Anda di halaman 1dari 9

Artritis Septik Non-gonokokus

Vanya Genevieve Orapau

102011142

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jalan Arjuna Utara No. 6, Jakarta Barat 11510

Email: anya0707@ymail.com

Pendahuluan

Artritis bakterialis merupakan artritis septik akut akibat infeksi non-mikobakterial.


Artritis bakterial terdiri dari dua yakni artritis bakterialias nongonokokus dan artritis
gonokokus. Dimana artritis bakterial non-gonokokus pada umumnya disebabkan oleh
Staphylococcus aureus sedangkan artritis gonokokus disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae.

Tujuan penulisan tinjauan pustaka ini agar dapat mengetahui lebih lanjut mengenai artritis
bakterialis non-gonokokus mulai dari etiologi, epidemiologi, patogenesis, manifestasi klinis,
diagnosa, komplikasi dan juga pengobatan maupun pencegahannya.

Anamnesis

Anamnesis adalah pengambilan data yang dilakukan oleh seorang dokter dengan cara
melakukan serangkaian wawancara. Anamnesis dapat langsung dilakukan terhadap pasien
(auto-anamanesis) atau terhadap keluarganya atau pengantarnya (alo-anamnesis).
Anamnesis yang baik akan terdiri dari identitas, keluhan utama, riwayat penyakit
sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat obstetri dan ginekologi (khusus wanita), riwayat
penyakit dalam keluarga, anamnesis susunan sistem dan anamnesis pribadi (maliputi keadaan
sosial ekonomi, budaya, kebiasaan, obat-obatan, lingkungan).1

1. Identitas
Identitas meliputi nama lengkap pasien, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin,
nama orang tua atau suami atau isteri atau penanggung jawab, alamat, pendidikan,
pekerjaan, suku bangsa dan agama. Identitas perlu ditanyakan untuk memastikan

1
bahwa pasien yang dihadapi memang benar pasien yang dimaksud. Selain itu,
identitas ini juga perlu untuk data penelitian, asuransi, dan lain sebagainya.
2. Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan pasien yang pergi ke dokter.
Dalam menuliskan keluhan utama, harus disertai dengan indikator waktu, berapa
lama pasien mengalami hal tersebut.
3. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat perjalanan penyakit yang merupakan cerita yang kronologi, terinci
dan jelas mengenai keadaan kesehatan pasien sejak sebelum keluhan utama
sampai pasien datang berobat. Riwayat perjalanan penyakit disusun dalam Bahasa
Indonesia yang baik sesuai dengan apa yang diceritakan oleh pasien.
Dalam melakukan anamnesis, harus diusahakan mendapat data-data sebagi
berikut:
a. Waktu dan lamanya keluhan berlangsung
b. Sifat dan beratnya serangan, misalnya mendadak, perlahan, terus menerus,
hilang timbul, cenderung bertambah berat atau berkurang, dan lainnya
c. Lokalisasi dn penyebarannya, menetap, menjalar, berpindah-pindah
d. Hubungannya dengan waktu, misalnya pagi lebih sakit daripada siang atau
sore, atau sebaliknya, atau terus menerus tidak mengenal waktu
e. Hubungannya dengan aktifitas, misalnya bertambah berat bila melakukan
aktivitas atau bertambah ringan bila melakukan istirahat
f. Keluhan-keluhan yang menyertai serangan, misalnya keluhan yang
mendahului serangan, atau keluhan lain yang bersamaan dengan serangan
g. Apakah keluhan baru pertama kali atau sudah berulang
h. Faktor resiko dan pencetus serangan, termasuk faktor-faktor yang
memperberat atau meringankan serangan
i. Apakah ada saudara atau teman dekat yang menderita keluhan yang sama
j. Riwayat perjalanan ke daeran yang endemis untuk penyakit tertentu
k. Perkembangan penyakit, kemungkinan telah terjadi komplikasi
l. Upaya yang telah dilakukan dan bagaimana hasilnya, jenis-jenis obat yang
diminum oleh pasien, juga tindakan medik lain yang berhubungan dengan
penyakit yang saat ini diderita

2
4. Riwayat penyakit dahulu
Bertujuan untuk mengetahui kemungkinan-kemungkinan adanya hubungan
antara penyakit yang pernah diderita dengan penyakit sekarang.1

Beberapa pertanyaan yang dapat ditanyakan adalah sebagai berikut :

a. Nyeri pada sendi lututnya sejak kapan?


b. Apakah nyerinya selang-seling atau setiap saat?
c. Nyerinya itu saat melakukan apa?
d. Bengkaknya sejak kapan?
e. Bengkaknya sakit atau tidak?
f. Bengkaknya makin besar atau tidak?
g. Apakah ada keluhan lain seperti demam?
h. Demamnya sejak kapan?
i. Apakah sebelumnya pernah menderita penyakit tersebut?

Pemeriksaan Fisik dan Penunjang

Pemeriksaan fisik yang dilakukan adalah inspeksi (lihat), palpasi (raba), dan
pergerakan. Yang pertama adalah kita melihat perilaku (bagaimana posisi sendi/bagian yang
terkena), pembengkakan, deformitas, pengecilan otot di sekitar sendi, kemerahan pada kulit
diatasnya. Tentukan pola penyakit sendi misalnya sendi kecil atau besar. Dan juga kita
melihat apakah terserang secara monoartikular atau poliartikular.2

Setelah inspeksi (melihat) kita meraba/merasakan adanya panas atau tidak dan
tentukan pembengkakan berupa tulang (osteoartritis), cairan (efusi,sinovitis), dan jaringan
(nodul reumatoid). Saat diraba, apakah timbul nyeri atau tidak.2

Setelah inspeksi dan palpasi, maka pasien disuruh untuk melakukan pergerakan
seperti fleksi, ekstensi, abduksi, adduki, rotasi internal, dan rotasi eksternal. Kita melihat
apakan pasien mampu melakukan pergerakan-pergerakan diatas atau timbul kesakitan saat
melakukannya.2

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah analisis cairan sinovial. Cairan yang
memadai untuk analisis lengkap biasanya dapat diperoleh melalui artrosentesis perkutaneus.
Cairan sinovial pada artritis septik biasanya keruh. Jumlah leukosit cairan sinovial lebih dari
100.000 per mikroliter (dengan rentang <10.000 sampai >300.000 per mikroliter, biasanya

3
90% berupa neutrofil polimorfonuklear) pada sepertiga sampai seluruh pasien. Jumlah
leukosit dan hitung jenis leukosit cairan sinovial hanya sedikit membantu dalam menentukan
penyebab infeksi karena bertumpang tindih dengan peradangan akut artritis lainnya. Namun
hitung leukosit secara serial penting untuk memantau respon terhadap pengobatan.3

Selain analisis cairan sinovial, bisa juga dengan pembiakkan cairan sinovial secara
aerob dan anaerob untuk mengetahui kuman patogen tertentu dan untuk mendapatkan
kepekaan terhadap antimikroba. Biakan cairan sinovial didapatkan positif pada kebanyakan
pasien dengan artritis bakterialis non-gonokokus.3

Pada artritis septik, kadar glukosa cairan sinovial rendah dan terjadi peningkatan
laktat yang sebanding dengan serum, namun keduanya bukan merupakan uji yang cukup
sensitif atau spesifik untuk digunakan secara umum. Peningkatan proten cairan sendi dan
bekuan musin yang buruk juga tidak khas.3

Banyak teknik pemeriksaan radiologi yang tersedia untuk membantu mendeteksi


adanya infeksi sendi, dan walaupun dapat membantu dalam kecurigaan terhadap septik
arthritis, tetapi pemeriksaan ini bukanlah diagnosa pasti (gold standart). Radiografi
konvensional seperti biasanya jarang membantu sampai 2 minggu setelah infeksi, pada saat
itu dapat melihat erosi tulang dan juga penyempitan rongga sendi. Pada keadaan artritis
basiler gram negatif atau akibat staphylococcus, tomografi terkomputerisasi (CT), atau
pencitraan resonansi magnetik (MRI) sangat menolong. Pada MRI didapatkan gambaran
pembengkakan dan pendesakan jaringan lunak sendi. Ultrasonografi (USG) dapat digunakan
untuk mendeteksi cairan sendi yang terletak lebih dalam.3

Differential Diagnosis

1. Artritis Gonokokal
Artritis gonokokal biasanya disebabkan oleh Neisseria Gonorrhoeae dan
terjadi pada usia muda (seksual aktif). Pada penatalaksanaanya dapat diberikan
antibiotik dan terjadi penyembuhan cepat. Prognosisnya baik. Pada artritis gonokokal
didapatkan juga gejala-gejala seperti poliarthalgia yang berpindah-pindah, demam
menggigil, tenosinovitis dan kelainan kulit seperti ptekie, papula, pustula.3
2. Artritis Gout
Manifestasi klinik gout terdiri dari artritis gout akut, interkritikal gout dan gout
menahun dengan tofi. Pada stadium artritis gout akut timbul sangat cepat dalam waktu

4
yang singkat, pasien tidur tanpa gejala apa-apa tapi saat bangun pagi terasa sakit yang
hebat dan tidak dapat berjalan. Keluhan utama berupa nyeri, bengkak dan terasa
hangat, merah dan gejala sistemik berupa demam, menggigil dan merasa lelah. Lokasi
yang paling sering pada MTP-1. Sedangkan pada stadium interkritikal, kelanjutan dari
stadium akut dimana terjadi periode interkritikal walaupun secara klinik tidak
didapatkan tanda-tanda radang akut, namun pada aspirasi sendi ditemukan kristal urat.
Pada stadium artritis gout menahun, umunya pada pasien yang mengobati dirnya
sendiri sehingga dalam waktu lama tidak berobat secara teratur pada dokter. Artritis
gout menahun biasanya disertai tofi yang banyak dan terdpat poliartikular. Tofi ini
sering pecah dan sulit sembuh dengan obat. Lokasi tofi paling sering di cuping
telinga, MTP-1, olekranon, tendon achilles dan jari tangan.4
3. Pseudogout
Pseudogout memberikan serangan akut atau subakut, episodik dan dapat
menyerupai penyakit gout, dimana inflamasi sinovium merupakan gejala yang khas.
Menurut Mc Carty, artritis CPPD (Calcium Pyrophospat Dehidrogenase Crystal) akut
disebut pseudogout, karena sangat menyerupai gout. Pada saat serangan akut,
didapatkan adanya pembengkakan yang sangat nyeri, kekakuan dan panas lokal
sekitar sendi yang sakit dan disertai eritema, gambaran tersebut sangat menyerupai
gout. Biasa menyerang lutut, pergelangan tangan, sendi MCP. Serangan akut dapat
diprovokasi oleh tindakan operasi dan dapat bersifat self limiting.4

Working Diagnosis

Artritis septik non-gonokokus.

Etiologi

Kira-kira 75% artritis nongonokokus disebabkan oleh kokus gram positif, yang paling
sering didapatkan adalah Staphylococcus aureus. Pada semua kelompok umur, 80% kasus
disebabkan oleh Gram positif aerob (60% Staphylococcus aureus, 15% Streptococcus -
hemolitikus, 5% Streptococcus pneumonia) dan kira-kira 20% kasus disebabkan oleh Gram
Negatif anaerob.Pneumokokus dan streptokokusbeta hemolitikus grup A serta streptokokus
viridans ditemukan pada kurang dari separuh bahan pemeriksaan. Diantara individu dengan
kekebalan baik, streptokokus grup B merupakan penyebab penting artritis yang jarang.3

Epidemiologi
5
Kejadian septik arthritis tidak dipengaruhi oleh ras. Infeksi sendi mengenai 55% laki-
laki dan 45% berusia lebih dari 65 tahun. Kejadian artritis septik sekitar 2-10 kasus tiap
100.000 populasi per tahun. Insiden ini meningkat seiring dengan semakin banyaknya pasien
dengan gangguan sistem imun seperti rheumatoid arthritis dan sistemik lupus eritematosus
dimana terdapat sekitar 30-70 kasus per 100.000 populasi. Septik arthritis dapat mengenai
berbagai usia, tetapi anak-anak dan orang tua lebih mudah terkena, terutama jika mereka
sudah mempunyai kelainan pada sendi seperti riwayat trauma atau kondisi seperti hemofilia,
osteoarthritis, atau rheumatoid arthritis. Pasien immunocompromise untuk beberapa alasan
dan penyakit diabetes melitus, alkoholisme, kanker dan uremia meningkatkan resiko infeksi.3

Patogenesis

Artritis septik biasanya berasal dari penyebaran langsung secara hematogen dari
sinovia. Sinovium tervaskularisasi baik dan tidak memiliki membran basalis yang terbatas,
membiarkan jalan bebas mikroorganisme yang melalui darah ke ruang sendi setelah
ekstravasasi terjadi. Peningkatan tekanan intraartikuler menyebabkan iskemia dan
mengganggu nutrisi dan biomekanik kartilago. Pembentukan jaringan granulasi dan
pelepasan enzim kondrolitik menyebabkan perusakan kartilago artikuler, tulang subkondral
dan kapsul sendi. Bakteri patogen mencapai ruang sendi dapat melalui penyebaran secara
hematogen, penyebaran dari infeksi kulit sekitar sendi, penyebaran dari infeksi tulang sekitar
sendi dan bisa juga inokulasi langsung.3

Manifestasi Klinis

Manifestasi dari artritis septik non-gonokokus tampak sebagai sinovitis monoartikuler


dengan predileksi sendi yang menahan beban besar. Sendi lutut merupakan sendi yang paling
sering terserang pada anak dewasa, diikuti oleh sendi pinggul. Sendi pergelangan kaki,
pergelangan tangan, siku, bahu dan sakro iliaka jarang terkena. Sendi interfalang sangat
jarang terkena pada artritis bakterial, kecuali pada pasien dengan sinovitis gonokokus atau
infeksi mikobakterium. Artritis kokus gram positif biasanya menyebabkan penyakit akut
dengan gejala konstitusional yang berat seperti disertai dengan pembengkakan, nyeri,
perabaan hangat, dan keterbatasan gerak sendi yang terlibat.3

Jika pada awal penyakit cepat mendapat perhatian, biasanya dapat ditemukan sumber
bakteriemia, dan pada sekitar 50% kasus, kuman patogen penyebab daoat diisolasi dari darah.

6
Berlawanan dari artritis gram positif, artritis basiller negatif mempunyai perjalanan penyakit
yang lebih ringan dengan manifestasi artikuler yang kurang menonjol.3

Penatalaksanaan

1. Medika mentosa
a. Antibiotika
Pemilihan antibiotika haruslah sesuai hasil kultur cairan sendi.
Sebelum hasil kultur ada, dapat diberi pilihan antibiotik seperti penisilin
G/ klindamisin/ kloksasilin jika disebabkan oleh Staphylococcus aureus.
Sedangkan untuk gram positif dapat diberi vankomisin. Untuk gram
negatif dengan sistem imun yang menurun dapat diberi aminoglikosida/
antipseudomonal/ penisilin/ sefalosporin generasi III. Dan untuk gram
negatif dengan sistem imun yang baik dapat diberi penisilin/ ceftriakson.
Sedangkan pada usia lanjut dapat diberi antibiotik dengan spektrum luas.
b. Joint drainage
Teknik dari drainase tergantung dari sendi yang terkena, stadium
infeksi, dan respon dari pasien. Walaupun sendi yang terinfeksi dapat
didrainase dengan hasil yang memuaskan melalui aspirasi berulang,
namun pada sendi panggul dan mungkin sendi yang lain yang sulit
dilakukan drainase maka harus dilakukan artrotomi segera mungkin
setelah teridentifikasi dari septik artitis.
c. Tindakan bedah
Dipertimbangkan pada keadaan seperti infeksi coxae pada anak, sendi
yang sulit dilakukan drainase, bersamaan dengan osteomielitis dan juga
infeksi yang berkembang ke jaringan lunak sekitar.5
2. Non-medika mentosa
Istirahat,tidak berjalan jauh dan mengangkat beban yang berat, kompres
menggunakan air hangat pada sendi yang rusak.

Komplikasi

Komplikasi terdiri dari destruksi sendi, osteomielitis, dan penyebaran ketempat lain
baik secara langsung ataupun secara hematogen. Semakin cepat diagnosis dan terapi
dilaksanakan, maka kemungkinan terjadinya komplikasi akan semakin kecil.

7
Komplikasi yang dapat ditimbulkan termasuk kerusakan sendi berupa osteoarthritis.
Pada anak-anak, keterlibatan dari growth plates dapat meningkatkan progresifitas dari
deformitas dan pemendekan dari segmen yang terkena. Selain itu, komplikasi lain seperti
dislokasi sendi, epifisiolisis, ankilosis, dan osteomielitis.6

Prognosis

Faktor prognostik yang paling penting dalam meramalkan hasil akhir yang baik pada
artritis septik adalah diagnosis dan terapi awal. Penundaan pemberian terapi dikorelasikan
dengan kenaikan morbiditas. Tanda-tanda prognostik jelek adalah umur mud (<6 bulan),
terapi tertunda (terutama sesudah 5 hari gejala-gejala tampak). Prognostik juga bergantung
pada jumlah sendi dan bagian sendi yang terkena.7

Kesimpulan

Infeksi pada sendi dapat melalui hematogen ataupun inokulasi langsung melalui
prostetik sendi. Penyebab yang paling banyak adalah Staphylococcus aureus, dimana sering
terjadi pada sendi yang sering menahan beban berat seperti sendi lutut dan pinggul. Artritis
septik non-gonokokus dapat ditangani dengan pemberian antibiotik yang sesuai dengan hasil
kultur cairan sendi, joint drainage dan juga tindakan bedah.

Daftar Pustaka

1. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit
dalam. Ed 5 (1). Jakarta: Interna Publishing; 2010. h. 25-7.

8
2. Rahmalia A, Novianty C. At a glance medicine Patrick Davey. Jakarta: Erlangga
Medical Series; 2003. h. 110-2.
3. Isselbacher KJ, Braunwald E, Wilson JD, Martin JB, Fauci AS, Kasper DL. Harrison
prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Ed 13 vol 2. Jakarta: EGC; 2012. h. 623-5.
4. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit
dalam. Ed 5 (3). Jakarta: Interna Publishing; 2010. h. 2556-64.
5. PAPDI. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Ed 4. Jakarta: FKUI; 2007. h. 1252-3.
6. De Jong, Wim, Sjamsuhidajat R. Buku ajar ilmu bedah. Ed 2. Jakarta: EGC; 2005.h.
905-7.
7. Behrman RE, Kliegman RM, Arvin AM. Ilmu kesehatan anak Nelson. Ed 15 vol 2.
Jakarta: EGC;2000. h. 899-903.

Anda mungkin juga menyukai