pengeluaran negara
Pelatihan
Bendahara Pengeluaran
2020
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PUSDIKLAT ANGGARAN DAN PERBENDAHARAAN
Hak Cipta
MODUL
Oleh:
Bambang Sancoko
Widyaiswara Ahli Madya
Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
hidayah-Nya, penyusunan modul Pelatihan Bendahara Pengeluaran dapat
diselesaikan dengan baik. Modul Sistem Penerimaan dan Pengeluaran Negara
merupakan salah satu modul yang digunakan dalam Pelatihan Bendahara
Pengeluaran. Terima kasih kami sampaikan kepada para pihak yang telah
membantu proses penyusunan modul Sistem Penerimaan dan Pengeluaran
Negara. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada seluruh tim penyusunan
perbaikan modul sesuai dengan Keputusan Kuasa Pengguna Anggaran
Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan Nomor: KEP-261/PP.3/2019 tentang
Pembentukan Tim Penyusun Modul Pelatihan Bendahara Pengeluaran Tahun
Anggaran 2020, terutama kepada Bapak Bambang Sancoko yang telah menulis
ulang dan memperbaiki modul Sistem Penerimaan dan Pengeluaran Negara.
Modul Sistem Penerimaan dan Pengeluaran Negara berisi tentang bagaimana
bendahara pengeluaran memahami sistem penerimaan dan pengeluaran negara
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Modul ini tentunya masih memiliki kekurangan. Oleh karena itu, kepada
semua pihak kami harap dapat menyampaikan kesalahan, memberikan kritik dan
saran guna perbaikan modul ini di masa mendatang.
Bogor,
Kepala Pusat,
Iqbal Islami
NIP 19631206 198403 1 001
KEGIATAN BELAJAR 1
KONSEPSI PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA
Dasar Hukum Keuangan Negara .............................................................. 5
Asas-asas Keuangan Negara ................................................................... 13
Pejabat Pengelolaan Keuangan Satuan Kerja .......................................... 15
Latihan ...................................................................................................... 27
Rangkuman .............................................................................................. 28
KEGIATAN BELAJAR 2
DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN
Daftar Isisan Pelaksanaan Anggaran (DIPA) ........................................... 36
Petunjuk Operasional Kegiatan (POK) ..................................................... 46
Latihan ...................................................................................................... 51
Rangkuman .............................................................................................. 52
KEGIATAN BELAJAR 4
SISTEM PENGELUARAN NEGARA
Metode Pembayaran Tagihan Negara ...................................................... 81
Mekanisme Pengeluaran Negara .............................................................. 90
Koreksi/Ralat dan Pembatalan SPP, SPM, dan SP2D .............................. 97
Rekening Bendahara Pengeluaran ........................................................... 99
Latihan ...................................................................................................... 111
Rangkuman .............................................................................................. 112
KEGIATAN BELAJAR 5
SISTEM PENGARSIPAN DOKUMEN KEUANGAN NEGARA
Tanggung jawab atas Dokumen Keuangan Negara .................................. 120
Prinsip-Prinsip Pengelolaan Arsip ............................................................ 122
Latihan ...................................................................................................... 129
Rangkuman .............................................................................................. 130
Tabel 1.1. Postur APBN 2016 dan RAPBN 2017 (dalam triliun Rupiah) ........ 8
Tabel 2.1. Rincian Belanja Negara menurut Fungsi ....................................... 47
Petunjuk penggunaan modul ini memuat cara penggunaan modul dan tata cara
belajar yang tepat agar peserta diklat dapat mencapai kompetensi yang
diharapkan:
1. Langkah-langkah belajar yang perlu dilakukan
Pelajari setiap kegiatan belajar (KB) dengan seksama, tanyakan
kepada widyaiswara/tenaga pengajar jika ada bagian yang kurang jelas dan
langkah terakhir adalah reviu semua materi tiap kegiatan belajar dengan
menggunakan peta konsep di bagian awal modul.
2. Target waktu dan pencapaian dalam pembelajaran menggunakan modul.
Estimasi
No. Pokok Bahasan Ket
Waktu
Konsepsi Pengelolaan Keuangan
1. 70 menit -
Negara
2. Dokumen Pelaksanaan Anggaran 1 Jamlat -
Konsepsi pengelolaan
Keuangan Negara
(KB.1)
Dokumen
Pelaksanaan
Anggaran
(KB.2)
Sistem - Dokumen
Pengeluaran
Negara - Pihak Terkait
(KB.4) - Mekanisme
Sistem Pengarsipan
Dokumen Keuangan
Negara (KB.5)
A. Deskripsi Singkat
B. Prasyarat Kompetensi
C. Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)
D. Relevansi Modul
PENDAHULUA
N
A. Deskripsi Singkat
Modul Sistem Penerimaan dan Pengeluaran Negara merupakan
salah satu modul yang akan dipelajari dalam Pelatihan Bendahara
Pengeluran. Modul ini akan memberikan aspek pengetahuan umum dan
sikap dalam mencapai kompetensi yang harus dimiliki seorang calon
Bendahara Pengeluaran, sedangkan aspek keterampilan akan diberikan
dalam modul yang lain. Modul ini dibagi menjadi lima bagian yaitu (1)
Konsepsi Pengelolaan Keuangan Negara, (2) Dokumen Pelaksanaan
Anggaran, (3) Sistem Penerimaan Negara, (4) Sistem Pengeluaran
Negara, (5) Sistem Pengarsipan Dokumen Keuangan Negara.
B. Prasyarat Kompetensi
Prasyarat kompetensi adalah pengetahuan yang perlu dimiliki peserta
sebelum mempelajari modul ini. Pengetahuan tersebut akan terkait dengan
pembahasan dalam bagian-bagian modul, tetapi tidak diuraikan dengan
detail dalam modul. Pengetahuan yang sebaiknya dimiliki oleh peserta
sebelum membaca modul ini adalah pemahaman umum tentang
pengelolaan keuangan di satuan kerja masing-masing.
1. Standar Kompetensi
Standar kompetensi merupakan kecakapan untuk hidup dan belajar
sepanjang hayat yang dicapai oleh peserta melalui pengalaman belajar.
Modul ini bermanfaat bagi peserta dalam memahami tugas-tugas
Bendahara Pengeluaran. Oleh karena itu, standar kompetensi bagi
peserta setelah mempelajari modul ini adalah mampu menjelaskan
sistem penerimaan dan pengeluaran Negara.
2. Kompetensi Dasar
Untuk mencapai standar kompetensi tersebut diatas diharapkan setiap
tahapan dalam mempelajari modul ini akan menghasilkan kompetensi
dasar sebagai berikut.
a. Peserta mampu menjelaskan konsep pengelolaan keuangan
negara.
D. Relevansi Modul
KONSEPSI PENGELOLAAN
KEUANGAN NEGARA
INDIKATOR PEMBELAJARAN
A. Menjabarkan dasar hukum keuangan negara
B. Menjelaskan asas-asas keuangan negara
C. Menjelaskan pejabat pengelola keuangan satuan kerja
Uraian dan Contoh
A. Dasar Hukum Keuangan Negara
1. Landasan Hukum Keuangan Negara
Pengelolaan Keuangan Negara berpedoman pada beberapa
ketentuan yang menjadi landasan hukum antara lain adalah :
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
UUD 1945 merupakan landasan hukum yang mengatur prinsip
dasar keuangan negara.
b. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara.
UU ini mengatur tentang prinsip-prinsip umum pengelolaan
keuangan negara (Hukum Tata Negara).
c. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara.
UU ini mengatur tentang kaidah-kaidah administratif pengelolaan
keuangan negara. UU ini pada hakikatnya merupakan tatanan
hukum administrasi keuangan negara yang telah secara jelas
memberikan panduan dalam pengelolaan tata laksana dan
organisasi penyelenggaraan pelaksanaan anggaran negara.
d. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.
UU ini mengatur tentang prinsip-prinsip umum pemeriksaan
keuangan negara.
e. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang
disempurnakan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun
2018.
UU No. 1 Tahun 2004 tersebut tidak dapat secara langsung
dioperasionalisasikan di lingkungan Pemerintah karena
Tabel 1.1. Postur APBN 2019 dan APBN 2020 (dalam triliun Rupiah)
d. Bendahara Penerimaan
Bendahara Penerimaan adalah orang yang ditunjuk untuk
menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan, dan
mempertanggung-jawabkan uang Pendapatan Negara dalam
rangka pelaksanaan APBN pada kantor/Satuan Kerja
Kementerian Negara/Lembaga Pemerintah Non kementerian.
Dalam melaksanakan anggaran pendapatan pada kantor/Satuan
Kerja di lingkungan Kementerian Negara/Lembaga, Menteri/
Pimpinan Lembaga dapat mengangkat Bendahara Penerimaan.
Kewenangan mengangkat Bendahara Penerimaan oleh PA dapat
didelegasikan kepada kepala Satuan Kerja. Bendahara
Penerimaan diangkat apabila di satker yang bersangkutan
terdapat PNBP yang bersifat fungsional. Apabila pada satker
hanya terdapat PNBP yang bersifat umum maka pengelolaan
PNBP dirangkap oleh Bendahara Pengeluaran.
Pengangkatan Bendahara Penerimaan dilakukan setelah
memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan selaku
BUN. Pejabat/pegawai yang akan diangkat sebagai Bendahara
Penerimaan harus memiliki sertifikat Bendahara yang diterbitkan
oleh Menteri Keuangan atau pejabat yang ditunjuk.
Pengangkatan Bendahara Penerimaan juga tidak terikat
periode tahun anggaran. Jabatan Bendahara Penerimaan tidak
boleh dirangkap oleh KPA atau Kuasa BUN.
e. Bendahara Pengeluaran
Bendahara Pengeluaran adalah orang yang ditunjuk untuk
menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan, dan
mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan Belanja Negara
dalam rangka pelaksanaan APBN pada kantor/Satuan Kerja
Kementerian Negara/Lembaga Pemerintah
Non kementerian. Dalam melaksanakan anggaran belanja pada
kantor/Satuan Kerja di lingkungan Kementerian Negara/
Lembaga, Menteri/Pimpinan Lembaga dapat
mengangkat Bendahara Pengeluaran. Kewenangan mengangkat
Bendahara Pengeluaran dapat didelegasikan kepada kepala
Satuan Kerja.
f. Pejabat Lainnya
Pejabat lainnya yang diangkat untuk membantu melaksanakan
pengelolaan keuangan satuan kerja antara lain:
1) Bendahara Pengeluaran Pembantu (BPP)
Bendahara Pengeluaran Pembantu (BPP) adalah orang
yang ditunjuk untuk membantu Bendahara Pengeluaran (BP)
dalam melaksanakan pembayaran kepada yang berhak guna
kelancaran pelaksanaan kegiatan tertentu. Dalam rangka
meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan anggaran
belanja, kepala Satuan Kerja dapat mengangkat BPP.
Pejabat/pegawai yang akan diangkat sebagai BPP harus
memiliki sertifikat bendahara yang diterbitkan oleh Menteri
Keuangan atau pejabat yang ditunjuk. BPP bertugas membantu
BP dalam melaksanakan tugas kebendaharaan. BPP
bertanggung jawab kepada BP. BPP bertanggung jawab secara
pribadi atas uang/surat berharga yang berada dalam
pengelolaannya. Pada hakekatnya tugas BPP hampir sama
dengan BP. Pengangkatan BPP hanya dapat dilakukan pada
kondisi sebagai berikut:
a) Terdapat kegiatan yang lokasinya berjauhan dengan
tempat kedudukan Bendahara Pengeluaran, dan/atau
b) Beban kerja BP sangat berat berdasarkan penilaian
Kepala Kantor/Satker.
3) Pejabat Pengadaan
Pejabat Pengadaan adalah pejabat administrasi/pejabat
fungsional/personel yang bertugas melaksanakan Pengadaan
Langsung, Penunjukan Langsung, dan/atau E-purchasing.
Tugas Pejabat Pengadaan:
a) melaksanakan persiapan dan pelaksanaan Pengadaan
Langsung;
DOKUMEN PELAKSANAAN
ANGGARAN
INDIKATOR PEMBELAJARAN
A. Menjelaskan Daftar Isian Pelaksanaan Anggran (DIPA)
B. Menjelaskan Petunjuk Operasional Kegiatan (POK)
Uraian dan Contoh
1. Pengertian DIPA
b. DIPA Petikan
DIPA Petikan adalah DIPA per Satker yang dicetak secara
otomatis melalui sistem, yang berisi mengenai informasi Kinerja,
rincian pengeluaran, rencana penarikan dana dan perkiraan
f. Halaman IV – Catatan
Pemberian informasi dan Pengisian Catatan pada halaman
IV adalah pencantuman informasi dan penjelasan mengenai
rincian belanja yang memerlukan persyaratan tertentu dan/atau
perlakuan khusus pada saat proses pencairan dana, yaitu:
1) alokasi anggaran yang masih harus dilengkapi dengan
dokumen sebagai dasar pengalokasian anggaran, yaitu
persetujuan DPR RI, persetujuan Kementerian
Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas (khusus
untuk dana optimalisasi), hasil reviu/audit dari Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (khusus untuk
dana optimalisasi), naskah perjanjian (khusus
PHLN/PHDN), dan nomor register (khusus PHLN/PHDN);
2) alokasi anggaran yang masih terpusat dan belum
didistribusikan ke Satker-Satker daerah;
3) output cadangan;
4) alokasi anggaran yang digunakan dalam rangka
pengesahan; dan/atau
5) tunggakan tahun anggaran yang lalu.
Pencantuman informasi dan pengisian catatan pada
Halaman IV DIPA merupakan konsekuensi dari pencantuman
catatan yang dilakukan oleh Biro Perencanaan/Unit
Perencanaan K/L pada saat penelahaan RKA-KL. Untuk dapat
mencairkan alokasi anggaran yang diberikan tanda (*) tersebut,
selain alokasi anggaran yang digunakan untuk pembayaran
tunggakan tahun anggaran yang lalu, harus dilakukan revisi
anggaran terlebih dahulu untuk menghapus catatan
tersebut.Bentuk dan format Halaman IV – Catatan dapat dilihat
pada Gambar 1.6.
1. Pengertian POK
Petunjuk Operasional Kegiatan yang selanjutnya disingkat POK
adalah dokumen yang memuat uraian rencana kerja dan biaya yang
diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan, disusun oleh KPA sebagai
penjabaran lebih lanjut dari DIPA. Fungsi dari POK adalah :
a. Pedoman dalam melaksanakan kegiatan/aktivitas;
b. Alat monitoring kemajuan pelaksanaan kegiatan/aktivitas;
c. Alat perencanaan kebutuhan dana;
d. Sarana untuk meningkatkan transparansi, akuntabilitas, dan
efektivitias pelaksanaan anggaran.
2. Klasifikasi Anggaran
a. Klasifikasi Organisasi
Klasifikasi organisasi mengelompokkan alokasi anggaran
belanja sesuai dengan struktur organisasi K/L dan BUN. Suatu K/L
dapat terdiri atas unit-unit organisasi (Unit Eselon I) yang merupakan
bagian dari suatu K/L. Suatu unit organisasi dapat didukung oleh
satker yang bertanggungjawab melaksanakan kegiatan dari program
unit Eselon I atau kebijakan pemerintah dan berfungsi sebagai Kuasa
Pengguna Anggaran dalam rangka pengelolaan anggaran. Satker
pada unit organisasi K/L adalah Satker baik yang berada di kantor
pusat maupun kantor daerah, atau Satker yang memperoleh
penugasan dari unit organisasi K/L. Sementara itu, BUN merupakan
pejabat yang diberi tugas untuk melaksanakan fungsi bendahara
umum negara sebagaimana yang diatur dalam undang-undang.
Pengelompokkan anggaran menurut nomenklatur K/L dan
menurut fungsi BUN disebut Bagian Anggaran (BA). Dilihat dari apa
yang dikelola, BA dapat dikelompokkan dalam 2 (dua) jenis. Pertama,
BA K/L adalah kelompok anggaran yang dikuasakan kepada
Menteri/Pimpinan Lembaga selaku Pengguna Anggaran. Kedua, BA
BUN adalah kelompok anggaran yang dikelola oleh Menteri
Keuangan selaku pengelola fiskal.
b. Klasifikasi Fungsi
Fungsi adalah perwujudan tugas kepemerintahan di bidang
tertentu yang dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan
pembangunan nasional, sedangkan Subfungsi merupakan penjabaran
lebih lanjut/lebih detail dari deskripsi fungsi. Subfungsi terdiri atas
kumpulan program dan program terdiri atas kumpulan kegiatan.
Yang dimaksud program adalah penjabaran kebijakan K/L di
bidang tertentu yang dilaksanakan dalam bentuk upaya yang berisi
satu atau beberapa kegiatan dengan menggunakan sumber daya
yang disediakan untuk mencapai hasil yang terukur sesuai dengan
misinya yang dilaksanakan instansi atau masyarakat dalam koordinasi
K/L yang bersangkutan.
Tabel 2.1.Rincian Belanja Negara menurut Fungsi
INDIKATOR PEMBELAJARAN
A. Menjelaskan metode penyetoran penerimaan negara
B. Menjelaskan mekanisme penyetoran penerimaan
negara
Uraian dan Contoh
A. Metode Penyetoran Penerimaan Negara
1. Pihak-Pihak Terkait Penerimaan Negara
a. Wajib Bayar
b. Wajib Pajak
c. Petugas Pungut
f. Bank/Pos Persepsi
INDIKATOR PEMBELAJARAN
A. Menjelaskan metode pembayaran tagihan negara
B. Menjelaskan mekanisme pengeluaran negara
C. Menjelaskan koreksi/ralat dan pembatalan SPP, SPM,
dan SP2D
D. Menjelaskan rekening Bendahara Pengeluaran
Uraian dan Contoh
e. Daftar pembayaran
1) daftar pembayaran gaji;
2) daftar pembayaran perhitungan lembur;
3) daftar pembayaran uang makan;
4) daftar pembayaran honorarium.
3. Pengajuan Tagihan
Penerima hak mengajukan tagihan kepada negara atas
komitmen berdasarkan bukti-bukti yang sah untuk memperoleh
pembayaran. Atas dasar tagihan, PPK melakukan pengujian.
Pelaksanaan pembayaran tagihan, dilakukan dengan Pembayaran LS
kepada penyedia barang/jasa atau Bendahara Pengeluaran/pihak
lainnya.
Tagihan atas pengadaan barang/jasa dan/atau pelaksanaan
kegiatan yang membebani APBN diajukan dengan surat tagihan oleh
penerima hak kepada PPK paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah
timbulnya hak tagih kepada negara. Dalam hal 5 (lima) hari kerja
setelah timbulnya hak tagih kepada negara penerima hak belum
mengajukan surat tagihan, PPK harus segera memberitahukan
secara tertulis kepada penerima hak untuk mengajukan tagihan.
Dalam hal setelah 5 (lima) hari kerja penerima hak belum mengajukan
tagihan, penerima hak pada saat mengajukan tagihan harus
memberikan penjelasan secara tertulis kepada PPK atas
keterlambatan pengajuan tagihan tersebut.
Koreksi atau ralat SPM dan ADK SPM hanya dapat dilakukan
berdasarkan permintaan koreksi atau ralat SPM dan ADK SPM secara
tertulis dari PPK. Koreksi atau ralat kode mata anggaran pengeluaran (akun
6 digit) pada ADK SPM dapat dilakukan berdasarkan permintaan koreksi
atau ralat ADK SPM secara tertulis dari PPK sepanjang tidak mengubah
SPM. Koreksi atau ralat SP2D hanya dapat dilakukan berdasarkan
permintaan koreksi SP2D secara tertulis dari PPSPM dengan disertai SPM
dan ADK yang telah diperbaiki.
Pembatalan SPP hanya dapat dilakukan oleh PPK sepanjang SP2D
belum diterbitkan. Pembatalan SPM hanya dapat dilakukan oleh PPSPM
secara tertulis sepanjang SP2D belum diterbitkan. Dalam hal SP2D telah
diterbitkan dan belum mendebet Kas Negara, pembatalan SPM dapat
dilakukan setelah mendapat persetujuan Direktur Jenderal Perbendaharaan
atau pejabat yang ditunjuk. Koreksi SP2D atau daftar nominatif untuk
penerima lebih dari satu rekening hanya dapat dilakukan oleh Kepala
KPPN berdasarkan permintaan KPA. Pembatalan SP2D tidak dapat
dilakukan dalam hal SP2D telah mendebet Kas Negara.
b. Pembukaan Rekening
1) Pengajuan Permohonan Persetujuan Pembukaan
Rekening
KPA atau pemimpin BLU mengajukan permohonan
persetujuan pembukaan Rekening Penerimaan dan/atau
Rekening Pengeluaran pada Bank Umum/Kantor Pos
kepada Kuasa BUN di Daerah. Dokumen yang harus
dilampirkan dalam permohonan persetujuan paling sedikit
adalah :
a) Salinan DIPA;
b) Surat pernyataan mengenai penggunaan Rekening;
dan
c) Surat kuasa KPA/pemimpin BLU kepada Kuasa BUN
Pusat dan Kuasa BUN di Daerah untuk memperoleh
informasi dan kewenangan terkait Rekening yang
dibuka pada Bank Umum atau Kantor Pos.
3) Pembukaan Rekening
KPA/pemimpin BLU harus melampirkan surat
persetujuan pembukaan Rekening dari Kuasa BUN Pusat
atau Kuasa BUN di Daerah pada saat membuka Rekening
Penerimaan, Rekening Pengeluaran, dan/atau Rekening
Lainnya pada Bank Umum/Kantor Pos. Penamaan
rekening harus sesuai dengan penamaan Rekening oleh
Kuasa BUN Pusat atau Kuasa BUN di Daerah dalam surat
persetujuan pembukaan Rekening. Rekening dibuka atas
nama jabatan dengan ketentuan:
2) Pendebetan Rekening
Pendebetan Rekening milik Kementerian Negara/
Lembaga/Satuan Kerja dilakukan oleh KPA/pemimpin BLU
dengan menerbitkan surat perintah untuk melakukan
pendebetan Rekening. Surat perintah untuk melakukan
pendebetan Rekening ditandatangani oleh KPA/pemimpin
BLU dan Bendahara pada Kementerian Negara/
Lembaga/Satuan Kerja. Surat perintah dapat berupa cek
atau bilyet giro.
5) Blokir Rekening
Kuasa BUN Pusat atau Kuasa BUN di Daerah
berwenang melakukan blokir Rekening dalam hal
KPA/pemimpin BLU tidak menyampaikan laporan saldo
Rekening. Khusus untuk Rekening milik BLU, pemblokiran
dilakukan untuk seluruh Rekening operasional yang
dikelola.
Dalam hal KPA/pemimpin BLU telah menyampaikan
laporan saldo Rekening, Kuasa BUN Pusat atau Kuasa
BUN di Daerah berwenang mencabut blokir Rekening.
Blokir dan Pencabutan Blokir Rekening dilaksanakan oleh
Kuasa BUN Pusat atau Kuasa BUN di Daerah dengan
menyampaikan permintaan tertulis kepada Bank
Umum/Kantor Pos dan disampaikan dengan menggunakan
sarana tercepat.
6) Penutupan Rekening
Kuasa BUN Pusat atau Kuasa BUN di daerah
berwenang menutup Rekening milik Kementerian
INDIKATOR PEMBELAJARAN
A. Menjelaskan tanggung jawab atas dokumen keuangan
negara
B. Menjelaskan prinsip pengelolaan arsip
Uraian dan Contoh
b. Arsip Statis
Arsip statis adalah arsip yang dihasilkan oleh pencipta arsip
karena memiliki nilai guna kesejarahan, telah habis retensinya, dan
berketerangan dipermanenkan yang telah diverifikasi baik secara
langsung maupun tidak langsung oleh Arsip Nasional Republik
Indonesia dan/atau lembaga kearsipan. Pengelolaan arsip statis
menjadi tanggung jawab lembaga kearsipan.
Jenis arsip keuangan lembaga negara meliputi:
a. Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan RUU
APBN-P;
b. Pelaksanaan anggaran;
c. Bantuan/pinjaman luar negeri;
d. Pengelolaan APBN/Dana Pinjaman/Hibah Luar Negeri (PHLN);
e. Sistem Akuntansi Instansi (SAI);
f. Pertanggungjawaban keuangan negara;
g. Pemeriksaan keuangan;
h. Pelaporan dan analisis transaksi keuangan;
i. Pengawasan keuangan;
j. Perpajakan; dan
k. Pengawasan sektor jasa keuangan.
2. Penggunaan Arsip
Pencipta arsip pada lembaga negara, pemerintahan daerah,
perguruan tinggi negeri, dan BUMN dan/atau BUMD membuat daftar
arsip dinamis berdasarkan 2 (dua) kategori, yaitu arsip terjaga dan
arsip umum. Arsip terjaga adalah arsip negara yang berkaitan dengan
keberadaan dan kelangsungan hidup bangsa dan negara yang harus
dijaga keutuhan, keamanan, dan keselamatannya. Sedangkan Arsip
umum adalah arsip yang tidak termasuk dalam kategori arsip terjaga.
Penggunaan arsip dinamis diperuntukkan bagi kepentingan
pemerintahan dan masyarakat. Ketersediaan dan autentisitas arsip
dinamis menjadi tanggung jawab pencipta arsip. Dalam rangka
ketersediaan arsip untuk kepentingan akses, arsip dinamis dapat
dilakukan alih media. Penggunaan arsip dinamis dilaksanakan
berdasarkan sistem klasifikasi keamanan dan akses arsip.
Pencipta arsip dapat menutup akses atas arsip dengan alasan
apabila arsip dibuka untuk umum dapat: a. menghambat proses
penegakan hukum; b. mengganggu kepentingan pelindungan hak
atas kekayaan intelektual dan pelindungan dari persaingan usaha
tidak sehat; c. membahayakan pertahanan dan keamanan negara; d.
3. Pemeliharaan Arsip
Pemeliharaan arsip dinamis dilaksanakan oleh pencipta arsip
untuk menjamin keamanan informasi dan fisik arsip. Pemeliharaan
arsip dinamis dilakukan untuk menjaga keautentikan, keutuhan,
keamanan, dan keselamatan arsip. Pemeliharaan arsip dinamis
dilakukan melalui kegiatan pemberkasan arsip aktif, penataan arsip
inaktif, penyimpanan arsip, dan alih media arsip.
Pemberkasan arsip aktif dilakukan terhadap arsip yang dibuat
dan diterima. Pemberkasan arsip aktif menghasilkan tertatanya fisik
dan informasi arsip serta tersusunnya daftar arsip aktif.
Penataan arsip inaktif dilakukan berdasarkan asas asal usul dan
asas aturan asli. Penataan arsip inaktif pada unit kearsipan
dilaksanakan melalui kegiatan: a. pengaturan fisik arsip; b.
pengolahan informasi arsip; dan c. penyusunan daftar arsip inaktif.
Penyimpanan arsip dilakukan terhadap arsip aktif dan inaktif
yang sudah didaftar dalam daftar arsip. Penyimpanan arsip aktif dan
inaktif dilaksanakan untuk menjamin keamanan fisik dan informasi
arsip selama jangka waktu penyimpanan arsip berdasarkan Jadwal
Retensi Arsip (JRA).
Alih media arsip dilaksanakan dalam bentuk dan media apapun
sesuai kemajuan teknologi informasi dan komunikasi berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Arsip yang
dialihmediakan tetap disimpan untuk kepentingan hukum berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Alih media arsip
diautentikasi oleh pimpinan di lingkungan pencipta arsip dengan
4. Penyusutan Arsip
Penyusutan arsip dilakukan oleh pencipta arsip berdasarkan
Jadwal Retensi Arsip (JRA). JRA adalah daftar yang berisi sekurang-
kurangnya jangka waktu penyimpanan atau retensi, jenis arsip, dan
keterangan yang berisi rekomendasi tentang penetapan suatu jenis
arsip dimusnahkan, dinilai kembali, atau dipermanenkan yang
dipergunakan sebagai pedoman penyusutan dan penyelamatan arsip.
JRA ditetapkan oleh pimpinan lembaga negara, pemerintahan daerah,
perguruan tinggi negeri, BUMN dan BUMD setelah mendapat
persetujuan Kepala ANRI. Retensi arsip dalam JRA ditentukan
berdasarkan pedoman retensi arsip.
Penyusutan arsip meliputi kegiatan:
a. pemindahan arsip inaktif dari unit pengolah ke unit kearsipan;
b. pemusnahan arsip yang telah habis retensinya dan tidak
memiliki nilai guna dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan; dan
c. penyerahan arsip statis oleh pencipta arsip kepada lembaga
kearsipan.
Pemusnahan arsip menjadi tanggung jawab pimpinan pencipta
arsip. Pemusnahan arsip dilakukan terhadap arsip yang:
a. tidak memiliki nilai guna;
b. telah habis retensinya dan berketerangan dimusnahkan
berdasarkan JRA;
c. tidak ada peraturan perundang-undangan yang melarang; dan
d. tidak berkaitan dengan penyelesaian proses suatu perkara.
Penyerahan arsip statis oleh pencipta arsip kepada lembaga
kearsipan dilakukan terhadap arsip yang:
a. memiliki nilai guna kesejarahan;
b. telah habis retensinya; dan/atau
c. berketerangan dipermanenkan sesuai JRA pencipta arsip.
2. Ketentuan Pidana
Terhadap Pejabat dan/atau pelaksana yang melakukan
pelanggaran dalam penyelenggaraan kearsipan dalam UU No. 43
tahun 2009 dapat diberikan sanksi pidana sebagai berikut:
a. Setiap orang yang dengan sengaja menguasai dan/atau
memiliki arsip negara untuk kepentingan sendiri atau orang
lain yang tidak berhak dipidana dengan pidana penjara paling
lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp
250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah).
b. Setiap orang yang dengan sengaja menyediakan arsip
dinamis kepada pengguna arsip yang tidak berhak dipidana
dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda
paling banyak Rp125.000.000,00 (seratus dua puluh lima juta
rupiah).
c. Setiap orang yang dengan sengaja tidak menjaga keutuhan,
keamanan dan keselamatan arsip negara yang terjaga untuk
kepentingan negara dipidana dengan pidana penjara paling
lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp
25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah).
d. Pejabat yang dengan sengaja tidak melaksanakan
pemberkasan dan pelaporan dipidana dengan pidana penjara
paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
e. Setiap orang yang dengan sengaja tidak menjaga kerahasiaan
arsip tertutup dipidana dengan pidana penjara paling lama 5