BENDAHARA PENGELUARAN
17
SAS 2017
PELATIHAN BENDAHARA
PENGELUARAN APBN
Kementerian Keuangan
Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan
Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 2018
Hak Cipta
Diperbolehkan memperbanyak modul tanpa izin tertulis dari pemegang hak cipta untuk
proses pembelajaran tanpa mengambil keuntungan ekonomi
PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN
APBN
MODUL
Perpajakan Bendahara
Pengeluaran
Oleh:
Dwi Ari Wibawa
Widyaiswara Ahli Madya
Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan
Modul ini tentunya masih memiliki kekurangan. Oleh karena itu, kepada semua pihak
kami harap dapat menyampaikan kesalahan, memberikan kritik dan saran guna perbaikan
modul ini di masa mendatang.
Bogor,
Kepala Pusat,
Iqbal Islami
NIP 19631206 198403 1 001
PENDAHULUAN
KEGIATAN BELAJAR 1
PENGANTAR PERPAJAKAN BENDAHARA
KEGIATAN BELAJAR 2
PAJAK PENGHASILAN
KEGIATAN BELAJAR 3
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS
BARANG MEWAH
KEGIATAN BELAJAR 4
BEA METERAI
Dokumen yang Dikenakan dan Tidak Dikenakan Bea Meterai ..................................... 134
Saat Terutangnya Bea Meterai .................................................................................... 136
Tata Cara Pelunasan Bea Meterai ............................................................................... 137
Latihan ......................................................................................................................... 141
Rangkuman ................................................................................................................. 142
Tes Formatif................................................................................................................. 143
Umpan Balik dan Tindak Lanjut ................................................................................... 145
Gambar 1.11. Halaman Konfirmasi Ulang atas Data yang Telah Diinput........................... 14
Gambar 2.3. Tata Cara Perhitungan PPh Pasal 21 atas penghasilan Tetap dan Teratur .. 39
Gambar 2.4. Tata Cara Perhitungan PPh Pasal 21 PNS dan Pensiun yang Bersifat Tidak
Tabel 1.2. Kode Akun Pajak 411121 Untuk Jenis Pajak PPh Pasal 21 ............................. 16
Tabel 1.3. Kode Akun Pajak 411121 Untuk Jenis Pajak PPh Pasal 22 ............................. 16
Tabel 1.4. Kode Akun Pajak 411121 Untuk Jenis Pajak PPh Pasal 23 ............................. 17
Tabel 1.5. Kode Akun Pajak 411121 Untuk Jenis Pajak PPh Final.................................... 17
Tabel 1.6. Kode Akun Pajak 411121 Untuk Jenis PPN Dalam Negeri ............................... 18
Tabel 1.7. Batas Waktu Penyampaian Penyetoran dan Penyampaian SPT ...................... 18
Tabel 1.8. Kewajiban Bendahara Pengeluaran untuk Menyetor dan Melapor Pajak .......... 19
Tabel 2.1. Perbedaan Wajib Pajak Dalam Negeri dan Luar Negeri ................................... 31
Tabel 2.3. Tarif Pajak Penghasilan Orang Pribadi Dalam Negeri ...................................... 36
Bab I
Pengantar
Perpajakan
- Pengertian Pajak
- Peran Bendahara
- Pendaftaran dan
Penghapusan NPWP
Perpajakan - Penyetoran Pajak
Bendahara - Pelaporan Pajak
Pengeluaran
Bab Il
Pajak Penghasilan
- PPh pasal 21 Simulasi
- PPh pasal 22 - Belanja
- PPh pasal 23 Pegawai
- PPh pasal 26 - Belanja
- PPh pasal 4 (2) Barang
- Belanja Jasa
- Subjek - Belanja
- Objek Modal
- Tarif
Bab IlI Perhitungan
PPN/PPN BM
- - Identifikasi
- Penyetoran - Menghitung
- Pelaporan
- Langkah-
langkah
- Mengisi
Bab IV
formulir terkait
Bea Materai
A. Deskripsi Singkat
B. Prasyarat Kompetensi
C. Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)
D. Relevansi Modul
A. Deskripsi Singkat
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara yang sangat
diandalkan, berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan penerimaan
pajak, salah satunya dengan melibatkan bendahara. Bendahara mempunyai peranan
penting dalam memungut/memotong pajak dalam setiap transaksi yang berdasarkan
ketentuan perpajakan harus memungut/memotong pajak sebagai bentuk pengamanan
penerimaan negara
Berkaitan dengan peran bendahara dalam pengamanan penerimaan negara tersebut,
bendahara mempunyai kewajiban materiil dan formil. Kewajiban materiil berkaitan dengan
kewajiban bendahara untuk menghitung pajak terutang, sedangkan kewajiban formil
berkaitan dengan kewajiban bendahara untuk mendaftarkan diri, membukukan,
memungut/memotong, menyetor dan melaporkan pajak terutang.
Pada Kegiatan Belajar 1 akan dijelaskan tentang pengertian, istilah, peran bendahara
dalam perpajakan, kewajiban formil perpajakan bendahara yaitu terkait pendaftaran NPWP
bendahara, penghapusan NPWP, tata cara penyetoran dan pelaporan perpajakan
bendahara pengeluaran
Pada Kegiatan Belajar 2 akan dijelaskan tentang kewajiban materiil perpajakan
bendahara terkait penghitungan pajak penghasilan, antara lain subyek, obyek pajak
penghasilan, Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), Penghitungan, Pemotongan,
Penyetoran dan Pelaporan PPH pasal 21, PPh pasal 22, PPh pasal 23, PPh pasal 4 (2)
Pada Kegiatan Belajar 3 akan dijelaskan tentang kewajiban materiil perpajakan
bendahara terkait penghitungan PPN/PPN BM, antara lain Obyek PPN dan PPN BM,
Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak, Perhitungan PPN dan PPB BM, Tata cara
pemungutan, penyetoran dan pelaporan PPN dan PPN BM
Pada Kegiatan Belajar 4 akan dijelaskan kewajiban materiil perpajakan bendahara
terkait Bea Meterai, antara lain Pengertian Bea Meterai, Objek Pemungutan Bea Meterai,
Jenis Dokumen yang dikenakan Bea Meterai, Jenis Dokumen yang tidak dikenakan Bea
Meterai, Saat terutang bea meterai, Pihak yang terutang bea meterai, Tata cara pelunasan
Bea Meterai dan daluwarsa bea meterai.
Pada setiap kegiatan belajar akan disimulasikan bagaimana penghitungan,
pemotongan, pemungutan dan pengisian formulir pajak oleh bendahara. Pembahasan akan
dilakukan untuk setiap jenis belanja yaitu belanja pegawai, belanja barang, dan belanja
modal.
1. Standar Kompetensi
Mampu melakukan pemotongan dan pemungutan pajak atas pembayaran tagihan atas
belanja negara dengan benar.
2. Kompetensi Dasar
a. Menjelaskan pengertian dan ruang lingkup pemotongan dan pemungutan pajak
oleh bendahara pengeluaran,
b. Memungut dan memotong pajak penghasilan,
c. Memungut dan memotong Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah (PPN dan PPn BM), dan
d. Mengenakan bea meterai.
PENGANTAR PERPAJAKAN
BENDAHARA
INDIKATOR PEMBELAJARAN
A. Menjelaskan Kewajiban Bendahara Terkait Perpajakan
B. Menjelaskan Penyetoran Pajak Bendahara Pengeluaran
C. Menjelaskan Pelaporan Pajak Bendahara Pengeluaran
Uraian dan Contoh
Belanja Negara
Aspek
Perpajakan
Bendahara
Menghitung,
Menatausahakan,
Menyetorkan dan
Melaporkan
Pengamanan
Penerimaan
Negara
Pendaftaran NPWP oleh Bendahara dapat juga dilakukan secara elektronik, yaitu
melalui internet di situs Direktorat Jenderal Pajak dengan alamat www.pajak.go.id pada menu
e-Reg (electronic registration). Untuk mendapatkan NPWP, Bendahara cukup memasukan
data-data pribadi (KTP/SIM/Paspor) dan data lain yang diminta. Setelah memasukan data-
data yang diminta, Bendahara akan memperoleh NPWP dan Surat Keterangan Terdaftar
Sementara (SKTS) yang berlaku selama satu bulan. Untuk mendapatkan kartu NPWP
tersebut, Bendahara harus menyampaikan fotokopi data-data yang diminta dan formulir
pendaftaran (diprint-out dari hasil pendaftaran tersebut) ke KPP atau KP4 yang wilayah
kerjanya meliputi lokasi tempat kerja dari Bendahara atau dapat dikirimkan melalui pos
sebelum masa berlakunya berakhir.
Apabila terjadi mutasi pegawai yang mengakibatkan bendahara yang bersangkutan
diganti oleh pegawai lain, tidak perlu mendaftarkan NPWP baru, tetapi memberitahukan
kepada KPP dengan melampirkan:
1. Fotokopi kartu identitas (KTP, SIM, Paspor) Bendahara baru; dan
2. Fotokopi SK Penunjukan sebagai Bendahara yang baru.
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) terdiri dari 15 digit, yaitu 9 (sembilan) digit pertama
merupakan Kode Wajib Pajak dan 6 (enam) digit berikutnya merupakan Kode Administrasi
Perpajakan.
Format NPWP
Kode Pengaman
Gambar 1.11. Halaman Konfirmasi Ulang atas Data yang Telah Diinput
Sumber : https://sse.pajak.go.id
Tabel 1.2. Kode Akun Pajak 411121 Untuk Jenis Pajak PPh Pasal 21
Kode Jenis
Jenis Setoran Keterangan
Setoran
100 Masa PPh Pasal 21 untuk pembayaran pajak yang masih
harus disetor yang tercantum dalam SPT
Masa PPh Pasal 21 termasuk SPT
pembetulan sebelum dilakukan
pemeriksaan.
402 PPh Final Pasal 21 atas untuk pembayaran PPh Final Pasal 21 atas
honorarium atau imbalan honorarium atau imbalan lain yang diterima
lain yang diterima Pejabat Pejabat Negara, PNS, anggota TNI/POLRI
Negara, PNS, anggota dan para pensiunnya.
TNI/POLRI dan para
pensiunnya
Tabel 1.3. Kode Akun Pajak 411121 Untuk Jenis Pajak PPh Pasal 22
Kode Jenis
Jenis Setoran Keterangan
Setoran
100 Masa PPh Pasal 22 untuk pembayaran pajak yang harus
disetor yang tercantum dalam SPT Masa
PPh Pasal 22 termasuk SPT pembetulan
sebelum dilakukan pemeriksaan.
900 Pemungut PPh Pasal 22 untuk pembayaran PPh Pasal 22 yang
non bendahara dipungut oleh Pemungut selain
bendahara
910 Pemungut PPh pasal 22 untuk pembayaran PPh Pasal 22 yang
Bendahara APBN dipungut oleh Pemungut bendahara
APBN
920 Pemungut PPh pasal 22 untuk pembayaran PPh Pasal 22 yang
Bendahara APBD dipungut oleh Pemungut bendahara
APBD
930 Pemungut PPh pasal 22 untuk pembayaran PPh Pasal 22 yang
Bendahara Dana Desa dipungut oleh Pemungut bendahara dana
desa
Tabel 1.4. Kode Akun Pajak 411121 Untuk Jenis Pajak PPh Pasal 23
Kode Jenis
Jenis Setoran Keterangan
Setoran
100 Masa PPh Pasal 23 untuk pembayaran PPh Pasal 23 yang
harus disetor (selain PPh Pasal 23 atas
dividen, bunga, royalti, dan jasa) yang
tercantum dalam SPT Masa PPh Pasal 23
termasuk SPT pembetulan sebelum
dilakukan pemeriksaan.
104 PPh Pasal 23 atas Jasa untuk pembayaran PPh Pasal 23 yang
harus disetor atas jasa yang dibayarkan
kepada Wajib Pajak dalam negeri yang
tercantum dalam SPT Masa PPh Pasal 23.
Tabel 1.5. Kode Akun Pajak 411121 Untuk Jenis Pajak PPh Final
Kode Jenis
Jenis Setoran Keterangan
Setoran
402 PPh Final Pasal 4 ayat untuk pembayaran PPh Final Pasal 4 ayat
(2) atas Pengalihan Hak (2) atas Pengalihan Hak atas Tanah
atas Tanah dan/atau dan/atau Bangunan
Bangunan
403 PPh Final Pasal 4 ayat untuk pembayaran PPh Final Pasal 4 ayat
(2) atas Persewaan (2) atas Persewaan Tanah dan/atau
Tanah dan/atau Bangunan.
Bangunan
409 PPh Final Pasal 4 ayat untuk pembayaran PPh Final Pasal 4 ayat
(2) atas Jasa Konstruksi (2) atas jasa konstruksi.
410 PPh Final Pasal 15 atas untuk pembayaran PPh Final Pasal 15
Jasa Pelayaran Dalam atas jasa pelayaran dalam negeri.
Negeri
411 PPh Final Pasal 15 atas untuk pembayaran PPh Final Pasal 15
Jasa Pelayaran dan/atau atas jasa pelayaran dan/atau
Penerbangan Luar penerbangan luar negeri.
Negeri
499 PPh Final Lainnya untuk pembayaran PPh Final lainnya
Tabel 1.6. Kode Akun Pajak 411121 Untuk Jenis PPN Dalam Negeri
Kode Jenis
Jenis Setoran Keterangan
Setoran
100 Pemungut PPN Dalam untuk penyetoran PPN dalam negeri yang
Negeri non Bendahara dipungut oleh pemungut selain bendahara
910 Pemungut PPN Dalam untuk penyetoran PPN dalam negeri yang
Negeri bendahara APBN dipungut oleh pemungut bendahara APBN
920 Pemungut PPN Dalam untuk pembayaran PPN dalam Negeri yang
Negeri Bendahara APBD dipungut oleh Pemungut bendahara APBD
930 Pemungut PPN dalam untuk pembayaran PPN dalam Negeri yang
Negeri Bendahara Dana dipungut oleh Pemungut bendahara dana
Desa desa
C. Pelaporan Pajak
Kewajiban akhir dari pemotong/pemungut pajak adalah membuat SPT sebagai
sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah pajak
yang sebenarnya terutang. Batas waktu penyampaian penyetoran dan penyampaian
SPT dapat dilihat pada tabel berikut:
Dalam hal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari
libur termasuk hari sabtu atau hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak
dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya. Hari libur nasional termasuk hari yang
diliburkan untuk penyelenggaran pemilihan umum yang ditetapkan pemerintah dan cuti
bersama secara nasional yang ditetapkan pemerintah.
Kewajiban bendahara pengeluaran untuk menyetor dan melaporkan pajak yang
telah dipungut/dipotong dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 1.8. Kewajiban Bendahara Pengeluaran untuk Menyetor dan Melapor Pajak
Memotong/ Memungut
1 X
dan Menyetorkan
2 Melaporkan X X
X = Setiap Bulan
Penyetoran dan pelaporan yang tidak dilakukan pada waktunya bisa berakibat
sanksi perpajakan. Sanksi perpajakan terdiri dari sanksi administrasi dan sanksi pidana.
Sanksi administrasi dapat berupa denda, bunga dan kenaikan.
Sanksi administrasi berupa denda dikenakan apabila Surat Pemberitahuan tidak
disampaikan dalam jangka waktu yang telah ditentukan (Pasal 7 UU KUP), yaitu
sebesar:
1. Rp. 500.000,0 untuk Surat Pemberitahuan Masa PPN
2. Rp. 100.000,0 untuk Surat Pemberitahuan Masa lainnya
Maksud pengenaan sanksi administrasi berupa denda adalah untuk kepentingan
tertib administrasi perpajakan dan meningkatkan kepatuhan Wajib pajak dalam
memnuhi kewajiban menyampaikan Surat Pemberitahuan
Sanksi Administrasi juga bisa berupa bunga atas setiap keterlambatan penyetoran
yaitu sebesar 2% sebulan yang dihitung dari tanggal jatuh tempo pembayaran sampai
Anonim
(Anonim)
Apabila hasil penilaian mencapai tingkat penguasaan materi 80% ke atas maka Anda
dapat dikatakan telah berhasil menguasai materi pelajaran dengan baik dan dapat
melanjutkan pada kegiatan belajar selanjutnya. Apabila hasilnya masih di bawah 80%, Anda
diminta untuk mengulang mempelajari kembali materi kegiatan belajar ini.
PAJAK PENGHASILAN
INDIKATOR PEMBELAJARAN
A. Menjelaskan Subjek dan Objek Pajak Penghasilan
B. Melakukan Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21
C. Melakukan Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 22
D. Melakukan Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23
E. Melakukan Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 26
F. Melakukan Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat 2
Uraian dan Contoh
Pajak penghasilan dipungut berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang
Pajak Penghasilan (PPh), yang berlaku sejak 1 Januari 1984. Undang-Undang ini telah
mengalami 4 (empat) kali perubahan dan terakhir kali diubah dengan Undang-Undang Nomor
36 Tahun 2008.
Undang-Undang Pajak Penghasilan mengatur pengenaan pajak penghasilan terhadap
subjek pajak berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun
pajak. Subjek pajak tersebut dikenai pajak apabila menerima atau memperoleh penghasilan.
Subjek pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan dalam Undang-undang PPh
disebut Wajib Pajak. Wajib pajak dikenai pajak atas penghasilan yang diterima atau
diperolehnya selama satu tahun pajak atau dapat pula dikenai pajak untuk penghasilan dalam
bagian tahun pajak apabila kewajiban pajak Subjektifnya dimulai atau berakhir dalam tahun
pajak.
Perbedaan wajib pajak dalam negeri dan wajib pajak luar negeri dapat dilihat
pada Tabel 2.1. sebagai berikut.
Tabel 2.1. Perbedaan Wajib Pajak Dalam Negeri dan Luar Negeri
Wajib Pajak Dalam Negeri Wajib Pajak Luar negeri
Dikenakan pajak atas penghasilan baik Dikenakan pajak hanya atas
diterima atau diperoleh dari Indonesia dan penghasilan yang berasal dari sumber
dari luar indonesia penghasilan di Indonesia
Dikenakan pajak berdasarkan penghasilan Dikenakan pajak berdasarkan
netto penghasilan brutto
Tarif pajak yang digunakan adalah tarif Tarif pajak yang digunakan adalah tarif
umum (tarif UU PPh pasal 17) sepadan (tarif UU PPh pasal 26)
Wajib menyampaikan SPT Tidak wajib menyampaikan SPT
3. Tarif Pajak
Berdasarkan Pasal 17 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang
Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan, tarif pajak yang diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib
Pajak orang pribadi dalam negeri adalah sebagai berikut:
Tarif tertinggi bagi Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri dapat diturunkan
menjadi paling rendah 25% yang diatur dalam Peraturan Pemerintah. Apabila
penerima penghasilan tidak memiliki NPWP, bendahara melakukan pemotongan
PPh pasal 21 dengan tarif 20% (dua puluh persen) lebih tinggi dari tarif PPh 21
untuk pegawai yang memiliki NPWP.
Subjek Pajak
Tidak termasuk subjek pajak yang dipotong PPh pasal 21 oleh bendahara adalah:
a. Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari negara
asing dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja
pada dan bertempat tinggal bersama mereka, dengan syarat bukan WNI dan
di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain di luar
jabatan atau pekerjaannya tersebut, serta negara yang bersangkutan
memberikan perlakukan timbal balik
b. Pejabat perwakilan organisasi internasional yang telah ditetapkan oleh
Menteri Keuangan, dengan syarat bukan WNI dan tidak menjalankan usaha
atau kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan dari
Indonesia.
a. Sumber Penghasilan
Sumber penghasilan yang dikenakan pemotongan PPh Pasal 21 adalah
sumber penghasilan yang diperoleh dari penghasilan yang berkaitan dengan
pekerjaan, jasa atau kegiatan dengan nama dan dalam bentuk apapun yang
dibiayai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), yang mana penghasilan
tersebut dibayarkan secara tetap dan teratur setiap bulan dan penghasilan lain
yang berupa honorarium atau imbalan lain dengan nama apapun yang menjadi
beban APBN/APBD. Penghasilan tetap dan teratur adalah penghasilan yang
dibayarkan setiap bulannya yang dibebankan pada APBN/APBD, penghasilan
tetap tersebut, antara lain:
1) Gaji dan tunjangan lain yang sifatnya tetap dan teratur setiap bulan; atau
2) Imbalan tetap lain yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang
undangan yang berlaku,yang diterima oleh Pejabat
Negara,PNS,TNI,POLRI dan pensiunannya. Penghasilan tersebut tidak
termasuk biaya perjalanan dinas.
Penghasilan Bruto
Penghasilan
Neto X 12
Dikurangi
Penghasilan Kena Pajak
PTKP
Gambar 2.3. Tata Cara Perhitungan PPh Pasal 21 atas penghasilan Tetap dan
Teratur
PPh Pasal 21 yang terutang atas penghasilan yang dibayarkan secara tetap
dan teratur kepada PNS,Pejabat Negara,TNI, POLRI dan pensiunannya
berdasarkan PP 80 tahun 2010 ditanggung pemerintah. Apabila PNS, TNI,
POLRI dan pensiunannya diangkat sebagai pimpinan dan/atau anggota pada
lembaga yang tidak termasuk dalam kriteria Pejabat Negara, maka atas
penghasilan yang menjadi beban APBN/APBD. Terkait dengan kedudukannya
sebagai pimpinan dan/atau anggota pada lembaga tersebut, tetap dikenakan
c. Pemotongan PPh Pasal 21 atas Penghasilan Pejabat Negara, PNS, TNI, dan
POLRI dan Pensiunannya yang Bersifat Tidak Tetap dan Tidak Teratur
Penghasilan lain yang diterima Pejabat Negara, PNS, TNI, POLRI dan
pensiunannya yang berupa honorarium atau imbalan lain dengan nama apapun
yang menjadi beban APBN/APBD, dipotong PPh Pasal 21 oleh bendahara atau
pejabat lain yang ditunjuk melaksanakan pembayaran honorarium atau imbalan
lain tersebut. Pemotongan yang dilakukan oleh bendahara pemerintah atau
pejabat lain tersebut bersifat final.
Berdasarkan PP 80 tahun 2010, tarif PPh Pasal 21 atas honorarium atau
imbalan lain yang diterima oleh Pejabat Negara, PNS, TNI, POLRI dan
pensiunannya ditetapkan sebagai berikut:
1) Tarif 0% (nol persen) dari jumlah bruto honorarium atau imbalan lain yang
dibayarkan kepada:
a) PNS golongan I(satu) dan Golongan II (dua); dan
b) Anggota TNI dan anggota POLRI dengan pangkat Tamtama dan
Bintara dan pensiunannya.
2) Tarif 5% (lima persen) dari jumlah bruto honorarium atau imbalan lain yang
dibayarkan kepada:
a) PNS golongan III (tiga); dan
b) Anggota TNI dan anggota POLRI golongan /pangkat Perwira Pertama
dan pensiunannnya.
3) Tarif 15% (lima belas persen) dari jumlah bruto honorarium atau imbalan
lain yang dibayarkan kepada:
a) Pejabat Negara;
b) PNS golongan IV (empat);
c) Anggota TNI dan anggota POLRI golongan/pangkat Perwira Menengah
dan Perwira Tinggi dan pensiunannya.
- Honorarium
- Imbalan Lain dengan Nama Apapun yang
Diterima Pejabat Negara, PNS, Anggota TNI/Polri
Gambar 2.4. Tata Cara Perhitungan PPh Pasal 21 PNS dan Pensiun yang
Bersifat Tidak Tetap dan Teratur
Contoh
Bendahara Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan membayar kepada Saudara
Monang Sitorus selaku pengajar bela negara pada diklat Kuasa Pengguna
Anggaran, sebesar Rp. 1.000.000,00. Saudara Monang Sitorus berkedudukan
sebagai pensiunan Brigadir Jenderal. Maka PPh pasal 21 yang harus dipotong
bendahara sebesar :
Nama Pembayaran Tarif PPh 21 dipotong
Monang Sitorus Rp.1.000.000,00 15% Rp.150.000,00
a. Subjek Pajak
1) Pegawai adalah orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja, baik
sebagai pegawai tetap atau pegawai tidak tetap/tenaga lepas, yang
bekerja berdasarkan perjanjian atau kesepakatan kerja baik secara tertulis
maupun tidak tertulis, untuk melaksanakan suatu pekerjaan dalam jabatan
atau kegiatan tertentu dengan memperoleh imbalan yang dibayarkan
berdasarkan periode tertentu, penyelesaian pekerjaan atau ketentuan lain
yang ditetapkan pemberi kerja, termasuk orang pribadi yang melakukan
2) Bukan pegawai, adalah orang pribadi selain pegawai tetap dan pegawai
tidak tetap (tenaga kerja lepas) yang memperoleh penghasilan dengan
nama dan dalam bentuk apapun dari Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau
PPh Pasal 26 sebagai imbalan atas pekerjaan, jasa atau kegiatan tertentu
yang dilakukan berdasarkan perintah atau permintaan dari pemberi
penghasilan meliputi :
a) tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari
pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan
aktuaris;
b) pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film,
bintang sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model,
peragawan/peragawati, pemain drama, penari, pemahat, pelukis, dan
seniman lainnya;
c) olahragawan
d) penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator;
e) pengarang, peneliti, dan penerjemah;
f) pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik komputer dan
sistem aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi, dan
sosial serta pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan;
g) agen iklan;
h) pengawas atau pengelola proyek;
Contoh
Penghitungan PPh Pasal 21 atas Imbalan kepada Bukan Pegawai yang
hanya menerima penghasilan hanya dari satu pemberi kerja dan bersifat
berkesinambungan
Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan mengadakan kontrak selama
setahun dengan dr. Dewi Warastuti (memiliki NPWP, bukan PNS) , spesialis
penyakit dalam, (status TK) sebagai dokter kesehatan di Poliklinik. Imbalan
per bulan dengan kehadiran empat kali dalam seminggu dibayar sebesar Rp
20juta.
Dr. Dewi Warartuti hanya menerima penghasilan dari Pusdiklat Anggaran
dan Perbendaharaan
Dalam hal ini, dr. Dewi Warastuti termasuk Bukan Pegawai yang menerima
penghasilan (berdasarkan perikatan) bersifat berkesinambungan dan hanya
menerima penghasilan dari satu pemberi kerja, maka penghitungan PPh Pasal
21 terutang adalah sebagai berikut:
DPP PPh Pasal 21 per bulan = 50% x Rp 20.000.000,00 – PTKP
sebulan
= Rp 10.000.000,00 - (Rp
54.000.000,00 : 12)
= Rp 10.000.000,00 - Rp 4.500.000,00
= Rp 5.500.000,00
Untuk menentukan besarnya PPh pasal 21 terutang per bulan dibuat
perhitungan sebagai berikut:
Contoh :
Penghitungan PPh Pasal 21 atas Imbalan kepada Bukan Pegawai yang
menerima penghasilan lebih dari satu Pemberi Kerja dan bersifat
Berkesinambungan
Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan mengadakan kontrak selama setahun
dengan dr. Dewi Warastuti (bukan PNS, memiliki NPWP) , spesialis penyakit
dalam, (status TK) sebagai dokter kesehatan di Poliklinik. Imbalan per bulan
dengan kehadiran empat kali dalam seminggu dibayar sebesar Rp 20juta.
Dr. Dewi Warartuti selain menerima penghasilan dari Pusdiklat Anggaran
dan Perbendaharaan juga menerima dari tempat lain
Dalam hal ini, dr. Dewi Warastuti termasuk Bukan Pegawai yang menerima
penghasilan (berdasarkan perikatan) bersifat berkesinambungan dan tidak
hanya menerima penghasilan dari satu pemberi kerja, maka penghitungan PPh
Pasal 21 terutang adalah sebagai berikut:
1) Penghasilan wajib pajak bukan pegawai yang bersifat tidak tetap dan tidak
teratur
Selain penghasilan yang berkesinambungan seperti yang telah
dipaparkan di atas, terdapat pula penghasilan tidak berkesinambungan
yang diperoleh oleh Wajib Pajak bukan pegawai. Yang dimaksud dengan
penghasilan tidak berkesinambungan yakni honorarium, uang saku, hadiah
atau penghargaan dengan nama dan dalam bentuk apapun, komisi, dan
pembayaran lain dengan nama apapun sebagai imbalan atas jasa atau
kegiatan yang jumlahnya dihitung tidak atas dasar banyaknya hari yang
diperlukan untuk menyelesaikan jasa atau kegiatan yang diberikan. PPh
Pasal 21 yang dikenakan terhadap golongan ini adalah
Bukan Pegawai
Tidak Memenuhi
Memenuhi syarat
syarat
Tarif Pasal
≤Rp 450.000/hari 17 X Jumlah
gaji, uang pensiun, TIDAK DIPOTONG
tunjangan, dan Bruto
sejenisnya
>Rp 450.000/hari;
≤4.500.000=
Dikali 12 5% x (upah sehari –
Rp 450.000)
Contoh 2
Seto adalah seorang pria dengan status tidak kawin, pada bulan November
bekerja sebagai buruh harian di Kegiatan Pemeliharaan Halaman Gedung
Balai Diklat Keuangan Yogyakarta. Seto bekerja selama 12 hari dan
menerima upah harian sebesar Rp. 450.000, maka perhitungan PPh 21 bagi
Seto adalah sebagai berikut:
Perhitungan PPh Pasal 21 terutang :
Upah sehari Rp 450.000
Upah s.d. hari ke-10 Rp 4.500.000
Sampai hari ke- 10 karena jumlah kumulatif upah yang diterima belum
melebihi Rp.4.500.000,00 maka tidak ada PPh pasal 21 yang dipotong
Upah s.d. hari ke- 11(450.000 x 11) Rp 4.950.000
PTKP Sebenarnya = 11 x (54.000.000 / 360) Rp 1.650.000 -
Penghasilan Kena Pajak Rp 3.300.000
PPh pasal 21 terutang s.d. hari ke- 11
(5% x 3.300.000) Rp 165.000
PPh Pasal 21 yang telah dipotong s.d. hari ke-10 Rp 0-
PPh pasal 21 yang harus dipotong pada hari ke-11 Rp 165.000
Sehingga pada hari ke- 11, upah bersih yang diterima Seto adalah
Rp 450.000 – Rp 165.000 = Rp 285.000
Contoh
Saudara Retno mengikuti kegiatan bimbingan teknis merangkai bunga yang
diselenggarakan oleh Badan Latihan Kerja Kementerian Tenaga Kerja dan
Transmigrasi. Dia menerima uang saku sebesar Rp.700.000,00. Saudara
Retno telah memiliki NPWP.
Maka PPh pasal 21 yang harus dipotong bendahara adalah 5% x Rp.
700.000,00 = Rp. 35.000,00.
Contoh:
Bendahara Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan memotong honorarium yang
diterima oleh Kelompok Kerja ULP Paket Renovasi Gedung Anggrek pada tanggal
25 Maret 2016. Atas pemotongan PPh Pasal 21 yang terutang dan yang telah
dipotong oleh bendahara tersebut wajib disetor ke Bank Persepsi atau Kantor Pos
paling lama tanggal 10 di bulan berikutnya yaitu tanggal 10 April 2016, laporan
disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak paling lama tanggal 20 di bulan
berikutnya atau tanggal 20 April 2016 dengan menggunakan dan melampirkan
formulir yang ditentukan (SPT Masa PPh Pasal 21/F.1.132.01, Daftar Bukti Potong
PPh Pasal 21 Final/F.1.1.33.02, Bukti Potong PPh Pasal 21 Final/F.1.1.33.02 dan
Bukti elektronik penyetoran pajak.
1. Pengertian
Pasal 22 Undang Undang Pajak Penghasilan mengatur pemungutan pajak
atas penghasilan terkait dengan pembayaran atas penyerahan barang dan
kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha di bidang lain. Berdasarkan
ketentuan Pasal 22 UU PPh tersebut, Menteri Keuangan diberi wewenang untuk
1) menetapkan pemungut PPh terkait dengan pembayaran atas penyerahan
barang dan kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha di bidang lain, dan 2)
menentukan dasar pemungutan, kriteria, sifat, dan besarnya pungutan.
b. Kewajiban selanjutnya
1) Menyetorkan PPh pasal 22 paling lambat 13 Juni 2016, penyetoran
dilakukan dengan surat setoran atas nama UD Buku Pintar
2) Melaporkan SPT Masa PPh pasal 22 ke KPP Pratama Bogor paling lambat
tanggal 14 Juni 2016
3) Memberikan fotokopi bukti setor kepada UD Buku Pintar.
Contoh
Bendahara Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan membayarkan honorarium
kepada Mr. Paul Lambert seorang narasumber yang berasal dari Australia dalam
pelaksanaan Diklat Logic Model sebesar 3000 US $ (catatan kurs 1US $ =
15.000,00 pada tanggal 13 Juni 2016
a. Terhadap pembayaran tersebut bendahara memotong PPh pasal 26 sebesar
(3000 US $ x Rp.15.000,00) x 20% = Rp.9.000.000,00.
b. Bendahara harus menyetorkan pemotongan PPh pasal 26 paling lambat
tanggal 11 Juni 2016 dan melaporkan SPT masa PPh pasal 26 paling lambat
tanggal 20 Juli 2016.
b. Tarif
Pengenaan pajak penghasilan atas penghasilan berupa sewa tanah
dan/atau bangunan diatur dengan Peraturan Pemerintah Nomor 29 tahun
1996 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 5
Tahun 2002. Menurut ketentuan tersebut, penghasilan berupa sewa tanah
dan/atau bangunan dikenakan PPh yang bersifat final. Besarnya PPh yang
dipotong adalah 10% baik atas penghasilan yang diterima oleh Wajib Pajak
badan maupun orang pribadi dari jumlah bruto nilai persewaan tanah
dan/atau bangunan.
Kewajiban Bendahara
a. melakukan pengecekan keabsahan Faktur Pajak yang telah diisi dengan data
Wajib Pajak PT Maju Hidaya dengan membubuhi cap “disetor tanggal....” serta
membubuhkan tandatangan dengan memastikan bahwa :
1) Faktur pajak yang diterima tersebut merupakan e-Faktur
2) Keterangan yang tercantum dalam e-Faktur tersebut sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya dan/atau sesungguhnya melalui pemindaian
barcode/QR yang tertera pada e-Faktur (handphone atau smartphone
tertentu dapat melakukan scanningQR Barcode)
b. membuat bukti potong PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas nama PT Maju Hidayat;
c. membuat bukti setor elektonik PPh Final Pasal 4 ayat (2) dan PPN atas nama
PT Maju Hidayat;
2. PPh Final atas Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau
Bangunan
a. Pengertian
Pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan adalah:
1) Penjualan, tukar menukar, perjanjian pemindahan hak, pelepasan hak,
penyerahan hak, lelang, hibah atau cara lain yang disepakati dengan pihak
lain selain pemerintah;
2) Penjualan, tukar menukar, pelepasan hak, penyerahan hak, atau cara lain
yang disepakati dengan pemerintah guna pelaksanaan pembangunan,
termasuk pembangunan untuk kepentingan umum yang tidak memerlukan
persyaratan khusus; dan
3) Penjualan, tukar menukar, pelepasan hak, penyerahan hak, atau cara lain
kepada pemerintah guna pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan
umum yang memerlukan persyaratan khusus.
b. Tarif
Bendahara dalam melaksanakan pembayaran atas pengalihan hak atas
tanah dan atau bangunan atas beban APBN/APBD dilakukan sesuai dengan
nilai yang disepakati atau jumlah bruto nilai penjualan atau pengalihan hak.
Jumlah bruto nilai penjualan atau pengalihan hak adalah nilai tertinggi antara
nilai berdasarkan akta pengalihan hak termasuk bunga, pungutan dan
pembayaran tambahan lainnya yang dipenuhi pembeli dibandingkan dengan
Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) tanah dan/atau bangunan yang bersangkutan.
Jumlah bruto nilai pengalihan hak kepada pemerintah adalah nilai
berdasarkan keputusan pejabat yang bersangkutan. Apabila pelaksanaannya
melalui lelang, maka jumlah bruto nilai pengalihan hak sesuai dengan
peraturan lelang adalah nilai menurut risalah lelang tersebut.
Sesuai PP 34 Tahun 2016 besarnya pajak penghasilan dari pengalihan hak
Contoh:
Bendahara Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan melakukan
pembayaran atas pembebasan tanah bukan untuk kepentingan umum
kepada bapak Nasrun seluas 800 meter sebesar Rp.400.000,00/m2 pada
tanggal 25 September 2016 dari dana Uang Persediaan.
Bagaimana kewajiban perpajakan bendahara :
Pemotongan PPh pasal 4 (2)
PPh final yang harus dipungut/dipotong dan disetor oleh Bendahara
Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan atas pembayaran tersebut
adalah (800 m x Rp.400.000,00) x 2,5% = Rp 8.000.000,00
Pemungutan PPN
a. Pengertian
Berikut ini beberapa pengertian yang terkait dengan jasa konstruksi, antara
lain:
1) Jasa konstruksi merupakan layanan jasa konsultasi perencanaan
pekerjaan konstruksi, layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan
layanan jasa konsultasi pengawasan konstruksi;
2) Pekerjaan konstruksi merupakan keseluruhan atau sebagian rangkaian
kegiatan perencanaan dan/atau pelaksanaan beserta pengawasan yang
mencakup pekerjaan arsitektur, sipil, mekanikal, elektrikal, dan tata
lingkungan masing-masing beserta kelengkapannya, untuk mewujudkan
suatu bangunan atau bentuk fisik lain;
3) Perencanaan konstruksi adalah pemberian jasa oleh pribadi atau badan
yang dinyatakan ahli yang profesional di bidang perencanaan jasa
konstruksi yang mampu mewujudkan pekerjaan dalam bentuk dokumen
perencanaan bangunan fisik lain.
4) Pelaksana konstruksi adalah pemberian jasa oleh pribadi atau badan yang
dinyatakan ahli yang profesional di bidang pelaksanaan jasa konstruksi
yang mampu menyelenggarakan kegiatannya untuk mewujudkan suatu
hasil perencanaan menjadi bentuk bangunan atau bentuk fisik lain,
termasuk di dalamnya pekerjaan konstruksi terintegrasi yaitu
penggabungan fungsi layanan dalam model penggabungan perencanaan,
pengadaan, dan pembangunan (engineering, procurement and
construction) serta model penggabungan perencanaan dan pembangunan
(design and build).
5) Pengawasan konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang pribadi atau
badan yang dinyatakan ahli yang profesional di bidang pengawasan jasa
b. Tarif
Berdasarkan PP Nomor 51 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan atas
Penghasilan dari Usaha Jasa Konstruksi, atas penghasilan dari usaha jasa
konstruksi, dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final. Besarnya tarif
pajak final tersebut adalah:
JASA KONSTRUKSI
Pelaksana Perencana/Pengawas
Kontruksi Kontruksi
2% 4% 6%
3% 4%
Contoh
Pada Tanggal 10 Mei 2016 bendahara pusdiklat Anggaran dan
Perbendaharaan melakukan pembayaran atas kegiatan pemeliharaan Asrama
Melati Barat kepada rekanan CV. Karya Persada, NPWP 01.399.222.1-
396.000, Tanggal Pengukuhan PKP 20 Juni 1998, Alamat Jl. Puncak No.27
Bogor sebesar Rp. 44.000.000,00. (termasuk PPN) CV. Karya Persada
merupakan pelaksana konstruksi yang tergolong usaha kecil dan memiliki
kualifikasi. CV Karya Persada menerbitkan Faktur Pajak bernomor seri
000.000.09.00000036 tertanggal 8 Mei 2016. Bagaimana perhitungan pajak
yang harus dikenakan?
Pemungutan PPN
Nilai Pembayaran = Rp 44.000.000,00
(termasuk PPN)
Dasar Pengenaan Pajak :
Rp 44.000.000,00 x 100/110 = Rp.40. 000.000,00
Nilai PPN :
Rp.40.000.000,00 x 10% = Rp.4.000.000,00
Pemotongan PPh pasal 4 ayat (2):
2% x (Rp 40.000.000,00) = Rp 800.000,00
G. Studi Kasus
Pemungutan, Penyetoran dan Pelaporan, Pengisian Formulir Pajak
Bendahara
1. Belanja Pegawai
a. Belanja Pegawai Gaji dan Tunjangan
Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan melakukan pembayaran gaji bulan
Maret 2016 kepada Hendra Zain dengan daftar penghasilan sebagai berikut :
Tunjangan
No Nama NPWP Gaji (Rp) Status
Jabatan
1 Hendra Zain 4.035.800 1.000.000 Kawin tanpa
(07.777.440.5.404.000 anak
2. Belanja Honorarium
a. Simulasi Transaksi
Pusdiklat anggaran membayarkan honorarium kelompok kerja Paket
Pekerjaan Renovasi Gedung Anggrek pada tanggal 25 Maret 2016, dengan
rincian sebagai berikut:
Nama Golongan Jabatan Honorarium
Hendra Zain IV / a Ketua Rp.1.200.000,00
Dodi Santoso III / c Sekretaris Rp.1.000.000,00
Heri II / d Anggota Rp. 900.000,00
Bagaimana pemotongan pajak atas honorarium yang diterima anggota Pokja
tersebut ?
1) Perhitungan PPh pasal 21
Penghitungan PPh pasal 21 atas honor tersebut didasarkan pada golongan
dari penerima honor sebagai berikut.
Nama Golongan Honorarium Tarif PPh terutang
Hendra Z IV / a Rp.1.200.000,00 15% Rp.180.000,00
Dodi S III / c Rp.1.000.000,00 5% Rp. 50.000,00
Heri II / d Rp. 900.000,00 0% Rp. 0,00
b. Pengisian Formulir
1) Mengisi Surat Setoran Elektronik
Surat Setoran Elektronik
NPWP 00.030.485.6.404.0
Bacalah petunjuk pengisian sebelum mengisi formulir ini JUMLAH LEMBAR SPT
MASA PAJAK : SPT SPT TERMASUK LAMPIRAN :
03 - 2016 X
[mm - y y y y ] H.01 H.02 NORMAL H.03 PEMBETULAN KE : ____ H.04 (DIISI OLEH PETUGAS)
H.05 H.06
A. IDENTITAS PEMOTONG
B. OBJEK PAJAK
JUMLAH
KODE OBJEK JUMLAH PENGHASILAN JUMLAH PAJAK
NO PENERIMA PENGHASILAN PENERIMA
PAJAK BRUTO (Rp) DIPOTONG (Rp)
PENGHASILAN
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
4. BUKAN PEGAWAI
15 PPh PASAL 21 DAN/ATAU PASAL 26 YANG KURANG (LEBIH) DISETOR (ANGKA 11 KOLOM 6 - ANGKA 14) B.05 4.542,00
LANJUTKAN PENGISIAN PADA ANGKA 16 & 17 APABILA SPT PEMBETULAN DAN/ATAU PADA ANGKA 18 APABILA PPh LEBIH DISETOR
16 PPh PASAL 21 DAN/ATAU PASAL 26 YANG KURANG (LEBIH) DISETOR PADA SPT YANG DIBETULKAN B.06
17 PPh PASAL 21 DAN/ATAU PASAL 26 YANG KURANG (LEBIH DISETOR KARENA PEMBETULAN (ANGKA 15 - ANGKA 16)B.07
18 KELEBIHAN SETOR PADA ANGKA 15 ATAU ANGKA 17 AKAN DIKOMPENSASIKAN PADA MASA PAJAK (mm - yyyy) B.08
-
HALAMAN 1
D. LAMPIRAN
1. FORMULIR 1721 - I 5. FORMULIR 1721 - IV
X D.01 (Untuk Satu Masa Pajak) D.02 1 LEMBAR X D.09 D.10 1 LEMBAR
Dengan menyadari sepenuhnya atas segala akibatnya termasuk sanki-sanki sesuai dengan ketentuan yang berlaku, saya menyatakan
bahwa apa yang telah saya beritahukan di atas beserta lampiran-lampirannya adalah benar, lengkap, dan jelas.
2. NPWP :
E.02
00.030.485.6 - 404 . 000
3. NAMA :
E.02
Bendahara Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan
4. TANGGAL :
E.02
10 - 4 - 2016
5. TEMPAT :
E.02
Bogor
A. PEGAWAI TETAP DAN PENERIMAAN PENSIUN ATAU THT/JHT SERTA PNS, ANGGOTA TNI/POLRI. PEJABAT NEGARA DAN PENSIUNANNYA YANG PENGHASILANNYA MELEBIHI PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP)
BUKTI PEMOTONGAN KODE OBJEK JUMLAH PENGHASILAN MASA KODE
NO. NPWP NAMA PPh DIPOTONG (Rp) PEROLEHAN NEGARA
NOMOR TANGGAL (dd-mm-yyyy) PAJAK BRUTO (Rp) PENGHASILAN DOMISILI
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
1 07.777.440.5-404.000 Hendra Zain 21-100-01 4.469.800,00 4.542,00
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
JUMLAH A (PENJUMLAHAN ANGKA 1 S.D. ANGKA 20) 4.469.800,00 4.542,00
B.
PEGAWAI TETAP DAN PENERIMAAN PENSIUN ATAU THT/JHT SERTA PNS, ANGGOTA TNI/POLRI. PEJABAT NEGARA
:
1 ORANG
DAN PENSIUNANNYA YANG PENGHASILANNYA TIDAK MELEBIHI PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP) B.01
C. TOTAL (JUMLAH A + B)
Dasar Kode
Jenis Besaran Pajak Batas waktu Batas waktu Kode Jenis
No Transaksi Pengenaan Akun
Pajak Tarif dipungut/potong penyetoran pelaporan Setoran
Pajak setoran
Apabila hasil penilaian mencapai tingkat penguasaan materi 80% ke atas maka Anda
dapat dikatakan telah berhasil menguasai materi pelajaran dengan baik dan dapat
melanjutkan pada kegiatan belajar selanjutnya. Apabila hasilnya masih di bawah 80%, Anda
diminta untuk mengulang mempelajari kembali materi kegiatan belajar ini.
INDIKATOR PEMBELAJARAN
A. Menjelaskan Objek Pemungutan PPN dan PPn BM
B. Menjelaskan Faktur Pajak
C. Menjelaskan Dasar Pengenaan PPN dan PPn BM
D. Melakukan Pemungutan, Penyetoran, dan Pelaporan PPN dan
PPn BM
Uraian dan Contoh
Undang-Undang yang mengatur pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah (PPn BM) adalah Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983
tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun
2009. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak atas konsumsi barang dan jasa yang
merupakan pengganti dari Pajak Penjualan (PPn) yang diterapkan di Indonesia
Jenis jasa yang dibebaskan PPN secara rinci dijelaskan sebagai berikut
a. Jasa pelayanan kesehatan medis, meliputi :
1) jasa dokter umum, dokter spesialis, dan dokter gigi;
2) jasa dokter hewan;
3) jasa ahli kesehatan seperti akupuntur, ahli gigi, ahli gizi, dan ahli fisioterapi;
4) jasa kebidanan dan dukun bayi;
5) jasa paramedis dan perawat;
6) jasa rumah sakit, rumah bersalin, klinik kesehatan, laboratorium kesehatan,
dan sanatorium;
7) jasa psikolog dan psikiater; dan
8) jasa pengobatan alternatif, termasuk yang dilakukan oleh paranormal.
b. Jasa pelayanan sosial meliputi:
1) jasa pelayanan panti asuhan dan panti jompo;
2) jasa pemadam kebakaran;
3) jasa pemberian pertolongan pada kecelakaan;
4) jasa lembaga rehabilitasi;
5) jasa penyediaan rumah duka atau jasa pemakaman, termasuk krematorium;
6) jasa di bidang olah raga kecuali yang bersifat komersial.
c. Jasa pengiriman surat dengan perangko, meliputi jasa pengiriman surat dengan
menggunakan perangko tempel dan menggunakan cara lain pengganti
perangko tempel.
d. Jasa keuangan, meliputi:
1) jasa menghimpun dana dari masyarakat berupa giro, deposito berjangka,
sertifikat deposito, tabungan, dan/atau bentuk lain yang dipersamakan
dengan itu;
Berdasarkan PMK 18/PMK.010/2015 tentang kriteria jasa boga atau katering yang
termasuk jenis jasa yang tidak dikenai PPN dijelaskan :
1. Jasa catering merupakan jasa penyediaan makanan dan minuman yang dilengkapi
dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan, penyimpanan dan
penyajian untuk disajikan di lokasi yang diinginkan oleh pemesan
2. Penyajian makanan dan atau minuman di lokasi dapat dilakukan dengan atau tanpa
peralatan dan petugasnya
3. Tidak termasuk dalam pengertian jasa boga atau katering yaitu penjualan makanan dan
atau minuman yang dilakukan melalui tempat penjualan berupa toko, kios dan sejenisnya
untuk menjual makanan dan atau minuman baik penjualan secara langsung maupun
tidak langsung/pesanan
barang hasil
pertambangan/pengeboran yang pasir, kerikil
diambil langsung dari sumbernya
beras, gabah
jagung
kedelai
garam
PPn BM dikenakan hanya 1 (satu) kali pada waktu penyerahan BKP yang
tergolong mewah. Tujuan pengenaan pajak atas barang mewah tersebut, antara
lain:
a. Perlunya keseimbangan pembebanan pajak antara konsumen yang
berpenghasilan rendah dan konsumen yang berpenghasilan tinggi;
b. Pengendalian pola konsumsi barang mewah; dan
c. Perlunya perlindungan terhadap produsen kecil atau tradisional.
d. Dengan demikian, yang dimaksud barang mewah adalah:
e. Barang yang bukan kebutuhan pokok masyarakat.
f. Barang konsumsi masyarakat tertentu.
g. Pada umumnya dikonsumsi oleh masyarakat berpenghasilan tinggi dan
menunjukkan status.
B. Faktur Pajak
Sesuai UU PPN pasal 1 disebutkan bahwa Faktur pajak adalah bukti pungutan pajak
yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan BKP atau
penyerahan JKP atau pada saat impor BKP. Pada pasal 13 UU PPN disebutkan juga
Pengusaha Kena Pajak wajib membuat faktur pajak untuk setiap penyerahan Barang
Kena Pajak (BKP) dan penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP). Orang atau badan yang tidak
dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak dilarang membuat Faktur Pajak.
Faktur pajak harus memenuhi persyaratan formal dan material. Faktur pajak
dinyatakan memenuhi persyaratan formal apabila diisi secara lengkap, jelas, dan benar
sesuai dengan persyaratan yang diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak,
sedangkan dinyatakan memenuhi persyaratan material apabila berisi keterangan yang
sebenarnya atau sesungguhnya mengenai penyerahan BKP dan/atau JKP, ekspor
Barang Kena Pajak Berwujud, ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud, ekspor Jasa
Kena Pajak, impor Barang Kena Pajak, atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dan
pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam
Daerah Pabean.
Sesuai Perdirjen Pajak Nomor Per-16/PJ/2014 faktur pajak dibuat melalui aplikasi
atau sistem elektronik yang disediakan oleh Ditjen Pajak. Faktur ini berbentuk elektronik
atau disebut e-faktur. E-Faktur tersebut harus dibuat pada:
Contoh:
Satker Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan melakukan perikatan kepada PT
Kiriman Kilat untuk pengiriman paket buku sebesar Rp.10.000.000,00. Terhadap
perikatan itu bendahara harus memungut PPN sebesar:
Harga jasa pengiriman : Rp. 10.000.000,00
Dasar Pengenaan Pajak : 10% x Rp.10.000.000,00 = Rp. 1.000.000,00
PPN : 10% x Rp.1.000.000,00 = Rp.100.000,00
1. Tarif
Tarif PPN yang berlaku saat ini adalah 10% (sepuluh persen), sedangkan tarif
PPN atas ekspor BKP adalah 0% (nol persen). Pengenaan tarif 0% (nol persen)
bukan berarti pembebasan dari pengenaan PPN, tetapi pajak masukan yang telah
dibayar dari barang yang diekspor dapat dikreditkan. Berdasarkan pertimbangan
perkembangan ekonomi dan/atau peningkatan kebutuhan dana untuk
pembangunan, dengan Peraturan Pemerintah tarif PPN dapat diubah serendah-
rendahnya 5% (lima persen) dan setinggi-tingginya 15% (lima belas persen)
dengan tetap memakai prinsip tarif tunggal. Perubahan tarif tersebut, harus dengan
Peraturan Pemerintah.
Tarif PPn BM yang berlaku sekarang ini paling rendah 10% dan paling tinggi
200%. Pembayaran yang dilakukan oleh bendahara kepada PKP, sehubungan
dengan penyerahan BKP atau JKP, maka PPN terutang pada saat penyerahan
BKP atau JKP. Pemungutan PPN dan/atau PPn BM oleh Bendahara dilakukan
pada saat dilakukan pembayaran kepada penyedia barang/jasa Pemerintah,
dengan cara pemungutan secara langsung dari tagihan Pengusaha Kena Pajak
Rekanan/penyedia barang/jasa Pemerintah tersebut.
Setoran Pajak dibuat oleh PKP rekanan dengan nama, alamat dan NPWP dari
PKP rekanan/penyedia barang jasa pemerintah yang bersangkutan.
Contoh
Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan melakukan pembelian komputer ke CV
Wijaya yang beralamat di Jalan Sewu 1 Nomor 14 Bogor, dengan NPWP
01.029.298.0.561.000 dan NPPKP 01.562.358.3-529.000. Pembayaran sebesar
Rp. 11.000.000,00 (termasuk PPN) dilakukan pada tanggal 8 April 2016.
Pemungutan PPN
Jumlah Pembayaran termsuk PPN = Rp. 11.000.000,00
Dasar Pengenaan Pajak:
Rp.11.000.000,00 x 100/110 = Rp.10.000.000,00
PPN yang dipungut:
10% x Rp. 10.000.000,00 = Rp.1.000.000,00
Kewajiban Bendahara
a. melakukan pengecekan keabsahan Faktur Pajak yang telah diisi dengan data
Wajib Pajak CV Wijaya dengan cara membubuhi cap “disetor tanggal....” serta
membubuhi tandatangan dan memastikan bahwa
1) Faktur Pajak yang diterima merupakan e-Faktur
2) Keterangan yang tercantum dalam e-Faktur tersebut sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya dan/atau sesungguhnya melalui pemindaian
barcode / QR Code yang tertera pada e-Faktur (handphone atau
smartphone tertentu dapat melakukan scanning QR Code)
b. menyetorkan secara elektronik PPN dan PPh pasal 22 atas nama CV Wijaya
paling lambat tanggal 15 April 2016
c. menyerahkan copi bukti setor ektronik PPh Pasal 22 dan PPN, Faktur pajak
kepada CV Wijaya;
d. melaporkan SPT Masa PPh Pasal 22 paling lama tanggal 14 Mei 2016 ke KPP
Pratama Bogor;
e. melaporkan SPT Masa PPN ke KPP Pratama Bogor paling lama tanggal14 Mei
2016.
1. Belanja Barang
a. Simulasi Transaksi
Pada bulan Maret 2016 Bendahara Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan
melakukan transaksi sebagaimana berikut:
1) Membayarkan makanan dari sebuah restoran untuk keperluan rapat
sebesar Rp. 900.000,00
2) membayarkan pembelian bensin untuk kendaraan dinas Rp.700.000,00 dan
membayar tagihan listrik sebesar Rp. 800.000,00 dan membeli benda pos
sebesar Rp.400.000,00 di kantor pos.
3) membayarkan pembelian ATK pada tanggal 18 Maret 2016 sebesar Rp
33.000.000,00 (harga sudah termasuk PPN) kepada CV Betacomp
dengan NPWP 06.325.456.3-404.000. Atas pembelian itu CV Betacomp
menerbitkan faktur dengan kode nomor seri 020.000-13.00000101.
NPWP 06.325.456.3-404.000
Nama CV Betacomp
Alamat Jalan Raya Kradenan
Kota Bogor
Jenis Pajak PPh pasal 22 (411122)
Jenis Setoran Pemungut PPh pasal 22 Bendahara APBN / 910
Masa Pajak April s.d. April
Tahun Pajak 2016
Mata Uang Rupiah (Rp)
Jumlah Setor 450.000
NPWP 06.325.456.3-404.000
Nama CV Betacomp
Alamat Jalan Raya Kradenan
Kota Bogor
Jenis Pajak PPN Dalam Negeri (412111)
Pemungut PPN Dalam Negeri bendahara APBN /
Jenis Setoran
910
Masa Pajak April s.d. April
Tahun Pajak 2016
Mata Uang Rupiah (Rp)
Jumlah Setor 3.000.000
2. Belanja Jasa
a. Simulasi Transaksi
Bendahara Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan melakukan pembayaran
untuk pekerjaan pembuatan seragam kantor kepada PT Valino yang beralamat
di Jl. Baru No.5 Bogor dengan NPWP No.02.425.347.2-404.000 pada tanggal 3
Mei 2016 dengan menerbitkan faktur pajak bernomor seri
020.000.13.00000875. Dalam perjanjian disepakati bahwa bahan baku kain
berasal dari Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan, PT Valino menyediakan
bahan tambahan. Imbalan yang disepakati sebesar Rp.33.000.000,00 dengan
rincian:
Biaya jasa maklon Rp. 25.000.000,00
Biaya untuk bahan tambahan Rp. 5.000.000,00
PPN 10% Rp. 3.000.000,00
Jumlah Rp. 33.000.000,00
Bagaimana kewajiban perpajakan bendahara?
1) Pemotongan/Pemungutan PPh
a) Atas pembayaran ongkos pembuatan baju seragam kepada PT Valino
dipotong PPh pasal 23 atas jasa maklon sebesar
b. Pengisian Formulir
1) Pengisian Surat Setoran Elektronik
NPWP 00.030.485.6.404.0
NPWP 02.425.347.2-404.000
Nama PT Valino
Alamat Jl. Baru No.5 Bogor
Kota Bogor
Jenis Pajak PPh pasal 22 (411122)
Jenis Setoran Pemungut PPh pasal 22 Bendahara APBN / 910
Masa Pajak April s.d. April
Tahun Pajak 2016
Mata Uang Rupiah (Rp)
Jumlah Setor 75.000
NPWP 02.425.347.2-404.000
Nama PT Valino
Alamat Jl. Baru No.5 Bogor
Kota Bogor
Jenis Pajak PPN Dalam Negeri (412111)
Jenis Setoran Pemungut PPN Dalam Negeri bendahara APBN / 910
Masa Pajak April s.d. April
Tahun Pajak 2016
Mata Uang Rupiah (Rp)
Jumlah Setor 3.000.000
3. Belanja Modal
a. Simulasi Transaksi
Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan melakukan rehabilitasi gedung asrama
diklat dengan melakukan kontrak perencana pekerjaan kontruksi kepada PT
Indoraya konsultan dengan NPWP nomor 02.234.567.8-404.000 (mempunyai
kualifikasi usaha) dengan nilai kontrak Rp. 44.000.000,00 (termasuk PPN)
Terhadap perikatan tersebut sudah dilakukan pembayaran pada tanggal 5 Maret
2016 dengan faktur bernomor seri 020.000-13.00000950. Bagaimana kewajiban
terhadap perpajakan tersebut
1) Pemungutan PPh pasal 4 (2)
Terhadap pembayaran tersebut dilakukan pemotongan/pemungutan pajak
sebesar:
PT Indoraya Konsultan
a) Dasar Pengenaan Pajak (DPP) = Rp.44.000.000,00 x 100/110
= Rp.40.000.000,00
b) PPh pasal 4 (2) = Rp.40.000.000,00 x 4%
= Rp.1.600.000,00
PPh final tersebut dipotong dari pembayaran kepada PT Indoraya
Konsultan
NPWP 00.030.485.6.404.0
Kota Bogor
Jenis Setoran PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas Jasa Konstruksi / 409
NPWP 02.234.567.8-404.000
Kota Bogor
Agar peserta dapat memahami materi Kegiatan Belajar 3 tentang Pajak Pertambahan
Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah maka kepada peserta diminta
untuk mengerjakan latihan di bawah ini. Apabila peserta dalam mengerjakan menemukan
hambatan, peserta dapat membuka kembali pembahasan terkait dengan latihan pada kegiatan
belajar dari latihan tersebut atau menghubungi widyaiswara.
1. Apa yang dimaksud dengan Barang Kena Pajak? Berikan contoh!
2. Apa yang dimaksud dengan Jasa Kena Pajak? Berikan contoh!
3. Jelaskan apa yang dimaksud faktur pajak!
4. Apakah yang dimaksud dengan dasar pengenaan pajak dan harga jual dalam
pemungutan PPN?
5. Jelaskan tata cara pelaporan PPN dan PPn BM!
6. Soal Kasus
Bambang Belany adalah Bendahara Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan dengan
NPWP 00.030.485.6.404.000 selama bulan Maret 2016 melakukan transaksi sebagai
berikut
a. Melakukan pembayaran pembelian alat tulis kantor senilai Rp 22.000.000,00 (harga
termasuk PPN) pada tanggal 7 Maret 2016 kepada CV. Indo Visa Mandiri dengan
NPWP No.01.123.456.7-404.000 dengan faktur bernomor seri 020.000-
13.00000750.
b. Pembayaran sewa 4 buah truk untuk mengangkut arsip/dokumen hasil audit ke
gudang dengan nilai seluruhnya Rp. 44.000.000,00 termasuk pajak kepada CV
Otobus dengan NPWP 01.345.657.8.404.000 dengan faktur bernomor seri 020.000-
13.00000750 pada tanggal 10 Maret 2016.
Berkaitan dengan transaksi tersebut di atas :
b. Hitunglah pajak yang harus dipungut/disetor atas transaksi diatas dengan mengisi
form perhitungan pajak transaksi dibawah ini!
c. Tulislah langkah-langkah yang harus dilakukan bendahara terkait
pemungutan/pemotongan pajak atas transaksi diatas
d. Buatlah formulir – formulir yang diperlukan dengan mengisi form yang disediakan!
Apabila hasil penilaian mencapai tingkat penguasaan materi 80% ke atas maka Anda
dapat dikatakan telah berhasil menguasai materi pelajaran dengan baik dan dapat melanjutkan
pada kegiatan belajar selanjutnya. Apabila hasilnya masih di bawah 80%, Anda diminta untuk
mengulang mempelajari kembali materi kegiatan belajar ini.
BEA MATERAI
INDIKATOR PEMBELAJARAN
A. Menjelaskan Jenis Dokumen yang Tidak Dikenakan Tarif Bea
Materai
B. Menjelaskan Saat Terutangnya Bea Materai
C. Menjelaskan Tata Cara Pelunasan Bea Materai
Uraian dan Contoh
A. Dokumen yang Dikenanakan dan Tidak Dikenakan Bea Materai
Bea meterai adalah pajak yang dikenakan atas dokumen berupa kertas yang
menurut Undang- Undang Bea Meterai menjadi objek Bea Meterai
Dasar hukum pengenaan Bea Meterai adalah Undang-Undang Nomor 13 Tahun
1985 atau disebut juga Undang-Undang Bea Meterai. Undang-undang ini berlaku sejak
tanggal 1 Januari 1986. Selain itu, untuk mengatur pelaksanaannya, telah dikeluarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1995 sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perubahan Tarif Bea Meterai dan
Besarnya Batas Pengenaan Harga Nominal yang Dikenakan Bea Meterai.
Objek pemungutan bea meterai diatur berdasarkan Aturan Bea Meterai 1921
sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan Undang-undang nomor 13 tahun 1985
adalah dokumen. Dokumen yang menjadi objek pemungutan adalah dokumen yang
ditulis di atas kertas. Dokumen yang tidak ditulis di atas kertas tidak termasuk ke dalam
objek dari pemungutan bea meterai. Misal dokumen yang disimpan di dalam komputer,
film dan CD bukan merupakan objek pemungutan bea meterai, namun tidak semua
dokumen harus membayar bea meterai. Dokumen yang harus dibayar bea meterainya
adalah dokumen yang akan digunakan sebagi alat bukti di peradilan dalam rangka
hukum perdata.
No Objek Tarif
1 Surat perjanjian dan surat-surat lainnya yang dibuat Rp.6.000,00
dengan tujuan untuk digunakan sebagai alat pembuktian
mengenai perbuatan, kenyataan atau
keadaan yang bersifat perdata.
2 akta-akta notaris termasuk salinannya. Rp.6.000,00
3 akta-akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah Rp.6.000,00
termasuk rangkap-rangkapnya.
4 Surat yang memuat jumlah uang, seperti kuitansi, billing
statement, dll:
A 0 s.d. Rp250.000,00; -
B Di atas Rp250.000,00 s.d. Rp1.000.000,00; Rp.3.000,00
C Di atas Rp1.000.000,00. Rp.6.000,00
5 Surat berharga seperti wesel, promes, dan aksep Rp.6.000,00
6 Cek dan bilyet giro. Rp.3.000,00
7 Efek atau sekumpulan efek dengan nama dan dalam
bentuk apapun:
A Harga nominal Rp.250.000,00 sampai dengan Rp.3.000,00
Rp1.000.000,00;
B Harga nominal di atas Rp1.000.000,00. Rp.6.000,00
8 Dokumen yang akan digunakan sebagai alat pembuktian Rp.6.000,00
di muka Pengadilan.
Pelunasan
Cek Billing
Bilyet statemen
Giro tTagihan
Telepon
etc
Apabila hasil penilaian mencapai tingkat penguasaan materi 80% ke atas maka Anda
dapat dikatakan telah berhasil menguasai materi pelajaran dengan baik dan dapat
melanjutkan pada kegiatan belajar selanjutnya. Apabila hasilnya masih di bawah 80%, Anda
diminta untuk mengulang mempelajari kembali materi kegiatan belajar ini.
Setelah peserta mempelajari seluruh isi Modul Perpajakan Bendahara Pengeluaran ini,
maka untuk menguji hasil belajar peserta diklat, peserta disarankan untuk mengerjakan tes
sumatif berikut ini.
1. Satker A menerima tagihan dari Penyedia Barang/Jasa (ber NPWP dan PKP) :
a. Tagihan dari PT Sentani Indocom atas penyerahan barang Alat Pengolahan Data
berupa 2 unit komputer dan mesin printer sebesar Rp 49.000.000 (termasuk
PPN).
b. Tagihan yang diajukan oleh PT Cendrawasih Bangun Persada (ber NPWP dan
PKP) selaku penyedia jasa yang telah memiliki izin/sertifikasi di bidang
konstruksi , sehubungan dengan pekerjaan Pembangunan gedung kantor
dengan nilai sebesar Rp125.000.000,00 (Termasuk PPN).
c. Tagihan yang diajukan oleh CV. Jaya Konsultan (ber NPWP dan PKP) yang
belum memiliki sertifikat di bidang jasa konstruksi, Rp 23.000.000,00 (termasuk
PPN) atas pekerjaan konsultan pengawas pembangunan gedung.
d. Tagihan yang diajukan oleh CV Karya Konsultan (ber NPWP dan PKP) sudah
memiliki sertifikat jasa kontruksi sebesar Rp. 15.000.000 (Termasuk PPN) atas
pekerjaan konsultan perencana pembangunan gedung.
2. Bendahara Satker A melakukan transaksi pembayaran-pembayaran sebagai berikut :
a. Pembayaran Honorarium kepada Markus SE MM, Gol. III/d (ber NPWP) sebagai
pengajar sebesar Rp .600.000,00
h. Membayar tagihan perbaikan kendaraan dinas dari CV Sarana Oto (NPWP dan
PKP) sebesar Rp.4.400.000 (termasuk PPN) dengan rincian Jasa : Rp.800.000,
suku cadangRp.3.600.000.
3. Pembayaran gaji kepada Drs. Surya, MA seorang pegawai negeri di, Golongan IV/c,
menikah dengan jumlah anak 1 (dua) orang, memperoleh gaji pokok Rp 4.200.000,00
Selain dari itu, sebagai seorang pejabat ia memperoleh tunjangan jabatan Rp
1.200.000,00 serta mendapat tunjangan beras Rp 217.260,00.
4. Pembayaran honorarium dokter non PNS sebesar Rp.5.000.000,- per bulan selama
setahun, status TK, yang bersangkutan mempunyai NPWP dan mendapat penghasilan
di tempat lain.
PERTANYAAN :
Pajak-pajak apa sajakah yang terutang atas transaksi/pembayaran-pembayaran
tersebut? Hitunglah besarnya pajak tersebut!
Pilihan Ganda
NO JAWABAN NO JAWABAN
1 C 6 D
2 D 7 A
3 D 8 A
4 A 9 C
5 A 10 A
Pilihan Ganda
Pilihan Ganda
NO JAWABAN NO JAWABAN
1 C 6 D
2 D 7 D
3 D 8 B
4 B 9 A
5 A 10 B
Pilihan Ganda
NO JAWABAN NO JAWABAN
1 A 6 D
2 B 7 C
3 C 8 B
4 C 9 B
5 A 10 A
Tes Sumatif
Pilihan Ganda
NO JAWABAN NO JAWABAN
1 C 11 A
2 C 12 C
3 B 13 D
4 A 14 A
5 B 15 D
6 D 16 C
7 C 17 D
8 D 18 D
9 B 19 C
10 D 20 B
Republik Indonesia. 1983. Undang-Undang Nomor 13 tahun 1985 tentang Bea Meterai.
Jakarta: Sekretariat Negara.
Republik Indonesia. 1983. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan
Hak Atas Tanah dan Bangunan sebagaimana telah diubah dan ditambah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000. Jakarta: Sekretariat Negara.
Sumber Buku
Halim, Abdul, Icuk Rangga Bawono dan Amin Dara.2014. Perpajakan, Konsep, Aplikasi,
Contoh dan Studi Kasus. Jakarta: Salemba Empat.
Mardiasmo. 2009. Perpajakan Edisi Terbaru 2016. Yogyakarta: ANDI.
Rahardjo, Budi. 2012. Perpajakan Bendahara Pengeluaran. Bogor: Pusdiklat Anggaran dan
Perbendaharaan.
Sakti, Nufransa Wira dan Asrul Hidayat. E-Faktur Mudah dan Cepat Penggunaan Faktur
Pajak Online. Jakarta: Visimedia Pustaka.
Supramono, Theresia Woro Damayanti. 2014. Perpajakan Indonesia, Mekanisme dan
Perhitungan. Yogyakarta: ANDI.