2009 dan 31
Desember 2008. Utang PFK tersebut merupakan pemotongan yang
dilakukan Bendahara Pengeluaran dan BUD yang belum disetor ke
Pihak Ketiga sampai dengan akhir tahun, berikut rinciannya :
Tabel e.23 Pemotongan Yang Dilakukan Bendahara Pengeluaran yang
Belum Disetor ke Pihak Ketiga
(Dalam Rupiah)
No. Uraian 31 Desember 2009 31 Desember 2008
1 Dinas Pendidikan 288.644.542,55 758.403.985,00
2 RS Jiwa Menur 89.280,00 0,00
3 Bapeprov 244.742.773,00 313.677.743,00
4 BLH 23.966.840,00 0,00
5 Dinkop 4.357.450,50 0,00
6 Badan Narkotika 89.955.388,00 0,00
7 Biro Perekonomian 653.695.906,00 0,00
8 Biro Kesra 92.915,00 0,00
9 Biro Humas 22.982.149,00 0,00

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
107

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
10 Balitbang 140.687,00 0,00
11 Baketpang 0,00 11.231.060,00
12 Badan Pengawas 0,00 253.996.041,00
13 Bapedalda 0,00 8.095.845,00
Jumlah seluruhnya 1.328.667.931,05 1.345.404.674,00

Tabel e.24 Pemotongan Yang Dilakukan BUD yang Belum Disetor ke


Pihak Ketiga
(Dalam Rupiah)
No. Uraian 31 Desember 2009 31 Desember 2008
1 Rek. 0011218628 - SP2D Gaji 60.979.232,00 0,00
a. IWP 10% 59.428.750,00 0,00
b. Askes 501.709,00 0,00
c. Taperum 713.487,00 0,00
d. PPh 21 335.286,00 0,00
2 Rek. 0011218652 - SP2D LS 27.464.198.116,00 0,00
a. Pajak Penghasilan 21 (PPh 21) 503.164.297,00 0,00
b. Pajak Penghasilan 22 (PPh 22) 371.639.346,00 0,00
c. Pajak Penghasilan 23 (PPh 23) 4.816.472.899,00 0,00
d. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 21.772.921.574,00 0,00
3 Rek. 0011218687- Jamsostek 54.777.652,00 0,00
Jumlah seluruhnya 27.579.955.000,00 0,00

(2) Utang Bunga


31 Desember 2009 31 Desember 2008
(Rp) (Rp)
Utang Bunga 85.900.921,00 311.583.296,00

Jumlah tersebut merupakan saldo utang bunga per 31


Desember 2009 dan angsuran bunga yang terakhir. Utang bunga
tersebut berasal dari pinjaman RSU Dr. Soetomo kepada Bank Jatim
sebesar Rp85.900.921,00.

(3) Bagian Lancar Utang Jangka Panjang


31 Desember 2009 31 Desember 2008
(Rp) (Rp)
Bagian Lancar Utang Jk. 6.740.634.523,00 3.688.416.704,00
Panjang

Jumlah tersebut merupakan saldo bagian lancar utang jangka


panjang per 31 Desember 2009. Bagian Lancar Utang Jangka Panjang
berasal dari pinjaman RSU Dr. Soetomo dan RSUD Dr. Saiful Anwar
sebesar Rp6.740.634.523,00 kepada PT. Bank Jatim. Bagian Lancar
Utang Jangka Panjang ini merupakan bagian lancar atas utang RSUD
Dr. Saiful Anwar pada Tahun 2002 melalui Surat Pemberitahuan
Kredit Nomor 040/038/Krd tanggal 01 Pebruari 2002 sebesar
Rp21.500.000.000,00 dengan masa pinjaman sampai dengan Tahun

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
108

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
2010 serta utang RSUD Dr Soetomo pada Tahun 2002 melalui Surat
Pemberitahuan Pemberian Kredit Nomor 040/071/Krd/SDK-II
tanggal 20 Agustus 2002 sebesar Rp20.000.000.000,00 dengan masa
pinjaman sampai dengan Tahun 2010. Rincian sebagai berikut :
Tabel e.25 Bagian Lancar Utang Jangka Panjang
(Dalam Rupiah)
Uraian 31 Desember 2009 31 Desember 2008
RSU. Dr. Soetomo 2.870.634.523,00 3.688.416.704,00
RSU. Dr. Saiful Anwar 3.870.000.000,00 0,00
Jumlah 6.740.634.523,00 3.688.416.704,00

(4) Utang Belanja


31 Desember 2009 31 Desember 2008
(Rp) (Rp)
Utang Belanja 14.939.628.053,00 130.145.046,00

Jumlah tersebut merupakan saldo utang belanja per 31


Desember 2009 dan 31 Desember 2008. Utang Belanja berasal dari
utang pembayaran tagihan air, listrik, dan telepon. Rincian utang
belanja pada SKPD :
Tabel e.26 Rincian Utang Belanja
(Dalam Rupiah)
No. Uraian 31 Desember 2009 31 Desember 2008
1. RSU Dr Saiful Anwar 6.199.141.836,00 26.912.200,00
2. RSU Dr Soedono 3.863.428.933,00 5.823.760,00
3 RS Kusta Sumberglagah 14.924.859,00 13.683.836,00
4. RSU Paru Jember 16.559.000,00 3.573.950,00
5. Dinas Kependudukan 0,00 0,00
6. Bakorwil IV Pamekasan 10.191.917,00 7.586.704,00
7. Dinas Kesehatan 0,00 68.210.725,00
8. Dinas Pemuda & OR 25.434.000,00 4.353.871,00
9. Bakesbang 13.942.860,00 0,00
10. Dinas Pendapatan 4.796.004.648,00 0,00
Jumlah seluruhnya 14.939.628.053,00 130.145.046,00

(5) Utang Bagi Hasil Pajak


31 Desember 2009 31 Desember 2008
(Rp) (Rp)
Utang Bagi Hasil Pajak 386.315.937.984,80 429.883.517.509,04

Jumlah tersebut merupakan saldo utang bagi hasil pajak per


31 Desember 2009 dan 31 Desember 2008. Dan rincian utang bagi
hasil pajak sebagai berikut:
Tabel e.27 Rincian Utang Bagi Hasil Pajak
(Dalam Rupiah)
No. Uraian 31 Desember 2009 31 Desember 2008
1. Bagian Kab/Kota dari PKB dan BBNKB 209.684.154.216,10 282.891.675.367,20

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
109

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
2. Bagian Kab/Kota dari PBBKB 172.840.622.722,90 143.544.503.681,53
3. Bagian Kab/Kota dari P3AP dan P3ABT 3.791.161.045,80 3.447.338.460,31
Jumlah seluruhnya 386.315.937.984,80 429.883.517.509,04

(6) Utang Bagi Hasil Bukan Pajak


31 Desember 2009 31 Desember 2008
(Rp) (Rp)
Utang Bagi Hasil Bukan 5.534.830.918,45 4.357.864.703,26
Pajak

Jumlah tersebut merupakan saldo utang bagi hasil bukan


pajak per 31 Desember 2009 dan 31 Desember 2008. Rincian utang
bagi hasil bukan pajak sebagai berikut:
Tabel e.28 Rincian Utang Bagi Hasil Bukan Pajak
(Dalam Rupiah)
No Uraian 31 Desember 2009 31 Desember 2008
1. Bagian Kab/Kota dari SP3 894.566.418,76 1.729.262.638,87
2. Bagian Kab/Kota dari Tahura 124.361.176,00 101.636.700,00
3. Bagian Kab/Kota dari RP3HH 2.731.307.475,69 1.041.511.061,00
4. Bagian Kab/Kota dari IMTA 1.179.958.786,00 804.255.752,30
5. Bagian Kab/Kota dari TERA 376.075.347,00 488.367.261,09
6. Bagian Kab/Kota dari ASDP 195.498.010,00 94.200.000,00
7. Bagian Kab/Kota dari Iuran ternak 33.063.705,00 98.631.290,00
Jumlah seluruhnya 5.534.830.918,45 4.357.864.703,26

(7) Utang Lain-lain


31 Desember 2009 31 Desember 2008
(Rp) (Rp)
Utang Lain-lain 13.384.357.704,50 3.162.431.412,00

Jumlah tersebut merupakan saldo utang lain-lain per 31


Desember 2009 dan 31 Desember 2008. Rincian utang lain-lain
sebagai berikut:
Tabel e.29 Rincian Utang Lain-lain
(Dalam Rupiah)
No Uraian 31 Desember 2009 31 Desember 2008
1. Utang Jasa Pelayanan
0,00 3.162.431.412,00
(RSU Dr Saiful Anwar)
2. Tunggakan pada PMI dan Astek (RSU Dr.
522.080.000,00 0,00
Soetomo)
3. Utang Retribusi Jasa Tirta I (DPU
156.870.154,50 0,00
Pengairan)
4. Dinas Kominfo 129.874.500,00 0,00
5. Disnakertransduk 12.575.533.050,00 0,00
Jumlah 13.384.357.704,50 3.162.431.412,00

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
110

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
ii) Kewajiban Jangka Panjang
(1) Utang Jangka Panjang Lainnya
31 Desember 2009 31 Desember 2008
(Rp) (Rp)
Kewajiban Jangka Panjang 0,00 2.870.634.523,00

Saldo Utang Jangka Panjang Lainnya per 31 Desember 2008,


berasal dari pinjaman RSUD Dr. Soetomo kepada PT. Bank Jatim
sudah lunas.

c) Ekuitas Dana
i) Ekuitas Dana Lancar
31 Desember 2009 31 Desember 2008
(Rp) (Rp)
Ekuitas Dana Lancar 1.824.774.598.187,69 1.806.175.439.679,03

Jumlah tersebut merupakan saldo Ekuitas Dana Lancar per 31


Desember 2009 dan 31 Desember 2008. Ekuitas Dana Lancar terdiri dari:
Tabel e.30 Ekuitas Dana Lancar
(Dalam Rupiah)
No Uraian 31 Desember 2009 31 Desember 2008
1. Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran 1.930.998.872.518,32 2.062.591.933.213,69
2. Pendapatan yang ditangguhkan 26.759.693,11 526.126.759,00
3. Cadangan Piutang 255.251.371.965,50 148.750.950.229,00
4. Cadangan Persediaan 65.498.884.115,51 37.185.792.821,64
5. Dana yang harus disediakan untuk
(427.001.290.104,75) (442.879.363.344,30)
hutang jangka pendek
Total Ekuitas Dana Lancar 1.824.774.598.187,69 1.806.175.439.679,03

(1) Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA)


Tabel e.31 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA)
(Dalam Rupiah)
Uraian TA 2009 TA 2008
Kas di Kas Daerah 1.883.486.139.106,55 2.007.849.923.476,24
Kas di Bendahara Pengeluaran 11.297.764.430,28 8.043.109.011,00
Kas di Rekening RS (Fungsional) 36.214.968.981,49 45.353.496.052,45
Kas di Bendahara Pengeluaran (PFK) 0,00 1.345.404.674,00
Jumlah 1.930.998.872.518,32 2.062.591.933.213,69

Tabel e.32 Perbandingan SILPA di Neraca dengan Saldo Kas di Neraca


(Dalam Rupiah)
No Uraian SiLPA di Neraca Kas di Neraca
1 Kas di Kas Daerah
a. Kas di BUD 1.883.486.139.106,55 1.883.486.139.106,55
b. PFK di BUD 0,00 27.579.955.000,00
2 Kas di Bendahara Pengeluaran

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
111

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
a. Sisa UP disetor 2010 11.297.764.430,28 11.297.764.430,28
b. PFK Bendahara Pengeluaran 0,00 1.328.667.931,05
c. Pendapatan yang ditangguhkan di
0,00 1.349.360,01
Biro Administrasi Pem. Umum
3 Kas di Rekening Rumah Sakit 36.214.968.981,49 36.214.968.981,49
4 Kas di Bendahara Penerimaan
a. Pendapatan yang ditangguhkan di
0,00 5.753.490,00
Dinas Kehutanan
b. Pendapatan yang ditangguhkan di
0,00 19.656.843,10
Dinas Koperasi dan UMKM
Jumlah 1.930.998.872.518,32 1.959.934.255.142,48

(2) Pendapatan yang ditangguhkan


Jumlah Pendapatan yang ditangguhkan per 31 Desember
2009 dan 31 Desember 2008 sebesar Rp26.759.693,11 dan
Rp526.126.759,00, merupakan penerimaan yang diterima oleh
Bendahara Penerimaan sampai dengan per 31 Desember 2009 belum
disetorkan ke Kas Daerah/BUD atau dipindahbukukan ke Kas
Daerah.
Keterangan
a. Pendapatan dari Dinas Kehutanan sebesar Rp5.753.490,00
merupakan penerimaan yang diterima Bendahara Penerimaan
namun belum disetor ke Kas Daerah sampai dengan 31 Desember
2009. Jumlah tersebut termasuk Kas di Neraca namun tidak
termasuk SILPA di Neraca. Jumlah tersebut dicatat sebagai
Pendapatan yang ditangguhkan;
b. Pendapatan dari Biro Adm. Pemerintahan Umum sebesar
Rp1.349.360,01 merupakan jasa giro dari Bendahara pengeluaran
yang belum dipindahbukukan per 31 Desember 2009. Jumlah
tersebut termasuk Kas di Neraca namun tidak termasuk SILPA di
Neraca. Jumlah tersebut dicatat sebagai Pendapatan yang
ditangguhkan;
c. Pendapatan dari Dinas Koperasi dan UKM yang belum disetor ke
Kas Daerah per 31 Desember 2009 sebesar Rp19.656.843,10.

(3) Cadangan Piutang


Jumlah cadangan piutang per 31 Desember 2009 dan 31
Desember 2008 sebesar Rp255.251.371.965,50 dan
Rp148.750.950.229,00. Untuk posisi per 31 Desember 2009 jumlah
tersebut berasal dari total piutang Pajak, Retribusi, Tagihan Penjualan
Angsuran, Tuntutan Perbendaharaan, Tuntutan Ganti Rugi dan
Piutang Lainnya.

(4) Cadangan Persediaan


Jumlah Cadangan Persediaan per 31 Desember 2009 dan 31
Desember 2008 sebesar Rp65.498.884.115,51 dan

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
112

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
Rp37.185.792.821,64, merupakan pasangan perkiraan persediaan
yang dilaporkan seluruh SKPD Pemerintah Provinsi Jawa Timur.

(5) Dana yang harus disediakan untuk pembayaran Utang Jangka


Pendek
Jumlah Perkiraan dalam Investasi Jangka Pendek per 31
Desember 2009 dan 31 Desember 2008 sebesar minus
Rp427.001.290.104,75 dan minus Rp442.879.363.344,30. Perkiraan
tersebut merupakan bagian dari ekuitas dana yang disediakan untuk
pembayaran utang jangka pendek. Jumlah ini merupakan total nilai
Bagian Lancar Utang Jangka Panjang, utang Bunga, utang belanja,
utang Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak serta utang lain-lain.

ii) Ekuitas Dana Investasi


31 Desember 2009 31 Desember 2008
(Rp) (Rp)
Ekuitas Dana Investasi 26.809.375.091.998,00 25.532.841.155.031,50

Jumlah tersebut merupakan saldo Ekuitas Dana Investasi per 31


Desember 2009 dan 31 Desember 2008. Ekuitas Dana Investasi terdiri
dari:
Tabel e.33 Ekuitas Dana Investasi
(Dalam Rupiah)
No Uraian 31 Desember 2009 31 Desember 2008
1. Diinvestasikan dlm. Investasi Jk. Pjng. 1.971.139.173.350,00 1.462.350.059.350,00
2. Diinvestasikan dalam Aset Tetap 24.764.584.780.486,00 24.024.290.213.674,50
3. Diinvestasikan dalam Aset Lainnya 73.651.138.162,00 49.071.516.530,00
4. Dana Yang Harus Disediakan Untuk
Pembayaran Utang Jangka Panjang 0,00 (2.870.634.523,00)
Total Ekuitas Dana Investasi 26.809.375.091.998,00 25.532.841.155.031,50
(1) Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang
Jumlah Perkiraan Diinvestasikan dalam Investasi Jangka
Panjang per 31 Desember 2009 dan 31 Desember 2008 sebesar
Rp1.971.139.173.350,00 dan Rp1.462.350.059.350,00 dan
merupakan Dana Pemerintah Provinsi Jawa Timur yang
diinvestasikan dalam bentuk Investasi Non Permanen dan Permanen,
yang merupakan lawan dari perkiraan Investasi Jangka Panjang.
(2) Diinvestasikan dalam Aset Tetap
Jumlah Diinvestasikan dalam Aset Tetap per 31 Desember
2009 dan 31 Desember 2008 sebesar Rp24.764.584.780.486,00 dan
Rp24.024.290.213.674,50 merupakan jumlah ekuitas dana yang
diinvestasikan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur dalam bentuk
Aset Tetap.
(3) Diinvestasikan dalam Aset Lainnya
Jumlah Diinvestasikan dalam Aset Lainnya per 31 Desember
2009 dan 31 Desember 2008 sebesar Rp73.651.138.162,00 dan
Rp49.071.516.530,00 merupakan jumlah ekuitas dan yang

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
113

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
diinvestasikan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur dalam bentuk
Aset Lainnya.
(4) Dana yang harus disediakan untuk pembayaran Utang Jangka
Panjang
Jumlah Perkiraan dalam Investasi Jangka Panjang per 31
Desember 2009 dan 31 Desember 2008 sebesar Rp0,00 dan minus
Rp2.870.634.523,00. Perkiraan tersebut merupakan bagian dari
ekuitas dana yang disediakan untuk pembayaran utang jangka
panjang. Jumlah ini merupakan Utang Jangka Panjang berasal dari
pinjaman RSUD Dr Soetomo kepada PT. Bank Jatim , yang menjadi
tanggung jawab unit paviliun.

iii) Ekuitas Dana Cadangan


31 Desember 2009 31 Desember 2008
(Rp) (Rp)
Diinvestasikan dalam Dana
Cadangan 41.500.000.000,00 41.500.000.000,00

Jumlah Ekuitas Dana Cadangan per 31 Desember 2009 dan 31


Desember 2008 sebesar Rp41.500.000.000,00 dan Rp41.500.000.000,00,
merupakan dana Pemerintah Provinsi Jawa Timur yang dicadangkan.

Ekuitas Dana
31 Desember 2009 31 Desember 2008
(Rp) (Rp)
Jumlah Ekuitas Dana 28.675.649.690.185,70 27.380.516.594.710,50

Jumlah tersebut merupakan Ekuitas Dana per 31 Desember 2009 dan


31 Desember 2008.

Penjelasan Pos-Pos Laporan Realisasi Anggaran


1) Penjelasan Umum Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
Realisasi Anggaran Pemerintah Provinsi Jawa Timur merupakan laporan
yang menjelaskan ikhtisar Sumber, Alokasi dan pemakaian sumber daya ekonomi
yang dikelola oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur yang menggambarkan
perbandingan antara realisasi dan anggarannya dalam satu periode pelaporan.
Dalam penjelasan Laporan Realisasi Anggaran (LRA) ini akan disajikan sesuai
dengan Struktur APBD dikonversi dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP)
yang meliputi Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan.
Realisasi Pendapatan Tahun Anggaran 2009 sebesar
Rp7.827.694.815.532,50, apabila dihadapkan dengan target pendapatan sebesar
Rp6.691.922.350.214,00 terdapat pelampauan realisasi pendapatan sebesar
Rp1.135.772.465.318,50 atau terealisir sebesar 116,97%. Berarti ada pelampauan
realisasi pendapatan sebesar 16,97% dari anggaran. Pendapatan terdiri dari (i)
Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar Rp5.708.040.337.081,51; (ii) Pendapatan

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
114

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
Transfer sebesar Rp2.097.621.558.980,00 dan (iii) Lain-lain Pendapatan yang sah
sebesar Rp22.032.919.470,99.
Realisasi Belanja pada Tahun Anggaran 2009 sebesar
Rp4.972.599.983.086,87. Apabila Realisasi Belanja dihadapkan pada target
belanja sebesar Rp5.677.962.731.582,00 terdapat penghematan atau sebab
lainnya sebesar Rp705.362.748.495,13 atau terealisasi 87,58% yang artinya ada
penghematan belanja atau sebab lainnya sebesar 12,42%. Belanja terdiri dari (i).
Belanja Operasi Rp4.134.613.371.379,87; (ii) Belanja Modal sebesar
Rp837.299.991.689,00; (iii) Belanja Tak Terduga Sebesar Rp686.620.018,00.
Realisasi Transfer pada Tahun Anggaran 2009 sebesar
Rp2.629.438.824.440,00. Apabila Realisasi Transfer dihadapkan pada target
transfer sebesar Rp2.717.202.483.145,00, dapat direalisasikan 96,77%. Transfer
terdiri dari (i) Bagi Hasil Pajak ke Kabupaten / Kota sebesar
Rp1.872.401.105.023,00; (ii) Bagi Hasil Retribusi ke Kabupaten/ Kota sebesar
Rp10.899.927.317,00; dan (iii) Transfer Bantuan Keuangan ke Pemerintah
Daerah Lainnya sebesar Rp746.137.792.100,00.
Realisasi Surplus Anggaran pada tahun 2009 adalah sebesar
Rp225.656.008.005,63, diperoleh dari selisih realisasi Pendapatan sebesar
Rp7.827.694.815.532,50, dengan Realisasi Belanja ditambah Realisasi Transfer
sebesar Rp7.602.038.807.526,87. Dan untuk memanfaatkan Realisasi Surplus
Anggaran tersebut, Pemerintah berusaha menggunakan pada pembiayaan baik
berasal dari pembiayaan pengeluaran maupun pembiayaan penerimaan.
Pada sisi Pembiayaan tahun 2009 juga mengalami surplus, hal ini dapat
dicermati dari perolehan realisasi penerimaan pembiayaan sebesar
Rp2.061.246.528.539,69, apabila dihadapkan dengan realisasi pengeluaran
pembiayaan sebesar Rp355.903.664.027,00 terdapat selisih lebih yang
merupakan pembiayaan neto tahun 2009 sebesar Rp1.705.342.864.512,69.

SILPA (SIKPA)
Berdasarkan perangkaan pada pencapaian Realisasi Surplus Anggaran
sebesar Rp225.656.008.005,63 dan pencapaian Pembiayaan Neto sebesar
Rp1.705.342.864.512,69 diperoleh Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA)
tahun 2009 sebesar Rp1.930.998.872.518,32.

Perbandingan Antara Laporan Realisasi Anggaran dan Laporan Arus Kas


Pada Tahun 2009, Pemerintah Provinsi Jawa Timur telah menetapkan
lima (5) Rumah Sakit menjadi Badan Layanan Umum Daerah yang berdampak
pada penyajian laporan keuangan terutama Laporan Realisasi Anggaran dan
Laporan Arus Kas. Rincian realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) Tahun 2009 dapat dijelaskan pada Lampiran 6.

2) Penjelasan Pos-pos Pendapatan


Realisasi Pendapatan pada Tahun Anggaran 2009 sebesar
Rp7.827.694.815.532,50 apabila dihadapkan dengan target pendapatan sebesar
Rp6.691.922.350.214,00 terdapat pelampauan realisasi pendapatan sebesar
Rp1.135.772.465.318,50 atau melampaui target sebesar 16,97%. Realisasi
Pendapatan tersebut meliputi realisasi Pendapatan Asli daerah, Pendapatan

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
115

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
Transfer dan Lain-lain Pendapatan yang sah, sebagaimana ikhtisar sebagai
berikut :
Tabel e.34 Ikhtisar Realisasi Pendapatan
(Dalam Rupiah)
Jumlah (Rp) Bertambah /(Berkurang)
Nom
or
Uraian Realisasi
Urut Anggaran Setelah
( Rp ) %
Perubahan

1 2 3 4 5(=4-3) 6

1 Pendapatan 6.691.922.350.214,00 7.827.694.815.532,50 1.135.772.465.318,50 16,97

1.1 Pendapatan Asli Daerah 4.629.195.945.000,00 5.708.040.337.081,51 1.078.844.392.081,51 23,31

1.1.1 Pajak Daerah 3.967.125.000.000,00 4.891.816.302.939,00 924.691.302.939,00 23,31

1.1.2 Retribusi Daerah 62.590.578.000,00 75.609.005.674,00 13.018.427.674,00 20,80


Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah
1.1.3 219.293.650.000,00 227.446.225.641,31 8.152.575.641,31 3,72
Yang Dipisahkan
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah
1.1.4 380.186.717.000,00 513.168.802.827,20 132.982.085.827,20 34,98
Yang Sah
1.2 Pendapatan Transfer 2.049.440.405.214,00 2.097.621.558.980,00 48.181.153.766,00 2,35
Transfer Pemerintah Pusat-Dana
1.2.1 2.049.440.405.214,00 2.093.556.408.980,00 44.116.003.766,00 2,15
Perimbangan
1.2.2 Transfer Pemerintah Pusat-Lainnya 0,00 4.065.150.000,00 4.065.150.000,00 100
Lain-lain Pendapatan Daerah yang
1.3 13.286.000.000,00 22.032.919.470,99 8.746.919.470,99 65,84
Sah
1.3.1 Pendapatan Hibah 13.286.000.000,00 22.032.919.470,99 8.746.919.470,99 65,84

Jumlah Pendapatan 6.691.922.350.214,00 7.827.694.815.532,50 1.135.772.465.318,50 16,97

a) Pendapatan Asli Daerah


Sumber Pendapatan Asli Daerah ini TA 2009 berasal dari Pajak
Daerah, Retribusi Daerah, Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah
yang Dipisahkan dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah, terealisir
sebesar Rp5.708.040.337.081,51 atau 123,31% dengan target sebesar
Rp4.629.195.945.000,00 yang terdiri dari :

i) Pajak Daerah
Realisasi Penerimaan Pajak Daerah TA 2009
Rp4.891.816.302.939,00 atau mencapai 123,31 % dari target yang
direncanakan dalam P-APBD sebesar Rp3.967.125.000.000,00. Hal ini
berarti Penerimaan Pajak TA 2009 melebihi target sebesar
Rp924.691.302.939,00 atau 23,31%. Bila dibanding dengan realisasi TA.
2008 naik Rp410.024.759.299,95. Penerimaan Perpajakan ini berasal dari
(i) Pajak Kendaraan Bermotor; (ii) Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor; (iii) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor; (iv) Pajak Air
Permukaan, dan (v) Pajak Air Bawah Tanah, besarnya realisasi
perpajakan ini adalah sebagai berikut :
Tabel e.35 Realisasi Penerimaan Pajak Daerah
(Dalam Rupiah)
Uraian TA 2009 TA 2008
Pajak Kendaraan Bermotor 2.068.031.124.399,00 1.697.833.590.803,00
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor 1.789.318.491.659,00 1.722.665.636.915,00

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
116

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
Pajak Bahan Bakar Kend. Bermotor 996.915.175.317,00 1.024.222.886.130,05
Pajak Air Permukaan 18.651.017.292,00 18.830.771.512,00
Pajak Air Bawah Tanah 18.900.494.272,00 18.238.658.279,00
Total Penerimaan Pajak 4.891.816.302.939,00 4.481.791.543.639,05

ii) Retribusi Daerah


Realisasi Penerimaan Retribusi Daerah TA 2009
Rp75.609.005.674,00 atau mencapai 120,80 % dari target yang
direncanakan dalam P-APBD sebesar Rp62.590.578.000,00. Hal ini
berarti Penerimaan Retribusi TA 2009 lebih besar Rp13.018.427.674,00
atau 20,80%. Bila dibanding dengan realisasi TA 2008 turun sebesar
Rp233.714.362.055,22. Hal ini disebabkan adanya pergeseran
nomenklatur penerimaan Jasa Layanan Rumah Sakit yang berstatus
BLUD dari Retribusi ke Lain-lain PAD yang sah. Retribusi ini berasal
dari (i) Retribusi Jasa Umum; (ii) Retribusi Jasa Usaha; (iii) Retribusi
Perijinan Tertentu. Besarnya retribusi dari subsidi dan fungsional adalah
sebagai berikut :
Tabel e.36 Realisasi Penerimaan Retribusi Daerah
(Dalam Rupiah)
Uraian TA 2009 TA 2008
Retribusi Jasa Umum 22.029.417.784,00 259.977.428.276,22
Retribusi Jasa Usaha 34.774.561.370,00 33.733.859.317,00
Retribusi Perijinan Tertentu 18.805.026.520,00 15.612.080.136,00
Total Penerimaan Retribusi 75.609.005.674,00 309.323.367.729,22

Retribusi tersebut TA. 2009 dengan rincian sebagai berikut :

(1) Retribusi Jasa Umum


Tabel e.37 Retribusi Jasa Umum
(Dalam Rupiah)
Uraian TA 2009
Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor 1.748.611.000,00

Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang 3.183.170.004,00

Retribusi Pengujian Kapal Perikanan 55.899.000,00


Retribusi Pemeriksaan, Pengukuran, dan Pengujian Hasil Hutan 6.224.409.241,00

Retribusi Pelayanan Kesehatan 10.817.328.539,00


Jumlah 22.029.417.784,00

(2) Retribusi Jasa Usaha


Tabel e.38 Retribusi Jasa Usaha
(Dalam Rupiah)
Uraian TA 2009
Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah 26.447.791.692,00
Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah 7.541.077.178,00
Retribusi Pengelolaan Taman Hutan Rakyat R. Soerjo 785.692.500,00
Jumlah 34.774.561.370,00

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
117

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
(3) Retribusi Perijinan Tertentu
Tabel e.39 Retribusi Perijinan Tertentu
(Dalam Rupiah)
Uraian TA 2009
Retribusi Ijin Trayek 1.180.325.500,00
Retribusi Ijin Perpanjangan Kerja 17.105.154.700,00

Retribusi Ijin/Rekomendasi Pemakaian Tanah 519.546.320,00

Jumlah 18.805.026.520,00

iii) Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan


Realisasi Penerimaan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yg.
dipisahkan TA 2009 Rp227.446.225.641,31 atau mencapai 103,72% dari
target yang direncanakan dalam P-APBD sebesar Rp219.293.650.000,00.
Hal ini berarti Penerimaan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yg.
dipisahkan TA 2009 lebih besar Rp8.152.575.641,31 atau 3,72%. Bila
dibanding dengan realisasi TA 2008 naik sebesar Rp32.043.941.983,85.
Realisasi ini berasal dari Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah
terdiri dari (i) Bagian Laba atas penyertaan modal pada BUMD; (ii)
Bagian Laba atas penyertaan modal pada perusahaan daerah / milik
swasta. Besarnya realisasi adalah sebagai berikut :
Tabel e.40 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan
(Dalam Rupiah)
Uraian TA 2009 TA 2008
Bagian Laba atas Penyertaan Modal -
pada Perusahaan Daerah (BUMD) 222.370.877.016,10 190.632.165.167,46
Bagian Laba atas Penyertaan Modal -
pada Perusahaan Patungan/Milik Swasta 5.075.348.625,21 4.770.118.490,00
Total Hsl. Kekayaan Drh. yg. dipisahkan 227.446.225.641,31 195.402.283.657,46

iv) Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah


Realisasi Penerimaan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang
sah TA 2009 Rp513.168.802.827,20 atau mencapai 134,98% dari target
yang direncanakan dalam P-APBD sebesar Rp380.186.717.000,00. Hal
ini berarti Penerimaan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah TA
2009 lebih besar Rp132.982.085.827,20 atau 34,98%. Bila dibanding
dengan realisasi TA 2008 naik sebesar Rp287.366.681.899,02. Realisasi
ini berasal dari SKPD non BLUD dan BLUD, dengan rincian sbb. :
Tabel e.41 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah
(Dalam Rupiah)
Uraian TA 2009 TA 2008
Hsl. Penjualan Aset Drh. Yg. Tdk. Dipisahkan 1.544.427.014,00 795.102.279,00
Jasa Giro 137.885.783.790,70 88.250.651.551,77
Tuntutan Ganti Rugi (TGR) 200.838.550,00 83.460.700,00
Komisi, Pot.& Keunt. selisih nilai tukar rupiah. 109.843.282,00 141.783.771,00
Pdtan denda atas keterlambatan pelaks.
14.224.765.412,00 17.869.909.208,90
Pekerj.
Pendapatan denda Pajak 26.586.997.469,00 71.284.195.265,00

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
118

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
Pendapatan Hasil Eksekusi atas Jaminan 26.750.000,00 0,00
Pendapatan dari Pengembalian 15.139.283.940,57 408.925.843,00
Pendapatan dari penyelenggaraan Pendidikan
2.606.672.393,00 1.584.508.725,00
dan pelatihan
Pendapatan Sewa 10.390.610.107,00 2.868.280.399,44
Pengelolaan/ Pembuangan Limbah 37.036.000,00 154.315.250,00
Jasa Layanan 281.304.791.208,94 0,00
Penerimaan Lain-lain 23.111.003.659,99 42.360.987.935,07
Total Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yg
513.168.802.827,20 225.802.120.928,18
Sah

Tabel e.42 Perbandingan Lain-lain PAD yang sah pada LRA dan LAK
(Dalam Rupiah)
Uraian LRA LAK Selisih
Hsl. Penjualan Aset Drh. Yg. Tdk.
1.544.427.014,00 0,00 1.544.427.014,00
Dipisahkan
Jasa Giro 137.885.783.790,70 137.885.783.790,70 -

Tuntutan Ganti Rugi (TGR) 200.838.550,00 200.838.550,00 -


Komisi, Pot.& Keunt. selisih nilai tukar
109.843.282,00 0,00 109.843.282,00
rupiah.
Pdtan denda atas keterlambatan pelaks.
14.224.765.412,00 14.224.765.412,00 -
Pekerj.
Pendapatan denda Pajak 26.586.997.469,00 26.586.997.469,00 -

Pendapatan Hasil Eksekusi atas


26.750.000,00 26.750.000,00 -
Jaminan
Pendapatan dari Pengembalian 15.139.283.940,57 15.139.283.940,57 -
Pendapatan dari penyelenggaraan
2.948.249.713,00 864.680.768,00 2.083.568.945,00
Pendidikan dan pelatihan
Pendapatan Sewa 10.390.610.107,00 635.056.189,00 9.755.553.918,00
Pengelolaan/ Pembuangan Limbah 37.036.000,00 0,00 37.036.000,00

Jasa Layanan 280.953.213.888,94 1.648.761.052,00 279.304.452.836,94


Penerimaan Lain-lain 23.121.003.659,99 22.918.698.012,99 202.305.647,00
Total Lain-lain Pendapatan Asli
513.168.802.827,20 220.131.615.184,26 293.037.187.642,94
Daerah yg Sah

Dari tabel diatas, dapat diketahui terdapat selisih pencatatan


antara LRA dan LAK, yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
(1) Hasil penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan sebesar
Rp1.544.427.014,00 terdiri dari :
a. Pendapatan penjualan aset yang berasal dari penjualan aset yang
rusak atau berlebihan pada Tahun 2009 sebesar
Rp1.427.287.014,00 yang tercatat di Laporan Arus Kas sebagai
Arus Masuk Kas dari Aktivitas Investasi Aset Non Anggaran;
b. Pendapatan dari hasil penjualan aset daerah yang tidak
dipisahkan yang berasal dari Rumah Sakit BLUD (Fungsional)
pada tahun 2009 sebesar Rp117.140.000,00;

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
119

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
(2) Komisi, Potongan & Keuntungan selisih nilai tukar rupiah sebesar
Rp109.843.282,00 merupakan pendapatan dari Rumah Sakit BLUD
(Fungsional);
(3) Pendapatan dari penyelenggaraan Pendidikan dan pelatihan sebesar
Rp2.083.568.945,00 merupakan pendapatan dari Rumah Sakit
BLUD (Fungsional);
(4) Pendapatan Sewa sebesar Rp9.755.553.918,00 merupakan
pendapatan dari Rumah Sakit BLUD (Fungsional);
(5) Pengelolaan/ Pembuangan Limbah sebesar Rp37.036.000,00
merupakan pendapatan dari Rumah Sakit BLUD (Fungsional);
(6) Jasa Layanan sebesar Rp279.304.452.836,94 merupakan
pendapatan dari Rumah Sakit BLUD (Fungsional) yang terdiri dari:
Tabel e.43 Pendapatan Jasa Layanan pada Rumah Sakit BLUD
(Dalam Rupiah)
No Nama Rumah Sakit Nilai
1 Rumah Sakit Umum Dr. Soetomo 126.583.970.001,00
2 Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang 72.852.401.075,00
3 Rumah Sakit Umum Dr. Soedono Madiun 35.643.572.185,00
4 Rumah Sakit Haji Surabaya 35.055.718.795,99
5 Rumah Sakit Jiwa Menur 9.168.790.779,95
Jumlah 279.304.452.836,94
(7) Penerimaan Lain-lain sebesar Rp202.305.647,00 merupakan
pendapatan dari Rumah Sakit BLUD (Fungsional).

b) Pendapatan Transfer
Realisasi Pendapatan Transfer TA 2009 sebesar
Rp2.097.621.558.980,00 dari target yang direncanakan sebesar
Rp2.049.440.405.214,00 atau melampaui target sebesar Rp48.181.153.766,00
atau 2,35% dan realisasi TA 2008 sebesar Rp1.838.998.628.669,00. Realisasi
ini berasal dari (i) Transfer Pemerintah Pusat-Dana Perimbangan; (ii)
Transfer Pemerintah Pusat Lainnya, yang realisasinya terinci sebagai berikut:
Tabel e.44 Pendapatan Transfer
(Dalam Rupiah)
Uraian TA 2009 TA 2008
Transfer Pemerintah Pusat-Dana
2.093.556.408.980,00 1.798.151.002.969,00
Perimbangan
Transfer Pemerintah Pusat-
4.065.150.000,00 40.847.625.700,00
Lainnya
Total Pendapatan Transfer 2.097.621.558.980,00 1.838.998.628.669,00

Catatan :
Transfer dari Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan, TA 2009 sebesar
Rp2.093.556.408.980,00, dan melampaui target sebesar
Rp44.116.003.766,00 atau 2,15%. Pelampauan tersebut disebabkan bahwa
Pemerintah Provinsi Jawa Timur mendapatkan Reward atas ketepatan
penetapan Peraturan Daerah APBD dan perolehan opini Wajar Dengan
Pengecualian (WDP) sebesar Rp26.509.541.000,00. Dan penerimaan tersebut

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
120

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
merupakan tambahan potensi yang digunakan untuk membiayai belanja
langsung pada SKPD (Tahun Anggaran 2010).

i) Transfer Pemerintah Pusat-Dana Perimbangan


Transfer Pemerintah Pusat-Dana Perimbangan sebesar
Rp2.093.556.408.980,00 dari target yang direncanakan atau 102,15% dan
TA 2008 sebesar Rp1.798.151.002.969,00. Realisasi ini berasal dari (i)
Bagi Hasil Pajak; (ii) Bagi Hasil Bukan Pajak; (iii) Bagi Hasil Cukai
Hasil Tembakau; (iv) Dana Alokasi Umum; (v) Dana Alokasi Khusus.
Besarnya realisasi ini adalah sebagai berikut :
Tabel e.45 Transfer Pemerintah Pusat-Dana Perimbangan
(Dalam Rupiah)
Uraian TA 2009 TA 2008
Bagi Hasil Pajak 736.758.443.445,00 700.206.917.652,00
Bagi Hasil Bukan Pajak 39.913.879.535,00 75.083.458.317,00
Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau 180.404.736.000,00 0,00
Dana Alokasi Umum 1.118.478.350.000,00 1.022.860.627.000,00
Dana Alokasi Khusus 18.001.000.000,00 0,00
Total Pemt. Pusat-dana Perimbangan 2.093.556.408.980,00 1.798.151.002.969,00

ii) Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya


Realisasi Penerimaan Transfet Pusat-Lainnya TA 2009
Rp4.065.150.000,00 atau mencapai 100% dari target yang direncanakan
dalam P-APBD sebesar Rp0,00, dan realisasi TA 2008 sebesar
Rp40.847.625.700,00, terinci sebagai berikut :
Tabel e.46 Transfer Pemerintah Pusat-Lainnya
(Dalam Rupiah)
Uraian TA 2009 TA 2008
Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya 4.065.150.000,00 40.847.625.700,00
Total Transfer Pemt. Pusat - Lainnya 4.065.150.000,00 40.847.625.700,00

c) Lain-lain Pendapatan Yang Sah


Realisasi penerimaan Lain-lain Pendapatan yang sah, merupakan
Realisasi Pendapatan Hibah TA 2009 Rp22.032.919.470,99 atau mencapai
165,84% dari target yang direncanakan dalam P-APBD sebesar
Rp13.286.000.000,00. Hal ini berarti Pendapatan Hibah TA 2009 lebih besar
Rp8.746.919.470,99 atau 65,84%. Dan TA 2008 realisasinya sebesar
Rp23.787.468.036,00. Dengan rincian sebagai berikut :
Tabel e.47 Lain-lain Pendapatan Yang Sah
(Dalam Rupiah)
Uraian TA 2009 TA 2008
Pendapatan Hibah 22.032.919.470,99 23.787.468.036,00
Total Pendapatan Hibah 22.032.919.470,99 23.787.468.036,00

3) Penjelasan Pos-pos Belanja


Realisasi Belanja dan Transfer pada TA. 2009 sebesar
Rp7.602.038.807.526,87 apabila dihadapkan dengan anggaran sebesar

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
121

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
Rp8.395.165.214.727,00 terealisir sebesar 90,55% terdapat penghematan belanja
atau sebab lainnya sebesar Rp793.126.407.200,13. Realisasi Belanja meliputi
realisasi (i) Belanja Operasi; (ii) Belanja Modal; (iii) Belanja Tidak Terduga; dan
(iv) Belanja Transfer, sebagaimana ikhtisar berikut :
Tabel e.48 Ikhtisar Realisasi Belanja dan Transfer
(Dalam Rupiah)
Jumlah (Rp) Bertambah /(Berkurang)
Nomor
Uraian Anggaran Setelah
Urut Realisasi ( Rp ) %
Perubahan
1 2 3 4 5(=4-3) 6

2 BELANJA 5.677.962.731.582,00 4.972.599.983.086,87 (705.362.748.495,13) 87,58

2.1 Belanja Operasi 4.689.620.031.480,00 4.134.613.371.379,87 (555.006.660.100,13) 88,17

2.1.1 Belanja Pegawai 1.825.485.276.207,00 1.558.376.286.524,00 (267.108.989.683,00) 85,37

2.1.2 Belanja Barang dan Jasa 2.180.138.521.300,00 1.962.652.642.711,30 (217.485.878.589,70) 90,02

2.1.3 Bunga 296.035.973,00 296.035.973,00 - 100,00

2.1.5 Hibah 586.097.494.380,00 540.816.991.822,57 (45.280.502.557,43) 92,27

2.1.6 Bantuan Sosial 97.602.703.620,00 72.471.414.349,00 (25.131.289.271,00) 74,25

2.2 Belanja Modal 914.800.613.661,00 837.299.991.689,00 (77.500.621.972,00) 91,53

2.2.1 Belanja Tanah 40.526.033.430,00 26.618.820.180,00 (13.907.213.250,00) 65,68

2.2.2 Belanja Peralatan dan Mesin 255.591.293.252,00 241.109.481.911,00 (17.754.746.249,00) 93,05


Belanja Jalan, Irigasi dan
2.2.3 197.128.711.645,00 185.323.736.906,00 (11.804.974.739,00) 94,01
Jaringan
2.2.4 Belanja Gedung dan Bangunan 411.409.011.734,00 375.155.237.314,00 (36.253.774.420,00) 91,19

2.2.5 Belanja Aset Tetap Lainnya 10.097.563.600,00 9.045.325.378,00 (1.052.238.222,00) 89,58

2.2.6 Belanja Aset Lainnya 48.000.000,00 47.390.000,00 (610.000,00) 98,73

2.3 Belanja Tak Terduga 73.542.086.441,00 686.620.018,00 (72.855.466.423,00) 0,93

2.3.1 Belanja Tak Terduga 73.542.086.441,00 686.620.018,00 (72.855.466.423,00) 0,93

3 TRANSFER 2.717.202.483.145,00 2.629.438.824.440,00 (87.763.658.705,00) 96,77


Transfer/Bagi Hasil
3.1 Pendapatan ke 2.717.202.483.145,00 2.629.438.824.440,00 (87.763.658.705,00) 96,77
Kabupaten/Kota
Bagi Hasil Pajak ke Kabupaten
3.1.1 1.900.348.473.009,00 1.872.401.105.023,00 (27.947.367.986,00) 98,53
dan Kota
Bagi Hasil Retribusi ke
3.1.2 15.152.218.036,00 10.899.927.317,00 (4.252.290.719,00) 71,94
Kabupaten dan Kota
Transfer Bantuan Keuangan ke
3.1.3 801.701.792.100,00 746.137792.100,00 (55.564.000.000,00) 93,07
Pemerintah Daerah Lainnya
Jumlah Belanja dan Transfer 8.395.165.214.727,00 7.602.038.807.526,87 (793.126.407.200,13) 90,55

Tabel e.49 Perbandingan Belanja pada LRA dan LAK


(Dalam Rupiah)
Uraian LRA LAK Selisih Keterangan
(1) (2) (3) (4)=(2)-(3) (5)
BELANJA 4.972.599.983.086,87 4.678.202.034.260,17 294.397.948.826,70
Belanja Operasi 4.134.613.371.379,87 3.860.658.010.047,17 273.955.361.332,70
Belanja Pegawai 1.558.376.286.524,00 1.436.673.623.926,00 121.702.662.598,00 Belanja BLUD
Belanja Barang dan Jasa 1.962.652.642.711,30 1.810.695.979.949,60 151.956.662.761,70 Belanja BLUD
Bunga 296.035.973,00 - 296.035.973,00 Belanja BLUD

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
122

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
Hibah 540.816.991.822,57 540.816.991.822,57 -
Bantuan Sosial 72.471.414.349,00 72.471.414.349,00 -
Belanja Modal 837.299.991.689,00 816.857.404.195,00 20.442.587.494,00
Belanja Tanah 26.618.820.180,00 26.618.820.180,00 -
Belanja Peralatan dan Mesin 241.109.481.911,00 220.950.824.997,00 20.158.656.914,00 Belanja BLUD
Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 185.323.736.906,00 185.276.293.906,00 47.443.000,00 Belanja BLUD
Belanja Gedung dan Bangunan 375.155.237.314,00 375.155.237.314,00 -
Belanja Aset Tetap Lainnya 9.045.325.378,00 8.808.837.798,00 236.487.580,00 Belanja BLUD
Belanja Aset Lainnya 47.390.000,00 47.390.000,00 -
Belanja Tak Terduga 686.620.018,00 686.620.018,00 -
Belanja Tak Terduga 686.620.018,00 686.620.018,00 -

a) Belanja Operasi
Realisasi Belanja Operasi pada Tahun Anggaran 2009 sebesar
Rp4.134.613.371.379,87 dari anggaran yang direncanakan atau 88,16% dan
realisasi Tahun Anggaran 2008 sebesar Rp4.598.183.700.513,05, sehingga
mengalami penurunan sebesar Rp463.570.329.133,18. Realisasinya diperoleh
dari (i) Belanja Pegawai; (ii) Belanja Barang; (iii) Belanja Hibah; (iv)
Belanja Bantuan Sosial, sebagaimana terinci :

Tabel e.50 Belanja Operasi


(Dalam Rupiah)
Uraian TA 2009 TA 2008
Belanja Pegawai 1.558.376.286.524,00 1.443.479.399.210,00
Belanja Barang dan Jasa 1.962.652.642.711,30 1.311.774.041.352,00
Belanja Bunga 296.035.973,00 0,00
Belanja Hibah 540.816.991.822,57 1.283.926.009.927,05
Belanja Bantuan Sosial 72.471.414.349,00 559.004.250.024,00
Total Belanja Operasi 4.134.613.371.379,87 4.598.183.700.513,05

i) Belanja Pegawai
Realisasi Belanja Pegawai pada Tahun Anggaran 2009 sebesar
Rp1.558.376.286.524,00 atau 85,37% dan Tahun Anggaran 2008
Realisasi sebesar Rp1.443.479.399.210,00, artinya terdapat kenaikan
sebesar Rp114.896.887.314,00. Realisasinya diperoleh dari Belanja
Pegawai pada Belanja Tidak Langsung sebesar Rp1.075.189.345.905,00
dan dari Belanja Langsung sebesar Rp483.186.940.619,00, sebagaimana
terinci dibawah ini :

Tabel e.51 Belanja Pegawai


(Dalam Rupiah)
Uraian TA 2009 TA 2008
Belanja Pegawai B.Tidak Langsung
Gaji dan Tunjangan 843.369.524.277,00 730.623.900.187,00
Tambahan Penghasilan PNS 93.037.570.497,00 88.842.758.595,00
Belanja Penerimaan KDH/SKDH lainnya 16.792.000.000,00 5.064.997.165,00
Biaya Pemungutan Pajak Daerah 121.990.251.131,00 150.430.692.789,00
Belanja Tunjangan Komunikasi Intensif 0,00 10.710.450.000,00
Belanja penunjang operasional 0,00 484.300.000,00

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
123

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
Belanja Pegawai Belanja Langsung
Honorarium PNS 264.994.922.903,00 201.889.017.359,00
Honorarium Non PNS 124.314.475.716,00 151.599.906.225,00
Uang Lembur 93.877.542.000,00 80.350.189.270,00
Belanja Beasiswa Pendidikan PNS 0,00 5.012.714.500,00
Belanja Kursus, Pelatihan, Sosialisasi dan
0,00 18.470.473.120,00
Bimbingan Teknis PNS

Total Belanja Pegawai 1.558.376.286.524,00 1.443.479.399.210,00


ii) Belanja Barang Dan Jasa
Dan untuk Realisasi Belanja Barang dan Jasa Tahun Anggaran
2009 adalah sebesar Rp1.962.652.642.711,30 atau 90,02%. Bila
dibandingkan dengan realisasi Belanja Barang dan Jasa Tahun Anggaran
2008 mengalami kenaikan sebesar Rp650.878.601.359,30. Rincian
belanja barang jasa sumber dana dari subsidi / fungsional adalah sebagai
berikut :
Tabel e.52 Belanja Barang dan Jasa
(Dalam Rupiah)
Uraian TA 2009 TA 2008
Belanja Bahan Pakai Habis 289.417.257.672,00 139.896.224.646,00
Belanja Bahan/Material 96.845.351.425,00 119.987.333.083,00
Belanja Jasa Kantor 459.582.736.072,70 490.575.051.188,00
Belanja Premi Asuransi 2.642.481.837,00 3.040.185.428,00
Belanja Perawatan Kendaraan Bermotor 27.046.481.047,00 33.717.219.846,00
Belanja Cetak dan Pengadaan 76.041.602.512,00 62.624.867.908,00
Belanja Sewa Rmh/Gedung/Gudang/Park 24.512.276.521,00 15.587.330.535,00
Belanja Sewa Sarana Mobilitas 5.265.626.720,00 3.016.978.828,00
Belanja Sewa Alat Berat 147.868.200,00 1.895.171.937,00
Belanja Sewa Perlengkapan/ Pltan Ktr 7.844.979.330,00 5.039.843.955,00
Belanja Makan dan Minum 115.263.425.333,00 94.159.859.688,00
Belanja Pakaian Dinas dan Atribut 11.074.592.838,00 6.704.321.168,00
Belanja Pakaian Kerja 5.625.413.983,00 2.680.825.120,00
Belanja Pakaian khusus dan hari tertentu 7.664.132.640,00 5.591.334.230,00
363.405.482.016,00 327.087.493.792,00
Belanja Perjalanan Dinas
0,00
Belanja Beasiswa Pendidikan PNS/Non PNS 2.801.416.628,00

Belanja Kursus, Pelatihan, Sosialisasi dan Bim.Teknis 13.448.213.720,00 0,00

Belanja Perjalanan Pindah Tugas 10.750.000,00 0,00


170.000.000,00
Belanja Pemulangan Pegawai 0,00

Belanja Pemeliharaan 274.781.720.905,00 0,00

Belanja Jasa Konsultansi 85.713.048.860,00 0,00

Belanja Kesehatan Masyarakat 93.517.784.451,60 0,00

Total Belanja Brg. Dan Jasa 1.962.652.642.711,30 1.311.774.041.352,00

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
124

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
Catatan :
Belanja Barang dan Jasa yang terkait dengan Belanja Stimulan,
dianggarkan untuk pengadaan barang dan jasa yang akan diberikan atau
dibantukan kepada masyarakat dalam rangka menunjang program dan
kegiatan SKPD yang bersangkutan dan bertujuan untuk menciptakan
lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat kurang
mampu seperti pengadaan mesin jahit, alat las, peralatan tambal ban,
kambing, dll. Untuk rincian dana stimulan yang diberikan kepada
masyarakat terinci sebagaimana pada daftar terlampir (Lampiran 7).

iii) Belanja Bunga


Realisasi Belanja Bunga TA 2009 adalah sebesar
Rp296.035.973,00 atau 100% dari jumlah yang dianggarkan dalam P-
APBD sebesar Rp296.035.973,00. Sedangkan TA 2008 realisasi belanja
Bunga sebesar Rp0,00.

iv) Belanja Hibah


Realisasi Belanja Hibah TA 2009 adalah sebesar
Rp540.816.991.822,57 atau 92,27% dari jumlah yang dianggarkan dalam
P-APBD sebesar Rp586.097.494.380,00 yang berarti ada penghematan
sebesar Rp45.280.502.557,43 atau 7,73%. Sedangkan TA 2008 realisasi
belanja hibah sebesar Rp1.283.926.009.927,05 artinya mengalami
penurunan sebesar Rp743.109.018.104,48, dengan rincian sebagai
berikut :
Tabel e.53 Belanja Hibah
(Dalam Rupiah)
Uraian TA 2009 TA 2008
Belanja Hibah kepada Pemerintah Pusat 121.055.157.000,00 0,00
Belanja Hibah kepada
419.761.834.822,57 1.283.926.009.927,05
Badan/Lembaga/Organisasi Swasta
Total Belanja Hibah 540.816.991.822,57 1.283.926.009.927,05
Peruntukan atas Belanja Hibah terdiri dari Belanja Hibah
kepada Pemerintah Pusat, Bagi Hasil kepada Perusahaan
Daerah/BUMD/BUMN dan Bagi Hasil Kpd Badan/Lembaga/Organisasi,
realiasinya terinci sebagaimana daftar terlampir (Lampiran 8).

v) Belanja Bantuan Sosial


Realisasi Belanja Bantuan Sosial TA 2009 adalah sebesar
Rp72.471.414.349,00 yang berarti 74,25% dari jumlah yang dianggarkan
dalam P-APBD sebesar Rp97.602.703.620,00. Sehingga ada
penghematan dari belanja bantuan sosial sebesar Rp25.131.289.271,00
atau sebesar 25,75%. Bila dibanding dengan realisasi belanja ini TA.
2008 turun sebesar Rp486.532.835.675,00.
Realisasi Belanja ini berasal (i) Belanja Organisasi
Kemasyarakatan; (ii) Belanja bantuan kepada Partai Politik. Besarnya
belanja ini adalah sebesar :

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
125

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
Tabel e.54 Belanja Bantuan Sosial
(Dalam Rupiah)
Uraian TA 2009 TA 2008
Belanja Bantuan Sosial kpd. Organisasi
69.879.140.000,00 557.555.250.024,00
Kemasyarakatan
Belanja Bantuan kepada Partai Politik 2.592.274.349,00 1.449.000.000,00
Total Belanja Bantuan Sosial 72.471.414.349,00 559.004.250.024,00
Peruntukan atas Belanja Bantuan Sosial terdiri dari BBS.
Organisasi Sosial Kemasyarakatan dan Belanja Bantuan Partai Politik,
realiasinya terinci sebagaimana daftar terlampir (Lampiran 9).

b) Belanja Modal
Realisasi Belanja Modal TA 2009 adalah sebesar
Rp837.299.991.689,00 atau 91,53% dari jumlah yang dianggarkan dalam P-
APBD sebesar Rp914.800.613.661,00 yang berarti ada penghematan sebesar
Rp77.500.621.972,00 atau 8,47%. Bila dibandingkan dengan TA 2008
realisasi belanja modalnya naik sebesar Rp288.790.308.737,00. Besarnya
realisasi belanja modal dari sumber dana subsidi/fungsional adalah sebagai
berikut :
Tabel e.55 Belanja Modal
(Dalam Rupiah)
Uraian Tahun 2009 Tahun 2008
Belanja Modal Pengadaan Tanah 26.618.820.180,00 29.586.381.609,00
Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Berat 9.168.661.215,00 5.825.982.695,00
Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Angkutan
5.434.471.090,00 4.322.399.500,00
Darat Bermotor
Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Angkutan
22.889.900,00 14.191.400,00
Darat Tidak Bermotor
Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Angkutan di
997.095.000,00 1.055.741.500,00
Air Bermotor
Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Angkutan di
134.380.000,00 89.941.500,00
Air Bermotor
Belanja Modal Pengad. Alat Bengkel 4.579.029.915,00 3.040.769.465,00
Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Pengolahan
Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan, 4.132.636.374,00 4.460.229.575,00
Pertambangan, ESDM dan kehutanan
Belanja Modal Pengadaan Peralatan Kantor 6.805.976.686,00 4.452.606.065,00
Belanja Modal Pengadaan Perlengkapan Kantor 6.103.687.670,00 4.734.938.295,00
Belanja Modal Pengadaan Komputer 41.050.085.421,00 21.340.906.205,00
Belanja Modal Pengadaan Mebeulair 15.973.559.300,00 10.261.019.497,00
Belanja Modal Pengadaan Peralatan Dapur 3.839.500.157,00 2.227.597.823,00
Belanja Modal Pengadaan Penghias Ruangan RT 3.253.088.958,00 2.329.308.876,00
Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Studio 12.397.438.071,00 9.686.001.770,00
Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Komunikasi 2.132.092.950,00 1.228.268.985,00
Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Ukur 2.691.978.820,00 4.645.724.625,00
Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Kedokteran 109.954.791.495,00 31.388.765.688,00
Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Laboratorium 12.418.272.939,00 9.206.225.178,00

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
126

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
Belanja Modal Pengadaan Konstruksi Jalan 143.640.095.044,00 132.149.604.187,00
Belanja Modal Pengadaan Konstruksi Jembatan 25.942.834.362,00 51.277.652.658,00
Belanja Modal Peng. Konstruksi Jaringan, Inst. Air
458.536.000,00 1.319.049.400,00
dan Irigasi
Belanja Modal Pengadaan Konstruksi
Penerangan Jalan, Taman & Hutan Kota serta 12.337.848.900,00 3.063.119.483,00
Perlengkapan Jalan
Belanja Modal Pengadaan Instalasi & Jaringan
2.944.422.600,00 2.769.852.300,00
Listrik, Telepon dan Infrastuktur Lainnya
Belanja Modal Pengadaan Konstruksi/ Pembelian
375.155.237.314,00 178.485.649.840,00
Bangunan
Belanja Modal Pengadaan Buku/Kepustakaan
3.670.332.548,00 1.094.632.508,00
dan Barang Perpustakaan
Belanja Modal Pengadaan Barang bercorak
749.394.030,00 1.323.420.145,00
Kesenian, Kebudayaan & Olahraga
Belanja Modal Pengadaan Hewan/Ternak dan
4.625.598.800,00 435.308.900,00
Tanaman
Belanja Modal Pengadaan Alat-alat
19.845.950,00 17.065.400,00
Persenjataan/Keamanan
Belanja Modal Hibah/Bantuan Barang Daerah 47.390.000,00 26.677.327.880,00
Jumlah Belanja Aset Tetap 837.299.991.689,00 548.509.682.952,00
c) Belanja Tidak Terduga
Realisasi Belanja Tidak Terduga TA 2009 sebesar Rp686.620.018,00
atau 0,93% dari jumlah yang dianggarkan dalam P-APBD 2009 sebesar
Rp73.542.086.441,00. Sehingga ada penghematan belanja tidak terduga
sebesar Rp72.855.466.423,00 atau sebesar 99,07%. Sedangkan realisasi pada
TA 2008 sebesar Rp23.803.348.578,00, berarti ada penurunan sebesar
Rp23.116.728.560,00.
d) Belanja Transfer
Realisasi Belanja Transfer TA 2009 sebesar Rp2.629.438.824.440,00
atau 96,77% dan TA 2008 sebesar Rp1.469.284.197.122,00. Belanja ini
dipergunakan untuk (i) Transfer/ Bagi Hasil Pendapatan ke Kabupaten/Kota
;(ii) Transfer Bantuan Keuangan ke Pemerintah Daerah Lainnya,
sebagaimana rincian berikut :
Tabel e.56 Belanja Transfer
(Dalam Rupiah)
Uraian TA. 2009 TA. 2008
Transfer/Bagi Hasil Ke Kabupaten / Kota 1.883.301.032.340,00 1.452.594.468.910,00
Transfer Bantuan Keuangan ke Pemerintah
746.137.792.100,00 16.689.728.212,00
Daerah Lainnya
Total Belanja Transfer 2.629.438.824.440,00 1.469.284.197.122,00

i) Transfer/Bagi Hasil Pendapatan ke Kabupaten/Kota


Realisasi Belanja Bagi Hasil kepada ke Kabupaten/Kota TA
2009 sebesar Rp1.883.301.032.340,00 atau 98,32% dari jumlah yang
dianggarkan dalam P-APBD 2009 sebesar Rp1.915.500.691.045,00.
Sehingga ada penghematan atau sebab lainnya dari belanja bagi hasil

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
127

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
sebesar Rp32.199.658.705,00 atau sebesar 1,68%. Bila dibanding dengan
realisasi belanja ini TA 2008 naik sebesar Rp430.706.563.430,00.
Belanja ini dipergunakan untuk (i) Belanja Bagi Hasil Pajak Daerah
Kepada Kabupaten/Kota; (ii) Belanja Bagi Hasil Retribusi Daerah
Kepada Kabupaten/Kota. Rinciannya adalah sebagai berikut :
Tabel e.57 Transfer/Bagi Hasil Pendapatan ke Kabupaten/Kota
(Dalam Rupiah)
Uraian TA 2009 TA 2008
Belanja Bagi Hasil Pajak Daerah Kepada
1.872.401.105.023,00 1.441.802.067.998,00
Kabupaten / Kota
Belanja Bagi Hasil Retribusi Daerah
10.899.927.317,00 10.792.400.912,00
Kepada Kabupaten/ Kota
Total Belanja Bagi Hasil Kab/ Kota 1.883.301.032.340,00 1.452.594.468.910,00

ii) Transfer Bantuan Keuangan ke Pemerintah Daerah Lainnya


Realisasi Belanja Keuangan kepada Pemprop/Kab./Kota dan
Pemerintah desa TA 2009 sebesar Rp746.137.792.100,00 atau 93,07%
dari jumlah yang dianggarkan dalam P-APBD 2009 sebesar
Rp801.701.792.100,00. Sehingga ada penghematan belanja bantuan
keuangan sebesar Rp55.564.000.000,00 atau sebesar 6,93%. Bila
dibanding dengan realisasi belanja ini TA. 2008 naik sebesar
Rp729.448.063.888,00. Rinciannya adalah sebagai berikut :
Tabel e.58 Transfer Bantuan Keuangan ke Pemerintah Daerah Lainnya
(Dalam Rupiah)
Uraian TA. 2009 TA. 2008
Belanja Bantuan Keuangan kepada
725.302.089.100,00 14.404.500.000,00
Kabupaten / Kota
Belanja Bantuan Keuangan kepada
Provinsi, Pemerintah Daerah dan 20.835.703.000,00 2.285.228.212,00
Pemerintah Desa lainnya
Total Belanja Bantuan Keuangan 746.137.792.100,00 16.689.728.212,00

e) Surplus (Defisit) Anggaran


Berdasarkan realisasi Pendapatan dan realisasi Belanja TA 2009
sebagaimana telah diuraikan di atas, maka Surplus Anggaran TA 2009 adalah
sebesar Rp225.656.008.005,63 atau 13,25% dari defisit yang diperkirakan
dalam P-APBD sebesar Rp1.703.242.864.513,00.

4) Pembiayaan
Untuk memanfaatkan Surplus P-APBD Tahun Anggaran 2009 tersebut
ditempuh berbagai upaya strategis untuk mengoptimalkan pembiayaan, baik yang
bersumber dari Penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan. Dalam
pelaksanaan P-APBD Tahun Anggaran 2009, realisasi Pembiayaan (Neto) adalah
sebesar Rp1.705.342.864.512,69 yang berarti 100,12% dari jumlah yang
ditetapkan dalam P-APBD Tahun Anggaran 2009 sebesar
Rp1.703.242.864.513,00.

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
128

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
a) Penerimaan Pembiayaan
Realisasi penerimaan pembiayaan TA 2009 sebesar
Rp2.061.246.528.539,69 atau 100% dari yang ditargetkan sebesar
Rp2.061.246.528.540,00 atau realisasi penerimaan pembiayaan dari SILPA
tahun anggaran yang lalu.

i) Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Lalu (SILPA)


Realisasi penerimaan pembiayaan dari Sisa Lebih Perhitungan
Anggaran (SiLPA) Tahun Anggaran sebelumnya sebesar
Rp2.061.246.528.539,69, baik yang bersumber dari pelampauan pajak
maupun penghematan belanja atau terealisasi 100% dari jumlah yang
dianggarkan dalam P-APBD sebesar Rp2.061.246.528.540,00.
Sedangkan TA 2008, realisasi penerimaan pembiayaan dari SILPA
sebesar Rp1.277.566.811.356,22.
ii) Pencairan Dana Cadangan
Realisasi penerimaan pembiayaan Dana Cadangan Tahun
Anggaran 2009 sebesar Rp0,00. Besarnya rincian sebagai berikut:
Tabel e.59 Realisasi Penerimaan Pembiayaan Dana Cadangan
(Dalam Rupiah)
Uraian Tahun 2009 Tahun 2008
Deposito Dana Cadangan Murni 0,00 9.062.937.305,00
Deposito Dana Pilkada Gubernur 0,00 400.000.000.000,00
Bunga dalam bentuk Deposito 0,00 28.492.471.087,75
Biaya Penutupan Deposito 0,00 (50.000,00)
Bunga dalam bentuk Giro 0,00 8.799.875.296,86
Total Pencairan Dana Cadangan 0,00 446.355.233.689,61
b) Pengeluaran Pembiayaan
i) Penyertaan Modal
Realisasi pengeluaran pembiayaan Penyertaan Modal untuk
BUMD dan penambahan Investasi Non Permanen Dana Bergulir adalah
sebesar Rp350.592.000.000,00, atau 99,40% dari jumlah yang
dianggarkan dalam P-APBD TA. 2009 sebesar Rp350.692.000.000,00.
Dan Realisasi Tahun Anggaran 2008 sebesar Rp98.000.000.000,00,
berikut rinciannya:
Tabel e.60 Rincian Penyertaan Modal Investasi Permanen dan Non Permanen
(Dalam Rupiah)

Uraian Realisasi 2009 Realisasi 2008

Jumlah Investasi permanen 341.942.000.000,00 74.000.000.000,00


PT. Askrida 5.000.000.000,00 0,00
PT. BPR JATIM 10.000.000.000,00 4.000.000.000,00
PT. Jatim Marga Utama 7.500.000.000,00 0,00
PT. Petrogas Jatim Utama 30.000.000.000,00 0,00
PT. Jatim Investment Management 5.000.000.000,00 0,00
PT . Jatim Ghra Utama 234.942.000.000,00 70.000.000.000,00
PT. Jamkrida Jatim 49.500.000.000,00 0,00

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
129

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________

Jumlah Investasi Non Permanen 8.650.000.000,00 24.000.000.000,00


- Dinas Koperasi & UKM 8.250.000.000,00 8.250.000.000,00
- Dinas Perikanan dan Kelautan 400.000.000,00 800.000.000,00
- PT. BPR Jatim (Biro Perekonomian) 0,00 4.500.000.000,00
- UKMK PT. Bank Jatim (Biro Perekonomian) 0,00 8.000.000.000,00
- Badan Ketahanan Pangan 0,00 2.450.000.000,00

Jumlah Investasi TA-2009 350.592.000.000,00 98.000.000.000,00

ii) Pembayaran Utang Pokok yang Jatuh Tempo


Realisasi pengeluaran pembiayaan pembayaran utang pokok
yang jatuh tempo tahun 2009 sebesar Rp5.311.664.027,00 merupakan
hutang jangka panjang oleh Rumah Sakit Daerah Provinsi Jawa Timur
yaitu :
Tabel e.61 Pembayaran Utang Pokok Yang Jatuh Tempo
(Dalam Rupiah)
Uraian Tahun 2009 Tahun 2008
RSUD Dr Soetomo Surabaya 1.871.664.027,00 0,00
RSUD Dr. Saiful Anwar 3.440.000.000,00 0,00
Total 5.311.664.027,00 0,00
Realisasi pembayaran utang pokok ini dianggarkan pada
RSUD Dr Soetomo Surabaya dan RSUD Dr. Saiful Anwar yang sudah
berstatus sebagai Badan Layanan Umum (BLU), sehingga tidak
mempengaruhi aliran kas dari aktivitas pembiayaan pada Laporan Arus
Kas.

5) S I L P A
a) Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA)
Berdasarkan realisasi Surplus Anggaran sebesar
Rp225.656.008.005,63 dan realisasi Pembiayaan Neto pada TA 2009 sebesar
Rp1.705.342.864.512,69 sebagaimana yang diuraikan diatas, maka dalam
pelaksanaan P-APBD TA 2009 terdapat Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran
(SILPA) sebesar Rp1.930.998.872.518,32. Bila dibanding dengan SILPA
TA. 2008 menurun sebesar Rp130.247.656.021,37 dan berikut ringkasan
perolehan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) TA 2009 dan TA 2008:
Tabel e.62 Ringkasan Perolehan SILPA
(Dalam Rupiah)
Uraian Jumlah TA 2009 Jumlah TA 2008
- Realisasi Penerimaan 7.827.694.815.532,50 7.075.105.412.658,91
- Realisasi Pengeluaran 7.602.038.807.526,87 6.639.780.929.165,05
Surplus/ Defisit
Anggaran 225.656.008.005,63 435.324.483.493,86
Pembiayaan :
- Realisasi Penerimaan 2.061.246.528.539,69 1.723.922.045.045,83
- Realisasi Pengeluaran 355.903.664.027,00 98.000.000.000,00
Pembiayaan Neto 1.705.342.864.512,69 1.625.922.045.045,83

Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) 1.930.998.872.518,32 2.061.246.528.539,69

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
130

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
Dan Rincian Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) Tahun
Anggaran 2009 lihat pada Daftar Lampiran 10.

Penjelasan Atas Pos-pos Laporan Arus Kas


1) Ikhtisar Laporan Arus Kas
a) Saldo Awal Kas
Saldo awal Kas di Kas Daerah per 1 Januari 2009 sebesar
Rp2.015.893.032.487,24. Saldo tersebut merupakan saldo Akhir Kas di Kas
Daerah (BUD) per 31 Desember 2008 sebesar Rp2.007.849.923.476,24
ditambah dengan Kas Bendahara Pengeluaran sebesar Rp8.043.109.011,00.
Rincian Saldo Awal Kas Daerah adalah sebagai berikut :
Tabel e.63 Saldo Awal Kas
(Dalam Rupiah)
Uraian TA 2009 TA 2008
Kas di Kas daerah 2.007.849.923.476,24 1.237.638.636.382,43
Kas di Bendahara Pengeluaran 8.043.109.011,00 4.672.154.143,00
Saldo Awal Kas di BUD 2.015.893.032.487,24 1.242.310.790.525,43
b) Perubahan Kas
Kenaikan (penurunan) kas dari berbagai aktivitas Pemerintah
Provinsi Jawa Timur sepanjang TA 2009 dan TA 2008 adalah sebagai
berikut:
Tabel e.64 Perubahan Kas
(Dalam Rupiah)
URAIAN Tahun 2009 Tahun 2008

Kenaikan (Penurunan) Aktivitas Operasi 1.043.874.173.384,39 954.984.053.278,20


Kenaikan (Penurunan) Aktivitas Inves.Aset
(815.430.117.181,00) (529.757.045.006,00)
Non Keuangan
Kenaikan (Penurunan) Aktivitas
(350.592.000.000,00) 348.355.233.689,61
Pembiayaan
Kenaikan (Penurunan) Aktivitas Non
28.618.769.846,20 0,00
Anggaran

Kenaikan (Penurunan) Kas (93.529.173.950,41) 773.582.241.961,81

c) Saldo Akhir Kas


Saldo Akhir Kas per 31 Desember 2009 sebesar
Rp1.959.934.255.142,48 merupakan kas Pemerintah Daerah yang tersedia
dan siap digunakan untuk membiayai aktivitas Pemerintah Daerah tahun
berikutnya dengan rincian:
Tabel e.65 Saldo Akhir Kas
(Dalam Rupiah)
Uraian TA. 2009 TA. 2008
a)
Kas di Kas Daerah 1.911.066.094.106,55 2.007.849.923.476,24
b)
Kas di Bendahara Pengeluaran 11.297.764.430,28 8.043.109.011,00
1.Saldo Akhir Kas di BUD 1.922.363.858.536,83 2.015.893.032.487,24

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
131

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
2.Kas di Bendahara Pengeluaran 1.330.017.291,06 1.345.404.674,00
c)
Kas Bend. Pengeluaran (Jasa Giro) 1.349.360,01 0,00
d)
PFK di Bendahara Pengeluaran (GU) 1.328.667.931,05 1.345.404.674,00

e)
3.Saldo Akhir Kas di B.Penerimaan 25.410.333,10 526.126.759,00

4.Saldo Akhir Kas di Rekening


)
Fungsional RS f 36.214.968.981,49 45.353.496.052,45

Saldo Akhir Kas (1+2+3+4) 1.959.934.255.142,48 2.063.118.059.972,69

Keterangan :
a) Kas di Kas Daerah, merupakan saldo di rekening BUD per 31 Desember
2009 sebesar Rp1.911.066.094.106,55 yang terdiri atas :
Tabel e.66 Saldo di Rekening BUD per 31 Desember 2009
(Dalam Rupiah)
No. Rekening Bank Nominal
1. 0011000477 1.883.486.139.106,55
2. 0011218628 60.979.232,00
3. 0011218652 27.464.198.116,00
4. 0011218687 54.777.652,00
Jumlah 1.911.066.094.106,55
b) Kas di Bendahara Pengeluaran, merupakan Sisa Belanja Tahun Anggaran
2009 yang disetorkan pada bulan Januari 2010 dari
dinas/badan/kantor/Biro sebesar Rp11.297.764.430,28. Rinciannya lihat
pada Daftar Lampiran 11;
c) Kas di Bendahara Pengeluaran atas Jasa Giro yang belum dipindahbukukan
pada rekening koran Bendahara Pengeluaran Biro Administrasi
Pemerintahan Umum sebesar Rp1.349.360,01;
d) PFK di Bendahara Pengeluaran (GU), merupakan saldo PFK-GU per 31
Desember 2009 yang belum disetorkan sebesar Rp1.328.667.931,05,
dengan rincian :
Tabel e.67 Saldo PFK di Bendahara Pengeluaran (GU) per 31 Desember 2009
(Dalam Rupiah)
Instansi Rupiah
1. Dinas Pendidikan 288.644.542,55
2. RS Jiwa Menur 89.280,00
3. Bapeprov 244.742.773,00
4. Badan Lingkungan Hidup 23.966.840,00
5. Dinas Koperasi dan UMKM 4.357.450,50
6. Badan Narkotika 89.955.388,00
7. Biro Perekonomian 653.695.906,00
8. Biro Adm Kesra 92.915,00
9. Biro Humas dan Protokol 22.982.149,00
10. Balitbang 140.687,00
JUMLAH 1.328.667.931,05

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
132

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
e) Saldo Akhir Kas di Bendahara Penerimaan atas Pendapatan yang
ditangguhkan sebesar Rp25.410.333,10 merupakan penerimaan yang
belum disetor ke kas daerah per 31 Desember 2009 pada Dinas Kehutanan
sebesar Rp5.753.490,00 dan Dinas Koperasi dan UMKM sebesar
Rp19.656.843,10;
f) Saldo Akhir Kas di Fungsional Rumah Sakit, merupakan Saldo di
Bendahara Penerimaan Rumah Sakit per 31 Desember 2009 sebesar
Rp36.214.968.981,49. Rinciannya lihat pada Daftar Lampiran 12.

2) Penjelasan Atas Pos Laporan Arus Kas


Aktivitas yang tersajikan dalam Laporan Arus Kas Daerah adalah
aktivitas arus kas masuk dan keluar melalui Kas Daerah. Aktivitas yang
dilakukan melalui rekening Fungsional Rumah Sakit dikeluarkan. Penjelasan atas
Laporan Arus Kas Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2009
diuraikan sebagai berikut :
a) Arus Kas Dari Aktivitas Operasi
Arus Kas dari Aktivitas Operasi menjelaskan aktivitas penerimaan
dan pengeluaran kas untuk kegiatan operasional Pemerintah Provinsi Jawa
Timur selama satu periode yang berakhir 31 Desember 2009. Arus Kas
Bersih dari Aktivitas Operasi adalah sebesar Rp1.043.874.173.384,39.
Jumlah tersebut berasal dari :
Tabel e.68 Arus Kas Dari Aktivitas Operasi
(Dalam Rupiah)
Uraian Tahun 2009 Tahun 2008
Arus Kas Masuk 7.534.657.627.889,56 6.819.117.302.174,25
Dikurangi Arus Kas Keluar 6.490.783.454.505,17 5.864.133.248.896,05
Arus Kas Bersih 1.043.874.173.384,39 954.984.053.278,20

Terdapat kenaikan Arus Kas Bersih pada tahun 2009 dibanding tahun
2008. Kenaikan ini disebabkan penurunan Arus Kas Keluar lebih rendah
dibanding dengan kenaikan Arus Masuk. Kenaikan Arus Kas Bersih dari
Aktivitas Operasi TA 2009 sebesar Rp88.890.120.106,19 atau 9,31%
dibanding dengan tahun 2008. Sehingga atas kenaikan Arus Kas Bersih dari
Aktivitas Operasi, dalam TA 2009 Pemerintah Provinsi Jawa Timur dapat
mendanai seluruh aktivitas operasi dari penerimaan operasinya. Dan berikut
rincian arus kas dari aktivitas operasi :
i) Pendapatan Daerah
Arus Kas Masuk pada aktivitas Operasi selama TA 2009
sebesar Rp7.534.657.627.889,56 mengalami kenaikan dibanding TA
2008 sebesar Rp715.540.325.715,31, berikut rinciannya :
Tabel e.69 Arus Kas Masuk pada Aktivitas Operasi
(Dalam Rupiah)
Uraian Tahun 2009 Tahun 2008
Pendapatan :
Pajak Daerah 4.891.816.302.939,00 4.481.791.543.639,05
Retribusi Daerah 75.609.005.674,00 61.050.477.348,00
Hsl. Pengelolaan Key. Drh. Yg. dipshkan 227.446.225.641,31 195.402.283.657,46

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
133

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
Lain-lain PAD yg. Sah 220.131.615.184,26 218.086.900.824,74
Dana Bagi Hasil Pajak 736.758.443.445,00 700.206.917.652,00
Dana Bagi Hasil bkn. Pajak (SDA) 220.318.615.535,00 75.083.458.317,00
Dana Alokasi Umum 1.118.478.350.000,00 1.022.860.627.000,00
Dana Alokasi Khusus 18.001.000.000,00 40.847.625.700,00
Pendapatan Hibah 22.032.919.470,99 23.787.468.036,00
Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 4.065.150.000,00 0,00
Jumlah Penerimaan 7.534.657.627.889,56 6.819.117.302.174,25
(1) Penerimaan Pajak
Penerimaan Perpajakan pada TA 2009 sebesar
Rp4.891.816.302.939,00 terdiri dari Penerimaan Pajak Kendaraan
Bermotor, Bea Bahan Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan Bakar
Kendaraan Bermotor, Pajak Air Permukaan dan Pajak Air Bawah
Tanah.
Tabel e.70 Penerimaan Pajak Daerah
(Dalam Rupiah)
Uraian TA 2009 TA 2008
Pajak Kendaraan Bermotor 2.068.031.124.399,00 1.697.833.590.803,00
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor 1.789.318.491.659,00 1.722.665.636.915,00
Pajak Bahan Bakar Kend. Bermotor 996.915.175.317,00 1.024.222.886.130,05
Pajak Air Permukaan 18.651.017.292,00 18.830.771.512,00
Pajak Air Bawah Tanah 18.900.494.272,00 18.238.658.279,00
Total Penerimaan Pajak 4.891.816.302.939,00 4.481.791.543.639,05
(2) Retribusi Daerah
Penerimaan Retribusi Daerah TA 2009 sebesar
Rp75.609.005.674,00 terdiri dari Penerimaan Retribusi Jasa Umum,
Retribusi Jasa Usaha dan Retribusi Perijinan Tertentu.
Tabel e.71 Penerimaan Retribusi Daerah
(Dalam Rupiah)
Uraian TA 2009 TA 2008
Retribusi Jasa Umum 22.029.417.784,00 11.704.537.895,00
Retribusi Jasa Usaha 34.774.561.370,00 33.733.859.317,00
Retribusi Perijinan Tertentu 18.805.026.520,00 15.612.080.136,00
Total Penerimaan Retribusi 75.609.005.674,00 61.050.477.348,00
(3) Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan
Penerimaan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang
dipisahkan TA 2009 sebesar Rp227.446.225.641,31 terdiri dari
Penerimaan Bagian Laba atas Penyertaan Modal pada BUMD dan
Bagian Laba atas Penyertaan Modal pada Perusahaan Patungan/ Milik
Swasta.
Tabel e.72 Penerimaan Hasil Pengelolaan Kekayaan
Daerah Yang Dipisahkan
(Dalam Rupiah)
Uraian TA 2009 TA 2008
Bagian Laba atas Penyertaan Modal -
pada Perusahaan Daerah (BUMD) 222.370.877.016,10 190.632.165.167,46

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
134

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
Bagian Laba atas Penyertaan Modal -
pada Perusahaan Patungan/Milik Swasta 5.075.348.625,21 4.770.118.490,00
Total Hsl. Kekayaan. Drh. yg. dipshkan 227.446.225.641,31 195.402.283.657,46

(4) Lain-lain PAD yang Sah


Penerimaan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah TA
2009 sebesar Rp220.131.615.184,26, rinciannya sebagai berikut :
Tabel e.73 Penerimaan Lain-lain PAD Yang Sah
(Dalam Rupiah)
Uraian TA 2009 TA 2008
Hsl. Penj. Aset Drh. Yg. Tdk. Dipisahkan 0,00 352.140.000,00
Jasa Giro 137.885.783.790,70 88.250.651.551,77
Tuntutan Ganti Rugi (TGR) 200.838.550,00 83.460.700,00
Komisi, Potongan dll. 0,00 15,00
Pendapatan denda atas keterlambatan
14.224.765.412,00 17.869.909.208,90
pelaksanaan pekerjaan
Pendapatan denda Pajak 26.586.997.469,00 71.284.195.265,00
Pendapatan Hasil Eksekusi atas Jaminan 26.750.000,00 0,00
Pendapatan dari Pengembalian 15.139.283.940,57 408.925.843,00
Pendapatan dari penyelenggaraan
864.680.768,00 839.748.850,00
Pendidikan dan pelatihan
Pendapatan Sewa 635.056.189,00 434.709.531,00
Pengelolaan/ Pembuangan Limbah 0,00 0,00
Jasa Pelayanan 1.648.761.052,00 0,00
Penerimaan Lain-lain 22.918.698.012,99 38.563.159.860,07
Total Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yg
220.131.615.184,26 218.086.900.824,74
Sah

(5) Dana Bagi Hasil Pajak


Penerimaan dari Dana Bagi Hasil Pajak TA 2009 sebesar
Rp736.758.443.445,00 lebih besar dibanding TA 2008 yaitu sebesar
Rp700.206.917.652,00.

(6) Dana Bagi Hasil Bukan Pajak


Penerimaan dari Dana Bagi Hasil Bukan Pajak TA 2009
sebesar Rp220.318.615.535,00 lebih besar dibanding TA 2008 yaitu
sebesar Rp75.083.458.317,00. Dan Penerimaan TA 2009 tersebut
terdiri dari :
Tabel e.74 Penerimaan Dana Bagi Hasil Bukan Pajak
(Dalam Rupiah)
Uraian TA 2009 TA 2008
Sumber Daya Alam 39.913.879.535,00 75.083.458.317,00
Hasil Cukai Tembakau 180.404.736.000,00 0,00

Jumlah 220.318.615.535,00 75.083.458.317,00

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
135

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
(7) Dana Alokasi Umum (DAU)
Penerimaan Dana Alokasi Umum TA 2009 sebesar
Rp1.118.478.350.000,00 lebih besar dibanding TA 2008 yaitu sebesar
Rp1.022.860.627.000,00.

(8) Dana Alokasi Khusus


Penerimaan Dana Alokasi Khusus TA 2009 sebesar
Rp18.001.000.000,00 lebih besar dibanding TA 2008 yaitu sebesar
Rp0,00.

(9) Pendapatan Hibah


Penerimaan Dana Hibah TA 2009 sebesar
Rp22.032.919.470,99 dan lebih kecil dibanding TA 2008 sebesar
Rp23.787.468.036,00.

(10) Dana Penyesuaian


Penerimaan Dana Penyesuaian TA 2009 sebesar
Rp4.065.150.000,00 lebih kecil dibanding TA 2008 sebesar
Rp40.847.625.700,00.

ii) Belanja Daerah


Arus Kas Keluar dari aktivitas Operasi TA 2009 sebesar
Rp6.490.783.454.505,17 mengalami kenaikan dibanding TA 2008
sebesar Rp5.864.133.248.896,05 dengan rincian :
Tabel e.75 Penerimaan Dana Bagi Hasil Bukan Pajak
(Dalam Rupiah)
Belanja : Tahun 2009 Tahun 2008
Belanja Pegawai 1.436.673.623.926,00 1.344.594.972.791,00
Belanja Barang dan Jasa 1.810.695.979.949,60 1.183.520.470.454,00
Belanja Hibah 540.816.991.822,57 1.283.926.009.927,05
Belanja Bantuan Sosial 72.471.414.349,00 559.004.250.024,00
Belanja Bagi Hasil ke Kab/ Kota 1.883.301.032.340,00 1.452.594.468.910,00
Belanja Bantuan Keuangan 746.137.792.100,00 16.689.728.212,00
Belanja Tidak Terduga 686.620.018,00 23.803.348.578,00
Jumlah Belanja 6.490.783.454.505,17 5.864.133.248.896,05

(1) Belanja Pegawai


Belanja Pegawai merupakan gabungan dari belanja tidak
langsung dan belanja langsung Tahun 2009 sebesar
Rp1.436.673.623.926,00 lebih besar dibanding TA 2008 sebesar
Rp1.344.594.972.791,00, berikut rinciannya :
Tabel e.76 Belanja Pegawai
(Dalam Rupiah)
Uraian TA 2009 TA 2008
Belanja Tidak Langsung :
Gaji dan Tunjangan 843.369.524.277,00 730.623.900.187,00
Tambahan Pengasilan PNS 93.037.570.497,00 88.842.758.595,00

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
136

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
Belanja Penerimaan KDH/WKDH lainnya 16.792.000.000,00 5.064.997.165,00
Biaya Pemungutan Pajak Daerah 121.990.251.131,00 150.430.692.789,00
Belanja Tunj. Komunikasi Intensif 0,00 10.710.450.000,00
Belanja Penunjang Operasional 0,00 484.300.000,00
Total Belanja Tidak Langsung 1.075.189.345.905,00 986.157.098.736,00
Belanja Langsung :
Honorarium PNS 153.896.166.005,00 113.877.011.580,00
Honorarium Non PNS 115.591.348.016,00 144.779.696.085,00
Uang Lembur 91.996.764.000,00 78.817.508.770,00
Belanja Beasiswa Pendidikan PNS 0,00 3.956.907.500,00
Belanja Kursus, Pelatihan, Sosialisasi dan
0,00 17.006.750.120,00
Bimbingan Teknis PNS
Total Belanja Langsung 361.484.278.021,00 358.437.874.055,00
Total Belanja Pegawai 1.436.673.623.926,00 1.344.594.972.791,00

(2) Belanja Barang dan Jasa


Belanja Barang dan Jasa TA 2009 sebesar
Rp1.810.695.979.949,60 lebih besar dibanding TA 2008 sebesar
Rp1.183.520.470.454,00, berikut rinciannya :
Tabel e.77 Belanja Barang dan Jasa
(Dalam Rupiah)
Uraian TA 2009 TA 2008
Belanja Bahan Pakai Habis 252.738.765.054,00 109.316.619.663,00
Belanja Bahan/Material 67.997.153.298,00 88.233.247.730,00
Belanja Jasa Kantor 449.861.207.031,00 454.919.466.886,00
Belanja Premi Asuransi 2.498.125.896,00 3.040.185.428,00
Belanja Perawatan Kendaraan Bermotor 25.420.279.238,00 31.696.803.523,00
Belanja Cetak dan Pengadaan 72.043.202.704,00 58.520.486.217,00
Belanja Sewa Rmh/Gedung/Gudang/Park 24.463.556.521,00 15.580.610.535,00
Belanja Sewa sarana Mobiltas 5.256.126.720,00 2.999.178.828,00
Belanja sewa Alat Berat 147.868.200,00 1.895.171.937,00
Belanja Sewa Perlengkapan/ Pltan Ktr 6.788.127.700,00 5.025.786.155,00
Belanja Makan dan Minum 87.781.472.559,00 74.997.292.758,00
Belanja Pakaian Dinas dan Atribut 10.643.954.963,00 5.857.638.068,00
Belanja Pakaian Kerja 4.542.295.188,00 1.651.641.070,00
Belanja Pakaian khusus dan hari tertentu 7.204.899.240,00 5.357.438.830,00
Belanja Perjalanan Dinas 360.123.270.176,00 324.258.902.826,00
Belanja Beasiswa Pendidikan PNS/Non PNS 1.624.664.628,00 0,00
Belanja Kursus, Pelatihan, Sosialisasi dan
11.536.318.120,00 0,00
Bimbingan Teknis
Belanja Perjalanan Pindah Tugas 10.750.000,00 0,00
Belanja Pemulangan Pegawai 0,00 170.000.000,00
Belanja Pemeliharaan 243.791.904.452,00 0,00
Belanja Jasa Konsultasi 82.704.253.810,00 0,00
Belanja Kesehatan Masyarakat 93.517.784.451,60 0,00
Total Belanja Brg. Dan Jasa 1.810.695.979.949,60 1.183.520.470.454,00

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
137

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________

(3) Belanja Hibah


Belanja Hibah kepada Badan/Lembaga dan Organisasi Swasta
TA 2009 sebesar Rp540.816.991.822,57 lebih kecil dibanding TA
2008 sebesar Rp1.283.926.009.927,05.

(4) Belanja Bantuan Sosial


Belanja Bantuan Sosial Sosial kepada Organisasi
Kemasyarakatan dan Organisasi Partai Politik TA 2009 sebesar
Rp72.471.414.349,00 lebih kecil dibanding TA 2008 sebesar
Rp559.004.250.024,00, dengan rincian sebagai berikut :
Tabel e.78 Belanja Bantuan Sosial
(Dalam Rupiah)
Uraian TA 2009 TA 2008
Belanja Bansos Sosial kpd. Org. Kemasy. 69.879.140.000,00 557.555.250.024,00
Belanja Banruan kepada Partai Politik 2.592.274.349,00 1.449.000.000,00
Total Belanja Bantuan Sosial 72.471.414.349,00 559.004.250.024,00

(5) Belanja Bagi Hasil ke Kabupaten/Kota


Belanja Bantuan Bagi Hasil Pajak Daerah Kepada Kabupaten /
Kota dan Bagi Hasil Retribusi Daerah Kepada Kabupaten/ Kota TA
2009 sebesar Rp1.883.301.032.340,00 lebih kecil dibanding TA 2008
sebesar Rp1.452.594.468.910,00, dengan rincian sebagai berikut :
Tabel e.79 Belanja Bagi Hasil ke Kabupaten/Kota
(Dalam Rupiah)
Uraian TA 2009 TA 2008
Belanja Bagi Hasil Pajak Drh Kep. Kab./ Kota 1.872.401.105.023,00 1.441.802.067.998,00
Belanja Bagi Hasil Retribusi Drh Kep.Kab./ Kota 10.899.927.317,00 10.792.400.912,00
Total Belanja Bagi Hasil Kab/ Kota 1.883.301.032.340,00 1.452.594.468.910,00

(6) Belanja Bantuan Keuangan


Belanja Bantuan Keuangan diberikan kepada Kabupaten / Kota
dan Pemerintah Desa lainnya TA 2009 sebesar Rp746.137.792.100,00
lebih besar dibanding TA 2008 sebesar Rp16.689.728.212,00.
Tabel e.80 Belanja Bantuan Keuangan
(Dalam Rupiah)
Uraian TA. 2009 TA. 2008
Belanja Bantuan Keuangan kep. Kab. / Kota 725.302.089.100,00 14.404.500.000,00
Belanja Bantuan Keuangan kepada Provinsi,
20.835.703.000,00 2.285.228.212,00
Pemerintah Daerah dan Pemerintah Desa lainnya
Total Bantuan Keuangan 746.137.792.100,00 16.689.728.212,00

(7) Belanja Tidak Terduga


Belanja Tidak Terduga TA 2009 sebesar Rp686.620.018,00
lebih kecil dibanding TA 2008 sebesar Rp23.803.348.578,00.

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
138

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
b) Arus Kas Dari Aktivitas Investasi Aset Non Anggaran
Arus Kas dari Aktivitas Investasi Aset Non Keuangan menjelaskan
aktivitas yang mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas netto dalam
rangka perolehan dan pelepasan sumber daya ekonomi yang bertujuan untuk
meningkatkan dan mendukung pelayanan pemerintah kepada masyarakat di
masa yang akan datang. Aktivitas Investasi Aset Non keuangan pada TA
2009 menunjukkan arus kas keluar netto sebesar minus
Rp815.430.117.181,00. Jumlah tersebut berasal dari :
Tabel e.81 Arus Kas Dari Aktivitas Investasi Aset Non Anggaran
(Dalam Rupiah)
Uraian Tahun 2009 Tahun 2008
Arus Kas Masuk 1.427.287.014,00 442.962.279,00
Dikurangi Arus Kas Keluar 816.857.404.195,00 530.200.007.285,00
Arus Kas Bersih (815.430.117.181,00) (529.757.045.006,00)

Arus Kas Bersih pada TA 2009 dibanding TA 2008, mengalami


kenaikan sebesar Rp285.673.072.175,00, sehingga atas Arus Kas Bersih dari
Aktivitas Investasi Aset Non Keuangan dalam tahun 2009, Pemerintah
Provinsi Jawa Timur terdapat penambahan Aset. Dan berikut rincian Arus
Kas dari Aktivitas Investasi Aset Non Keuangan :

i) Penjualan Aset Tetap


Pada Arus Kas Masuk merupakan Pendapatan Penjualan Aset
Tetap, yang berasal dari penjualan aset yang rusak atau berlebihan.
Pendapatan yang berasal dari Penjualan Aset Tetap pada TA 2009 adalah
sebesar Rp1.427.287.014,00 dengan rincian sebagai berikut :
Tabel e.82 Pendapatan Penjualan Aset Tetap
(Dalam Rupiah)
Uraian Tahun 2009 Tahun 2008
Penjualan atas Tanah 347.396.034,00 403.312.279,00
Penjualan atas Peralatan & Mesin 29.660.000,00 24.400.000,00
Penjualan atas Gedung & Bangunan 109.703.500,00 15.250.000,00
Penjualan atas Aset Tetap Lainnya 940.527.480,00 0,00
Jumlah Penerimaan atas Penjualan 1.427.287.014,00 442.962.279,00
Pendapatan ini pada TA 2009 lebih besar Rp984.324.735,00 dari
TA 2008.

ii) Belanja Modal


Belanja Modal pada TA 2009 adalah sebesar
Rp816.857.404.195,00 dengan rincian sebagai berikut :
Tabel e.83 Belanja Modal
(Dalam Rupiah)
Uraian Tahun 2009 Tahun 2008
Belanja Modal Tanah 26.618.820.180,00 29.586.381.609,00
Belanja Modal Peralatan & Mesin 220.950.824.997,00 102.196.546.775,00
Belanja Modal Gedung & Bangunan 375.155.237.314,00 178.485.649.840,00
Belanja Modal Jalan,Irigasi & Bangunan 185.276.293.906,00 190.579.278.028,00

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
139

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
Belanja Modal Aset Tetap Lainnya 8.808.837.798,00 2.674.823.153,00
Belanja Aset Lainnya 47.390.000,00 26.677.327.880,00
Jumlah Belanja Aset Tetap 816.857.404.195,00 530.200.007.285,00
Belanja ini pada TA 2009 lebih besar Rp286.657.396.910,00 dari
TA 2008.

Dengan Arus Kas Masuk Bersih dari Aktivitas Operasi sebesar


Rp1.043.874.173.384,39 dan Arus Kas Bersih Keluar dari Aktivitas Aset
Nonkeuangan minus sebesar Rp815.430.117.181,00 mengakibatkan Surplus
Anggaran sebesar Rp228.444.056.203,39.
Dan bila dibandingkan dengan Surplus Anggaran Laporan Realisasi
Anggaran (LRA) sebesar Rp225.656.008.005,63, terdapat selisih
Rp2.788.048.197,76. Perbedaan ini disebabkan belanja dana Fungsional Rumah
Sakit tidak melalui Kas Daerah, sehingga pada arus kas tidak nampak, terinci
sebagai berikut :
Tabel e.84 Ikhtisar Perbedaan Arus Kas dan Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
(Dalam Rupiah)

IKTHISAR PERBEDAAN ARUS KAS & LAPORAN REALISASI ANGGARAN (LRA)

Uraian Laporan Arus Kas LRA Thn. 2009

Kas Masuk/ Penerimaan 1.043.874.173.384,39 7.827.694.815.532,50


Kas Keluar/ Pengeluaran 815.430.117.181,00 7.602.038.807.526,87
Surplus Anggaran 228.444.056.203,39 225.656.008.005,63

c) Arus Kas Dari Aktivitas Pembiayaan


Arus Kas dari Aktivitas Pembiayaan menjelaskan aktivitas
penerimaan dan pengeluaran kas sehubungan dengan pendanaan defisit atau
penggunaan surplus anggaran yang bertujuan untuk memprediksi klaim
(tuntutan) pihak lain terhadap arus kas Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan
tuntutan Pemerintah Provinsi Jawa Timur terhadap pihak lain dimasa yang
akan datang. Jumlah Pembiayaan Netto dalam TA 2009 adalah sebesar minus
Rp350.592.000.000,00. Jumlah tersebut berasal dari :
Tabel e.85 Arus Kas Dari Aktivitas Pembiayaan
(Dalam Rupiah)
Uraian Tahun 2009 Tahun 2008
Arus Kas Masuk 0,00 446.355.233.689,61
Dikurangi Arus Kas Keluar 350.592.000.000,00 98.000.000.000,00
Arus Kas Bersih (350.592.000.000,00) 348.355.233.689,61
Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pembiayaan TA 2009 lebih kecil
Rp698.947.233.689,61 dari TA 2008 dan rinciannya sebagai berikut :

i) Penerimaan Pembiayaan
Penerimaan Pembiayaan dalam TA 2009 merupakan penerimaan
dari Deposito, Bunga Deposito dan Bunga Giro sebesar Rp0,00 dengan
rincian sebagai berikut :

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
140

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
Tabel e.86 Penerimaan Pembiayaan
(Dalam Rupiah)
Uraian Tahun 2009 Tahun 2008
Pencairan Dana Cadangan
Deposito Dana Cadangan Murni 0,00 9.062.937.305,00
Deposito Dana Pilkada Gubernur 0,00 400.000.000.000,00
Bunga dalam bentuk Deposito 0,00 28.492.471.087,75
Biaya Penutupan Deposito 0,00 (50.000,00)
Bunga dalam bentuk Giro 0,00 8.799.875.296,86
Penerimaan Pinjaman Daerah
Penerimaan Kembali Pinjaman LK Bukan Bank 0,00 0,00
Total Penerimaan Pembiayaan 0,00 446.355.233.689,61
ii) Pengeluaran Pembiayaan
Pengeluaran Pembiayaan pada TA 2009 sebesar
Rp350.592.000.000,00 yang digunakan untuk menambah modal pada
BUMD dan Modal Bergulir, dengan rincian sebagai berikut :
Tabel e.87 Pengeluaran Pembiayaan
(Dalam Rupiah)
Uraian Tahun 2009 Tahun 2008
Investasi Permanen :
PT. BPR Jatim 10.000.000.000,00 4.000.000.000,00
PT. Jatim Grha Utama (JGU) 234.942.000.000,00 70.000.000.000,00
PT. Jatim Invesment Management (JIM) 5.000.000.000,00 0,00
PT. Jatim Marga Utama 7.500.000.000,00 0,00
PT. Petrogas Jatim Utama 30.000.000.000,00 0,00
PT. JAMKRIDA UTAMA 49.500.000.000,00 0,00
PT. ASKRIDA 5.000.000.000,00 0,00
Investasi Non Permanen :
Biro Adm. Perekonomian (UKMK) Bank Jatim 0,00 8.000.000.000,00
Biro Adm. Perekonomian (UKMK) BPR Jatim 0,00 4.500.000.000,00
Badan Ketahanan Pangan 0,00 2.450.000.000,00
Dinas Koperasi dan UKM 8.250.000.000,00 8.250.000.000,00
Dinas Perikanan dan Kelautan 400.000.000,00 800.000.000,00
Total Pengeluaran Pembiayaan 350.592.000.000,00 98.000.000.000,00
d) Arus Kas Dari Aktivitas Non Anggaran
Arus Kas dari Aktivitas Non Anggaran mencerminkan penerimaan
dan pengeluaran kas bruto yang tidak mempengaruhi anggaran pendapatan,
belanja dan pembiayaan daerah. Arus Kas dari aktivitas nonanggaran antara
lain Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) dan Kiriman Uang.
Penerimaan PFK menggambarkan kas yang berasal dari potongan
SP2D yang dipotong untuk pihak ketiga TA 2009 sebesar
Rp254.716.904.869,00, sedangkan Kiriman uang menggambarkan Mutasi
Kas dari Rekening Bendahara Penerimaan ke Rekening Kas Daerah sebesar
Rp1.038.814.846,20, sehingga saldo akhir kas masuk sebesar
Rp255.755.719.715,20.

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
141

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
Sedangkan Pengeluaran PFK sebesar Rp227.136.949.869,00 yang
telah disetorkan dan saldo kas atas PFK yang belum disetorkan per 31
Desember 2009 sebesar Rp27.579.955.000,00 yang terdiri dari PPh 21
sebesar Rp503.499.583,00; PPh 22 sebesar Rp371.639.346,00; PPh 23
sebesar Rp4.816.472.899,00; PPn sebesar Rp21.772.921.574,00; Taperum
sebesar Rp713.487,00; IWP sebesar Rp59.428.750,00; Askes sebesar
Rp501.709,00 dan Jamsostek sebesar Rp54.777.652,00. Sehingga dalam TA
2009 Arus Kas bersih dari Aktivitas Non Anggaran adalah sebesar
Rp28.618.769.846,20. dan TA 2008 sebesar Rp0,00. Jumlah tersebut berasal
dari :

Tabel e.88 Arus Kas Dari Aktivitas Non Anggaran


(Dalam Rupiah)
Uraian Tahun 2009 Tahun 2008

Arus Kas Masuk 255.755.719.715,20 173.266.205.840,00

Dikurangi Arus Kas Keluar 227.136.949.869,00 173.266.205.840,00

Arus Kas Bersih 28.618.769.846,20 0,00


Arus Kas Bersih dari Aktivitas Nonanggaran TA. 2009 sebesar
Rp28.618.769.846,20.

i) Mutasi Kas Bendahara Penerimaan ke Kas Daerah


Arus Kas Masuk atas Mutasi Kas Bendahara Penerimaan dari 6
(enam) Rumah Sakit yang disetorkan ke Kas Daerah pada TA 2009
sebesar Rp1.038.814.846,20. Hal ini dikarenakan pada tahun 2008
terdapat kebijakan atas kas di bendahara penerimaan pada Rumah Sakit
yang telah diakui sebagai pendapatan meskipun belum disetor ke kas
daerah. Pada tahun anggaran 2009 telah disetorkan ke Kas Daerah
dengan rincian sebagai berikut :

Tabel e.89 Mutasi Kas Bendahara Penerimaan ke Kas Daerah


(Dalam Rupiah)
Uraian Tahun 2009
Rumah Sakit Batu Malang 393.943.278,00
Rumah Sakit Paru Dungus Madiun 119.981.475,00
Rumah Sakit Paru Jember 148.317.151,00
Rumah Sakit Kusta Kediri 199.127.700,00
Rumah Sakit Sumberglagah Mojokerto 177.445.242,20
Jumlah Mutasi Kas 1.038.814.846,20

ii) Perhitungan Fihak Ketiga


(1) Perhitungan Fihak Ketiga atas Kas Masuk
Arus Kas masuk ini berasal dari penerimaan Pemerintah
Daerah yang berasal dari jumlah dana yang dipotong langsung oleh PT.
Bank Jatim melalui SP2D LS, seperti potongan gaji, dan PFK lainnya
sebesar Rp254.716.904.869,00. Adapun rincian penerimaan PFK pada
TA 2009 sebagai berikut :

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
142

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
Tabel e.90 Penerimaan Perhitungan Fihak Ketiga (PFK)
(Dalam Rupiah)
Uraian Tahun 2009 Tahun 2008

Pajak Penghasilan 21 (PPh 21) 40.157.791.825,00 32.331.422.545,00

Pajak Penghasilan 22 (PPh 22) 5.608.309.321,00 3.612.055.291,00

Pajak Penghasilan 23 (PPh 23) 20.998.251.906,00 13.199.290.473,00

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 124.288.857.741,00 69.956.045.021,00

Asuransi Kesehatan (Askes) 9.406.340,00 11.549.373,00

Iuran Wajib Pegawai (IWP) 61.671.128.628,00 52.160.950.393,00

Tabungan Perumahan (Taperum) 1.792.396.487,00 1.768.994.015,00

Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) 190.762.621,00 225.898.729,00

Arus Kas Masuk 254.716.904.869,00 173.266.205.840,00

(2) Perhitungan Fihak Ketiga atas Kas Keluar


Arus Kas keluar ini berasal dari pengeluaran Pemerintah
Daerah yang berasal dari jumlah dana yang dipotong langsung oleh
Bank Jatim melalui SP2D LS, seperti potongan gaji, dan PFK lainnya
sebesar Rp227.136.949.869,00. Dan selanjutnya semua potongan PFK
tersebut disetorkan ke Pihak yang berwenang. Adapun rincian
pengeluaran PFK pada TA. 2009 sebagai berikut :
Tabel e.91 Pengeluaran Perhitungan Fihak Ketiga (PFK)
(Dalam Rupiah)
Uraian Tahun 2009 Tahun 2008
Pajak Penghasilan 21 (PPh 21) 39.654.292.242,00 32.331.422.545,00

Pajak Penghasilan 22 (PPh 22) 5.236.669.975,00 3.612.055.291,00


Pajak Penghasilan 23 (PPh 23) 16.181.779.007,00 13.199.290.473,00

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 102.515.936.167,00 69.956.045.021,00

Asuransi Kesehatan (Askes) 8.904.631,00 11.549.373,00


Iuran Wajib Pegawai (IWP) 61.611.699.878,00 52.160.950.393,00

Tabungan Perumahan (Taperum) 1.791.683.000,00 1.768.994.015,00

Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) 135.984.969,00 225.898.729,00

Arus Kas Keluar 227.136.949.869,00 173.266.205.840,00

f. PENJELASAN ATAS INFORMASI NON-KEUANGAN

1) DASAR HUKUM :
Provinsi Jawa Timur dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 2
Tahun 1950 tentang Pembentukan Provinsi Jawa Timur Juncto Undang-Undang
Nomor 18 Tahun 1950 tentang Mengadakan Perubahan dalam Undang-Undang
Tahun 1950 Nomor 2 dari hal Pembentukan Provinsi Jawa Timur (Lembaran
Negara Tahun 1950 Nomor 32).

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
143

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
2) DOMISILI :
Pemerintah Provinsi Jawa Timur berkedudukan di Jalan Pahlawan
Nomor 110 Surabaya Kelurahan Alon-Alon Contong, Kecamatan Bubutan Kota
Surabaya.

3) GEOGRAFI
Jawa Timur terletak antara 111,0' BT hingga 114,4' BT dan Garis
Lintang 7,12 LS dan 8,48 LS dengan luas wilayah 47.157,72 Km2.
Secara umum Jawa Timur dapat dibagi menjadi dua bagian utama, yaitu
Jawa Timur daratan dengan proporsi lebih luas hampir mencakup 90% dari
seluruh luas wilayah Provinsi Jawa Timur dan wilayah Kepulauan Madura yang
hanya sekitar 10 % saja.
Jawa Timur mempunyai 229 pulau terdiri dari 162 pulau bernama dan 67
pulau tak bernama, dengan panjang pantai sekitar 2.833,85 Km.
Batas-batas wilayah Provinsi Jawa Timur sebagai berikut :
Batas Daerah :
Sebelah Utara dengan Laut Jawa dan Pulau Kalimantan, Provinsi Kalimantan
Selatan
Sebelah Selatan dengan Samudra Indonesia
Sebelah Barat dengan Provinsi Jawa Tengah
Sebelah Timur dengan Selat Bali / Provinsi Bali
Tabel f.1 Luas Wilayah Jawa Timur
LUAS WILAYAH JAWA TIMUR
Pemukiman / Terbangun : 5.858,83
Persawaan : 12.034,46
Pertanian Tanah Kering : 10.332,31
Kebun Campur : 913,26
Perkebunan : 1.842,26
Hutan : 12.529,59
Rawa/ Danau/ Waduk : 112,35
Tambak/ Kolam : 732,40
Padang Rumput / Tanah Kosong : 256,38
Tanah Tandus/ Rusak. Tambang : 1.350,03
Lain- Lain : 1.192,81

4) TOPOGRAFI
Tingkat Kemiringan Dilihat dari segiTopografis, sebagian besar
wilayah daratan di Jawa Timur (39,89 %) tergolong berpermukaan datar dengan
tingkat kemiringan 0 2 %. Sedangkan ketinggian tanah sebagian besar wilayah
pada posisi 0 100 M diatas permukaan laut dengan jumlah mencapai 41,39 %
dari total wilayah Jawa Timur. Dengan kondisi tersebut dapat dinyatakan bahwa
sebagian besar wilayah berupa dataran rendah.
Tabel f.2 Topografi Luas Kemiringan Lahan
Uraian Luas kemiringan lahan (Ha)
Datar ( 0 2 ) 1.797,789,19
Bergelombang ( 3 15 % ) 1.292.207,05

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
144

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
Curam ( 16 40 % ) 447.043,03
Sangat curam ( > 40 % ) 969.155,20

Salah satu faktor penting yang mempengaruhi tingkat kesuburan tanah


adalah banyaknya gunung berapi yang masih aktif serta aliran sungai yang cukup
besar. Gunung berapi dan sungai yang lebar berfungsi sebagai sarana penyebaran
zat zat hara yang terkandung dalam material hasil letusan gunung berapi.
Provinsi Jawa Timur mempunyai 48 gunung dan beberapa diantaranya yang
masih aktif antara lain Gunung Kelud, Gunung Semeru yang mencapai
ketinggian 3.676 meter, Gunung Lamongan yang merupakan gunung terendah
dengan tinggi 1.668 meter dan gunung Bromo yang mulai kelihatan aktifitasnya.
Sementara beberapa sungai besar yang aktif ikut mentransfer tanah yang subur
diantaranya adalah sungai Brantas, sungai Bengawan Solo, Sungai Madiun,
Sungai Konto dan lainnya.

Tabel f.3 Topografi Ketinggian di atas Permukaan Laut


Uraian Ketinggian di atas permukaan laut (Ha)
0 100 M 1.950.567,16
100 500 M 1.723.862,64
500 1.000 M 447.043,03
Lebih besar dari 1.000 M 591.541,84

Desa/Kelurahan
Pembagian wilayah administrasi Pemerintah Provinsi Jawa Timur pada
tahun 2003 s/d tahun 2009 terbagi dalam 4 (empat) Badan Koordinasi Wilayah/
Pembantu Gubernur, 29 Kabupaten dan 9 Kota serta jumlah kecamatan berjumlah
642 kecamatan. Perwakilan kecamatan sejak tahun 2003 telah ditiadakan,
sebelumnya berjumlah 114, dan Kota Administratif Batu sejak tahun 2003 telah
menjadi Kota,sedang Kota Administratif Jember berdasarkan peraturan
perundangan telah dicabut dengan demikian Jember hanya sebagai Kabupaten.
Jml. kelurahan sebanyak 785 Kelurahan dan Desa sebanyak 7.680 desa.
Tabel f.4 Pembagian Wilayah Administrasi
Uraian 2007 2008 2009
Badan Koordinasi Wilayah 4 4 4
Jumlah Kabupaten 29 29 29
Jumlah Kota 9 9 9
Jumlah Kecamatan 657 657 657
Jumlah Kelurahan 784 784 784
Jumlah Desa 8.484 8.484 8.484

5) PEMERINTAHAN
Dalam penyelenggaraan pemerintahan, Negara Republik Indonesia
sebagai negara kesatuan menganut asas desentralisasi dengan memberikan
kesempatan dan kekuasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan otonomi
daerah. Karena itu, wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi dalam
Daerah Provinsi, Daerah Kabupaten dan Daerah Kota yang bersifat otonom,
termasuk di dalamnya adalah Provinsi Jawa Timur. Sesuai ketentuan UU nomor

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
145

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah yang kemudian diperbarui dengan UU
nomor 32 tahun 2004, lembaga eksekutif di Pemerintah Provinsi Jawa Timur
dipimpin oleh seorang Gubernur yang dibantu oleh seorang Wakil Gubernur
Untuk menyelenggarakan pemerintahan, Gubernur membentuk perangkat
daerah yang terdiri dari Sekretariat Daerah Provinsi, Dinas, Badan dan Kantor.
Sekretariat Daerah Provinsi dipimpin oleh seorang Sekretaris Daerah Propinsi
dan 4 orang Asisten.
Tabel f.5 Susunan instansi perangkat daerah Provinsi Jawa Timur
No. Badan/Dinas/Kantor/Biro/RS No. Badan/Dinas/Kantor/Biro/RS
1 Dinas Pendidikan 34 Biro Administrasi Pembangunan
2 Dinas Kesehatan 35 Biro Administrasi Sumber Daya Alam
3 UPT - RS. Khusus Paru - Paru Batu 36 Biro Administrasi Kesejahteraan Rakyat
4 UPT - RS. Khusus Paru Paru Jember 37 Biro Administrasi Kemasyarakatan
5 UPT - RS. Khusus Paru Paru Dungus Madiun 38 Biro Humas dan Protokol
6 UPT - RS. Khusus Kusta Kediri 39 Biro Organisasi
7 UPT - RS. Khusus Kusta Sumberglagah Mojokerto 40 Biro Keuangan (SKPD)
8 RSU. Dr. Soetomo Surabaya 41 Biro Umum
9 RSU. Dr. Saiful Anwar Malang 42 Sekretariat DPRD
10 RSU. Dr. Soedono Madiun 43 Badan Penelitian dan Pengembangan
11 RS. Haji Surabaya 44 Inspektorat Propinsi
12 RS. Jiwa Menur Surabaya 45 Dinas Pendapatan
13 Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga 46 Kantor Perwakilan Propinsi Jawa Timur
14 Dinas Pekerjaan Umum Pengairan 47 Bakorpembang Wilayah I Madiun
15 Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya & Tata Ruang 48 Bakorpembang Wilayah II Bojonegoro
16 Badan Perencanaan Pembangunan Propinsi 49 Bakorpembang Wilayah III Malang
17 Dinas Perhubungan & Lalu Lintas Angkutan Jalan 50 Bakorpembang Wilayah IV Pamekasan
18 Badan Lingkungan Hidup 51 Badan Kepegawaian Daerah
19 Badan Pemberdayaan Perempuan & KB 52 Badan Pendidikan dan Pelatihan
20 Dinas Sosial 53 Sekretariat Dewan Pengurus KORPRI
Provinsi
21 Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan 54 Badan Ketahanan Pangan
Kependudukan
22 Dinas Koperasi & Usaha Mikro, Kecil, Menengah 55 Badan Pemberdayaan Masyarakat
23 Badan Penanaman Modal 56 Dinas Komunikasi dan Informatika
24 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata 57 Sekretariat Komisi Penyiaran Indonesia
Daerah
25 Dinas Kepemudaan dan Keolahragaan 58 Badan Perpustakaan dan Kearsipan
26 Badan Kesatuan Bangsa dan Politik 59 Dinas Pertanian
27 Satuan Polisi Pamong Praja 60 Dinas Perkebunan
28 Badan Penanggulangan Bencana Daerah 61 Dinas Peternakan
29 Pelaksana Harian Badan Narkotika 62 Dinas Kehutanan
30 Biro Administrasi Pemerintahan Umum 63 Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral
31 Biro Administrasi Kerjasama 64 Dinas Perikanan dan Kelautan
32 Biro Hukum 65 Dinas Perindustrian dan Perdagangan
33 Biro Administrasi Perekonomian

6) DPRD
Dalam penyelenggaraan pemerintahan, susunan pemerintah daerah
otonom meliputi DPRD sebagai lembaga legislatif dan pemerintah daerah sebagai
lembaga eksekutif. Sesuai ketentuan UU Nomor 32 tahun 12004 tentang
Pemerintah Daerah, Untuk melaksanakan tugas dan wewenang DPRD sebagai
lembaga legislatif dibentuk unsur pimpinan, komisi-komisi, panitia dan fraksi.
Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah. Sistem
Ketatanegaraan Indonesia menganut prinsip pembagian kewenangan berdasarkan

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
146

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


_______________________________________________________________________________
asas dekonsentrasi dan desentralisasi dalam kerangka Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Daerah yang dibentuk berdasarkan asas desentralisasi dan
dekonsentrasi adalah Daerah Provinsi. Sedangkan daerah yang dibentuk
berdasarkan asas desentralisasi adalah Daerah Kabupaten dan Daerah Kota.
Di Daerah Provinsi Jawa Timur terdapat 38 Daerah, yang terdiri dari 29
Kabupaten dan 9 Kota. Nama Daerah Kabupaten/Kota itu adalah :
Tabel f.6 Daerah Kabupaten / Kota di Jawa Timur
No. Kabupaten / Kota No. Kabupaten / Kota

1 Kota Madiun 20 Kabupaten Probolinggo


2 Kabupaten Madiun 21 Kabupaten Lumajang
3 Kabupaten Ponorogo 22 Kabupaten Bojonegoro
4 Kabupaten Magetan 23 Kabupaten Tuban
5 Kabupaten Pacitan 24 Kabupaten Lamongan
6 Kabupaten Ngawi 25 Kota Surabaya
7 Kota Kediri 26 Kota Mojokerto
8 Kabupaten Kediri 27 Kabupaten Mojokerto
9 Kota Blitar 28 Kabupaten Gresik
10 Kabupaten Blitar 29 Kabupaten Jombang
11 Kabupaten Trenggalek 30 Kabupaten Sidoarjo
12 Kabupaten Tulungagung 31 Kabupaten Pamekasan
13 Kabupaten Nganjuk 32 Kabupaten Bangkalan
14 Kota Malang 33 Kabupaten Sampang
15 Kabupaten Malang 34 Kabupaten Sumenep
16 Kota Batu 35 Kabupaten Jember
17 Kota Pasuruan 36 Kabupaten Situbondo
18 Kabupaten Pasuruan 37 Kabupaten Bondowoso
19 Kota Probolinggo 38 Kabupaten Banyuwangi

_______________________________________________________________________________
Catatan atas Laporan Keuangan
147

GAMBARAN UMUM PEMERIKSAAN

1. Dasar Hukum Pemeriksaan


a. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
b. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;
c. UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negara;
d. UU Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan.

2. Tujuan Pemeriksaan
Untuk menilai kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan
yang didasarkan pada kriteria:
a. Kesesuaian dengan standar akuntansi pemerintahan dan atau prinsip-prinsip
akuntansi yang ada pada berbagai peraturan perundang-undangan;
b. Kecukupan pengungkapan (adequate disclosure);
c. Efektivitas sistem pengendalian intern;
d. Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.

3. Sasaran Pemeriksaan
Pemeriksaan LKPD TA 2009 meliputi pengujian atas :
a. Penyajian saldo akun-akun dan transaksi-transaksi pada Laporan Realisasi
Anggaran (LRA) dan Laporan Arus Kas TA 2009 sesuai dengan SAP;
b. Penyajian saldo akun-akun dalam neraca per 31 Desember 2009 sesuai dengan
SAP;
c. Pengungkapan informasi keuangan pada Catatan Atas Laporan Keuangan;
d. Efektivitas desain dan implementasi sistem pengendalian intern termasuk
pertimbangan hasil pemeriksaan sebelumnya;
e. Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku;

4. Standar Pemeriksaan
Peraturan BPK RI No. 1 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara
(SPKN).

5. Metode Pemeriksaan
Metodologi pemeriksaan atas LKPD Tahun 2009 meliputi perencanaan, pelaksanaan,
dan pelaporan hasil pemeriksaan, yaitu sebagai berikut.
a. Perencanaan Pemeriksaan
1) Pemahaman Tujuan Pemeriksaan dan Harapan Penugasan
2) Pemahaman atas Entitas
3) Pertimbangan atas Tindak Lanjut LHP Sebelumnya Terhadap Pemeriksaan
LKPD TA 2009
4) Pemahaman Sistem Pengendalian Intern
5) Pemahaman dan Penilaian Risiko
6) Penetapan Tingkat Materialitas Awal dan Kesalahan Tertolerir.
7) Penentuan Metode Uji Petik
8) Pelaksanaan Prosedur Analitis Awal

PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR


148

9) Penyusunan Program Kerja Perorangan (PKP)


b. Pelaksanaan Pemeriksaan
1) Pemeriksaan dilaksanakan atas Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa
Timur Tahun Anggaran 2009
2) Pelaksanaan Pengujian Analitis Terinci
3) Pengujian Pengendalian
4) Pengujian Substantif atas Transaksi dan Saldo
5) Penyelesaian Penugasan
6) Penyusunan Konsep Temuan Pemeriksaan
7) Pembahasan Konsep Temuan Pemeriksaan dengan Pejabat Pemerintah
Daerah yang Berwenang.
8) Perolehan Tanggapan Resmi dan Tertulis
9) Penyampaian Temuan Pemeriksaan atas LKPD.
c. Pelaporan Hasil Pemeriksaan.
1) Penyusunan Konsep Laporan Hasil Pemeriksaan
2) Penyampaian dan Pembahasan Konsep Laporan Hasil Pemeriksaan Kepada
Pejabat Entitas yang Berwewenang.
3) Perolehan Surat Representasi
4) Penyusunan Konsep Akhir dan Penyampaian Hasil Pemeriksaan.a
5) Kerangka Laporan

6. Waktu Pemeriksaan
Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Daerah dilaksanakan mulai tanggal 5 April
2010 dan berakhir pada tanggal 14 Mei 2010.

7. Obyek Pemeriksaan
Obyek pemeriksaan BPK adalah Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur
Tahun 2009, yang terdiri dari :
a. Neraca per 31 Desember 2009;
b. Laporan Realisasi Anggaran untuk periode Tahun 2009;
c. Laporan Arus Kas untuk periode Tahun 2009;
d. Catatan atas Laporan Keuangan.

8. Kendala Pemeriksaan
Dalam rangka pelaksanaan salah satu tugas konstitusionalnya yaitu pemeriksaan atas
Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009, BPK RI tidak
menghadapi kendala yang berarti dalam pelaksanaan pemeriksaan.

PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR


Lampiran 1

DAFTAR PEMBAYAR ANGSURAN TGR TAHUN 2009

NILAI KOREKSI
NILAI SISA NILAI JUMLAH KOREKSI
PENETAPAN UNTUK SISA ANGSURAN
NO. INSTANSI PENETAPAN ANGSURAN KERUGIAN ANGSURAN AKHIR
KERUGIAN TAHUN TAHUN 2009
KERUGIAN TAHUN 2008 TAHUN 2009 TAHUN 2009 2009
TAHUN 2009 SEBELUMNYA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 Dinas Kesehatan 7.400.000,00 0,00 0,00 0,00 0,00


Propinsi Jawa Timur

2 Dinas Pertanian 4.800.000,00 0,00 0,00 0,00 0,00


Kab. Sumenep

3 Dinas Pertanian 4.800.000,00 0,00 0,00 0,00 0,00


Kab. Sumenep

4 Dinas Pertanian Kab. 2.400.000,00 1.900.000,00 1.900.000,00 0,00 1.900.000,00


Lumajang

5 Dinas Peternakan 120.230.000,00 0,00 0,00 0,00 0,00


Propinsi Jawa Timur

6 Dinas Pertanian Kab. 6.000.000,00 0,00 0,00 0,00 0,00


Mojokerto

7 Dinas Pertanian 6.000.000,00 250.000,00 250.000,00 0,00 250.000,00


Kab. Bangkalan

8 Dinas Pendapatan 4.900.000,00 4.287.400,00 4.287.400,00 1.500.000,00 2.787.400,00


UPT Bangkalan

9 Dinas Pertanian 4.800.000,00 4.500.000,00 4.500.000,00 600.000,00 3.900.000,00


Kab. Probolinggo
DAFTAR PEMBAYAR ANGSURAN TGR TAHUN 2009

NILAI KOREKSI
NILAI SISA NILAI JUMLAH KOREKSI
PENETAPAN UNTUK SISA ANGSURAN
NO. INSTANSI PENETAPAN ANGSURAN KERUGIAN ANGSURAN AKHIR
KERUGIAN TAHUN TAHUN 2009
KERUGIAN TAHUN 2008 TAHUN 2009 TAHUN 2009 2009
TAHUN 2009 SEBELUMNYA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
10 Bappeprov. Jatim 2.300.000,00 644.000,00 644.000,00 644.000,00 0,00

11 Bappeprop. Jawa Timur 4.600.000,00 0,00 0,00 0,00 0,00

12 Dinas Pendapatan 5.500.000,00 228.400,00 228.400,00 228.400,00 0,00


UPT Bondowoso

13 Dinas P dan K Propinsi 4.500.000,00 0,00 0,00 0,00 0,00


Jawa Timur

14 Dinas Pertanian Kab. 4.800.000,00 0,00 0,00 0,00 0,00


Situbondo

15 HMT Dinas Peternakan 5.200.000,00 -800,00 -800,00 0,00 -800,00


Branggahan Kediri

16 Dinas Sosial 5.100.000,00 1.575.000,00 1.575.000,00 0,00 1.575.000,00


Kab.Jember

17 BPTPH Pamekasan 7.400.000,00 615.200,00 615.200,00 0,00 615.200,00


Disperta Prov. Jatim

18 Dinas Pertanian 6.200.000,00 2.065.600,00 2.065.600,00 2.065.600,00 0,00


Kab. Lumajang

19 Dinas Pertanian 5.100.000,00 2.900.000,00 2.900.000,00 0,00 2.900.000,00


Kab. Gresik
DAFTAR PEMBAYAR ANGSURAN TGR TAHUN 2009

NILAI KOREKSI
NILAI SISA NILAI JUMLAH KOREKSI
PENETAPAN UNTUK SISA ANGSURAN
NO. INSTANSI PENETAPAN ANGSURAN KERUGIAN ANGSURAN AKHIR
KERUGIAN TAHUN TAHUN 2009
KERUGIAN TAHUN 2008 TAHUN 2009 TAHUN 2009 2009
TAHUN 2009 SEBELUMNYA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

20 Dinas Pertanian 6.200.000,00 -1.600,00 -1.600,00 0,00 -1.600,00


Kab. Blitar

21 Dinas Pertanian 4.700.000,00 584.000,00 -588.000,00 -4.000,00 0,00 -4.000,00


Kab. Sampang

22 BPSPTH Bondowoso 6.200.000,00 0,00 0,00 0,00 0,00


Dinas Pertanian
Prov. Jatim
0,00
23 Dinas Pertanian Prop. 5.100.000,00 0,00 0,00 0,00
Jawa Timur

24 Dinas Pertanian 4.700.000,00 4.600.000,00 4.600.000,00 0,00 4.600.000,00


Kab. Bangkalan

25 Dinas Pertanian Kab. 4.100.000,00 -800,00 -800,00 0,00 -800,00


Pasuruan

26 Dinas Pertanian 7.400.000,00 4.624.400,00 4.624.400,00 2.004.600,00 2.619.800,00


Kab.Jember

27 Dinas Pertanian 5.600.000,00 2.800.000,00 2.800.000,00 900.000,00 1.900.000,00


Kab. Sumenep

28 Dinas Pertanian 5.600.000,00 2.800.000,00 2.800.000,00 900.000,00 1.900.000,00


Kab. Sumenep
DAFTAR PEMBAYAR ANGSURAN TGR TAHUN 2009

NILAI KOREKSI
NILAI SISA NILAI JUMLAH KOREKSI
PENETAPAN UNTUK SISA ANGSURAN
NO. INSTANSI PENETAPAN ANGSURAN KERUGIAN ANGSURAN AKHIR
KERUGIAN TAHUN TAHUN 2009
KERUGIAN TAHUN 2008 TAHUN 2009 TAHUN 2009 2009
TAHUN 2009 SEBELUMNYA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
29 Dinas Tenaga Kerja 7.900.000,00 3.949.600,00 -329.200,00 3.620.400,00 3.621.200,00 -800,00 0,00
Prov. Jatim

30 Dinas Tenaga Kerja 5.600.000,00 3.400.000,00 3.400.000,00 1.000.000,00 2.400.000,00


BLKI - Pasuruan

31 Dinas Tenaga Kerja 6.900.000,00 1.437.500,00 1.437.500,00 1.437.500,00 0,00


Prov. Jatim

32 Dinas Pertanian 6.200.000,00 1.808.050,00 1.808.050,00 1.808.450,00 -400,00 0,00


Kab.Pasuruan

33 Biro Keuangan Setda 0,00 0,00 0,00 0,00


Propinsi Jawa Timur

34 Balai Bango Malang 4.100.000,00 2.049.800,00 2.049.800,00 683.400,00 1.366.400,00


DPU Pengairan

35 Dinas Tenaga Kerja 162.373.600,00 127.373.600,00 127.373.600,00 127.373.600,00 0,00


(BLKP-Malang)

36 Dinas P dan K 9.630.000,00 8.025.000,00 8.025.000,00 401.250,00 7.623.750,00


Prov. Jatim

37 Dinas Pertanian Prov. 4.960.000,00 4.960.000,00 4.960.000,00 2.078.000,00 2.882.000,00


Jatim (BPTPH Mojo-
kerto).

38 Badan Arsip Jatim 51.000.000,00 44.625.000,00 44.625.000,00 31.875.000,00 12.750.000,00


DAFTAR PEMBAYAR ANGSURAN TGR TAHUN 2009

NILAI KOREKSI
NILAI SISA NILAI JUMLAH KOREKSI
PENETAPAN UNTUK SISA ANGSURAN
NO. INSTANSI PENETAPAN ANGSURAN KERUGIAN ANGSURAN AKHIR
KERUGIAN TAHUN TAHUN 2009
KERUGIAN TAHUN 2008 TAHUN 2009 TAHUN 2009 2009
TAHUN 2009 SEBELUMNYA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
39 Biro Hukum Setda 7.760.000,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Prov. Jatim 0,00
0,00
40 Dinas Sosial 43.350.000,00 43.350.000,00 19.868.750,00 23.481.250,00
Prov. Jatim

41 Dinas Pertanian 4.200.000,00 4.200.000,00 1.050.000,00 3.150.000,00


Prov. Jatim

42 Badan Ketahanan 4.000.000,00 4.000.000,00 0,00 4.000.000,00


Pangan Prov Jatim

43 Dinas Pertanian 5.000.000,00 5.000.000,00 0,00 5.000.000,00


Prov. Jatim

44 Diskominfo Prov Jatim 27.000.000,00 27.000.000,00 0,00 27.000.000,00

JUMLAH 528.053.600,00 231.999.350,00 83.550.000,00 -917.200,00 314.632.150,00 200.039.750,00 -1.200,00 114.593.600,00


Lampiran 2
REKAPITULASI LAPORAN PERSEDIAAN BARANG PAKAI HABIS PER 31 DESEMBER 2009
SATUAN KERJA PERANGKAT BERTAMBAH BERKURANG
No Saldo Awal Triwulan Triwulan Triwulan Triwulan JUMLAH Triwulan Triwulan Triwulan Triwulan JUMLAH Saldo Akhir
DAERAH III IV TAMBAH III IV KURANG
I II I II
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1 SEKRETARIAT DPRD 343.114.501,00 10.882.000,00 1.399.944.954,00 514.206.564,00 4.544.051.428,00 6.469.084.946,00 88.558.883,00 1.393.388.998,00 543.927.148,00 4.469.587.181,00 6.495.462.210,00 316.737.237,00
2 BAKORWIL MADIUN 0,00 99.321.790,00 148.185.475,00 127.319.190,00 208.567.742,00 583.394.197,00 99.321.790,00 148.185.475,00 127.319.190,00 208.567.742,00 583.394.197,00 0,00
3 BAKORWIL BOJONEGORO 20.976.660,00 36.242.500,00 69.979.116,00 0,00 85.855.200,00 192.076.816,00 30.913.850,00 62.739.941,00 0,00 85.892.700,00 179.546.491,00 33.506.985,00
4 BAKORWIL MALANG 3.292.525,00 172.201.450,00 200.517.750,00 222.780.800,00 164.144.450,00 759.644.450,00 175.493.975,00 200.517.750,00 222.780.800,00 164.078.150,00 762.870.675,00 66.300,00
5 BAKORWIL PAMEKASAN 1.452.480,00 15.624.650,00 14.085.400,00 13.554.050,00 85.855.200,00 129.119.300,00 15.499.650,00 14.210.400,00 13.003.050,00 85.892.700,00 128.605.800,00 1.965.980,00
6 SEKRETARIAT DAERAH 1.532.001.396,87 579.690.416,80 1.961.689.990,00 4.817.031.955,61 12.065.171.464,40 19.423.583.826,81 949.066.178,80 2.005.078.167,00 4.684.234.737,23 12.183.521.339,90 19.821.900.422,93 1.133.684.800,75
7 DINAS PU BINA MARGA 169.486.436,00 300.602.650,00 897.606.020,00 241.674.497,00 670.678.070,00 2.110.561.237,00 143.322.370,00 830.688.020,00 257.397.180,00 757.708.830,00 1.989.116.400,00 290.931.273,00
8 DINAS CIPTA KARYA & TATA RUANG 0,00 169.575.700,00 405.293.925,00 298.448.125,00 32.817.555.743,00 33.690.873.493,00 169.575.700,00 405.293.925,00 298.448.125,00 1.005.425.823,00 1.878.743.573,00 31.812.129.920,00
9 DINAS PU PENGAIRAN 475.109.590,00 1.847.912.572,00 1.101.558.610,00 993.922.844,00 1.074.318.993,00 5.017.713.019,00 1.255.761.611,00 1.067.260.551,00 1.101.558.610,00 993.922.844,00 4.418.503.616,00 1.074.318.993,00
10 DINAS PERHUBUNGAN & LLAJ 329.223.211,00 480.946.300,00 0,00 1.019.933.379,00 4.258.484.737,00 5.759.364.416,00 553.932.109,00 256.237.402,00 1.019.933.379,00 4.002.247.335,00 5.832.350.225,00 256.237.402,00
11 DINAS KESEHATAN 3.043.831.005,00 0,00 0,00 0,00 1.241.732.038,00 1.241.732.038,00 0,00 771.060.625,00 751.982.580,00 0,00 1.523.043.205,00 2.762.519.838,00
12 RSUD dr. SYAIFUL ANWAR 6.193.137.176,73 1.551.748.853,00 7.973.368.987,00 8.524.040.042,00 6.408.239.409,00 24.457.397.291,00 3.868.890.840,00 7.410.152.020,00 7.959.887.349,00 6.461.178.309,19 25.700.108.518,19 4.950.425.949,54
13 RSUD dr. SOEDONO MADIUN 1.410.150.449,79 727.417.760,00 4.004.514.599,00 3.004.260.152,00 4.915.222.282,00 12.651.414.793,00 1.412.031.918,59 3.473.890.924,00 3.152.090.394,11 4.969.612.604,24 13.007.625.840,94 1.053.939.401,85
14 RS. HAJI SURABAYA 768.613.757,00 1.000.284.131,00 2.499.018.545,00 2.620.781.945,00 5.470.880.270,00 11.590.964.891,00 1.044.477.843,00 2.522.649.341,00 2.593.171.373,00 5.320.530.504,00 11.480.829.061,00 878.749.587,00
15 RSUD dr. SOETOMO 10.011.413.905,90 5.956.937.867,00 12.027.667.766,00 10.593.195.957,00 11.674.678.632,00 40.252.480.222,00 8.916.148.499,00 10.933.257.140,00 11.315.168.846,00 11.918.543.084,00 43.083.117.569,00 7.180.776.558,90
16 RS. JIWA MENUR SURABAYA 572.233.310,92 2.380.600,00 1.723.876.030,68 841.807.592,00 1.674.195.483,00 4.242.259.705,68 179.334.858,57 1.440.742.003,97 718.115.714,50 1.613.656.322,38 3.951.848.899,42 862.644.117,18
17 RS KUSTA KEDIRI 424.541.997,17 11.697.600,00 196.460.914,00 61.806.640,00 428.830.891,00 698.796.045,00 45.565.891,00 57.902.940,00 60.841.382,00 123.484.931,00 287.795.144,00 835.542.898,17
18 RS KUSTA SUMBER GLAGAH 358.105.396,00 231.217.980,00 1.011.290.854,00 349.148.520,00 1.051.877.811,00 2.643.535.165,00 343.038.038,00 741.002.045,00 440.357.990,00 1.187.710.045,00 2.712.108.118,00 289.532.443,00
19 RS PARU DUNGUS MADIUN 72.687.065,00 70.525.100,00 226.358.550,00 551.376.163,00 356.640.110,00 1.204.899.923,00 79.080.142,00 185.156.096,00 315.065.157,00 410.773.300,00 990.074.695,00 287.512.293,00
20 RS PARU BATU 683.844.286,13 261.733.898,00 446.641.820,00 434.774.945,00 1.272.129.120,00 2.415.279.783,00 418.535.248,06 475.626.134,87 474.735.099,63 947.412.088,88 2.316.308.571,44 782.815.497,69
21 RS PARU JEMBER 353.632.905,00 168.391.126,00 154.249.331,00 166.951.532,00 523.961.390,00 1.013.553.379,00 156.417.603,00 106.595.862,00 164.921.927,00 177.714.374,00 605.649.766,00 761.536.518,00
22 BADAN NARKOTIKA 0,00 0,00 0,00 26.764.100,00 49.299.505,00 76.063.605,00 0,00 0,00 24.669.680,00 49.299.505,00 73.969.185,00 2.094.420,00
23 DINAS PENDIDIKAN 700.333.987,00 1.715.821.932,00 0,00 2.370.812.866,00 7.498.236.645,00 11.584.871.443,00 2.416.155.919,00 0,00 2.370.812.866,00 7.498.236.645,00 12.285.205.430,00 0,00
24 DISPORA 5.044.067,65 180.941.418,50 364.467.820,00 338.384.283,00 1.219.685.370,00 2.103.478.891,50 175.849.813,26 363.881.354,96 341.402.929,77 1.223.496.898,21 2.104.630.996,20 3.891.962,95
25 DINAS SOSIAL 255.239.980,00 2.941.254.255,00 5.161.983.274,00 9.954.848.989,00 10.768.922.668,00 28.827.009.186,00 2.890.865.098,00 5.158.423.439,00 9.978.085.152,00 10.818.406.450,00 28.845.780.139,00 236.469.027,00
26 BAPEMAS 0,00 250.658.892,00 645.298.697,00 574.257.935,00 956.428.557,00 2.426.644.081,00 248.076.942,00 645.467.922,00 575.228.985,00 956.451.407,00 2.425.225.256,00 1.418.825,00
27 BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN 0,00 0,00 0,00 0,00 659.038.980,00 659.038.980,00 0,00 0,00 0,00 659.038.980,00 659.038.980,00 0,00
28 DISNAKERTRANS & KEPENDUDUKAN 19.670.706,00 139.213.500,00 42.269.860,00 45.474.610,00 42.060.320,00 269.018.290,00 139.213.500,00 23.177.735,00 38.816.365,00 69.452.892,00 270.660.492,00 18.028.504,00
29 DINAS PERTANIAN 0,00 198.745.450,00 0,00 0,00 7.126.746.701,00 7.325.492.151,00 198.745.450,00 0,00 0,00 7.126.746.701,00 7.325.492.151,00 0,00
30 DINAS PERKEBUNAN 2.694.645,00 0,00 803.073.361,00 7.001.824.925,00 12.370.840.359,00 20.175.738.645,00 2.694.645,00 796.602.391,00 6.996.855.345,00 12.372.381.569,00 20.168.533.950,00 9.899.340,00
31 DINAS KEHUTANAN 22.574.900,00 55.082.750,00 499.480.119,00 551.401.423,00 2.559.129.070,00 3.665.093.362,00 25.774.367,00 524.568.397,00 527.643.615,00 2.561.296.420,00 3.639.282.799,00 48.385.463,00
32 DINAS PERIKANAN DAN KELAUTAN 0,00 184.387.225,00 240.038.260,00 185.487.170,00 318.356.800,00 928.269.455,00 184.387.225,00 240.038.260,00 185.487.170,00 128.491.000,00 738.403.655,00 189.865.800,00

DINAS PETERNAKAN 1.235.093.999,00


33 87.371.037,00 0,00 382.490.300,00 2.396.721.600,00 2.866.582.937,00 1.085.617.381,00 0,00 461.228.750,00 2.169.305.205,00 3.716.151.336,00 385.525.600,00
34 BADAN KETAHANAN PANGAN 0,00 27.556.350,00 147.311.395,00 76.095.645,00 654.750.655,00 905.714.045,00 27.556.350,00 147.311.395,00 76.095.645,00 654.750.655,00 905.714.045,00 0,00
35 DINAS PERINDUSTRIAN 0,00 180.967.004,00 1.109.599.804,00 702.327.687,00 410.354.745,00 2.403.249.240,00 165.091.254,00 1.115.330.804,00 603.790.402,00 509.849.780,00 2.394.062.240,00 9.187.000,00
36 DINAS KOPERASI PK dan M 450.100,00 44.735.008,00 344.257.931,00 289.722.032,00 1.733.807.053,00 2.412.522.024,00 44.818.608,00 344.257.931,00 289.791.392,00 1.734.104.193,00 2.412.972.124,00 0,00
37 DINAS ENERGI & SDM 15.296.934,48 0,00 0,00 0,00 683.152.842,00 683.152.842,00 0,00 0,00 0,00 664.134.186,00 664.134.186,00 34.315.590,48
38 BADAN PENANAMAN MODAL 5.424.150,00 188.690.170,00 0,00 219.949.680,00 0,00 408.639.850,00 187.826.445,00 0,00 218.735.130,00 3.632.355,00 410.193.930,00 3.870.070,00
39 DINAS PENDAPATAN 7.706.091.814,00 0,00 503.405.560,00 5.589.492.264,00 11.993.635.702,00 18.086.533.526,00 3.010.196.815,00 809.177.006,00 5.078.951.434,00 8.098.152.768,00 16.996.478.023,00 8.796.147.317,00
40 INSPEKTORAT 12.282.794,00 88.143.221,00 81.814.455,00 168.597.380,00 361.393.895,00 699.948.951,00 93.311.035,00 81.187.955,00 167.887.270,00 355.645.885,00 698.032.145,00 14.199.600,00
41 BAPPEDA 8.801.100,00 206.165.960,00 389.496.580,00 430.268.685,00 348.442.050,00 1.374.373.275,00 214.967.060,00 389.496.580,00 430.268.685,00 340.105.150,00 1.374.837.475,00 8.336.900,00
42 BALITBANG 5.260.200,00 15.628.000,00 20.449.000,00 71.942.700,00 67.464.800,00 175.484.500,00 19.380.400,00 18.666.900,00 72.666.400,00 70.031.000,00 180.744.700,00 0,00
43 BADAN LINGKUNGAN HIDUP 86.545.688,00 0,00 20.165.733,00 0,00 116.878.098,00 137.043.831,00 26.217.151,00 28.085.534,00 0,00 77.313.225,00 131.615.910,00 91.973.609,00
44 DINAS KEBUDAYAAN & PARIWISATA 264.335.675,00 343.126.800,00 0,00 165.098.525,00 1.236.697.975,00 1.744.923.300,00 454.390.475,00 0,00 230.331.425,00 1.250.790.340,00 1.935.512.240,00 73.746.735,00
45 BADAN KESATUAN BANGSA DAN POLIT 503.690,00 81.500.885,00 107.572.810,00 102.264.250,00 111.645.435,00 402.983.380,00 81.138.535,00 107.024.580,00 102.500.035,00 110.993.950,00 401.657.100,00 1.829.970,00
46 KANTOR SATPOL PP 0,00 0,00 0,00 356.363.505,00 360.647.910,00 717.011.415,00 0,00 0,00 356.363.505,00 360.647.910,00 717.011.415,00 0,00
47 BADAN PENANGGULANGAN BENCANA 0,00 0,00 0,00 0,00 656.121.243,00 656.121.243,00 0,00 0,00 0,00 656.121.243,00 656.121.243,00 0,00
48 BADAN DIKLAT 0,00 266.794.034,00 952.785.617,00 634.704.493,00 5.483.521.978,00 7.337.806.122,00 266.794.034,00 952.785.617,00 634.704.493,00 5.483.521.978,00 7.337.806.122,00 0,00
49 BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH 0,00 0,00 0,00 0,00 2.493.465.190,00 2.493.465.190,00 0,00 0,00 0,00 2.493.313.650,00 2.493.313.650,00 151.540,00
50 SEKRETARIAT KORPRI 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
51 KANTOR PERWAKILAN 0,00 58.400.300,00 161.146.540,00 371.831.400,00 760.934.340,00 1.352.312.580,00 58.400.300,00 161.146.540,00 371.831.400,00 760.934.340,00 1.352.312.580,00 0,00
52 DINAS KOMUNIKASI & INFORMATIKA 45.174.277,00 357.937.738,00 106.870.942,00 148.039.933,00 299.733.755,00 912.582.368,00 401.474.730,00 97.332.727,00 153.306.997,00 304.556.028,00 956.670.482,00 1.086.163,00
53 SEKRETARIAT KPID 0,00 0,00 0,00 51.455.300,00 84.559.210,00 136.014.510,00 0,00 0,00 51.455.300,00 81.672.524,00 133.127.824,00 2.886.686,00
54 BADAN PERPUSTAKAAN & KEARSIPAN 121.550,00 113.476.300,00 278.609.725,00 0,00 717.578.885,00 1.109.664.910,00 113.597.850,00 278.609.725,00 0,00 717.578.885,00 1.109.786.460,00 0,00
55 KANTOR KAS DAERAH 28.004.510,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 28.004.510,00 0,00 0,00 0,00 28.004.510,00 0,00

37.185.792.821,64 21.421.933.173,30 48.442.406.119,68 66.206.914.972,61 165.533.322.799,40 301.604.577.064,99 32.505.512.890,28 46.784.208.553,80 66.553.850.402,24 127.447.913.924,80 273.291.485.771,12 65.498.884.115,51
Lampiran 3
PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR
REKAPITULASI ASSET PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR
TAHUN ANGGARAN 2009

Mutasi 2009
No. Uraian Saldo Awal Saldo Akhir
Penambahan Pengurangan

1 Tanah 12.233.981.778.765,00 685.500.570.180,00 733.677.177.000,00 12.185.805.171.945,00


Tanah 12.233.981.778.765,00 685.500.570.180,00 733.677.177.000,00 12.185.805.171.945,00
2 Peralatan dan Mesin 1.586.475.817.532,50 265.117.157.811,00 24.111.389.352,50 1.827.481.585.991,00
Alat-alat Berat 220.307.543.910,00 8.134.355.059,00 1.178.821.213,00 227.263.077.756,00
Alat-alat Angkutan 193.338.804.746,00 9.750.144.178,00 6.721.195.500,00 196.367.753.424,00
Alat Bengkel dan Alat Ukur 64.102.782.801,50 8.873.643.190,00 77.652.848,50 72.898.773.143,00
Alat Pertanian 74.342.936.710,00 4.336.691.475,00 0,00 78.679.628.185,00
Alat-alat Kantor dan Rumah Tangga 543.363.478.084,00 95.879.788.600,00 12.889.489.992,00 626.353.776.692,00
Alat Studio dan Alat Komunikasi 138.013.928.880,00 12.359.513.166,00 952.426.344,00 149.421.015.702,00
Alat-alat Kedokteran 275.324.632.973,00 111.959.870.822,00 750.000,00 387.283.753.795,00
Alat Laboratorium 75.384.962.895,00 13.801.897.011,00 865.584.905,00 88.321.275.001,00
Alat Keamanan 2.296.746.533,00 21.254.310,00 1.425.468.550,00 892.532.293,00
3 Gedung dan Bangunan 1.222.196.223.195,00 153.894.397.505,00 33.570.012.305,00 1.342.520.608.395,00
Bangunan Gedung 1.202.455.996.219,00 138.375.249.710,00 33.570.012.305,00 1.307.261.233.624,00
Bangunan Monumen 19.740.226.976,00 15.519.147.795,00 0,00 35.259.374.771,00
4 Jalan, Irigasi dan Jaringan 8.753.425.297.429,00 454.344.022.760,00 0,00 9.207.769.320.189,00
Jalan dan Jembatan 585.797.647.399,00 164.764.405.660,00 0,00 750.562.053.059,00
Bangunan Air (Irigasi) 8.150.727.546.240,00 285.938.392.600,00 0,00 8.436.665.938.840,00
Instalasi 8.775.568.007,00 135.102.500,00 0,00 8.910.670.507,00
Jaringan 8.124.535.783,00 3.506.122.000,00 0,00 11.630.657.783,00
5 Aset Tetap Lainnya 14.092.522.448,00 9.578.875.261,00 1.115.174.998,00 22.556.222.711,00
Buku dan Perpustakaan 6.711.360.170,00 3.585.189.198,00 84.140.993,00 10.212.408.375,00
Barang Bercorak Kesenian/Kebudaya 6.017.674.311,00 1.557.953.063,00 868.571.005,00 6.707.056.369,00
Hewan/Ternak dan Tumbuhan 1.363.487.967,00 4.435.733.000,00 162.463.000,00 5.636.757.967,00

Jumlah 23.810.171.639.369,50 1.568.435.023.517,00 792.473.753.655,50 24.586.132.909.231,00


6 Konstruksi Dalam Pengerjaan 214.118.574.305,00 8.161.475.480,00 43.828.178.530,00 178.451.871.255,00
Konstruksi Dalam Pengerjaan 214.118.574.305,00 8.161.475.480,00 43.828.178.530,00 178.451.871.255,00
7 Akumulasi Penyusutan Aset Tetap 0,00 0,00 0,00 0,00
Akumulasi Penyusutan Aset Tetap 0,00 0,00 0,00 0,00
Jumlah 24.024.290.213.674,50 1.576.596.498.997,00 836.301.932.185,50 24.764.584.780.486,00
REKAPITULASI ASSET PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR
TAHUN ANGGARAN 2009

Mutasi 2009
No. Uraian Saldo Awal 2009 Saldo Akhir 2009
Penambahan Pengurangan

1 Tanah 12.233.981.778.765,00 685.500.570.180,00 733.677.177.000,00 12.185.805.171.945,00


2 Peralatan dan Mesin 1.586.475.817.532,50 265.117.157.811,00 24.111.389.352,50 1.827.481.585.991,00
3 Gedung dan Bangunan 1.222.196.223.195,00 153.894.397.505,00 33.570.012.305,00 1.342.520.608.395,00
4 Jalan, Irigasi dan Jaringan 8.753.425.297.429,00 454.344.022.760,00 0,00 9.207.769.320.189,00
5 Aset Tetap Lainnya 14.092.522.448,00 9.578.875.261,00 1.115.174.998,00 22.556.222.711,00
6 Konstruksi Dalam Pengerjaan 214.118.574.305,00 8.161.475.480,00 43.828.178.530,00 178.451.871.255,00
7 Akumulasi Penyusutan Aset Tetap 0,00 0,00 0,00 0,00

Jumlah 24.024.290.213.674,50 1.576.596.498.997,00 836.301.932.185,50 24.764.584.780.486,00


Lampiran 4
Asset Tetap Tanah dan Bangunan Yang Bermasalah Dengan Masyarakat/Pihak Lain

INSTANSI LUAS
No. LETAK / ALAMAT HARGA (Rp) PENGGUNAAN PERMASALAHAN SAAT INI RENCANA TINDAK LANJUT KETERANGAN
PENGELOLA (m2)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
KOTA SURABAYA
Kel. Pagesangan Kec. Kebun Padi yang telah dilaporkan ke Polisi,
Kebun Padi/sawah, hak berdiri bangunan/rumah liar rencananya untuk Faritas
1 Dinas Pertanian Jambangan, Kota 8.760 11.826.000.000 sementara menang gugatan/proses
Pakai 24 Th 2000 terjadi jual beli Unggul (belakang UPT
Surabaya Kasasi
Dinas Pertanian)
Masih terjadi sengketa dengan
Jl. Samudra 48 Penguatan status hukum sebagai
2 Dinas P&K 4.703 2.553.000.000 Gudang dinas perkumpulan Cina dan masih Gudang dinas
Surabaya aset milik Pemprov. Jatim
dalam proses banding di MA
3 Dinas Perindag Jl. Dukuh Kupang X 200 200.000.000 eks Rumah Dinas ditempati penghuni liar belum ada, penertiban
nomor 52
4 Dinas P&K Jl. A. Yani 6-8 Surabaya 6.300 5.000.000.000 PGRI Jatim dikuasai oleh PGRI Jatim Pengembangan pendidikan Mohon bantuan penyelesaian
di Jatim kepada Biro Perlengkapan
perlu dilakukan pemetaan luas
Jl. Tambak Asri
rumah penduduk (+ 4.000 tanah belum disertifikat, dikuasai tanah dan penghuni dalam rangka
5 Dinas Perikanan Surabaya (Kalianak 231.000 190.575.000.000 tambak percontohan
KK) masyarakat pensertifikatan tanah dengan
Timur)
melibatkan instansi terkait

KAB. GRESIK
Rencana pengamanan. Diminta pemda Kab. Gresik, saat ini
Desa Srowo, Kec. dikerjakan oleh desa dibawah
6 Dinas Perikanan 94.000 4.700.000.000 Eks. tambak Percontohan Tanah tambak produktif Melalui Sharing dengan
Sedayu Gresik pengawasan Dinas Perikanan Kab.
Pemkab Gresik
Gresik
KAB. LAMONGAN
Dilaporkan ke Kepala desa
Ds. Pasarlegi Kec.
diduduki warga yang merasa ahli dan polsek setempat,
7 Dinas Pertanian Sambeng Kab. 35.540 888.500.000 Kebun benih polowijo
waris bersertifikat HP. Nomor 05
Lamongan
dan 06 tahun 2003
KAB. TUBAN
8 Dinas Pertanian Ds. Beji Kec. Jenu 3.170 792.500.000 Kebun palawija, belum Didirikan kios/rumah warga tanpa pinjam pakai / sewa
Tuban bersertifikat ijin
KAB/KOTA MALANG
9 Dinas Pertanian Ds. Slamparejo, kec. 93.779 4.688.950.000 Kebun benih polowijo, belum dijarah warga sudah dilaporkan Polres
Jabung Malang bersertifikat kab Malang
10 Dinas Pertanian Ds. Sumberejo, Pagak 72.450 3.622.500.000 Kebun benih polowijo, belum diambil alih perangkat desa sudah dilaporkan Polres
Malang bersertifikat Sumberkerto kab Malang
11 Dinas Pertanian Ds. Sumberejo, Pagak 69.000 3.450.000.000 Kebun benih polowijo, belum diambil alih perangkat desa sudah dilaporkan Polres
Malang bersertifikat Sumberkerto kab Malang
KAB. JOMBANG
ada gugatan dari pihak ketiga mengajukan banding, mengingat
Jl. Merdeka 19 (an. K.H. Yusuf Hasyim Alm) Kantor dan asrama PSTW
12 Dinas Sosial 1.147 7.170.000.000 Kantor PSTW Jombang sampai saat ini masih dibutuhkan
Jombang keputusan pengadilan Jombang
oleh Panti
dimenangkan pihak penggugat
KAB. PROBOLINGGO
tanah belum bersertifikat,
ditempati pegawai dinas
perikanan (tidak mau dilakukan pendekatan secara
Jl. Kartini 75 mendandatangani SIP dan Rumah karyawan BPPI
13 Dinas Perikanan 551 20.478.002 Rumah dinas persuasif atau kelembagaan
Probolinggo membayar sewa), BPN tidak bisa Probolinggo kepada yang bersangkutan
menerbitkan sertifikat sebelum
ada pencabutan pemohon dari
pegawai yang menghuni
KAB. PAMEKASAN
Dinas Desa Pagendingan, lahan kosong, terletak di tepi
14 Kec. Galis, Kab. 21.900 1.642.500.000 Jalan Raya Pamekasan telah berdiri kios-kios liar belum ada, perlu penertiban
Peternakan
Pamekasan Sumenep
Dinas Desa Grujugan, Kec. Kantor Laboratorium bagian depan telah berdiri kios-
15 Larangan, Kab. 22.390 1.679.250.000 belum ada, perlu penertiban
Peternakan Kesehatan Hewan kios liar
Pamekasan
KAB. SUMENEP
16 Dinas Pertanian Desa Banasareh, Kec. 47.700 3.577.500.000 kebun benih polowijo Dijarah warga sudah koordinasi dengan
Ruberu Sumenep Diperta Kab. Sumenep
pengelolaan tidak jelas,
Dinas Ds. Batang-Batang
17 12.390 1.703.625.000 Lapangan Kerapan sapi Lapangan Kerapan sapi belum ada, perlu penertiban dipergunakan oleh
Peternakan Daya Kab. Sumenep
pemkab/masyarakat setempat

JUMLAH 724.980 244.089.803.001,54


Asset Tetap Tanah dan Bangunan Yang Bermasalah Dengan Pemerintah Kabupaten/Kota/Vertikal

INSTANSI LUAS
No. LETAK / ALAMAT HARGA (Rp) PENGGUNAAN PERMASALAHAN SAAT INI RENCANA TINDAK LANJUT KETERANGAN
PENGELOLA (m2)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
KOTA SURABAYA
Kel. Pagesangan Kec. Kantor Balai Uji Mutu Hasil Sebagian dipinjam Pemkot utuk Sudah dilakukan teguran,
1 Dinas Pertanian Jambangan, Kota 29.540 22.125.000.000 Perikanan, hak Pakai 1 Th kantor Dinas, Pemkot tidak tak ditanggapi
Surabaya 1981 mengakui
eks Kandep Koperasi Kota
Dinas Koperasi, Jl. Gayungsari I surabaya, namun tidak Digunakan oleh Dinas Koperasi
2 2.100 4.200.000.000 pinjam pakai/sewa belum bersertifikat
PK dan M Surabaya diserahkan kepada Pemkot PK & M Kota Surabaya,
Surabaya
Jl. Radial Road Kel. Gedung Olah Raga senam Bangunan gedung dari Pemerintah
3 Dispora Sambikerep 4.846 7.094.544.000 sedangkan Tanah milik PT. pengelola belum jelas belum ada Provinsi, pengelolaan tidak jelas
Kec.Lakarsantri Ciputra Surya dan tidak ada konstribusi
Surabaya
KAB. MOJOKERTO
Balai PSAWS Buntung Status pinjam pakai yang belum Diadakan rapat koordinasi dengan
Dinas PU Kantor Kimpraswil Kab. sesuai dengan peraturan mengundang Pemerintah Kab.
4 Peketingan Kab. 2.272 2.272.000.000 Kantor Perwakilan Balai
Pengairan Mojokerto perundang-undangan yang Mojokerto dan Biro Perlengkapan
Mojokerto
berlaku dan Adm Aset
KAB. BOJONEGORO
Balai PSAWS Status Pinjam pakai yang belum Diadakan rapat koordinasi dengan
Dinas PU Kantor Setda Kab. sesuai dengan peraturan mengundang Pemerintah Kab.
5 Bengawan Solo 2.790 1.542.000.000 Kantor Balai
Pengairan Bojonegoro, Jl. Trunojoyo perundang-undangan yang Bojonegoro dan Biro Perlengkapan
Bojonegoro
berlaku dan Adm Aset
KAB. TUBAN
6 Dinas Pertanian Ds. Beji Kec. Jenu 14.200 22.775.000 Kebun palawija, belum Didirikan kantor Polsek, Koramil pinjam pakai / sewa
Tuban bersertifikat dan Kantor Kecamatan

KAB/KOTA MALANG
7 Dinas P&K Jl. Sarangan nomor 9 690 280.000.000 Kosong dikuasai oleh Dinas Pendidikan Mess/sarana penunjang Segera dikembalikan sebagai aset
Malang Kab Malang Taman Krida Budaya Pemprov Jatim
Karanglo Malang/ tanah kosong bekas dipergunakan lapangan parkir rencana terkena Akses jalan Masuk
8 DLLAJ Depan Balai Latihan 999 899.100.000 kendaran yang kecelakaaan belum ada
jembatan timbang tol Malang
Koperasi (Polisi)
KAB/KOTA KEDIRI
Dinas Jl. Penangungan nomor Eks Kantor cabang dinas dipergunakan Pemerintah Kota Koordinasi duduk bersama,
9 Perindustrian 995 750.000.000 untuk menentukan langkah pinjam pakai/sewa
45 Kediri perindustrian Kediri
dan penyelesaian
KAB. BANYUWANGI
10 Dinas Pertanian Desa Benculuk, Kec. 27.610 2.728.000.000 Kebun benih padi lahan dikelola Diperta proses penarikan kembali
Cluring Banyuwangi Banyuwangi surat tgl 5 april 2005
11 Dinas Pertanian Desa cluring, Kec. 11.770 1.177.000.000 Kebun benih padi lahan dikelola Diperta proses penarikan kembali
Cluring Banyuwangi Banyuwangi surat tgl 5 april 2005

KAB. BLITAR
Dinas Jl. Sultan Agung No. 72 Dipergunakan untuk Kantor belum ada, perlu negosiasi
12 386 154.400.000 Bekas Rumah Jabatan Pengelola Asset Daerah Kab. penertiban
Peternakan Blitar dengan Pemkot Blitar
Blitar tanpa persetujuan
KAB. LUMAJANG
dalam proses ruilslag
didirikan gedung DPRD kab. dengan tanah pengganti di
Desa Wonorejo Kec. kebun benih polowijo, Hak
13 Dinas Pertanian 16.047 16.407.000 Lumajang, terminal Bis dan desa Labruk kidul seluas perlu ditindak lanjuti
Randuagung Lumajang Pakai Nomor 2 Tahun 1987
Kawasan Wonorejo terpadu 30.000 M2 dan di Kec.
T k l 35 635 M2
KAB. MADIUN
dipergunakan Pemkot Madiun
secara pinjam pakai mulai 1994
Jl. Pahlawan Nomor 32 pengembalian dari gedung dan disewakan tanpa kontribusi belum ada, perlu negosiasi
14 Bakorwil Madiun 2.074 4.148.000.000 penertiban
Madiun PLN Madiun PAD ke Pemprov, bangunan asli dengan Pemkot. Madiun
dirobohkan dan dibangun

KAB. TRENGGALEK
15 Dinas Desa Sumurup 4.500 905.000.000 Tanah kebun Digunakan Trenggalek untuk Koordinasi dan teguran Kab
Perkebunan Trenggalek Pembangunan Gedung Trenggalek

KAB. TULUNGAGUNG
Sudah disurati, namun belum ada
Ds. Wonorejo, Kec.
Kantor BIPP dan Balai Diklat jawaban Pemkab. Sudah
16 Dinas Pertanian Sumber Gempol, Kab. 63.980 5.118.400.000 Belum diproses pinjam pakainya Proses Pinjam Pakai
Pemkab Tulungagung bersertifikat Hak Pakai tanggal 15-3-
Tulungagung
1982 No. 1 dan 2

KAB. BANGKALAN
17 Dinas Pertanian Ds. Bilaporah, Kec. 5.000 424.933.740 Terminal Bus Pemkab Belum jelas tindak lanjut Terminal Bus, Toko dan Rencana diganti garapan lahan
Socah Kab Bangkalan Bangkalan perjanjian pemanfaatannya prasarana lainnya sawah penyelesaian proses ruislag

KAB. PAMEKASAN
Desa Panglegur, Kec. dipergunakan oleh Pemkab. perlu dinegosiasikan dengan
Dinas Pemkab. Pamekasan
18 Tlanakan, Kab. 40.320 5.544.000.000 bekas kebun Rumput Pamekasan untuk RS. Daerah
Peternakan kemungkinan
Pamekasan tanpa konstribusi apapun,
Pelepasan/Ruilslag
KAB. SAMPANG
Dinegosiasikan dengan
Pemkab. Sampang
kemungkinan Sebagian seluas 6270 M2 Sudah
Ds. Pangongsean dipakai SMP Negeri Torjun 29
19 Dinas Pertanian 6.200 138.717.238 Kebun holtikultura Pelepasan/Ruilslag dengan dimanfaatkan oleh Pemkab.
Torjun Kab. Sampang Sampang
tanah pengganti seluas Sampang untuk SMPN 3 Torjun
11.535 di Gunung Sekar
sertifikat 103/ tahun 2003

JUMLAH 236.319 59.540.276.978,17


Lampiran 5

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR


REKAPITULASI ASET TAK BERWUJUD TAHUN 2009

Hak
Kode Lisensi Cipta
Kode Software Hasil Kajian/
No Bidan Nama Unit Kerja Saldo Awal dan (copyrig Saldo Akhir
Unit Komputer Penelitian
g Franchise ht),
Paten

1 1300 0101 SEKRETARIAT DPRD 588.277.800,00 0,00 0,00 0,00 0,00 588.277.800,00
2 1300 0301 BAKORWIL PEM. & PEMB. 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
MADIUN
BAKORWIL PEM. & PEMB.
3 1300 0302 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
BOJONEGORO
4 1300 0303 BAKORWIL PEM. & PEMB. 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
MALANG
BAKORWIL PEM. & PEMB.
5 1300 0304 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
PAMEKASAN
6 1300 0401 BIRO UMUM 0,00 9.744.500,00 0,00 0,00 0,00 9.744.500,00
7 1300 0402 BIRO ADM. KERJASAMA 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
8 1300 0403 BIRO KEUANGAN 4.154.205.000,00 484.165.000,00 0,00 0,00 0,00 4.638.370.000,00
9 1300 0404 BIRO ADM. SUMBER DAYA 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
ALAM
10 1300 0405 BIRO HUKUM 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
11 1300 0406 BIRO ADM. 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
KESEJAHTERAAN RAKYAT
12 1300 0407 BIRO ADM. 1.941.000.000,00 431.234.100,00 0,00 0,00 183.029.722,00 2.555.263.822,00
PEMBANGUNAN
13 1300 0408 BIRO ADM. 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
KEMASYARAKATAN
14 1300 0409 BIRO ADM. 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
PEREKONOMIAN
15 1300 0410 BIRO ADM. PEM. UMUM 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
16 1300 0411 BIRO HUMAS & 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
PROTOKOL
17 1300 0412 BIRO ORGANISASI 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
18 1300 0501 DINAS PU BINA MARGA 573.188.000,00 0,00 0,00 0,00 0,00 573.188.000,00
19 1300 0502 DINAS PU CIPTA KARYA & T 2.634.000.000,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2.634.000.000,00
20 1300 0503 DINAS PU PENGAIRAN 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
21 1300 0601 DINAS PERHUBUNGAN & LL 5.857.170.000,00 165.852.000,00 0,00 0,00 8.651.613.500,00 14.674.635.500,00
22 1300 0701 DINAS KESEHATAN 513.587.000,00 167.255.000,00 0,00 0,00 0,00 680.842.000,00
23 1300 0702 RSUD dr. SAIFUL ANWAR 846.560.820,00 0,00 0,00 0,00 0,00 846.560.820,00
MLNG
24 1300 0703 RSUD dr. SOEDONO 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
MADIUN
25 1300 0704 RSU HAJI SURABAYA 471.849.000,00 721.963.000,00 0,00 0,00 0,00 1.193.812.000,00
26 1300 0705 RSU dr. SOETOMO 1.855.231.000,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1.855.231.000,00
SURABAYA
27 1300 0706 RS JIWA MENUR 21.307.000,00 0,00 0,00 0,00 0,00 21.307.000,00
SURABAYA
28 1300 0707 RS KUSTA KEDIRI 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
RS KUSTA SUMBER
29 1300 0708 0,00 33.000.000,00 0,00 0,00 0,00 33.000.000,00
GLAGAH MOJOKERTO
30 1300 0709 RS PARU DUNGUS 49.500.000,00 0,00 0,00 0,00 0,00 49.500.000,00
MADIUN
31 1300 0710 RS PARU BATU 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
32 1300 0711 RS PARU JEMBER 74.250.000,00 153.450.000,00 0,00 0,00 0,00 227.700.000,00
33 1300 0712 BADAN NARKOTIKA 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
PROVINSI
34 1300 0801 DINAS PENDIDIKAN 0,00 446.196.500,00 0,00 0,00 0,00 446.196.500,00
35 1300 0802 DISPORA 0,00 24.970.000,00 0,00 0,00 0,00 24.970.000,00
36 1300 0901 DINAS SOSIAL 79.750.000,00 92.400.000,00 0,00 0,00 0,00 172.150.000,00
37 1300 0902 BAPEMAS 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
38 1300 0903 BADAN PP & KB 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
39 1300 1001 DINAS KETRANSDUK 577.869.500,00 225.518.470,00 0,00 0,00 0,00 803.387.970,00
40 1300 1101 DINAS PERTANIAN 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
41 1300 1102 DINAS PERKEBUNAN 178.399.000,00 0,00 0,00 0,00 0,00 178.399.000,00
42 1300 1103 DINAS KEHUTANAN 41.250.000,00 29.989.300,00 0,00 0,00 0,00 71.239.300,00
43 1300 1104 DINAS PERIKANAN & 454.044.000,00 0,00 0,00 0,00 0,00 454.044.000,00
KELAUTAN
44 1300 1105 DINAS PETERNAKAN 15.999.500,00 0,00 0,00 0,00 0,00 15.999.500,00
45 1300 1106 BADAN KETAHANAN PANGA 68.474.000,00 14.930.000,00 0,00 0,00 0,00 83.404.000,00
46 1300 1201 DINAS PERINDAG 396.492.000,00 0,00 0,00 0,00 0,00 396.492.000,00
Hak
Kode Lisensi Cipta
Kode Software Hasil Kajian/
No Bidan Nama Unit Kerja Saldo Awal dan (copyrig Saldo Akhir
Unit Komputer Penelitian
g Franchise ht),
Paten
47 1300 1202 DINAS KOPERASI & UMKM 638.401.500,00 293.326.000,00 0,00 0,00 0,00 931.727.500,00
48 1300 1203 DINAS ENERGI & SDM 19.525.000,00 195.580.000,00 0,00 0,00 10.167.418.000,00 10.382.523.000,00
49 1300 1204 BADAN PENANAMAN 421.296.700,00 883.001.850,00 0,00 0,00 1.249.830.000,00 2.554.128.550,00
MODAL
50 1300 1301 DINAS PENDAPATAN 2.161.661.300,00 3.047.000.000,00 0,00 0,00 243.988.250,00 5.452.649.550,00
51 1300 1401 INSPEKTORAT PROVINSI 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
52 1300 1501 BAPPEDA 1.752.183.100,00 29.150.000,00 0,00 0,00 785.639.000,00 2.566.972.100,00
53 1300 1502 BALITBANG PROVINSI JATIM 7.353.000.000,00 0,00 0,00 0,00 5.273.585.520,00 12.626.585.520,00
54 1300 1601 BADAN LINGKUNGAN HIDU 5.989.500,00 193.118.500,00 0,00 0,00 1.127.421.530,00 1.326.529.530,00
55 1300 1701 DINAS KEBUDAYAAN & 100.000.000,00 0,00 0,00 0,00 0,00 100.000.000,00
PARIWISATA
BADAN KESATUAN
56 1300 1801 4.840.000,00 0,00 0,00 0,00 0,00 4.840.000,00
BANGSA & POLITIK
57 1300 1802 SATPOL PP 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
BADAN
58 1300 1803 PENANGGULANGAN 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
BENCANA DAERAH
59 1300 1901 BADAN DIKLAT 116.941.750,00 0,00 0,00 0,00 0,00 116.941.750,00
60 1300 1902 BADAN KEPEGAWAIAN DAE 175.725.000,00 157.943.500,00 0,00 0,00 0,00 333.668.500,00
61 1300 1903 SEKRETARIAT KORPRI 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
62 1300 2001 KANTOR PERWAKILAN 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
63 1300 2101 DINAS KOMUNIKASI & 161.364.500,00 72.980.500,00 0,00 0,00 0,00 234.345.000,00
INFORMATIKA
64 1300 2102 SEKRETARIAT KPID 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
BADAN PERPUSTAKAAN &
65 1300 2103 3.290.216.950,00 502.295.500,00 0,00 0,00 0,00 3.792.512.450,00
KEARSIPAN
JUMLAH KESELURUHAN 37.593.548.920,00 8.375.063.720,00 0,00 0,00 27.682.525.522,00 73.651.138.162,00
Lampiran 6
PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR
REKAPITULASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA (SUBSIDI /FUNGSIONAL)
Tahun Anggaran 2009

Kode Anggaran Realisasi Lebih /


Uraian Total Total
Rekening Subsidi Fungsional Subsidi Fungsional Kurang (+/-)
4 PENDAPATAN DAERAH 6.448.229.850.214,00 243.692.500.000,00 6.691.922.350.214,00 7.536.084.914.903,56 291.609.900.628,94 7.827.694.815.532,50 1.135.772.465.318,50

4 1 PENDAPATAN ASLI DAERAH 4.385.503.445.000,00 243.692.500.000,00 4.629.195.945.000,00 5.416.430.436.452,57 291.609.900.628,94 5.708.040.337.081,51 1.078.844.392.081,51
4 1 1 PAJAK DAERAH 3.967.125.000.000,00 0,00 3.967.125.000.000,00 4.891.816.302.939,00 0,00 4.891.816.302.939,00 924.691.302.939,00
4 1 1 01 Pajak Kendaraan Bermotor 1.779.975.000.000,00 0,00 1.779.975.000.000,00 2.068.031.124.399,00 0,00 2.068.031.124.399,00 288.056.124.399,00
4 1 1 03 Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor 1.405.000.000.000,00 0,00 1.405.000.000.000,00 1.789.318.491.659,00 0,00 1.789.318.491.659,00 384.318.491.659,00
4 1 1 05 Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor 750.000.000.000,00 0,00 750.000.000.000,00 996.915.175.317,00 0,00 996.915.175.317,00 246.915.175.317,00
4 1 1 06 Pajak Air Permukaan 16.000.000.000,00 0,00 16.000.000.000,00 18.651.017.292,00 0,00 18.651.017.292,00 2.651.017.292,00
4 1 1 07 Pajak Air Bawah Tanah 16.150.000.000,00 0,00 16.150.000.000,00 18.900.494.272,00 0,00 18.900.494.272,00 2.750.494.272,00
4 1 2 RETRIBUSI DAERAH 62.510.578.000,00 80.000.000,00 62.590.578.000,00 75.609.005.674,00 0,00 75.609.005.674,00 13.018.427.674,00
4 1 2 01 Retribusi Jasa Umum 18.826.314.000,00 80.000.000,00 18.906.314.000,00 22.029.417.784,00 0,00 22.029.417.784,00 3.123.103.784,00
4 1 2 02 Retribusi Jasa Usaha 27.791.935.000,00 0,00 27.791.935.000,00 34.774.561.370,00 0,00 34.774.561.370,00 6.982.626.370,00
4 1 2 03 Retribusi Perijinan Tertentu 15.892.329.000,00 0,00 15.892.329.000,00 18.805.026.520,00 0,00 18.805.026.520,00 2.912.697.520,00
HASIL PENGELOLAAN KEKAYAAN DAERAH YANG
4 1 3 219.293.650.000,00 0,00 219.293.650.000,00 227.446.225.641,31 0,00 227.446.225.641,31 8.152.575.641,31
DIPISAHKAN
Bagian Laba atas penyertaan modal pada Perusahaan Milik
4 1 3 01 213.550.000.000,00 0,00 213.550.000.000,00 222.370.877.016,10 0,00 222.370.877.016,10 8.820.877.016,10
Daerah/BUMD
Bagian Laba atas penyertaan modal pada Perusahaan
4 1 3 03 5.743.650.000,00 0,00 5.743.650.000,00 5.075.348.625,21 0,00 5.075.348.625,21 (668.301.374,79)
Patungan/Milik Swasta
4 1 4 LAIN-LAIN PENDAPATAN ASLI DAERAH YANG SAH 136.574.217.000,00 243.612.500.000,00 380.186.717.000,00 221.558.902.198,26 291.609.900.628,94 513.168.802.827,20 132.982.085.827,20
4 1 4 01 Hasil Penjualan Aset Daerah Yang Tidak Dipisahkan 778.700.000,00 130.000.000,00 908.700.000,00 1.427.287.014,00 117.140.000,00 1.544.427.014,00 635.727.014,00
4 1 4 02 Jasa Giro 82.000.000.000,00 0,00 82.000.000.000,00 137.885.783.790,70 0,00 137.885.783.790,70 55.885.783.790,70
4 1 4 04 Tuntutan Ganti Rugi (TGR) 0,00 0,00 0,00 200.838.550,00 0,00 200.838.550,00 200.838.550,00
4 1 4 05 Komisi, Potongan dan Keuntungan Selisih Nilai Tukar Rupiah 0,00 130.000.000,00 130.000.000,00 0,00 109.843.282,00 109.843.282,00 (20.156.718,00)
4 1 4 06 Pendapatan Denda atas Keterlambatan Pelaksanaan 13.336.530.000,00 0,00 13.336.530.000,00 14.224.765.412,00 0,00 14.224.765.412,00 888.235.412,00
4 1 4 07 Pendapatan Denda Pajak 0,00 0,00 0,00 26.586.997.469,00 0,00 26.586.997.469,00 26.586.997.469,00
4 1 4 09 Pendapatan Hasil Eksekusi atas Jaminan 0,00 0,00 0,00 26.750.000,00 0,00 26.750.000,00 26.750.000,00
4 1 4 10 Pendapatan dari Pengembalian 0,00 0,00 0,00 15.139.283.940,57 0,00 15.139.283.940,57 15.139.283.940,57
4 1 4 12 Pendapatan dari Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan 650.000.000,00 1.139.000.000,00 1.789.000.000,00 864.680.768,00 2.083.568.945,00 2.948.249.713,00 1.159.249.713,00
4 1 4 14 Pendapatan Sewa 230.037.000,00 1.890.900.000,00 2.120.937.000,00 635.056.189,00 9.755.553.918,00 10.390.610.107,00 8.269.673.107,00
4 1 4 15 Pengolahan/Pembuangan Limbah 0,00 28.640.000,00 28.640.000,00 0,00 37.036.000,00 37.036.000,00 8.396.000,00
4 1 4 16 Jasa Layanan 27.172.500.000,00 240.171.960.000,00 267.344.460.000,00 1.648.761.052,00 279.304.452.836,94 280.953.213.888,94 13.608.753.888,94
4 1 4 17 Penerimaan Lain-Lain 12.406.450.000,00 122.000.000,00 12.528.450.000,00 22.918.698.012,99 202.305.647,00 23.121.003.659,99 10.592.553.659,99
Kode Anggaran Realisasi Lebih /
Uraian Total Total
Rekening Subsidi Fungsional Subsidi Fungsional Kurang (+/-)
4 2 DANA PERIMBANGAN 2.049.440.405.214,00 0,00 2.049.440.405.214,00 2.093.556.408.980,00 0,00 2.093.556.408.980,00 44.116.003.766,00
4 2 1 Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 912.961.055.214,00 0,00 912.961.055.214,00 957.077.058.980,00 0,00 957.077.058.980,00 44.116.003.766,00

4 2 1 01 Bagi Hasil Pajak 709.493.620.000,00 0,00 709.493.620.000,00 736.758.443.445,00 0,00 736.758.443.445,00 27.264.823.445,00

4 2 1 02 Bagi Hasil Bukan Pajak/Sumber Daya Alam 23.660.281.214,00 0,00 23.660.281.214,00 39.913.879.535,00 0,00 39.913.879.535,00 16.253.598.321,00
4 2 1 03 Bagi Hasil Cukai Tembakau 179.807.154.000,00 0,00 179.807.154.000,00 180.404.736.000,00 0,00 180.404.736.000,00 597.582.000,00
4 2 2 Dana Alokasi Umum 1.118.478.350.000,00 0,00 1.118.478.350.000,00 1.118.478.350.000,00 0,00 1.118.478.350.000,00 0,00
4 2 2 01 Dana Alokasi Umum 1.118.478.350.000,00 0,00 1.118.478.350.000,00 1.118.478.350.000,00 0,00 1.118.478.350.000,00 0,00
4 2 3 Dana Alokasi Khusus 18.001.000.000,00 0,00 18.001.000.000,00 18.001.000.000,00 0,00 18.001.000.000,00 0,00
4 2 3 01 Dana Alokasi Khusus 18.001.000.000,00 0,00 18.001.000.000,00 18.001.000.000,00 0,00 18.001.000.000,00 0,00
4 3 LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 13.286.000.000,00 0,00 13.286.000.000,00 26.098.069.470,99 0,00 26.098.069.470,99 12.812.069.470,99
4 3 1 Pendapatan Hibah 13.286.000.000,00 0,00 13.286.000.000,00 22.032.919.470,99 0,00 22.032.919.470,99 8.746.919.470,99
4 3 1 01 Pendapatan Hibah dari Pemerintah 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Pendapatan Hibah dari Badan/Lembaga/Organisasi Swasta
4 3 1 03 13.286.000.000,00 0,00 13.286.000.000,00 22.032.919.470,99 0,00 22.032.919.470,99 8.746.919.470,99
Dalam Negeri
4 3 4 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 0,00 0,00 0,00 4.065.150.000,00 0,00 4.065.150.000,00 4.065.150.000,00
4 3 4 01 Dana Penyesuaian 0,00 0,00 0,00 4.065.150.000,00 0,00 4.065.150.000,00 4.065.150.000,00

JUMLAH PENDAPATAN DAERAH 6.448.229.850.214,00 243.692.500.000,00 6.691.922.350.214,00 7.536.084.914.903,56 291.609.900.628,94 7.827.694.815.532,50 1.135.772.465.318,50

5 BELANJA DAERAH 8.098.624.272.584,00 296.540.942.143,00 8.395.165.214.727,00 7.307.640.858.700,17 294.397.948.826,70 7.602.038.807.526,87 (793.126.407.200,13)

5 1 BELANJA TIDAK LANGSUNG 4.778.519.535.487,00 0,00 4.778.519.535.487,00 4.318.603.196.534,57 296.035.973,00 4.318.899.232.507,57 (459.620.302.979,43)
5 1 1 BELANJA PEGAWAI 1.303.778.731.928,00 0,00 1.303.778.731.928,00 1.075.189.345.905,00 0,00 1.075.189.345.905,00 (228.589.386.023,00)
5 1 1 01 Gaji dan Tunjangan 960.404.546.834,00 0,00 960.404.546.834,00 843.369.524.277,00 0,00 843.369.524.277,00 (117.035.022.557,00)
5 1 1 02 Tambahan Penghasilan PNS 114.838.948.700,00 0,00 114.838.948.700,00 93.037.570.497,00 0,00 93.037.570.497,00 (21.801.378.203,00)
5 1 1 03 Belanja Penerimaan KDH/WKDH Lainnya 17.284.487.000,00 0,00 17.284.487.000,00 16.792.000.000,00 0,00 16.792.000.000,00 (492.487.000,00)
5 1 1 04 Biaya Pemungutan Pajak Daerah 211.250.749.394,00 0,00 211.250.749.394,00 121.990.251.131,00 0,00 121.990.251.131,00 (89.260.498.263,00)
5 1 2 BELANJA BUNGA 296.035.973,00 0,00 296.035.973,00 0,00 296.035.973,00 296.035.973,00 0,00
5 1 2 01 Bunga dan Denda Utang Pinjaman 296.035.973,00 0,00 296.035.973,00 0,00 296.035.973,00 296.035.973,00 0,00
5 1 4 BELANJA HIBAH 586.097.494.380,00 0,00 586.097.494.380,00 540.816.991.822,57 0,00 540.816.991.822,57 (45.280.502.557,43)
5 1 4 01 Belanja Hibah kepada Pemerintah Pusat 135.707.248.174,00 0,00 135.707.248.174,00 121.055.157.000,00 0,00 121.055.157.000,00 (14.652.091.174,00)
5 1 4 04 Belanja Hibah kepada Perusahaan Daerah/BUMD/BUMN 455.143.380,00 0,00 455.143.380,00 0,00 0,00 0,00 (455.143.380,00)
5 1 4 05 Belanja Hibah kepada Badan/Lembaga/Organisasi Swasta 449.935.102.826,00 0,00 449.935.102.826,00 419.761.834.822,57 0,00 419.761.834.822,57 (30.173.268.003,43)
5 1 5 BELANJA BANTUAN SOSIAL 97.602.703.620,00 0,00 97.602.703.620,00 72.471.414.349,00 0,00 72.471.414.349,00 (25.131.289.271,00)
Belanja Bantuan Sosial Kepada Organisasi Sosial
5 1 5 01 94.851.703.620,00 0,00 94.851.703.620,00 69.879.140.000,00 0,00 69.879.140.000,00 (24.972.563.620,00)
Kemasyarakatan
5 1 5 03 Belanja Bantuan Sosial Kepada Anggota Masyarakat 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
5 1 5 04 Belanja Bantuan Kepada Partai Politik 2.751.000.000,00 0,00 2.751.000.000,00 2.592.274.349,00 0,00 2.592.274.349,00 (158.725.651,00)
Kode Anggaran Realisasi Lebih /
Uraian Total Total
Rekening Subsidi Fungsional Subsidi Fungsional Kurang (+/-)
BELANJA BAGI HASIL KEPADA PROVINSI/KABUPATEN/
5 1 6 1.915.500.691.045,00 0,00 1.915.500.691.045,00 1.883.301.032.340,00 0,00 1.883.301.032.340,00 (32.199.658.705,00)
KOTA DAN PEMERINTAHAN DESA
5 1 6 02 Belanja Bagi Hasil Pajak Daerah Kepada Kabupaten/Kota 1.900.348.473.009,00 0,00 1.900.348.473.009,00 1.872.401.105.023,00 0,00 1.872.401.105.023,00 (27.947.367.986,00)
5 1 6 04 Belanja Bagi Hasil Retribusi Daerah Kepada Kabupaten/Kota 15.152.218.036,00 0,00 15.152.218.036,00 10.899.927.317,00 0,00 10.899.927.317,00 (4.252.290.719,00)
BELANJA BANTUAN KEUANGAN KEPADA PROVINSI/
5 1 7 801.701.792.100,00 0,00 801.701.792.100,00 746.137.792.100,00 0,00 746.137.792.100,00 (55.564.000.000,00)
KABUPATEN/KOTA DAN PEMERINTAHAN DESA
5 1 7 02 Belanja Bantuan Keuangan kepada Kabupaten/Kota 780.791.089.100,00 0,00 780.791.089.100,00 725.302.089.100,00 0,00 725.302.089.100,00 (55.489.000.000,00)
5 1 7 03 Belanja Bantuan Keuangan kepada Desa 20.910.703.000,00 0,00 20.910.703.000,00 20.835.703.000,00 0,00 20.835.703.000,00 (75.000.000,00)
5 1 8 BELANJA TIDAK TERDUGA 73.542.086.441,00 0,00 73.542.086.441,00 686.620.018,00 0,00 686.620.018,00 (72.855.466.423,00)
5 1 8 01 Belanja Tidak Terduga 73.542.086.441,00 0,00 73.542.086.441,00 686.620.018,00 0,00 686.620.018,00 (72.855.466.423,00)
5 2 BELANJA LANGSUNG 3.320.104.737.097,00 296.540.942.143,00 3.616.645.679.240,00 2.989.037.662.165,60 294.101.912.853,70 3.283.139.575.019,30 (333.506.104.220,70)
5 2 1 BELANJA PEGAWAI 399.443.779.400,00 122.262.764.879,00 521.706.544.279,00 361.484.278.021,00 121.702.662.598,00 483.186.940.619,00 (38.519.603.660,00)
5 2 1 01 Honorarium PNS 175.511.500.320,00 110.785.360.379,00 286.296.860.699,00 153.896.166.005,00 111.098.756.898,00 264.994.922.903,00 (21.301.937.796,00)
5 2 1 02 Honorarium Non PNS 127.921.667.980,00 9.625.304.500,00 137.546.972.480,00 115.591.348.016,00 8.723.127.700,00 124.314.475.716,00 (13.232.496.764,00)
5 2 1 03 Uang Lembur 96.010.611.100,00 1.852.100.000,00 97.862.711.100,00 91.996.764.000,00 1.880.778.000,00 93.877.542.000,00 (3.985.169.100,00)
5 2 2 BELANJA BARANG DAN JASA 2.024.350.486.586,00 155.788.034.714,00 2.180.138.521.300,00 1.810.695.979.949,60 151.956.662.761,70 1.962.652.642.711,30 (217.485.878.588,70)
5 2 2 01 Belanja Bahan Pakai Habis 284.270.188.101,00 37.143.626.574,00 321.413.814.675,00 252.738.765.054,00 36.678.492.618,00 289.417.257.672,00 (31.996.557.003,00)
5 2 2 02 Belanja Bahan/Material 74.341.725.805,58 28.876.449.969,00 103.218.175.774,58 67.997.153.298,00 28.848.198.127,00 96.845.351.425,00 (6.372.824.349,58)
5 2 2 03 Belanja Jasa Kantor 497.791.385.855,00 10.269.568.000,00 508.060.953.855,00 449.861.207.031,00 9.721.529.041,70 459.582.736.072,70 (48.478.217.782,30)
5 2 2 04 Belanja Premi Asuransi 2.913.970.000,00 100.000.000,00 3.013.970.000,00 2.498.125.896,00 144.355.941,00 2.642.481.837,00 (371.488.163,00)
5 2 2 05 Belanja Perawatan Kendaraan Bermotor 29.971.435.740,00 1.668.161.565,00 31.639.597.305,00 25.420.279.238,00 1.626.201.809,00 27.046.481.047,00 (4.593.116.258,00)
5 2 2 06 Belanja Cetak dan Penggandaan 79.253.568.403,42 4.285.919.616,00 83.539.488.019,42 72.043.202.704,00 3.998.399.808,00 76.041.602.512,00 (7.497.885.507,42)
5 2 2 07 Belanja Sewa Rumah/Gedung/Gudang/Parkir 25.962.407.150,00 25.920.000,00 25.988.327.150,00 24.463.556.521,00 48.720.000,00 24.512.276.521,00 (1.476.050.629,00)
5 2 2 08 Belanja Sewa Sarana Mobilitas 6.360.120.000,00 9.500.000,00 6.369.620.000,00 5.256.126.720,00 9.500.000,00 5.265.626.720,00 (1.103.993.280,00)
5 2 2 09 Belanja Sewa Alat Berat 174.500.000,00 0,00 174.500.000,00 147.868.200,00 0,00 147.868.200,00 (26.631.800,00)
5 2 2 10 Belanja Sewa Perlengkapan dan Peralatan Kantor 7.464.794.000,00 1.071.680.000,00 8.536.474.000,00 6.788.127.700,00 1.056.851.630,00 7.844.979.330,00 (691.494.670,00)
5 2 2 11 Belanja Makanan dan Minuman 99.219.344.150,00 27.984.746.635,00 127.204.090.785,00 87.781.472.559,00 27.481.952.774,00 115.263.425.333,00 (11.940.665.452,00)
5 2 2 12 Belanja Pakaian Dinas dan Atributnya 11.541.084.450,00 312.482.250,00 11.853.566.700,00 10.643.954.963,00 430.637.875,00 11.074.592.838,00 (778.973.862,00)
5 2 2 13 Belanja Pakaian Kerja 4.827.333.750,00 1.268.835.000,00 6.096.168.750,00 4.542.295.188,00 1.083.118.795,00 5.625.413.983,00 (470.754.767,00)
5 2 2 14 Belanja Pakaian khusus dan hari-hari tertentu 7.996.164.000,00 97.750.000,00 8.093.914.000,00 7.204.899.240,00 459.233.400,00 7.664.132.640,00 (429.781.360,00)
5 2 2 15 Belanja Perjalanan Dinas 416.428.994.200,00 3.661.007.000,00 420.090.001.200,00 360.123.270.176,00 3.282.211.840,00 363.405.482.016,00 (56.684.519.184,00)
5 2 2 16 Belanja Beasiswa Pendidikan PNS/Non PNS 1.923.000.000,00 1.209.087.000,00 3.132.087.000,00 1.624.664.628,00 1.176.752.000,00 2.801.416.628,00 (330.670.372,00)
5 2 2 17 Belanja Kursus, Pelatihan, Sosialisasi dan Bimbingan Teknis 21.485.710.900,00 1.942.220.000,00 23.427.930.900,00 11.536.318.120,00 1.911.895.600,00 13.448.213.720,00 (9.979.717.180,00)
5 2 2 18 Belanja Perjalanan Pindah Tugas 31.700.000,00 0,00 31.700.000,00 10.750.000,00 0,00 10.750.000,00 (20.950.000,00)
5 2 2 19 Belanja Pemulangan Pegawai 22.500.000,00 0,00 22.500.000,00 0,00 0,00 0,00 (22.500.000,00)
5 2 2 20 Belanja Pemeliharaan 263.675.695.782,00 32.878.781.105,00 296.554.476.887,00 243.791.904.452,00 30.989.816.453,00 274.781.720.905,00 (21.772.755.982,00)
5 2 2 21 Belanja Jasa Konsultansi 88.727.507.000,00 2.982.300.000,00 91.709.807.000,00 82.704.253.810,00 3.008.795.050,00 85.713.048.860,00 (5.996.758.140,00)
Kode Anggaran Realisasi Lebih /
Uraian Total Total
Rekening Subsidi Fungsional Subsidi Fungsional Kurang (+/-)
5 2 2 22 Belanja Kesehatan Masyarakat 99.967.357.299,00 0,00 99.967.357.299,00 93.517.784.451,60 0,00 93.517.784.451,60 (6.449.572.847,40)
5 2 3 BELANJA MODAL 896.310.471.111,00 18.490.142.550,00 914.800.613.661,00 816.857.404.195,00 20.442.587.494,00 837.299.991.689,00 (77.500.621.972,00)
5 2 3 01 Belanja Modal Pengadaan Tanah 40.526.033.430,00 0,00 40.526.033.430,00 26.618.820.180,00 0,00 26.618.820.180,00 (13.907.213.250,00)
5 2 3 02 Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Berat 9.574.962.354,00 1.040.000.000,00 10.614.962.354,00 8.145.593.215,00 1.023.068.000,00 9.168.661.215,00 (1.446.301.139,00)
5 2 3 03 Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Angkutan Darat 5.546.675.500,00 400.000.000,00 5.946.675.500,00 5.031.671.590,00 402.799.500,00 5.434.471.090,00 (512.204.410,00)
Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Angkutan Darat Tidak
5 2 3 04 19.150.000,00 11.500.000,00 30.650.000,00 19.039.900,00 3.850.000,00 22.889.900,00 (7.760.100,00)
Bermotor
5 2 3 05 Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Angkutan di Air Bermotor 1.019.969.000,00 0,00 1.019.969.000,00 997.095.000,00 0,00 997.095.000,00 (22.874.000,00)
Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Angkutan di Air Tidak
5 2 3 06 137.200.000,00 0,00 137.200.000,00 134.380.000,00 0,00 134.380.000,00 (2.820.000,00)
Bermotor
5 2 3 08 Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Bengkel 4.789.585.050,00 6.000.000,00 4.795.585.050,00 4.564.839.915,00 14.190.000,00 4.579.029.915,00 (216.555.135,00)
Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Pengolahan Pertanian,
5 2 3 09 Perkebunan, Peternakan, Perikanan, Pertambangan, ESDM 4.413.957.800,00 0,00 4.413.957.800,00 4.132.636.374,00 0,00 4.132.636.374,00 (281.321.426,00)
dan Kehutanan
5 2 3 10 Belanja Modal Pengadaan Peralatan Kantor 6.396.945.600,00 916.026.100,00 7.312.971.700,00 5.914.658.446,00 891.318.240,00 6.805.976.686,00 (506.995.014,00)
5 2 3 11 Belanja Modal Pengadaan Perlengkapan Kantor 5.735.564.110,00 921.325.000,00 6.656.889.110,00 5.167.525.670,00 936.162.000,00 6.103.687.670,00 (553.201.440,00)
5 2 3 12 Belanja Modal Pengadaan Komputer 42.916.467.510,00 966.895.000,00 43.883.362.510,00 39.646.966.921,00 1.403.118.500,00 41.050.085.421,00 (2.833.277.089,00)
5 2 3 13 Belanja Modal Pengadaan Mebeulair 16.804.188.404,00 1.068.825.000,00 17.873.013.404,00 14.245.532.710,00 1.728.026.590,00 15.973.559.300,00 (1.899.454.104,00)
5 2 3 14 Belanja Modal Pengadaan Peralatan Dapur 3.817.700.840,00 108.000.000,00 3.925.700.840,00 3.673.137.467,00 166.362.690,00 3.839.500.157,00 (86.200.683,00)
5 2 3 15 Belanja Modal Pengadaan Penghias Ruangan Rumah 3.048.596.850,00 456.924.650,00 3.505.521.500,00 2.808.800.488,00 444.288.470,00 3.253.088.958,00 (252.432.542,00)
5 2 3 16 Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Studio 13.063.667.890,00 380.330.800,00 13.443.998.690,00 11.984.551.271,00 412.886.800,00 12.397.438.071,00 (1.046.560.619,00)
5 2 3 17 Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Komunikasi 2.100.803.320,00 140.150.000,00 2.240.953.320,00 1.949.851.075,00 182.241.875,00 2.132.092.950,00 (108.860.370,00)
5 2 3 18 Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Ukur 2.780.342.650,00 4.000.000,00 2.784.342.650,00 2.683.480.220,00 8.498.600,00 2.691.978.820,00 (92.363.830,00)
5 2 3 19 Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Kedokteran 102.341.816.024,00 11.449.030.000,00 113.790.846.024,00 97.957.733.050,00 11.997.058.445,00 109.954.791.495,00 (3.836.054.529,00)
5 2 3 20 Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Laboratorium 12.807.443.800,00 387.000.000,00 13.194.443.800,00 11.873.485.735,00 544.787.204,00 12.418.272.939,00 (776.170.861,00)
5 2 3 21 Belanja Modal Pengadaan Konstruksi Jalan 151.964.066.685,00 0,00 151.964.066.685,00 143.640.095.044,00 0,00 143.640.095.044,00 (8.323.971.641,00)
5 2 3 22 Belanja Modal Pengadaan Konstruksi Jembatan 28.684.389.860,00 0,00 28.684.389.860,00 25.942.834.362,00 0,00 25.942.834.362,00 (2.741.555.498,00)
Belanja Modal Pengadaan Konstruksi Jaringan, Instalasi Air
5 2 3 23 467.203.000,00 0,00 467.203.000,00 458.536.000,00 0,00 458.536.000,00 (8.667.000,00)
dan Irigasi
Belanja Modal Pengadaan Penerangan Jalan, Taman dan
5 2 3 24 12.918.460.100,00 0,00 12.918.460.100,00 12.337.848.900,00 0,00 12.337.848.900,00 (580.611.200,00)
Hutan Kota serta Perlengkapan Jalan
Belanja Modal Pengadaan Instalasi dan Jaringan Listrik,
5 2 3 25 3.034.592.000,00 60.000.000,00 3.094.592.000,00 2.896.979.600,00 47.443.000,00 2.944.422.600,00 (150.169.400,00)
Telepon dan Infrastruktur Lainnya
5 2 3 26 Belanja Modal Pengadaan Konstruksi/Pembelian Bangunan 411.409.011.734,00 0,00 411.409.011.734,00 375.155.237.314,00 0,00 375.155.237.314,00 (36.253.774.420,00)
Belanja Modal Pengadaan Buku/Kepustakaan dan Barang
5 2 3 27 3.701.145.000,00 159.136.000,00 3.860.281.000,00 3.537.265.098,00 133.067.450,00 3.670.332.548,00 (189.948.452,00)
Perpustakaan
Belanja Modal Pengadaan Barang bercorak Kesenian,
5 2 3 28 815.332.600,00 15.000.000,00 830.332.600,00 645.973.900,00 103.420.130,00 749.394.030,00 (80.938.570,00)
Kebudayaan dan Olahraga
5 2 3 29 Belanja Modal Pengadaan Hewan/Ternak dan Tanaman 5.406.950.000,00 0,00 5.406.950.000,00 4.625.598.800,00 0,00 4.625.598.800,00 (781.351.200,00)
5 2 3 30 Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Persenjataan/Keamanan 20.250.000,00 0,00 20.250.000,00 19.845.950,00 0,00 19.845.950,00 (404.050,00)
5 2 3 31 Belanja Modal Hibah 48.000.000,00 0,00 48.000.000,00 47.390.000,00 0,00 47.390.000,00 (610.000,00)
Kode Anggaran Realisasi Lebih /
Uraian Total Total
Rekening Subsidi Fungsional Subsidi Fungsional Kurang (+/-)
JUMLAH BELANJA DAERAH 8.098.624.272.584,00 296.540.942.143,00 8.395.165.214.727,00 7.307.640.858.700,17 294.397.948.826,70 7.602.038.807.526,87 (793.126.407.200,13)

JUMLAH PEMBIAYAAN DAERAH 1.703.242.864.513,00 0,00 1.703.242.864.513,00 1.710.654.528.539,69 (5.311.664.027,00) 1.705.342.864.512,69 2.099.999.999,69

6 PEMBIAYAAN DAERAH 2.061.246.528.540,00 0,00 2.061.246.528.540,00 2.061.246.528.539,69 0,00 2.061.246.528.539,69 (0,31)

6 1 PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH 2.061.246.528.540,00 0,00 2.061.246.528.540,00 2.061.246.528.539,69 0,00 2.061.246.528.539,69 (0,31)
SISA LEBIH PERHITUNGAN ANGGARAN TAHUN
6 1 1 1.944.170.625.636,00 0,00 1.944.170.625.636,00 1.281.906.644.663,91 0,00 1.281.906.644.663,91 (662.263.980.972,09)
ANGGARAN SEBELUMNYA
6 1 1 01 Pelampauan penerimaan PAD 0,00 0,00 0,00 73.765.562.523,00 0,00 73.765.562.523,00 73.765.562.523,00
6 1 1 02 Pelampauan penerimaan Dana Perimbangan 0,00 0,00 0,00 9.642.468.036,00 0,00 9.642.468.036,00 9.642.468.036,00
6 1 1 03 Pelampauan penerimaan Lain-lain Pendapatan Daerah Yang 110.492.962.500,00 0,00 110.492.962.500,00 674.576.619.626,95 0,00 674.576.619.626,95 564.083.657.126,95
6 1 1 04 Sisa Penghematan Belanja atau akibat lainnya 6.582.940.404,00 0,00 6.582.940.404,00 0,00 0,00 0,00 (6.582.940.404,00)
6 1 1 06 Kegiatan Lanjutan 0,00 0,00 0,00 21.355.233.689,83 0,00 21.355.233.689,83 21.355.233.689,83
6 1 1 07 Perhitungan Pembiayaan Daerah 2.061.246.528.540,00 0,00 2.061.246.528.540,00 2.061.246.528.539,69 0,00 2.061.246.528.539,69 (0,31)

JUMLAH PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH 358.003.664.027,00 0,00 358.003.664.027,00 350.592.000.000,00 5.311.664.027,00 355.903.664.027,00 (2.100.000.000,00)

6 2 PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH 352.692.000.000,00 0,00 352.692.000.000,00 350.592.000.000,00 0,00 350.592.000.000,00 (2.100.000.000,00)
PENYERTAAN MODAL (INVESTASI) PEMERINTAH
6 2 2 342.442.000.000,00 0,00 342.442.000.000,00 341.942.000.000,00 0,00 341.942.000.000,00 (500.000.000,00)
DAERAH
6 2 2 02 Badan usaha milik daerah (BUMD) 10.250.000.000,00 0,00 10.250.000.000,00 8.650.000.000,00 0,00 8.650.000.000,00 (1.600.000.000,00)
6 2 2 05 Investasi non permanen 5.311.664.027,00 0,00 5.311.664.027,00 0,00 5.311.664.027,00 5.311.664.027,00 0,00
6 2 3 PEMBAYARAN POKOK UTANG 5.311.664.027,00 0,00 5.311.664.027,00 0,00 5.311.664.027,00 5.311.664.027,00 0,00
Pembayaran Pokok Utang yang Jatuh Tempo kepada
6 2 3 03 358.003.664.027,00 0,00 358.003.664.027,00 350.592.000.000,00 5.311.664.027,00 355.903.664.027,00 (2.100.000.000,00)
lembaga keuangan bank
JUMLAH PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH 1.703.242.864.513,00 0,00 1.703.242.864.513,00 1.710.654.528.539,69 (5.311.664.027,00) 1.705.342.864.512,69 2.099.999.999,69

JUMLAH PEMBIAYAAN DAERAH 1.703.242.864.513,00 0,00 1.703.242.864.513,00 1.710.654.528.539,69 (5.311.664.027,00) 1.705.342.864.512,69 (2.099.999.999,69)
Lampiran 7
BELANJA BARANG STIMULAN PADA SKPD
TAHUN ANGGARAN 2009

NO. URAIAN JUMLAH


1 Badan Ketahanan Pangan Prop. Jatim 591.114.150,00
2 Badan Lingkungan Hidup Prop. Jatim 1.403.747.855,00
3 Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Prop. Jatim 876.161.000,00
4 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Prop. Jatim 299.310.000,00
5 Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur 111.865.648,00
6 Biro Administrasi Kemasyarakatan Setda Prop. Jatim 589.834.500,00
7 Biro Administrasi Kesejahteraan Rakyat Setda Prop. Jatim 472.252.000,00
8 Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Prop. Jatim 4.024.097.206,00
9 Dinas Kehutanan Prop. Jatim 1.591.261.675,00
10 Dinas Kepemudaan dan Keolahragaan Prop. Jatim 353.008.700,00
11 Dinas Kesehatan Prop. Jatim 2.520.087.422,00
12 Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang Prop Jatim 93.899.704.890,00
13 Dinas Pendidikan Prop. Jatim 3.107.728.900,00
14 Dinas Perikanan dan Kelautan Prop. Jatim 13.268.083.370,00
15 Dinas Perindustrian dan Perdagangan Prop. Jatim 364.347.500,00
16 Dinas Perkebunan Prop. Jatim 4.272.219.800,00
17 Dinas Pertanian Prop. Jatim 4.448.850.010,00
18 Dinas Peternakan Prop. Jatim 6.694.139.525,00
19 Dinas Sosial Prop. Jatim 11.240.057.920,00
20 Dinas Tenaga Kerja, transmigrasi dan Kependudukan Prop. Jatim 909.899.650,00
21 Rumah Sakit Umum Dr. Soetomo Surabaya Prop. Jatim 230.766.250,00
TOTAL 151.268.537.971,00
Lampiran 8
BELANJA HIBAH TAHUN ANGGARAN 2009

No. Uraian Realisasi


1 Belanja Hibah kepada Pemerintah Pusat 121.055.157.000,00
- Belanja Hibah kepada Instansi Vertikal 121.055.157.000,00

2 Belanja Hibah kepada Perusahaan Daerah/BUMD/BUMN 0,00


- Belanja Hibah Kepada Badan Usaha Milik Negara 0,00

3 Belanja Hibah kepada Badan/Lembaga/Organisasi Swasta 419.761.834.822,57


- Belanja Hibah kepada lembaga/organisasi semi pemerintah 38.881.613.330,57
- Belanja Hibah kepada Badan/Lembaga Untuk Fungsi Perencanaan 10.775.000.000,00
- Belanja Hibah kepada badan/lembaga untuk Fungsi kesejahteraan rakyat 2.203.250.000,00
- Belanja Hibah kepada badan/lembaga untuk Fungsi Kemasyarakatan 60.304.242.681,00
- Belanja Hibah untuk Fungsi Pendidikan 204.392.817.811,00
- Belanja Hibah untuk Fungsi Peningkatan Perekonomian 320.000.000,00
- Belanja Hibah untuk Fungsi Peningkatan Perkoperasian 19.661.431.000,00
- Belanja Hibah untuk Fungsi Pemberdayaan Perempuan 450.000.000,00
- Belanja Hibah untuk Pemberdayaan Masyarakat 40.898.850.000,00
- Belanja Hibah untuk program-program Pembangunan Jawa Timur 6.636.630.000,00
- Belanja Hibah Penunjang Stabilitas Daerah 4.438.000.000,00
- Belanja Hibah untuk Fungsi Perikanan dan Kelautan 8.000.000.000,00
- Belanja Hibah untuk Fungsi Perkebunan 0,00
- Belanja Hibah untuk Fungsi Perindustrian dan Perdagangan 2 500 000 000 00
2.500.000.000,00
- Belanja Hibah Untuk Fungsi Pertanian 18.000.000.000,00
- Belanja Hibah Untuk Fungsi Komunikasi dan Informatika 300.000.000,00
- Belanja Hibah Untuk Fungsi Penelitian dan Pengembangan 2.000.000.000,00
JUMLAH 540.816.991.822,57
Lampiran 9
BELANJA BANTUAN SOSIAL TAHUN ANGGARAN 2009

No. Uraian Realisasi

Belanja Bantuan Sosial Kepada Organisasi Sosial


1 69.879.140.000,00
Kemasyarakatan
- Belanja Bantuan Sosial Bidang Sosial Kemasyarakatan 36.435.250.000,00
- Belanja Bantuan Sosial untuk Bidang Kesejahteraan Rakyat 11.360.890.000,00
- Belanja Bantuan Sosial untuk Peningkatan Perekonomian Rakyat 0,00
- Belanja Bantuan Sosial untuk Bidang Koperasi 750.000.000,00
- Belanja Bantuan Sosial untuk Penunjang Program Pembangunan 17.509.000.000,00
- Belanja Bantuan Sosial untuk Dinamika Masyarakat 1.154.000.000,00
- Belanja Bantuan Sosial untuk Wawasan Kebangsaan 2.670.000.000,00

2 Belanja Bantuan Kepada Partai Politik 2.592.274.349,00


- Belanja Bantuan kepada Partai Politik 2.592.274.349,00

JUMLAH 72.471.414.349,00
Lampiran 10
RINCIAN SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN (SILPA)
TAHUN ANGGARAN 2009 DAN 2008

No. Uraian Tahun 2009 Tahun 2008


1 Pelampauan PAD - Pajak Daerah 924.691.302.939,00 1.109.641.543.639,05
2 Pelampauan PAD - Retribusi Daerah 13.018.427.674,00 31.679.328.069,22
3 Pelampauan PAD - Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan 8.152.575.641,31 541.293.657,46
4 Pelampauan PAD - Lain-lain PAD yang sah 132.982.085.827,20 140.044.479.298,18
5 Pelampauan PAD - Bagi Hasil Pajak 44.116.003.766,00 27.275.777.652,00
6 Pelampauan PAD - Bagi Hasil Bukan Pajak 0,00 46.489.784.871,00
7 Pelampauan PAD - Pendapatan Hibah 8.746.919.470,99 9.642.468.036,00
8 Pelampauan PAD - Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 4.065.150.000,00 0,00
9 Penghematan Belanja - Belanja Pegawai dari Belanja Tidak Langsung 228.589.386.023,00 111.293.148.754,00
10 Penghematan Belanja - Belanja Hibah 45.280.502.557,43 191.526.290.072,95
11 Penghematan Belanja - Belanja Bantuan Sosial 25.131.289.271,00 13.527.544.880,00
12 Penghematan Belanja - Belanja Bagi Hasil kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa 32.199.658.705,00 116.385.237.779,00
13 Penghematan Belanja - Belanja Bantuan Keuangan kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa 55.564.000.000,00 1.727.271.788,00
14 Penghematan Belanja - Belanja Tidak Terduga 72.855.466.423,00 26.105.407.877,00
15 Penghematan Belanja - Belanja Pegawai dari Belanja Langsung 38.519.603.660,00 49.691.112.930,00
16 Penghematan Belanja - Belanja Barang dan Jasa 217.485.878.588,70 111.332.837.463,00
17 Penghematan Belanja - Belanja Modal 77.500.621.972,00 52.987.768.083,00
18 Pelampauan Pembiayaan - Pencairan Dana Cadangan 0,00 21.355.233.689,61
19 Pelampauan Pembiayaan - SILPA Anggaran sebelumnya (0,31) 0,22
20 Penghematan Pembiayaan - Penyertaan Modal (investasi permanen) Pemerintah Daerah 2.100.000.000,00 0,00
JUMLAH 1.930.998.872.518,32 2.061.246.528.539,69
Lampiran 11
SALDO KAS DI BENDAHARA PENGELUARAN TAHUN ANGGARAN 2009
PER 31 DESEMBER 2009

No. Uraian Tahun 2009 Tahun 2008

1 Dinas Pendidikan & Kebudayaan 508.788.550,00 2.452.362.070,00


2 RSK Kusta Paru-Paru Batu 19.757.815,00 0,00
3 RSUD Dr. Sutomo Surabaya 537.692.570,00 0,00
4 RSU Hasi Surabaya 848.665.199,00 0,00
5 RSK. Kusta Sumberglagah 0,00 198.123.428,00
6 DPU Bina Marga 190.792.009,00 0,00
7 Badan Lingkungan Hidup 904.581.299,00 0,00
8 Disnakertrasduk 2.800.632.317,00 0,00
9 Dinas Koperasi dan UMKM 33.300.000,00 0,00
10 Bakesbangpol 274.300,00 0,00
11 Kantor Satpol PP 99.999,28 0,00
12 Badan Penanggulangan Bencana Daerah 1.492.733.892,00 0,00
13 Pelaksanaan Harian Badan Narkotika 10.000,00 0,00
14 Biro Administrasi Kerjasama 188.270.060,00 0,00
15 Biro Hukum 12.922.989,00 0,00
16 Biro Humas dan Protokol 315.900.000,00 0,00
17 Biro Organisasi 2.900.000,00 0,00
18 Badan Perpustakaan dan Kearsipan 299.200.350,00 0,00
19 Dinas Energi dan SDM 1.344.100,00 0,00
20 Dinas Perindustrian dan Perdangangan 207.980.090,00 0,00
21 Badan Perencanaan Pembangunan 0,00 450,00
22 Dinas Lalu Lintas & Angkutan Jalan 0,00 50.100.000,00
23 Badan Pengendalian Dampak Lingkungan 0,00 1.243.643.148,00
24 Dinas Tenaga Kerja 0,00 798.026.333,00
25 Biro Kerjasama 0,00 67.469.850,00
26 Biro Perekonomian 2.737.463.446,00 791.669.916,00
27 Biro Mental Spiritual 0,00 182.144.060,00
28 Sekretariat DPRD 0,00 780.356.029,00
29 Badan Koordinasi Wilayah IV Pamekasan 0,00 161.236.086,00
30 Dinas Informasi & Komunikasi 0,00 58.255.888,00
31 Badan Ketahanan Pangan 0,00 339.721.753,00
32 Dinas Kehutanan 194.455.445,00 920.000.000,00
Jumlah 11.297.764.430,28 8.043.109.011,00
Lampiran 12
SALDO KAS DI BENDAHARA PENERIMAAN
(RUMAH SAKIT FUNGSIONAL)
PER 31 DESEMBER 2009

No. Uraian 2009 2008

1 RSU Dr. Soetomo Surabaya 14.128.835.931,36 14.791.529.019,36


2 RSU Dr. Saiful Anwar Malang 4.840.671.904,30 14.397.556.965,00
3 RSU Dr. Soedono Madiun 8.415.860.504,00 9.739.184.613,00
4 RSU Haji Surabaya 4.147.774.097,88 3.663.789.092,89
5 RS Jiwa Menur Surabaya 4.681.826.543,95 1.722.621.516,00
Jumlah 36.214.968.981,49 44.314.681.206,25
BUKU II

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN ATAS KEPATUHAN


DALAM KERANGKA PEMERIKSAAN
LAPORAN KEUANGAN
PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR
TAHUN ANGGARAN 2009
DI
SURABAYA

PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR

Nomor : 116/R/XVIII.JATIM/07/2010
Tanggal : 05 Juli 2010
DAFTAR ISI
HALAMAN

DAFTAR ISI ................................................................................................................. i

RESUME ....................................................................................................................... 1

TEMUAN PEMERIKSAAN

1. Duapuluh Dua Rekening Aktif Milik Pemerintah Provinsi Jawa Timur Belum
Terdaftar di Dalam Usulan Penetapan Nomor Rekening, Terdapat Pendapatan
Jasa Giro dari Satu Rekening yang Belum Jelas Status Kepemilikannya, dan Dua
rekening yang bukan merupakan rekening milik Pemerintah Provinsi Jawa
Timur...................................................................................................................... 4
2. Tiga Rekening pada Bank Jatim dibawah pengelolaan BUD tidak dicatat sebagai
Kas atau tidak dilaporkan di neraca .............................................................. 9

3. Rekening Bank Jatim dengan nomor 0011150000 atas nama RPS Pajak dan
Retribusi Daerah yang merupakan rekening tampungan penerimaan pajak serta
retribusi daerah tidak dapat diakses oleh BUD maupun Dinas
Pendapatan............................................................................................................... 14
4. Penyetoran Sisa Uang Persediaan (UP) pada Bendahara Pengeluaran sebesar
Rp11.297.764.430,28 ke Kas Daerah melampaui batas
waktu....................................................................................................................... 18
5. Pemungutan Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah pada Tiga SKPD belum
ditetapkan dengan Peraturan Daerah....................................................................... 20
6. Pendapatan Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah pada 12 SKPD tidak sesuai
tarif yang ditetapkan.............................................................................................. 23
7. Pencairan Belanja Bantuan Sosial pada Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Timur
sebesar Rp1.168.600.000,00 direalisasikan belum sesuai dengan mekanisme dan
prosedur penatausahaan keuangan........................................................................... 25
8. Penerima Bantuan Sosial dan Hibah belum menyampaikan laporan penggunaan
dana sebesar Rp37.761.475.262,00...... 28
9. Belanja Kegiatan MTF sebesar Rp93.847.250,00 yang seharusnya menjadi
beban penyelenggara kegiatan tetapi dibayarkan oleh Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Provinsi Jawa Timur....................................................................... 31
10. Penerimaan Negara Bukan Pajak sebesar Rp5.852.767.650,00 pada Dua SKPD
belum disetorkan ke Kas Negara.............................................................................. 34
11. Penganggaran Belanja Belum Sepenuhnya Berpedoman Pada Standar Akuntansi
Pemerintahan........................................................................................................... 39
12. Hasil Pemeriksaan BPK RI belum ditindaklanjuti sesuai
rekomendasi............................................................................................................ 45
Lampiran

PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR i


BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

RESUME HASIL PEMERIKSAAN ATAS


KEPATUHAN TERHADAP PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Berdasarkan Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan


Tanggungjawab Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang
Badan Pemeriksa Keuangan, Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) telah
memeriksa Neraca Pemerintah Provinsi Jawa Timur per 31 Desember 2009, Laporan
Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang
berakhir pada tanggal tersebut.
Untuk memperoleh keyakinan memadai, apakah laporan keuangan bebas dari salah saji
material, Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) yang ditetapkan oleh BPK RI
mengharuskan BPK RI melaksanakan pengujian atas kepatuhan Pemerintah Provinsi Jawa
Timur terhadap peraturan perundang-undangan. Kepatuhan terhadap peraturan perundang-
undangan merupakan tanggungjawab Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Namun, tujuan
pemeriksaan BPK RI atas laporan keuangan tidak untuk menyatakan pendapat atas
keseluruhan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan tersebut. Oleh karena itu,
BPK RI tidak menyatakan suatu pendapat seperti itu.
Selain itu, peraturan perundang-undangan dan SPKN mengharuskan BPK RI untuk
melaporkan kepada pihak berwenang, apabila dalam melakukan pemeriksaan atas laporan
keuangan ditemukan kecurangan dan penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berindikasi unsur tindak pidana.
Pokok-pokok temuan ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dalam
pelaporan keuangan yang ditemukan BPK RI adalah sebagai berikut:

1. Duapuluh Dua rekening aktif milik Pemerintah Provinsi Jawa Timur belum terdaftar di
dalam usulan penetapan nomor rekening, terdapat Pendapatan Jasa Giro dari satu
rekening yang belum jelas status kepemilikannya, dan dua rekening yang bukan
merupakan rekening milik Pemerintah Provinsi Jawa Timur;
2. Tiga rekening pada Bank Jatim dibawah pengelolaan BUD tidak dicatat sebagai Kas atau
tidak dilaporkan di neraca;
3. Rekening Bank Jatim dengan nomor 0011150000 atas nama RPS Pajak dan Retribusi
Daerah yang merupakan rekening tampungan penerimaan pajak serta retribusi daerah
tidak dapat diakses oleh BUD maupun Dinas Pendapatan;
4. Penyetoran Sisa Uang Persediaan (UP) pada Bendahara Pengeluaran sebesar
Rp11.297.764.430,28 ke Kas Daerah melampaui batas waktu;
5. Pemungutan Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah pada tiga SKPD belum ditetapkan
dengan Peraturan Daerah;

PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR 1


2

6. Pendapatan Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah pada 12 SKPD tidak sesuai tarif yang
ditetapkan;
7. Pencairan Belanja Bantuan Sosial pada Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Timur sebesar
Rp1.168.600.000,00 direalisasikan belum sesuai dengan mekanisme dan prosedur
penatausahaan keuangan;
8. Penerima Bantuan Sosial dan Hibah belum menyampaikan laporan penggunaan dana
sebesar Rp37.761.475.262,00;
9. Belanja Kegiatan MTF sebesar Rp93.847.250,00 yang seharusnya menjadi beban
penyelenggara kegiatan tetapi dibayarkan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi
Jawa Timur;
10. Penerimaan Negara Bukan Pajak sebesar Rp5.852.767.650,00 pada dua SKPD belum
disetorkan ke Kas Negara;
11. Penganggaran Belanja belum sepenuhnya berpedoman pada Standar Akuntansi
Pemerintahan;
12. Hasil Pemeriksaan BPK RI belum ditindaklanjuti sesuai rekomendasi.

Berdasarkan temuan tersebut, BPK RI merekomendasikan Gubernur Jawa Timur agar :


1. Memerintahkan Bendahara Umum Daerah untuk :
a. Menginventarisir semua rekening-rekening yang ada di bawah pengelolaan Pemerintah
Daerah Provinsi Jawa Timur;
b. Menertibkan rekening-rekening di atas setelah menentukan kelayakan keberadaannya
(layak/tidak) untuk diajukan dalam penetapan oleh Gubernur;
c. Mencatat transaksi dan dampak transaksi yang terjadi dari rekening-rekening tersebut.
2. a. Memperingatkan Kepala Biro Keuangan selaku BUD agar dalam pengelolaan kas daerah
selalu memperhatikan ketentuan yang berlaku;
b. Memerintahkan Kepala Biro Keuangan selaku BUD untuk menginventarisir semua
rekening penyimpan kas daerah;
c. Menertibkan rekening-rekening di atas setelah menentukan kelayakan keberadaannya
(layak/tidak) untuk diajukan dalam penetapan oleh Gubernur;
d. Mencatat transaksi dan dampak transaksi yang terjadi dari rekening-rekening tersebut.
3. a. Memerintahkan Kepala Dinas Pendapatan untuk memberikan informasi kepada seluruh
Wapu supaya melakukan penyetoran PBBKB melalui rekening kas daerah nomor
0011000477;
b. Melakukan koordinasi dengan PT Bank Jatim mengenai keberadaan dan tindak lanjut
dari keberadaan rekening tersebut.
4. Memerintahkan Kepala SKPD terkait untuk memperingatkan Bendahara Pengeluaran
supaya memperhatikan ketentuan dalam melakukan penyetoran sisa UP dan memperbaiki
BKU-nya.
5. a. Segera mengusulkan Peraturan Daerah kepada DPRD;
b. Menginventarisasi semua potensi yang bisa menjadi pendapatan daerah dan ditetapkan
dalam Peraturan Daerah;
6. Memerintahkan Kepala Biro Hukum untuk memperingatkan Kepala Sub Bagian Sosialisasi
Perundang-undangan supaya segera melakukan sosialisasi dan mendistribusikan seluruh
peraturan perundang-undangan yang telah diterbitkan kepada seluruh Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) Provinsi Jawa Timur;
7. Memerintahkan Kepala Biro Keuangan untuk merealisasikan Belanja Bantuan Sosial
sesuai dengan mekanisme APBD dan ketentuan yang berlaku;
8. Memerintahkan Pengguna Anggaran untuk terus berupaya menagih laporan penggunaan
dana kepada penerima bantuan sosial dan hibah serta di masa mendatang dalam

PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR


3

merealisasikan belanja bantuan sosial dan hibah memperhatikan waktu yang tepat (tidak
mendekati akhir tahun).;
9. Memperingatkan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata untuk tidak mengusulkan
anggaran pada kegiatan yang menjadi beban pihak kedua sebagai penyelenggara kegiatan;
10. a. Memerintahkan Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika untuk menyetorkan PNBP
dari IAR, IKRAP dan IPPKRAP sebesar Rp129.874.500,00 ke Kas Negara;
b. Memerintahkan Kepala Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan untuk
menyetorkan PNBP dari DP3TKI sebesar Rp5.722.893.150,00 ke Kas Negara;
c. Bukti setor ke Kas Negara agar disampaikan kepada BPK RI.
11. a. Memperingatkan Tim Anggaran Pemerintah Daerah dalam mengevaluasi Rencana
Kerja Anggaran SKPD terkait untuk melaksanakan proses penganggaran sesuai
kebutuhan, penggunaan dan ketentuan dalam Standar Akuntansi Pemerintahan;
b. Memperingatkan Tim penyusun RKA SKPD terkait untuk melaksanakan proses
penganggaran sesuai dengan ketentuan dalam Standar Akuntansi Pemerintahan;
c. Segera menyusun dan menerbitkan Kebijakan Akuntansi atas pengelolaan Aset
Pemerintah Provinsi Jawa Timur yang mengatur batas minimal kapitalisasi aset.
12. Memerintahkan Sekretaris Daerah, Inspektur dan para Kepala SKPD terkait untuk
menindaklanjuti Hasil Pemeriksaan BPK RI sesuai rekomendasi.

Secara lebih rinci dijelaskan pada bagian Hasil Pemeriksaan atas Kepatuhan.

PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR


HASIL PEMERIKSAAN ATAS KEPATUHAN

1. Duapuluh Dua Rekening Aktif Milik Pemerintah Provinsi Jawa Timur Belum
Terdaftar di Dalam Usulan Penetapan Nomor Rekening, Terdapat Pendapatan Jasa
Giro dari Satu Rekening yang Belum Jelas Status Kepemilikannya, dan Dua
Rekening yang Bukan Merupakan Rekening Milik Pemerintah Provinsi Jawa
Timur
Hasil uji petik terhadap rekening koran kas daerah nomor 0011000477 bulan
Desember 2009, dapat diketahui terdapat pemindahbukuan berupa jasa giro dari 25
rekening yang bukan merupakan:
a. Rekening kas daerah (Keputusan Gubernur Nomor 188/195/KPTS/013/2008 tanggal
16 April 2008);
b. Rekening yang termasuk dalam usulan penetapan nomor rekening yang diajukan oleh
Kepala Biro Keuangan kepada Kepala Biro Hukum (Nota dinas nomor
900/589/042/2010 tanggal 22 Maret 2010).
Ke-25 rekening tersebut dapat dirinci sebagai berikut :
a Dua puluh dua (22) rekening aktif milik Pemerintah Provinsi Jawa Timur yang belum
terdaftar di dalam usulan penetapan nomor rekening yang nantinya akan ditetapkan
oleh Kepala Daerah. Rekening-rekening tersebut di luar rekening bendahara
pengeluaran dan bendahara penerimaan SKPD di lingkungan Provinsi Jawa Timur.
Berdasarkan keterangan secara lisan dari Kepala Bagian Kasda dan Pembelanjaan,
dapat diketahui atas 22 rekening tersebut BUD tidak mengetahui keberadaannya
(tidak terkontrol) dan bukan dibawah pengelolaannya.
Tabel 1.1 Rekening-rekening Aktif Milik Pemerintah Provinsi Jawa Timur yang Belum Terdaftar
No Nomor Rekening Atas Nama

1 0011033955 Pembangunan dan Pengembangan Sentra-Sentra Industri


2 0011109899 Rehab/Pemeliharaan Jalan Dan Jembatan UPT Bina Marga
3 0011114499 Peningkatan Jalan dan Jembatan
4 0011126377 Latihan Prajabatan
5 0011127022 Bendahara Penerimaan dan Pengeluaran Uang Askes
6 0011142722 Dana Bergulir Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur
7 0011152588 Kegiatan Pembangunan Jembatan Suramadu Sisi Surabaya
8 0011178359 Badan Kesatuan Bangsa Provinsi Jawa Timur
9 0011178855 Sub Din Pembangunan DPU Pengairan
10 0011185291 Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
11 0011186025 Dinas ESDM Bidang Air Tanah
12 0011190499 Bakesbang Bidang Integrasi Bangsa
13 0011192637 Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur
14 0011192653 Rekening Penampungan Mitra Usaha
15 0011203892 KPA Bidang Pembangunan dan Peningkatan (Gayung Kebonsari 167)
16 0011205534 UPT Rehab Sosial Anak Nakal dan Korban NAPZA
17 0011207723 Disperindag Provinsi Jatim/ Tera Ulang
18 0011220975 Fasilitasi Stimulan Program PP
19 0011221475 Dinkes Prop. Jatim KPA Bidang Pelayanan Kesehatan
20 0011221556 Bend. Pengeluaran Satker Dinkes
21 0011221564 Program HARM REDUCTION di Jatim
22 0011221939 Program UKM

PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR 4


5

b Satu rekening aktif yang belum jelas status kepemilikannya yang memberikan
pendapatan jasa giro selama Tahun Anggaran 2009 sebesar Rp2.260.740,60 ke kas
daerah.
Rekening tersebut adalah rekening atas nama Panitia Pembangunan RS Haji
DRH. EM dengan alamat Jalan Pahlawan 110 (Biro Keuangan) dengan nomor
rekening 0011080577.
Hasil konfirmasi dengan Kepala Biro Keuangan atas keberadaan rekening
0011080577 dapat diketahui :
a Rekening tersebut digunakan untuk keperluan pendanaan atas kegiatan
pembangunan RS Haji Tahun 1991;
b Pada sekitar tahun 1991, pemerintah pusat berencana untuk membangun 4
Rumah Sakit (RS) Haji di 4 embarkasi di Indonesia, salah satunya di Surabaya;
c Pembangunan RS Haji Surabaya dimulai sekitar tahun 1991 yang ditangani oleh
panitia pembangunan RS Haji daerah embarkasi Surabaya. Untuk keperluan
pendanaan di buka rekening di Bank Jatim dengan nomor 200.03.01/8057 atas
nama Ketua Panitia pembangunan RS Haji embarkasi Surabaya (Drs. SPT);
d Pendanaan diperoleh dari :
1) APBD Provinsi Jawa Timur;
2) APBD Kabupaten/Kota;
3) Pemerintah Pusat;
4) Masyarakat;
e Susunan panitia pembangunan RS Haji adalah sebagai berikut :
Ketua Umum : Gubernur Jawa Timur (SLR)
Ketua Harian : Sekretaris Daerah (Drs. SPT)
Anggota : - Pejabat birokrasi
- MUI Jawa Timur
- IPHI Jawa Timur
- Tokoh masyarakat
f Pembangunan RS Haji selesai sekitar tahun 1994. Dengan selesainya
pembangunan RS Haji rekening nomor 200.03.01/8057 mulai tahun 1994 sudah
tidak pernah digunakan untuk transaksi, hanya pemindahbukuan berupa jasa giro
ke rekening kas daerah;
g Berdasarkan konfirmasi dengan Bank Jatim yang dilakukan oleh staf Biro
Keuangan, dapat diketahui pemegang rekening sampai dengan saat ini adalah
Bapak SFA(mantan Sekretaris Daerah tahun 2004-2006 dan mantan Wakil
Gubernur tahun 2006-2007);
h Dana yang masih tersimpan di dalam rekening, Biro Keuangan menyarankan
untuk menyetor ke kas daerah Provinsi Jawa Timur, dengan pertimbangan :
1) Kontribusi pendanaan terbesar berasal dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur;
2) Susunan panitia mayoritas dari pejabat Pemerintah Provinsi Jawa Timur;
i Semua dokumen mengenai pembangunan RS Haji sudah tidak tersimpan dengan
rapi (sudah tidak dapat ditelusur).
Hasil pemeriksaan selanjutnya dapat diketahui bahwa nomor rekening
200.03.01/8057 atas nama panitia pembangunan RS Haji (Drs SPT) telah diubah
menjadi 0011080577 atas nama panitia pembangunan RS Haji daerah embarkasi.

PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR


6

Berdasarkan keterangan secara lisan dengan pimpinan kas Kantor Kas Gubernuran
PT Bank Jatim dapat diketahui bahwa :
a Penggantian nomor rekening dari 10 digit menjadi 11 digit dimulai sekitar tahun
2002;
b Untuk prosedur pencairan dana pada rekening, harus ada surat permohonan
penutupan rekening ke PT Bank Jatim dan disetor ke kas daerah oleh pemegang
rekening.
Hasil pemeriksaan terhadap rekening koran nomor 0011000477 dan
00110800577, dapat diketahui:
a Selama Tahun Anggaran 2009, pendapatan jasa giro yang dipindahbukukan ke
rekening kas daerah sebesar Rp2.260.740,60 yang merupakan jasa giro bulan
Desember 2009, sedangkan jasa giro dari Januari sampai dengan Nopember 2009
tidak disetor ke kas daerah, namun langsung menambah saldo rekening
0011080577;
b Masih terdapat saldo per 1 Mei 2010 sebesar Rp785.876.471,60.

b Dua rekening aktif bukan milik Pemerintah Provinsi Jawa Timur yang memberikan
pendapatan jasa giro selama Tahun Anggaran 2009 sebesar Rp3.326.484,35 ke kas
daerah. Kedua rekening tersebut adalah :
Tabel 1.2 Rekening-rekening aktif bukan milik Pemerintah Provinsi Jawa Timur
yang Memberikan Pendapatan Jasa Giro
Nomor
No Atas Nama Nilai Jasa Giro (Rp)
Rekening

1 0011019900 PMI Daerah Jawa Timur 3.207.043,25


2 0011005399 Legiun Veteran Mada Prop Jatim 119.441,10
Total 3.326.484,35
Di dalam Laporan Realisasi Anggaran, pendapatan dari rekening-rekening
tersebut dicatat sebagai lain-lain pendapatan asli daerah yang sah jasa giro (jasa
giro bendahara pengeluaran) dengan kode rekening 41402002. Hasil penelusuran
lebih lanjut dapat diketahui bahwa kedua rekening tersebut merupakan rekening
penerima dana bantuan hibah.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan :


a. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tanggal 14 Januari 2004 tentang
Perbendaharaan Negara pada pasal 32 ayat (1) yang menyatakan bahwa
gubernur/bupati/walikota dapat memberikan ijin pembukaan rekening untuk keperluan
pelaksanaan pengeluaran di lingkungan satuan kerja perangkat daerah;
b. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2007 tanggal 16 Juli 2007 tentang Pengelolaan
Uang Negara/Daerah pada :
1) Pasal 27 ayat (2) menyatakan bahwa untuk melaksanakan tugas sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) gubernur/bupati/walikota memberi izin kepada kepala
satuan kerja perangkat daerah di lingkungan pemerintah daerahnya untuk
membuka rekening penerimaan pada Bank Umum yang ditetapkan oleh
gubernur/bupati/walikota;
2) Pasal 30 ayat (2) menyatakan bahwa gubernur/bupati/walikota dapat memberikan
izin pembukaan rekening pengeluaran pada Bank Umum untuk menampung

PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR


7

Uang Persediaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada satuan kerja
perangkat daerah;
c. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tanggal 15 Mei 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah pada :
1) Pasal 1 angka 50 yang menyatakan bahwa pendapatan daerah adalah hak
pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih;
2) Pasal 7 ayat (2) huruf i yang menyatakan bahwa PPKD dalam melaksanakan
fungsinya selaku BUD berwenang menyajikan informasi keuangan daerah;
3) Pasal 23 ayat (1) yang menyatakan bahwa pendapatan daerah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1) huruf a meliputi semua penerimaan uang
melalui rekening kas umum daerah, yang menambah ekuitas dana, merupakan
hak daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak perlu dibayar kembali oleh
daerah;
4) Pasal 127 ayat (2) yang menyatakan bahwa setiap pendapatan harus didukung
oleh bukti yang lengkap dan sah.

Kondisi diatas mengakibatkan :


a. Rekening-rekening diatas tidak mempunyai landasan hukum yang kuat sehingga
berpotensi tidak dapat dikontrol oleh Bendahara Umum Daerah;
b. Pendapatan jasa giro sebesar Rp2.260.740,60 belum jelas status kepemilikannya;
c. Pendapatan jasa giro sebesar Rp3.326.484,35 tidak sah karena bukan merupakan hak
daerah.

Kondisi tersebut disebabkan oleh :


a. Pengguna Anggaran pada SKPD terkait tidak mengajukan usulan atas penetapan
nomor rekening-rekening diatas;
b. Bendahara Umum Daerah yang tidak menginventarisir semua nomor rekening :
1) yang menjadi milik Pemerintah Provinsi Jawa Timur;
2) yang bukan milik Pemerintah Provinsi Jawa Timur namun memberikan
kontribusi pendapatan jasa giro pada kas daerah.

Atas permasalahan diatas, Kepala Biro Keuangan menyatakan bahwa telah


diterbitkan surat Gubernur Jawa Timur kepada seluruh SKPD tanggal 10 Maret 2010
Nomor 931/3644/042/2010 perihal Nomor Rekening Pengelola Keuangan Daerah dan
berdasarkan data yang telah diterima terdapat 10 rekening yang termasuk dalam 25
rekening aktif yang ditemukan. Dari 10 rekening terdapat 2 rekening yang telah terdaftar
dalam usulan penetapan nomor rekening, sedangkan untuk rekening yang lain akan
dikoordinasikan dengan PT Bank Jatim. Rekening PMI Daerah Jawa Timur dan Legiun
Veteran Mada Provinsi Jawa Timur bukan merupakan bagian dari rekening milik
Pemerintah Daerah (SKPD) sehingga atas penerimaan bunga tersebut menjadi
pendapatan lembaga yang bersangkutan. Atas penerimaan bunga yang disetorkan ke kas
umum daerah ditampung di penerimaan pendapatan asli daerah.

BPK RI merekomendasikan kepada Gubernur Jawa Timur agar memerintahkan


Bendahara Umum Daerah untuk :
a. Menginventarisir semua rekening-rekening yang ada di bawah pengelolaan
Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Timur;

PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR


8

b. Menertibkan rekening-rekening di atas setelah menentukan kelayakan keberadaannya


(layak/tidak) untuk diajukan dalam penetapan oleh Gubernur;
c. Mencatat transaksi dan dampak transaksi yang terjadi dari rekening-rekening
tersebut.

PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR


9

2. Tiga Rekening pada Bank Jatim Dibawah Pengelolaan BUD Tidak Dicatat Sebagai
Kas atau Tidak Dilaporkan di Neraca

Di dalam penetapan nomor rekening, Pemerintah Provinsi Jawa Timur telah


mengeluarkan :
a. Keputusan Gubernur Nomor 188/195/KPTS/013/2008 tanggal 16 April 2008 tentang
penetapan rekening-rekening kas daerah Provinsi Jawa Timur pada PT. Bank Jatim.
Di dalam keputusan gubernur tersebut dapat diketahui hanya terdapat dua rekening
kas daerah, yaitu :
1) Rekening nomor 0011142000 yang dipergunakan untuk menampung penerimaan
Dana Alokasi Umum (DAU) dan penerimaan lainnya;
2) Rekening nomor 0011000477 yang dipergunakan untuk menampung penerimaan
pendapatan asli daerah, dana perimbangan, lain-lain pendapatan daerah yang sah
dan penerimaan pembiayaan;
b. Nota dinas Kepala Biro Keuangan kepada Kepala Biro Hukum nomor
900/589/042/2010 tanggal 22 Maret 2010 perihal penetapan nomor rekening. Di
dalam nota dinas tersebut dapat diketahui usulan penetapan rekening-rekening
Bendahara Pengeluaran pada SKPD, Bendahara Pengeluaran Pembantu pada Biro-
biro di lingkungan Sekretariat Daerah, Unit Pelaksana Teknis Rumah Sakit Khusus
Paru, Rumah Sakit Khusus Kusta, Balai Kesehatan Mata Masyarakat Surabaya, dan
Balai Pemberantasan dan Pencegahan Penyakit Paru. Selain itu telah diusulkan pula
usulan nomor rekening Bendahara Penerimaan/Pembantu, tetapi sampai dengan
tanggal 10 Mei 2010, nota dinas usulan belum dibuat.
Hasil pemeriksaan secara uji petik atas rekening koran kas daerah (0011000477)
dapat diketahui terdapat beberapa pemindahbukuan berupa jasa giro dari rekening-
rekening di luar penetapan rekening kas daerah dan daftar usulan penetapan nomor
rekening dari Kepala Biro Keuangan kepada Kepala Biro Hukum. Beberapa diantaranya
merupakan rekening di bawah pengelolaan BUD yang tidak dicatat sebagai kas atau tidak
dilaporkan di neraca. Rekening-rekening tersebut adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1 Rekening Di Bawah Pengelolaan BUD Yang Tidak Dicatat Sebagai Kas
Atau Tidak Dilaporkan di Neraca
No Nomor Rekening Atas Nama
1 0011218628 Biro Keuangan Cq Gaji

2 0011218652 Biro Keuangan / Non Gaji

3 0011218687 Biro Keuangan Cq. Jamsostek

a. Nomor Rekening 0011218628 Atas Nama Biro Keuangan Cq Gaji


Menurut penjelasan dari Kepala Biro Keuangan atas keberadaan rekening
0011218628 dapat diketahui :
1) Pembukaan rekening nomor 0011218628 didasarkan pada surat Gubernur nomor
931/21820/043/2008 tanggal 31 Desember 2008 kepada Kepala Bank Jatim
Kantor Kas Gubernuran perihal permohonan pembukaan nomor rekening bank.
Surat tersebut ditandatangani oleh Kepala Biro Keuangan atas nama Gubernur;
2) Rekening diatas dipergunakan untuk menampung pemotongan yang berasal dari
suplisi gaji pegawai dilingkungan SKPD Provinsi Jawa Timur berupa potongan
tabungan perumahan (Taperum), Iuran Wajib Pegawai (IWP) dan dilakukan

PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR


10

pemindahbukuan oleh PT Bank Jatim ke rekening kas umum negara berdasarkan


Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP).
Selama Tahun Anggaran (TA) 2009, Pemerintah Provinsi Jawa Timur telah
melakukan pemotongan Iuran Wajib Pegawai 10% (IWP 10%), Pajak Penghasilan
Pasal 21 (PPh 21), Tabungan Perumahan (Taperum) dan Askes kepada para pegawai
sebesar Rp82.429.922.933,00. Hasil pemeriksaan terhadap rekapitulasi pemotongan
dan penyetoran potongan gaji dan utang askes TA 2009, dapat diketahui masih
terdapat pemotongan IWP, PPh 21, Taperum dan Askes yang belum disetorkan ke
kas negara sampai dengan 31 Desember 2009 sebesar Rp60.979.232,00, dengan
rincian IWP sebesar Rp59.428.750,00, PPh 21 sebesar Rp335.286,00, Taperum
sebesar Rp713.487,00 dan Askes sebesar Rp501.709,00.
Hasil pemeriksaan lebih lanjut terhadap rekening koran nomor 0011218628,
dapat diketahui bahwa :
1) Selama Tahun Anggaran 2009, jumlah penerimaan kas sebesar
Rp82.438.225.375,93 dan pengeluaran kas sebesar Rp82.378.915.680,93, yang
telah tercatat di laporan arus kas pada penerimaan dan pengeluaran perhitungan
fihak ketiga (PFK);
2) Saldo per 31 Desember 2009 pada rekening koran dapat diketahui sebesar
Rp60.979.232,00, yang merupakan potongan PFK yang baru disetor ke kas
negara pada tahun 2010, dengan rincian :
Tabel 2.2 Rincian Penyetoran Utang PFK (IWP, PPh 21, Taperum dan Askes)
No Jenis PFK Tanggal Nilai (Rp)
Pemindahbukuan
1 IWP 10% 6 Januari 2010 59.428.750,00

2 Askes 6 Januari 2010 501.709,00

3 Taperum 6 Januari 2010 713.487,00

4 PPh 21 SP2D Gaji No. 301 15 Januari 2010 3.116,00

5 PPh 21 SP2D Gaji No. 1680 5 Januari 2010 109.545,00

6 PPh 21 SP2D Gaji No. 1681 5 Januari 2010 83.620,00

7 PPh 21 SP2D Gaji No. 1682 5 Januari 2010 139.005,00

Total 60.979.232,00

Penyetoran IWP, Taperum dan Askes dilakukan melalui pemindahbukuan


oleh Bank Jatim sesuai dengan surat Kepala Biro Keuangan Nomor 940/72/042/2010
tanggal 5 Januari 2010 perihal pemindahbukuan dana potongan gaji, sedangkan PPh
21 dilakukan pemindahbukuan secara langsung oleh PT. Bank Jatim.
b. Nomor Rekening 0011218652 Atas Nama Biro Keuangan / Non Gaji
Menurut penjelasan dari Kepala Biro Keuangan atas keberadaan rekening
0011218652 dapat diketahui :
1) Pembukaan rekening nomor 0011218652 didasarkan pada surat Gubernur nomor
931/1062/043/2009 tanggal 30 Januari 2009 kepada Kepala Bank Jatim Kantor
Kas Gubernuran perihal permohonan pembukaan nomor rekening bank. Surat
tersebut ditandatangani oleh Kepala Biro Keuangan atas nama Gubernur;

PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR


11

2) Di dalam surat tersebut dijelaskan bahwa pembukaan nomor rekening giro baru
digunakan untuk penampungan potongan non gaji.
Pemotongan non gaji merupakan pemotongan pada pihak ketiga atas SP2D
LS, yaitu PPh 21, PPh 22, PPh 23, PPh 26 dan PPN. Berdasarkan rekapitulasi daftar
potongan LS Tahun 2009, diketahui selama Tahun Anggaran (TA) 2009, Pemerintah
Provinsi Jawa Timur telah melakukan pemotongan non gaji sebesar
Rp172.096.219.315,00, dengan rincian :
Tabel 2.3 Rincian Pemotongan Non Gaji Tahun 2009
(Dalam Rupiah)
No Jenis PFK Nilai
1 PPh 21 21.200.800.347,00

2 PPh 22 5.608.309.321,00

3 PPh 23 20.998.251.906,00

4 PPh 26 -

5 PPN 124.288.857.741,00

Total 172.096.219.315,00

Hasil pemeriksaan lebih lanjut terhadap rekening koran nomor 0011218652,


dapat diketahui bahwa saldo per 31 Desember 2009 pada rekening koran sebesar
Rp27.464.198.116,00, yang merupakan potongan yang belum disetor ke kas negara.
Pemindahbukuan ke kas negara oleh PT Bank Jatim dilakukan pada tahun 2010, dan
terlunasi sampai dengan tanggal 19 Januari 2010.
c. Nomor Rekening 0011218687 Atas Nama Biro Keuangan Cq. Jamsostek
Menurut penjelasan dari Kepala Biro Keuangan atas keberadaan rekening
0011218687 dapat diketahui :
1) Pembukaan rekening nomor 0011218687 didasarkan pada surat Gubernur nomor
931/1062/043/2009 tanggal 30 Januari 2009 kepada Kepala Bank Jatim Kantor
Kas Gubernuran perihal permohonan pembukaan nomor rekening bank. Surat
tersebut ditandatangani oleh Kepala Biro Keuangan atas nama Gubernur;
2) Di dalam surat tersebut dijelaskan bahwa pembukaan nomor rekening giro baru
digunakan untuk penampungan potongan jamsostek.
Selama Tahun Anggaran (TA) 2009, Pemerintah Provinsi Jawa Timur telah
melakukan pemotongan jamsostek sebesar Rp190.762.621,00. Hasil pemeriksaan
lebih lanjut terhadap rekening koran nomor 0011218687, dapat diketahui bahwa
saldo per 31 Desember 2009 pada rekening koran sebesar Rp54.777.652,00 yang
merupakan potongan jamsostek yang belum dipindahbukukan ke rekening PT
Jamsostek (Persero). Penyetoran potongan Jamsostek dilakukan melalui
pemindahbukuan oleh Bank Jatim pada tanggal 5 Januari 2010, sesuai dengan surat
Kepala Biro Keuangan Nomor 940/74/042/2010 tanggal 5 Januari 2010 perihal
pemindahbukuan dana potongan jamsostek.
Selama Tahun Anggaran 2009, ketiga rekening diatas telah mendapatkan jasa
giro sebesar Rp5.468.253,39 dan telah dipindahbukukan ke dalam rekening kas daerah
nomor 0011000477, dengan rincian sebagai berikut :

PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR


12

Tabel 2.4 Pemindahbukuan Jasa Giro ke Rekening Kas Daerah


(Dalam Rupiah)
Nomor Rekening
No Tanggal Total
0011218628 0011218652 0011218687
1 1 April 2009 30.185,01 - - 30.185,01

2 1 Mei 2009 3.337.438,20 - - 3.337.438,20

3 1 Juni 2009 56.138,52 - - 56.138,52

4 1 Juli 2009 12.018,90 - - 12.018,90

5 1 Agustus 2009 291.428,21 - - 291.428,21

6 1 September 2009 74.206,25 - - 74.206,25

7 1 Oktober 2009 63.750,00 258.120,30 23.124,60 344.994,90

8 1 Nopember 2009 60.739,54 250.439,39 13.683,09 324.862,02

9 1 Desember 2009 74.757,30 842.583,90 10.641,00 927.982,20

Total 4.000.661,93 1.351.143,59 116.447,87 5.468.253,39

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan :


a. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tanggal 13 Juni 2005 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan pada :
1) Pernyataan Nomor 1:
(a) Paragraf 38 yang menyatakan bahwa neraca menggambarkan posisi
keuangan suatu entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban dan ekuitas dana
pada tanggal tertentu;
(b) Paragraf 63 yang menyatakan bahwa pengukuran aset adalah antara lain kas
dicatat sebesar nilai nominal;
2) Pernyataan Nomor 9 paragraf 40 yang menyatakan bahwa pada akhir periode
pelaporan, saldo pungutan/potongan berupa PFK yang belum disetorkan kepada
pihak lain harus dicatat pada laporan keuangan sebesar jumlah yang masih harus
disetorkan;
b. Peraturan Pemerintah Nomor 39 tahun 2007 tanggal 16 Juli 2007 tentang Pengelolaan
Uang Negara/Daerah pada pasal 1 dalam:
1) Ayat (4) yang menyatakan bahwa kas daerah adalah tempat penyimpanan uang
daerah yang ditentukan oleh gubernur/bupati/walikota untuk menampung seluruh
penerimaan daerah dan membayar seluruh pengeluaran daerah;
2) Ayat (5) yang menyatakan bahwa rekening kas umum daerah adalah rekening
tempat penyimpanan uang daerah yang ditentukan oleh gubernur/bupati/walikota
untuk menampung seluruh penerimaan daerah dan membayar seluruh
pengeluaran daerah pada bank yang ditetapkan.

Kondisi diatas mengakibatkan:


a. Kas dan utang PFK yang disajikan pada Neraca per 31 Desember 2009 tidak
menggambarkan nilai nominal yang sebenarnya sebesar Rp27.579.955.000,00
(Rp60.979.232,00+ Rp27.464.198.116,00+Rp54.777.652,00);

PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR


13

b. Arus kas keluar yang disajikan pada Laporan Arus Kas untuk periode yang berakhir
sampai dengan 31 Desember 2009 tidak menggambarkan nilai nominal yang
sebenarnya sebesar Rp27.579.955.000,00 (Rp60.979.232,00+
Rp27.464.198.116,00+Rp54.777.652,00).

Kondisi tersebut disebabkan oleh Kepala Biro Keuangan selaku BUD tidak
memperhatikan ketentuan mengenai pengelolaan kas daerah.

Atas permasalahan diatas, Kepala Biro Keuangan menyatakan bahwa pembukaan


atas tiga rekening yang berada dibawah pengelolaan BUD merupakan rekening transito
yang digunakan untuk menampung atas pemotongan Jamsostek, IWP, Pajak Penghasilan
(PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Taperum dan Askes sehingga tidak tercatat
sebagai kas umum daerah di neraca. Selanjutnya terhadap temuan ini akan menjadi
perhatian untuk dilakukan penyesuaian di neraca.

Pada tanggal 26 Mei 2010, Pemerintah Provinsi Jawa Timur telah mengoreksi
kas, utang PFK dan arus kas keluar pada Laporan Arus Kas sebesar
Rp27.579.955.000,00.

BPK RI merekomendasikan kapada Gubernur Jawa Timur agar :


a. Memperingatkan Kepala Biro Keuangan selaku BUD agar dalam pengelolaan kas
daerah selalu memperhatikan ketentuan yang berlaku;
b. Memerintahkan Kepala Biro Keuangan selaku BUD untuk menginventarisir semua
rekening penyimpan kas daerah;
c. Menertibkan rekening-rekening di atas setelah menentukan kelayakan keberadaannya
(layak/tidak) untuk diajukan dalam penetapan oleh Gubernur;
d. Mencatat transaksi dan dampak transaksi yang terjadi dari rekening-rekening
tersebut.

PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR


14

3. Rekening Bank Jatim dengan Nomor 0011150000 atas nama RPS Pajak dan
Retribusi Daerah yang Merupakan Rekening Tampungan Penerimaan Pajak serta
Retribusi Daerah Tidak Dapat Diakses oleh BUD Maupun Dinas Pendapatan

Pada Tahun 2009, Pemerintah Provinsi Jawa Timur menganggarkan pendapatan


Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB) sebesar Rp750.000.000.000,00 dan
telah terealisasi sebesar Rp996.915.175.317,00 atau sebesar Rp132,92%.
Berdasarkan keterangan dari Bendahara Penerimaan Pembantu (BPP) Unit
Pelaksana Teknis Surabaya Selatan, alur penerimaan dan penyetoran PBBKB adalah
sebagai berikut:
a. Bank Jatim Cabang Utama Surabaya memberitahu lewat telepon kepada BPP
Dipenda Surabaya Selatan, bahwa pembayaran PBBKB dari wajib pungut (penyedia
bahan bakar kendaraan bermotor) telah cair;
b. BPP Surabaya Selatan segera menghubungi pihak wajib pungut (Wapu) PBBKB
untuk konfirmasi mengenai jumlah besaran PBBKB. Selanjutnya Wapu mengirim
data besaran PBBKB berupa Surat Pemberitahuan Pajak Daerah PBBKB (SPTPD
PBBKB) melalui fax ke BPP;
c. Setelah besaran PBBKB sesuai dengan informasi dari Bank Jatim, maka BPP
membuat Surat Tanda Setoran (STS) untuk disetor ke kas daerah melalui Bank Jatim
dengan nomor rekening 0011000477.
Hasil pemeriksaan secara uji petik atas penyetoran PBBKB dari salah satu Wapu
(penyedia bahan bakar kendaraan bermotor) dapat diketahui bahwa penyetoran dilakukan
dengan pemindahbukuan dari rekening Wapu ke rekening Bank Jatim Nomor
0011150000.
Secara rinci mekanisme penyetoran PBBKB dapat dijelaskan sebagai berikut :
Setor STS
Wapu Rekening Rekening
0011150000 0011000477

Berdasarkan keterangan dari Kepala Bagian Kas Daerah dan Pembelanjaan, dan
Kepala Seksi Pengendalian Bidang Pengendalian dan Evaluasi Dinas Pendapatan atas
rekening Nomor 0011150000 dapat diketahui bahwa :
a. BUD dan Dinas Pendapatan tidak mempunyai akses data atas rekening tersebut;
b. Rekening tersebut bukan merupakan rekening di bawah pengelolaan BUD maupun
Dinas Pendapatan.
Rekening tersebut adalah milik Bank Jatim, sehingga BUD dan Dinas Pendapatan tidak
mengetahui secara pasti saat penyedia bahan bakar kendaraan bermotor melakukan
transfer (pemindahbukuan) pembayaran PBBKB. Hasil penelusuran lebih lanjut diketahui
bahwa rekening dengan nomor 0011150000 merupakan rekening tampungan penerimaan
sementara atas nama RPS Pajak dan Retribusi Daerah.
Berdasarkan konfirmasi secara lisan kepada Kepala Seksi Pengendalian Bidang
Pengendalian dan Evaluasi Dinas Pendapatan, diketahui penyetoran pendapatan PBBKB

PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR


15

melalui rekening 0011150000 telah dilakukan sejak lama. Hasil penelusuran lebih lanjut,
dapat diketahui mekanisme penunjukkan sebagai Wapu PBBKB adalah sebagai berikut :
a. Pihak Wapu mengirimkan surat permohonan untuk ditunjuk sebagai Wapu PBBKB
untuk wilayah Jawa Timur;
b. Menindaklanjuti surat dari Wapu tersebut, Dinas Pendapatan mengirimkan surat
jawaban mengenai penunjukkan tersebut kepada pihak pemohon dengan salah
satunya memberikan informasi apabila penyetoran dilakukan melalui transfer, maka
nomor rekening penyetoran PBBKB pada Bank Jatim Cabang Utama Surabaya
dengan nomor rekening 0011150000.
Hasil uji petik terhadap satu Wapu atas STS pendapatan PBBKB selama 12 bulan
dapat diketahui adanya selisih hari penyetoran yang dilakukan oleh penyedia jasa ke
rekening 0011150000 dengan penyetoran ke kas daerah (0011000477). Hal tersebut dapat
dijelaskan dalam tabel berikut :
Tabel 3.1 Selisih hari penyetoran pendapatan PBBKB dari salah satu Wapu dari
rekening 0011150000 ke rekening kas daerah
No Masa Pajak Nilai Pajak Tanggal penyetoran Tanggal STS Selisih Selisih hari
Terutang ke rekening (penyetoran ke hari (kerja)
(Rp) 0011150000 rekening 0011000477) (kalender)
1 Januari 2009 81.211.591.606,00 25 Pebruari 2009 26 Pebruari 2009 1 hari 1 hari

2 Pebruari 2009 65.470.371.843,00 25 Maret 2009 27 Maret 2009 2 hari 1 hari

3 Maret 2009 76.308.843.899,00 24 April 2009 27 April 2009 3 hari 1 hari

4 April 2009 75.910.356.697,00 25 Mei 2009 26 Mei 2009 1 hari 1 hari

5 Mei 2009 78.469.746.156,00 25 Juni 2009 26 Juni 2009 1 hari 1 hari

6 Juni 2009 81.885.246.034,00 24 Juli 2009 28 Juli 2009 4 hari 2 hari

7 Juli 2009 88.523.085.609,00 25 Agustus 2009 27 Agustus 2009 2 hari 2 hari

8 Agustus 2009 87.310.370.018,00 25 September 2009 28 September 2009 3 hari 1 hari

9 September 2009 87.898.316.227,00 23 Oktober 2009 27 Oktober 2009 4 hari 2 hari

10 Oktober 2009 85.906.853.662,00 25 Nopember 2009 16 Desember 2009 20 hari 13 hari

6.497.443.545,00 15 Desember 2009 16 Desember 2009 1 hari 1 hari

11 Nopember 2009 84.930.361.494,00 23 Desember 2009 28 Desember 2009 5 hari - hari

12 Desember 2009 94.288.958.067,00 25 Januari 2010 28 Januari 2010 3 hari 3 hari

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pendapatan PBBKB terlambat


diterima di kas daerah (melebihi tanggal 25 bulan berikutnya) karena harus melalui
rekening 0011150000 terlebih dahulu, yang bukan merupakan rekening kas daerah,
sehingga Dinas Pendapatan belum dapat mengakui adanya pendapatan.
Dari tabel diatas juga dapat dilihat bahwa terdapat satu penerimaan sebesar
Rp85.906.853.662,00 selama 20 hari. Selama tertampung di rekening 0011150000
tersebut Bank Jatim tidak memberikan jasa giro karena saldo rata-rata harian selama
sebulan penuh di bawah Rp2.500.000,00. Bilamana penyetoran dari Wapu pada tanggal
25 November 2009 langsung ditujukan ke rekening kas daerah Provinsi Jawa Timur

PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR


16

Nomor Rekening 0011000477 maka Bank Jatim akan memberikan jasa giro sebesar 3,5%
setahun. Atas nilai penyetoran sebesar Rp85.906.853.662,00 tersebut selama 20 hari
(tanggal 25 November 2009 s.d. 16 Desember 2009) yang belum diperhitungkan jasa giro
tersebut, terdapat potensi pendapatan jasa giro yang tidak diperoleh sebesar
Rp167.041.104,34

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan :


a. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2002 tanggal 28 Mei 2002
tentang Tata Cara Pemungutan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Bahan Bakar
Kendaraan Bermotor pada :
1) Pasal 1 huruf j yang menyatakan bahwa kas daerah adalah kas Pemerintah
Provinsi;
2) Pasal 11 ayat (1) yang menyatakan bahwa penyedia bahan bakar kendaraan
bermotor wajib menyetor hasil pemungutan PBB-KB dengan menggunakan
SSPD berdasarkan angka sementara (estimated figures) ke rekening Kas Daerah
paling lambat 25 (dua puluh lima) pada bulan berikutnya;
b. Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2001 tanggal 1 Oktober 2001 tentang Pajak
Bahan Bakar Kendaraan Bermotor pada pasal 16 ayat (1) yang menyatakan bahwa
wajib pajak berkewajiban untuk membayar PBBKB yang terutang pada kas daerah
melalui atau tempat lain yang ditunjuk;
c. Peraturan Gubernur Nomor 23 Tahun 2006 tanggal 30 Mei 2006 pada pasal 8 ayat (1)
yang menyatakan bahwa penyedia bahan bakar minyak/bahan bakar gas wajib
memungut dan menyetorkan hasil pungutan PBBKB ke kas daerah melalui pembantu
pemegang kas daerah (PPKD) pada Unit Pelaksana Teknis Dinas Pendapatan
(UPTD) setempat.

Kondisi diatas mengakibatkan :


a. Dinas Pendapatan sebagai pelaksana kewenangan pemungutan PBBKB tidak dapat
melakukan pengawasan mengenai pendapatan PBBKB yang merupakan pendapatan
asli daerah, karena tidak dapat mengakses rekening penampungan yang bukan
dibawah pengelolaannya;
b. Pendapatan PBBKB tertunda diterima pada kas daerah karena harus ditampung
terlebih dahulu ke rekening penampungan sementara (0011150000).

Kondisi tersebut disebabkan oleh Kepala Dinas Pendapatan memberikan


informasi kepada para Wapu untuk melakukan penyetoran PBBKB melalui rekening
0011150000 yang bukan merupakan rekening di bawah pengelolaannya.

Atas permasalahan diatas, Kepala Biro Keuangan menyatakan bahwa penyetoran


PBBKB dari Pertamina ke Bendahara Penerimaan Pembantu (BPP) UPT Dinas
Pendapatan dilakukan melalui transfer dari Bank Mandiri. Karena BPP tidak
diperkenankan untuk memiliki rekening, maka penerimaan tersebut ditampung di
rekening Bank Jatim Nomor 0011150000 atas nama RPS Pajak dan Retribusi Daerah.
Selanjutnya setelah dilakukan klarifikasi dan sudah sesuai dengan informasi dari Bank
Jatim serta Pertamina, maka BPP membuat STS untuk memindahbukukan ke rekening
kas umum daerah.

PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR


17

BPK RI merekomendasikan kepada Gubernur Jawa Timur agar :


a. Memerintahkan Kepala Dinas Pendapatan untuk memberikan informasi kepada
seluruh Wapu supaya melakukan penyetoran PBBKB melalui rekening kas daerah
nomor 0011000477;
b. Melakukan koordinasi dengan PT Bank Jatim mengenai keberadaan dan tindak lanjut
dari keberadaan rekening tersebut.

PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR


18

4. Penyetoran Sisa Uang Persediaan (UP) pada Bendahara Pengeluaran Sebesar


Rp11.297.764.430,28 ke Kas Daerah Melampaui Batas Waktu

Dalam rangka pelaksanaan tugas Pemerintah Provinsi Jawa Timur pada Tahun
Anggaran (TA) 2009 oleh masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah dapat
terselenggara dengan efektif dan efisien, sehingga hasilnya dapat dipertanggungjawabkan
baik dari aspek fisik, keuangan maupun manfaatnya bagi kelancaran tugas pemerintahan
umum dan pembangunan, maka pada tahun 2008 Gubernur Jawa Timur menetapkan
Keputusan Gubernur Nomor 188/436/KPTS/013/2008 tanggal 30 Desember 2008 tentang
Pedoman Kerja dan Pelaksanaan Tugas Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009.
Peraturan ini merupakan pedoman internal bagi pelaksanaan APBD Tahun Anggaran
2009 yang berlaku bagi seluruh SKPD.
Pada neraca Pemerintah Provinsi Jawa Timur per 31 Desember 2009, dapat
diketahui terdapat saldo kas di bendahara pengeluaran pada 21 SKPD dengan nilai
sebesar Rp11.297.764.430,28. Kas tersebut merupakan sisa uang persediaan atas
pelaksanaan kegiatan di masing-masing SKPD yang belum disetorkan ke kas daerah pada
tanggal 31 Desember 2009.
Hasil pemeriksaan lebih lanjut terhadap surat tanda setoran (STS) diketahui
bahwa 21 bendahara pengeluaran SKPD tersebut telah menyetorkan sisa kas ke rekening
kas daerah antara tanggal 4 Januari sampai dengan 27 Januari 2010 atau mengalami
keterlambatan antara 4 sampai 27 hari. Menurut ketentuan yang berlaku, seharusnya sisa
kas tersebut sudah disetorkan paling lambat tanggal 31 Desember. Daftar SKPD yang
terlambat melakukan pengembalian sisa kas dimuat dalam lampiran 1.
Pada lampiran dapat diketahui terdapat tiga SKPD yang penyetorannya tidak
sesuai, yaitu :
a. Badan Penanggulangan Bencana Daerah yang kelebihan setor sebesar
Rp1.833.000,00. Berdasarkan keterangan dari bendahara pengeluaran, kas sebesar
Rp1.833.000,00 merupakan kelebihan setor tambahan uang (TU) ke kas daerah pada
tanggal 22 Desember 2009. Kelebihan setor tersebut karena salah perhitungan sisa
TU bulan Nopember 2009 yang seharusnya disetor sebesar Rp449.260.050,00 tetapi
disetor sebesar Rp451.093.050,00;
b. Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral yang kelebihan setor sebesar
Rp2.300.000,00. Berdasarkan keterangan dari bendahara pengeluaran Dinas Energi
dan Sumber Daya Mineral, kas sebesar Rp2.300.000,00 tersebut merupakan titipan
dari uang mushola, yang pada tanggal 31 Desember 2009 tersimpan di dalam
brankas, yang pada tanggal 4 Januari 2010 ikut tersetor ke kas daerah;
c. Dinas Perindustrian dan Perdagangan yang kelebihan setor sebesar
Rp665.870.051,00. Berdasarkan keterangan dari bendahara pengeluaran, dana
tersebut merupakan belanja yang belum dibayarkan di TA 2009 sebesar
Rp664.970.051,00 dan kelebihan setor tambahan uang (TU) ke kas daerah sebesar
Rp900.000,00.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan Keputusan Gubernur Nomor


188/436/KPTS/013/2008 tanggal 30 Desember 2008 tentang Pedoman Kerja dan
Pelaksanaan Tugas Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 pada Bab X
Penatausahaan Keuangan Daerah point C.6 halaman 108 yang menyatakan bahwa dalam

PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR


19

hal dana GU dan TU tidak habis digunakan selama tahun anggaran berjalan maka sisa
dana tersebut harus disetorkan ke rekening kas daerah paling lambat tanggal 31 Desember
atau disesuaikan dengan penutupan BKU SPJ bulan Desember.

Kondisi diatas mengakibatkan sisa UP TA 2009 sebesar Rp11.297.764.430,28


tertunda untuk digunakan pada TA 2010.

Kondisi tersebut disebabkan oleh Bendahara Pengeluaran pada SKPD terkait


tidak memperhatikan ketentuan dalam melakukan penyetoran sisa UP.

Atas permasalahan diatas, Kepala Biro Keuangan menyatakan bahwa


a. Terkait keterlambatan penyetoran sisa UP/GU melebihi tanggal 31 Desember 2009
karena :
1) Beberapa SKPD merupakan SKPD baru terkait pelaksanaan PP 41/2007,
sehingga masih berada dalam masa transisi;
2) Adanya kelemahan (keteledoran/ketidakcermatan/kekurangan) SDM dalam
pemahaman penatausahaan pengelolaan keuangan daerah.
b. Atas permasalahan diatas telah dilakukan upaya penyelesaian antara lain :
1) Melakukan pergantian pejabat fungsional yang terkait, dalam hal ini Bendahara
Pengeluaran;
2) Melakukan short course aplikasi program keuangan.

BPK RI merekomendasikan kepada Gubernur Jawa Timur agar memerintahkan


Kepala SKPD terkait untuk memperingatkan Bendahara Pengeluaran supaya
memperhatikan ketentuan dalam melakukan penyetoran sisa UP dan memperbaiki BKU-
nya.

PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR


20

5. Pemungutan Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah pada Tiga SKPD Belum


Ditetapkan dengan Peraturan Daerah

Hasil pemeriksaan terhadap pendapatan retribusi pemakaian kekayaan daerah,


dapat diketahui bahwa terdapat pemungutan retribusi pemakaian kekayaan daerah pada
tiga SKPD yang belum ada Peraturan Daerah (Perda) yang mengaturnya. Tiga SKPD
tersebut adalah Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Perikanan dan Kelautan, dan
Dinas Sosial. Rincian perbandingan jenis retribusi pemakaian kekayaan daerah yang ada
di Perda dengan pemungutan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

Tabel 5.1 Perbandingan Jenis Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah Antara Perda
Dengan Yang Dipungut
No SKPD Jumlah Jenis Retribusi Jumlah Jenis Retribusi
Berdasarkan Perda Yang Dipungut
1 Dinas Perindustrian dan Perdagangan

- Perda Nomor 2 Tahun 2005 8 Balai (UPT) 306 jenis 8 balai (UPT) 307 jenis

- Perda Nomor 9 Tahun 2009 2 UPT 6 balai (UPT)

2 Dinas Perikanan dan Kelautan

- Perda Nomor 2 Tahun 2005 52 jenis 55 jenis

- Perda Nomor 9 Tahun 2009 136 jenis 139 jenis

3 Dinas Sosial

- Perda Nomor 2 Tahun 2005 8 jenis 10 jenis

- Perda Nomor 9 Tahun 2009 9 jenis 9 jenis

a. Dinas Perindustrian dan Perdagangan.


Di dalam Perda Nomor 2 Tahun 2005, tercantum beberapa balai
pelayanan/latihan Dinas Perindustrian dan Perdagangan yang dapat memungut
retribusi pemakaian kekayaan daerah yaitu :
1) Balai Pelayanan Teknis Industri Kulit dan Lik Magetan;
2) Balai Pelayanan Teknis Industri Keramik Malang;
3) Balai Pelayanan Teknis Industri Logam Perekayasaan dan Lik Sidoarjo;
4) Balai Pelayanan Teknis Aneka Industri dan Kerajinan Lamongan;
5) Balai Pelayanan Teknis Industri Kayu Pasuruan;
6) Balai Latihan Industri dan Perdagangan di Surabaya.
Di dalam Perda Nomor 9 Tahun 2009, tidak diatur retribusi balai
pelayanan/latihan diatas, sehingga pemungutan yang dilakukan setelah Peraturan
Daerah Nomor 9 Tahun 2009 diundangkan tidak dapat dilakukan. Selain itu di dalam
Perda Nomor 2 maupun Nomor 9, tidak mengatur pendapatan pengujian berdasarkan
parameter uji kimia jumlah kadar NPK, sehingga pemungutan tidak dapat
dilakukan.

PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR


21

b. Dinas Perikanan dan Kelautan.


Di dalam Perda Nomor 2 Tahun 2005 maupun Perda Nomor 9 Tahun 2009,
tidak diatur sama sekali pendapatan pemakaian peralatan bengkel dan kapal, sehingga
pemungutan atas kekayaan daerah tersebut tidak dapat dilakukan.
c. Dinas Sosial.
Di dalam Perda Nomor 2 Tahun 2005, tidak diatur sama sekali pendapatan
atas penggunaan gedung di UPT Pelayanan Sosial Remaja Terlantar Jalan Wahidin
Sudiro Husodo nomor 3 Jombang. Sedangkan pada Perda Nomor 9 Tahun 2009
sudah diatur tetapi hanya untuk penggunaan ruang pertemuan (aula) tanpa mengatur
pendapatan atas sewa ruang rapat.
Adapun rincian pemungutan retribusi pada tiga SKPD tersebut yang tidak
didukung oleh Perda adalah sebagai berikut :
Tabel 5.2 Pemungutan Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah Yang Belum Ditetapkan
Peraturan Daerahnya
Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah
Tanggal
No Balai Pelayanan Tanggal Tanggal Jumlah
01/01/2009
16/11/2009 s.d 01/01/2010 s.d
s.d
31/12/2009 31/03/2010
15/11/2009
1 Dinas Perindustrian dan Perdagangan :
a Pengujian Sertifikasi Mutu Barang dan
Lembaga Tembakau Surabaya
- Pengujian berdasarkan parameter uji
- kimia Jumlah Kadar NPK 2.200.000,00 600.000,00 - 2.800.000,00
b Balai Pelayanan Teknis Industri Kulit
dan Lik Magetan a) 18.400.000,00 37.285.000,00 55.685.000,00
c Balai Pelayanan Teknis Industri
Keramik Malang a) - - -
d Balai Pelayanan Teknis Industri Logam
Perekayasaan dan Lik Sidoarjo a) 40.014.500,00 88.124.200,00 128.138.700,00
e Balai Pelayanan Teknis Aneka Industri
dan Kerajinan Lamongan a) - - -
f Balai Pelayanan Teknis Industri Kayu
Pasuruan a) 5.000.000,00 27.000.000,00 32.000.000,00
g Balai Latihan Industri dan Perdagangan
di Surabaya a) 26.000.000,00 6.000.000,00 32.000.000,00
2 Dinas Perikanan dan Kelautan :
a Pemakaian peralatan :

- Bengkel - 795.000,00 - 795.000,00


- Kapal - 50.000.000,00 - 50.000.000,00
3 Dinas Sosial :
A Sewa Gedung Griya Taruna Unit
Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial
Remaja Terlantar Jombang 4.800.000,00 b) b) 4.800.000,00
B Sewa Ruang Rapat Unit Pelaksana
Teknis Pelayanan Sosial Remaja
Terlantar Jombang 700.000,00 100.000,00 - 800.000,00

Jumlah 7.700.000,00 140.909.500,00 158.409.200,00 307.018.700,00

Keterangan :
a) Telah diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2005;
b) Telah diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2009.

PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR


22

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan :


a. Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tanggal 20 Desember 2000 tentang
Perubahan Atas Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1997 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah pada pasal 24 ayat (1) yang menyatakan bahwa
retribusi ditetapkan dengan Peraturan Daerah;
b. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tanggal 13 September 2001 tentang
Retribusi Daerah pada pasal 5 ayat (3) yang menyatakan bahwa rincian dari masing-
masing jenis retribusi diatur dalam Peraturan Daerah yang bersangkutan;
c. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tanggal 15 Mei 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah pada pasal 7 ayat (1) huruf c yang
menyatakan bahwa kepala SKPD selaku PPKD sebagaimana dimaksud dalam pasal 5
ayat (3) huruf b mempunyai tugas melaksanakan pemungutan pendapatan daerah
yang telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah;
d. Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2005 tanggal 26 April 2005 tentang Retribusi
Pemakaian Kekayaan Daerah pada Lampiran yang menyatakan tarif retribusi
pemakaian kekayaan daerah;
e. Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2009 tanggal 12 Nopember 2009 tentang Retribusi
Pemakaian Kekayaan Daerah pada Lampiran yang menyatakan tarif retribusi
pemakaian kekayaan daerah.

Kondisi diatas mengakibatkan pemungutan retribusi pemakaian kekayaan daerah


sebesar Rp307.018.700,00 belum memiliki dasar hukum.

Kondisi tersebut disebabkan oleh Gubernur yang belum mengusulkan Peraturan


Daerah kepada DPRD.

Atas permasalahan diatas, Kepala Biro Keuangan menyatakan bahwa penerimaan


retribusi yang tidak tercantum dalam Perda Nomor 9 Tahun 2009 tentang Retribusi
Kekayaan Daerah, dilakukan oleh SKPD semata-mata untuk mendukung kebutuhan
pengguna baik masyarakat maupun industri kecil terhadap pelayanan maupun fasilitas
yang dikelola oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Beberapa obyek penerimaan
retribusi baru yang belum tertampung dalam pengajuan usulan Perda Nomor 9 Tahun
2009 tentang Retribusi Kekayaan Daerah saat ini sedang dilakukan revisi atas Perda
Nomor 9 Tahun 2009 yang diharapkan dapat mengakomodasi berbagai obyek penerimaan
baru lainnya yang ada di SKPD-SKPD penghasil.

BPK RI merekomendasikan kepada Gubernur Jawa Timur agar :


a. Segera mengusulkan Peraturan Daerah kepada DPRD;
b. Menginventarisasi semua potensi yang bisa menjadi pendapatan daerah dan
ditetapkan dalam Peraturan Daerah.

PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR


23

6. Pendapatan Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah pada 12 SKPD Tidak Sesuai


Tarif yang Ditetapkan

Dalam Tahun Anggaran 2009, Pemerintah Provinsi Jawa Timur telah


menganggarkan retribusi pemakaian kekayaan daerah (4.1.2.02.001) sebesar
Rp20.212.599.700,00 dan telah terealisasi sebesar Rp26.447.791.692,00 atau sebesar
130,85%. Pelaksanaan retribusi pemakaian kekayaan daerah berdasarkan pada Peraturan
Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 2 Tahun 2005 tanggal 26 April 2005 tentang
Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah. Dalam rangka lebih mengoptimalkan pemakaian
barang dan jasa yang dimiliki Pemerintah Provinsi Jawa Timur oleh masyarakat umum,
dan dipandang tidak sesuainya Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2005 dengan
perkembangan dan dinamika yang berkembang, maka Pemerintah Provinsi Jawa Timur
menerbitkan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2009 tanggal 12 Nopember 2009. Dengan
berlakunya Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2009 maka Peraturan Daerah Nomor 2
Tahun 2005 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun
2009 diundangkan pada tanggal 16 Nopember 2009.
Hasil pemeriksaan terhadap retribusi pemakaian kekayaan daerah pada SKPD-
SKPD penghasil retribusi pemakaian kekayaan daerah, dapat diketahui terdapat
pengenaan tarif tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku sebesar Rp358.100.837,76
(lampiran 2). Menurut penjelasan dari beberapa bendahara penerimaan, penetapan tarif
yang tidak berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2009 disebabkan terlambat
diterimanya peraturan daerah tersebut oleh bendahara. Di dalam sosialisasi peraturan
perundang-undangan, Pemerintah Provinsi Jawa Timur mempunyai satuan unit kerja
khusus yaitu Biro Hukum Sub Bagian Sosialisasi Perundang-undangan.
Kondisi tersebut tidak sesuai dengan :
a. Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tanggal 20 Desember 2000 tentang
Perubahan Atas Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1997 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah pada pasal 24 ayat (1) yang menyatakan bahwa
retribusi ditetapkan dengan Peraturan Daerah;
b. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tanggal 13 September 2001 tentang
Retribusi Daerah pada pasal 5 ayat (3) yang menyatakan bahwa rincian dari masing-
masing jenis retribusi diatur dalam Peraturan Daerah yang bersangkutan;
c. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tanggal 15 Mei 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah pada pasal 128 ayat (1) yang menyatakan
bahwa setiap SKPD yang memungut pendapatan daerah wajib mengintensifkan
pemungutan pendapatan yang menjadi wewenang dan tanggung jawabnya;
d. Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2009 tanggal 12 Nopember 2009 tentang Retribusi
Pemakaian Kekayaan Daerah pada :
1) Pasal 19 yang menyatakan bahwa Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada
tanggal diundangkan;
2) Lampiran yang menyatakan tarif retribusi pemakaian kekayaan daerah.

Kondisi diatas mengakibatkan hilangnya kesempatan memperoleh pendapatan


atas retribusi pemakaian kekayaan daerah sebesar Rp358.100.837,76.

Kondisi tersebut disebabkan oleh kurangnya sosialisasi dan pendistribusian


Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2009.

PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR


24

Atas permasalahan diatas, Kepala Biro Keuangan menyatakan bahwa Perda


Nomor 9 Tahun 2009 tentang Retribusi Kekayaan Daerah, pada tahun 2009 belum dapat
dilaksanakan, karena diperlukan sosialisasi terlebih dahulu kepada pengguna jasa/wajib
bayar sehingga terhadap penetapan tarif retribusi pemakaian kekayaan daerah untuk
periode tanggal 16 Nopember 2009 sampai dengan 31 Desember 2009 masih mengacu
pada tarif yang ditetapkan di Perda Nomor 2 Tahun 2005, namun penerimaan retribusi
pemakaian kekayaan daerah tahun 2010 telah mengacu pada Perda Nomor 9 Tahun 2009.

BPK RI merekomendasikan kepada Gubernur Jawa Timur agar memerintahkan


Kepala Biro Hukum untuk memperingatkan Kepala Sub Bagian Sosialisasi Perundang-
Undangan supaya segera melakukan sosialisasi dan mendistribusikan seluruh peraturan
perundang-undangan yang telah diterbitkan kepada seluruh Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) Provinsi Jawa Timur.

PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR


25

7. Pencairan Belanja Bantuan Sosial pada Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Timur
sebesar Rp1.168.600.000,00 Direalisasikan Belum Sesuai Dengan Mekanisme dan
Prosedur Penatausahaan Keuangan

Pemerintah Provinsi Jawa Timur merealisasikan Belanja Bantuan Sosial bidang


Kemasyarakatan sebesar Rp36.443.800.000,00 dan Belanja Bantuan Sosial Bidang
Kesejahteraan Rakyat sebesar Rp11.365.045.000,00. Anggaran Belanja Bantuan Sosial
dimiliki oleh Biro Keuangan Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Timur sebagai Satuan
Kerja Perangkat Keuangan Daerah (SKPKD). Prosedur administrasi dan seleksi
penerima Bantuan Sosial menjadi tanggung jawab beberapa Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) yang menjadi leading sector sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
Hasil pemeriksaan secara uji petik atas dokumen pertanggungjawaban belanja
bantuan sosial pada SKPD yang menjadi leading sector bantuan sosial, diketahui bahwa
terdapat Belanja Bantuan Sosial Tunai yang diberikan oleh Pemerintah Provinsi Jawa
Timur kepada masyarakat secara langsung dengan tidak menggunakan mekanisme
realisasi belanja yang sesuai dengan ketentuan. Belanja Bantuan Sosial dibayarkan
terlebih dahulu kepada penerima sebelum dilakukan mekanisme penerbitan SPP, SPM,
dan SP2D. Transaksi belanja bantuan sosial tunai yang dibayarkan sebelum
diterbitkannya SP2D dijelaskan dalam tabel berikut :
Tabel 7.1 Pencairan Bantuan Sosial Tunai Pada Biro Administrasi Kesejahteraan Rakyat

No. Nota Dinas Pencairan Tanggal Tanggal Terbit Nilai


No.
Bantuan Sosial Realisasi SP2D (Rp)

1 ND No. 360/1776/031/2009 13 April 2009 18/07/2009 130.000.000,00

2 ND No. 360/1893/031/2009 20 April 2009 18/07/2009 20.000.000,00

3 ND No. 360/2245/031/2009 11 Mei 2009 18/07/2009 25.000.000,00

4 ND No. 360/2390/031/2009 19 Mei 2009 18/07/2009 35.000.000,00

5 ND No. 360/2278/031/2009 12 Mei 2009 18/07/2009 70.000.000,00

6 ND No. 360/2696/031/2009 8 Juni 2009 18/07/2009 30.000.000,00

7 ND No. 360/2976/031/2009 23 Juni 2009 18/07/2009 5.000.000,00

8. ND No. 360/3208/031/2009 7 Juli 2009 18/07/2009 20.000.000,00

Jumlah 335.000.000,00

(Rincian terdapat dalam lampiran 3.1)

Tabel 7.2 Pencairan Dana Bantuan Sosial Tunai Pada Biro Administrasi Kemasyarakatan

No. Nota Dinas Pencairan Tanggal Nilai


No. Tanggal Terbit SP2D
Bantuan Sosial Realisasi (Rp)

1 22/03/2009
ND No. 451/511/032/2009 13/04/2009 64.500.000,00

2 27/02/2009
ND No. 451/491/032/2009 13/04/2009 90.500.000,00

PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR


26

3 ND No. 451/456/032/2009 14/03/2009 30.000.000,00


16/04/2009
4 ND No. 451/446/032/2009 12/03/2009 20/03/2009 70.000.000,00

5 ND No. 451/373/032/2009 04/03/2009 20/03/2009 20.000.000,00

6 ND No. 451/372/032/2009 20.000.000,00


27/02/2009 20/03/2009

7 ND no.451/281/032/2009 20.000.000,00
14/02/2009 18/03/2009

8 ND No. 451/220/032/2009 40.000.000,00


10/02/2009 18/03/2009

9 ND No. 451/219/032/2009 40.000.000,00


28/01/2009 13/03/2009

10 ND No. 451/218/032/2009 35.000.000,00


28/01/2009 13/03/2009

11 ND No. 451/197/032/2009 35.000.000,00


02/02/2009 13/03/2009

12 ND No. 451/197/032/2009 40.000.000,00


Januari 2009 13/03/2009
Bantuan Tunai dalam rangka
13 kunjungan presiden Juni 2009 05/06/2009 328.600.000,00
Jumlah 833.600.000,00

(Rincian terdapat dalam lampiran 3.2)

Tabel 7.3 Total Nilai Bantuan Sosial

No. SKPD Jumlah (Rp)

1 Biro Administrasi Kesejahteraan Rakyat 335.000.000,00

2 Biro Administrasi Kemasyarakatan 833.600.000,00

Jumlah 1.168.600.000,00

Biro Administrasi Kemasyarakatan dan Biro Administrasi Kesejahteraan Rakyat


menjelaskan bahwa bantuan sosial tunai adalah kebijakan yang dimiliki oleh Gubernur
Jawa Timur dan dijelaskan dalam Peraturan Gubernur No.3 Tahun 2009. Bantuan sosial
tunai kepada masyarakat dibayarkan terlebih dahulu kepada penerima ketika Gubernur
atau Wakil Gubernur melakukan kunjungan langsung kepada masyarakat. Dana bantuan
disediakan oleh SKPD leading sector yang mendampingi kunjungan kerja Gubernur atau
Wakil Gubernur. Kepala SKPD leading sector yang telah menyediakan dana atas
bantuan sosial tunai kemudian mengajukan Surat Pemberitahuan kepada Sekretaris
Daerah Provinsi. Berdasar pemberitahuan Kepala SKPD, Sekretaris Daerah Provinsi
mengajukan Nota Dinas Kepada Gubernur untuk menerbitkan SK Gubernur tentang
penetapan nama-nama penerima Bantuan Sosial Sesuai dengan lampiran kwitansi yang
diberikan oleh Kepala SKPD. Atas disposisi Gubernur kepada Kepala Biro Keuangan
dan Kepala SKPD yang bersangkutan, Biro Keuangan sebagai pemilik anggaran Belanja
tidak langsung Bantuan Sosial dan Hibah kemudian menindaklanjuti dengan
menerbitkan SPP, SPM, dan SP2D atas belanja bantuan sosial yang telah dilaksanakan
dan membayarkan belanja tersebut kepada rekening atas nama Kepala SKPD yang telah
menyediakan dana untuk pemberian bantuan sosial tunai.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:


a. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tanggal 9 Desember 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah pada :

PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR


27

1) Pasal 1 ayat (50) yang menyatakan bahwa Surat Perintah Pencairan Dana yang
selanjutnya disingkat SP2D adalah dokumen yang digunakan sebagai dasar
pencairan dana yang diterbitkan oleh BUD berdasarkan SPM;
2) Pasal 65 :
a) Ayat (1) yang menyatakan bahwa Pelaksanaan pengeluaran atas beban APBD
dilakukan berdasarkan SPM yang diterbitkan oleh pengguna anggaran/kuasa
pengguna anggaran;
b) Ayat (2) yang menyatakan bahwa Pembayaran sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan dengan penerbitan SP2D oleh kuasa BUD;
b. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tanggal 15 Mei 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah pada :
1) Pasal 4 ayat (1) yang menyatakan bahwa keuangan daerah dikelola secara tertib,
taat pada peraturan perundang-undangan, efektif, efisien, ekonomis, transparan,
dan bertanggung jawab dengan memperhatikan azas keadilan, kepatutan, dan
manfaat untuk masyarakat;
2) Pasal 4 ayat (2) yang menyatakan bahwa secara tertib sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) adalah bahwa keuangan daerah dikelola secara tepat waktu dan
tepat guna yang didukung dengan bukti-bukti administrasi yang dapat
dipertanggungjawabkan;
3) Pasal 132 ayat (1) yang menyatakan bahwa setiap pengeluaran belanja atas beban
APBD harus didukung dengan bukti yang lengkap dan sah;
4) Pasal 218 ayat (1) menyatakan bahwa Kuasa BUD yang diterbitkan untuk
keperluan uang persediaan/ganti uang persediaan/tambah uang kepada pengguna
anggaran/kuasa pengguna anggaran dan ayat (2) yang menyatakan bahwa kuasa
BUD menyerahkan SP2D yang diterbitkan untuk keperluan pembayaran langsung
kepada pihak ketiga.

Kondisi tersebut mengakibatkan:


a. Terjadinya penggunaan dana sebesar Rp1.168.600.000,00 yang berasal dari luar
mekanisme anggaran;
b. Terdapat penggunaan uang persediaan milik Bendahara Pengeluaran Biro
Administrasi Kemasyarakatan untuk membayarkan belanja bantuan sosial tunai.

Kondisi tersebut terjadi karena adanya Peraturan Gubernur Jawa Timur untuk
memberikan Belanja Bantuan sosial secara tunai.

Atas permasalahan diatas, Kepala Biro Keuangan menyatakan bahwa terkait


dengan masalah bantuan sosial tunai merupakan kebijakan Pemerintah Provinsi Jawa
Timur karena belum ada ketentuan yang mengatur secara khusus.

BPK RI merekomendasikan kepada Gubernur Jawa Timur agar memerintahkan


Kepala Biro Keuangan untuk merealisasikan Belanja Bantuan Sosial sesuai dengan
mekanisme APBD dan ketentuan yang berlaku.

PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR


28

8. Penerima Bantuan Sosial dan Hibah Belum Menyampaikan Laporan Penggunaan


Dana Sebesar Rp37.761.475.262,00

Pemerintah Provinsi Jawa Timur pada Tahun Anggaran 2009 menganggarkan


Belanja sebesar Rp5.677.962.731.582,00 dan terealisasi sebesar Rp4.972.599.983.086,87
atau sebesar 87,58% dari anggaran. Pemeriksaan terhadap pos Belanja Bantuan Sosial
dan Hibah diketahui terdapat dana sebesar Rp37.761.475.262,00 yang belum
dipertanggungjawabkan penerima bantuan sosial dan hibah.
a. Belanja Bantuan Sosial
Pemerintah Provinsi Jawa Timur melalui Biro Keuangan sebagai Satuan Kerja
Pengelola Keuangan Daerah merealisasikan Belanja Bantuan Sosial sebesar
Rp72.471.414.349,00 dan anggaran Rp97.602.703.620,00 atau sebesar 74,25% dari total
anggaran bantuan sosial.
Prosedur administrasi seleksi hingga penetapan penerima Bantuan Sosial menjadi
tanggung jawab beberapa Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang menjadi
verifikator sesuai dengan program kegiatan pokok yang menjadi kewajibannya. SKPD
yang menjadi verifikator Belanja Bantuan Sosial yaitu :
a. Biro Administrasi Kemasyarakatan;
b. Biro Administrasi Kesejahteraan Rakyat;
c. Dinas Sosial;
d. Biro Administrasi Perekonomian;
e. Dinas Koperasi;
f. Biro Administrasi Pembangunan;
g. Biro Keuangan;
h. Bakesbang.
Hasil pemeriksaan atas dokumen pertanggungjawaban belanja bantuan sosial pada
SKPD yang menjadi verifikator, diketahui bahwa terdapat penerima Belanja Bantuan
Sosial yang belum menyampaikan laporan pertanggungjawaban hingga pemeriksaan
LKPD Pemerintah Provinsi Jawa Timur berakhir pada tanggal 13 Mei 2010 dengan
rincian sebagai berikut :
Tabel 8.1 Realisasi Belanja Bantuan Sosial yang belum menyampaikan laporan
pertanggungjawaban
(Dalam Rupiah)
Belum
No. Verifikator Uraian Bantuan Sosial Realisasi SP2D Dipertanggungjawabkan

Biro Administrasi Bansos Bidang Sosial


1 36.443.800.000,00 10.039.700.000,00
Kemasyarakatan Kemasyarakatan
Biro Administrasi Bansos Bidang Kesejahteraan
2 12.972.940.000,00 145.000.000,00
Kesejahteraan Rakyat Rakyat
Biro Administrasi Bansos Penunjang Program
3 21.913.563.620,00 695.000.000,00
Pembangunan Pembangunan
4 Bakesbang Bansos Wawasan Kebangsaan 2.700.000.000,00 150.000.000,00

Bantuan Kepada Partai Politiik 2.592.274.349,00 342.312.280,00

Jumlah 11.372.012.280,00

PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR


29

Atas hal tersebut masing-masing SKPD yang bertanggungjawab atas verifikasi


Belanja Bantuan Sosial menyatakan bahwa telah dilakukan langkah-langkah untuk
memperingatkan para penerima bantuan sosial yang belum menyerahkan laporan
pertanggungjawaban penggunaan bantuan sosial baik melalui surat tertulis maupun
peringatan secara lisan. Belanja bantuan sosial yang banyak direalisasikan pada akhir
masa anggaran atau pada Bulan November dan Desember 2009 juga menjadi salah satu
penyebab banyaknya keterlambatan penyampaian laporan pertanggungjawaban. Kondisi
ini terjadi setiap tahun anggaran dan menyebabkan adanya temuan pemeriksaan yang
berulang.
b. Belanja Hibah
Pada Tahun Anggaran 2009, Pemerintah Provinsi Jawa Timur melalui Peraturan
Daerah Nomor 15 Tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun
Anggaran 2009 telah menganggarkan belanja hibah sebesar Rp820.498.000.000,00.
Kemudian, pada Perda Nomor 8 Tahun 2009 tentang Perubahan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2009, anggaran belanja hibah direvisi menjadi
Rp586.097.494.380,00.
Atas jumlah realisasi belanja hibah tersebut, terdapat beberapa penerima belanja
bantuan hibah yang belum menyerahkan laporan pertanggungjawaban penggunaan dana
hibah yaitu sebesar Rp26.389.462.982,00 dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 8.2 Rincian Belanja Hibah per kegiatan
(Dalam Rupiah)

No Uraian Hibah Realisasi Belum


Dipertanggungjawabkan

1
Hibah Fungsi Pendidikan 204.412.300.000,00 21.800.723.982,00
2
Hibah untuk Program Pembangunan Jawa Timur 6.636.630.000,00 2.420.300.000,00
3
Hibah Fungsi Perikanan dan Kelautan 8.000.000.000,00 2.168.439.000,00
JUMLAH
26.389.462.982,00

Hingga berakhirnya masa pemeriksaan atas LKPD Provinsi Jawa Timur TA


2009, Biro Keuangan dan SKPD yang menjadi verifikator pemberian belanja hibah telah
melakukan upaya untuk memperingatkan para penerima bantuan hibah untuk segera
mengirimkan laporan pertanggungjawaban penggunaan sesuai dengan usulan kegiatan
yang telah dilaksanakan. Terlambatnya pelaporan pertanggungjawaban penerimaan hibah
merupakan temuan yang berulang setiap tahun sehingga diperlukan perhatian lebih lanjut
agar kondisi yang terjadi tidak selalu muncul di setiap tahun anggaran.
Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:
a. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tanggal 9 Desember 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah pada pasal 61 ayat (1) yang menyatakan bahwa setiap
pengeluaran harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah mengenai hak yang
diperoleh oleh pihak yang menagih;
b. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 jo. Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tanggal 26 Oktober 2007 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah pada:

PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR


30

1) Pasal 132 yang menyatakan bahwa setiap pengeluaran belanja atas beban APBD
harus didukung dengan bukti yang lengkap dan sah;
2) Pasal 133 ayat (2) yang menyatakan bahwa penerima subsidi, hibah, bantuan
sosial, dan bantuan keuangan bertanggung jawab atas penggunaan uang/barang
dan/atau jasa yang diterimanya dan wajib menyampaikan laporan
pertanggungjawaban penggunaannya kepada Kepala Daerah;
c. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 3 Tahun 2009 tanggal 15 Januari 2009
tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Belanja Subsidi, Hibah, Bantuan Sosial, Bagi
Hasil, Bantuan Keuangan dan Belanja Tidak Terduga Provinsi Jawa Timur Tahun
Anggaran 2009 pada :
1) Pasal 13 ayat (1) yang menyatakan Penerima belanja subsidi, hibah, bantuan
sosial, bantuan keuangan, dan belanja tidak terduga bertanggungjawab atas
penggunaan uang/barang dan/atau jasa yang diterimanya dengan berpedoman
pada ketentuan perundang-undangan dan wajib menyampaikan
pertanggungjawaban penggunaannya kepada Gubernur Jawa Timur melalui
PPKD dan SKPD/Biro yang bersangkutan;
2) Pasal 13 ayat (2) menyatakan pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) berupa laporan Realisasi penggunaan uang/barang dan/atau Jasa

Kondisi tersebut mengakibatkan belanja daerah melalui bantuan sosial dan hibah
sebesar Rp37.761.475.262,00 (11.372.012.280,00+26.389.462.982,00) belum dapat
diyakini penggunaannya.

Kondisi tersebut disebabkan oleh:


a. Penerima bantuan yang belum sepenuhnya mematuhi ketentuan dalam Pedoman
Teknis Pengelolaan Belanja Subsidi, Hibah, Bantuan Sosial, Bagi Hasil, Bantuan
Keuangan dan Belanja Tidak Terduga Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2009;
b. Pencairan dana bantuan sosial dan hibah yang banyak direalisasikan pada akhir Tahun
Anggaran 2009.

Atas permasalahan diatas, Kepala Biro Keuangan menyatakan bahwa Biro


Keuangan telah melakukan koordinasi baik secara lisan maupun tertulis kepada seluruh
SKPD/Biro yang menangani belanja bantuan sosial agar meminta penerima bantuan
sosial untuk segera menyampaikan laporan penggunaan dana bantuan sosial.

BPK RI merekomendasikan kepada Gubernur Jawa Timur agar memerintahkan


Pengguna Anggaran untuk terus berupaya menagih laporan penggunaan dana kepada
penerima bantuan sosial dan hibah serta di masa mendatang dalam merealisasikan belanja
bantuan sosial dan hibah memperhatikan waktu yang tepat (tidak mendekati akhir tahun).

PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR


31

9. Belanja Kegiatan Majapahit Travel Fair Sebesar Rp93.847.250,00 yang Seharusnya


Menjadi Beban Penyelenggara Kegiatan tetapi Dibayarkan oleh Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur

Kegiatan Majapahit Travel Fair (MTF) 2009 yang dilaksanakan pada tanggal
22 s.d. 26 Mei 2009 merupakan kegiatan yang maksud dan tujuannya adalah:
1. Untuk meningkatkan kunjungan wisatawan baik mancanegara maupun nusantara ke
Jawa Timur.
2. Untuk menciptakan peluang bisnis dalam bentuk transaksi antara penjual dan pembeli
produk wisata.
3. Sebagai ajang promosi bagi daerah tujuan wisata di Jawa Timur.
4. Untuk meningkatkan kerjasama antara pemerintah dan swasta.
5. Untuk meningkatkan kemampuan pemain industri pariwisata.
6. Untuk meningkatkan apresiasi masyarakat atas pentingnya peran pariwisata dalam
menggerakkan perekonomian daerah dan perekonomian nasional.
7. Untuk menggali, mengembangkan dan melestarikan nilai-nilai budaya daerah.
Adapun acara MTF dilaksanakan di tempat yang berbeda-beda di antaranya:
1. Hotel Sheraton, Jalan Embong Malang Surabaya untuk acara yang bertajuk Travel
Exchange. Diikuti oleh 46 buyer dari luar negeri dan 15 buyer dalam negeri
2. Exhibition Hall, Gramedia Expo, Surabaya untuk acara yang bertajuk Pameran
Pariwisata, Seni Budaya dan Kerajinan, Lomba Desain Cenderamata Khas Jawa
Timur, Lomba Desain Busana Batik dam Busana Kerja Wanita, Festival Tari
Tradisional Jawa Timur, Lomba Fashion, dan Lomba Melukis di atas Payung Kertas.
Acara ini diikuti oleh 100 peserta yang menempati 100 booth yang terdiri dari
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Provinsi anggota Mitra Praja Utama
(Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, DI Yogyakarta, NTB dan Bali), Provinsi
lain di Indonesia yaitu Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, beberapa
Kabupaten/Kota di Indonesia, Kabupaten/Kota di Jawa Timur, asosiasi dan industri
pariwisata, pengrajin, perusahaan penerbangan, serta lembaga pendidikan pariwisata.
3. Ciputra Golf & Hotel untuk acara yang bertajuk Cultural Evening (Jamuan Makan
Malam)
4. Convention Hall, Gramedia Expo Surabaya untuk acara yang bertajuk Workshop
(Seminar). Diikuti oleh 200 orang peserta terdiri dari peserta pameran, seller (industri
pariwisata), perguruan tinggi/sekolah pariwisata, instansi pemerintah dan swasta yang
terkait di bidang pariwisata, Dinas Pariwisata Kab./Kota di Jawa Timur, Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur, Perusahaan Penerbangan, LSM dan
Masyarakat Umum.
Hasil penelusuran lebih lanjut atas kegiatan MTF 2009 diketahui hal-hal sebagai
berikut:
1. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur mengirimkan Surat Nomor:
556/23/104.51/2009 tanggal 8 Januari 2009 kepada Ketua ASPERAPI (Asosiasi
Perusahaan Pameran Indonesia) untuk menunjuk salah satu anggota ASPERAPI Jawa
Timur sebagai pelaksana kegiatan Bidang Pameran (event organizer) yang sudah
berpengalaman menangani pameran pariwisata.
2. Kemudian ASPERAPI melalui Surat Nomor:001/SRP/ASPERAPI-JATIM/III/09
tanggal 17 Maret 2009 menunjuk PT DA Cab. Surabaya. Dalam surat tersebut
disebutkan bahwa perusahaan tersebut sudah cukup berpengalaman di bidang

PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR


32

penyelenggaraan pameran khususnya di bidang kepariwisataan selama lebih dari 5


(lima) tahun.
3. PT DA bersedia dan sanggup untuk melaksanakan pekerjaan tersebut seperti yang
tertulis dalam Suratnya kepada Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi
Jawa Timur Nomor:047/KK-MTF/DEBINDO/III/2009 tanggal 23 Maret 2009.
4. Selanjutnya Dibuat Perjanjian Kerjasama antara Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
dengan PT DA dalam rangka Pameran Majapahit Travel Fair 2009 pada tanggal 24
Maret 2009.
5. Melalui situs resmi di internet dalam rangka kegiatan MTF 2009 yang beralamat di
http://www.majapahittravelfair.com, terdapat informasi sebagai berikut:

Tabel 9.1 Biaya yang dipungut dari seller


Jenis Pembayaran East Java Seller Others

Table Fee Rp 2.500.000 per table Rp3.000.000 per table

Additional delegate Rp350.000 per table Rp400.000 per person

Tabel 9.2 Biaya yang dipungut dari exhibitor

Jenis Pembayaran Option 1 Option 2

Booth Fee Rp 9.000.000 per booth Rp8.500.000 per booth

Fasilitas Raw Space 3m x 3m Standard Raw Space 3m x 3m (Rent


Partition, Carpet, Electric Plug, Only), Electric Plug MCB
Fascia Company Name, 1 (One)
Table & (Two) Chairs, 2(Two)
Flourescent Lights

6. Laporan Keuangan dalam penyelenggaraan kegiatan MTF yang dibuat PT DA


menyebutkan bahwa terdapat pemasukan dan pengeluaran masing-masing sebesar
Rp587.022.000,00 dan Rp517.135.450,00.
7. Realisasi Belanja Penyelenggaran MTF yang menjadi tanggungan Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur yang tercatat dalam Laporan Keuangan per
31 Desember 2009 adalah sebesar Rp977.271.499,00. Dari jumlah tersebut terdapat
Belanja publikasi (spanduk, media cetak dan media elektronik) dan Belanja jasa
perijinan dan administrasi masing-masing sebesar Rp86.847.250,00 dan
Rp7.000.000,00.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan Perjanjian Kerjasama pada :
a. Pasal 2 yang menyebutkan bahwa pihak kedua (PT DA) berkewajiban melaksanakan
pekerjaan antara lain pemasangan iklan di media cetak dan elektronik dan mengurus
Ijin Pameran;
b. Pasal 4 yang menyebutkan bahwa anggaran pembiayaan pameran ini diperoleh dari
hasil penjualan stand kepesertaan dan dikelola sepenuhnya oleh pihak kedua.

Kondisi diatas mengakibatkan pengeluaran daerah sebesar Rp93.847.250,00


(Rp86.847.250,00 + Rp7.000.000,00) tidak efektif.

PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR


33

Kondisi tersebut disebabkan oleh Tim Anggaran Dinas Kebudayaan dan


Pariwisata Provinsi Jawa Timur menganggarkan Belanja Publikasi dan Belanja Jasa
Perijinan meskipun kegiatan tersebut merupakan bagian dari kewajiban pihak kedua (PT
DA) dalam perjanjian kerjasama .

Atas permasalahan diatas, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata menjelaskan


bahwa biaya publikasi menjadi beban kedua belah pihak. Pihak kedua (PT DA)
menanggung beban pemuatan iklan MTF pada media cetak dan talk show di radio,
website dan broadcast SMS, sedangkan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata menanggung
beban liputan oleh media elektronik dan media cetak serta penggandaan VCD Pariwisata.
Biaya perijinan juga menjadi beban kedua belah pihak. Pihak kedua (PT DA)
menanggung beban perijinan pameran pada Deperindag, sedangkan Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata menanggung beban perijinan keramaian kepada Polsek, Polres, Polwil,
Polda dan Mabes Polri. Ditambahkan bahwa biaya sebagaimana dimaksud pada pasal 4
adalah tidak termasuk biaya publikasi dan perijinan yang dikeluarkan Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata. Atas kondisi ini, pada tanggal 18 Mei 2010 sesuai dengan STS No.
556.4/066/107.51/2010, PT DA telah menyetor ke Kas Daerah sebesar Rp93.847.250,00.

BPK RI merekomendasikan kepada Gubernur Jawa Timur agar memperingatkan


Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata untuk tidak mengusulkan anggaran pada
kegiatan yang menjadi beban pihak kedua sebagai penyelenggara kegiatan.

PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR


34

10. Penerimaan Negara Bukan Pajak Sebesar Rp5.852.767.650,00 Pada Dua SKPD
Belum Disetorkan ke Kas Negara

Pemerintah Provinsi Jawa Timur pada Tahun 2009 menganggarkan Lain-lain


PAD yang Sah sebesar Rp380.186.717.000,00 dan terealisasi sebesar
Rp512.817.225.507,20, atau melebihi target sebesar 34,89%. Pemeriksaan terhadap pos
ini, diketahui terdapat dua jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang diterima dan tidak
disetorkan ke Kas Negara.
a. Dinas Komunikasi dan Informatika
Dinas Komunikasi dan Informatika pada Tahun 2009 menganggarkan Lain-lain
PAD yang Sah dari PNBP sebesar Rp143.000.000,00 dan terealisasi sebesar
Rp129.874.500,00, atau kurang dari target sebesar 9,18%. Penerimaan ini berasal dari
IAR (Izin Amatir Radio), IKRAP (Izin Komunikasi Radio Antar Penduduk) dan
IPPKRAP (Izin Penguasaan Perangkat Komunikasi Radio Antar Penduduk) pada Dinas
Komunikasi dan Informatika.
IAR adalah hak untuk mendirikan, memiliki, mengoperasikan stasiun radio
amatir dan menggunakan frekuensi amatir radio. IKRAP adalah hak yang diberikan oleh
Kepala Dinas Provinsi atas nama Gubernur kepada seseorang yang telah memenuhi
persyaratan untuk mendirikan, memiliki, mengoperasikan stasiun dan menggunakan
frekuensi KRAP. Sedangkan IPPKRAP adalah hak yang diberikan oleh Kepala Dinas
Provinsi atas nama Gubernur kepada seseorang yang telah memenuhi persyaratan untuk
menguasai perangkat KRAP.
Untuk mendapatkan ijin ini (IAR, IKRAP dan IPPKRAP), pemohon terlebih
dahulu harus membayar ke rekening giro di Kantor Pos dengan Nomor Rekening
6040001527 atas nama Dinas Kominfo. Bukti pembayaran ini diajukan kepada Dinas
Komunikasi dan Informatika beserta dengan permohonan ijin dan kelengkapan syarat
yang lain. Atas dasar tersebut, kelengkapan berkas diverifikasi oleh Dinas Komunikasi
dan Informatika untuk segera diterbitkan ijin.
Dasar hukum penerimaan dari IAR adalah Keputusan Menteri Perhubungan
No.KM.49 Tahun 2002 tanggal 9 Agustus 2002 tentang Pedoman Kegiatan Amatir
Radio. Peraturan ini diperbarui pada tahun 2009 dengan diterbitkannya Peraturan Menteri
Komunikasi dan Informatika No.33/PER/M.KOMINFO/08/2009 tanggal 31 Agustus
2009 tentang Penyelenggaraan Amatir Radio. Sedangkan dasar hukum dari IKRAP dan
IPPKRAP adalah Keputusan Menteri Perhubungan No. KM.77 Tahun 2003 tanggal 31
Desember 2003 tentang Pedoman Kegiatan Komunikasi Radio Antar Penduduk.
Peraturan ini mengatur tentang tata cara mendapatkan Izin Komunikasi Radio Antar
Penduduk (IKRAP) dan Izin Penguasaan Perangkat Komunikasi Radio Antar Penduduk
(IPPKRAP). Peraturan ini diperbarui pada tahun 2009 dengan diterbitkannya Peraturan
Menteri Komunikasi dan Informatika No.34/PER/M.KOMINFO/08/2009 tanggal 31
Agustus 2009 tentang Penyelenggaraan Komunikasi Radio Antar Penduduk. Kedua
peraturan baru ini diantaranya mengubah kewenangan pemberian izin dari Kepala Dinas
Provinsi menjadi Direktur Jenderal Pos dan Telekomunikasi.
Berdasarkan peraturan tersebut di atas, PNBP dari IAR, IKRAP dan IPPKRAP
merupakan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang seluruhnya disetor ke Kas
Negara. Pemeriksaan pada Laporan Realisasi Anggaran Pemprov Jatim TA 2009

PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR


35

diketahui bahwa penerimaan dari biaya izin ini telah dianggarkan pada Dinas Komunikasi
dan Informatika sebesar Rp143.000.000,00 dan terealisasi sebesar Rp129.874.500,00,
sedangkan untuk penyetoran ke Kas Negara tidak ada anggaran dan realisasinya.
Penerimaan ini juga tidak tercatat sebagai utang di Neraca (unaudited). Pemeriksaan lebih
lanjut pada rekening giro Dinas Kominfo diketahui bahwa penerimaan dari pemohon izin
tidak disetorkan ke Kas Daerah setiap hari.
Selain itu, dua peraturan baru yang diterbitkan pada tanggal 31 Agustus 2009
diantaranya mengubah kewenangan pemberian izin dari Kepala Dinas Provinsi menjadi
Direktur Jenderal Pos dan Telekomunikasi. Pemeriksaan terhadap rekening giro Dinas
Kominfo, diketahui bahwa pada bulan September sampai Desember 2009 masih terdapat
penerimaan dari pemohon izin. Berdasarkan register IAR dan IKRAP juga diketahui
bahwa sampai bulan Desember, Dinas Kominfo masih menerbitkan IAR dan IKRAP.
b. Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan
Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan tahun 2009
menganggarkan Lain-lain PAD Yang Sah dari Dana Pembinaan, Pelatihan dan
Perlindungan TKI (DP3TKI) dengan kode rekening 1.14.0100.4.1.4.17.003 sebesar
Rp5.100.000.000,00 dan terealisasi sebesar Rp5.920.893.150,00, sehingga melebihi target
sebesar Rp820.893.150,00 atau 16,10%. Penerimaan dari kode rekening ini terdiri dari
dua jenis penerimaan, yaitu penerimaan atas DP3TKI sebesar Rp5.722.893.150,00 dan
penerimaan atas pemberian ijin operasional dan daftar ulang kantor PJTKI di wilayah
Provinsi Jawa Timur sebesar Rp198.000.000,00. DP3TKI adalah dana yang dipungut dari
TKI sebagai salah satu syarat diterbitkannya Rekomendasi Bebas Fiskal Luar Negeri oleh
Kepala Unit Pelaksana Teknis Balai Pelayanan, Penempatan dan Perlindungan Tenaga
Kerja Indonesia (UPT BP2TKI) Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan.
Besar tarif yang dipungut adalah US $ 15/orang. Penerimaan dari rekening ini ditampung
dalam rekening Bank Jatim dengan nomor rekening 0011163271 a.n BEND.PENERIMA
DISNAKER PROPJTM.
Berdasarkan PP No.92 Tahun 2000 tanggal 16 Oktober 2000 tentang Tarif atas
jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Departemen Tenaga Kerja dan
Transmigrasi, DP3TKI merupakan salah satu komponen PNBP yang seluruh
penerimaannya wajib disetor ke Kas Negara. Pada saat terjadi otonomi daerah, Gubernur
Jawa Timur menerbitkan Instruksi Gubernur No. 44 Tahun 2001 tanggal 17 September
2001 tentang pelaksanaan Pembinaan Pelatihan dan Perlindungan Tenaga Kerja ke luar
negeri yang salah satu isinya adalah menginstruksikan kepada Kepala Dinas Tenaga
Kerja Provinsi Jawa Timur untuk memasukkan biaya pembinaan TKI ke rekening Kas
Daerah. Terhadap terbitnya instruksi Gubernur ini, Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi mengirim Surat No.150.KW.04.33.2001 tanggal 16 Oktober 2001 yang
ditujukan kepada seluruh Gubernur di Indonesia untuk tetap menyetorkan dana
pembinaan TKI ke Kas Negara.
Pada tahun 2005, Pemerintah Provinsi Jawa Timur menerbitkan Perda No. 2
Tahun 2005 tanggal 26 April 2005 tentang retribusi pemakaian kekayaan daerah. Perda
ini salah satunya mengatur tentang DP3TKI sebagai salah satu komponen retribusi
pemakaian kekayaan daerah dengan tarif US $15/orang. Atas dasar ini, Pemerintah
Provinsi Jawa Timur menarik retribusi dari DP3TKI. Pada tanggal 28 Juli 2009,
Sekretaris Daerah An.Gubernur mengirim Surat No. 188/1403/013/2009 perihal

PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR


36

Penyampaian Perda dan Raperda yang ditujukan kepada Menteri Dalam Negeri. Salah
satu isi dari surat tersebut adalah penyampaian Raperda tentang retribusi pemakaian
kekayaan daerah.Terhadap surat tersebut, Sekretaris Jenderal atas nama Menteri Dalam
Negeri membalasnya dengan Surat No. 188.341/3377/SJ tanggal 15 September 2009
tentang Evaluasi Rancangan Perda. Salah satu isi surat ini menyebutkan bahwa
pemberian rekomendasi bebas fiskal TKI ke luar negeri sebagaimana diatur dalam
lampiran rancangan peraturan daerah huruf K angka 2 huruf b tidak diperlukan karena
tidak ada aspek kepentingan umum yang harus dilindungi. Berdasarkan evaluasi tersebut,
Pemerintah Provinsi Jawa Timur menerbitkan Perda No. 9 Tahun 2009 tanggal 16
November 2009 tentang Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah yang salah satu isinya
masih tetap mencantumkan DP3TKI sebagai komponen dari retribusi pemakaian
kekayaan daerah namun tanpa menyebutkan tarif.
Sampai saat pemeriksaan berakhir, penerimaan ini masih berlangsung di UPT
BP2TKI Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan. Kepala Dinas Tenaga
Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan telah mengirimkan surat yang ditujukan kepada
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 050/455/106.01/2010 tanggal 1 Maret 2010
perihal mohon penjelasan terkait US $ 15 bagi TKI yang salah satu isinya adalah
permohonan penjelasan nomor rekening untuk penyetoran DP3TKI ke Kas Negara.
Sampai saat pemeriksaan berakhir, belum ada surat balasan dari Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:


a. Peraturan Pemerintah Nomor 92 Tahun 2000 tanggal 16 Oktober 2000 tentang Tarif
atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Departemen Tenaga
Kerja dan Transmigrasi pada pasal 3 yang menyebutkan bahwa seluruh penerimaan
yang bersumber dari jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak dalam lampiran
sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 wajib disetor langsung ke Kas Negara.
b. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM.49 Tahun 2002 tanggal 9 Agustus 2002
tentang Pedoman Kegiatan Amatir Radio pada pasal 23 ayat (2) yang menyebutkan
bahwa Biaya izin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan Penerimaan
Negara Bukan Pajak yang seluruhnya disetor ke Kas Negara sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
c. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM.77 Tahun 2003 tanggal 31 Desember
2003 tentang Pedoman Kegiatan Komunikasi Radio Antar Penduduk pada pasal 19
ayat (2) yang menyebutkan bahwa biaya izin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
merupakan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang seluruhnya disetor ke Kas
Negara melalui rekening bendahara penerima Ditjen Postel sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
d. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor
33/PER/M.KOMINFO/08/2009 tanggal 31 Agustus 2009 tentang Penyelenggaraan
Amatir Radio pada:
(1) Pasal 2 yang menyebutkan bahwa penyelenggaraan amatir radio dilaksanakan
berdasarkan IAR yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal;
(2) Pasal 21 ayat (3) yang menyebutkan bahwa biaya IAR sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) merupakan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang
seluruhnya disetor ke Kas Negara;

PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR


37

e. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor


34/PER/M.KOMINFO/8/2009 tanggal 31 Agustus 2009 tentang Penyelenggaraan
Komunikasi Radio Antar Penduduk pada:
(1) Pasal 2 yang menyebutkan bahwa penyelenggaraan KRAP merupakan
penyelenggaraan telekomunikasi khusus pada pita frekuensi radio tertentu yang
ditetapkan oleh Menteri;
(2) Pasal 11 ayat (2) yang menyebutkan bahwa IKRAP diterbitkan oleh Direktur
Jenderal melalui Organisasi diserahkan kepada pemohon;
(3) Biaya IKRAP merupakan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang
seluruhnya langsung disetor ke Kas Negara.

Kondisi di atas mengakibatkan pos Pendapatan belum menggambarkan kondisi


yang sebenarnya.

Kondisi tersebut disebabkan oleh:


a. Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika belum menyetorkan PNBP dari IAR,
IKRAP dan IPPKRAP sebesar Rp129.874.500,00 ke Kas Negara;
b. Kepala Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan belum menyetorkan
PNBP dari DP3TKI sebesar Rp5.722.893.150,00 ke Kas Negara..

Atas permasalahan diatas, Kepala Biro Keuangan menyatakan bahwa:


a. Berdasarkan Surat Gubernur tanggal 22 Agustus 2001 Nomor 900/8700/033/2001
perihal Petunjuk Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), ditegaskan
penerimaan PNBP dari IAR dan IKRAP masuk ke dalam Pendapatan Asli Daerah
(PAD) sehingga harus disetor ke kas umum daerah. Pada bulan September 2009
sampai dengan bulan Desember 2009, Dinas Komunikasi dan Informasi memberikan
layanan IAR/IKRAP hanya kepada pemohon yang terlanjur membayar ke rekening
giro pos, banyaknya permohonan IAR/IKRAP disebabkan pemerintah pusat (Ditjen
Postel) belum siap memberikan layanan ijin. Pada TA 2010 Dinas Komunikasi dan
Informasi tidak menerbitkan IAR/IKRAP kembali sehingga tidak ada penerimaan
PAD dari IAR dan IKRAP. Hal ini sesuai Peraturan Menteri Komunikasi dan
Informasi Nomor 33 Tahun 2009 dan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informasi
Nomor 34 Tahun 2009 yang menegaskan bahwa layanan IAR/IKRAP terhitung awal
TA 2010 ditarik kembali ke Pemerintah Pusat;
b. Berdasarkan Surat Menteri Keuangan tanggal 4 Juli 2001 Nomor S-3156/LK/2001
perihal Status Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dan Surat Gubernur Jawa
Timur tanggal 22 Agustus 2001 Nomor 900/870/033/2001 perihal Petunjuk
Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) maka penerimaan dari suatu
pelayanan pemerintah yang kewenangannya diserahkan kepada daerah sesuai UU
Nomor 25 Tahun 2000 adalah menjadi pendapatan asli daerah dan bukan merupakan
PNBP lagi. Sehingga seluruh PNBP SKPD di lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa
Timur disetorkan ke kas umum daerah, yang kemudian diatur dengan Perda Nomor 2
Tahun 2005. Sejak diberlakukannya Perda Nomor 9 Tahun 2009 maka Perda Nomor
2 Tahun 2005 secara otomatis tidak berlaku kembali sehingga dasar penarikan
retribusi DP3TKI tidak ada, disisi lain apabila retribusi dihentikan maka TKI tidak
dapat diberangkatkan karena tidak dapat melengkapi dokumen bebas fiskal luar
negeri/kartu tenaga kerja luar negeri yang dikeluarkan oleh pemerintah. Dinas Tenaga

PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR


38

Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan telah berusaha untuk menyurati Menteri


Tenaga Kerja dan Transmigrasi melalui surat tanggal 1 Maret 2010 Nomor
050/455/106.01/2010 memohon penjelasan terkait US$ 15 bagi TKI. Namun
demikian, sampai saat ini belum mendapatkan jawaban. Jadi untuk sementara waktu
retribusi ditampung di kas umum daerah hingga ada petunjuk lebih lanjut;
c. Berdasarkan Surat Kepala Disnakertransduk kepada Kepala Biro Keuangan
Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Timur No. 900/1178/106.01/2010 tanggal 16 Juni
2010 diketahui bahwa jumlah PNBP dari DP3TKI tahun 2008 dan 2009 masing-
masing sebesar Rp6.852.639.900,00 dan Rp5.722.893.150,00.

BPK RI merekomendasikan kepada Gubernur Jawa Timur agar


a. Memerintahkan Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika untuk menyetorkan
PNBP dari IAR, IKRAP dan IPPKRAP sebesar Rp129.874.500,00 ke Kas Negara;
b. Memerintahkan Kepala Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan untuk
menyetorkan PNBP dari DP3TKI sebesar Rp5.722.893.150,00 ke Kas Negara;
c. Bukti setor ke Kas Negara agar disampaikan kepada BPK RI.

PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR


39

11. Penganggaran Belanja Belum Sepenuhnya Berpedoman Pada Standar Akuntansi


Pemerintahan

A. Pengadaan Barang yang dihibahkan kepada pihak lain senilai Rp142.087.852.586,00


pada 20 SKPD dianggarkan pada Pos Belanja Barang dan Jasa
Pemerintah Provinsi Jawa Timur merealisasikan Belanja Barang dan Jasa sebesar
Rp1.962.652.642.711,30 dari anggaran yang dimiliki sebesar Rp2.180.138.521.300,00
atau telah terserap sejumlah 90,02%. Dari jumlah tersebut telah direalisasikan dalam
belanja barang dan jasa stimulan sebesar Rp142.087.852.586,00.
Pengadaan belanja barang stimulan adalah salah satu bentuk kegiatan yang
dimiliki oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk memfasilitasi adanya program
hibah kepada masyarakat dalam bentuk barang. SKPD selaku bidang teknis yang
melaksanakan tugas kepada masyarakat menganggarkan belanja barang dan jasa
stimulan dalam pengadaan barang untuk kemudian diserahkan langsung kepada
penerima dalam hal ini adalah masyarakat. Bukti pendukung penyerahan barang kepada
masyarakat disertai dengan berita acara serah terima yang dihimpun oleh SKPD
pelaksana kegiatan. Daftar rincian realisasi belanja barang dan jasa stimulan dijelaskan
dalam tabel berikut ini :
Tabel 11.1 Realisasi Belanja Barang dan Jasa Stimulan

(Dalam Rupiah)

Realisasi Belanja Barang dan Jasa


No. SKPD
Stimulan

1. Dinas Pendidikan 3.058.228.900,00

2. Dinas Kesehatan 1.841.432.200,00

3. Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang 93.899.704.890,00

4. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 299.310.000,00

5. Badan Lingkungan Hidup 1.374.497.855,00

6. Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB 876.350.000,00

7. Dinas Sosial 11.065.221.125,00

8. Disnakertransduk 772.951.650,00

9. Dinas Kepemudaan dan Keolahragaan 260.704.200,00

10. Biro Administrasi Kesejahteraan Rakyat Setda 472.252.000,00

11. Biro Administrasi Kemasyarakatan Setda 589.834.500,00

12. Badan Ketahanan Pangan 274.618.000,00

13. Badan Perpustakaan dan Kearsipan 49.986.310,00

14. Dinas Pertanian Prop. Jatim 216.623.400,00

15. Dinas Perkebunan Prop. Jatim 4.225.956.000,00

16. Dinas Peternakan Prop. Jatim 6.130.268.000,00

PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR


40

17. Dinas Kehutanan Prop. Jatim 1.522.811.675,00

18. Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 4.024.097.206,00

19. Dinas Perikanan dan Kelautan 10.824.040.175,00

20. Dinas Perindustrian dan Perdagangan 308.964.500,00

JUMLAH 142.087.852.586,00

B. Pengadaan Atas Aset Tetap Modal Sebesar Rp8.931.186.266,00 Dianggarkan sebagai


Belanja Non Modal
Hasil pemeriksaan atas dokumen pelaksanaan Belanja Barang dan Jasa
menunjukkan bahwa Realisasi Anggaran Belanja Barang dan Jasa sebesar
Rp1.962.652.642.711,30 diantaranya terdapat belanja modal yang dapat dikapitalisasi
menjadi aset karena kesalahan penganggaran, contohnya pembangunan atas Gedung
UPT3E pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan senilai Rp1.404.470.000,00 yang
dianggarkan dalam belanja pemeliharaan gedung namun pada kondisi fisik sebenarnya
telah memenuhi kriteria belanja modal atas bangunan yaitu manfaat lebih dari 12 bulan,
menambah masa manfaat, menambah kapasitas, dan nilainya material sehingga nilai
tersebut dapat dikapitalisasi menjadi aset tetap. Pengeluaran dengan kondisi seperti diatas
juga terjadi pada beberapa SKPD lain yang dijelaskan dalam tabel berikut;

Tabel 11.2 Belanja Non Modal digunakan untuk Belanja Modal


(Dalam Rupiah)
No SKPD Nilai
Jenis Aset
1 Dinas Kehutanan Bangunan 138.567.000,00
2 Dinas Koperasi dan UKM Bangunan 1.004.375.760,00
3 Badan Penanaman Modal Alat kantor dan rumah tangga 1.555.099.856,00
Alat komunikasi 23.278.750,00
4 Badan Peustakaan dan Kearsipan Bangunan 779.986.850,00
Alat kantor dan rumah tangga 37.187.000,00
5 RSUD Dr. Soetomo Alat Kesehatan 530.071.550,00
Alat kantor dan rumah tangga 178.336.400,00
6 Sekretariat DPRD Bangunan KDP 127.710.000,00
7 Bakorwil Pamekasan Bangunan 14.999.000,00
Instalasi dan jaringan 62.052.500,00
8 Biro Adm. SDA Alat kantor dan rumah tangga 220.000,00
9 Biro Humas dan Protokol Alat kantor dan rumah tangga 24.200.000,00
10 Disperindag Bangunan 3.797.014.000,00
11 Dinas Perikanan dan Kelautan Bangunan 658.087.600,00
Jumlah 8.931.186.266,00

Rincian lihat Lampiran 4.1

C. Pengadaan Aset tidak Berwujud Sebesar Rp6.813.343.100,00 dianggarkan dalam


Belanja Barang dan Jasa
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur
Lampiran II tentang kode rekening aset, kewajiban, ekuitas dana, pendapatan, belanja,
dan pembiayaan menyebutkan bahwa belanja atas aset tidak berwujud yang masuk ke
dalam kategori aset lainnya dianggarkan melalui mata anggaran belanja barang dan jasa,
pada kegiatan belanja jasa kerja atau belanja jasa konsultasi penelitian. Mekanisme
penganggaran melalui belanja barang dan jasa menyebabkan kapitalisasi atas aset lainnya

PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR


41

tidak dapat secara langsung disajikan ke dalam neraca namun harus melalui mekanisme
rekonsiliasi terlebih dahulu dengan SKPD yang melaksanakan pengadaan aset tidak
berwujud. Hasil pemeriksaan secara uji petik menunjukkan bahwa Pengadaan atas aset
tidak berwujud yang berbentuk penelitian, survey, dan pengembangan software
dianggarkan melalui belanja non modal dan disajikan dalam tabel berikut ini :
Tabel 11.3 Belanja Aset Tidak Berwujud
(Dalam Rupiah)
No SKPD Pembebanan Jenis Aset Nilai
1 Balitbang Belanja Jasa Kerja Aset Tidak Berwujud-Kajian 1.720.267.500,00
dan Penelitian
2 Dinas ESDM Belanja Jasa Penelitian Aset Tidak Berwujud-Kajian 2.585.784.100,00
dan Penelitian
3 Bappeprop Belanja Barang Jasa 814.789.000
Aset Tidak Berwujud
Belanja Jasa
Aset Tidak Berwujud
4 RS Haji Surabaya Konsultansi 721.963.000,00
Pengembangan Software
Badan Perpustakan Belanja Jasa
Aset Tidak Berwujud
5 dan Kearsipan Konsultansi 538.232.500,00
Pengembangan Software
Belanja Jasa
Aset Tidak Berwujud -
6 Dinas Kesehatan Konsultansi 167.255.000,00
Software
Badan Penanaman Aset Tidak Berwujud
7 Modal Belanja Jasa Kerja Pengembangan Software 99.200.000,00

Dinas Perhubungan Belanja Jasa Aset Tidak Berwujud


8 LLAJ konsultansi Pengembangan Software 165.852.000,00
Jumlah 6.813.343.100,00

Rincian terdapat dalam lampiran 4.2

D. Pembebanan Anggaran Atas Belanja Modal yang direalisasikan untuk Aset Non
Modal sebesar Rp7.726.141.518,00
Pemeriksaan terhadap dokumen pelaksanaan atas pengelolaan anggaran belanja
modal tahun anggaran 2009 menunjukkan bahwa dari anggaran belanja modal sebesar
Rp914.800.613.661,00 telah direalisasikan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur sebesar
Rp837.299.991.689,00. Dari sejumlah realisasi tersebut terdapat beberapa transaksi yang
setelah dilakukan uji petik berupa kegiatan pengadaan atas barang non modal.
Hasil pemeriksaan atas dokumen rekapitulasi penambahan modal dan Dokumen
pertanggungjawaban diketahui bahwa terdapat realisasi anggaran belanja modal atas
barang atau jasa yang tidak memenuhi kualifikasi aset tetap atau modal. Atas saldo
barang tersebut telah dilakukan koreksi atas jumlah aset tetap yang telah dilakukan
kapitalisasi. Rincian kesalahan penganggaran pada tiap SKPD dijelaskan di dalam tabel
berikut:
Tabel 11.4 Realisasi Belanja Modal Atas Aset Non modal

(Dalam Rupiah)

Realisasi Belanja Modal atas Aset


No. SKPD
non Modal

1. Biro Administrasi Pembangunan 1.980.000,00

2. Biro Keuangan 45.721.500,00

PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR


42

3. Bakorwil Madiun 95.335.500,00

4. Dinas Kesehatan 902.477.645,00

5. RSUD Saiful Anwar 74.295.650,00

6. RSUD Dr. Soetomo 180.946.662,00

7. RS Menur 38.142.500,00

8. RS Sumber Glagah 48.769.345,00

9. Dinas Sosial 56.354.500,00

10. Disnakertrans 225.518.470,00

11. DKP 189.865.800,00

12. Peternakan 24.970.000,00

13. Koperasi UMKM 89.650.000,00

14. BLH 49.500.000,00

15. BKD 56.553.200,00

16. Dinas PU Bina Marga 5.646.060.746,00

JUMLAH 7.726.141.518,00
Rincian realisasi fisik dijelaskan dalam lampiran 4.3

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:


a. Buletin Teknis yang menjadi bagian tidak terpisahkan dari Standar Akuntansi
Pemerintahan Nomor 3 tentang pengungkapan belanja Pemerintah Poin E yang
menyatakan bahwa Hibah adalah pengeluaran pemerintah dalam bentuk uang/barang
atau jasa kepada pemerintah atau pemerintah lainnya, perusahaan daerah, masyarakat,
dan organisasi kemasyarakatan, yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya,
bersifat tidak wajib dan tidak mengikat, serta tidak secara terus menerus. Dan
dijelaskan dalam contoh pada baris 2 halaman 15 yang menyatakan bahwa hibah
dalam bentuk aset harus dialokasikan di APBD sebagai belanja hibah, demikian juga
realisasi pembelian aset tersebut dibukukan dan disajikan di LRA sebagai Belanja
Hibah;
b. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Jo Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 59 tahun 2007 tanggal 26 Oktober 2007 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah:
1) Pasal 4 ayat (1) yang menyatakan bahwa keuangan daerah dikelola secara tertib,
taat pada peraturan perundang-undangan, efektif, efisien, ekonomis, transparan,
dan bertanggung jawab dengan memperhatikan azas keadilan, kepatutan, dan
manfaat untuk masyarakat;
2) Pasal 42 ayat (1) yang menyatakan bahwa Belanja hibah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 37 huruf d digunakan untuk menganggarkan pemberian hibah dalam
bentuk uang, barang dan/atau jasa kepada pemerintah atau pemerintah daerah
lainnya, perusahaan daerah, masyarakat, dan organisasi kemasyarakatan yang
secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya;

PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR


43

3) Pasal 42 ayat (5) yang menyatakan bahwa Pemberian hibah dalam bentuk uang
atau dalam bentuk barang atau jasa dapat diberikan kepada pemerintah daerah
tertentu sepanjang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan
4) Pasal 52 ayat (2) yang menyatakan bahwa belanja barang/jasa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) berupa belanja barang pakai habis, bahan/material, jasa
kantor, premi asuransi, perawatan kendaraan bermotor, cetak/penggandaan, sewa
rumah/gedung/ gudang/parkir, sewa sarana mobilitas, sewa alat berat, sewa
perlengkapan dan peralatan kantor, makanan dan minuman, pakaian dinas dan
atributnya, pakaian kerja, pakaian khusus dan hari-hari tertentu, perjalanan dinas,
perjalanan dinas pindah tugas dan pemulangan pegawai, pemeliharaan, jasa
konsultansi, dan lain-lain pengadaan barang/jasa, dan belanja lainnya yang sejenis.
5) Pasal 53 ayat (1) menyatakan bahwa belanja modal sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 50 huruf c digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan dalam rangka
pengadaan aset tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12
(duabelas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan.
6) Pasal 53 ayat (2) menyatakan bahwa nilai aset tetap berwujud sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) yang dianggarkan dalam belanja modal sebesar harga
beli/bangun aset ditambah seluruh belanja yang terkait dengan
pengadaan/pembangunan aset sampai aset tersebut siap digunakan.
7) Pasal 53 ayat (4) menyatakan bahwa Kepala Daerah menetapkan batas minimal
kapitalisasi (capitalization threshold) sebagai dasar pembebanan belanja modal.

Kondisi tersebut mengakibatkan saldo belanja barang dan jasa, belanja modal,
dan belanja hibah tidak menggambarkan kondisi yang sebenarnya.

Kondisi tersebut disebabkan oleh :


a. Tim Anggaran Pemerintah Daerah dalam mengevaluasi Rencana Kerja Anggaran
SKPD Tahun Anggaran 2009 belum sepenuhnya memedomani Standar Akuntansi
Pemerintah sebagaimana diatur dalam PP 24 Tahun 2005;
b. Tim penyusun RKA SKPD dalam menyusun anggaran belanja belum sepenuhnya
mempedomani Standar Akuntansi Pemerintahan sebagaimana diatur dalam PP 24
tahun 2005;
c. Ketidakcermatan Tim penyusun RKA SKPD dalam menyusun dan menganggarkan
Belanja Modal dan Belanja Barang dan Jasa.

Atas permasalahan tersebut Kepala Biro Keuangan menyatakan bahwa;


a. PP Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, PSAP No 7
tentang Aset, ditegaskan bahwa aset tetap yang tidak dipergunakan untuk operasional
pemerintah tidak memenuhi definisi aset tetap dan harus disajikan di pos aset lainnya
sesuai dengan nilai tercatatnya. Mendasari hal ini, maka barang modal yang akan
diberikan kepada masyarakat dicatat dalam kelompok belanja barang dan jasa
(belanja barang stimulan). Pembentukan kode rekening ini, dimaksudkan untuk
menampung barang dan jasa yang akan dihibahkan kepada masyarakat yang dikemas
dalam bentuk program kegiatan SKPD (belanja langsung). Dengan kata lain belanja
barang stimulan ini, merupakan pelengkap untuk mendukung keberhasilan tujuan
pelaksanaan program kegiatan tersebut, misalnya pembinaan gepeng dan anak
jalanan yang setelah dibina diberikan bantuan gerobak dengan maksud agar gepeng

PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR


44

dan anak jalanan tersebut, tidak lagi melakukan profesi sebagai gepeng dan anak
jalanan yang meminta-minta di traffic light, namun beralih profesi yang lebih layak
dengan memanfaatkan pemberian gerobak tersebut. Secara penatausahaan keuangan
belanja barang stimulan tidak dapat dikategorikan secara ansich layaknya belanja
hibah yang merupakan belanja tidak langsung. Hal ini dapat dipertegas lagi beberapa
pertimbangan antara lain :
1) Bahwa belanja hibah yang dimaksud dalam belanja barang stimulan proses
pencairannya tidak diawali dengan pengajuan proposal oleh masyarakat kepada
Pemerintah Provinsi Jawa Timur sebagaimana layaknya belanja hibah pada
belanja tidak langsung;
2) Belanja hibah pada belanja barang stimulan merupakan pemberian hibah dari dan
atas kehendak Pemerintah Provinsi Jawa Timur kepada masyarakat untuk
mendukung keberhasilan pelaksanaan program kegiatan SKPD yang
dilakukannya.
b. Penganggaran belanja barang dan jasa sebagian dilakukan secara paket dan belum
didasarkan kebijakan kapitalisasi aset yang sampai saat ini belum disusun;
c. Proses perencanaan dalam penganggaran atas pengadaan belanja modal di SKPD
tidak dipisahkan secara terinci (paket), namun proses realisasi pengadaannya dirinci
per-item barang sesuai dengan kebutuhan SKPD tersebut.

BPK RI merekomendasikan kepada Gubernur Jawa timur agar:


a. Memperingatkan Tim Anggaran Pemerintah Daerah dalam mengevaluasi Rencana
Kerja Anggaran SKPD terkait untuk melaksanakan proses penganggaran sesuai
kebutuhan, penggunaan dan ketentuan dalam Standar Akuntansi Pemerintahan;
b. Memperingatkan Tim penyusun RKA SKPD terkait untuk melaksanakan proses
penganggaran sesuai dengan ketentuan dalam Standar Akuntansi Pemerintahan;
c. Segera menyusun dan menerbitkan Kebijakan Akuntansi atas pengelolaan Aset
Pemerintah Provinsi Jawa Timur yang mengatur batas minimal kapitalisasi aset.

PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR


45

12. Hasil Pemeriksaan BPK RI belum ditindaklanjuti sesuai rekomendasi

Hasil Pemeriksaan BPK RI atas Laporan Keuangan Daerah dan Pemeriksaan atas
Tujuan Tertentu, diketahui terdapat temuan-temuan pemeriksaan yang belum
ditindaklanjuti. Jumlah temuan untuk masing-masing pemeriksaan adalah sebagai berikut.
Tabel 12.1 Posisi Tindak Lanjut Per 17/11/2009
No. Uraian Pemeriksaan Temuan Saran/ Jumlah Tanggapan
Pemeriksaan Rekomendasi TS TB BT
1. Laporan Keuangan Daerah TA 2005 13 28 19 8 1
2. Laporan Keuangan Daerah TA 2006 12 17 14 3 -
3. Laporan Keuangan Daerah TA 2007 29 46 41 5 -
4. Laporan Keuangan Daerah TA 2008 21 22 9 13 -
5. Belanja Daerah Bidang Kesehatan TA 2007 10 22 21 1 -
6. Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik 5 5 2 3 -
Keterangan:
TS = Telah ditindaklanjuti sesuai rekomendasi;
TB = Telah ditindaklanjuti tapi belum seluruhnya sesuai saran;
BT = Belum ditindaklanjuti.

Pelaksanaan tindak lanjut atas rekomendasi BPK RI dapat diuraikan sebagai berikut.
a. Laporan Keuangan Daerah Tahun Anggaran 2005
Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Daerah Tahun Anggaran 2005 sebanyak
13 temuan pemeriksaan dengan 28 rekomendasi. Dari 28 rekomendasi tersebut,
sebanyak 19 rekomendasi telah ditindaklanjuti sesuai rekomendasi, 8 rekomendasi
telah ditindaklanjuti namun belum sesuai dengan rekomendasi dan 1 rekomendasi
belum ditindaklanjuti. Temuan-temuan yang tindaklanjutnya belum sesuai dengan
rekomendasi dan temuan-temuan yang belum ditindaklanjuti adalah sebagai berikut.
Tabel 12.2 Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Atas LKD TA 2005

No. Uraian Rekomendasi Tindaklanjut


1. Realisasi Biaya Koordinasi dan Gubernur Jawa Timur agar : a. Telah ditindaklanjuti
Konsultasi dengan Instansi Terkait pada a. Menegur Sekretaris DPRD selaku sesuai rekomendasi;
Sekretariat DPRD sebesar Pengguna Anggaran supaya
Rp8.260.873.100,00 diberikan dalam melengkapi bukti-bukti
bentuk tunai pertanggungjawaban atas realisasi
Biaya Koordinasi dan Konsultasi
dengan instansi terkait.
b. Memerintahkan Pimpinan/Anggota b. Telah ditindaklanjuti,

DPRD dan Sekretaris DPRD namun belum sesuai

supaya mempertanggungjawabkan dengan

pengeluaran sebesar rekomendasi;

Rp6.928.717.950,00 dengan cara


menarik kerugian daerah dan
menyetorkan ke kas daerah;
c. Telah ditindaklanjuti
c. Memerintahkan Sekretaris DPRD
sesuai rekomendasi.
Provinsi Jawa Timur supaya dalam
merencanakan belanja

PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR


46

mempedomani prinsip-prinsip
anggaran berbasis kinerja dan
membuat bukti
pertanggungjawaban yang lengkap
dan sah sesuai ketentuan
perundang-undangan yang
berlaku.
2. Realisasi uang jasa pengabdian kepada Gubernur Jawa Timur malalui Telah ditindaklanjuti,
Pimpinan dan Anggota DPRD periode Sekretaris Dewan memerintahkan namun belum sesuai
1999-2004 merugikan keuangan daerah penagihan terhadap 81 orang mantan dengan rekomendasi
sebesar Rp1.100.700.000,00 anggota DPRD periode 1999-2004
untuk mengembalikan uang jasa
pengabdian yang tidak menjadi haknya
dan segera disetor ke kas daerah
sebesar Rp1.100.700.000,00.

3. Bunga grace periode dan Bagian Bagi Gubernur Jawa Timur agar:
Hasil Laba Perusahaan dari PT. Panca a. Memerintahkan kepada Tim a. Telah ditindaklanjuti
Wira Usaha belum diterima Pemerintah POKJA, Bank Jatim dan BPR Jatim sesuai rekomendasi;
Provinsi Jawa Timur seluruhnya sebesar supaya lebih intensif dan cermat
Rp452.797.694,50. dalam menentukan penerima kredit
dana bergulir;
b. Memerintahkan kepada
Tim b. Telah ditindaklanjuti,
POKJA, Bank Jatim dan BPR Jatim namun belum sesuai
supaya melakukan upaya-upaya dengan
penagihan kepada para penunggak rekomendasi;
angsuran pinjaman dan
memberikan sanksi sesuai
ketentuan yang berlaku;
c. PT Bank Jatim dan PT BPR Jatim
c. Telah ditindaklanjuti
segera menyetorkan bagian bagi
sesuai rekomendasi;
hasil Pemerintah Provinsi Jawa
Timur masing-masing
Rp226.140.135,00 dan
Rp73.347.310,00;
d. Telah ditindaklanjuti
d. Memerintahkan kepada Biro
sesuai rekomendasi
Perekonomian untuk memberikan
peringatan dan penagihan pada PT
Bank Jatim sebesar
Rp226.140.135,00 dan
Rp73.347.310,00 yang merupakan
hak Pemerintah Provinsi Jawa
Timur dari bagian bagi hasil Dana
Bergulir dimaksud.
4. Bunga Modal Bergulir pada PT Bank Gubernur Jawa Timur agar:
Jatim dan PT BPR Jatim Tahun 2005 a. Memerintahkan kepada Tim a. Telah
Kurang Diterima Sebesar POKJA, Bank Jatim dan BPR Jatim ditindaklanjuti

PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR


47

Rp299.487.445,00 supaya lebih intensif dan cermat sesuai


dalam menentukan penerima kredit rekomendasi;
dana bergulir;
b. Memerintahkan kepada Tim b. Telah
POKJA, Bank Jatim dan BPR Jatim ditindaklanjuti,
supaya melakukan upaya-upaya namun belum
penagihan kepada para penunggak sesuai dengan
angsuran pinjaman dan rekomendasi ;
memberikan sanksi sesuai
ketentuan yang berlaku;
c. PT Bank Jatim dan PT BPR Jatim c. Telah
segera menyetorkan bagian bagi ditindaklanjuti,
hasil Pemerintah Provinsi Jawa namun belum
Timur masing-masing sesuai dengan
Rp226.140.135,00 dan rekomendasi ;
Rp73.347.310,00;
d. Memerintahkan kepada
Biro d. Belum
Perekonomian untuk memberikan ditindaklanjuti
peringatan dan penagihan pada PT
Bank Jatim sebesar
Rp226.140.135,00 dan
Rp73.347.310,00 yang merupakan
hak Pemerintah Provinsi Jawa
Timur dari bagian bagi hasil Dana
Bergulir dimaksud.
5. Pengadaan jasa melalui lembaga Gubernur Jawa Timur agar:
Perguruan Tinggi Negeri diperhitungkan a. Menegur Panitia pengadaan a. Telah
Pajak Pertambahan Nilai yang barang dan jasa pada Dinas ditindaklanjuti
memboroskan keuangan daerah Pekerjaan Umum Bina Marga dan sesuai
sebesar Rp416.017.400,00. Dinas Pekerjaan Umum Pengairan rekomendasi;
yang dalam menyusun RAB untuk
pekerjaan yang dilaksanakan
lembaga Perguruan Tinggi Negeri
tidak sesuai ketentuan;
b. Memerintahkan Panitia Pengadaan
b. Telah
Barang dan Jasa pada Dinas
ditindaklanjuti,
Pekerjaan Umum Bina Marga dan
namun belum
Dinas Pekerjaan Umum Pengairan sesuai dengan
untuk mengajukan restitusi kepada
rekomendasi
Direktorat Jenderal Pajak melalui
Kantor Pelayanan Pajak setempat
atas pembayaran PPN sebesar
Rp416.017.400,00 yang bukan
menjadi kewajibannya.
6. Pencantuman biaya pemindahan utilitas Gubernur Jawa Timur agar:
PLN dan Biaya Overhead dalam kontrak a. Menegur Kepala Dinas Pekerjaan a. Telah
pembangunan Jembatan Suramadu sisi Umum Bina Marga (dhi. Kuasa ditindaklanjuti

PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR


48

Surabaya tidak tepat serta terjadi Pengguna Anggaran Kegiatan sesuai


kelebihan pembayaran PPN sebesar Pembangunan Jalan Akses rekomendasi ;
Rp527.388.553,67. Jembatan Suramadu) yang kurang
efisien dan lalai dalam menyusun
rencana biaya pekerjaan
pembangunan jembatan Suramadu
sisi Surabaya;
b. Memerintahkan Kepala Dinas
b. Telah
Pekerjaan Umum Bina Marga
ditindaklanjuti,
menarik dari PT. KADI
namun belum
Internasional kelebihan
sesuai dengan
pembayaran PPN sebesar
rekomendasi
Rp527.388.553,67 dan biaya
overhead yang tidak menjadi
haknya sebesar Rp151.070.636,00
dan selanjutnya menyetorkan ke
kas daerah.
7. Pendapatan kontribusi jasa wilayah dari Gubernur Jawa Timur agar Telah ditindaklanjuti,
angkutan penyeberangan disetorkan memerintahkan Kepala Dinas namun belum sesuai
tidak tepat waktu sebesar Perhubungan Provinsi Jawa Timur dengan rekomendasi
Rp438.450.221,00 dan kurang diterima memberikan teguran dan menagih
dari PT. ASDP Cabang Banyuwangi kekurangan pendapatan pemerintah
(Penyeberangan Ketapang Gilimanuk) Jawa Timur dari PT ASDP, PT
dan PT. PELINDO III Surabaya sebesar PELINDO III sebesar
Rp68.083.853,00. Rp68.083.853,00 dan disetor ke kas
daerah.

b. Laporan Keuangan Daerah Tahun Anggaran 2006


Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Daerah Tahun Anggaran 2006
sebanyak 12 temuan pemeriksaan dengan 17 rekomendasi. Dari 17 rekomendasi
tersebut, sebanyak 14 rekomendasi telah ditindaklanjuti sesuai rekomendasi, 3
rekomendasi telah ditindaklanjuti namun belum sesuai dengan rekomendasi.
Temuan-temuan yang tindaklanjutnya belum sesuai dengan rekomendasi adalah
sebagai berikut.
Tabel 12.3 Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Atas LKD TA 2006

No. Uraian Rekomendasi Tindaklanjut


1. Sisa kas Pemegang Kas Gubernur Jawa Timur agar :
(PK) pada Dinas a. Melakukan langkah pengembalian keuangan a. Telah
Kesehatan sebesar daerah sebesar Rp1.393.331.210,00 dan kepada ditindaklanjuti,
Rp1.393.331.210,00 yang bersangkutan dikenakan sanksi sesuai namun belum
digunakan untuk ketentuan yang berlaku; sesuai dengan
kepentingan pribadi rekomendasi ;

b. Menegur Kepala Dinas Kesehatan atas kelemahan b. Telah


dalam pengawasan dan pengendalian di ditindaklanjuti
lingkungan satuan kerja yang dipimpinnya. sesuai

PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR


49

rekomendasi .
2. Bantuan keuangan untuk Gubernur Jawa Timur agar dalam menentukan Telah ditindaklanjuti,
instansi vertikal sebesar kebijakan penggunaan keuangan daerah namun belum sesuai
Rp3.536.248.000,00 memperhatikan ketentuan yang berlaku dengan rekomendasi
tidak sesuai ketentuan
3. Temuan pemeriksan Gubernur Jawa Timur agar menegur yang Telah ditindaklanjuti,
BPK atas Laporan bersangkutan dan meningkatkan koordinasi dengan namun belum sesuai
Keuangan Daerah (LKD) instansi terkait untuk segera melaksanakan tindak dengan rekomendasi .
Tahun 2005 belum lanjut hasil pemeriksaan sesuai dengan rekomendasi
seluruhnya BPK
ditindaklanjuti sesuai
rekomendasi

c. Laporan Keuangan Daerah TA 2007


Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Daerah Tahun Anggaran 2007
sebanyak 29 temuan pemeriksaan dengan 46 rekomendasi. Dari 46 rekomendasi
tersebut, sebanyak 41 rekomendasi telah ditindaklanjuti sesuai rekomendasi, 5
rekomendasi telah ditindaklanjuti namun belum sesuai dengan rekomendasi.
Temuan yang tindaklanjutnya belum sesuai dengan rekomendasi adalah sebagai
berikut.
Tabel 12.4 Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Atas LKD TA 2007

No. Uraian Rekomendasi Tindaklanjut


1. Penyajian Informasi Keuangan Dana Direkomendasikan kepada Gubernur
Bergulir sebesar Rp379.995.700.850,00 Jawa Timur agar menegur Dinas/Biro/
Kurang Memadai Badan pengelola Dana bergulir untuk:
a. Menyajikan nilai dana bergulir a. Telah
berdasarkan nilai bersih yang ditindaklanjuti,
dapat direalisasikan (net namun belum
realizable value) yaitu sebesar sesuai dengan
nilai kas yang dipegang unit rekomendasi ;
pengelola ditambah jumlah yang
diharapkan dapat direalisasikan;
b. Melaporkan realisasi penerimaan b. Telah
pengembalian dana bergulir dan ditindaklanjuti
penyaluran kembali dana bergulir sesuai
kepada Biro Keuangan agar rekomendasi;
dapat disajikan dalam laporan
keuangan daerah;
c. Melaporkan penerimaan bunga c. Telah
pinjaman dana bergulir secara ditindaklanjuti
bruto. sesuai
rekomendasi.
2. Penggunaan Belanja Operasional Direkomendasikan kepada Gubernur Telah ditindaklanjuti,
Pimpinan DPRD Provinsi Jawa Timur Jawa Timur agar meminta Pimpinan namun belum sesuai
tidak didukung dangan bukti yang DPRD Provinsi Jawa Timur dan dengan rekomendasi
lengkap sebesar Rp233.300.000,00 Sekretaris DPRD untuk

PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR


50

mempertanggung jawabkan
penggunaan belanja penunjang
operasional pimpinan (BPOP) sesuai
ketentuan yang berlaku.
3. Pencatatan Aset Tetap hasil pengadaan Direkomendasikan kepada Gubernur
Dinas Permukiman tidak dilaksanakan Jawa Timur agar:
secara tertib serta Belanja Modal a. Menegur Tim Penyusun a. Telah ditindaklanjuti
direalisasikan untuk Belanja Non Modal Anggaran Daerah supaya dalam sesuai rekomendasi;
sebesar Rp45.600.614.000,00 menganggarkan belanja modal,
belanja hibah, dan belanja barang
memperhatikan ketentuan yang
berlaku;
b. Menegur Kepala Dinas b. Telah ditindaklanjuti,
Permukiman supaya mencatat namun belum sesuai
aset tetap yang akan dengan
dipergunakan SKPD lain sampai rekomendasi;
Berita Acara Serah Terima
Barang diterbitkan;
c. Memerintahkan PPTK, c. Telah ditindaklanjuti
Bendahara Pengeluaran, dan sesuai rekomendasi.
Pengurus Barang untuk
meningkatkan koordinasi dalam
penatausahaan pengelolaan
pengadaan barang.
4. Deposito Senilai Rp41.500.000.000,00 Direkomendasikan kepada Gubernur Telah ditindaklanjuti,
Digunakan Sebagai Jaminan Pinjaman Jawa Timur agar meninjau kembali namun belum sesuai
Daerah kebijakan Gubernur yang mengatur dengan rekomendasi
penggunaan deposito dana cadangan
murni sebagai jaminan utang rumah
sakit pada PT Bank Jatim.
5. Penyelesaian Piutang Pasien Umum, Direkomendasikan kepada Gubernur Telah ditindaklanjuti,
Piutang Pasien Askes, dan Piutang Jawa Timur agar menegur masing- namun belum sesuai
Lain-lain pada Rumah Sakit Umum masing Direktur Rumah Sakit untuk dengan rekomendasi
Daerah milik Pemerintah Provinsi Jawa mengintensifkan upaya penagihan
Timur sebesar Rp54.223.863.309,00 piutang
berlarut-larut

d. Laporan Keuangan Daerah TA 2008


Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Daerah Tahun Anggaran 2007
sebanyak 21 temuan pemeriksaan dengan 22 rekomendasi. Dari 22 rekomendasi
tersebut, sebanyak 9 rekomendasi telah ditindaklanjuti sesuai rekomendasi, 13
rekomendasi telah ditindaklanjuti namun belum sesuai dengan rekomendasi.
Temuan-temuan yang tindaklanjutnya belum sesuai dengan rekomendasi adalah
sebagai berikut.

PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR


51

Tabel 12.5 Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan Daerah Tahun Anggaran 2008

No. Uraian Rekomendasi Tindaklanjut


1. Anggaran Dan Realisasi BPK RI merekomendasikan kepada Telah ditindaklanjuti, namun belum
Belanja Modal Pada Dinas Gubernur Jawa Timur agar sesuai dengan rekomendasi
Kesehatan Sebesar memperingatkan Tim Anggaran dan
Rp2.769.52S.901,00 Tidak Panitia Anggaran untuk
Sesuai Ketentuan memperhatikan ketentuan yang
berlaku dalam menganggarkan
belanja modal.
2. PT. Pelindo III Kurang BPK RI merekomendasikan kepada
Menyetorkan Penerimaan Gubernur Jawa Timur agar:
Jasa Penambahan dan Jasa a. Memperingatkan Kepala Dinas a. Telah ditindaklanjuti, namun
Dermaga Sebesar Perhubungan untuk melakukan belum sesuai dengan
Rp283.435.384,00 penagihan atas kontribusi Jasa rekomendasi;
Penambatan dan Jasa Dermaga
bulan Juli sampai dengan
Desember 2008 sebesar
Rp283.435.384,00;
b. Merevisi naskah kerjasama b. Telah ditindaklanjuti, namun
dengan menambah aturan yang belum sesuai dengan
memberi sanksi/kewajiban yang rekomendasi
mendorong PT Pelindo III untuk
menyelesaikan pembayarannya
sesuai kontrak yang berlaku.
3. Pengadaan Obat Obatan BPK RI merekomendasikan kepada Telah ditindaklanjuti, namun belum
Dan Bahan Gubernur Jawa Timur agar sesuai dengan rekomendasi
Kimia/Laboratarium Pada memperingatkan PPTK, Panitia
Sekretariat DPRD Dipecah Pengadaan Barang dan Jasa, serta
Beberapa Paket Kegiatan Pengguna Aggaran pada Sekretariat
DPRD Provinsi Jawa Timur dalam
melakukan pengadaan barang dan
jasa mengacu pada ketentuan yang
berlaku.
4. Pembayaran Angsuran BPK RI merekomendasikan kepada Telah ditindaklanjuti, namun belum
Utang RSUD Dr. Soetomo Gubernur Jawa Timur agar sesuai dengan rekomendasi
Surabaya Tidak Dicatat Dan memperingatkan Tim Anggaran dan
Dibebankan Sesuai Panitia Anggaran dalam
Ketentuan menganggarkan kegiatan untuk
memperhatikan ketentuan dalam
Standar Akuntansi Pemerintahan dan
Permendagri Nomor 13 Tahun 2006.
5. Klaim Pelayanan Kesehatan BPK RI merekomendasikan kepada Telah ditindaklanjuti, namun belum
Masyarakat Miskin Non Gubernur Jawa Timur agar sesuai dengan rekomendasi
Kuota Yang Berobat Ke memperingatkan Tim Anggaran dan
Rumah Sakit Dr Soetomo Pantia Anggaran Pemerintah Provinsi

PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR


52

Belum Dibayar Sebesar Jawa Timur untuk memperhatikan


Rpl9.173.326.970,64 penganggaran dalam membiayai
kesehatan masyarakat miskin non
kuota.
6. Penerima Hibah Sebesar BPK RI merekomendasikan kepada Telah ditindaklanjuti, namun belum
Rp169.442.152.423,00 Gubernur Jawa Timur agar sesuai dengan rekomendasi
Belum Menyampaikan memperingatkan para Kepala Biro
Laporan pengelola Bantuan Hibah untuk
Pertanggungjawaban segera melakukan upaya penertiban
Kepada Biro Keuangan terhadap para penerima Bantuan
Sekretariat Daerah Provinsi Hibah yang beium menyampaikan
Jawa Timur Laporan Pertanggungjawaban
penggunaan dana Bantuan Hibah dan
Melaporkan hasilnya kepada BPK RI.

7. Pemberian Hibah Pada BPK RI merekomendasikan kepada Telah ditindaklanjuti, namun belum
Dinas Kesehatan dan Gubernur Jawa Timur agar sesuai dengan rekomendasi
Dinas Pendidikan Sebesar memperingatkan Pengguna Anggaran
Rp23.092.010.765,00 Belum dan PPTK pada Dinas Kesehatan dan
Dilengkapi Naskah Perjanjian Dinas Pendidikan untuk melengkapi
Hibah pemberian hibah dengan naskah
perjanjian hibah.

8. Pengadaan Jasa Cleaning BPK RI merekomendasikan kepada Telah ditindaklanjuti, namun belum
Service Di Dinas Gubernur Jawa Timur agar sesuai dengan rekomendasi
Perhubungan Tidak sesuai memerintahkan Kepala Dinas
Ketentuan Perhubungan untuk memperingatkan
Tim pengadaan barang dan jasa
Dinas Perhubungan untuk tidak
memecah kegiatan pengadaan serta
melakukan pelelangan atas
pengadaan jasa cleaning service.
9. Perbedaan Cara BPK RI merekomendasikan kepada Telah ditindaklanjuti, namun belum
Perhitungan Pada Gubernur Jawa Timur agar sesuai dengan rekomendasi
Pekerjaan Peningkatan memerintahkan Kepala Dinas Bina
Jalan Di Bina Marga Marga untuk memperingatkan
Sehingga Terjadi Kelebihan Pengawas Lapangan dan Pejabat
Pembayaran Sebesar Pengendali Teknis Kegiatan supaya
Rp20.233.000,00 lebih cermat dalam melaksanakan
pengawasan pekerjaan di lapangan.
10. Terdapat Penganggaran BPK RI merekomendasikan kepada Telah ditindaklanjuti, namun belum
Dan Realisasi Pekerjaan Gubernur Jawa Timur agar sesuai dengan rekomendasi
Penanaman Pohon Pada memperingatkan Pengguna Anggaran
Belanja Modal untuk memperhatikan ketentuan yang
berlaku dalam menyusun Rencana
Anggaran Kegiatan SKPD serta
memperingatkan Panitia Anggaran

PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR


53

dan Tim Anggaran Pemerintah


Daerah untuk lebih cermat dalam
melakukan evaluasi atas belanja
modal.

11. SPJ Penggunaan Dana BPK RI merekomendasikan Gubernur Telah ditindaklanjuti, namun belum
Pembinaan Kelompok Kerja Jawa Timur agar memperingatkan sesuai dengan rekomendasi
Teknis Dana Bergulir Tidak Ketua Tim Kelompok Kerja Teknis
Lengkap Dana bergulir untuk menganggarkan
kegiatan Kelompok Kerja Teknis Dana
Bergulir.
12. Penyetoran Penerimaan BPK RI merekomendasikan kepada Telah ditindaklanjuti, namun belum
Sumbangan Pihak Ketiga Gubernur Jawa Timur agar sesuai dengan rekomendasi.
Terlambat Disetor Ke Kas memperingatkan Bendahara
Daerah Penerimana Dinas Perhubungan
untuk menyetorkan penerimaan dari
sumbangan pihak ketiga sesuai
dengan ketentuan.

e. Belanja Daerah Bidang Kesehatan TA 2007


Hasil Pemeriksaan atas Belanja Daerah Bidang Kesehatan TA 2007 sebanyak 10
temuan pemeriksaan dengan 22 rekomendasi. Dari 22 rekomendasi tersebut,
sebanyak 21 rekomendasi telah ditindaklanjuti sesuai rekomendasi, 1
rekomendasi telah ditindaklanjuti namun belum sesuai dengan rekomendasi.
Temuan-temuan yang tindaklanjutnya belum sesuai dengan rekomendasi adalah
sebagai berikut.

Tabel 12.6 Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Atas Belanja Daerah Bidang Kesehatan TA 2007

No. Uraian Rekomendasi Tindaklanjut


1. Penyelesaian Pekerjaan Gubernur Jawa Timur agar
Peningkatan Puskesmas Jatiroto memerintahkan Kepala Dinas
menjadi Puskesmas Rawat Inap Kesehatan Provinsi Jawa Timur
mengalami keterlambatan dan untuk:
belum dikenakan sanksi denda a. Menegur rekanan yang a. Telah ditindaklanjuti sesuai
melaksanakan pekerjaannya rekomendasi;
tidak tepat waktu;
b. Menegur konsultan b. Telah ditindaklanjuti sesuai
pengawas yang tidak cermat rekomendasi;
melaksanakan pekerjaannya;
c. Menegur Pemimpin Kegiatan c. Telah ditindaklanjuti sesuai
Peningkatan Puskesmas rekomendasi;
menjadi rawat inap atas
kelalaiannya tidak
mengenakan denda
keterlambatan;
d. Meminta CV. Tritunggal d. Telah ditindaklanjuti, namun

PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR


54

untuk menyetorkan kelebihan belum sesuai dengan


pemakaian bahan sebesar rekomendasi.
Rp2.139.084,00 dan denda
keterlambatan sebesar
Rp39.698.725,00;

f. Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik


Hasil Pemeriksaan atas Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik TA 2006
sebanyak 5 temuan pemeriksaan dengan 5 rekomendasi. Dari 5 rekomendasi
tersebut, sebanyak 2 rekomendasi telah ditindaklanjuti sesuai rekomendasi, 3
rekomendasi telah ditindaklanjuti namun belum sesuai dengan rekomendasi.
Temuan-temuan yang tindaklanjutnya belum sesuai dengan rekomendasi adalah
sebagai berikut.

Tabel 12.7 Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Atas Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik
No. Uraian Rekomendasi Tindaklanjut
1. Bantuan keuangan kepada PDIP Gubernur Jawa Timur agar Telah ditindaklanjuti, namun
dan PKS senilai memerintahkan secara tertulis belum sesuai dengan
Rp151.921.036,00 belum Kepala Badan Kesatuan Bangsa rekomendasi.
dipertanggungjawabkan untuk menegur dan meminta
pertanggungjawaban atas
penggunaan bantuan keuangan
yang telah diterima oleh Partai
Amanat Nasional dan Partai
Keadilan Sejahtera
2. Partai Amanat Nasional (PAN) Gubernur Jawa Timur agar Telah ditindaklanjuti, namun
belum menyampaikan laporan memerintahkan secara tertulis belum sesuai dengan
atas pertanggungjawaban Kepala Badan Kesatuan Bangsa rekomendasi.
penggunaan bantuan keuangan untuk menegur dan meminta
senilai Rp147.000.000,00 pertanggungjawaban atas
penggunaan bantuan keuangan
yang telah diterima oleh Partai
Amanat Nasional
3. Realisasi belanja bantuan Gubernur Jawa Timur agar Telah ditindaklanjuti, namun
keuangan Partai Politik tidak memerintahkan secara tertulis belum sesuai dengan
sesuai ketentuan yang berlaku Kepala Badan Kesatuan Bangsa rekomendasi.
sebesar Rp450.370.050,00 untuk melakukan pembinaan
kepada Partai Politik dalam hal
pertanggungjawaban atas
penggunaan bantuan keuangan
yang telah diterimanya

Hal tersebut tidak sesuai dengan:


a. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tanggal 5 Aril 2003 tentang Keuangan Negara,
pada pasal 35 ayat (1) disebutkan bahwa setiap pejabat negara dan pegawai negeri

PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR


55

bukan bendahara yang melanggar hukum atau melalaikan kewajibannya baik langsung
atau tidak langsung yang merugikan keuangan negara diwajibkan mengganti kerugian
dimaksud;
b. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tanggal 19 Juli 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, pada:
1) Pasal 20 dalam:
a) Ayat (1) yang menyebutkan bahwa Pejabat wajib menindaklanjuti rekomendasi
dalam laporan hasil pemeriksaan;
b) Ayat (2) yang menyebutkan bahwa Pejabat wajib memberikan jawaban atau
penjelasan kepada BPK RI tentang tindak lanjut atas rekomendasi dalam
laporan hasil pemeriksaan;
c) Ayat (3) yang menyebutkan bahwa jawaban atau penjelasan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada BPK RI selambat-lambatnya
60(enam puluh) hari setelah laporan hasil pemeriksaan diterima;
d) Ayat (4) pejabat yang diketahui tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat dikenai sanksi administrasi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian;

2) Pasal 26 ayat (2) yang menyebutkan bahwa setiap orang yang tidak memenuhi
kewajiban untuk menindaklanjuti rekomendasi yang disampaikan dalam laporan
hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 dipidana dengan pidana
penjara paling lama 1 (satu) tahun 6 (enam) bulan dan/atau denda paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Hal tersebut mengakibatkan perbaikan manajemen belum dapat dilaksanakan.

Hal tersebut disebabkan oleh kurangnya perhatian Gubernur dan para Kepala
SKPD terkait untuk melaksanakan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Atas permasalahan diatas, Kepala Biro Keuangan menjelaskan bahwa temuan


Tim BPK RI dimaksud seluruhnya telah ditindaklanjuti, yang penyelesaiannya menunggu
pembahasan yang akan dilaksanakan oleh BPK RI.

BPK RI merekomendasikan kepada Gubernur Jawa Timur agar memerintahkan


Sekretaris Daerah, Inspektur dan para Kepala SKPD terkait untuk menindaklanjuti Hasil
Pemeriksaan BPK RI sesuai rekomendasi.

PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR


Lampiran 1

Sisa Uang Persediaan (UP) pada Bendahara Pengeluaran Yang Terlambat Disetor

(dalam Rupiah)
Kode Saldo Per 31 Desember Bukti Surat Tanda Setoran Belanja Yang
No SKPD Jumlah Setoran Keterlambatan Keterangan
SKPD 2009 Sistem UP/GU/TU Nomor Tanggal Nilai Belum Terbayar
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)=(8)-(4) (10) (11)
1 1010100 Dinas Pendidikan 508.788.550,00 - 04-Jan-10 495.086.750,00 508.788.550,00 - 18 hari
3 15-Jan-10 1.800,00
4 18-Jan-10 13.700.000,00
2 1020102 UPT-Rumah Sakit Khusus Paru-paru Batu 19.757.815,00 - 08-Jan-10 19.757.815,00 19.757.815,00 - 8 hari
3 1020200 Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya 537.692.570,00 - 07-Jan-10 537.692.570,00 537.692.570,00 - 7 hari
4 1020500 Rumah Sakit Haji Surabaya 848.665.199,00 911/1977/304/2009 04-Jan-10 844.380.198,68 848.665.198,68 0,32 6 hari
911/1994/304/2010 06-Jan-10 4.285.000,00
5 1030200 Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga 190.792.009,00 - 21-Jan-10 190.792.009,00 190.792.009,00 - 21 hari
6 1080200 Badan Lingkungan Hidup 904.581.299,00 900/01/207/2010 04-Jan-10 904.581.299,00 904.581.299,00 - 4 hari
7 1140100 Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan 2.800.632.317,00 - 12-Jan-10 2.800.632.317,00 2.800.632.317,00 - 12 hari
8 1150100 Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) 33.300.000,00 900/2/103.1/2009 04-Jan-10 33.300.000,00 33.300.000,00 - 4 hari
9 1190100 Badan Kesatuan Bangsa dan Politik 274.300,00 934/772/203/2010 19-Jan-10 274.300,00 274.300,00 - 19 hari
10 1190300 Satuan Polisi Pamong Praja 99.999,28 - 19-Jan-10 99.999,28 99.999,28 - 19 hari
11 1190400 Badan Penanggulangan Bencana Daerah 1.492.733.892,00 - 05-Jan-10 1.475.295.292,00 1.494.566.892,00 (1.833.000,00) 14 hari Kesalahan penghitungan TU
- 14-Jan-10 19.271.600,00
12 1190500 Pelaksanaan Harian Badan Narkotika 10.000,00 - 27-Jan-10 10.000,00 10.000,00 - 27 hari
13 1200302 Biro Administrasi Kerjasama 188.270.060,00 - 05-Jan-10 188.270.060,00 188.270.060,00 - 5 hari
14 1200303 Biro Hukum 12.922.989,00 - 20-Jan-10 12.922.989,00 12.922.989,00 - 20 hari
15 1200304 Biro Administrasi Perekonomian 2.737.463.446,00 912/1047.3/021/2010 22-Jan-10 1.440.806.040,00 2.737.463.446,00 - 26 hari
912/1047.1/021/2010 22-Jan-10 1.296.457.406,00
912/ /021/2009 26-Jan-10 200.000,00
16 1200309 Biro Humas dan Protokol 315.900.000,00 - 08-Jan-10 300.000.000,00 315.900.000,00 - 15 hari
- 15-Jan-10 15.900.000,00
17 1200310 Biro Organisasi 2.900.000,00 922/08/041/2010 06-Jan-10 2.900.000,00 2.900.000,00 - 6 hari
18 1260100 Badan Perpustakaan dan Kearsipan 299.200.350,00 - 06-Jan-10 263.471.837,00 299.200.350,00 - 8 hari
- 07-Jan-10 35.188.513,00
- 08-Jan-10 540.000,00
19 2020100 Dinas Kehutanan 194.455.445,00 03/117.01/2009 05-Jan-10 194.155.445,00 194.455.445,00 - 11 hari
4/117.01/2009 11-Jan-10 300.000,00
20 2030200 Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 1.344.100,00 III (Ketiga) 04-Jan-10 3.644.100,00 3.644.100,00 (2.300.000,00) 4 hari Uang Titipan mushola
21 2070100 Dinas Perindustrian dan Perdagangan 207.980.090,00 - 08-Jan-10 873.850.141,00 873.850.141,00 (665.870.051,00) 8 hari Belanja yang belum terbayar sebesar Rp664.970.051,00
Kesalahan penghitungan TU sebesar Rp900.000,00
Jumlah 11.297.764.430,28 11.967.767.480,96 11.967.767.480,96 (670.003.050,68)
Lampiran 2
Rincian Penetapan Tarif Yang Dikenakan Tidak Sesuai Dengan Peraturan Yang Berlaku

Kondisi
Perda No.9/2009 tgl 12.11.09
No Jenis Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah Penerimaan 16 Nop - Des 09 Total Nilai (Rp) Selisih (Rp)
Jmlh Tarif (Rp) Tarif (Rp) Nilai (Rp)
(1) (2) (3) (4) (5)=(3)x(4) (6) (7)=(3)x(6) (8)=(5)-(7)
DINAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
1 Pas masuk wilayah kerja pelabuhan perikanan/pangkalan pendaratan ikan :
a Pengangkutan es batu 16.141 100,00 1.614.100,00 50,00 807.050,00 807.050,00
2 Pemakaian peralatan :
a Keranjang Ikan 3.090 500,00 1.545.000,00 250,00 772.500,00 772.500,00
3 Pemakaian jasa pengujian mutu pada sarana laboratorium perikanan :
a Pengujian Organoleptik 345 7.500,00 2.587.500,00 20.000,00 6.900.000,00 (4.312.500,00)
b Pengujian Mikrobiologi :
1 Total Plate Count Aerob 327 25.000,00 8.175.000,00 40.000,00 13.080.000,00 (4.905.000,00)
2 Escherichia Coli 304 35.000,00 10.640.000,00 75.000,00 22.800.000,00 (12.160.000,00)
3 Coliform 76 25.000,00 1.900.000,00 40.000,00 3.040.000,00 (1.140.000,00)
4 Salmonella 257 45.000,00 11.565.000,00 90.000,00 23.130.000,00 (11.565.000,00)
5 Vibrio Cholera 186 35.000,00 6.510.000,00 75.000,00 13.950.000,00 (7.440.000,00)
6 Vibrio Parahaemolyticus 129 40.000,00 5.160.000,00 75.000,00 9.675.000,00 (4.515.000,00)
7 Staphylococcus aureus 122 35.000,00 4.270.000,00 75.000,00 9.150.000,00 (4.880.000,00)
8 Total Plate Count an Aerob 40 30.000,00 1.200.000,00 50.000,00 2.000.000,00 (800.000,00)
b Pengujian Kimia :
1 Kadar Garam 27 35.000,00 945.000,00 70.000,00 1.890.000,00 (945.000,00)
2 Chloramphenicol 56 250.000,00 14.000.000,00 400.000,00 22.400.000,00 (8.400.000,00)
3 Kadar Air 45 12.500,00 562.500,00 25.000,00 1.125.000,00 (562.500,00)
DINAS PETERNAKAN
1 Pemakaian laboratorium dan atau jasa medik veteriner
a Kulit ternak (besar dan kecil) 126.262 50,00 6.313.100,00 60,00 7.575.720,00 (1.262.620,00)
b Daging segar/beku
1 Daging Ayam 614.000 5,00 3.070.000,00 150,00 92.100.000,00 (89.030.000,00)
2 Daging Sapi 42.927 75,00 3.219.500,00 150,00 6.439.000,00 (3.219.500,00)
c Anak ayam (DOC) dan anak itik 4.356.825 10,00 43.568.250,00 20,00 87.136.500,00 (43.568.250,00)
d Ternak besar (sapi, kerbau, kuda) 8.536 5.000,00 42.680.000,00 10.000,00 85.360.000,00 (42.680.000,00)
e Ternak kecil 25.366 1.000,00 25.366.000,00 2.000,00 50.732.000,00 (25.366.000,00)
f Ternak Babi 160 750,00 120.000,00 10.000,00 1.600.000,00 (1.480.000,00)
2 Pemberian rekomendasi/persetujuan
a Ijin peredaran obat hewan 25 100.000,00 2.500.000,00 150.000,00 3.750.000,00 (1.250.000,00)
b Pengeluaran dan pemasukan bahan asal hewan 35 100.000,00 3.500.000,00 150.000,00 5.250.000,00 (1.750.000,00)
c Pengeluaran dan pemasukan hasil bahan asal hewan 40 100.000,00 4.000.000,00 150.000,00 6.000.000,00 (2.000.000,00)
d Pengeluaran dan pemasukan ternak besar/kecil 15 100.000,00 1.500.000,00 200.000,00 3.000.000,00 (1.500.000,00)
e Pengeluaran dan pemasukan hewan kesayangan 33 100.000,00 3.300.000,00 150.000,00 4.950.000,00 (1.650.000,00)
f Pengeluaran dan pemasukan unggas 7 100.000,00 700.000,00 150.000,00 1.050.000,00 (350.000,00)
g Pengeluaran dan pemasukan pakan ternak 3 100.000,00 300.000,00 200.000,00 600.000,00 (300.000,00)
Kondisi
Perda No.9/2009 tgl 12.11.09
No Jenis Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah Penerimaan 16 Nop - Des 09 Total Nilai (Rp) Selisih (Rp)
Jmlh Tarif (Rp) Tarif (Rp) Nilai (Rp)
(1) (2) (3) (4) (5)=(3)x(4) (6) (7)=(3)x(6) (8)=(5)-(7)
DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA
1 Sewa Gedung Serba Guna SAPTA TARUNA 3 3.000.000,00 9.000.000,00 3.250.000,00 9.750.000,00 (750.000,00)
DINAS PEKERJAAN UMUM PENGAIRAN
1 Pemakaian Gedung Pertemuan Graha Airdas :
a Penggunaan untuk acara lainnya (co. pernikahan) 4 500.000,00 2.000.000,00 1.000.000,00 4.000.000,00 (2.000.000,00)
DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
1 Pemakaian Jasa Laboratorium Air Bawah Tanah :
a Pemakaian jasa laboratorium bahan galian
1 Pelayanan uji analisa kimia batuan gamping, kalsit, dolomit, onyx dan marmer 1 160.000,00 160.000,00 500.000,00 500.000,00 (340.000,00)
2 Pelayanan uji kimia batuan lempung dan pasiran serta batuan beku 1 180.000,00 180.000,00 550.000,00 550.000,00 (370.000,00)
b Pemakaian jasa laboratorium air bawah tanah
1 Pelayanan pengujian air tanah standar air bersih 28 150.000,00 4.200.000,00 300.000,00 8.400.000,00 (4.200.000,00)
DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA
1 Remaja Dukuh Kupang (1)
a Standard 30 44.000,00 1.320.000,00 80.000,00 2.400.000,00 (1.080.000,00)
b Kamar AC 134 99.000,00 13.266.000,00 125.000,00 16.750.000,00 (3.484.000,00)
c Cottage 3 165.000,00 495.000,00 200.000,00 600.000,00 (105.000,00)
d Ruang Pertemuan fasilitas AC:
1 Untuk rapat-rapat 15 450.000,00 6.750.000,00 500.000,00 7.500.000,00 (750.000,00)
2 Untuk pesta - - 1.000.000,00 - -
2 Remaja Darmokali (2)
a Standard 153 120.000,00 18.360.000,00 150.000,00 22.950.000,00 (4.590.000,00)
b Ruang pertemuan AC 3 350.000,00 1.050.000,00 500.000,00 1.500.000,00 (450.000,00)
3 Gedung Graha Wisata 5 2.500.000,00 12.500.000,00 3.500.000,00 17.500.000,00 (5.000.000,00)
4 Museum Mpu Tantular
a Pengunjung perorangan
1 Dewasa 389 1.500,00 583.500,00 2.000,00 778.000,00 (194.500,00)
2 Anak-anak 1.178 1.000,00 1.178.000,00 1.500,00 1.767.000,00 (589.000,00)
b Pengunjung rombongan
1 Dewasa - - 1.500,00 - -
2 Anak-anak - - 1.000,00 - -
DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN
Pengujian Sertifikasi Mutu Barang dan Lembaga Tembakau Jember
1 Pengujian
a Pengujian menurut SNI
1 Tembakau Bawah Naungan (TBN) - per kg 273.642,95 27,50 7.525.181,13 28,00 7.662.002,60 (136.821,48)
2 Tembakau Na-Oogst (NO) HK I, HK II, HK III - per kg 229.139,68 22,00 5.041.072,96 23,00 5.270.212,64 (229.139,68)
3 Tembakau Na-Oogst (NO) HK, DIV, REG - per kg 660.427,90 12,00 7.925.134,80 13,00 8.585.562,70 (660.427,90)
4 Tembakau Voor-Oogst (VO) KK - per kg 582.980,00 9,00 5.246.820,00 10,00 5.829.800,00 (582.980,00)
5 Tembakau Voor-Oogst (VO) Preblended - per kg 426.710,00 7,50 3.200.325,00 8,00 3.413.680,00 (213.355,00)
6 Tembakau Voor-Oogst (VO) RD/Reg - per kg 554.900,00 7,00 3.884.300,00 8,00 4.439.200,00 (554.900,00)
Kondisi
Perda No.9/2009 tgl 12.11.09
No Jenis Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah Penerimaan 16 Nop - Des 09 Total Nilai (Rp) Selisih (Rp)
Jmlh Tarif (Rp) Tarif (Rp) Nilai (Rp)
(1) (2) (3) (4) (5)=(3)x(4) (6) (7)=(3)x(6) (8)=(5)-(7)
7 Gagang - per kg 72.773,00 2,00 145.546,00 3,00 218.319,00 (72.773,00)
8 Minimum Fee 10 Pengujian 10 100.000,00 1.000.000,00 150.000,00 1.500.000,00 (500.000,00)
b Pengujian berdasarkan Parameter Uji
- Pengujian Kimia
1) Nikotin - per contoh 135 75.000,00 10.125.000,00 100.000,00 13.500.000,00 (3.375.000,00)
2) Khlorida - per contoh 53 100.000,00 5.300.000,00 150.000,00 7.950.000,00 (2.650.000,00)
3) Gula Total - per contoh 134 100.000,00 13.400.000,00 150.000,00 20.100.000,00 (6.700.000,00)
4) Nitrogen - per contoh 1 100.000,00 100.000,00 150.000,00 150.000,00 (50.000,00)
5) Pengukuran dosis phosphin secara digital - per pengukuran 90 25.000,00 2.250.000,00 50.000,00 4.500.000,00 (2.250.000,00)
Pengujian Sertifikasi Mutu Barang dan Lembaga Tembakau Surabaya
1 Pengambilan Contoh Sertifikasi Mutu
a Biji Kakao - per ton 2.075,00 1.500,00 3.112.500,00 2.000,00 4.150.000,00 (1.037.500,00)
b Biji Kopi - per ton 2.097,65 1.500,00 3.146.475,00 2.000,00 4.195.300,00 (1.048.825,00)
c Fuli - per ton 63,45 1.500,00 95.175,00 2.000,00 126.900,00 (31.725,00)
d Karet Konvensional - per ton 407,49 1.500,00 611.235,00 2.000,00 814.980,00 (203.745,00)
e Lada Putih - per ton 28,00 2.000,00 56.000,00 2.500,00 70.000,00 (14.000,00)
f Pala - per ton 32,00 2.000,00 64.000,00 2.500,00 80.000,00 (16.000,00)
2 Pengujian
a Pengujian menurut SNI
1) Biji Kakao - per contoh 43 150.000,00 6.450.000,00 200.000,00 8.600.000,00 (2.150.000,00)
2) Biji Kopi - per contoh 144 100.000,00 14.400.000,00 150.000,00 21.600.000,00 (7.200.000,00)
3) Fuli - per contoh 8 150.000,00 1.200.000,00 200.000,00 1.600.000,00 (400.000,00)
4) Karet Konvensional - per contoh 9 100.000,00 900.000,00 150.000,00 1.350.000,00 (450.000,00)
5) Lada Putih - per contoh 2 200.000,00 400.000,00 300.000,00 600.000,00 (200.000,00)
6) Pala - per contoh 2 150.000,00 300.000,00 200.000,00 400.000,00 (100.000,00)
7) Tembakau Na-Oogst (NO) HK, DIV, REG - per kg 50.000 12,00 600.000,00 13,00 650.000,00 (50.000,00)
8) Tembakau Voor-Oogst (VO) KK - per kg 670.312,60 9,00 6.032.813,40 10,00 6.703.126,00 (670.312,60)
9) Tembakau Voor-Oogst (VO) Preblended - per kg 45.600 7,50 342.000,00 8,00 364.800,00 (22.800,00)
10) Tembakau Voor-Oogst (VO) RD/Reg - per kg 344.393,10 7,00 2.410.751,70 8,00 2.755.144,80 (344.393,10)
11) Tembakau Voor-Oogst (VO) Gagang - per kg 51.820 2,00 103.640,00 3,00 155.460,00 (51.820,00)
b Pengujian berdasarkan Parameter Uji
- Pengujian Organoleptik - Visual
1) Benda asing / kotoran - per contoh 1 25.000,00 25.000,00 30.000,00 30.000,00 (5.000,00)
- Pengujian Fisika
1) Warna - per contoh 1 50.000,00 50.000,00 75.000,00 75.000,00 (25.000,00)
- Pengujian Kimia
1) Air metode oven - per contoh 11 75.000,00 825.000,00 100.000,00 1.100.000,00 (275.000,00)
2) Air metode destilasi - per contoh 2 100.000,00 200.000,00 150.000,00 300.000,00 (100.000,00)
3) Kalium - per contoh 9 75.000,00 675.000,00 100.000,00 900.000,00 (225.000,00)
4) Nitrogen - per contoh 9 100.000,00 900.000,00 150.000,00 1.350.000,00 (450.000,00)
5) Phospor - per contoh 8 100.000,00 800.000,00 150.000,00 1.200.000,00 (400.000,00)
Kondisi
Perda No.9/2009 tgl 12.11.09
No Jenis Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah Penerimaan 16 Nop - Des 09 Total Nilai (Rp) Selisih (Rp)
Jmlh Tarif (Rp) Tarif (Rp) Nilai (Rp)
(1) (2) (3) (4) (5)=(3)x(4) (6) (7)=(3)x(6) (8)=(5)-(7)
6) Sulphate - per contoh 1 75.000,00 75.000,00 100.000,00 100.000,00 (25.000,00)
7) H2SO4 - per contoh 1 75.000,00 75.000,00 100.000,00 100.000,00 (25.000,00)
8) Minyak - per contoh 1 100.000,00 100.000,00 150.000,00 150.000,00 (50.000,00)
9) Nikotin - per contoh 7 75.000,00 525.000,00 100.000,00 700.000,00 (175.000,00)
10) Protein - per contoh 1 100.000,00 100.000,00 150.000,00 150.000,00 (50.000,00)
11) Garam sebagai NaCl - per contoh 2 100.000,00 200.000,00 150.000,00 300.000,00 (100.000,00)
c Kalibrasi Peralatan
- Besaran volumetrik
1) Labu ukur - per buah 1 125.000,00 125.000,00 150.000,00 150.000,00 (25.000,00)
DINAS KESEHATAN
1 Bapelkes Murnajati Lawang
a Auditorium 22 105.000,00 2.310.000,00 125.000,00 2.750.000,00 (440.000,00)
DINAS SOSIAL
1 UPT Pengembangan Tenaga Kesejahteraan Sosial, Malang
a Pemakaian kamar
1) Kamar B (orang/hari) 60 10.000,00 600.000,00 25.000,00 1.500.000,00 (900.000,00)
2) Kamar B (orang/hari) 120 10.000,00 1.200.000,00 25.000,00 3.000.000,00 (1.800.000,00)
b Pemakaian ruang
1) Kelas A (angkatan/hari) 15 200.000,00 3.000.000,00 250.000,00 3.750.000,00 (750.000,00)
2) Kelas A (/hari) 4 200.000,00 800.000,00 250.000,00 1.000.000,00 (200.000,00)
3) Kelas B (/hari) 2 150.000,00 300.000,00 200.000,00 400.000,00 (100.000,00)
BADAN KOORDINASI WILAYAH PEMERINTAHAN DAN PEMBANGUNAN MALANG
1 Penggunaan gedung pertemuan Arjuna dan sanggar senam 2 1.500.000,00 3.000.000,00 2.000.000,00 4.000.000,00 (1.000.000,00)
BADAN KOORDINASI WILAYAH PEMERINTAHAN DAN PEMBANGUNAN PAMEKASAN
1 Penggunaan gedung pertemuan 25 400.000,00 10.000.000,00 500.000,00 12.500.000,00 (2.500.000,00)
BIRO ADMINISTRASI KEMASYARAKATAN
1 Gedung Pertemuan (Aula) Islamic Centre :
a Siang 6 5.500.000,00 33.000.000,00 7.000.000,00 42.000.000,00 (9.000.000,00)
b Malam 5 6.500.000,00 32.500.000,00 8.000.000,00 40.000.000,00 (7.500.000,00)
2 Mess (Asrama) Islamic Centre :
a Kamar AC 44 90.000,00 3.960.000,00 100.000,00 4.400.000,00 (440.000,00)
b Kamar standar (non AC) 22 70.000,00 1.540.000,00 80.000,00 1.760.000,00 (220.000,00)

Total 257.755.469,99 332.744.487,74 (358.100.837,76)


Lampiran 3.1
Biro Administrasi Kesejahteraan Rakyat

No. Uraian Jumlah Tgl. Realisasi Pencairan SP2D


Total Bansos ND No. 360/1776/031/2009 130.000.000,00
1 Bansos pada KH. FHB 15.000.000,00 03/03/2009 18/07/2009
2 Bansos pada KH. AH 20.000.000,00 04/03/2009 18/07/2009
3 Bansos pada H JML 25.000.000,00 06/03/2009 18/07/2009
4 Bansos pada Sdr MZL 25.000.000,00 06/03/2009 18/07/2009
5 Bansos pada Sdr. KH SOL 5.000.000,00 09/03/2009 18/07/2009
6 Bantuan pada M KHO 10.000.000,00 10/03/2009 18/07/2009
7 Bansos pada Gus FR 10.000.000,00 27/03/2009 18/07/2009
8 Bansos pada Sdr YLZ 10.000.000,00 29/03/2009 18/07/2009
9 Bansos pada BK 10.000.000,00 04/04/2009 18/07/2009

Bansos ND No. 360/1893/031/2009 20.000.000,00


1 Bansos pada RDR Mojokerto 20.000.000,00 04/04/2009 18/07/2009

Bansos ND No. 360/2245/031/2009 25.000.000,00


1 Bansos pada Sdr AS 15.000.000,00 28/04/2009 18/07/2009
2 Bansos pada KH. AQ AMZ 10.000.000,00 09/05/2009 18/07/2009

Bansos ND No. 360/2390/031/2009 35.000.000,00


1 Bansos pada Sdr IR 25.000.000,00 28/05/2009 18/07/2009
2 Bansos pada Sdr. AS. 10.000.000,00 12/05/2009 18/07/2009

Bansos ND No. 360/2278/031/2009 70.000.000,00


1 Bansos pembelian Sembako 34.000.000,00 /05/2009 18/07/2009
2 Bansos pembelian nasi bungkus 36.000.000,00 /05/2009 18/07/2009

Bansos ND No. 360/2696/031/2009 30.000.000,00


1 Bansos pembelian kaos oblong 30.000.000,00 22/05/2009 18/07/2009

Bansos ND No. 360/2465/031/2009


1 Bansos atas Bantuan Korban Kecelakaan Pesawat 60.000.000,00 25/05/2009 18/07/2009
Hercules

Bansos ND No. 360/2976/031/2009 5.000.000,00


1 Bansos Munas Marhaenis 5.000.000,00 23/06/2009 18/07/2009

Bansos ND No. 360/3208/031/2009 20.000.000,00


1 Bansos Polda Jatim 20.000.000,00 07/07/2009 18/07/2009

Total Pencairan sebelum SP2D 335.000.000,00


Lampiran 3.2
Biro Administrasi Kemasyarakatan

No. Uraian Jumlah Tgl. Realisasi Pencairan SP2D


Total Bansos ND No. 451/511/032/2009 64.500.000,00
1 Bansos pada KH. MS 20.000.000,00 22/03/2009 13/04/2009
2 Bansos pada Gus FR 15.000.000,00 22/03/2009 13/04/2009
3 Bansos pada KH. NW 14.500.000,00 22/03/2009 13/04/2009
4 Bansos pada Pesantren ZH 15.000.000,00 22/03/2009 13/04/2009

Total Bansos ND No. 451/491/032/2009 90.500.000,00


1 Bansos pada Ponpes BU 20.000.000,00 27/02/2009 13/04/2009
2 Bantuan peringatan acara Maulid 5.000.000,00 17/03/2009 13/04/2009
3 Bansos pada Ponpes RM 15.000.000,00 17/03/2009 13/04/2009
4 Bansos pada IKSAS 10.000.000,00 18/03/2009 13/04/2009
5 Bansos pada KH. AM 40.500.000,00 18/03/2009 13/04/2009

Total Bansos ND No. 451/456/032/2009 30.000.000,00


1 Bansos pada Halaqa AU 15.000.000,00 14/03/2009 16/04/2009
2 Bansos pada Masjid NH 15.000.000,00 15/03/2009 17/04/2009

Total Bansos ND No. 451/446/032/2009 70.000.000,00


1 Bansos pada Ponpes ZI 10.000.000,00 12/03/2009 20/03/2009
2 Bansos pada Ponpes ZH 5.000.000,00 12/03/2009 20/03/2009
3 Bansos pada Ponpes ZI 10.000.000,00 12/03/2009 20/03/2009
4 Bansos pada Ponpes ZI 5.000.000,00 12/03/2009 20/03/2009
5 Bansos pada Ponpes ZI 10.000.000,00 12/03/2009 20/03/2009
6 Bansos pada DF 10.000.000,00 12/03/2009 20/03/2009
7 Bansos pada Ponpes MH 20.000.000,00 12/03/2009 20/03/2009

Total Bansos ND No. 451/373/032/2009 20.000.000,00


1 Bansos pada Ponpes MU 10.000.000,00 04/03/2009 20/03/2009
2 Bansos pada Ponpes BD 10.000.000,00 04/03/2009 20/03/2009

Total Bansos ND No. 451/372/032/2009 20.000.000,00


1 Bansos pada Ponpes NH 10.000.000,00 27/02/2009 20/03/2009
2 Bansos pada Ponpes SG 10.000.000,00 03/03/2009 20/03/2009

Total Bansos ND No. 451/281/032/2009 20.000.000,00


1 Bansos pada Majlis Ta'lim AM 20.000.000,00 14/02/2009 18/03/2009

Total Bansos ND No. 451/220/032/2009 40.000.000,00


1 Bansos pada LHPSN 40.000.000,00 10/02/2009 18/03/2009

Total Bansos ND No. 451/219/032/2009 40.000.000,00


1 Bansos Ponpes AF 40.000.000,00 28/01/2009 13/03/2009

Total Bansos ND No. 451/218/032/2009 35.000.000,00


1 Bansos kunjungan Presiden 35.000.000,00 28/01/2009 13/03/2009

Total Bansos ND No. 451/197/032/2009 35.000.000,00


1 Bansos pada ponpes AB 35.000.000,00 02/02/2009 13/03/2009

Total Bansos ND No. 451/197/032/2009 40.000.000,00


1 Bansos pada ponpes AB 40.000.000,00 jan-09 13/03/2009

Bansos Kunjungan Presiden 328.600.000,00 jan-09 05/06/2009

Total Pencairan sebelum SP2D 833.600.000,00


Lampiran 4.1
Kesalahan Penganggaran atas Belanja Barang Jasa pada Aset Tetap
No. SKPD Pembebanan Seharusnya Jenis Aset Jumlah Akun terpengaruh
1 Dinas Kehutanan Pemeliharaan Belanja Modal Bangunan Rp 138.567.000,00 belanja modal terlalu kecil
2 Dinas Koperasi dan UKM Pemeliharaan Belanja Modal Bangunan Rp 1.004.375.760,00 belanja modal terlalu kecil
3 Badan Penanaman Modal Pemeliharaan Belanja Modal Alat kantor dan rumah tangga Rp 1.555.099.856,00 belanja modal terlalu kecil
Pemeliharaan Belanja Modal Alat komunikasi Rp 23.278.750,00 belanja modal terlalu kecil
4 Badan Perpustakaan dan Kearsipan Pemeliharaan Belanja Modal Bangunan Rp 779.986.850,00 belanja modal terlalu kecil
Pemeliharaan Belanja Modal Alat kantor dan rumah tangga Rp 37.187.000,00 belanja modal terlalu kecil
5 RSUD Dr. Soetomo Pemeliharaan Belanja Modal Alat Kesehatan Rp 530.071.550,00 belanja modal terlalu kecil
Pemeliharaan Belanja Modal Alat kantor dan rumah tangga Rp 178.336.400,00 belanja modal terlalu kecil
6 Sekretariat DPRD Pemeliharaan Belanja Modal Bangunan KDP Rp 127.710.000,00 belanja modal terlalu kecil
7 Bakorwil Pamekasan Pemeliharaan Belanja Modal Bangunan Rp 14.999.000,00 belanja modal terlalu kecil
Pemeliharaan Belanja Modal Instalasi dan jaringan Rp 62.052.500,00 belanja modal terlalu kecil
8 Biro Adm. SDA Pemeliharaan Belanja Modal Alat kantor dan rumah tangga Rp 220.000,00 belanja modal terlalu kecil
9 Biro Humas dan Protokol Pemeliharaan Belanja Modal Alat kantor dan rumah tangga Rp 24.200.000,00 belanja modal terlalu kecil
10 Disperindag Pemeliharaan Belanja Modal Bangunan Rp 3.797.014.000,00 belanja modal terlalu kecil
11 Dinas Perikanan dan Kelautan Pemeliharaan Belanja Modal Bangunan Rp 658.087.600,00 belanja modal terlalu kecil

Total Rp 8.931.186.266,00
Lampiran 4.2

Kesalahan Penganggaran atas Belanja Aset Tidak Berwujud


No. SKPD Pembebanan Seharusnya Jenis Aset Jumlah Akun terpengaruh
1 Balitbang Belanja Jasa Kerja Belanja Modal Aset Tidak Berwujud-Kajian dan Rp1.720.267.500,00 Belanja modal-Aset Lainnya
Penelitian
2 Dinas ESDM Belanja Jasa Penelitian Belanja Modal Aset Tidak Berwujud-Kajian dan Rp2.585.784.100,00 Belanja modal-Aset Lainnya
Penelitian
3 Bappeda Prop. Jatim Belanja Jasa Penelitian Belanja Modal Rp 814.789.000,00 Belanja modal-Aset Lainnya
Aset Tidak Berwujud

4 RS Haji Surabaya Belanja Jasa Konsultansi Belanja Modal Aset Tidak Berwujud Rp721.963.000,00 Belanja modal-Aset Lainnya
Pengembangan Software

5 Badan Perpustakan dan Kearsipan Belanja Jasa Konsultansi Belanja Modal Aset Tidak Berwujud Rp538.232.500,00 Belanja modal-Aset Lainnya
Pengembangan Software

6 Dinas Kesehatan Belanja Jasa Konsultansi Belanja Modal Rp167.255.000,00 Belanja modal-Aset Lainnya
Aset Tidak Berwujud - Software

7 Badan Penanaman Modal Belanja Jasa Kerja Belanja Modal Aset Tidak Berwujud Rp99.200.000,00 Belanja modal-Aset Lainnya
Pengembangan Software
Aset Tidak Berwujud
8 Dinas Perhubungan LLAJ Belanja Jasa konsultansi Belanja Modal Pengembangan Software Rp165.852.000,00 Belanja modal-Aset Lainnya
Jumlah Rp 6.813.343.100,00
Lampiran 4.3
Belanja Modal atas Barang dan Jasa
No. SKPD Nilai per SKPD Realisasi Fisik Jumlah
1 Dinas Bina Marga Rp 5.646.060.746,00 Pemeliharaan Jalan Rp 5.240.385.859,00
Pemeliharaan Jembatan Rp 405.674.887,00

2 Biro Administrasi Pembangunan Rp 1 980 000 00


1.980.000,00 Antivirus Rp 1 980 000 00
1.980.000,00

3 Biro Keuangan Rp 45.721.500,00 Alat studio komunikasi Rp 45.721.500,00

4 Bakorwil Madiun Rp 95.335.500,00 Alat Kantor dan Rumah Tangga Rp 44.780.000,00


Alat Studio dan Alat Komunikasi Rp 670.500,00
Bangunan dan Gedung Rp 49.885.000,00

5 Dinas Kesehatan Rp 902.477.645,00 Alat Kantor dan Rumah Tangga Rp 183.954.745,00


Alat - alat Kedokteran Rp 71.038.000,00
Alat Laboratorium Rp 26.999.800,00
Bangunan dan Gedung Rp 569.780.600,00
Jaringan Rp 50.704.500,00

6 RSUD Saiful Anwar Rp 74.295.650,00 Alat Kantor dan Rumah Tangga Rp 16.000.000,00
Alat Studio dan Alat Komunikasi Rp 903.500,00
Alat - alat Kedokteran Rp 57.392.150,00

7 RSUD Dr. Soetomo Rp 180.946.662,00 Alat Kantor dan Rumah Tangga Rp 155.585.341,00
Alat - alat Kedokteran Rp 25.361.321,00

8 RS Menur Rp 38.142.500,00 Alat Kantor dan Rumah Tangga Rp 38.142.500,00

9 RS Sumber Glagah Rp 48.769.345,00 Alat Kantor dan Rumah Tangga Rp 48.769.345,00

10 Dinas Sosial Rp 56.354.500,00 Alat Bengkel & Alat Ukur Rp 19.140.000,00


Alat Kantor dan Rumah Tangga Rp 33.228.500,00
Alat Studio dan Alat Komunikasi Rp 400.000,00
Barang bercorak budaya Rp 3.586.000,00

11 Disnakertrans Rp 225.518.470,00 tambah daya listrik Rp 159.475.470,00


jaringan internet Rp 66.043.000,00

12 DKP Rp 189.865.800,00 bibit ikan Rp 189.865.800,00

13 Peternakan Rp 24.970.000,00 masa manfaat<12 bulan Rp 24.970.000,00

14 Koperasi UMKM Rp 89.650.000,00 software Rp 89.650.000,00

15 BLH Rp 49.500.000,00 Alat Laboratorium Rp 49.500.000,00

16 BKD Rp 56.553.200,00 Alat Kantor dan Rumah Tangga Rp 39.855.200,00


Barang bercorak budaya Rp 16.698.000,00
Total Rp 7.726.141.518,00 Rp 7.726.141.518,00
BUKU III

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN ATAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN


DALAM KERANGKA PEMERIKSAAN
LAPORAN KEUANGAN
PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR
TAHUN ANGGARAN 2009
DI
SURABAYA

PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR

Nomor : 116/R/XVIII.JATIM/07/2010
Tanggal : 05 Juli 2010
DAFTAR ISI
HALAMAN

DAFTAR ISI ................................................................................................................. i

RESUME ....................................................................................................................... 1

TEMUAN PEMERIKSAAN

1. Sistem Pengendalian Intern pada Proses Akuntansi dan Pelaporan Keuangan


Pemerintah Provinsi Jawa Timur TA. 2009 ...................................... 3
2. Pembukaan Rekening pada 65 Satuan Kerja Perangkat Daerah Belum
Memperoleh Izin dari Kepala Daerah................................................................ 9

3. Belanja Atas Transaksi Sebesar Rp1.078.333.051,00 Dibayarkan pada Tahun


2010 dan Belanja Sebesar Rp28.957.500,00 Tercatat Dua
Kali......................................................................................................................... 12
4. Penatausahaan Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Terlalu Berjenjang dan
Belum Ada Peetapan Sebagai Kasir Pada Bidang Teknis Pemungut
Retribusi.......................................................................................................... 16
5. Prasyarat Distribusi Dana kepada Bendahara Pengeluaran Pembantu Tidak
Dilaksanakan Secara Konsisten.............................................................................. 23
Lampiran

PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR i


BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

RESUME HASIL PEMERIKSAAN ATAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan


dan Tanggung Jawab Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006
tentang Badan Pemeriksa Keuangan, Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia
(BPK RI) telah memeriksa Neraca Pemerintah Provinsi Jawa Timur per 31 Desember
2009, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan
Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut.
Untuk memperoleh keyakinan memadai, apakah laporan keuangan bebas dari salah saji
material, Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) yang ditetapkan oleh BPK RI
mengharuskan BPK RI melaksanakan pengujian atas sistem pengendalian intern
Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Sistem pengendalian intern merupakan tanggungjawab
Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Namun, tujuan pemeriksaan BPK RI atas laporan
keuangan tidak untuk menyatakan pendapat atas keseluruhan sistem pengendalian intern
tersebut. Oleh karena itu, BPK RI tidak menyatakan suatu pendapat seperti itu.
Sistem pengendalian intern Pemerintah Provinsi Jawa Timur terkait dengan laporan
keuangan merupakan suatu proses yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai
atas keandalan laporan keuangan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.
Pengendalian intern tersebut meliputi berbagai kebijakan dan prosedur yang: (1) terkait
dengan catatan keuangan; (2) memberikan keyakinan yang memadai bahwa laporan
tersebut telah sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan serta penerimaan dan
pengeluaran telah sesuai dengan otorisasi yang diberikan; (3) memberikan keyakinan
yang memadai atas keamanan aset yang berdampak material pada laporan keuangan.
Pemerintah Provinsi Jawa Timur bertanggung jawab untuk mengatur dan
menyelenggarakan pengendalian tersebut.
SPKN mengharuskan BPK RI untuk mengungkapkan kelemahan dalam sistem
pengendalian intern atas pelaporan keuangan.
Kelemahan dalam sistem pengendalian intern atas Laporan Keuangan Pemerintah
Provinsi Jawa Timur yang ditemukan BPK RI adalah sebagai berikut:
1. Sistem Pengendalian Intern pada Proses Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2009;
2. Pembukaan rekening pada 65 Satuan Kerja Perangkat Daerah belum memperoleh
izin dari Kepala Daerah;
3. Belanja atas transaksi sebesar Rp1.078.333.051,00 dibayarkan pada Tahun 2010 dan
belanja sebesar Rp28.957.500,00 tercatat dua kali;
4. Penatausahaan penerimaan Pendapatan Asli Daerah terlalu berjenjang dan belum
ada penetapan sebagai kasir pada bidang teknis pemungut retribusi;

PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR 1


2

5. Prasyarat Distribusi Dana kepada Bendahara Pengeluaran Pembantu tidak


dilaksanakan secara konsisten.

Berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut, BPK RI merekomendasikan kepada


Gubernur Jawa Timur agar:
1. a. Memerintahkan Kepala SKPD sebagai Pengguna Anggaran agar mengajukan ijin
untuk membuka rekening bank di masing-masing SKPD sesuai dengan ketentuan
yang berlaku;
b. Memerintahkan Kepala Biro Keuangan untuk menginventarisasi seluruh rekening
yang dimiliki oleh setiap SKPD dan melakukan uji kelayakan atas semua
rekening untuk selanjutnya menutup atau tetap menggunakan rekening tersebut;
2. a. Memperingatkan Kepala Dinas SKPD/Biro terkait untuk melakukan pengawasan
dalam penyetoran sisa UP ke kas daerah dan pencatatan belanja yang dilakukan
oleh Bendahara Pengeluaran;
b. Memerintahkan Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan, dan Rumah Sakit
Jiwa Menur untuk memperingatkan Bendahara Pengeluaran supaya lebih cermat
dalam menyetorkan sisa UP ke kas daerah;
c. Memerintahkan Kepala Biro Administrasi Perekonomian untuk memperingatkan
Bendahara Pengeluaran Pembantu supaya lebih cermat dalam melakukan
pencatatan belanja;
3. a. Merevisi pedoman teknis pengelolaan keuangan daerah dalam rangka
mempercepat proses penerimaan PAD ke Kas Daerah;
b. Menerbitkan SK Kasir/Bendahara Penerimaan Pembantu;
c. Memperingatkan Kepala Dinas SKPD dan Kepala Bidang terkait agar melakukan
pemungutan PAD secara tertib;
d. Memperingatkan Bendahara Penerimaan agar memperhatikan ketentuan
pemungutan dan penyetoran PAD;
4. Memperingatkan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), Pengguna Anggaran (PA),
Bendahara Pengeluaran dan Bendahara Pengeluaran Pembantu terkait untuk selalu
melaksanakan Distribusi Dana sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Secara lebih rinci dijelaskan pada bagian Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian
Intern.

PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR


HASIL PEMERIKSAAN ATAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN
1. Sistem Pengendalian Intern pada Proses Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2009
Pemerintah Provinsi Jawa Timur dalam melaksanakan pengelolaan keuangan
daerah mengacu kepada Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan (SAP) dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun
2006 jo Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah serta peraturan perundangan terkait lainnya.
Pada pelaksanaan APBD Tahun Anggaran 2009, Pemerintah Provinsi Jawa
Timur telah menetapkan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2007 tanggal 15 Maret 2007
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Sedangkan untuk Peraturan Kepala Daerah
tentang Pedoman Teknisnya telah ditetapkan berdasarkan Peraturan Gubernur Nomor 9
Tahun 2009 tanggal 24 Pebruari 2009 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan
Daerah Provinsi Jawa Timur. Peraturan Gubernur ini melampirkan enam pedoman, yaitu:
LAMPIRAN KETERANGAN
I Pedoman Teknis Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
II Kode Rekening Asset, Kewajiban, Ekuitas Dana, Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan
III Pedoman Teknis Penyusunan Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
IV Pedoman Teknis Pelaksanaan dan Penatausahaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
V Sistem dan Prosedur Akuntansi dan Pelaporan Pemerintah Daerah
VI Kebijakan Akuntansi Pemerintah Provinsi Jawa Timur
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun Anggaran 2009
ditetapkan dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 15 Tahun 2008 tanggal
24 Desember 2008, sedangkan Perubahan APBD Tahun Anggaran 2009 ditetapkan
dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 8 Tahun 2009 tanggal 9 September
2009.
Struktur Organisasi dan Tata Kerja SKPD di lingkungan Pemerintah Provinsi
Jawa Timur telah diatur dalam Perda-perda sebagai berikut:
PERDA TENTANG

NOMOR TANGGAL

8 Tahun 2008 20 Agustus 2008 Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan
Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi
Jawa Timur

9 Tahun 2008 20 Agustus 2008 Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Jawa
Timur

10 Tahun 2008 20 Agustus 2008 Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah dan Lembaga
Teknis Daerah Provinsi Jawa Timur

11 Tahun 2008 20 Agustus 2008 Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Daerah Provinsi
Jawa Timur

12 Tahun 2008 20 Agustus 2008 Organisasi dan Tata Kerja Badan Koordinasi Wilayah
Pemerintahan dan Pembangunan Jawa Timur

3
4

Terkait dengan proses akuntansi dan pelaporan keuangan daerah yang


diselenggarakan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur, telah diperoleh informasi terkait
Sistem Pengendalian Intern (SPI) sebagaimana diuraikan berikut :
1. Lingkungan Pengendalian
a. Integritas dan nilai-nilai etika
Konfirmasi pada Biro Hukum dan Biro Kepegawaian, diketahui bahwa telah ada
sanksi yang jelas dari Gubernur Jawa Timur terhadap PNS yang melakukan
penyimpangan terkait pengelolaan keuangan daerah. Salah satu contoh adalah
dijatuhkannya sanksi kepada Pemegang Kas Dinas Kesehatan dengan SK
Gubernur Jawa Timur No. 862/614/042 Tahun 2007 berupa pembebasan dari
jabatan terhitung mulai tanggal 1 Juni 2007. Kasus ini bersumber dari Hasil
Pemeriksaan BPK RI atas Laporan Keuangan Daerah Pemerintah Provinsi Jawa
Timur TA 2006.
b. Komitmen terhadap kompetensi
Dalam pengelolaan keuangan daerah, pegawai pada Biro Keuangan telah
memiliki kompetensi yang cukup, diantaranya beberapa pegawai dengan latar
belakang pendidikan akuntansi maupun diklat-diklat keuangan daerah.
c. Falsafah dan gaya operasi manajemen
Peraturan Gubernur Jawa Timur No. 9 Tahun 2009 tanggal 24 Pebruari 2009
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah Provinsi Jawa Timur yang diantaranya
mengatur mekanisme penerimaan daerah yang harus melalui Dinas Pendapatan
telah membuka peluang bagi Bendahara Penerimaan untuk tidak menyetorkan
penerimaannya ke Kas Daerah setiap hari. Selain itu, dari uji petik terhadap SPP,
SPM, SP2D dan Kuitansi pembayaran, diketahui bahwa untuk proses verifikasi
SPP sampai dengan terbitnya SP2D dilakukan secara berjenjang. Sedangkan
proses distribusi dana dari Bendahara Pengeluaran kepada Bendahara
Pengeluaran Pembantu, pada beberapa SKPD tidak melaksanakannya dengan
tertib, diantaranya Bendahara Pengeluaran Pembantu hanya meminta secara lisan
atau dengan kas bon tanpa persetujuan dari Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna
Anggaran. Selain itu, pada Biro Administrasi Kemasyarakatan ditemukan adanya
peminjaman dana untuk anggaran SKPD lain.
d. Struktur Organisasi
Struktur organisasi pada Pemerintah Provinsi Jawa Timur telah disesuaikan
dengan PP No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah dan
Permendagri No. 57 Tahun 2007 tentang Penataan Organisasi Perangkat Daerah.
Struktur organisasi ini telah tertuang dalam Perda No.8 Tahun 2008, No.9 Tahun
2008, No. 10 Tahun 2008, No.11 Tahun 2008 dan No.12 Tahun 2008 tanggal 20
Agustus 2008 .
e. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Pihak Pemerintah Daerah
Hubungan antara DPRD dengan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Timur terjalin
baik, hal ini terlihat dari penerbitan APBD dan Perubahan APBD yang sesuai
dengan jadwal yang telah ditentukan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 13 Tahun 2006 tanggal 15 Mei 2006 jo. Peraturan Menteri Dalam Negeri
No. 59 Tahun 2007 tanggal 26 Oktober 2007 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah.

PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR


5

f. Pelimpahan wewenang dan tanggung jawab


Dalam pelaksanaannya, proses pemantauan kerugian daerah yang berasal dari
hasil pemeriksaan Inspektorat dan BPK RI dilaksanakan oleh Inspektorat.
Sedangkan kerugian yang berhubungan dengan kehilangan aset daerah,
pemantauan dilaksanakan oleh Majelis Pertimbangan TP-TGR dengan
ditatausahakan oleh Biro Keuangan.
g. Kebijakan dan praktik yang terkait sumber daya manusia
Rekruitmen pegawai negeri sipil pada Pemerintah Provinsi Jawa Timur
dilaksanakan setiap tahun, terakhir kali dilaksanakan pada Tahun 2010.
Berdasarkan data dari Biro Keuangan, pegawai sebanyak 17 orang dari latar
belakang pendidikan Akuntansi bekerja pada Biro Keuangan.

2. Penaksiran Risiko
Pemerintah Provinsi Jawa Timur belum menetapkan peraturan gubernur yang
mengatur kebijakan akuntansi aset tetap. Sedangkan dalam proses penyusunan APBD
dan Perubahannya telah dilakukan sesuai dengan waktu yang ditentukan, meskipun
dalam prosesnya tidak sepenuhnya sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 13 Tahun 2006 tanggal 15 Mei 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah. Jadwal penyusunan APBD TA 2009 dan Perubahannya dapat dilihat dalam
tabel berikut.

a. APBD Pokok TA. 2009

WAKTU

NO URAIAN
Permendagri 13/2006 jo
Data riil di Entitas
59/2007

1. Penetapan RKPD dalam Akhir bulan Mei 2008 10 Juli 2008


bentuk Peraturan Kepala (Pergub No:57 Tahun 2008)
Daerah Perubahan: 30 Desember 2008
(Pergub No:166 Tahun 2008)

2. Penyampaian Rancangan KUA Pertengahan bulan Juni 2008 23 September 2008


dari Kepala Daerah kepada (Surat No. 050/6838/201/2008)
DPRD

3. KUA disepakati antara Kepala Minggu pertama bulan Juli 9 Oktober 2008
Daerah dengan DPRD 2008 (Nota Kesepakatan No: 188/6/NK/013/2008)
160/06/NK/050/2008

4. Penyampaian Rancangan Minggu kedua bulan Juli 2008 23 September 2008


PPAS ke DPRD (Surat No. 050/6838/201/2008)

5. PPA disepakati antara Kepala Akhir bulan Juli 2008 9 Oktober 2008
Daerah dengan DPRD (Nota Kesepakatan No: 188/7/NK/013/2008)
160/07/NK/050/2008

6. Penetapan Pedoman Awal bulan Agustus 2008 15 Agustus 2008


penyusunan RKA-SKPD oleh (Surat dari Kepala Biro Keuangan a.n Gubernur kepada

PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR


6

Kepala Daerah Kepala Badan/Dinas/Biro/Lembaga/Kantor di


Lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Timur
No.900/1219/043/2008 perihal Penyusunan RKA-SKPD
TA 2009)

7. Penyampaian Raperda APBD Minggu pertama bulan Oktober 7 Oktober 2008


kepada DPRD 2008 (Surat dari Kepala Biro Keuangan a.n Gubernur kepada
Ketua DPRD No.903/18067/043/2008 Perihal
Penyampaian Rancangan APBD Provinsi Jawa Timur
TA 2009)

8. Pengambilan keputusan Paling lama 1 (satu) bulan


10 November 2008
bersama DPRD dan Kepala sebelum tahun anggaran yang
(Berita Acara No:188/8/BA/013/2008 )
Daerah terhadap RAPBD bersangkutan (awal bulan
160/08/BA/050/2008
Desember 2008)

9. Penetapan Perda APBD dan 31 Desember 2008 24 Desember 2008


Peraturan Kepala Daerah (Perda No. 15 Tahun 2008)
tentang penjabaran APBD

b. APBD Perubahan TA. 2009

WAKTU

NO URAIAN
Permendagri 13/2006 jo
Data riil di Lapangan
59/2007

1. Penyampaian Rancangan KU Minggu pertama bulan Agustus 10 Juli 2009


dan PPAS Perubahan APBD 2009 (Surat No. 903/2044/202/209)
dari Kepala Daerah kepada
DPRD

2. KU dan PPA Perubahan APBD Minggu kedua bulan Agustus KU:16 Juli 2009
disepakati (nota kesepakatan) 2009 (Nota Kesepakatan No: 188/4/NK/013/2009)
antara Kepala Daerah dengan 160/05/NK/060/2009
DPRD PPA:16 Juli 2009
(Nota Kesepakatan No: 188/5/NK/013/2009)
160/06/NK/060/2009

3. Penetapan Pedoman Minggu ketiga bulan Agustus 22 Mei 2009


penyusunan RKA-SKPD oleh 2009 (Surat dari Sekda a.n. Gubernur kepada Kepala
Kepala Daerah Dinas/Badan/Lembaga/Biro/Kantor di Lingkungan
Pemerintah Provinsi No. 903/6137/042/2009 tentang
Usulan penambahan/pengurangan target
pendapatan/belanja daerah TA 2009)

4. Penyampaian Raperda Minggu kedua bulan 17 Juli 2009


Perubahan APBD kepada September 2009 (Surat No. 903/10580/042/2009 Perihal Penyampaian
DPRD Rancangan P. APBD Provinsi Jawa Timur TA 2009)

5. Persetujuan DPRD terhadap Paling lama 3 bulan sebelum 10 Agustus 2009

PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR


7

Raperda Perubahan APBD tahun anggaran berakhir (akhir (Berita Acara No:188/07/BA/013/2009)
September 2009) 160/07/BA/060/2009

6. Pengesahan Perda Perubahan Pertengahan bulan Oktober 9 September 2009


APBD dan Peraturan Kepala 2009 (Perda No. 8 Tahun 2009)
Daerah tentang penjabaran
Perubahan APBD

3. Informasi dan Komunikasi


Setiap tahun seluruh SKPD telah membuat Laporan Keuangan secara lengkap dan
setiap bulan telah melakukan rekonsiliasi dengan Biro Keuangan selaku SKPKD
(Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah). Pemerintah Provinsi Jawa Timur belum
melakukan penyebaran informasi mengenai Laporan Keuangan Audited (Neraca,
LRA dan LAK) kepada masyarakat luas melalui sarana media massa atau situs resmi
pemerintah daerah.

4. Aktivitas Pengendalian
a. Pengendalian Pengolahan Informasi
Berdasarkan rekapitulasi waktu pengesahan SPJ administratif maupun
fungsional, diketahui masih banyak yang melewati batas waktu yang ditentukan
Permendagri 13 Tahun 2006.
b. Pemisahan Tugas dan Reviu Pencatatan Transaksi
Pemisahan tugas dan reviu pencatatan transaksi masih lemah, diantaranya:
1) Pada Dinas Peternakan dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan diketahui
bahwa Bendahara Penerimaan tidak menerima langsung pembayaran dari
wajib bayar, tapi melalui bidang teknis terkait. Konfirmasi tertulis pada salah
seorang staf bidang teknis diperoleh keterangan bahwa tidak ada SK
penunjukan dari Gubernur atau Kepala Dinas sebagai Bendahara
Penerimaan/Kasir/Petugas Penerima Retribusi.
2) Tidak ditaatinya prosedur distribusi dana dari bendahara pengeluaran kepada
bendahara pengeluaran pembantu pada beberapa SKPD diantaranya
Sekretariat DPRD, Biro Administrasi Kerjasama, DPU Bina Marga dan Biro
Administrasi Kemasyarakatan, yang seharusnya menggunakan Nota
Permintaan Pembayaran (NPP) dan Daftar Kebutuhan Kas Bulanan (DKKB)
yang telah disetujui oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) atau Pengguna
Anggaran (PA), hanya kas bon atau lisan yang disertai dengan kuitansi
pengisian kas, dan Bendahara pengeluaran juga tidak mencatatnya pada buku
panjar.
c. Pengendalian Fisik
Pengendalian fisik diketahui masih lemah, di antaranya:
1) Pada pengelolaan kas, dapat terlihat dari masih adanya selisih antara Buku
Kas Umum Bendahara dengan kas, baik selisih lebih maupun selisih kurang.
Selisih lebih terjadi karena adanya titipan-titipan uang pada brankas
Bendahara, selisih kurang terjadi karena adanya pinjaman pihak lain.
Sedangkan pengendalian fisik pada aset, Pemprov Jatim telah menempatkan
sertifikat-sertifikat tanah pada gedung tersendiri;

PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR


8

2) Pada Administrasi persediaan, diketahui bahwa nilai persediaan per 31


Desember 2009 tanpa dilengkapi dengan Berita Acara Pemeriksaan Fisik
Barang (Stock Opname) sesuai hasil review Inspektorat Provinsi Jawa Timur.
3) Pada administrasi pendapatan, diketahui bahwa Bendahara Penerimaan Dinas
Perindustrian dan Perdagangan tidak menyerahkan kwitansi pembayaran
kepada wajib bayar sejak April 2009. Berdasarkan keterangan Bendahara
Penerimaan, kwitansi tidak diserahkan kepada wajib bayar karena pencatatan
kwitansi pembayaran dilakukan setelah Bendahara Penerimaan menyetorkan
penerimaannya ke Dispenda. Selain itu, pemeriksaan pada Dinas Peternakan
diketahui bahwa kwitansi pembayaran tidak bertanggal, sehingga tidak
diketahui tanggal penerimaan pembayaran dari wajib bayar. Pemeriksaan
lebih lanjut pada Buku Kas Umum (BKU) diketahui bahwa Bendahara
Penerimaan mencatat sisi penerimaan BKU dengan tanggal yang sama
dengan sisi pengeluaran BKU. Dari Bendahara Penerimaan diperoleh
keterangan bahwa penyetoran tidak dilakukan setiap hari.
d. Reviu atas Kinerja
Pengguna Anggaran/kuasa Pengguna Anggaran dan Kepala Satuan Kerja
Perangkat Daerah sebagai PA/KPA telah melakukan reviu atas kinerja sebagai
salah satu dasar penyusunan LAKIP SKPD.

5. Pemantauan (Monitoring)
Pemantauan SKPD-SKPD di Lingkungan Pemprov Jatim masih lemah, hal ini
dibuktikan dari masih adanya temuan pemeriksaan LKPD TA 2008 yang berulang saat
Pemeriksaan LKPD TA 2009, yaitu masih adanya pendapatan yang tidak disetorkan
setiap hari, demikian juga pada pemantauan terhadap tindak lanjut hasil pemeriksaan
BPK RI dimana masih terdapat beberapa temuan pemeriksaan BPK RI yang belum
selesai per 17 November 2009. Matriks perkembangan tindak lanjut adalah sebagai
berikut:
Perkembangan Tindak Lanjut Per 17 November 2009
Tingkat
Jumlah Prosentase
No Nama Obyek Pemeriksaan Penyelesaian
Temuan Saran TS TB BT Jumlah TS TB BT
1 LKPD TA 2008 21 22 9 13 0 22 40,91% 59,09% 0,00%
2 LKPD TA 2007 29 46 41 5 0 46 89,13% 10,87% 0,00%
3 LKPD TA 2006 12 17 14 3 0 17 82,35% 17,65% 0,00%
4 LKPD TA 2005 13 28 19 8 1 28 67,86% 28,57% 3,57%
5 Belanja Daerah Bidang
Kesehatan TA 2007 10 22 21 1 0 22 95,45% 4,55% 0,00%
6 Penggunaan Bantuan
Keuangan Partai Politik 2006 5 5 2 3 0 5 40,00% 60,00% 0,00%

PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR


9

2. Pembukaan Rekening pada 65 Satuan Kerja Perangkat Daerah Belum Memperoleh


Izin dari Kepala Daerah
Pemerintah Provinsi Jawa Timur memiliki 65 Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) yang terdiri atas Sekretariat, Dinas, Badan, Inspektorat, dan Rumah Sakit.
Masing-masing SKPD dalam pengelolaan keuangan daerah memiliki rekening atas nama
Bendahara Pengeluaran pada bank umum.
Berdasarkan hasil pemeriksaan diketahui bahwa semua rekening yang
dikelola/dibuka oleh 65 SKPD tersebut kecuali pada rekening kas daerah Provinsi Jawa
Timur belum memperoleh penetapan dan izin oleh Kepala Daerah. Bendahara
Pengeluaran SKPD telah membuka rekening operasional pengeluaran pada bank umum
tanpa melalui izin resmi Gubernur. Selanjutnya, dari hasil pemeriksaan terhadap prosedur
pembukaan dan penutupan rekening beberapa SKPD dan dari pengisian kuesioner oleh
SKPD, diketahui bahwa:
a. Mekanisme pembukaan rekening SKPD belum diatur dengan Peraturan Kepala
Daerah. Pada Tahun 2009 Gubernur Jawa Timur belum menetapkan Peraturan
Gubernur yang mengatur mekanisme pembukaan dan penutupan rekening SKPD;
b. Rekening-rekening SKPD tersebut merupakan rekening yang telah ada sejak lama,
dan para bendahara hanya meneruskan pengelolaannya. Dasar hukum keseluruhan
pembukaan rekening di SKPD hanya berdasarkan Surat Keputusan Gubernur tentang
Penunjukan dan Penetapan serta Fungsi Bendahara SKPD selama Tahun Anggaran
2009;
c. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata memiliki tujuh rekening aktif dengan rincian
sebagai berikut :
Tabel 2.1 Rekening Yang Dimiliki Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
No Nama Bank No.Rek Dibuka sejak Status

1. Bank Jatim Cab.Surabaya 0011068544 Januari 2008 Aktif

2. Bank Jatim Cab.Surabaya 0011204538 Januari 2009 Aktif

3. Bank Jatim Cab.Surabaya 0011204511 Januari 2009 Aktif

4. Bank Jatim Cab.Surabaya 0011204503 Januari 2009 Aktif

5. Bank Jatim Cab.Surabaya 0011204520 Januari 2009 Aktif

6. Bank Jatim Cab.Surabaya 0011204813 Januari 2009 Aktif

7. Bank Jatim Cab.Surabaya 0261022567 Februari 2009 Aktif

d. Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Memiliki lima rekening aktif dengan rincian
sebagai berikut :
Tabel 2.2 Rekening Yang Dimiliki Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral
No Nama Bank No.Rek Dibuka sejak Status

1. Bank Jatim Cab.Surabaya 0011068799 Januari 2009 Aktif

2. Bank Jatim Cab.Surabaya 0011186009 Januari 2009 Aktif

3. Bank Jatim Cab.Surabaya 0011186017 Januari 2009 Aktif

4. Bank Jatim Cab.Surabaya 0011186025 Januari 2009 Aktif

5. Bank Jatim Cab.Surabaya 0011185991 Januari 2009 Aktif

PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR


10

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan :


a. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tanggal 14 Januari 2004 tentang
Perbendaharaan Negara pada :
1) Pasal 27 ayat (1) yang menyatakan bahwa dalam rangka penyelenggaraan rekening
pemerintah daerah, Pejabat Pengelola Keuangan Daerah membuka Rekening Kas
Umum Daerah pada bank yang ditentukan oleh gubernur/bupati/walikota;
2) Pasal 32 ayat (1) yang menyatakan bahwa Gubernur/bupati/walikota dapat
memberikan izin pembukaan rekening untuk keperluan pelaksanaan pengeluaran di
lingkungan satuan kerja perangkat daerah;
b. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tanggal 9 Desember 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah pada Pasal 67 yang menyatakan bahwa Kepala Daerah
dapat memberikan izin pembukaan rekening untuk keperluan pelaksanaan pengeluaran
di lingkungan SKPD;
c. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2007 tanggal 16 Juli 2007 tentang Pengelolaan
Uang Negara/Daerah pada :
1) Pasal 27 ayat (2) menyebutkan bahwa untuk melaksanakan tugas sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) Gubernur/Bupati/Walikota memberi izin kepada kepala
satuan kerja perangkat daerah di lingkungan pemerintah daerahnya untuk
membuka rekening penerimaan pada Bank Umum yang ditetapkan oleh
gubernur/bupati/walikota;
2) Pasal 30 ayat (2) menyebutkan bahwa Gubernur/Bupati/Walikota dapat
memberikan izin pembukaan rekening pengeluaran pada Bank Umum untuk
menampung Uang Persediaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada satuan
kerja perangkat daerah
Kondisi tersebut mengakibatkan
a. Rekening Bendahara Pengeluaran SKPD untuk penampungan uang persediaan SKPD
tidak mempunyai landasan hukum yang kuat;
b. Pengendalian terhadap rekening Bendahara Pengeluaran pada SKPD menjadi lemah
dan kurang terpantau.

Kondisi tersebut disebabkan karena Kepala SKPD lalai untuk tidak meminta izin
kepada Kepala daerah atas pembukaan rekening operasional yang digunakan untuk
pengelolaan keuangan daerah.

Atas permasalahan tersebut Kepala Biro Keuangan menyatakan bahwa rekening


yang dimiliki oleh SKPD yang mempunyai akses ke BUD (dapat dilakukan pendebetan
otomatis oleh Bank Jatim untuk pendapatan jasa giro) hanya rekening yang dimiliki oleh
Bendahara Pengeluaran SKPD/Bendahara Pengeluaran Pembantu (di lingkungan
Sekretariat Daerah Provinsi Jatim dan UPTD Dinkes) yang tercantum dalam SK
Gubernur tentang penunjukan pengelola keuangan daerah. Apabila terdapat rekening
diluar akses BUD, maka rekening tersebut dibuka sepengetahuan PA/KPA di internal
SKPD yang bersangkutan dengan tujuan untuk menciptakan keamanan, kelancaran,
ketepatan, dan ketertiban administrasi dalam hal pengelolaan keuangan di masing-masing
SKPD. Pada tahun mendatang akan dilakukan penataan rekening serta penyusunan
mekanisme pembukaan/penutupan rekening SKPD di lingkungan Pemerintah Provinsi
Jawa Timur.

PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR


11

BPK RI merekomendasikan kepada Gubernur Jawa Timur agar :


a. Memerintahkan Kepala SKPD sebagai Pengguna Anggaran agar mengajukan ijin
untuk membuka rekening bank di masing-masing SKPD sesuai dengan ketentuan yang
berlaku
b. Memerintahkan Kepala Biro Keuangan untuk menginventarisasi seluruh rekening
yang dimiliki oleh setiap SKPD dan melakukan uji kelayakan atas semua rekening
untuk selanjutnya menutup atau tetap menggunakan rekening tersebut.

PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR


12

3. Belanja atas Transaksi Sebesar Rp1.078.333.051,00 Dibayarkan pada Tahun 2010


dan Belanja sebesar Rp28.957.500,00 Tercatat Dua Kali
Pada neraca per 31 Desember 2009, Pemerintah Provinsi Jawa Timur mempunyai
sisa kas pada Bendahara Pengeluaran yang merupakan sisa kas ganti uang (GU) per 31
Desember 2009 sebesar Rp11.297.764.430,28.
Hasil pemeriksaan terhadap Surat Tanda Setoran (STS) atas pengembalian sisa
kas pada Bendahara Pengeluaran dapat diketahui bahwa terdapat pengembalian sisa kas
yang bukan merupakan sisa kas ganti uang (GU) melainkan pengembalian atas belanja
yang telah tercatat tetapi belum terbayarkan dan belanja yang tercatat dua kali.
Pengembalian tersebut dilakukan oleh tiga SKPD dengan nilai keseluruhan sebesar
Rp1.107.290.551,00 dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 3.1 Belanja Yang Belum Terbayarkan dan Belanja Yang Tercatat Dua Kali
(Dalam Rupiah)
No SKPD Nilai
1 Dinas Perindustrian dan Perdagangan 664.970.051,00

2 Rumah Sakit Jiwa Menur 413.363.000,00

3 Biro Administrasi Perekonomian 28.957.500,00

Jumlah 1.107.290.551,00

a. Dinas Perindustrian dan Perdagangan


Pada neraca per 31 Desember 2009, sisa kas ganti uang (GU) pada
Bendahara Pengeluaran Dinas Perindustrian dan Perdagangan sebesar
Rp207.980.090,00. Sisa kas ganti uang (GU) tersebut disetor kembali ke kas daerah
oleh bendahara pengeluaran Dinas Perindustrian dan Perdagangan pada tanggal 8
Januari 2010 sebesar Rp873.850.141,00, sehingga terdapat lebih setor sebesar
Rp665.870.051,00. Atas kelebihan setor tersebut, Bendahara Pengeluaran Dinas
Perindustrian dan Perdagangan menjelaskan beberapa hal, yaitu :
1) Terdapat beberapa kuitansi belanja yang belum dibayarkan kepada yang
bersangkutan sebesar Rp664.970.051,00, rincian pada lampiran 1. Pembebanan
atas belanja yang belum terbayarkan tersebut sudah dilakukan di bulan
Desember 2009 dengan telah tercatatnya di dalam Buku Kas Umum (BKU).
Atas belanja yang belum dibayarkan kepada yang bersangkutan tersebut, Kepala
Dinas Perindustrian dan Perdagangan telah mengirimkan surat kepada Gubernur
Provinsi Jawa Timur dengan Nomor 900/260/118-01/2010 tanggal 18 Januari
2010 perihal permohonan pencairan dana kelebihan setor tahun 2009.
2) Kelebihan sebesar Rp900.000,00 merupakan kelebihan setor atas sisa tambahan
uang (TU) bulan Oktober dan Nopember 2009 pada Bidang Standarisasi sebagai
akibat kesalahan penghitungan sisa TU;
b. Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya
Hasil pemeriksaan terhadap STS atas pengembalian sisa kas ganti uang (GU)
pada Rumah Sakit Jiwa Menur, dapat diketahui bahwa terdapat kelebihan setor
sebesar Rp413.363.000,00. Bendahara Pengeluaran mengembalikan sisa kas ganti
uang ke kas daerah pada tanggal 31 Desember 2009 sebesar Rp497.099.866,00 sesuai
STS nomor 934/9941/305/2009, yang seharusnya sebesar Rp83.825.681,00. Hasil
pemeriksaan selanjutnya dapat diketahui bahwa kelebihan setor sebesar

PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR


13

Rp413.363.000,00 merupakan belanja yang telah dicatat sebagai belanja pada BKU,
tetapi realisasi pembayaran belum dilaksanakan, rincian pada lampiran 1.
Atas belanja yang belum direalisasikan pembayarannya tersebut, Direktur
Rumah Sakit Jiwa Menur telah mengirimkan surat kepada Gubernur Provinsi Jawa
Timur dengan Nomor 900/594/306/2010 tanggal 18 Januari 2010 perihal kelebihan
setor belanja GU yang didukung dengan surat pernyataan nomor 900/595/306/2010.
Menanggapi surat dari Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan, dan
Direktur Rumah Sakit Jiwa Menur, Gubernur Jawa Timur telah menerbitkan
Keputusan Gubernur nomor 188/138/KPTS/013/2010 tanggal 15 Maret 2010 tentang
penggunaan anggaran belanja tidak terduga Tahun Anggaran 2010, yang menyatakan
bahwa untuk pembayaran kelebihan setor sebesar Rp664.970.051,00 dan
Rp413.363.000,00 digunakan anggaran Belanja Tidak Terduga Tahun Anggaran
2010.
Tabel 3.2 Pembayaran Belanja Tidak Terduga TA 2010 untuk Belanja TA 2009
Yang Belum Terbayarkan
(Dalam Rupiah)
SP2D
No SKPD Nilai
Tanggal Nomor

1 Dinas Perindustrian dan Perdagangan 9 April 2010 LS/0000925/2010 664.970.051,00

2 Rumah Sakit Jiwa Menur 15 April 2010 LS/0000927/2010 413.363.000,00

Jumlah 1.078.333.051,00

c. Biro Administrasi Perekonomian


Pada neraca per 31 Desember 2009, sisa kas ganti uang (GU) pada
Bendahara Pengeluaran Biro Administrasi Perekonomian sebesar
Rp2.737.463.446,00. Hasil pemeriksaan terhadap surat tanda setoran atas
pengembalian sisa kas ganti uang (GU) yang dilakukan pada tahun 2010, dapat
diketahui pengembalian dilakukan sebanyak empat kali yaitu :
Tabel 3.3 Rincian Pengembalian Sisa Kas Ganti Uang (GU) Biro Administrasi Perekonomian
(Dalam Rupiah)
No Nomor STS Tanggal Nilai
1 912/1047.1/021/2010 22 Januari 2010 1.296.457.406,00

2 912/1047.2/021/2010 22 Januari 2010 28.957.500,00

3 912/1047.3/021/2010 22 Januari 2010 1.440.806.040,00

4 912/ /021/2009 26 Januari 2010 200.000,00

Jumlah 2.766.420.946,00

Dari rincian diatas dapat diketahui bahwa terdapat kelebihan setor sebesar
Rp28.957.500,00 (Rp2.766.420.946,00 Rp2.737.463.446,00). Atas kelebihan setor
tersebut, Bendahara Pengeluaran Pembantu Biro Administrasi Perekonomian
menjelaskan bahwa terdapat kesalahan (double counting) pada saat melakukan
pencatatan di dalam Buku Kas Umum (BKU). Belanja yang dicatat dua kali (double
counting) tersebut adalah belanja sewa gedung/kantor/tempat atas sewa stand
pameran PPI. Pembayaran telah dilakukan kepada pihak ketiga pada tanggal 30
September 2009, dan telah dicatat di dalam BKU pada tanggal yang sama dengan

PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR


14

nomor bukti 550. Pada tanggal 26 Nopember 2009 dilakukan entry pencatatan belanja
atas Surat Pertanggungjawaban (SPJ) sewa stand PPI tersebut ke dalam BKU dengan
nomor bukti 394, sehingga terjadi double counting atas belanja tersebut sebesar
Rp28.957.500,00.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan :


a. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tanggal 13 Juni 2005 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan pada Lampiran II, Kerangka Konseptual Akuntansi
Pemerintahan dalam paragraf 89 yang menyatakan bahwa belanja menurut basis kas
diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah
atau entitas pelaporan. Khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaran
pengakuannya terjadi pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut
disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan. Belanja menurut basis
akrual diakui pada saat timbulnya kewajiban atau pada saat diperoleh manfaat;
b. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tanggal 15 Mei 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, pada:
1) pasal 132 dalam :
a) ayat (1) yang menyatakan bahwa setiap pengeluaran belanja atas beban
APBD harus didukung dengan bukti yang lengkap dan sah;
b) ayat (2) yang menyatakan bahwa bukti sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus mendapat pengesahan oleh pejabat yang berwenang dan bertanggung
jawab atas kebenaran material yang timbul dari penggunaan bukti dimaksud;
2) pasal 236 dalam :
a) ayat (1) yang menyatakan bahwa semua transaksi dan/atau kejadian
keuangan yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah
dicatat pada buku jurnal berdasarkan bukti transaksi yang sah;
b) ayat (2) yang menyatakan bahwa pencatatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan secara kronologis sesuai dengan terjadinya transaksi
dan/atau kejadian keuangan.

Kondisi diatas mengakibatkan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2009 yang tersaji
pada Laporan Realisasi Anggaran belum direalisasikan secara kas sebesar
Rp1.078.333.051,00 dan lebih catat sebesar Rp28.957.500,00.

Kondisi tersebut disebabkan oleh :


a. Kepala Dinas/Biro terkait yang kurang melakukan pengawasan dalam penyetoran sisa
UP ke kas daerah dan pencatatan belanja yang dilakukan oleh Bendahara
Pengeluaran;
b. Bendahara Pengeluaran Dinas Perindustrian dan Perdagangan, dan Rumah Sakit Jiwa
Menur kurang cermat dalam menyetorkan sisa UP ke kas daerah;
c. Bendahara Pengeluaran Pembantu pada Biro Administrasi Perekonomian kurang
cermat dalam melakukan pencatatan belanja.

Atas permasalahan diatas, Kepala Biro Keuangan menyatakan bahwa terkait


dengan proses penatausahaan keuangan telah diupayakan untuk tertib administrasi, baik
dalam hal perencanaan, pelaksanaan maupun pengendaliannya, sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Akan tetapi terjadinya permasalahan disebabkan
antara lain oleh kelemahan (ketidakcermatan/ketidakmampuan) Sumber Daya Manusia

PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR


15

(SDM) dalam menangani pengelolaan keuangan dan operasional aplikasi (IT). Atas
keterlambatan pembayaran transaksi dan dua kali pembebanan, telah dilakukan tindakan
dengan rincian :
a. Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Untuk pembinaan SDM telah dilakukan
penggantian pejabat fungsionalnya, yakni Bendahara Pengeluaran dan
diselenggarakan short course aplikasi program keuangan;
b. Biro Administrasi Perekonomian. Untuk perbaikan SDM, Kepala Biro Administrasi
Perekonomian akan memberikan peringatan/teguran tertulis kepada KPAP dan
Bendahara Pengeluaran Pembantunya agar tidak terulang kembali kejadian yang
sama.

BPK RI merekomendasikan kepada Gubernur Jawa Timur agar :


a. Memperingatkan Kepala Dinas SKPD/Biro terkait untuk melakukan pengawasan
dalam penyetoran sisa UP ke kas daerah dan pencatatan belanja yang dilakukan oleh
Bendahara Pengeluaran;
b. Memerintahkan Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan, dan Rumah Sakit Jiwa
Menur untuk memperingatkan Bendahara Pengeluaran supaya lebih cermat dalam
menyetorkan sisa UP ke kas daerah;
c. Memerintahkan Kepala Biro Administrasi Perekonomian untuk memperingatkan
Bendahara Pengeluaran Pembantu supaya lebih cermat dalam melakukan pencatatan
belanja.

PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR


16

4. Penatausahaan Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Terlalu Berjenjang dan Belum


Ada Penetapan Sebagai Kasir pada Bidang Teknis Pemungut Retribusi
Penerimaan adalah uang yang masuk ke Kas Daerah. Penerimaan Daerah terdiri dari
pendapatan daerah dan penerimaan pembiayaan daerah. Pemeriksaan terhadap
penatausahaan penerimaan PAD Pemerintah Provinsi Jawa Timur didapatkan adanya
beberapa kelemahan, diantaranya:
a. Alur penerimaan PAD terlalu berjenjang
Pemprov Jatim telah memiliki Pedoman Teknis Pelaksanaan dan Penatausahaan
APBD yang merupakan salah satu lampiran dari Peraturan Gubernur Jawa Timur No.
9 Tahun 2009 tanggal 24 Pebruari 2009 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
Provinsi Jawa Timur. Pedoman teknis ini diantaranya mengatur mengenai sistem dan
prosedur penerimaan dan penyetoran Pendapatan Asli Daerah (PAD). Ada tiga
mekanisme dalam penerimaan PAD, yaitu:
1) Wajib bayar melakukan pembayaran melalui Bendahara Penerimaan/Bendahara
Penerimaan Pembantu Dinas Penghasil;
2) Wajib bayar melakukan pembayaran melalui Kasir Lapangan dari Dinas
Penghasil non Dipenda yang kemudian melakukan pembayaran langsung ke
Bendahara Penerimaan Pembantu (UPT) Dipenda (Dinas Pendapatan Daerah);
3) Khusus untuk pendapatan yang dipungut oleh Dipenda, wajib bayar melakukan
pembayaran melalui Bendahara Penerimaan Pembantu (UPT) Dipenda.
Ketiga mekanisme di atas menggunakan jasa Dipenda untuk menyetorkan
penerimaan ke Kas Daerah, meskipun pendapatan tersebut bukan merupakan anggaran
Dipenda. Ditambahkan pula dalam pedoman teknis tersebut bahwa salah satu tugas
Bendahara Penerimaan dan Bendahara Penerimaan Pembantu adalah menyetor
penerimaan ke Bendahara Penerimaan Pembantu UPT Dipenda.
Prosedur ini membuka peluang bagi Bendahara Penerimaan Dinas penghasil non
Dipenda untuk tidak menyetorkan penerimaannya ke Kas Daerah dalam waktu 1 (satu)
hari kerja terhitung sejak uang kas diterima. Hal ini dibuktikan dengan hasil pemeriksaan
pada beberapa Dinas Penghasil non Dipenda yang masih menyetorkan penerimaannya
tidak sesuai dengan waktu yang ditentukan, diantaranya adalah Dinas Pendidikan, Dinas
Koperasi dan UMKM serta Dinas Komunikasi dan Informatika. Berdasarkan keterangan
Bendahara Penerimaan Dinas Pendidikan, alasan penyetoran lebih dari 1 (satu) hari kerja
adalah faktor jarak. Sedangkan Bendahara Penerimaan Dinas Koperasi dan UMKM
menjelaskan bahwa harus menarik tunai dari tabungan penampung pendapatan dana
bergulir untuk kemudian disetorkan ke UPT Dipenda. Alasan penyetoran secara tunai ke
UPT Dipenda adalah untuk memperoleh Surat Tanda Setoran (STS). SKPD yang tidak
menyetorkan penerimaannya tiap hari adalah sebagai berikut.
1) Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
Dinas Koperasi dan UMKM pada tahun 2009 menganggarkan Lain-lain PAD
yang Sah dari Bagi Hasil dan Kontribusi Pemberdayaan UPTD sebesar
Rp703.000.000,00 dan terealisasi sebesar Rp534.119.000,00, sehingga kurang
memenuhi target sebesar Rp168.881.000,00 atau 24,02%. Realisasi sebesar
Rp534.119.000,00 ini berasal dari dua rekening Dinas Koperasi dan UMKM,
yaitu rekening giro no. 0571149299 a.n DIS.KOP&UMKM PROP. JATIM/PAD,
dan rekening tabungan no. 012.01-009334 a.n Drs. SLR QQ Dinkop&UMKM
JTM. Pemeriksaan terhadap dua rekening tersebut dan STS nya diketahui

PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR


17

penerimaan PAD dari Dana Bergulir tidak disetorkan setiap hari ke Kas Daerah.
Rincian tanggal penyetoran ke Kas Daerah pada Tahun 2009 adalah sebagai
berikut.
Tabel 4.1 Rincian Penyetoran PAD Dana Bergulir ke Kas Daerah pada Dinas Koperasi
dan UMKM
No. Uraian Jumlah Setor Tanggal
(Rp) Penyetoran
1. Penerimaan PAD s.d tanggal 30/01/2009 ( tabungan) 83.745.000,00 30/01/2009
2. Penerimaan PAD tanggal 02 s.d 19/02/2009 (tabungan) 48.000.000,00 20/02/2009
3. Penerimaan PAD s.d tanggal 20/02/2009 (giro) 40.000.000,00 23/02/2009
4. Penerimaan PAD tanggal 27/02/2009 s.d 28/02/2009 (giro) 24.000.000,00 02/03/2009
5. Penerimaan PAD tanggal 12/03/2009 s.d 18/03/2009 (tabungan) 50.300.000,00 24/03/2009
6. Penerimaan PAD tanggal 13/03/2009 s.d 20/03/2009 (giro) 19.620.000,00 07/04/2009
7. Penerimaan PAD tanggal 17 s.d 30/04/2009 (giro) 17.000.000,00 14/05/2009
8. Penerimaan PAD tanggal 06/04/2009 s.d 14/05/2009 (tabungan) 39.989.000,00 15/05/2009
9. Penerimaan PAD tanggal 28/05/2009 (tabungan) 23.250.000,00 04/06/2009
10. Penerimaan PAD tanggal 20/05/2009 s.d 02/07/2009 (giro) 26.115.000,00 27/07/2009
11. Penerimaan PAD tanggal 19/06/2009 s.d 31/07/2009 (tabungan) 12.150.000,00 05/08/2009
12. Penerimaan PAD tanggal 14/07/2009 s.d 03/09/2009 (giro) 24.000.000,00 07/09/2009
13. Penerimaan PAD tanggal 10/09/2009 s.d 02/10/2009 (giro) 13.000.000,00 07/10/2009
14. Penerimaan PAD tanggal 27/08/2009 s.d 02/10/2009 (tabungan) 35.750.000,00 09/10/2009
15. Penerimaan PAD tanggal 20/10/2009 s.d 22/10/2009 (giro) 9.000.000,00 09/11/2009
16. Penerimaan PAD tanggal 29/10/2009 s.d 02/11/2009 (tabungan) 18.000.000,00 09/11/2009
17. Penerimaan PAD tanggal 10/11/2009 s.d 23/12/2009 (tabungan) 32.200.000,00 29/12/2009
18. Penerimaan PAD tanggal 10/11/2009 s.d 04/12/2009 (giro) 18.000.000,00 30/12/2009
Jumlah 534.119.000,00

Pada tanggal 31 Desember 2008 dan 31 Desember 2009 diketahui masih terdapat
saldo pada dua rekening tersebut dengan rincian sebagai berikut.
Tabel 4.2 Saldo 31/12/2008 dan 31/12/2009 Dinas Koperasi dan UMKM
Uraian 31/12/2008 31/12/2009
(Rp) (Rp)
Saldo rekening giro no. 0571149299 a.n 204,10 6.000.204,10
DIS.KOP&UMKM PROP. JATIM/PAD
Saldo rekening tabungan no. 012.01-009334 54.050.457,00 13.656.639,00
a.n Drs. SLR QQ Dinkop&UMKM JTM
Total 54.050.661,10 19.656.843,10
Atas sisa saldo di rekening bendahara penerimaan tersebut telah diajukan jurnal
koreksi
2) Dinas Komunikasi dan Informatika
Dinas Komunikasi dan Informatika pada tahun 2009 menganggarkan Lain-lain
dari PAD yang Sah dari PNBP IAR, IKRAP dan IPPKRAP sebesar
Rp143.000.000,00 dan terealisasi sebesar Rp129.874.500,00 sehingga kurang
memenuhi target sebesar Rp13.125.500,00 atau 9,18%. Sebelum disetorkan ke
Kas Daerah, penerimaan ini ditampung dalam sebuah rekening giro pada kantor
pos dengan nomor rekening 6040001527 atas nama Dinas Kominfo. Pemeriksaan

PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR


18

terhadap rekening ini diketahui bahwa penerimaan tersebut tidak disetorkan ke


Kas Daerah setiap hari. Rincian penyetorannya adalah sebagai berikut.
Tabel 4.3 Rincian Penyetoran PAD PNBP ke Kas Daerah pada Dinas Komunikasi
dan Informatika
(Dalam Rupiah)
No. Uraian Jumlah Setor Tanggal Penyetoran
1. Penerimaan PNBP tanggal 16/02/2009 s.d 30/03/2009 4.350.000,00 30/03/2009
2. Penerimaan PNBP tanggal 31/03/2009 s.d 13/04/2009 15.788.000,00 21/04/2009
3. Penerimaan PNBP tanggal 23/04/2009 s.d 11/05/2009 7.000.000,00 13/05/2009
4. Penerimaan PNBP tanggal 18/05/2009 s.d 25/05/2009 10.800.000,00 26/05/2009
5. Penerimaan PNBP tanggal 27/05/2009 s.d 05/06/2009 13.430.000,00 08/06/2009
6. Penerimaan PNBP tanggal 10/06/2009 s.d 23/06/2009 7.957.000,00 23/06/2009
7. Penerimaan PNBP tanggal 29/06/2009 s.d 07/07/2009 11.528.000,00 09/07/2009
8. Penerimaan PNBP tanggal 15/07/2009 s.d 23/07/2009 2.145.000,00 23/07/2009
9. Penerimaan PNBP tanggal 27/07/2009 s.d 29/07/2009 29.982.000,00 30/07/2009
10. Penerimaan PNBP tanggal 31/07/2009 s.d 11/08/2009 10.664.000,00 18/08/2009
11. Penerimaan PNBP tanggal 19/08/2009 s.d 28/08/2009 1.815.000,00 28/09/2009
12. Penerimaan PNBP tanggal 28/08/2009 s.d 28/09/2009 8.070.000,00 28/09/2009
13. Penerimaan PNBP tanggal 28/09/2009 s.d 13/10/2009 3.375.000,00 16/10/2009
14. Penerimaan PNBP tanggal 20/10/2009 s.d 24/11/2009 2.723.000,00 26/11/2009
15. Penerimaan PNBP tanggal 01/12/2009 247.500,00 31/12/2009
Jumlah 129.874.500,00

3) Dinas Pendidikan
Dinas Pendidikan pada tahun 2009 mengganggarkan PAD dari Retribusi
Pemakaian Kekayaan Daerah sebesar Rp80.000.000,00 dan terealisasi sebesar
Rp165.925.000,00, sehingga melebihi target sebesar Rp85.925.000,00 atau
107,40%. Pemeriksaan terhadap BKU Penerimaan, kwitansi penerimaan dan STS
diketahui bahwa penerimaan PAD sebesar Rp153.425.000,00 tidak disetorkan ke
Kas Daerah setiap hari. Rincian penyetoran pada Dinas Pendidikan adalah
sebagai berikut.

Tabel 4.4 Rincian Penyetoran PAD ke Kas Daerah pada Dinas Pendidikan
(Dalam Rupiah)
No. Uraian Jumlah Setor Tanggal
Penyetoran
1. Penerimaan PAD tanggal 03/02/2009 3.000.000,00 05/02/2009
2. Penerimaan PAD tanggal 09/02/2009 4.000.000,00 17/02/2009
3. Penerimaan PAD tanggal 18/02/2009 9.000.000,00 20/02/2009
4. Penerimaan PAD tanggal 25/02/2009 4.500.000,00 27/02/2009
5. Penerimaan PAD tanggal 02/03/2009 3.000.000,00 13/03/2009
6. Penerimaan PAD tanggal 23&24/03/2009 3.750.000,00 31/03/2009
7. Penerimaan PAD tanggal 01&07/04/2009 8.250.000,00 21/04/2009
8. Penerimaan PAD tanggal 20&22/04/2009 2.000.000,00 29/04/2009
9. Penerimaan PAD tanggal 13/05/2009 4.500.000,00 18/05/2009
10. Penerimaan PAD tanggal 01/06/2009 3.500.000,00 03/06/2009

PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR


19

11. Penerimaan PAD tanggal 03&05/06/2009 7.000.000,00 11/06/2009


12. Penerimaan PAD tanggal 16&23/06/2009 8.000.000,00 24/06/2009
13. Penerimaan PAD tanggal 26/06/2009 1.050.000,00 30/06/2009
14. Penerimaan PAD tanggal 29/06/2009 6.000.000,00 30/06/2009
15. Penerimaan PAD tanggal 13/07/2009 8.600.000,00 22/07/2009
16. Penerimaan PAD tanggal 06/08/2009 8.000.000,00 10/08/2009
17. Penerimaan PAD tanggal 11/08/2009 2.000.000,00 21/08/2009
20. Penerimaan PAD tanggal 08/10/2009 6.000.000,00 09/10/2009
21. Penerimaan PAD tanggal 19,20&23/10/2009 12.450.000,00 29/10/2009
22. Penerimaan PAD tanggal 02&09/11/2009 8.000.000,00 12/11/2009
23. Penerimaan PAD tanggal 16&23/11/2009 5.000.000,00 27/11/2009
24. Penerimaan PAD tanggal 01&02/12/2009 12.775.000,00 03/12/2009
25. Penerimaan PAD tanggal 07s.d 21/12/2009 18.300.000,00 22/12/2009
26. Penerimaan PAD tanggal 28/12/2009 4.750.000,00 30/12/2009
Jumlah 153.425.000,00

b. Belum adanya penetapan sebagai kasir/Bendahara Penerimaan Pembantu pada


Bidang Teknis
Hasil konfirmasi kepada Bendahara Penerimaan Dinas Peternakan dan Dinas
Perindustrian dan Perdagangan, diketahui bahwa Bendahara Penerimaan tidak
menerima langsung pembayaran dari wajib bayar, tapi melalui bidang teknis terkait.
Berikut prosedur pemungutan retribusi (selain retribusi yang dipungut UPT SKPD)
berdasarkan keterangan Bendahara Penerimaan:
1) Dinas Peternakan
Wajib bayar melakukan pembayaran kepada masing-masing bidang teknis yang
menangani dengan bukti pembayaran berupa kwitansi. Bidang teknis
menyerahkan uang retribusi kepada Bendahara Penerimaan beserta bukti tindasan
kwitansi. Bendahara Penerimaan kemudian menyetorkannya ke UPT Dipenda
dengan memperoleh bukti berupa Surat Tanda Setoran (STS).
2) Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Wajib bayar melakukan pembayaran kepada staf Bidang Metrologi, uang
retribusi kemudian disetorkan staf Bidang Metrologi kepada Bendahara
Penerimaan. Bendahara Penerimaan membuat Tanda Bukti Pembayaran dan
menyetorkannya ke UPT Dipenda dengan memperoleh bukti berupa STS.

Selama ini pemungutan dilakukan oleh staf bidang teknis yang belum ditunjuk
sebagai kasir/bendahara.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:


a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tanggal 14 Januari 2004 tentang
Perbendaharaan Negara, pada :
1) Pasal 16 ayat (2) menyebutkan bahwa penerimaan harus disetor seluruhnya ke
Kas Negara/Daerah pada waktunya yang selanjutnya diatur dalam peraturan
pemerintah;

PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR


20

2) Pasal 27 ayat (3) menyebutkan bahwa rekening penerimaan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) digunakan untuk menampung penerimaan daerah setiap
hari;
3) Pasal 27 ayat (4) menyebutkan bahwa saldo rekening penerimaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) setiap akhir hari kerja wajib disetorkan seluruhnya ke
Rekening Kas Umum Daerah.
b. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tanggal 5 April 2003 tentang Keuangan
Negara, pada Pasal 3 ayat (1) yang menyebutkan bahwa keuangan Negara dikelola
secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif,
transparan dan bertanggungjawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan
kepatutan;
c. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tanggal 9 Desember 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah, pada
1) Pasal 57 ayat (2) menyebutkan bahwa bendahara penerimaan wajib menyetor
seluruh penerimaannya ke Rekening Kas Umum Daerah selambat-lambatnya
dalam waktu 1 (satu) hari kerja;
2) Pasal 85 ayat (1) yang menyebutkan bahwa pengguna anggaran, bendahara
penerimaan/pengeluaran dan atau orang atau badan yang menerima atau
menguasai uang/barang/kekayaan daerah wajib menyelenggarakan penatausahaan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
3) Pasal 111 ayat (4) menyebutkan bahwa saldo rekening penerimaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) setiap akhir hari kerja wajib disetorkan seluruhnya ke
rekening kas umum daerah.
d. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2007 tanggal 16 Juli 2007 tentang
Pengelolaan Uang Negara/Daerah, pasal 27 ayat (3) menyebutkan bahwa semua
pendapatan asli daerah yang ditampung di rekening penerimaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) setiap hari disetor seluruhnya ke Rekening Kas Umum
Daerah;
e. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tanggal 15 Mei 2006 jo.
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 59 Tahun 2007 tanggal 26 Oktober 2007
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, pada:
1) Pasal 4 ayat (1) yang menyebutkan bahwa keuangan daerah dikelola secara tertib,
taat pada peraturan perundang-undangan, efektif, efisien, ekonomis, transparan,
dan bertanggung jawab dengan memperhatikan azas keadilan, kepatutan, dan
manfaat untuk masyarakat;
2) Pasal 4 ayat (2) yang menyebutkan bahwa secara tertib sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) adalah bahwa keuangan daerah dikelola secara tepat waktu dan
tepat guna yang didukung dengan bukti-bukti administrasi yang dapat
dipertanggungjawabkan;
3) Pasal 122 ayat (4) yang menyebutkan bahwa penerimaan SKPD berupa uang atau
cek harus disetor ke rekening kas umum daerah paling lama 1 (satu) hari kerja;
4) Pasal 181 ayat (2) yang menyebutkan bahwa saldo rekening penerimaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) setiap akhir hari kerja wajib disetorkan
seluruhnya ke rekening kas umum daerah;
5) Pasal 189 ayat (1) yang menyebutkan bahwa bendahara penerimaan wajib
menyelenggarakan penatausahaan terhadap seluruh penerimaan dan penyetoran
atas penerimaan yang menjadi tanggung jawabnya;

PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR


21

6) Pasal 189 ayat (3) yang menyebutkan bahwa bendahara penerimaan dalam
melakukan penatausahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menggunakan:
a. surat ketetapan pajak daerah (SKP-Daerah);
b. surat ketetapan retribusi (SKR);
c. surat tanda setoran (STS);
d. surat tanda bukti pembayaran; dan
e. bukti penerimaan lainnya yang sah.
7) Pasal 190 ayat (1) yang menyebutkan bahwa dalam hal obyek pendapatan daerah
tersebar atas pertimbangan kondisi geografis wajib pajak dan/atau wajib retribusi
tidak mungkin membayar kewajibannya langsung pada badan, lembaga keuangan
atau kantor pos yang bertugas melaksanakan sebagian tugas dan fungsi bendahara
penerimaan, dapat ditunjuk bendahara penerimaan pembantu;
8) Pasal 192 ayat (1) yang menyebutkan bahwa Bendahara penerimaan pembantu
wajib menyetor seluruh uang yang diterimanya ke rekening kas umum daerah
paling lama 1 (satu) hari kerja terhitung sejak uang kas tersebut diterima.

Kondisi di atas mengakibatkan


a. Penerimaan PAD sebesar Rp837.075.343,10 (534.119.000,00+ 19.656.843,10+
129.874.500,00+153.425.000,00) terlambat diterima kas daerah;
b. Tidak adanya payung hukum bagi staf bidang teknis dalam menerima PAD.

Hal tersebut disebabkan:


a. Gubernur Jawa Timur dalam menyusun Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan
Daerah tidak memperhatikan aspek pengendalian intern;
b. Gubernur belum menetapkan SK Kasir/Bendahara Penerimaan Pembantu pada
Bidang Teknis;
c. Kurangnya pengawasan Kepala SKPD selaku atasan langsung Bendahara Penerimaan
dan Kepala Bidang terkait atas ketertiban pemungutan retribusi daerah;
d. Kelalaian Bendahara Penerimaan yang tidak memperhatikan ketentuan pemungutan
dan penyetoran retribusi daerah.

Atas prosedur penatausahaan yang kurang memadai tersebut Kepala Biro


Keuangan menyatakan bahwa sesuai dengan Pergub No.9 Tahun 2009 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah Provinsi Jawa Timur maka sesuai dengan
kedudukan/peranan Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Timur bertugas melaksanakan
kewenangan desentralisasi dan tugas dekonseentrasi di bidang pendapatan maka Dinas
Pendapatan sebagai inisiator pelaksana utama pembiayaan APBD di Jawa Timur
berkewajiban untuk mengetahui penerimaan pendapatan asli daerah di Provinsi Jawa
Timur dengan melalui sistem dan prosedur penerimaan dan penyetoran pendapatan asli
daerah.
Pada tahun 2009 terkait dengan pelaksanaan PP No.41 Tahun 2007, fungsi
Dispenda mengalami perubahan dari fungsi kanalisasi terhadap penerimaan pendapatan
(koordinator pendapatan daerah) menjadi SKPD unit penghasil, namun karena
reorganisasi belum tuntas diselesaikan pada tahun anggaran dimaksud maka :
a. Fungsi Pembantu Pemegang Kas Daerah (PPKD) masih melekat di UPTD Dispenda
sehingga penyetoran penerimaan dari UPTD masih melalui PPKD;

PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR


22

b. Image kepemilikan Surat Tanda Setoran (STS) masih melekat pada Dispenda
sehingga Bendahara Penerimaan/Bendahara penerimaan Pembantu pada SKPD non
Dispenda masih menyetor melalui UPTD Dispenda untuk memperoleh STS;
c. Apabila penyetoran atas penerimaan tidak melalui UPTD Dispenda dikhawatirkan
masih mengalami kendala terutama untuk UPTD SKPD yang secara geografis tidak
mungkin menyetor penerimaannya secara langsung ke bank terdekat.

BPK RI merekomendasikan kepada Gubernur Jawa Timur agar:


a. Merevisi pedoman teknis pengelolaan keuangan daerah dalam rangka mempercepat
proses penerimaan PAD ke Kas Daerah;
b. Menerbitkan SK Kasir/Bendahara Penerimaan Pembantu;
c. Memperingatkan Kepala Dinas SKPD dan Kepala Bidang terkait agar melakukan
pemungutan PAD secara tertib;
d. Memperingatkan Bendahara Penerimaan agar memperhatikan ketentuan pemungutan
dan penyetoran PAD.

PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR


23

5. Prasyarat Distribusi Dana Kepada Bendahara Pengeluaran Pembantu Tidak


Dilaksanakan Secara Konsisten

Dalam rangka melaksanakan pengelolaan keuangan, Pemerintah Provinsi Jawa


Timur telah mengeluarkan Peraturan Gubernur Nomor 9 Tahun 2009 mengenai pedoman
teknis pengelolaan keuangan daerah. Peraturan ini bertujuan untuk memfasilitasi Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Timur dalam
penyusunan APBD, perubahan APBD, pelaksanaan, penatausahaan dan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD.
Di dalam pelaksanaan APBD, salah satu sistem dan prosedur yang diatur adalah
sistem dan prosedur distribusi dana kepada Bendahara Pengeluaran Pembantu. Prosedur
ini digunakan oleh Bendahara Pengeluaran untuk mendistribusikan dana kepada
Bendahara Pengeluaran Pembantu.
Hasil pemeriksaan terhadap sistem dan prosedur distribusi dana kepada
Bendahara Pengeluaran Pembantu pada beberapa SKPD dapat diketahui bahwa dalam
pendistribusian dari Bendahara Pengeluaran kepada Bendahara Pengeluaran Pembantu
tidak menggunakan Nota Permintaan Pembayaran (NPP) dan Daftar Kebutuhan Kas
Bulanan (DKKB) yang telah disetujui oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) atau
Pengguna Anggaran (PA), tetapi hanya kas bon atau lisan yang disertai dengan kuitansi
pengisian kas. Bendahara Pengeluaran Pembantu membuat kas bon dengan jumlah dana
yang diperlukan atau secara lisan meminta pengisian kas kepada Bendahara Pengeluaran.
Berdasarkan permintaan secara lisan dan kas bon ini, Bendahara Pengeluaran
memberikan dana dan akan dibuatkan kuitansi tanda terima. Adapun rincian SKPD
tersebut adalah sebagai berikut.
Tabel 5.1 Rincian SKPD yang tidak menggunakan NPP dan DKKB dalam distribusi
dana kepada Bendahara Pengeluaran Pembantu
Jumlah bendahara
No SKPD Dokumen yang mendukung
pengeluaran pembantu*

1 Sekretariat DPRD 1 Kas bon dan disertai kuitansi


2 Biro Administrasi Kerjasama 4 Lisan dan disertai kuitansi
Tanpa NPP hanya DKKB dan
3 DPU Bina Marga 19 kuitansi yang ditandatangani
oleh Pengguna Anggaran
Tanpa NPP hanya DKKB dan
4 Biro Administrasi Kemasyarakatan 5 kuitansi yang ditandatangani
oleh Pengguna Anggaran
Keterangan : * untuk biro, yang dimaksud dengan bendahara pengeluaran pembantu disini adalah
pelaksana kegiatan pada masing-masing bidang.

Lemahnya pengendalian terhadap sistem dan prosedur distribusi dana kepada


Bendahara Pengeluaran Pembantu terdapat pada :
a. Pengendalian fisik, dimana pendistribusian dana diberikan tanpa adanya informasi
yang jelas daftar kebutuhannya, sehingga dimungkinkan terjadi penggunaan dana
yang tidak jelas. Hal ini dapat dicerminkan pada Biro Administrasi Kerjasama, yang
terjadi selisih perhitungan atas saldo akhir saat kas opname sebesar Rp452.070,00
yang tidak diketahui kegunaannya. Tetapi 2 hari kemudian Bendahara Pengeluaran
Pembantu Biro Administrasi Kerjasama menjelaskan bahwa selisih tersebut
merupakan pengeluaran kas untuk alat tulis kantor (kuitansi yang semula tidak
ditemukan, diperlihatkan kepada tim pemeriksa);

PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR


24

b. Otorisasi, dimana distribusi dana kepada Bendahara Pengeluaran Pembantu tidak


diotorisasi oleh KPA atau PA;
c. Pengawasan, dimana pimpinan entitas kurang melaksanakan pengawasan terhadap
kas entitas yang berada dalam tanggung jawabnya.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan Peraturan Gubernur Nomor 9 Tahun 2009
tanggal 24 Februari 2009 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Daerah
Provinsi Jawa Timur pada pasal 1, point IV Pedoman Teknis Pelaksanaan dan
Penatausahaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, dalam Bab IV.4.5 halaman 33
34 yang menyatakan bahwa deskripsi prosedur pendistribusian dana kepada Bendahara
Pengeluaran Pembantu adalah sebagai berikut :
a. Bendahara Pengeluaran Pembantu atas persetujuan KPA membuat Nota Permintaan
Pembayaran dengan dilampiri Daftar Kebutuhan Kas Bulanan dan diajukan ke
Bendahara Pengeluaran;
b. Bendahara Pengeluaran mengajukan Daftar Kebutuhan Kas Bulanan ke PPK-SKPD
setelah sebelumnya membuat Rekapitulasi Daftar Kebutuhan Kas Bulanan;
c. PPK-SKPD meneliti kesesuaian Daftar Kebutuhan Kas Bulanan dengan anggaran kas
dan kartu kendali anggaran. Jika telah sesuai maka PPK-SKPD mengajukan Nota
Permintaan Pembayaran kepada Pengguna Anggaran yang memuat daftar kebutuhan
dana untuk masing-masing KPA;
d. Berdasarkan Nota Permintaan Pembayaran tersebut, Pengguna Anggaran membuat
Surat Perintah Pengeluaran Uang kepada Bendahara Pengeluaran untuk
mengeluarkan uang;
e. Setelah menerima Surat Perintah Pengeluaran Uang, Bendahara Pengeluaran wajib
dengan segera menyediakan kebutuhan uang tersebut. Bendahara Pengeluaran
menyiapkan slip penarikan kas di bank/menulis cek. Bendahara Pengeluaran
mencatatnya ke Buku Simpanan/Bank di sisi pengeluaran dan Buku Kas Bendahara
Pengeluaran di sisi penerimaan. Selanjutnya Bendahara Pengeluaran merealisasi
kebutuhan dana dan mendistribusikan ke Bendahara Pengeluaran Pembantu disertai
Tanda Terima Uang (kuitansi). Bendahara Pengeluaran mencatatnya di Buku Kas
Bendahara Pengeluaran di sisi pengeluaran.

Kondisi diatas mengakibatkan pengamanan atas kas menjadi lemah dan


membuka peluang penyalahgunaan kas.
Hal tersebut disebabkan oleh masih kurangnya pemahaman dari Kuasa Pengguna
Anggaran (KPA), Pengguna Anggaran (PA), Bendahara Pengeluaran dan Bendahara
Pengeluaran Pembantu atas sistem dan prosedur distribusi dana ke Bendahara
Pengeluaran Pembantu.
Atas kelemahan sistem pengendalian intern pada prosedur distribusi tersebut
Kepala Biro Keuangan menyatakan bahwa Satuan Kerja Pengelolaan Keuangan Daerah
telah berulangkali memberikan pemahaman terhadap sistem dan prosedur pengelolaan
keuangan daerah dalam bentuk sosialisasi kepada masing-masing pengelola keuangan
SKPD di lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Timur, dan Inspektorat Provinsi yang
berperan selaku auditor internal pemerintah daerah juga telah melakukan pengawasan
pengelolaan keuangan daerah termasuk pengendalian internal keuangan masing-masing
SKPD dalam bentuk pemeriksaan reguler tahunan. Pada tahun mendatang akan dilakukan

PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR


25

pembenahan terhadap ketentuan sistem dan prosedur pengelolaan keuangan daerah,


khususnya dalam hal distribusi dana kepada Bendahara Pengeluaran Pembantu

BPK RI merekomendasikan kepada Gubernur Jawa Timur agar memperingatkan


Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), Pengguna Anggaran (PA), Bendahara Pengeluaran
dan Bendahara Pengeluaran Pembantu terkait untuk selalu melaksanakan Distribusi Dana
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR


Lampiran 1
Belanja Daerah Yang Belum Terealisasi Pembayarannya

(dalam Rupiah)
Kode
No Uraian Nilai yang belum terbayar
Rekening
(1) (2) (3) (4)
DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN
1 51102001 Tambahan Penghasilan Berdasarkan Beban Kerja 71.450.000,00
2 52101001 Honorarium Pelaksana Kegiatan PNS 171.450.000,00
3 52201001 Belanja alat tulis kantor 32.824.000,00
4 52201003 Belanja alat listrik dan elektronik (lampu pijar, battery kering) 7.282.000,00
5 52201005 Belanja peralatan kebersihan dan bahan pembersih 7.600.000,00
6 52201015 Belanja dekorasi 24.970.000,00
7 52201016 Belanja publikasi (spanduk, media cetak dan media elektronik) 19.800.000,00
8 52203012 Belanja jasa perijinan dan administrasi 24.950.000,00
9 52203014 Belanja transportasi, akomodasi dan konsumsi 37.500.000,00
10 52206001 Belanja cetak 71.804.051,00
11 52207002 Belanja sewa gedung/kantor/tempat 66.000.000,00
12 52210002 Belanja sewa komputer dan printer 9.900.000,00
13 52220011 Belanja pemeliharaan perlengkapan kantor 45.650.000,00
14 52220012 Belanja pemeliharaan komputer 24.200.000,00
15 52220026 Belanja pemeliharaan gedung/bangunan 39.855.000,00
16 52220036 Belanja pemeliharaan jaringan air, listrik, gas dan telepon 9.735.000,00
Sub Total 664.970.051,00
RUMAH SAKIT JIWA MENUR
1 51102003 Tambahan penghasilan berdasarkan kondisi kerja bulan September s.d Desember 2009 332.183.000,00
2 52101001 Uang sidang/rapat untuk pekerjaan perencanaan pembangunan gedung asrama bulan September s.d Nopember 2009 9.900.000,00
3 52101001 Uang sidang/rapat untuk pekerjaan renovasi gedung rehabilitasi 17.800.000,00
Bantuan transport dalam rangka koordinasi dan pelaksanaan pelelangan umum ke panitia ULP Kantor Gubernur untuk pekerjaan
4 52215001 14.000.000,00
renovasi gedung rehab bulan September dan Oktober 2009
5 52101001 Honorarium tim pengelola pemeriksaan NARKOBA bagi PNS bulan Desember 2009 35.580.000,00
Bantuan transport pengelolaan kegiatan untuk pekerjaan perbaikan tampak depan gedung Sekretariat RS Jiwa Menur bulan
6 52215001 3.900.000,00
September s.d Desember 2009
Sub Total 413.363.000,00

TOTAL 1.078.333.051,00

Anda mungkin juga menyukai