Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN

KEPERAWATAN PADA KLIEN PNEUMONIA PADA


ANAK

OLEH :

I GEDE PATRIA PRASTIKA (P07120215059)


NI LUH PUTU MEGA WIJAYANTHI (P07120215060)

2B D-IV KEPERAWATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2016
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
PNEUMONIA PADA ANAK

A. DEFINISI PNEUMONIA
Pneumonia merupakan peradangan akut parenkim paru yang biasanya berasal dari
suatu infeksi. (Price, 1995).
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari
bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, alveoli, serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan menimbulkan gangguan pertukaran gas
setempat. (Zul, 2001).
Pneumonia adalah salah satu penyakit peradangan akut parenkim paru yang
biasanya dari suatu infeksi saluran pernafasan bawah akut (ISNBA) (Sylvia, A. Price).
Dengan gejala batuk dan disertai dengan sesak nafas yang disebabkan agen infeksius
seperti virus, bakteri, mycoplasma (fungsi), dan aspirasi substansia asing, berupa radang
paru paru yang disertai eksudasi dan konsolidasidan dapat dilihat melalui gambaran
radiologis.

B. KLASIFIKASI PNEUMONIA
Menurut buku pneumonia komuniti, pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di
Indonesia yang dikeluarkan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003 menyebutkan tiga
klasifikasi pneumonia.
1. Berdasarkan klinis dan epidemiologis :
a. Pneumonia komuniti
b. Pneumonia nasokomial
c. Pneumonia aspirasi
d. Pneumonia pada penderita immunocompromised
2. Berdasarkan penyebab
a. Pneumonia bakteri/tipikal
Pneumonia jenis itu bisa menyerang siapa saja, dari bayi hingga mereka yang
telah lanjut usia. Pada saat pertahanan tubuh menurun, misalnya karena penyakit,
usia lanjut, dan malnutrisi, bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang
biak dan merusak paru-paru.
Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan dari lobus paru-paru, atau pun seluruh lobus,
bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru menjadi terisi cairan. Dari
jaringan paru-paru, infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui
peredaran darah. Bakteri pneumokokus adalah kuman yang paling umum sebagai
penyebab pneumonia bakteri tersebut.
b. Pneumonia akibat virus
Penyebab utama pneumonia virus adalah virus influenza. Gejala awal dari
pneumonia akibat virus sama seperti gejala influenza, yaitu demam, batuk kering,
sakit kepala, nyeri otot, dan kelemahan. Dalam 12 hingga 36 jam penderita
menjadi sesak, batuk lebih parah, dan berlendir sedikit, terdapat panas tinggi
disertai membirunya bibir.
Tipe pneumonia itu bisa ditumpangi dengan infeksi pneumonia karena bakteri.
Hal itu yang disebut dengan superinfeksi bacterial. Salah satu tanda terjadi
superinfeksi bacterial adalah keluarnya lendir yang kental dan berwarna hijau atau
merah tua.
c. Pneumonia Jamur
Sering merupakan infeksi sekunder. Predileksi terutama pada penderita dengan
daya tahan lemah.
d. Berdasarkan predileksi infeksi
1) Pneumonia lobaris, pneumonia yang terjadi pada satu lobus (percabangan
besar dari pohon bronkus) baik kanan maupun kiri.
2) Pneumonia bronkopneumia, pneumonia yang ditandai bercak-bercak infeksi
pada berbagai tempat di paru. Bisa kanan maupun kiri yang disebabkan virus
atau bakteri dan sering terjadi pada bayi atau orang tua. Pada penderita
pneumonia, kantong udara paru-paru penuh dengan nanah dan cairan yang
lain. Dengan demikian, fungsi paru-paru, yaitu menyerap udara bersih
(oksigen) dan mengeluarkan udara kotor menjadi terganggu. Akibatnya, tubuh
menderita kekurangan oksigen dengan segala konsekuensinya, misalnya
menjadi lebih mudah terinfeksi oleh bakteri lain (super infeksi) dan
sebagainya.
C. ETIOLOGI
Sebagian besar pneumonia disebabkan oleh bakteri yang timbul secara primer atau
sekunder setelah infeksi virus. Penyebaran infeksi terjadi melalui droplet dan sering
disebabkan oleh bakteri positif-gram, streptococcus pneumoniae yang menyebabkan
pneumonia streptococcus. Bakteri staphylococcus aureus dan streptococcus beta-
hemolitikus juga sering menyebabkan pneumonia, demikian juga pseudomonas
aeruginosa. Pada bayi dan anak-anak penyebab yang paling sering adalah : virus sinsial
pernafasan, adenovirus, virus parainfluenza dan virus influenza. Selain faktor tersebut,
penyebab terjadinya pneumonia sesuai penggolongannya, yaitu :
1. Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram posifif
seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan streptococcus pyogenesis. Bakteri
gram negatif seperti Haemophilus influenza, klebsiella pneumonia dan P. Aeruginosa.
2. Virus
Disebabkan oleh virus influenza yang menyebar melalui transmisi droplet.
Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia virus.
3. Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui penghirupan
udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran burung, tanah
serta kompos.
4. Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC). Biasanya
menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi. (Reeves, 2001)

D. MANIFESTASI KLINIS
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi traktus respiratori bagian atas
selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat mendadak sampai 39 - 40C dan
kadang disertai kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, dispnea,
pernapasan cepat dan dangkal disertai pernapasan cuping hidung serta sianosis sekitar
hidung dan mulut. Kadang kadang disertai mual dan diare. Batuk biasanya tidak
ditemukan pada permulaan penyakit, tetapi setelah beberapa hari mula mula kering
kemudian menjadi produktif.
Pada stadium permulaan sukar dibuat diagnosis dengan pemeriksaan fisik tetapi
dengan adanya napas dangkal dan cepat. Pernapasan cuping hidung dan sianosis sekitar
hidung dan mulut dapat diduga adanya pneumonia. Hasil pemeriksaan fisik tergantung
daripada luas daerah auskultasi yang terkena; pada perkusi sering tidak ditemukan
kelainan dan pada auskultasi mungkin hanya terdengar ronkhi basah nyaring halus atau
sedang.
Bila sarang bronkopneumonia menjadi satu (konfluens) mungkin pada perkusi
terdengar keredupan dan suara pernapasan pada auskultasi terdengar mengeras. Pada
stadium resolusi ronkhi terdengar lagi. (Ngastiyah.1997).

E. PATOFISIOLOGI
Adanya etiologi seperti jamur dan inhalasi mikroba ke dalam tubuh manusia
melalui udara, aspirasi organisme, hematogen dapat menyebabkan reaksi inflamasi hebat
sehingga membran paru-paru meradang dan berlobang. Dari reaksi inflamasi akan timbul
panas, anoreksia, mual, muntah serta nyeri pleuritis. Selanjutnya RBC, WBC dan cairan
keluar masuk alveoli sehingga terjadi sekresi, edema dan bronkospasme yang
menimbulkan manifestasi klinis dyspnoe, sianosis dan batuk, selain itu juga menyebabkan
adanya partial oklusi yang akan membuat daerah paru menjadi padat (konsolidasi).
Konsolidasi paru menyebabkan meluasnya permukaan membran respirasi dan penurunan
rasio ventilasi perfusi, kedua hal ini dapat menyebabkan kapasitas difusi menurun dan
selanjutnya terjadi hipoksemia
Dari penjelasan diatas masalah yang muncul, yaitu : Risiko kekurangan volume
cairan, Nyeri (akut), Hipertermi, Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, Bersihan
jalan nafas tak efektif, Gangguan pola tidur, Pola nafas tak efekif dan intoleransi aktivitas.
F. WOC Pneumonia

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Sinar X : mengidentifikasi distribusi structural (missal : lobar, bronchial) dapat juga
menyatakan abses
2. Biopsi paru : untuk menetapkan diagnosis
3. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah : untuk dapat mengidentifikasi semua
organism yang ada
4. Pemeriksaan serologi : membantu dalam membedakan diagnosis organism khusus
5. Pemeriksaan fungsi paru : untuk mengetahui paru paru, menetapkan luas berat
penyakit dan membantu diagnosis keadaan
6. Spirometrik static : untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi
7. Bronkostopsi : untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing.
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Terapi antibiotic
Merupakan terapi utama pada pasien pneumonia dengan manifestasi apapun, yang
dimaksudkan sebagai terapi kausal terhadap kuman penyebabnya.
2. Terapi suportif umum
a. Terapi O2 untuk mencapai Pa O2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96 % berdasar
pemeriksaan AGD
b. Humidifikasi dengan nebulizer untuk mengencerkan dahak yang kental
c. Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak, khususnya anjuran untuk batuk dan
napas dalam
d. Pengaturan cairan: pada pasien pneumonia, paru menjadi lebih sensitif terhadap
pembebanan cairan terutama pada pneumonia bilateral
e. Pemberian kortikosteroid, diberikan pada fase sepsis
f. Ventilasi mekanis : indikasi intubasi dan pemasangan ventilator dilakukan bila
terjadi hipoksemia persisten, gagal napas yang disertai peningkatan respiratoy
distress dan respiratory arrest
g. Drainase empiema bila ada

I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Identitas
Identitas pasien meliputi nama, umur, agama, jenis kelamin, status, pendidikan,
pekerjaan, suku bangsa, alamat, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor register
dan dx.medis.
Identitas penanggung jawab meliputi nama, umur, hubungan dengan pasien, pekerjaan
dan alamat.
2. Keadaan Umum
Meliputi kondisi seperti tingkat ketegangan/kelelahan, warna kulit, tingkat kesadaran
kualitatif atau GCS, pola nafas, posisi klien dan respon verbal klien.
3. Keluhan utama
4. Riwayat penyakit
Meliputi penyakit sekarang, riwayat penyakit dulu, riwayat penyakit keluarga, dan
riwayat alergi.
5. Tanda-tanda Vital
Meliputi pemeriksaan :
a. Tekanan darah
b. Pulse rate
c. Respiratory rate
d. Suhu
6. Pemeriksaan Fisik
Kaji menggunakan teknik inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi apakah terdapat
tanda dan gejala seperti berikut :
a. Inspeksi : wajah terlihat pucat, lemas, banyak keringat, sesak, Adanya PCH,
Adanya tachipne, dyspnea, Sianosis sirkumoral, Distensi abdomen, Batuk : Non
produktif produktif.
b. Palpasi : denyut nadi meningkat, turgor kulit menurun, Fremitus raba meningkat
disisi yang sakit, Hati mungkin membesar
c. Auslkutasi : terdengar stridor, ronchii pada lapang paru, takikardia.
d. Perkusi : pekak bagian dada dan suara redup pada paru yang sakit.

Menurut M. Doengoes (2000) pengkajian yang bisa dilakukan pada pasien


dengan pneumonia adalah :
1. Aktivitas / istirahat
Kaji klien mengenai adanya gejala: kelemahan, kelelahan, insomnia dengan tanda:
Letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas
2. Sirkulasi
Kaji klien mengenai adanya gejala : riwayat gagal jantung kronis dengan tanda :
takikardi, penampilan keperanan atau pucat
3. Integritas Ego
Kaji klien mengenai adanya gejala: banyak stressor, masalah finansial
4. Makanan / Cairan
Kaji klien mengenai adanya gejala: kehilangan nafsu makan, mual / muntah, riwayat
DM dengan tanda : distensi abdomen, hiperaktif bunyi usus, kulit kering dengan
turgor buruk, penampilan malnutrusi
5. Neurosensori
Kaji klien mengenai adanya gejala : sakit kepala bagian frontal dengan tanda :
perubahan mental
6. Nyeri / Kenyamanan
Kaji klien mengenai adanya gejala : sakit kepala, nyeri dada meningkat dan batuk,
myalgia, atralgia
7. Pernafasan
Kaji klien mengenai adanya gejala : riwayat PPOM, merokok sigaret, takipnea,
dispnea, pernafasan dangkal, penggunaan otot aksesori, pelebaran nasal dengan tanda:
a. Sputum : merah muda, berkarat atau purulen
b. Perkusi : pekak diatas area yang konsolidasi, gesekan friksi pleural
c. Bunyi nafas : menurun atau tak ada di atas area yang terlibat atau nafas Bronkial
d. Framitus : taktil dan vokal meningkat dengan konsolidasi
e. Warna : pucat atau sianosis bibir / kuku
8. Keamanan
Kaji klien mengenai adanya gejala : riwayat gangguan sistem imun, demam dengan
tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar, kemerahan, mungkin pada kasus
rubela / varisela.

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan terbentuknya eksudat dalam
alveoli ditandai dengan pasien mengeluh batuk bercampur sputum, tampak batuk
produktif berupa sputum, Px. Fisik : perkusi pekak, inspirasi rales, ronchi nyaring.
2. Gangguan pola napas berhubungan dengan kerusakan jaringan paru ditandai dengan
pasien mengeluh sulit bernapas, tampak sesak, px. tanda vital : respirasi meningkat,
px. fisik : penggunaan otot aksesori, suara nafas bronchial.
3. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi parenkim paru ditandai dengan pasien
mengeluh nyeri dada, tampak meringis, px. Tanda vital : nadi meningkat (takikardi).
4. Risiko tinggi terhadap nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia yang berhubungan dengan bau dan rasa sputum.
5. Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan berlebihan (demam, berkeringat banyak, napas mulut/ hiperventilasi, muntah)
K. PERENCANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Diagnosa
No Tujuan (NOC) Intervensi (NIC) Rasional
Keperawatan
1 Bersihan jalan Setelah dilakukan Mandiri 1. Takipnea, pernapasan
napas tidak asuhan keperawatan 1. Kaji frekuensi / dangkal, dan gerak
efektif selama ...x 24 jam, kedalaman dada tak simetris sering
diharapkan masalah pernafasan dan terjadi karena
jalan nafas kembali gerakan dada. ketidaknyamanan
efektif dengan KH: 2. Auskultasi gerakan dinding dada
1. Mengidentifikas paru, catat area dan/atau cairan paru
i/menunjukkan penurunan/tak 2. penurunan aliran udara
perilaku ada aliran udara terjadi pada area
mencapai dan bunyi nafas konsolidasi dengan
bersihan jalan tambahan cairan. Krekels, ronki
napas. (krakles, dan mengi terdengar
2. Menunjukkan mengi) sebagai respon
jalan napas 3. Bantu pasien terhadap pengumpulan
paten dengan untuk cairan, secret.
napas bersih, melakukan 3. Napas dalam
tak ada dispnea, batuk efektif memudahkan ekspansi
sianosis. dan nafas maksimum paru-paru.
dalam. Batuk adalah
4. Penghisapan mekanisme
sesuai indikasi pembersihan jalan
5. Berikan cairan napas alami.
sedikitnya 2500 4. Merangsang batuk atau
ml/hari (kecuali pembersihan jalan
kontraindikasi). napas secara mekanik.
Tawarkan air 5. Cairan (khususnya air
hangat, hangat) memobilisasi
daripada dan mengeluarkan
dingin. sekret

Kolaborasi : Kolaborasi
1. Bantu 1. Memudahkan
mengawasi pengenceran dan
efek pembuangan sekret.
pengobatan 2. Alat untuk menurunkan
nebuliser dan spasme bronkus
fisioterapi lain. dengan mobilisasi
2. Berikan obat sekret.
sesuai indikasi 3. Cairan diperlukan
3. Berikan cairan untuk menggantikan
tambahan, kehilangan dan
misal : IV, memobilisasi sekret.
oksigen 4. Mengevaluasi
humudifikasi, kemajuan dan efek
dan ruangan proses penyakit dan
humudifikasi. memudahkan pilihan
4. Awasi seri sinar terapi yang diperlukan.
X dada, GDA, 5. Kadang-kadang
nadi oksimetri. diperlukan untuk
5. Bantu membuang
bronkoskopi/tor perlengketan mukosa,
asentesis bila pengeluaran sekresi
diindikasikan purulen, dan/atau
mencegah atelektasis.

2 Gangguan Setelah dilakukan 1. Kaji frekuensi, 1. Takipnea, pernapasan


pola napas asuhan keperawatan kedalaman dangkal sering terjadi
selama ... x 24 jam, bernapas dan karena
diharapkan px ekspansi dada ketidaknyamanan
memenuhi KH : 2. Auskultasi gerakan dinding dada
1. Menunjukkan bunyi nafas dan atau cairan paru.
pola pernafasan 3. Tinggikan 2. Menunjukkan
normal/efektif kepala dan terjadinya komplikasi
dengan bantu (adanya bunyi
2. mempertahanka mengubah tambahan
n ventilasi posisi menunjukkan
adekuat 4. Kolaborasi akumulasi
3. Analisa Gas pemberian O2 cairan/sekresi).
Darah dalam sesuai indikasi 3. Untuk melancarkan
rentang normal 5. Awasi Analisa pernafasan yang
Gas Darah. terganggu karena
penumpukan sekret
4. Mempertahankan Pa
O2 di atas 60 mmHg.
5. Memonitor kadar gas
dalam darah.

3 Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Tentukan 1. Nyeri dada biasanya


asuhan keperawatan karakteristik ada dalam beberapa
selama ... x 24 jam, nyeri, misal : derajat dalam
diharapkan px tajam, ditusuk, pneumonia, juga dapat
memenuhi KH : konstan. timbul komplikasi
1. Nyeri berkurang 2. Pantau Tanda- pneumonia seperti
atau hilang tanda Vital perikarditis dan
2. Menunjukkan 3. Ajarkan teknik endokarditis.
rileks, istirahat / relaksasi 2. Perubahan frekuensi
tidur dan 4. Anjurkan dan jantung atau TD
peningkatan bantu pasien menunjukkan bahwa
aktivitas dengan dalam teknik pasien mengalami
cepat menekan dada nyeri.
selama episode 3. Tindakan non
batuk. analgesikdiberikan
5. Kolaborasi dengan sentuhan
dalam lembut dapat
pemberian menghilangkan
analgesik ketidaknyamanan dan
memperbesar efek
terapi analgesic.
4. Untuk mengurangi efek
ketidaknyamanan
karena rasa nyeri
5. Diharapkan dapat
membantu mengurangi
nyeri.

4 Risiko tinggi Setelah dilakukan 1. Identifikasi 1. Pilihan intervensi


terhadap asuhan keperawatan faktor yang tergantung pada faktor
nutrisi kurang selama ... x 24 jam, menimbulkan penyebab masalah.
dari kebutuhan diharapkan px mual muntah 2. Untuk mengurangi
tubuh memenuhi KH : 2. Berikan wadah mual pada px yang
1. Menunjukkan tertutup untuk terjadi karena sputum
peningkatan sputum dan 3. Bunyi usus mungkin
nafsu makan buang sesering menurun/tak ada bila
2. Berat badan mungkin proses infeksi
stabil atau 3. Auskultasi berat/memanjang.
meningkat bunyi usus 4. Tindakan ini dapat
4. Beri makan meningkatkan nafsu
porsi kecil tapi makan meskipun
sering, lambat untuk kembali.
termasuk 5. Diharapkan mampu
makanan yang mencegah muntah
menarik untuk 6. Mengetahui
pasien perkembangan nutrisi
5. Kolaborasi pasien.
pemberian
antiemetic
6. Evaluasi status
nutrisi
5 Risiko tinggi Setelah dilakukan 1. Kaji perubahan 1. Peningkatan suhu
terhadap asuhan keperawatan tanda vital meningkatkan laju
kekurangan selama ... x 24 jam, 2. Kaji turgor metabolik dan
volume cairan diharapkan px kulit, kehilangan cairan
memenuhi KH : kelembaban melalui evaporasi
1. Menunjukkan membran 2. Indikator langsung
volume cairan mukosa kekuatan volume
adekuat 3. Catat laporan cairan.
2. Membran mual muntah 3. Mengetahui kehilangan
mukosa lembab, 4. Pantau cairan yang terjadi
turgor normal, masukan dan 4. Untuk
pengisian kapiler keluaran, catat menyeimbangkan
cepat. warna, karakter cairan dan mengetahui
urine apakah cairan yang
5. Berikan cairan masuk sudah cukup
tambahan IV sesuai indkator urine
sesuai 5. Memenuhi kebutuhan
keperluan cairan
6. Asupan cairan 6. Memenuhi kebutuhan
7. minimal 2500 / cairan
hari 7. Berguna menurunkan
8. Kolaborasi kehilangan cairan.
pemberian
antipiretik,
antiemetik

L. IMPLEMENTASI
Implementasi keperawatan adalah melaksanakan intervensi keperawatan.
Implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan yaitu kategori dari perilaku
keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan kriteria hasil
yang diperlukan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan. Implementasi
mencakup melakukan membantu dan mengarahkan kerja aktivitas kehidupan sehari-hari.
Implementasi keperawatan sesuai dengan intervensi yang telah dibuat.

M. EVALUASI
1. Evaluasi Formatif (Merefleksikan observasi perawat dan analisis terhadap klien
terhadap respon langsung pada intervensi keperawatan)
2. Evaluasi Sumatif (Merefleksikan rekapitulasi dan sinopsis observasi dan analisis
mengenai status kesehatan klien terhadap waktu)
(Poer, 2012)
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakata : EGC.

Lackmans. 1996. Care Principle and Practise Of Medical Surgical Nursing, Philadelpia :
WB Saunders Company.

Pasiyan Rahmatullah. 1999. Geriatri : Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Editor : R. Boedhi
Darmoso dan Hadi Martono, Jakarta, Balai Penerbit FKUI

Reevers, Charlene J, et all. 2000. Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta : Salemba Medica.

Smeltzer SC, Bare B.G. 2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume I, Jakarta :
EGC

Suyono. 2000. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi II, Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

NANDA Internasional. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015 - 2017.
Jakarta: EGC.

Bulechek, Gloria M. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC). USA: ELSEVIER.

Moorhead, Sue. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC). USA: ELSEVIER.

Poer, M. 2012. Makalah Dokumentasi Keperawatan Dokumentasi Evaluasi. (Online).


Available at https://www.scribd.com/doc/106424735/makalah-dokumentasi-evaluasi-
keperawatan. Diunduh pada 1 September 2016.

Anda mungkin juga menyukai