PERPAJAKAN ATAS
PEMBAYARAN BEBAN APBN
PELATIHAN PEJABAT PENANDATANGAN
SURAT PERINTAH MEMBAYAR (PPSPM)
2
PELATIHAN PEJABAT PENANDATANGAN
SURAT PERINTAH MEMBAYAR (PPSPM)
MODUL
Oleh:
Dwi Ari Wibawa
Widyaiswara Ahli Madya
Diperbolehkan memperbanyak modul tanpa izin tertulis dari pemegang hak cipta
untuk proses pembelajaran tanpa mengambil keuntungan ekonomi
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya,
penyusunan modul Pelatihan Pejabat Penandatangan Surat Perintah Membayar (PPSPM)
dapat diselesaikan dengan baik. Modul Perpajakan atas Pembayaran Beban APBN
merupakan salah satu modul yang digunakan dalam Pelatihan Pejabat Penandatangan
Surat Perintah Membayar (PPSPM). Terima kasih kami sampaikan kepada para pihak yang
telah membantu proses penyusunan modul Perpajakan atas Pembayaran Beban APBN.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada seluruh tim penyusunan perbaikan modul
sesuai dengan Keputusan Kuasa Pengguna Anggaran Pusdiklat Anggaran dan
Perbendaharaan Nomor: KEP-134/PP.3/2020 tentang Pembentukan Tim Penyusunan
Modul Pelatihan Pejabat Penandatangan Surat Perintah Membayar (PPSPM), terutama
kepada Penulis yaitu Dwi Ari Wibawa, Widyaiswara Pusdiklat Anggaran dan
Perbendaharaan yang telah menulis modul Perpajakan atas Pembayaran Beban APBN.
Modul Perpajakan atas Pembayaran Beban APBN berisi tentang bagaimana para PPSPM
meningkatkan kompetensi di bidang penganggaran, khususnya dalam Perpajakan atas
Pembayaran Beban APBN sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Modul Perpajakan atas Pembayaran Beban APBN telah diseminarkan sebagaimana
ketentuan yang berlaku. Oleh karena itu, kami nyatakan bahwa modul Perpajakan atas
Pembayaran Beban APBN telah sah dan layak digunakan pada Pelatihan Pejabat
Penandatangan Surat Perintah Membayar (PPSPM).
Modul ini tentunya masih memiliki kekurangan. Oleh karena itu, kepada semua pihak
kami harap dapat menyampaikan kesalahan, memberikan kritik dan saran guna perbaikan
modul ini di masa mendatang.
Bogor,
Kepala Pusat,
Iqbal Islami
Tabel 1.2 Kode Akun Pajak 411121 Untuk Jenis Pajak PPh Pasal 18
21
Tabel 1.3 Kode Akun Pajak Jenis Pajak PPh Pasal 22 19
Petunjuk Penggunaan Modul ini memuat cara penggunaan modul dan tata
cara belajar yang tepat agar peserta pelatihan dapat mencapai Kompetensi yang
diharapkan:
Pengantar Pengujian
Pemotongan atau
Pemungutan
Perpajakan Atas
Beban APBN (KB.1)
Pengujian
Pemungutan/
Pemotongan Pajak
Penghasilan (KB.2)
Perpajakan atas
Pembayaran Beban
APBN
Pengujian
Pemungutan Pajak
Pertambahan Nilai
Barang Dan Jasa Dan
Pajak Penjualan Atas
Barang Mewah (KB.3)
Pengenaan Bea
Meterai (KB.4)
A. Deskripsi Singkat
B. Prasyarat Kompetensi
C. Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)
D. Relevansi Modul
Modul ini dibagi menjadi empat bagian yaitu (1) Pengantar Pengujian
Pemotongan atau Pemungutan Perpajakan Atas Beban APBN, (2)
Pengujian Pemungutan/ Pemotongan Pajak Penghasilan, (3) Pengujian
Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak
Penjualan Atas Barang Mewah, (4) Pengenaan Bea Meterai.
Prasyarat Kompetensi
Relevansi Modul
INDIKATOR PEMBELAJARAN
A. Menjelaskan Ruang Lingkup Pengujian Perpajakan
PPSPM
B. Memahami Dokumen Pengujian Pemotongan atau
Pemungutan Pajak
C. Menjelaskan Penyetoran Pajak
Kode Akun Pajak dan Kode Jenis Setoran adalah sebagai berikut:
1. Kode Akun Pajak Jenis Pajak PPh Pasal 21
Tabel 1.2. Kode Akun Pajak 411121 Untuk Jenis Pajak PPh Pasal 21
Kode Jenis
Jenis Setoran Keterangan
Setoran
100 Masa PPh Pasal 21 untuk pembayaran pajak yang masih
harus disetor yang tercantum dalam SPT
Masa PPh Pasal 21 termasuk SPT
pembetulan sebelum dilakukan
pemeriksaan.
402 PPh Final Pasal 21 atas untuk pembayaran PPh Final Pasal 21
honorarium atau imbalan lain atas honorarium atau imbalan lain yang
yang diterima Pejabat Negara, diterima Pejabat Negara, PNS, anggota
PNS, anggota TNI/POLRI dan TNI/POLRI dan para pensiunnya.
para pensiunnya.
Kode Jenis
Jenis Setoran Keterangan
Setoran
100 Masa PPh Pasal 22 untuk pembayaran pajak yang harus disetor
yang tercantum dalam SPT Masa PPh Pasal
22 termasuk SPT pembetulan sebelum
dilakukan pemeriksaan.
Kode Jenis
Jenis Setoran Keterangan
Setoran
100 Masa PPh Pasal 23 untuk pembayaran PPh Pasal 23 yang harus
disetor (selain PPh Pasal 23 atas dividen,
bunga, royalti, dan jasa) yang tercantum
dalam SPT Masa PPh Pasal 23 termasuk
SPT pembetulan sebelum dilakukan
pemeriksaan.
104 PPh Pasal 23 atas untuk pembayaran PPh Pasal 23 yang harus
Jasa disetor atas jasa yang dibayarkan kepada
Wajib Pajak dalam negeri yang tercantum
dalam SPT Masa PPh Pasal 23.
402 PPh Final Pasal 4 ayat (2) untuk pembayaran PPh Final Pasal 4
atas Pengalihan Hak atas ayat (2) atas Pengalihan Hak atas
Tanah dan/atau Bangunan Tanah dan/atau Bangunan
403 PPh Final Pasal 4 ayat (2) untuk pembayaran PPh Final Pasal 4
atas Persewaan Tanah ayat (2) atas Persewaan Tanah
dan/atau Bangunan dan/atau Bangunan.
409 PPh Final Pasal 4 ayat (2) untuk pembayaran PPh Final Pasal 4
atas Jasa Konstruksi ayat (2) atas jasa konstruksi.
410 PPh Final Pasal 15 atas untuk pembayaran PPh Final Pasal
Jasa Pelayaran Dalam 15 atas jasa pelayaran dalam negeri.
Negeri
411 PPh Final Pasal 15 atas untuk pembayaran PPh Final Pasal
Jasa Pelayaran dan/atau 15 atas jasa pelayaran dan/atau
Penerbangan Luar Negeri penerbangan luar negeri.
420 PPh final ps 4 (2) atas WP Untuk pembayaran PPh final atas
yg memiliki peredaran bruto penghasilan dari usaha yg diterima
tertentu atau diperoleh WP yg memliki
peredaran bruto tertentu
Kode Jenis
Jenis Setoran Keterangan
Setoran
100 Pemungut PPN Dalam Negeri untuk penyetoran PPN dalam negeri
non Bendahara yang dipungut oleh pemungut selain
bendahara
910 Pemungut PPN Dalam Negeri untuk penyetoran PPN dalam negeri
bendahara APBN yang dipungut oleh pemungut bendahara
APBN
920 Pemungut PPN Dalam Negeri untuk pembayaran PPN dalam Negeri
Bendahara APBD yang dipungut oleh Pemungut
bendahara APBD
930 Pemungut PPN dalam Negeri untuk pembayaran PPN dalam Negeri
Bendahara Dana Desa yang dipungut oleh Pemungut
bendahara dana desa
INDIKATOR PEMBELAJARAN
A. Melakukan Pengujian Pemotongan Pajak Penghasilan
Pasal 21
B. Melakukan Pengujian Pemungutan Pajak Penghasilan
Pasal 22
C. Melakukan Pengujian Pemotongan Pajak Penghasilan
Pasal 23
D. Melakukan Pengujian Pemotongan Pajak Penghasilan
Pasal 26
E. Melakukan Pengujian Pemotongan PPh Pasal 4 (2)
3. Tarif Pajak
Berdasarkan Pasal 17 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008
tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1983 tentang Pajak Penghasilan, tarif pajak yang diterapkan atas
Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri
adalah sebagai berikut:
PENGHASILAN
NETO X 12
DIKURANGI
PENGHASILAN KENA
PTKP PAJAK
Berdasarkan Pasal 21 ayat (5) Undang-Undang Nomor
PAJAK TERUTANG
DITANGGUNG OLEHterhadap
36 Tahun 2008, PEMERINTAH TARIF
Pejabat Negara, PNS, TNI, PS.17
POLRIUU PPh
dan pensiunannya yang tidak memiliki Nomor Pokok Wajib
Pajak (NPWP), atas penghasilan yang diperoleh secara tetap
dan teratur setiap bulan dikenakan tarif PPh Pasal 21 lebih
tinggi sebesar 20% dari tarif pemotongan PPh Pasal 21 yang
seharusnya. Tarif lebih tinggi sebesar 20% tersebut, dipotong
dari penghasilan yang seharusnya diterima setiap bulan
dibayarkan.
PPh Pasal 21 yang terutang atas penghasilan yang
dibayarkan secara tetap dan teratur kepada PNS, Pejabat
Negara, TNI, POLRI, dan pensiunannya berdasarkan PP 80
tahun 2010 ditanggung pemerintah. Apabila PNS, TNI, POLRI
dan pensiunannya diangkat sebagai pimpinan dan/atau
anggota pada lembaga yang tidak termasuk dalam kriteria
Pejabat Negara, maka atas penghasilan yang menjadi beban
APBN/APBD. Terkait dengan kedudukannya sebagai pimpinan
Contoh:
Bukan Peserta
Pegawai
Pegawai Kegiatan
Subjek Pajak
Bukan Pegawai
PPh Pasal
DPP DPP Kumulatif
Bulan Tarif 21
Rp Rp Rp
Januari 10,000,000 10,000,000 5% 500,000
Contoh 1
Seto adalah seorang pria dengan status belum nikah dan tidak
ber NPWP, pada bulan November bekerja sebagai buruh
harian di kegiatan pembersihan halaman kantor Balai Diklat
Keuangan, pekerjaan tersebut dilakukan selama 6 (enam) hari
dengan upah per hari Rp 500.000,00, (Lima ratus ribu rupiah),
maka perhitungan PPh 21 bagi Seto adalah sebagai berikut:
Penghitungan PPh Pasal 21 terutang:
Upah sehari Rp500.000,00
Upah harian tidak dikenakan PPh Rp450.000,00
Penghasilan Kena Pajak per hari Rp50.000,00
PPh Pasal 21 (5% x Rp 50.000,00 x 120%) Rp3.000,00
Contoh 3
Seto bekerja sebagai pegawai tidak tetap pada Pusdiklat
Anggaran dan Perbendaharaan. Seto sudah menikah tetapi
belum mempunyai anak. Seto mendapat upah yang
dibayarkan secara bulanan sebesar Rp5.000.000,00
Perhitungan PPh pasal 21
Penghasilan neto setahun =
Rp5.000.000,00 x 12 Rp60.000.000,00
PTKP (K/0) adalah
- Untuk WP sendiri Rp 54.000.000,00
- Tambahan kawin Rp 4.500.000,00
Rp58.500.000,00
Penghasilan Kena Pajak Rp1.500.000,00
PPh pasal 21 setahun adalah sebesar
5% x Rp1.500.000,00 = Rp15.000,00
Contoh 4
Seto bekerja memasang gebalan rumput. Upah dibayar
sebesar Rp150.000,00 setiap 1 meter. Dalam seminggu (6 hari
kerja) Seto memasang sebanyak 24 meter. Sehingga upah
yang dibayarkan sebesar Rp 3.600.000,00. Seto tidak ber
NPWP.
Maka perhitungan PPh pasal 21:
Contoh
Saudara Retno mengikuti kegiatan bimbingan teknis merangkai
bunga yang diselenggarakan oleh Badan Latihan Kerja
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Dia menerima
upah sebesar Rp700.000,00. Saudara Retno telah memiliki
NPWP. Maka PPh pasal 21 yang harus dipotong bendahara
adalah
PPh Pasal 21 = 5% x Rp 700.000,00 = Rp 35.000,00.
a. 15% (lima belas persen) dari jumlah bruto atas penghasilan berupa
bunga termasuk premium, diskonto dan imbalan karena jaminan
pengembalian utang, royalty dan hadiah, penghargaan, bonus dan
sejenisnya selain yang telah dipotong PPh pasal 21.
b. 2% (dua persen) dari jumlah bruto atas penghasilan berupa sewa
dan penghasilan lain kecuali sewa tanah dan bangunan, imbalan
sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konsultan
dan jasa lain yang pembayarannya dibebankan pada APBN selain
jasa yang telah dipotong PPh pasal 21.
Contoh
= Rp9.000.000,00.
= Rp0,00
Contoh
Bendahara Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan melakukan
pembayaran kepada CV Usaha Sewa untuk sewa gedung dalam
rangka penyelenggaraan Diklat Teknis Umum dengan harga Rp
6.600.000,00. (termasuk PPN) pada tanggal 18 Mei 2020.
Bagaimana kewajiban perpajakan atas transaksi tersebut?
b. Tarif
Pemotongan PPh pasal 4 (2) pengalihan hak atas tanah
dan atau bangunan atas beban APBN/APBD dilakukan sesuai
dengan nilai yang disepakati atau jumlah bruto nilai penjualan
atau pengalihan hak. Jumlah bruto nilai penjualan atau
pengalihan hak adalah nilai tertinggi antara nilai berdasarkan akta
pengalihan hak termasuk bunga, pungutan dan pembayaran
tambahan lainnya yang dipenuhi pembeli dibandingkan dengan
Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) tanah dan/atau bangunan yang
bersangkutan.
Jumlah bruto nilai pengalihan hak kepada pemerintah adalah
nilai berdasarkan keputusan pejabat yang bersangkutan. Apabila
pelaksanaannya melalui lelang, maka jumlah bruto nilai pengalihan
hak sesuai dengan peraturan lelang adalah nilai menurut risalah
lelang tersebut.
Sesuai PP 34 Tahun 2016 besarnya pajak penghasilan dari
pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan adalah sebesar:
1) 2,5 % dari jumlah bruto nilai pengalihan hak atas tanah dan/atau
bangunan selain pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan
berupa Rumah sederhana atau Rusun sederhana yang
dilakukan oleh wajib pajak yang usaha pokoknya melakukan
pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan
2) 1% dari jumlah bruto nilai pengalihan hak atas tanah dan/atau
bangunanberupa rumah sederhana dan rumah susun sederhana
yang dilakukan oleh wajib pajak yang usaha pokoknya
melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan
b. Tarif
Berdasarkan PP Nomor 51 Tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha Jasa Konstruksi, atas
penghasilan dari usaha jasa konstruksi, dikenakan Pajak
Penghasilan yang bersifat final. Besarnya tarif pajak final tersebut
adalah:
Gambar 2.5. Perhitungan PPh Jasa Kontruksi
JASA KONSTRUKSI
Pelaksana Perencana/Pengawas
Kontruksi Kontruksi
2% 3% 4% 4% 6%
NPWP 00.030.485.6.404.0
Kota Bogor
2. Belanja Barang
a. Simulasi Transaksi
PPSPM Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan menerima SPP
GUP atas transaksi pembayaran pembelian brankas dari UD
Sarana Kantor yang beralamat di Jl. Soleh Iskandar No.5 Bogor
dengan NPWP No.01.432.356.2-404.000. Atas transaksi tersebut
diterbitkan faktur bernomor seri 010.000.11.00000215 senilai
Rp25.000.000,00 (harga termasuk PPN) pada tanggal 18 Mei
2020. PPSPM melakukan pengujian atas lampiran SPP GUP
tersebut
1) Bagaimana perlakuan pajak apabila pembayaran dilakukan
dengan UP Tunai?
2) Bagaimana perlakuan pajak apabila pembayaran dilakukan
dengan UP KKP?
3) Bagaimana perlakuan pajak apabila UD Sarana Kantor
memberikan fotokopi Surat Keterangan WP dengan Bruto
tertentu?
b. Pengujian PPSPM
1). Menguji kebenaran perhitungan Pajak terkait
a) Pembayaran dilakukan dengan UP tunai
Terhadap transaksi tersebut harus dipungut :
• PPN karena brankas merupakan barang kena pajak
dimana nilai transaksinya diatas 2 juta rupiah,
diserahkan oleh pengusaha kena pajak, dan diserahkan
di daerah pabean.
• PPh pasal 22, karena nilai transaksinya jumlahnya lebih
dari 2 juta rupiah tidak termasuk PPN
Penghitungan Pemungutan PPN dan PPh pasal 22 adalah
sebagai berikut
Dasar Pengenaan Pajak
Nilai Kuitansi : Rp25.000.000,00
Kota Bogor
Kota Bogor
NPWP 01.432.356.2-404.000
Kota Bogor
INDIKATOR PEMBELAJARAN
A. Menjelaskan Ruang Lingkup Pengujian Pemungutan
PPN dan PPn BM
B. Menjelaskan Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak
C. Menghitung Dasar Pengenaan Pajak
D. Melaksanakan Pengujian Pemungutan dan Pemotongan
Pajak Belanja Negara
: Rp 1.000.000,00
: Rp100.000,00
Contoh
Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan melakukan pembelian komputer
ke CV Wijaya yang beralamat di Jalan Sewu 1 Nomor 14 Bogor, dengan
NPWP 01.029.298.0.561.000 dan NPPKP 01.562.358.3-529.000.
Pembayaran sebesar Rp11.000.000,00 (termasuk PPN) dilakukan pada
tanggal 8 April 2020. Bagaimana kewajiban perpajakan yang harus
dilakukan oleh bendahara?
Pemungutan PPN
Jumlah Pembayaran termsuk PPN Rp11.000.000,00
Dasar Pengenaan Pajak
2) Pemungutan PPN
Komputer pada dasarnya merupakan salah satu jenis barang
kena pajak, sehingga PPN yang dipungut sebesar :
PPN = Rp30.000.000,00 x 10 %
= Rp 150.000,00
d. Bea Meterai
Dalam setiap pembuatan bukti pembayaran, bendahara sebagai
pihak penerima kuitansi terutang bea meterai sebesar:
1) Rp3.000,00 di setiap bukti pembayaran yang nilai transaksinya
di atas Rp250.000,00 s.d. Rp1.000.000,00;
2) Rp6.000,00 di setiap bukti pembayaran yang nilai transaksinya
di atas Rp1.000.000,00.
2. Belanja Jasa
Simulasi Transaksi
PPSPM Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan menerima SPPuntuk
transaksi pembayaran pembuatan seragam kantor kepada PT Valino
yang beralamat di Jl. Baru No.5 Bogor dengan NPWP No.02.425.347.2-
404.000 pada tanggal 4 Mei 2020 dengan menerbitkan faktur pajak
bernomor seri 020.000.13.00000875. Dalam perjanjian disepakati
bahwa bahan baku kain berasal dari Pusdiklat Anggaran dan
Perbendaharaan, PT Valino menyediakan bahan tambahan. Imbalan
yang disepakati sebesar Rp33.000.000,00 dengan rincian:
Biaya jasa maklon Rp 25.000.000,00
Biaya untuk bahan tambahan Rp 5.000.000,00
PPN 10% Rp 3.000.000,00
Jumlah Rp 33.000.000,00
Bagaimana kewajiban perpajakan bendahara?
c. Bea Meterai
Dalam setiap pembuatan bukti pembayaran, bendahara sebagai
pihak penerima kuitansi terutang bea meterai sebesar:
• Rp3.000,00 di setiap bukti pembayaran yang nilai transaksinya
di atas Rp250.000,00 s.d. Rp1.000.000,00;
• Rp6.000,00 di setiap bukti pembayaran yang nilai transaksinya
di atas Rp1.000.000,00.
INDIKATOR PEMBELAJARAN
A. Menjelaskan Ruang lingkup Pengujian Pengenaan Bea
Meterai
B. Menjelaskan Tata Cara Pelunasan Bea Meterai
No Objek Tarif
1 Dokumen yang dibuat sebagai alat untuk
menerangkan mengenai suatu kejadian yang
bersifat perdata, meliputi
a Surat perjanjian, surat keterangan, surat
pernyataan atau surat lainnya yang sejenis
beserta rangkapnya
b Akta notaris beserta grosse, Salinan dan
kutipannya
c Akta Pejabat Pembuat Akta Tanah beserta
Salinan dan kutipannya
d Surat berharga dengan nama dan dalam
bentuk apapun
e Dokumen transaksi surat berharga, termasuk Rp10.000,00
Dokumen transaksi kontrak berjangka, dengan
nama dan dalam bentuk apa pun.
2. Meterai elektronik
Meterai elektronik memiliki kode unik dan keterangan tertentu
Pelunasan
Benda
Meterai
Cara Lain
Cek Billing
Bilyet statemen
Giro tTagihan
Telepon
etc
Jawaban
Sesuai Perpres 54 tahun 2010 pada pasal 55 disebutkan bahwa tanda bukti
perjanjian terdiri atas bukti pembelian, kuitansi, Surat Perintah Kerja (SPK) dan
surat perjanjian. Bukti pembelian digunakan untuk pengadaan barang/jasa
yang nilainya sampai dengan Rp.10.000.000,00.
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2020 tentang Bea Meterai, dokumen yang
menyatakan jumlah uang dengan nilai nominal lebih dari Rp5.000.000,00 (lima
juta rupiah) dikenakan bea meterai sebesar Rp. Rp.10.000,00.
Sesuai surat Direktur Jenderal Anggaran Nomor S-73/PJ.533/2001 tentang
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2000 dijelaskan bahwa faktur
penjualan (invoice) tidak dikenakan bea meterai sepanjang tidak digunakan
sebagai bukti penerimaan uang. Dalam hal faktur penjualan (invoice)
digunakan sebagai tanda bukti penerimaan uang, atas faktur penjualan
tersebut dikenakan bea meterai sesuai batasan yang ditentukan.
Berdasarkan ketentuan diatas maka bukti pembelian kepada toko kue “Annisa”
dikenakan bea meteraisebesar Rp.10.000,00 sepanjang bukti pembelian
tersebut dijadikan sebagai bukti penerimaan uang.