Anda di halaman 1dari 2

Nyata: Abdullah bin Abbas - Lisannya bertanya, Qalbunya

mencerna
Dipublikasi pada Tuesday, 28 October 2003
Topik: Kisah & Hikmah
oleh: Abu Akhyar

Aldakwah.org--Di antara sahabat-sahabat RasuluLlah SAW, terdapat beberapa


sahabat kecil yang ketika melafadzkan syahadat mereka berusia sangat muda,
atau ketika mereka dilahirkan, ayah bunda mereka telah muslim. Perhatian RasuluLlah
SAW kepada para sahabat cilik ini, tidak berbeda dengan sahabat-sahabat yang lainnya.
Bahkan beliau sangat memperhatikan mereka dan meluangkan waktu untuk bermain,
bicara dan menasehati mereka.

AbduLlah bin Abbas (Ibnu Abbas) adalah salah satu kelompok sahabat junior ini. Beliau
dilahirkan tiga tahun sebelum hijrah. Semenjak kecilnya, beliau sudah menunjukkan
kecerdasan dan kesungguhannya terhadap suatu masalah. RasuluLlah mengetahui
potensi besar yang ada pada anak muda ini, seperti halnya beliau melihat potensi yang
sama pada Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Haritsah dan sahabat-sahabat cilik lainnya.

RasuluLlah SAW sering terlihat berdua bersama si kecil AbduL lah bin Abbas. Suatu
ketika, misalnya, RasuluLlah SAW mengajak Ibnu Abbas RA berjalan-jalan seraya
menyampaikan tarbiyahnya kepada pemuda cilik ini:

"Ya ghulam, maukah engkau mendengarkan beberapa kalimat yang sangat berguna?
Jagalah ALlah SWT (ajaran-ajaranNya), maka engkau akan menda patkanNya selalu
menjagamu. Jagalah ALlah SWT (larangan-laranganNya), maka engkau akan
mendapatkanNya selalu dekat di hadapanmu. Kenalilah ALlah dalam sukamu, maka ALlah
akan mengenalimu dalam dukamu. Bila engkau meminta, mintalah kepada ALlah. Jika
engkau memerlukan pertolongan, mohonkanlah kepada ALlah. Semua hal (yang terjadi
denganmu) telah selesai ditulis. Ketahuilah, seandainya semua makhluk bersepakat untuk
membantumu dengan apa yang tidak ditaqdirkan ALlah untukmu, mereka tidak akan
mampu membantumu. Atau bila mereka berkonspirasi untuk menghalangi engkau
mendapatkan apa yang ditaqdirkan untukmu, mereka juga tidak akan dapat
melakukannya. Semua aktifitasmu kerjakan lah dengan keyakinan dan keikhlasan.
Ketahuilah, bahwa bersabar dalam musibah itu akan memberikan hasil positif; dan bahwa
kemenangan itu dicapai dengan kesabaran; dan bahwa kesuksesan itu sering dilalui lewat
tribulasi; dan bahwa kemudahan itu tiba setelah kesulitan.
[Hadist Riwayat Ahmad, Hakim, Tirmidzi]

Demikianlah rangkaian prinsip aqidah, ilmu dan 'amal yang manakah hasil tarbiyah
RasuluLlah itu? AbduLlah bin Abbas tumbuh menjadi seorang muslim yang penuh inisiatif,
haus ilmu, dekat dengan ALlah dan Rasul-Nya.

Suatu ketika, Ibnu Abbas ingin mengetahui secara langsung bagaimana cara RasuluLlah
shalat. Untuk itu, ia sengaja menginap di rumah bibinya: ummahatul mu'minin,
Maimunah bint al-Harist. Ketika itu ia melihat RasuluLlah bangun tengah malam dan pergi
berwudhu. Dengan sigap Ibnu Abbas membawakan air untuk berwudhu, dengan demikian
ia dapat melihat sendiri bagaimana RasuluLlah berwudhu. RasuluLlah - sang murobbi
agung itu - tidak menyepele kan hal ini, beliau mengelus dengan lembut kepala Ibnu
Abbas, seraya mendo'akan: "Ya ALlah, faqih-kanlah ia dalam perkara agama-Mu, dan
ajarilah ia tafsir Kitab-Mu."

Kemudian RasuluLlah berdiri untuk sholat lail yang dimakmumi oleh isteri beliau,
Maimunah. Ibnu Abbas tak tinggal diam, dia segera berdiri di belakang RasuluLlah SAW;
tetapi RasuluLlah kemudian menariknya agar ia berdiri sedikit berjajar dengannya. Ibnu
Abbas berdiri sejajar dengan RasuluLlah, tetapi kemudian ia mundur lagi ke shaf
belakang. Seusai sholat, RasuluLlah memper tanyakan sikap Ibnu Abbas ini, dan dijawab
oleh Ibnu Abbas bahwa rasanya tak pantas dirinya berdiri sejajar dengan seorang Utusan
ALlah SWT. RasuluLlah ternyata tidak memarahinya, bahkan beliau mengulangi do'anya
ketika berwudhu tadi.

Ketika Ibnu Abbas berusia 13 tahun, RasuluLlah wafat. Beliau sangat merasa kehilangan.
Tapi hal ini tidak menjadikannya bersedih atau lemah. Dengan segera ia mengajak teman
sebayanya untuk bertanya dan belajar pada sahabat-sahabat senior mengenai apa saja
yang berkenaan dengan RasuluLlah dan ajaran al-Islam. Logika Ibnu Abbas, saat itu
mengatakan bahwa para sahabat masih berada di Madinah, inilah kesempatan terbaik
untuk menimba ilmu dan informasi dari mereka, sebelum mereka berpencaran ke kota-
kota lain atau sebelum mereka wafat. Namun sayang, ajakan ini tidak ditanggapi oleh
rekan-rekan sebayanya, karena mereka rata-rata beranggapan bahwa para sahabat
senior tidak akan memperhatikan pertanyaan anak-anak kecil macam mereka.

Ibnu Abbas tak patah arang. Beliau sendiri mendatangi para sahabat yang diperkirakan
mengetahui apa saja yang ingin ia tanyakan. Dengan sabar, beliau menunggu para
sahabat pulang dari kerja keseharian atau da'wahnya. Bahkan kalau sahabat tadi
kebetulan sedang beristirahat, Ibnu Abbas dengan sabar menanti di depan pintu
rumahnya, hingga tertidur, tergolek beralaskan pakaiannya. Tentu saja para sahabat
terkejut menemui Ibnu Abbas tertidur di muka rumahnya, "Oh keponakan RasuluLlah, ada
apa gerangan? Kenapa tidak kami saja yang datang menemuimu, bila engkau ada
keperluan?" "Tidak,"kata Ibnu Abbas, "sayalah yang harus datang menemui anda."

Demikianlah masa kecil Ibnu Abbas. Bagaimana dengan masa dewasanya? Beliau katakan
sebagai seorang muda yang berwawasan dewasa, yang lisannya selalu bertanya dan
qalbunya selalu mencerna. Umar bin Khattab selalu mengundang Ibnu Abbas dalam
majelis syuro'nya dengan beberapa sahabat senior, dan beliau selalu berkata kepada Ibnu
Abbas agar ia tidak perlu sungkan menyampaikan pendapat. Inilah bentuk tarbiyah lain
yang diperoleh oleh Ibnu Abbas, dengan selalu berada dalam kalangan sahabat senior.

Dalam masa kekhalifahan Utsman bin Affan RA, beliau berga bung dengan pasukan
muslimin yang berekspedisi ke Afrika Utara, di bawah pimpinan AbduLlah bin Abi-Sarh.
Beliau terlibat dalam pertempuran dan juga dalam da'wah di sana. Di masa pemerintahan
Ali bin Abi Thalib RA, Ibnu Abbas mengajukan permohonan untuk menemui dan
berda'wah kepada kaum Khawarij. Melalui dialog dan diskusinya yang intens, sekitar
12.000 dari 16.000 khawarij bertaubat dan kembali kepada ajaran Islam yang benar.

AbduLlah bin Abbas, yang muda yang ulama, wafat dalam usia 71 tahun pada tahun 68H.
Sahabat Abu Hurairah RA, berkata "Hari ini telah wafat Ulama Ummat. Semoga ALlah
SWT berkenan memberikan pengganti AbduLlah bin Abbas."

Wassalamu'alaikum

Anda mungkin juga menyukai