Anda di halaman 1dari 86

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN

ATAS
PENDAPATAN DAERAH
KABUPATEN MALANG
TAHUN ANGGARAN 2008 DAN 2009

DI
MALANG

PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR

Nomor : 128/R/XVIII.JATIM/12/2009
Tanggal : 22 Desember 2009
DAFTAR ISI

Daftar Isi .............................................................................................................................. i


Resume ............................................................................................................................... 1
BAB I Gambaran Umum ............................................................................................... 3
BAB II Sistem Pengendalian Intern ............................................................................... 8
BAB III Tindak Lanjut .................................................................................................... 15
BAB IV Temuan Pemeriksaan ......................................................................................... 17
1. Pajak Reklame yang tidak dipungut sebesar Rp11.093.172,00 ............................... 17
2. Potensi Pajak Restoran pada tahun anggaran 2009 tidak terpungut sebesar
Rp47.118.000,00...................................................................................................... 19
3. Penerimaan Pajak Hiburan Kurang diterima sebesar Rp285.934.110,00 ................ 22
4. Pendapatan Retribusi Tempat Pelelangan Ikan yang belum diterima sebesar
Rp211.879.105,00 dan terlambat disetor sebesar Rp2.889.093.677,50 ................... 25
5. Prosedur palayanan perizinan Pemakaian Kekayaan Daerah pada Dinas
Pengairan tidak mempunyai Standar Pelayanan Minimal dan Pendapatan
Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah sebesar Rp56.548.976,00 digunakan
langsung ................................................................................................................... 29
6. Pendapatan Retribusi Pemanfaatan Air Tanah dan Denda Keterlambatan belum
diterima sebesar R16.418.491,00 serta Terdapat Potensi Penerimaan Retribusi
sebesar Rp111.259.000,00/tahun ............................................................................. 32
7. Hasil Retribusi Pemakaian Kios pada Taman Wisata Wendit Belum disetor ke
Kas Daerah sebesar Rp5.385.000,00 dan Kurang diterima sebesar
Rp244.309.000,00.................................................................................................... 36
8. Pendapatan Retribusi Taman Wisata Wendit kurang diterima sebesar
Rp15.152.000,00...................................................................................................... 39
9. Retribusi Taman Wisata Wendit digunakan langsung sebesar Rp880.067.872,00
dan terdapat ketekoran kas sebesar Rp6.874.913,00 ............................................... 42
10. Penerimaan Retribusi dari Karcis Perahu dan Ban Kurang diterima sebesar
Rp116.354.000,00.................................................................................................... 44
11. Retribusi Tempat Rekreasi dan olah Raga Kurang Diterima sebesar
Rp29.250.000,00 dan Terdapat Tunggakan Pemakaian Kios sebesar
Rp83.651.000,00...................................................................................................... 47
12. Terdapat Tunggakan Retribusi Tempat Pelelangan Ikan sebesar Rp16.540.992,00 50
13. Pemungutan Retribusi atas Izin Hak Pakai Ruangan Pasar Belum
Optimal .................................................................................................................... 52
14. Pembayaran Retribusi Pelayanan Pasar Sistem Bulanan Sebesar
Rp2.819.928.419,00 Tidak Sesuai Dengan Peraturan Daerah ................................. 54
15. Retribusi Pelayanan Pasar dan Retribusi Pelayanan Perijinan Bidang Kesehatan
terlambat disetor ke Kas Daerah .............................................................................. 56
16. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor (PKB) tidak disetor ke Kas Daerah
sebesar Rp3.069.000,00 dan digunakan langsung sebesar Rp20.186.000,00 .......... 59
17. Pendapatan dari klaim ASKES Tahun 2009 belum diterima sebesar
Rp1.535.913.182,00 dan pengajuan klaim kepada PT. ASKES (Persero) Cabang
Malang terlambat ..................................................................................................... 62
18. Penerimaan daerah dari Klaim Kapitasi dan Rawat Inap Tingkat Pertama (RITP)
Askes TA 2008 dan 2009 sebesar Rp1.890.127.000,00 tidak disetorkan ke Kas
Daerah dan digunakan langsung oleh Dinas Kesehatan dan Puskesmas ................. 68

i
19. Terdapat Tunggakan Pajak Daerah TA 2008 dan 2009 masing-masing sebesar
Rp3.921.716,00 dan Rp2.469.887.954,00................................................................ 69
20. Pendapatan Obat pada Instalasi Farmasi RSUD Kanjuruhan Malang TA 2008 dan
2009 sebesar Rp114.319.300,00 tidak didukung Peraturan Daerah dan disetor
secara netto ke Bendahara Penerimaan RSUD ........................................................ 71

LAMPIRAN

ii
RESUME HASIL PEMERIKSAAN
Berdasarkan ketentuan Pasal 23E perubahan ketiga Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung jawab Keuangan Negara dan Undang-Undang
Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan. Badan Pemeriksa Keuangan
Republik Indonesia (BPK RI) telah melakukan pemeriksaan atas Pendapatan Daerah
Tahun Anggaran 2008 dan 2009 (sampai dengan Agustus 2009) pada pemerintah
Kabupaten Malang.
Pemeriksaan tersebut dilakukan dengan berpedoman pada Standar Pemeriksaan
Keuangan Negara (SPKN) yang ditetapkan dengan Peraturan BPK RI Nomor 01 Tahun
2007 tanggal 18 Januari 2007.
Pemeriksaan atas pendapatan bertujuan untuk menilai apakah Pendapatan Daerah
yang seharusnya menjadi hak Pemerintah Kabupaten Malang telah diterima tepat waktu,
dan dalam jumlah yang menjadi haknya; Pengelolaan Anggaran Pendapatan Daerah telah
ditatausahakan atau dicatat secara tertib, dan dipertanggungjawabkan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku; dan Sistem Pengendalian Intern pengelolaan anggaran
pendapatan daerah telah cukup memadai.
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia telah melakukan pemeriksaan
pendapatan untuk Tahun Anggaran 2008 dengan anggaran sebesar
Rp1.289.688.895.500,00 dan direalisasikan sebesar Rp1.307.756.530.085,99 atau sebesar
101,40% serta Tahun Anggaran 2009 (sampai dengan Agustus) dengan anggaran sebesar
Rp1.292.370.699.000,00 dan direalisasikan (sampai dengan Agustus) sebesar
Rp940.932.681.290,77 atau 72,81%.
Pemeriksaan Pendapatan pada Kabupaten Malang meliputi dua tahun anggaran
yaitu Tahun Anggaran 2008 dan Tahun Anggaran 2009 (s.d Agustus). Pemeriksaan yang
dilakukan meliputi pemeriksaan atas Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil/Laba Badan
Usaha Milik Daerah (BUMD), Lain-lain pendapatan daerah yang sah, Pendapatan
Transfer.
Sistem Pengendalian Intern dilakukan oleh Inspektorat, Sekda dan masing-
masing atasan langsung di lingkungan Kabupaten Malang. Pengendalian intern tersebut
meliputi lingkungan pengendalian, penaksiran risiko, aktivitas pengendalian, informasi
dan komunikasi serta pemantauan yang cukup memadai untuk menghasilkan suatu
laporan keuangan yang andal, kegiatan operasional yang efektif dan efisien serta
dipatuhinya ketentuan dan peraturan yang berlaku. Meskipun demikian masih terdapat
kebijakan-kebijakan Kepala Daerah yang perlu diperbaiki.
Tanpa mengurangi keberhasilan yang telah dicapai, hasil pemeriksaan
menunjukan hal sebagai berikut.
1. Pajak Reklame yang tidak dipungut sebesar Rp11.093.172,00;
2. Potensi Pajak Restoran pada tahun anggaran 2009 tidak terpungut sebesar
Rp47.118.000,00;
3. Penerimaan Pajak Hiburan Kurang diterima sebesar Rp285.934.110,00;
4. Pendapatan Retribusi Tempat Pelelangan Ikan yang belum diterima sebesar
Rp211.879.105,00 dan terlambat disetor sebesar Rp2.889.093.677,50;
5. Prosedur pelayanan perizinan Pemakaian Kekayaan Daerah pada Dinas Pengairan
tidak mempunyai Standar Pelayanan Minimal dan Pendapatan Retribusi Pemakaian

1
3

HASIL PEMERIKSAAN

BAB I. Gambaran Umum

1. Dasar Hukum Pemeriksaan


a. Perubahan Ketiga Undang – Undang Dasar Tahun 1945;
b. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan & Tanggung
Jawab Keuangan Negara;
c. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan.

2. Tujuan Pemeriksaan
Untuk mengetahui, menguji, dan menilai apakah :
a. Pendapatan Daerah yang seharusnya menjadi hak Pemerintah Kabupaten Malang telah
diterima tepat waktu, dan dalam jumlah yang menjadi haknya;
b. Pengelolaan Anggaran Pendapatan Daerah telah ditatausahakan atau dicatat secara
tertib, dan dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
c. Sistem pengendalian menajemen pengelolaan anggaran pendapatan daerah telah cukup
memadai.

3. Sasaran Pemeriksaan
Sasaran pemeriksaan atas pendapatan Kabupaten Malang meliputi TA. 2008 dan TA.
2009 (s.d. Agustus) dengan penekanan pada:
a. Pajak Daerah;
b. Retribusi Daerah;
c. Hasil/Laba Badan Usaha Milik Daerah (BUMD);
d. Lain-lain pendapatan daerah yang sah;
e. Pendapatan Transfer.

4. Standar Pemeriksaan
a. Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) yang ditetapkan dengan Peraturan
BPK-RI Nomor 01 Tahun 2007 tanggal 18 Januari 2007;
b. Panduan Manajemen Pemeriksaan Tahun 2008 yang ditetapkan dengan Keputusan
Badan Pemeriksa Keuangan Nomor : 1/K/I-XIII.2/2/2008.
5. Metode Pemeriksaan
Pemeriksaan atas pendapatan daerah akan memberikan penilaian terhadap
pelaksanaan anggaran dan sistem pengendalian intern dengan pendekatan :
a. Pendekatan Risiko
Metodologi yang diterapkan dalam melaksanakan pemeriksaan tersebut dilakukan
dengan menggunakan pendekatan risiko. Pendekatan risiko yang dilakukan dalam
pemeriksaan ini didasarkan pada pemahaman dan pengujian atas efektivitas sistem
pengendaliam intern mengenai pengelolaan Pendapatan Daerah khususnya di Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang mengelola pendapatan daerah. Hasil pemahaman
dan pengujian SPI ini akan menentukan tingkat keandalan SPI sesuai dengan asersi
manajemen dan ketentuan yang berlaku.
b. Pengujian dalam pemeriksaan
Pemeriksaan Pendapatan Daerah tersebut dilakukan dengan pemahaman atas SPI,
4

pengujian atas pengendalian terbatas pada angka-angka yang disajikan untuk dapat
mengumpulkan bukti yang dapat mendukung kesimpulan pemeriksaan. Pemeriksaan
ini melakukan pengujian substantif atas transaksi keuangan secara terbatas.
c. Uji Petik Pemeriksaan (Sampling Audit)
Pemeriksaaan ini dilakukan dengan cara melakukan pengujian secara uji petik atas
satuan kerja/instansi daerah dalam populasi yang akan diuji. Kesimpulan pemeriksaan
akan didapat berdasarkan hasil uji petik yang dijadikan dasar untuk menggambarkan
kondisi dari populasinya. Dalam pemeriksaan ini, pemeriksa menggunakan metode non
statistical sampling atau metode sampling yang berdasarkan judgement, dengan
memperhatikan tingkat risiko yang ada untuk menentukan jumlah dan satuan
kerja/instansi daerah yang akan diuji dan keterwakilan sampel yang dipilih dari populasi
baik dari segi nilai angka rupiah dan jenis transaksinya.
d. Pelaporan
Setiap permasalahan yang ditemukan dalam pemeriksaan pendapatan daerah tersebut
telah dikomunikasikan dengan entitas yang diperiksa untuk mendapat tanggapan tertulis
sebelum disajikan sebagai temuan pemeriksaan dalam Hasil Pemeriksaan. Atas temuan
yang dituangkan dalam Hasil Pemeriksaan tersebut, selanjutnya diberikan saran
perbaikan yang disajikan dalam laporan yang sama.
6. Jangka Waktu Pemeriksaan
Pemeriksaan dilakukan dari tanggal 7 sampai dengan 16 September 2009 dan tanggal
24 September sampai dengan 13 Oktober 2009.
7. Objek Pemeriksaan
a. Pemeriksaan dilakukan atas Pendapatan Daerah Kabupaten Malang Tahun Anggaran
2008 dan 2009 (sd. Agustus 2009).
b. Anggaran dan realisasi Anggaran dan realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten Malang
Tahun Anggaran 2008 dan 2009 (s.d. Agustus) adalah sebagai berikut:

Tabel
Anggaran dan Realisasi Pendapatan Tahun 2008
No. Uraian Anggaran Realisasi %
I Pendapatan Asli Daerah 94.649.110.500,00 100.327.728.826,99 106,00
I.1 Pajak Daerah 26.767.500.000,00 30.094.995.229,00 112,43
I.2 Retribusi Daerah 17.262.080.500,00 18.478.347.697,00 107,05
I.3 Pendapatan Hasil Pengelolaan 4.887.354.000,00 4.844.397.446,31 99,12
Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan
I.4 Lain-lain PAD yang Sah 45.732.176.000,00 46.909.988.454,68 102,58
II Pendapatan Transfer 1.194.991.285.000,00 1.207.046.982.345,00 101.01
II.1 Dari Pemerintah Pusat 1.138.735.456.000,00 1.148.633.398.329,00 100,87
II.1.1 Dana Perimbangan 1.124.560.858.000,00 1.134.458.800.131,00 100,88
II.1.1.1 Transfer Pemerintah Pusat - 61.383.040.000,00 72.366.387.336,00 117,89
Dana Bagi Hasil Pajak
II.1.1.1.2 Pajak Bumi dan 45.463.512.000,00 51.696.574.188,00 113,71
bangunan/PBB
II.1.1.1.3 Bea Perolehan Hak atas Tanah 7.942.140.000,00 12.292.920.200,00 154,78
dan bangunan / BPHTB
5

II.1.1.1.4 Pajak PPh Orang Pribadi (PPh 428.752.000,00 243.111.969,00 56,70


Ps.25/29)
II.1.1.1.5 Pajak PPh Orang Pribadi (PPh 7,548.636.000,00 8.133.780.979,00 107,75
Ps.21)
II.1.1.2 Transfer Pemerintah Pusat - 5.791.626.000,00 4.706.220.795,00 81,26
Dana Bagi Hasil Bukan
Pajak/Sumber Daya Alam
II.1.1.2.1 Provisi sumber daya hutan 1.923.172.000,00 951.190.950,00 49,46
(PSDH)
II.1.1.2.2 Sumber daya alam perikanan 350.109.000,00 163.213.161,00 46,62
II.1.1.2.3 Sumber Pertambangan Minyak 3.515.115.000,00 3.584.920.111,00 101,99
Bumi
II.1.1.2.4 Pertambangan Umum 3.230.000,00 6.896.573,00 213,52
II.1.1.3 Transfer Pemerintah Pusat - 967.647.192.000,00 967.647.192.000,00 100,00
Dana Alokasi Umum
II.1.1.4 Transfer Pemerintah Pusat - 89.739.000.000,00 89.739.000.000,00 100,00
Dana Alokasi Khusus
II.1.2 Dana Penyesuaian 14.174.598.000,00 14.174.598.198,00 100,00
II.2 Dari Pemerintah Propinsi 56.255.829.000,00 58.413.584.016,00 103,84
II.2.1 Transfer Pemerintah Propinsi - 56.091.166.000,00 58.293.130.196,00 103,93
Dana Bagi Hasil Pajak
II.2.1.1 Bagi Hasil Pajak kendaraan 14.830.456.000,00 15.620.928.944,00 105,33
Bermotor
II.2.1.2 Bagi Hasil Bea Balik Nama 12.924.084.000,00 12.373.993.274,00 95,74
Kendaraan Bermotor
II.2.1.3 bagi hasil pajak Bahan bakar 26.142.058.000,00 28.156.910.469,00 107,71
Kendaraan bermotor
II.2.1.4 Bagi Hasil Pajak Pengambilan 829.396.000,00 843.301.874,00 101,68
dan Pemanfaatan Air Bawah
Tanah
II.2.1.5 Bagi Hasil Pajak Pengambilan 1.365.172.000,00 1.297.995.635,00 95,08
& Pemanfaatan Air Permukaan
II.2.2 Transfer Pemerintah Propinsi - 164.663.000,00 120.453.820,00 73,15
Dana Bagi Hasil Lainnya
III Lain-Lain Pendapatan yang 48.500.000,00 118.500.000,00 244,33
Sah
III.1 Dana Bantuan Keuangan dari 48.500.000,00 118.500.000,00 244,33
Provinsi atau Pemerintah
Daerah Lainnya
TOTAL PENDAPATAN 1.289.688.895.500,00 1.307.756.530.085,99 101,40
6

Tabel
Anggaran dan Realisasi Pendapatan Tahun 2009 (s.d. Agustus)
No. Uraian Anggaran Realisasi %
I Pendapatan Asli Daerah 103.388.693.000,00 104.992.437.214,77 101,55
1.1 Pajak Daerah 27.707.500.000,00 21.822.786.718,00 78,76
1.2 Retribusi Daerah 28.973.344.000,00 15.003.641.310,00 51,78
1.3 Pendapatan Hasil Pengelolaan 5.560.849.000,00 4.920.768.488,01 88,49
Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan
1.4 Lain-lain PAD yang Sah 41.147.000.000,00 63.245.240.698,76 153,71
II Pendapatan Transfer 1.188.982.006.000,00 835.940.244.076,00 70,31
II.1 Dari Pemerintah Pusat 1.134.349.773.000,00 805.255.918.194,00 70,99
II.1.1 Dana Perimbangan 1.125.464.762.000,00 804.617.568.194,00 71,49
II.1.1.1 Transfer Pemerintah Pusat - 61.383.040.000,00 42.071.797.379,00 68,54
Dana Bagi Hasil Pajak
II.1.1.1.2 Pajak Bumi dan 45.463.512.000,00 31.960.068.531,00 70,30
bangunan/PBB
II.1.1.1.3 Bea Perolehan Hak atas Tanah 7.942.140.000,00 6.789.339.986,00 85,49
dan bangunan / BPHTB
II.1.1.1.4 Pajak PPh Orang Pribadi (PPh 428.752.000,00 274.319.970,00 63,98
Ps.25/29)
II.1.1.1.5 Pajak PPh Orang Pribadi (PPh 7.548.636.000,00 3.048.068.892,00 40,38
Ps.21)
II.1.1.2 Transfer Pemerintah Pusat - 10.982.432.000,00 15.026.851,00 136,83
Dana Bagi Hasil Bukan
Pajak/Sumber Daya Alam
II.1.1.2.1 Provisi sumber daya hutan 1.923.170.000,00 565.596.911,00 29,41
(PSDH)
II.1.1.2.2 Sumber daya alam perikanan 248.450.000,00 96.517.277,00 38,85
II.1.1.2.3 Sumber Pertambangan Minyak 3.515.115.000,00 1.206.096.705,00 34,31
Bumi
II.1.1.2.4 Pertambangan Umum 6.110.000,00 3.916.422,00 64,10
II.1.1.2.5 Bagi Hasil Dana Alokasi Cukai 5.289.587.000,00 13.154.724.500,00 248,69
Tembakau
II.1.1.3 Transfer Pemerintah Pusat - 959.115.290.000,00 719.324.019.000,00 75,00
Dana Alokasi Umum
II.1.1.4 Transfer Pemerintah Pusat - 93.984.000.000,00 28.194.900.000,00 30,00
Dana Alokasi Khusus
II.1.2 Dana Penyesuaian 8.885.011.000,00 638.350.000,00 7,18
II.2 Dari Pemerintah Propinsi 54.632.233.000,00 30.684.325.882,00 56,17
II.2.1 Transfer Pemerintah Propinsi - 54.470.442.000,00 30.670.702.244,00 56,31
Dana Bagi Hasil Pajak
II.2.1.1 Bagi Hasil Pajak kendaraan 14.795.404.000,00 9.175.251.659,00 62,01
Bermotor
II.2.1.2 Bagi Hasil Bea Balik Nama 10.419.851.000,00 6.137.662.328,00 58,90
Kendaraan Bermotor
II.2.1.3 Bagi hasil pajak Bahan bakar 27.200.486.000,00 14.060.399.843,00 51,69
Kendaraan bermotor
II.2.1.4 Bagi Hasil Pajak Pengambilan 781.469.000,00 478.878.841,00 61,28
dan Pemanfaatan Air Bawah
Tanah
II.2.1.5 Bagi Hasil Pajak Pengambilan 1.273.232.000,00 818.509.573,00 64,29
& Pemanfaatan Air Permukaan
7

No. Uraian Anggaran Realisasi %

II.2.2 Transfer Pemerintah Propinsi - 161.791.000,00 13.623.638,00 8,42


Dana Bagi Hasil Lainnya
III Lain-Lain Pendapatan yang 0,00 0,00 0,00
Sah
III.1 Dana Bantuan Keuangan dari 0,00 0,00 0,00
Provinsi atau Pemerintah
Daerah Lainnya
TOTAL PENDAPATAN 1.292.370.699.000,00 940.932.681.290,77 72,81

Pendapatan Daerah Kabupaten Malang Tahun 2008 dan 2009 terdiri dari Pendapatan Asli
Daerah dan Pendapatan Transfer dan Lain-lain Pendapatan Yang Sah. Pendapatan Asli Daerah
sebagai penopang utama pembangunan daerah pada Tahun 2008 ditetapkan sebesar
Rp94.649.110.500,00 dan telah terealisasi sebesar Rp100.327.728.826,99 atau telah mencapai 106%.
Sedangkan pada Tahun 2009 sampai dengan Agustus Pendapatan Asli Daerah telah mencapai
101,55% atau sebesar Rp104.992.437.214,77 dari anggaran sebesar Rp103.388.693.000,00. Pada
Tahun 2008 hanya terdapat satu objek pendapatan yang belum mencapai target yaitu Pendapatan
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan. Pada Tahun 2008 realisasi atas pendapatan
tersebut hanya sebesar 99,12% atau sebesar Rp4.844.397.446,31 dari anggaran sebesar
Rp4.887.354.000,00.
Pendapatan Transfer Dana Perimbangan pada Tahun 2008 telah terealisasi sebesar
Rp1.134.458.800.131,00 dari anggaran sebesar Rp1.124.560.858.000,00 atau sebesar 100,88%. Pada
Tahun 2009 sampai dengan Agustus Dana Perimbangan telah mencapai sebesar 71,49% atau sebesar
Rp804.617.568.194,00 dari anggaran sebesar Rp1.125.464.762.000,00. Pada Tahun 2008 hanya
terdapat 4 objek pendapatan Dana Perimbangan yang belum mencapai target yaitu Pajak PPh Orang
Pribadi (PPh Ps.25/29) yang mencapai 56,70%, Tranfer Pemerintah Pusat-Dana Bagi Hasil Bukan
Pajak/Sumber Daya Alam mencapai 81,26%, Provisi Sumber Daya Hutan yang mencapai 49,46%
dan Sumber Daya Alam Perikanan mencapai 46,62%.
Selain itu, Pada Tahun 2008 Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah mencapai
Rp118.500.000,00 dari anggaran sebesar Rp48.500.000,00 atau sebesar 244,33%. Namun pada
Tahun 2009 sampai dengan Agustus Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah belum terealisasi.
8

BAB II. HASIL PEMERIKSAAN ATAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN

Penilaian terhadap pengendalian intern dilakukan untuk memberikan keyakinan


bahwa tujuan pengelolaan pendapatan daerah yang diharapkan untuk menunjang peningkatan
kegiatan pembangunan daerah dapat tercapai. Dalam pengujian terhadap komponen-
komponen pengendalian intern, hanya komponen dalam sistem pengendalian berisiko tinggi
yang direview secara mendalam. Komponen sistem pengendalian intern tersebut adalah
sebagai berikut.
1. Lingkungan Pengendalian
Lingkungan Pengendalian mempengaruhi suasana suatu organisasi dan
mempengaruhi kesadaran tentang pengendalian kepada orang-orangnya. Lingkungan
Pengendalian merupakan landasan bagi komponen-komponen pengendalian lainnya dengan
menciptakan disiplin dan struktur. Pemerintah Kabupaten Malang dalam melaksanakan
pengendalian intern telah menciptakan lingkungan pengendalian yang membentuk sikap
positif dan mendukung terciptanya pengendalian intern yang efektif. Faktor-faktor
lingkungan pengendalian intern tersebut adalah sebagai berikut.
a. Integritas dan nilai-nilai etika
Untuk menekankan pentingnya integritas dan nilai-nilai etika diantara para staf
suatu organisasi, Kepala SKPD di lingkungan Pemerintah Daerah telah menciptakan
iklim dengan memberi contoh, mengkomunikasikan kepada semua staf baik secara lisan
dan tertulis bahwa semua staf memiliki tugas, fungsi dan tanggung jawab terhadap
kinerja SKPD dan Pemerintah Daerah secara keseluruhan.

b. Komitmen terhadap kompetensi


Untuk mencapai tujuan, staf telah memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang
diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan secara efektif. Komitmen terhadap kompetensi
ini meliputi pertimbangan tentang pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan.

c. Falsafah manajemen dan gaya operasi


Banyak karakteristik yang membentuk falsafah manajemen dan gaya operasinya,
dan memiliki dampak terhadap lingkungan pengendalian. Karakteristik tersebut meliputi
apa yang dilakukan atau dimiliki manajemen dalam pendekatan untuk mengambil dan
memonitor risiko kerja, penekanan pada kontak-kontak informal langsung dengan atasan
atau pada sistem kebijakan tertulis formal, indikator kinerja dan laporan penyimpangan,
kebiasaan dan tindakan terhadap pelaporan keuangan, pemilihan prinsip penilaian
alternatif dalam mengembangkan taksiran-taksiran pajak/retribusi, serta kebiasaan dalam
mengolah informasi dan fungsi masing-masing bidang. Falsafah manajemen pada SKPD
telah menunjukkan bahwa Kepala SKPD cukup memahami adanya peraturan, kendala
dan batasan-batasan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam
pelaksanaan pendataan, penetapan, pemungutan, pembukuan dan penagihan
pajak/retribusi daerah. Penerapan prosedur dan kebijakan pendapatan daerah terhadap
pelaksanaan suatu pertanggungjawaban dilaksanakan secara konsisten, meskipun terdapat
9

beberapa keputusan yang tidak dapat dilaksanakan karena adanya kendala-kendala


tertentu, wajib pajak maupun keberadaan dan karakter wajib pajak yang menyulitkan
penagihan.

d. Struktur Organisasi
Struktur organisasi sangat berpengaruh terhadap kemampuan suatu unit dalam
memenuhi tujuannya, karena struktur organisasi memberikan kerangka menyeluruh
untuk perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan, serta pemonitoran atas kegiatan.
Pengembangan struktur organisasi untuk suatu unit menyangkut perumusan kewenangan
dan tanggung jawab serta alur pelaporan. Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas
Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah Kabupaten Malang dibentuk
berdasarkan Peraturan Bupati Malang Nomor 22 Tahun 2008 tanggal 29 Februari 2008
tentang Organisasi Perangkat Daerah Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan
Asset Kabupaten Malang. Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan
Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah Kabupaten Malang telah sesuai dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah.
Dalam Peraturan Bupati tersebut telah diuraikan mengenai fungsi dan tugas masing-
masing pejabat, baik Kepala Dinas, Sekretariat, Bidang Anggaran, Bidang Kekayaan,
Bidang Verifikasi dan Pembukuan, Bidang Investasi, dan Bidang Pendapatan. Kelompok
Jabatan Fungsional dan UPTD. Pelaksanaan organisasi dan tata kerja tersebut di atas
tidak terdapat perangkapan jabatan dan fungsi yang dapat melemahkan pengendalian
intern. Susunan Organisasi Dinas Pendapatan, Pengelolaan Kekayaan dan Asset Daerah
Kabupaten Malang terdiri dari:
1) Unsur Pimpinan, yaitu Kepala Dinas;
2) Unsur Pembantu Pimpinan, yaitu Sekretariat terdiri dari tiga Sub Bagian, yaitu Sub
Bagian Umum dan Kepegawaian dan Sub Bagian Keuangan, Sub Bagian
Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan;
3) Unsur Pelaksana yaitu:
(a) Bidang Anggaran, yang terdiri dari tiga seksi yaitu Seksi Anggaran, Seksi Belanja
Pegawai dan Seksi Perbendaharaan;
(b) Bidang Kekayaan, yang terdiri dari tiga seksi yaitu Seksi Perencanaan
Kebutuhan, Seksi Penyimpanan dan Pemeliharaan, dan Seksi Inventarisasi dan
Perhitungan Penghapusan;
(c) Bidang Verifikasi dan Pembukuan, yang terdiri dari tiga seksi yaitu Seksi
Verifikasi Pendapatan, Seksi Verifikasi Pembiayaan, dan Seksi Pembukuan;
(d) Bidang Investasi, yang terdiri dari tiga seksi yaitu Seksi Badan Usaha Milik
Daerah, Seksi Penyertaan Modal, Seksi Pinjaman dan Piutang;
(e) Bidang Pendapatan, yang terdiri dari tiga seksi yaitu Seksi Pajak, Seksi Retribusi
dan Seksi Pendapatan Lain-lain.
4) Kelompok Jabatan Fungsional, yang dipimpin oleh seorang Tenaga Fungsional Senior
yang terdiri dari sejumlah tenaga dalam jenjang jabatan fungsional yang terbagi
dalam berbagai kelompok sesuai dengan bidang keahliannya.
10

5) UPTD, terdapat 7 UPTD sebagai pelaksana sebagian tugas Dinas Pendapatan,


Pengelolaan Kekayaan dan Asset Daerah di wilayah.
Dinas Pendapatan, Pengelolaan Kekayaan dan Asset hanya mengelola seluruh
Penerimaan Pajak, Retribusi Sewa Kekayaan Daerah serta Pendapatan Lain-lain,
sedangkan penerimaan retribusi lainnya diserahkan pada masing-masing SKPD
penghasil. Berdasarkan pengamatan atas struktur organisasi pada Dinas Pendapatan
Pengelolaan Kekayaan dan Asset Daerah Kabupaten Malang dapat diambil kesimpulan
bahwa struktur organisasi mendukung lingkungan pengendalian pada pelaksanaan
anggaran dan berdampak terhadap efektifitas kebijakan dan prosedur pengendalian.

e. Penetapan kewenangan dan tanggung jawab


Perumusan kewenangan dan tanggung jawab menyangkut tentang bagaimana dan
kepada siapa kewenangan dan tanggung jawab diberikan. Adanya perumusan
kewenangan dan tanggung jawab akan membuat setiap individu mengetahui bagaimana
tindakannya berkaitan dengan fihak lain dalam upaya pencapaian tujuan Dinas
Pendapatan Pengelolaan Kekayaan dan Asset Daerah dan Pemerintah Daerah, untuk hal
apa masing-masing individu harus bertanggung jawab. Penetapan kewenangan dan
tanggung jawab ini telah dituangkan dalam Peraturan Bupati Malang Nomor 22 Tahun
2008 tanggal 29 Februari 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah Dinas Pendapatan,
Peraturan Bupati Malang Nomor 22 Tahun 2008 tanggal 29 Februari 2008 tentang
Organisasi Perangkat Daerah Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset
Kabupaten Malang.
Dalam Peraturan Daerah tersebut telah diuraikan tugas pokok, fungsi dan tata kerja
pada masing-masing unit kerja.

f. Kebijakan dan praktik dibidang sumber daya manusia


Efektif tidaknya struktur pengendalian intern akan sangat bergantung kepada
kebijakan dan praktik tentang sumberdaya manusia yang dianut, yang akan diharapkan,
nilai-nilai etika, dan kompetensi. Praktik yang sehat mengenai hal ini menyangkut
kebijakan rekruitmen yang baik, serta proses skrining dalam pengangkatan karyawan,
orientasi pegawai baru terhadap kultur perusahaan dan sifat operasi Dinas Pendapatan,
Peraturan Bupati Malang Nomor 22 Tahun 2008 tanggal 29 Februari 2008 tentang
Organisasi Perangkat Daerah Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset
Kabupaten Malang, kebijakan pelatihan, tindakan-tindakan pendisiplinan atas
pelanggaran, dan promosi berdasarkan kinerja yang lalu, dan program kompensasi yang
memotivasi dan memberi penghargaan atas kinerja yang istimewa. Pengamatan yang
dilakukan pada Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Kabupaten Malang
menunjukkan bahwa sumber daya manusia yang ada telah cukup untuk melakukan tugas
dan kewajiban berdasarkan tanggungjawabnya, dan telah dilakukan peningkatan
kemampuan melalui pendidikan dan pelatihan, baik yang dilakukan oleh bagian
kepegawaian Kabupaten Malang, atau bekerjasama dengan instansi baik pusat maupun
daerah. Secara keseluruhan berdasarkan pengamatan dan pemeriksaan menunjukkan
11

bahwa lingkungan pengendalian telah didesain dengan baik dan dilaksanakan dengan
baik sesuai dengan prosedur.

2. Perhitungan Risiko
Perhitungan risiko untuk tujuan menggali Pendapatan Daerah adalah identifikasi,
analisis, dan pengelolaan risiko suatu organisasi berkenaan dengan pendataan, penetapan,
pemungutan, pembukuan dan penagihan pendapatan daerah sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku umum. Perhitungan risiko oleh Kepala Dinas Pendapatan,
Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah telah mencakup pertimbangan khusus untuk
risiko yang bisa muncul akibat perubahan-perubahan yang terjadi, seperti adanya subyek
pajak/retribusi dan obyek pajak/retribusi baru yang belum terdata, perubahan omset wajib
pajak/retribusi, perubahan kebijakan dalam penetapan (taksasi) maupun penghitungan
omset wajib pajak, perubahan undang-undang dan peraturan, revisi atas sistem, atau
digunakannya teknologi baru dalam pengolahan informasi pendataan, penetapan,
pemungutan, pembukuan dan penagihan, sehingga pengolahan informasi dan fungsi
pelaporan informasi dan fungsi pelaporan berjalan dengan lancar.

Berdasarkan pengamatan terdapat beberapa pokok masalah yang perlu mendapat


perhatian.
a. Penetapan atas Pajak pada Bidang Pendapatan
Berdasarkan pengamatan pada aktivitas bidang pendapatan, diketahui masih terdapat
penetapan atas pajak hiburan, pajak hotel dan pajak reklame yang belum sesuai dengan
potensi yang ada. Penetapan Pajak masih didasarkan pada kemampuan keuangan dan
keinginan wajib pajak, bukan berdasarkan pembayaran atau yang seharusnya dibayar oleh
subyek pajak. Sehingga pajak yang dibayarkan tidak menggambarkan penerimaan pajak
yang sesungguhnya. Selama ini Dinas Pendapatan, Pengelolaan Kekayaan dan Aset tidak
pernah melakukan pemeriksaan terhadap pembukuan wajib pajak karena belum adanya
tenaga penyidik yang memadai.

b. Keputusan Bupati dan Keputusan Direktur RSUD Kanjuruhan


Perhitungan risiko atas dikeluarkannya Keputusan Bupati kurang memadai. Terdapat
Keputusan Bupati yang bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi. Keputusan Bupati
Nomor 1 Tahun 2004 yang memberikan potongan sebesar 44% atas retribusi pelayanan
pasar bertentangan dengan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2003, sehingga retribusi
pelayanan pasar kurang diterima. Keputusan Bupati Nomor 50 Tahun 2003 yang mengatur
penyetoran retribusi oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pasar bertentangan dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005, sehingga penerimaan retribusi dari Dinas
Perindustrian, Perdagangan dan Pasar terlambat diterima. Peraturan Daerah Nomor 5
Tahun 2006 yang memberikan peluang penggunaan langsung atas retribusi pemakaian
kekayaan daerah sebesar 15% bertentangan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005
sehingga pengendalian terhadap belanja kurang memadai. Surat Keputusan Direktur RSUD
12

Kanjuruan Nomor 445/523A/421.402/2006 yang memasukkan komponen imbalan


embalage dalam harga obat tidak didukung dengan Peraturan yang lebih tinggi, sehingga
hal ini mengakibatkan harga obat yang dikenakan pada masyarakat lebih tinggi.

c. Penyetoran Pungutan Retribusi


Berdasarkan hasil pengujian diketahui pula bahwa SKPD penghasil retribusi tidak
menyetorkan hasil pungutan langsung ke Kas Umum Daerah sehingga dapat menimbulkan
penyalahgunaan kas dan tertundanya penerimaan retribusi seperti yang terjadi pada UPTD
Stadion Kanjuruan, Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika, Dinas Pariwisata,
UPTD Wendit, Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas ESDM, Dinas Kesehatan.

d. Penggunaan Asset tanpa ijin Bupati atau pihak yang ditunjuk


Penggunaan Asset daerah terutama penggunaan kios pada UPTD Wendit dan UPTD
Stadion Kanjuruan belum mendapatkan ijin Bupati atau pejabat yang ditunjuk. Para
pedagang telah memanfaatkan kios tanpa ada SK Bupati ataupun perjanjian sewa antara
Dinas Terkait dengan para pedagang. Hal tersebut dapat menyebabkan para pedagang
mengelak dari kewajibannya untuk membayar retribusi sehingga retribusi daerah tidak
dapat dipungut.
Demikian juga para pihak ke tiga yang bekerjasama dengan UPTD Wendit. Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata belum membuat perjanjian kerjasama dengan pihak ketiga
tersebut tentang hak kewajiban masing-masing. Kerjasama dilakukan secara lisan tanpa
didukung bukti tertulis, sehingga pihak ke tiga dapat mengelak dari kewajibannya.
Pengamatan terhadap penggunaan sumber yang dimiliki Kabupaten Malang oleh
PDAM Kabupaten Malang juga belum didasarkan pada perjanjian kerjasama, sehingga
Kabupaten Malang kehilangan potensi pendapatan.

3. Informasi dan Komunikasi


Sistem informasi yang berhubungan dengan pendapatan daerah, yang mencakup
sistem pendataan, penetapan, pemungutan, pembukuan dan penagihan, terdiri dari metoda,
catatan-catatan yang digunakan untuk mengidentifikasi, menganalisis, menetapkan,
mencatat, dan melaporkan transaksi termasuk pula kejadian-kejadian dan kondisi, dan
menyelenggarakan pertanggungjawaban atas pendapatan daerah yang bersangkutan.
Komunikasi menyangkut pemberian pemahaman yang jelas tentang peran dan
tanggung jawab masing-masing individu berkenaan dengan struktur pengendalian intern
atas pelaporan keuangan. Pengamatan yang dilakukan menunjukkan bahwa sistem
informasi dan komunikasi pada umumnya telah dibangun dengan baik dan terpadu,
sehingga Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah dapat menyajikan
laporan kinerja dan laporan penerimaan daerah yang cukup andal dan tepat waktu. Namun
SKPD yang menangani penerimaan retribusi masih belum mampu menyajikan Laporan
yang memadai. Dari hasil pemeriksaan diketahui beberapa hal sebagai berikut.
a. UPTD Stadion Kanjuruan (Dinas Pemuda dan Olah Raga)
13

UPTD Stadion Kanjuruan yang berada di bawah Dinas Pemuda dan Olah Raga
belum mampu membuat laporan penerimaan retribusi perjenis, laporan persedian karcis
perjenis, kartu pembayaran penyewa kios.

b. Dinas Kesehatan
Dinas Kesehatan tidak mencatat penerimaan retribusi pelayanan kesehatan dari
PT. Askes pada Laporan Realisasi Anggaran Kabupaten Malang. Retribusi tersebut
merupakan klaim kapitasi untuk PNS yang telah terdaftar di Puskesmas Kabupaten
Malang dan klaim biaya rawat inap di Puskesmas Kabupaten Malang.

c. UPTD Wendit (Dinas Pariwisata)


Permintaan karcis oleh UPTD Wendit ke Bendahara Benda Berharga tidak dibuat
dalam berita acara permintaan karcis dan tidak disertai laporan penjualan dan
persediaan karcis digudang UPTD. Dinas Pariwisata tidak mempunyai kartu
pengendali terhadap penjualan karcis sesungguhnya. Dengan demikian realisasi
penerimaan disangsikan kewajarannya.

d. UPTD Talanggagung (Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika)


UPTD Talanggagung selama Tahun 2008 s.d Juni 2009 belum membuat laporan
penerimaan retribusi per jenis sehingga selama ini setoran yang disampaikan pada
Dinas hanya berupa penerimaan secara global. Selain itu kartu persediaan tanda uji
kendaraan dan laporan persediaan tanda uji kendaraan belum dibuat sehingga
penerimaan retribusi pengujian kendaraan bermotor disangsikan kewajarannya.

e. Dinas Energi Sumber Daya Manusia (ESDM)


Dinas ESDM kurang aktif untuk memperoleh informasi mengenai penjualan air
oleh PDAM Kota Malang yang menggunakan sumber air yang dimiliki Kabupaten
Malang, sehingga jumlah kontribusi retribusi pemanfaatan air yang senyatanya tidak
diketahui.

4. Aktivitas Pengendalian
Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu meyakinkan
bahwa perintah manajemen telah dijalankan. Kebijakan dan prosedur tersebut membantu
meyakinkan bahwa tindakan yang diperlukan telah dijalankan untuk mencapai tujuan
Pemerintah Daerah. Aktivitas pengendalian memiliki berbagai tujuan dan diterapkan pada
berbagai jenjang organisasi dan fungsi. Aktivitas pengendalian atas pelaksanaan tugas telah
dilakukan untuk situasi berikut.
a. Tanggung jawab untuk melaksanakan suatu pendataan, penetapan, pemungutan,
pembukuan dan penagihan, serta penyimpanan hasil dari transaksi tersebut telah
diberikan kepada orang yang berbeda atau bagian yang berbeda;
b. Berbagai tahapan yang berkaitan dengan pelaksanaan suatu transaksi telah dilakukan
oleh orang atau bagian yang berbeda;
14

c. Telah diadakan pembagian tugas yang memadai pada masing-masing bidang di Dinas
Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah dan dinas penghasil.
Pemeriksaan terhadap aktivitas pengendalian berupa kebijakan dan prosedur terhadap
perizinan pemakaian kekayaan daerah kurang memadai, Dinas Pengairan belum memiliki
Sistem Pengendalian Mutu yang berkaitan dengan perizinan yang dikelolanya, sehingga
selama tahun 2008 dan 2009 banyak permohonan izin yang belum dapat dikeluarkan oleh
Dinas Pengairan. Diketahui pula terdapat kebijakan penggunaan langsung atas pungutan
retribusi pada Dinas Pengairan yang menyebabkan pengendalian terhadap penggunaan
langsung kurang memadai.
Pengendalian terhadap benda berharga kurang memadai. Satuan Kerja Perangkat
Daerah yang menggunakan karcis sebagai media pemungutan retribusi belum memiliki
prosedur terhadap pengendalian karcis. UPTD Stadion Kanjuruan, UPTD Wendit, Dinas
Kesehatan, dan RSUD Kanjuruan menggunakan karcis sebagai media pemungutan belum
memiliki kebijakan tentang pengendalian benda berharga. Selama ini UPTD, puskesmas
ataupun RSUD tidak pernah melaporkan persediaan karcis dan penjualan karcis serta
bonggol karcis pada Dinas yang menaungi UPTD tersebut. Berdasarkan hasil pengamatan,
permintaan perforasi karcis pada Bidang Pendapatan DPPKA juga disertai dengan laporan
persediaan dan penjualan karcis, sehingga Bidang Pendapatan tidak mengetahui penjualan
karcis yang senyatanya.

5. Pemantauan
Pemantauan adalah suatu proses penilaian kualitas kinerja struktur pengendalian
intern sepanjang masa. Hal ini menyangkut penilaian tentang rancangan dan pelaksanaan
operasi pengendalian oleh orang yang tepat untuk setiap periode waktu tertentu, untuk
menentukan bahwa SPI telah berjalan sesuai dengan yang dikehendaki dan bahwa
modifikasi yang diperlukan karena adanya perubahan kondisi telah dilakukan. Dinas
Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah telah membuat alat monitor berupa
data base potensi penerimaan pajak/retribusi tahunan yang bisa digunakan untuk
memonitor realisasi penerimaan dan penetapan target penerimaan untuk tahun berikutnya.
Terhadap beberapa kelemahan sistem pengendalian intern di atas perlu diadakan langkah-
langkah perbaikan sesuai yang diperlukan.
15

BAB III. Hasil Pemeriksaan Tindak Lanjut

BPK RI Perwakilan Propinsi Jawa Timur telah melakukan pemeriksaan atas Laporan
Keuangan Daerah (LKD) Kabupaten Malang Tahun 2006, Laporan Keuangan Daerah (LKD)
Kabupaten Malang Tahun 2007 dan Laporan Keuangan Daerah (LKD) Kabupaten Malang
Tahun 2008, diketahui terdapat temuan-temuan pemeriksaan yang belum ditindaklanjuti.
Pemeriksaan lebih lanjut atas hasil pembahasan tindak lanjut temuan BPK RI, diketahui hal
sebagai berikut.
Tabel
Jumlah temuan dan Rekomendasi
Jumlah
Temuan
No. Uraian Pemeriksaan Rekomendasi Tanggapan
Pemeriksaan
TS TB BT
1. Pendapatan Asli Daerah Tahun 2005 14 18 16 2 0
2. Laporan Keuangan Daerah tahun 2006 13 14 11 3 0
3. Laporan Keuangan Daerah tahun 2007 23 37 33 3 1
4. Operasional PDAM Tahun 2007 & 2008 22 35 32 3 0
5. Laporan Keuangan Daerah tahun 2008 22 35 32 3 0
Jumlah 94 139 124 14 1
Keterangan : TS = Telah ditindaklanjuti sesuai rekomendasi;
TB = Telah ditindaklanjuti tapi belum seluruhnya sesuai saran;
BT= Belum ditindaklanjuti
Pelaksanaan tindak lanjut atas rekomendasi BPK RI, dapat di uraikan sebagai berikut.
a. Pemeriksaan atas Pendapatan Asli Daerah Tahun 2005
Hasil Pemeriksaan atas Pendapatan Asli Daerah Tahun 2005, sebanyak 14 temuan
pemeriksaan dengan 18 rekomendasi. Dari 18 rekomendasi tersebut, sebanyak 16
rekomendasi telah ditindaklanjuti sesuai rekomendasi, dan sebanyak 2 rekomendasi telah
ditindaklanjuti, namun belum sesuai dengan rerkomendasi.
b. Laporan Keuangan Daerah tahun 2006
Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Daerah Tahun 2006, sebanyak 13 temuan
pemeriksaan dengan 14 rekomendasi. Dari 14 rekomendasi tersebut, sebanyak 11
rekomendasi telah ditindaklanjuti sesuai rekomendasi, dan sebanyak 3 rekomendasi
sebesar Rp73.500.000,00 telah ditindaklanjuti, namun belum sesuai dengan
rerkomendasi.
c. Laporan Keuangan Daerah tahun 2007
Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Daerah Tahun 2007, sebanyak 23 temuan
pemeriksaan dengan 37 rekomendasi. Dari 37 rekomendasi tersebut, sebanyak 33
rekomendasi telah ditindaklanjuti sesuai rekomendasi, sebanyak 3 rekomendasi sebesar
Rp66.436.555,00 telah ditindaklanjuti, namun belum sesuai dengan rerkomendasi, dan
satu temuan yang belum ditindaklanjuti.
d. Pemeriksaan Operasional PDAM Tahun 2007 dan 2008
16

Hasil Pemeriksaan Operasional PDAM Tahun 2007 dan 2008, sebanyak 22 temuan
pemeriksaan dengan 35 rekomendasi. Dari 35 rekomendasi tersebut, sebanyak 32
rekomendasi telah ditindaklanjuti sesuai rekomendasi, dan sebanyak 3 rekomendasi telah
ditindaklanjuti, namun belum sesuai dengan rekomendasi.
e. Laporan Keuangan Daerah tahun 2008
Hasil Pemeriksaan Laporan Keuangan Daerah tahun 2008, sebanyak 22 temuan
pemeriksaan dengan 35 rekomendasi. Dari 35 rekomendasi tersebut, sebanyak 32
rekomendasi telah ditindaklanjuti sesuai rekomendasi, dan sebanyak 3 rekomendasi telah
ditindaklanjuti, namun belum sesuai dengan rekomendasi.
17

BAB IV. Temuan Pemeriksaan

1. Pajak Reklame Yang Tidak Dipungut Sebesar Rp11.093.172,00


Pajak Reklame merupakan salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten
Malang. Berdasarkan Laporan Realisasi Pendapatan pada tahun 2008 pendapatan pajak
reklame dianggarkan sebesar Rp1.500.000.000,00 dan terealisasi sebesar
Rp1.711.460.733,00 atau sebesar 114%. Tahun anggaran 2009 pajak reklame
dianggarkan sebesar Rp1.525.000.000,00 dan terealisasi sebesar Rp1.322.072.957,00
sampai dengan bulan Agustus 2009 atau 86,69%. Hasil pemeriksaan secara uji petik di
lapangan pada tanggal 1 dan 2 Oktober tahun 2009 pada dua Unit Pelaksana Teknis
(UPT) Singosari dan Kepanjen, diketahui bahwa masih terdapat reklame yang pajaknya
belum terpungut. Reklame tersebut sebanyak 57 buah yang terdiri dari 44 reklame
permanen dan 13 reklame insidentil, dengan perkiraan nilai pajak sebesar
Rp11.093.172,00 (data termuat dalam Lampiran 1).

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan :


a. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah pasal 53 ayat 1
yang menyatakan bahwa objek pajak reklame adalah semua penyelenggaraan
reklame;
b. Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2002 tanggal 27 Nopember 2002 Tentang Pajak
Reklame pasal 2 yang menyebutkan dengan nama Pajak Reklame, dipungut pajak
atas setiap penyelenggaraan tempat reklame;
c. Keputusan Bupati Malang Nomor 24 Tahun 2003 tanggal 18 Pebruari 2003 tentang
Petunjuk pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 11 Tahun 2002
Tentang pajak Reklame pasal 1 ayat 1 yang mewajibkan kepada setiap Orang Pribadi
atau Badan yang menyelenggarakan Reklame di Wilayah kabupaten Malang
dikenakan Pajak.

Hal diatas mengakibatkan Pendapatan Asli Daerah dari Pajak Reklame kurang
diterima sebasar Rp11.093.172,00.

Permasalahan tersebut disebabkan :


a. Pemilik Reklame sengaja tidak melakukan pembayaran pajak;
b. Lemahnya pendataan terhadap objek pajak yang dilakukan oleh UPTP dan Bidang
Pendapatan pada Dinas Pendapatan, Pengelolaan Kekayaan dan Aset Daerah.

Menanggapi permasalahan tersebut, Kepala DPPKA telah melakukan rekonsiliasi


data pembayaran pajak dan akan ditindaklanjuti dengan pengisian SPTPD oleh Wajib
Pajak yang bersangkutan sebagai dasar penetapan pajaknya, kecuali teks ’Suzuki Carry
Pick Up’ dan ’Kratingdaeng’ yang belum ditemukan Wajib Pajaknya.

BPK RI menyarankan kepada Bupati Malang agar memerintahkan Kepala Dinas


Pendapatan, Pengelolaan Kekayaan dan Asset (DPPKA) untuk :
a. Memperingatkan Kepala UPTP Singosari dan Kepanjen lebih intensif dalam
melakukan pendataan objek pajak di wilayahnya;
18

b. Memerintahkan Kepala Bidang Pendapatan untuk menerbitkan Surat Ketetapan Pajak


Daerah (SKPD) sebesar Rp11.093.172,00 kepada Wajib Pajak yang belum membayar
pajak.
19

2. Potensi Pajak Restoran Pada Tahun Anggaran 2009 Tidak Terpungut Sebesar
Rp47.118.000,00.

Pada tahun 2009 Pemerintah kabupaten Malang telah menganggarkan penerimaan


dari pajak daerah diantaranya adalah pajak restoran yang dianggarkan sebesar
Rp550.000.000,00 dengan realisasi 394.984.279,00 (s.d. Agustus).
Berdasarkan keterangan dari Kepala Bidang pendapatan dan secara uji petik
terhadap Wajib Pajak Restoran, diketahui bahwa penetapan pajak sebagian besar masih
dilakukan tidak berdasarkan omzet/ penjualan tetapi ditetapkan secara Penetapan Kepala
Daerah (Official Assesment) dengan jumlah tertentu setiap bulannya oleh Bidang
Pendapatan pada Dinas Pendapatan, Pengelolaan Kekayaan dan Aset Daerah (DPPKA).
Jumlah ketetapan pajak yang harus dibayar ditetapkan berdasarkan kemampuan Wajib
Pajak.
Hasil pemeriksaan lebih lanjut secara uji petik terhadap bukti-bukti penerimaan dari
Wajib Pajak Restoran menunjukkan hal-hal sebagai berikut :
a. Restoran Lesehan Pak Sholeh, dengan alamat Kelurahan Girimoyo, Kecamatan
Karangploso, Malang.
Berdasarkan Data Display Potensi Kabupaten Malang tahun 2008 diketahui bahwa
potensi pendapatan pajak dari restoran ini adalah Rp5.280.000,00, dengan ketetapan
pajak perbulan Rp440.000,00. Hasil pemeriksaan atas dokumen, diketahui bahwa
dasar pengenaan pajak restoran ini adalah ketetapan yaitu sebesar Rp350.000,00 per
bulan selama tahun 2008 s.d. Januari 2009, dan sejak bulan Pebruari 2009 tidak
diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) karena Wajib pajak tidak mau
mengisi Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) dan memberikan laporan
penjualan sehingga Kepala Bidang Pendapatan DPPKA tidak dapat menerbitkan
SKPD. Berdasarkan konfirmasi dengan Wajib Pajak (WP) diketahui bahwa WP
menghendaki pajaknya ditetapkan dengan cara Penetapan Kepala Daerah dan
bersedia membayar pajak sebesar Rp350.000,00 perbulan dan tidak bersedia
memungut pajak pada Subyek Pajak. Hasil pemantauan di lapangan dan konfirmasi
penjualan rata-rata per hari adalah Rp1.250.000,00, atau per bulan rata-rata
Rp37.500.000,00 (30 hari x Rp1.250.000,00). Dengan demikian WP mempunyai
potensi per bulan minimal Rp3.750.000,00 (10% x Rp37.500.000,00).
b. Restoran Lesehan Joglo, dengan alamat Kelurahan Sumbersekar, Kecamatan Dau,
Malang.
Berdasarkan Data Display Potensi Kabupaten Malang tahun 2008 diketahui bahwa
potensi pendapatan pajak dari restoran ini adalah Rp7.920.000,00, dengan ketetapan
pajak perbulan Rp660.000,00. Hasil pemeriksaan atas dokumen, diketahui bahwa
dasar pengenaan pajak restoran ini adalah ketetapan yaitu sebesar Rp500.000,00 per
bulan selama tahun 2008 s.d. Januari 2009 dan sejak bulan Pebruari 2009 tidak
diterbitkan SKPD karena Wajib pajak tidak mau mengisi SPTPD dan memberikan
laporan penjualan sehingga Kepala Bidang Pendapatan tidak dapat menerbitkan
SKPD. Berdasarkan konfirmasi dengan Wajib Pajak (WP) diketahui bahwa WP
menghendaki pajaknya ditetapkan dengan cara Penetapan Kepala Daerah. Hasil
pemeriksaan di lapangan dan konfirmasi penjualan rata-rata hari adalah
Rp250.000,00, atau per bulan rata-rata sebesar Rp7.500.000,00 (30 hari x
Rp250.000,00). Dengan demikian WP mempunyai potensi pajak per bulan minimal
Rp750.000,00 (10%x7.500.000,00).
20

c. Restoran Dapur 33, dengan alamat Kelurahan Randuagung, Kecamatan Singosari,


Malang.
Berdasarkan Data Display Potensi Kabupaten Malang tahun 2008 diketahui bahwa
potensi pendapatan pajak dari restoran ini adalah Rp3.564.000,00, dengan ketetapan
pajak perbulan Rp297.000,00. Hasil pemeriksaan atas dokumen, diketahui bahwa
dasar pengenaan pajak restoran ini adalah ketetapan yaitu sebesar Rp200.000,00 per
bulan. Hasil pemeriksaan di lapangan dan konfirmasi penjualan rata-rata hari adalah
Rp207.000,00, atau per bulan rata-rata sebesar Rp6.210.000,00 (30 hari x
Rp207.000,00). Dengan demikian WP mempunyai potensi pajak per bulan minimal
Rp621.000,00 (10% x Rp6.210.000,00).
d. Restoran Depot Nikmat, dengan alamat Kelurahan Banjararum, Kecamatan
Singosari, Malang.
Berdasarkan Data Display Potensi Kabupaten Malang tahun 2008 diketahui bahwa
potensi pendapatan pajak dari restoran ini adalah Rp2.310.000,00, dengan ketetapan
pajak perbulan Rp231.000,00. Hasil pemeriksaan atas dokumen, diketahui bahwa
dasar pengenaan pajak restoran ini adalah ketetapan yaitu sebesar Rp150.000,00 per
bulan. Hasil pemeriksaan di lapangan dan konfirmasi penjualan rata-rata hari adalah
Rp490.000,00, atau per bulan rata-rata sebesar Rp12.250.000,00 (25 hari x
Rp490.000,00). Dengan demikian WP mempunyai potensi pajak per bulan minimal
Rp1.225.000,00 (10% x Rp12.250.000,00).

Dari hasil pemeriksaan uji petik atas empat restoran diatas dapat kita ketahui bahwa
pajak pada tahun anggaran 2009 (s.d. Agustus) yang tidak terpungut sebesar
Rp47.118.000,00 dengan perhitungan sebagai berikut.
Tabel 1
Pajak Daerah Yang Tidak Terpungut
Tahun 2009
Pajak terpungut (per bulan) Pajak Pertahun s.d Agustus
No Nama Restoran Pemeriksaan Pemeriksaan Tidak
Data Potensi SKP Data Potensi SKP
Lapangan Lapangan Terpungut
1 2 3 4 5 6 7 8 9
(3 x 12) (5 x 8) (7 - 8)
1. Lesehan Pak Sholeh 440.000,00 350.000,00 3.750.000,00 5.280.000,00 350.000,00 30.000.000,00 29.650.000,00
2. Lesehan Joglo 660.000,00 500.000,00 750.000,00 7.920.000,00 500.000,00 6.000.000,00 5.500.000,00
3. Dapur 33 297.000,00 200.000,00 621.000,00 3.564.000,00 1.600.000,00 4.968.000,00 3.368.000,00
4. Depot Nikmat 231.000,00 150.000,00 1.225.000,00 2.772.000,00 1.200.000,00 9.800.000,00 8.600.000,00
Jumlah 1.628.000,00 1.200.000,00 6.346.000,00 19.536.000,00 3.650.000,00 50.768.000,00 47.118.000,00

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan :


a. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah pasal 45 yang
menyatakan bahwa dasar pengenaan pajak restoran adalah jumlah pembayaran yang
dilakukan kepada restoran;
b. Peraturan Daerah Kabupaten malang Nomor 10 Tahun 2002 tentang Pajak Hotel dan
Restoran, pada :
1) pasal 5 yang menyatakan bahwa Dasar pengenaan pajak adalah jumlah
pembayaran yang seharusnya dibayar kepada hotel dan restoran atau rumah
makan;
21

2) pasal 6 yang menyatakan bahwa tarip pajak ditetapkan sebesar 10% (sepuluh
persen) dari dasar pengenaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 Peraturan ini.

Hal tersebut mengakibatkan potensi pajak restoran pada tahun anggaran 2009 tidak
terpungut minimal sebesar Rp47.118.000,00.

Permasalahan tersebut disebabkan oleh :


a. Kepala DPPKA yang membuat kebijakan menetapkan jumlah pajak tidak
berdasarkan omzet penjualan yang senyatanya tetapi berdasarkan kesepakatan dengan
WP;
b. Bidang Pendapatan pada Dinas Pendapatan, Pengelolaan Kekayaan dan Aset Daerah
(DPPKA) tidak melaksanakan tugas secara intensif dan aktif kepada objek pajak;
c. Masih rendahnya kesadaran Wajib Pajak untuk melaksanakan kewajiban membayar
pajak daerah sesuai ketentuan.

Kepala DPPKA menjelaskan bahwa potensi pajak restoran diperhitungkan


berdasarkan asumsi tingkat kunjungan dan harga rata-rata sebagai pedoman (acuan)
dalam mengoptimalkan penerimaan Pajak Daerah secara bertahap, sedangkan SKPD
yang diterbitkan mengacu pada taksasi bulanan sesuai dengan kemampuan membayar
Wajib Pajak. Hal tersebut dikarenakan rendahnya kesadaran dan kepatuhan Wajib Pajak.

BPK RI menyarankan kepada Bupati Malang agar memerintahkan Kepala Dinas


DPPKA untuk :
a. Memperingatkan Kepala DPPKA supaya lebih optimal dalam melakukan
pemeriksaan atas omzet penjualan restoran sebagai dasar penetapan pajak;
b. Memperingatkan Kepala DPPKA untuk memberikan peringatan dan sangsi tegas
sesuai peraturan kepala Wajib Pajak restoran yang lalai melaporkan pendapatan dan
membayar pajak restoran yang sebenarnya kepala DPPKA Kabupaten Malang;
c. Memperingatkan Kepala Bidang Pendapatan agar mempedomani ketentuan dalam
menerbitkan SKPD sesuai dengan pendapatan restoran yang senyatanya dan
melakukan sosialisasi serta penyuluhan pajak kepada wajib pajak restoran;
22

3. Penerimaan Pajak Hiburan Kurang Diterima Sebesar Rp285.934.110,00

PD. Jasa Yasa merupakan Perusahaan Daerah yang seluruh sahamnya dimiliki oleh
Pemerintah Kabupaten Malang. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Malang
Nomor 8 Tahun 2006 tentang Perubahan Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 12
Tahun 1993 tentang Perusahaan Daerah Jasa Yasa Kabupaten Malang menyebutkan
bahwa PD. Jasa Yasa memiliki 8 unit usaha diantaranya adalah Unit Pesanggrahan Pantai
Ngliyep di Donomulyo dan Unit Pantai Wisata Balekambang di Bantur. Atas pengelolaan
unit usaha tersebut, PD. Jasa Yasa dikenakan Pajak Hiburan sebesar 30%.
Berdasarkan hasil pemeriksaan, tanggal 30 Januari 2008 PD. Jasa Yasa mengajukan
permohonan keringanan Pajak Hiburan pada Bupati Malang. Pada tanggal 25 Maret 2009,
permohonan tersebut dikabulkan dengan mendapat keringanan Pajak Hiburan sehingga
Pajak Hiburan yang dikenakan pada PD. Jasa Yasa adalah sebesar 10%. Pada Tahun
2009, PD. Jasa Yasa kembali mengajukan keringanan pajak namun permohonan tersebut
tidak dikabulkan.
Berdasarkan hasil konfirmasi dengan PD. Jasa Yasa, diketahui bahwa selama
Tahun 2008 pendapatan dari karcis masuk Pantai Balekambang adalah sebesar
Rp1.097.270.000,00 dan Tahun 2009 (s.d. Agustus) adalah sebesar Rp757.895.000,00.
Sedangkan karcis yang terjual adalah sebanyak 219.454 lembar pada Tahun 2008 dan
151.579 lembar pada Tahun 2009 (s.d. Agustus). Selain itu, pendapatan dari karcis masuk
Pantai Ngliyep adalah sebesar Rp215.195.000,00 pada Tahun 2008 dan Rp9.750.000,00
pada Tahun 2009 (s.d. Agustus 2009). Sedangkan karcis yang terjual adalah sebanyak
43.039 lembar pada Tahun 2008 dan 1.950 lembar pada Tahun 2009 (s.d. Agustus).
Dengan demikian pajak yang seharusnya dibayarkan pada Tahun 2008 adalah sebesar
Rp128.621.570,00 (((219.454+43.039)x4.900)x10%) dan Tahun 2009 (s.d Agustus)
adalah sebesar Rp225.687.630,00 (((151.579+1.950)x4.900)x30%). Namun pada Tahun
2008 PD. Jasa Yasa hanya membayar sebesar Rp78.400.000,00
(Rp58.800.000,00+Rp19.600.000,00) atas Pajak Hiburan Pantai Balekambang dan Pantai
Ngliyep.
Berdasarkan buku persediaan perforasi karcis yang dimiliki oleh Dinas Pendapatan,
Pengelolaan Kekayaan dan Asset (DPPKA) Kabupaten Malang diperoleh informasi
bahwa selama Tahun 2008, PD Jasa Yasa melakukan Perforasi sebanyak 200.000 lembar
karcis masuk Balekambang (seri AB s.d Seri AU) dan sebanyak 30.000 lembar karcis
masuk Pantai Ngliyep (seri H s.d seri J). Sedangkan pada Tahun 2009, PD Jasa Yasa
melakukan Perforasi sebanyak 230.000 lembar karcis masuk Balekambang (seri AX s.d
AZ dan seri A s.d S) dan sebanyak 50.000 lembar karcis masuk Pantai Ngliyep (seri K s.d
seri M). Permintaan perforasi tersebut tanpa diikuti dengan penyerahan data persediaan
akhir karcis dan data penjualan serta pembayaran pajak hiburan atas karcis yang telah
terperforasi pada periode sebelumnya.
Hasil pengecekan dilapangan pada tanggal 28 September 2009 yang dilakukan oleh
Unit Pelaksana Dinas (UPTD) diketahui bahwa seri terakhir yang terjual di Pantai
Balekambang adalah seri M dengan penjualan sebanyak 3.949 lembar. Sedangkan hasil
pengecekan di Pantai Ngliyep pada tanggal yang sama diketahui bahwa seri terakhir yang
terjual adalah seri N dengan penjualan sebanyak 564 lembar. Namun hasil pemantauan
dilapangan tersebut tidak dijadikan sebagai bahan yang dipertimbangkan dalam
pemeriksaan berkas SPTPD yang diisi oleh PD. Jasa Yasa.
23

Berdasarkan konfirmasi dengan PD. Jasa Yasa, diketahui bahwa pembayaran


terakhir Pajak Hiburan Pantai Balekambang adalah untuk pembayaran seri AU
sedangkan Pajak Hiburan Pantai Ngliyep adalah untuk pembayaran seri J. Pajak Hiburan
yang belum terbayarkan untuk Pantai Balekambang adalah seri AX s.d AZ sebanyak
40.000, seri A s.d L sebanyak 120.000 lembar dan seri M sebanyak 3.949 lembar. Pajak
Hiburan yang belum terbayarkan untuk Pantai Ngliyep adalah seri K s.d M sebanyak
30.000, dan seri N sebanyak 564 lembar. Dengan demikian total Pajak Hiburan untuk
Pantai Balekambang dan Ngliyep yang belum terbayarkan adalah sebesar 285.934.110,00
(((40.000+120.000+3.949+30.000+564)x4900)x30%).
Hasil wawancara dengan Kepala Bidang Pendapatan diperoleh informasi bahwa
selama ini SKPD yang ditetapkan didasarkan pada SPTPD yang diisi oleh wajib pajak.
Dengan demikian SPTPD yang diisi oleh wajib pajak tidak benar, dan SPTPD tersebut
juga tidak di cross check dengan hasil pemantauan yang telah dilakukan oleh UPTD.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan,


a. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 pasal 48 ayat 1 yang menyatakan bahwa
objek pajak hiburan adalah penyelenggaraan hiburan dengan dipungut bayaran;
b. Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2002 tanggal 27 November 2002 tentang Pajak
Hiburan, yaitu :
1) Pasal 5 yang menyatakan bahwa dasar pengenaan pajak hiburan adalah jumlah
pembayaran atau yang seharusnya dibayar untuk menonton dan/atau menkmati
hiburan;
2) Pasal 8 ayat 2 yang menyatakan bahwa SPTPD harus diisi oleh Wajib Pajak
dengan jelas dan benar dan lengkap serta ditandatangani oleh wajib pajak atau
kuasanya.

Hal tersebut mengakibatkan Penerimaan Pajak Hiburan kurang diterima sebesar


Rp285.934.110,00.

Permasalahan tersebut disebabkan :


a. Kelalaian Seksi Pajak yang tidak menggunakan hasil pemantauan lapangan yang
dilakukan oleh UPTD dalam memeriksa kelengkapan dan kebenaran SPTPD yang
diisi oleh Wajib Pajak;
b. Wajib Pajak tidak mengisi SPTPD dengan benar;
c. Sistem Pengendalian Perforasi yang tidak efektif .

Menanggapi permasalahan tersebut, Kepala DPPKA menjelaskan sebagai berikut :


a. SPTPD yang diisi oleh WP berdasarkan kemampuan keuangan Perusahaan Daerah,
sehingga pembayaran pajak dilakukan secara bertahap yang berdampak pada
kurangnya pembayaran sampai dengan tanggal 27 September 2009 sebesar
Rp285.934.110,00;
b. Sistem pengendalian terhadap permintaan perporasi belum dapat dilakukan
sebagaimana mestinya karena kondisi keuangan Perusahaan Daerah, namun dalam
penggunaannya disetiap obyek dilakukan pemantauan dan pengawasan untuk
menghindari adanya penggunaan tiket ilegal (non perporasi).
24

BPK RI menyarankan kepada Bupati Malang agar memerintahkan Kepala Dinas


DPPKA untuk :
a. Membuat sistem pengendalian yang memadai dalam permintaan perforasi karcis;
b. Memperingatkan Kepala Seksi Pajak agar lebih teliti dalam melakukan pemeriksaan
atas kebenaran SPTPD yang telah diisi oleh Wajib Pajak;
c. Menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPDKB) sebesar
Rp285.934.110,00 untuk PD. Jasa Yasa.
25

4. Pendapatan Retribusi Tempat Pelelangan Ikan yang Belum Diterima Sebesar


Rp211.879.105,00 dan Terlambat Disetor Sebesar Rp2.889.093.677,50

Salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Kabupaten Malang berasal
dari Retribusi Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Pendapatan retribusi TPI tahun 2008
dipungut berdasarkan Perda Nomor 8 Tahun 2003 dan pendapatan tahun 2009 dipungut
berdasarkan Perda Nomor 1 Tahun 2009 tanggal 23 Januari 2009 tentang
Penyelenggaraan dan Retribusi Pelelangan Ikan di Tempat Pelelangan Ikan, yang
menyebutkan bahwa Objek Retribusi penyelenggaraan pelelangan Ikan adalah kegiatan
jual beli ikan di TPI yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah. Retribusi tersebut
dihitung berdasarkan persentase dari nilai harga jual ikan hasil lelang pada waktu
terjadinya lelang ikan. Berdasarkan Perda Nomor 1 Tahun 2009 besarnya tarif retribusi
untuk jasa atas pelayanan penyelenggaraan pelelangan ikan di Tempat Pelelangan Ikan di
tetapkan sebesar 3% (tiga persen) dari harga transaksi penjualan ikan melalui lelang
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. sebesar 1,5% (satu setengah persen) dipungut dari nelayan/penjual;
b. sebesar 1,5% (satu setengah persen) dipungut dari pedagang/bakul/pembeli ikan.
Berdasarkan hasil pemeriksaan, penyelenggaraan pelelangan ikan dilakukan oleh pihak
ketiga sesuai dengan perjanjian kerjasama antara Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Malang dengan Penyelenggara pelelangan ikan di Tempat Pelelangan Ikan
(TPI) Pondokdadap Sendangbiru Desa Tambakrejo, Kecamatan Sumber Manjing Wetan,
dalam hal ini adalah KUD Mina Jaya, dengan perjanjian kerjasama
tanggal 14 April 2008. Nomor :900/18A/421.110/2008
Nomor :027.a/KMJ/SB/IV/2008
Proses pelaksanaan pemungutan retribusi TPI ini tidak melalui mekanisme penerbitan
SKRD, tetapi berdasarkan Nota Pembelian yang diporporasi oleh DPPKA Kabupaten
Malang, sebagai dasar penetapan retribusi yang harus dibayar.
Dalam pelaksanaan tugas pemungutan retribusi ini pihak Dinas Kelautan dan
Perikanan membentuk Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) TPI yang salah satu
tugasnya adalah untuk melakukan pengelolaan pelelangan ikan, pemungutan retibusi dan
penyetorkan penerimaan retribusi ke kas daerah, namun sampai dengan pemeriksaan
berakhir UPTD TPI ini telah terbentuk tetapi tidak terdapat personilnya, hanya terdapat
satu orang petugas yang diperbantukan untuk mengawasi pemungutan retribusi TPI,
sehingga seluruh kegiatan pemungutan sampai dengan penyetoran retribusi dilakukan
oleh KUD, tanpa pengawasan yang memadai. Selama ini pelaporan dan penyetoran
retribusi dari KUD ke DKP hanya berdasarkan Nota Pembelian yang sudah terbayar,
bukan berdasarkan penyelenggaraan Pelelangan Ikan yang dilakukan di TPI.
Pada tahun 2008 pendapatan retribusi Tempat Pelelangan Ikan dianggarkan sebesar
Rp1.500.000.000,00 dengan realisasi sebesar Rp1.639.959.068,00, sedangkan pada tahun
2009 anggaran pendapatan Retribusi Pelelangan Ikan sebesar Rp1.500.000.000,00 dengan
realisasi sebesar Rp933.984.122,00 (s.d Agustus) atau sebesar 62,27%. Hasil pemeriksaan
lebih lanjut diperoleh data-data sebagai berikut :
26

Tabel 2
Pendapatan Retribusi Pelelangan Ikan Sendangbiru Kabupaten Malang
Tahun 2008 dan 2009
Bulan Pendapatan Retribusi 100% Jumlah Setoran yang Seharusnya Tanggal Penyetoran
No Retribusi 2008 2009 2008 2009 2008 2009
1 Januari 28.039.178 50.560.665 - 50.560.665 - 06/04/2009
2 Pebruari 19.995.215 54.241.685 48.034.383 54.241.685 08/05/2008 27/04/2009
3 Maret 45.395.915 105.786.480 45.395.915 105.786.480 22/05/2005 22/05/2009
4 April 121.772.375 158.161.990 121.772.375 25.280.332 12/06/2008 28/05/2009
52.867.575 29/05/2009
27.120.843 27/05/2009
52.893.240 09/06/2009
5 Mei 206.672.450 205.091.280 206.672.450 126.010.285 21/07/2008 22/06/2009
79.080.995 27/06/2009
6 Juni 191.962.275 206.543.045 191.962.275 103.997.405 28/08/2008 27/07/2009
102.545.640 19/08/2009
7 Juli 145.207.555 201.352.360 145.207.555 98.080.837 15/09/2008 25/08/2009
103.271.523 10/09/2009
8 Agustus 180.910.160 211.879.105 180.910.160 211.879.105 29/10/2008 -
9 September 217.412.825 - 126.957.745 - 11/11/2008 -
90.455.080 - 28/11/2008 -
10 Oktober 138.153.525 - 29.447.113 - 16/12/2008 -
108.706.412 - 17/12/2008 -
11 Nopember 84.181.720 - 84.181.720 - 31/12/2008 -
12 Desember 55.518.000 - 42.090.860 - 04/03/2009 -
13.427.280 - 10/03/2009 -
Jumlah 1.435.221.195 1.193.616.610 1.435.221.323 1.193.616.610 - -

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa :


a. Sampai dengan pemeriksaan ini berakhir, terdapat realisasi pendapatan retribusi TPI
bulan Agustus 2009 sebesar Rp211.879.105,00 yang belum di setor ke Kas Daerah;
b. Tahun 2008, realisasi pendapatan retribusi TPI yang tercantum di LRA adalah sebesar
Rp1.639.959.068,00. Sedangkan berdasarkan laporan rekapitulasi pendapatan retribusi
dari KUD Mina Jaya adalah Rp1.435.221.195, sehingga terdapat selisih sebesar
Rp204.737.745,00 dengan perhitungan sebagai berikut:
Pendapatan tahun 2007 yang diterima tahun 2008 = 260.255.875,00
Pendapatan tahun 2008 yang diterima tahun 2009 = (55.518.140,00)
Kelebihan Setor = 10,00
Jumlah = 204.737.745,00

Dari perhitungan di atas dapat diketahui bahwa terdapat keterlambatan setor


pendapatan tahun 2007 sebesar Rp260.255.875,00 (diterima tanggal 09/01/2008
Rp95.125.890,00 dan 30/06/2008 Rp.165.129.985,00) dan pendapatan tahun 2008
yang baru di terima di tahun 2009 sebesar Rp55.518.140,00 (diterima tanggal,
04/03/2009 dan 10/03/2009);
27

c. Tahun 2009, sampai dengan bulan Agustus, realisasi Pendapatan Retribusi TPI adalah
sebesar Rp933.984.122,00, sedangkan berdasarkan laporan rekapitulasi pendapatan
retribusi KUD Mina Jaya, pendapatan yang seharusnya di setor s.d bulan Agustus
2009 adalah sebesar Rp1.193.616.610,00, sehingga terdapat selisih kurang setor
sebesar Rp259.632.488,00 dengan perhitungan sebagai berikut :
Pendapatan tahun 2008 yang diterima tahun 2009 = 55.518.140,00
Pendapatan bulan Juli yang di setor September = (103.271.523,00)
Pendapatan bulan Agustus yang belum disetor = (211.879.105,00)
Jumlah = (259.632.488,00)

Dari perhitungan di atas dapat diketahui bahwa terdapat pendapatan retribusi tahun 2008
yang baru di setor pada tahun 2009 dan pendapatan retribusi 2009 bulan Juli (disetor
tanggal 10/09/2009 sebesar Rp103.271.523,00) dan bulan Agustus sebesar
Rp211.879.105,00 yang sampai dengan pemeriksaan berakhir belum di setor ke Kas
Daerah.
Sehingga jumlah pendapatan daerah yang mengalami keterlambatan setor adalah untuk
Pendapatan tahun 2007 yang diterima tahun 2008 = 260.255.875,00
Pendapatan tahun 2008 yang tidak disetor tepat waktu = 1.435.221.192,50
Pendapatan tahun 2009 yang tidak disetor tepat waktu = 981.737.505,00
Pendapatan tahun 2009 yang belum di terima (Agustus) = 211.879.105,00
Jumlah 2.889.093.677,50
Berdasarkan konfirmasi dengan KUD Mina Jaya, kekurangan setor pendapatan bulan
Agustus tahun 2009 tersebut digunakan untuk membiayai kegiatan operasional KUD.

Kondisi diatas tidak sesuai dengan :


a. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 tanggal 15 Mei 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, pasal 122 ayat :
1) Ayat (3) Penerimaan SKPD dilarang digunakan langsung untuk membiayai
pengeluaran, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan;
2) Ayat (4) penerimaan SKPD berupa uang atau cek harus disetor ke rekening kas
umum daerah paling lama1 (satu) hari kerja;

b. Perjanjian Kerjasama antara Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Malang


dengan Penyelenggara Pelelangan Ikan Nomor : 900/18A/421.110/2008
Nomor : 027.a/KMJ/SB/IV/2008
tanggal 14 April 2008 pada pasal 4 huruf 3 menyebutkan bahwa dalam hal membantu
pemungutan retribusi, pihak kedua wajib menyerahkan hasilnya secara bruto atau
sebesar 100% (seratus persen) atau menurut peraturan yang berlaku kepada pihak
pertama dalam jangka waktu 1 x 24 jam.

Hal tersebut mengakibatkan :


a. Penerimaan Retribusi Daerah Bulan Agustus 2009 belum diterima sebesar
Rp211.879.105,00;
b. Penerimaan Retribusi TPI tidak diterima tepat waktu sebesar Rp2.889.093.677,50.
28

Permasalahan tersebut disebabkan oleh :


a. Pengakuan pendapatan retribusi TPI tidak berdasarkan jumlah lelang, tetapi
berdasarkan penjualan yang telah dibayar oleh pembeli;
b. Dana hasil pemungutan retribusi dipergunakan terlebih dahulu untuk biaya
operasional KUD;
c. Kurangnya koordinasi antara KUD sebagai pemungut retribusi dengan pihak Dinas
Kelautan dan Perikanan;
d. Tidak terdapat personel di UPTD TPI yang memadai untuk melakukan pengawasan
terhadap kegiatan pemungutan retribusi TPI.

Atas belum diterimanya pendapatan dari retribusi Tempat Pelelangan Ikan (TPI),
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan menjelaskan bahwa hal ini memang benar adanya.
Pendapatan retribusi bulan Agustus 2009 sudah dilakukan penyetoran ke Kas Umum
Daerah melalui Bank Jatim Kepanjen tanggal 5 Oktober 2009 sebesar Rp111.202.925,00
dan tanggal 9 Oktober 2009 sebesar 100.676.180,00 (bukti terlampir). Sehingga total
sudah disetor ke Kasda sebesar Rp211.879.105,00. Sedangkan untuk permasalahan
keterlambatan penyetoran retribusi TPI sebesar Rp2.889.093.677,50, di tahun mendatang,
Dinas Kelautan dan Perikanan akan melakukan pembinaan, pengawasan kepada KUD
Mina Jaya Sendangbiru dengan membantu Petugas UPTD dilapangan dalam hal teknis
dan administrasi dalam proses penyelenggaraan pengelolaan pelelangan ikan.

BPK RI menyarankan kepada Bupati Malang agar memerintahkan Kepala Dinas


Kelautan dan Perikanan supaya :
a. Melakukan koordinasi dengan KUD Mina Jaya dalam pemungutan retribusi sehingga
penerimaan retribusi tepat waktu;
b. Melakukan penagihan retribusi sebesar Rp211.879.105,00 kepada KUD Mina Jaya;
c. Melarang KUD Mina Jaya memakai penerimaan retribusi;
d. Memerintahkan UPTD TPI melakukan pengawasan yang intensif terhadap
penyelenggaraan pelelangan ikan di TPI.
29

5. Prosedur Pelayanan Perizinan Pemakaian Kekayaan Daerah Pada Dinas Pengairan


Tidak Mempunyai Standar Pelayanan Minimal dan Pendapatan Retribusi
Pemakaian Kekayaan Daerah Sebesar Rp56.548.976,00 Digunakan Langsung

Pada Tahun Anggaran 2008, Pemerintah Kabupaten Malang telah menganggarkan


Pendapatan Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah pada Dinas Pengairan sebesar
Rp216.000.000,00 dengan realisasi sebesar Rp280.341.200,00 atau 129,79%. Tahun 2009
dianggarkan sebesar Rp240.000.000,00 dengan realisasi (s.d. Agustus) sebesar
Rp49.582.900,00 atau 20%.
Hasil pemeriksaan lebih lanjut diketahui bahwa :
a. Realisasi pendapatan Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah pada Dinas Pengairan
tahun 2009 sampai dengan Bulan Agustus sebesar Rp49.582.900,00 atau 20% dari
anggaran pendapatan yang ditetapkan. Berdasarkan wawancara dengan pihak Dinas
Pengairan Kabupaten Malang, dan pemeriksaan lebih lanjut atas dokumen diketahui
bahwa prosedur pemungutan Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah dimulai dengan
proses pengajuan oleh pemohon izin yang meliputi izin Pendirian Bangunan diatas
Perairan Umum, Izin Perubahan Status Tanah Basah Menjadi Tanah Kering dan Izin
Pemakaian Tanah Sepadan Sungai/saluran dan tanah-tanah yang dikelola Dinas
Pengairan. Atas dasar permohonan dan dokumen pendukung, dilakukan peninjauan
lokasi oleh tim teknis dari Dinas Pengairan dan kemudian dibuatkan konsep SK
Bupati untuk kemudian diajukan dengan proses berjenjang untuk medapatkan
persetujuan Bupati. Setelah mendapatkan persetujuan dari Bupati berupa Surat
Keputusan (SK), bendahara Dinas Pengairan membuat Nota Perhitungan sebagai
dasar penetapan Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD) sebagai dasar
pemungutan retribusi. Selama ini Dinas Pengairan telah memiliki standar pelayanan
minimal (SPM) namun belum dibakukan dalam bentuk aturan tertulis. Sampai
dengan pemeriksaan ini berakhir masih terdapat 15 permohonan izin tahun 2008 dan
17 permohonan izin tahun 2009 yang belum mendapatkan persetujuan Bupati.
Permohonan izin tersebut telah melalui prosedur berjenjang namun belum
ditandatangi oleh Bupati, sehingga terdapat potensi pendapatan retribusi sebesar
Rp91.116.088,92 yang belum bisa terealisasi (rincian terlampir 2).
b. Berdasarkan Pemeriksaan yang dilakukan terhadap dokumen Laporan Realisasi
Pendapatan dan Surat Tanda Setoran (STS) diketahui terdapat penggunaan langsung
atas penerimaan retribusi tersebut, yang digunakan untuk pembiayaan yaitu sebesar
15%. Penerimaan retribusi digunakan untuk membiayai kegiatan yang berkaitan
dengan pemberian izin tersebut digunakan untuk operasional peninjauan lokasi.
Penggunaan langsung ini didasarkan pada Perda Kabupaten Malang Nomor 5 Tahun
2006 tentang Pelayanan di Bidang Pengairan. Penggunaan Langsung selama tahun
2008 sebesar Rp49.278.529,00 dan tahun 2009 sebesar Rp7.007.000,00, adapun
rincian penerimaan dan penggunaan langsung adalah sebagai berikut.
30

Tabel 3
Penggunaan Langsung pada Dinas Pengairan
Tahun 2008 dan 2009 (s.d. Agustus)

Jumlah Pendapatan Retribusi Retribusi yang disetor ke Kas Biaya Operasional


Keseluruhan Daerah Pemungutan
No. Jenis Retribusi
2008 2009 2008 2009 2008 2009

1 Perubahan Status 272.522.824,00 25.514.400,00 231.644.400,00 21.687.400,00 40.878.424,00 3.827.000,00


Tanah Basah menjadi
Tanah Kering

2 Pendirian Bangunan di 30.916.471,00 28.600.200,00 26.279.000,00 25.730.300,00 4.637.471,00 2.869.900,00


atas Perairan Umum

3 Pemakaian Tanah 26.373.882,00 2.545.300,00 22.417.800,00 2.165.200,00 3.956.112,30 380.100,00


Sempadan Sungai
atau Saluran dan
Tanah-tanah yang
dikelola Dinas
Pengairan

329.813.176,00 56.659.900,00 280.341.200,00 49.582.900,00 49.471.976,00 7.077.000,00

Kondisi tersebut di atas tidak sesuai dengan :


a. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tanggal 9 Desember 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah, pada :
1) Pasal 57 ayat (1) menyebutkan bahwa semua penerimaan daerah dilakukan
melalui kas umum daerah;
2) Pasal 57 ayat (2) menyebutkan bahwa bendahara penerimaan wajib menyetor
seluruh penerimaannya ke rekening kas umum daerah selambat-lambatnya dalam
waktu 1 (satu) hari kerja;
3) Pasal 59 ayat (1) menyebutkan bahwa penerimaan SKPD yang merupakan
penerimaan daerah tidak dapat digunakan langsung untuk pengeluaran;
b. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tanggal 15 Mei 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah pada Pasal 122 :
1) ayat (3) menyebutkan bahwa penerimaan SKPD dilarang digunakan langsung
untuk membiayai pengeluaran, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-
undangan;
2) ayat (4) menyebutkan bahwa penerimaan SKPD berupa uang atau cek harus
disetor ke rekening kas umum daerah paling lama 1 (satu) hari kerja;
c. Peraturan Pemerintah Daerah Kabupaten Malang Nomor 5 Tahun 2006 tentang
Pelayanan di Bidang Pengairan tanggal 29 Maret 2006 pasal 11 yang menyebutkan
bahwa setiap orang atau badan dilarang mendirikan bangunan di atas perairan umum,
sebelum mendapat izin dari Bupati.

Hal tersebut di atas mengakibatkan :


a. Terdapat potensi pendapatan retribusi yang belum bisa terealisasikan minimal sebesar
Rp91.119.996,00;
31

b. Membuka peluang terjadinya penyalahgunaan realisasi PAD yang digunakan


langsung tanpa pengendalian memadai.

Permasalahan tersebut disebabkan oleh :


a. Proses penerbitan SK Bupati membutuhkan waktu yang lama, dan tidak ada
Peraturan Daerah yang mengatur mengenai Standar Pelayanan Minimal dalam
penerbitan izin pemakaian Kekayaan Daerah;
b. Peraturan Daerah yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang lebih
tinggi.

Atas permasalahan diatas, Kepala Dinas Pengairan Kabupaten Malang menyatakan


sebagai berikut :
a. Akan melakukan langkah-langkah antara lain melakukan koordinasi dengan Bagian
Hukum Setda Kabupaten Malang untuk dapatnya segera merealisasi terbitnya ijin,
dan melakukan pemantauan lapangan terhadap kegiatan yang belum berizin dan yang
merupakan potensi yang dapat digali retribusinya. Dinas Pengairan telah membuat
Prosedur Pelayan Perijinan yang diberlakukan sebagai SPM, dan dibuat berdasarkan
Peraturan Daerah Nomor 5 tahun 2006 yang masih dalam proses sosialisasi pada
masyarakat.
b. Untuk waktu mendatang pendapatan tidak akan digunakan secara langsung dan akan
mengacu kepada peraturan pemerintah Nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah.

BPK RI menyarankan kepada Bupati Malang agar :


a. Membuat Standar Pelayanan Minimal dalam penerbitan izin pemakaian kekayaan
daerah pada Dinas Pengairan;
b. Meninjau ulang Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 5 Tahun 2006 tentang
Pelayanan di Bidang Pengairan yang memberikan peluang adanya penggunaan
langsung.
32

6. Pendapatan Retribusi Pemanfaatan Air Tanah dan Denda Keterlambatan Belum


Diterima Sebesar R16.418.491,00 serta Terdapat Potensi Penerimaan Retribusi
Sebesar Rp111.259.000,00/Tahun

Pemerintah Kabupaten Malang memiliki beberapa sumber mata air, beberapa


diantaranya adalah mata air sumbersari di Desa Tawangargo, sumber air Karangan di
Desa Donowarih, sumber Wendit di Mangliawan dan sumber Kalibiru di Lawang.
Sumber-sumber tersebut telah dimanfaatkan oleh PDAM Kota Malang dan PDAM
Kabupaten Pasuruan. Berdasarkan hasil konfimasi dengan Dinas Energi Sumberdaya
Mineral diperoleh informasi sebagai berikut:
a. Pemanfaatan mata air Sumbersari di Desa Tawangargo, sumber air Karangan
di Desa Donowarih dan sumber Wendit di Mangliawan
Pemanfaatan mata air sumbersari di Desa Tawangargo, sumber air Karangan di
Desa Donowarih dan sumber Wendit di Mangliawan oleh PDAM Kota Malang diikat
dengan perjanjian kerjasama antara Pemerintah Kabupaten Malang dengn Pemerintah
Kota Malang
Nomor: 119/08/421.022/2008 dan Nomor 119/08/421.022/2008
050/12/35.73.11.2/2008 050/11/35.73.11.2/2008
Dalam perjanjian disebutkan bahwa Pemerintah Kabupaten Malang memberikan ijin
pada Pemerintah Kota Malang untuk memanfaatkan air dari mata air Sumbersari
Desa Tawangarjo, Sumber Air Karangan Desa Donowarih Kecamatan Karangploso
dan Sumber Wendit di Mangliawan untuk kesejahteraan masyarakat di lingkungan
Kota Malang.
Pemerintah Kota Malang berkewajiban untuk memberikan kontribusi sebesar
Rp70/M3 untuk mata air sumbersari di Desa Tawangargo dan sumber air Karangan
di Desa Donowarih serta sebesar Rp65/M3 untuk sumber Wendit di Mangliawan
yang dibayarkan berdasarkan jumlah air yang terjual kepada konsumen. Pembayaran
kontribusi dilakukan setiap bulan pada tanggal 1 sampai tanggal 15 secara langsung
melalui rekening Kas Umum Daerah. Selain itu, Pemerintah Kota Malang juga
memiliki kewajiban untuk memberi laporan setiap bulannya tentang jumlah air
terjual.
Berdasarkan hasil pemeriksaan, selama Tahun 2008 Pemerintah Kota Malang
tidak melaporkan air yang terjual pada Pemerintah Kabupaten Malang. Sehingga
penerimaan retribusi pemanfaatan air tanah yang seharusnya tidak dapat diketahui.
Berdasarkan konfirmasi dengan PDAM Kota Malang diketahui bahwa selama Tahun
2008 Retribusi Pemanfaatan Air Tanah adalah sebesar Rp920.068.995,00, namun
pembayaran selama tahun 2008 sebesar Rp899.542.235,00. Selisihnya sebesar
Rp20.526.760,00 telah dibayarkan pada tahun 2007 untuk memenuhi target PAD
Kabupaten Malang. Namun berdasarkan data Dinas ESDM, realisasi penerimaan
Retribusi Pemanfaatan Air adalah sebesar Rp890.548.930,00 sehingga terdapat
selisih sebesar Rp8.993.325,00 (lampiran). Berdasarkan hasil pemeriksaan, selama
bulan Januari s.d Mei 2008 pembayaran retribusi tersebut tidak langsung disetor ke
Kas Umum Daerah, melainkan diterima oleh Kasi Pemanfaatan ESDM Dinas ESDM,
setelah itu baru disetor ke Kas Umum Daerah. Sedangkan pada bulan Juni 2008 s.d
pemeriksaan berakhir, penerimaan retribusi telah disetor langsung ke Kas Umum
Daerah. Berdasarkan tanda bukti pembayaran kontribusi oleh Kota Malang pada
Tahun 2008 dan tahun 2009 (s.d. Agustus 2009) sering mengalami keterlambatan.
33

Jika keterlambatan tiap bulannya dikenakan denda 2% sesuai perjanjian antara


Kabupaten Malang dan Kota Malang, maka terdapat denda keterlambatan sebesar
Rp16.418.491,00 yang belum ditagihkan pada Kota Malang (Lampiran 3).

b. Pemanfaatan mata air Kalibiru di Lawang


Sumber Kalibiru merupakan sumber yang berada di kawasan Kabupaten
Malang. Berdasarkan konfirmasi dengan Dinas ESDM diperoleh informasi bahwa
sumber tersebut telah dimanfaatkan oleh PDAM Kabupaten Pasuruan. Namun sampai
dengan pemeriksaan berakhir atas pemanfaatan tersebut belum ada ikatan kerjasama
antara Kabupaten Malang dan Kabupaten Pasuruan sehingga kontribusi belum
diperoleh oleh Kabupaten Malang.
Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan oleh Dinas ESDM Kabupaten
Malang debit air yang digunakan oleh PDAM Kabupaten Pasuruan adalah sebesar
2.649.024 M3/tahun. Jika kontribusi didasarkan pada nilai penjualan air pada
konsumen sedangkan nilai kebocoran air sebesar 40% dan jika tarif ditentukan
sebesar Rp70/M3, maka kontribusi yang dapat diperoleh adalah sebesar
Rp111.259.000,00/tahun ((2.649.024 x 0,6) x 70).

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan :


a. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah Pasal 58 ayat :
1) Ayat 1 yang menyatakan bahwa pengusahaan air tanah dilakukan setelah
memiliki hak guna air dari pemanfaatan air tanah;
2) Ayat 2 yang menyatakan bahwa hak guna usaha air dari pemanfaatan air tanah
diperoleh melalui ijin pengusahaan air tanah yang diberikan oleh Bupati;
b. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tanggal 9 Desember 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah:
1) Pasal 57 ayat (1) yang menyebutkan bahwa semua penerimaan daerah
dilakukan melalui kas umum daerah;
2) Pasal 57 ayat (2) yang menyebutkan bahwa bendahara penerima wajib
menyetor seluruh penerimaannya ke rekening kas umum daerah selambat-
lambatnya dalam waktu 1 (satu) hari kerja;
c. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tanggal 15 Mei 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah pada pasal 122 Ayat (4)
menyebutkan bahwa penerimaan SKPD berupa uang atau cek harus disetor ke
rekening kas umum daerah paling lama 1 (satu) hari kerja.
d. Perjanjian kerjasama antara Pemerintah Kabupaten Malang dengan Pemerintah
Kota Malang Nomor: 119/08/421.022/2008 , pasal :
050/11/35.73.11.2/2008
1) Pasal 2 ayat 3 huruf a yang menyebutkan bahwa Kabupaten Malang
mendapatkan laporan setiap bulan tentang jumlah air terjual beserta jumlah
nominal kontribusi yang akan dibayarkan oleh Kota Malang;
2) Pasal 3 ayat 4 yang menyebutkan pembayaran kontribusi dilaksanakan setiap
bulannya pada tanggal 1 sampai dengan tanggal 15;
3) Pasal 3 ayat 5 yang menyebutkan apabila dalam pelaksanaan pembayaran
terjadi keterlambatan maka Kota Malang dikenakan denda sebesar 2%/bulan;
e. Perjanjian kerjasama antara Pemerintah Kabupaten Malang dengan Pemerintah Kota
Malang Nomor: 119/08/421.022/2008 , pasal :
34

050/12/35.73.11.2/2008
1) Pasal 2 ayat 3 huruf a yang menyebutkan bahwa Kabupaten Malang mendapatkan
laporan setiap bulan tentang jumlah air terjual beserta jumlah nominal kontribusi
yang akan dibayarkan oleh Kota Malang;
2) Pasal 3 ayat 4 yang menyebutkan pembayaran kontribusi dilaksanakan setiap
bulannya pada tanggal 1 sampai dengan tanggal 15;
3) Pasal 3 ayat 5 yang menyebutkan apabila dalam pelaksanaan pembayaran terjadi
keterlambatan maka Kota Malang dikenakan denda sebesar 2%/bulan.

Hal tersebut mengakibatkan :


a. Pemerintah Kabupaten Malang tidak mengetahui jumlah Retribusi Pemanfaatan Air
yang seharusnya diterima;
b. Penyalahgunaan penerimaan retribusi sebesar Rp8.993.325,00;
c. Pendapatan daerah atas denda kurang diterima sebesar Rp16.418.49,00;
d. Terdapat potensi pendapatan dari pemanfaatan air yang belum diterima sebesar
Rp111.259.000,00/tahun.

Permasalahan tersebut terjadi karena,


a. Kelalaian Kepala Dinas Energi Sumberdaya Mineral tidak melakukan tupoksi dengan
baik;
b. Mantan Kasi Teknik Pemanfaatan Dinas Lingkungan Hidup, Energi Sumberdaya
Mineral Tahun 2008 yang menggunakan penerimaan retribusi untuk kepentingan
pribadi.

Atas permasalahan diatas, Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)
menanggapinya sebagai berikut :
a. Pembayaran Retribusi Pemanfaatan Mata Air tiap bulan akan kami tagih dan apabila
terjadi keterlambatan pembayaran dari PDAM Kota Malang akan kami berlakukan
denda sebesar 2%;
b. Sdr. KL (Kasi Teknik Pemanfaatan Dinas LHESDM Kabupaten Malang TA 2008)
akan diminta pertanggungjawaban untuk menyelesaikan penyalahgunaan penerimaan
retribusi sebesar Rp8.993.325,00;
c. Pemanfaatan Mata Air Sumber Kalibiru oleh PDAM Kabupaten Pasuruan akan kami
tindaklanjuti dengan Perjanjian Kerjasama.

BPK RI menyarankan kepada Bupati Malang agar memerintahkan Kepala Dinas


Energi Sumberdaya Minieral untuk :
a. Mengusulkan naskah kerjasama Pemanfaatan Air Bawah Tanah dengan Kabupaten
Pasuruan;
b. Menagih denda keterlambatan sebesar Rp16.418.491,00 kepada PDAM Kota Malang;
c. Memberikan sanksi kepada Kasi Teknik Pemanfaatan Dinas Lingkungan Hidup,
Energi Sumberdaya Mineral Tahun 2008 atas penggunaan penerimaan retribusi untuk
kepentingan pribadi;
d. Menagih penerimaan retribusi sebesar Rp8.993.325,00 kepada Kepala Teknik
Pemanfaatan Dinas Lingkungan Hidup, Energi Sumberdaya Mineral Tahun 2008.
35

7. Hasil Retribusi Pemakaian Kios pada Taman Wisata Wendit Belum Disetor ke Kas
Daerah Sebesar Rp5.385.000,00 dan Kurang Diterima Sebesar Rp244.309.000,00

Taman Wisata Wendit mempunyai kios yang disewakan kepada pedagang, yang
dibagi menjadi 4 (empat) kelompok atas pengenaan retribusinya. Kelompok A dikenakan
retribusi sebesar Rp360.000,00/M2 per tahun, kelompok B dan C dikenakan retribusi
sebesar Rp240.000,00/M2 per tahun, sedangkan kelompok D dikenakan retribusi sebesar
Rp1.500,00 per hari. Selain kios, Taman Wisata Wendit juga memiliki sarana Food
Center yang dikenakan retribusi sebesar Rp480.000,00 per bulan, Restoran Apung yang
dikenakan retribusi sebesar Rp100.000,00 per hari dan kantin yang dikenakan retribusi
sebesar Rp80.000,00 per hari. Seluruh kios, food center, restoran apung dan kantin telah
melakukan operasi sejak soft opening pada bulan Mei Tahun 2008. Namun menurut Perda
Nomor 8 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Taman Wisata Air Wendit disebutkan bahwa
selama soft opening atau selama Tahun 2008 para pedagang tersebut belum dikenakan
retribusi pemakaian.
Berdasarkan hasil konfirmasi dengan para pedagang, pegawai UPTD dan Pegawai
Dinas kebudayaan dan Pariwisata, diketahui bahwa pengurusan ijin atas pemakaian kios,
food center, restoran apung dan kantin belum dilakukan oleh pedagang. Para pedagang
telah mengoperasionalkan sarana tersebut tanpa terlebih dahulu melakukan pengurusan
ijin. Menurut Perda Nomor 8 Tahun 2008, seharusnya para pedagang melunasi retribusi
pemakaian kios pada bulan Agustus 2009 sebesar Rp299.794.800,00 (Lampiran 4).
Namun berdasarkan hasil pemeriksaan, para pedagang tersebut sebagian telah ada yang
membayar retribusi pemakaian kios. Pembayaran pedagang kios, food center, restoran
apung dan kantin adalah sebagai berikut.
Tabel 4
Pembayaran pedagang kios, food center, restoran apung dan kantin
No. Uraian Pembayaran Pembayaran Setor Ke Kasda Selisih (Rp)
2008 (Rp) 2009 (Rp) (Rp)
1. Kios - 20.925.000,00 15.540.000,00 5.385.000,00
2. Food Center 2.880.000,00 34.560.000,00 34.560.000,00
3. Kantin - - -
4. Restoran Apung -
2.880.000,00 55.485.000,00 50.100.000,00 5.385.000,00

Berdasarkan tabel di atas, retribusi pemakaian kios, food center, kantin dan restoran
terapung yang belum diterima adalah sebesar Rp244.309.000,00 (Rp299.794.800,00 -
Rp55.485.000,00), selain itu terdapat pembayaran sewa untuk pemakaian Food Center
pada tahun 2008 sebesar Rp2.880.000,00 yang seharusnya tidak dipungut oleh petugas
pemungut Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Dana sebesar Rp2.880.000,00 tidak disetor
ke Kas Umum Daerah namun digunakan untuk operasional. Berdasarkan tabel diatas
diketahui bahwa penerimaan retribusi pemakaian kios, food center yang belum
disetorkan ke Kas Umum Daerah sebesar Rp5.385.000,00 sedangkan sebesar
Rp34.560.000,00 baru disetor tanggal 8 Oktober 2009 dan sebesar Rp15.540.000,00 telah
disetor ke kasda pada tanggal 13 Oktober 2009.
Hasil wawancara dan pengujian pada kartu bukti pembayaran angsuran sewa hak
pakai kios menunjukkan bahwa pedagang dikenakan tarif yang sama walaupun memiliki
36

luas yang berbeda. Untuk kios A dikenakan tarif Rp360.000,00 per bulan sedangkan Kios
B dan C dikenakan tarif Rp240.000,00 per bulan sehingga akan merugikan keuangan
daerah sebesar Rp5.674.800,00 (Lampiran 4).

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan :


a. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tanggal 15 Mei 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah pasal 122 ayat (4) yang menyatakan bahwa
penerimaan SKPD berupa uang atau cek harus disetor ke rekening kas umum daerah
paling lama 1 (satu) hari kerja;
b. Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Taman Wisata Air
Wendit :
1) Pasal 4 ayat (1) yang menyatakan bahwa setiap orang dan/atau badan dilarang
menggunakan tempat, fasilitas dan/atau ruangan pada Taman Wisata Air Wendit
tanpa izin dari Bupati;
2) Pasal 5 ayat (2) huruf a yang menyatakan bahwa ijin pemakaian kios diterbitkan
setelah biaya pemakaian kios dilunasi;
3) Pasal 5 ayat (2) huruf b yang menyatakan bahwa pembayaran retribusi pemakaian
kios dilakukan dalam jangka waktu 1 (satu) tahun terhitung sejak tanggal
ditetapkan dan dibayarkan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah tanggal ditetapkan;
4) Pasal 14 huruf j yang menyatakan bahwa kios kelompok A retribusi pemakaian
kios adalah sebesar Rp360.000,00 per M2 per tahun, kelompok B dam C
dikenakan retribusi pemakaian kios sebesar Rp240.000,00 per M2 per tahun

Hal tersebut mengakibatkan :


a. Penerimaan retribusi belum diterima sebesar Rp244.309.000,00 (Rp299.794.800,00–
Rp55.485.000,00);
b. Penerimaan retribusi kurang diterima sebesar Rp5.385.000,00;
c. Penerimaan retribusi tidak diterima tepat waktu sebesar Rp50.100.000,00;
d. Pedagang kios dirugikan sebesar Rp2.880.000,00;
e. Terdapat potensi kekurangan penerimaan sebesar Rp5.674.800,00.

Permasalahan tersebut disebabkan :


a. Kelalaian Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata yang tidak memberikan
sosialisasi pengurusan izin hak pakai kepada para pedagang;
b. Kelalaian Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata yang menerapkan tarif tidak
berdasarkan Peraturan Daerah yang berlaku;
c. Kelalaian petugas pemungut yang tidak menyetorkan hasil pungutan retribusi dalam 1
x 24 jam;
d. Kesengajaan petugas pemungut yang melakukan pungutan yang seharusnya tidak
dipungut.

Atas permasalahan tersebut diatas, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata


(Disbudpar) Kabupaten Malang akan segera menindaklanjuti.

BPK RI menyarankan Bupati Malang memerintahkan Kepala Dinas Kebudayaan dan


Pariwisata agar supaya :
37

a. Melakukan sosialisasi pengurusan izin hak pakai kios, food center, kantin dan restoran
terapung;
b. Mempedomani Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Taman
Wisata Air Wendit dalam menetapkan tarif retribusi pemakaian kios;
c. Menagih penerimaan retribusi sebesar Rp244.309.000,00 kepada pemakai kios pada
Taman Wisata Wendit;
d. Memerintahkan petugas pemungut retribusi untuk menyetorkan hasil pungutan sebesar
Rp5.385.000,00 ke kas daerah;
e. Memberikan sanksi kepada petugas pemungut retribusi kios yang tidak secepatnya
menyetorkan penerimaan retribusi ke kas daerah dan melakukan pungutan yang tidak
didasarkan peraturan.
38

8. Pendapatan Retribusi Taman Wisata Wendit Kurang Diterima Sebesar


Rp15.647.000,00

Taman Wisata Air Wendit dibangun oleh Pemerintah Kabupaten Malang dengan
tujuan untuk memberikan hiburan berupa sarana/objek wisata yang representatif namun
terjangkau bagi masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah. Pelaksanaan teknis
operasional dan pemeliharaan diserahkan pada Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)
yang dipimpin oleh Kepala UPTD yang bertanggung jawab kepada Kepala Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata.
Taman Wisata Air Wendit memiliki beberapa tempat, fasilitas dan atau ruangan
antara lain adalah tempat permainan perahu dayung, kolam gelombang dan kolam arus,
waterboom, bom-bom car, worm coaster, carousel dan sepeda air. Sedangkan fasilitas
yang ada adalah kios, restoran, restoran apung, food center, kantin, pentas musik,
autbond, spa, cottage, tempat parkir, toilet dan lain-lain.
Berdasarkan hasil pemeriksaan, diperoleh informasi sebagai berikut.
a. Pengendalian atas Benda Berharga lemah
Benda berharga/karcis merupakan sarana yang digunakan untuk memungut
retribusi kepada para pengunjung Taman Wisata Wendit. Pengadaan benda berharga
dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata selaku Dinas yang membawahi UPTD
Wendit. Sebelum benda berharga tersebut diserahkan pada UPTD Wendit, maka
bendahara benda berharga Dinas Kebudayaan dan Pariwisata akan meminta perforasi
pada bidang pendapatan di DPPKA. Selama ini, permintaan perforasi tidak dibarengi
dengan laporan persediaan benda berharga periode sebelumnya. Setelah diperforasi benda
berharga tersebut seluruhnya akan diserahkan pada UPTD Wendit. Jika UPTD Wendit
membutuhkan karcis, Kepala UPTD akan menelepon bendahara benda berharga Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata tanpa dilengkapi dengan permintaan karcis pada Dinas
kebudayaan dan Pariwisata, laporan persediaan serta bonggol karcis periode sebelumnya
sebagai tanda bukti formal.
Berdasarkan hasil uji petik ditemukan beberapa karcis yang tidak dilakukan
perforasi antara lain adalah karcis sepeda motor, karcis mobil, karcis spa dan karcis toilet.
Karcis tersebut oleh Bendahara Benda Berharga diroping langsung dari percetakan
dengan alasan adanya kebutuhan yang mendesak. Hal tersebut menyebabkan
pengendalian atas karcis lemah sehingga tidak dapat diketahui realisasi pendapatan yang
senyatanya.

b. Terdapat selisih antara kartu persediaan dengan persediaan karcis yang


dikelola UPTD Wendit
Berdasarkan hasil stock opname karcis yang dilakukan pada tanggal 5 s.d 6
Oktober 2009. Terdapat selisih antara persediaan karcis dengan kartu persediaan.
Tabel 5
Selisih Kartu Persediaan & Hasil Stock Opname
No. Jenis Karcis Nilai Kartu Hasil Stock Selisih Selisih (Rp)
Nominal Persediaan Opname (lbr)
1 2 3 4 5 6 7 = (3x6)
1. Karcis Anak-anak 5.000 15.688 15.588 100 500.000
2. Karcis Bis/Truck 5.000 48.185 47.653 532 2.660.000
3. Karcis Mobil 2.000 1.286 1.277 9 18.000
39

4. Karcis Sepeda Motor 1.000 40.000 24.661 15.339 15.339.000


Jumlah 18.517.000

Hasil konfirmasi dengan UPTD Wendit diketahui bahwa pada saat soft opening tahun
2008, karcis masuk dewasa telah habis sehingga penjualan karcis masuk menggunakan
karcis bis/truk sebanyak 14 lembar atau sebesar Rp70.000,00, hasil penjualan tersebut
telah disetor ke Kasda pada tahun 2008. Perbedaan karcis sepeda motor antara kartu
persediaan dengan persediaan karcis terjadi karena selama ini pengelolaan parkir motor
diserahkan pada Karang Taruna Wendit, atas pengelolaan tersebut tidak ada perjanjian
tertulis. Berdasarkan konfirmasi dengan Karang Taruna Wendit dan Kepala UPTD
Wendit, diperoleh informasi bahwa karcis sepeda motor telah diserahkan pada Karang
Taruna Wendit. Karang Taruna hanya punya kewajiban untuk mengganti ongkos cetak
karcis. Selama tahun 2009, Karang Taruna telah menyetorkan retribusi parkir sebesar
Rp2.800.000,00, sehingga antara penjualan karcis dan setoran penjualan karcis terdapat
perbedaan sebesar Rp12.539.000,00 (Rp15.339.000,00 – Rp2.800.000,00). Sehingga
selisih total antara kartu persediaan dengan persediaan karcis adalah sebesar
Rp15.647.000,00 (Rp18.517.000,00 – Rp70.000,00 – Rp2.800.000,00). Pada Tanggal 19
Oktober, Kepala UPTD Wendit telah menyetorkan selisih penjualan karcis anak-anak,
karcis bis truck dan karcis mobil sebesar Rp3.108.000,00 ke kas daerah.
Berdasarkan hasil stock opname, diketahui bahwa karcis bom-bom car yang
diserahkan oleh Bendahara Benda Berharga Dinas Kebudayaan dan Pariwisata ke UPTD
Wendit tidak sesuai dengan kartu permintaan perforasi di DPPKA. Berdasarkan kartu
permintaan perforasi diketahui bahwa selama tahun 2009, Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata meminta perforasi sebanyak 40.000 lembar. Namun yang diserahkan pada
UPTD hanya sebesar 39.900 lembar sehingga terdapat selisih sebesar 100 lembar atau
sebesar Rp1.000.000,00. Menurut pengakuan Bendahara Benda Berharga, karcis tersebut
dibagikan kepada pengunjung pada saat soft opening secara gratis. Namun persetujuan
dari Kepala Dinas atau UPTD dan berita acara atas pemberian karcis tersebut tidak ada.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:


a. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 43 Tahun 1999 tentang Sistem dan Prosedur
Administrasi Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Penerimaan Pendapatan lain-lain
pasal 7 huruf :
1) Huruf I yang menyatakan benda berharga diperforasi sesuai dengan kode
pengamanan yang ditentukan;
2) Huruf J angka 1 huruf a angka 1 huruf c petugas pemungut setiap hari menyerahkan
uang hasil pemungutan dan bonggol benda berharga ke UKT;
3) Huruf K nomor 1 huruf d yang menyatakan bahwa Bendahara Khusus Benda
berharga menyiapkan tanda terima benda berharga, pengeluaran benda berharga,
dan setiap akhir bulan kartu persediaan benda berharga dijumlah oleh bendahara
khusus benda berharga;
4) Huruf L angka 2 huruf b yang menyatakan bahwa bendahara khusus benda
berharga setiap akhir bulan membuat laporan persediaan benda berharga dipenda;
b. Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Taman Wisata Air Wendit
pada Pasal :
40

1) Pasal 4 ayat 1 yang menyatakan bahwa setiap orang dan/atau badan dilarang
menggunakan tempat, fasilitas dan/atau ruangan pada Taman Wisata Air Wendit
tanpa izin dari Bupati;
2) Pasal 14 huruf m angka n yang menyatakan biaya parkir, besaran nilai nominalnya
sekali masuk area/tempat parkir ditentukan atas dasar besar kecilnya kendaraan
yang markir untuk sepeda motor sebesar Rp1.000,00;
3) Pasal 16 yang menyatakan bahwa retribusi pengelolaan Taman Wisata Air Wendit
harus disetor seluruhnya ke Kasda selambat-lambatnya 1 (satu) hari kerja.

Hal tersebut mengakibatkan :


a. Kartu Persediaan tidak menggambarkan kondisi senyatanya;
b. Pendapatan daerah dari retribusi kurang diterima sebesarRp12.539.000,00;
c. Pendapatan daerah dari retribusi tidak diterima tepat waktu sebesar Rp3.108.000,00;
d. Pengeluaran karcis sebesar Rp1.000.000,00 tidak berdasarkan otorisasi yang jelas.

Permasalahan tersebut disebabkan :


a. Kelalaian Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata yang menyerahkan pengelolaan
karcis parkir sepeda motor kepada Karang Taruna tanpa dasar hukum yang jelas;
b. Kelalaian Bendahara benda berharga Dinas Pariwisata dan UPTD yang tidak
menjalankan Pengelolaan benda berharga sesuai dengan Keputusan Menteri Dalam
Negeri Nomor 43 Tahun 1999 tentang Sistem dan Prosedur Administrasi Pajak
Daerah, Retribusi Daerah dan Penerimaan Pendapatan lain-lain.

Atas permasalahan tidak tertibnya pengendalian benda berharga (karcis), Kepala


Disbudpar akan segera menindaklanjuti.

BPK RI menyarankan Bupati Malang agar :


a. Memperingatkan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata agar dalam mengelola
parkir mempedomani ketentuan yang berlaku;
b. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata untuk menagih penerimaan retribusi parkir
sebesar Rp12.539.000,00 kepada Karang Taruna dan menyetorkannya ke kas daerah;
c. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata memberikan sanksi kepada Bendahara
Benda berharga yang dalam menjalankan tugas tidak mempedomani ketentuan yang
berlaku.
41

9. Retribusi Taman Wisata Wendit Digunakan Langsung Sebesar Rp880.067.872,00


dan Terdapat Ketekoran Kas Sebesar Rp6.874.913,00

Taman Wisata Wendit merupakan salah satu unit penghasil yang memberikan
kontribusi bagi peningkatan Pendapatan Asli Daerah. Berdasarkan hasil rekonsiliasi
penjualan tiket dengan opname persediaan yang dilakukan pada tanggal 5 Oktober
(Lampiran 5) diperoleh informasi sebagai berikut.
Tabel 6
Kekurangan Penyetoran ke Kas Daerah
Penjualan Tiket 3,538,403,000
Penggunaan langsung dikurangi penggantian oleh Dinas
Jan-Sept (Rp869.687.872,00 – Rp266.609.285) 603,078,587
1 Okt - 4 Okt 10,380,000
613,458,587
Jumlah yang harusnya disetor 2,924,944,413

Setor ke Dinas
2,764,334,500
Penjualan Tiket Kolam Arus 2008 yg disetor 2009 470,000
Murni Penyetoran penjualan Tahun 2009 s.d. 5 Oktober 2009 2,763,864,500
Yang Belum disetor ke Kasda 161,079,913
Tiket Bis yang digunakan untuk tiket Masuk 2008 (14 x 5.000) 70,000
Tiket Bom-Bom Car yang dibagikan Gratis
(100 x 10.000) 1,000,000
160,009,913

Dari Tabel di atas diketahui bahwa UPTD Wendit telah menggunakan penerimaan
Retribusi Taman Wisata Wendit secara langsung tanpa menggunakan mekanisme
pengajuan SP2D dahulu sebesar Rp880.067.872,00 (Rp869.687.872,00 + Rp10.380.000).
Berdasarkan keterangan Kepala UPTD Wendit, hal tersebut dilakukan karena pencairan
SP2D memerlukan waktu yang lama, sedangkan biaya operasional harus dikeluarkan.
Berdasarkan Hasil Kas Opname tanggal 5 Oktober diperoleh informasi kas yang
ada di Bendahara Penerima UPTD Wendit sebagai berikut.
Tabel 7
Kas on Hand
Uang Kembalian 450,000
Uang Penjualan Tgl 5 3,505,000
Kas on Hand 74,179,000
78,134,000

Dengan demikian terdapat selisih sebesar Rp81.875.913,00 (Rp160.009.913,00 –


Rp78.134.000,00). Selisih tersebut karena adanya penjualan karcis yang belum diterima
sebesar Rp75.001.000,00 dan ketekoran kas sebesar Rp6.874.913,00. Pada tanggal 19
Oktober 2009, Kepala UPTD Wendit telah membayar ketekoran kas sebesar
Rp6.874.913,00 ke Kas Daerah.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan :


42

a. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tanggal 9 Desember 2005 tentang


Pengelolaan Keuangan Daerah, pada :
1) Pasal 57 ayat (1) yang menyebutkan bahwa semua penerimaan daerah dilakukan
melalui kas umum daerah;
2) Pasal 57 ayat (2) yang menyebutkan bahwa bendahara penerima wajib menyetor
seluruh penerimaannya ke rekening kas umum daerah selambat-lambatnya dalam
waktu 1 (satu) hari kerja;
3) Pasal 59 ayat (1) yang menyebutkan bahwa penerimaan SKPD yang merupakan
penerimaan daerah tidak dapat digunakan langsung untuk pengeluaran;
b. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tanggal 15 Mei 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah pada pasal 122
1) Ayat (3) menyebutkan bahwa penerimaan SKPD dilarang digunakan langsung
untuk membiayai pengeluaran, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-
undangan;
2) Ayat (4) menyebutkan bahwa penerimaan SKPD berupa uang atau cek harus
disetor ke rekening kas umum daerah paling lama 1 (satu) hari kerja.

Hal tersebut mengakibatkan :


a. Membuka peluang terjadinya penyalahgunaan realisasi PAD yang digunakan
langsung tanpa pengendalian yang memadai;
b. Penerimaan Daerah tidak diterima tepat waktu sebesar Rp6.874.913,00

Permasalahan tersebut disebabkan :


a. Kelalaian Kepala UPTD selaku unit pelaksana teknis operasional dan pemeliharaan
pada Dinas untuk objek wisata yang menggunakan langsung penerimaan retribusi
b. Kelalaian Kepala UPTD Wendit yang tidak melakukan pengawasan terhadap
pengelolaan administrasi penerimaan dan persediaan karcis secara tertib.

Atas permasalahan penggunaan langsung dan ketekoran kas, maka Kepala


Disbudpar telah menyetor ke Kasda pada tanggal 20 Oktober 2008.

BPK RI menyarankan Bupati Malang agar memerintahkan Kepala Dinas


Kebudayaan dan Pariwisata supaya memperingatkan Kepala UPTD Wendit agar tidak
menggunakan penerimaan retribusi secara langsung dan lebih lebih optimal dalam
melakukan pengawasan terhadap pengelolaan administrasi penerimaan dan persediaan
karcis.
43

10. Penerimaan Retribusi dari Karcis Perahu dan Ban Kurang Diterima Sebesar
Rp116.354.000,00

Salah satu perimaan retribusi Taman Wisata Wendit diperoleh dari sarana perahu
dan persewaan ban. Sarana perahu tersebut dikerjasamakan dengan pihak ketiga tanpa
ada perjanjian tertulis antara pihak ketiga dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.
Sarana penarikan retribusi pada para pengunjung adalah karcis yang disediakan oleh
UPTD. Sedangkan penyediaan perahu dilakukan oleh Paguyupan Perahu Wendit. Atas
kerjasama ini kontribusi yang harus diserahkan oleh Paguyupan Perahu Wendit kepada
UPTD Wendit sebesar 40%. Berdasarkan pemeriksaan diketahui hal-hal berikut.

a. Retribusi Tahun 2008 belum diterima sebesar Rp57.000.000,00


Berdasarkan kartu permintaan perforasi yang ada di DPPKA selama Tahun 2008,
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata telah melakukan perforasi sebagai berikut.
Tabel 8
Permintaan Perforasi dan Penjualan Karcis
No. Jenis Karcis Nilai Jumlah Retribusi Yang Seharusnya Disetor
Nominal Perforasi (40%)
1 2 3 4 5 6 = 5 x 40%
1. Perahu Kecil 7.500 10.000 75.000.000 30.000.000
2. Perahu Besar 2.500 3.000 7.500.000 3.000.000
3. Sepeda Air 5.000 3.000 15.000.000 6.000.000
4. Perahu Sedang 10.000 3.000 30.000.000 12.000.000
5. Ban Besar 2.500 3.000 7.500.000 3.000.000
6. Ban Kecil 1.500 6.000 9.000.000 3.600.000

Jumlah 57.000.000

Pihak ke tiga telah melakukan pemungutan retribusi pada wajib retribusi, karcis yang
telah diperforasi tersebut selama tahun 2008 telah habis terjual. Hasil pengujian atas
penjualan dan penyetoran ke Kas Daerah diketahui bahwa selama tahun 2008 tidak ada
penyetoran penerimaan retribusi perahu dan ban. Hasil konfirmasi dengan Paguyupan
Perahu diketahui bahwa Paguyupan memang tidak menyetorkan hasil pungutan retribusi
kepada UPTD maupun ke Kasda. Hal tersebut dilakukan karena selama Wendit tidak
beroperasi maka pendapatan paguyupan perahu tidak ada. Sehingga dana tersebut
digunakan sebagai pengganti selama tidak beroperasi. Paguyupan telah mengirimkan
surat permohonan keringanan pembayaran retribusi, dan telah disetujui oleh Kepala Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata. Namun sampai dengan pemeriksaan berakhir tidak ada
persetujuan tertulis ataupun disposisi yang menyatakan bahwa pihak ke tiga tidak perlu
menyetor ke UPTD Wendit.

b. Terdapat selisih antara penjualan karcis perahu tahun 2009 dengan setoran
penjualan karcis pada UPTD sebesar Rp59.354.000,00
Penyetoran penjualan karcis ke UPTD tidak dilakukan setiap hari tetapi jika
Paguyupan Perahu meminta karcis tambahan pada UPTD Wendit. Berdasarkan hasil
stock opname karcis perahu pada tanggal 10 Oktober 2009 diperoleh informasi sebagai
berikut.
44

Tabel 9
Penjualan Karcis dan Setoran ke UPTD
No. Jenis Karcis Nilai Penjualan Bagian UPTD Setor Ke UPTD Kurang setor
Nominal (lbr) (40%) (lbr) (Rp)
1 2 3 4 5 6 (5-6)
1. Karcis Perahu Besar 5.000 39.600 79.200.000 69.798.0000 9.402.000
2. Karcis Perahu Sedang 20.000 3.778 30.224.000 - 30.224.000
3. Karcis Sepeda Air 10.000 4.932 19.728.000 - 19.728.000
Jumlah 59.354.000
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa Paguyupan Perahu baru menyetor ke
UPTD sebesar Rp69.798.000,00 sedangkan sebesar Rp59.354.000,00 yang merupakan
bagian UPTD belum disetorkan.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2008
tentang Pengelolaan Taman Wisata Air Wendit, pada :
1) Pasal 4 ayat 1 yang menyatakan bahwa setiap orang dan/atau badan dilarang
menggunakan tempat, fasilitas dan/atau ruangan pada Taman Wisata Air Wendit
tanpa izin dari Bupati;
2) Pasal 14 huruf m angka 4 yang menyatakan bahwa pengoperasian perahu dayung dan
retribusi pelampung/Ban dapat dilakukan melalui bentuk kerjasama saling
menguntungkan antara Dinas dengan Pihak Rekanan Pengelola, dengan prosentase
dan mekanisme sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
3) Pasal 16 yang menyatakan bahwa retribusi pengelolaan Taman Wisata Air Wendit
harus disetor seluruhnya ke Kasda selambat-lambatnya 1 (satu) hari kerja.
4) Pasal 31 angka (3) yang menyatakan bahwa khusus pengenaan tarif fasilitas Taman
Wisata Air Wendit berupa tiket tanda masuk dan sarana/prasarana hiburan pada masa
uji coba ditetapkan sebesar 50% dari tarif Perda.

Hal tersebut mengakibatkan Pendapatan retribusi Taman Wisata Wendit dari sarana
perahu dan ban selama tahun 2008 sebesar Rp116.354.000,00 belum dapat dimanfaatkan
untuk pembangunan.

Permasalahan tersebut disebabkan:


a. Kebijakan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata yang tidak berpedoman pada
ketentuan yang berlaku;
b. Kelalain kepala UPTD yang tidak memantau penjualan karcis perahu yang dikelola
pihak ketiga;
c. Kesengajaan Paguyupan Perahu dan Ban yang tidak membayar retribusi.

Atas permasalahan tidak tertibnya pengendalian benda berharga (karcis), Kepala


Disbudpar akan segera menindaklanjutinya.

BPK RI menyarankan Bupati Malang agar memerintahkan Kepala Dinas


Kebudayaan dan Pariwisata :
a. Dalam membuat kebijakan mempedomani ketentuan yang berlaku;
45

b. Memperingatkan Kepala UPTD Wendit agar selalu memantau penjualan karcis yang
diserahkan pada pihak ketiga;
c. Menagih penerimaan retribusi sebesar Rp59.354.000,00 kepada Paguyupan Perahu
dan menyetorkannya ke kas daerah;
d. Meminta legalisasi keringanan pembayaran retribusi atau menyetor ke kas daerah
sebesar Rp57.000.000,00 jika permohonan keringanan tidak ada.
46

11. Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga Kurang Diterima Sebesar
Rp20.450.000,00 dan Terdapat Tunggakan Pemakaian Kios Sebesar
Rp83.651.000,00

Kawasan Stadion Kanjuruhan merupakan sarana olah raga terpadu yang dibangun
berupa lapangan sepak bola stadion dalam, lapangan sepak bola stadion luar, gedung
pertemuan dibagian depan stadion, kios, sarana periklanan, sarana penunjang berupa
jalan, areal parkir dan kamar mandi. Untuk mengelola Stadion Kanjuruan dibentuk UPTD
Sarana dan Prasarana Olah Raga yang bertanggungjawab pada Dinas Pemuda dan Olah
Raga.
Berdasarkan Perda Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Stadion Kanjuruan,
Orang atau Badan yang akan menggunakan sarana prasarana Stadion Kanjuruan harus
mendapat ijin Bupati melalui petugas yang ditunjuk. Atas penggunaan sarana tersebut
dikenakan biaya sewa. Biaya sewa tersebut diakui sebagai Pendapatan Asli Daerah
dengan rincian obyek penerimaan retibusi tempat rekreasi dan olah raga.
Berdasarkan hasil pengujian, pengguna kios atau toko belum mempunyai Surat Ijin
dari Bupati atau Petugas yang ditunjuk. Namun para pemilik tersebut telah menempati
kios atau toko yang ada dikawasan Stadion Kanjuruan. Selama ini pihak UPTD tidak
pernah menerbitkan SKRD sebagai dasar untuk melakukan pemungutan pada penyewa
kios. Konfirmasi dengan Kepala UPTD Stadion Kunjuruan diperoleh informasi bahwa
sampai dengan 10 Oktober 2009 terdapat tunggakan sewa dari pemakai kios sebesar
Rp83.651.000,00 (lampiran 6). Pedagang yang menunggak sebanyak 22 orang dan 10
orang diantaranya kiosnya telah ditutup namun tunggakan belum dapat ditagih.
Selain kios, terdapat sarana lapangan sepak bola stadion dalam, lapangan sepak
bola stadion luar maupun lapangan parkir yang disewakan. Berdasarkan bukti setor
UPTD ke Kasda diketahui bahwa tarif yang dikenakan kepada pengguna tidak sesuai
dengan Perda Nomor 6 Tahun 2005. Tarif yang dikenakan pada para pengguna sebesar
Rp1.000.000,00 sampai dengan Rp2.000.000,00. Sedangkan tarif yang ada di Perda
dihitung perjam.
Rata-rata penggunaan Lapangan sepak Bola Dalam, luar dan lapangan parkir adalah
8 jam. Penyewaan tersebut dimulai pada saat persiapan acara sampai dengan acara
berakhir, jika sarana tersebut disewa oleh penyelenggara maka dalam satu hari sarana
tersebut tidak dapat disewakan kepada penyelenggaran yang lain. Dengan demikian
terdapat selisih antara sewa yang dikenakan pada pengguna dengan sewa berdasarkan
tarif Perda sebesar Rp6.750.000,00 (lampiran 7).
Hasil pengujian juga menunjukkan bahwa penyetoran retribusi ke Kasda dilakukan
1 (satu) bulan sekali oleh kasir di UPTD. Berdasarkan STS diketahui bahwa terdapat
penggunaan lapangan sepak bola dalam, lapangan sepak bola bagian luar, dan biaya sewa
lampu yang belum dikenakan pada pengguna dan belum disetor ke Kasda. Bagi
penyelenggaraan acara yang dilakukan malam hari maka biaya sewa belum termasuk
biaya listrik. Jika rata-rata biaya sewa lampu sebesar Rp1.000.000,00. Maka penerimaan
dari retribusi tempat rekreasi dan sarana olah raga yang belum diterima sebesar
Rp22.500.000,00 (Rp14.500.000,00 + Rp8.000.000,00) (lampiran8). Pada tanggal 15
Oktober 2009, UPTD Stadion Kanjuruan telah menyetorkan pendapatan sewa lapangan
sepak bola sebesar Rp8.800.000,00.
47

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan :


a. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tanggal 9 Desember 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah:
1) Pasal 57 ayat (1) yang menyebutkan bahwa semua penerimaan daerah dilakukan
melalui kas umum daerah;
2) Pasal 57 ayat (2) yang menyebutkan bahwa bendahara penerima wajib menyetor
seluruh penerimaannya ke rekening kas umum daerah selambat-lambatnya dalam
waktu 1 (satu) hari kerja;
b. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tanggal 15 Mei 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah pada pasal 122 Ayat (4) menyebutkan bahwa
penerimaan SKPD berupa uang atau cek harus disetor ke rekening kas umum daerah
paling lama 1 (satu) hari kerja.
c. Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 6 Tahun 2005 tanggal 8 Desember 2008
tentang Pengelolaan Stadion Kanjuruan di Kepanjen, pada :
1) Pasal 5 yang menyatakan bahwa setiap orang atau badan yang menggunakan
tempat/ruangan, tempat usaha/kios/toko dan sarana periklanan di dalam kawasan
stadion wajib memperoleh izin tertulis dari Bupati atau pejabat yang ditunjuk;
2) Pasal 7 ayat 2 yang menyatakan bahwa orang atau badan yang memperoleh izin
atas penggunaan tempat atau ruangan di kawasan stadion dikenakan sewa tempat;
3) Pasal 7 ayat 4 besarnya biaya sewa tempat ruangan dengan rincian sebagai
berikut.
No. Sarana Pengguna Tarif/jam
1. Lapangan Sepak Bola Dalam Pemerintahan, Sosial, Latihan Rp100.000,00
Olah Raga
Bisnis, Komersial Rp250.000,00
2. Gedung Pertemuan Bagian Pemerintah, Sosial Rp200.000,00
Depan Stadion Bisnis, Pertunjukan, Komersial Rp500.000,00
3. Lapangan Sepak Bola stadion Pemerintah, Sosial, Latihan Rp50.000,00
Luar Olah Raga
Bisnis, Pertunjukan, Komersial Rp200.000,00
4. Lapangan Parkir Aspal Pemerintah, Sosial, Latihan Rp75.000,00
Olah Raga
Bisnis Rp150.000,00
Bisnis Pertunjukan/Komersial Rp300.000,00

4) Pasal 7 ayat 5 biaya sewa tempat/ruangan tidak termasuk biaya asuransi,biaya


beban pemakaian listrik, dan pemakaian air;
5) Pasal 13 ayat 4 yang menyebutkan bahwa pendapatan yang diperoleh unit
pengelola sehubungan dengan jasa layanan yang diberikan merupakan
pendapatan daerah.

Hal tersebut mengakibatkan :


a. Penerimaan Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga kurang diterima sebesar
Rp20.450.000,00 (Rp6.750.000,00 + Rp13.700.000,00);
b. Penerimaan Retribusi Sewa Lapangan sepak Bola tertunda sebesar Rp8.800.000,00;
c. Terdapat tunggakan sewa kios sebesar Rp83.651.000,00;
d. Dapat mengakibatkan pengalahgunaan dana kas.
48

Permasalahan tersebut diakibatkan :


a. Kepala Dinas tidak melakukan sosialisasi Izin Hak Pakai atas penggunaan kios/toko;
b. Kepala UPTD kurang optimal dalam melakukan penagihan terhadap pengguna sarana
di kawasan Kanjuruan;
c. Kelalaian kepala UPTD menerapkan tarif sewa yang tidak sesuai dengan Perda;
d. Kelalain Kasir UPTD dalam melakukan penyetoran ke Kasda tidak tepat waktu.

Atas permasalahan tersebut, Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora)


menjelaskan sebagai berikut :
a. Penyewa kios belum mempunyai surat ijin karena untuk menunggu ijin dari Bupati
diperlukan waktu yang lama. Untuk selanjutnya kami akan melaksanakan sesuai
ketentuan;
b. Tunggakan-tunggakan sewa kios akan kami tagihkan terus;
c. Ketidaksesuaian tarif yang berlaku dengan tarif Perda dikarenakan banyaknya
keluhan dari pengguna yang menyatakan terlalu mahal. Agar dapat mencapai target
pendapatan, maka UPTD Sarpras OR memberikan diskon sebagai sarana promosi.
Sementara untuk perbedaan tarif pada Arema, disebabkan adanya perpanjangan
durasi waktu, pertandingan uji coba dan latihan;
d. Keterlambatan setor ke Kasda yang selama ini dilaksanakan satu bulan sekali
dikarenakan keterbatasan tenaga. Untuk selanjutnya akan kami setor sesuai peraturan
yang berlaku.

BPK RI menyarankan Bupati Malang memerintahkan Kepala Dinas Pemuda dan


Olah Raga :
a. Melakukan sosialisasi pengurusan Izin Hak Pakai atas penggunaan kios kepada
pemakai kios;
b. Memerintahkan Kepala UPTD Stadion Kanjuruan untuk menagih pendapatan retribusi
sebesar Rp20.450.000,00 pada peyewa lapangan sepakbola;
c. Memerintahkan Kepala UPTD Stadion Kanjuruan untuk melakukan penagihan
tunggakan pemakaian kios sebesar Rp83.651.000,00 dan menyetorkannya ke Kas
Daerah;
d. Memperingatkan Kepala UPTD Stadion Kanjuruan agar menerapkan tarif sewa sesuai
dengan tarif Perda;
e. Memperingatkan Kasir Stadion Kanjuruan agar melakukan penyetoran kas sesuai
ketentuan yang berlaku.
49

12. Terdapat Tunggakan Retribusi Tempat Pelelangan Ikan Sebesar Rp16.540.992,00

Penyelenggaraan pelelangan ikan antara nelayan sebagai penjual ikan dan bakul
sebagai pembeli ikan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Sendangbiru dilaksanakan oleh
pihak ketiga yaitu KUD Mina Jaya. Dengan adanya sarana tempat pelelangan ikan, maka
transaksi penjualan ikan mulai dari penerimaan, penimbangan, pelelangan sampai dengan
pembayaran dapat menciptakan persaingan yang sehat dalam menentukan harga ikan
yang wajar dan menghindari ketergantungan nelayan kepada para pedagang tertentu. Atas
pelayanan tersebut maka Pemerintah Kabupaten Malang memungut retribusi pelelangan
ikan sebesar 3% yang dikenakan kepada nelayan dan bakul masing-masing sebesar 1,5%.
Berdasarkan hasil cek fisik dilapangan pada tanggal 27 September 2009, diketahui
bahwa penjualan/pembelian ikan di TPI tersebut tidak dilakukan secara tunai. Pemenang
lelang dapat mengambil hasil pelelangan ikan dengan waktu pembayaran selama 5 hari.
Para peserta lelang sebelumnya diharuskan memberikan jaminan yang dapat berupa
sertifikat, BPKB kendaraan dan lain-lain. Dalam pelaksanaannya para pemenang lelang
tidak membayarkan hasil pembeliannya selama 5 hari, terkadang 1 sampai 2 bulan.
Retribusi pelelangan ikan akan dibayarkan saat pembayaran dilakukan oleh pemenang
lelang. Hasil informasi dengan pengurus KUD Mina Jaya diketahui terkadang para
pemenang lelang berhubungan langsung dengan nelayan dalam melakukan pembayaran
tanpa melalui KUD Mina Jaya, sehingga retribusi tidak dapat tertagih. Seharusnya
pemenang pelelangan ikan diwajibkan membayar terlebih dahulu retribusinya secara
tunai sebelum mengambil hasil lelangnya.
Hasil pemeriksaan terhadap data penjualan ikan pada KUD Mina Jaya diketahui
terdapat tunggakan transaksi pelelangan ikan tahun 2008 sebesar Rp551.366.399,8,00
yang nilai retribusinya sebesar Rp16.540.992,00 dengan rincian sebagai berikut
Tabel 10
Transaksi pelelangan ikan tahun 2008
No. Nilai transaksi lelang Retribusi Penjualan Retribusi Pembelian
(Rp) (Rp) (Rp)
1 387.476.066,66 5.812.141,00 5.812.141,00
2 8.421.666,66 126.325,00 126.325,00
3 137.144.866,66 2.057.173,00 2.057.173,00
4 18.323.800,00 274.857,00 274.857,00
Jumlah 551.366.399,80 8.270.496,00 8.270.496,00

Pemeriksaan terhadap susunan dan organisasi Dinas Kelautan dan Perikanan


diketahui terdapat unit pelaksana teknis daerah (UPTD) di tempat pelelangan ikan yang
bertugas untuk meningkatkan pengawasan terhadap kegiatan transaksi penjualan ikan
yang berfungsi sebagai pembina pelaksanaan administrasi teknis di lapangan, hasil
pengecekan dilapangan diketahui hanya terdapat satu orang petugas yang diperbantukan
untuk mengawasi pemungutan retribusi TPI, sehingga seluruh kegiatan pemungutan
sampai penyetoran retribusi dilakukan oleh KUD tanpa pengawasan yang memadai.

Kondisi diatas tidak sesuai dengan :


a. Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 1 Tahun 2009 tanggal 21 Mei 2009
tentang Penyelenggaraan dan Retribusi Pelelangan Ikan di Tempat Pelelangan Ikan
(TPI) pada
1) Pasal 5 ayat (5) yang menyebutkan pembayaran transaksi pembelian ikan
50

dilakukan secara tunai dengan jangka waktu yang disetujui oleh pelaksana lelang;
2) Pasal 18 ayat (1) yang menyebutkan pembayaran retribusi penyelenggaraan
pelelangan ikan harus dilakukan secara tunai.
b. Peraturan Bupati Malang Nomor 15 Tahun 2009 tentang Unti Pelaksana Teknis
Dinas (UPTD) Tempat Pelelangan Ikan pada Dinas Kelautan dan Perikanan pada
pasal 5, antara lain menyebutkan UPTD Tempat Pelelangan Ikan (TPI)
mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan pelelangan ikan, pemungutan
retribusi dan menyetorkan penerimaan retribusi ke Kas Daerah.
c. Perjanjian Kerjasama antara Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Malang
dengan Penyelenggara Pelelangan Ikan Nomor : 900/18A/421.110/2008
Nomor : 027.a/KMJ/SB/IV/2008
tanggal 14 April 2008 pada pasal 2 angka 3 yang menyebutkan pihak pertama
(Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Malang) berkewajiban
melakukan pembinaan terhadap pihak kedua (KUD Mina Jaya) dalam
menyelenggarakan pekerjaan pelelangan ikan dengan dibantu oleh Unit
Pelaksanaan Teknis Dinas Tempat Pelelalangan Ikan (UPTD TPI) Pondokdadap
untuk pelaksanaan administrasi teknis di lapangan.

Hal tersebut mengakibatkan penerimaan retribusi belum diterima sebesar


Rp16.540.992,00 (Rp8.270.496,00 + Rp8.270.496,00 )

Permasalahan tersebut terjadi karena :


a. Pembayaran retribusi pelelangan ikan tidak dibayarkan tunai oleh pemenang lelang
pada saat pengambilan ikan di TPI;
b. Faktor kesengajaan dari penjual dan pembeli yang tidak membayar retribusi
pelelangan ikan.

Atas permasalahan tersebut, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan memberikan


tanggapan bahwa atas temuan tersebut memang benar, retribusi tersebut merupakan
tunggakan dari pengusaha (pembelian) pada pelelangan tahun 2008, KUD Mina Jaya
Sendangbiru telah melakukan penagihan kepada pengusaha tersebut, sesuai dengan
tagihan tanggal 9 oktober 2008, sampai dengan saat ini masih belum ada pengembalian.

BPK RI menyarankan agar Bupati Malang memerintahkan :


a. Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan agar mengoptimalkan fungsi UPTD di TPI dan
melakukan pengawasan atas pembayaran retribusi oleh pemenang lelang;
b. Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan berkoordinasi dengan KUD Mina Jaya agar
lebih intensif menangih retribusi sebesar Rp16.540.992,00 yang belum terbayar
kepada pengusaha dan menyetorkannya ke Kas Daerah.
c. Kepala Dinas Kelautan dan Pariwisata memberi peringatan kepada wajib retribusi
yang belum membayar retribusi.
51

13. Pemungutan Retribusi Atas Izin Hak Pakai Ruangan Pasar Belum Optimal

Pasar adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk melaksanakan


transaksi perdagangan. Dalam rangka melakukan proses jual beli tersebut maka perlu
dibangun tempat usaha berupa toko, kios, bedak dan los. Selanjutnya untuk dapat
menggunakan tempat atau ruangan pasar tersebut setiap orang atau badan harus
memperoleh izin hak pakai.
Pemeriksaan terhadap izin hak pakai ruangan pasar di Kabupaten Malang dari
seksi pengembangan pasar diketahui sebagai berikut:

Tabel 11
Ijin Hak Pakai Ruangan Pasar
No Pasar Jumlah Izin (SK) Yang
Kios/bedak/Los belum Izin
1 Lawang 1.309 1,122 187
2 Kepanjen 1.213 1.213 -
3 Singosari 791 341 450
4 Dampit 1.085 373 712
5 Turen 713 713 -
6 Pujon 446 275 171
7 Gondanglegi 777 305 472
8 Tumpang 847 842 5
9 Wajak 544 286 258
10 Sumberpucung 349 302 47
11 STA. Mantung 42 42
12 Karangploso 487 487
13 Sbr. Mj. Wetan 260 203 57
14 Donomulyo 456 456
15 Pakis 195 112 83
16 Bululawang 364 364
17 Pakisaji 425 393 32
18 Wonokerto 225 111 114
19 Bantur 232 232
20 Watesbelung 190 188 2
21 Ngantang 161 130 31
22 Pagak 166 119 47
23 Ngebruk 130 127 3
24 Krebet 80 80
25 Jeru 190 190
26 Tajinan 113 100 13
27 Sbr. Mj. Kulon 246 45 201
28 Sumedang 600 349 251
29 Kaligadung 83 46 37
30 Sedayu 89 89
31 Cungkal 24 7 17
32 Jabung 30 30
33 Kromengan 96 10 86
Jumlah 12.958 9.682 3.276

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa sebanyak 3.276 toko, kios dan los yang
sudah dihuni pada 33 pasar belum memiliki izin pakai ruangan pasar.
52

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Malang


Nomor 6 Tahun 2003 tanggal 21 Mei 2003 tentang Penataan dan Pengelolaan Pasar pada
a. Pasal 2 ayat (3) yang menyebutkan setiap orang atau badan dilarang menggunakan
tempat dan atau ruangan pasar tanpa izin dari Bupati;
b. Pasal 2 ayat (4) yang menyebutkan setiap orang atau badan yang menggunakan tempat
atau ruangan pasar harus memperoleh izin pemakaian secara tertulis dari Bupati;
c. Pasal 3 ayat (3) yang menyebutkan izin pemakaian pasar dan perpanjangan izin
dikenakan biaya administrasi.

Tidak dapat dipungutnya retribusi ruangan pasar mengakibatkan penerimaan


retribusi tidak optimal.

Hal tersebut terjadi karena :


a. Kesengajaan dari pemakai kios, bedak dan los yang tidak mengurus izin hak pakai
ruangan pasar;
b. Unit Pengelolaan Pasar Daerah (UPPD) kurang optimal dalam melakukan pengelolaan
pasar.

Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Pasar menjelasan bahwa Ijin Hak
Pakai atas empat pasar di Kabupaten Malang belum diketahui masa berlakunya. Untuk
selanjutnya, akan kami laksanakan koordinasi dengan pihak investor dan menertibkan
pedagang tentang perpanjangan Surat Ijin Hak Pakai.

BPK RI menyarankan kepada Bupati Malang untuk memerintahkan Kepala Dinas


Perindustrian Perdagangan dan Pasar agar melakukan sosialisasi dan penertiban kepada
pedagang yang belum memiliki izin hak pakai ruangan pasar.
53

14. Pembayaran Retribusi Pelayanan Pasar Sistem Bulanan Sebesar


Rp2.819.928.419,00 Tidak Sesuai dengan Peraturan Daerah

Dalam rangka meningkatkan pendapatan daerah, Pemerintah Kabupaten Malang


yang diwakili Dinas Perindustrian Perdagangan dan Pasar melakukan pungutan retribusi
pelayanan pasar kepada pedagang atas pemberian dan pemanfaatan fasilitas pasar. Tata
cara pemungutan retribusi pelayanan pasar untuk kios, bedak dan los dilakukan dengan
dua sistem yaitu secara harian dan bulanan. Apabila pembayaran retribusi dilakukan
secara bulanan yaitu dibayarkan di muka sekaligus 1 (satu) bulan, maka berdasarkan
Keputusan Bupati Nomor 1 Tahun 2004, wajib retribusi akan mendapatkan potongan
sebesar 44%.
Realisasi retribusi pelayanan pasar dengan sistem bulanan tahun 2008 sebesar
Rp1.582.605.987,00 dan tahun 2009 (s.d Agustus 2009) sebesar Rp1.237.322.432,00
Pemeriksaan lebih lanjut terhadapan potongan retribusi dengan sitem bulanan pada
Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 6 Tahun 2003 tentang Penataan dan
Pengelolaan Pasar, hanya diberikan potongan sebesar 25%.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pemberian potongan sebesar 44%
berdasarkan Keputusan Bupati bertentangan dengan Perda yang hanya memberikan
potongan sebesar 25%. Adapun selisih perbandingan potongan tersebut, adalah sebagai
berikut.

Tabel 12
Perbandingan retribusi sistem bulanan
Tahun Retribusi Toko dan Bedak/Los berlangganan
Potongan 44% Potongan 25 % Selisih
2008 1.582.605.987,00 2.119.561.589,73 536.955.602,73
2009 1.237.322.432,00 1.657.128.257,14 419.805.825,12
Jumlah 2.819.928.419,00 3.776.689.846,88 956.761.427,88

Dari tabel tersebut di atas bahwa pendapatan retribusi pasar dengan sistem bulanan tahun
2008 dan 2009 akan diterima lebih tinggi bila pemberian potongan atas sistem bulanan
diberikan potongan 25% yaitu sebesar Rp956.761.427,88 (Rp3.776.689.846,88 –
Rp2.819.928.419,00).

Hal tersebut di atas tidak sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Malang
Nomor 6 Tahun 2003 tanggal 21 Mei 2003 tentang Penataan dan Pengelolaan Pasar pada
Pasal 14 ayat (1) yang menyebutkan apabila retribusi harian sebagaimana dimaksud Pasal
13 ayat (3) Peraturan Daerah ini dibayarkan di muka sekaligus 1 (satu) bulan, maka wajib
retribusi akan mendapatkan potongan sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari tarip 1
(satu) bulan dan dibayar paling lambat tanggal 10 (sepuluh) dari bulan berjalan.

Kondisi tersebut mengakibatkan Pendapatan Asli daerah dari retribusi pelayanan


pasar dengan cara berlangganan yang diterima lebih rendah sebesar Rp956.761.427,88.

Hal tersebut disebabkan oleh kerancuan atas ketentuan di Dinas Perindustrian


Perdagangan dan Paar antara lain Keputusan Bupati Malang Nomor 1 Tahun 2004
bertentangan dengan peraturan Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 6 Tahun
2003.
54

Atas permasalahan tersebut, Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Pasar


memberikan tanggapan bahwa untuk selanjutnya kami tindaklanjuti dengan menghapus
SK Bupati Nomor 1 Tahun 2004 dan kembali kepada Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun
2003 yaitu potongan retribusi bulanan sebesar 25%.

BPK RI menyarankan kepada Bupati Malang agar meninjau kembali tentang


Keputusan Bupati Malang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Potongan Retribusi Harian Pasar
yang Dibayar Didepan, yang bertentangan dengan Peraturan Daerah.
55

15. Retribusi Pelayanan Pasar dan Retribusi Pelayanan Perijinan Bidang Kesehatan
Terlambat Disetor Ke Kas Daerah

a. Retribusi Pelayanan Pasar pada Dinas Perindustrian Perdagangan dan Pasar


(Disperindag pasar) terlambat disetor ke Kas Daerah
Dinas Perindustrian Perdagangan dan Pasar merupakan dinas penggali yang
mengelola retribusi pelayanan pasar. Pada tahun 2008 pendapatan retribusi
dianggarkan sebesar Rp3.325.296.000,00 dan telah direalisasikan sebesar
Rp3.389.814.330,00 dan pada tahun 2009 dianggarkan sebesar Rp3.355.420.000,00
dan telah direalisasikan sebesar Rp2.386.886.602,00 (s.d Agustus 2009).
Pemeriksaan atas penerimaan retribusi pelayan pasar diketahui bahwa hasil
retribusi harian yang dipungut oleh petugas pasar tidak langsung disetor ke Kas
daerah namun disetor ke Bendaharawan Pembantu Penerima yang ada di masing-
masing Unit Pelayanan Pasar Daerah (UPPD). Penyetoran dilakukan satu sampai dua
kali dalam seminggu oleh Bendahara Pembantu Penerima kepada Bendaharawan
Penerima yang ada di dinas. Kemudian Bendaharawan Penerima di dinas
menyetorkannya ke Kas Daerah. Hasil konfirmasi dengan bendahara penerima
diketahui bahwa Bank Jatim yang ada di wilayah Kabupaten Malang sebanyak
delapan lokasi yaitu Lawang, Singosari, Mantung, Gondanglegi, Tumpang, Dampit,
Turen dan Kepanjen yang secara geografis dapat terjangkau UPPD.
Pemeriksaan lebih lanjut terhadap bukti setor diketahui bahwa keterlambatan
penyetoran tersebut mengacu pada Keputusan Bupati Malang Nomor 50 Tahun 2003
tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 6 Tahun
2003 tentang penataan dan pengelolaan Pasar, antara lain menyebutkan bahwa hasil
pungutan dari pembantu bendahara penerimaan disetorkan kepada bendahara
penerima Dinas Pasar Kabupaten Malang seminggu sekali.
b. Retribusi Pelayanan Perijinan Dinas Kesehatan Kabupaten Malang sebesar
Rp42.800.000,00 terlambat disetor ke Kasda
Dinas Kesehatan Kabupaten Malang dianggarkan menerima pendapatan pada
TA 2008 sebesar Rp2.747.463.000,00 dan TA 2009 sebesar Rp12.100.400.000,00.
Realisasi penerimaan retribusi pelayanan kesehatan pada TA 2008 adalah sebesar
Rp2.958.583.000,00 (107,68%) dan TA 2009 (s.d Agustus) sebesar
Rp4.274.106.800,00 (35,32%). Untuk pelayanan perijinan di bidang kesehatan masih
baru diterapkan di Dinas Kesehatan berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 17 Tahun
2008 tanggal 24 Desember 2008 yang mengatur tentang Perijinan di Bidang
Kesehatan. Berdasarkan pemeriksaan terhadap bukti setor ke Kasda, diketahui bahwa
setoran pendapatan pelayanan perijinan baru disetor ke Kasda pada bulan Juni 2009,
sesuai rincian berikut.
Tabel 13
Setoran Bendahara Retribusi Perijinan
Tgl. Setor Uraian Jumlah (Rp)
19 Juni 2009 Pendapatan Bulan Juni 5.200.000
23 Juli 2009 Pendapatan Bulan Juli 5.325.000
27 Juli 2009 Pendapatan Bulan Juli 6.200.000
05 Oktober 2009 Pendapatan Bulan Agustus 9.900.000
05 Oktober 2009 Pendapatan Bulan September 16.175.000
Jumlah 42.800.000
56

Dari wawancara terhadap Bendahara Pelayanan Perijinan, diketahui bahwa


keterlambatan penyetoran dikarenakan Peraturan Bupati yang mengatur teknis
penyetoran pendapatan perijinan sampai sekarang belum terbit.

Kondisi diatas tidak sesuai dengan :


a. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tanggal 9 Desember 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah pada Pasal 57 ayat (2) menyebutkan bahwa bendahara
penerimaan wajib menyetor seluruh penerimaannya ke rekening kas umum daerah
selambat-lambatnya dalam waktu 1 (satu) hari kerja;
b. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tanggal 15 Mei 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah pada Pasal 122 ayat (4) menyebutkan bahwa
penerimaan SKPD berupa uang atau cek harus disetor ke rekening kas umum daerah
paling lama 1 (satu) hari kerja;
c. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 43 Tahun 1999 tanggal 17 Mei 1999
tentang Sistem dan Prosedur Administrasi Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan
Penerimaan Pendapatan Lain-lain pada pasal 7 huruf C angka 1 huruf a angka 4) yang
menyebutkan bahwa bendahara khusus penerima menyetorkan uang ke Kas Daerah
secara harian disertai bukti setoran bank.

Hal tersebut mengakibatkan penerimaan retribusi tidak diterima tepat waktu.

Permasalahan tersebut disebabkan :


a. Keputusan Bupati Malang Nomor 50 Tahun 2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 6 Tahun 2003 tentang Penataan dan
Pengelolaan Pasar bertentangan dengan Peraturan Perundangan-undangan yang
berlaku;
b. Belum terbitnya peraturan yang diperlukan dalam menunjang Peraturan Daerah
tentang Retribusi Pelayanan Perijinan Bidang Kesehatan.

Atas permasalahan tersebut, Kepala Dinas Industri, Perdagangan dan Pasar


memberikan tanggapan bahwa pasar yang dikelola Pemerintah Daerah sejumlah 33 pasar
dan tidak semua pasar yang ada, lokasinya dekat dengan Bank Jatim. Bagi pasar kecil
kelas II dan kelas III, bila disetor pendapatan retribusi setiap hari, biaya operasional dan
waktu akan bertambah.
Kepala Dinas Kesehatan menjelaskan bahwa keterlambatan setor Bendahara
Perijinan karena menunggu Perbup tentang Juknis Perijinan yang sedang direvisi dan
sampai dengan saat penyetoran, revisi belum turun. Untuk kedepannya kami akan
melakukan pengendalian dan pengawasan retribusi pelayanan perijinan.

BPK RI menyarankan kepada :


a. Bupati agar meninjau kembali Keputusan Bupati Malang Nomor 50 Tahun 2003
tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 6 Tahun
2003 tentang penataan dan pengelolaan Pasar yang bertentangan dengan peraturan
perundangan-undangan yang lebih tinggi;
57

b. Kepala Dinas Kesehatan berkoordinasi dengan Bagian Hukum untuk terus memantau
Peraturan Bupati yang direvisi dan berkoordinasi dengan DPPKA tentang penyetoran
Retribusi Perijinan ke Kasda.
58

16. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor (PKB) Tidak Disetor ke Kas Daerah
Sebesar Rp3.069.000,00 dan Digunakan Langsung Sebesar Rp20.186.000,00

Pada Tahun Anggaran 2008, Pemerintah Kabupaten Malang menganggarkan


Pendapatan Asli Daerah dari Retribusi Pelayanan Pengujian Kendaraan Bermotor (PKB)
sebesar Rp924.000.000,00 dengan realisasi sebesar Rp1.015.913.000,00 (109,94%), dan
pada Tahun Anggaran 2009 dianggarkan sebesar Rp1.000.000.000,00 dengan realisasi s.d
bulan Agustus sebesar Rp771.556.000,00 (77,16%).
Untuk pelayanan Pengujian Kendaraan Bermotor (PKB), Dinas Perhubungan,
Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) dibantu dua UPT PKB, yaitu UPT PKB
Talangagung dan UPT PKB Karanglo. Dari hasil pemeriksaan pada setoran retribusi PKB
Talangagung, diketahui bahwa Bendahara UPT tidak setiap hari menyetor pendapatannya
ke Kasda. Penyetoran dilakukan seminggu sekali kepada Bendahara Penerimaan
Dishubkominfo. Selain itu, diketahui pula bahwa tidak semua pendapatan mingguan UPT
PKB Talangagung disetor ke Bendahara Penerima Dishubkominfo. Hal ini terlihat dari
data rekapitulasi setoran yang dibuat Bendahara UPT PKB per minggu, ternyata tidak
sesuai dengan jumlah yang tertulis di Surat Tanda Setoran (STS). Selisih antara
pendapatan riil dengan pendapatan yang disetor ke Kasda dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14
Rekapitulasi setoran Bendahara UPT PKB Talangagung
Rekap Bendahara UPT Setor ke Kasda
Tahun Bulan Tgl setor ke Tgl setor ke selisih (Rp)
Jumlah (Rp) Jumlah (Rp)
BP Dishub BP Dishub
2008 Agustus 15 11.200.500 19 11.010.500 (190.000)
25 14.064.000 26 12.369.000 (1.695.000)
September 1 11.269.000 2 10.378.000 (891.000)
8 11.360.000 9 11.130.000 (230.000)
15 15.576.500 16 14.766.500 (810.000)
22 14.809.000 23 14.619.000 (190.000)
Oktober 6 18.005.500 7 16.240.500 (1.765.000)
13 15.134.500 14 14.944.500 (190.000)
20 10.001.000 21 9.811.000 (190.000)
27 16.040.500 28 15.850.500 (190.000)
Nopember 3 11.274.500 5 9.529.500 (1.745.000)
10 10.123.000 11 9.973.000 (150.000)
17 13.162.500 18 12.972.500 (190.000)
24 10.626.000 25 9.231.000 (1.395.000)
Desember 1 12.096.500 2 11.906.500 (190.000)
5 8.601.500 9 8.181.500 (420.000)
15 13.010.000 16 12.500.000 (510.000)
22 12.502.500 23 11.787.500 (715.000)
24 7.967.500 31 6.562.500 (1.405.000)
31 3.069.000 (3.069.000)*
Jumlah 2008 239.893.500 223.763.500 (16.130.000)
2009 Januari 6 7.404.000 6 7.404.000 -
13 12.898.500 13 12.183.500 (715.000)
20 16.241.500 20 16.091.500 (150.000)
27 9.382.000 27 8.842.000 (540.000)
59

Februari 2 18.667.500 3 18.517.500 (150.000)


9 15.154.500 10 14.505.000 (649.500)
16 15.382.500 17 15.232.500 (150.000)
23 12.176.500 24 11.131.500 (1.045.000)
Maret 2 14.494.000 3 14.344.000 (150.000)
6 8.664.500 10 7.109.500 (1.555.000)
16 16.800.000 17 16.650.000 (150.000)
23 17.958.000 24 16.537.500 (1.420.500)
30 11.342.500 31 11.192.500 (150.000)
April 6 8.913.000 7 8.763.000 (150.000)
13 11.182.500 14 11.182.500 -
20 15.198.500 21 15.048.500 (150.000)
Total 2009 211.860.000 204.735.000 (7.125.000)
Total 2008 & 2009 451.753.500 428.498.500 (23.255.000)
Keterangan : * tidak disetorkan ke Kasda sebesar Rp3.069.000,00

Karena data rekapitulasi Bendahara UPT PKB yang ada hanya mulai tanggal 15
Agustus 2008, maka kekurangan setor sebelum tanggal 15 Agustus 2008 belum bisa
dihitung. Sampai dengan berakhirnya pemeriksaan, data yang dimaksud belum bisa
diserahkan kepada Tim dengan alasan data hilang dan pergantian Bendahara. Kekurangan
setor terjadi sampai dengan tanggal 20 April 2009, bertepatan dengan Bendahara UPT
yang lama (Sdr. S) telah pensiun dan digantikan Bendahara yang baru. Setelah berganti
dengan Bendahara yang baru, setoran pendapatan ke kasda sudah sesuai dengan
pendapatan riilnya.
Dari hasil konfirmasi dengan Kepala UPT PKB Talangagung, bahwa terjadinya
selisih antara penerimaan UPT dan jumlah yang disetorkan ke Kasda merupakan biaya
operasional UPT. Saat ini, biaya operasional di UPT PKB Talangagung sangat terbatas.
Untuk beberapa pengeluaran tidak dianggarkan sehingga UPT memerlukan tambahan
biaya untuk pembelian BBM, ATK dan pencetakan blangko-blangko. Total pendapatan
yang digunakan langsung untuk biaya opersional adalah sebesar Rp20.186.000,00
(Rp23.255.000,00 – Rp3.069.000,00). SPJ dari pengeluaran biaya operasional tersebut
diserahkan kepada Tim pada saat Tim berada di lapangan. Sementara itu, untuk setoran
tanggal 31 Desember 2008 sebesar Rp3.069.000,00 yang tidak disetor ke Kasda
merupakan kesalahan dari bendahara lama (Sdr. S). Atas kekurangan ini telah disetor ke
Kasda sesuai STS tanggal 14 Oktober 2009.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan :


a. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tanggal 9 Desember 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah:
1). Pasal 57 ayat (1) yang menyebutkan bahwa semua penerimaan daerah dilakukan
melalui kas umum daerah;
2). Pasal 57 ayat (2) yang menyebutkan bahwa bendahara penerima wajib menyetor
seluruh penerimaannya ke rekening kas umum daerah selambat-lambatnya dalam
waktu 1 (satu) hari kerja;
3). Pasal 59 ayat (1) yang menyatakan bahwa Penerimaan Satuan Kerja 23 Perangkat
Daerah yang merupakan penerimaan daerah tidak dapat dipergunakan langsung
untuk pengeluaran;
60

b. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tanggal 15 Mei 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, pada :
1). Pasal 20 ayat (2) Seluruh pendapatan daerah, belanja daerah, dan pembiayaan
daerah dianggarkan secara bruto dalam APBD;
2). Pasal 122 ayat (3) bahwa penerimaan SKPD dilarang digunakan langsung untuk
membiayai pengeluaran, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-
undangan;
3). Pasal 122 Ayat (4) menyebutkan bahwa penerimaan SKPD berupa uang atau cek
harus disetor ke rekening kas umum daerah paling lama 1 (satu) hari kerja.

Hal tersebut mengakibatkan :


a. Membuka peluang terjadinya penyalahgunaan pendapatan daerah tanpa pengendalian
yang memadai;
b. Penerimaan daerah tidak diterima tepat waktu sebesar R3.069.000,00.

Permasalahan tersebut disebabkan karena :


a. Kelalaian Kepala UPT PKB Talangagung menggunakan pendapatan secara langsung
sebesar Rp20.186.000,00 untuk biaya operasional;
b. Kelalaian Bendahara UPT PKB Talangagung yang tidak menyetorkan hasil
penerimaan retribusi PKB sebesar Rp3.069.000,00 secara tepat waktu ke Kas Daerah.

Terhadap kekurangan setor pendapatan retribusi pengujian kendaraan bermotor


sebesar Rp23.225.000,00 dapat kami jelaskan bahwa kekurangan setor tersebut
dipergunakan UPT untuk menambah biaya operasional pengujian kendaraan bermotor
yang sangat terbatas dan tidak mencukupi untuk mendukung kegiatan pelayanan
masyarakat yang meliputi : pembelian BBM solar/olie, pencetakan kuitansi/blanko
pengujian ATK. Bahwa bendahara tidak melakukan setoran tepat waktu sesuai
Permendagri 13 Tahun 2006, kami sependapat dan akan segera kami tunjuk bendahara
pembantu penerima di UPT sehingga bisa langsung menyetor melalui Bank Jatim.

BPK RI menyarankan kepada Bupati Malang agar memerintahkan Kepala Dinas


Perhubungan, Komunikasi dan Informatika untuk memperingatkan Kepala UPT PKB
Talangagung agar tidak menggunakan pendapatan secara langsung dan tepat waktu.
61

17. Pendapatan dari Klaim Askes Tahun 2009 Belum Diterima Sebesar
Rp1.535.913.182,00 dan Pengajuan Klaim Kepada PT. Askes (persero) Cabang
Malang Terlambat

RSUD Kanjuruhan Kabupaten Malang telah berbentuk Badan Layanan Umum


Daerah (BLUD). Pendapatan dianggarkan RSUD Kanjuruhan untuk TA 2008 sebesar
Rp24.000.000.000,00 dan terealisasi sebesar Rp24.527.014.456,98 (102,19%).
Sedangkan untuk TA 2009, pendapatannya dianggarkan sebesar Rp24.000.000.000,00
dan terealisasi sebesar Rp19.084.119.135,05 (79,52%). Salah satu sumber pendapatan
RSUD Kanjuruhan adalah hasil klaim ke PT. Askes (Persero). Setiap bulan Bendahara
khusus Askes akan mengajukan berkas klaim kepada PT. Askes (Persero) Cabang
Malang. Oleh PT. Askes (Persero), berkas pengajuan klaim yang telah lengkap dan
memenuhi persyaratan akan segera dibayarkan dan penerimaan tersebut dicatat sebagai
pendapatan Askes. Hasil pemeriksaan atas pengajuan dan pencairan klaim dari PT. Askes
(Persero) Cabang Malang, diketahui hal-hal sebagai berikut :

a. Masih terdapat klaim yang belum dibayar oleh PT. Askes (Persero) Cabang
Malang senilai Rp1.535.913.182,00, yaitu :
1). Klaim Askes Rawat Jalan Tingkat Lanjut (RJTL) dan Askes Rawat Inap Tingkat
Lanjut (RITL) sebesar Rp1.359.739.000,00.
Sampai dengan saat berlangsungnya pemeriksaan, Bendahara Askes telah
mengajukan klaim sampai dengan bagian bulan Agustus 2009. Namun untuk
pencairannya baru mencapai bagian bulan April 2009, sementara bagian bulan
Mei, Juni, Juli dan Agustus belum dicairkan. Masing-masing senilai
Rp308.807.500,00; Rp336.192.500,00; Rp362.501.500,00 dan
Rp352.237.500,00. Total klaim dari bulan Mei sampai dengan Agustus 2009
adalah sebesar Rp1.359.739.000,00. Dengan demikian pendapatan dari klaim
Askes sebesar Rp1.359.739.000,00 belum diterima. (Lihat tabel 15)

2). Klaim Askes Obat-obatan sebesar Rp176.174.182,00.


Sampai dengan saat berlangsungnya pemeriksaan, Bendahara Askes Obat telah
mengajukan klaim Askes sampai dengan bagian bulan Juli 2009. Namun untuk
hasil klaim, pencairan baru mencapai bagian bulan Maret 2009, sementara bagian
bulan April, Mei, Juni belum cair. Bulan Juli dan Agustus belum cair karena
Bendahara Askes belum mengajukan klaim. Nilai yang diklaim untuk bulan
April, Mei dan Juni masing-masing senilai Rp87.511.696,00; Rp38.646.039,00
dan Rp50.016.447,00. Total klaim dari bulan April sampai dengan Juni 2009
adalah sebesar Rp176.174.182,00. Dengan demikian pendapatan dari klaim
Askes sebesar Rp176.174.182,00 belum diterima. (Lihat tabel 16)
62

Tabel 15
Pengajuan dan Pencairan Askes Rawat Jalan dan Rawat Inap
Askes
Bend Askes
terlambat
Jenis Klaim Tgl Tgl Pencairan terlambat
mencairkan
Tahun Bulan Pengajuan Klaim oleh PT mengajukan
klaim (> 10
Klaim Askes klaim (> tgl
Rawat Jalan Rawat Inap Total hari stlh tgl
10 tiap bulan)
(Rp) (Rp) (Rp) klaim)
2008 Januari 80.535.000 138.768.000 219.303.000 08/02/2009 15/04/2009 - hari hari
Februari 64.105.000 138.744.000 202.849.000 26/03/2009 30/04/2009 16 hari 25 hari
Maret 53.738.000 138.197.000 191.935.000 27/04/2009 23/05/2009 17 hari 16 hari
April 55.083.000 134.054.000 189.137.000 23/05/2009 13/06/2009 13 hari 10 hari
Mei 48.184.000 116.769.000 164.953.000 16/06/2009 28/07/2009 6 hari 55 hari
Juni 52.789.000 145.319.000 198.108.000 15/07/2009 22/08/2009 5 hari 27 hari
Juli 58.625.000 136.402.000 195.027.000 12/08/2009 19/09/2009 2 hari 28 hari
Agustus 55.870.000 173.551.000 229.421.000 11/09/2009 23/09/2009 1 hari 41 hari
September 60.115.000 122.854.000 182.969.000 05/11/2009 22/11/2009 26 hari 7 hari
Oktober 57.028.000 150.305.000 207.333.000 12/12/2009 24/12/2009 22 hari 2 hari
Nopember 61.328.000 156.584.000 217.912.000 12/12/2009 24/12/2009 2 hari 2 hari
Desember 65.649.000 170.335.000 235.984.000 12/01/2009 12/02/2009 2 hari 21 hari
2009 Januari 64.044.000 164.675.000 228.719.000 03/05/2009 22/05/2009 48 hari 9 hari
Februari 62.405.000 137.016.000 199.421.000 03/05/2009 25/05/2009 18 hari 9 hari
Maret 86.500.500 278.552.500 365.053.000 04/07/2009 28/07/2009 85 hari 14 hari
April 82.638.500 218.169.000 300.807.500 25/07/2009 28/07/2009 55 hari 0 hari
Mei 72.200.500 236.659.500 308.860.000 25/07/2009 blm cair 45 hari 73 hari*
Juni 91.592.000 244.600.500 336.192.500 06/08/2009 blm cair 37 hari 61 hari*
Juli 105.280.000 257.221.500 362.501.500 10/09/2009 blm cair 30 hari 22 hari*
Agustus 77.893.500 274.344.000 352.237.500 10/09/2009 blm cair 0 hari 22 hari*
Keterangan : * keterlambatan dihitung sampai dengan berakhirnya pemeriksaan oleh tim, yaitu tanggal 16
Oktober 2009.

Tabel 16
Pengajuan dan Pencairan Askes Obat-obatan
Askes
Tgl Bendahara terlambat
Tgl
Pencairan Askes terlambat mencairkan
Tahun Bulan Jumlah klaim Pengajuan
Klaim oleh mangajukan klaim (>7 hari
Klaim
PT. Askes klaim (>tgl 10) setelah tgl
klaim )
2008 Januari 65.881.681 10/03/2008 07/05/2008 30 hari 51 hari
Februari 45.709.509 04/04/2008 16/05/2008 25 hari 35 hari
Maret 53.191.127 29/04/2008 18/06/2008 19 hari 43 hari
April 49.257.320 16/06/2008 23/09/2008 51 hari 92 hari
Mei 44.742.633 16/06/2008 23/09/2008 20 hari 92 hari
Juni 53.687.122 20/08/2008 23/09/2009 41 hari 19 hari
Juli 58.388.756 20/08/2008 24/09/2008 10 hari 20 hari
Agustus 74.867.316 13/09/2008 28/10/2008 3 hari 38 hari
September 49.701.069 20/10/2008 20/11/2008 10 hari 23 hari
Oktober 62.351.026 20/10/2008 24/12/2009 10 hari 58 hari
Nopember 73.423.163 05/01/2009 20/02/2009 26 hari 39 hari
Desember 71.579.094 06/02/2009 05/03/2009 27 hari 20 hari
2009 Januari 68.698.239 20/03/2009 22/05/2009 38 hari 56 hari
Februari 84.692.982 30/04/2009 03/06/2009 20 hari 27 hari
63

Maret 95.794.742 23/06/2009 28/07/2009 74 hari 28 hari


April 87.511.696 30/07/2009 belum cair 81 hari 71 hari*
Mei 38.646.039 27/08/2009 belum cair 78 hari 43 hari*
Juni 50.016.447 03/09/2009 belum cair 55 hari 36 hari*
Juli - belum klaim belum cair -
Agustus - belum klaim belum cair -
Keterangan : * keterlambatan dihitung sampai dengan berakhirnya pemeriksaan oleh tim, yaitu tanggal 16
Oktober 2009.

b. Bendahara Askes terlambat mengajukan klaim ke PT. Askes (Persero) Cabang


Malang
Dari tabel 15 dan tabel 16 dapat kita ketahui bahwa pengajuan klaim oleh
Bendahara Askes sendiri juga mengalami kelambatan. Seharusnya pengajuan klaim
diajukan paling lambat tanggal 10 setiap bulannya, namun kenyataan dilapangan
menunjukkan bahwa keterlambatan pengajuan klaim bisa mencapai dua bulanan.
Atas keterlambatan ini, Manajer PT. Askes (Persero) Cabang Malang mengirimkan
surat kepada Direktur RSUD Kepanjen Nomor 878/13-08/0709 tanggal 13 Juli 2009,
perihal permohonan agar pihak RSUD segera mengajukan klaim untuk bulan Maret,
April, Mei dan Juni 2009. Menurut Bendahara Askes, keterlambatan pengajuan klaim
ini terjadi karena Bendahara kesulitan melengkapi berkas pengajuan dengan cepat.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan :


a. Kesepakatan Bersama antara PT. Askes (Persero) Cabang Malang dengan RSUD
Kanjuruhan Nomor 445/446A/421.215/2009 tentang Pelayanan Kesehatan bagi
Peserta Askes Sosial PT. Askes (Persero). Pada Lampiran II tentang Tatacara
pengajuan tagihan dan pembayaran, pada poin 1 disebutkan bahwa pengajuan klaim
pelayanan oleh PPK paling lambat tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya dan teratur
setiap bulannya. Pada poin 4 disebutkan bahwa dalam bulan yang sama setelah
pengajuan klaim pelayanan, Pihak Pertama wajib membayar sesuai hasil verifikasi,
atau paling lambat bulan berikutnya. Pada poin 5 disebutkan bahwa apabila 2 (dua)
bulan setelah diverifikasi Pihak Pertama belum melunasi tagihan yang sudah benar
dan lengkap, maka dikenakan denda sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 ayat (2);
b. Surat Keputusan Direksi Askes Nomor 21/Kep/0109 tanggal 21 Januari 2009 tentang
Pedoman Administrasi Pelayanan Kesehatan Askes Sosial PT. Askes (Persero), pada:
1) Bab IV tentang Proses Administrasi Klaim, disebutkan bahwa PPK mengajukan
klaim kepada PT. Askes (Persero) setiap bulan secara reguler paling lambat
tanggal 10 bulan berikutnya;
2) Bab VI tentang Standar Pelayanan Non Medik (SPNM), disebutkan bahwa untuk
penyelesaian pembayaran tagihan Rawat Jalan Tingkat Lanjutan (RJTL) dengan
jumlah kasus 3.001-6.000/bulan diperlukan waktu 10 hari. Untuk penyelesaian
pembayaran tagihan Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL) dengan jumlah kasus
3501-800/bulan diperlukan waktu 10 hari. Untuk penyelesaian pembayaran
tagihan Apotik dengan jumlah kasus >10.000 resep/bulan diperlukan waktu 7
hari.

Hal tersebut mengakibatkan pendapatan klaim dari PT. Askes (Persero) tidak
diterima tepat waktu sebesar Rp1.535.913.182,00,00.
64

Permasalahan tersebut disebabkan :


a. Kelalaian Bendahara Askes RSUD Kanjuruhan Malang dalam mengajukan klaim
Askes tepat waktu;
b. Kelalaian dari PT Askes Cabang Malang yang tidak membayar klaim tepat waktu.

Direktur RSUD Kanjuruhan Kabupaten Malang kedepannya akan menghimbau


kepada PT. Askes agar membayar klaim tepat waktu sesuai SKB antara RSUD
Kanjuruhan dan PT. Askes (Persero) Cabang Malang. Sedangkan untuk keterlambatan
Bendahara Askes mengajukan klaim ke PT. Askes disebabkan karena SKB untuk
pelayanan mulai Maret 2009 baru final akhir Mei 2009, sehingga program dari PT. Askes
baru bisa dientry oleh Bendahara Askes mulai akhir Mei 2009. Untuk selanjutnya,
pengajuan klaim akan dipantau secara konsisten yaitu paling lambat tanggal 10 (sepuluh)
bulan berikutnya.

BPK RI menyarankan kepada Bupati Malang agar :


a. Direktur RSUD Kanjuruhan Malang berkoordinasi dengan PT. Askes (Persero);
b. Direktur RSUD Kanjuruhan Malang memperingatkan Bendahara Askes agar
mengajukan klaim Askes sesuai peraturan yang berlaku.
65

18. Penerimaan Daerah dari Klaim Kapitasi dan Rawat Inap Tingkat Pertama (Ritp)
Askes TA 2008 dan 2009 Sebesar Rp1.890.127.000,00 Tidak Disetorkan ke Kas
Daerah dan Digunakan Langsung oleh Dinas Kesehatan dan Puskesmas

Dinas Kesehatan Kabupaten Malang merupakan salah satu satuan kerja perangkat
daerah yang mengelola pendapatan daerah berupa Retribusi Pelayanan Kesehatan.
Pelayanan kesehatan dimaksud dilaksanakan oleh 39 (tiga puluh sembilan) Puskesmas
dan Badan Pelayanan Kesehatan di wilayah Kabupaten Malang. Penerimaan retribusi
pelayanan kesehatan dari semua Puskesmas tersebut disetor ke Kas Daerah melalui
Bendahara Penerimaan Dinas Kesehatan. Retribusi Pelayanan Kesehatan dianggarkan
sebesar Rp2.747.463.000,00 pada TA 2008 dan sebesar Rp12.100.400.000,00 pada TA
2009. Realisasi penerimaan retribusi pelayanan kesehatan pada TA 2008 adalah sebesar
Rp2.958.583.000,00 (107,68%) dan TA 2009 (s.d Agustus) sebesar Rp4.274.106.800,00
(35,32%). Dalam pelayanan kesehatan tersebut, Puskesmas bekerjasama dengan PT.
Askes (Persero) Cabang Malang guna kepentingan peserta Askes. Sehingga hasil klaim
pada PT. Askes merupakan pendapatan daerah Kabupaten Malang. Untuk Puskesmas,
pendapatan dari hasil klaim ke PT. Askes berupa biaya kapitasi untuk pelayanan
kesehatan rawat jalan tingkat pertama dan hasil klaim Rawat Inap Tingkat Pertama
(RITP). Berdasarkan data yang diperoleh dari PT. Askes (Persero) Cabang Malang,
diketahui jumlah alokasi biaya kapitasi pelayanan dan obat rawat jalan tingkat pertama
(RJTP) dan Rawat Inap Tingkat Pertama (RITP ) Tahun 2008 dan 2009 yang telah
dicairkan pada semua Puskesmas di wilayah Kabupaten Malang secara rinci dapat dilihat
pada Tabel 17.

Tabel 17
Beban Kapitasi PT. Askes (Persero) Cabang Malang
Beban Kapitasi untuk Beban Rawat Inap
PPK di wilayah Tingkat Pertama
Jumlah Askes
Tahun Bulan Kabupaten Malang (RITP)
Kapitasi (jiwa)
(RJTP) (Rp)
(Rp)
2008 Januari 84.467 84.467.000 7.630.000
Februari 84.484 84.484.000 5.640.000
Maret 84.576 84.576.000 8.320.000
April 85.460 85.460.000 9.560.000
Mei 85.844 85.844.000 3.040.000
Juni 86.311 86.311.000 10.630.000
Juli 86.603 86.603.000 3.000.000
Agustus 86.737 86.737.000 11.740.000
September 87.400 87.400.000 4.680.000
Oktober 87.574 87.574.000 3.480.000
Nopember 87.713 87.713.000 1.480.000
Desember 88.006 88.006.000 11.000.000
Total 2008 1.035.175 1.035.175.000 80.200.000
2009 Januari 87.999 87.999.000 6.830.000
Februari 88.180 88.180.000 5.640.000
Maret 86.340 86.340.000 5.630.000
April 86.408 86.408.000 5.700.000
Mei 86.329 86.329.000 15.180.000
Juni 86.801 86.801.000 1.480.000
66

Juli 87.006 87.006.000 18.060.000


Agustus 87.119 87.119.000 20.050.000
Total 2009 696.182 696.182.000 78.570.000
Total 2008 dan 2009 1.731.357 1.731.357.000 158.770.000
Untuk klaim RITP, dilaksanakan sendiri oleh Puskesmas yang bersangkutan.
Puskesmas yang memiliki fasilitas rawat inap akan mengajukan klaim ke Askes setiap
bulan. Pada saat pencairan, tidak dilaporkan ke Kasda sebagai pendapatan Puskesmas.
Melainkan langsung digunakan untuk Jasa Pelayanan dan Jasa Sarana. Sehingga,
pendapatan RITP TA 2008 dan 2009 sebesar Rp158.770.000,00 tidak dilaporkan sebagai
pendapatan.
Untuk klaim Kapitasi (RJTP), dilaksanakan secara kolektif di Dinas Kesehatan.
Bendahara Dinkes akan mengajukan klaim ke PT. Askes, dan setelah cair akan membagi
dana tersebut. Pembagiannya digunakan untuk Jasa Pelayan dan Jasa Sarana dan
pengadaan obat. Hal ini tertuang dalam SK Kepala Dinas Kesehatan Nomor
440/10/KEP/421.101/2009 tanggal 13 Januari 2009 dan diperbarui dengan SK Kepala
Dinas Kesehatan Nomor 440/60.1/KEP/421.101/2009 tanggal 4 September 2009 tentang
Pembagian Jasa Pelayanan, Jasa Sarana dan Obat/Alkes Asuransi Kesehatan Sosial/PNS
di Dinas Kesehatan Kabupaten Malang. Dalam SK tersebut ditetapkan besarnya kapitasi
perjiwa perbulan bagi peserta PNS dan keluarganya adalah sebesar Rp1.000,00.
Pembagian untuk Jasa Pelayanan, Jasa Sarana dan Pengadaan Obat/Alkes adalah sebagai
berikut :
• Jasa Layanan sebesar Rp200,00 perkapitasi
− Rp200,00 x 95% untuk Puskesmas
− Rp200,00 x 5% untuk Dinas Kesehatan
• Jasa Sarana untuk Puskesmas sebesar Rp200,00 perkapitasi
• Pengadaan Obat/Alkes sebesar Rp600,00 perkapitasi

Setelah hasil klaim kapitasi dicairkan, Bendahara Askes Dinkes akan membuat
perhitungan kapitasi per Puskesmas. Untuk Jasa Pelayanan, sudah dipotong pajak profesi
7,5%. Setelah menerima uang kapitasi dari Bendahara Askes Dinkes, Bendahara
Puskesmas akan membagikan uang kapitasi kepada dokter, perawat, pegawai lainnya
sesuai kebijakan masing-masing puskesmas. Sedangkan untuk Dinkes sendiri,
mendapatkan bagian 5% x Rp200,00 x jumlah jiwa kapitasi. Pembagiannyapun tidak
mempunyai dasar yang jelas. Untuk bagian pengadaan obat/alkes, tidak diserahkan dalam
bentuk uang, melainkan dalam bentuk obat-obatan dan alat kesehatan. Proses
pengadaannya dikoordinir oleh panitia pengadaan obat di Dinas Kesehatan.
Berdasarkan data setoran Bendahara Penerima Dinkes ke Kasda, diketahui bahwa
dana kapitasi Askes tidak pernah dilaporkan dan disetor ke Kasda, tapi digunakan
langsung oleh Dinkes dan Puskesmas-puskesmas. Sehingga, pendapatan RJTP TA 2008
dan 2009 sebesar Rp1.731.357.000,00 tidak dilaporkan sebagai pendapatan. Dengan
demikian terjadi penggunaan langsung penerimaan daerah yang berasal dari PT. Askes
(Persero) dalam TA 2008 dan TA 2009 (s.d. Agustus) sebesar Rp1.890.127.000,00
(Rp158.770.000,00 + Rp1.731.357.000,00).

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan :


a. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 tentang perbendaharaan
Negara, Pasal 16 Ayat (2) yang menyatakan bahwa penerimaan harus disetor
seluruhnya ke Kas Negara/Daerah pada waktunya dan Ayat (3) yang menyatakan
67

bahwa penerimaan kementerian negara/lembaga/satuan kerja perangkat daerah tidak


boleh digunakan langsung untuk membiayai pengeluaran;
b. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah,
pasal 59 ayat (1) yang menyatakan bahwa Penerimaan Satuan Kerja Perangkat
Daerah yang merupakan penerimaan daerah tidak dapat dipergunakan langsung untuk
pengeluaran.
c. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah, pada :
1) Pasal 20 ayat (2) Seluruh pendapatan daerah, belanja daerah, dan pembiayaan
daerah dianggarkan secara bruto dalam APBD;
2) Pasal 122 ayat (3) bahwa penerimaan SKPD dilarang digunakan langsung untuk
membiayai pengeluaran, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-
undangan;

Hal tersebut mengakibatkan terbukanya peluang penyalahgunaan pendapatan yang


berasal dari hasil klaim ke PT. Askes (Persero).

Permasalahan tersebut terjadi karena kelalaian Kepala Dinas Kesehatan dan Kepala
Puskesmas tidak menyetorkan pendapatan dari hasil klaim ke PT. Askes (Persero) secara
bruto.

Kepala Dinas Kesehatan mengakui kesalahan tersebut, karena menganggap bahwa


pendapatan kapitasi Askes merupakan penerimaan dari Pihak III (PT. Askes) dimana
Dinas Kesehatan sebagai Pemegang Uang Muka. Untuk selanjutnya akan kami setor
sebagai pendapatan Asli Daerah serta kami menunggu peraturan baik dari pusat maupun
Pemkab Malang tentang kejelasan penerimaan kapitasi Askes tersebut.

BPK RI menyarankan kepada Bupati Malang agar memperingatkan Kepala Dinas


Kesehatan Kabupaten Malang dan Kepala Puskesmas di wilayah Kabupaten Malang agar
tidak menggunakan pendapatan secara langsung.
68

19. Terdapat Tunggakan Pajak Daerah TA 2008 Sebesar Rp3.921.716,00

Pada Tahun Anggaran 2008, Pemerintah Kabupaten Malang menganggarkan


pendapatan daerah dari Pajak Daerah sebesar Rp26.767.500.000,00 dengan realisasi
sebesar Rp30.357.571.883,00 (113,41%), dan pada Tahun Anggaran 2009 dianggarkan
sebesar Rp27.707.500.000,00 dengan realisasi s.d bulan Agustus sebesar
Rp21.822.786.718,00 (78,76%). Berdasarkan data dari Bidang Pendapatan pada DPPKA
Kabupaten Malang diketahui terdapat Tunggakan Pajak Daerah Tahun 2008 sebesar
Rp3.921.716,00 sebagai berikut.

Tabel 18
Tunggakan Pajak Daerah Tahun 2008 (posisi s.d Agustus 2009)
SKP
No. Jenis Pajak SKP terbit Jumlah (Rp) belum Jumlah (Rp)
terbayar
1 Pajak Hotel 463 468.276.239,00 - -
2 Pajak Hiburan 780 4.317.597.871,00 3 270.000,00
3 Pajak Restoran 2.505 407.831.757,00 14 2.770.000,00
4 Pajak Reklame 4.058 1.702.161.596,00 5 692.950,00
5 Pajak Penerangan Jalan Non PLN 1.088 22.547.456.967,00 - -
6 Pajak Pengambilan Bahan Galian Gol. C 517 325.648.204,00 2 188.766,00
7 Pajak Parkir 266 85.184.640,00 - -
8 Pajak Sarang Burung 36 16.101.000,00 - -
JUMLAH 9.713 29.870.258.274,00 24 3.921.716,00

Kepala DPPKA menjelaskan bahwa tungakan pajak Tahun 2008 sampai dengan
tanggal 31 Desember 2008 sebanyak 111 SKPD dengan nilai pajak sebesar
Rp54.584.185,00. Setelah dilakukan penagihan sampai dengan tanggal 25 September
2009, sisa SKPD yang belum tertagih sebanyak 20 lembar dengan nilai pajak sebesar
Rp3.111.266,00, sehingga sudah tertagih 94,3%. Dari sisa yang belum tertagih tersebut,
terdapat 2 SKPD Pajak Galian Gol. C yang double penerbitan dan belum dapat
dihapuskan sebesar Rp188.766,00. Sementara untuk tunggakan pajak tahun 2009 sampai
dengan bulan Agustus 2009 belum dapat dikategorikan sebagai tunggakan, karena SKPD
tersebut diterbitkan dalam bulan Agustus sehingga belum jatuh tempo.
Berdasarkan hasil konfirmasi dengan Kepala Bidang Pendapatan DPPKA
Kabupaten Malang, diketahui bahwa Bidang Pendapatan telah memberikan teguran
tertulis atas keterlambatan pembayaran pajak tersebut, namun terhadap Wajib Pajak yang
tunggakannya melebihi 12 bulan belum pernah dikenakan sanksi sesuai ketentuan. Hasil
pemeriksaan lebih lanjut mengungkapkan bahwa dalam surat panggilan yang
disampaikan kepada wajib pajak yang menunggak, Dinas Pendapatan Daerah tidak
mencantumkan sanksi administasi yang harus dibayar oleh para wajib pajak tersebut,
Dinas Pendapatan Daerah hanya mencantumkan jumlah pokok pajak yang harus dibayar.
Sampai saat ini Bidang Pendapatan kesulitan menerapkan denda keterlambatan dan
menyita aset WP yang menunggak, karena tidak memiliki personil yang cukup.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan :


a. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, pada :
1) Pasal 16 ayat (1) yang menyatakan bahwa setiap kementerian negara/lembaga/
satuan kerja perangkat daerah yang mempunyai sumber pendapatan wajib
69

mengintensifkan perolehan pendapatan yang menjadi wewenang dan tanggung


jawabnya;
2) Pasal 34 ayat (1) yang menyatakan bahwa setiap pejabat yang diberi kuasa untuk
mengelola pendapatan, belanja dan kekayaan negara/daerah wajib mengusahakan
agar setiap piutang negara/daerah diselesaikan seluruhnya dan tepat waktu;
b. Sesuai dengan Undang-Undang Pajak Daerah Nomor 34 Tahun 2000 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah diatur bahwa, pajak daerah ditetapkan dengan Peraturan Daerah
yang antara lain sekurang-kurangnya harus memuat nama obyek dan subyek pajak,
dasar pengenaan, tarif dan cara penghitungan pajak, wilayah pemungutan, masa pajak
penetapan, tata cara pembayaran dan penagihan, kadaluwarsa, sanksi administrasi dan
tanggal mulai berlakunya.

Hal tersebut mengakibatkan Pendapatan Asli Daerah dari Pajak belum diterima
sebesar Rp3.921.716,00.

Permasalahan tersebut disebabkan oleh :


a. Kepala Bidang Pendapatan DPPKA Kabupaten Malang beserta jajarannya dalam
melakukan penagihan kepada WP yang menunggak belum optimal;
b. Masih kurangnya kesadaran dari WP untuk memenuhi kewajiban sesuai dengan
ketentuan.

Atas kondisi tersebut, Kepala DPPKA menjelaskan akan terus mengoptimalkan


penagihan pajak daerah.

BPK RI menyarankan kepada Bupati Malang agar memerintahkan Kepala DPPKA


Kabupaten Malang lebih mengoptimalkan dan melakukan penagihan tunggakan pajak
sebesar Rp3.921.716,00 .
70

20. Pendapatan Obat pada Instalasi Farmasi RSUD Kanjuruhan Malang TA 2008 dan
2009 Sebesar Rp114.319.300,00 Tidak Didukung Peraturan Daerah dan Disetor
Secara Netto Ke Bendahara Penerimaan RSUD

RSUD Kanjuruhan Kabupaten Malang sebagai salah satu unit penghasil


Pendapatan Asli Daerah (PAD), dianggarkan memperoleh pendapatan sebesar
Rp24.000.000.000,00 pada TA 2008 dan sebesar Rp24.000.000.000,00 pada TA 2009.
Pada TA 2008, target ini berhasil dicapai sebesar Rp24.527.014.456,98 (102,19%),
sedangkan untuk TA 2009, sampai dengan bulan Agustus 2009, pencapaian target telah
mencapai Rp19.084.119.135,05 (79,52%).
RSUD Kanjuruhan Malang telah berbentuk Badan Layanan Umum Daerah
(BLUD). Penetapan status RSUD Kanjuruhan dari Rumah Sakit Swadana menjadi
Rumah Sakit BLUD, didasarkan pada SK Bupati Malang Nomor
180/232/KEP/421.013/2009 tanggal 19 Juni 2009. RSUD Kanjuruhan Malang dilengkapi
dengan beberapa instalasi penunjang, antara lain: Instalasi Farmasi, Instalasi
Laboratorium, Instalasi Rehabilitasi Medik dan sebagainya. Instalasi Farmasi dibagi
menjadi dua, yaitu Instalasi Farmasi Umum (Apotik Umum) dan Instalasi Farmasi khusus
Askes (Apotik Askes). Dari hasil pemeriksaan pada setoran pendapatan kedua Apotik
tersebut, diketahui hal-hal sebagai berikut :

a. Pendapatan Imbal Jasa Pelayanan Obat (Embalage/Uang/R) tidak didukung


Peraturan Daerah
Hasil pemeriksaan pada setoran pendapatan Apotik Umum dan Apotik Askes,
diketahui bahwa pada harga obat yang dijual, terdapat unsur-unsur Harga Pokok
Obat, PPN, Margin Keuntungan dan Embalage/Service(Uang /R). Uang R tersebut
adalah imbalan atas pekerjaan kefarmasian yang dilakukan oleh tenaga
kefarmasian/apoteker kepada pembeli. Untuk Apotik umum, besarnya adalah
Rp250,00 per resep obat jadi dan Rp500,00 per resep obat racikan. Hal ini sesuai
dengan Surat Keputusan Direktur RSUD Kanjuruhan Nomor 445/523A/421.402/2006
tanggal 2 Mei 2006 tentang Imbalan Embalage/Service Pelayanan Obat di Apotik
Instalasi Farmasi RSUD Kanjuruhan. Sedangkan besarnya Uang /R untuk Apotik
Askes, ditetapkan oleh Askes sebesar Rp200,00 per resep obat jadi dan Rp300,00 per
resep obat racikan. Hal ini sesuai dengan Surat Keputusan Direktur PT. Askes
(Persero) Nomor 415/KEP/1008 tanggal 17 Oktober 2008 tentang Daftar dan Plafon
Harga Obat PT. Askes (Persero) Edisi XXVIII Periode Januari-Desember Tahun
2009. Khusus untuk Apotik Umum, pembebanan Uang /R ini hanya didasarkan pada
Kebijakan Direktur RSUD Kanjuruhan Nomor 445/5234/421.402/2006 tanggal 2 Mei
2006 yang menetapkan perlu adanya tambahan penghasilan bagi petugas Apotik, dan
tambahan Uang /R ini tidak perlu disetor ke Bendahara Penerima RSUD. Namun
surat ketetapan Direktur RSUD ini tidak didukung dengan Peraturan Daerah yang
mengikat.

b. Pendapatan Apotik Umum sebesar Rp96.229.700,00 dan Apotik Askes sebesar


Rp18.089.600,00 tidak disetorkan secara bruto
Bendahara Apotik Umum setiap hari menyetorkan hasil penjualan obat ke
Bendahara Penerima RSUD. Setoran hanya senilai Harga Pokok Obat, PPN dan
Margin Keuntungan saja, sedangkan Uang /R tidak disetor ke Bendahara Penerima
71

RSUD. Selama tahun 2008, Uang /R yang diperoleh adalah sebesar Rp52.344.500,00,
sedangkan selama tahun 2009 (s.d. Agustus), perolehan Uang /R adalah sebesar
Rp43.885.200,00. Perincian perolehan Uang /R selama tahun 2008 dan 2009 adalah
sebagai berikut :
Tabel 19
Setoran Pendapatan Obat pada Apotik Umum RSUD Kanjuruhan Tahun 2008-2009
OTC
Pendapatan Setor Bersih ke
Uang R/ Retur (penjualan
Tahun Bulan Kotor BP
(Rp) (Rp) obat bebas)
(Rp) (Rp)
(Rp)
(7)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
(3)-(4)-(5)+(6)
2008 Januari 355.747.900 3.066.000 28.865.450 30.344.000 354.160.450
Februari 312.083.750 2.719.750 23.158.850 24.127.400 310.332.550
Maret 409.808.150 3.515.750 21.224.000 25.125.200 410.193.600
April 546.084.150 4.678.250 30.146.150 36.889.200 548.148.950
Mei 528.833.950 4.400.500 31.157.300 29.041.300 522.317.450
Juni 535.090.350 4.499.500 23.517.350 27.193.450 534.266.950
Juli 614.777.500 5.192.000 32.293.100 29.943.000 607.235.400
Agustus 653.497.206 4.995.750 38.491.650 28.597.850 638.607.656
September 526.681.550 4.242.000 32.089.100 31.310.550 521.661.000
Oktober 662.880.100 5.001.000 35.564.700 34.274.900 656.589.300
Nopember 669.330.485 4.544.750 34.085.050 29.360.950 660.061.635
Desember 875.339.700 5.489.250 43.082.300 31.750.300 858.518.450
Total 2008 6.690.154.791 52.344.500 373.675.000 357.958.100 6.622.093.391
2009 Januari 658.480.550 5.308.750 38.147.000 32.867.450 647.892.250
Februari 736.150.250 5.256.500 35.260.500 26.041.750 721.675.000
Maret 818.029.000 5.781.750 44.007.500 27.341.300 795.581.050
April 681.701.500 5.238.250 29.926.950 29.355.900 675.892.200
Mei 723.651.250 4.999.500 34.798.300 39.143.400 722.996.850
Juni 796.928.250 5.466.700 32.835.800 30.958.400 789.584.150
Juli 808.378.700 5.712.750 41.785.100 32.370.900 793.251.750
Agustus 842.991.950 6.121.000 42.186.400 37.923.400 832.607.950
Total 2009 6.066.311.450 43.885.200 298.947.550 256.002.500 5.979.481.200
Total 2008-2009 12.756.466.241 96.229.700 672.622.550 613.960.600 12.601.574.591

Bendahara Apotik Askes mengajukan klaim obat-obatan Rawat Jalan dan


Rawat Inap ke PT. Askes. Kemudian PT. Askes mencairkan dana tersebut melalui
rekening Bank Mandiri. Apabila telah cair, Bendahara Askes mengambil bagian
Uang /R sesuai perhitungan yang telah ditetapkan. Sisanya baru disetor ke Bendahara
Penerima RSUD untuk diakui sebagai pendapatan. Selama tahun 2008, Uang /R yang
diperoleh adalah sebesar Rp12.430.400,00, sedangkan sampai dengan bulan Agustus
2009, perolehan Uang /R adalah sebesar Rp5.659.200,00. Perincian perolehan Uang
/R selama tahun 2008 dan 2009 adalah sebagai berikut.
72

Tabel 20
Setoran Pendapatan Obat Apotik Askes RSUD Kanjuruhan Tahun 2008-2009
Jumlah
Tgl
Bulan pengajuan klaim Jumlah Jumlah Uang Setoran ke BP
Tahun pengajuan
klaim obat RJ dan RI Resep /R (Rp) (Rp)
Klaim
(Rp)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) = (4)-(6)
2008 Januari 10/03/2008 65.881.681 5.572 1.114.400 64.767.281
Februari 04/04/2008 45.709.509 4.647 929.400 44.780.109
Maret 29/04/2008 53.191.127 4.441 888.200 52.302.927
April 16/09/2008 49.257.320 5.324 1.064.800 48.192.520
Mei 16/09/2008 44.742.633 4.696 939.200 43.803.433
Juni 20/08/2008 53.687.122 5.030 1.006.000 52.681.122
Juli 20/08/2008 58.388.756 5.591 1.118.200 57.270.556
Agustus 13/09/2008 74.867.316 5.714 1.142.800 73.724.516
September 20/10/2008 49.701.069 3.864 772.800 48.928.269
Oktober 20/10/2008 62.351.026 5.914 1.182.800 61.168.226
Nopember 05/01/2009 73.423.163 5.482 1.096.400 72.326.763
Desember 06/02/2009 71.579.094 5.877 1.175.400 70.403.694
Total 2008 702.779.816 62.152 12.430.400 690.349.416
2009 Januari 20/03/2009 68.698.239 5.761 1.152.200 67.546.039
Februari 30/04/2009 84.692.982 5.811 1.162.200 83.530.782
Maret 23/06/2009 95.794.742 6.643 1.328.600 94.466.142
April 30/07/2009 87.511.696 6.652 1.330.400 86.181.296
Mei 27/08/2009 38.646.039 3.429 685.800 37.960.239
Juni 03/09/2009 50.016.447 - - 50.016.447
Juli blm klaim - - - -
Agustus blm klaim - - - -
Total 2009 425.360.145 28.296 5.659.200 419.700.945
Total 2008 & 2009 1.128.139.961 90.448 18.089.600 1.110.050.361

Kondisi ini tidak sesuai dengan :


a. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 tentang perbendaharaan
Negara, Pasal 16 Ayat (2) yang menyatakan bahwa penerimaan harus disetor
seluruhnya ke Kas Negara/Daerah pada waktunya dan Ayat (3) yang menyatakan
bahwa penerimaan kementerian negara/lembaga/satuan kerja perangkat daerah tidak
boleh digunakan langsung untuk membiayai pengeluaran;
b. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tanggal 13 Juni 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, pada :
1) Pasal 9 ayat (3) disebutkan bahwa tarif layanan diusulkan oleh BLU kepada
menteri/pimpinan lembaga/kepala SKPD sesuai dengan kewenangannya;
2) Pasal 9 ayat (4) disebutkan bahwa usul tarif layanan dari menteri /pimpinan
lembaga/kepala SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (3) selanjutnya
ditetapkan oleh Menteri Keuangan/gubernur/bupati/walikota, sesuai dengan
kewenangannya;
c. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah, pada :
73

1) Pasal 20 ayat (2) Seluruh pendapatan daerah, belanja daerah, dan pembiayaan
daerah dianggarkan secara bruto dalam APBD;
2) Pasal 122 ayat (3) bahwa penerimaan SKPD dilarang digunakan langsung untuk
membiayai pengeluaran, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-
undangan;
d. Peraturan Bupati Malang Nomor 32 Tahun 2005 tanggal 9 Mei 2005 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Rumah Sakit Daerah. Pada pasal 6 ayat (3)
disebutkan bahwa Pembayaran yang diperoleh dari jasa layanan yang diberikan dari
masyarakat dan hibah tidak terikat yang diperoleh dari masyarakat atau badan lain
merupakan pendapatan operasional Rumah Sakit;
e. Kebijakan Direktur Rumah Sakit Daerah Kabupaten Malang Nomor
445/505/421.402/2006 tanggal 29 April 2006 tentang Pendapatan dan Belanja
Operasional, disebutkan bahwa :
1) Semua pendapatan/penerimaan bruto harus masuk/disetor ke rekening
pendapatan rumah sakit sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
2) Pendapatan dari pelayanan Farmasi
Pendapatan Farmasi diperoleh dari pelayanan perbekalan Farmasi yang dijual
untuk kepentingan terapi pasien, disetor bruto pada rekening rumah sakit sesuai
dengan hasil pendapatan/penjualan yang diterima.

Hal tersebut mengakibatkan :


a. Pendapatan pelayanan obat di Apotik Umum tidak mempunyai dasar hukum yang
kuat dan menjadi lebih mahal dari yang seharusnya;
b. Potensi terjadi penyalahgunaan pendapatan yang digunakan langsung.

Permasalah ini disebabkan oleh :


a. Kelalaian Direktur RSUD Kanjuruhan dalam membuat kebijakan tidak
memperhatikan pada ketentuan yang berlaku;
b. Kelalaian Bendahara Penerima RSUD dan Bendahara Apotik dalam menyetorkan
pendapatan.

Atas permasalahan tersebut, Direktur RSUD Kanjuruhan Kabupaten Malang


menjelaskan sebagai berikut :
a. Kebijakan Direktur RSUD Kanjuruhan berdasarkan pada ketentuan yang lazim
dipergunakan oleh PT. Askes tentang embalage/servis pelayanan obat, sehingga perlu
dikaji kembali;
b. Bendahara Apotek Umum dan Apotek Askes akan menyetorkan pendapatannya
secara bruto per 1 Oktober 2009.

BPK RI menyarankan kepada Bupati Malang agar memerintahkan Direktur RSUD


Kanjuruhan untuk :
a. Meninjau ulang Surat Keputusan Direktur tentang pemberian embalage/servis
pelayanan obat;
b. Menyetorkan pendapatan obat secara bruto.
Lampiran 1

REKLAME YANG BELUM DIBAYAR PAJAK DAERAHNYA OLEH WAJIB PAJAK


No Isi Reklame Wilayah Jenis Ukuran Jumlah Sisi Pajak*
Reklame Permanen P L
1 Telkomsel Stan Buah Karanglo UPT Singosari Toko 3 x 1 = 3 33 1 2.691.562,50
2 Wadimor Toko Utama II UPT Singosari Tiang 1,5 x 3 = 4,5 1 2 189.843,75
3 Castrol Rajawali Motor UPT Singosari Tiang 3 x 2 = 6 1 2 253.125,00
4 Castrol Tigaempat motor UPT Singosari Tiang 2 x 1 = 2 1 2 84.375,00
5 Castrol Tigaempat motor UPT Singosari Toko 12 x 1 = 12 1 1 326.250,00
6 Gudang Garam/ Sarirasa UPT Singosari Tiang bersinar 4 x 3,5 = 14 1 2 678.125,00
7 Gudang Garam/ Sarirasa UPT Singosari Tiang bersinar 4 x 2 = 8 1 2 387.500,00
8 Sarirasa UPT Singosari Tiang bersinar 1 x 2 = 2 1 2 96.875,00
9 Sophie UPT Singosari Tiang 1 x 3 = 3 1 2 126.562,50
10 Dapur 33 UPT Singosari Tiang 0,5 x 1 = 0,5 1 1 21.093,75
11 Mungil Randuagung UPT Singosari Toko bersinar 1,5 x 3 = 4,5 1 1 160.312,50
12 Khong Guan-Mungil Randuagung UPT Singosari Toko bersinar 1,5 x 5 = 7,5 1 1 267.187,50
13 Monde-Mungil Randuagung UPT Singosari Toko bersinar 1,5 x 5 = 7,5 1 1 267.187,50
14 Mungil Randuagung UPT Singosari Tiang bersinar 2 x 1,5 = 3 1 2 145.312,50
15 Istana Kue UPT Singosari Toko 2 x 4 = 8 1 1 217.500,00
16 Castrol Megajaya Motor UPT Singosari Tiang bersinar 2 x 1 = 2 1 1 96.875,00
17 Castrol Megajaya Motor UPT Singosari Toko 2 x 1 = 2 1 1 54.375,00
18 Pesona Singhasari UPT Singosari Tiang 4 x 5 = 20 1 1 843.750,00
19 Hotel Puspasari Jl. Pangsud Kepanjen UPT Kepanjen Tiang bersinar 1 x 0,8 = 0,8 1 2 36.250,00
20 Top one Candra Dani UPT Kepanjen Toko bersinar 1 x 4 = 4 1 1 137.500,00
21 Nissin Toko Karunia Jaya UPT Kepanjen Tiang 2 x 3 = 6 1 2 234.375,00
22 Lancar Motor UPT Kepanjen Toko 2 x 1 = 2 1 2 53.125,00
23 Bullock Lancar Motor UPT Kepanjen Toko 0,9 x 1,5 = 1,35 1 2 35.859,38
24 Envitek Mekar Saputra UPT Kepanjen Toko 1 x 2 = 2 1 1 53.125,00
25 Eka Putra UPT Kepanjen Tiang 1,2 x 0,9 = 1,08 1 2 42.187,50
26 Toko Kemuning UPT Kepanjen Toko 1 x 2 = 2 1 1 53.125,00
27 Castrol maju Motor UPT Kepanjen Tiang 1 x 7 = 7 1 1 273.437,50
28 Castrol maju Motor UPT Kepanjen Tiang 1 x 3 = 3 1 1 117.187,50
29 Castrol Maju Jaya Motor UPT Kepanjen Toko 4 x 1,5 = 6 1 1 159.375,00
30 Sosro Joy Tea UPT Kepanjen Tiang 1,2 x 1,5 = 1,8 1 1 70.312,50
31 Pak Ndut Bebek UPT Kepanjen Tiang bersinar 2,2 x 1 = 2,2 1 2 99.687,50
32 Pak Ndut Bebek UPT Kepanjen Toko 1,2 x 1,2 = 1,44 1 1 38.250,00
33 Castrol Semangat Baru UPT Kepanjen Toko 1 x 3 = 3 1 1 79.687,50
34 Suzuki carry Pick up Jl Pangsud UPT Kepanjen Tiang 2 x 3 = 6 1 1 234.375,00
35 Castrol Sumber Rejeki UPT Kepanjen Toko 4 x 1 = 4 1 1 106.250,00
36 Futsal Centre UPT Kepanjen Toko 2 x 1 = 2 1 1 53.125,00
37 Big Bos salon Kepanjen UPT Kepanjen Toko 1,5 x 8 = 12 1 2 318.750,00
38 Castrol A Yani Kepanjen UPT Kepanjen Toko 2 x 1 = 2 1 1 53.125,00
39 Ikan Bakar, kec. Kebonagung UPT Kepanjen Tiang 1,5 x 3 = 4,5 1 1 175.781,25
40 Enduro, pertamina UPT Kepanjen Toko 0,75 x 5 = 3,75 1 1 99.609,38
41 Kymco, pakisaji UPT Kepanjen Toko bersinar 0,5 x 0,5 = 0,25 1 2 11.328,13
42 Aspira, Pakisaji UPT Kepanjen Toko 1 x 2,5 = 2,5 1 1 66.406,25
43 Kratingdeng, pakisaji UPT Kepanjen Tiang 3 x 3 = 9 1 2 351.562,50
44 Perumahan Garuda Wisnu Kencana UPT Kepanjen Tiang 2 x 1 = 2 1 2 78.125,00
Non Permanen
1 Promag UPT Singosari Umbul-umbul 0,5 x 2 = 1 7 1 39.375,00
2 Pesona Singosari UPT Singosari Umbul-umbul 0,5 x 1 = 0,5 25 1 70.312,50
3 STIE Kartanegara UPT Singosari Baliho 2 x 4 = 8 1 1 200.000,00
4 Pesona Graha Pelita (Karanglo) UPT Singosari Spanduk 1 x 5 = 5 1 1 28.125,00
5 SMK Muhammadiyah (Karanglo) UPT Singosari Spanduk 1 x 5 = 5 1 1 28.125,00
6 Atlas (Karanglo) UPT Singosari Spanduk 1 x 5 = 5 1 1 28.125,00
7 Era Tanrise (Dpn Depo Bangunan) UPT Singosari Spanduk 1 x 5 = 5 1 1 28.125,00
8 RM Istana UPT Singosari Baliho 2 x 4 = 8 1 1 200.000,00
9 Lancar Motor UPT Kepanjen Layar Cover 1 x 5 = 5 1 1 62.500,00
10 Honda genuine part UPT Kepanjen Layar Cover 0,9 x 5 = 4,5 1 1 56.250,00
11 Decofresh Toko Kemuning UPT Kepanjen Layar Cover 1 x 3 = 3 1 1 37.500,00
12 Sosro Layar Cover Bakso Duro UPT Kepanjen Baliho 1,5 x 6 = 9 1 1 225.000,00
13 Griya Sumber UPT Kepanjen Baliho 2 x 3 = 6 1 1 150.000,00
Jumlah 11.093.171,88
Lampiran 2

Data Permohonan Izin Pemakaian Kekayaan Daerah


yang Belum Memperoleh Izin dari Bupati
Tahun 2008 dan 2009

Tanggal
No Nama Pemohon Proses SK Retribusi
Masuk ke Asisten II
A Izin Mendirikan Banguna di atas Perairan Umum
Tahun 2008
1 Irwan Soetikno 23/09/2008 180.000,00

2 Soegianto 30/10/2008 720.000,00

Jumlah 900.000,00
Tahun 2009
1 Candra Wahyudi 24/06/2009 288.000,00

2 Sofiyatul Muawanah 24/06/2009 768.000,00

3 Feri Kurniawan 24/06/2009 891.000,00

4 Yacub Eko Setiawan, ST 24/06/2009 144.000,00

5 Farouq Abdur Rahim 29/06/2009 168.000,00

6 W. Dasiyah 29/06/2009 756.000,00

7 Ir. Dadik Widodo 09/09/2009 720.000,00

8 Jenny 09/09/2009 180.000,00

Jumlah 3.915.000,00
Jumlah potensi retribusi dari Izin Mendirikan Banguna di atas Perairan Umum 4.815.000,00
B. Izin Perubahan Status Tanah dari Tanah Basah menjadi Tanah Kering
Tahun 2008
1 Dasi 08/07/2008 651.428,64
2 Puji Hari Wahyudi 15/07/2008 1.543.777,72
3 Diana Yulianti Gunawan 15/07/2008 464.851,80
4 Irwan Soetikno 25/09/2008 3.630.000,00
5 Soegianto 30/10/2008 27.764.900,00
Jumlah 34.054.958,16
Tahun 2009
1 Candra Wahyudi 24/07/2009 4.308.500,00

2 Yacub Eko Setiawan, St 29/07/2009 3.849.300,00

3 Andri Kurniawan 29/07/2009 3.766.337,76

4 Ir. Dadik Widodo 09/09/2009 8.000.000,00

5 Farouq Abdur Rahim 09/09/2009 7.226.200,00

6 Mochamad Zunaiydi, Untuk Dan Atas Nama Pt. Ciomas Adisatwa 09/09/2009 296.000,00

7 Makhrus Sholeh 09/09/2009 12.123.700,00

8 Jenny 09/09/2009 5.085.700,00

Jumlah 44.655.737,76

Jumlah potensi retribusi dari Izin Perubahan Status Tanah dari Tanah Basah menjadi Tanah Kering 78.710.695,92
Lampiran 2

C. Izin Pemakaian Tanah Sempadan Sungai atau Saluran Dan Tanah-Tanah Yang Dikelola Dinas Pengairan

Tanggal
No Nama Pemohon Proses SK Retribusi
Masuk ke Asisten II
Tahun 2008
1 Riamin 25/11/2008 50.050,00
2 Qisbullah 25/11/2008 46.200,00
3 Iin Andriani Gunawan 25/11/2008 52.800,00
4 Misbachul Munir 25/11/2008 151.800,00
5 Sunariyah 25/11/2008 64.020,00
6 Khanafi 25/11/2008 46.475,00
7 Mahmudah 25/11/2008 42.768,00
8 Akmal 25/11/2008 46.200,00
Jumlah 500.313,00
Tahun 2009
1 Fadelan Cs. 24/07/2009 7.140.000,00
Pemecahan menjadi 63 Pemohon
Jumlah 7.140.000,00
Jumlah potensi retribusi dari Izin Pemakaian Tanah Sempadan Sungai atau Saluran Dan Tanah-
Tanah Yang Dikelola Dinas Pengairan 7.640.313,00

Jumlah Pendaptan Ijin Pemakaian Kekayaan Daerah 91.166.008,92


Lampiran 3

Keterlambatan Atas Pembayaran Pemanfaatan Mata Air


Kabupaten Malang Tahun 2008
Bulan
Tgl Pembayaran Penyetoran Ke Kasda Keterlambatan (Bln) Jml Pembayaran Denda
Pemakaian
Januari 26 Februari 2008 18 April 2008 1 44.911.680 898.234
Februari 26 Februari 2008 12 Maret 2008 78.051.700 0
Maret 24 Juni 2008 27 Juni 2008 2 65.067.090 2.602.684
April 24 Juni 2008 16 Juli 2008 1 60.500.000 1.210.000
Mei 6 Agustus 2009 6 Agustus 2009 2 65.629.560 2.625.182
Juni 19 September 2008 19 September 2008 2 68.256.700 2.730.268
Juli 19 September 2008 19 September 2008 1 62.791.070 1.255.821
Agustus 29 Oktober 2008 29 Oktober 2008 2 83.945.100 3.357.804
September 29 Oktober 2008 29 Oktober 2008 0 89.419.515 0
Oktober 10 Desember 2008 10 Desember 2008 1 86.924.895 1.738.498
November 22 Desember 2008 22 Desember 2008 0 94.450.935 0
Desember 22 Desember 2008 22 Desember 2008 90.600.685 0
Jumlah 16.418.491

KEKURANGAN PENERIMAAN ATAS RETRIBUSI PEMANFAATAN AIR TANAH

Bulan
Tgl Pembayaran Penerimaan Retribusi Jml Pembayaran (PDAM) Setor ke Kasda Selisih
Pemakaian
Januari 18 April 2008 65.438.440 44.911.680 44.911.680 (20.526.760)
Februari 12 Maret 2008 78.051.700 78.051.700 78.051.690 (10)
Maret 27 Juni 2008 69.567.090 69.567.090 65.067.090 (4.500.000)
April 16 Juli 2008 64.993.315 64.993.315 60.500.000 (4.493.315)
Mei 6 Agustus 2009 65.629.560 65.629.560 65.629.560 0
Juni 19 September 2008 68.256.700 68.256.700 68.256.700 0
Juli 19 September 2008 62.791.070 62.791.070 62.791.070 0
Agustus 29 Oktober 2008 83.945.100 83.945.100 83.945.100 0
September 29 Oktober 2008 89.419.515 89.419.515 89.419.515 0
Oktober 10 Desember 2008 86.924.895 86.924.895 86.924.895 0
November 22 Desember 2008 94.450.935 94.450.935 94.450.935 0
Desember 22 Desember 2008 90.600.685 90.600.685 90.600.685 0
Jumlah 920.069.005 899.542.245 890.548.920 (29.520.085)
Lampiran 4

DAFTAR PEMILIK KIOS TAMAN WISATA WENDIT


PEMBAYARAN

Tarif Pembayaran Pemungutan


Selisih
No. Pemilik PxL Luas Perda/Tahun Tahun 2009 (Dinas)
KELOMPOK A
1 Tugas Hariyanto alias Gatot 3x4 12 4.320.000 4.320.000 0
2 Edi Warsito 3x4 12 4.320.000 360.000 4.320.000 0
3 Nanang 4x4 16 5.760.000 360.000 4.320.000 1.440.000
4 Kusdiono 4x4 16 5.760.000 720.000 4.320.000 1.440.000
5 Edi Sukamto 3,15 x 2,85 8,98 3.232.800 360.000 4.320.000 -1.087.200
6 Miskan 4x4 16 5.760.000 4.320.000 1.440.000
7 Utom Bin Ipin 4x4 16 5.760.000 360.000 4.320.000 1.440.000
8 Tourism Information Center (TIC)
9 Teguh 3x4 12 4.320.000 360.000 4.320.000 0
10 Waluyo 3x4 12 4.320.000 360.000 4.320.000 0
KELOMPOK B & C
11 Bapak Juma'in 3x4 12 2.880.000 240.000 2.880.000 0
12 Bapak Arifin 3x4 12 2.880.000 480.000 2.880.000 0
13 Ibu Dwi Yulia M. 20 4.800.000 1.920.000 2.880.000 1.920.000
14 Bapak Omo 3x4 12 2.880.000 2.880.000 0
15 Bapak Wandi 3 x4 12 2.880.000 2.880.000 0
16 Ibu Watiyari 3x4 12 2.880.000 2.880.000 0
17 Bapak Tarip 4x4 16 3.840.000 240.000 2.880.000 960.000
18 Bapak Muslikh 4x4 16 3.840.000 480.000 2.880.000 960.000
19 Bapak Sudarmaji 3x4 12 2.880.000 240.000 2.880.000 0
20 Bapak Sampurno 3x4 12 2.880.000 2.880.000 0
21 Bapak Saiman 3 x4 12 2.880.000 240.000 2.880.000 0
22 Bapak Edi Rusmadi 20 4.800.000 2.880.000 1.920.000
23 Bapak Eriyadi 3x4 12 2.880.000 2.880.000 0
24 Bapak Drani 3x4 12 2.880.000 240.000 2.880.000 0
25 Ibu Budi H. Sukarti 3x4 12 2.880.000 240.000 2.880.000 0
26 Ibu Santi 4x4 16 3.840.000 240.000 2.880.000 960.000
27 Bapak Prayitno 4x4 16 3.840.000 240.000 2.880.000 960.000
28 Bapak Solikin 3x4 12 2.880.000 240.000 2.880.000 0
29 Bapak Ja'ffar Riyanto 3x4 12 2.880.000 2.880.000 0
30 Bapak Markani 3x4 12 2.880.000 2.880.000 0
31 Bapak Junaedi 8 1.920.000 2.880.000 -960.000
32 Bapak Samiran 3x4 12 2.880.000 2.880.000 0
33 Bapak Rudi 4x4 16 3.840.000 240.000 2.880.000 960.000
34 Bapak Sudiono 4x4 16 3.840.000 2.160.000 2.880.000 960.000
35 Mbapak Mardiyanto 3x4 12 2.880.000 2.880.000 0
36 Ibu Lismunasih 3,3 x 4,75 16 3.762.000 240.000 2.880.000 882.000
37 Bapak Suyitno 3x4 12 2.880.000 2.880.000 0
38 Bapak Santoso 3x4 12 2.880.000 240.000 2.880.000 0
39 PKK Desa 3x4 12 2.880.000 240.000 2.880.000 0
40 Bapak Hudiono 3x4 12 2.880.000 240.000 2.880.000 0
41 Bapak Sugianto 3x4 12 2.880.000 240.000 2.880.000 0
42 Bapak Matjeni 3x4 12 2.880.000 2.880.000 0
43 Ibu Ngarifah 3x4 12 2.880.000 240.000 2.880.000 0
44 Bapak Sarto 2x2 4 960.000 240.000 2.880.000 -1.920.000
45 Bapak Rusmadi 2x2 4 960.000 480.000 2.880.000 -1.920.000
46 Ibu Satubi 2x2 4 960.000 240.000 2.880.000 -1.920.000
47 Ibu Laila 2x2 4 960.000 2.880.000 -1.920.000
48 Boby 4x4 16 3.840.000 240.000 2.880.000 960.000
49 Linda (Linmas Desa) 2x4 8 1.920.000 2.880.000 -960.000
50 Buheri 4x4 16 3.840.000 240.000 2.880.000 960.000
51 Siami 3x3 9 2.160.000 960.000 2.880.000 -720.000
52 Marlan 2x3 6 1.440.000 480.000 2.880.000 -1.440.000
53 Daimah 3x3 9 2.160.000 1.200.000 2.880.000 -720.000
54 Amar 4x4 16 3.840.000 2.880.000 960.000
55 Siarah 3x3 9 2.160.000 720.000 2.880.000 -720.000
56 Fitri 4x4 16 3.840.000 960.000 2.880.000 960.000
Jumlah 133.602.000 14.640.000 132.480.000 1.122.000
Lampiran 4

Tarif Pembayaran Pemungutan


Selisih
No. Pemilik PxL Luas Perda/Tahun Tahun 2009 (Dinas)
57 Suprami 4x4 16 3.840.000 480.000 2.880.000 960.000
58 Tin Paimun 3 x 2,5 7,5 1.800.000 720.000 2.880.000 -1.080.000
59 Mat Aliah 4x3 12 2.880.000 720.000 2.880.000 0

1 Djariah 540.000 360.000 540.000 0


2 Cholik 540.000 360.000 540.000 0
3 Sri Wahyuni 2x2 540.000 180.000 540.000 0
4 Djayadi 2x2 540.000 180.000 540.000 0
5 M. Robi 540.000 225.000 540.000 0
6 Misdi 540.000 180.000 540.000 0

Food Center (8x12x480.000) 46.080.000 34.560.000 46.080.000 0


Restoran Terapung (12x100.000x30) 36.000.000 36.000.000 0
Kantin (12x30x80.000) 28.800.000 28.800.000 0
JUMLAH 299.794.800 55.485.000 294.120.000 5.674.800
Lampiran 5

PENJUALAN TIKET VERSI AUDIT DAN PENJUALAN TIKET VERSI WENDIT TAHUN 2009 (s.d 5 Oktober)

Tiket Tidak Permintaan Sisa Tiket


Saldo Tiket Nominal Tiket Terjual Penjualan
Terperforasi Perforasi Tahun Selisih Penjualan (Rp) Bagian Pemda (Rp) Selisih (Rp)
2008 (lbr) Tiket (Rp) (lbr) (Wendit)
(lbr) (lbr) 2009 (lbr)
Tiket Dewasa (2008) 12.213 5.000 12.213 12.213 0 61.065.000 61.065.000
Tiket Dewasa 300.000 24.939 10.000 275.061 275.061 0 2.750.610.000 2.750.610.000
Tiket Anak-anak 80.000 15.588 5.000 64.412 64.312 100 322.060.000 322.060.000 500.000
Tiket Parkir Bus 19.478 30.000 47.653 5.000 1.825 1.293 532 9.125.000 9.125.000 2.660.000
Tiket Parkir Mobil 7.020 1.277 2.000 5.743 5.734 9 11.486.000 11.486.000 18.000
Tiket Sepeda Motor 10.000 30.000 24.661 1.000 15.339 2.800 12.539 15.339.000 15.339.000 12.539.000
Tiket Kolam Arus 40.000 34.927 10.000 5.073 5.073 0 50.730.000 50.730.000
Tiket WaterBom 40.000 38.546 17.500 1.454 1.454 0 25.445.000 25.445.000
Tiket Bom-bom Car 40.000 35.823 10.000 4.177 4.077 100 41.770.000 41.770.000 1.000.000
Tiket Womcouster 40.000 37.405 10.000 2.595 2.595 0 25.950.000 25.950.000
Tiket Carousel 40.000 37.102 10.000 2.898 2.898 0 28.980.000 28.980.000
Tiket Toilet 53.096 10.000 500 43.096 43.096 0 21.548.000 21.548.000
Tiket SPA 15.000 10.000 10.000 5.000 5.000 0 50.000.000 20.000.000
Tiket Perahu Besar 40.000 400 5.000 39.600 34.899 4.701 198.000.000 79.200.000 9.402.000
Tiket Perahu Sedang 20.000 16.222 20.000 3.778 0 3.778 75.560.000 30.224.000 30.224.000
Tiket Ban Besar 20.000 17.800 5.000 2.200 2.200 0 11.000.000 4.400.000 0
Tiket Ban Kecil 20.000 12.900 3.000 7.100 7.100 0 21.300.000 8.520.000 0
Sepeda Air 20.000 15.068 10.000 4.932 0 4.932 49.320.000 19.728.000 19.728.000
Wahana Misteri 5.000 10.000 5.000 5.000 50.000.000 20.000.000

Mobil ATV 0 0 2.479.000 2.479.000


Naik Kuda 0 0 3.794.000 3.794.000
Mandi Bola 0 0 1.320.000 1.320.000
Kereta Mainan 0 0 1.050.000 1.050.000
Flaying Fox Kering 0 0 1.300.000 1.300.000
Sepeda Trail 0 0 1.590.000 1.590.000
Foto Ular 0 0 440.000 440.000
Foto Kuda 0 0 250.000 250.000

Total Penjualan 3.831.511.000 3.538.403.000 76.071.000


Lampiran 6

DAFTAR TUNGGAKAN KIOS


STADION KANJURUAN

No. Nomor Kios Tunggakan (Rp) Status Kios


1 K01 2.093.000,00 Tutup
2 K9/10 7.712.000,00
3 K11 6.336.000,00 Tutup
4 K13 2.423.000,00
5 K14 5.460.000,00
6 K17 4.257.000,00
7 K19 702.000,00
8 K21 3.991.000,00
9 K22 2.110.000,00
10 K22 5.810.000,00
11 K24 2.155.000,00
12 K25 2.435.000,00 Tutup
13 K25 5.135.000,00 Tutup
14 K26 3.302.000,00 Tutup
15 K31 569.000,00
16 K33/34 9.931.000,00 Tutup
17 K35 1.927.000,00 Tutup
18 K35 5.927.000,00 Tutup
19 K36/37 9.858.000,00 Tutup
20 K38 727.000,00
21 K42 220.000,00
22 K70 571.000,00 Tutup
Jumlah 83.651.000,00
LAMPIRAN 7

SELISIH PENGENAAN SEWA DAN SEWA BERDASARKAN TARIF PERDA STADION KANJURUAN TAHUN 2009

Pembayaran Tarif Sewa


No. Tanggal Sewa Penyelenggara Acara Waktu Selisih
Sewa Perda/Jam (Perda)
Jam
1 2 3 4 5 6 7 8 9 = 7 x 8 10 = 9 - 6
1 2 Feb 2009 Panpel Arema Arema Vs Persik 19.00 1.250.000 250.000 8 2.000.000 750.000
2 14 Feb 2009 Winner Promo Org LA. Cool Break (luar) 19.00 1.000.000 200.000 8 1.600.000 600.000
3 21 Feb 2009 Gproduction Bondan Prakoso (luar) 19.00 1.500.000 200.000 8 1.600.000 100.000
4 7 Maret 2009 Panpel Arema Arema Vs Persiwa 19.00 1.500.000 250.000 8 2.000.000 500.000
5 14 Maret 2009 Panpel Arema Arema Vs Persela 19.00 1.500.000 250.000 8 2.000.000 500.000
7 2 Mei 2009 Winner Promo Org LA. Cool Break (luar) 19.00 1.000.000 200.000 8 1.600.000 600.000
8 18 Mei 2009 PT. DuPont Safety Ridding (Parkir Aspal) 08.00 500.000 150.000 8 1.200.000 700.000
9 19 Mei 2009 PT. DuPont Safety Ridding (Parkir Aspal) 08.00 500.000 150.000 8 1.200.000 700.000
10 24 Mei 2009 Java Management ST. 12 (Parkir Aspal) 19.00 1.000.000 300.000 8 2.400.000 1.400.000
11 3 Juni 2009 Panca Arya Prod Konser Musik The Titan 19.00 1.500.000 300.000 8 2.400.000 900.000
JUMLAH 6.750.000
Lampiran 8

PENERIMAAN SEWA DAN SEWA LAMPU tahun 2009 YANG BELUM DIBAYAR

Tanggal Sewa Penyelenggara Acara Waktu Sewa By. Lampu Pemby (15 Okt 09) Yg Blm Terbayar
1 2 3 4 5 6 7 8=5+6-7
2 Feb 2009 Panpel Arema Arema Vs Persik 19.00 1.000.000 1.000.000
14 Feb 2009 Winner Promo Organizer LA. Cool Break (luar) 19.00 0
21 Feb 2009 Gproduction Bondan Prakoso (luar) 19.00 0
24 Feb 2009 Panpel Arema Arema Vs Persela 15.30 2.000.000 2.000.000
7 Maret 2009 Panpel Arema Arema Vs Persiwa 19.00 1.000.000 1.000.000
14 Maret 2009 Panpel Arema Arema Vs Persela 19.00 1.000.000 1.000.000
19 April 2009 Disnakertrans Jalan Sehat K-3 (luar) 07.00 500.000 500.000
24 April 2009 Panpel Arema Arema Vs Persijab 15.00 2.000.000 300.000 1.700.000
26 April 2009 Panpel Arema Arema Vs Persija 19.00 1.000.000 1.000.000
29 April 2009 Persija Vs PSM 19.00 2.000.000 1.000.000 2.000.000 1.000.000
9 Mei 2009 Panpel Arema Arema Vs Persib 19.00 1.000.000 1.000.000
17 Mei 2009 Panpel Arema Arema Vs Persitara 19.00 1.000.000 1.000.000
23 Mei 2009 Persikabo Vs Pesiba 15.30 2.000.000 2.000.000 0
31 Mei 2009 Drag Bike (luar) 19.00 0
2 Juni 2009 Panpel Arema PSMS Vs Sriwijaya 15.00 1.000.000 1.000.000
30 Sept 2009 Panpel Arema Arema Vs Persid 15.00 2.000.000 1.250.000 750.000
7 Oktober 2009 Panpel Arema Arema Vs Deltras 15.00 2.000.000 1.250.000 750.000
11 Oktober 2009 Panpel Arema Arema Vs Persija 15.00 2.000.000 2.000.000 0
14.500.000 8.000.000 8.800.000 13.700.000

Anda mungkin juga menyukai